Oleh:
Hana Sulistia, S.Ked
71 2021 065
Pembimbing:
dr. Syahrul Muhammad, MARS
Tugas Akhir
Judul:
Oleh:
Hana Sulistia, S.Ked
71 2021 065
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti ujian
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat di Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang/ Puskesmas Talang Ratu
Palembang periode 10 April – 7 Mei 2023
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul
“Upaya Peningkatan Cakupan Pelayanan Imunisasi Balita di Puskesmas
Talang Ratu Kota Palembang” sebagai salah satu syarat untuk ujian
Kepaniteraan Klinik di SMF Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran
Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW
beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya sampai akhir zaman.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih kepada :
1. dr. Syahrul Muhammad, MARS selaku pembimbing dan penguji karya tulis
akhir di Kepaniteraan Klinik di SMF Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu
Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang.
2. Rekan–rekan co-assistensi dan seluruh staff Puskesmas Talang Ratu
Palembang Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan
tugas akhir ini.
Masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala
saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga tugas
akhir ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB III. PROFIL PUSKESMAS
3.1. Gambaran Umum Puskesmas Talang Ratu ...................................................36
3.2. Letak Geografis .............................................................................................36
3.3. Keadaan Demografi .......................................................................................37
3.4. Jaringan dan Jejaring Puskesmas Talang Ratu ..............................................44
3.5. Struktur Organisasi Puskesmas Talang Ratu .................................................45
3.6. Penilaian Kinerja Puskesmas .........................................................................46
iv
BAB I
PENDAHULUAN
6
kesehatan seperti meningkatkan upaya imunisasi pada anak, pemenuhan
nutrisi serta kebersihan diri dan lingkungan dan memberikan Air Susu Ibu
(ASI) kepada bayi. Selain itu, program ini juga menyesuaikan kebijakan
Menteri Kesehatan Indonesia dalam upaya preventif penyebaran penyakit
menular seperti melakukan perluasan cakupan imunisasi. Terbentuknya Pos
Pelayanan Terpadu (Posyandu) bayi adalah salah satu wujud nyata dari
program PKMD. Posyandu bayi adalah program yang melibatkan kerjasama
antara masyarakat dan tenaga kesehatan dalam upaya menurunkan Angka
Kematian Bayi (AKB). Salah satu kegiatan nyata yang dilakukan untuk
menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) dalam program Posyandu adalah
pemberian imunisasi dasar pada bayi usia 0-12 bulan).3
.Indikator pencapaian imunisasi yang baik adalah lengkapnya
pemberikan imunisasi. Imunisasi dasar dapat dikatakan penting karena pada
masa awal setelah kelahiran, bayi sangat rentan terkena penyakit dan apabila
bayi terkena penyakit maka dapat menyebabkan kecatatan fisik maupun
mental bahkan kematian. Selain itu juga pemberian imunisasi sangat penting
bagi bayi karena dapat mencegah beberapa penyakit infeksius.3
Di Puskesmas Talang Ratu kota Palembang, berdasarkan cakupan
pelayanan imunisasi, penilaian kinerja puskesmas menurut Standar Pelayanan
Minimal, cakupan pelayanan imunisasi balita yang ditemukan tahun 2022
adalah 59,53 % dari target 92,5%. Oleh sebab itu, penulis tertarik
mengangkat topik ini sebagai tugas akhir Kepaniteraan Klinik Senior Bagian
Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas di Puskesmas Talang
Ratu Kota Palembang.
7
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui upaya peningkatan cakupan pelayanan
imunisasi balita di Puskesmas Talang Ratu Kota Palembang.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Imunisasi
2.1.1 Definisi
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak
diimunisasi, berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu.
Anak kebal atau resisten terhadap suatu penyakit tetapi belum tentu kebal
terhadap penyakit yang lain. Imunisasi adalah suatu upaya untuk
menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu
penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak
akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.5
Imunisasi merupakan salah satu cara yang efektif untuk mencegah
penularan penyakit dan upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian
pada bayi dan balita.5 Imunisasi merupakan upaya kesehatan masyarakat
paling efektif dan efisien dalam mencegah beberapa penyakit berbahaya.6
Imunisasi merupakan upaya pencegahan primer yang efektif untuk mencegah
terjadinya penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi.7
Jadi Imunisasi ialah tindakan yang dengan sengaja memberikan
antigen atau bakteri dari suatu patogen yang akan menstimulasi sistem imun
dan menimbulkan kekebalan, sehingga hanya mengalami gejala ringan
apabila terpapar dengan penyakit tersebut.
9
(insiden di bawah 1 per 1.000 kelahiran hidup dalam satu
tahun) pada tahun selanjutnya.
c. Eradikasi polio pada tahun selanjutnya
d. Tercapainya eliminasi campak pada tahun selanjutnya.
e. Terselenggaranya pemberian imunisasi yang aman serta
pengelolaan limbah medis (safety injection practise and waste
disposal management). 7
Imunisasi mempunyai tujuan terhadap pertahanan pada sistem
tubuh di pengaruhi dengan timbulnya beberapa faktor seperti
tingginya suatu kadar antibodi yang dimiliki ketika dilakukan
imunisasi, antigen yang disuntikkan akan mengalami berbagai efek
samping, rentan waktu atau jarak yang dilakukan selama pemberian
imunisasi, dan mencari pengetahuan dan informasi untuk melihat
seberapa efektif atau tidaknya imunisasi pada bayi, anak dan sasaran
lainnya. 7
10
lengkap yaitu karena takut anaknya demam, sering sakit, keluarga tidak
mengizinkan, tempat imunisasi jauh, tidak tahu tempat imunisasi, serta sibuk/
repot.1 Pemahaman mengenai imunisasi bahwa imunisasi dapat menyebabkan
efek samping yang membahayakan seperti efek farmakologis, kesalahan
tindakan atau yang biasa disebut Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
seperti nyeri pada daerah bekas suntikan, pembengkakan lokal, menggigil,
kejang hal ini menyebabkan orang tua atau masyarakat tidak membawa
anaknya ke pelayanan kesehatan sehingga mengakibatkan sebagian besar
bayi dan balita belum mendapatkan imunisasi.5
11
bidang kesehatan mendorong peningkatan kualitas pelayanan imunisasi
ditandai dengan penemuan beberapa vaksin baru seperti Rotavirus, Jappanese
Encephalitis, dan lain-lain. Selain itu perkembangan teknologi juga telah 11
menggabungkan beberapa jenis vaksin sebagai vaksin kombinasi yang
terbukti dapat meningkatkan cakupan imunisasi, mengurangi jumlah suntikan
dan kontak dengan petugas.7
b. Imunisasi Tambahan
Imunisasi tambahan adalah kegiatan imunisasi yang tidak wajib
dilaksanakan, hanya dilakukan atas dasar ditemukannya masalah dari hasil
12
pemantauan dan evaluasi, yang termasuk imunisasi tambahan meliputi
1. Backlog fighting
Backlog adalah upaya aktif di untuk melengkapi Imunisasi dasar pada
anak yang berumur 1-3 tahun. Dilaksanakan di desa yang tidak
mencapai (Universal Child Imumunization / UCI) selama dua tahun.
2. Crash program
Kegiatan ini ditujukan untuk wilayah yang memerlukan intervensi
secara cepat karena masalah khusus seperti:
a) Angka kematian bayi akibat PD3I tinggi
b) Infrastruktur (tenaga, sarana, dana) kurang
c) Desa yang selama tiga tahun berturut-turut tidak mencapai
(Universal Child Imumunization / UCI).
Kegiatan ini biasanya menggunakan waktu yang relatif panjang,
tenaga dan biyaya yang banyak maka sangat diperlukan adanya
evaluasi indikator yang perlu ditetapkan misalnya campak, atau
campak terpadu dengan polio
4) PIN (Pekan Imunisasi Nasional)
Pekan Imunissai Nasional suatu kegiatan untuk memutus mata rantai
penyebaran virus polio atau campak dengan cara memberikan vaksin
polio dan campak kepada setiap bayi dan balita tanpa
mempertimbangkan status imunisasi sebelumnya. Pemberian imunisasi
campak dan polio pada waktu PIN di samping untuk memutus rantai
penularan juga berguna sebagai imunisasi ulangan.
5) Kampanye (Cath Up Campaign)
Kegiatan-kegiatan imunisasi maasal yang dilakukan secara bersamaan
di wilayah tertentu dalam upaya memutuskan mata rantai penyakit
penyebab PD3I.
6) Imunisasi dalam Penanggulangan KLB
Pelaksanaan kegiatan Imunisasi dalam penanganan KLB disesuaikan
dengan situasi epidemiologi penyakit
13
2.1.8 Sasaran Imunisasi
Sasaran pada imunisasi dasar lengkap sebagai berikut:
1. Jenis-Jenis PD31
a. Jenis-Jenis penyakit menular tertentu: TBC, difteri, pertusis,
campak, polio, hepatitis B, hepatitis A, meningitis,
meningokokus, haemophilus influenza tipe B, Kolera, rabies,
japanese encephalitis, tifus abdominalis, rubella, varicella,
pneumoni pneumokokus, yellow fever, shigellosis, parotitis
epidemica.
b. Untuk jenis penyakit menular seperti difteri, pertusis, tetanus,
TBC, campak, poliomielitis, hepatitis B.
2. Sasaran
a. Bayi (<1 Tahun)
Sasaran imunisasi pada bayi meliputi imunisasi Hepatitis B
untuk umur 0-7 hari (setelah lahir), BCG usia 1 bulan, Polio /
IPV umur 1, 2, 3,4 bulan, DPT-HB-Hib usia 2, 3, 4 bulan,
serta Campak berumur 9 bulan.
b. Anak Bayi Usia 5 Tahun
Meliputi imunisasi DPT-HB-Hib untuk umur 18 bulan dan
Campak pada umur 24 bulan.
c. Wanita Usia Subur (WUS) yang berumur 15-39 tahun (bumil
dan wanita yang akan menikah). Imunisasi yang akan
dilakukan berupa vaksinasi TT1, TT2 1 bulan setelah TT1,
TT3 6 bulan setelah TT2, TT4 12 bulan setelah TT3, TT5 12
bulan setelah TT4.
3. Sasaran Wilayah / Lokasi
Sasaran program imunisasi yaitu seluruh desa/ kelurahan di
wilayah Indonesia.5
14
Tabel 2.1 Sasaran Imunisasi pada Bayi
16
berakibat parah karena adanya reaksi simpang di dalam tubuh (misal,
keracunan), yang mungkin menyebabkan masalah persarafan, kesulitan
memusatkan perhatian, nasalah perilaku seperti autisme, hingga resiko
kematian.
3. Penyebab tidak diketahui
Bila kejadian atau masalah yang dilaporkan belum dapat dikelompokkan
ke dalam salah satu penyebab, maka untuk sementara dimasukkan ke
kelompok "penyebab tidak diketahui" sambil menunggu informasi lebih
lanjut. Biasanya, dengan kelengkapan informasi akan dapat ditentukan
kelompok penyebab KIPI. Saat ini sudah ada puluhan ribu kejadian
buruk akibat imunisasi yang dilaporkan, dan puluhan ribu lainnya yang
tidak dilaporkan. Pada anak-anak, imunisasi (dan antibiotik)
bertanggung jawab untuk sebagian besar reaksi negatif dibanding obat-
obat resep lainnya. Jadi realitanya, tidak ada obat yang aman untuk
setiap anak. Dan, beberapa obat lebih berbahaya daripada beberapa obat
lainnya.
Keamanan imunisasi seharusnya berlandaskan pada ilmu
pengetahuan yang baik, bukan hipotesa, pendapat, keyakinan
perorangan, atau pengamatan. Namun faktanya, hingga kini banyak yang
tidak diketahui para ilmuwan tentang cara kerja imunisasi di dalam
tubuh pada tingkat sel dan molekul. Tes yang memadai untuk imunisasi
juga tidak ada. Yang juga kurang, adalah pengertian tentang efek jangka
panjang dari imunisasi massal bagi bayi dan anak-anak. Yang diketahui
adalah, sejak akhir tahun 1950-an, ketika imunisasi massal mulai
diwajibkan di Amerika Serikat, telah terjadi peningkatan kasus kelainan
sistem imun dan persarafan, termasuk kesulitan memusatkan perhatian,
asma, autisme, diabetes anak- anak, sindroma keletihan menahun,
kesulitan belajar, rematoid artritis, multipel sklerosis, dan masalah
kesehatan yang menahun lainnya.
Di Amerika Serikat dan tempat-tempat lain di dunia, adanya
peningkatan besar jumlah masalah medis yang terkait dengan imunisasi
yang dilaporkan orangtua dan profesional kedokteran, telah mencetuskan
17
suatu gerakan yang menuntut dilakukannya lebih banyak kajian yang
lebih baik tentang potensi efek buruk jangka panjang atau menahun dari
imunisasi. Imunisasi kadang dapat mengakibatkan efek samping. Ini
adalah tanda baik yang membuktikan bahwa vaksin betuk-betul bekerja
secara tepat :
a) BCG: Setelah 2 minggu akan terjadi pembengkakan kecil dan merah
ditempat suntikan. Setelah 2–3 minggu kemudian pembengkakan
menjadi abses kecil dan kemudian menjadi luka dengan garis tengah
±10 mm. Luka akan sembuh sendiri dengan meninggalkan luka
parut yang kecil.
b) DPT: Kebanyakan bayi menderita panas pada waktu sore hari
setelah mendapatkan imunisasi DPT, tetapi panas akan turun dan
hilang dalam waktu 2 hari. Sebagian besar merasa nyeri, sakit,
kemerahan atau bengkak di tempat suntikan. Keadaan ini tidak
berbahaya dan tidak perlu mendapatkan pengobatan khusus, akan
sembuh sendiri. Bila gejala diatas tidak timbul tidak perlu diragukan
bahwa imunisasi tersebut tidak memberikan perlindungan dan
Imunisasi tidak perlu diulang.
c) POLIO : Jarang timbuk efek samping.
d) CAMPAK : Anak mungkin panas, kadang disertai dengan
kemerahan 4–10 hari sesudah penyuntikan.
e) HEPATITIS : Belum pernah dilaporkan adanya efek samping. Perlu
diingat efek samping imunisasi jauh lebih ringan daripada efek
penyakit bila bayi tidak diimunisasi.
18
2.1.10 Jadwal Pemberian Imunisasi
19
segera setelah lahir sebelum berumur 24 jam, didahului penyuntikan
vitamin K1 minimal 30 menit sebelumnya. Bayi lahir dari ibu HBsAg
positif, segera berikan vaksin HB dan immunoglobulin hepatitis B (HBIg)
pada ekstrimitas yang berbeda, maksimal dalam 7 hari setelah lahir.
Imunisasi HB selanjutnya diberikan bersama DTwP atau DTaP (IDAI,
2020).
b. Vaksin polio
Vaksin Polio 0 sebaiknya diberikan segera setelah lahir. Apabila lahir
di fasilitas kesehatan diberikan bOPV-0 saat bayi pulang atau pada
kunjungan pertama. Selanjutnya berikan bOPV atau IPV bersama DTwP
atau DTaP. Vaksin IPV minimal diberikan 2 kali sebelum berusia 1 tahun
bersama DTwP atau DTaP (IDAI, 2020).
c. Vaksin BCG
Vaksin BCG sebaiknya diberikan segera setelah lahir atau segera
mungkin sebelum bayi berumur 1 bulan. Bila berumur 2 bulan atau lebih,
BCG diberikan bila uji tuberkulin negatif. (IDAI, 2020).
d. Vaksin DPT
Vaksin DPT dapat diberikan mulai umur 6 minggu berupa vaksin
DTwP atau DTaP. Vaksin DTaP diberikan pada umur 2, 3, 4 bulan atau 2,
4, 6 bulan. (IDAI, 2020).
e. Vaksin Hib
Vaksin Hib diberikan pada usia 2, 3, dan 4 bulan. Kemudian booster
Hib diberikan pada usia 18 bulan di dalam vaksin pentavalent (IDAI,
2020).
f. Vaksin pneumokokus (PCV)
PCV diberikan pada umur 2, 4, dan 6 bulan dengan booster pada umur
12- 15 bulan. Jika belum diberikan pada umur 7-12 bulan, berikan PCV 2
kali dengan jarak 1 bulan dan booster setelah 12 bulan dengan jarak 2
bulan dari dosis sebelumnya. (IDAI, 2020).
g. Vaksin rotavirus
Vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali, dosis pertama mulai
umur 6 minggu, dosis kedua dengan internal minimal 4 minggu, harus
20
selesai pada umur 24 minggu. Vaksin rotavirus pentavalen diberikan 3
kali, dosis pertama 6-12 minggu, dosis kedua dan ketiga dengan interval 4
sampai 10 minggu, harus selesai pada umur 32 minggu (IDAI, 2020).
h. Vaksin influenza
Vaksin influenza diberikan mulai umur 6 bulan, diulang setiap tahun.
(IDAI, 2020).
i. Vaksin MR/MMR
Vaksin MR / MMR pada umur 9 bulan berikan vaksin MR. Bila
sampai umur 12 bulan belum mendapat vaksin MR, dapat diberikan MMR.
Umur 18 bulan berikan MR atau MMR. Umur 5-7 tahun berikan MR
(dalam program BIAS kelas 1) atau MMR (IDAI, 2020).
j. Vaksin jepanese encephalitis (JE)
Vaksin JE diberikan mulai umur 9 bulan di daerah endemis atau yang
akan bepergian ke daerah endemis. Untuk perlindungan jangka panjang
dapat berikan booster 1-2 tahun kemudian (IDAI, 2020).
k. Vaksin varisela
Vaksin varisela diberikan mulai umur 12-18 bulan. (IDAI, 2020).
l. Vaksin hepatitis A
Vaksin hepatitis A diberikan 2 dosis mulai umur 1 tahun, dosis ke-2
diberikan 6 bulan sampai 12 bulan kemudian (IDAI, 2020).
m. Vaksin tifoid
Vaksin tifoid polisakarida diberikan mulai umur 2 tahun dan diulang
setiap 3 tahun (IDAI, 2020).
n. Vaksin human papilloma virus (HPV)
Vaksin HPV diberikan pada anak perempuan umur 9-14 tahun 2 kali
dengan jarak 6-15 bulan (atau pada program BIAS kelas 5 dan 6). (IDAI,
2020).
o. Vaksin dengue
Vaksin dengue diberikan pada anak umur 9-16 tahun dengan
seropositif dengue yang dibuktikan adanya riwayat pernah dirawat dengan
diagnosis dengue (pemeriksaan antigen NS-1 dan atau uji serologis
IgM/IgG antidengue positif) atau dibuktikan dengan pemeriksaan serologi
21
IgG anti positif (IDAI, 2020).
22
imunisasi dasar dan lanjutan tetap diupayakan lengkap dan dilaksanakan
sesuai jadwal untuk melindungi anak dari PD3I, secara operasional,
pelayanan imunisasi baik di posyandu, puskesmas, puskesmas keliling
maupun fasilitas kesehatan lainnya yang memberikan layanan imunisasi
mengikuti kebijakan pemerintah daerah setempat, kegiatan surveilans PD3I
harus dioptimalkan termasuk pelaporannya, serta menerapkan prinsip
pencegahan infeksi (PPI) dan menjaga jarak aman 1 – 2 meter.6
2.2 Puskesmas
2.2.1 Definisi Puskesmas
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif
dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya di wilayah kerjanya.11
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja.11
1. Unit Pelaksana Teknis
Sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (UPTD),
puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis
operasional Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan merupakan unit
pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan
kesehatan di Indonesia.
2. Pembangunan Kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh
bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
optimal.
3. Penanggungjawab Penyelenggaraan
Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan
kesehatan di wilayah kabupaten/kota adalah Dinas Kesehatan
23
Kabupaten/Kota, sedangkan puskesmas bertanggungjawab hanya
sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas
kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannya.
4. Wilayah Kerja
Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan,
tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari dari satu puskesmas,
maka tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas, dengan
memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW).
Masing-masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggung
jawab langsung kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pembangunan
kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk
mewujudkan masyarakat yang:
a. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat;
b. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu
c. Hidup dalam lingkungan sehat dan
d. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.
24
diperlukan
2) Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan
3) Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan
4) Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat
perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor lain terkait
5) Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan
danupaya kesehatan berbasis masyarakat
6) Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia
Puskesmas
7) Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan
kesehatan
8) Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses,
mutu, dan cakupan Pelayanan Kesehatan, dan
9) Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat,
termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon
penanggulangan penyakit.
25
e) pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.
26
keseluruhan. Sesungguhnya, perencanaan pada dasarnya merupakan
salah satu dari fungsi administrasi yang amat penting.Pekerjaan
administrasi yang tidak didukung oleh perencanaan, bukan merupakan
pekerjaan administrasi yang baik.
2) Dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan
Suatu perencanaan yang baik adalah yang dilakukan secara terus
menerus dan berkesinambungan. Perencanaan yang dilakukan hanya
sekali bukanlah perencanaan yang dianjurkan. Ada hubungan yang
bekelanjutan antara perencanaan dengan berbagai fungsi administrasi
lain yang dikenal. Disebutkan perencanaan penting untuk pelaksanaan,
yang apabila hasilnya telah dinilai, dilanjutkan lagi dengan perencanaan
penting untuk pelaksanaan, yang apabila hasilnya telah dinilai,
dilanjutkan lagi dengan perencanaan.
3) Berorientasi pada masa depan
Suatu perencanaan yang baik adalah yang berorientasi pada masa depan.
Artinya, hasil dari pekerjaan perencanaan tersebut, apabila dapat
dilaksanakan, akan mendatangkan berbagai kebaikan tidak hanya pada
saat ini tapi pada masa yang akan datang.
4) Mampu menyelesaikan masalah
Suatu perencanaan yang baik adalah yang mampu menyelesaikan
berbagai masalah dan ataupun tantangan yang dihadapi. Penyelesaian
masalah dan ataupun tantangan yang dimaksudkan disini tentu harus
disesuaikan dengan kemampuan.
5) Mempunyai tujuan
Suatu perencanaan yang baik adalah yang mempunyai tujuan yang
dicantumkan secara jelas. Tujuan yang dimaksudkan disini biasanya
dibedakan atas dua macam, yakni tujuan umum yang berisikan uraian
secara garis besar, serta tujuan khusus yang berisikan uraian lebih
spesifik.
6) Bersifat mampu kelola
Suatu perencanaan yang baik adalah yang bersifat mampu kelola, dalam
arti bersifat wajar, logis, objektif, jelas, runtun, fleksibel serta telah
27
disesuaikan dengan sumber daya. Perencanaan yang disusun tidak logis
serta tidak runtun, apalagi yang tidak sesuai dengan sumber daya,
bukanlah perencanaan yang baik.
28
2.4.4 Tujuan Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP)
a. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan kemampuan manajemen di puskesmas
dalam menyusun perencanaan kegiatan tahunan berdasarkan
fungsi dan azas penyelenggaraannya.13
b. Tujuan Khusus
1. Tersusunnya rencana usulan kegiatan (RUK) puskesmas untuk
tahun berikurnya dalam upaya mengatasi masalah atau sebagian
masalah kesehatan masyarakat.
2. Tersusunnya rencana pelaksanaan kegiatan (RPK) setelah
diterimanya alokasi sumber daya untuk kegiatan tahun berjalan
dari berbagai sumber.
29
tersebut demi keberhasilan penyusunan perencanaan tingkat
puskesmas.
3. Puskesmas mempelajari kebijakan dan pengarahan yang telah
ditetapkan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota, dinas
kesehatan propinsi dan departemen kesehatan.
30
2. Data sumber daya
Data sumber daya puskesmas (termasuk puskesmas pembantu
dan bidan di desa, mencakup :
a) Ketenagaan
b) Obat dan bahan habis pakai
c) Peralatan
d) Sumber pembiayaan yang berasal dari pemerintah (Pusat
dan Daerah), masyarakat, dan sumber lainnya
e) Sarana dan prasarana, antara lain gedung, rumah
dinas, komputer, mesin tik, meubelair,
kendaraan.
3. Data peran serta masyarakat
Data ini mencakup jumlah posyandu, kader, dukun bayi dan
tokoh masyarakat.
4. Data penduduk dan sasaran program
Data penduduk dan sasaran program mencakup : jumlah
penduduk seluruhnya berdasarkan jenis kelamin, kelompok
umur (sesuai sasaran program), sosio ekonomi pekerjaan,
pendidikan, keluarga miskin (persentase di tiap
desa/kelurahan). Data ini dapat diperoleh di kantor
kelurahan/desa, kantor kecamatan, dan data estimasi sasaran
di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
5. Data sekolah
Data sekolah dapat diperoleh dari dinas pendidikan setempat,
mencakup jenis sekolah yang ada, jumlah siswa, klasifikasi
sekolah UKS, jumlah dokter kecil, jumlah guru UKS dan
lainnya.
6. Data kesehatan lingkungan wilayah kerja puskesmas
Data kesehatan lingkungan mencakup rumah sehat, tempat
pembuatan makanan/minuman, tempat-tempat umum, tempat
pembuangan sampah, saarana air bersih, jamban keluarga dan
sistem pembuangan air limbah.
31
B. Data Khusus (hasil penilaian kinerja puskesmas)
1. Status kesehatan terdiri dari :
• Data kematian
• Kunjungan kesakitan
• Pola penyakit yaitu 10 penyakit terbesar yang ditemukan
2. Kejadian luar biasa
3. Cakupan program pelayanan kesehatan 1 (satu) tahun
terakhir di tiap desa/kelurahan
4. Hasil survey (bila ada)
32
Carl, dsb. Penetapan penggunaan metode tersebut diserahkan
kepada masing-masing puskesmas.
a. Urgency
Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dikaitkan
dengan waktu yang tersedia serta seberapa keras tekanan
waktu tersebut untuk memecahkan masalah yang
menyebabkan isu tadi.
b. Seriousness
Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan dengan
akibat yang timbul dengan penundaan pemecahan masalah
yang menimbulkan isu tersebut atau akibat yang
menimbulkan masalah masalah lain kalau masalah penyebab
isu tidak dipecahkan. Perlu dimengerti bahwa dalam keadaan
yang sama, suatu masalah yang dapat menimbulkan masalah
lain adalah lebih serius bila dibandingkan dengan suatu
masalah lain yang berdiri sendiri.
c. Growth
Seberapa kemungkinan-kemungkinannya isu tersebut
menjadi berkembang dikaitkan kemungkinan masalah
penyebab isu akan makin memburuk kalau dibiarkan.
Kriteria M1 M2 M3 M4
Urgency (U) 5 3 4 2
Seriousnes (S) 3 4 1 5
Growth (G) 4 1 2 3
Total (UxSxG) 60 12 8 30
1. Merumuskan Masalah
Hal ini mencakup apa masalahnya, siapa yang terkena
masalahnya, berapa besar masalahnya, dimana masalah itu terjadi
33
dan bila mana masalah itu terjadi (What, who, when, where dan
how).
3. Pemecahan Masalah
Untuk menetapkan cara pemecahan masalah dapat dilakukan
dengan kesepakatan diantara anggota tim. Bila tidak terjadi
kesepakatan dapat digunakan kriteria matriks. Untuk itu harus
dicari alternatif pemecahan masalahnya. Langkah-langkah
pemecahan masalah sebagai berikut: 13
1. Brainstorming (curah pendapat).
Dilaksanakan untuk membangkitkan ide/gagasan/pendapat
tentang suatu topik atau masalah tertentu dari setiap anggota
tim dalam periode waktu yang singkat dan bebas dari kritik.
34
2. Kesepakatan di antara anggota tim, berdasarkan hasil dari
curah pendapat (brainstorming).
3. Bila tidak terjadi kesepakatan, digunakan metode Tabel cara
pemecahan masalah.
35
BAB III
PROFIL PUSKESMAS
36
20 Ilir D-IV. Puskesmas ini terletak di Jalan Letnan Murod No.986 Rt.13A KM.5 dan
mempunyai luas wilayah 96 Ha atau 0,96 KM2. Lokasinya relatif mudah di jangkau
oleh masyarakt dengan berjalan kaki atau dengan kendaraan ojek dan lain-lain. Pasien
yang berobat adalah warga di sekitar Puskesmas Talang Ratu dan ada juga yang berasal
dari luar wilayah kerja.
Wilayah kerja Puskesmas Talang Ratu terdiri dari satu kelurahan yaitu
kelurahan 20 Ilir D-IV yang mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Srijaya
2. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Siring Agung
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Ario Kemuning
4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Ariodillah (20 Ilir D-IV)
a. KK Gakin 409
37
b. KK Non Gakin 3170
9 Jumlah Bayi 74
a. Negeri 3
b. Swasta 0
a. Negeri 1
b. Swasta 1
a. Negeri 1
b. Swasta 1
38
3.3.2 Distribusi Penduduk Menurut Golongan Umur dan Sex Rasio
Distribusi penduduk dilihat menurut golongan umur, maka jumlah
pendudukyang terbesar adalah golongan umur 15-44 tahun, dengan jumlah laki-
laki 1290 dan perempuan 885 orang dari jumlah penduduk. Pada kelompok
umur 0-4 tahun jumlah laki-laki 293 orang dan perempuan 283 orang
sedangkan kelompok umur 5-14 tahun laki-laki berjumlah 2951 orang dan
perempuan 2871 dari jumlah seluruhpenduduk.
Untuk kelompok umur 45-64 tahun jumlah laki-laki 765 orang dan
perempuan585 orang dari jumlah penduduk. Sedangkan untuk kelompok umur
lebih dari 65 tahun jumlah laki-laki 325 orang dan perempuan 286 orang dari
jumlah penduduk. Sehingga dari data diatas dapat dilihat bahwa penduduk di
wilayah kerja Puskesmas Talang Ratu lebih banyak perempuan dibandingkan
laki-laki.
Angka sex rasio adalah perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki
dan perempuan pada suatu wilayah. Angka sex ratio Untuk Wilayah Kerja
Puskesmas Talang Ratu Kelurahan 20 ILir D-IV Tahun 2022 adalah 98,08 %.
Jadi dalam setiap100 orang perempuan terdapat 98,08 % laki-laki.
39
Tabel 3.2. Data TK/PAUD di Wilayah Kerja Puskesmas Talang Ratu Tahun
2022
JUMLAH SISWA
NO TK/PAUD PEREMPUAN LAKI-LAKI
1 Rossi 25 27
2 Cahaya Muslimah 25 30
3 Panca Bakti 18 13
4 Mawar 12 8
5 Anggrek 16 12
6 Paud Darusalam 11 12
7 TK Auladi 29 24
Tabel 3.3. Data Pelaksanaan Screening Kelas I Siswa Murid SD, SMP dan SMA
di Wilayah Kerja Puskesmas Talang Ratu Tahun 2022
JUMLAH SISWA
NO SEKOLAH LAKI-LAKI PEREMPUAN
1 SD
2 SMP
40
1. SMP BINA KARYA 15 11
3 SMA
41
2. UKM Pengembangan, meliputi :
a. Pelayanan Kesehatan Jiwa
b. Pelayanan kesehatan Gigi
c. Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer
d. Pelayanan kesehatan Olahraga
e. Pelayanan kesehatan Indera
f. Pelayanan kesehatan Lansia
g. Pelayanan kesehatan Kerja
42
Tabel 3.4. Data Poskeskel, Posyandu, Posbindu dan Pos Usaha Kesehatan Kerja di
Wilayah Kerja Puskesmas Talang Ratu Tahun 2022
No Nama Lokasi
Poskeskel
1 Pos Kesehatan Kelurahan RT 14
Posyandu
1 Posyandu Anggraini RT 06
2 Posyandu Mawar RT 18
3 Posyandu Dahlia RT 3
4 Posyandu Kasturi RT 26
5 Posyandu Bougenvile RT 34
6 Posyandu Raflesia RT 1
7 Posyandu Melati RT 33
8 Posyandu Kuntum Puspa RT 12
9 Posyandu Teratai RT 31
10 Posyandu Asyfa RT 21
11 Posyandu Lebak Pakis RT 23
12 Posyandu Teratai II RT 20
13 Posyandu Anggrek Delima RT 10
14 Posyandu Cempaka RT 17
15 Posyandu Kenanga RT 19
16 Posyandu Lestari RT 8
Posyandu Lansia
1 Posyandu Lansia Anggraini RT 06
2 Posyandu Lansia Kuntum Puspa RT 12
3 Posyandu Lansia Delima RT 10
4 Posyandu Kenanga RT 19
5 Posyandu Lansia Assyfa RT 21
6 Posyandu Lansia Bougenvile RT 34
Posbindu
1 Posbindu Cempaka RT 17
Pos UKK
Sumber : Data Dasar Puskesmas Talang Ratu Tahun 2022
43
3.4.2 Jejaring
a. Fasilitas pelayanan terdiri dari Klinik, Rumah Sakit, Apotek,
Laboratorium, dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya.
b. Pengelolaan pelayanan, sarana prasarana dan ketenagaan bukan bagian
dari kewenangan puskesmas.
c. Hubungan kerja dalam bentuk horizontal, artinya jejaring puskesmas
melakukan hubungan kemitraan dengan puskesmas sehingga di puskesmas
harus ada pengelola yang bertanggung jawab atas kemitraan.
44
3.5 Sruktur Organisasi Puskesmas Talang Ratu
45
3.6 Penilaian Kinerja Puskesmas
Penilaian kinerja Puskesmas merupakan instrument / tools untuk menilai pelaksanaan
proses manajemen Puskesmas secara keseluhan. Penilaian Kinerja Puskesmas adalah suatu
proses yang obyektif dan sistematis dalam mengumpulkan, menganalisis dan menggunakan
informasi untuk menentukan seberapa efektif dan efisien pelayanan Puskesmas disediakan,
serta sasaran yang dicapai sebagai penilaian hasil kerja/prestasi Puskesmas.
Tabel 3.5. Capaian Mutu Program Kerja Puskesmas
Presentase Tempat
Pengolahan
84% 91,6% Tercapai
Makanan yang
Memenuhi Syarat
Pengawasan dan
Lingkungan Persentase
penyehatan kualitas
94% 100,0% Tercapai
sarana air bersih
yang diperiksa
Cakupan Angka
bebas Jentik Rumah 95% 100,0% Tercapai
yang diperiksa
46
3 Pelayanan Cakupan kunjungan
Kesehatan Ibu pertama ibu hamil 100% 100,0% Tercapai
(K1)
Cakupan kunjungan
lengkap ibu hamil 100% 99,6% Tidak tercapai
(K4)
Cakupan pelayanan
100% 100,0% Tercapai
persalinan di Faskes
Cakupan
penanganan ibu
100% 100,0% Tercapai
hamil dengan
komplikasi obstetri
Cakupan
pelayanan nifas 100% 77,0% Tidak tercapai
(KF1)
Cakupan
pelayanan nifas 98% 70,9% Tidak tercapai
(KF3)
Cakupan pelayanan
kesehatan bayi baru 100% 102,0% Tercapai
lahir
Cakupan pelayanan
100% 104,6% Tercapai
kesehatan balita
Cakupan
Anak Cakupan
kunjungan apras 100% 100,2% Tercapai
Pelayanan Presentase
Imunisasi imunisasi 92,5% 59,53% Tidak tercapai
dasar lengkap
47
Pelayanan Persentase
Kesehatan pelayanan usia lanjut 100% 100,2% Tercapai
Lansia
4 Pelayanan Gizi Cakupan
pelayanan balita
100% 81,60% Tidak tercapai
(D/S)
Cakupan pelayanan
100% 96,0% Tercapai
balita (N/D)
Cakupan balita gizi
Tidak ditemukan
buruk mendapat
100% balita gizi buruk
perawatan
Cakupan balita usia
6-24 bulan dari
keluarga miskin
dengan gizi kurang 100% 100% Cakupan tercapai
yang mendapat
makanan tambahan
(MP ASI/PMT)
Cakupan ASI
95% 73% Tidak tercapai
eksklusif
Cakupan bumil
100% 97,4% Tidak tercapai
mendapat Fe 90
Cakupan vitamin A
100% 100% Tidak tercapai
Bufas
Cakupan vitamin A
100% - -
bayi
Cakupan vitamin A
100% - -
balita
Persentase balita Cakupan tercapai
stunting bulan
<14% 0,000
DESEMBER
48
5 Pelayanan Presentase
Pencegahan pelayanan kesehatan
dan orang dengan resiko 100% 99,1% Tidak tercapai
Pengendalian terinfeksi HIV
Penyakit capaian pasien
Menular terduga TB
100% 99,5% Tercapai
sesuaistandar
Cakupan penemuan
dan pengobatan
100% 72,3% belum tercapai
penderita TB
Succes rate/semua
kasus TB yang
sembuh dan 90% 76,67% belum tercapai
pengobatan
lengkap
Cakupan pasien Cakupan
diare yang ditangani 100% 100% tercapai bulan
DESEMBER
Cakupan Angka
bebas Jentik Rumah 95% 100,0% Tercapai
yang diperiksa
Cakupan balita
pneumonia yang 50% 28% Tidak tercapai
ditangani
6 Pelayanan Persentase penderita
Pencegahan hipertensi mendapat
100% 78,97% Belum tercapai
dan pelayanan kesehatan
Pengendalian sesuai standar
Penyakit Tidak Persentase penderita
Menular diabetes melitus
(DM) mendapat
100% 70,5% Belum tercapai
pelayanan
kesehatan sesuai
standar
49
Setiap warga negara
indonesia usia 15 sd
59 tahun
100% 100,0% tercapai
mendapatkan
skrinning kesehatan
sesuai standar
Persentase
puskesmas yang
100% 100% tercapai
melaksanakan PTM
terpadu
persentase kawasan
50% 100% Tercapai
tanpa rokok
Cakupan deteksi
dini kanker leher
rahim yang
100% 78,1% tidak tercapai
dilakukan
pemeriksaan IVA
dan SADARI
7 Pelayanan Persentase penderita
Kesehatan orang dengan
Jiwa gangguan jiwa
(ODGJ) berat 100% 100,0% Tercapai
mendapat pelayanan
kesehatan sesuai
standar
8 Pelayanan Pembinaan
Kesehatan Gigi kesehatan gigi di 100% 103,1% tercapai
Masyarakat posyandu
9 Pelayanan Cakupan
Pengobatan posyanduyang
Tradisional, dilakukan 40% 50% Tercapai
Komplementer pembinaan
,dan Alternatif TOGA
50
10 Pelayanan Deteksi dini kegiatan
Kesehatan indra di Posbindu 100% 100% Tercapai
Indra
11 Pelayanan pemeriksaan
Kesehatan kebugaran karyawan 100% 100% Tercapai
Olahraga puskesmas
pembinaan
kesehatan olahraga 100% 100% Tercapai
12 Pelayanan Persentase Pos UKK
Kesehatan di wilayah 100% 100% Tercapai
Kerja Puskesmas
51
BAB IV
PEMBAHASAN
52
organisasi. Dampak ini terutama yang menimbulkan kerugian bagi organisasi
seperti dampaknya terhadap produktivitas, keselamatan jiwa manusia,
sumberdaya atau sumber dana. Semakin tinggi dampak masalah tersebut terhadap
organisasi maka semakin serius masalah tersebut.
c. Growth berkaitan dengan pertumbuhan masalah. Semakin cepat berkembang
masalah tersebut maka semakin tinggi tingkat pertumbuhannya. Suatu
masalah yang cepat berkembang tentunya makin prioritas untuk diatasi
permasalahan tersebut.
Masalah yang mempunyai total angka tertinggi dari hasil penjumlahan akan
menjadi prioritas masalah.
Tabel 4.2 Matriks Penentuan Prioritas Masalah
No MASALAH Urgency Seriousness Growth Total
(U) (S) (G)
1. Pelayanan Imunisasi 4 5 3 60
Keterangan:
1: sangat kecil 4: besar
2: kecil 5: sangat besar
3: sedang
53
Berdasarkan matriks penentuan prioritas masalah di atas, yang menjadi
prioritas masalah adalah Cakupan pelayanan imunisasi balita di Puskesmas Talang
Ratu. Berdasarkan matriks USG di atas yang menjadi prioritas masalah adalah
pelayanan imunisasi balita di Puskesmas Talang Ratu. Masalah tersebut
menjadi prioritas karena apabila tidak ditindaklanjuti, maka akan menimbulkan
berbagai penyakit infeksi yang menular dan berbahaya terutama pada bayi
dan balita, sehingga akan meningkatkan angka mortalitas dan morbiditas.
4.2 Perumusan Masalah
Perumusan masalah menggunakan metode 4W+1H (What, Who, When,
Where,dan How), yang mencakup apa masalahnya, siapa yang terkena masalahnya,
berapa besar masalahnya, dimana masalah itu terjadi dan bagaimana masalah itu
terjadi.
Tabel 4.3. Perumusan Masalah
Rumusan
Masalah What Who When Where How
54
4.3 Akar Penyebab Masalah Berdasarkan Metode Fishbone
MANUSIA METODE
Metode penyuluhan
Orangtua takut membawa anaknya karena kurang efektif dan
takut tertular penyakit di puskesmas inovatif semasa transisi
endemi Cakupan Pelayanan
imunisasi sesuai
standar yaitu
Belum ada pengadaan media Keterbatasan 59,53% dari
informasi (leaflet, brosur, kegiatan karena 92,5%.
poster) transisi endemi
Dana banyak dialokasikan
untuk kegiatan cakupan Dukungan
Layanan imunisasi diposyandu yang telah tercapai keluarga
dibatas oleh waktu selama transisi untuk
endemi mengikuti
posyandu
SARANA DANA kurang
LINGKUNGAN
55
Tabel 4.5 Alternatif Pemecahan Masalah
Proses Pelaksaan
program
4 3 3 3 3
imunisasi
324 (V)
pada balita kurang
maksimal
59
Sarana
Belum ada 4 4 3
4 2 384(III)
pengadaan media
informasi (leaflet,
poster, banner)
Layanan imunisasi di
posyandu terbatas oleh 3 3
3 3 3 243 (VI)
waktu selama transisi
endemi
Dana
Dana banyak
dialokasikanuntuk
2 2 3 2 2 48 (VIII)
kegiatan cakupan yang
telah tercapai
Lingkungan
Kurangnya kesadaran 4 3 2 3 3 216 (VI)
orangtua
Keterbatasan kegiatan
karena transisi endemi 3 3 2 3 3 162 (V)
Keterangan:
Nilai 1: Tidak penting, nilai 2: Kurang penting, nilai 3: Penting, nilai 4:
Sangat penting. Nilai akhir didapat dari perkalian nilai kriteria
Masalah yang mempunyai total angka tertinggi dari hasil penjumlahan yang
akan menjadi prioritas masalah. Dari akar penyebab masalah di atas, yang
menjadi prioritas masalah adalah Kurangnya pengetahuan petugas imunisasi dan
kader mengenai pentingnya Imunisasi pada bayi dan balita.
60
4.4 Alternatif Penyelesaian Masalah
Pada sesi ini ditentukan pula prioritas dari berbagai kegiatan yang telah
ditetapkan sehingga kegiatan dapat dikurangi sesuai prioritasnya apabila anggaran
untuk program terbatas. Kriteria yang digunakan untuk pemilihan prioritas kegiatan
adalah sebagai berikut:
• Konsistensi
Bila kegiatan terpilih sesuai dengan strategi nasional dan rencana kerja
kabupaten/kota yang sudah ada. Makin sesuai dengan strategi/rencana
kerja yang ada, maka makin tinggi skornya.
• Evidence Based
Bila kegiatan dipilih termasuk dalam rangkaian kegiatan atau intervensi
yang telah terbukti efektif (evidence based) nilainya makin tinggi
dibandingkan dengan kegiatan yang belum ada bukti.
• Penerimaan
Kegiatan dapat diterima oleh semua institusi terkait termasuk masyarakat
setempat. Makin mudah diterima, maka makin tinggi skor/nilainya.
• Mampu Laksana
Kegiatan yang dapat dilaksanakan berdasarkan kondisi setempat, fasilitas,
sumber daya manusia dan infrastruktur yang dibutuhkan tersedia atau bisa
didapat, termasuk pembiayaan. Makin mudah disediakan, makin tinggi
nilainya
Sepakati nilai yang akan diberikan untuk masing-masing kriteria. Misalnya 1=
tidak penting, 2=kurang penting, 3=penting, 4=sangat penting. Nilai akhir
didapat dari perkalian nilai kriteria.
61
Tabel 12. Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah
62
4.5 Rencana Usulan Kegiatan
Melakukan Diharapkan dengan adanya Petugas 30 orang Puskesmas Mic, Tenaga Peningkatan cakupan Sumber
Pelatihan pelatihan ini membantu kesehatan laptop, ahli dari pelayanan imunisasi. dana:
mengenai pihak Puskesmas dalam dan kader brosur/ dinas kota BOK
imunisasi peningkatkan cakupan Puskesmas leaflet/ bagian Rincian
dasar pelayanan imunisasi. Talang poster, penyakit dana:
Ratu
snack, menular. Uang tenaga
ATK ahli
Rp.1.000.000,-
ATK Rp.
500.000,-
Uang Pulsa
50.000 x 30
= 1.500.000
63
Melakukan 1. Meningkatkan pengetahuan Orangtua Seluruh Puskesmas Kamera, Petugas Peningkatan cakupan Sumber
pembuatan tentang imunisasi dasar dan anak usia orangtua mic, Kesehatan pelayanan imunisasi. dana:
video edukasi dampak apabila tidak <1 tahun anak usia laptop, di bagian BOK
mengenai dilaksanakannya imunisasi dan ibu <1 tahun handpho program Rincian
pentingnya dasar secara lengkap pada hamil ne, penyakit dana:
imunisasi anak. poster menular Pembuatan
dasar, serta 2. Meningkatkan pengetahuan dan Video
membagikan tentang jenis imunisasi leaflet Edukasi Rp
video dasar dan waktu pemberian 500.000,-
Melalui media imunisasi pada anak Kuota internet
sosial Rp
100.000,-
Melakukan Meningkatkan pengetahuan Orangtua Anak usia Puskesmas Laptop, Petugas Peningkatan cakupan Sumber
pembuatan tentang imunisasi dasar dan anak usia <1 tahun ATK puskesmas pelayanan imunisasi. dana:
leaflet/brosur/p dampak apabila tidak <1 tahun di BOK
oster yang dilaksanakannya imunisasi dan ibu wilayah Rincian
interaktif dan dasar secara lengkap pada hamil kerja dana:
menarik anak. Puskesm ATK Rp
as 250.000,-
Talang Kuota
Ratu internet
64
100.000,-
65
4.6 Rencana Pelaksanaan Kegiatan
Penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan baik untuk upaya kesehatan
wajib, upaya kesehatan pengembangan, upaya kesehatan penunjang maupun
upaya kesehatan inovasi dilaksanakan secara bersamaan, terpadu dan
terintegrasi. Hal ini sesuai dengan azas penyelenggaraan puskesmas, yaitu
keterpaduan. Langkah – langkah dalam meyusun RPK adalah :
1) Mempelajari alokasi kegiatan dan biaya yang sudah disetujui.
2) Membandingkan alokasi kegiatan yang sudah disetujui antara Rencana
Usulan Kegiatan (RUK) yang diusulkan dan situasi pada saat penyusunan
RPK
3) Menyusun rancangan awal, rincian dan volume kegiatan yang akan
dilaksanakan dan sumber daya pendukung menurut bulan dana lokasi
pelaksanaan.
4) Mengadakan lokakarya mini tahunan untuk membahas kesepakatan RPK
5) Membuat RPK yang telah disusun dalam bentuk matriks.
Tahapan dalam penyusunan Rencana Usulan Kegiatan dalam Perencanaan
Tingkat Puskesmas di Puskesmas Talang Ratu tersebut telah sesuai dengan
Permenkes nomor 44 Tahun 2016 tentang Pedoman Manajeman Puskesmas,
bahwa tahapan dalam penyusunan RUK terdiri dari:
1) Analisis masalah: identifikasi masalah prioritas masalah, merumuskan
masalah, mencari akar permasalahan, dan pemecahan masalah;
2) Penyusunan RUK
3) Penyusunan RPK
66
Tabel 4.7 Rencana Pelaksanaan Kegiatan
Upaya Kegiatan Sasaran Target Volume Rincian Lokasi Tenaga Penanggung Jadwal
Kesehatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan Pelaksana Jawab Kegiatan
Mengadakan Melakukan Petugas 3 bulan Pelatihan Puskesmas Petugas Petugas 07.00-
pelatihan pelatihan Kesehatan sekali kader dan Talang kesehatan ahli Kesehatan 10.00
mengenai mengenai dan kader 92,5% petugas Ratu bagian PM bagian WIB
imunisasi dasar imunisasi imunisasi kesehatan promosi
pada balita puskesmas kesehatan
Melakukan Membuat Petugas 92,5% 6 bulan Membuat Puskesmas Petugas Petugas 08.00-
pembuatan video promosi sekali video singkat Talang Ratu promosi Kesehatan 16.00
video edukasi edukasi kesehatan mengenai kesehatan bagian WIB
mengenai mengenai imunisasi promosi
pentingnya imunisasi mulai dari kesehatan
imunisasi dasar, pengertian,
serta manfaat,
membagikan macam
video melalui imunisasi,
media sosial waktu dan
dampak tidak
melaksanakan
imunisasi, lalu
67
bisa dishare
melalui status
wa, instagram,
68
facebook atau
bahkan di
youtube
Melakukan Membuat Petugas 92,5% 3 bulan Membuat Puskesmas Petugas Petugas 08.00–
pembuatan media promosi sekali leaflet dan Talang Ratu promosi Kesehatan 16.00
pamflet/brosur/p promosi kesehatan brosur kesehatan bagian WIB
oster mengenai Kesehatan mengenai promosi
imunisasi dasar Baik media imunisasi lalu kesehatan
Cetak
yang menarik bisa dishare
Maupun
dan informatif melalui status
Media
wa, instagram,
elektronik
facebook atau
bahkan di
youtube
69
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat dikemukakan beberapa saran
sebagai berikut:
1. Meningkatkan kegiatan seminar bagi para petugas imunisasi dan kader
mengenai imunisasi pada bayi dan balita di Puskesmas Talang Ratu
Palembang.
2. Diharapkan puskesmas mencetak sarana penyuluhan seperti leaflet,
brosur, pamflet dan poster mengenai imunisasi pada balita yang lebih
menarik.
3. Menyebarluaskan informasi melalui radio ataupun media elektronik
70
lainnya mengenai pentingnya imunisasi.
4. Diharapkan puskesmas mengajukan anggaran dana untuk imunisasi bayi
dan balita.
5. Diharapkan puskesmas dapat membuat agenda bulanan dan membagi
jadwal petugas puskesmas dan kader agar penanganan pelayanan
imunisasi baik di posyandu maupun homecare lebih maksimal.
71
DAFTAR PUSTAKA
1. Putri Dwiastuti, & Prayitno, N. 2012. Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan
Pemberian Imunisasi BCG Di Wilayah Puskesmas UPT Cimanggis Kota Depok.
Jurnal Ilmiah Kesehatan.
2. WHO. 2008. Global Programme For Vaccines and Immunication: The Expended
Progaram, World Health Organization. Geneva.
3. Menteri Kesehatan Departemen Kesehatan. 2010. Gerakan Akselerasi Imunisasi
Nasional Universal Child Immunization 2010-2014. Jakarta
4. RISKESDAS. 2015. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional (Riskesdas).
5. Kementrian Kesehatan RI. Rencana Strategis Kementrian Kesehatan Tahun 2015
– 2019.
6. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Petunjuk Teknik Pelayanan
Imunisasi Pada Masa Pandemi COVID-19. Direktorat Surveilans dan Karantina
Kesehatan RI.
7. Senewe, M. S., Rompas, S. & Lolong, J., 2017. Analisis Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Kepatuhan Ibu dalam Pemberian Imunisasi Dasar Di
Puskesmas Tongkaina Kecamatan Bunaken Kota Madya Manado. EJournal
Keperawatan, Volume 5 No. 1.
8. Ranuh IGN, Suyitno H, Hadinegoro SRS, Kartasasmita CB, penyunting.
9. IDAI. Jadwal Imunisasi Anak - Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI) 2020. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia.
10. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2018. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2017 tentang
Penyelenggaran Imunisasi.
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Imunisasi.
13. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 44 Tahun 2016 Tentang Manajemen
Puskesmas, Jakarta.
72