Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN FISIOLOGI HOLISTIK PADA


KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI
DI PUSKESMAS TANJUNG REJO
TAHUN 2024

STASE IV

OLEH :
WARIDHATUL ASHLA
P07524723097

DOSEN PEMBIMBING :
(Ardiana Batubara, SST, M.Keb)
NIP. 196605231986012001

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN


JURUSAN KEBIDANAN MEDAN
PRODI PROFESI BIDAN
TAHUN 2024
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN FISIOLOGI HOLISTIK PADA
KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI
DI PUSKESMAS TANJUNG REJO
TAHUN 2024

OLEH :
WARIDHATUL ASHLA
P07524723097

Menyetujui,

Pembimbing Institusi Pembimbimbing Lahan Praktik

(Ardiana Batubara, SST, M.Keb) (Rizka Zaitun, S.Tr. Keb)


NIP. 196605231986012001 NIP. 197408121993032003

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

(Tri Marini, SST, M.Keb)


NIP.1980030820001122002

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya maka saya
dapat menyelesaikan Jurnal Reading Pada Stase VII pada Program Studi Profesi
Bidan di Poltekkes kemenkes Medan.
Pada kesempatan ini juga saya berterima kasih atas bimbingan dan masukan
dari semua pihak yang telah memberikami bantuan wawasan untuk dapat
menyelesaikan laporan pendahuluan ini, baik itu secara langsung maupun tidak
langsung. Saya menyadari isi Laporan Pendahuluan ini masih jauh dari kata
sempurna, baik dari segi kalimat, isi maupun dalam penyusunan. Ucapan terima
kasih kepada:

1. Ibu Raden Roro Sri Arini Winarti Rinawati, SKM., M.Kep selaku direktur
Poltekkes Kemenkes Medan
2. Ibu Arihta Br Sembiring, SST, M. Kes Selaku Kepala Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes RI yang telah memberikan kesempatan kepada kami
untuk melaksanakan Praktek Lapangan.
3. Ibu Tri Marini SN, SST, M. Keb selaku kepala Program Studi kebidanan
program Profesi Bidan RI yang telah memberikan kesempatan kepada kami
untuk melaksanakan Praktek Lapangan
4. Ibu Ardiana Batubara, SST, M.Keb Selaku Dosen Pembimbing yang senantian
meluangkan waktunya untuk membimbing saya selama proses menyelesaikan
laporan pendahuluan ini.
5. Ibu Rizka Zaitun, S.Tr.Keb, selaku Bidan Koordinator Puskesmas Tanjung
Rejo yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama melakukan praktik
di Puskesmas.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi saya
sendiri selaku mahasiswa kesehatan.

Medan, Januari 2024

Waridhatul Ashla

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ i


KATA PENGANTAR ........................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................... .... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Tujuan ............................................................................................... 2
1. Tujuan Umum ............................................................................... 2
2. Tujuan Khusus .............................................................................. 2
C. Manfaat ............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................ 3
A. Konsep Dasar Keluarga Berencana ................................................... 3
1. Pengertian keluarga Berencana .................................................... 3
2. Tujuan Program Keluarga Berencana........................................... 3
3. Sasaran Keluarga Berencana ........................................................ 4
4. Ruang Lingkup Program Keluarga Berencana ............................. 5
5. Jenis – Jenis Kontrasepsi .............................................................. 5
DAFTAS PUSTAKA .............................................................................. 27

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih menjadi permasalahan
utama bidang kesehatan serta masih jauh dari target global SDGs. Dari hasil
Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 menyebutkan AKI 305/100.000
Kelahiran Hidup (KH), dan target Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2024 untuk AKI sebesar 183/100.000 Kelahiran Hidup.
Angka Kematian Neonatal (AKN) masih tinggi di Indonesia. Hasil Survei
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 menyebutkan AKN adalah
15/1.000 KH dengan target 2024 adalah 10 per 1.000 kelahiran hidup, Angka
Kematian Bayi (AKB) 24/1.000 KH dengan target 2024 adalah 16/1.000 KH.
Sedangkan target 2030 secara global untuk AKI adalah 70/100.000 KH, AKB
mencapai 12/1.000 KH dan AKN 7/1.000 KH. Salah satu pendekatan yang
banyak digunakan adalah pendekatan Safe motherhood, dimana terdapat empat
pilar dalam menurunkan angka kematian ibu, yaitu keluarga berencana,
pemeriksaan kehamilan sesuai standar, persalinan bersih dan aman, serta
PONED dan PONEK.

Pelayanan kontrasepsi atau keluarga berencana merupakan merupakan


intervensi strategis dalam menurunkan AKI dan AKB. Penggunaan kontrasepsi
bertujuan untuk memenuhi hak reproduksi setiap orang, membantu
merencanakan kapan dan berapa jumlah anak yang diinginkan, dan mencegah
kehamilan yang tidak diinginkan. Penggunaan alat kontrasepsi secara tepat juga
dapat mengurangi risiko kematian ibu dan bayi, oleh karena itu pemenuhan
akan akses dan kualitas program Keluarga Berencana (KB) sudah seharusnya
menjadi prioritas dalam pelayanan Kesehatan. Dalam rangka meningkatkan
akses dan kualitas pelayanan KB sesuai rekomendasi International Conference
on Population and Development (ICPD) tahun 1994, upaya penguatan
manajemen pelayanan KB menjadi salah satu upaya yang sangat penting. Hal

1
ini juga selaras dengan amanat Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, yaitu pemerintah bertanggung jawab dan menjamin ketersediaan
tenaga, fasilitas pelayanan, alat dan obat dalam memberikan pelayanan KB
yang aman, bermutu, dan terjangkau oleh masyarakat.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk dapat melakukan asuhan kebidanan komprehensif dan menganalisis
keterkaitan antara penyebab, masalah, faktor risiko, serta penatalaksanaan yang
sesuai dengan kasus pada Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi dalam
bentuk pendokumentasi manajemen SOAP.
2. Tujuan Khusus
1) Melakukan analisis data yang telah diperoleh untuk merumuskan asuhan pada
Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi.
2) Melakukan pengkajian asuhan kebidanan Keluarga Berencana dan Kesehatan
Reproduksi di Puskesmas Tanjung Rejo dengan manajemen kebidanan dan
pendokumentasian SOAP.
C. Manfaat
1. Bagi Tenaga kesehatan
Meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan khususnya pada Keluarga
Berencana dan Kesehatan Reproduksi.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil laporan komprehensif ini dapat digunakan sebagai bahan kepustakaan
untuk menambah pengetahuan khususnya untuk program study Profesi
Kebidanan di Politeknik Kebidanan Poltekkes Kemenkes Medan.
3. Bagi Lahan Praktik
Sebagai acuan dalam meningkatkan mutu pelayanan asuhan kebidanan dalam
asuhan kebidanan pada Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Keluarga Berencana


1. Pengertian Keluarga Berencana
Menurut WHO (expert committe, 1970), Keluarga berencana adalah
tindakan yang membantu individu/pasangan suami istri untuk medapatkan objektif-
objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval
diantara kehamilan dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. Tujuan program
KB secara filosofis adalah meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta
mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian
kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia, terciptanya
penduduk yang berkualitas, sumber daya yang bermutu dan meningkatkan
kesejahteraan keluarga (Wirda, 2021).
Salah satu kebijakan yang telah diatur oleh pemerintah mengenai program
KB tertuang pada Peraturan Pemerintah Nomor 87 Tahun 2014 Tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana,
dan Sistem Informasi Keluarga yang menjelaskan bahwa tujuan dari program KB
yaitu sebagai usaha dalam mengatur kelahiran anak, mengatur jarak dan usia
melahirkan yang ideal, serta mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan,
dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang
berkualitas.
Keluarga berencana yaitu suatu usaha suami dan istri untuk mengukur
jumlah dan jarak anak yang diinginkan. Usaha yang dimaksud termasuk kontrasepsi
atau pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga.
Prinsip dasar metode kontrasepsi adalah mencegah sperma laki mencapai
dan membuahi telur wanita (fertilasi ) atau mencegah telur yang sudah dibuahi
untuk berimplantasi ( melekat) dan berkembang didalam rahim.
2. Tujuan Program Keluarga Berencana
Tujuan Keluarga berencana yaitu untuk membentuk keluarga kecil sesuai
dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan

3
kelahiran anak agar di peroleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya .
Keluarga berencana juga bertujuan untuk menurunkan angka kelahiran yang
bermakna, untuk mencapai tujuan tersebut maka diadakan kebijakaan yang
dikategorikan dalam tiga fase ( menjarangkan, menunda, dan menghentikan )
maksud dari kebijakan tersebut yaitu untuk menyelamatkan ibu dan anak akibat
melahirkan pada usia muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan melahirkan
pada usia tua (Fauziah, 2020).
3. Sasaran Keluarga Berencana
Sasaran program KB KB (Sri Handayani, 2020) dibagi menjadi 2 yaitu
sasaran secara langsung dan sasaran tidak langsung :
1) Sasaran secara langsung
Adalah pasangan usia subur (PUS) yang bertujuan untuk menurunkan
tingkat kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi secara
berkelanjutan.
2) Sasaran tidak langsung
Adalah pelaksana dan pengelola KB, dengan tujuan menurunkan tingkat
kelahiran hidup melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu
dalam rangka mencapai keluarga yang berkualitas, keluarga sejahtera.
Sasaran Program KB dalam RPJMN 2004-2009 meliputi (Bidan dan Dosen
Kebidanan Indonesia Vol.2, 2018) :
1) Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi sekitar 1,14% per
tahun
2) Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 per perempuan
3) Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan menjarangkan
kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat atau cara kontrasepsi menjadi
6%
4) Meningkatnya peserta KB laki-laki menjadi 4,5%
5) Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang rasional, efektif dan
efisien.

4
6) Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan menjadi 21
tahun
7) Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak
8) Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera -1 yang
aktif dalam usaha ekonomi produktif
9) Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan
program KB nasional.
4. Ruang Lingkup Program Keluarga Berencana
1) Komunikasi informasi dan edukasi
2) Konseling
3) Pelayanan infertilitas
4) Pendidikan seks
5) Konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan
6) Konsultasi genetic
5. Jenis-Jenis Kontrasepsi
1) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
a) AKDR Copper
AKDR Copper adalah suatu rangka plastik yang lentur dan kecil dengan
lengan atau kawat Copper (tembaga) di sekitarnya.
Cara kerja:
Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke saluran telur karena
tembaga pada AKDR menyebabkan reaksi inflamasi steril yang toksik buat
sperma
Keuntungan :
1. Mencegah kehamilan dengan sangat efektif Kurang dari 1 kehamilan
per 100 perempuan yang menggunakan AKDR selama tahun pertama
2. Efektif segera setelah pemasangan
3. Berjangka Panjang, Studi menunjukkan bahwa AKDR CuT-380A
efektif hingga 12 tahun, namun ijin edar berlaku untuk 10 tahun
penggunaan.
4. Tidak mempengaruhi hubungan seksual

5
5. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI Dapat dipasang
segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi
infeksi)
6. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid
7. terakhir)
8. Kesuburan segera kembali setelah AKDR dilepas.
Keterbatasan :
1. Pemasangannya dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terlatih secara
khusus memasangnya pada rahim perempuan melalui vagina dan
serviks. Seringkali klien takut selama pemasangan
2. Tidak ada perlindungan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS)
3. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan
yang sering berganti pasangan
4. Klien tidak dapat melepas AKDR sendiri
5. AKDR mungkin keluar dari uterus tanpa diketahui
6. Klien harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu
dengan cara memasukkan jari ke dalam vagina (sebagian perempuan
tidak mau melakukan ini).
b) AKDR Levonorgestrel (AKDR-LNG)
AKDR LNG adalah suatu alat berbahan plastik berbentuk T yang secara
terus-menerus melepaskan sejumlah kecil hormon progestin
(levonorgestrel) setiap hari
Cara kerja:
Menghambat sperma membuahi sel telur telur.
Keuntungan
1. Mencegah Kehamilan dengan sangat efektif Kurang dari 1
kehamilan per 100 perempuan yang menggunakan AKDR-LNG
selama tahun pertama (2 per 1.000 perempuan).
2. Studi menunjukkan bahwa AKDR Mirena efektif hingga 7 tahun,
namun ijin edar berlaku untuk 5 tahun penggunaan.
3. Tidak mempengaruhi hubungan seksual

6
4. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
5. Kesuburan segera kembali setelah AKDR dilepas
6. Mengurangi nyeri haid
7. Mengurangi jumlah darah haid sehingga dapat mencegah anemia
defisiensi besi
8. Sebagai pengobatan alternatif pengganti operasi pada perdarahan
uterus disfungsional dan adenomiosis
Keterbatasan
1. Pemasangan dan pencabutan dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
terlatih secara khusus memasangnya pada uterus.
2. Mahal (Kementerian Kesehatan RI, 2021)
2) Kontrasepsi Implan
Implan merupakan batang plastik berukuran kecil yang lentur, seukuran
batang korek api, yang melepaskan progestin yang menyerupai hormon progesteron
alami di tubuh perempuan (BKKBN, 2021).
Implan atau susuk kontrasepsi merupakan alat kontrasepsi yang berbentuk
batang dengan panjang sekitar 4 cm yang didalamnya terdapat hormon progesteron,
implan ini kemudian dimasukkan kedalam kulit dibagian lengan atas. Hormon
tersebut kemudian akan dilepaskan secara perlahan dan impalnt ini dapat efektif
sebagai alat kontrasepsi selama 3 tahun (Yuli, 2017).
AKBK dikenal juga dengan nama implan atau susuk dan merupakan alat
kontrasepsi jangka panjang di mana penggunaannya dapat mencapai 5 tahun. Sesuai
dengan namanya, alat kontrasepsi ini diletakan di bawah kulit pada bagian lengan
sebelah atas. AKBK berbentuk tabung silinder seukuran batak korek api terbuat dari
bahan karet silastik yang mengandung hormon progestin levonogestrel sintesis.
Alat kontrasepsi ini bekerja dengan cara mengentalkan lendir serviks, mengubah
keadaan endometrium sehingga tidak sesuai untuk implantasi zigot, dan
memperlambat transportasi sperma. Keuntungan dari metode ini adalah dapat
digunakan pada ibu menyusui (yang hanya mengandung hormon progesteron),
tidak memengaruhi hubungan seksual, serta kesuburan cepat kembali setelah
pelepasan implan. Efek samping pasca penggunaan metode ini yaitu perubahan pola

7
menstruasi 3-6 bulan pasca pemasangan, nyeri kepala, nyeri payudara dan
kegelisahan (Rahman et al., 2017).
Jenis Kontrasepsi Implan:
Menurut (BKKBN, 2021) :
a. Implan Dua Batang (Indoplant/Jadena): terdiri dari 2 batang implan
mengandung hormon Levonorgestrel 75 mg/batang. Efektif hingga 4
tahun penggunaan (studi terkini menunjukkan bahwa jenis ini memiliki
efektivitas tinggi hingga 5 tahun).
b. Implan Satu Batang (Implanon) : terdiri dari 1 batang implan
mengandung hormon Etonogestrel 68 mg, efektif hingga 3 tahun
penggunaan (studi terkini menunjukkan bahwa jenis ini memiliki
efektivitas tinggi hingga 5 tahun).
Cara kerja:
a. Mencegah pelepasan telur dari ovarium (menekan ovulasi)
b. Mengentalkan lendir serviks (menghambat bertemunya sperma dan telur
Efek Samping Kontrasepsi Implan dan Penanggulangan
Menurut (Yuli, 2017)
a. Amenorea
Lakukan pemeriksaan kehamilan untuk memastikan apakah klien
hamil atau tidak. Apabila klien tidak hamill, tidak perlu penanganan
khusus. Apabila terjadi kehamilan dan ingin melanjutkan kehamilan,
cabut implan. Rujuk klien jika di duga terjadi kehamilan ektopik
b. Perdarahan bercak (spooting) ringan
Tidak perlu tindakan apapun jika tidak ada masalah dank klien tidak
hamil. Apabila klien tetap mengeluh permasalahan ini dan ingin tetap
menggunakan implan, berikan pil kombinasi 1 siklus atau ibu profen
3x800 mg selama 5 hari, jelaskan bahwa akan terjadi perdarahan kembali
setelah pil kombinasi habis. Apabila terjadiperdarahan yang lebih banyak
dari biasa. Beri 2 tablet pil kombinasi selama 3-7 hari kemudian lanjutkan
dengan 1 siklus pil kombinasi.

8
c. Ekspulsi
Cabut kapsul ekspulsi, periksa apakah terdapat tanda infeksi daerah
insersi bila tidak ada infeksi dan kapsul lain masih berada pada
tempatnya, pasang 1 buah kapsul baru pada tempat insersi yang berbeda.
Bila ada infeksi, cabut seluruh kapsul yang ada dan pasang kapsul baru
pada lengan yang lain.
d. Infeksi pada daerah insersi
Bila terdapat infeksi tanpa nanah, bersihkan dengan, sabun, air, dan
antiseptik. Berikan antibiotik selama 7 hari, tetapi implan tidak perlu
dilepas dan minta klien untuk kembali setelah 7 hari. Apabila tidak terjadi
perbaikan. Cabut impan.
e. Peningkatan atau penurunan berat badan
Beri tahu klien bahwa perubahan berat badan 1-2 kg adalah normal.
Apabila terjadi perubahan berat badan > 2 kg, kaji kembali diet klien.
Keuntungan :
1. Klien tidak perlu melakukan apapun setelah implan terpasang
2. Mencegah kehamilan dengan sangat efektif Kurang dari 1 kehamilan per
100 perempuan yang menggunakan implan pada tahun pertama (1 per
1.000 perempuan).
3. Merupakan metode kontrasepsi jangka panjang untuk 3 hingga 5 tahun,
tergantung jenis implan.
4. Tidak mengganggu hubungan seksual
5. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
6. Kesuburan dapat kembali dengan segera setelah implan dilepas.
7. Mengurangi nyeri haid
8. Mengurangi jumlah darah haid sehingga dapat mencegah anemia
defisiensi besi (BKKBN, 2021).
Keterbatasan :
1. Tidak ada perlindungan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS).

9
2. Membutuhkan tenaga kesehatan yang terlatih secara khusus untuk
memasang dan melepas. Klien tidak dapat memulai atau menghentikan
pemakaian implan secara mandiri (Kementerian Kesehatan RI, 2021).
Teknik pemasangan Implant
a. Persiapan alat dan bahan
1) Meja periksa untuk tempat tidur klien
2) Penyangga lengan atau meja samping
3) Sabun untuk mencuci tangan
4) 2 kapsul implan dalam satu kemasan steril
5) Kain penutup operasi steril (bersih) yang kering
6) 3 mangkok steril atau DTT (1 untuk larutan antiseptik, 1 tempat air
DTT/steril, kapas dan 1 lagi untuk tenpat kapsul implan-2. Kapsul implan-
2 plus dan fin ada di dalam trokar steril.
7) Sepasang sarung tangan steril/DTT
8) Larutan antiseptik
9) Anasesi lokal (konsetrasi 1% tanpa epinefrin)
10) Tabung suntik (5 atau 10 ml) dan jarum suntik dengan panjang 2,5-4 cm
(nomor 22).
11) Trokar nomor 10 dengan pendorongnya
12) Skalpel (pisau bedah) nomor 11
13) Pola terbuat dari plastik (template) untuk menandai posisi kapsul (huruf v)
14) Band aid (plester untuk luka ringan) atau kasa steril dengan plaster.
15) Kasa pembalut
16) Epinefrin untuk syok anafilaktik (harus selalu tersedia untuk keadaan
darurat).
b. Pemasangan Implan
Kapsul implan di pasang tepat di bawah kulit, di atas lipat siku, di
daerahmedial lengan atas. Untuk tempat pemasangan kapsul, pilihlah lengan
klien yang jarang digunakan.

10
c. Langkah Pemasangan
Sebelum memulai tindakan, periksa kembali untuk memastikan apakah
klien: sedang minum obat yang dapat menurunkan efektivitas implan, sudah
pernah mendapat anastesi lokal sebelumnya, dan alergi terhadap obat anastesi
lokal atau jenis obat lainnya.
1) Persiapan
a) Langkah 1
Pastikan klien telah mencuci dan membilas lengan atas hingga bersih.
Periksa kembali tidak ada sisa sabun karena dapat menurunkan
efektivitas antiseptik tertentu.
b) Langkah 2
Lapisi tempat penyangga lengan atau meja samping dengan kain bersih.
c) Langkah 3
Persilahkan klien berbaring dan lengan atas yang telah disiapkan,
ditempatkan diatas meja penyangga, lengan atas membentuk sudut 30°
terhadap bahu dan sendi siku 90° untuk memudahkan petugas melakukan
pemasangan.
d) Langkah 4
Tentukan tempat pemasangan yang optimal, 8 cm (3 inci) di atas lipat
siku dan reka posisi kapsul di bawah kulit (subdermal).
e) Langkah 5
Siapkan tempat peralatan dan bahan serta buka bungkus steril tanpa
menyentuh peralatan yang ada di dalamnya. Untuk implan 2 plus, kapsul
sudah berada di dalam trokar.
f) Langkah 6
Buka dengan hati-hati kemasan steril indoplant dengan menarik kedua
lapisan pembungkusnya dan jatuhkan seluruh kapsul ke dalam mangkok
steril. Untuk impalnt 2 plus, kapsul sudah berada di dalam trokar.
2) Tindakan Sebelum Pemasangan
a) Langkah 1
Cuci tangan dengan sabun dan air, keringkan dengan kain bersih

11
a) Langkah 2
Pakai sarung tangan steril atau DTT (ganti sarung tangan untuk setiap
klien guna mencegah kontaminasi silang).
b) Langkah 3
Atur alat dan bahan-bahan sehingga mudah dicapai, hitung kapsul untuk
memastikan jumlahnya sudah 2.
c) Langkah 4
Persiapkan tempat insisi dengan mengoleskan larutan antiseptik. Hapus
antiseprik yang berlebihan bila larutan ini mengaburkan tanda yang
sudah dibuat sebelumnya.
d) Langkah 5
Fokuskan area pemasangan dengan menempatkan kain penutup (doek)
atau kertas steril berlubang. Letakkan kain steril dibawah lengan atas.
e) Langkah 6
Setelah memastikan (dari anamnesa) tidak ada riwayat alergi terhadap
obat anastesi, isi alat suntik dengan 3 ml obat anastesi (lidocaine 1%,
tanpa epinefrin). Dosis ini sudah cukup untuk menghilangkan rasa sakit
selama memasang dua kapsul implan-2.
f) Langkah 7
Lakukan anastesi lokal: intrakutan dan subdermal. Hal ini akan membuat
kulit terangkat dari jaringan lunak di bawahnya dan dorong jarum untuk
menyuntikkan anestesi pada kedua jalur kapsul (masing-masing 1 ml)
membentuk huruf V.
2) Pemasangan kapsul
Sebelum membuat insisi, pastikan efek anastesi telah berlangsung
dan sensasi nyeri hilang.
a) Langkah 1
- Pegang skalpel dengan sudut 45°
- buat insisi dangkal hanya untuk sekedar
- menembus kulit. Jangan membuat insisi yang panjang atau dalam.

12
b) Langkah 2
Trokar harus di pegang dengan ujung yang tajam menghadap keatas.
Tanda 1 dekat kapsul menunjukkan batas masuknya trokar sebelum
memasukkan setiap kapsul. Tanda 2 dekat ujung menunjukkan batas
pencabutan trokar setelah memasang setiap kapsul.
c) Langkah 3
Dengan trokar di mana posisi angka (impaln-2) dan panah (impant-2
plus) menghadap ke atas masukkan ujung trokar pada luka insisi dengan
posisi 45° (saat memasukkan ujung trokar) kemudian turunkan menjadi
30° saat memasuki lapisan subdermal dan sejajar permukaan kulit saat
mendorong hingga tanda 1 (3-5 mm dari pangkal trokar).
d) Langkah 4
Untuk meletakkan kapsul tepat di bawah kulit, angkat trokar ke atas,
sehingga kulit terangkat. Masukkan trokar perlahan-lahan dan hati-hati
ke arah tanda (1) dekat pangkal. Trokar harus selalu terlihat mengangkat
kulit selama pemasangan. Masuknya trokar akan lancar bila berada tepat
dibawah kulit.
e) Langkah 5
Saat trokar masuk sampai tanda (1), cabut pendorong dari trokar (implan-
2). Untuk implan-2 plus, justru pendorong dimasukkan (posisi panah
disebelah atas) setelah tanda 1 tercapai dan diputar 180° searah jarum
jam hingga terbebas dari tahanan karena ujung pendorong memasuki alur
kapsul yang ada didalam saluran trokar.
f) Langkah 6
Masukkan kapsul pertama kedalam trokar. Gunakan pinset atau klem
untuk mengambil kapsul dan memasukkan kedalam trokar. Untuk
mencegah kapsul jatuh pada waktu dimasukkan kedalam trokar, letakkan
satu tangan di bawah kapsul untuk menangkap bila kapsul tersebut jatuh.
Langkah ini tidak di lakukan pada impalan-2 plus karena kapsul sudah
ada didalam trokar. Dorong kapsul sampai seluruhnya masuk kedalam
trokar dan masukkan kembali pendorong.

13
g) Langkah 7
Gunakan pendorong untuk mendorong kapsul ke arah ujung trokar
sampai terasa ada tahanan (jika setengah bagian pendorong masuk ke
dalam trokar). Untuk implan-2 plus, setelah pendorong masuk jalur
kapsul maka dorong kapsul hingga terasa ada tahanan.
h) Langkah 8
Tahan pendorong ditempatya kemudian tarik trokar dengan
menggunakan ibu jari dan telunjuk mendekati pangkal pendorong sampai
tanda 2 muncul diluka insisi dan pangkalnya menyentuh pegangan
pendorong. Untuk implan-2 plus, pangkal trokar tidak akan mencapai
pangkal pendorong (tertahan di tengah) karena terhalang oleh ujung
pendorong yang belum memperoleh akses ke kapsul kedua.
i) Langkah 9
Saat pangkal trokar menyentuh pegangan pendorong, tanda (2) harus
terlihat ditepi luka insisi dan kapsul saat itu keluar dari trokar tepat berada
di bawah kulit. Raba ujung kapsul dengan jari untuk memastikan kapsul
sudah keluar seluruhnya dari trokar.
j) Langkah 10
Tanpa mengeluarkan seluruh trokar, putar ujung dari trokar ke arah
lateral kanan dan kembalikan lagi ke posisi semula untuk memastikan
kapsul pertama bebas. Selanjutnya geser trokar sekitar 30°, mengikuti
pola huruf V pada lengan (fiksasi kapsul pertama dengan jari telunjuk)
dan masukkan kembali trokar mengikuti alur kali V sebelahnya sampai
tanda (1). Bila tanda (1) sudah tercapai, masukkan kapsul berikutnya ke
dalam trokar dan lakukan seperti langkah sebelumnya (langkah 8) sampai
seluruh kapsul terpasang. Untuk implan-2 plus, kapsul kedua di
tempatkan setelah trokar disorong kembali mengikuti kaki V sebelahnya
hingga tanda 1, kemudian pendorong di putar 180o berlawanan dengan
arah jarum jam hingga ujungnya mencapai pangkal kapsul kedua dan
trokar ditarik kembali ke arah pangkal pendorong.

14
k) Langkah 11
Pada pemasangan kapsul berikutnya, untuk mengurangi resiko atau
ekpulsi, pastikan bahwa ujung kapsul yang terdekat kurang lebih 5 mm
dari tepi luka insisi. Juga pastikan jarak antara ujung setiap kapsul yang
terdekat dengan tepi luka insisi (dasar huruf V) tidak lebih dari kapsul.
l) Langkah 12
Saat memasang kedua kapsul satu demi satu, jangan mencabut trokar dari
luka insisi untuk mengurangi trauma jaringan, minimalisasi infeksi dan
mempersingkat waktu pemasangan.
m) Langkah 13
Sebelum mencabut trokar, raba kapsul untuk memastikan kedua kapsul
telah terpasang.
n) Langkah 14
Pastikan ujung dari kedua kapsul harus cukup jauh dari luka insisi
(sekitar 5 mm). Bila sebuah kapsul keluar atau terlalu dekat dengan luka
insisi, harus dicabut dengan hati-hati dan dipasang kembali ditempat
yang tepat.
o) Langkah 15
Setelah kedua kapsul terpasang dan posisi setiap kapsul sudah dipastikan
tepat keluarkan trokar pelan-pelan. Tekan tempat insisi dengan jari
menggunakan kasa selama 1 menit untuk menghentikan perdarahan.
Bersihkan tempat pemasangan dengan asntiseptik. Tindakan Setelah
Pemasangan Kapsul
a) Menutup luka insisi
Temukan tepi kedua insisi dan gunakan band aid tau plaster dengan kasa
steril unutk menutup luka insisi. Luka insisi tidak perlu dijahit arena
dapat menimbulkan jaringan parut. Periksa adanya perdarahan. Tutup
daerah pemasangan dengan pembalut untuk hematosis dan mengurangi
memar (perdarahan subkutan).

15
b) Pembuangan Darah dan Dekontaminasi
Sebelum melepas sarung tangan, masukkan alat-alat ke wadah yang
berisi klorin 0,5% untuk dekontaminasi. Dekontaminasi juga jarum dan
alat suntik, pendorong dan trokar. Kain penutup (bila digunakan) harus
dicuci sebelum dipakai lagi. Taruh di dalam kontainer yang kering dan
tertutup kemudian bawa ke tempat cucian. Dengan masih memakai
sarung tangan, buang bahan-bahan terkontaminasi (kasa, kapas dan lain-
lain) dalam kontainer yang anti bocor dan diberi tanda, atau dalam
kantong plastik. Bila menggunakan sarung tangan sekali pakai, celupkan
sebentar tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan
klorin, kemudian lepaskan sarung tangan secara terbalik dan masukkan
ke tempat sampah. Bila menggunakan sarung tangan pakai ulang,
celupkan sebentar tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam
larutan klorin, lepaskan secara terbalik dan masukkan ke dalam larutan
klorin 0,5% (rendam dalam 10 menit). Cuci tangan segera dengan sabun
dan air Semua sampah harus dibakar atau ditanam (Yuli, 2017).
c) Perawatan klien
Buat catatan pada rekam medik tempat pemasangan kapsul dan kejadian
tidak umum yang mungkin terjadi selama pemasangan (gambarkan
lokasi pemasangan kapsul pada lengan atas klien). Amati klien lebih
kurang 14 sampai 20 menit untuk kemungkinan perdarahan dari luka
insisi atau efek lain sebelum memulangkan klie. Beri petunjuk untuk
perawatan luka insisi setelah pemasangan, kalau bisa diberikan secara
tertulis (Yuli, 2017). (Dan melakukan pendokumentasian rekam medik
dan buat catatan bila ada kejadian tidak umum yang mungkin terjadi
setelah pemasangan. Hasil : ibu telah di pasangkan KB implan ;dan telah
menjadi akseptor baru.
5) Melakukan konseling pasca pemasangan
Petunjuk Perawatan Luka Insisi di Rumah
a) Mungkin akan terjadi memar, bengkak atau sakit didaerah insisi selama
beberapa hari. Hal ini normal.

16
b) Jaga luka insisi tetap kering dan bersih selama paling sedikit 48 jam.
Luka insisi dapat mengalami infeksi bila basah saat mandi atau mencuci
pakaian.
c) Jangan mambuka pembalut tekan selama 48 jam dan biarkan band aid
ditempatnya sampai luka insisi sembuh (umunya 3-5 hari).
d) Klien dapat segera bekerja secara rutin. Hindari benturan atau luka
didaerah tersebut atau menambahkan tekanan.
e) Setelah luka insisi sembuh, daerah tersebut dapat disentuh dan
dibersihkan dengan tekanan normal.
f) Bila terdapat tanda-tanda infeksi seperti demam, daerah insisi
kemerahan dan panas atau sakit yang menetap selama beberapa hari,
segera kembali ke klinik. (Yuli, 2017)
g) Melakukan pemberian obat amoxilin dan asam mafenamat 3x500 mg/8
jam.Hasil: telah dilakukan pemberian obat terapi
h) Kunjungan ulang apabila terdapat keluhan dan implan dapat dilepas
pada tanggal 20 Januari 2027 akan tetapi implan ini bisa di lepas
sewaktu-waktu jika ibu ingin hamil lagi. Hasil: ibu mengerti dengan apa
yang dijelaskan dan akan kembali ke rumah sakit sewaktu-waktu
terdapat keluhan atau bila ibu ingin melepasnya.
3) Kontrasepsi Suntik
a) Kontrasepsi Sunti Kombinasi
Kontrasepsi Suntik Kombinasi (KSK) mengandung 2 hormon – yaitu
progestin dan estrogen – seperti hormon progesteron dan estrogen alami
pada tubuh perempuan.
Cara Kerja:
1) Mencegah pelepasan telur dari ovarium (menekan ovulasi).
2) Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma
terganggu
3) Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi
terganggu Menghambat transportasi gamet oleh tuba

17
Keuntungan:
1) Tidak perlu pemakaian setiap hari
2) Dapat dihentikan kapan saja
3) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
4) Baik untuk menjarangkan kehamilan
Keterbatasan :
1) Harus kembali ke tenaga kesehatan untuk disuntik tepat waktu
2) Efektivitas KSK tergantung pada kembalinya yang tepat waktu:
Risiko kehamilan meningkat saat klien terlambat suntik ulang atau
melewatkan suatu suntikan.
3) Kemungkinan keterlambatan pemulihan kesuburan setelah
penghentian pemakaian
b) Kontrasepsi Suntik Progestin
Kontrasepsi suntik yang mengandung Progestin saja seperti hormon
progesteron alami dalam tubuh perempuan.
Cara Kerja :
1. Mencegah pelepasan telur dari ovarium (menekan ovulasi)
2. Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan
3. penetrasi sperma
4. Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi
Keuntungan :
1. Suntikan setiap 2-3 bulan.
2. Tidak perlu penggunaan setiap hari
3. Tidak mengganggu hubungan seksual
4. Dapat digunakan oleh perempuan menyusui dimulai 6 bulan setelah
melahirkan
5. Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai
perimenopause
6. Membantu mencegah: Kanker Endometrium, Mioma Uteri
7. Mungkin membantu mencegah: Penyakit radang panggul
simptomatis, Anemia defisiensi besi

18
8. Mengurangi: Krisis sel sabit pada perempuan dengan anemia sel
sabit, Gejala endometriosis (nyeri panggul, menstruasi yang tidak
teratur)
Keterbatasan :
1. Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan
untuk suntikan ulang
2. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu
3. Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian,
rata-rata 4 bulan
4. Pada pemakaian jangka panjang dapat sedikit menurunkan densitas
(kepadatan) tulang (Kementerian Kesehatan RI, 2021).

4) Kontrasepsi Pil
a) Kontrasepsi Pil Kombinasi
Pil yang mengandung 2 macam hormon berdosis rendah - yaitu progestin
dan estrogen-seperti hormon progesteron dan estrogen alami pada tubuh
perempuan yang harus diminum setiap hari.
Keuntungan :
1. Dapat mengontrol pemakaian
2. Mudah digunakan
3. Mudah didapat, misalnya di apotek atau toko obat
4. Penghentian dapat dilakukan kapan pun tanpa perlu bantuan tenaga
kesehatan
5. Tidak mengganggu hubungan seksual
6. Banyaknya darah haid berkurang (mencegah anemia)
7. Tidak terjadi nyeri haid,
8. Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan
9. Membantu mencegah Kanker Endometrium, Kanker Ovarium, Kista
ovarium Penyakit Radang Panggul, Anemia Defisiensi Besi
10. Mengurangi nyeri haid, nyeri ovulasi, masalah perdarahan menstruasi
dan jerawat

19
Keterbatasan:
1. Mahal
2. Harus diminum setiap hari secara teratur
3. Mengurangi ASI pada perempuan menyusui
b) Kontrasepsi Pil Progestin
Pil yang mengandung progestin saja dengan dosis yang sangat rendah
seperti hormon progesteron alami pada tubuh perempuan.
Keuntungan:
1. Dapat diminum selama menyusui
2. Dapat mengontrol pemakaian
3. Penghentian dapat dilakukan kapan pun tanpa perlu bantuan tenaga
kesehatan
4. Tidak mengganggu hubungan seksual
5. Kesuburan cepat Kembali
6. Mengurangi nyeri haid
7. Mengurangi jumlah perdarahan haid
Keterbatasan:
1. Harus diminum setiap hari dan pada waktu yang sama, bila lupa satu pil
saja, kegagalan menjadi lebih besar
2. Peningkatan/penurunan berat badan (Kementerian Kesehatan RI, 2021).
5) Kondom
a) Kondom Laki-Laki
Merupakan selubung/sarung karet yang berbentuk silinder dengan muaranya
berpinggir tebal, yang bila digulung berbentuk rata atau mempunyai bentuk
seperti putting susu yang dipasang pada penis saat hubungan seksual
Keuntungan:
1. Murah dan dapat dibeli bebas
2. Tidak perlu pemeriksaan kesehatan khusus
3. Proteksi ganda (selain mencegah kehamilan tetapi juga mencegah IMS
termasuk HIV-AIDS)

20
4. Membantu mencegah terjadinya kanker serviks (mengurangi iritasi bahan
karsinogenik eksogen pada serviks)
Keterbatasan:
1. Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi
2. Agak mengganggu hubungan seksual (mengurangi sentuhan langsung),
3. Bisa menyebabkan kesulitan untuk mempertahankan ereksi
4. Malu membelinya di tempat umum
b) Kondom Perempuan
Sarung atau penutup yang lembut, transparan, dan tipis sesuai dengan vagina.
Mempunyai cincin lentur pada kedua ujung, satu cincin pada ujung tertutup
membantu untuk memasukkan kondom, cincin pada ujung terbuka untuk
mempertahankan bagian kondom tetap di luar vagina.
Keuntungan:
1. Dapat memprakarsai penggunaannya
2. Memiliki tekstur yang lembut dan lembab, yang terasa lebih alami
dibanding kondom lateks pria saat berhubungan seksual
3. Membantu melindungi dari kehamilan dan IMS, termasuk HIV
4. Pada sebagian perempuan, cincin di bagian luar meningkatkan stimulasi
seksual
5. Dapat digunakan tanpa berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan
6. Dapat dimasukkan lebih dahulu sehingga tidak mengganggu hubungan
seksual
7. Tidak mengurangi sensasi seksual
8. Tidak harus segera dilepas setelah ejakulasi
Keterbatasan:
Memerlukan latihan untukcara pemakaian yang benar.
6) Tubektomi
Prosedur bedah sukarela untuk menghentikan kesuburan secara permanen pada
perempuan yang tidak ingin anak lagi.

21
Cara Kerja:
Mengoklusi tuba falopii (mengikat dan memotong atau memasang cincin),
sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum
Keuntungan:
a) Sangat efektif
b) Tidak mempengaruhi proses menyusui
c) Tidak bergantung pada faktor senggama
d) Tidak memiliki efek samping dalam jangka panjang
e) Tidak perlu khawatir menjadi hamil atau khawatir mengenai kontrasepsi
lagi
f) Pengguna tidak perlu melakukan atau mengingat apapun setelah prosedur
dilakukan
g) Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual
Keterbatasan:
a) Kesuburan tidak dapat dipulihkan kembali, kecuali dengan operasi
rekanalisasi
b) Rasa sakit dalam jangka pendek setelah tindakan
c) Harus dilakukan oleh dokter yang terlatih (untuk laparoskopi dilakukan oleh
Dokter Spesialis Obstetri Ginekologi
7) Vasektomi
Vasektomi adalah tindakan memotong dan mengikat vas (ductus) deferens
tanpa menggunakan pisau bedah, dengan tujuan memutuskan aliran sperma dari
testis sehingga terjadi azoospermia.
Cara Kerja:
Mengikat dan memotong setiap saluran vas deferens sehingga sperma
tidak bercampur dengan semen. Semen dikeluarkan, tetapi tidak dapat
menyebabkan kehamilan
Keuntungan:
a. Aman dan nyaman
b. Sangat efektif
c. Permanen

22
d. Laki-laki mengambil tanggung jawab untuk kontrasepsi – mengambil alih
beban perempuan
e. Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual
Keterbatasan:
a) Tidak segera efektif (WHO menyarankan kontrasepsi tambahan selama 3
bulan setelah prosedur, kurang lebih 20 kali ejakulasi)
b) Komplikasi minor seperti infeksi, perdarahan, nyeri pasca operasi. Teknik
tanpa pisau merupakan pilihan mengurangi perdarahan dan nyeri
dibandingkan teknik insisi
c) Harus dilakukan oleh dokter umum yang terlatih untuk vasektomi atau
Dokter Spesialis Bedah dan Dokter Spesialis Urologi.
8) Metode Amenorea Laktasi ( MAL )
Metode keluarga berencana sementara yang mengandalkan pemberian ASI
secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan ataupun
minuman apa pun lainnya.
Keuntungan:
a) Tidak memberi beban biaya untuk keluarga berencana atau untuk makanan
bayi
b) Efektivitasnya tinggi
c) Segera efektif
d) Tidak mengganggu hubungan seksual
e) Tidak ada efek samping secara sistemik
f) Tidak perlu pengawasan medis
g) Tidak perlu obat atau alat
h) Bayi mendapat kekebalan pasif
i) Sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi
yang optimal
j) Mengurangi perdarahan pasca persalinan
k) Meningkatkan hubungan psikologik ibu dan bayi
Keterbatasan:

23
a) Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30
menit pasca persalinan
b) Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial
c) Efektif hanya sampai dengan 6 bulan (Kementerian Kesehatan RI, 2021).
B. Langkah – Langkah Dalam Konseling
Dalam memberikan konseling khususnya bagi calon klien KB yang baru
hendaknya dapat diterapkan 6 langkah yang sudah dikenal dengan kata kunci SATU
TUJU
1) SA : Sapa dan salam
Sapa dan salam klien secara terbuka dan sopan dan yakinkan kliem untuk
membangun rasa percaya diri.
2) T : Tanya
Tanyakan kepada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien untuk berbicara
mengenai pengalaman keluarga berencana dan kesehatan reproduksi, tujuan,
kepentingan, harapan, serta keadaan kesehatan dan kehidupan keluarganya.
Dengan memahami pengetahuan, kebutuhan dan keinginan klien kita dapat
membantunya.
3) U : Uraikan
Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan reproduksi
yang paling mungkin, termasuk pilihan beberapa jenis kontrasepsi.
4) TU : Bantu
Bantulah klien menentukan pilihannya. Bantu klien berpikir mengenai apa
yang paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya. Membantu klien
mempertimbangkan kriteria dan keinginan klien terhadap setiap jenis
kontrasepsi. Pada akhirnya ykinkan bahwa klien telah membuat suatu
keputusan yang tepat.
5) J : Jelaskan
Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi pilihannya
setelah klien memilih jenis kontrasepsinya dan jelaskan bagaimana alat / obat
kontrasepsi tersebut digunakan dan bagaimana cara penggunaannya.

24
6) U : Kunjungan Ulang
Bicarakan dan buat perjanjian, kapan klien akan kembali untuk melakukan
pemeriksaan atau permintaan kontrasepsi jika dibutuhkan dan selalu mengingatkan
klien untuk kembali apabila terjadi suatu masalah (Kementerian Kesehatan RI,
2021).
TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN

A. Anamnesis Lengkap (KMK 938 Tahun 2007 ; STANDAR I)


Pada langkah ini, kegiatan yang dilakukan adalah pengkajian dengan
mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi klien secara
lengkap. Data yang dikumpulkan antara lain:
1) Biodata/Identitas Lengkap Klien (PMK 21 Tahun 2021: Hal 56)
Identitas adalah data yang didapat dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu
situasi dan kejadian
2) Keluhan klien (PMK 21 Tahun 2021: Hal 56)
Alasan yang menyebabkan klien berobat. Keluhan utama adalah mengetahui
keluhan yang dirasakan saat pemeriksaan.
3) Riwayat kesehatan klien (PMK 21 Tahun 2021: Hal 56)
Meliputi riwayat penyakit sekarang dan dahulu, riwayat penyakit sistemik untuk
memastikan bahwa tidak ada riwayat penyakit keluarga, riwayat keturunan kembar
dan riwayat operasi.
4) Pemeriksaan keadaan umum secara lengkap sesuai dengan kebutuhan Keadaan
umum (Kepmenkes 320 Tahun 2020, Hal 48)
a) Baik, maka akan ditemukan bahwa pasien kooperatif, gerakannya terarah.
b) Sedang, maka pasien mersa tegang dan sedikit cemas.
c) Buruk, mungkin ditemukan kondisi yang tidak kooperatif, bingung, gerakan
tidak terarah, gemetar dan merasa sangat cemas.
5) Pemeriksaan Penunjang (PMK 21 Tahun 2021: Hal 62)
Meninjau data laboratorium. Pada langkah ini, dikumpulkan semua informasi yang
akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Pada langkah ini
bidan mengumpulkan data dasar awal secara lengkap.

25
B. Pemeriksaan Fisik (KMK 938 Tahun 2007 ; STANDAR II)
Pada langkah ini, kegiatan yang dilakukan menginterpretasikan semua
data dasar yang telah dikumpulkan sehingga ditemukan diagnosis atau masalah.
Diagnosis yang dirumuskan adalah diagnosis dalam lingkup praktik kebidanan
yang tergolong pada nomenklatur standar diagnosis, sedangkan prihal yang
berkaitan dengan pengalaman klien dihasilkan dalam pengkajian.
C. Diagnosis Banding (KMK 938 Tahun 2007 ; STANDAR III)
Pada langkah ini, kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial
lain berdasarkan rangkaian diagnosis danasalah yang sudah teridentifikasi.
Berdasarkan temuan tersebut, bidan dapat melakukan antisipasi agar
diagnosis/masalah tersebut tidak terjadi.Selain itu, bidan harus bersiap-siap apalagi
diagnosis/masalah tersebut benar-benar terjadi. Contoh diagnosis/masalah
potensial:
1. Diagnosis banding lain yaitu esofagitis.
D. Intervensi (KMK 938 Tahun 2007 ; STANDAR IV)
Kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan rencana asuhan yang
sudah dibuat secara aman dan efesian. Kegiatan ini bisa dilakukan oleh bidan atau
anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukan sendiri, bidan tetap
memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya. Dalam situasi ini
bidan harus berkolaborasi dan merujuk dengan tim kesehatan lain atau dokter.
Dengan demikian bidan harus bertanggung jawab atas terlaksananya rencana
asuhan yang menyeluruh yang telah dibuat bersama tersebut.

26
DAFTAR PUSTAKA

BKKBN (2021) ‘Pedoman Pelayanan Kontrasepsi dan Keluarga Berencana’, Paper


Knowledge . Toward a Media History of Documents, 3(April), pp. 49–58.
Fauziah (2020) BUKU AJAR PRAKTIK ASUHAN PELAYANAN KELUARGA
BERENCANA ( KB ). 1st edn. Jawa Tengah: CV.Pena Persada.
Indonesia, M.K.R. (2007) ‘Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 938/Menkes/SK/VIII/2007 Tentang Standar Asuhan Kebidanan’,
Demographic Research, pp. 1-33 : 29 pag texts + end notes, appendix,
referen
Kementerian Kesehatan RI (2021) Pedoman Pelayanan Kontrasepsi dan Keluarga
Berencana.
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN (2020) ‘KEPUTUSAN MENTERI
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
HK.01.07/MENKES/320/2020 TENTANG STANDAR PROFESI
BIDAN’, Bussiness Law binus, 7(2), pp. 33–48.\
Permenkes No 21 tahun 2021 ‘Permenkes No 21 tahun 2021’, Paper Knowledge .
Toward a Media History of Documents, 5(2), pp. 40–51. Available at:
file:///C:/Users/IDEAPAD 3/Downloads/2021-Permenkes-nomor-21
Tahun 2021_(peraturanpedia.id).pdf.
Widayati, A., Faraswati, R. and Hastri RR, R. (2021) ‘Pengaruh Dukungan Suami
Dan Kader Posyandu Terhadap Minat Ibu Menggunakan Kb Implan’,
Jurnal Ilmiah Kebidanan (Scientific Journal of Midwifery), 7(2), pp. 110–
115. Available at: https://doi.org/10.33023/jikeb.v7i2.830.
Wirda, W. (2021) ‘Gambaran Pengetahuan Akseptor Kb Implant Tentang Efek
Samping Alat Kontrasepsi Impan Di Puskesmas Talang Bakung, Kota
Jambi Tahun 2021’, Jurnal Ekonomi Manajemen Sistem Informasi, 2(4),
pp. 490–500. Available at: https://doi.org/10.31933/jemsi.v2i4.453.
Yuli, H. (2017) ‘MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA
BERENCANA’, Ekp, 13(3), pp. 1576–1580.

27

Anda mungkin juga menyukai