Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS PADA NY.”D” P2A0 POSTPARTUM


DI PMB HJ. DEYERI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Asuhan Kebidanan Fisiologis Holistik


Nifas dan Menyusui

Oleh :
YULI BAHRIAH

NIM.PO.71.244.22.013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES
KEMENKES PALEMBANG
TAHUN 202
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Komprehensif

“ASUHAN KEBIDANAN FISIOLOGIS HOLISTIK NIFAS DAN


MENYUSUI”

Oleh :

YULI BAHRIAH
NIM.PO.71.244.22.013

Menyetujui,

Pembimbing Institusi
Pembimbing Klinik

Bdn. Rosyati Pastuty,S.SiT,M.Kes


Hj.Deyeri, S.Tr.Keb
NIP.197210141992032002
NIP.197002051991032003

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Elita Vasra, SST, M.Keb


NIP.197305191993012001

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan
Komprehensif terkait “Asuhan Kebidanan pada Nifas dan Menyusui”. Penulisan
Laporan komprehensif ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas praktik
Asuhan Kebidanan Fisiologis Holistik Nifas dan Menyusui Program Pendidikan
Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Palembang. Laporan ini terwujud atas
bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu. Pada kesempatan ini kami juga mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Muhammad Taswin, S.Si, Apt, MM, M.Kes selaku Direktur
PoltekkesKemenkes Palembang
2. Ibu Nesi Novita, S.SiT, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan
PoltekkesKemenkes Palembang
3. Ibu Elita Vasra, SST, M.Keb selaku Ketua Program Studi Pendidikan Profesi
Bidan Poltekkes Kemenkes Palembang
4. Ibu Bdn. Rosyati Pastuty, S.SiT, M.Kes selaku Pembimbing Institusi
5. Ibu Hj.Deyeri, S.Tr.Keb selaku Pembimbing Klinik
6. Semua pihak yang telah membantu pada penyusunan laporan ini yang tidak bisa
saya sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan komprehensif ini
masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis membuka diri untuk
menerima kritik dan saran sebagai masukan, guna kesempurnaan penulisan
laporan komprehensif ini dan penulis mohon maaf kepada semua pihak atas
kesalahan dan kepada Allah SWT mohon ampun. Penulis berharap semoga
laporan komprehensif ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Palembang, Desember 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HAL PENGESAHAN .................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................................. 3
C. Ruang Lingkup ..................................................................................... 4
D. Manfaat ................................................................................................. 4
BAB II KAJIAN KASUS DAN TEORI ...................................................... 5
A. Kajian Masalah Kasus ..........................................................................5
B. Konsep Dasar Masa Nifas..................................................................... 5
1. Post Partum ........................................................................................ 5
2. Tahapan Masa Nifas ...........................................................................5
3. Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas ...............................................6
4. Perubahan Psikologis Pada Masa Nifas ............................................ 11
5. Kebutuhan Dasar Pada Masa Nifas ................................................... 12
C. Kajian Teori.......................................................................................... 23
1. Pengertian Air Susu Ibu (ASI) .......................................................... 23
2. Manfaat Pemberian ASI .................................................................. 24
3. Upaya Memperbanyak ASI .............................................................. 26
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI ............................. 28
5. Pijat Oksitosin .................................................................................. 30
6. Cara Pijat Oksitosin .......................................................................... 31
BAB III TINJAUAN KASUS ..................................................................... 33
A. Asuhan Kebidanan ............................................................................. 33
B. Interpretasi Data ................................................................................. 38
C. Diagnosa Potensial .............................................................................. 39
D. Tindakan Segera ................................................................................. 39
E. Rencana Tindakan .............................................................................. 39
F. Penatalaksanaan ................................................................................. 40
G. Evaluasi ............................................................................................... 43
H. Catatan Perkembangan Post Partum ................................................ 43
I. Pembahasan Kasus dan Teori ............................................................ 48
BAB IV PENUTUP .................................................................................... 50
A. Kesimpulan ......................................................................................... 59
B. Saran ............................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 52

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi yang baru lahir dan
merupakan satu satunya makanan sehat yang diperlukan bayi pada bulan-bulan
pertama kehidupannya. Namun demikian tidak semua ibu dapat memberikan
ASI Eksklusif pada bayinya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 33 tahun
2012 Adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam
bulan, tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan makanan atau
minuman lain (kecuali obat, vitamin, dan mineral) Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia (Kemenkes RI, 2018).
WHO (world health organization) merekomendasikan pemberian ASI
ekslusif selama 6 bulan, tetapi hanya 35,5% bayi di dunia berusia kurang dari 6
bulan yang mendapatkan ASI ekslusif. Pada siding kesehatan Dunia ke-65,
Negara-negara anggota menetapkan target di tahun 2025 minimal 50% dari
jumlah bayi dibawah usia 6 bulan diberi ASI ekslusif (Yantina, 2015).
Rendahnya cakupan pemberian ASI ini berdampak pada kualitas hidup
generasi bangsa. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018 menunjukkan
cakupan bayi mendapatkan ASI ekslusif sebesar 65,16% lebih tinggi
dibandingkan cakupan ASI ekslusif tahun 2017 sebesar 61,33% (Kemenkes RI,
2018).
Sehubungan dengan Sustainable Development Goals (SDG’s) atau tujuan
pembangunan berkelanjutan 2030, menyusui merupakan salah satu langkah
bagi seorang manusia untuk mendapatkan kehidupan yang sehat dan sejahtera
(SDG’s Ditjen BGKIA, 2017). Begitu pentingnya memberikan ASI kepada
bayi tercermin pada rekomendasi World Health Organization (WHO) yang
menghimbau agar setiap ibu memberikan ASI Eksklusif sampai bayinya
berusia enam bulan. Menurut pernyataan United Nations Children’s Fund
(UNICEF), menyusui sejak hari pertama kehidupan dapat mengurangi resiko
kematian bayi lahir hingga 4% (Zalmuawinah, 2019).
Bayi yang telah mendapatkan ASI Eksklusif di Indonesia yaitu bayi
sampai usia 6 bulan adalah sebesar 29,5% hal ini belum sesuai dengan target

1
Rencana Strategi Kementrian Kesehatan tahun 2015-2019 yaitu persentasenya
sebesar 50%. Secara nasional, cakupan bayi mendapat ASI eksklusif sebesar
61,33%. Angka tersebut sudah melampaui target Renstra tahun 2017 yaitu
44%. Namun berdasarkan Profil kesehatan 2017 Provinsi dengan cakupan ASI
Eksklusif paling rendah berada di Sumatra Utara sebesar 12,4%, Gorontalo
sebesar 14,5% dan paling tinggi di Yogyakarta sebesar 55,4% (Profil
Kesehatan Indonesia, 2017).
Pemberian ASI memberikan manfaat bagi bayi maupun ibu. Bayi yang
diberikan ASI Eksklusif akan terhidar dari resiko kematian akibat diare sebesar
3,9 kali dan Infeksi Saluran Nafas Atas (ISPA) sebesar 2,4 kali. Bayi yang di
beri ASI memiliki peluang 25 kali rendah untuk meninggal dunia pada bulan
pertama kelahirannya dibandingkan bayi yang diberi selain ASI. Penelitian ini
juga menunjukkan bahwa bayi juga akan terhindar dari risiko infeksi telinga,
alergi makanan, anemia, dan obesitas dimasa yang akan datang. Selain itu
manfaat bagi ibu yaitu mencegah perdarahan post partum, anemia, dan
karsinoma mammae (Munawarah, 2018).
ASI tidak cukup atau sedikitnya produksi, disebabkan pengaruh hormon
oksitosin yang kurang bekerja. Hormon oksitosin bekerja merangsang otot
polos untuk memeras ASI yang ada pada alveoli, lobus, serta duktus yang
berisi ASI yang di keluarkan melalui putting susu (Walyani Dan Purwoastuti,
2015). Pijat oksitosin adalah Salah satu upaya tindakan alternatif yang
dilakukan untuk meningkatkan produksi ASI (Bobak, dalam Lestari 2017).
Selain merangsang reflexs let down manfaat pijat oksitosin adalah
memberikan kenyamanan pada ibu, mengurangi bengkak, mengurangi
sumbatan ASI, merangsang pelepasan hormon oksitosin, mempertahankan
produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit (Delima, 2016). Pijat oksitosin
merupakan salah satu solusi untuk mengatasi ketidak lancaran produksi ASI.
Pemijatan pada sepanjang tulang (vertebrae) sampai tulang costae kelima-
keenam dan merupakan usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan
oksitosin setelah melahirkan (Rahayu, 2019).
Melalui pijatan atau rangsangan pada tulang belakang, neurotransmitter
akan merangsang medulla oblongata langsung mengirim pesan ke

2
hypothalamus di hypofise posterior untuk mengeluarkan oksitosin sehingga
menyebabkan payudara mengeluarkan air susunya. Pijatan di daerah tulang
belakang ini juga akan merileksasi ketegangan, menghilangkan stress, dan
hormon oksitosin yang keluar akan membantu pengeluaran air susu ibu di
bantu dengan isapan bayi pada puting susu ibu (Yanti, H., Yohanna, W., &
Nurida, E. 2018).
Penelitian Mardiyaningsih (2010) mengatakan bahwa kombinasi teknik
marmet dengan pijat oksitosin dapat meningkatkan produksi ASI pada ibu post
seksio sesarea, dan mengatakan dengan dilakukan pijat ini dapat membuat ibu
merasa relaks dan kelelahan setelah melahirkan akan hilang, sehingga membuat
hormon oksitosin keluar dan ASI pun cepat keluar. Berdasarkan latar belakang
tersebut maka penting untuk memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas dan
menyusui secara komprehensif.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tercapainya implementasi asuhan kebidanan pada ibu nifas dan menyusui
menggunakan pola manajemen kebidanan serta mendokumentasikan hasil
asuhannya.
2. Tujuan Khusus
a. Terlaksananya pengkajian mendalam pada ibu nifas dan menyusui.
b. Tersusunnya identifikasi masalah kebidanan berdasarkan
data subyektif dan data obyektif pada ibu nifas dan menyusui
c. Tersusunnya masalah potensial yang mungkin terjadi pada ibu nifas dan
menyusui.
d. Diketahuinya kebutuhan segera pada ibu nifas dan menyusui.
e. Tersusunnya rencana tindakan yang akan dilakukan pada ibu nifas dan
menyusui.
f. Terlaksananya tindakan untuk menangani kasus pada ibu nifas dan
menyusui.
g. Terlaksananya evaluasi untuk menangani kasus pada ibu nifas dan
menyusui.
h. Tersusunnya pendokumentasian kasus pada ibu nifas dan menyusui.

3
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup laporan komprehensif ini adalah pelaksanaan pelayananan
kebidanan yang berfokus pada masalah kesehatan pada ibu nifas dan menyusui.

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Pengembangan ilmu ke dalam praktik yang bisa meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman secara langsung, sehingga
menambah wawasan dalam menerapkan asuhan kebidanan pada ibu nifas
dan menyusui.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Mahasiswa
Dapat memahami teori, memperdalam ilmu, dan menerapkan asuhan
terkait ibu nifas dan menyusui.
b. Bagi Bidan di PMB
Memberikan informasi bagi Bidan di Puskesmas mengenai penanganan
pada ibu nifas dan menyusui.
c. Bagi Ibu Nifas
Menambah pengetahuan dan gambaran terkait asuhan pada ibu nifas dan
menyusui.

4
BAB II
KAJIAN KASUS DAN TEORI
A. Kajian Masalah Kasus
Kasus dalam asuhan kebidanan ini adalah seorang wanita yaitu Ny.
D usia 33 tahun. Pengkajian dilakukan di PMB Hj. Deyeri. Berdasarkan hasil
pengkajian pada Ny. D didapatkan BB: 51 kg, TB: 159 cm, tanda-tanda vital
dalam keadaan normal TD: 120/80, S: 36.5°C, N: 82x/menit, dan RR: 22x/menit.
Ny. D baru saja melahirkan spontan 6 jam yang lalu, tidak ada perdarahan dan
ada robekan jalan lahir, mengeluh ASI keluar sedikit. Berdasarkan data tersebut,
maka diagnosis nya adalah seorang Ny. D usia 33 tahun P2A0 yang
membutuhkan konseling dan edukasi serta tindak lanjut terkait dampak dan
masa nifas dan menyusui.

B. Konsep Dasar Masa Nifas


1. Post Partum
Masa nifas atau post partum adalah masa dimulai beberapa jam
sesudah lahirnya plasentas sampai 6 minggu setelah melahirkan. Masa nifas
dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6
minggu. Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah
kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran
reproduksi kembalu keadaan tidak hamil yang normal. Masa nifas adalah
masa setelah seseorang ibu melahirkan bayi yang dipergunakaan untuk
memulihkan kesehatannya kembali umumnya memerlukan waktu 6-12
minggu (Marmi, 2017).
2. Tahapan Masa Nifas
Menurut Sri Astuti (2015) periode masa nifas dibagi menjadi 3 tahap :
a. Puerperium Dini (Immediate Postpartum) : 0 – 24 jam postpartum.
Yaitu masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam.
Perdarahan merupakan masalah terbanyak pada masa
ini. Kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan, serta
menjalankan aktivitas layaknya wanita normal lainnya. Dalam agama

5
islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40
hari.Puerperium
b. Intermediate (Early Postpartum) : 1 – 7 haripostpartum
Yaitu masa dimana involusi uterus harus dipastikan dalam keadaan
normal, tidak ada perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak demam,
ibu cukup mendapat nutrisi dan cairan, ibu dapat menyusui dengan baik.
Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya sekitar 6- 8
minggu.
c. Puerperium Remote (Late Postpartum) : 1 - 6 minggu postpartum
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama
apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi. Masa
dimana perawatan dan pemeriksaan kondisi sehari-hari, serta konseling
KB. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu- minggu, bulanan,
tahunan.
3. Perubahan Fisologis pada Masa Nifas
Perubahan Fisiologis pada masa nifas (Mansyur & Dahlan, 2014):
a Sistem Kardiovaskular
Denyut jantung, volume dan curah jantung meningkat segera
setelah melahirkan karena terhentinya aliran darah ke plasenta yang
mengakibatkan beban jantung meningkat yang dapat diatasi dengan
haemokonsentrasi sampai volume darah kembali normal, dan pembuluh
darah kembali ke ukuran semula. Ada perubahan struktural dan
hemodinamik yang signifikan pada periode peripartum. Curah jantung
meningkat selama kehamilan. Namun, pada periode postpartum segera,
setelah pelahiran, terjadi peningkatan volume darah yang bersirkulasi
akibat kontraksi uterus dan peningkatan preload akibat hilangnya
obstruksi vena cava inferior, yang menyebabkan peningkatan volume
sekuncup dan denyut jantung. hingga peningkatan 60 hingga 80% pada
curah jantung, yang dengan cepat menurun ke nilai pra-persalinan dalam
1 hingga 2 jam setelah melahirkan dan ke nilai pra-kehamilan dalam dua
minggu pascapersalinan. Peningkatan kadar serum progesteron dan
relaksin, hormon peptida yang diproduksi oleh korpus luteum dan

6
plasenta, mendorong vasodilatasi sistemik yang mengarah pada
penurunan progresif resistensi vaskular sistemik (SVR). SVR menurun
35 sampai 40% selama kehamilan dan meningkat ke tingkat sebelum
hamil dalam 2 minggu pascapersalinan. Ada juga penurunan tekanan
darah sistemik sebesar 5 sampai 10 mm Hg selama kehamilan. Tekanan
darah diastolik menurun lebih dari tekanan darah sistolik. Tekanan darah
sistemik mulai meningkat selama trimester ketiga dan kembali ke nilai
sebelum hamil pada 16 minggu pascapersalinan (Nama et al., 2011).
Denyut jantung meningkat secara linier selama kehamilan sebesar 10
hingga 20 bpm di atas baseline dan kembali ke tingkat sebelum hamil 6
minggu pascapersalinan (Grindheim et al., 2012).
b. Sistem Reproduksi
1) Uterus
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga
akhirnya kembali seperti sebelum hamil.
a) Pada saat bayi lahir tinggi fundus uteri setinggi pusat dengan berat
uterus 1000 gr.
b) Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah
pusat dengan berat uterus 750gr.
c) Satu minggu postpartum tinggi fundus uteri teraba pertengahan
pusat simpisis dangan berat uterus 500gr .
d) Dua minggu postpartum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas
simpisis dengan berat urterus 350gr
e) Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil dengan
berat uterus 50gr.
2) Lochea
Lochea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina
dalam masa nifas. Lochia adalah keputihan yang berasal dari rahim,
leher rahim, dan vagina. Lokia awalnya berwarna merah dan terdiri
dari darah dan fragmen desidua, jaringan endometrium, dan mukus
dan berlangsung selama 1 sampai 4 hari. Lokia kemudian berubah
warna menjadi coklat kekuningan atau pucat, berlangsung 5 sampai 9

7
hari, dan terutama terdiri dari darah, lendir, dan leukosit. Akhirnya,
lokia berwarna putih dan sebagian besar berisi lendir, bertahan hingga
10 hingga 14 hari. Lokia dapat bertahan hingga 5 minggu
pascapersalinan. Persistensi lokia merah lebih dari satu minggu
mungkin merupakan indikator subinvolusi uterus. Adanya bau yang
menyengat atau potongan besar jaringan atau bekuan darah di lokia
atau tidak adanya lokia mungkin merupakan tanda infeksi (Sherman et
al., 1999). Menurut (Mansyur & Dahlan, 2014) lochea dibagi menjadi
4 yaitu :
a) Lochia rubra/merah
Keluar pada hari pertama sampai hari keempat masa post partum.
Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah segar,
jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi,
lanugo(rambut bayi), dan mekonium.
b) Lochia sanguinolenta
Berwarna merah kecokelatan dan berlendir, serta berlangsung dari
hari keempat sampai hari ketujuh post partum.
c) Lochia serosa
Berwarna kuning kecokelatan karena mengandung serum, leukosit,
dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai
hari ke-14
d) Lochia alba/putih
Mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks,
dan serabut jaringan yang mati. Berlangsung selama 2-6 minggu
post partum. Lochia yang menetap pada awal awal post partum
menunjuk- kan adanya pendarahan sekunder yang mungkin
disebabkan oleh ter-tinggalnya sisa atau selaput plasenta. Lochia
alba atau serosa yang berlanjut dapat menandahkan adanya en-
dometritis, terutama bila disertai dengan nyeri pada abdo- men dan
demam. Bila terjadi infeksi, akan keluar cairan nanah berbau busuk
yang disebut dengan “ Lochia purulenta”.

8
3) Serviks
Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendur,
terkulai dan berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus uteri
berkontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga
perbatasan antara korpus dan serviks uteri berbentuk cincin. Warna
serviks merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah. Segera
setelah bayi lahir, tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan 2-3 jari
dan setelah 1 minggu hanya 1 jari saja yang dapat masuk. Namun
demikian, selesai involusi, ostium eksternum tidak sama seperti
sebelum hamil.
Serviks dan vagina mungkin mengalami pembengkakan dan
memar pada awal periode postpartum dan secara bertahap sembuh
kembali normal (McLaren, 1952). Vulva dan Vagina Vulva dan
vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar
selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama
sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan
kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan
tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan
muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol.
4) Payudara
Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi
secara alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologis,
yaitu produksi susu dan sekresi susu (let down). Selama sembilan
bulan kehamilan, jaringan payudara tumbuh menyiapkan fungsinya
untuk menyediakan makanan bagi bayi baru lahir. Setelah melahirkan,
ketika hormon yang dihasilkan plasenta tidak ada lagi untuk
menghambat kelenjar pituitary akan mengeluarkan prolaktin (hormon
laktogenik). Ketika bayi menghisap puting, reflek saraf merangsang
lobus posterior pituitary untuk menyekresi hormon oksitosin.
Oksitosin merangsang reflek let down (mengalirkan), sehingga
menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus aktiferus payudara ke duktus
yang terdapat pada puting. Ketika ASI dialirkan karena isapan bayi

9
atau dengan dipompa sel-sel acini terangsang untuk menghasilkan
ASI lebih banyak (Saleha, 2013).
c. Perubahan Sistem Pencernaan
Setelah kelahiran plasenta, maka terjadi pula penurunan produksi
progesteron. Sehingga hal ini dapat menyebabkan heartburn dan
konstipasi terutama dalam beberapa hari pertama. Kemungkinan terjadi
hal ini karena kurangnya keseimbangan cairan selama persalinan dan
adanya reflek hambatan defekasi dikarenakan adanya rasa nyeri pada
perineum karena adanya luka episiotomi.
Konstipasi postpartum disebabkan oleh penurunan waktu transit
gastrointestinal yang diinduksi oleh progesteron. Efek kompresi uterus
gravid pada lambung, penurunan tonus sfingter esofagus bagian bawah
akibat kadar progesteron yang tinggi, dan hipersekresi asam akibat kadar
gastrin yang tinggi menyebabkan peningkatan kejadian refluks asam
selama kehamilan. Setelah melahirkan, kadar progesteron dan gastrin
turun dalam 24 jam, dan refluks asam serta gejala terkait akan hilang
dalam tiga hingga empat hari berikutnya (Glazener et al., 1995).
d. Perubahan Sistem Perkemihan

Diuresis dapat terjadi setelah 2-3 hari postpartum. Dieresis terjadi


karena saluran urinaria mengalami dilatasi. Kondisi ini akan kembali
normal setelah 4 minggu postpartum. Pada awal postpartum, kandung
kemih mengalami edema, kongesti, dan hipotonik. Hal ini disebabkan
oleh adanya overdistensi pada saat kala dua persalinan dan pengeluaran
urine yang tertahan selama proses persalinan. Sumbatan pada uretra
disebabkan oleh adanya trauma saat persalinan berlangsung dan trauma
ini dapat berkurang setelah 24 jam postpartum.

e. Perubahan Tanda-tanda Vital

Perubahan Tanda-tanda Vital terdiri dari beberapa, yaitu :

1) Suhu Badan Satu hari (24 jam) postpartum suhu badan akan naik
sedikit (37,5 oC-38 oC) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan,
kehilangan cairan (dehidrasi) dan kelelahan karena adanya bendungan

10
vaskuler dan limfatik. Apabila keadaan normal suhu badan menjadi
biasa. Biasanya pada hari ketiga suhu badan naik lagi karena adanya
pembentukan ASI, payudara menjadi bengkak, berwarna merah
karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun kemungkinan adanya
infeksi endometrium, mastitis, tractus genetalis atau system lain.

2) Nadi Denyut nadi normal pada orang dewasa antara 60-80 kali per
menit atau 50-70 kali per menit. Sesudah melahirkan biasanya denyut
nadi akan lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit,
harus waspada kemungkinan infeksi atau perdarahan postpartum.

3) Tekanan Darah Tekanan darah meningkat pada persalinan 15 mmHg


pada systole dan 10 mmHg pada diastole. Biasanya setelah bersalin
tidak berubah (normal), kemungkinan tekanan darah akan rendah
setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi
pada postpartum dapat menandakan terjadinya preeklamsi pada masa
postpartum.

4) Pernapasan Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan


suhu dan denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal, pernapasan
juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada
saluran napas contohnya penyakit asma. Bila pernapasan pada masa
postpartum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.

f. Perubahan Sistem Kardiovaskular


Curah jantung meningkat selama persalinan dan berlangsung
sampai kala tiga ketika volume darah uterus dikeluarkan. Penurunan
terjadi pada beberapa hari pertama postpartum dan akan kembali normal
pada akhir minggu ke-3 postpartum.
4. Perubahan Psikologis pada Masa Nifas
Periode Postpartum menyebabkan stress emosional terhadap ibu baru,
bahkan lebih menyulitkan bila terjadi perubahan fisik yang hebat. Faktor-
faktor yang mempengaruhi suksenya masa transisi ke masa menjadi orang
tua pada masa postpartum, yaitu:

11
a. Respon dan dukungan dari keluarga dan teman (Barkin et al., 2014)
b. Hubungan antara pengalaman melahirkan dan harapan serta aspirasi
(Vaezi et al., 2019)
c. Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lain
d. Pengaruh budaya
Dalam menjalani adaptasi psikososial menurut Rubin setelah
melahirkan, ibu akan melalui fase-fase sebagai berikut:
1) Masa Taking In (Fokus pada Diri Sendiri)
Masa ini terjadi 1-3 hari pasca-persalinan, ibu yang baru melahirkan
akan bersikap pasif dan sangat tergantung pada dirinya (trauma),
segala energinya difokuskan pada kekhawatiran tentang badannya.
Dia akan bercerita tentang persalinannya secara berulang-ulang.
2) Masa Taking On (Fokus pada Bayi)
Masa ini terjadi 3-10 hari pasca-persalinan, ibu menjadi khawatir
tentang kemampuannya merawat bayi dan menerima tanggung
jawabnya sebagai ibu dalam merawat bayi semakin besar. Perasaan
yang sangat sensitive sehingga mudah tersinggung jika
komunikasinya kurang hati-hati.
3) Masa Letting Go (Mengambil Alih Tugas sebagai Ibu Tanpa Bantuan
NAKES)
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran
barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu mengambil
langsung tanggung jawab dalam merawat bayinya, dia harus
menyesuaikan diri dengan tuntutan ketergantungan bayinya dan
terhadap interaksi social. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan
ketergantungan. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya meningkat
pada fase ini.

5. Kebutuhan Dasar pada Ibu Nifas


Menurut Ari Sulistyawati (2015) beberapa kebutuhan ibu nifas yang
harus dipenuhi :
a. Kebutuhan gizi ibu menyusui
Pada mereka yang melahirkan secara normal, tidak ada pantangan

12
diet. Dua jam setelah melahirkan perempuan boleh minum dan makan
seperti biasa bila ingin. Namun perlu diperhatikan jumpal kalori dan
protein ibu menyusui harus lebih besar daripada ibu hamil, kecuali
apabila si ibu tidak menyusui bayinya. Kebutuhan pada masa menyusui
meningkat hingga 25% yaitu untuk produksi ASI dan memenuhi
kebutuhan cairan yang meningkat tiga kali dari biasanya. Penambahan
kalori pada ibu menyusi sebanyak 500 kkal tiap hari. Makanan yang
dikonsumsi ibu berguna untuk melaksanakan aktivitas, metabolisme,
cadangan dalam tubuh, proses produksi ASI serta sebagai ASI itu sendiri
yang akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
Makanan yang dikonsumsi juga perlu memenuhi syarat, seperti
susunanya harus seimbang , porsinya cukup dan teratur, tidak terlalu
asin, pedas atau berlemak, tidak mengandung alcohol, nikotin serta bahan
pengawet dan pewarna. Menu makanan yang seimbang mengandung
unsure-unsur, seperti sumber tenaga, pembangunan, pengatur dan
perlindung.

1) Sumber Tenaga (Energi)

Sumber tenaga yang diperlukan untuk membakar tubuh dan


pembentukan jaringan baru. Zat nutrisi yang termasuk sumber energy
adalah karbohidrat dan lemak. Karbohidrat berasal dari padi-padian,
kentang, umbi, jagung, sagu, tepung roti, mie, dan lain-lain. Lemak
bias diambil dari hewani dan nabati.lemak hewani yaitu mentega dan
keju. Lemak nabati berasal dari minyak kelapa sawit, minyak sayur
dan margarine.

2) Sumber Pembangun (Protein)

Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan pergantian sel-sel yang


rusak atau mati. Selain itu, ibu nifas membutuhkan tiga porsi protein
per hari selama menyusui, protein sangat diperlukan untuk
peningkatan produksi air susu. Sumber protein dapat diperoleh dari
protein hewani dan protein nabati. Protein hewani antara lain telur,
daging, ikan, udang kering, susu dan keju. Sedangkan protein nabati

13
banyak terkandung dalam tahu, tempe, kacang-kacangan, dan lain-lain
(Puspitaningsih, 2017).

3) Sumber pengatur dan pelindung ( mineral, air dan vitamin)

Mineral, air dan vitamin digunakan untuk melindungi tubuh dari


serangan penyakit dan mengatur kelancaran metabolisme di dalam
tubuh. Sumber zat pengatur bias diperoleh dari semua jenis sayur dan
buahbuahan segar. Beberapa mineral yang penting, antara lain :

a) Zat kapur untuk membentuk tulang. Sumbernya berasal dari susu,


keju, kacang-kacangan dan sayur-sayuran berdaun hijau.

b) Fosfor untuk pembentukan tulang dan gigi. Sumbernya berasal dari


susu, keju dan daging.

c) Zat besi untuk menambah sel darah merah. Sumbernya berasal dari
kuning telur, hati, daging, kerang, kacang-kacangan dan sayuran.

d) Yodium untuk mencegah timbulnya kelemahan mental. Sumbernya


berasal dari ikan, ikan laut dan garam beryodium.

e) Kalsium merupakan salah satu bahan mineral ASI dan juga untuk
pertumbuhan gigi anak. Sumbernya berasal dari susu, keju dan
lain-lain.

f) Kebutuhan akan vitamin pada masa menyusui meningkat untuk


memenuhi kebutuhan bayinya. Beberapa vitamin yang penting
antara lain :

(1) Vitamin A untuk penglihatan berasal dari kuning telur ,hati,


mentega, sayur berwarna hijau, wortel, tomat dan nangka.

(2) Vitamin B1 agar nafsu makan baik yang berasal dari hati,
kuning telur, tomat, jeruk, nanas.

(3) Vitamin B2 untuk pertumbuhan dan pencernaan berasal dari


hati, kuning telur, susu, keju, sayuran hijau.

(4) Vitamin B3 untuk proses pencernaan, kesehatan kulit, jaringan


saraf dan pertumbuhan. Sumbernya antara lain susu, kuning

14
telur, daging, hati,beras merah, jamur dan tomat.

(5) Vitamin B6 untuk pembentukan sel darah merah serta


kesehatan gigi dan gusi. Sumberny antara lain gandum, jagung,
hati dan daging.

(6) Vitamin B12 untuk pembentukan sel darah merah dan


kesehatan jaringan saraf. Sumbernya antara lain telur, daging,
hati, keju, ikan laut dan kerang laut.

(7) Vitamin C untuk pembentukan jaringan ikat dan bahan semua


jaringan ikat ( untuk penyembuhan luka ), pertumbuhan tulang,
gigi dan gusi, daya tahan terhadap infeksi dan memberikan
kekuatan pada pembuluh darah. Sumbernya berasal dari jeruk,
tomat, melon, mangga, papaya dan sayur.

(8) Vitamin D untuk pertumbuhan dan pembentukan tulang dan


gigi serta penyerapan kalsium dan posfor. Sumbernya berasal
dari minyak ikan, ikan susu, margarine, san penyinaran kulit
dengan matahari sebelum jam 9.

(9) Vitamin K untuk mencegah perdarahan. Sumbernya berasal


dari hati, brokoli, bayam dan kuning telur.

Untuk kebutuhan cairannya, ibu menyusui harus meminum


sedikitnya 3 liter air setiap hari ( anjurkan untuk ibu minum setiap kali
menyusui) Kebutuhan pada masa menyusui meningkat hingga 25% yaitu
untuk produksi ASI dan memenuhi kebutuhan cairan yang meningkat
tiga kali dari biasanya. Penambahan kalori pada ibu menyusi sebanyak
500 kkal tiap hari. Makanan yang dikonsumsi ibu berguna untuk
melaksanakan aktivitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses
produksi ASI serta sebagai ASI itu sendiri yang akan dikonsumsi bayi
untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Makanan yang dikonsumsi
juga perlu memenuhi syarat, seperti susunanya harus seimbang, porsinya
cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak
mengandung alcohol, nikotin serta bahan pengawet dan pewarna. Menu
makanan yang seimbang mengandung unsureunsur, seperti sumber

15
tenaga, pembangunan, pengatur dan perlindung. Anjurkan makanan
dengan menu seimbang, bergizi untuk mendapatkan protein, mineral dan
vitamin yang cukup, memperoleh tambahan 500 kalori setiap hari,
berguna untuk produksi ASI dan mengembalikan tenaga setelah
persalinan. Tidak mengonsumsi makanan yang mengandung alcohol.
Minum air mineral 2 liter setiap hari. Tablet zat besi diminum minimal
40 hari pasca persalinan.

b. Ambulasi dini

Pada masa nifas, perempuan sebaiknya melakukan ambulasi dini.


Yang dimasud dengan ambiulasi dini adalah beberapa jam setelah
melahirkan, segera bangun dari tempat tidur dan segera bergerak , agar
lebih kuat dan lebih baik. Gangguan kemih dan buang air besar juga
dapat teratasi. Mobilisasi sangat bervariasi, tergantung pada komplikasi
persalinan, nifas, atau sembuhnya luka (jika ada luka). Jika tidak ada
kelainan, lakukan mobilisasi sedini mungkin, yaitu dua jam setelah
persalian normal. Ini berguna untuk memepercepat sirkulasi darah dan
mengeluarkan cairan vagina (lochea).

Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang


selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring-miring kekanan
dan kekiri untuk mencegah terjadinya thrombosis dan tromboemboli.
Pada hari ke 2 diperbolehkan duduk, hari ke 3 jalan-jalan, dan hari ke 4
atau 5 sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas mempunyai variasi,
bergantung pada komplikasi persalinan,nifas dan sembuhnya luka
(Supingah et al., 2019).

c. Eliminasi
Rasa nyeri kadangkala menyebabkan keengganan untuk
berkemih, tetapi usahakanlah untuk berkemih secara teratur, karena
kantung kemih yang penuh dapat menyebabkan gangguan kontraksi
rahim, yang dapat menyebabkan timbulnya perdarahan dari rahim.
Seperti halnya dengan berkeih, perempuan pascapersalinan sering tidak
merasakan sensasi ingin buang air besar, yang dapat disebabkan

16
pengosongan usus besar (klisma) sebelum melahirkan atau ketakutan
menimbulkan robekan pada jahitan dikemaluan. Sebenarnya kotoran
yang dalam beberapa hari tidak dikeluarkan akan mengeras dan dapat
menyulitkan dikemudian hari.

Pengeluaran air seni akan meningkat 24-48 jam pertama sampai


hari ke-5 setelah melahirkan. Hal ini terjadi karena volume dara
meningkat pada saat hamil tidak diperlukan lagi setelah persalinan. Oleh
karena itu, ibu perlu belajar berkemih secara spontan dan tidak menahan
buang air kecil ketika ada rasa sakit pada jahitan. Menahan buang air
kecil akan menyebabkan terjadinya bendungan air seni dan gangguan
kontraksi rahim sehingga pengeluaran cairan vagina tidak lancar.
Sedangkan buang air besar akan sulit karena ketakutan akan rasa sakit,
takut jahitan terbuka atau karena adanya haemoroid (wasir). Kesulitan ini
dapat dibantu dengan mobilisasi dini, mengonsumsi makanantinggi serat
dan cukup minum.

d. Miksi
Pengeluaran air seni (urin) akan meningkat 24-48 jam pertama
sampai hari ke-5 setelah melahirkan. Hal ini terjadi karena volume dara
meningkat pada saat hamil tidak diperlukan lagi setelah persalinan.
Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-kadang
wanita mengalami sulit kencing, karena sfingter uretra ditekan oleh
kepala janin dan spasme oleh iritasi m.sphincer ani selama persalinan.
Bila kandung kemih penuh dan wanita sulit kencing, sebaiknya dilakukan
kateterisasi. Anjuran :

1) Ibu perlu belajar berkemih secara spontan setelah melahirkan


2) Tidak menahan BAK ketika ada rasa sakit pada jahitan, karena akan
menyebabkan terjadinya bendungan air seni. Akibatnya skan timbul
gangguan pada kontraksi rahim sehingga pengeluaran lochea tidak
lancar.
3) Miksi harus secepatnya dilakukan sendiri.
4) Bila kandung kemih penuh dan tidak dapat dimiksi sendiri, dilakukan
kateterisasi.

17
5) Bila perlu dipasang dauer catheter atau indwelling catheter untuk
mengistirahatkan otot-otot kandung kencing.
6) Dengan melakukan mobilisasi secepatnya, tak jarang kesulitan miksi
dapat diatasi.

e. Defikasi
Sulit BAB (konstipasi) dapat terjadi karena ketakutan akan rasa
sakit, takut jahitan terbuka atau karena adanya haemoroid. Buang air
besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit buang
air besar dan terjadi obstipasi apalagi berak keras dapat diberikan obat
laksans per oral atau per rectal. Jika masih belum bias dilakukan klisma.
Anjuran :
1) Mobilisasi dini
2) Konsumsi makanan yang tinggi serat dan cukup minum Sebaiknya
pada hari kedua ibu sudah bias BAB, jika pada hari ketiga belum BAB
, ibu bias menggunakan pencahar berbentuk suppositoria ( pil yang
dibuat dari bahan yang mudah mencair dan mengandung obat-obatan
untuk dimasukkan kedalam liang anus). Ini penting untuk
menghindari gangguan pada kontraksi uterus yang dapat menghambat
pengeluaran lochea.
3) Defekasi harus ada dalam 3 hari pasca persalinan.
4) Bila terjadi obstipasi dan timbul koprosstase hingga akibala tertimbun
di rectum, mungkin terjadi febris.
5) Lakukan klisma atau berikan laksan per oral.
6) Dengan melakukan mobilisasi sedini mungkin, tidak jarang kesulitan
defekasi dapat diatasi.

f. Menjaga Kesehatan Diri


Menjaga kebersihan diri secara keseluruhan untuk menghindari
infeksi, baik pada luka jahitan maupun kulit.

1) Kebersihan alat Genitalia Setelah melahirkan biasanya perineum


menjadi agak bengkak/memar dan mungkin ada luka jahitan bekas
robekan atau episiotomi. Anjuran :

18
a) Menjaga kebersihan alat genetalia dengan mencucinya
menggunakan air dan sabun, kemudian daerah vulva sampai anus
harus kering sebelum memakai pembalut wanita, setiap kali setelah
bunag air besar atau kecil, pembalut diganti minimal 3 kali sehari.
b) Cuci tangan dengan sabun dan iar mengalir sebelum dan sesudah
membersikan daerah genetalia
c) Mengajarkan ibu membersihkan daerah kelamin dengan cara
membersihkan daeran disekitar vulva terlebih dahulu, dari depan
kebelakang, baru kemudian membersikan daerah sekitar anus.
Bersihkan vulva setiap kali buang air kecil atau besar.
d) Sarankan ibu untuk menganti pembalut atau kain pembalut
setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah
dicuci dengan baik dan telah dikeringkan dibawah matagari atau
disetrika.
e) Sarankan ibu mencuci tangan dengan sabun dan iar mengalir
sebelum dan sesudah membersikan daerah kelaminnya.
f) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada
ibu untuk menghindari menyentuh luka, cebok dengan air dingin
atau cuci menggunakan sabun.
2) Pakaian
Sebaiknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap
keringat karena produksi keringat menjadi banyak. Produksi keringat
yang tinggi berguna untuk menghilangkan ekstra volume saat hamil.
Sebaiknya, pakaian agak longgar di daerah dada agar payudara tidak
tertekan dan kering. Demikian juga degan pakain dalam, agar tidak
terjadi iritasi ( lecet) pada daerah sekitarnya akibat lochea. Pakaian
yang digunakan harus longgar, dalam keadaan kering dan juga terbuat
dari bahan yang mudah menyerap keringat karena produksi keringat
menjadi banyak ( disamping urun). Produksi keringat yang tinggi
berguna untuk menghilangkan ektra volime saat hamil.

19
3) Kebersihan Rambut
Setelah bayi lahir, ibu biasanya mengalami kerontokan rambut
akibat dari gangguan perubahan hormone sehingga rambut menjadi
lebih tipis dibandingkan keadaan normal. Meskipun demikian,
kebanyakan akan pulih kembali setelah beberapa bulan. Perawatan
rambut perlu diperhatiakan oleh ibu yaitu mencuci rambut dengan
conditioner yang cukup, lalu menggunakan sisir yang lembut dan
hindari penggunaan pengering rambut.
4) Kebersihan Tubuh
Setelah persalinan, ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan saat
hamil akan dikeluarkan kembali melalui air seni dan keringat untuk
menghilangkan pembengkakan pada wajah, kaki, betis, dan tangan
ibu. Oleh karena itu, dalam minggu-minggu pertama setelah
melahirkan, ibu akan merasa jumlah keringat yang dari biasanya.
Usahakan mandi lebih sering dan menjaga kulit tetap dalam keadaan
kering.
5) Menjaga Kebersihan Vagina
Vulva harus selalu dibersikan dari depan kebelakang. Tidak
perlu khwatir jahitan akan terlepas. Justru vulva yang tidak
dibersikhan akan meningkatkan terjadinya infeksi. Apabila ada
pembengkakan dapat di kompres dengan es dan untuk mengurangi
rasa tidak nyaman dapat dengan duduk berendam di air hangat setelah
24 jam pasca persalinan. Bila tidak ada infeksi tidak diperlukan
penggunaan antiseptic, cukup dengan air besih saja. Walau caranya
sederhanan dan mudah, banyak ibu yang ragu-ragu membersihkan
daerah vaginanya di masa nifas. Beberapa alasan yang sering
dikeluhkan adalah takut sakit atau khwatir jahitan di antara anus dan
vagina akan robek, padahal ini jelas tidak benar.

Setelah persalinan normal, saat vagina dibersihkan akan terasa


nyeri karena ada bekas jahitan di daerah perineum ( antara anus dan
alat kelamin ). Namun bukan berarti ibu bole alpa membersihkannya,
walau terasa nyeri cebok setelah buang air kecil atau besar tetap perlu

20
dilakukan dengan seksama. Tidak beda jauh dari proses setelah
persalinan normal, ibu yang melahirkan dengan bedah sesar pun akan
mengalami masa nifas selama 40 hari. Meskpun vaginanya tidak
terluka, dari situ tetap akan keluar darah dan kotoran (lochea) yang
merupakan sisa jaringan di dalam rahum.

Langkah-langkah untuk menjaga kebersihan vagina yang benar


adalah :

a) Siram mulut vagina hingga bersih dengan air setiap kali habis
BAK dan BAB. Air yang digunakan tak perlu matang asal bersih.
Basuh dari depan kebelakang sehingga tidak ada sisa-sisa kotoran
yang menempel disekitar vagina baik dari air seni maupun feses
yang mengandung kuman dan bias menyebabkan infeksi pada
luka jahit.
b) Vagina boleh di cuci menggunakan sabun atau cairan antiseptic
karena dapat berfungsi sebagai penghilang kuman. Yang penting
jangan takut memegang daerah tersebut dengan seksama.
c) Bila ibu benar-benar takut menyentu lukah jahitan, upaya
menjaga kebersihan vagina dapat dilakukan dengan cara duduk
berendam dalam cairan antiseptic selama 10 menit. Lakukan
setelah BAK atau BAB.
d) Yang kadang terlupakan, setelah vagina dibersihkan,
pembalutnya tidak diganti. Bila seperti ini caranya maka akan
percuma saja. Berarti bila pembalut tidak diganti, maka vagina
akan tetap lembab dan kotor.
e) Setelah dibasuh, keringkan perineum dengan anduk lembut, lalu
gunakan pembalut baru. Ingat pembalut harus diganti setiap habis
BAK atau BAB atau maksimal 3 jam setelah atau bila sudah
ditarasaka tidak nyaman. Setelah semua langkah tadi dilakukan,
perineum dapat diolesi salep antibiotic yang diresepkan oleh
dokter.

21
g. Istirahat
Wanita pasca persalinan harus cukup istirahat. Delapan jam pasca
persalinan, ibu harus tidur terlentang untuk mencegah perdarahan.
Sesudah 8 jam, ibu boleh miring kekiri atau kekanan untuk mencegah
trombisis. Ibu dan bayi ditempatkan pada satu kamar. Pada hari kedua,
bila perlu dilakukan latihan senam. Pada hari ketiga umumnya sudah
dapat duduk, hari keempat berjalan dan hari kelima sudah dapat
dipulangkan. Makanan yang diberikan harus bermutu tinggi dan cukup
kalori, cukup protein dan banyak buah. Anjurkan untuk mencegah
kelelahan yang berlebihan, usahakan untuk rileks dan istirahat yang
cukup, terutama saat bayi sedang tidur. Memintah bantuan suami atau
keluarga ketika ibu merasa lelah. Putarkan dan dengarkan lagu-lagu
klasik disaat ibu dan bayi sedang istirahat untuk menghilangkan rasa
tegang dan lelah.
h. Seksual
Setelah persalinan pada masa ini ibu menhadapi peran baru sebagai orang
tua sehingga sering melupakan perannya sebagai pasagan. Namun segera
setelah ibu merasa percaya diri dengan peran barunya dia akan
menemukan waktu dan melihat sekelilingnya serta menyadari bahwa dia
telah kehilangan aspek lain dalam kehidupannya yang juga penting. Oleh
karena itu perlu memahami perubahan yang terjadi pada istri sehingga
tidak punya perasaan diabaikan. Anjuran :

1) Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan suami istri begitu


darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya
kedalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu ibu merasakan aman untuk
melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.
2) Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami
istri sampai waktu tertentu setelah 40 hari atau 6 minggu pasca
persalinan. Keputusan tergantung pada pasangan yang bersangkutan.
3) Kerjasama dengan pasangan dalam merawat dan memberikan kasih
saying kepada bayinya sangat dianjurkan.

22
4) Kebutuhan yang satu ini memang agak sensitive, tidak heran kalau
anda dan suami jadi serba salah.

i. Perawatan payudara
Perawatan payudara telah dimulai sejak wanita hamil. Hal ini bertujuan
supaya puting susu lemas, tidak keras dan kering sebagai persiapan
untuk menyusui bayinya. Faktor yang mempengaruhi produksi ASI
adalah motivasi diri dan dukungan dari suami serta keluarga untuk
menyusui bayinya, adanya pembengkakan payudara karena bendungan
ASI, kondisi status gizi ibu yang buruk dapat mempengaruhi kuantitas
dan kualitas ASI, ibu yang lelah atau kurang istirahat atau stress. Maka
dari itu dilakukan perawatan payudara secara rutin, serta lebih sering
menyusui tanpa dijadwal sesuai dengan kebutuhan bayinya. Semakin
sering bayi menyusu dan semakin kuat daya hisapnya, payudara akan
memproduksi ASI lebih banyak.

C. Kajian Teori
1. Air Susu Ibu (ASI)
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,
laktosa, dan garam- garam organik yang di sekresi oleh kedua belah kelenjar
payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi (Jannah, 2013). ASI adalah
makanan yang terbaik untuk bayi. ASI khusus di buat untuk bayi
manusia, kandungan dari ASI sangat sempurna, serta sesuai dengan
kebutuhan tumbuh kembang bayi (Dewi & Sunarsih, 2011).
Proses laktasi atau menyusui adalah proses pembentukan ASI yang
melibatkan hormon prolaktin dan hormon oksitosin. Hormon prolaktin
selama kehamilan akan meningkat akan tetapi ASI belum keluar karena
masih terhambat hormon estrogen yang tinggi. Dan pada saat melahirkan,
hormon estrogen dan progesterone akan menurun dan hormon prolaktin
akan lebih dominan sehingga terjadi sekresi ASI (Rini Yuli Astutik, 2014).
Perubahan kolostrum menjadi air susu yang matur berlangsung
bertahap selama 14 hari pertama kehidupan bayi. Keadaan tersebut
bervariasi karena berkaitan dengan berbagai faktor, pengaktifan jaringan

23
glandula mammae, keefektifan bayi belajar menghisap. ASI adalah suatu
emulsi lemak dalam larutan protein, lactose dan garam-garam organik yang
disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu sebagai makanan
tambahan utama bagi bayi. Bahkan ASI yang telah matur juga memiliki
variasi komposisi dan nilai kalori dari air susu bergantung pada masing-
masing individu. Dalam pemberian ASI tidak dibatasi jumlah takaran.
Berikut ini ASI menurut stadium laktasi (Badriah, 2010 di dalam
Nurjanah et al, 2013):
a. Kolostrum
Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali keluar disekresi oleh
kelenjar payudara, mengandung tissue debris dan residual material yang
terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjar payudara sebelum dan
setelah masa puerperium. Disekresi oleh kelenjar payudara dari hari 1-4.
Komposisi dari kolostrum dari hari ke hari selalu berubah. Kolostrum
merupakan cairan vicous yang kental dengan warna kekuning-kuningan,
lebih kuning dibanding dengan susu yang matur.
b. Air Susu Transisi/Peralihan
Merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai menjadi ASI yang
matur yang disekresi pada hari keempat sampai hari kesepuluh masa
laktasi, tetapi ada pula yang berpendapat bahwa ASI matur baru timbul
minggu ketiga sampai minggu kelima. Kadar protein semakin merendah
sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin meniggi dan volume akan
makin meningkat.
c. Air Susu Matur
Merupakan ASI yang disekresi pada hari ke-10, dan seterusnya,
komposisi relatif konstan (ada pula yang menyatakan bahwa komposisi
ASI relatif konstan baru mulai minggu ke-3 sampai minggu ke-5). Pada
ibu yang sehat dengan produksi ASI cukup, ASI ini merupakan makanan
satu-satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai 6 bulan.
Merupakan suatu cairan berwarna putih kekuning-kuningan yang
diakibatkan warna dari garam Ca-caseinat, riboflavin dan karoten yang
terdapat di dalamnya.

24
2. Manfaat Pemberian ASI
Pemberian ASI sangat bermanfaat bagi bayi, khususnya pemberian
ASI secara eksklusif, ASI eksklusif merupakan pemberian minum ASI
secara murni yaitu bayi hanya di berikan ASI saja tanpa ada makanan atau
minuman tambahan selama 6 bulan penuh. Manfaat pemberian ASI juga
bermanfaat bagi ibu bayi, manfaat pemberian ASI bagi ibu dan bayi
sebagai berikut :
1) Manfaat ASI bagi bayi
a) ASI sebagai nutrisi karena mempunyai komposisi yang sesuai
dengan kebutuhan nutrisi bayi yang dilahirkan

b) Jumlah kalori yang terdapat dalam ASI dapat memnuhi kebutuhan


bayi sampai usia bayi enam bulan

c) ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi karena dalam ASI
terdapat zat pelindung atau antibody yang dapat melindungi dari
kuman maupun bakteri penyakit.

d) ASI dapat meingkatkan kecerdasan, mempengaruhi perkembangan


psikomotorik lebih cepat yang dapat pula dipengaruhi dari faktor
genetic dan faktor lingkungan seperti pola asuh bayi untuk
pertumbuhan fisik otak, pola asih untuk mengetahui perkembangan
emosional dan spiritual pada bayi, pola asah untuk mengetahui
perkembangan intelektual dan sosialisasi pada bayi

e) Pemberian ASI dapat mempengaruhi ikatan batin antara ibu dan


bayi, serta dapat pula mengurangi kareis pada gigi akibat kadar
laktosa yang sesuai kebutuhan bayi
f) Dapat mengurangi kejadian malokluasi akibat penggunaan dot yang
lama (Rini Yuli Astutik, 2014)
2) Manfaat ASI bagi ibu bayi
a) Mencegah perdarahan setelah melahirkan
Kandungan hormon oksitosin pada tubuh ibu setelah melahirkan dapat
merangsang kontraksi uterus sehingga dapat menjepit pembuluh darah

25
yang bisa mencegah terjadi perdarahan
b) Mempercepat involusi uterus
Hormon oksitosin yang di keluarkan dapat merangsang kontraksi
uterus sehingga proses involusi dapat berlangsung secara maksimal
c) Mengurangi resiko anemia
Pada ibu menyusui, kontraksi uterus berlangsung secara baik,
sehingga mencegah terjadi perdarahan yang hebat
d) Mencegah terjadinya kanker payudara dan kanker ovarium
Karena pada ibu menyusui dapat mencegah resiko kanker
payudara karena dengan menyusui, ibu bayi dapat menghilangkan
racun pada payudara dan dapat pula menekansiklus menstruasi
e) Dapat menimbulkan ikatan batin antara ibu dengan bayi
Dengan menyusui, ikatan batin ibu dan bayi dapar terjalin kuat,
karena jika ibu bayi berjauhan, maka akan terus terbayang saat-saat
menyusui bayinya dan ibu akan merasa di butuhkan oleh bayi
f) Pemberian ASI dapat mempengaruhi berat badan
Pada ibu yang menyusui, pasti akan lebih sering bangun pada malam
hari untuk menyusui dan terjaga dari tidurnya sehingga
mempengaruhi berat badan ibu
g) Sebagai alat kontrasepsi sementara
Menyusui dapat memberikan aspek kontrasepsi bagi ibu, karena saat
bayi menyusu, isapan dari mulut bayi pada putting susu ibu akan
merangsang ujung saraf sensorik sehingga akan mengeluarkan
prolaktin, selanjutnya prolaktin akan masuk ke indung telur dan
menekan produksi estrogen yang berakibat tidak terdapat ovulasi.
Metode kontrasespsi alami dari ibu menyusui yaitu bisa di sebut
dengan metode amenorhoe laktasi (MAL) yaitu metode kontrasepsi
sederhana yang efektif digunakan tanpa alat kontrasepsi apapun
sampai ibu belum mendapatkan menstruasi (Mulyani, 2013) (Rini Yuli
Astutik, 2014).

26
3. Upaya Memperbanyak ASI
Pengeluaran ASI tidak dipengaruhi oleh besar atau kecilnya ukuran
payudara. Namun, pengeluaran ASI dipengaruhi oleh isapan bayi. Semakin
sering ASI diisap oleh bayi maka semakin banyak pula produksi ASI. Untuk
menjaga pengeluaran ASI tetap lancar upaya yang dapat dilakukan ibu
antara lain sebagai berikut (Asih, 2016) :
a. Tingkatkan frekuensi menyusui/memompa/memeras ASI. Jika anak
belum mau menyusu kerena masih kenyang, perahlah/pompalah ASI.
Ingat, produksi ASI prinsipnya based on demandb sama seperti pabrik.
Jika semakin sering diminta (disusuidiperas/dipompa) maka makin
banyak ASI yang diproduksi.
b. Kosongkan payudara setelah anak selesai menyusui. Makin sering
dikosongkan, maka produksi ASI juga semakin lancar.
c. Ibu harus dalam keadaan rileks. Kondisi psikologis ibu menyusui sangat
menentukan keberhasilan ASI eksklusif. Menurut hasil penelitian, > 80%
lebih kegagalan ibu menyusui dalam memberikan ASI eksklusif adalah
faktor psikologis ibu menyusui. Ingat : 1 pikiran duh ASI peras saya
cukup gak ya, maka pada saat bersamaan ratusan sensor pada otak akan
memerintahkan hormon oksitosin (produksi ASI) untuk bekerja lambat.
Dan akhirnya produksi ASI menurun.
d. Hindari pemberian susu formula. Terkadang banyak orangtua merasa
bahwa ASInya masih sedikit aatau takut anak tidak kenyang, banyak
yang segera memberikan susu formula. Padahal pemberian susu formula
itu justru akan menyebabkan ASI semakin tidak lancar. Anak relatif
malas menyusu atau malah bingung putting terutama pemberian susu
formula dengan dot. Begitu bayi diberikan susu formula, maka saat ia
menyusu pada ibunya akan kekenyangan. Sehingga volume ASI makin
berkurang.makin sering susu formula diberikan makin sedikit ASI yang
diproduksi.
e. Hindari penggunaan DOT atau empeng. Jika ibu ingin memberikan ASI
peras/pompa (ataupun memilih susu formula) berikan ke bayi dengan
menggunakan sendok, bukan dot. Saat ibu memberikan dengan dot, maka

27
anak dapat mengalami bingung puting (nipple confusion). Kondisi
dimana bayi hanya menyusu diujung putting seperti ketika menyusu dot.
f. Datangi klinik laktasi. Jangan ragu untuk menghubungi atau konsultasi
dengan klinik laktasi.
g. Ibu menyusu mengkonsumsi makanan bergizi.
h. Lakukan perawatan payudara : Massage/pemijatan payudara dan
kompres air hangat dan air dingin bergantian.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI


Produksi ASI dapat meningkat atau menurun tergantung dari stimulasi
pada kelenjar payudara. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan
dan produksi ASI menurut (Haryono & Setianingsih,2014) antara lain :
a. Faktor makanan ibu
Seorang ibu yang kekurangan gizi akan mengakibatkan menurunnya
jumlah ASI dan akhirnya produksi ASI berhenti. Hal ini disebabkan pada
masa kehamilan jumlah pangan dan gizi yang dikonsumsi ibu tidak
memungkinkan untuk menyimpan cadangan lemak dalam tubuhnya,
yang kelak akan 20 digunakan sebagai salah satu komponen ASI dan
sebagai sumber energi selama menyusui.
b. Faktor isapan bayi
Isapan mulut bayi akan menstimulus kelenjar hipotalamus pada bagian
hipofisis anterior dan posterior. Hipofisis anterior menghasilkan
rangsangan (rangsangan prolaktin) untuk meningkatkan sekresi
(pengeluaran) hormon prolaktin. Hormon prolaktin bekerja pada kelenjar
susu(alveoli) untuk memproduksi ASI. Isapan bayi tidak sempurna atau
putting susu ibu yang sangat kecil akan membuat produksi hormon
oksitosin dan hormon prolaktin akan terus menurun dan ASI akan
terhenti.
c. Frekuensi penyusuan
Pada studi 32 ibu dengan bayi prematur disimpulkan bahwa produksi
ASI aan optimal dengan pemompaan 5 kali per hari selama bulan
pertama setelah melahirkan. Studi lainnya yang dilakukan pada ibu

28
dengan bayi cukup bulan menunjukkan bahwa frekuensi penyusuan
kurang lebih 10 kali per hari selama 2 minggu pertama setelah
melahirkan berhungan dengan peningkatan produksi ASI. Berdasarkan
hal ini direkomendasikan penyusuan paling sedikit 8 kali per hari pada
periode awal setelah melahirkan. Penyusuan ini berkaitan dengan
kemampuan stimulasi hormon dalam kelenjar payudara.
d. Riwayat penyakit
Penyakit infeksi baik yang kronik maupun akut yang mengganggu proses
laktasi dapat mempengaruhi produksi ASI.
e. Faktor psikologis
Gangguan psikologis pada ibu menyebabkan berkurangnya produksi dan
pengeluaran ASI. Menyusui memerlukan ketenangan, ketenraman dan
perasaan aman dari ibu.
f. Dukungan suami maupun keluarga lain dalam rumah akan sangat
membantu berhasilnya seorang ibu untuk menyusui.
g. Berat badan lahir
Ada hubungan berat lahir bayi dengan volume ASI. Hal ini berkaitan
dengan kekuatan untuk menghisap, frekuensi dan lama penyusuan
dibanding bayi yang lebih besar. Berat bayi pada hari kedua dan usia 1
bulan sangat erat berhubungan dengan kekuatan menghisap yang
mengakibatkan perbedaan intinya yang besar dibanding bayi yang
mendapat formula.
h. Perawatan payudara
Perawatan payudara yang dimulai dari kehamilan bulan 7-8 memegang
peranan penting dalam menyusui bayi. Payudara yang terawat akan
memproduksi ASI yang cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi dan
dengan perawatan payudara yang baik, maka putting tidak akan lecet
sewaktu diisap bayi.
i. Jenis persalinan
Pada persalinan normal proses menyusui dapat segera dilakukan setelah bayi
lahir. Biasanya ASI sudah keluar pada hari pertama persalianan. Sedangkan
pada persalinan tindakkan sectio caesaria (sesar) seringkali ibu kesulitan

29
menyusui bayinya segera setelah lahir, terutama jika ibu diberikan anastesi
(bius) umum. Ibu relatif tidak dapat menyusui bayinya pada jam pertama
setelah bayi lahir. Kondisi luka operasi dibagian perut membuat proses
menyusui sedikit terhambat.
j. Umur kehamilan saat melahirkan
k. Konsumsi rokok
l. Konsumsi alkohol
m. Cara menyusui yang tidak tepat
Teknik menyusui yang kurang tepat< tidak dapat mengkosongkan
payudara dengan benar yang akhirnya akan menurunkan produksi ASI.
n. Rawat gabung
o. Pil kontrasepsi (pil KB)

5. Pijat Oksitosin
Pijat oksitosin adalah pijat relaksasi untuk merangsang hormon
oksitosin. Pijat yang lakukan disepanjang tulang vertebre sampai tulang
costae kelima atau keenam. pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk
mengatasi ketidaklancaran produksi ASI. Menurut Depkes RI (2007 dalam
Setiowatii, 2017), pijat okitosin dilakukan dengan cara memijat pada daerah
punggung sepanjang kedua sisi tulang belakang sehingga diharapkan ibu akan
merasakan rileks dan kelelahan setelah melahirkan akan hilang.
Pijat oksitosin adalah pijat yang dilakukan disepanjang tulang belakang
(vertebre) sampai costae ke lima atau keenam (Ummah, 2014). Melalui
pemijatan pada tulang belakang, neurotransmitter akan merangsang medulla
oblongata langsung mengirim pesan ke hipotalamus untuk mengeluarkan
oksitosin. Dengan pijat oksitosin ini juga akan merileksasi ketegangan dan
menghilangkan stress serta meningkatkan rasa nyaman (Perinasia, 2007
dalam Wulandari, 2014). Saat ibu merasa nyaman atau rileks, tubuh akan
mudah melepaskan hormon oksitosin.
Hormon oksitosin diproduksi oleh kelenjar hipofisi posterior. Setelah
diproduksi oksitosin akan memasuki darah kemudian merangsang sel-sel
meopitel yang mengelilingi alveolus mammae dan duktus laktiferus.

30
Kontraksi sel-sel meopitel mendorong ASI keluar dari alveolus mammae
melalui duktus laktiferus menuju ke sinus laktiferus dan disana ASI akan
disimpan. Pada saat bayi menghisap puting susu, ASI yang tersimpan di sinus
laktiferus akan tertekan keluar kemulut bayi (Widyasih, 2013).

6. Cara Pijat Oksitosin


a. Ibu duduk bersandar di depan, lipat lengan diatas meja dan meletakkan
kepala diatas lengannya.
b. Payudara tergantung lepas tanpa pakaian.
c. Seseorang memijat sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu,
menggunakan ibu jari atau kepalan tangan.\
d. Tekan kuat untuk membentuk gerakkan melingkar kecil dengan kedua ibu
jari, pijat mulai dari leher, turun ke bawah kearah tulang belikat selama 2 –
3 menit.

Gambar 2.1. Teknik Melakukan Pijat Oksitosin

Cara memijat payudara yang mengeras, agar air susu ibu mudah
dikeluarkan baik dihisap maupun dengan dipompa adalah :
a. Tekan dengan 2 atau 3 jari pada payudara yang mengeras. Lakukan
gerakkan melingkar pada lokasi tersebut. Setelah beberapa detik dan agak
melunak, pindahkan jari-jari tersebut pada sisi lainnya yang juga teraba
mengeras. Arah pijatan melingkar spiral.
b. Kemudian bisa dilakukan pengompresan dengan air hangat, namun jika
tidakpun bisa langsung disusukan pada bayinya ataupun bisa langsung
dipompa.
Tanda - tanda yang dirasakan apabila refleks oksitosin aktif menurut

31
(Widuri,2018) sebagai berikut:
a. Ibu akan merasa diperas atau tajam pada payudara saat sebelum meneteki
bayi atau selama meneteki.
b. ASI mengalir dari payudara bila ibu memikirkan bayinya, atau mendengar
tangisannya.
c. ASI menetes dari payudara sebelah lain, bila bayi menetek pada payudara
laiinya.
d. Nyeri karena kontraksi rahim, kadang dengan aliran darah, selama
menetek dalam minggu pertama ibu melahirkan.
e. Isapan pelan dan dalam dari bayi serta bayi terlihatb ataupun terdengar
menelan ASI merupakan tanda bahwa ASI mengalir ke dalam mulut bayi.

32
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Asuhan Kebidanan
1. Pengkajian
Nama Pengkaji : Yuli Bahriah
Tempat Pengkajian : PMB Hj. Deyeri, S.Tr.Keb
Tanggal Pengkajian : 01 November 2022
1. Pengkajian Data Subjektif
a. Biodata
Nama : Ny. D

Umur : 33 tahun
Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga


Suku Bangsa : Indonesia

Alamat : Jln. Makrayu, Lr. Tiara Kuning, RT


09/RW 30 Ilir

b. Keluhan
Ny. D baru saja melahirkan spontan 6 jam yang lalu, tidak ada
perdarahan dan ada robekan jalan lahir, mengeluh ASI keluar sedikit.
c. Riwayat Kontrasepsi yang digunakan
Ibu mengatakan pernah menggunakan kontrasepsi suntikan 3 bulan
d. Riwayat Penyakit
Riwayat Sekarang : tidak sedang sakit apapun

e. Riwayat Alergi : Ibu mengatakan tidak ada alergi makanan dan obat-
obatan.
f. Riwayat Persalinan
1) Tempat bersalin : PMB
2) Penolong : Bidan
3) Jenis Persalinan : Spontan
4) Indikasi Episiotomi : Perineum Kaku
33
5) Plasenta
Ukuran : 500 gr, kotiledon lengkap, jumlah 22 buah
Insersi tali pusat : sentralis, panjang 50 cm
Kelainan : tidak ada
6) Perineum
Ruptur/ tidak : Ya, derajat II, Episiotomi mediolateralis
Dijahit/ Tidak : Dijahit dengan teknik jelujur dengan
benang chromic
7) Perdarahan
Kala I : 20 cc
Kala II : 30 cc
Kala III: 50 cc
Kala IV: 100 cc
8) Lama Persalinan
Kala I : 8 jam
Kala II : 25 menit
Kala III: 15 menit
Kala IV: 2 jam
i. Pola Kebiasaan Sehari-hari
1) Nutrisi
a) Makan dan minum pukul
Ibu mengatakan makan pukul 05.30 WIB dan minum pukul 05.40
WIB
b) Jenis makanan dan minuman
Ibu mengatakan kurang suka makan sayur dan mengkonsumsi air
putih karena sering merasa begah kalau banyak minum dan sering
BAK
2) Pola Hygiene : mandi 2 x sehari, gosok gigi 3 x sehari, ganti celana
dalam setiap habis mandi
3) Eliminasi
a. BAB
pukul : Belum BAB
34
b BAK
pukul : 05.10 WIB
Warna : Kuning Jernih
Jumlah : 20 cc
4) Aktivitas
Ibu mengatakan semua aktivitas pekerjaan rumah tangga dibantu
suami selama hamil.
5) Istirahat/tidur
Ibu mengatakan tidur malam 8 jam sehari.
6) Keadaan Psikologi
Ibu mengatakan senang dengan kelahiran bayinya

2. Data Objektif
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Suhu : 36,5 o C
Nafas : 22 x/menit

b. Pemeriksaan Fisik Khusus


1) Kepala
Ada ketombe pada kulit kepala, rambut tidak rontok, dan tebal
2) Muka
Tidak oedem dan pucat
3) Mata
Sklera tidak ikterik dan konjungtiva merah muda.
4) Telinga
Tidak ada serumen ataupun sekret yang keluar dari telinga.

35
5) Hidung
Tidak ada polip, sekret dan pernapasan cuping hidung.
6) Mulut dan Gigi
Mulut : tidak ada sariawan, bibir kering.
Gigi : tidak ada karies gigi
7) Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar limfe atau vena
jugularis.
8) Ketiak
Tidak ada pembengkakan kelenjar limfe
9) Dada
Pengeluaran ASI : Kolostrum masih sedikit
Putting Susu : Menonjol
10) Abdomen
Kontraksi : Baik (Keras)
TFU : 2 jari dibawah pusat
Kandung kemih : kosong
11) Angogenital
a) Anogenital : tidak ada verises, tidak ada kemerahan, nyeri,
lochea rubra
b) Perineum : ada bekas luka, tidak bengkak atau kemerahan,
masih basah dan terdapat jahitan
12) Ekstremitas
Atas : tidak ada varises, oedem ataupun kelainan
Bawah : tidak ada varises, oedem ataupun kelainan.

36
B. Interpretasi Data
Tanggal : 01 November 2022 Pukul : 08.00 WIB
1. Diagnosis : Ny. D P2A0 postpartum 6 jam
Data Dasar :
DS :
a) Ibu mengatakan melahirkan anak kedua pada tanggal 31 Oktober 2022
pukul 23.43 WIB
b) Ibu mengatakan perutnya terasa mules
c) Ibu mengatakan keluar darah dari kemaluan seperti haid
d) Ibu mengatakan ASI yang keluar sedikit.

DO :

1) Keadaan umum : Baik


2) Kesadaran : Compos mentis
3) Tanda-tanda Vital
Tensi : 128/80 mmHg Suhu : 36,5o C
4) ASI keluar sedikit
5) Kontraksi : baik ( keras)
6) TFU : 2 jari di bawah pusat
7) Perineum : heacting jelujur derajat II post episiotomi mediolateralis
8) PPV : Lochea rubra, banyaknya 1 pembalut penuh

C. Rencana Tindakan
Tanggal : 01 November 2022 Pukul : 06.00 WIB
1. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan.
2. Jelaskan ibu tentang pijat oksitosin
3. Anjurkan ibu untuk bergerak atau mobilisasi
4. Ajarkan ibu teknik relaksasi
5. Lakukan perawatan perinium
6. Anjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene

37
7. Anjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
8. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
9. Anjurkan ibu untuk bergerak atau melakukan mobilisasi dini

D. Penatalaksanaan
Tanggal : 01 November 2022 Pukul : 08.00 WIB
1. Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
bahwa Tekanan Darah ibu : 120/80 mmHg, N : 82 x/m, RR : 22 x/m, T :
36,5 x/m.
Rasionalisasi : Pasien berhak mendapatkan informasi mengenai hasil
pemeriksaan dirinya dan tindakan apa yang akan dilakukan terhadap
dirinya (Permenkes RI, 2018)
2. Melakukan pijat oksitosin untuk mengatasi keluhan dalam memperlancar
produksi ASI dan mengajarkan keluarga untuk melakukannya.
Rasionalisasi : Pemijatan adalah salah satu terapi nonfarmakologis untuk
mengurangi ketidaknyamanan pada pasien dan membantu pasien relaksasi.
Ketika ibu merasa rileks maka akan menurunkan kadar epinefrin dan
nonepinefrin dalam darah sehingga ada keseimbangan. Produksi ASI
menjadi lancar dapat disebabkan karena peningkatan kenyamanan pada ibu
yang secara otomatis akan merangsang keluarnya hormon oksitosin (refleks
let down) sehingga dapat merangsang pengeluaran ASI pada ibu
menyusui.
3. Melakukan pemeriksaan fundus Uteri (Tifut 3 jari atas symfisis)
Rasionalisasi : Pada ibu post partum involusi uterus merupakan proses
yang sangat penting karena ibu memerlukan perawatan yang khusus,
bantuan dan pengawasan demi pulihnya kesehatan seperti sebelum hamil.
Salah satu indikator dalam proses involusi adalah tinggi fundus
uteri.(Saleha,2009)
4. Melakukan pemeriksaan jumlah darah dan jenis lochea yang keluar.
Rasionalisasi : Pada pemeriksaan lochea perlu diperhatikan bau, jumlah,
warna, dan durasi. Jumlah lochia yang sedikit atau tidak ada mungkin
disebabkan oleh infeksi atau locheametra, sedangkan jumlah yang banyak
38
mungkin disebabkan oleh infeksi atau terlambatnya proses involusi.
Lochia dengan warna merah yang menetap, menandakan subinvolusi atau
terdapat sisa-sisa konsepsi atau retensio plasenta dalam uterus.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010)
5. Memberikan tablet FE satu kali sehari
Rasionalisasi : Pemberian tablet besi sebagai suplemen merupakan upaya
untuk meningkatkan kadar besi (Fe) dalam jangka waktu singkat, hal ini
dilakukan untuk mencegah terjadinya defisiensi Fe pada ibu nifas yang
diakibatkan karena kurangnya zat besi yang diabsorbsi tubuh melalui
makanan yang mengandung besi.
6. Menjelaskan pada ibu untuk banyak minum air putih dan mengkonsumsi
sayuran berwarna hijau seperti sayur katu dan bayam.
Rasionalisasi : Ibu menyusui berisiko mengalami dehidrasi karena terus
mengeluarkan ASI. Oleh karena itu, pastikan bahwa ibu memenuhi
kebutuhan cairan setiap hari. Indikator untuk melihat apakah ibu
mengalami dehidrasi atau tidak bisa dilihat dari warna urine. Dan Semua
nutrisi di dalam sayuran hijau sangat dibutuhkan baik untuk ibu maupun
bagi bayi. Selain itu, sayuran hijau juga mengandung banyak antioksi dan
dan memiliki jumlah kalori yang rendah.
7. Menjelaskan teknik menyusui yang benar.
Rasionalisasi : Dengan teknik menyusui yang benar akan mendorong
keluarnya ASI secara maksimal sehingga keberhasilan menyusui bisa
tercapai.(Risani,2022)
8. Menjelaskan pada ibu untuk memberikan ASI eklusif kepada bayinya
sampai usia bayi enam bulan
Rasionalisasi : ASI mengandung banyak nutrisi yang paling sesuai bagi
kebutuhan tubuh bayi, serta mudah diterima dan dicerna oleh sistem
pencernaannya yang masih sangat rentan. Jika diberi makanan tambahan
lain sebelum bayi berusia 6 bulan, maka pencernaan bayi belum mampu
mencerna dengan baik makanan tersebut, bahkan risiko munculnya
penyakit pencernaan. (https://promkes.kemkes.go.id/)
39
9. Mengajarkan ibu untuk menjaga personal hygiene yaitu dengan cara
sebelum dan sesudah memegang luka cuci tangan dengan sabun, cebok
yang benar dari depan kebelakang, dan tidak menggunakan air hangat
karena dapat melonggarkan jahitan pada perineum
Rasionalisasi : Personal hygiene pada masa postpartum seorang ibu sangat
penting menjaga kebersihan diri agar tidak rentan terkena infeksi.Menjaga
kebersihan diri secara keseluruhan untuk menghindari infeksi baik pada
luka jahitan maupun kulit. Jika seorang ibu postpartum tidak melakukan
personal hygiene dengan baik akan terjadi infeksi pada masa nifas yaitu
terjadinya peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman
kedalam alat- alat genetalia (Hayati, 2020).
10. Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi atau duduk dan berjalan
Rasionalisasi : Mobilisasi dini tidak hanya mempercepat kesembuhan
luka jahitan episiotomi tetapi juga memulihkan kondisi tubuh ibu jika
dilakukan, dengan benar dan tepat. Mobilisasi dini atau gerakan sesegera
mungkin bisa mencegah aliran darah terhambat. Hambatan aliran darah
bisa menyebabkan terjadinya thrombosis vena dalam (deepvein
trombosis) dan menyebabkan infeksi (Amalia & Larasati, 2018).
11. Menganjurkan pada ibu untuk istirahat yang cukup
Rasionalisasi : Pada saat postpartum/nifas, ibu nifas sangat membutuhkan
istirahat ataupun tidur yang mencukupi. Ibu menyusui sangat
memerlukan istirahat dikarenakan dengan istirahat yang cukup dapat
membantu pemulihan kondisi ibu setelah hamil dan persalinan
12. Memberikan konseling pada ibu untuk menggunakan kotrasepsi
Rasionalisasi : Untuk mengatur jumlah dan jarak kelahiran sehingga
dapat memperbaiki kesehatan tubuh karena mencegah kehamilan yang
berulang kali dengan jarak yang dekat
13. Melakukan Pendokumentasian
Rasionalisasi : untuk mengidentifikasi status kesehatan klien dalam
rangka mencatat kebutuhan klien, merencanakan, melaksanakan
tindakan, mengevaluasi tindakan
40
G. Evaluasi
Tanggal : 01 November 2022 Pukul : 06.15 WIB
1. Ibu telah mengetahui hasil pemesiksaannya bahwa TD : 120/80 mmHg.
Nadi : 82 x/m, Suhu : 36,5 o C, Nafas : 22 x/menit, Kontraksi uterus baik
dan perdarahan normal, lochea rubra
2. Ibu mengerti tentang pijat oksitosin untuk mengatasi keluhan dalam
memperlancar produksi ASI dan mengajarkan keluarga untuk
melakukannya.
3. Ibu bersedia minum tablet FE satu kali sehari
4. Ibu bersedia untuk banyak minum air putih dan mengkonsumsi sayuran
berwarna hijau
5. Ibu mengerti cara teknik menyusui yang benar
6. Ibu bersedia memberikan ASI eksklusif kepada bayinya
7. Ibu sudah melakukan personal hygiene
8. Ibu telah melakukan mobilisasi dengan miring kiri, kanan, duduk dan
berjalan ke kamar mandi
9. Ibu telah beristirahat

H. Catatan Perkembangan Postpartum

Tanggal : 01 November 2022 Pukul : 14.00 WIB


S Ibu mengatakan ASI sudah mulai keluar

O 1. Pemeriksaan Umum
 KU : Baik.
 Kesadaran : Compos Mentis
 Tanda-Tanda Vital
TD: 120/70 mmHg,
N: 84x/m
R: 21x/m
S: 36,4 oC

41
2. Pemeriksaan Fisik
 Tifut : 2 jari bawah pusat
 Kontraksi uterus teraba keras
 Lochea rubra
 Kandung kemih : kosong
 Ibu telah melakukan mobilisasi (berjalan)
A Ny. D P2A0 postpartum 14 jam
P 1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa TTV, TD:
120/70 mmHg, N: 84x/m, R: 21 x/m, S: 36,4 oC, TFU 2 jari di bawah
pusat, kontraksi keras, lochea rubra.
Evaluasi : ibu mengerti dan sudah mengetahui hasil pemeriksaan
2. Menganjurkan untuk tetap melakukan pijat oksitosin
Evaluasi : ibu telah melakukan pijat oksitosin.
3. Menganjurkan ibu untuk makan sayuran hijau seperti daun katuk untuk
memperlancar ASI
Evaluasi : ibu mengerti dan akan mengikuti anjuran bidan
4. Melakukan pendokumentasian hasil pemeriksaan
Evaluasi : dokumentasi telah dilakukan

Tanggal : 01 November 2022 Pukul : 20.00 WIB


S Ibu mengatakan ASI sudah lancar

O 1. Pemeriksaan Umum
 KU : Baik.
 Kesadaran : Compos Mentis
 Tanda-Tanda Vital
TD: 120/80 mmHg,
N: 80 x/m
R: 20 x/m
S: 36,3 oC
2. Pemeriksaan Fisik

42
 Tifut : 3 jari bawah pusat
 Kontraksi uterus teraba keras
 Lochea rubra
 Ibu telah BAK
A P2A0 postpartum 20 jam dengan luka episiotomi
P 1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa TTV, TD:
120/80 mmHg, N: 80x/m, R: 20 x/m, S: 36,3 oC, TFU 3 jari di bawah
pusat, kontraksi keras, lochea rubra.
Evaluasi : ibu mengerti dan sudah mengetahui hasil pemeriksaan
2. Menganjurkan ibu untuk untuk makan sayuran hijau seperti daun katuk
untuk memperlancar ASI
Evaluasi : ibu mengerti dan akan mengikuti anjuran bidan
3. Melanjutkan untuk tetap melakukan pijat oksitosin
Evaluasi : ibu telah melanjutkan pijat oksitosin
4. Melakukan pendokumentasian hasil pemeriksaan
Evaluasi : dokumentasi telah dilakukan

Tanggal : 02 November 2022 Pukul : 07.00 WIB


S Ibu mengatakan keadaaannya sudah membaik dan ASI nya sudah lancar

O 1. Pemeriksaan Umum
 KU : Baik.
 Kesadaran : Compos Mentis
 Tanda-Tanda Vital
TD: 120/70 mmHg,
N: 80 x/m
R: 21 x/m
S: 36,5 oC
2. Pemeriksaan Fisik
 Tifut : 3 jari bawah pusat
 Kontraksi uterus teraba keras
43
 Lochea rubra
A P2A0 postpartum 2 hari
P 1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa TTV, TD:
120/70 mmHg, N: 80 x/m, R: 21 x/m, S: 36,5 oC, TFU 3 jari di bawah
pusat, kontraksi keras, lochea rubra.
Evaluasi : ibu mengerti dan sudah mengetahui hasil pemeriksaan
2. Melakukan KIE tentang nutrisi seimbang kepada ibu seperti seperti
perbanyak makan sayuran hijau, buah-buahan serta protein pada ayam
dan ikan dengan porsi 1 ½ gelas nasi, ikan/daging 1 potong sedang,
tempe/tahu 1 potong, sayuran 1 mangkok sedang, buah 1 potong
Evaluasi : ibu mengerti penjelasan bidan dan akan mengikuti anjuran
bidan.
3. Menjelaskan kepada ibu mengenai tanda bahaya masa nifas seperti :
a Keluar darah yang banyak atau lebih dari 500 ml 24 jam setelah
lahir atau lebih
b Cairan vagina yang keluar pada masa nifas berbau busuk
c Adanya demam tinggi atau suhu >38oC
d Payudara kemerahan, bengkak, dan sakit
e Tidak adanya kontraksi uterus atau pengecilan perut terganggu
f Nyeri pada perut dan pelvis
g Pusing dan lemas yang berlebihan, sakit kepala, nyeri epigastrik,
dan penglihatan Kabur
h Rasa sakit, merah, lunak dan pembengkakan di wajah maupun
ekstremitas.

i Demam, muntah, dan rasa sakit waktu berkemih


Jika terdapat salah satu tanda bahaya masa nifas menganjurkan ibu
untuk datang ke fasilitas kesehatan terdekat.
Evaluasi : Ibu mengerti penjelasan bidan dan akan pergi ke fasilitas
kesehatan jika terdapat tanda bahaya selama masa nifas
4. Mengajarkan perawatan luka perineum dengan cara dibersihkan

44
dengan air bersih, dan gunakan kasa steril dan menganjurkan ibu untuk
menjaga perineumnya selalu bersih dan kering, hindari mengolesi atau
memberikan obat atau ramuan tradisional pada perineum, mencuci
perineum dengan air bersih yang mengalir tiga sampai empat kali
sehari, mengganti pembalut setiap kali basah atau lembab oleh lochea
dan keringat maupun setiap habis buang air kecil, memakai bahan
celana dalam berbahan katun agar menyerap keringat.
Evaluasi : ibu mengerti penjelasan bidan dan akan melakukannya di
rumah
5. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya setiap 2 jam dan
memberikan ASI Ekslusif sampai usia 6 bulan dan 2 tahun ditambah
dengan MP-ASI
Evaluasi : ibu mengerti penjelasan bidan dan akan melakukan asi
ekslusif
6. Melanjutkan pijat oksitosin untuk memperlancar produksi ASI
Evaluasi : ibu telah melanjutkan pijat oksitosin
7. Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir
Evaluasi : ibu mengerti penjelasan bidan
8. Pasien diperbolehkan pulang dan melakukan perawatan nifas dirumah
Evaluasi : ibu mengerti penjelasan bidan
9. Menganjurkan ibu untuk kontrol ulang bayinya saat tali pusat lepas
dan kontrol jahitan ibu seminggu lagi atau tanggal 10 November 2022
Evaluasi : ibu mengerti penjelasan bidan dan akan melakukan kontrol
ulang seminggu lagi
10. Melakukan pendokumentasian hasil pemeriksaan
Evaluasi : dokumentasi telah dilakukan

45
I. Pembahasan Kasus Dan Teori
Pada kasus ini, ibu nifas multigravida dengan keluhan ASI sedikit.
Dimana hal ini merupakan keadaan fisiologis dan dibutuhkan konseling yang
tepat. Masalah yang sering muncul dalam kasus ini yaitu ibu merasa takut tidak
bisa memberikan ASI kepada bayinya karena ASInya sedikit. Kebutuhan yang
diperlukan yaitu penjelasan mengenai pijat oksitosin untuk memperlancar
produksi ASI.
Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan bahwa Ny. D usia 33 tahun
dengan keluhan ASI sedikit, ditemukan masalah bahwa Pengeluaran ASI dapat
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu produksi dan pengeluaran. Produksi ASI
dipengaruhi oleh hormon prolaktin sedangkan pengeluaran dipengaruhi oleh
hormone oksitosin. Hormon oksitosin akan keluar melalui rangsangan ke
puting susu melalui isapan mulut bayi atau melalui pijatan pada tulang
belakang ibu bayi, dengan dilakukan pijatan pada tulang belakang ibu akan
merasa tenang, rileks, meningkatkan ambang rasa nyeri dan mencintai bayinya,
sehingga dengan begitu hormon oksitosin keluar dan ASI pun cepat keluar.
Sehingga hal yang dibutuhkan yaitu penjelasan ini yaitu tentang cara
melakukan pijat oksitosin untuk memperlancar produksi ASI dalam menyusui.
Pada kasus ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dan
kasus.
Rasa nyaman yang ibu rasakan akan membantu dalam pengeluaran ASI
sehingga ibu tidak akan merasakan nyeri baik dari hisapan bayi pada payudara
maupun kontraksi uterus karena pada pemijatan tengkuk dan punggung
mampu mengeluarkan endorphin merupakan senyawa yang menenangkan.
Dalam keadaan tenang seperti inilah ibu nifas yang sedang menyusui mampu
mempertahankan produksi ASI yang mencukupi bagibayinya.
Antisipasi yang dilakukan dalam kasus ini agar terhindar dari terjadinya
bendungan asi. Pijat oksitosin dapat mengurangi ketidak nyamanan fisik serta
memperbaiki mood. Pijat yang dilakukan disepanjang tulang belakang ini juga
dapat merileksasikan ketegangan pada punggung dan menghilangkan stres
sehingga dapat memperlancar pengeluaran ASI. Sedangkan menurut Depkes

46
RI (2007, dalam Wijayanti, 2014), pijat oksitosin dapat mengurangi bengkak,
mengurangi sumbatan ASI dan mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan
bayi sakit.
Anjuran untuk Menyusui yang benar yaitu dengan cara puting susu di
olesi dengan ASI secara keseluruhan, pegang payudara dengan ibu jari berada
diatas puting, sedangkan ke empat jari yang lain dibawah puting,
masukanputing susu sampai bagian areola (bagian hitam) masuk kedalam
mulut bayi, dan apabila bayi sudah selesai menyusui, sendawakan bayi dengan
cara menepuk-nepuk punggung bayi secara pelan-pelan. Tujuan dari teknik
menyusui yang baik dan benar untuk mendorong keluarnya ASI secara
maksimal sehingga keberhasilan menyusui bias tercapai

47
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada kasus ini, ibu nifas multigravida dengan keluhan ASI sedikit.
Dimana hal ini merupakan keadaan fisiologis dan dibutuhkan konseling yang
tepat. Masalah yang sering muncul dalam kasus ini yaitu ibu merasa takut
tidak bisa memberikan ASI kepada bayinya karena ASInya sedikit.
Kebutuhan yang diperlukan yaitu penjelasan mengenai pijat oksitosin untuk
memperlancar produksi ASI.
Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan bahwa Ny. D usia 33 tahun
dengan keluhan ASI sedikit. Ditemukan masalah bahwa Pengeluaran ASI
dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu produksi dan pengeluaran. Produksi
ASI dipengaruhi oleh hormon prolaktin sedangkan pengeluaran dipengaruhi
oleh hormone oksitosin. Hormon oksitosin akan keluar melalui rangsangan ke
puting susu melalui isapan mulut bayi atau melalui pijatan pada tulang
belakang ibu bayi, dengan dilakukan pijatan pada tulang belakang ibu akan
merasa tenang, rileks, meningkatkan ambang rasa nyeri dan mencintai
bayinya, sehingga dengan begitu hormon oksitosin keluar dan ASI pun cepat
keluar. Sehingga hal yang dibutuhkan yaitu penjelasan ini yaitu tentang cara
melakukan pijat oksitosin untuk memperlancar produksi ASI dalam
menyusui, personal hygiene, pola istirahat, nutrisi, perawatan luka heacting
dan teknik relaksasi dan kunjungan ulang pada masa nifas.
Pada kasus ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara
teori dan kasus.

B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan dapat memahami teori dan praktik pelaksanaan asuhan
kebidanan pada ibu normal dengan dikitnya produksi ASI
2. Bagi PMB
Diharapkan dapat menambah informasi mengenai asuhan kebidanan pada
ibu normal dengan dikitnya produksi ASI.

48
3. Bagi Ibu nifas
Diharapkan dapat mengerti pencegahan dan penanganan yang tepat saat
mengalami keluhan dikitnya produksi ASI

49
DAFTAR PUSTAKA
Asih, Yusari & Risneni. 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas dan
Menyusui. Jakarta: Trans Info Media.

Barkin, J. L., Bloch, J. R., Hawkins, K. C., & Thomas, T. S. (2014). Barriers to
optimal social support in the postpartum period. JOGNN - Journal of
Obstetric, Gynecologic, and Neonatal Nursing, 43(4), 445–454.

Delima M et al. 2016. Pengaruh Pijat Oksitosin terhadap Peningkatan Produksi


ASI Ibu Menyusui di Puskesmas Plus Mandiangin.
http://ejournal.kopertis10.or.id/index.php/jit/article/view/1238.

Dewi, Vivian Nanny Lia & Tri Sunarsih. 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu
Nifas.Jakarta: Salemba Medika.

Grindheim, G., Estensen, M. E., Langesaeter, E., Rosseland, L. A., & Toska, K.
(2012). Changes in blood pressure during healthy pregnancy: A longitudinal
cohort study. Journal of Hypertension, 30(2), 342–350.

Handayani T. 2014. Pemberian Pijat Oksitosin Terhadap Pengeluaran Kolostrum


Pada Asuhan Keperawatan Ny.E Dengan Post Partum Sectio Caesarea Atas
Indikasi Ketuban Pecah Dini (KPD) Di Ruang Mawar I RSUD Dr.
Moewardi Surakarta.

Haryono R, Setianingsih S. 2014. Manfaat ASI EKSKLUSIF Untuk Buah Hati


Anda. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Luthfiyana, Nurul Ulya. 2015. Perbedaan Pijat Oksitosin dan Breast Care
terhadap Jumlah ASI Pada Ibu Post Partum.

Mansyur, N., & Dahlan, K. . (2014). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Masa Nifas.
In Makara Printing Plus. Selaksa.

Marliandiani, Yefi & Nyna Puspita Ningrum. 2015. Buku Ajar Asuhan Kebidanan
pada Masa Nifas dan Menyusui. Semarang: Salemba Medika.

Putri, Novia Tri Tresnani dan Sumiyati. 2015. Mengatasi Masalah Pengeluaran
ASI Ibu Post Partum Dengan Pemijatan Oksitosin.

Supingah, C., Utami, S., & Agritubella, S. M. (2019). pelaksanaan mobilisasi dini
pada ibu post SC. JUrnal Ilmu Kebidanan, 5(2), 124–136.

Widuri H. 2018. Cara Mengelola ASI EKSLUSIF Bagi Ibu Bekerja. Yogyakarta:
Gosyen Publishing

Wulandari, Fionie Tri et al. 2014. Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Pengeluaran

50
Kolostrum pada Ibu Post Partum di Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi
Kepulauan Riau.

Vaezi, A., Soojoodi, F., Banihashemi, A. T., & Nojomi, M. (2019). The
association between social support and postpartum depression in women: A
cross sectional study. Women and Birth, 32(2),

Yanti, H., Yohanna, W., & Nurida, E. (2018). Kelancaran Produksi ASI pada Ibu
Post Partum Ditinjau dari Inisiasi Menyusu Dini dan Isapan Bayi. Jurnal
Aisyah : Jurnal Ilmu Kesehatan, 3(1), 39-46.

Zulmuawinah, dkk. 2019. Faktor Prediktor Pemberian ASI Esklusif Pada Ibu
Menyusui Wilayah Kerja Puskkesmas Mangasa Kota Makassar. Makassar :
Public Health Faculty Universitas Muslim Indonesia.

51

Anda mungkin juga menyukai