Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN PRAKTIK

ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PATOLOGI KEBIDANAN


PADA NY.”D” DENGAN PARTUS PREMATUR IMINENS DAN
DIABETES MELITUS GESTASIONAL DI RUANG VK BERSALIN
RUMAH SAKIT ISLAM SITI HAJAR SIDOARJO

Rosa Amelinda
P27824620041

Pembimbing Lahan:
Diah Arieyani., A.Md.Keb

Dosen Pembimbing:
Dwi Wahyu Wulan, S.ST, M.Keb.
Tatarini Ika P, SST., M.Kes

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAPRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN 2021

i
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Kebidanan Holistik Pada Persalinan ini dilaksanakan sebagai


dokumen/laporan praktik Blok 9 yang telah dilaksanakan di RSI Siti Hajar Sidoarjo
periode praktik tanggal 22 Maret– 3 April 2021

Surabaya, Maret 2021

Rosa Amelinda
P27824620041

Pembimbing Lahan Pembimbing Pendidikan 1 Pembimbing Pendidikan 2

Diah Arieyani., A.Md.Keb Dwi Wahyu Wulan, S.ST, M.Keb. Tatarini Ika P, SST., M.Kes
NIK. 99110279 NIP. 197910302005012001 NIP: 198012052006042002

Mengetahui,

Pembimbing Lahan Ketua Program Studi

Siti Arlikah, A.Md.Keb Evi Pratami, M.Keb


NIK. 89090036 NIP: 197905242002122001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena limpahan taufiq dan hidayah-Nya penulis
dapat menyelesaikan Laporan Individu yang berjudul “Praktik Asuhan Kebidanan
Holistik Patologi Kebidanan Pada Ny.”D” Dengan Partus Prematur Iminens dan
Diabetes Gestasional Di Ruang Vk Bersalin Rumah Sakit Islam Siti Hajar Sidoarjo”.
Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan tugas Blok 9 (Patologi
Kebidanan) pada Pendidikan Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Surabaya.
Dalam penyusunan Laporan, penulis banyak mendapat bimbingan, petunjuk dan
saran dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Ibu Evi Pratami, SST, M.Keb, selaku Ketua Prodi Pendidikan Profesi Bidan
Poltekkes Kemenkes Surabaya.
2. Ibu Siti Arlikah,AMd.Keb, selaku Kepala Ruangan VK RSI Siti Hajar Sidoarjo
3. Ibu Dyah Arieyani, AMd.Keb, selaku pembimbing lahan Ruangan VK RSI Siti Hajar
Sidoarjo

4. Ibu Dwi Wahyu Wulan, M.Keb, selaku pembimbing pendidikan 1 yang telah
memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam menyusun laporan ini.
5. Ibu Tatarini Ika P, M.Kes, selaku pembimbing pendidikan 2 yang telah memberi
arahan, masukan dan bimbingan dalam menyusun laporan ini.
6. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan dan penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca demi kesempurnaan laporan ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan
pahala atas segala amal baik yang telah diberikan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.

Surabaya, Maret 2021


Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................................... ii


KATA PENGANTAR .................................................................................................iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................ 1
1.1 Latar belakang ...................................................................................................... 1
1.2 Tujuan Praktik ....................................................................................................... 2
1.3 Waktu dan Tempat Praktik.................................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN TEORI ......................................................................................... 4
2.1 Tinjauan Teori Persalinan Prematur ................................................................... 4
2.1.1 Definisi Persalinan Prematur .............................................................................. 4
2.1.2 Faktor Resiko ...................................................................................................... 4
2.1.3 Patofisiologi Persalinan Prematur Mengancam ................................................ 12
2.1.4 Diagnosa Persalinan Prematur Mengancam ..................................................... 14
2.1.5 Penatalaksanaan Persalinan Prematur Mengancam .......................................... 15
2.2 Tinjauan Teori Diabetes Melitus Gestasional ................................................... 19
2.2.1 Pengertian Diabetes Melitus Gestasional.......................................................... 19
2.2.2 Etiologi Diabetes Melitus Gestasional .............................................................. 19
2.2.3 Faktor Resiko .................................................................................................... 19
2.2.4 Gejala Klinis Dibetes Meslitus Gestasional ...................................................... 20
2.4 Tinjauan Teori Asuhan kebidanan pada PPI ........................................................ 20
2.4.1 Pengertian Manajeman Asuhan Kebidanan ...................................................... 20
2.4.2 Proses Manajemen Kebidanan .......................................................................... 21
2.4.3 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP) ............................................... 28
BAB 3 TINJAUAN KASUS ...................................................................................... 31
3.1 Data Subjektif ................................................................................................... 31
3.2 Data Objektif..................................................................................................... 34
3.3 Analisa Data ...................................................................................................... 36
3.4 Penatalaksanaan ................................................................................................ 36
BAB 4 PEMBAHASAN ............................................................................................ 42
BAB 5 PENUTUP ...................................................................................................... 44
5.1 Simpulan ............................................................................................................. 44
5.2 Saran.................................................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 45

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Prematuritas merupakan penyebab utama dari kelainan dan kematian pada
bayi yang baru lahir. Beberapa organ dalam bayi mungkin belum berkembang
sepenuhnya sehingga bayi memiliki risiko tinggi untuk menderita penyakit
tertentu. Makin pendek masa kehamilannya makin kurang sempurna pertumbuhan
alat-alat dalam tubuhnya, dengan akibat makin mudahnya terjadi komplikasi
danmakin tingginya angka kematiannya. Partus prematurus merupakan sebab
kematian neonatal yang terpenting. Kejadian kurang lebih 7 % dari semua
kelahiran hidup. Kematian perinatal umumnya berkaitan dengan berat lahir
rendah. Penyebab terjadinya kelahiran prematur umumnya tidak diketahui.
Namun, 15% dari kelahiran prematur ditemukan pada kehamilan ganda. Beberapa
pakar medis menyebutkan, jarak kehamilan terlalu dekat, aktifitas fisik
berlebihan, dan perilaku buruk ibu seperti perokok berat, pecandu minuman keras
dan obat-obatan terlarang, juga berpotensi menyebabkan persalinan prematur.
Salah satu ancaman dalam kehamilan adalah Partus Prematurus Iminens
(PPI), yaitu timbulnya tanda-tanda persalinan pada usia kehamilanyang belum
aterm (20minggu-37 minggu) dan berat badan lahir bayi kurang dari 2500 gram
(Nugroho, 2010).Menurut Manuaba (2009), jika proses persalinan berkelanjutan
akan terjadi tanda klinik berupa kontraksi berlangsung sekitar 4 kali per 20 menit
atau 8 kali dalam satujamdan terjadi perubahan progresif serviks seperti
pembukaan lebih dari 1 cm, perlunakan sekitar 75-80 % bahkan terjadi penipisan
serviks (Manuaba, 2017)
Partus Prematurus Imminens (PPI) atau ancaman kelahiran prematur
merupakan adanya kontraksi uterus disertai dengan perubahan serviks berupa
dilatasi dan effacementsebelum 37 minggu usia kehamilan serta dapat
menyebabkan kelahiran prematur.Kelahiran prematur merupakan masalah dengan
prevalensi yang tinggi di dunia dan merupakan tantangan bagi dokter khususnya
dokter kandungan untuk mengetahui penyebab dan pencegahankelahiran
prematur. Masalah utama kelahiran prematur adalah kurangnya keberhasilan

1
dalam manajemennya.1Kelahiran prematur diperkirakan berjumlah 12,9 juta atau
sebesar 9,6% dari seluruh kelahiran di dunia pada tahun 2005. Data di Indonesia
menunjukkan bahwa angka kelahiran prematur sebesar 10% pada tahun
2005.2Menurut WHO, setiap tahunnya diperkirakan 15 juta bayi lahir prematur
dan kurang lebih 1 dari 10 bayi mengalami kelahiran prematur (Prawirohardjo,
20008). Bayi prematur terutama bayi yang memiliki berat badan lahir rendah
memiliki risiko kematian yang tinggi. Mortalitas pada bayi prematur dapat
disebabkan oleh neonatal sepsis dan ketidakmatangan sistem organ seperti
pernapasan dan pencernaan. Biaya perawatan di NICU(Neonatal Intensive Care
Unit) yang relatif mahal juga perlu dipertimbangkan (ACOG, 2007). Data WHO
menunjukkan bahwa hampir 1 juta anak meninggal tiap tahunnya akibat
komplikasi kelahiran prematur. Tiga anak yang selamat dari komplikasi tersebut
kebanyakan menghadapi berbagai masalah disabilitas, seperti masalah penglihatan
dan pendengaran serta kesulitan belajar. Secara global, prematuritas merupakan
penyebab kematian terbanyak pada anak di bawah lima tahundan diperkirakan
terdapat 33.258 bayi yang meninggal akibat komplikasi kelahiran prematur di
Indonesiapada tahun 2008 (Cunningham, 2005). Pencegahan komplikasi kelahiran
prematur memerlukan penanganan yang tepat. Salah satunya dengan cara
menangani ancaman kelahiran prematur atau partus prematurus imminens(PPI)
dengan tepat. Untuk dapat menangani PPI, diperlukan pengetahuan dan
pemahaman mengenai kasus ini, khususnya mengenai karakteristik PPI.
1.2 Tujuan Praktik
1.2.1 Tujuan Umum
Dapat melaksanakan Asuhan Kebidanan Pada Patologi Kebidanan
Persalinan Prematur Iminen di RSI Siti Hajar Sidoarjo melalui pendekatan
manajemen kebidanan sesuai dengan wewenang bidan.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Dilaksanakannya pengkajian dan analisis data ibu hamil dengan
Persalinan Prematur Iminen di RSI Siti Hajar Sidoarjo
2. Dirumuskannya diagnosa/ masalah aktual pada ibu hamil dengan
Persalinan Prematur Iminen di RSI Siti Hajar Sidoarjo
3. Dirumuskannya diagnosa/masalah potensial ibu hamil dengan Persalinan

2
Prematur Iminen di RSI Siti Hajar Sidoarjo
4. Diidentifikasi tindakan segera dan kolaborasi ibu hamil dengan
Persalinan Prematur Iminen di RSI Siti Hajar Sidoarjo
5. Ditetapkannya rencana tindakan asuhan pada ibu hamil dengan
Persalinan Prematur Iminen di RSI Siti Hajar Sidoarjo
6. Dilaksanakannya tindakan asuhan yang disusun pada ibu hamil dengan
Persalinan Prematur Iminen di RSI Siti Hajar Sidoarjo
7. Diketahuinya hasil tindakan yang telah dilakukan pada ibu hamil dengan
Persalinan Prematur Iminen di RSI Siti Hajar Sidoarjo
8. Didokumentasikannya semua temuan dan tindakan yang telah diberikan
pada ibu hamil dengan Persalinan Prematur Iminen di RSI Siti Hajar
Sidoarjo
1.3 Waktu dan Tempat Praktik
Praktik dilaksanakan di RSI Siti Hajar Sidoarjo pada Ny. “D” pada
tanggal 22 Maret s/d 3 April 2021.

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori Persalinan Prematur


2.1.1 Definisi Persalinan Prematur
Persalinan prematur adalah persalinan kurang bulan dengan usia
kehamilan sebelum 37 minggu dengan berat janin kurang 2500 gram.
(Cunningham, 2013)
Persalinan prematur adalah persalinan yang berlangsung pada usia
kehamilan 20–37 minggu dihitung dari haid pertama haid terakhir.
(ACOG,1995 dalam buku Prawirohardjo, 2010)
Persalinan premature menurut World Health Organization (WHO)
didefinisikan persalinan dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau
berat janin kurang dari 2500 gram (Manuaba, 2012).
Partus Prematur Iminens adalah suatu ancaman pada kehamilan
dimana timbulnya tanda-tanda persalinan pada usiakehamilan yang belum
aterm (20 minggu-37 minggu) dan beratbadan lahir bayi kurang dari 2500
gram.Tanda diagnosis partus prematurus iminens pada proses persalinan
berkelanjutan akan terjadi tanda klinik seperti kontraksi berlangsung sekitar
4 kali per 20 menit atau 8 kali dalam satu jamdan terjadi perubahan
progresif serviks seperti pembukaan lebih dari 1 cm, perlunakan sekitar 75-
80 % bahkan terjadi penipisan serviks (Kandita, 2020).
2.1.2 Faktor Resiko
1. Faktor Iatrogenik
Perkembangan teknologi dan etika kedokteran, menempatkan janin
sebagai individu yang mempunyai hak atas kehidupannya. Apabila
kelanjutan kehamilan dapat membahayakan janin, maka janin harus
dipindahkan ke lingkungan luar yang lebih baik dari rahim ibu, bila ibu
terancam oleh kehamilannya, maka kehamilan harus di akhiri.
(Cunningham, 2013)
Mengakhiri kehamilan karena indikasi medis merupakan
pertimbangan awal dalam pertolongan persalinan yang tidak dapat dihindari,

4
sehingga untuk mempertahankan kehamilan tidak dapat dilakukan karena
memberikan dampak yang buruk baik terhadap keselamatan ibu maupun
janin. Mengakhiri kehamilan adalah langkah terbaik yang bisa dilakukan
secara persalinan normal maupun tindakan operatif seksio sesaria.
Menurut Annath dan Vintzileos (2006), penyebab persalinan prematur
berdasarkan indikasi medis adalah Pre-eklamsia, distress janin, kecil masa
kehamilan, solusio plasenta, plasenta previa, perdarahan tanpa sebab yang
jelas, diabetes, penyakit ginjal dan pecahnya ketuban sebelum persalinan
dengan usia kehamilan kurang 37 minggu sebagai mekanisme patologis
akibat adanya infeksi intra amnion dimana adanya cenderung untuk
mengakhiri kehamilan.
Menurut Meis dkk (2013), melaporkan bahwa 28% persalinan
prematur dengan kehamilan tunggal disebabkan oleh : 50% akibat pre-
eklamsia, 25% akibat gawat janin, 25% akibat IUGR, solusio plasenta atau
kematian janin, sedangkan 72% terjadi secara spontan dengan atau tanpa
disertai ketuban pecah dini.
Menurut Sarwono Prawirohardjo (2010), bahwa mengakhiri
kehamilan bukan hanya karena indikasi medis yang menambah prevalensi
terjadinya persalinan prematur, tetapi kejadian persalinan prematur
mengancam dengan selaput ketuban utuh atau ketuban pecah
prematur dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu akan
menambah daftar meningkatnya angka persalinan prematur.
2. Faktor Maternal
a. Usia Ibu
Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam
menentukan pertumbuhan dan perkembangan janin adalah usia,
kematangan, fisik, dan alat reproduksi. Secara fisik dan mental usia yang
paling baik untuk hamil berkisar antara 20 – 35 tahun karena pada usia
tersebut secara biologis memiliki alat reproduksi wanita yang berkembang
dan berfungsi secara maksimal dan merupakan puncak kesuburan, begitu
juga faktor kejiwaan sudah matang sehingga tidak mempengaruhi berbagai
faktor penyulit ketika hamil seperti keguguran, perdarahan bahkan

5
kematian.
Menurut Widyastuti (2009), usia reproduktif adalah 20-30
tahun, bila kehamilan di usia kurang 20 tahun secara fisik dan psikis kurang
terutama pemenuhan gizi, sedangkan usia lebih 35 tahun mengalami
kemunduran fungsi dan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena penyakit,
keguguran, persalinan prematur. Ilmu kedokteran mengatakan bahwa secara
biologis saat usia dibawah 20 tahun, tubuh memiliki organ reproduksi yaitu
sel telur yang belum siap matang dan belum sempurna, dikhawatirkan
mengganggu perkembangan janin serta berisiko tinggi mengalami kondisi
buruk pada saat hamil seperti tekanan darah tinggi, diabetes mellitus,
kelahiran premature, IUGR, depresi post partum bahkan kematian yang
tinggi karena perdarahan dan infeksi.
Menurut Casanueva dkk (2005), setelah dilakukan penelitian bahwa
faktor maternal yang terkait dengan persalinan prematur adalah usia ibu
terlalu muda atau terlalu tua,kemiskinan,pekerjaan yang terlalu
berat.(Cunningham, 2013)
Menurut Manuaba (2010)a,tus resiko terjadinya persalinan prematur
mengancam adalah faktor usia yaitu terjadi pada ibu hamil berusia muda
atau tua, antara usia kurang dari 18 tahun atau diatas 40 tahun. Dimana pada
usia terlalu muda hal yang paling penting adalah faktor gizi dan kesiapan
mental yang kurang siap dalam menjalani proses kehamilan, sehingga
menimbulkan strees bahkan depresi yang berakibat buruk terhadap
kesehatan dan berpengaruh terhadap kehamilan.
Wanita hamil berusia lebih dari 35 tahun akan lebih berisiko lebih
tinggi mengalami penyulit-penyulit obstetri sebagai akibat peningkatan
dalam masalah kesehatannya seperti hipertensi, diabetes, solusio plasenta,
persalinan prematur, lahir mati dan plasenta previa yang dapat
meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas terutama perinatal
(Cunningham, 2013)
b. Riwayat Kelahiran Prematur
Menurut Spong (2007) Dalam buku Cunningham menyatakan salah
satu faktor utama terjadinya persalinan prematur adalah memiliki riwayat

6
kelahiran prematur.
Ibu yang pernah mengalami dan memiliki kehamilan prematur
sebelumnya rentan untuk melahirkan secara prematur kembali, demikian
juga memiliki riwayat aborsi atau keguguran sebelumnya rentan terjadi
persalinan prematur.
Bloom (2001) melakukan penelitian di RS. Parkland bahwa wanita
yang melahirkan anak pertama prematur, meningkat tiga kali lipat dibanding
dengan wanita yang bayi pertamanya lahir cukup bulan. (Cunningham,2013)
Wanita yang telah mengalami kelahiran prematur pada kehamilan
yang terdahulu memiliki risiko 20% sampai 40% untuk terulang kembali
kejadian persalinan prematur.(Varney,2007)
c. Trauma
Trauma, inkompetensi servik,iaslosekonomi, stress, gaya hidup
dengan merokok dan infeksi saluran kemih maupun infeksi vaginosis
bacterial memberikan andil penyebab terjadinya persalinan prematur.
(Goldenberg & Coper,dkk dalam buku Cunningham, 2013)
Riwayat yang mengalami jatuh, terpukul pada perut atau riwayat
pembedahan seperti seksio sesarea sebelumnya. (Oxorn, 2010)
Melakukan hubungan seksual dapat terjadi trauma karena
menimbulkan rangsangan pada uterus sehingga terjadi kontraksi dan
sperma yang yang mengandung hormon prostaglandin merupakan hormon
yang dapat merangsang kontraksi uterus. (Bobak, 2005)
d. Infeksi.
Vaginosis bakterial dimana pada kondisi ini flora normal yaitu
dominan kuman lactobacillus yang memproduksi hydrogen peroksida
digantikan kuman anaerob dikaitkan dengan persalinan prematur
mengancam, persalinan prematur dan ketuban pecah dini. (Cunningham,
2013)
Hiller dkk (1995) vaginitis bacterial telah dikaitkan dengan abortus
spontan, persalinan kurang bulan, ketuban pecah dini, kurang bulan
korioamnionitis dan infeksi cairan ketuban.Vaginosis bakterial adalah
kondisi dimana flora normal vagina laktobasilus digantikan dengan bakteri

7
anaerob gradnerella vaginalis dan mycoplasma homilis. Diagnosa dari
bacterial vaginosis (BV) didasarkan atas pemeriksaan PH vagina > 4,5, bau
amine bila lender vagina ditambah KOH, sel clue dimana sel epitel vagina
diliputi bakteri, pengecatan dengan gram tampak adanya sel putih dengan
flora campuran. Meskipun beberapa penelitian menghubungkan ini
dengan persalinan prematur mengancam atau ketuban pecah prematur
(Cunningham, 2013).
Infeksi saluran kemih juga merupakan penyebab persalinan prematur,
hal ini disebabkan karena peningkatan hormon progesterone sehingga ureter
mengalami dilatasi sehingga timbuknya refluks air kemih dari kandung
kemih ke dalam ureter. (Prawiroharjo, 2010)
Menurut Faundes dkk (1998), dilatasi kaliks ginjal dan ureter mulai
terjadi pada kehamilan 14 minggu dan kemungkinan disebabkan oleh
relaksasi lapisan otot yang dipicu adanya hormon progesteron.
(Cunningham, 2013)
Infeksi saluran kemih pada kehamilan dapat menimbulkan beberapa
komplikasi antara lain pyelonefritis, persalinan prematur, pre-eklampsi,
korioramnionitis, ketuban pecah dini, sepsis neonatorum. Pyelonefritis
dalam kehamilan dapat berkembang menjadi sepsis pada10-20% kasus.
(Jenifer, 2012).
Gejala terjadinya infeksi saluran kemih yang sering ditemukan adalah
urgensi, frekuensi dan disuria. Gejala-gejala tersebut tidak spesifik untuk
infeksi saluran kemih, karena pada 81% wanita hamil normal akan
mengalami frekuensi. Pada kondisi pyelonephritis didapatkan tanda-tanda
demam, nyeri pada daerah costovertebral, nyeri ketok ginjal, nyeri
pinggang, serta mual-mual.
Untuk menegakkan diagnosa diperlukan pemeriksaan kultur dengan
spesimen urine porsi tengah, nilai ambang untuk menegakkan diagnosa
infeksi saluran kencing simtomatik adalah 103 cfu/ml, sedangkan untuk
infeksi saluran kencing yang asimptomatik adalah 105 cfu/ml. pemeriksaan
kultur urine membutuhkan waktu 24 – 48 jam dan biaya yang cukup mahal.
Beberapa penelitian mencoba menggunakan dip stick dengan menilai

8
leukosit esterase dan nitrit sebagai pemeriksaan penunjang pengganti kultur,
didapatkan hasil bahwa kultur urine masih tidak dapat tergantikan. (Schnarr
dan Smaill, 2008, Ocviyanti, 2012)
Sensitivitas pemeriksaan menggunakan stik sebesar 60% bila jumlah
bakteri 105 cfu/ml, dan 22% bila bakteri < 105 cfu/ml. pemeriksaan urine
sebaiknya dilakukan pagi hari pada kencing pertama. Hal ini dilakukan
untuk mengurangi hasil negatif palsu. (Junizaf, 2012)
Studi lain menyebutkan pemeriksaan menggunakan stik dengan
kombinasi leukosit esterase dan nitrit memiliki akurasi yang lebih rendah
dibanding kultur urine. Tetapi pemeriksaan ini dapat dilakukan sebagai
screeaning di fasilitas tingkat pertama/ Puskesmas. Idealnya bila didapatkan
hasil nitrit yang positif harus dilanjutkan dengan pemeriksaan kultur urine.
(Ocviyanti, 2012)
e. Gaya Hidup
Menurut Ehrenberg dkk (2009), Merokok, pertambahan berat badan
yang tidak adekuat dan penggunaan narkoba berperan penting pada insiden
terjadinya persalinan prematur. (Cunningham, 2013)
Faktor psikologis seperti depresi, cemas dan stres kronik telah di
laporkan terkait dengan kelahiran prematur. (Copper,1996)
Negges dkk (2004) melakukan penelitian hubungan signifikan antara
terjadi persalinan berat badan lahir rendah dengan persalinan prematur pada
wanita yang mengalami cidera akibat kekerasan fisik.(Cunningham,2013)
f. Kesenjangan Ras dan Etnik
Menurut Kistka dkk (2007), melakukan analisis tentang kesenjangan ras
yang tidak tergantung pada faktor risiko medis dan sosial ekonomi, bahwa
wanita kulit hitam memiliki peningkatan risiko kelahiran prematur berulang
dengan menyiratkan bahwa adanya faktor intrinsik pada populasi
ini.(Cunningham,2013)
g. Pekerjaan
Jam kerja yang panjang dan kerja fisik yang berat berhubungan
dengan peningkatan terjadinya persalinan prematur. (Cunningham, 2013)
Menurut Goldenberg dkk (2008), melakukan penelitian mengenai

9
aktivitas fisik berhubungan dengan persalinan prematur telah membuahkan
hasil yang bertentangan. (Cunningham, 2013)
Pekerjaan atau aktivitas yang terlalu berat sewaktu hamil dapat
menimbulkan kontraksi rahim.(Taufan, 2010)
h. Genetik
Kelahiran prematur yang bersifat berulang, berhubungan dengan
keluarga dan ras telah menimbulkan pendapat bahwa genetika mungkin
memainkan peran penyebab. (Ananta, 2009)
i. Penyakit Periodontal
Peradangan gusi merupakan peradangan kronik anaerob yang
mempengaruhi sebanyak 50% wanita hamil.(Cunningham,2013)
Vergnes dan Sixoin (2007) melakukan meta-analisa terhadap 17
penelitian dan menyimpulkan bahwa penyakit periodontal secara bermakna
berkaitan dengan kelahiran prematur. (Cunningham, 2013)
j. Jarak Kehamilan
Sebuah study meta analisis ditemukannya bahwa jarak kehamilan
yang masih kurang dari 18 bulan erat kaitannya terjadi berat badan lahir
rendah, persalinan prematur, dan ukuran bayi tidak sesuai dengan usia
kehamilannya, sehingga dapat dikatakan bahwa jarak kehamilan yang
terlalu dekat dapat memberikan dampak negatif atau berbahaya bagi ibu
karena dapat menyebabkan komplikasi yaitu mengalami anemia pada masa
kehamilan berikutnya dan dapat memberikan dampak yang berbahaya bagi
kesehatan ibu dan bayinya. Hal tersebut terjadi
karena tubuh seorang ibu belum cukup untuk dapat mengumpulkan
cadangan nutrisi setelah melalui kehamilan pertamanya.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) menganjurkan kepada para
ibu untuk mengatur jarak antara kehamilannya antara 2 hingga 5 tahun.
Karena diharapakan tubuh seorang ibu diberikan kesempatan untuk
mengembalikan organ reproduksi seperti semula dan kesempatan ibu untuk
dapat memberikan ASI secara optimal, Apabila seorang ibu hamil dan
masih menyusui bayinya dimana tubuh akan melepaskan hormon oksitosin
sehingga dapat memicu kontraksi uterus. Bila kehamilan kurang dari 37

10
minggu akan terjadi persalinan prematur.
Menurut Conde-agudelo (2006), melaporkan bahwa jarak kehamilan
yang lebih pendek dari 18 bulan dan lebih panjang 59 bulan dikaitkan
dengan peningkatan risiko kelahiran prematur.(Cunningham,2013)
k. Inkompetensi Servik
Menurut Norwitz dan Schorge (2008), dimana kondisi servik tidak
mampu untuk mempertahankan kehamilan hingga waktu kelahiran tiba
karena efek fungsional servik, ditandai dengan terbukannya servik tanpa
disertai rasa nyeri dan berakhir dengan pecahnya ketuban saat kehamilan
prematur sehingga meningkatkan terjadinya persalinan prematur.
(Cuninngham, 2013)
l. Anemia
Terjadinya anemia dalam kehamilan bergantung dari jumlah
persediaan besi dalam hati, limpa dan semua sumsum tulang. Selama masih
mempunyai cukup pesediaan besi, Hb tidak akan turun dan jika persediaan
ini habis haemoglobin akan turun dan ini akan terjadi pada bulan ke 5-6
kehamilan. Pada waktu janin membutuhkan banyak zat besi, anemia akan
mengurangi kemampuan metabolism tubuh sehingga mengganggu
pertumbuhan dan perkewmbangan janin janin dalam rahim, bila terjadi
anemia pengaruh terhadap hasil konsepsi adalah terjadinya persalinan
prematur, cacat bawaan, cadangan besi kurang, kematian janin dalam
kandungan, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini dan mudah terjadi
infeksi ( Prawirohardjo, 2010 )
Pada saat ibu hamil mengalami kekurangan zat besi akan timbul
keluhan merasa lelah meskipun tidak beraktifitas, kulit pucat, denyut
jantung cepat, sulit bernafas, dan sulit konsentrasi. Batas kadar haemoglobin
menurut World Health Organization (WHO) anemia pada ibu hamil dibagi
menjadi tiga kriteria : Normal > 11 gr %, Anemia ringan 8-11 gr %,
Anemia berat < 8 gr%.
3. Faktor Janin
a. Kehamilan Kembar
Persalinan pada kehamilan kembar besar kemungkinan terjadi masalah

11
seperti resusitasi neonatus, persalinan prematur,
post partum, malpresentasi kembar ke dua, atau perlunya tindakan
seksio sesaria. (Varney, 2007)
Menurut Norwitz dan Schorge (2008), persalinan pada kehamilan
kembar meningkat sesuai bertambahnya jumlah janin yaitu lama kehamilan
rata-rata adalah 40 minggu pada kehamilan tunggal, 37 minggu pada
kehamilan kembar dua, 33 minggu pada kehamilan kembar tiga, 29 minggu
pada kehamilan kembar empat.
b. Janin Mati dalam Rahin (IUFD)
Kematian janin dalam rahim (IUFD) adalah kematian janin dalam
uterus yang beratnya 500 gr atau lebih dalam usia kehamilan telah mencapai
20 minggu atau lebih. (Saifuddin, 2006)
c. Kelainan Kongenital
Menurut Dollan dkk (2007), setelah mengendalikan faktor
pengganggu, kehamilan dengan janin mengalami kecacatan berkaitan erat
dengan kelahiran prematur. (Cunningham,2013)
2.1.3 Patofisiologi Persalinan Prematur Mengancam
Secara umum, penyebab persalinan prematur dapat dikelompokan
dalam 4 golongan yaitu :
1Aktivasi prematur dari pencetus terjadinyapersalinan
2)Inflamasi/infeksi
3)Perdarahan plasenta
4)Peregangan yang berlebihan pada uterus
Mekanisme pertama ditandai dengan stres dan anxietasyang biasa
terjadi pada primipara muda yang mempunyai predisposisi genetik.Adanya
stres fisik maupun psikologi menyebabkan aktivasi prematur dari aksis
Hypothalamus-Pituitary-Adrenal(HPA)ibu dan menyebabkan terjadinya
persalinan prematur. Aksis HPA ini menyebabkan timbulnya insufisiensi
uteroplasenta dan mengakibatkan kondisi stres pada janin. Stres pada ibu
maupun janin akan mengakibatkan peningkatan pelepasan
hormonCorticotropin Releasing Hormone (CRH), perubahan pada
Adrenocorticotropic Hormone(ACTH), prostaglandin, reseptor oksitosin,

12
matrix metaloproteinase(MMP), interleukin-8, cyclooksigenase-2,
dehydroepiandrosteron sulfate(DHEAS), estrogen plasentadan pembesaran
kelenjar adrenal.
Mekanisme kedua adalah decidua-chorio-amnionitis,yaitu infeksi
bakteri yang menyebar ke uterus dan cairan amnion. Keadaan ini
merupakan penyebab potensial terjadinya persalinan prematur.Infeksi
intraamnion akan terjadi pelepasan mediator inflamasi seperti pro-
inflamatorysitokin (IL-1β, IL-6, IL-8, dan TNF-α ). Sitokin akan
merangsang pelepasan CRH, yang akan merangsang aksis HPA janin dan
menghasilkan kortisol dan DHEAS. Hormon-hormon ini bertanggung
jawab untuk sintesis uterotonin (prostaglandin dan endotelin) yang akan
menimbulkan kontraksi. Sitokin juga berperan dalam meningkatkan
pelepasan protease(MMP)yang mengakibatkanperubahan pada serviks dan
pecahnya kulit ketuban.
Mekanisme ketiga yaitu mekanisme yang berhubungan dengan
perdarahan plasenta dengan ditemukannya peningkatan hemosistein yang
akan mengakibatkan kontraksi miometrium. Perdarahan pada plasenta dan
desidua menyebabkan aktivasi dari faktor pembekuan Xa (protombinase).
Protombinase akan mengubah protrombin menjadi trombin dan pada
beberapa penelitian trombin mampu menstimulasi kontraksi miometrium.
Mekanisme keempat adalah peregangan berlebihan dari uterus yang
bisa disebabkan oleh kehamilan kembar, polyhydramnionatau distensi
berlebihyang disebabkan oleh kelainan uterus atau proses operasi pada
serviks. Mekanisme ini dipengaruhi oleh IL-8, prostaglandin, dan COX-2.
Perubahan psikologis pada wanita hamil merupakan salah satu dari
tiga perubahan dalam hidupnya, ialah pubertas, kehamilan dan menopaus.
Perubahan yang terjadi merupakan suatu respon terhadap kehamilannya,
akibat peningkatan hormon dapat mempengaruhi suasana hati dan karena
yang kadarnya yang naik turun maka demikian juga suasana hati wanita,
biasanya wanita menjadi labil, lebih emosional, mudah tersinggung,
mudah adanya depresi, marah, sedih, takut, kwatir, tingkah laku berubah
tidak sama sebelum hamil perubahan ini harus di hadapi sekalipun agak

13
membingungkan sementara waktu.
Perubahan selama kehamilan tidak dapat di hindari, sering
dalam waktu yang singkat, ada beberapa sosial dan ahli klinis menyatakan
bahwa kehamilan adalah salah satu tipe krisis, terdapat teori krisis yaitu
pada awalnya mengalami syok dan menyangkal, kebingungan dengan
masalah yang mengganggu.Pada periode ini, berbagai alternatif seperti
aborsi, atau adopsi yang menjadi pertimbangan, legal etik, moral dan
ekonomi agar dapat menerimah keadaaan ini membutuhkan waktu 1-6
minggu untuk mengatasinya membutuhkan dukungan situasional yang
mereka harapkan (Jannah, 2013: 54-55).
2.1.4 Diagnosa Persalinan Prematur Mengancam
Menegakkan diagnosa persalinan prematur mengancam terlalu cepat
atau lambat mempunyai risiko meningkatkan mobiditas dan mortalitas
neonatus.
Tanda utama dari persalinan prematur adalah adanya kontraksi,
kontraksi ini harus dibedakah antara kontraksi sebenarnya atau palsu,
kontraksi yang sebenarnya selalu disertai dengan adanya pembukaan dan
penipisan serviks, dan terjadi pada usia kehamilan < 37 minggu.
(Cunningham, 2013)
Sering terjadi kesulitan dalam menentukan adanya persalinan
prematur mengancam, Tidak jarang kontraksi yang timbul pada kehamilan
tidak benar-benar merupakan proses persalinan prematur mengancam.
Beberapa kriteria yang dapat dipakai sebagai diagnosa persalinan
prematur mengancam adalah :
a. Kontrakasi yang berulang sedikitnya 7-8 menit sekali, atau 2-3 kali
dalam 10 menit
b. Andanya nyeri pada punggung sebelah bawah
c. Perdarahan bercak
d. Perasaan menekan pada daerah serviks
e. Pemeriksaan serviks menunjukkan telah terjadi pembukaan sedikitnya 2
cm
f. Penipisan 50 – 80 %

14
g. Presentasi janin rendah, sampai mencapai spina ischiadika
h. Selaput ketuban pecah dapat merupakan tanda awal terjadinya persalinan
(kontraksi) atau sebaliknya
i. Terjadi pada usia kehamilan 22 - < 37 minggu. (Prawirohardjo, 2010)
Cara utama untuk mengurangi terjadinya risiko persalinan prematur
mengancam dapat dilakukan secara awal, sebelum tanda-tanda persalinan
muncul. Dimulai dari dengan pengenalan pasien yang berisiko untuk diberi
penjelasan dan dilakukan penilaian klinik terhadap persalinan prematur
mengancam serta mengenal kontraksi sedini mungkin sehingga tindakan
pencegahan dapat segera dilakukan. Beberapa indikator yang dijadikan
sebagai acuan terjadinya persalinan prematur mengancam sebagai berikut :
a. Indikator Klinik
Indikator klinik dapat dijumpai seperti timbulnya kontraksi dan
pemendekan servik baik secara manual maupun ultrasonografi.
b. Indikator laboratorium
Indikator laboratorik yang bermakna yaitu jumlah leokosit dalam air
ketuban (20/ml atau lebih), pemeriksaan CRP (> 0,7 mg/dl), pemeriksaan
leukosit dalam serum ibu ( > 13.000 / ml).
c. Indikator laboratorium
1) Fibroneksti janin : peningkatan kadar fibronekti janin 50 mg/dl atau
lebih pada usia kehamilan > 24 minggu.
2) Peningkatan corticotrophin releasing hormone (CRH) pada trimester
2.
3) Sitokin inflamasi : IL-1β, IL-6, L8 dan TNF-α sebagai indikator yang
mungkin berperan dalam sintesa prostaglandin.
4) Isoferin plasenta : pada keadaan tidak hamil isoferitin sebesar 10
U/ml dan akan meningkat selama kehamilan, mencapai puncak pada
trimester akhir yaitu 54,8 ± 53 U/ml. Jika terjadi penurunan akan
berisiko terjadinya persalinan prematur mengancam bahkan persalinan
prematur.
5) Feritin yang rendah merupakan indikator kekurangan zat besi.
2.1.5 Penatalaksanaan Persalinan Prematur Mengancam
Prinsip penatalaksanaan kehamilan prematur mengancam adalah

15
menunda persalinan dan mempersiapkan organ janin, terutama paru-paru
janin, sehingga janin dapat lahir pada usia kehamilan dengan cukup bulan
sehingga morbiditas dan mortalitas janin dapat menurun. (Cunningham,
2013)
Penatalaksanaan kehamilan prematur mengancam pada beberapa
faktor dimana persalinan tidak dapat dihambat bila kondisi selaput ketuban
pecah, pembukaan servik yang lebih dari 4 cm, usia kehamilan dengan
tafsiran berat janin > 2.000 gr atau kehamilan > 34 minggu, terjadi penyulit /
komplikasi persalinan prematur, terutama kurangnya fasilitas neonatal
intensive care. oleh karena itu perlu dilakukan mencegahan persalinan
prematur dengan pemberian tokolitik, pematangan surfaktan pada paru janin
yaitu kortikosteroid serta mencegah terjadinya infeksi. (Cunningham, 2013)
Ada 2 prinsip penatalaksanaan persalinan prematur yaitu penundaan
persalinan dengan menghentikan kontraksi uterus atau persalinan berjalan
terus dan siap penanganan selanjutnya.
a. Tirai Baring
Kepentingan istirahat rebah disesuaikan kebutuhan ibu, namun secara
statistik tidak terbukti dapat mengurangi kejadian persalinan
prematur.(Cunningham, 2013)
b. Hidrasi dan sedasi
Hidrasi oral maupun intravena sering dilakukan untuk mencegah
persalinan preterm, karena sering terjadi hipovalemik pada ibu dengan
kontraksi prematur, walaupun mekanisme biologisnya belum jelas.
Preparat morfin dapat digunakan untuk mendapatkan efek sedasi
(tenang/mengurangi ketegangan)
c. Pemberian tokolitik
Adapun tokolitik yang digunakan pada kasus dengan persalinan prematur
adalah :
1. Nifedipine
Nifedipine adalah antagonis kalsium, diberikan per oral. Dosis insial
20 mg, dilanjutkan 10-20 mg, 3-4 kali perhari, disesuaikan dengan
aktifitas uterus sampai 48 jam. Dosis maksimal 60mg/hari, komplikasi

16
yang dapat terjadi adalah sakit kepala dan hipotensi.
Cara pemberian nifedipin 10 mg/oral diulang 2 – 3 kali / jam,
dilanjutkan tiap 8 jam sampai kontraksi hilang,
2. COX (cyclo-oxygenase)-2-inhibitors
Indomethacine. Dosis awal 100 mg, dilanjutkan 50 mg peroral setiap 6
jam untuk 8 kali pemberian. Jika pemberian lebih dari 2 hari, dapat
menimbulkan oligohidramnion akibat penurunan renal blood flow
janin. Indomethacine direkomendasikan pada kehamilan > 32 minggu
karena dapat mempercepat penutupan duktus arteriosus (PDA)
3. Magnesium sulfat
Magnesium sulfat dipakai sebagai tokolitik yangdiberikan secara
parenteral. Dosis awal 4-6 gr IV diberikan dalam 20 menit, diikuti 1-4
gram per jam tergantung dari produksi urine dan kontraksi uterus. Bila
terjadi efek toksik berikan kalsium glukonas 1 gram secara IV
perlahan-lahan. (Cunningham, 2013)
4. Atosiban
Atosiban adalah analog oksitosin bekerja pada reseptor oksitosindan
vasopressin. Dosis awal 6.75 mg bolus dalam 1 menit diikuti 18
mg/jam selama 3 jam per infus, kemudian 6 mg/jam selama 45 jam.
Dosis maksimal 330 mg. (Cunningham, 2013)
5. Beta2-sympathomimetics
Saat ini sudah banyak ditinggalkan. Preparat yang biasa dipakai
adalah ritodrine, terbutaline, salbutamol, isoxsuprine, fenoterol dan
hexoprenaline.
Dosis : 50 mg dalam 500 ml larutan glukosa 5%. Dimulai dengan 10
tetes per menit dan dinaikkan 5 tetes setiap 10 menit sampai kontraksi
hilang. Infus harus dilanjutkan 12-48 jam setelah kontraksi hilang.
Selanjutnya diberikan dosis pemeliharaan 1 tablet (10 mg) setiap 8
jam setelah makan. Nadi ibu, tekanan darah dan denyut jantung janin
harus dimonitor selama pengobatan. Kontraindikasi pemberian adalah
penyakit jantung pada ibu, hipertensi atau hipotensi, hipertiroid, DM
gestasional tidak terkontrol dan perdarahan antepartum.

17
Efek samping yang dapat terjadi pada ibu adalah palpitasi, rasa panas
pada muka (flushing), mual, sakit kepala, nyeri dada, hipotensi,
aritmia kordis, edema paru, hiperglikemia dan hipoglikemia. Efek
samping pada janin antara lain fetal takikardi, hipoglikemia,
hipokalemia, ileus dan hipotensi.
6. Progesterone
Progesterone dapat mencegah persalinan prematur. Injeksi 1-alpha-
hydroxprogesterone caproate menurunkan persalinan prematur
berulang. Dosis 250 mg (1 mL) IM tiap minggu sampai 37 minggu
atau sampai persalinan. Pemberian dimulai 16-21 minggu kemudian.
(Cunningham, 2013)
Bila tokolitik tidak berhasil, lakukan persalinan dengan upaya optimal
(persalinan berlanjut). Jangan menghentikan kontraksi uterus bila :
1. Usia kehamilan > 35 tahun
2. Servik membuka > 3 cm
3. Perdarahan aktif
4. Janin mati dan adanya kelainan kongenital yang kemungkinan
hidup kecil
5. Adanya korioamnionitis
6. Pre-eklampsia
d. Pemberian kortikosteroid
Pemberian terapi kortikosteroid dimaksudkan untuk pematangan
surfaktan paru janin, menurunkan insiden RDS, mencegah perdarahan intra
ventricular yang akhirnya menurunkan kematian neonatus. Kortikosteroid
perlu diberikan bilamana usia kehamilan kurang dari 3 minggu. Obat yang
diberikan adalah dexametason atau betametason. Pemberian steroid ini tidak
diulang karena risiko terjadi pertumbuhan janin terhambat. Pemberian siklus
tunggal kortikosteroid adalah batametason 2 x12 mg/IM dengan jarak
pemberian 24 jam. Sedangkan dexametason 4x6 mg/IM dengan jarak
pemberian 12 jam. (Prawirohardjo, 2010)
e. Pemberian antibiotik
Antibiotik hanya diberikan bilamana kehamilan mengandung risiko

18
terjadinya infeksi. Obat yang diberikan eritromisin 3 x 500 mg selama 3
hari. Obat pilihan lain adalah ampisilin 3 x 500 mg selama 3 hari, atau dapat
menggunakan antibiotika lain seperti klindamisin. Tidak dianjurkan
pemberian ko-amoksiklaf karena risiko NEC
2.2 Tinjauan Teori Diabetes Melitus Gestasional
2.2.1 Pengertian Diabetes Melitus Gestasional
Diabetes melitus gestasional (DMG) adalah gangguan toleransi
glukosa yang pertama kali ditemukan pada saat kehamilan (Kaaja, 2008)
Diabetes mellitus gestasional (GDM) didefinisikan sebagai derajat
apapun intoleransi glukosa dengan onset atau pengakuan pertama selama
kehamilan. (WHO-World Health Organisation 2011). Hal ini berlaku baik
insulin atau modifikasi diet hanya digunakan untuk pengobatan dan apakah
atau tidak kondisi tersebut terus berlangsung setelah kehamilan. Ini tidak
mengesampingkan kemungkinan bahwa intoleransi glukosa yang belum
diakui mungkin telah dimulai bersamaan dengan kehamilan.
2.2.2 Etiologi Diabetes Melitus Gestasional
Selama kehamilan, peningkatan kadar hormon tertentu dibuat dalam
plasenta (organ yang menghubungkan bayi dengan tali pusat ke rahim)
nutrisi membantu pergeseran dari ibu ke janin. Hormon lain yang diproduksi
oleh plasenta untuk membantu mencegah ibu dari mengembangkan gula
darah rendah. Selama kehamilan, hormon ini menyebabkan terganggunya
intoleransi glukosa progresif (kadar gula darah yang lebih tinggi). Untuk
mencoba menurunkan kadar gula darah, tubuh membuat insulin lebih
banyak supaya sel mendapat glukosa bagi memproduksi sumber energi.
Biasanya pankreas ibu mampu memproduksi insulin lebih (sekitar tiga kali
jumlah normal) untuk mengatasi efek hormon kehamilan pada tingkat gula
darah. Namun, jika pankreas tidak dapat memproduksi insulin yang cukup
untuk mengatasi efek dari peningkatan hormon selama kehamilan, kadar
gula darah akan naik, mengakibatkan GDM.
2.2.3 Faktor Resiko
Faktor-faktor berikut meningkatkan risiko terkena GDM selama
kehamilan:
a. Kelebihan berat badan sebelum hamil (lebih 20% dari berat badan ideal).

19
b. Merupakan anggota kelompok etnis risiko tinggi (Hispanik, Black,
penduduk asli Amerika, atau Asia).
c. Gangguan toleransi glukosa atau glukosa puasa terganggu (kadar gula
darah yang tinggi, tetapi tidak cukup tinggi untuk menjadi diabetes).
d. Riwayat keluarga diabetes (jika orang tua atau saudara kandung memiliki
diabetes).
e. Sebelumnya melahirkan bayi lebih dari 4 kg.
f. Sebelumnya melahirkan bayi lahir mati.
g. Mendapat diabetes kehamilan dengan kehamilan sebelumnya.
h. Memiliki terlalu banyak cairan ketuban (suatu kondisi yang disebut
polihidramnion).
Banyak wanita yang mengalami GDM tidak memiliki faktor risiko yang
diketahui.
2.2.4 Gejala Klinis Dibetes Meslitus Gestasional
Diabetes mellitus gestasional adalah bentuk sementara (dalam banyak
kasus) diabetes dimana tubuh tidak memproduksi insulin dalam jumlah yang
cukup untuk menangani gula selama kehamilan. Hal ini juga bisa disebut
intoleransi glukosa atau intoleransi karbohidrat. Tanda dan gejala dapat
termasuk:
a. Gula dalam urin
b. Sentiasa rasa haus
c. Sering buang air kecil
d. Kelelahan
e. Mual
f. Sering infeksi kandung kemih, vagina dan kulit
g. Penglihatan kabur
2.4 Tinjauan Teori Asuhan kebidanan pada PPI
2.4.1 Pengertian Manajeman Asuhan Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan fikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan, dalam rangkaian/tahapan
yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang berfokus pada klien

20
(Jannah, 2012: 193).
2.4.2 Proses Manajemen Kebidanan
Proses manajemen kebidanan merupakan urutan langkah yang saling
berhubungan, bersambungan, dan berulang kembali untuk bias
mengevaluasi efektifitas dari rencana asuhan diperlukan proses dalam
pengumpulan data, mengevaluasi dan membuat rencana asuhan kembali.
Proses tersebut berlangsung setiap kali memberikan asuhan kepada klien.
Karena itu terdapat hubungan yang dinamis menurut antara masing-masing
langkah (Jannah, 2012: 193-194).
Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan,
yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi.
Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap yang
biasa diaplikasikan dalam semua situasi. Berikut langkah-langkah dalam
proses penatalaksanaan menurut Varney.
a. Langkah I (Pengumpulan data/ pengakajian)
Langkah ini mengumpulkan semua informasi yang akurat, lengkap dari
semua sumber yang berkaitan kondisi klien. Untuk memperoleh data
dilakukan dengan cara anamnesa: (Jannah, 2012: 195).
1) Biodata
Adalah identitas untuk mengetahui status klien secara lengkap
sehingga sesuai dengan sasaran. Identitas meliputi:
a) Nama: untuk mengetahui dan mengenal pasien
b) Umur: untuk mengetahui faktor resiko dan tingkat kesuburan.
c) Agama: untuk mengetahui kepercayaan yang dianut oleh pasien
d) Suku bangsa: dikaji untuk mengetahui lebih jauh tentang sosial
budaya pasien.
e) Pendidikan: untuk mengetahui tingkat pendidikan yang nantinya
penting dalam pemberia KIE (kongseling informasi dan edukasi).
f) Pekerjaan: untuk mengetahui keadaan sosial ekonomi keluarga.
g) Alamat: dikaji untuk mengetahui keadaan sosial dan budaya di
lingkungan tempat tinggal budaya.
2) Data subjektif

21
Adalah data yang di dapat dari klien sebagai suatu pendapat terhadap
suatu situasi data klien. Data tersebut tidak dapat di tentukan oleh
petugas kesehatan secara independen tapi melalui suatu interaksi atau
komunikasi.
3) Alasan masuk
Untuk mengetahui alasan yang membuat pasien datang yang
berhubungan Persalinan Prematur Iminen .
Keluhan utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan denga
masa kehamilan misalnya Ibu mengatakan merasakan kenceng-kenceng
yang teratur dan merasakan nyeri.
4) Riwayat penyakit
a) Riwayat penyakit sekarang
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
riwayat penyakit yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya
dengan keadaanya sekarang.
b) Riwayat kesehatan yang lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
riwayat atau penyakit akut, kronis seperti jantung, DM, hipertensi,
asma yang dapat mempengaruhi pada masa nifas ini.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada
yang menderita penyakit menurun seperti asma, hepatitis dan DM
serta penyakit menular seperti TBC dan hepatitis.
d) Riwayat menstruasi
Ibu mengetahui menarche, siklus haid, lamanya, jumlah darah yang
dikeluarkan dan pernahkah disminorhea.
e) Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinannya, lama perkawinan, sah
atau tidak, sudah berapakali menikah dan berapa jumlah anaknya.
f) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Untuk mengetahui jumlah kehamilan dan kelahiran, riwayat

22
persalinan yaitu jarak antara dua kelahiran, tempat kelahiran,
lamanya melahirkan dan cara melahirkan. Riwayat kelahiran anak
mencakup berat badan bayi sewaktu lahir, adakah kelainan bawaan
bayi, jenis kelamin bayi, keadaan bayi hidup/mati saat dilahirkan.
g) Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan
kontrasepsi jenis apa, berapa lama adakah keluhan selama
menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah kehamilan ini.
h) Riwayat kehamilan sekarang
Untuk mengetahui keadaan kesehatan ibu selama hamil ada atau
tidaknya penyakit serta upaya yang dilakukan untuk mengatasi
penyakit tersebut.
1) Hari pertama, haid terakhir serta kapan taksiran persalinannya.
2) Keluhan-keluhan pada trimester l, ll, lll
3) Dimana ibu biasa memeriksakan kehamilaannya.
4) Selama hamil berapa kali ibu peiksa kehamilan
5) Penyuluhan yang pernah ibu dapat selama kehamilan berapa
minggu.
6) Imunisasi TT: sudah/belum imunisasi, berapa kalitelah
dilakukan imunisasi TT selama hamil.
2. Data obyektif
Adalah menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik
pasien yang meliputi:
a) Pemeriksaan fisik
1) Status generalis
(a) Keadaan umum: untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah
baik, sedang, buruk. Keadaan ibu setelah dilakukan kuretase,
adalah sedang. Berdasarkan tanda-tanda pasien post kuret yaitu
adanya ibu merasakan nyeri danada darah keluar dari jalan lahir
dan ibu merasa lemas.
(b) Kesadaran: untuk mengetahui tingkat kesadaran yaitu apakah
komposmentis, apatis, samnolen atau koma.

23
(c) Tanda vital
(1) Tekanan darah: untuk mengetahui atau mengukur batas normal
tekanan darah antara sistolik 90-130 mmHg, diastolik 70-90
mmHg. Sedangkan tekanan darah pada diagnosa abortus normal
atau menurun
(2) Suhu: untuk mengetahui suhu basal pada ibu, suhu badan yang
normal 36,50c -37,50c.sedangkan pada kasus abortus suhu badan
normal atau meningkat.
(3) Nadi: untuk mengetahui denyut nadi pasien.
(4) Respirasi: untuk mengetahui frekuensi pernafasan yang dihitung
dalam menit. Sedangkan respirasi pada ibu partus prematur
iminen cenderung lebih cepat.
(d) Tinggi badan: untuk mengetahui tinggi badan pasien.
(e) Lingkar lengan atas: untuk mengetahui status gizi atas pasien.
5) Inspeksi
Pemeriksaan klien dengan melihat ujung rambut sampai dengan ujung
kaki.
(a) Rambut: untuk mengetahui kebersihan rambutnya, kondisi kulit
kepala bersih, rontok atau tidak.
(b) Wajah: untuk mengetahui keadaan wajah pucat atau tidak, ada
oedema atau tidak dan ada kloasma gravidarum atau tidak.
(c) Mata: kongjungtiva pucat atau tidak, sklera putih atau tidak dan
mata cekung atau tidak.
(d) Mulut dan gigi: untuk mengetahui keadaan mulut bersih atau tidak,
gusi ada stomatitis atau tidak, ada caries pada gigi atau tidak.
(e) Abdomen: untuk mengetahui ada bekas luka operasi atau tidak.
(f) Vulva: untuk menilai adakah kondilomalata dan akuminata, adakah
blood show.
(g) Anus: untuk mengetahui apakah ada hemorrhoid.
6) Palpasi
Yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan cara meraba.
(a) Leher: untuk mengetahui ada pembesaran kelenjar tyroid atau

24
kelenjar gondok.
(b) Dada: untuk mengetahui ada benjolan pada payudara atau tidak,
ada nyeri tekan atau tidak, ada kelainan bentuk atau tidak, putting
susu menonjol.
(c) Abdomen: untuk mengetahui keadaan kontraksi uterus, tinggi
fundus uteri berapa jari dibawah pusat.
(d) Genetalia: pemeriksaan pembukaan serviks, inspekulo menilai
ada/tidaknya perdarahan dari cavum uteri, ostium uteri terbuka atau
tertutup, ada atau tidaknya jaringan di ostium.
(e) Vagina toucher (VT) menilai portio masih terbuka atau sudah
tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri, tidak nyeri
adneksa, kavum doglas tidak nyeri (Husin Farid, 2014: 77).
(f) Ekstremitas untuk mengetahui ada tidaknya varices
3. Data penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendukung
pencegahan diagnosa seperti pemeriksaan laboratorium
(hemoglobin, golongan darah, protein urin, glukosa urine),
pemeriksaan USG (Jannah Nurul, 2012: 203)
b. Langkah ll Interpretasi data: identifikasi masalah atau diagnosa.
Pemeriksaan fisik, meliputi:
keadaan umum klien, tanta-tanda vital dan pemeriksaan
fisik dilakukan secara inspeksi, palpasi dan dilakukan pemeriksaan
penunjang bila perlu.
Tahap ini merupakan langkah yang menentukan langkah
berikutnya. Kelengkapan data yang sesuai dengan kasus yang
dihadapi akan menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak
dalam tahap selanjutnya, sehingga dalam pendekatan ini harus
komprehensif meliputi data subjektif, objektif dan hasil
pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi atau masukan
klien yang sebenarnya.
1. Diagnosa kebidanan
Diagnosa kebidanan yang disimpulkan oleh bidan (Jannah,

25
2012: 204). Diagnos pada kasus ini ditegakkan G3P2002, UK 36
minggu, dengan Partus Prematur Imminens.
Dasar:
a) Data subyektif
1) Ibu mengatakan keadaan setelah diberikan terapi
2) Ibu mengatakan rasa nyerti perut sudah berkurang
b) Data objektif
1) Keadaan umum
Keadaan umum ibu setelah dilakukan tindakan
konservatif, adalah sedang
2) Kesadaran ibu setelah dilakukan tindakan konservatif
adalah sedang.
3) Tanda-tanda vital
(a) Tekanan darah
Ibu hamil Persalinan Prematur Iminen tekanan
darahnya teratur atau tidak.
(b) Suhu
Ibu hamil Persalinan Prematur Iminen post kuretse
suhu tubuhnya normal atau tidak. Suhu Normal adalah
36,50c- 37,50c.
(c) Nadi
Ibu hamil dengan Persalinan Prematur Iminen nadinya
normal atau tidak. Nadi normal adalah 50-90 x/menit.
(d) Respirasi
Ibu hamil Persalinan Prematur Iminen post kuretase
respirasinya cenderung lebih cepat atau lambat.
Respirasi normal 16-24 x/menit.
4) Tinggi fundus uteri
2. Masalah
Masalah adalah problem yang dialami ibu tetapi tidak
termasuk kedalam kategori standar nomenklatur diagnosa
kebidanan, misalnya rasa cemas, dan problem ekonomi.Masalah

26
memerlukan penanganan yang dituangkan kedalam rencana
asuhan.
3. Kebutuhan
Kebutuhan adalah suatu yang diperlukan untuk
meningkatkan kesehatan klien, misalnya pendidikan kesehatan,
dan promosi kesehatan.
c. Langkah III (Identifikasi diagnosa/masalah potensial)
Identifikasi diagnosa/masalah potensial adalah
mengidentifikasi masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi.
Langkah ini membutuhakan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan sambil mengamati klien bidan diharapkan
dapat bersiap-siap bila diagnosa/ masalah potensial terjadi.
Diagnosa yang mungkinterjadi adalah syok dan perdarahan.
d. Langkah IV (Identifikasi tindakan segera/ Kolaborasi)
Tindakan segera terahadap kondisi yang diperkirakan akan
membahayakan klien. Oleh karena itu, bidan harus bertindak segera
untuk menyelamatkan jiwa ibu dan anak.Tindakan ini
dilaksanankan secara kolaborasi dan rujukan sesuai dengan kondisi
klien.
Dalam memberikan asuhan pasca abortus hal yang pertama
kali harus dilakukan adalah mengatasi situasi segera, yaitu
mengurangi kontraksi yang terjadi. Setelah kondisi ibu stabil, hal
selanjutnya yang sama pentingnya adalah memberikan asuhan
tindak lanjut yang penting, meliputi peredaan nyeri, dukungan
psikologis, kongseling pasca abortus dan pemeriksaan lebih lanjut
yang mungkin diperlukan (WHO, 2012: 95). Pada pasien
Persalinan Prematur Iminen dapat di berikan penangan pemberian
obat kortikosteroid.
e. Langkah V (Rencana Asuhan yang menyeluruh)
Pada langkah ini direncana untuk pemecahan masalah
dibagi menjadi tujuan, rencana pelaksanaan dan evaluasi. Rencana
ini disusun berdasarkan kondisi klien (diagnosa, masalah dan

27
diagnosa potensial) berkaitan dengan semua aspek asuhan
kebidanan.
Rencana dibuat harus rasional dan benar-benar valid
berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta evidance
terkini serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan
klien.
f. Langkah VI (Pelaksanaan Asuhan )
Kegiatan yang dilakukan bidan di komunitas adalah
mencakup rencana pelaksanaan yang sesuai dengan tujuan yang
akan dicapai.
Pemberian asuhan dapat dilakukan oleh bidan, klien/
keluarga, atau tim kesehatan lainnya namun tanggung jawab utama
tetap pada bidan untuk mengarahkan pelaksanaannya. Asuhan yang
dilakukan secara efisien yaitu hemat waktu, hemat biaya, dan mutu
meningkat.
g. Langkah VII (Evaluasi Hasil Asuhan)
Pada langkah ini,Kegiatan evaluasi dilakukan untuk
mengevaluasi keefektifan asuhan kebidana yang diberikan.Hasil
evaluasi dapat menjadi data dasar untuk menegakkan diagnosa dan
rencana selanjutnya.Yang di evaluasi adalah apakah diagnosa
sesuai, rencana asuhan efektif, masalah teratasi, masalah telah
berkurang, timbul masalah baru, dan kebutuhan telah terpenuhi.
2.4.3 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP)
SOAP adalah sebuah cara untuk mengidentifikasi dan mengatasi
masalah pasien, merupakan suatu yang membutuhkan manajemen atau
diagnostik termasuk medis , social, ekonomi dan masalah demografis. Bidan
melakukan pencatatan secara lengkap, sigkat dan jelas mengenai keadaan
/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam memberikn asuhan
kebidanan.Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP.
S : Subjektif
1. Data subjektif (observasi klien)
2. Menggambarkan pendokumentasian hanya pengumpulan data klien
melalui anamnesa.

28
3. Tanda gejala subjektif diperoleh dari hasil bertanya dari klien,
suami atau keluarga (identitas umum, keluhan, riwayat perkawinan,
riwayayat kehamilan, riwayat persalinan, riwayat KB, riwayat
penyakit, riwayat penyakit keluarga, riwayat penyakit keturunan,
riwayat psikologis dan pola hidup).
4. Catatan ini berhubungan dengan masalah sudut pandang pasien.
Ekspresi klien mengenai kekhawatiran dan keluhannya di catat
sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan
diagnosa.
O: Objektif
1. Data objektif ( observasi dan pemeriksaan)
2. Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan fisik klien,
hasil laboratorium dan tes diagnostik lainnya yang dirumuskan
dalam data fokus untuk mendukung analisis.
3. Tanda gejala objektif yang diperoleh dari hasil pemeriksaan (tanda
KU, vital sighn, pemeriksaan fisik, pemeriksaan kebidanan,
pemeriksaan dalaam dan pemeriksaan penunjang). Pemeriksaan
dengan inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.
4. Data ini memberi bukti gejala klinis klien dan fakta yang
berhubungan dengan diagnosis. Data fisiologis, hasil observasi
yang jujur, informasi kajian, teknologi (hasil laboratorium, sinar X,
rekam CTG, dan lain-lain). Apa yang di observasi oleh bidan akan
menjadi komponen yang berarti dari diagnosis yang di tegakkan.
A: Assesment
1. Masalah atau diagnosis yang ditegakkan berdasarkan data atau
informasi subjektif maupun objektif dikumpulkan atau
disimpulkan. Karena keadaan pasien harus berubah dan selalu ada
informasi baru baik subjektif maupun objektif dan sering
diungkapkan secara terpisah-pisah, proses pengkajian adalah suatu
proses dinamik. Nenganalisa adalah suatu yang penting dalam
mengikuti perkembangan klien dan menjamin suatu perubahan baru
yang cepat diketahui dan dapat diikuti sehingga dapat diambil
tindakan yang cepat.

29
2. Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi
data subjektif dalam suatu identifikasi.
a. Diagnosa/masalah
1) Diagnosis adalah rumusan dari hasil pengkajian kondisi klien:
hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir. Berdasarkan hasil
analisa data yang didapat.
2) Masalah segalah sesuatu yang menyimpang sehingga
kebutuhan klien terganggu, kemungkinan mengganggu
kehamilan/ kesehatan tetapi tidak masuk dalam diagnosis.
b. Antisipasi masalah lain/ diagnosa potensial.

P: Planning
Membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan datang.
Untuk mengusahakan tercapainya kondisi klien yang sebaik mungkin
atau menjaga mempertahankan kesejahteraannya. Proses ini termasuk
tujuan tertentu dari kebutuhan pasien yang harus dicapai dalam batas
waktu tertentu. Perencanaan diambil harus membantu klien mencapai
kemajuan dalam kesehatan dan harus sesuai dengan instruksi dokter.
Dalam perencanaan harus tertuang asuhan yang akan direncanakan,
bagaimana pelaksaan dan hasil dari suatu asuhan yang telah diberikan.

30
BAB 3

TINJAUAN KASUS

Tanggal Pengkajian : 22 Maret 2021


Pukul : 08.0.00 WIB
Oleh : Rosa Amelinda

Identitas
Nama Ibu : Ny “D” Nama Suami : Tn “D”
Umur : 33 Tahun Umur : 35 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Pendidikan : Diploma Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan :- Pekerjaan : Swasta
Alamat : Tulangan, SDA Alamat :Tulangan
3.1 Data Subjektif
a. Keluhan Utama
Mengeluh kenceng-kenceng dan mual muntah.
b. Riwayat kesehatan saat ini.
Ibu mengatakan pada hamil ini memiliki Gula darah tinggi.
c. Riwayat Kesehatan Lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit jantung, paru-paru,
Diabet dan Hipertensi. Tidak ada riwayat alergi terhadap makanan dan
obat-obatan, Tidak ada riwayat ketergantungan obat-obat terlarang,
alkohol ataupun rokok.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien memiliki riwayat Hipertensi (Ibu Kandung), tidak
memiliki riwayat penyakit menular.
e. Riwayat Perkawinan
Riwayat Perkawinan Istri Riwayat Perkawinan Suami
Perkawinan ke : 1 Perkawinan ke :1

31
Umur Kawin : 28 tahun Umur Kawin : 30 tahun
Lama Kawin : 5 tahun Lama Kawin : 5 tahun
e. Riwayat Kesehatan Reproduksi
1. Riwayat Haid
HPHT : 14-07-2020
TP : 21-04-2021
Siklus : teratur
Periode siklus : 28-31 hari
Fluor Albus : terkadang (bening, tidak gatal)
Disminore : tidak
2. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas, KB
Penyulit
selama
Hamil Usia Umur Cara Tempat
P/L BBL Penolong hamil KB
ke- Kehamilan Anak Persalinan Persalinan
hingga
nifas
SC Suntik 3
1 Aterm 3,5 th P 3600gr Dokter RS KPD
(KPD) Bulan
SC KB
2 Aterm 2 th p 3100gr Dokter RS BSC
(BSC) Kalender
3 H A M I L I N I

3. Riwayat Kehamilan saat ini :


Ini merupakan kehamilannya yang ketiga, selama hamil ibu rutin
kontrol di dokter :
Trimester I : kontrol setiap 1 bulan sekali. Dengan keluhan mual, terapi
yang didapat (vit.C 3x1, Asam Folat 2x1.)
Trimester II : kontrol setiap 1 bulan sekali. Tidak ada keluhan, terapi
yang diberikan (Kalsium 2x1 , vit.C 3x1, Sangobion 1x1)
Trimester III : kontrol 2x, dengan keluhan terkadang kenceng kenceng
pada usia kehamilan 34 minggu, terapi yang diberikan (Kalsium
2x1 , vit.C 3x1, Sangobion 1x1)
Ibu mengatakan merasakan gerakan janin pada usia kehamilan 4 bulan.
Ibu mengatakan tidak pernah mengalami perdarahan pada kehamilan ini.
Hasil Lab GDA pada hamil saat ini tinggi. Mencapai 200
Total Kunjungan ANC selama Kehamilan ini : sebanyak 8x

32
f. Kebiasaan Saat Hamil
Ibu mengatakan tidak mempunyai kebiasaan yang mengganggu
kesehatan seperti merokok, minum jamu, pijat perut, dan minum alkohol

g. Riwayat Pemenuhan Kebutuhan Dasar


1. Kebutuhan Nutrisi
Sebelum MRS :
Menu makanan sehari-hari nasi dan lauk pauk
Frekuensi 2-3x sehari
Nafsu makan baik
Kebutuhan minum 6-7 gelas/ hari.
Saat MRS :
Nafsu makan menurun, konsumsi dari RS terkadang tidak
dimakan.
2. Kebutuhan Eliminasi
Sebelum MRS :
BAK 4-5x/hari
BAB 1x/hari
Saat MRS :
BAK 2-3x/hari
3. Personal Hygiene
Sebelum MRS :
Mandi 2x sehari dengan menggunakan sabun mandi
Sikat gigi 2x sehari
Keramas 3x seminggu
Mengganti pakaian tiap habis mandi
Saat MRS :
Seka 2x/hari
4. Pola Aktivitas
Sebelum MRS :
Ibu mengurus anak dan melakukan pekerjaan rumah tangga.
Saat MRS :
Ibu hanya berbaring diatas tempat tidur

33
5. Pola Istirahat
Sebelum MRS :
Tidur malam 7-8 jam/ hari
Tidur siang tidak pernah
Sering Lelah
Saat MRS :
Ibu kurang bisa istirahat dikarenakan perut masih kenceng-kenceng
3.2 Data Objektif
a. Pemeriksaan secara umum
Klien tampak lemah
kesadaran komposmentis
Tanda-tanda vital (TTV)
Tekanan darah : 110/70 mmHg
ROT : 10
MAP : 83,3
Suhu : 36,4oC
Nadi : 78x/ menit
Pernapasan : 20x/menit
SpO2 : 98%
Skala Nyeri :4
BB Sebelum Hamil : 48 kg
BB Hamil : 57 kg
TB : 155 cm
LILA : 24,5 cm
IMT : 24,6
b. Pemeriksaan khusus
Kepala : tidak ada benjolan abnormal dan nyeri tekan.
Wajah : tambah lemas, tidak odem
Mata : kongjungtiva tidak anemis dan sklera putih
Mulut dan gigi: bibir tidak anemis, tidak ada sariawan.
Leher : tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid, kelenjar limfe dan
pembesaran vena jugularis.

34
Dada : tidak terdengar wheezing dan ronchi.
Abdomen: terdapat luka bekas operasi SC, TFU (25 cm).
Leopold I : TFU berada pertengahan pusat-PX, teraba bulat, lunak, kurang
melenting (bokong)
Leopold II : Terasa tahanan keras datar memanjang seperti papan pada
perut bagian kiri perut ibu (puki). Pada bagian kanan perut ibu
teraba bagian-bagian kecil janin (tangan kaki).
Leopold III : teraba bulat, keras, tidak dapat digoyangkan (kepala sudah
masuk PAP)
Leopold IV : teraba 4/5 bagian kepala janin diatas simfisis
TBJ : (25 – 11) x 155 = 2.170 gram
DJJ : 147 x/menit menggunakan doppler
His : 2x/10menit15”
Genetalia : tidak odem, tidak terdapat varises, tidak terdapat
kondilomalata, tidak terdapat kondiloma akuminata, terdapat
pengeluaran lendir darah atau air ketuban.
Pemeriksaan Vagina toucher (VT) tanggal 21 Maret2021, pukul 17.00
WIB
Hasil : tidak ada jaringan parut, Ø 1cm, efficement 50%, ketuban utuh
presentasi kepala, denominator ubun-ubun kecil, tidak ada
bagian kecil di sekitar presentasi, hodge I
Ekstremitas: simetris kiri dan kanan, tidak adavarices dan tidak ada oedema.

Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 1 Maret 2021 (RS Delta Surya)
USG Hasil : EDD 25 Maret 2021
Ketuban cukup
Presentasi kepala
Jenis kelamin perempuan
TBJ 1950 gram
Letak Plasenta pada Korpus
Tanggal 20 Maret 2021 (RS Delta Surya)

35
GDA Hasil : 383gr/dl
Rapid Hasil : Reaktif

Tanggal 21 Maret 2021 (RSISH)


Swab PCR Hasil : Non-Reaktif
Lab.Hematologi Hasil :
Pemeriksaan Hasil Bilai Normal
Hemoglobin 13 11,5-16,5 g/dL
Eritrosit 4.46 4.0-5.0 10˄6
Lekosit 21.81 4.0-11.0 10˄3
Trombosit 259 150-400 10˄9
Hematokrit 39.5 37-45 %
Anti HIV Non-Reaktif Non-Reaktif
HbsAg Non-Reaktif Non-Reaktif

3.3 Analisa Data


G3P2002, UK 36-37 Minggu, Tunggal, Hidup, dengan Partus Prematur
Imminens, BSC 2x dan Diabetes Gestasional

3.4 Penatalaksanaan
Tanggal : 22 Maret 2021

08.20 WIB 1. Melakukan pendekata interpersonal kepada klien dan TTD


keluarga.
e/ klien dan keluarga kooperatif
2. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada klien dan
keluarga tentang kondisinya saat ini. TTV dalam
keadaan normal, namun kenceng-kenceng yang
dialami pada usia kehamilan sebelum aterm
memerlukan penanganan di RS.
e/ klien dan keluarga memahami
3. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang
tindakan yang akan dilakukan selama dirawat di

36
kamar bersalin.
e/ klien dan keluarga memahami
4. Melakukan kolaborasi dengan dr.Rizal, SpOG dan
melaporkan kondisi pasien.
Advice :
Infus RL 500 ml
Drip Bricasma 2 Ampul x 0,5mg 16 TPM
Ceftazidime 1g 3x1/IV
Injeksi Dexamethasone 0,5mg 2x6/IV
Ranitidin 50mg 2x1/IV
Ondancentron 8mg 2x1/IV
Epison syrup 10ml 3x1/ oral
Observasi pengeluaran cairan ketuban pada jalan
lahir.
5. Melakukan kolaborasi dengan dr.Afif, SpPD dan
melaporkan kondisi pasien.
Advice :
Novarapid 3x14 unit (sebelum makan)
Sansulin 1x 10 unit (malam sebelum tidur)
Observasi GDA 12 jam
6. Membimbing klien untuk melakukan relaksasi disaat
kontraksi.
e/ klien dapat melakukan dengan benar.
7. Menganjurkan keluarga untuk memberikan asupan
makanan dan mminuman kepada klien.
e/ keluarga memahami
8. Menjelaskan kepada klien dan keluarga mengenai
obat yang akan diberikan kepada klien.
e/ klien dan keluarga memahami.
09.00 WIB 9. Memberikan obat kepada klien sesuai advice dokter.
e/ obat telah diberikan

37
CATATAN PERKEMBANGAN

13.30 WIB S: ibu mengatakan kenceng-kenceng dan mual sudah mulai


berkurang
O : K/U : Cukup
Kesadaran : Composmentis
TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/mnt
S : 36,9C
RR : 20 x/mnt
His : -
DJJ : 149 x/mnt
Infus terpasang di Tangan kiri= RL drip Bricasma
18Tpm (Lancar)

A : G3 P2002 UK 36 minggu, tunggal, hidup, letak kepala


U, intrauterine, keadaan jalan lahir normal, keadaan
umum ibu dan janin baik dengan PPI dan Diabetes
Gestasional
P : - Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu

e/ Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan


- Melakukan observasi k/u dan TTV
e/ observasi k/u dan TTV sudah dilakukan
- Menganjurkan pasien istirahat cukup
e/ pasien bersedia untuk bedrest
- Memberikan terapi sesuai advis dokter
e/ terapi sudah diberikan
- Mengganti cairan infus kolf ke 2
e/ cairan infus sudah diganti

23-3-2021 S : Sudah tidak ada kenceng-kenceng sama sekali, terkadang


08.00 WIB
masih mual.

38
O : K/U : Cukup
Kesadaran : Composmentis
TD : 100/70 mmHg
N : 85 x/mnt
S : 36,4C
RR : 18 x/mnt
His : -
DJJ : 139 x/mnt
Infus terpasang di Tangan kiri= RL 18Tpm (Lancar)
Pemeriksaan penunjang GDA : 213

A : G3 P2002 UK 36 minggu, tunggal, hidup, letak kepala


U, intrauterine, keadaan jalan lahir normal, keadaan
umum ibu dan janin baik dengan PPI sudah teratasi dan
Diabetes Gestasional
P : - Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu
e/ Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan
- Melakukan observasi k/u dan TTV
e/ observasi k/u dan TTV sudah dilakukan
- Menganjurkan pasien untuk makan sedikit-sedikit
namun sering, untuk mengurangi rasa mual.
e/ pasien bersedia
- Menganjurkan pasien istirahat cukup
e/ pasien bersedia untuk bedrest
- Melakukan kolaborasi dengan dr. Rizal, SpOG dan
melaporkan kondisi pasien saat ini.
Advice :
Lanjutkan observasi TTV
Epison syrup 3x1/oral
Ranitidin 2x1 ampul/IV
Ondancentron 3x8mg/IV
Novarapid (sebelum makan) 3x14 unit/SC

39
Cek ulang GDA besok pagi
Jika pasien hingga besok pagi sudah tidak ada
keluhan boleh pulang.
08.00 WIB
- Memberikan terapi sesuai advice dokter
e/ terapi telah diberikan
24-3-2021 S : Sudah tidak ada kenceng-kenceng sama sekali, juga
08.00 WIB
sudah tidak mual.
O : K/U : Cukup
Kesadaran : Composmentis
TD : 110/70 mmHg
N : 84 x/mnt
S : 36,5C
RR : 18 x/mnt
His : -
DJJ : 149 x/mnt
Infus terpasang di Tangan kiri= RL 18Tpm (Lancar)
Pemeriksaan penunjang GDA : 185

A : G3 P2002 UK 36 minggu, tunggal, hidup, letak kepala


U, intrauterine, keadaan jalan lahir normal, keadaan
umum ibu dan janin baik dengan PPI sudah teratasi dan
Diabetes Gestasional
P : - Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu
e/ Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan
- Melakukan kolaborasi dengan dr. Rizal, SpOG dan
melaporkan kondisi pasien saat ini.
Advice :
Acc Pulang
Obat pulang :
Cefadroxil 2x500mg (setelah makan)
Asammefenamat 3x500mg (setelah makan)
- Mengionformasikan kepada pasien dan keluarga

40
bahwa pasien boleh pulang.
e/ pasien dan keluarga memahami
- Memberikan terapi sesuai advice dokter
e/ terapi telah diberikan
- Memberikan KIE nutrisi, makan sedikit-sedikit
namun sering.
e/ pasien memahami
- Menganjurkan pasien untuk tidak mengkonsumsi
makanan/minuman manis terlalu sering.
e/ pasien bersedia.
- Menganjurkan pasien untuk tidak melakukan aktifitas
berat.
e/ pasien memahami
- Menganjurkan pasien untuk tidak melakukan
hubungan seksual terlebih dahulu, karena dapat
mengakibatkan kontraksi.
e/ pasien bersedia
- Menjadwalkan pasien kontrol di poli hamil 1 minggu
kemudian yakni pada tanggal 31 Maret di poli Hamil
RSISH
e/ pasien bersedia.

41
BAB 4

PEMBAHASAN

Bab ini akan menguraikan pembahasan manajemen asuhan


kebidanan yang dilakukan di RSI Siti Hajar Sidoarjo selama 3 hari asuhan
di ruangan VK dan dilakukan pemantauan dimulai tanggal 22 sampai
dengan 24 Maret2021.
Pada Anamesa yang dilakukan terhadap Ny.”D”, usia anak terakhir
saat ini adalah 2 tahun. Sehingga pada kehamilannya yang saat ini usia anak
terakhir belum mencapai usia 2 tahun. Maka pada kehamilan ketiga saat ini
dikategorikan jarak kehamilan terlalu dekat. Jarak kehamilan terlalu dekat
menjadi salah satu faktor penyebab PPI, dikarenakan organ tubuh ibu belum
pulih kembali seutuhnya dari kehamilan sebelumnya. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Wita, 2019 Hasil analisis menunjukkan p
Value = 0,000<0,05 yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara jarak kehamilan dengan kejadian persalinan premature.
Berdasarkan teori dan penelitian yang telah dilakukan, bahwa kejadian
persalinan prematur pada jarak kehamilan < 2 tahun penyebab tersebut
karena jarak kehamilan terlalu pendek akan sangat berbahaya, karena alat-
alat reproduksi belum kembali ke kondisi semula ditambah lagi ibu harus
membagi perhatian untuk anak sebelumnya yang usianya masih dikatakan
butuh perhatian lebih dari sang ibu yang menyebabkan ibu harus
mengeluarkan tenaga ekstra dalam menjaga anaknya dan juga stress
sehingga memicu terjadinya kontraksi maupun pendarahan dan efek lainnya.
Pada pemeriksaan penunjang, ditemukan leulosit pasien 21.81 10˄3
dari nilai normal 4.0-11.0 10˄3 . Yang artinya nilai leukosit ibu lebih tinggi
dari nilai normal. Peningkatan jumlah leukosit atau leukositosis merupakan
salah satu tanda terjadinya proses inflamasi. Lepasnya kemokin dan stikokin
proinflamasi, mediatorinflamasi (prostaglandin dan radikal oksigen reaktif),
serta protease pada proses inflamasi dapat menginisiasi terjadinya
peningkatan kontraktilitas miometrium dan menginduksi ruptur membrane
sehingga menyebabkan terjadinya PPI (Agrawal V, 2012). Penelitian -

42
penelitian sebelumnya menunjukkan adanya hubungan antara PPI dengan
peningkatan jumlah sel darah putih (leukosit) (Herbst, 2006).
Pada anamesa ibu mengeluh kenceng-kenceng pada usia kehamilan
belum aterm, sehingga pada penatalaksanaan diberikan terapi tokolitik
untuk menghilangkan keluhan ibu guna dapat mencegah terjadinya
persalinan prematur. Pada penatalaksanaan ibu diberikan drip Bricasma
untuk menghilangkan kenceng-kenceng yang dirasakan ibu. Bricasma
termasuk dalam preparat terbutalin. Dimana terbutalin termasuk jenis
tokolitik Beta2-sympathomimetics dengan mekanisme kerja dapat
menembus plasenta dengan cepat dan menginduksi stimulasi Beta-
Adrenergik pada fetus. Pada pemberian melalui IV terbutalin akan mencapai
dosis terapi dalam waktu paruh 6-9 menit sehingga Bricasma dapat
digunakan terapi untuk mencegah dan terjadinya kontraksi uterus yang
memiliki efek sementara menunda kelahiran (Witanurma, 2015).

43
BAB 5

PENUTUP

5.1 Simpulan
Pada penelitian ini. Tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan
praktik mengenai Asuhan Kebidanan yang telah dilakukan kepada Ny,”D”
Dengan Partus Prematur Iminens Dan Diabetes Melitus Gestasional Di
Ruang Vk Bersalin Rumah Sakit Islam Siti Hajar Sidoarjo
5.2 Saran

Bagi Klien
Diharapkan mampu menerapkan asuhan kebidanan yang telah diberikan.
Bagi Instansi pendidikan
Diharakan bagi instalasi pendidikan lebih meningkatkan atau
menambah reverensi, sehingga dapat membantu penulis atau
mahasiswa yanga akan mengambil kasus yang sama.
Bagi Lahan
meningkatkan mutu pelayanan yang lebih baik sehingga
mempermudah melakukan bimbingan penelitian, serta memberikan
dan menyelenggarakan pelatihan mengenai tatalaksana kasus
patologi.

44
DAFTAR PUSTAKA

ACOG Committee on Practice Bulletin Obstetrics. ACOG Practice Bulletin


no. 80: Premature rupture of membranes: Clinical guidelines for
obstetrician-gynecologists. Obstet Gynecol. 2007; 109(4):1007-19
Agrawal V, Hirsch E. Intrauterine infection and preterm labor. Semin Fetal
Neonatal Med. 2012;17(1):12-19.21.
Cunningham, et al. preterm Labor in williams Obstetri, 22 nd, Mc Graw- Hill,
2013
Herbst A., Nilsson C. Diagnosis of early preterm labour. BJOG. 2006;113
(Suppl. 3):60–7.
Kandita, dkk, 2020, G3P2A0 Hamil 30 Minggu Belum Inpartu dengan
Partus Prematurus Imminens dan Riwayat Asma. Medula. Volume 10.
Nomor 1
Manuaba, Ida Bagus Gede. Pengantar kuliah obstetric. Jakarta: EGC; 20073
Nugroho T. Kasus emergency kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika;
2010(2).
Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2008 (4)
Putu Arya, 2020. G4P3A0 Hamil 30 Minggu Belum Inpartu dengan Partus
Prematurus Imminens dan Ketuban Pecah Dini. Volume 10 nomor 3.
Jurnal Medula.
Wita, 2019. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Persalinan
Prematur. Volume 3 Nomor 1. Jurnal Aisyiah Medika
Witanurma,2015.Farmakoterapi Hiperkontraksi Uterus.
https://www.slideshare.net/witanurma/farmakoterapi-hiperkontraksi-
uterus

45

Anda mungkin juga menyukai