KABUPATEN BUOL
Oleh :
NIM. 2082B0104
2021
i
LEMBAR PERSETUJUAN
asuhan pada :
Hari/tanggal : , 2021
Biau, 2021
Mahasiswa
SUMARNI, S.Tr.,Keb
Mengetahui
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-
Nya yang di limpahkan, sehingga penyusun dapat Asuhan Kebidanan Holistik Bayi
wajibkan bagi mahasiswa Program Studi Pendidikan Profesi Bidan IIK STRADA
lupa kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
5. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Askeb ini.
penyusunan Asuhan Kebidanan Holistik ini. Untuk itu penyusun mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi peningkatan penyusunan
Biau, 2021
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN.........................................................................................ii
KATA PENGANTAR..................................................................................................iii
DAFTAR ISI.................................................................................................................iv
DAFTAR SINGKATAN..............................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN
1.2 Tujuan........................................................................................................................3
1.3 manfaat......................................................................................................................4
3.6 Evaluasi...................................................................................................................37
Pendokumentasian........................................................................................................38
BAB 4 PEMBAHASAN
iv
4.2 Langkah II Identifikasi Masalah Aktual..................................................................54
5.1 Kesimpulan.............................................................................................................61
5.2 Saran.......................................................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR SINGKATAN
C : Celcius
CM : Senti Meter
DL : Desi Liter
Mg : Milli Gram
O2 : Oksigen
vi
SOAP : Subjek, Objektif, Assesment, Planning
SPT : Spontan
TT : Tetanus Toxoid
vii
BAB I
PENDAHULUAN
Kematian Ibu (AKI) ditahun 2011 adalah 81% diakibatkan karena komplikasi
selama kehamilan, persalinan, dan nifas. Bahkan sebagian besar dari kematian
ibu disebabkan karena pendarahan, infeksi dan preeklamsi. Angka kematian ibu
di Indonesia pada tahun 2012 adalah 359/100.000 kelahiran hidup dan Angka
Angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masih tergolong tinggi, bahkan
sedangkan angka kematian bayi di Indonesia walaupun masih jauh dari angka
target Millenium Development Goals (MDGs) yaitu angka kematian bayi tahun
2015 sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup tetapi tercatat mengalami penurunan
yaitu dari sebesar 35 per 1000 kelahiran hidup (SDKI 2002) menjadi sebesar 34
per 1000 kelahiran hidup (SDKI 2007), dan terakhir menjadi 32 per 1000
2012).
sangat tajam, yaitu dari 131 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1971 menjadi
55 pada tahun 1996, lalu turun lagi menjadi 52 pada tahun 1998 kemudian pada
tahun 2005 sebesar 36 per 1.000 kelahiran hidup, dan hasil SDKI 2007
menunjukkan angka 41 per 1.000 kelahiran hidup. Fluktuasi ini bisa terjadi oleh
karena perbedaan besar sampel yang diteliti, sementara itu data proyeksi yang
1
2
dikeluarkan oleh Depkes RI bahwa AKB di Sulawesi tengah pada tahun 2007
Hasil penelitian yang dikemukakan oleh Diouf dkk tahun 2017, dari 1426
bayi baru lahir yang diterima selama masa studi, 60 memiliki trauma, frekuensi
sakit dari 4,2%. Rata-rata usia baru lahir untuk konsultasi adalah 8,85 hari.
Faktor penyebab yang diketahui dan ditemukan adalah: berat badan lahir lebih
besar dari 3500 gram dan tidak adanya menangis saat lahir. Kelahiran
disampaikan oleh bidan (80%), rumah sakit adalah tempat utama lahir (61,7%).
Presentasi klinis utama adalah: brakhialis neonatal pleksus palsy (38,3%), fraktur
klavikula (33,3%) dan caput succedaneum (13,3%) (Diouf dkk, Vol. 3. Issue 1).
tekanan uterus atau dinding vagina dan juga pada persalinan dengan kala II lama
yang dapat menyebabkan pembuluh darah vena tertutup, tekanan dalam vena
lingkaran tekanan dan pada tempat yang terendah. Persalinan dengan ekstraksi
vakum pada bayi cukup berat, sering terlihat adanya caput vakum sebagai edema
(Prawirohardjo, 2014).
dengan posisi bagian yang bersangkutan. Pada bagian tersebut terjadi edema
tidak memerlukan pengobatan khusus dan biasanya menghilang setelah 2-5 hari
(Prawirohardjo, 2014).
jumlah kasus Bayi Baru Lahir dengan Caput succedaneum tahun 2017 yaitu
terdapat 3 kasus bayi dengan Caput succedaneum, tahun 2018 terdapat 5 kasus
Berdasarkan uraian diatas melihat cukup banyaknya kasus tersebut dan potensi
terjadi infeksi dan tidak boleh menyepelekan hal tersebut maka penulis tertarik
untuk mengambil studi kasus dalam karya tulis ilmiah dengan judul “Manajemen
asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan Caput succedaneum dan
kebidanan pada bayi baru lahir khususnya pada kasus bayi Ny “N”
succedaneum.
Caput succedaneum.
Caput succedaneum.
succedaneum.
ilmu Manajemen asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan Caput
TINJAUAN TEORI
2.1.1 Pengertian
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi
belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan
4.000 gram, nilai apgar >7 dan tanpa cacat bawaan (Rukiyah dan Yulianti,
2013:2).
minggu. Neonatus adalah fase awal ketika seorang manusia lahir ke bumi.
2015:131).
Menurut Dewi (2014:2), ciri-ciri bayi baru lahir normal adalah sebagai
berikut:
5
6
10. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah
sempurna.
13. Refleks rooting (mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada
dengan baik.
15. Refleks Suckling (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik.
17. Refleks graff sudah baik, apabila diletakkan sesuatu benda di atas
19. Eliminasi yang baik ditandai dengan keluarnya urine dan meconium
kelahiran. Pada tahap ini digunakan sistem Scoring Apgar untuk fisik
perubahan perilaku.
hal yang di lakukan segera setelah bayi lahir ialah meletakkan bayi diatas
kain bersih dan kering yang telah disiapkan diatas perut ibu (bila tidak
memungkinkan, letakkan didekat ibu misalnya diantara kedua kaki ibu atau
disebelah ibu) pastikan area tersebut bersih dan kering lalu keringkan bayi
terutama muka dan permukaan tubuh dengan kain kering, hangat dan
Jika bayi tidak bernafas atau megap-megap atau lemah maka segera
kali/menit kali/menit
Ekstremitas Gerakan
Tonus Otot Tidak ada
sedikit fleksi aktif
8
menangis
teratur
Interpretasi:
Saat lahir, Bayi baru lahir harus beradaptasi dari keadaan yang sangat
kadar gula yang cukup, mengatur suhu tubuh dan melawan setiap penyakit.
kelahiran untuk beberapa sistem tubuh. Transisi yang paling nyata cepat
Yulianti, 2013:38-41).
kali.
a. Pengaturan Suhu
tidak diproduksi ulang oleh bayi dan akan habis dakam waktu singkat
berikut ini:
1) Evaporasi
diselimuti.
2) Konduksi
10
3) Konveksi
udara).
4) Radiasi
c. Metabolisme Glukosa
tertentu. Pada BBL, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1-
yang cukup akan membuat glukosa dari glikogen dalam hal ini
alami juga disediakan pada tingkat sel oleh sel darah yang
2013).
datangnya jari.
3) Reflek Mengenggam
4) Reflek Memeluk
5) Starle Reflek
tangis.
6) Sepping Reflek
seolah-olah berjalan.
7) Reflek Menghisap
ASI.
8) Reflek Menelan
a. Klem tali pusat dengan dua buah klem, pada titik kira-kira 2 dan 3
klem tersebut).
b. Potonglah tali pusat diantara kedua klem sambil melindungi bayi dari
tangan apabila sudah kotor. Potong tali pusat dengan pisau atau
lakukan pengikatan ulang yang lebih ketat atau ganti penjepit tali
a. Pastikan bayi tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi dengan
kulit ibu.
menit. Apabila telapak bayi terasa dingin periksalah suhu aksila bayi,
dan apabila suhu bayi kurang dari 36,50C segera hangatkan bayi
tersebut.
a. Berikan bayi pada ibunya secepat mungkin. Kontak dini antara ibu
yang benar pada bayi baru lahir, dan sebagai ikatan batin dan
pemberian ASI.
menyusui.
4. Pernapasan
b. Jika bayi tidk segera bernapas maka keringkan bayi dengan selimut
14
lembut.
resusitasi.
5. Perawatan mata
Obat mata perlu diberikan pada jam pertama setelah persalinan. Yang
lazim dipakai adalah larutan Perak Nitrat atau Neosporin dan langsung
6. Memberikan Vitamin K
tersebut, semua bayi lahir normal atau cukup bulan perlu diberi Vitamin
7. Identifikasi Bayi
kepada bayi baru lahir dan harus tetap ditempatnya sampai waktu bayi
dipulangkan.
a. Pada alat atau gelang identitas tercantum: Nama (Bayi Ny. X, tanggal
lahir, jenis kelamin, berat badan bayi dan nama lengkap ibu.
1. Afiksia Neonatorum
setelah lahir, sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak
dapat mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya (Dewi, 2014: 102).
adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur,
2. Ikterus
2013: 28).
2013 BBLR adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir
kurang dari 2.500 gram sampai 2.499 gram). Sedangkan sejak tahun
1961 WHO telah mengganti istilah prematur dengan bayi berat lahir
rendah (BBLR). Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi yang berat
Trauma pada bayi baru lahir adalah cedera yang didapatkan saat
16
intracranial)
(Dewi, 2013:9).
kasus neonatus yang mengalami cedera otak traumatis harus diberikan oleh
pengetahuan dalam area khusus tertentu. Penting untuk hasil yang sukses
dari intervensi tenaga kesehatan adalah pelatihan dan bimbingan sering sesi
untuk memenuhi kebutuhan yang tepat dari kasus ini. Peran tenaga
kesehatan harus mengikuti rencana pribadi jelas sebagai bagian dari total
lahir pada persalinan letak kepala, berbentuk benjolan yang segera tampak
khusus dan biasanya menghilang setelah 2-5 hari. Tegas pada tulang yang
ditemukan pada tulang temporal dan parietal. Kelainan dapat terjadi pada
17
persalinan biasa, tetapi lebih sering pada persalinan lama atau persalinan
yang diakhiri dengan alat, seperti ekstraksi cunam atau vakum (Rukiyah
presenting part yang dapat melewati garis sutura, biasanya keadaan ini
akan menghilang dalam waktu sekitar tiga hari (Lockhart Rn & Saputra,
2014: 39).
terjadi karena tekanan dari jalan lahir kepada kepala anak (Tando,
2013:193).
diberikan pada kepala bayi selama persalinan oleh dinding vagina dan
lapisan periosteum dengan edema resultan dan / atau memar. Lokasi ini
biasa terjadi pada partus lama atau persalinan dengan vacuum ekstraksi
(Nicholson, 2007).
1. Faktor predisposisi
18
dari tekanan uterus atau dinding vagina (Rukiyah dan Yulianti, 2013:
165).
2. Gejala
a. Edema dikepala.
2.2.3 Etiologi
1. Persalinan lama
pada jalan lahir yang terlalu lama, menyebabkan pembuluh darah vena
yang terendah.
alat yang dipakai untuk memegang kepala janin yang masih berada
dalam jalan lahir. Forsep yang memegang kepala janin dari samping
2013 secara keseluruhan terdapat 642 (52%) bayi yang baru lahir adalah
laki-laki dan 592 (48%) adalah perempuan. Biasanya, 831 bayi baru
lahir (67,3%) memiliki paling sedikit satu lesi kulit seperti caput
succedaneum itu secara signifikan lebih tinggi pada bayi yang baru lahir
2.2.4 Patofisiologis
caput ini berisi cairan serum. Benjolan dapat terjadi sebagai akibat
kepalanya agar dapat melalui jalan lahir. Umumnya moulage ini ditemukan
pada sutura sagitalis dan terlihat segera setelah bayi lahir. Moulage ini
umumnya jelas terlihat pada bayi prematur dan akan hilang sendiri dalam
2.2.5 Komplikasi
1. Infeksi
Infeksi pada Caput succedaneum bisa terjadi karena kulit kepala terluka.
2. Ikterus
dan bayi.
3. Anemia
Anemia bisa terjadi pada bayi yang terkena Caput succedaneum karena
banyak.
ditemukan pada tulang temporal dan parietal. Kelainan dapat terjadi pada
persalinan biasa, tetapi lebih sering pada persalinan lama atau persalinan
yang diakhiri dengan alat, seperti ekstraksi cunam atau vakum (Rukiyah
berikut:
meningkat keluar.
pada benjolan.
tanpa pengobatan;
Menurut jurnal “The Relationship Of Family Roles And Attitudes In Chile Care
jelas.Kelainan ini biasanya pada presentasi kepala, sesuai dengan posisi bagian
menyebar melewati garis tengah dan sutura serta berhubungan dengan moulding
akan menghilang beberapa hari setelah kelahiran. Terapi hanya berupa observasi.
bayi baru lahir secara lengkap. Pengkajian bayi baru lahir terbagi
Caput succedaneum dapat terjadi pada janin besar, kesan panggul ibu
yang sempit dan presentase atau posisi janin yang abnormal. Caput
dengan adanya tanda gejala: Edema di kepala, terasa lembut dan lunak
benar terjadi maka dilakukan asuhan yang aman. Masalah yang bisa
antara ibu dan bayi, caput hemoragik juga bisa terjadi karena kulit
kepala yang terluka pada daerah kepala yang disebabkan akibat tekanan
dari jalan lahir dan anemia disebabkan karena pada benjolan terjadi
kolaborasi dan rujukan sesuai dengan kondisi klien. Pada kasus Caput
pengetahuan dan teori yang up to date serta evidance terkini serta sesuai
meningkat keluar.
6. Pelaksanaan (Implementasi)
7. Evaluasi
1. Subjektif (S)
2. Objektif (O)
3. Assesment (A)
4. Planning (P)
kebutuhan klien.
26
kunjungan rumah dan masalah pada bayi baru lahir atau Caput
succedaneum tertangani.
BAB III
STUDI KASUS
DI PUSKESMAS BIAU
No.Register :-
1. Identitas Bayi
Umur : 0 hari
Anak ke : Ketiga
a. Keadaan bayi setelah lahir baik, lahir secara spontan, menangis dengan
27
28
1) Prenatal
2) Natal
yaitu 49 cm (48-52 cm), keadaan umum bayi baik, bayi lahir tanggal
a. Nutrisi cairan
b. Personal Hygiene
Bayi sudah dimandikan dan pakaian bayi diganti tiap kali basah/habis
BAB/BAK.
c. Eleminasi
d. Istirahat
e. Imunisasi
1. Pertumbuhan
(48-52 cm).
2. Tanda-tanda vital
a. Kepala
Simestris kiri dan kanan, terdapat benjolan, teraba lunak, batas tidak
b. Mata
Simetris kiri dan kanan, pupil mata bereaksi dengan baik, sklera putih
c. Mulut
Refleks menghisap lemah, tidak ada lendir, tidak ada kelainan pada
pallatum,bibir pucat.
d. Leher
Simetris kiri dan kanan, gerakan dada sesuai dengan nafas bayi, tidak
ada tonjolan dada pada bayi, tonus otot bayi baik, tali pusat masih
basah.
Pergerakan kurang aktif, jari tangan kiri dan kanan lengkap, kuku
i. Pemeriksaan pengukuran
Diagnosa Bayi Cukup Bulan (BCB)/ Sesuai Masa Kehamilan (SMK)/ lahir
Data Objektif
Masalah aktual
Data Subjektif:
Data Objektif:
ventilasi dan sinar matahari yang cukup, serta pemberian ASI yang adekuat.
2. ASI adalah makanan terbaik untuk bayi dimana ASI sesuai dengan struktur
saluran cerna yang mengandung zat-zat gizi lengkap yang dibutuhkan oleh
Data Subjektif:
1. Ibu mengatakan bayinya lahir tanggal 04 September 2021, pukul 22:15 wita.
2. Ibu mengatakan bayi segera menagis dengan berat badan 3200 gram.
Data Objektif:
succedaneum bisa terjadi karena kulit kepala yang terluka, ikterus pada bayi
anemia bisa terjadi pada bayi yang terkena caput succedaneum karena pada
Data Objektif:
2. BB : 3200 gram, PB : 49 cm
32
Pemindahan substansi kekebalan dari ibu dan janin pada minggu terakhir
masa kehamilan baik premature dan matur mudah menderita infeksi karena
imunitas humoral dan seluler masih kurang sehingga bayi mudah menderita
infeksi.
1. Tujuan :
2. Kreteria:
pengeluaran pus.
3. Rencana Asuhan
terkontaminasi.
33
tindakan selanjutnya.
Rasional: Berat badan bayi sangat penting untuk menetapkan kalori dan
Rasional: Adanya luka yang terbuka dan lembab dapat terjadi tempat
Rasional: Bayi sangat rentan terhadap infeksi, terutama pada tali pusat
mengakibatkan evaporasi.
ASI.
Rasional: Agar ibu tahu cara menyusui yang benar dan bayi merasa puas.
n. Anjurkan kepada ibu untuk menjaga personal hygine pada diri dan bayinya
o. Beritahu ibu tentang tanda-tanda bahaya bagi bayi baru lahir yang harus
diwaspadai.
p. Ajarkan ibu cara merawat tali pusat yaitu dengan sebelum dan sesudah
mengalir, tidak memberi apapun pada tali pusat, merawat tali pusat dengan
terbuka dan kering, bila tali pusat kotor/basah cuci dengan air bersih dan
Rasional: Hal tersebut merupakan cara agar bayi terhindar dari infeksi tali
nutrisi bayi.
Rasional: Agar kontraksi uterus ibu berlangsung dengan baik, dan tidak
35
terjadi perdarahan.
s. Lakukan pendokumentasian
Hasil: Tali pusat belum puput, masih basah dan tampak bersih.
Hasil: Bayi BAK dua kali dan BAB belum pernah sejak lahir sampai
pengkajian.
11. Menganjurkan kepada ibu untuk selalu memberikan ASI ekslusif pada
bayinya selama 6 bulan penuh tanpa makanan tambahan kecuali vitamin dan
Hasil: Ibu mau menyusui bayinya dengan ASI ekslusif dan mengkonsumsi
sayuran hijau.
13. Mengajarkan kepada ibu cara menyusui yang baik dan benar.
Hasil: Ibu paham dan mengerti cara menyusui yang baik dan benar.
14. Menganjurkan kepada ibu untuk menjaga personal hygine pada diri dan
bayinya.
15. Memberitahu ibu tentang tanda-tanda bahaya bagi bayi baru lahir yang harus
diwaspadai.
16. Mengajarkan ibu cara merawat tali pusat yaitu dengan sebelum dan sesudah
memegang bayi, selalu mencuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir,
tidak memberi apapun pada tali pusat, merawat tali pusat dengan terbuka dan
kering, bila tali pusat kotor/basah cuci dengan air bersih dan sabun mandi dan
Hasil: Ibu mengerti anjuran yang diberikan, kontraksi uterus ibu baik teraba
3. Bayi tidak mengalami hipotermi ditandai dengan badan bayi yang hangat.
4. Tidak terjadi infeksi tali pusat ditandai dengan tidak adanya merah, bengkak,
Pernapasan : 52x/menit
38
No.Register :-
1. Identitas Bayi
Umur : 0 hari
Anak ke : Ketiga
Subjektif (S)
1. Ibu mengatakan bayinya lahir tanggal 04 September 2021, pukul 22:15 wita
4. Ibu mengatakan proses persalinannya berlangsung lama karena ibu tidak kuat
mengejan
Objektif (O)
Assesment (A)
Bayi Cukup Bulan (BCB) / Sesuai Masa Kehamilan (SMK) / lahir normal dengan
Caput Succedaneum.
Planning (P)
Pernapasan : 52x/menit
Suhu : 36, 8° C
Hasil: Tali pusat belum puput, masih basah dan nampak bersih.
Hasil: Bayi BAK satu kali dan BAB belum pernah sejak lahir sampai pengkajian.
pada bayinya
bergizi
dan benar
DI PUSKESMAS BIAU
Subjektif (S)
Objektif (O)
Pernapasan : 48x/menit
3. BB : 3200 gram
Assesment (A)
Planning (P)
42
Pernapasan : 48x/menit
kemerahan.
tidak meluas.
Hasil: Tali pusat belum puput, masih basah dan nampak bersih.
Hasil: Bayi sudah BAK tiga kali dan BAB satu kali sejak lahir sampai jam
pengkajian.
13. Menganjurkan kepada ibu untuk selalu memberikan ASI ekslusif pada bayinya.
14. Menganjurkan ibu untuk memerah ASI-nya dan memasukkan dalam dot.
16. Mengajarkan kepada ibu cara menyusui yang baik dan benar
Subjektif (S)
Objektif (O)
Pernapasan : 48x/menit
6. Bayi telah BAB 2 kali selama tiba di rumah dan berwarna agak hijau kehitaman,
konsistensi lembek.
Assesment (A)
Planning (P)
Pernapasan : 48x/menit
Hasil: Bayi BAK dan BAB sudah beberapa kali sejak lahir sampai pengkajian.
11.Menganjurkan kepada ibu untuk selalu memberikan ASI ekslusif pada bayinya
13. Mengajarkan kepada ibu cara menyusui yang baik dan benar
Subjektif (S)
Objektif (O)
3. TTV Bayi:
Pernapasan : 48x/menit
5. Benjolan pada kepala sudah menghilang dan kepala bayi telah normal
Assesment (A)
Planning (P)
Pernapasan : 48x/menit
Hasil: Benjolan yang ada di kepala telah hilang, kepala bayi dalam keadaan
normal.
7. Mengajarkan ibu cara merawat bayi sehari hari yaitu mengganti popok bila basah
bergizi
dan benar
Subjektif (S)
Objektif (O)
3. TTV Bayi:
Pernapasan : 48x/menit
Assesment (A)
Planning (P)
Pernapasan : 48x/menit
5. Mengajarkan ibu cara merawat bayi sehari hari yaitu mengganti popok bila basah
7. Menganjurkan kepada ibu untuk selalu memberikan ASI ekslusif pada bayinya
PEMBAHASAN
kebidanan.
bayi, serta pemeriksaan fisik baik inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi yang
dikembangkan dengan data lain yang ditemukan pada klien. Pengkajian ini
dilakukan selama 2 hari di Puskesmas Biau pada tanggal 04-05 September 2021
dan selama 3 kali kunjungan rumah yakni tanggal 06 September 2021, tanggal 8
2021 pukul 22:15 wita, usia kehamilannya yaitu 39 minggu, ibu sering datang
mendapatkan suntikan TT, ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit serius.
Bayi lahir normal, presentase belakang kepala dengan berat badan 3200 gram,
panjang badannya yaitu 49 cm, keadaan umum bayi baik, bayi lahir tanggal 04
September 2021, pukul 22:15 wita, kala II berlangsung lama, terdapat benjolan
51
52
pada daerah kepala, segera menangis dirawat dan dirawat gabung dengan suhu
36,8ºC, dan bayi memiliki APGAR Score 8/10 dan kepala bayi Ny “N” panjang.
Data yang diambil dari studi kasus By “N” dengan Caput Succedaneum
meliputi:
Keluhan utama pada bayi baru lahir dengan Caput Succedaneum ibu
mengatakan ada benjolan pada kepala bayinya setelah lahir. Bayi dengan caput
II lama dan persalinan dengan vakum ekstraksi sebagaimana pada kasus Caput
Succedaneum.
succedaneum adalah adanya edema di kepala, hal ini disebabkan karena adanya
pengumpalan cairan di bawah kulit kepala bayi sehingga kepala bayi terlihat
bengkak atau edema. Pada perabaan terasa lembut dan lunak, benjolan ini
terlokalisir dapat tunggal atau lebih dari satu, tempat lunak ini dapat berdenyut
seirama dengan jantung, ketika seorang bayi aktif atau mendapat demam daerah
ini akan berdenyut lebih cepat. Edema melampaui sela-sela tulang tengkorak,
semua bayi memiliki daerah lunak di kepala mereka yang mungkin tidak akan
melewati garis tengah kepala dan menyeberangi ubun- ubun, kepala yang tidak
darahnya banyak bayi biasanya kekurangan darah dan kulitnya menjadi kuning.
Biasanya benjolan menghilang dalam waktu 2-3 hari tanpa pengobatan (Astari
jumlah waktu persalinan lebih dari pada primipara dan 14 jam pada multipara.
Pada kala II jangka waktu sampai terjadinya kelahiran tidak boleh melampaui 2
jam pada primigravida dan 1 jam pada multipara. Partus lama akan berdampak
buruk baik pada ibu maupun pada janin (Nelly Indrasari, 2014: 75).
53
kenaikan pada insiden ataonia uteri, laserasi, perdarahan, infeksi intra partum,
rupture uteri, kelelahan pada ibu dan syok, sedangkan pada janin dapat
Caput succedaneum dapat terjadi karena adanya tekanan yang kuat pada
kepala pada saat memasuki jalan lahir sehingga terjadi bendungan sirkulasi
perifer dan limve yang di sertai dengan pengeluaran cairan tubuh ke jaringan
ekstravaskuler. Keadaan ini biasa terjadi pada partus lama atau persalinan
tindihnya tulang kepala di daerah sutura pada suatu proses kelahiran sebagai
salah satu upaya bayi untuk mengecilkan lingkaran kepalanya agar dapat melalui
jalan lahir. Umumnya moulage ini ditemukan pada sutura sagitalis dan terlihat
segera setelah bayi lahir. Moulage ini umumnya jelas terlihat pada bayi
premature dan akan hilang sendiri dalam 1-2 hari (Astari Suci, 2016: 11).
benjolan pada kepala bayi pada hari pertama terdapat edema pada kepala dan
pada saat perabaan benjolan tersebut terasa lembut dan lunak, edema melampaui
tulang
tengkorak, batas yang tidak jelas serta permukaan kulit pada benjolan
berwarna kemerahan. Pada hari kedua observasi dilakukan, benjolan pada bayi
telah mangalami perubahan dimana benjolan mulai berkurang dari hari pertama
observasi dan ibu telah berencana untuk pulang jika telah mendapat izin dokter
menghilang dan bayi dalam keadaan sehat, tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak
rewel dan aktif bergerak, menyusu dengan kuat dan on demand serta diperoleh
September 2021 dari data yang didapatkan dari orang tua bayi yakni bayi kuat
menyusui, pada kunjungan ketiga tanggal 11 September 2021 yakni bayi dalam
persamaan gejala dan tanda seperti edema di kepala, terasa lembut dan lunak
pada perabaan, benjolan berisi serum dan kadang bercampur dengan darah,
edema melampaui tulang tenggorak, batas yang tidak jelas, permukaan kulit
tanpa pengobatan.
Dalam langkah ini data yang diinterpretasikan menjadi diagnosa kebidanan dan
pendekatan asuhan kebidanan dan ditunjang oleh beberapa data baik subjektif
maupun objektif yang diperoleh dari hasil pengkajian yang dilakukan, adapun
diagnosa masalah aktual yang diidentifikasi pada bayi Ny “N” adalah bayi cukup
pemeriksaan yang di lakukan pada kasus bayi “N”, ibu pasien mengatakan
Berdasarkan hasil perhitungan berarti bayi lahir pada 39 minggu sehingga bayi
termasuk kategori Bayi Cukup Bulan (BCB), ibu pasien mengatakan berat badan
lahir bayinya 3200 gram, berdasarkan kurva pertumbuhan berat badan lahir bayi
edema subkutis akibat penekanan jalan lahir pada persalinan letak kepala,
berbentuk benjolan yang segera tampak setelah bayi lahir. Caput Succedaneum
tidak memerlukan pengobatan khusus dan biasanya menghilang setelah 2-5 hari.
sekitarnya, sering ditemukan pada tulang temporal dan parietal. Kelainan dapat
terjadi pada persalinan biasa, tetapi lebih sering pada persalinan lama atau
persalinan yang diakhiri dengan alat, seperti ekstraksi cunam atau vakum
yang telah diperoleh dengan mengacu pada teori yang ada, sehingga pada tahap
ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus.
yang mungkin terjadi (Nurhayati dkk, 2013). Pada langkah ini kita
terjadi karena kulit kepala yang terluka, sehingga terjadi perdarahan pada daerah
kepala yang disebabkan akibat tekanan dari jalan lahir. Kemudian ikterus, pada
B, O antara ibu dan bayi sehingga menyebabkan bayi mengalami ikterus. Selain
itu berpotensi terjadinya anemia yang bisa terjadi pada bayi yang terkena caput
perdarahan yang banyak. Infeksi bisa terjadi akibat dari perlukaan pada daerah
56
caput succedaneum.
dapat terjadi pada daerah caput succedaneum apabila tidak ditangani dengan
baik yang disebabkan akibat perlukaan dari caput succedaneum, infeksi tersebut
dapat terjadi apabila tidak dijaga kebersihan pada daerah perlukaan dari caput
succedaneum.
dirumah yaitu: potensi terjadinya hipotermi, dimana pada saat dirumah kita
sedikit lemak tubuh dan pengaturan suhu tubuh pada bayi belum matang serta
kehilangan panas disebabkan oleh permukaan tubuh bayi yang kurang relatif
sedikitnya simpanan energy pada bayi sehingga bayi harus diberikan ASI secara
infeksi, bayi rentan terkena infeksi baik di Puskesmas maupun dirumah , oleh
oleh beberapa faktor, seperti riwayat kehamilan ibu dengan komplikasi, riwayat
kelahiran (persalinan lama dan persalinan dengan tindakan) serta riwayat bayi
baru lahir (trauma lahir dan prematur). Penyakit infeksi terutama pada bayi
dengan BBLR dapat menyebar dengan cepat dan menimbulkan angka kematian
yang tinggi.
dilakukan jika klien mengalami penyakit atau keluhan yang mengancam maka
kolaborasi dengan kesehatan yang lebih profesional sesuai dengan keaadan klien
kasus ini tindakan segera di ruang rawat gabung dengan perawatan berupa
observasi dan keadaan bayi baik. Pada tahap ini penulis tidak menemukan
bayi tidak rewel, bayi menyusui secara on demand dan tidak terdapat kondisi
untuk menyusui secara on demand. Namun jika keadaan bayi terjadi seperti
kondisi klien, rencana tindakan harus disetujui klien dan semua tindakan yang
akan dicapai dalam menerapkan asuhan kebidanan pada bayi “N” dengan Caput
dan rasional sesuai dengan masalah aktual dan potensial pada bayi dengan caput
58
kriteria yang ingin dicapai dalam penerapan asuhan kebidanan pada bayi Ny”N”
pengobatan khusus dan biasanya menghilang setelah 2-5 hari dengan observasi.
pengawasan keadaan umum bayi, berikan lingkungan yang baik, mencuci tangan
mengganti pakaian bayi tiap kali basah, adanya ventilasi dan sinar matahari yang
cukup, pemberian ASI yang adekuat, bidan harus mengajarkan pada ibu teknik
adanya infeksi pada benjolan, serta berikan konseling pada orang tua tentang:
bayi sehari-hari serta manfaat dan tehnik pemberian ASI (Dewi, 2013: 125).
kepada bayi untuk memantau keadaannya setelah pulang kerumah apakah tidak
ada tanda- tanda infeksi, berat badannya terjadi peningkatan atau tidak, rencana
asuhan yang diberikan yaitu anjurkan ibu untuk selalu memberikan ASI
bayi, anjurkan ibu untuk selalu menjaga personal hygine diri dan bayinya,
anjurkan kepada ibu untuk selalu mencuci tangan apabila menyentuh bayinya,
anjurkan ibu untuk mengganti pakaian dan popok jika telah BAB/BAK,
imunisasi lengkap.
pustaka) dengan rencana tindakan yang dilakukan pada kasus bayi Ny ”N”.
melaksanakan rencanakan tindakan harus efisien dan menjamin rasa aman pada
dilaksanakan ibu serta kerjasama dengan tim kesehatan lainnya sesuai dengan
tindakan yang telah direncanakan (Mangkuji dkk, 2012). Pada saat dilakukan
tindakan pada bayi, yang pertama dilakukan yaitu mencuci tangan sebelum dan
pemenuhan nutrisi bayi, menganjurkan menjaga personal hygine pada diri dan
bayinya, pencegahan infeksi pada bayi dan pemantauan tanda bahaya pada bayi,
tidak sering mengangkat bayi, tidak memberikan apapun pada tali pusat serta
pemantauan tanda- tanda vital, berat badan bayi bertambah, ibu tetap diberikan
dengan cara membedong bayi agar suhu bayi tetap hangat, memberikan
penjelasan pada ibu tentang pentingnya pemberian ASI secara ondemand dan
cara menyusui yang benar, menganjurkan ibu untuk selalu menjaga kebersihan
diri dan bayinya, memberitahu ibu dan keluarga agar selalu mencuci tangan
bimbingan pada ibu, ibu mengerti apa yang dijelaskan dan melakukan apa yang
telah dianjurkan.
ibu agar selalu memberikan ASI ekslusif kepada bayinya, menganjurkan ibu
untuk selalu mempertahankan suhu tubuh bayinya, memberitahu pada ibu agar
60
menganjurkan kepada ibu untuk selalu menjaga nutrisi bayinya dengan cara
agar produksi ASI ibu tambah banyak, menganjurkan ibu untuk membawa
bayinya imunisasi lengkap, ibu mengerti dengan yang dijelaskan dan akan
telah disusun sesuai kebutuhan klien, sehingga tidak ada kesenjangan antara
succedaneum yaitu benjolan pada kepala bayi sudah hilang, keadaan bayi sudah
BAB V
PENUTUP
Ny ”N” dengan caput succedaneum di Puskesmas Biau melalui bab ini, penulis
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Dari data subjektif dan objektif yang didapatkan bayi Ny ”N” dengan
Caput Succedaneum.
5.1.2 Pengkajian dan analisa data yang diberikan dengan asuhan kebidanan
5.1.3 Masalah potensial yang terjadi pada caput succedaneum Potensi terjadi
syok akibat dari caput succedaneum, caput hemoragik, anemia, infeksi dan
ikterus.
5.1.4 Tindakan segera/kolaborasi pada bayi Ny ”N” Tidak ada data yang
5.1.5 Rencana asuhan kebidanan yang dilakukan pada bayi Ny ”N”, Caput
5.1.6 Penatalaksanaan tindakan yang dilakukan pada bayi Ny ”N” dengan caput
5.1.7 Evaluasi hasil asuhan kebidanan yang dilakukan pada bayi Ny “N” dengan
bayi baik.
61
62
kali tanggal 04-05 September 2021, dan sebanyak 3 kali kunjungan rumah
2021.
5.2 Saran
kepada orang tua bayi kondisi yang dialami oleh bayinya serta diharapkan
kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. (2012) Survei Demografi dan Kesehatan. DepKes RI:
BKKBN.
Dewi (2010). Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Trans Info Media.
Dewi, Vivian Nanny Lia. (2013) Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta:
Sulawesi Tengah.
2021.
Ekiz Ozlem dkk: (2013) Skin Findings in Newborns and Their Relationship with
Herman. Tje Relationship Of Family Roles And Attitudes In Child Care With Cases
Of Caput Succedaneum In RSUD Labuang Baji, Makassar City In. J Inov
Penelit. 2020;1 (2).
Indrasari, Nelly. (2014) .Perbedaan lama persalinan kala II pada posisi miring dan
Mangkuji, Betty. dkk. (2012) Asuhan Kebidanan 7 Langkah Soap. Jakarta: EGC.
Nicholson, Lisa. “Caput Succedaneum and Cephal Hematoma The CS That Leave
Bumps On The Head”. Neonatal Network, September 2007, vol. 26 No. 5.pdf
Rukiyah dan Yulianti. (2013) Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Trans
Sarwono Prawirohardjo.
Sudarti dan Fauziah. (2012) Buku Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Anak Balita.
Shihab M. Quraish. (2009) Tafsir Al-Mishbah pesan, kesan, dan keserasian Al-
Shihab M. Quraish. (2009) Tafsir Al-Mishbah pesan, kesan, dan keserasian Al-
Tando Naomy Marie. (2013) Asuhan kebidanan persalinan dan Bayi Baru Lahir.