STASE I
Disusun Oleh :
ELLISAN PAKPAHAN
NIM : P07524721019
Dosen Pembimbing :
LAPORAN KOMPREHENSIF
PRAKTEK ASUHAN KEBIDANAN FISIOLOGI HOLISTIK
PADA REMAJA DAN PRA NIKAH DI PUSKESMAS
MEDAN AMPLAS TAHUN 2022
Oleh:
ELLISAN PAKPAHAN
NIM: P07524721019
Menyetujui,
Pembimbing Institusi
2 Jujuren Sitepu, SST, M.Kes
NIP : 196312111995032002
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Komprehensif dalam
Asuhan Kebidanan pada Remaja ini dengan baik. Dalam kesempatan ini penulis
menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar –besarnya kepada dosen pengampu
Jujuren Sitepu SST,M.Kes yang telah membimbing selama ini.
Penulis juga mengakui bahwa dalam proses penulisan laporan ini, masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian penulis telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki.
Dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka
menerima masukan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan dan penyempurnaan
makalah ini dikemudian hari.
Akhirnya penulis berharap, makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca. Dan
dapat memberikan kontribusi yang positif serta bermakna dalam proses perkuliahan Profesi
bidan.
Ellisan Pakpahan
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Lembar Pengesahan
Daftar Isi ........................................................................................................i
Kata Pengantar ...............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..............................................................................1
B. Tujuan............................................................................................2
C. Ruang Lingkup ..............................................................................3
D. Manfaat .........................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN
A. Kajian Masalah Kasus ...................................................................4
B. Kajian Teori...................................................................................6
BAB III PEMBAHASAN
A. Pengkajian .....................................................................................11
B. Analisis ..........................................................................................16
C. Penatalaksanaan ............................................................................16
BAB IV ...........................................................................................................18
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................19
B. Saran ..............................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Masalah kesehatan reproduksi menjadi perhatian bersama dan bukan hanya individu
yang bersangkutan, karena dampaknya luas menyangkut berbagai aspek kehidupan dan
masyarakat. Dengan demikian kesehatan alat reproduksi sangat erat hubungannya dengan
angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian anak (AKA). Sebagai ketetapan yang
kehamilan dan persalinan secara aman serta mendapatkan bayi tanpa resiko apapun atau well
health mother dan well born baby dan selanjutnya mengembalikan kesehatan dalam batas
Data penelitian tentang kesehatan reproduksi wanita menunjukkan 75% wanita di dunia
pasti menderita keputihan / Flour Albus paling tidak sekali seumur hidup dan 45% diantaranya
bisa mengalaminya sebanyak dua kali atau lebih. Pada dasarnya dalam keadaan normal, organ
vagina memproduksi cairan yang berwarna bening, tidak berbau, tidak berwarna dan jumlah
tidak berlebihan. Cairan ini berfungsi sebagai sistem perlindungan alami, mengurangi gesekan
di dinding vagina saat berjalan dan saat melakukan hubungan seksual. Sedang yang dimaksud
dengan keputihan adalah gejala penyakit yang ditandai oleh keluarnya cairan dari organ
reproduksi dan bukan berupa darah. Keputihan yang berbahaya adalah keputihan yang tidak
normal. Ini karena terjadi infeksi yang disebabkan kuman, bakteri, jamur atau infeksi campuran.
1
Keputihan bisa juga disebabkan adanya rangsangan mekanis oleh alat – alat kontrasepsi
sehingga menimbulkan cairan yang berlebihan. Pada tipe keputihan ini, cairan yang keluar
berwarna kuning kehijauan. Biasanya diiringi rasa gatal dan bau tidak sedap (Shadine, 2012).
Biasanya komplikasi yang mungkin terjadi pada Flour Albus yaitu infeksi vagina seperti
jamur Kandida Albican, parasit Tricommonas, E Coli, Staphy lococcus, Treponema Pallidum,
Kondiloma aquiminata dan Herpes serta luka daerah vagina, benda asing yang tidak sengaja
atau sengaja masuk ke vagina dan kelainan serviks (Sibagariang dkk, 2016).
Berdasarkan data statistik Indonesia 2008 dari 43,3 juta jiwa remaja berusia 15 – 24
tahun di Indonesia berperilaku tidak sehat. Remaja putri Indonesia dari 23 juta jiwa berusia 15-
24 tahun 83,3% pernah berhubungan seksual yang merupakan salah satu terjadinya Flour Albus
(BBKN, 2009)
B.Tujuan
1 .Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
b. Untuk mendapatkan Analisa yang tepat terkait Masalah/Diagnosa Flour Albus pada
Remaja di Puskesmas Kampung Baru melalui Telekomunikasi
c. Untuk memberikan Penatalaksaan Masalah/Diagnosa yang tepat Flour Albus pada Remaja
di Puskesmas Kampung Baru melalui Telekomunikasi.
2
C.Ruang Lingkup
Lokasi yang dilakukan penulis dalam Penyusunan Laporan Komprehensif ini adalah
Puskesmas Amplas dan Waktu dan Penyusunan Laporan Komprehensif dimulai dari 17 Januari
2022 sampai dengan 27 Januari 2022.
Subjek yang diambil untuk Penyusunan Laporan Komprehensif ini adalah Remaja Putri
dengan Flour Albus
Penulis menggunakan teknik pengambilan data dengan cara teknik wawancara melalui
Telekomunikasi dengan CI Lahan pada Tanggal 19 Januari 2022 Pukul 10.00 WIB s/d 10.10 WIB
dan dilanjutkan dengan Telemedicine dengan klien Pada Tanggal 20 Januari 2022 Pukul 11.00
WIB s/d 11.20 WIB.
4. Studi Kepustakaan
Membaca dan mempelajari buku-buku sumber, makalah ataupun jurnal yang dapat
dijadikan dasar teoritis yang berhubungan dengan kasus yang diambil.
D. Manfaat
Dapat meningkatkan Kualitas Pelayanan Kebidanan khususnya pada Remaja Putri dengan Flour
Albus
2.Bagi insitusi dan Penidikan
Hasil Laporan Komprehensif ini dapat digunakan sebagai bahan Kepustakaan untuk menambah
Pengetahuan khususnya untuk Program Studi Profesi Kebidanan di Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes RI Medan
3
3. Bagi Lahan Praktek
Dapat menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang sudah ada serta meningkatkan
mutu prlayanan kesehatan khususnya untuk asuhan gangguan reproduksi dengan Flour Albus.
4
BAB II
TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN
Amenore merupakan perubahan umum yang terjadi pada beberapa titik dalam sebagian besar
siklus menstruasi.
2.Disminore
Dismenore merupakan perubahan umum yang terjadi pada beberapa titik dalam sebagian besar
siklus menstruasi.
3. Menoragi
Menoragi merupakan salah satu dari beberapa keadaan menstruasi yang pada awalnya berada di
bawah label perdarahan uterus disfungsional.
4.Metroragi
Metroragi apabila menstruasi terjadi dengan interval tidak teratur atau jika terdapat insiden bercak
darah atau perdarahan diantara menstruasi.
5.Oligomenore
5
Oligomenore adalah aliran menstruasi yang tidak sering atau hanya sedikit.
6.Sindrom Pramenstruasi
Perubahan siklik fisik, fisiologi dan perilaku (misalnya perut mengembung, perubahan suasana
hati, perubahan nafsu makan) yang dicerminkan saat siklus menstruasi terjadi hampir pada
semua wanita beberapa waktu antara menarche dan menopause.
7. Flour Albus
Flour Albus adalah keluarnya cairan dari vagina yang menimbulkan perasaan kurang nyaman
(Jamaan, 2017)
B. Pengertian Flour Albus
a.Pengertian Flour Albus
Flour Albus adalah cairan yang keluar berlebihan dari vagina bukan merupakan darah
(Sibagariang dkk, 2016).
Flour Albus merupakan sekresi vaginal abnormal pada wanita. Keputihan yang
disebabkan oleh infeksi biasanya disertai dengan rasa gatal di dalam vagina dan di sekitar bibir
vagina bagian luar, kerap pula disertai bau busuk, dan menimbulkan rasa nyeri sewaktu
berkemih atau bersenggama (Shadine, 2017).
Flour Albus fisiologis terdiri atas cairan yang kadang – kadang berupa muskus yang
mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang. Flour Albus normal dapat terjadi pada
masa menjelang dan sesudah menstruasi, sekitar fase sekresi antara hari ke 10 – 16 siklus
menstruasi, saat terangsang, hamil, kelelahan, stres dan sedang mengkonsumsi obat – obat
hormonal seperti pil KB. Flour Albus ini tidak berwarna atau jernih, tidak berbau dan tidak
menyebabkan rasa gatal.
A. Flour Albus yang fisiologis
Flour Albus yang fisiologis dapat disebabkan oleh :
a. Pengaruh sisa estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin sehingga bayi baru
lahir sampai umur 10 hari mengeluarkan Flour Albus.
6
b. Pengaruh estrogen yang meningkat pada saat menarche.
c. Rangsangan saat koitus sehingga menjelang persetubuhan seksual menghasilkan sekret,
yang merupakan akibat adanya pelebaran pembuluh darah, divagina atau vulva, sekresi
kelenjar serviks yang bertambah sehingga terjadi pengeluaran transudasi dari dinding
vagina. Hal ini diperlukan untuk melancarkan persetubuhan atau koitus.
d. Adanya peningkatan produksi kelenjar – kelenjar pada mulut rahim saat masa ovulasi.
e. Mukus servik yang padat pada masa kehamilan sehingga menutup lumen serviks yang
berfungsi mencegah kuman masuk ke rongga uterus.
B. Flour Albus Patologis
Flour Albus patologis terjadi karena disebabkan oleh :
a. Adanya jamur dan bakteri seperti Gonokokus, Klamidia Trakomatis, Grandnerella,
Treponema Pallidum, Parasit dan Virus.
b. Kelainan alat kelamin didapat atau bawaan
Adanya fistel vesikovaginalis atau rektovaginalis akibat cacat bawaan. Cedera
persalinan dan radiasi kanker genetalia atau kanker itu sendiri.
c. Benda Asing
Kondom yang tertinggal dan pesarium untuk penderita hernia atau prolaps uteri dapat
merangsang secret vagina berlebihan.
d. Kanker
Flour Albus ditemukan pada neoplasma jinak maupun ganas, apabila tumor itu dengan
permukaannya untuk sebagian atau seluruhnya memasuki lumen saluran alat – alat
genetalia. Sel akan tumbuh sangat cepat secara abnormal dan mudah rusak, akibat dari
pembusukan dan perdarahan akibat pemecahan pembuluh darah pada hiper
vaskularisasi. Gejala yang ditimbulkan ialah cairan yang banyak, berbau busuk disertai
darah tak segar.
e. Menopause
Pada menopause sel – sel dan vagina mengalami hambatan dan dalam pematangan sel
akibat tidak adanya hormon estrogen sehingga vagina kering, sering timbul gatal karena
tipisnya lapisan sel sehingga mudah luka dan timbul infeksi penyerta.
7
Menurut Shadine (2018), ada beberapa cara untuk menghindari terjadinya Flour
Albus, antara lain :
a) Selalu menjaga kebersihan diri, terutama kebersihan alat kelamin.
Rambut vagina atau pubis yang terlampau tebal dapat menjadi tempat sembunyi
kuman.
b) Biasanya untuk membasuh vagina dengan cara yang benar, yaitu dengan gerakan dari
depan ke belakang. Cuci dengan air bersih setiap buang air dan mandi. Jangan lupa
untuk tetap menjaga vagina dalam keadaan kering.
c) Hindari suasana vagina yang lembab berkepanjangan karena pemakaian celana dalam
yang basah, jarang diganti dan tidak menyerap keringat. Usahakan menggunakan
celana dalam yang terbuat dari bahan katun yang menyerap keringat. Pemakaian
celana jeans terlalu ketat juga meningkatkan kelembaban daerah vagina. Ganti tampon
atau panty liner pada waktunya.
d) Hindari terlalu sering memakai bedak talk disekitar vagina, tisu harum atau tisu toilet.
Ini akan membuat vagina kerap teriritasi.
e) Perhatikan kebersihan lingkungan. Keputihan / Flour Albus juga bisa muncul lewat air
yang tidak bersih. Jadi, bersih bak mandi, ember, ciduk, water torn dan bibir kloset
dengan antiseptik untuk menghindari menjamurkan kuman.
f) Setia kepada pasangan merupakan langkah awal untuk menghindari Keputihan / Flour
Albus yang disebabkan oleh infeksi yang menular melalui hubungan seks.
D.Patosiologis Flour Albus
Sebenarnya didalam alat genital wanita terdapat mekanisme pertahanan tubuh berupa
bakteri yang menjaga kadar keasaman pH vagina. Normalnya angka keasaman pada vagina
berkisar antara 3,8 – 4,2. Sebagian besar, hingga 95% adalah bakteri laktobasilus dan
selebihnya adalah bakteri pathogen (yang menimbulkan penyakit). Biasanya ketika ekosistem
didalam keadaan seimbang bakteri patogen tidak akan mengganggu. Masalah baru ketika
kondisi asam ini turun alias lebih besar dari 4,2. Bakteri – bakteri laktobasilus gagal menandingi
bakteri patogen. Ujungnya, jamur akan berjaya dan terjadilah keputihan. Data penelitian
tentang kesehatan reproduksi wanita menunjukkan 75% wanita di dunia pasti menderita
keputihan paling tidak sekali seumur hidup dan 45% diantaranya bisa mengalaminya sebanyak
dua kali atau lebih (Shadine, 2017).
8
E.Penatalaksanaan Flour Albus
Menurut Sibagariang dkk (2016) untuk menghindari komplikasi yang serius dari Flour
Albus, sebaiknya penatalaksanaan dilakukan sedini mungkin sekaligus untuk menyingkirkan
kemungkinan adanya penyebab lain seperti kanker leher rahim yang juga memberikan gejala
keputihan berupa sekret encer, berwarna merah muda, coklat mengandung darah atau hitam
serta berbau busuk.
Penatalaksanaan Flour Albus tergantung dari penyebab infeksi seperti jamur, bakteri
atau parasit. Umumnya diberikan obat – obatan untuk mengatasi keluhan dan menghentikan
proses infeksi sesuai dengan penyebabnya. Obat – obatan yang digunakan dalam mengatasi
keputihan biasanya berasal dari golongan flukonazol untuk mengatasi infeksi candida dan
golongan metronidazol untuk mengatasi infeksi bakteri dan parasit. Sediaan obat dapat berupa
sediaan oral (tablet, kapsul), topikal seperti krem yang dioleskan dan vulva yang dimasukkan
langsung ke dalam liang vagina. Untuk keputihan yang ditularkan melalui hubungan seksual,
terapi juga diberikan kepada pasangan seksual dan dianjurkan untuk tidak berhubungan seksual
selama masih dalam pengobatan. Selain itu, dianjurkan untuk menjaga kebersihan daerah intim
sebagai tindakan pencegahan sekaligus mencegah berulangnya keputihan yaitu dengan :
1) Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga ringan, istirahat cukup, hindari
rokok dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan.
2) Setia kepada pasangan untuk mencegah penularan penyakit menular seksual.
3) Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering dan
tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang menyerap
keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat. Biasanya untuk mengganti pembalut,
panty liner pada waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak.
4) Biasanya membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan
ke belakang.
5) Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat
mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu sebelum
menggunakan cairan pembersih vagina.
6) Hindari penggunaan bedak talk, tisu atau sabun dengan pewangi pada daearah vagina
karena dapat menyebabkan iritasi.
7) Hindari pemakaian barang – barang yang memudahkan penularan seperti meminjam
9
perlengkapan mandi. Sedapat mungkin tidak duduk di atas kloset di WC umum atau
biasakan mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya.
10
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA Nn. Z
UMUR 17 TAHUN DENGAN FLOUR ALBUS
DI PUSKESMAS AMPLAS
Data pendukung pada kasus ini diperoleh dari kasus Remaja Putri dengan Flour Albus diperoleh
dari Telekomunikasi dengan CI Lahan pada Tanggal 19 Januari 2022 Pukul 10.00 WIB s/d 10.10
WIB. Data yang diperoleh sebagai berikut:
A.Pengkajian
IDENTITAS/BIODATA
Tanggal : 20 Januari 2021 Pukul : 10.00 WIB
Nama : Nn. Z
Umur : 17 Tahun
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Siswi
Alamat : Bajak IV
Telp :-
Data Subjektif
1. Alasan Kunjungan ini : Nn.Z Keluar cairan berwarna kuning dan gatal pada vagina
dan dialami setelah haid
2. Riwayat menstruasi :
a. Haid Pertama : 17 Tahun
b. Siklus : 28 hari
c. Banyaknya : 3 kali/hari ganti pembalut
d. Dismenore : Tidak ada
e. Teratur/tidak teratur : Teratur
f. Lamanya : 5 hari
g. Sifat darah : kental kehitaman, baunya khas
11
3. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola Makan : 3 kali sehari, porsi sedang, berisi nasi, lauk pauk, sayur, dan
buah-buahan
b. Pola Minum : 7-8 gelas / hari, berisi air putih
c. Pola Aktivitas :Pagi sampai siang belajar online (Daring), malam
(Mengerjakan Tugas)
d. Kebiasaan Lain : Nn. Z mengatakan tidak merokok dan tidak minum
minuman beralkohol
4. Riwayat kesehatan sehari-hari
a. Jantung : tidak ada penyakit jantung
b. Asma/TBC Paru : tidak ada penyakit Asma/TBC Paru
c. DM : tidak ada penyakit DM
d. Hepatitis : tidak ada penyakit Hepatitis
e. Hipertensi : tidak ada penyakit hipertensi
f. Epilepsi : tidak ada penyakit epilepsy
g. IMS : tidak ada penyakit IMS
h. HIV/AIDS : tidak ada penyakit HIV/AIDS
i. Lain-lain : tidak ada penyakit lainnya
5. Riwayat Kesehatan dahulu
a. Jantung : tidak ada penyakit jantung
b. Asma/TBC Paru : tidak ada penyakit Asma/TBC Paru
c. DM : tidak ada penyakit DM
d. Hepatitis : tidak ada penyakit Hepatitis
e. Hipertensi : tidak ada penyakit hipertensi
f. Epilepsi : tidak ada penyakit epilepsy
g. IMS : tidak ada penyakit IMS
h. HIV/AIDS : tidak ada penyakit HIV/AIDS
i. Lain-lain : tidak ada penyakit lainnya
6. Riwayat kesehatan keluarga
a. Jantung : tidak ada penyakit jantung
b. Asma/TBC Paru : tidak ada penyakit Asma/TBC Paru
12
c. DM : tidak ada penyakit DM
d. Hepatitis : tidak ada penyakit Hepatitis
e. Hipertensi : tidak ada penyakit hipertensi
f. Epilepsi : tidak ada penyakit epilepsy
g. IMS : tidak ada penyakit IMS
h. HIV/AIDS : tidak ada penyakit HIV/AIDS
i. Lain-lain : tidak ada penyakit lainnya
7. Data Psikososial
a. Pengetahuan Nn.P tentang Menstruasi : Nn.Z hanya mengetahui jika menstruasi
agak sedikit nyeri
Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Keadaan Emosional : Stabil
c. Kesadaran : Composmentis
d. Tanda-tanda vital
• Tekanan Darah : 100/70 mmHg
• Denyut Nadi : 80 x/menit
• Pernapasan : 20 x/menit
• Suhu Tubuh : 36o C
• Tinggi Badan : 152 cm
• BB sekarang : 52 kg
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
• Muka/wajah : tidak pucat, tidak ada oedema dan tidak ada flek
hitam
• Lain-lain : tidak ada kelainan
b. Mata
• Kelopak mata : simetris, tidak ada kelainan
• Konjungtiva : tidak pucat
13
• Sklera : tidak kuning
• Lain-lain : tidak ada kelainan
c. Hidung
• Secret/serumen : tidak ada
• Polip : tidak ada
• Lain-lain : tidak ada kelainan
d. Telinga
• Secret/serumen : tidak ada
• Polip : tidak ada
• Lain-lain : tidak ada kelainan
e. Mulut
• Bibir : lembab, tidak pecah-pecah dan tidak stomatitis
• Gigi : tidak karies dan tidak berlubang
• Lain-lain : tidak ada kelainan
f. Leher
• Kelenjar Thyroid : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
• Kelenjar Getah Bening : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
• Lain-lain : tidak ada kelainan
g. Dada : Simetris
h. Payudara
• Pembesaran : tidak ada pembesaran
• Putting susu : menonjol
• Simetris : simetris
• Benjolan : tidak ada benjolan
• Pengeluaran : tidak ada pengeluaran ASI
• Aerola : merah kecoklatan
• Rasa nyeri : tidak ada rasa nyeri
• Lain-lain : tidak ada kelainan
i. Abdomen
• Pembesaran : tidak ada pembesaran
14
• Benjolan abnormal: tidak ada
• Bekas luka operasi: tidak ada
• Kandung kemih : kosong
• Nyeri tekan perut : tidak ada
• Lain-lain : tidak ada kelainan
j. Ano-Genital
• Vulva-Vagina : Normal
• Perineum : tidak dilakukan
• Pengeluaran : tidak ada
• Anus: hemoroid : tidak dilakukan
• Varises & oedem : tidak ada
• Lain-lain : tidak dilakukan
k. Posisi tulang belakang : tegak
l. Ekstremitas atas
• Oedem : tidak ada
• Kebersihan : bersih
• Warna jari& kuku : bersih, tidak pucat
• Turgor : baik
• Kekakuan otot : tidak ada
• Kemerahan : tidak ada
• Varises : tidak ada
• Lain-lain : tidak ada kelainan
m. Ekstremitas Bawah
• Oedem : tampak tidak ada oedem
• Kebersihan : tampak bersih
• Warna jari& kuku : tampak bersih, tidak pucat
• Turgor : tampak baik
• Kekauan otot : tidak ada
• Kemerahan : tidak ada
• Varises : tidak ada
15
• Reflex Patella : kanan positif kiri positif
• Lain-lain : tidak ada kelainan
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium : Tidak dilakukan
b. Pemeriksaan Penunjang lain : Tidak dilakukan
Data Objektif
Status Emosional : dilihat dari ekspresi wajah Nn.Z ia tampak cemas dan masih
dapat merespon pertanyaan dengan baik.
Pemeriksaan Fisik : konjungtiva merah muda ( pemeriksaan ini dilakukan dengan
mengajak dan mengajarkan klien cara memeriksa konjungtiva secara mandiri) dan
wajah tidak pucat.
B.ANALIS
Diagnosa : Nn.Z Usia 14 tahun dengan Flour Albus
Masalah : Nn Z mengalami keluhan Flour Albus selama 2 bulan terakhir
Kebutuhan : Memberikan Dukungan Moril pada Nn. Zd an Pendidikan Kesehatan
mengenai Keluhan yang dialami Nn.Z
C.Penatalaksanaan
Tanggal 19 Januari 2022 Pukul 10.00WIB
110
a.Pukul 10.30 WIB : Memberitahu Nn. Z tentang hasil pemeriksaan, yaitu TTV: TD : /70
mmHg, R: 20 x/menit, N : 80 x/menit, S : 360 C dan mengalami keputihan yaitu keluarnya cairan
kental yang berlebihan, berwarna putih keruh, berbau dan gatal didaerah kewanitaan.
b.Pukul 10.32 WIB : Memberikan KIE tentang cara menjaga kebersihan daerah kewanitaannya
yaitu cebok dengan benar dari depan kebelakang agar kuman yang ada di anus tidak berpindah
ke vagina, menggunakan celana yang pas, berbahan katun, selalu mengganti celana dalam
minimal 2 kali sehari / celana dalam basah dan menghindari handuk yang berganti – ganti
c.Pukul 10.34 WIB : Memberikan support mental pada Nn. Z supaya tidan cemas bahwa
16
d.Pukul 10.36 WIB : Memberikan penjelasan pada Nn. Zagar tidak menggaruk apabila
kewanitaannya terasa gatal, hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya luka agar
Vitamin C 2x1
17
BAB IV
PEMBAHASAN
Asuhan kebidanan pada Nn.Z usia 17 tahun dengan keluhan keluar cairan kuning dan
gatal dari Vagina (Flour Albus) diPuskesmas Amplas
Flour Albus adalah cairan yang keluar berlebihan dari vagina bukan merupakan darah
(Sibagariang dkk, 2016).
Flour Albus merupakan sekresi vaginal abnormal pada wanita. Keputihan yang
disebabkan oleh infeksi biasanya disertai dengan rasa gatal di dalam vagina dan di sekitar bibir
vagina bagian luar, kerap pula disertai bau busuk, dan menimbulkan rasa nyeri sewaktu
berkemih atau bersenggama (Shadine, 2017).
Flour Albus fisiologis terdiri atas cairan yang kadang – kadang berupa muskus yang
mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang. Flour Albus normal dapat terjadi pada
masa menjelang dan sesudah menstruasi, sekitar fase sekresi antara hari ke 10 – 16 siklus
menstruasi, saat terangsang, hamil, kelelahan, stres dan sedang mengkonsumsi obat – obat
hormonal seperti pil KB. Flour Albus ini tidak berwarna atau jernih, tidak berbau dan tidak
menyebabkan rasa gatal. Flour Albus patologis terjadi karena disebabkan oleh :Adanya jamur
dan bakteri seperti Gonokokus, Klamidia Trakomatis, Grandnerella, Treponema Pallidum,
Parasit dan Virus.
Sejalan dengan data statistik Indonesia 2008 dari 43,3 juta jiwa remaja berusia 15 – 24
tahun di Indonesia berperilaku tidak sehat. Remaja putri Indonesia dari 23 juta jiwa berusia 15-
24 tahun 83,3% pernah berhubungan seksual yang merupakan salah satu terjadinya Flour Albus
(BBKN, 2009).
Pada kasus pemeriksaan data objektif dilakukan hanya pemeriksan keadaan umum,
kesadaran, tekanan darah, berat badan, tinggi badan, pemeriksaan fisik pada wajah secara inspeksi,
dan pada mata. Menurut teori Arthanasia, 2011, data objektif (O) Dapat dilakukan melalui
pemeriksaan fisik pada wajah dan mata
18
BAB V
PENUTUP
A.Kesimpulan
reproduksi Flour Albus di Puskesmas Amplas , maka dapat ditarik kesimpulan sebai berikut:
1.Pasien Nn Z umur 17 tahun. Keluhan utama yaitu Nn. Z mengatakan mengalami keputihan
sejak 1 minggu yang lalu sering keluar lendir kental yang berlebihan, berwarna putih keruh,
berbau dan merasa gatal pada alat genetalianya. Data Psikologis Nn. Z mengatakan merasa
2. Nn. Z usia 17 Tahun mengalami Flour Albus disimpulkan berdasarkan data Subjektif bahwa
Nn.Z mengalamiKeputihan yang dialami sesudah haid
3. Penatalaksanaan yang diberikan terhadap Nn.Z yang mengalami Flour Albus adalah
Memberitahu hasil pemeriksaan, Memberikan KIE tentang Flour Albus, Memberitahu Nn.Z
bahwa keadaan yang dialami Nn.P tidak perlu penanganan yang serius, Memberitahu Nn.Z apabila
ia cemas dengan keadaannya saat ini, dapat melakukan pemeriksaan lanjutan kepada dr.Sp.OG
untuk dilakukan USG. Untuk melihat apakah ada kejanggalan-kejanggalan yang menyebabkan
Nn.Z mengalami Flour Albus, Melakukan Pencatatan dan Dokumentasi tindakan yang dilakukan.
B.Saran
1. Bagi Pasien
2. Bagi Profesi
19
3. Puskesmas
Diharapkan dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam meningkatkan mutu pelayanan
sesuai dengan standar asuhan kebidanan pada kasus gangguan reproduksi dengan Flour
20
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba. 2018. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta : EGC.
21