Anda di halaman 1dari 19

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Definisi
Persentasi bokong adalah janin letak memanjang dengan bagian terendahnya bokong,
kaki atau kombinasi keduanya. Presentasi bokong merupakan malpresentasi yang paling
sering dijumpai. Sebelum umur kehamilan 28 minggu, kejadian presentasi bokong berkisar
antara 25 – 30% dan sebagian besar akan berubah menjadi presentasi kepala setelah umur
kehamilan 34 minggu. Penyebab terjadinya presentasi bokong tidak diketahui, tetapi terdapat
beberapa faktor risiko selain prematuritas yaitu abnormalitas struktural uterus,
polihdramnion, plasenta previa, mulitparitas, mioma uteri, kehamilan multiple, anomali janin
(anensefali, hidrosefalus) dan riwayat presentasi bokong sebelumnya.6

3.2. Epidemiologi
Kejadian presentasi bokong ditemukan sekitar 3-4% dari seluruh persalinan tunggal
pada umur kehamilan cukup bulan (≥ 37 minggu). Beberapa peneliti lain seperti Greenhill
melaporkan kejadian persalinan presentasi bokong sebanyak 4-4,5%. Di Parkland Hospital
3,5 persen dari 136.256 persalinan tunggal dari tahun 1990 sampai 1999 merupakan letak
sungsang, sedangkan Rumah Sakit dr. Pirngadi Medan 4,4 % dan Rumah Sakit Hasan
Sadikin Bandung 4,6%, di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang sendiri pada tahun
2003-2007 didapatkan persalinan presentasi bokong sebesar 8,63%. Dari semua persalinan
diperoleh 2,5–3% merupakan persalinan presentasi bokong, diantaranya 75% presentasi
bokong sempurna dan 25% presentasi bokong tidak sempurna seperti presentasi kaki dan
lutut.7,8
Mortalitas perinatal pada presentasi bokong 13 kali lebih tinggi daripada kematian
perinatal pada presentasi kepala. Sedangkan morbiditas perinatal 5-7 kali lebih tinggi
daripada presentasi kepala. Gambaran ini dipengaruhi usia kehamilan, berat janin, dan jenis
presentasi bokong. Sebab utama kematian perinatal pada presentasi bokong : hipoksia,
trauma persalinan, prematuritas dan kelainan kongenital. Kelainan kongenital terdapat 6-18%
pada presentasi bokong, dibandingkan 2-3% pada presentasi kepala.6

3.3. Etiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan di
dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif
lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian
janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, presentasi bokong atau letak lintang.
Karena berbagai sebab yang belum diketahui begitu jelas, menjelang kehamilan aterm,
kavum uteri telah mempersiapkan janin pada posisi longitudinal dengan presentasi belakang
kepala. Presentasi bokong umumnya terjadi pada akhir trimester kedua kehamilan atau
mendekati aterm. Faktor predisposisi untuk presentasi bokong selain usia kehamilan adalah
relaksasi uterus yang dapat disebabkan oleh multiparitas, bayi multipel, hidramnion,
oligohidramnion, hidrosefalus, anensefalus, presentasi bokong sebelumnya, anomali uterus
dan berbagai tumor dalam panggul juga pada plasenta yang terletak didaerah kornu fundus
uteri.6
Fianu dan Vacclanova (1978) melalui pemeriksaan USG menemukan bahwa prevalensi
letak sungsang tinggi pada implantasi plasenta pada cornu-fundal. Ada beberapa situasi yang
memungkinkan terjadinya letak sungsang:
 Kelahiran prematur. Bila lahir saat bayi masih berukuran kecil untuk bergerak secara
bebas didalam uterus.
 Plasenta terletak di daerah fundus. Plasenta mengambil ruang dari bagian atas uterus
sehingga fetus mempunyai ruang yang lebih sempit.
 Bentuk irreguler dari uterus ibu, atau terdapat jaringan fibroid di bagian bawah dari
uterus.
 Fetus yang berjumlah lebih dari satu (seperti kembar)
 Multiparitas
 Terlalu sedikit atau terlalu banyak cairan amnion.
 Kelainan bentuk kepala, hidrocepal atau anencepal karena kepala kurang sesuai dengan
pintu atas panggul
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban
relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar daripada kepala,
maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan
kepala berada ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat
dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih
tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam
presentasi kepala. Sayangnya, beberapa fetus tidak seperti itu. Sebagian dari mereka berada
dalam posisi sungsang saat usia kehamilan aterm.6
3.4. Klasifikasi
Berikut adalah beberapa klasifikasi presentasi bokong, antara lain:9
1. Presentasi bokong murni (Frank Breech) yaitu fleksi ekstremitas bawah pada sendi
paha dan ekstensi lutut sehingga kaki terletak berdekatan dengan kepala.
2. Presentasi bokong sempurna (Complete Breech) yaitu satu atau kedua lutut lebih
banyak dalam keadaan fleksi dari pada ekstensi.
3. Presentasi bokong tidak sempurna (Incomplete Breech) yaitu satu atau kedua sendi
paha tidak dalam keadaan fleksi dan satu atau kedua kaki atau lutut terletak di bawah
bokong, sehingga kaki atau lutut bayi terletak paling bawah pada jalan lahir, terdiri
dari:
 Kedua kaki terletak di bawah (presentasi kaki sempurna)
 Hanya satu kaki terletak di bawah (presentasi kaki tak sempurna)
 Kedua lutut terletak paling rendah (presentasi lutut sempurna)
 Hanya satu lutut terletak paling rendah (presentasi lutut tak sempurna)

Presentasi bokong pada kehamilan tunggal dengan berat badan janin < 2500 gram,
yaitu:
1. 40% adalah Frank Breech
2. 10% adalah Complete Breech
3. 50% adalah Footling Breech

Presentasi bokong pada kehamilan tunggal dengan berat badan janin > 2500 gram,
yaitu:
1. 65% adalah Frank Breech
2. 10% adalah Complete Breech
3. 25% adalah Footling Breech

Posisi janin pada presentasi sungsang ditentukan dengan menggunakan sacrum sebagai
denominator (“fetal point of reference to the maternal pelvis”) sedangkan stasiun janin pada
presentasi sungsang adalah ketinggian sacrum terhadap spina ischiadica.9
Frank Breech Complete Breech Incomplete Breech
Gambar 1. Variasi Presentasi Bokong

3.5. Tanda dan Gejala


Kehamilan dengan letak sungsang seringkali oleh ibu hamil dinyatakan
bahwa kehamilannya terasa lain dari kehamilan sebelumnya, karena perut terasa
penuh dibagian atas dan gerakan lebih banyak dibagian bawah. Pada kehamilan
pertama kalinya mungkin belum bisa dirasakan perbedaannya. Dapat ditelusuri dari
riwayat kehamilan sebelumnya apakah ada yang sungsang. Pada pemeriksaan luar
berdasarkan pemeriksaan Leopold ditemukan bahwa Leopold I di fundus akan teraba bagian
yang keras dan bulat yakni kepala. Leopold II teraba punggung di satu sisi dan bagian
kecil di sisi lain. Leopold III-IV teraba bokong di bagian bawah uterus. Kadang-kadang
bokong janin teraba bulat dan dapat memberi kesan seolah-olah kepala, tetapi bokong
tidak dapat digerakkan semudah kepala. Denyut jantung janin pada umumnya
ditemukan setinggi pusat atau sedikit lebih tinggi daripada umbilikus. Pada pemeriksaan
dalam pada kehamilan letak sungsang apabila didiagnosis dengan pemeriksaan luar tidak
dapat dibuat oleh karena dinding perut tebal, uterus berkontraksi atau air ketuban
banyak. Setelah ketuban pecah dapat lebih jelas adanya bokong vang ditandai dengan
adanya sakrum, kedua tuberositas iskii dan anus. Bila dapat diraba kaki, maka
harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit, sedangkan pada tangan
ditemukan ibu jari vang letaknya tidak sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari
kurang lebih sama dengan panjang telapak tangan. Pada persalinan lama, bokong
mengalami edema sehingga kadang-kadang sulit untuk membedakan bokong dengan muka.
Pemeriksaan yang teliti dapat membedakan bokong dengan muka karena jari
yang akan dimasukkan ke dalam anus mengalami rintangan otot, sedangkan jari yang
dimasukkan kedalam mulut akan meraba tulang rahang dan alveola tanpa ada hambatan,
mulut dan tulang pipi akan membentuk segitiga, sedangkan anus dan tuberosis iskii
membentuk garis lurus. Pada presentasi bokong kaki sempurna, kedua kaki dapat diraba di
samping bokong, sedangkan pada presentasi bokong kaki tidak sempuma hanya teraba
satu kaki disamping bokong. Informasi yang paling akurat berdasarkan lokasi sakrum dan
prosesus untuk diagnosis posisi.10

3.6. Pemeriksaan Penunjang


Dilakukan jika masih ada keraguan dari pemeriksaan luar dan dalam, sehingga
harus di pertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografik atau M R I
( M a g n e t i c R e s o n a n c e I m a g i n g ) . Pemeriksaan ultrasonografik diperlukan untuk
konfirmasi letak janin, bila pemeriksaan fisik belum jelas, menentukan letak placenta,
menemukan kemungkinan cacat bawaan. Pada foto rontgen (bila perlu) untuk
menentukan posisi tungkai bawah, konfirmasi letak janin serta fleksi kepala, menentukan
adanya kelainan bawaan anak.9

3.7. Diagnosis
Diagnosis letak s u n g s a n g pada umumnya tidak sulit. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan keluhan subyektif dan pemeriksaan fisik atau penunjang yang telah dilakukan.10
1. Anamnesis
Dari anamnesis didapatkan kalau ibu hamil akan merasakan gerakan fetus diatas
panggul dan dibawah pusat, serta seringkali dirasakan sangat nyeri. Jika kehamilan
hamil aterm, ibu merasakan adanya benda keras dibawah arkus kostarum. Dari riwayat
kehamilan mungkin diketahui pernah melahirkan sungsang.
2. Pemeriksaan Abdomen
Pemeriksaan abdomen yang dilakukan, antara lain:
1) Palpasi dengan perasat Leopold didapatkan, yaitu:
 Leopold I : Kepala janin yang keras dan bulat dengan balotemen menempati
bagian fundus uteri
 Leopold II : Teraba punggung berada satu sisi dengan abdomen dan bagian-
bagian kecil berada pada sisi yang lain.
 Leopold III dan IV: diatas simpisis teraba bagian yang tidak keras, bentuk tidak
bundar dan tidak keras, jika diameter intertrokhanterika belum masuk pintu atas
panggul, tidak ada ballottement yang bergerak bebas di pintu atas panggul.
2) Auskultasi
Denyut jantung janin biasanya terdengar paling keras pada daerah sedikit diatas
umbilikus. Jika kepala fetus ditekan diantara jari, denyut jantung fetus menjadi
lambat.
3. Pemeriksaan Dalam
Pada pemeriksaan dalam akan teraba tuber ossis ischii, os sacrum dengan prosessus
spinosus, dan anus. Dan jika bokong sudah turun lebih jauh akan dapat diraba genitalia
eksterna. Pada presentasi bokong kaki akan terabakakai disamping bokong, sedangkan
pada presentasi kaki akan teraba satu atau kedua kaki didalam vagina.
Tanda paling penting adalah meraba os sacrum yang mempunyai deretan prosesus
spinosus sebagai krista sakralis media, sacrum merupakn penunjuk.
Kadang sukar membedakan antara bokong dan muka, terutama pada partus lama yang
menyebabkan bokong menjadi bengkak, atau antara kaki dan tangan.

Tabel 1. Perbandingan presentasi muka dan presentasi bokong


Presentasi muka Presentasi bokong
Mulut : Anus :
Jari mudah dimasykan kedalam mulut dan Pada fetus yang masih hidup jari sukar
teraba bakal gigi dan lidah, tidak ada dimasukan kedalam anus, kecuali sambil
jepitan spingter ani menekan dan memutar, adanya jepitan
spingter ani
Jika fetus masih hidup terdapat gerak Anus tidak menunjukan gerakan menhisap
menghisap
Pada sarung tangan tidak ada mekonium Pada sarung tangan terdapat mekonium
Mulut membentuk segitiga dengan rahang Anus selalu segaris denagn tuber ossis
ischii

4. Pemeriksaan Penunjang
Apabila masih ada keraguan harus dipertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan
ultrasonografik atau MRI.
Tabel 2. Perbandingan penunjuk kaki dan penunjuk tangan
Kaki Tangan
Jari kaki jauh lebih pendek diabnding Jari tangan hampir sama panjang dengan
telapak kaki telapak tangan
Ujung jari-jari kaki hampir satu garis lurus Ujung jari-jari tangan terletak pada garis
lengkung
Pada kaki terdapat 3 tonjolan tulang, yaitu Pada tangan terdapat ujung ulna dan radius
kalkaneus, malleolus medialis et lateralis
Ibu jari kaki tidak dapat direngangkan Ibu jari tangan dapat direngangkan
Telapak kaki tidak dapat diluruskan dan Telapak tangan dapat diluruskan dan dapat
tidak dapat salaman salaman

3.8. Diagnosis Banding


Kehamilan dengan letak sungsang dapat didiagnosis dengan kehamilan
dengan letak muka. Pada pemeriksaan fisik dengan palpasi Leopold masih ditemukan
kemiripan. Ini dibedakan dari pemeriksaan dalam yakni pada letak sungsang akan
didapatkan jari yang dimasukkan ke dalam anus mengalami rintangan otot dan anus dengan
tuberosis iskii sesuai garis lurus. Pada letak muka, jari masuk mulut akan meraba
tulang rahang dan alveola tanpa hambatan serta mulut dan tulang pipi membentuk
segitiga. Sedangkan dengan USG atau rontgen sangatlah dapat dibedakan.6

3.9. Penatalaksanaan6,11
1. Dalam Kehamilan
Pada umur kehamilan 28-30 minggu, mencari kausa dari pada letak
sungsang yakni dengan USG; seperti plasenta previa, kelainan kongenital,
kehamilan ganda, kelainan uterus. Jika tidak ada kelainan pada hasil USG,
maka dilakukan knee chest position atau dengan versi luar (jika tidak ada
kontraindikasi).

Versi luar sebaiknya dilakukan pada kehamilan 34-38 minggu. Pada


umumnya versi luar sebelum minggu ke 34 belum perlu dilakukan karena
kemungkinan besar janin masih dapat memutar sendiri, sedangkan setelah
minggu ke 38 versi luar sulit dilakukan karena janin sudah besar dan
jumlah air ketuban relatif telah berkurang.

Gambar 2 . Knee Chest Position

Gambar 3. Versi Luar


Sebelum melakukan versi luar diagnosis letak janin harus pasti
sedangkan denyut jantung janin harus dalam keadaan baik. Kontraindikasi
untuk melakukan versi luar: panggul sempit, perdarahan antepartum,
hipertensi, hamil kembar, plasenta previa. Keberhasilan versi luar 35-86 %
(rata-rata 58%). Peningkatan keberhasilan terjadi pada multiparitas, usia
kehamilan, frank breech, letak lintang. Newman membuat prediksi keberhasilan
versi luar berdasarkan penilaian seperti Bhisop skor (Bhisop-like score).
Kalau versi luar gagal karena penderita menegangkan otot-otot dinding perut,
penggunaan narkosis dapat dipertimbangkan, tetapi kerugiannya antara lain:
narkosis harus dalam, lepasnya plasenta karena tidak merasakan sakit
dan digunakannya tenaga yang berlebihan, sehingga penggunaan narkosis
dihindari pada versi luar.
Tabel 3. Bishop Score
Skor 0 1 2 3
Dilatasi 0 cm 1-2 cm 3-4 cm 5-6 cm
Pendataran 0-30% 40-50% 60-70% 80%
Konsistensi Kaku kenyal Lunak -
Posisi Posterior medial Anterior -
Turunnya kepala -3 -2 -1 s.d 0 +1 sd +2
Artinya: Keberhasilan 0% jika nilai <2 dan 100 % jika nilai >9.

2. Dalam Persalinan
Menolong persalinan letak sungsang diperlukan lebih banyak ketekunan
dan kesabaran dibandingkan dengan persalinan letak kepala. Pertama-
tama hendaknya ditentukan apakah tidak ada kelainan lain yang menjadi
indikasi seksio, seperti kesempitan panggul, plasenta previa atau adanya
tumor dalam rongga panggul.
Pada kasus dimana versi luar gagal/janin tetap letak sungsang, maka
penatalaksanaan persalinan lebih waspada. Persalinan pada letak sungsang dapat
dilakukan pervaginam atau perabdominal (seksio sesaria). Pervaginam dilakukan
jika tidak ada hambatan pada pembukaan dan penurunan bokong. Syarat persalinan
pervaginam pada letak sungsang: bokong sempurna (complete) atau bokong murni
(frank breech), pelvimetri, klinis yang adekuat, janin tidak terlalu besar, tidak
ada riwayat seksio sesaria dengan indikasi CPD, kepala fleksi.
Persalinan pervaginam
Persalinan dengan presentasi bokong perlu dilakukan penilaian untuk dilakukan
terminasi secara pervaginam atau perabdominam, salah satu penilaian objektif yang
dapat dilakukan adalah dengan menhitung score dari kriteria Zatuchi-Andros
Tabel 4. Kriteria Zatuchi-Andros

Apabila score Zatuchi-Andros ≥5 dapat dilakukan partus pervaginam dengan cara:


a. Persalinan Spontan secara Bracht

Gambar 4. Melahirkan badan

Pada pimpinan persalinan letak sungsang, bayi kadang-kadang dapat lahir


spontan dengan tenaga ibu sendiri atau penolong hanya membantu
menyesuaikan jalannya persalinan dengan sumbu persalinan, pertolongan
persalinan demikian disebut cara pertolongan menurut Bracht. Cara pertolongan
persalinan menurut Bracht ini merupakan pimpinan persalinan fisiologik pada
letak sungsang. Setelah tali pusat lahir dan dikendorkan, bokong dipegang
dengan dua tangan sbb:
1. Pada presentasi bokong murni, bokong dipegang sedemikian sehingga kedua
ibu jari pada sebelah belakang paha dan jari-jari lainnya pada daerah
sacrum.
2. Pada presentasi kaki, kedua tangan memegang paha sedemikian sehingga
kedua ibu jari pada paha sebelah depan dan jari-jari lainnya pada sacrum.
Kemudian kedua tangan yang memegang bokong atau paha memutar
badan bayi ke atas searah dengan sumbu persalinan sehingga perlahan-lahan
perut, dada dan kedua tangan yang terletak bersilangan di muka dada lahir
melalui perineum. Setelah suboksiput ada di bawah simfisis sebagai
hipomokhlion, badan diputar kea rah perut ibu, maka lahirlah bagian depan
yang disusul oleh bagian belakang kepala.

b. Manual Aid (Ekstraksi Parsialis)


Janin dilahirkan sebagian dengan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi
dengan tenaga penolong. Indikasi ekstraksi parsialis antara lain, bila
pertolongan cara bracht gagal dan indikasi elektif karena sejak semula
direncanakan pertolongan dengan manual aid. Ekstraksi parsialis merupakan
pertolongan persalinan letak sungsang yang dilakukan setelah bokong lahir.
Pada ekstraksi parsialis, pimpinan persalinan dibedakan menjadi 3 fase, yaitu:
1. Fase I: fase menunggu dengan sabar.
Fase ini mulai dari bokong lahir sampai tali pusat lahir. Bokong dibiarkan
lahir spontan sampai tali pusat lahir tanpa mengadakan manipulasi.
2. Fase II: fase bertindak cepat.
Fase ini mulai dari lahirnya tali pusat sampai lahirnya bahu. Setelah tali
pusat lahir dan dikendorkan, bokong dipegang dengan kedua tangan
sedemikian sehingga kedua ibu jari berdampingan pada sacrum dan jari-jari
lainnya pada krista iliaka. Badan ditarik ke bawah, kemudian bahu dapat
dilahirkan secara Muller, klasik atau secara Lovset.
3. Fase III : fase bertindak dengan sangat hati-hati.
Fase ini ialah fase untuk melahirkan kepala dengan sangat hati-hati supaya
tidak terjadi perdarahan intracranial. Melahirkan kepala dapat dilakukan
dengan cara Mauriceau-Smellie-Veit.
Untuk melahirkan bahu terdapat beberapa metode antara lain:
a. Cara Klasik

Gambar 5. Cara klasik melahirkan bahu

 Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara klasik ini ialah melahirkan lengan
belakang lebih dahulu, karena lengan belakang berada diruangan yang lebih
luas (sakrum), baru kemudian melahirkan lengan depan yang berada dibawah
simfisis. Tetapi bila lengan depan sukar dilahirkan, maka lengan depan
diputar menjadi lengan belakang, yaitu dengan memutar gelang bahu lalu
kearah belakang dan kemudian lengan belakang dilahirkan.
 Kedua kaki janin dipegang dengan tangan kanan penolong pada pergelangan
kakinya dan dielevasi keatas sejauh mungkin, sehingga perut janin mendekati
perut ibu.
 Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan kedalam jalan lahir
dan dengan jari tengah dan telunjuk menelusuri bahu janin sampai pada fossa
cubiti kemudian lengan dengan gerakan seolah-olah lengan bawah mengusap
muka janin.
 Untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada kaki janin diganti dengan
tangan kiri penolong, dan ditarik curam kebawah sehingga punggung janin
mendekati punggung ibu.
 Dengan cara yang sama lengan depan dilahirkan.
 Bila lengan depan sukar dilahirkan, maka lengan depan diputar menjadi
lengan belakang, yaitu dengan memutar gelang bahu lalu kearah belakang
dan kemudian lengan belakang dilahirkan.

b. Cara Muller

Gambar 6. Melahirkan bahu dengan cara Muller

 Melahirkan bahu depan dulu dengan ekstraksi lalu melahirkan bahu dan
lengan belakang.
 Bokong dipegang secara femuro-pelviks yaitu kedua ibu jari diletakkan
sejajar spina sakralis dan jari telunjuk pada krista iliaka serta jari lain
memegang paha depan. Janin ditarik securam mungkin untuk melahirkan
bahu depan sampai bahu depan tampak dibawah simfisis, dan lengan depan
dilahirkan dengan mengait lengan bawahnya.
 Setelah bahu depan lahir, maka badan janin yang masih dipegang secara
femuro-pelviks diangkat keatas, sehingga bahu belakang lahir. Bila tidak
lahir dengan sendirinya maka lengan belakang dikait dan dilahirkan. Cara
muller ini memiliki keuntungan karena tangan penolong tidak masuk jauh
kedalam jalan lahir sehingga bahaya infeksi dapat diminimalisir.

c. Cara Lovset
Prinsip persalinan Lovset ialah memutar badan janin dalam setengah
lingkaran bolak-balik sambil melakukan traksi curam ke bawah sehingga
bahu yang sebelumnya berada dibelakang akhirnya lahir di simfisis. Hal ini
disebabkan adanya inklinasi antar pintu panggul atas dengan sumbu panggul
dan bentuk kelengkungan panggul yang kelengkungan yang depan lebih
pendek dari yang belakang, sehingga bahu belakang selalu berada lebih
rendah dari bahu depan.

Gambar 7. Melahirkan bahu dengan cara Lovset

Melahirkan kepala dengan cara Mauriceau (Veit-Smellie) dengan cara:


 Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan kedalam jalan
lahir dan jari tengah dimasukkan kedalam mulut serta jari telunjuk dan jari
keempat mencengkram fossa kanina, sedangkan jari lain mencengkram leher.
Badan anak diletakkan diatas lengan bawah penolong seolah-olah janin dalam
posisi menunggan kuda. Jari telunjuk dan jari ketiga yang lain memegang
leher dari arah punggung.
 Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke bawah disertai dengan
asisten melakukan ekspresi kristeller. Lalu berturut-turut lahir dagu, muka,
dahi dan ubun-ubun besar maka lahirlah kepala janin.
Gambar 8. Melahirkan kepala dengan cara Mauriceau

c. Ekstraksi Totalis
Janin dilahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga penolong. Cara ini
dilakukan hanya bila terjadi fetal distress atau ada indikasi untuk menolong
persalinan dengan ekstraksi totalis.

3.10. Komplikasi6
- Sufokasi
Bila sebagian besar badan janin telah lahir, terjadilah pengecilan rahim sehingga terjadi
gangguan sirkulasi plasenta dan menimbulkan anoksia janin. Keadaan ini menimbulkan
rangsangan bayi untuk bernapas, sehingga darah, mukosa, cairan amnion dan mekonium
teraspirasi yang dapat menimbulkan sufokasi. Keluarnya sebagian badan janin juga
merangsang janin untuk bernapas
- Asfiksia Fetalis
Bahaya terjepitnya tali pusat pada waktu kepala masuk ke panggul.
- Kerusakan jaringan otak
Trauma pada otak janin dapat terjadi karena panggul sempit, servik yang belum terbuka
lengkap, kepala janin yang lahir secara mendadak sehingga dekompresi.
- Fraktur pada tulang-tulang janin
 Fraktur tulang-tulang kepala.
 Fraktur tulang humerus ketika menarik lengan.
 Fraktur tulang klavikula ketika melahirkan bahu.
 Paralisis brachialis.
 Fraktur femur.
 Dislokasi bahu/panggul.
 Hematoma otot-otot.
Mengingat faktor penyulit pada persalinan pervaginam maka perlu dievaluasi dengan
teliti, sebelum memutuskan untuk melahirkan janin pervaginam. Jika memutuskan untuk
menolong persalinan pervaginam penolong dituntut memiliki ketrampilan yang baik. Cara
ekstraksi totalis merupakan cara persalinan dengan resiko 3 kali lebih besar dari persalinan
spontan. Kematian perinatal pada presentasi bokong lebih besar 5 kali dibandingkan
presentasi kepala.

3.11. Prognosis
Karena kemungkinan melakukan tindakan operatif lebih sering, baik tindakan per
vaginam maupun seksio sesarea, maka morbiditas ibu akan lebih tinggi dibanding dengan
morbiditas ibu pada persalinan presentasi belakang kepala. Persalinan biasanya berlangsung
tidak lebih lama dibanding dengan persalinan pada presentasi belakang kepala; lama
persalinan rata-rata 9,2 jam pada primigravida dan 6,1 jam pada multigravida.6
Angka kematian perinatal yang meningkat disebabkan oleh karena:
a. Letak yang abnormal: bahaya pada fetus matur hampir 3 kali dibanding dengan
presentasi belakang kepala
b. Prematuritas dan kemunduran tumbuh
Setelah kehamilan 20 minggu, berat fetus yang lahir pada letak sungsang lebih kecil
dibanding dengan berat fetus pada persalinan non-sungsang.
c. Kelainan kongenital 6,3% pada presentasi bokong dibanding dengan 2,4% pada
presentasi non-bokong.
d. Faktor mekanik pada persalinan:
Tekanan tali pusat, prolapse funiculi, perdarahan intrakranial, robekan pada organ,
pada tindakan ekstraksi medulla dapat menonjol.
e. Besar fetus
Kematian perinatal maupun trauma meningkat pada bayi dengan berat badan lebih
dari 2500 g
BAB IV
ANALISIS KASUS

Ny. SBS, 28 tahun, G2P1A0 dengan usia kehamilan 38 minggu datang ke IGD RSMH
dengan keluhan perut mulas dan janin letak sungsang. Sejak ± 8 jam SMRS. Os mengeluh
perut mulas yang menjalar ke pinggang hilang timbul yang semakin lama durasinya semakin
lama, semakin sering, dan semakin kuat. Os juga mengeluh keluar air-air dari kemaluan.
Cairan jernih, bau tidak ada. Riwayat trauma (-), riwayat minum jamu-jamuan (-), riwayat
perut diurut-urut (+). Os mengaku perutnya pernah diurut dua kali oleh nenek Os dengan
tujuan untuk memutar bayi Os karena diketahui dari hasil pemeriksaan USG sebelumnya oleh
dokter bahwa bayi Os berada pada posisi sungsang. Riwayat merokok dan minum alkohol
(-), riwayat demam (-), riwayat alergi (-), riwayat sakit gigi (-), riwayat darah tinggi sebelum
hamil (-), riwayat darah tinggi kehamilan sebelumnya (-), riwayat darah tinggi pada
kehamilan ini (-). Karena janin letak sungsang sehingga dirujuk ke RSMH. Os mengaku
hamil cukup bulan dan gerakan janin masih dirasakan.
Berdasarkan anamnesis juga didapatkan bahwa pada pasien tidak ditemukan penyulit
berupa riwayat penyakit seperti diabetes melitus, asma, dan penyakit jantung. Adapun status
persalinan pada pasien ini yaitu pasien sudah pernah hamil 2 kali, melahirkan 1 kali, dan
tidak pernah abortus. Pada kehamilan sebelumnya tidak didapatkan riwayat persalinan
dengan presentasi bokong.
Pada pemeriksaan fisik umum didapatkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
Pemeriksaan khusus tidak didapatkan kelainan. Pemeriksaan obstetrik pada pemeriksaan luar
didapatkan tinggi fundus uteri 2 jari di bawah processus xyphoideus (34 cm), letak
memanjang, punggung kiri, presentasi bokong, penurunan 3/5, His 4x/10 menit/30 detik, DJJ
146 x/menit, TBJ 3370 gram. Pada pemeriksaan dalam didapatkan portio tidak teraba, letak
pembukaan lengkap, ketuban (-), bagian terbawah bokong penurunan di bawah spina
ischiadica, penunjuk sacrum kanan depan. Pada pemeriksaan tambahan dilakukan
pemeriksaan laboratorium dengan hasil dalam batas normal.
Pada saat os pertama kali datang ke IGD RSMH os datang dengan tanda-tanda inpartu
dengan HIS yang adekuat, dari anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan bahwa os datang
dengan kala II dengan presentasi bokong. Maka diagnosis pada pasien ini adalah G2P1A0
hamil 38 minggu inpartu kala II, janin tunggal hidup presentasi bokong. Pasien direncanakan
partus pervaginam segera dan diberikan IVFD RL gtt xx/menit.
Rencana persalinan pervaginam dilihat berdasarkan skor Zatuchni-Andros pada pasien
ini adalah 7, yaitu paritas multi (1), usia gestasi 38 minggu (1), TBJ ≥3370 gram (1), station
≥-1 (2), riwayat presbo tidak ada (0) dan pembukaan lengkap (2). Pada penilaian skor
Zatuchni-Andros, skor ≥5 dapat dilakukan persalinan secara pervaginam. Namun skor ini
bukan merupakan suatu jaminan bahwa persalinan pervaginam pasti berhasil.
Pada kasus ini faktor risiko yang memungkinkan terjadinya presentasi bokong adalah
multiparitas, dimana pasien mempunyai riwayat melahirkan lebih dari satu kali. Sedangkan
faktor risiko lainnya seperti abnormalitas struktural uterus, polihidramnion, oligohidramnion,
plasenta previa, mioma uteri, kehamilan multipel, anomali janin (anensefali, hidrodefalus)
tidak ditemukan.
Pasien disegerakan ke ruang tindakan P2 obgyn IGD RSMH untuk dilakukan
persalinan pervaginam. Kontraksi his yang makin lama makin sering dan kuat dirasakan os
yaitu 3x/10 menit/40 detik dan parturien ingin mengedan kuat. Hasil pemeriksaan dalam
didapatkan portio tidak teraba, pembukaan lengkap, terbawah bokong, penurunan di bawah
spina ischiadica, penunjuk sakrum kiri depan, ketuban pecah, jernih, bau (-). Seperti
disebutkan diatas, pasien ini memenuhi syarat untuk dilahirkan pervaginam, dan jenis
persalinan pervaginam yang direncanakan adalah spontan Bracht. Cara pertolongan
persalinan menurut Bracht ini merupakan pimpinan persalinan.
Daftar Pustaka

6. Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo
7. Departemen Kesehatan. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta. Hal. 75
—78.
8. Departemen Kesehatan. 2013. Profik Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2012.
Palembang.
9. Cunningham, F.G et al. 2014. Breech Presentation and Delivery In: Williams Obstetrics.
24st edition. New York: Mc Graw Hill Medical Publising Division, 558-573.
10. Saifuddin AB. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo.
11. Supono. 1983. Ilmu Kebidanan: Bagian Tindakan. Edisi Pertama. Palembang. Bagian
Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum FK Unsri.

Anda mungkin juga menyukai