Anda di halaman 1dari 45

Laporan Tugas Akhir

UPAYA PENINGKATKAN CAKUPAN PERBAIKAN BALITA


GIZI KURANG DI PUSKESMAS PAKJO
KOTA PALEMBANG

Oleh:
Novi Putri Dwi Iriani, S.Ked
71 2019 076

Pembimbing:
dr. Achmad Ridwan MO, M.Sc

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN


KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Tugas Akhir


Upaya Peningkatan Cakupan Perbaikan Balita Gizi Kurang di Puskesmas
Pakjo Kota Palembang

Oleh:
Novi Putri Dwi Iriani, S. Ked
71 2019 076

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat untuk mengikuti
Ujian Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
dan Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang.

Palembang, Mei 2021

Menyetujui
Dokter Pembimbing Lapangan

dr. Achmad Ridwan MO, M.Sc

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul
“Upaya Peningkatkan Cakupan Perbaikan Balita Gizi Kurang di Puskesmas
Pakjo Kota Palembang”, sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad
SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya sampai akhir zaman.
Saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Achmad Ridwan MO, M.Sc Selaku Pembimbing dokter muda di
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang
2. Dinas Kesehatan Kota Palembang yang telah memberikan kesempatan untuk
melaksanakan kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior di Puskesmas Pakjo.
Tulisan ini belum sempurna, untuk itu dengan segala kerendahan hati,
Saya mengharapkan adanya kritik dan saran dari para dokter.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa akan memberkahi kita semua.

Palembang, Mei 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iv
BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................... 1
1.1. Latar Belakang..................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah................................................................ 2
1.3. Tujuan Penulisan.................................................................. 2
1.3.1. Tujuan Umum............................................................. 2
1.3.2. Tujuan Khusus............................................................ 2
1.4. Manfaat Penulisan................................................................ 3
1.4.1. Bagi Mahasiswa......................................................... 3
1.4.2. Bagi Puskesmas.......................................................... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 4


2.1 Definisi Gizi Kurang .......................................................... 4
2.2 Kategori Status Gizi Anak .................................................. 4
2.3 Gizi Kurang di Indonesia ................................................... 7
2.4 Mortalitas dan Morbiditas Gizi Kurang ............................. 7
2.5 Upaya Pencegahan dan Penanganan Masalah Gizi ............ 8
2.6 Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP).............................. 11

BAB III. PROFIL PUSKESMAS PAKJO PALEMBANG .................... 16


BAB IV. PEMBAHASAN .......................................................................... 23
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 30

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gizi kurang adalah keadaan patologis akibat kekurangan atau
ketidakseimbangan secara relatif maupun absolut satu atau lebih zat gizi
yang diperlukan untuk pertumbuhan, aktivitas berfikir dan semua hal yang
berhubungan dengan kehidupan.1
Kekurangan gizi selama masa kanak-kanak dikaitkan dengan tingkat
mortalitas dan morbiditas yang lebih tinggi. Kurang gizi menyebabkan 45%
kematian pada anak usia di bawah lima tahun di seluruh dunia dan
merupakan predisposisi bagi anak untuk menderita penyakit menular seperti
diare dan infeksi saluran pernapasan akut.2
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 yang diselenggarakan
oleh Kementerian Kesehatan menyatakan bahwa persentase gizi buruk pada
balita usia 0-23 bulan di Indonesia adalah 3,8%, sedangkan persentase gizi
kurang adalah 11,4%. Hal tersebut tidak berbeda jauh dengan hasil
Pemantauan Status Gizi (PSG) yang diselenggarakan oleh Kementerian
Kesehatan tahun 2017, yaitu persentase gizi buruk pada balita usia 0-23
bulan sebesar 3,5% dan persentase gizi kurang sebesar 11,3%. Provinsi
dengan persentase tertinggi gizi buruk dan gizi kurang pada balita usia 0-23
bulan tahun 2018 adalah Nusa Tenggara Timur, sedangkan provinsi dengan
persentase terendah adalah Provinsi Jawa Barat.3

Pelaksanakan pelayanan kesehatan dalam upaya peningkatan cakupan


perbaikan balita gizi kurang di Puskesmas Pakjo Palembang pada tahun 2020
belum mencapai target, sehingga perlu dilakukan analisis apa saja yang
menjadi penyebab maasalah tersebut dan upaya apa saja yang dapat dilakukan
di wilayah kerja Puskesmas Pakjo Kota Palembang. Oleh sebab itu, penulis
tertarik mengangkat topik kini sebagai tugas akhir Kepaniteraan Klinik

1
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Kota Palembang.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana upaya meningkatkan cakupan perbaikan balita gizi kurang
di Puskesmas Pakjo Kota Palembang?

1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Mengetahui masalah-masalah yang menyebabkan belum tercapainya
target cakupan perbaikan balita gizi kurang di Puskesmas Pakjo Kota
Palembang.

b. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi penyebab-penyebab masalah tidak tercapainya
target cakupan perbaikan balita gizi kurang di wilayah kerja
Puskesmas Pakjo Kota Palembang dengan metode fish bone.
2. Mengidentifikasi akar penyebab masalah dengan menggunakan
metode USG di Puskesmas Pakjo Kota Palembang.
3. Membuat alternative penyelesaian masalah prioritas rendahnya
cakupan perbaikan balita gizi kurang di Puskesmas Pakjo Kota
Palembang.
4. Menyusun Rencana Usulan Kegiatan (RUK) untuk meningkatkan
cakupan perbaikan balita gizi kurang di Puskesmas Pakjo Kota
Palembang.

2
1.4 Manfaat
1. Manfaat Bagi Mahasiswa
1) Memperoleh pengalaman dalam mencari penyebab dan cara
pencapaian target cakupan perbaikan balita gizi kurang di Puskesmas
Pakjo Kota Palembang.
2) Melatih kemampuan analisis dan pemecahan terhadap masalah yang
ada.
3) Memahami cara penyusunan Rencana Usulan kegiatan (RUK)
khususnya untuk meningkatkan cakupan perbaikan balita gizi kurang
di Puskesmas Pakjo Kota Palembang.

2. Manfaat Bagi Puskesmas


Sebagai bahan kajian bagi Puskesmas dalam penentu kebijakan dalam
meningkatkan cakupan perbaikan balita gizi kurang di tahun yang akan
datang.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Gizi Kurang


Gizi kurang adalah keadaan patologis akibat kekurangan atau
ketidakseimbangan secara relatif maupun absolut satu atau lebih zat gizi
yang diperlukan untuk pertumbuhan, aktivitas berfikir dan semua hal yang
berhubungan dengan kehidupan.1
Pengukuran status gizi didasarkan atas Standar World Health
Organization (WHO, 2005) yang telah ditetapkan pada Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri
Penilaian Status Gizi Anak. Menurut standar tersebut, status gizi balita
dapat diukur berdasarkan tiga indeks, yaitu berat badan menurut umur
(BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi
badan (BB/TB).3

2.2 Kategori Status Gizi Anak4


Standar Antropometri Anak digunakan untuk menilai atau
menentukan status gizi anak. Penilaian status gizi Anak dilakukan dengan
membandingkan hasil pengukuran berat badan dan panjang/tinggi badan
dengan Standar Antropometri Anak. Klasifikasi penilaian status gizi
berdasarkan Indeks Antropometri sesuai dengan kategori status gizi pada
WHO Child Growth Standards untuk anak usia 0-5 tahun dan The WHO
Reference2007 untuk anak 5-18 tahun. Standar Antropometri Anak
didasarkan pada parameter berat badan dan panjang/tinggi badan yang
terdiri atas 4 (empat) indeks, meliputi:
1. Indeks Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

Indeks BB/U ini menggambarkan berat badan relatif dibandingkan


dengan umur anak. Indeks ini digunakan untuk menilai anak dengan
berat badan kurang (underweight) atau sangat kurang (severely

4
underweight), tetapi tidak dapat digunakan untuk mengklasifikasikan
anak gemuk atau sangat gemuk. Penting diketahui bahwa seorang anak
dengan BB/U rendah, kemungkinan mengalami masalah pertumbuhan,
sehingga perlu dikonfirmasi dengan indeks BB/PB atau BB/TB atau
IMT/U sebelum diintervensi.

2. Indeks Panjang Badan Menurut Umur atau Tinggi Badan Menurut


Umur (PB/U atau TB/U)
Indeks PB/U atau TB/U menggambarkan pertumbuhan panjang atau
tinggi badan anak berdasarkan umurnya. Indeks ini dapat
mengidentifikasi anak-anak yang pendek (stunted) atau sangat pendek
(severely stunted), yang disebabkan oleh gizi kurang dalam waktu lama
atau sering sakit. Anak-anak yang tergolong tinggi menurut umurnya
juga dapat diidentifikasi. Anak-anak dengan tinggi badan di atas normal
(tinggi sekali) biasanya disebabkan oleh gangguan endokrin, namun hal
ini jarang terjadi di Indonesia.
3. Indeks Berat Badan Menurut Panjang Badan atau Berat Badan Menurut
Tinggi Badan (BB/PB atau BB/TB)
Indeks BB/PB atau BB/TB ini menggambarkan apakah berat badan
anak sesuai terhadap pertumbuhan panjang/tinggi badannya. Indeks ini
dapat digunakan untuk mengidentifikasi anak gizi kurang (wasted), gizi
buruk (severely wasted) serta anak yang memiliki risiko gizi lebih
(possible risk of overweight). Kondisi gizi buruk biasanya disebabkan
oleh penyakit dan kekurangan asupan gizi yang baru saja terjadi (akut)
maupun yang telah lama terjadi (kronis).
4. Indeks Masa Tubuh Menurut Umur (IMT/U)
Indeks IMT/U digunakan untuk menentukan kategori gizi buruk, gizi
kurang, gizi baik, berisiko gizi lebih, gizi lebih dan obesitas. Grafik
IMT/U dan grafik BB/PB atau BB/TB cenderung menunjukkan hasil
yang sama. Namun indeks IMT/U lebih sensitif untuk penapisan anak
gizi lebih dan obesitas. Anak dengan ambang batas IMT/U >+1SD

5
berisiko gizi lebih sehingga perlu ditangani lebih lanjut untuk mencegah
terjadinya gizi lebih dan obesitas.
Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak

Indeks Kategoti Status Gizi Ambang Batas (Z-Score)


Berat Badan menurut Berat badan sangat <-3 SD
Umur (BB/U) anak usia kurang
0 – 0 bulan Berat badan kurang -3 SD sd <-2 SD
Berat badan normal -2 SD sd + 1 SD
Berat badan lebih > + 1 SD
Panjang Badan atau Sangat pendek < -3 SD
Tinggi Badan menurut Pendek - 3 SD sd < -2 SD
Umur (PB/U atau TBU) Normal - 2 SD sd +3 SD
anak usia 0 – 60 bulan Tinggi > +3 SD
Berat Badan menurut Gizi buruk < -3 SD
Panjang Badan atau Gizi kurang - 3 SD sd < -2 SD
Tinggi Badan (BB/PB Gizi baik - 2 SD sd +1 SD
atau BB/TB) anak usia 0 Berisiko gizi lebih > +1 SD sd +2 SD
– 60 bulan Gizi lebih > +2 SD sd +3 SD
Obesitas > +3 SD
Indeks Massa Tubuh Gizi buruk < -3 SD
menurut Umur (IMT/U) Gizi kurang -3 SD sd < -2 SD
anak usia 0 – 60 bulan Gizi baik -2 SD sd +1 SD
Berisiko gizi lebih > +1 SD sd +2 SD
Gizi lebih > +2 SD sd +3 SD
Obesitas > +3 SD
Indeks Massa Tubuh Gizi buruk < -3 SD
menurut Umur (IMT/U) Gizi kurang -3 SD sd < -2 SD
anak usia 5 – 18 tahun Gizi baik -2 SD sd +1 SD
Gizi lebih + 1 SD sd +2 SD
Obesitas > +2 SD

6
2.3 Gizi Kurang di Indonesia
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 yang diselenggarakan
oleh Kementerian Kesehatan menyatakan bahwa persentase gizi buruk pada
balita usia 0-23 bulan di Indonesia adalah 3,8%, sedangkan persentase gizi
kurang adalah 11,4%. Hal tersebut tidak berbeda jauh dengan hasil
Pemantauan Status Gizi (PSG) yang diselenggarakan oleh Kementerian
Kesehatan tahun 2017, yaitu persentase gizi buruk pada balita usia 0-23
bulan sebesar 3,5% dan persentase gizi kurang sebesar 11,3%. Provinsi
dengan persentase tertinggi gizi buruk dan gizi kurang pada balita usia 0-23
bulan tahun 2018 adalah Nusa Tenggara Timur, sedangkan provinsi dengan
persentase terendah adalah Provinsi Jawa Barat.3
Pada balita usia 0-59 bulan, hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018
menyatakan bahwa persentase gizi buruk di Indonesia adalah 3,9%,
sedangkan persentase gizi kurang adalah 13,8%. Hal tersebut tidak berbeda
jauh dengan hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) yang diselenggarakan oleh
Kementerian Kesehatan tahun 2017, yaitu persentase gizi buruk pada balita
usia 0-59 bulan sebesar 3,8% dan persentase gizi kurang sebesar 14,0%.
Provinsi dengan persentase tertinggi gizi buruk dan gizi kurang pada balita
usia 0-59 bulan tahun 2018 adalah Nusa Tenggara Timur, sedangkan
provinsi dengan persentase terendah adalah Provinsi Kepulauan Riau.3

2.4 Mortalitas dan Morbiditas Gizi Kurang


Kekurangan gizi selama masa kanak-kanak dikaitkan dengan tingkat
mortalitas dan morbiditas yang lebih tinggi. Kurang gizi menyebabkan 45%
kematian pada anak usia di bawah lima tahun di seluruh dunia dan
merupakan predisposisi bagi anak untuk menderita penyakit menular seperti
diare dan infeksi saluran pernapasan akut. Remaja putri yang mengalami
malnutrisi lebih rentan untuk menjadi wanita dewasa yang juga terkena
malnutrisi dan melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah. Dengan
demikian, ia akan mewariskan masalah gizi kurang dari satu generasi ke
generasi berikutnya.2,5

7
2.5 Upaya Pencegahan dan Penanganan Masalah Gizi3
Dalam rangka menerapkan upaya gizi seimbang, setiap keluarga harus
mampu mengenal, mencegah, dan mengatasi masalah gizi setiap anggota
keluarganya. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 23
Tahun 2014 tentang Upaya Perbaikan Gizi. Adapun upaya yang dilakukan
untuk mengenal, mencegah, dan mengatasi masalah gizi yaitu dengan cara
menimbang berat badan secara teratur, memberikan ASI saja kepada bayi
sejak lahir sampai umur 6 bulan, menu makanan yang bervariasi,
menggunakan garam beryodium, dan pemberian suplemen gizi sesuai
anjuran petugas kesehatan. Suplemen gizi yang diberikan menurut Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 51 tahun 2016 tentang Standar Produk
Suplementasi Gizi, meliputi kapsul vitamin A, tablet tambah darah (TTD),
makanan tambahan untuk ibu hamil, anak balita, dan anak usia sekolah,
makanan pendamping ASI, dan bubuk multi vitamin dan mineral.
a. Inisiani Menyusu Dini dan Pemberian ASI Ekslusif
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dilakukan dengan cara meletakkan
bayi secara tengkurap di dada atau perut ibu sehingga kulit bayi
bersentuhan pada kulit ibu yang dilakukan sekurang-kurangnya satu
jam segera setelah lahir. Jika kontak tersebut terhalang oleh kain atau
dilakukan kurang dari satu jam maka dianggap belum sempurna dan
tidak melakukan IMD.
Air Susu Ibu (ASI) eksklusif berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif
adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam
bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau
minuman lain (kecuali obat, vitamin, dan mineral).
b. Penimbangan Balita
Deteksi dini kasus gizi kurang dan gizi buruk dapat dilakukan
melalui penimbangan balita. Dengan rutin menimbang balita, maka
pertumbuhan balita dapat dipantau secara intensif. Hal ini
dimaksudkan apabila berat badan anak tidak naik atau jika ditemukan

8
penyakit, dapat segera dilakukan upaya pemulihan dan pencegahan,
agar tidak menjadi gizi kurang atau gizi buruk. Semakin cepat
ditemukan, kasus gizi kurang atau gizi buruk akan semakin cepat
ditangani. Penanganan yang cepat dan tepat sesuai tata laksana kasus
anak gizi kurang atau gizi buruk akan mengurangi risiko kematian
sehingga angka kematian akibat gizi buruk dapat ditekan.
c. Pemberian Kapsul Vitamin A Balita Usia 6-59 Bulan
Vitamin A merupakan zat gizi penting yang sangat diperlukan
tubuh untuk pertumbuhan dan daya tahan tubuh terhadap penyakit.
Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan kebutaan pada anak serta
meningkatkan risiko kesakitan dan kematian. Asupan vitamin A dari
makanan sehari-hari masih cukup rendah sehingga diperlukan asupan
gizi tambahan berupa kapsul vitamin A.
Sesuai dengan Panduan Manajemen Suplementasi Vitamin A
waktu pemberian kapsul vitamin A pada bayi dan anak balita
dilaksanakan serentak setiap bulan Februari dan Agustus. Frekuensi
pemberian vitamin A pada bayi 6-11 bulan adalah 1 kali sedangkan
pada anak balita 12-59 bulan sebanyak 2 kali. Pemberian kapsul
vitamin A pada ibu nifas dilakukan sebanyak 2 kali yaitu satu kapsul
segera setelah saat persalinan dan satu kapsul lagi pada 24 jam setelah
pemberian kapsul pertama.
d. Pemberian Tablet Tambah Darah pada Ibu Hamil dan Remaja Putri
Anemia sering diderita pada wanita usia subur. Hal ini disebabkan
karena terjadinya siklus menstruasi pada wanita setiap bulannya.
Kekurangan zat besi dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga
dapat menyebabkan produktivitas menurun. Asupan zat besi dapat
diperoleh melalui makanan bersumber protein hewani seperti hati,
ikan, dan daging. Namun tidak semua masyarakat dapat mengonsumsi
makanan tersebut, sehingga diperlukan asupan zat besi tambahan yang
diperoleh dari tablet tambah darah (TTD).

9
Pemberian TTD pada remaja putri bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan zat besi bagi para remaja putri yang akan menjadi ibu di
masa yang akan datang. Dengan cukupnya asupan zat besi sejak dini,
diharapkan angka kejadian anemia ibu hamil, pendarahan saat
persalinan, BBLR, dan balita pendek dapat menurun.
e. Pemberian Makanan Tambahan pada Ibu Hamil KEK dan Balita
Kurus
Masa kehamilan memerlukan perhatian khusus karena merupakan
periode penting pada 1.000 hari kehidupan. Ibu hamil termasuk salah
satu kelompok yang rawan gizi. Asupan gizi ibu hamil sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan janin. Status gizi yang baik pada
ibu hamil dapat mencegah terjadinya Berat Bayi Lahir Rendah
(BBLR) dan stunting (pendek). Asupan energi dan protein yang tidak
mencukupi pada ibu hamil dapat menyebabkan Kurang Energi Kronis
(KEK).
Salah satu upaya yang dilakukan untuk memperbaiki gizi pada
ibu hamil KEK adalah dengan pemberian makanan tambahan. Bentuk
makanan tambahan untuk ibu hamil KEK menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 51 Tahun 2016 tentang Standar Produk
Suplementasi Gizi adalah biskuit yang mengandung protein, asam
linoleat, karbohidrat, dan diperkaya dengan 11 vitamin dan 7 mineral.
Balita kurus diukur berdasarkan indeks berat badan menurut
tinggi badan sebesar minus 3 standar deviasi (-3SD) sampai dengan
kurang dari minus 2 standar deviasi (<-2SD). Balita kurus termasuk
dalam kelompok rawan gizi yang membutuhkan suplementasi gizi
dalam bentuk pemberian makanan tambahan. Pemberian makanan
tambahan diberikan pada balita usia 6 bulan 0 hari sampai dengan 23
bulan 29 hari selama 90 hari berturut-turut. Pemberian makanan
tambahan (PMT) pada balita kurus dapat diberikan berupa PMT lokal
maupun PMT pabrikan seperti biskuit. Bila perbandingan berat badan
terhadap tinggi badan telah mencapai atau sesuai dengan perhitungan,

10
maka MT balita kurus dihentikan. Selanjutnya balita tersebut dapat
mengonsumsi makanan keluarga yang memenuhi gizi seimbang serta
dilakukan pemantauan berat badan secara rutin agar status gizi balita
tidak kembali menjadi kurus.

2.6 Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP)


2.5.1 Definisi Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses kerja yang terus menerus yang
meliputi pengambilan keputusan yang bersifat pokok dan penting dan yang
akan dilaksanakan secara sistematik, melakukan perkiraan dengan
menggunakan segala pengetahuan yang ada tentang masa depan,
mengorganisir secara sistematik segala upaya yang dipandang perlu untuk
melaksanakan segala keputusan yang telah ditetapkan, serta mengukur
keberhasilan dari pelaksanaan keputusan tersebut dengan membandingkan
hasil yang dicapai terhadap target yang ditetapkan melalu pemanfaatan
umpan balik yang diterima dan yang telah disusun secara teratur dan baik.6

2.5.2 Tujuan Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP)


a. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan kemampuan manajemen di puskesmas dalam
menyusun perencanaan kegiatan tahunan berdasarkan fungsi dan azas
penyelenggaraannya.6
b. Tujuan Khusus
1. Tersusunnya rencana usulan kegiatan (RUK) puskesmas untuk
tahun berikutnya dalam upaya mengatasi masalah atau sebagian
masalah kesehatan masyarakat.
2. Tersusunnya rencana pelaksanaan kegiatan (RPK) setelah
diterimanya alokasi sumber daya untuk kegiatan tahunan
berjalan dari berbagai sumber.7

11
2.5.3 Manfaat Perencaan Tingkat Puskesmas (PTP)
1. Perencanaan dapat memberikan petunjuk untuk menyelenggarakan
upaya kesehatan secara efektif dan efisien demi mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
2. Perencanaan memudahkan pengawasan dan pertanggungjawaban.
3. Perencanaan dapat mempertimbangkan hambatan, dukungan dan
potensi yang ada.7
2.5.4 Tahap Penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas
a. Tahap Persiapan
Tahap ini mempersiapkan staf puskesmas yang terlibat dalam
proses penyusunan perencanaan tingkat puskesmas agar memperoleh
kesamaan pandangan dan pengetahuan untuk melaksanakan tahap-
tahap perencanaan. Tahap ini dilakukan dengan cara :
1. Kepala puskesmas membentuk tim penyusun perencanaan tingkat
puskesmas yang anggotanya terdiri dari staf puskesmas
2. Kepala puskesmas menjelaskan tentang pedoman perencanaan
tingkat puskesmas kepada tim agar dapat memahami pedoman
tersebut demi keberhasilan penyusunan perencanaan tingkat
puskesmas
3. Puskesmas mempelajari kebijakan dan pengarahan yang telah
ditetapkan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan
provinsi dan departemen kesehatan.7
b. Tahap Analisis Situasi
Tahap ini dimaksudkan untuk memperoleh infomasi mengenai
keadaan dan permasalahan yang dihadapi puskesmas melalui proses
analisis terhadap data yang dikumpulkan. Tim yang telah disusun oleh
kepala puskesmas melakukan pengumpulan data. Ada dua kelompok
data yang perlu dikumpulkan yaitu data umum dan data khusus.

c. Tahap Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK)


1. Identifikasi Masalah

12
Masalah adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan.
Identifikasi masalah dilaksanakan dengan membuat daftar masalah
yang dikelompokan menurut jenis program, cakupan, mutu,
ketersediaan sumber daya.7
2. Prioritas Masalah
Telah disebutkan bahwa yang terpenting dalam
perencanaan adalah yang menyangkut proses perencanaan.
Adapun yang dimaksud dengan proses perencanaan disini ialah
langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menyusun suatu
rencana. Untuk bidang kesehatan, langkah-langkah yang sering
dipergunakan adalah mengikuti prinsip lingkaran pemecahan
masalah. Sebagai langkah pertama dilakukanlah upaya
menetapkan prioritas masalah. Adapun yang dimaksudkan dengan
masalah disini ialah kesenjangan antara apa yang ditemukan
dengan apa yang semestinya.6
Mengingat adanya keterbatasan kemampuan mengatasi
masalah secara sekaligus, ketidaktersediaan teknologi atau adanya
keterkaitan satu masalah dengan masalah lainnya, maka perlu
dipilih prioritas dengan jalan kesepakatan tim. Bila tidak dicapai
kesepakatan dapat ditempuh dengan menggunakan kriteria lain.
Dalam penetapan prioritas masalah dapat mempergunakan
berbagai macam metode seperti kriteria matriks, MCUA, Hanlon,
Carl, dsb.Penetapan penggunaan metode tersebut diserahkan
kepada masing-masing puskesmas.7
Mengingat keterbatasan kemampuan mengatasi masalah
secara sekaligus maka akan dipilih prioritas dengan menggunakan
matriks USG. Pada penggunaan Matriks USG, untuk menentukan
suatu masalah yang prioritas, terdapat tiga faktor yang perlu
dipertimbangkan. Ketiga faktor tersebut
adalah urgency, seriuosness, dan growth.7

13
Urgency, seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas
dikaitkan dengan waktu yang tersedia dan seberapa keras tekanan
waktu tersebut untuk memecahkan masalah yang menyebabkan
isu tadi. Urgency dilihat dari tersedianya waktu, mendesak atau
tidak masalah tersebut diselesaikan (Permenkes No 44 Tahun
2016). Menentukan skala nilai 1 – 5 isu yang memiliki total skor
tertinggi merupakan isu prioritas. Urgnecy 1 artinya sangat kecil
isu tersebut harus dibahas dikaitkan dengan waktu yang tersedia
dan seberapa keras tekanan, urgency 2 artinya kecil isu tersebut
harus dibahas dikaitkan dengan waktu yang tersedia dan seberapa
keras tekanan, urgency 3 artinya nilainya sedang untuk isu
tersebut harus dibahas dikaitkan dengan waktu yang tersedia dan
seberapa keras tekanan, urgency 4 artinya besar untuk isu tersebut
harus dibahas dikaitkan dengan waktu yang tersedia dan seberapa
keras tekanan, urgency 5 artinya sangat besar untuk isu tersebut
harus dibahas dikaitkan dengan waktu yang tersedia dan seberapa
keras tekanan.8
Seriousness berkaitan dengan dampak dari adanya masalah
tersebut terhadap organisasi. Dampak ini terutama yang
menimbulkan kerugian bagi organisasi seperti dampaknya
terhadap produktivitas, keselamatan jiwa manusia, sumber daya
atau sumber dana. Semakin tinggi dampak masalah tersebut
terhadap organisasi maka semakin serius masalah tersebut.
Menentukan skala nilai 1 – 5 isu yang memiliki total skor tertinggi
merupakan isu prioritas. seriousness 1 artinya sangat kecil dampak
dari adanya masalah tersebut terhadap organisasi, seriousness 2
artinya kecil dampak dari adanya masalah tersebut terhadap
organisasi, seriousness 3 artinya nilainya sedang untuk dampak
dari adanya masalah tersebut terhadap organisasi, seriousness 4
artinya besar dampak dari adanya masalah tersebut terhadap

14
organisasi, seriousness 5 artinya sangat besar dampak dari adanya
masalah tersebut terhadap organisasi.8
Growth, Seberapa kemungkinannya isu tersebut menjadi
berkembang dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu akan
makin memburuk kalau dibiarkan. Menentukan skala nilai 1 – 5
isu yang memiliki total skor tertinggi merupakan isu prioritas.
Growth 1 artinya sangat kecil kemungkinannya isu tersebut
menjadi berkembang, Growth 2 artinya kecil kemungkinannya isu
tersebut menjadi berkembang, Growth 3 artinya nilainya sedang
kemungkinannya isu tersebut menjadi berkembang, Growth 4
artinya besar kemungkinannya isu tersebut menjadi berkembang,
Growth 5 artinya sangat besar kemungkinannya isu tersebut
menjadi berkembang.8
Untuk mengurangi tingkat subyektivitas dalam menentukan
masalah prioritas, maka perlu menetapkan kriteria untuk masing-
masing unsur USG tersebut. Umumnya digunakan skor dengan
skala tertentu. Misalnya penggunaan skor skala 1-5. Semakin
tinggi tingkat urgensi, serius, atau pertumbuhan masalah tersebut,
maka semakin tinggi skor untuk masing-masing unsur tersebut. 7

Tabel 2.2 Tabel USG


Kriteria M1 M2 M3 M4
Tkt Urgency (U)
Tkt Seriousnes (S)
Tkt Growth (G)
Total (UxSxG)
Keterangan : berdasarkan skala likert 1-5 (5=sangat besar, 4=besar,
3=sedang, 2=kecil, 1=sangat kecil)

15
3. Merumuskan Masalah
Hal ini mencakup apa masalahnya, siapa yang terkena
masalahnya, berapa besar masalahnya, dimana masalah itu terjadi
dan bila mana masalah itu terjadi (What, who, when, where dan
how).
Suatu rencana yang baik haruslah mengandung rumusan
tentang masalah (problem statment) yang ingin diselesaikan.
Rumusan masalah yang baik, banyak syaratnya. Beberapa di
antaranya yang terpenting adalah:
a. Harus mempunyai tolak ukur
Tolak ukur yang dimaksud banyak macamnya. Paling tidak
mencakup lima hal pokok, yakni tentang apa masalahnya,
siapa yang terkena masalah, dimana masalah ditemukan,
bilamana masalah terjadi serta berapa masalahnya.
b. bersifat netral
Bersifat netral dalam arti tidak mengandung uraian yang dapat
diartikan sebagai menyalahkan orang lain, menggambarkan
penyebab timbulnya masalah dan ataupun cara mengatasi
masalah.
Contoh:
 10% akseptor pil yang dilayani oleh Rumah Sakit X
Jakarta tidak datang lagi pada kunjungan ulang karena
petugasnya tidak ramah.
Rumusan masalah ini tidak baik, karena kecuali tidak
menjelaskan bilamana masalah tersebut terjadi, juga
mengandung uraian yang menyalahkan orang lain serta
sekaligus mencantumkan penyebab masalah.
 Sebagaian besar rekam medis akseptor IUD yang
dilayani oleh Rumah sakit X Jakarta tidak ditemukan,

16
dan karena itu sebaiknya mulai dilakukan
komputerisasi.
Rumusan masalah ini tidak baik, karena kecuali tidak
menjelaskan besarnya masalah serta bilamana masalah
itu terjadi, juga mengandung uraian tentang cara
penyelesaian masalah.
 8% akseptor IUD yang berkunjung ke RS X Jakarta
pada bulan Mei 2009 mengalami komplikasi infeksi
panggul pasca insersi.
Rumusan masalah ini baik, karena menjelaskan apa
masalahnya, siapa yang terkena masalag, dimana
masalah tersebut terjadi, bilamana masalah tersebut
terjadi, serta berapa besar masalhnya, disamping tidak
mengandung uraian yang dapat diinterpretasikan
sebagai menyalahkan orang lain, tidak menjelaskan
tentang penyebab timbulnya masalah serta tidak
menjelaskan tentang cara mengatasi masalah.6

17
4. Mencari Akar Penyebab Masalah
Mencari akar masalah dapat dilakukan antara lain dengan
menggunakan metode :
a. Diagram sebab akibat dari Ishikawa (disebut juga diagram
tulang ikan karena digambarkan membentuk tulang ikan)
b. Pohon masalah (problem trees)
Kemungkinan penyebab masalahnya dapat berasal dari :
a. Input (sumber daya) : jenis dan jumlah alat, obat, tenaga serta
prosedur kerja manajemen alat, obat dan dana
b. Proses (Pelaksana kegiatan) : Frekwensi, kepatuhan pelayanan
medis dan non medis.
Gambar 2.1 Diagram Fishbone

5. Penyelesaian Masalah
Untuk menetapkan cara penyelesian masalah dapat
dilakukan dengan kesepakatan diantara anggota tim. Bila tidak
terjadi kesepakatan dapat digunakan kriteria matriks. Untuk itu
harus dicari alternative penyelesaian masalahnya.7

18
BAB III
PROFIL PUSKESMAS PAKJO PALEMBANG

3.1. Geografi
Puskesmas Pakjo atau sering disebut Puskesmas Bambu Kuning
merupakan salah satu Puskesmas di wilayah Kecamatan Ilir Barat I.
Terletak di Jalan Inspektur Marzuki. Wilayah kerjanya membawahi 1 (satu)
kelurahan yaitu Kelurahan Siring Agung.
Kelurahan Siring Agung mempunyai luas 6,4 km2, sebagian besar
terdiri dari dataran rendah, sebagian kecil rawa-rawa, relatif mudah
dijangkau, hanya Dusun Sungai Hitam (Rt.5 Rw.9) yang harus memutar
melalui Kabupaten Banyuasin karena ada sungai yang belum ada jembatan
penghubung. Batas-batas Kelurahan Siring Agung yaitu :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Ilir Timur I D IV
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Lorok Pakjo
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Demang Lebar Daun
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Bukit Baru
Puskesmas Pakjo didirikan tahun 1971 merupakan puskesmas non
inpres, tanah wakaf Bapak Soleh dan diusahakan oleh Ibu Suprapti
(anggota BPH). Pada mulanya beroperasi sebagai Balai Pengobatan / KIA.

3.2. Gambaran Umum Puskesmas Pakjo


Sarana dan Prasarana Puskesmas Pakjo Terdiri dari :
Lantai Dasar :
- Pendaftaran
- Poli umum
- Poli Lansia
- Poli KB
- Poli KIA

19
- Poli PTM
- Laboratorium
- Apotik
- Toilet Pria dan Wanita

Lantai 1 :
- Poli MTBS
- Promkes / Kesling / Gizi
- Poli Gigi
- Poli PKPR
- Ruang Pimpinan
- Ruang Tata Usaha

Berdasarkan Surat dari Kementerian Kesehatan Nomor


YM.02.01/VI.14/615/2019, Puskesmas Pakjo berstatus AKREDITASI
MADYA yang Penilaian Akreditasi dilakukan pada Tanggal 04 September
-06 September Tahun 2019 oleh Tim Surveyor dari Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia Untuk meningkatkan Pelayanan yang bemutu bagi
kepuasan Pelanggan
Adapun Sarana Dan Prasarana yang ditambah di Puskesmas Pakjo
Tahun 2017 s.d Tahun 2019 adalah :
- Ruangan ASI
- Ruang UGD
- Customer Service
- Ruang Pertemuan
- Ruang Pemeriksaan TB
- Penggunaan Simpus
- Pojok Anak (Tempat Bermain Anak-anak)
- Lapangan Parkir
- Tersedianya 2 APAR
- Poli PTM

20
- Poli PKPR
Dalam pelaksanaan kegiatan, dibantu oleh 2 (dua) Puskesmas
Pembantu, yaitu :
1. Puskesmas Pembantu (Pustu) Talang Masketip
Didirikan tahun 1987 dari dana inpres tanah wakaf dari Bapak M.
Said, terletak di Jalan Inspektur Marzuki Lr. Lematang Rt. 4 Rw. 9
Kelurahan Siring Agung.
2. Puskesmas Pembantu (Pustu) Siring Agung
Didirikan tahun 1980 dari dana inpres. Tanah merupakan hibah
dari Stanvac, terletak di Jalan Sei Talo dan Rehab pada tahun 2019.
3. Poskeskel
Poskeskel berada di Dusun Sungai Itam

3.3. Program-Program yang Dilaksanakan


1. KESGA
- Pemeriksaan Antenatal, buteki dan nifas
- Penyuluhan pada bumil, nifas dan buteki
- Pembinaan Posyandu dan lansia
- Pemberian makanan tambahan untuk lansia
2. Keluarga Berencana
- Pelayanan KB
- Penyuluhan KB
3. Gizi
- Pembinaan Posyandu
- Pemberian kapsul Vit. A untuk bayi diatas 6 bulan dan balita
- Pemberian tablet tambah darah
- Penyuluhan pemanfaatan pekarangan
- Pemberian makanan tambahan untuk balita dengan program JPK-
MM
- Penyuluhan Gizi
- Penyediaan Ruang ASI

21
4. Kesehatan Lingkungan
- Penyuluhan kesehatan lingkungan sekolah, posyandu dan
pemukiman
- Pendataan Rumah Sehat
- PHBS
- Pendataan TPM – TPU
- Penyuluhan Kesling
5. P2P
6. Pengobatan termasuk Pelayanan Darurat karena kecelakaan
- Pengobatan umum
- Pengobatan peserta Askes/ BPJS
- Pengobatan Keluarga Miskin
- MTBS
- Rujukan
7. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Pendataan dan penimbangan anak
TK
- Pendataan dan screening anak SD kelas 1
- Imunisasi (BIAS)
- Penyuluhan kesehatan SD, SMP, SMA
- Pelatihan / pembinaan Dokter Kecil
8. Penyuluhan Kesehatan masyarakat
- Di dalam gedung Puskesmas
- Di luar gedung Puskesmas
9. Perawatan Kesehatan Masyarakat
- Rujukan kasus resiko tinggi
- Kunjungan rumah penderita TB paru dan lain-lain
- Kunjungan rumah bumil, bayi, balita resiko tinggi
10. Kesehatan Gigi dan Mulut :
- Pengobatan penyakit gigi dan mulut
- UKGS

22
- UKGMD
11. Kesehatan Jiwa
- Penyuluhan kesehatan jiwa
- Pengobatan dan rujukan penderita
12. Kesehatan Mata :
- Penyuluhan Penyakit Mata
- Pencarian penderita penyakit katarak
- Pengobatan dan rujukan penderita
13. Laboratorium Sederhana:
- Pemeriksaan darah rutin dan urine rutin
- Pemeriksaan kehamilan dengan grandivica stick
- Pembuatan sediaan untuk pemeriksaan dahak suspek TBC.
- Kimia Darah Sederhana : Gula Darah, Uric Acid,
14. Pencatatan dan Pelaporan:
- Laporan Tahunan
- Laporan Bulanan
- Laporan Mingguan
- Laporan PWS KIA, Gizi , Imunisasi
- Laporan KB
- Laporan P2P
- Laporan Kinerja
- Laporan Perencanaan Tingkat Puskesmas
- Laporan Keuangan.

3.4. Cakupan Kegiatan Penilaian Kinerja Puskesmas Pakjo Tahun 2020


Jenis Kegiatan Capaian Target
I. PROMOSI KESEHATAN
A. Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Pada:
Rumah Tangga 81,5% 100%
Institusi Pendidikan (sekolah) 88,0% 100%
Institusi Sarana Kesehaan 80,0% 100%

23
Institusi TTU 100,0% 100%
Institusi Tempat Kerja 83,3% 100%
B. Bayi Mendapat ASI Eksklusif 70,6% 100%
C. Mendorong terbentuknya Upaya Kesehatan Bersumber
Masyarakat
Posyandu Madya 100,0% 100%
Posyandu Purnama 70,6% 100%
D. Penyuluhan Napza 100% 100%
II. KESEHATAN LINGKUNGAN
A. Penyehatan Air
Inspeksi sanitasi sarana air bersih 91,0% 100%
Pembinaan kelompok masyarakat / 94,6% 100%
kelompok pemakai air
B. Hygiene dan Sanitasi Makanan dan Minuman
Inspeksi sanitasi tempat pengelolaan 92,6% 100%
makanan
Pembinaan tempat pengelolaan makanan 92,6% 100%
C. Penyehatan Tempat Pembuangan Sampah dan Limbah
Inspeksi sanitasi sarana pembuangan 100,0% 100%
sampah dan limbah
D. Penyehatan Lingkungan Pemukiman dan Jamban Keluarga
Pemeriksaaan penyehatan lingkungan pada 95,5% 100%
perumahan
E. Pengawasan Sanitasi Tempat-Tempat Umum
Inspeksi sanitasi tempat-tempat umum 84,2& 100%
Sanitasi tempat-tempat umum 92,6% 100%
F. Pengendalian Vektor
Pengawasan tempat-tempat potensial 100% 100%
perindukan vector di pemukiman penduduk

24
dan sekitarnya
Pemberdayaan sasaran / kelompok / pokja 100% 100%
potensial dalam tempat perindukan penyakit
di pemukiman penduduk
Desa / lokasi potensial yang mendapat 100% 100%
intervensi pemberantasan vector penyakit
menular
III. KESEHATAN IBU DAN ANAK TERMASUK KELUARGA
BERENCANA
A. Kesehatan Ibu
Pelayanan kesehatan bagi ibu hamil sesuai 100% 100%
standar, untuk kunjungan lengkap
Drop out K4 – K1 100% 100%
Pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan 98,2% 100%
termasuk pendampingan persalinan
Pelayanan nifas lengkap (KF3) 98,2% 100%
Pelayanann dana tau rujuan ibu hamil risiko 86,3% 100%
tinggi / komplikasi
B. Kesehatan Bayi
Penanganan dana tau rujukan neonates 100% 100%
risiko tinggi
Cakupan BBLR ditangani 81,1% 100%
Cakupan kunjungan neonates lengkap 100% 100%
(KN3)
C. Upaya Kesehaan Balita dan Anak Pra Sekolah
Pelaynan deteksi dan stimulasi dini tumbuh 78,0% 100%
kembang balita (kontak pertama)
Pelayanan deteksi dan stimulasi dini tumbuh 55,7% 100%
kembang anak pra sekolah
D. Upaya Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja

25
Pelayanan kesehatan anak sekolah dasar 38,7% 100%
oleh tenaga kesehatan atau tenaga terlatih /
guru UKS / dokter kecil
Cakupan pelayanan kesehatan remaja 0% 100%
E. Pelayanan Keluarga Berencana
Akseptor KB aktif di Puskesmas (CU) 77,5% 100%
Akseptor aktif MKET di Puskesmas 84,6% 100%
Akseptor MKET dengan komplikasi 0% 100%
Akseptor MKET dengan kegagalan 0% 100%
IV. UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT
Pemberian kapsul Vitamin A (dosis 200.000 60,2% 100%
SI) pada balita 2 kali / tahun
Pemberian tablet besi pada ibu hamil 99,8% 100%
Balita naik berat badannya 78,7% 100%
Balita gizi kurang 28,1% 100%
Cakupan ASI Ekslusif 70,6% 100%
V. UPAYA PENCEGAHANN DAN PEMBERANTASAN
PENYAKIT MENULAR
A. TB Paru
Pengobatan penderita TB Paru (DOTS) 39,8% 100%
BTA positif
Pelaynan ksehatan orang dengan 100% 100%
Tuberkulosis sesuai standar
B. Kusta
Pengobatan penderita kusta 0% 100%
Pemeriksaan kontak penderita 100% 100%
D. Pelayanan Imunisasi
Imunisasi DPT 1 pada bayi 95,1% 100%
Drop out DPT 3 - campak 0% 100%
Imunisasi HB1 < 7 hari 95,1% 100%

26
Imunisasi Campak pada bayi 95,1% 100%
Imunisasi DT pada anak kelas 1 SD 29,3% 100%
Imuniasi TT pada anak SD kelas 2 dan 3 26,7% 100%

3.5. Visi dan Misi Puskesmas Pakjo


1) Visi Puskesmas
Terwujudnya pelayanan kesehatan masyarakat yang prima di wilayah
kerja.
2) Misi Puskesmas
a. Meningkatkan kemitraan dengan semua pihak.
b. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) petugas
puskesmas.
c. Meningkatkan sarana dan prasarana puskesmas serta memelihara
dengan baik dan benar.
d. Meningkatkan pelayanan kesehatan sesuai standar.
e. Meningkatkan kesejahteraan pegawai.
3) Moto
Kepuasaan anda harapan kami.
4) Tujuan Puskesmas
Memberikan layanan kesehatan yang berorientasi kepada kepuasan
pelanggan.
5) Tata Nilai
Prima : Memberikan pelayanan yang bermutu.
Adil : Memberikan pelayanan yang merata kepada seluruh lapisan
masyarakat.
Kepuasan : Memberikan kenyamanan kepada pelanggan.
Jelas : Pelayanan kesehatan sesuai standar.
Organisasi : Selalu bekerjasama dalam suatu tim.

27
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Identifikasi Masalah


Masalah merupakan kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Identi
fikasi masalah dilaksanakan dengan membuat daftar masalah yang dikelo
mpokkan menurut jenis program, cakupan, mutu dan ketersediaan sumber
daya. Berdasarkan dari pencapaian cakupan-cakupan program di Puskesm
as Pakjo Palembang pada tahun 2020, terdapat beberapa upaya program ke
sehatan yang belum mencapai target yang merupakan sebuah masalah dim
ana apabila masalah tersebut tidak ditindaklanjuti maka akan berdampak p
ada kesehatan masyarakat di lingkungan tersebut, sehingga perlu untuk me
ngidentifikasi beberapa masalah cakupan-cakupan program tersebut sepert
i:
Tabel 4.1 Identifikasi Masalah

No. Masalah Target Pencapaian Keterangan


1. Perbaikan balita gizi 100% 28,1% Tidak
kurang tercapai
2. Pengobatan TB Paru 100% 39,8% Tidak
BTA positif tercapai
3. Balita ditimbang 100% 46,40% Tidak tercapai

4. Pemberian kapsul Vit. 100% 60,2% Tidak tercapai


A pada balita
5. Cakupan ASI 100% 70,6% Tidak tercapai
eksklusif

28
4.2. Prioritas Masalah

Berdasarkan pembahasan diatas, harus ditetapkan satu prioritas


masalah yaitu dengan menggunakan metode USG yang menggunakan
pertimbangan beberapa aspek yaitu:
a. Urgency (dilihat dari mendesak atau tidaknya masalah tersebut)
b. Seriousness (tingkat keseriusan masalah)
c. Growth (tingkat perkembangan masalah)

Masalah yang mempunyai total angka tertinggi dari hasil


penjumlahan yang akan menjadi prioritas masalah.

Tabel 4.2 Penetapan Prioritas Masalah


Masalah Masalah 1 Masalah 2 Masalah 3 Masalah 4 Masalah 5
Balita gizi Pengobatan Balita Kapsul ASI
Kriteria
kurang TB paru ditimbang Vit. A ekslusif

Urgensi (U) 5 4 3 2 2
Keseriusan (S) 4 4 3 2 3
Perkembangan (G) 5 3 4 3 2
Total UxSxG 100 48 36 12 12

Berdasarkan matriks USG diatas yang menjadi prioritas masalah


adalah perbaikan balita gizi kurang di Puskesmas Pakjo. Masalah tersebut
menjadi prioritas karena apabila tidak ditindaklanjuti, maka akan
menimbulkan perkembangan penyakit yang diderita oleh anak, sehingga
akan meningkatkan angka mortalitas dan morbiditas.

29
4.3. Perumusan Masalah

Perumusan masalah menggunakan metode 4W+1H (What, Who,


When, Where,dan How), yang mencakup apa masalahnya, siapa yang
terkena masalahnya, berapa besar masalahnya, dimana masalah itu terjadi
dan bagaimana masalah itu terjadi.

Tabel 4.3 Perumusan Masalah


Rumusan What Who When Where How
Masalah
Perbaikan Target Balita Tahun Puskesmas Akan
balita gizi tidak 2020 Pakjo meningkatkan
kurang tercapai angka sakit
Jadi, rumusan masalah pada kasus adalah “cakupan perbaikan balita gizi
kurang di Puskesmas Pakjo tahun 2020 tidak mencapai target yaitu 28,1%
dari target 100%.”

30
4.4. Akar Penyebab Masalah

Kemungkinan Penyebab masalah dapat berasal dari Input (Sumber


daya), Proses (Pelaksana Kegiatan) dan Lingkungan, untuk mencari akar
penyebab masalah dapat menggunakan fishbone diagram seperti tertera
dalam gambar berikut:
Diagram 4.1 Fishbone

MANUSIA METODE

Kurangnya pengetahuan Konseling dan


nakes akan pentingnya edukasi ke orang tua
perbaikan gizi balita kurang

Kurangnya peran nakes


dan kader untuk Pemberian makanan
promkes tambahan dan tablet
Vit. A kurang
Perbaikan balita
gizi kurang
(belum mencapai
target)
Media promkes
kurang Padatnya kegiatan
(pamphlet, puskesmas
brosur, kuisioner)
Kurangnya
Akses menuju
dana
puskesmas yang
promkes
jauh

SARANA DANA LINGKUNGAN

31
4.5. Penentuan Prioritas Penyebab Masalah
Berdasaarkan pembahasan diatas, harus ditetapkan satu prioritas
masalah yaitu dengan metode skoring. Metode skoring adalah salah satu
teknik yang digunakan untuk membantu pengambilan keputusan dari
berbagai pilihan untuk menentukan prioritas penyebab masalah dan kegiatan
dengan menggunakan beberapa kriteria yang telah disepakati sebagai
berikut:
• Besarnya penyebab masalah adalah kesenjangan antara target degan
cakupan pencapaian, makin besar kesenjangan maka makin buruk
kinerjanya dan semakin tinggi skor yang diberikan.
• Kepentingan (importance) adalah gambaran seberapa jauh pelayanan
dianggap penting untuk ditanggulangi. Kepentingan dapat dinilai
dari beberapa hal, misalnya ada hubungan langsung / tidak langsung.
Semakin penting penyebab masalah semakin tinggi prioritas atau
angka. Apabila satu penyebab masalah diselesaikan beberapa
masalah lainnya. Makin banyak penyebab masalah yang dapat
diselesaikan, maka penyebab masalah tersebut tergolong penting dan
mendapat skor lebih tinggi.
• Kemudahan / kelayakan (feasibility) adalah seberapa jauh masalah
pelayanan dapat ditanggulangi. Kemudahan dapat dinilai dari
tersedianya sarana, prasarana, SDM, metoda, teknologi, dana, dan
lain-lain. Makin sedikit sumberdaya yang dibutuhkan, maka makin
tinggi nilai yang diberikan.
• Dukungan untuk perubahan (support of change) adalah besarnya
dukungan dari stakeholder (pemda, LSM, institudi terkait,
masyarakat, tokoh masyarakat dan lain-lain). Dukungan dapat

32
berupa kebijakan, dana, dan keterlibatan. Makin banyak dukungan
yang didapar untuk suatu masalah, maka makin tinggi skor yang
diberikan.
• Risiko (risk if nothing is done) adalah besarnya risiko apabila
masalah suatu penyebab masalahnya tidak segera ditangani. Semakin
besar risikonya, maka semakin tinggi angkanya.
Sepakati nilai yang akan diberikan untuk masing-masing kriteria.
Misalnya 1 = tidak penting, 2 = kurang penting, 3 = penting, 4 = sangat
penting. Nilai akhir didapat dari perkalian nilai kriteria.

Tabel 4.4 Penentuan Prioritas Penyebab Masalah

Penyebab Masalah Besaran kepentingan Kemudahan Dukungan risiko Nilai


penyebab akhir
masalah
Manusia
 Kurangnya 3 3 3 3 3 243 (III)
pengetahuan
nakes dan kader
pentingnya
perbaikan gizi
balita
 Kurangnya peran 3 3 3 3
nakes dan kader 3 243 (IV)
untuk promkes
Metode
 Konseling dan 4 4 4 3 3 576 (I)
edukasi ke orang
tua yang kurang
 Kurangnya
4 4 2 3 4 384 (II)
pemberian
makanan
tambahan dan
tablet vit.A

Sarana
 Media promkes 2 2 4 4 2 128 (V)
kurang
Dana
 Kurangnya dana 2 2 2 3 1 24 (VII)
promkes
Lingkungan
 Padatnya kegiatan 1 1 1 1 1 1 (VIII)

33
puskesmas
2 4 2 4 2 64 (VI)
 Akses ke
puskesmas yang
jauh
Berdasarkan matriks USG diatas yang menjadi prioritas masalah
adalah “konseling dan edukasi ke orang tua yang kurang”.

4.6 Alternatif Pemecahan Masalah


Tabel 4.5 Penentuan Alternatif Penyelesaian Masalah

Prioritas Masalah Alternatif penyelesaian masalah


Konseling dan edukasi ke orang tua Melakukan konseling serta edukasi kepada
yang kurang orang tua anak mengenai gizi seimbang

34
4.7 Rencana Usulan Kegiatan

Tabel 4.6 Rencana Usulan Kegiatan


Kegiatan Tujuan Sasaran Target Kebutuhan Sumber Daya Indikator Sumber
Dana Alat Tenaga Keberhasilan Pembiayaan

Melakukan konseling Untuk Orang tua Seluruh orang Leaflet : Leaflet, Tenaga Meningkatkan APBD
serta edukasi kepada meningkatkan balita yang tua dari balita model kesehatan pengetahuan
Rp. 150.000
orang tua anak pengetahuan berkunjung yang makanan orang tua
mengenai gizi orang tua ke berkunjung ke Model makanan : mengenai pola
seimbang mengenai Puskesmas Puskesmas asuh gizi
pola asuh gizi Pakjo Pakjo Rp. 350.000 seimbang dan
seimbang Total : disertai
perubahan pola
Rp. 500.000 asuh

35
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
1. Prioritas masalah pada pelayanan kesehatan di Puskesmas Pakjo Palembang
adalah belum tercapainya cakupan perbaikan balita gizi kurang pada tahun
2020, yaitu kurangnya konseling serta edukasi kepada orang tua mengenai pola
asuh.
2. Alternatif terpilih dari penyelesaian masalah yang terpilih adalah melakukan
pelatihan nakes dan kader dalam melakukan promosi kesehatan mengenai
pola asuh gizi seimbang dan melakukan konseling serta edukasi kepada orang
tua balita yang mengunjungi Puskesmas Pakjo Palembang.
3. Dibuatnya rencana usulan kegiatan untuk pencapaian target cakupan
perbaikan balita gizi kurang.

5.2. Saran
1. Dari Puskesmas diharapkan dapat memberikan bimbingan dalam proses
pengidentifikasian dan pembuatan RUK dalam rangka Perencanaan Tingkat
Puskemas (PTP).

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Supriasa. 2012. Penilaian Status Gizi. EGC : Jakarta.


2. Black, R., Victora, C., Walker, S., & et al. (2013). Maternal and child
undernutrition and overweight in low-income and middle-income countries. The
Lancet, 382(9890), 427-451. Dikutip dari
https://www.thelancet.com/pdfs/journals/lancet/PIIS0140- 6736(13)60937-X.pdf
3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2019. Profil Kesehatan Indonesia
thaun 2018. Indonesia
4. Kenterian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Peraturan Menterin Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Standar Antropometri Anak.
5. Black, R., Allen, L., Bhutta, Z., & et al. (2008). Maternal and child undernutrition:
global and regional exposures and health consequences. The Lancet, 371, 243-260.
Dikutip dari https://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-
6736(07)61690-0/fulltext
6. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 028/MENKES/PER/2011 Tentang Puskesmas.
Indonesia
7. Azwar Azrul, 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga. Jakarta :
Bina Rupa Aksara Publisher.
8. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Perencanaan Tingkat
Puskesmas. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat

30
LAMPIRAN
Struktur Organisasi Puskesmas Pakjo

31
Denah Puskesmas Pakjo Palembang
a. Lantai 1

32
TOILET PRIA
DAN WANITA POLI KB

LABORATORIUM POLI UMUM

APOTIK POLI LANSIA

P
I
N
T PENDAFTARAN
U

RUANG TUNGGU

POLI PTM

POLI KIA
TANGGA

b. Lantai 2

DAPUR

33
RUANG PERTEMUAN
Llcd,dc

34

Anda mungkin juga menyukai