Anda di halaman 1dari 28

BAB II

LANDASAN TEORI
Dimana landasan teori ini antara lain: (1) anatomi, fisiologi, histologi, dan
biomekanik, (2) patologi, (3) permasalahan yang dibahas, (4) modalitas fisioterapi
yang digunakan yaitu terapi latihan.
A. Anatomi, Fisiologi dan Histologi
1. Anatomi, fisiologi dan histologi
Dalam hal ini, penulis akan membahas beberapa sistem antara lain (1)
sistem tulang, (2) sistem sendi, (3) sistem otot, (4) sistem saraf.
a. Sistem tulang
1) Os. Femur
Merupakan tulang panjang dalam tubuh yang dibagi atas
Caput Corpus dan collum dengan ujung distal dan proksimal. Tulang
ini bersendi dengan acetabulum dalam struktur persendian panggul
dan bersendi dengan tulang tibia pada sendi lutut (Syaifudin, B.AC
1995). Tulang paha atau tungkai atas merupakan tulang terpanjang dan
terbesar pada tubuh yang termasuk seperempat bagian dari panjang
tubuh. Tulang paha terdiri dari 3 bagian, yaitu epiphysis proximalis,
diaphysis, dan epiphysis distalis.

Epiphysis Proksimalis

Ujung membuat bulatan 2/3 bagian bola disebut caput femoris yang
punya

facies

ditengahnya

articularis
terdapat

untuk

cekungan

bersendi
disebut

dengan
fovea

acetabulum

capitis.

Caput

melanjutkan diri sebagai collum femoris yang kemudian disebelah


lateral membulat disebut throcantor major ke arah medial juga
membulat kecil disebut trochantor minor. Dilihat dari depan, kedua
bulatan major dan minor ini dihubungkan oleh garis yang disebut
linea intertrochanterica (linea spiralis). Dilihat dari belakang, kedua
bulatan ini dihubungkan oleh rigi disebut crista intertrochanterica.
Dilihat dari belakang pula, maka disebelah medial trochantor major
terdapat cekungan disebut fossa trochanterica.
-

Diaphysis

Merupakan bagian yang panjang disebut corpus. Penampang


melintang merupakan segitiga dengan basis menghadap ke depan.
Mempunyai dataran yaitu facies medialis, facies lateralis, facies
anterior. Batas antara facies medialis dan lateralis nampak di bagian
belakang berupa garis disebut linea aspera, yang dimulai dari bagian
proximal dengan adanya suatu tonjolan kasar disebut tuberositas

glutea. Linea ini terbagi menjadi dua bibit yaitu labium mediale dan
labium laterale, labium medial sendiri merupakan lanjutan dari linea
intertrochanrterica. Linea aspera bagian distal membentuk segitiga
disebut planum popliseum. Dari trochantor minor terdapat suatu garis
disebut linea pectinea. Pada dataran belakang terdapat foramen
nutricium, labium medial lateral disebut juga supracondylaris
lateralis/medialis.
-

Epiphysis distalis

Merupakan bulatan sepasang yang disebut condylus medialis dan


condylus lateralis. Disebelah proximal tonjolan ini terdapat lagi
masing-masing sebuah bulatan kecil disebut epicondylus medialis dan
epicondylus lateralis. Epicondylus ini merupakan akhir perjalanan
linea aspera bagian distal dilihat dari depan terdapat dataran sendi
yang melebar disebut facies patelaris untuk bersendi dengan os.
patella. Intercondyloidea yang dibagian proximalnya terdapat garis
disebut linea intercondyloidea.
2) Os. Patella
Terjadi secara desmal. Berbentuk segitiga dengan basis menghadap
proximal dan apex menghadap ke arah distal. Dataran muka berbentuk
convex. Dataran belakang punya dataran sendi yang terbagi dua oleh
crista sehingga ada 2 dataran sendi yaitu facies articularis lateralis
yang lebar dan facies articularis medialis yang sempit.

3) Os. Tibia
Terdiri 3 bagian yaitu epipysis proximalis, dialysis dan epiphysis
distalis:

Epiphysis proximalis terdiri dari 2 bulatan disebut condylus medialis


dan condylus lateralis. Disebelah atas terdapat dataran sendi disebut
facies articularis superior, medial dan lateral. Tepi atas epiphysis
melingkar yang disebut infra articularis medialis dan lateralis oleh
suatu peninggian disebut eminentia intercondyloidea, yang disebelah
lateral

dan

medial

terdapat

penonjolan

disebut

tuberculum

intercondyloideum terdapat cekungan disebut fossa intericondyloidea


anterior dan posterior. Tepi lateral margo infra glenoidalis terdapat
dataran disebut facies articularis fibularis untukbersendi dengan os
fibulae.
4) Os. Fibula
Tulang fibula terbentuk kecil dan hampir sama panjang dengan tibia,
terletak disebelah lateral dari tiga bagian yaitu epiphysis proximalis,
diaphysis dan epiphysis distalis, epiphysis proximalis membulat
disebut capitullum fibula yang proximal meruncing menjadi apex
capitis fibula pada capitullum terdapat dua dataran yang disebut facies
articularis, capitullum fibula untuk bersendi dengan tibia.

b. Arthrologi/sistem sendi
Sendi adalah hubungan antara dua tulang atau lebih dari sistem sendi,
disini meliputi sistem sendi panggul dan sendi lutut.
1) Sendi panggul
Sendi panggul dibentuk oleh facies lunata acetabullum dan caput
femoris. Facies lunata rongga sendi atau cavum articularis merupakan
cekungan bentuk simetris terbentang melampaui equator labium
acetabuli, labium acetabuli mengandung zat rawan fibrosa. Facies
lunata dan labium menjadi dua pertiga caput femoris lekuk tulang
tidak lengkap dan bagian interior ditutup oleh lig trasuersum,

acetabuli, dimana terdapat bantalan lemak menuju caput femoris.


Kapsul sendi melekat pada tulang panggul sebelah luar labium
acetabuli sehingga labium aetabuli dengan bebas masuk ke rongga
kapsul. Sendi panggul diperkuat oleh ligamentum-ligamentum yang
diantaranya:
a) Ligamentum Iliofemorale
Berbentuk Y, dasarnya melekat pada spinailiaca anterium dan
interior berfungsi mencegah gerakan extensi dan exirotasi tungkai
atas yang berlebihan pada sendi pangkal paha.
b) Ligamentum pubofemorale
Berbentuk segitiga, dasarnya ligamen pada ramus superior pubis,
berfungsi mencegah gerakan abduksi tungkai atas yang berlebihan.
c) Ligamentum ischiofemorale
Berbentuk spiral, melekat pada corpus ischium dekat tepi
aetabulum.
d) Ligamentum transferum acetabuli
Dibentuk oleh labium acetabulare. Berfungsi mencegah keluarnya
caput femoris dari acetabuli.
e) Ligamentum cepitis femoris
Berbentuk gepeng dan segitiga melekat pada caput femoris.
Berfungsi sebagai tempat berjalan vasa dan saraf, meratakan
sinovial pada permukaan sendi.
2) Sendi Lutut
Senddi lutut dibentuk oleh tiga sendi yang berbeda dan dilindungi oleh
kapsul sendi. Sendi tersebut dibentuk oleh tulang femur dan patella
yang mana pada facet sendi terdiri dari tiga permukaan pada bagian
lateral, yang mana pada satu permukaan bagian medial otot vastus
lateralis menarik patella ke arah proximal sedangkan otot vastus
medialis menarik patela ke arah medial, sehingga patella stabil. Pada

posisi 30o, 40o dari ekstansi, patellah tertarik oleh mekanisme gaya
kerja otot sangat kuat.

Keterangan gambar 2.4


1. Lig. Pubofemorale
2. Canalis obturatorius
3. Membrana obturatoria
4. Trochanter minor
5. Trochanter major
6. Pars transversa
7. Pars descendens

Lig. iliofemorale

8. M. rectum femoris, Tendo


Keterangan gambar 2.5:
1. Caput reflexum
2. Caput rectum
3. Lig. Iliofemorale
4. collum femoris
5. trochanter major
6. Tuberositas glutea
7. Trochanter minor
8. Lig. Ischio femorale
9. Lig. Sacrotuberale
10. Lig. sacrospinale

c. Sistem Otot
Otot yang akan dibahas hanya berhubungan dengan kondisi pasien post
operasi fraktur femur 1/3 medial dextra dengan pemasangan plate and
screw adalah otot yang berfungsi ke segala arah seperti regio hip untuk
gerakan fleksi-ekstensi, abduksi-adduksi dan eksternal rotasi-internal
rotasi.
Untuk

lebih

terperincinya

penulis

menyertakan

otot-otot

yang

berhubungan dengan kondisi tersebut, yaitu sebagai berikut:


Tabel 2.1
Otot Tungkai Atas Bagian Anterior (Richard, S. 1986)
No
Otot
1 Sartorius

Iliacus

Regio
Spina iliace

Insertio
Permukaan

Fungsi
Fleksi

Inervasi
N.

anterior

medial tibia

abduis,

femoralis

superior

rotasi, lateral

(SIAS)
Fossa illiaca

Throcantor

arc coxae
Flexi

di dalam

femur

N.
femoralis

abdomen
3

Quadricep
Femoralis
a.

SIAS

Rectu
s femoris

Tendon m.

Flexi arc

N.

quadriceps

coxae

femoralis

pada patela,
vialigamentum
patellae ke
dalam

b.

Vatus

Ujung atas

tuberositas

dan batang

tibia

Extansi lutut
N.

lateralis

c.

Vatus
medialis

femur, septum

femoralis

facialis lat ke

Extensi lutut,

dalam

menstabilkan

Ujung atas

patela

N.

dan batang

Extensi lutut

femoralis

femur
d.

Vatus

Permukaan

N.

intermediu anterior dan


s

femoralis

lateral batang
femur

Tabel 2.2
Otot Tungkai Atas Bagian Posterior (Ricard, S. 1986)
No
Otot
1 Biceps
femoralis

Regio
Caput

Insertio
Permukaan

Fungsi
Flexi

longum

medial

abduksi, N.

(tuber

tibia

rotasi

isciadoleum)

lateral

caput breve

arc.Co

(linea

xae

Inervasi
Ramus tibialis
ischiadicum

Semi

aspera)

tendonisosis

crista supra

Medial

Ramus tibialis

condilair

tibia

N.ischiadicum

lateral

Flexi,

batang

rotasi,

femur)

medial

Tuber

sendi

ischiadikum

lutut
serta
Arc.

2 Semi

Tuber

membranosus ischiadikum

Condylus

Coxae
Flex

Ramus tibialis

medialis

dan

N.

tibia

rotasi,

ischiadicum

medial
sendi
lutut
serta
extensi
serta
extensi
Arc.
3 Adduktor
magnus

Tuber

Coxae
Tiberculum Extensi

Ramus tibialis

ischiadicum

adduktor

Arc

N.

femur

Coxae

Ischiadicum

Tabel 2.3
Otot tungkai atas Regio Glutealis (Richar, S. 1986)
No
Otot
1 Gluteus
maximus

Regio
Permukaan

Insertio
Tractus

Fungsi
Extensi

Inervasi
N.

luar ilium,

illiotibialis

dan

gluteus

sacrum,

dan

rotasi

interior

ligamen

duterositas

laterale

sacrotuberale gluteo
2 Gluteus

Permukana

femoris
Lateral

Arc.
Coxae
Extensi

N.

Medius

3 Gluteus
minimus

4 Piriformis

luar ilium

throchantor

dan

gluteus

mayor

rotasi

superior

Permukaan

femoris
Anterior

Abduksi

N.

luar ilium

throchantor

Arc.

gluteus

mayor

Coxae

superior

Permukaan

femoris
Throchantor Rotasi

N.

anterior

mayor

lateral

Sacralis I

femoris
Tepian atas

Rotasi

dan II
Plexus

dalam

throchantor

lateral

sacralis

membrana

mayor

abturatoria

femoris

sacrum
5 Obturatorius Permukaan
internus

Tabel 2.4
Otot Tuang Medial Paha
No
Otot
1 M. Gracilis

Regio
Ramus

Insertio
Tuberositas

Fungsi
Adduktor

Inervasi
Ramus

interior ossis tibia

flexor, hip

anterior N.

pubis dan

flexor dan

obturatoria

internal

L2-4

dibelakang

ossis ischi

rotator
tungkai
2 M. adduktor
langus

Dataran

M. sartorius

bawah
Ramus

anterior

labium

anterior N.

ramus

medial linea

Abtoratorium

Adduktor,
flexor hip

3 M. adduktor
brevis

superior

aspera 1/3

L2-3

ossis pubis
Lateral

medial
Labium

Adduktor

Ramus

ramus

medial linea

flexor,

anterior

interior ossis aspera

internal

dan

pubis

rotasi hip

posterior
N.
abturatoria

4 M. adduktor

Dataran

Labium

Adduktor

L2-4
Ramus

magnus

anterior

medial linea

dan extensor

posterior

ramus

aspera

hip

dan N.

5 M.

interfior ossi

tibialis dan

ischii dan

L2-5 dan

tuber

S1

ischiadicum
Datarna

Fossa

External

Ramus

Obturatorius anterior

throhantorica rotator hip

muscularis

externus

femoris

membantu

plexus

extensor hip

sacralis

membrana
abturatoria,
foramen
abturatroium

S1-3

d. Sistem Persyarafan
Sistem persyarafan pada tungkai atas (paha) dibagi menjadi 4 yaitu:
1) Nervus femoralis

Merupakan cabang terbesar dari pleksus lumbalis. Nervus ini berisi


dari tiga bagian pleksus anterior yang berasal dari nervus lumbalis (L2,
L3 dan L4). Nervus ini muncul dari tepi lateral psoas di dalam
abdomen dan berjalan ke bawah melewati m. psoas dan m.iliacus ia
terletak di sebelah fasia illiaca dan memasuki paha lateral terhadap
anterior femoralis dan selubung femoral di belakang ligament inguinal
dan pecah menjadi devisi anterior dan posterior nervus femoralis
mensyarafi semua otot anterior paha.
2) Nervus obturatorius
Berasal dari plexus lumbalis (L2, L3 dan L4) dan muncul pada bagian
tepi m. psoas di dalam abdomen, nervus ini berjalan ke bawah dan
depan pada lateral pelvis untuk mencapai bagian atas foramen
abturatorium, yang mana tempat ini pecah menjadi devisi anterior dan
posterior. Devisi anterior memberi cabang-cabang muscular pada m.
gracilis, m. adduktor brevis dan longus. Sedangkan devisi posterior
mensyarafi articularis guna memberi cabang-cabang muscular kepada
m.obturatorius esternus, dan adduktor magnus.

3) Nervus gluteus superior dan inferior


Cabang nervus sacralis meninggalkan pelvis melalui bagian atas, dan
bawah foramen ischiadicus majus di atas m. piriformis dan mensyarafi
m.gluteus medius dan minimus serta maximus.
e. Sistem peredaran darah
Sistem peredaran darah tungkai atas (paha)
Di sini akan dibahas sistem peredaran darah dari sepanjang tungkai atas
atau paha yaitu pembuluh darah arteri dan vena.
1) Pembuluh darah arteri
Arteri membawa darah dari jantung menuju saluran tubuh dan arteri
ini selalu membawa darah segar berisi oksigen, kecuali arteri
pulmonale yang membawa darah kotor yang memerlukan oksigenisasi.
Pembuluh darah arteri pada tungkai antara lain yaitu:
a) Arteri femoralis
Arteri femoralis memasuki paha melalui bagian belakang ligament
inguinale dan merupakan lanjutan arteria illiace externa, yang
terletak dipertengahan antara SIAS (spina illiaca anterior
superior) dan sympiphis pubis. Arteria femoralis merupakan
pemasok darah utama bagian tungkai, berjalan menurun hampir

bertemu ke tuberculum adductor femoralis dan berakhir pada


lubang otot magnus dengan memasuki spatica poplitea sebagai
arteria poplitea.
b) Arteria profunda femoralis
Merupakan arteri besar yang timbul dari sisi lateral arteri femoralis
dari trigonum femorale. Ia keluar dari anterior paha melalui bagian
belakang otot adductor, ia berjalan turun diantara otot adductor
brevis dan kemudian teletak pada otot adduktor magnus.
c) Arteria obturatoria
Merupakan cabang arteri illiaca interna, ia berjalan ke bawah dan
ke depan pada dinding lateral pelvis dan mengiringi nervus
obturatoria melalui canalis obturatorius, yaitu bagian atas
foramen obturatum.
d) Arteri poplitea
Arteri poplitea berjalan melalui canalis adduktorius masuk ke
fossa bercabang menjadi arteri tibialis posterior terletak dalam
fossa poplitea dari fossa lateral ke medial adalah nervus tibialis,
vena poplitea, arteri poplitea.
2) Pembuluh darah vena
Pembuluh darah vena pada tungkai antara lain:
a) Vena femoralis
Vena femoralis memasuki paha melalui lubang pada otot adduktor
magnus sebagai lanjutan dari vena poplitea, ia menaiki paha mulamula pada sisi lateral dari arteri. Kemudian posterior darinya, dan
akhirnya pada sisi medialnya. Ia meninggalkan paha dalam ruang
medial dari selubung femoral dan berjalan dibelakang ligamentum
inguinale menjadi vena iliaca externa.
b) Vena profunda femoralis

Vena profunda femoris menampung cabang yang dapat disamakan


dengan cabang-cabang arterinya, ia mengalir ke dalam vena
femoralis.
c) Vena obturatoria
Vena

obturatoria

menampung

cabang-cabang

yang

dapat

disamakan dengan cabang-cabang arterinya, dimana mencurahkan


isinya ke dalam vena illiaca internal.
d) Vena saphena magna
Mengangkut perjalanan darah dari ujung medial arcus venosum
dorsalis pedis dan berjalan naik tepat di dalam malleolus medialis,
venosum dorsalin vena ini berjalan di belakang lutut, melengkung
ke depan melalui sisi medial paha. Ia bejalan melalui bagian bawah
n. saphensus pada fascia profunda dan bergabung dengan vena
femoralis.

B. PATOLOGI
Mekanisme terjadinya fraktur dapat terjadi akibat: 1) peristiwa trauma
tunggal, 2) tekanan yang berulang ulang, 3) kelemahan abnormal pada tulang,
dalam kasus fraktur femur sepertiga dextra kemungkinan mekanisme terjadinya
fraktur ada dua cara, yaitu karena trauma maupun kecelakaan langsung yang
mengenai tungkai atas pada batang femur, sehingga mengakibatkan perubahan
posisi pada fragmen tulang (Bloch, 1986).
1. Insiden
Dimana kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu faktor penyebab
terjadinya trauma rata-rata setiap penduduk 60 juga penduduk Amerika
Serikat mengalami trauma dan 50% memerlukan tindakan medis, 3,6 juta
(12%) membutuhkan perawatan di rumah sakit didapatkan 300 juta orang
diantaranya menderita kecacatan yang menetap (1%) dan 8,7 juta orang
menderita kecacatan sementara (30%). Sedang di Indonesia tercatat kurang
lebih lebih 12 ribu orang pertahunnya mengalami kecelakaan lalu lintas,
dilihat dari banyaknya kecelakaan sebagai akibatnya selain kematian adalah
kondisi patah tulang atau fraktur (Rasjad, 1998).
2. Perubahan Patologi atau Patofisiologi
Tulang bersifat terlalu rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan
daya tahan pegas untuk menahan tekanan, tulang yang mengalami fraktur,
biasanya diikuti kerusakan jaringan sekitarnya. Fraktur ini suatu permasalahan
yang kompleks karena pada fraktur tersebut tidak dilukai luka terbuka,
sehingga dalam mereposisi fraktur tersebut perlu pertimbangan dengan fiksasi
yang baik agar tidak timbul komplikasi selama reposisi. Penggunaan fiksasi
yang tepat yaitu dengan internal fiksasi jenis plate and screw. Dilakukan

operasi terhadap tulang ini bertujuan mengembalikan posisi tulang yang patah
ke normal atau posisi tulang sudah dalam keadaan sejajar sehingga akan
terjadi proses penyambungan tulang, yang menurut (Appley, Ronald, 1995).
Stadium penyembuhan fraktur melalui beberapa tahap antara lain dapat dilihat
pada tabel:
Tabel 2.5 Tahap-tahap atau proses penyembuhan tulang
Hematoma
Tulang Tulang patah

Proliferasi
Sel-sel

Kalsifikasi
Jaringan

Konsolidasi
Callus yang

Remodeling
Tulang

mengenai

periosteum

seluler yang

belum

menyambung

pembuluh

dan

keluar dari

masak akan

atau

darah

endosteum

masing-

membentuk

membentuk

paling

masing

callus

baik dari luar

Terbentuk

menonjol

fragmen

hematoma di

pada tahap

yang sudah

Berlangsung dalam canalis

sekitar

proliferasi

matang

bertahap

pepatahan

maupun dari
medularis.

dan
Proliferasi

Sel-sel

berubah-

Osteoblast

Hematoma

dari sel-sel

memberi

ubah

mengabsorbsi

dibentuk

dalam

perlengkapan

jaringan

periosteum

untuk

Adanya

tulang yang

lunak di

yang

osteoblast.

aktivitas

lebih.

sekitarnya

menutupi

pembentukan

osteoblast

fraktur, sel-

Condoblast

menjadi

Berlangsung

Permukaan

sel ini

membentuk

tulang lebih

selama 24

tulang yang

merupakan

callus yang

kuat dan

minggu

patah tidak

tumbuhnya

belum masak masa

sampai 1

mendapatkan osteoblast

dan

strukturnya

tahun

supplay

membentuk

berlapis-

jendolan.

lapis

Akan

Berlangsung

melepaskan

selama24

unsur-unsur

Adanya

Berlangsung

jam setelah

intraseluler

rigiditas

setelah 12-

terjadi

dan

pada fraktur

14 minggu

perpatahan

kemudian
menjadi

Berlangsung

fragmen

selama 6-12

lain

minggu

Berlangsung
selama 3-4
hari
Tabel 2.6 Tahap-tahap atau proses penyembuhan otot
Peradangan
Otot Radang adalah

Proliferasi
Terjadinya perbaikan jaringan

Remodeling
Terjadi

mekanisme

epitelium dan jaringan

pembentukan

pertahanan diri

penghubung (connectifity).

matrik jaringan

pada otot yang

Epitelium adalah lapisan yang

connective dan

terluka.

membentuk epidemis kulit

sebagai fase

Reaksi radang

dan lapisan permukan

penguatan

menyebabkan

mukosa.

jaringan parut,

musnahnya agen

Jaringan penghubung adalah

jaringan kolagen

yang

jaringan yang terdapat pada

dilepaskan oleh

membahayakan

jaringan ekstra selular.

fibriosis serta

dan mencegah

Fibriobrasi akan berguna pada jaringan

penyebaran yang

daerah yang mengalami

connective

luas.

peradangan dengan

masih bersifat

Radang juga

membentuk fibrin, lalu akan

lunak.

menyebabkan

membentuk jaringan parut

Organisasi

jaringan yang

yang akan menyokong tensil

sejajar masih

cidera diperbaiki

strength untuk perbaikan.

terbentuk pada

atau diganti yang

Disaat yang bersamaan sel

permukaan luka

baru.

endotel baru berkembang.

sehingga akan

Tanda-tanda

Setelah berlangsung selama 7

memelihara

radang: Bengkak

hari degenerasi protein

tensil strength.

(tumor), berwarna

miofibril akan berlangsung

Namun kekuatan

kemerahan

secara perlahan-lahan yang

maximum dari

(rubon), panas

diikuti dengan serangan

jaringan parut

(kalor), gangguan

phagocytic.

hanya 70% dari

gerak (fungsiolesi) Sel-sel otot yang mati akan

jaringan normal.

berpindah.

Tabel 2.7 Tahap-tahap atau proses penyembuhan kulit


Radang
Kulit Pada 24 jam pertama

Poliferasi
Setelah 3-9 hari epitel

Cicatrik
Merupakan

akan mengalami reaksi

akan menutup kembali

fase

radang yang mendadak.

keratin dan meluasnya

pembentukan

Hal-hal di bawah

permukaan luka yang

jaringan parut

merupakan kejadian

berkembang.

permanen

hislogik yang terjadi 48

Epidermis yang

jaringan parut

jam pertama

berhubungan dengan

tersebut akan

penyembuhan luka.

selokan berkurang

berkonstruksi

8 jam, meluasnya area

karena mutasi atau

dan pembuluh

jaringan yang

perpindahan, dari

darah yang

mengalami nekrosis

fibrobast dan terisi oleh

terdapat

pada kedua sisi sayatan.

jaringan granulasi,

didalamnya

16 jam epitelium yang

jaringan granulasi

akan

terletak antara jaringan

tersusun dari

dilenyapkan,

yang masih hidup

epitelialossel.

sehingga

dengan jaringan

Fibroblast yang

jaringan parut

nekrotik mengalami

melepaskan collagen

berubah putih,

penebalan 24 jam ke 2,

yang digunakan untuk

colagen

epitel yang berasal dari

pembentukan bekas

menjadi kuat,

jaringan epitel yang

luka dan kapiler

bekas luka

masih hidup dan

membantu terbentuknya tidak bisa

berinvasi mendekatkan

jaringan parut yang

dihilangkan.

ke 2 ujungnya.

kemerahan.

Berlangsung

40 sampai 48 jam

Jarinan garnulasi akan

beberapa

kedua, epitel tersebut

terbentuk berdasarkan

minggu

akan bertemu dan

terjadinya luka.

sampai

membuang nekrotik

Sebelum permukaan

beberapa

dari lapisan jaringan

epitel tersebut

bulan

yang keraktiosa, lalu

terbentuk, jaringan

keduanya bergabung

granulasi yang baru

dan menyatu di bawah

bergabung dengan

luka dengan

fibroblast dan kapiler

memutuskan hubungan

akan berangsur pulih.

pada luka yang

Lalu secara berangsur-

bertujuan mengeluarkan angsur akan terjadi


perompeng.

konstruksi pada luka


dipermukaan epitelium.

Tabel 2.8 Tahap-tahap atau proses penyembuhan jaringan lunak


Peradangan

Jaringan lunak
Siklus perlukaan menyebabkan reaksi dari jaringan
mengakibatkan merusak sel karena trauma, infeksi,
ischemia, sekunder atau agen fisik.

Reaksi radang untuk memulai proses healing, tetapi proses


healing tidak terjadi sampai reaksi peradangan reda.
Dengan dimulainya respon peradangan maka siklus
perlukaan telah terlihat
Dalam persendian dan struktur peri artikuler reaksi
jaringan mengarah kepada reaksi yang berlebihan,
synovial menjadi hipertensi, kadang hematrosis dan
akhirnya proses ini tidak terlewati akan terjadi degenerasi.
Jaringan lunak lainnya reaksi salah satunya adalah oedem
dan kadang disertai hemorage.
Perubahan ini membuat peradangan mengarah pada nyeri
dan protektif spastik
Pembekuan

Dengan adanya luka yang diikuti pendarahan dan


vasokontriksi pada pembuluh darah.
Mekanisme pembekuan, biasanya selesai selama 5 menit
tetapi dapat memakan 24 sampai 38 jam
Tromboplastin, tromboplastin (plasma protein) menjadi
trombin dibantu enzim trombo plastin dan lonca trombin
serta fibrinogen bergabung membentuk fibrin yang
akhirnya fibrin bersama platelest menjadi bekuan darah.

Reconstitution Dengan

istirahat

dan

terapi

yang

adekuat

akan

of communty

mempercepat penanganan sehingga respon penyembuhan


dapat terjadi.
Berpengaruh terhadap perbaikan, regenerasi, hypertrophy,
pengurangan nyeri, pengembalian ROM, menjadikan
jaringan normal, perbaikan kekuatan, perbaikan pola
gerakan normal

Tabel 2.9 Tahap-tahap atau proses penyembuhan syaraf


Syaraf

Jaringan lunak
Proses penyembuhan neufibril bagian proksimal cidera
menuju distal.
Pembentukan selubung myelin dari selubung chutan terus
berkembang, neurofibril tumbuh di sekeliling protoplasma.
Pertumbuhan ini terjadi 1 mm/hari.
Bila selubung myelin sembuh sempurna maka fungsi syaraf
akan pulih.
Tanda awalnya bila disentuh akan terasa nyeri pada syaraf.
Proses perbaikan syaraf tergantung dari:
Panjang luas yang mengalami cidera, teknik pembedahan,
lama waktu penyembuhan

3. Gejala dan Tanda Klinik


Pada kondisi post operasi fraktur femur sepertiga medial dextra maka akan
timbul gejala-gejala sebagai berikut, yaitu:
a. Permasalahan pada saluran pernafasan
Anastesi yang digunakan saat operasi bersifat sebagai zat iritan sebagai
reflek batuk tertekan dan karenanya pengeluaran sekresi menjadi sulit.
Karena lemahnya reflek batuk dan sistem sekresi karena tindakan

pembiusan menyebabkan pasien mengantuk dan lemah sehingga proses


pembuangan sekresi terganggu.
b. Nyeri, ditimbulkan oleh rangsangan respon sensorik tubuh oleh karena
kerusakan jaringan (sekitar bekas operasi tungkai kanan) dapat disebabkan
juga karena adanya oedema.
c. Bengkak, timbul oleh karena pecahnya pembuluh darah arteri yang
menyertai pelaksanaan operasi sehingga aliran darah menuju jantung tidak
lancar, maka timbul bengkak di sekitar incisi.
d. Eritema, adanya warna kemerahan pada kulit di daerah yang terinfeksi
disebabkan adanya pembengkakan. Jumlah cairan darah di bawah secara
berlebihan akibat rusaknya pembuluh darah.
e. Peningkatan suhu lokal, peningkatan suhu atau panas yang terjadi
bersamaan dengan kemerahan, dalam keadaan normal suhu kira-kira 37 oC
kaki pada daerah yang ada fiksasi atau bekas operasi menjadi lebih panas.
Komplikasi
Ronald (1994) mengemukakan bahwa komplikasi fraktur yang berkenaan dengan
kasus ini, antara lain : 1) Non union, yaitu ketidaksambungan tulang, 2) Mal
union, adalah penyambungan tulang yang tidak sempurna, 3) Delayed Union,
adalah keterlambatan penyambungan tulang, 4) Sepsis atau ikut teralirnya suatu
baksil pada sirkulasi darah sehinga menyebabkan infeksi, 5) Stiff Joint atau
kekuatan pada sendi.
Bagaimana fraktur terjadi?
Tulang bersifat relatif rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas
untuk menahan tekanan. Fraktur dapat terjadi akibat: 1) peristiwa trauma tunggal,
2) Tekanan yang berulang-ulang, atau 3) kelemahan abnormal pada tulang
(fraktur patologik).
Fraktur akibat peristiwa trauma

Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan,
yang dapat berupa pemukulan, pemuntiran atau penarikan.
Bila terkena kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat yang terkena,
jaringan lunak juga pasti rusak. Pemukuan (pukuran sementara) biasanya
menyebabkan

fraktur

melintang

dan

kerusakan

pada

kulit

diatasnya;

penghancuran kemungkinan akan menyebabkan fraktur kominutif disertai


kerusakan jaringan lunak yang luas (Appley, 1995).
Bila terkena kekuatan yang tidak langsung tulang dapat mengalami fraktur pada
tempat tang jauh dari tempat yang terkena kekuatan itu; kerusakan jaringan lunak
di tempat fraktur mungkin tidak ada (Appley, 1995).
Kekuatan dapat berup: 1) pemuntiran, yang menyebabkan fraktur spinal; 2)
penekukan, yang menyebabkan fraktur melintang; 3) penekukan dan penekanan,
yang mengakibatkan fraktur yang sebagian melintang tetapi disertai fragmen
kupu-kupu berbentuk segitiga yang terpisah; (4) kombinasi dari pemuntiran,
penekukan dan penekanan, yang menyebabkan fraktur oblik pendek, atau 5)
penarikan, dimana tendon atau ligament benar-benar menarik tulang sampai
terpisah (Appley, 1995).
Jenis-jenis Fraktur
1) Berdasarkan dengan dunia luar
a. Fraktur tertutup
Fraktur tertutup adalah fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh,
tulang tidak menonjol melalui kulit dan relatif lebih aman.
b. Fraktur terbuka
Fraktur terbuka adalah fraktur yang merusak jaringan kulit, karena adanya
hubungan dengan lingkungan luar, sehingga fraktur terbuka potensial
terjadi infeksi osteomielitis.
Fraktur terbuka dibagi menjadi 3 grade, yaitu:
Grade 1: terobeknya kulit dengan sedikit kerusakan jaringan

Grade 2: seperti grade 1 dengan memar pada kulit dan otot


Grade 3: luka sebesar 6-8 cm dengan kerusakan pembuluh darah, saraf,
otot dan kulit.
2) Berdasarkan bentuk patah tulang
a. Fraktur complete yaitu pemisahan tulang menjadi 2 fragmen
b. Fraktur incomplete yaitu patah bagian dari tulang tanpa adanya
pemisahan.
c. Fraktur comminate yaitu fraktur lebih dari 1 garis fraktur, fragmen tulang
patah menjadi beberapa bagian.
d. Impacted fraktur yaitu salah satu ujung tulang menancap ke tulang
didekatnya
3) Berdasarkan garis patahnya
a. Green stick yaitu retak pada sebelah sisi tulang, sering terjadi pada anakanak dengan tulang lembek.
b. Transverse yaitu patah tulang pada posisi melintang.
c. Longitudinal yaitu patah tulang pada posisi memanjang
d. Oblique yaitu garis patah miring
e. Spiral yaitu garis patah melingkar tulang

Anda mungkin juga menyukai