Anda di halaman 1dari 101

LAPORAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN NORMAL


DI PUSKESMAS AMPENAN
KOTA MATARAM

Untuk memenuhi persyaratan Stase Holistik Persalinan dan Bayi Baru Lahir

OLEH:
SUHAINIAH
P07124223056

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES MATARAM
TAHUN 2024
REKAPITULASI PENGUMPULAN TUGAS
STASE
ASUHAN KEBIDANAN FISIOLOGI HOLISTIK PERSALINAN DAN BBL
NAMA MAHASISWA : SUHAINIAH
NIM : P07124223056
TEMPAT : PUSKESMAS AMPENAN
TANGGAL PRAKTIK : 19 FEBRUARI s/d 18 MARET 2024
PEMBIMBING : St.Halimatusyaadiah,.S.ST.,M.Kes
BERKAS YANG DIKUMPULKAN : 1. LAPORAN PENDAHULUAN
2. JURNAL READING
3. ASKEB KOMPREHENSIF
4. LEMBAR BIMBINGAN
HARI/TANGGAL PENYERAHAN :
PENERIMA :

(…………………………………………...)

i
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Stase Fisiologi Holistik Persalinan dan Bayi Baru Lahir di
Puskesmas Ampenan Kota Mataram telah diperiksa dan disahkan pada tanggal
…………………………….

Mataram,………………… 2024

Pembimbing lahan Mahasiswa

Bdn.Hj.Nana Mariana, S.ST SUHAINIAH


NIP. 198007172003122007 NIM. P07124223056

Mengetahui
Pembimbing Institusi

St.Halimatusyaadiah,.S.ST.,M.Kes
NIP. 198005232001122003

ii
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadiran Allah SWT, atas limpahan rahmat, dan
hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Komprehensif pada stase
Praktik Asuhan Kebidanan Holistik Persalinan dan Bayi Baru Lahir Tingkat 1 Semester 1
Prodi Pendidikan Profesi Bidan Tahun 2024.
Laporan Komprehensif ini dapat diselesaikan dengan baik berkat dukungan dari berbagai
pihak, untuk itu pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Bapak Dr.dr. Yopi Harwinanda Ardesa, M.Kes., Selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Mataram.
2. Ibu Dr. Sudarmi SST. M. Biomed. Selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Mataram
3. Ibu Baiq Iin Rumintang SST,M.Keb, Selaku Ketua Prodi Profesi Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Mataram
4. Ibu St.Halimatusyaadiah,.S.ST.,M.Kes Selaku pembimbing pendidikan.
5. Bapak Irwansyah, SKM Selaku Kepala Puskesmas Ampenan yang telah memberikan
kesempatan untuk praktik di Puskesmas Ampenan.
6. Ibu Bdn.Hj.Nana Mariana,S.ST Selaku pembimbing lahan pada Praktik Asuhan
Kebidanan Holistik Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir.
7. Seluruh Dosen Poltekkes Kemenkes Mataram yang turut membimbing dalam
menyelesaikan kasus ini.
8. Ibu-ibu pembimbing di lahan praktek di Puskesmas Ampenan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan ini masih jauh dari kesempurnaan,
penyusun mengharapkan masukan dari berbagai pihak untuk kesempurnaan laporan ini

Mataram, Maret 2024

Penulis

iii
DATRAR ISI

HALAMA JUDUL
REKAPITULASI PENGUMPULAN TUGAS......................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
KATA PENGATAR.................................................................................................iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Tujuan............................................................................................................4
1. Tujuan Umum .........................................................................................4
2. Tujuan Khusus.........................................................................................4
C. Manfaat .........................................................................................................4
BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................5
A. Tinjauan Teori Medis.....................................................................................5
B. Tinjauan Teori Asuhan ..................................................................................48
BAB III TINJAUAN KASUS..................................................................................61
A. Asuhan Kebidanan Persalinan Normal..........................................................61
B. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir..............................................................75
BAB IV PEMBAHASAN.........................................................................................83
BAB V PENUTUP....................................................................................................94
A. Kesimpulan....................................................................................................94
B. Sarana.............................................................................................................94
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persalinan dan kelahiran normal merupakan proses pengeluaran janin
yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan
dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun janin (Jannah, 2017). Upaya kesehatan ibu
bersalin dilaksanakan dalam rangka mendorong agar setiap persalinan
ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih serta diupayakan dilakukan di fasilitas
pelayanan kesehatan (Kemenkes RI, 2014).
Tujuan asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan hidup
dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui
upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal
mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada
tingkat yang diinginkan (optimal). Ada lima aspek dasar atau 2 lima benang
merah yang penting dan saling terkait dalam asuhan persalinan yang bersih
dan aman. Lima benang merah tersebut adalah membuat keputusan klinik,
asuhan sayang ibu sayang bayi, pencegahan infeksi, pencatatan asuhan
persalinan dan rujukan (Fitriana,2018).
Menurut World Health Organization (WHO), Angka Kematian Ibu
(AKI) di dunia pada tahun 2015 adalah 261 per 100.000 kelahiran hidup atau
diperkirakan jumlah kematian ibu adalah 303.000 kematian dengan jumlah
tertinggi berada di negara berkembang yaitu sebesar 302.000 kematian.
Angka kematian ibu berkembang 20 kali lebih tinggi dibandingkan angka
kematian ibu di negara maju yaitu 239 per 100.000 kelahiran hidup
sedangkan di negara maju hanya 12 per 100.000 kelahiran hidup, penyabab
utama kematian ibu ialah tekanan darah tinggi (hipertensi) dalam kehamilan
(32%) serta perdarahan setelah persalinan (20%). Sedangkan AKB mencapai
22 per 1000 kelahiran hidup (WHO, 2015).

1
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
merupakan salah satu indikator yang dapat menggambarkan kesejahteraan
masyarakat di suatu negara. Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya
kematian ibu selama kehamilan, persalinan dan nifas atau pengelolaannya dan
bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan atau jatuh, disetiap 100.000
kelahiran hidup (KH). Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya
kematian bayi usia dibawah satu tahun dari setiap 1.000 kelahiran hidup
(KH). AKI di Indonesia hingga tahun 2019 dilaporkan masih tetap tinggi,
yaitu 305 per 100.000 kelahiran hidup, lebih tinggi dari target Sustainable
Development Goals (SDGs) yakni kurang dari 70 per 100.000 kelahiran
hidup (Susiana. Sali, 2019). Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2017 dilaporkan AKB di Indonesia masih tetap tinggi yaitu 24
per 1.000 kelahiran hidup (KH), namun target yang diharapkan dapat
menurunkan AKB menjadi 16 per 1.000 kelahiran hidup di tahun 2024
(Kemenkes RI, 2020).
Profil kesehatan dinas kesehatan Provinsi NTB tahun 2022 menunjukan
bahwa, angka kematian ibu di NTB sebesar 257 per 100.000 kelahiran hidup.
Berdasarkan laporan dari kabupaten/kota, jumlah kasus kematian ibu di
Provinsi NTB selama tahun 2022 adalah 97 kasus, menurun jika
dibandingkan tahun 2021 dengan jumlah kematian ibu 144 kasus.
Penurunan kasus kematian ibu ini merupakan hasil dari upaya yang
telah dilakukan untuk menekan kematian ibu seperti memberikan pelayanan
kesehatan kepada ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas dengan lebih intensif
serta memaksimalkan penyelenggaraan kelas ibu hamil. (Profil Kesehatan
Dinas Kesehatan provinsi NTB 2022)
Berdasarkan hasil PWS KIA Puskesmas Ampenan pada tahun 2023
bulan desember, jumlah ibu yang bersalin di fasilitas kesehatan sebesar
77,73% ibu yang bersalin di tenaga kesehatan sebanyak 78,14% dan ibu
bersalin di non tenaga kesehatan sebanyak 0%. Berdasarkan data tersebut
dapat disimpulkan bahwa , rata-rata ibu hamil di Puskesmas Ampenan

2
bersalin di tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan (PWS KIA Puskesmas
Ampenan Tahun 2023).
Berdasarkan data diatas, maka penulis tertarik untuk membahas hal ini,
serta dijadikan sebagai bahan dalam laporan Komprehensif Asuhan
Kebidanan Fisiologi pada Persalinan dan Bayi Baru Lahir di Puskesmas
Ampenan.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan holistik persalinan
dan bayi baru lahir secara komprehensif pada Ny.L di Puskesmas Ampenan
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengumpulan data subyektif dengan
benar pada kasus persalinan fisiologi dan bayi baru lahir pada Ny.L
di Puskesmas Ampenan
b. Mahasiswa mampu melakukan pengumpulan data obyektif dengan
benar pada kasus persalinan fisiologi dan bayi baru lahir pada Ny.L
di Puskesmas Ampenan
c. Mahasiswa mampu menganalisa kasus dengan benar pada kasus
persalinan fisiologi dan bayi baru lahir pada Ny. L di Puskesmas
Ampenan
d. Mahasiswa mampu merencanakan Tindakan serta melaksanakan
penatalaksaan dengan benar pada kasus persalinan fisiologi dan bayi
baru lahir pada Ny.L di Puskesmas Ampenan

C. Manfaat
a. Bagi Penulis
Memperoleh pengetahuan dan keterampilan mengenai
penatalaksanaan asuhan kebidanan fisiologis holistik pada persalinan,
nifas dan bayi baru lahir di Puskesmas Ampenan dengan pendekatan
manajemen kebidanan SOAP
b. Bagi Profesi

3
Sebagai bahan masukkan atau informasi bagi pelayanan
kebidanan dalam rangka meningkatkan pelayanan kebidanan pada
persalinan dan bayi baru lahir di Puskesmas Ampenan
c. Bagi Institusi
1) Puskesmas Ampenan
Hasil kasus studi ini dapat dimanfaatkan sebagai tolak ukur
dalam meningkatkan mutu pelayanan sesuai dengan standar
asuhan kebidanan Persalinan normal 60 langkah APN di
Puskesmas Ampenan
2) Pendidikan
Sebagai bentuk pengetahuan atau referensi tentang asuhan
kebidanan pada persalinan, nifas dan bayi baru lahir

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

I. Tinjauan Teori Medis


A. Asuhan Persalinan
1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang
dapat hidup dari dalam uterus ke dunia luar. Persalinan mencakup
proses fisiologi yang memungkinkan serangkaian perubahan yang
besar pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya melalui jalan lahir.
Persalinan dan kelahiran normal merupakan proses pengeluaran
janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu),
lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung
dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin
(Jannah, 2017).
Menurut Sukarni dan Margareth (2016) persalinan adalah
proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam
jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42
minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa
komplikasi baik ibu maupun janin.
Persalinan adalah kejadian yang berakhir dengan
pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan,
disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh
ibu (Arum dan Sujiyatini, 2016). Persalinan adalah suatu proses
pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus
melalui vagina ke dunia luar (Prawirohardjo, 2014).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin
dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar
kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan
bantuan atau tanpa bantuan/ kekuatan sendiri (Sulistyawati, 2010).

5
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang
dapat hidup dari dalam uterus ke dunia luar (Ayu Febri Wulanda,
2011).
2. Faktor Penyebab terjadinya persalinan
Faktor-Faktor penyebab Dimulainya Persalinan
a. Faktor hormonal
Satu sampai dua minggu sebelum persalinan terjadi penurunan
hormone esterogen dan progresteron. Dimana progresteron
bekerja sebagai relaksasi otot polos. Sehingga aliran darah
berkurang dan hal ini menyebabkan atau merangasang
pengeluaran prostaglandin merangsang dilepaskannya oksitosin.
Hal ini juga merangsang kontraksi uterus. Faktor struktur uterus
atau rahim membesar dan menekan, menyebabkan iskemia otot-
otot rahim sehingga menganggu sirkulasi otot plasenta yang
berakibat degenerasi.
b. Faktor syaraf
Karena pembesaran janin dan masuknya janin ke panggul maka
akan menekan dan menggesek ganglion servikalis yang akan
merangsang timbulnya kontraksi uterus.
c. Faktor kekuatan plasenta
Plasenta yang mengalami degenerasi akan mengakibatkan
penurunan produk hormon progrestero dan esterogen.
d. Faktor nutrisi
Suplai nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan
dikeluarkan.
e. Faktor partus
Partus sengaja ditimbulkan oleh penolong dengan menggunakan
oksitosin, amniotomo gagang laminaria. (Prawirohardjo,2016)
f. Penurunan kadar progesteron
Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya
Estrogen meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan

6
terdapat keseimbangan antara kadar Progesteron dan Estrogen di
dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar Progesteron
menurun sehingga timbul his.
g. Teori oxytosin
Pada akhir kehamilan kadar oxytocsin bertambah. Oleh karena
itu timbul kontraksi otot-otot rahim.
h. Keregangan otot-otot
Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung bila
dindingnya teregang oleh karena isinya bertambah maka timbul
kontraksi untuk mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan
rahim, maka dengan majunya kehamilan makin teregang otot-
otot dan otot-otot rahim makin rentan.
i. Pengaruh janin
Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga
memegang peranan oleh karena pada anencephalus kehamilan
sering lebih lama dari biasa.
j. Teori Prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh decidua, disangka menjadi
salah satu sebab permulaan persalinan. Hasil dari percobaan
menunjukkan bahwa Prostaglandin F2 dan E2 yang diberikan
secara intra vena, intra dan extraamnial menimbulkan kontraksi
myometrium pada setiap umur kehamilan. Hal ini juga di
sokong dengan adanya kadar Prostaglandin yang tinggi baik
dalam air ketuban maupun darah perifer pada ibu-ibu hamil
sebelum melahirkan atau selama persalinan.
3. Tanda dan Gejala Inpartu
Kekuatan his bertambah, makin sering terjadi dan teratur dengan
jarak kontraksi makin pendek sehingga menimbulkan rasa sakit
yang lebih hebat.
a. Keluar lendir dan darah lebih banyak.
b. Kadang ketuban pecah dengan sendirinya.

7
c. Pada pemeriksaan dalam serviks mulai mendatar dan
pembukaan lengkap.(Praworohardjo, 2011)
4. Faktor Esensial Persalinan
a. Power
Kontraksi uterus, dinding perut dan daya meneran. Ibu
melakukan kontraksi involunter dan volunter secara bersamaan
untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus.
b. Passageway
Jalan lahir terdiri panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat,
dasar panggul, vagina, dan introitus ( lubang luar vagina ) janin
harus dapat menyesuaikan diri dengan jalan lahir tersebut.
c. Passanger
Cara penumpang ( passanger ) atau janin bergerak disepanjang
jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yakni :
ukuran kepala janin, presentasi letak kepala, letak, sikap, dan
posisi janin.
d. Psikologikal respon
Penampilan dan perilaku wanita serta pasangannya secara
keseluruhan merupakan petunjuk yang berharga tentang jenis
dukungan yang ia akan perlukan.
e. Posisi ibu
Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi
persalinan. Posisi tegak memberikan sejumlah keuntungan.
Mengubah posisi membuat rasa letih hilang, memberi rasa
nyaman, dan memperbaiki sirkulasi (Melzack,dkk,2015). Posisi
tegak meliputi posisi berdiri,berjalan, duduk, dan jongkok
5. Fisiologi Persalinan
a. Kala I
Menurut Jannah (2017) perubahan fisiologi yang terjadi pada
ibu bersalin kala I sebagai berikut :
1) Perubahan Serviks

8
Kala I persalinan dimulai dari awal munculnya kontraksi
persalinan yang ditandai dengan perubahan serviks secara
progresif dan diakhiri dengan pembukaan serviks lengkap.
Kala I dibagi menjadi fase laten dan fase aktif. Fase laten
berlangsung mulai dari pembukaan serviks 0 sampai
berakhir di pembukaan serviks 3 cm. Pada fase ini,
kontraksi uterus meningkat frekuensi, durasi, dan
intensitasnya dari setiap 10-20 menit, 15-20 detik, lalu
intensitasnya cukup tinggi menjadi 5-7 menit, hingga durasi
30-40 detik dengan intensitas yang kuat. Fase aktif dimulai
dari pembukaan serviks 4 cm yang diakhiri dengan
pembukaan serviks 10 cm. Pada fase ini, kontraksi uterus
menjadi efektif, ditandai dengan peningkatan frekuensi,
durasi, dan kekuatan kontraksi. Di akhir fase aktif, kontraksi
berlangsung 2-3 menit sekali selama 60 detik. Fase aktif
dibedakan menjadi fase akselerasi, dilatasi maksimal,
deselerasi. Fase akselerasi, pembukaan serviks dari 3 cm
menjadi 4 cm. fase tersebut merupakan fase persiapan
menuju fase berikutnya. Fase dilatasi maksimal, fase yang
ditandai dengan peningkatan cepat dilatasi serviks, dari
pembukaan 4 cm menjadi 9 cm selama 2 jam. Normalnya,
pembukaan serviks pada fase tersebut konstan, yaitu 3 cm
per jam untuk multipara dan 1-2 cm untuk primipara. Fase
deselerasi, merupakan akhir fase aktif dengan dilatasi
serviks dari 9 cm menuju pembukaan lengkap (10 cm).
Dilatasi serviks pada fase tersebut lambat rata – rata 1 cm
per jam, tetapi pada multipara lebih cepat.
b. Kala II
1) Kontraksi, dorongan otot-otot dinding Menurut Sumarah,
kontraksi uterus pada persalinan mempunyai sifat tersendiri.
Sifat khas dari kontraksi persalinan, yaitu : Rasa sakit di

9
fundus merata keseluruh uterus sampai berlanjut ke
punggung bawah.
2) Menurut Sari dan Rimandini (2014) penyebab rasa nyeri
belum diketahui secara pasti. Beberapa dugaan penyebab
antara lain :
a) Pada saat kontraksi terjadi kekurangan O2 pada
miometrium.
b) Penekanan ganglion saraf di serviks dan uterus bagian
bawah.
c) Peregangan serviks akibat dari pelebaran serviks.
d) Peregangan peritoneum sebagai organ yang
menyelimuti uterus.
3) Uterus Menurut Myles, otot rahim saling beranyaman
sehingga pembuluh darah dapat tertutup dengan kuat saat
terjadi kontraksi. Terjadi perbedaan pada bagian uterus :
a) Segmen atas : bagian yang berkontraksi, bila dilakukan
palpasi akan teraba keras saat kontraksi.
b) Segmen bawah : terdiri atas uterus dan serviks,
merupakan daerah yang teregang, bersifat pasif. Hal ini
mengakibatkan pemendekan segmen bawah uterus.
c) Batas antara segmen atas dan segmen bawah uterus
membentuk lingkaran cincin retraksi fisiologis. Pada
keadaan kontraksi uterus inkoordinasi akan membentuk
cincin retraksi patologis yang dinamakan cincin bandl.
4) Pergeseran organ dasar panggul Menurut Prawirohardjo,
pada kala satu persalinan selaput ketuban dan bagian
terbawah janin memainkan peran penting untuk membuka
bagian atas vagina. Namun, setelah ketuban pecah,
perubahanperubahan dasar panggul seluruhnya dihasilkan
oleh tekanan yang diberikan oleh bagian terbawah janin.
Perubahan yang paling nyata yaitu penipisan bagian tengah

10
perineum, yang berubah bentuk dari massa jaringan
terbentuk baji setebal 5 cm menjadi (kalau tidak diakukan
episiotomi) struktur membran tipis yang hampir transparan
dengan tebal kurang dari 1 cm. Ketika perineum teregang
maksimal, anus menjadi jelas membuka dan terlihat sebagai
lubang berdiameter 2 sampai 3 cm dan disini dinding
anterior rectum menonjol. Sejumlah besar pembuluh darah
yang memelihara vagina dan dasar panggul menyebabkan
kehilangan darah yang sangat banyak kalau jaringan ini
robek (Sari dan Rimandini, 2014).
5) Ekspulsi janin Setelah terjadinya rotasi luar, bahu depan
berfungsi sebagai hypomochlion untuk kelahiran bahu
belakang. Kemudian setelah kedua bahu lahir disusul
lahirlah trochanter depan dan belakang sampai lahir
seluruhnya. Gerakan kelahiran bahu depan, bahu belakang
dan badan seluruhnya (Sari dan Rimandini, 2014).
c. Kala III
Kala III merupakan tahap ketiga persalinan yang berlangsung
sejak bayi lahir sampai plasenta lahir. Persalinan kala tiga
dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban (Sari dan Rimandini, 2014). Pada
kala III, otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti
penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi.
Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran
tempat perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan menjadi
semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka
plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding
uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah
uterus atau ke dalam vagina. Setelah jalan lahir, uterus
mengadakan kontraksi yang mengakibatkan penciutan
permukaan kavum uteri, tempat implantasi plasenta. Akibatnya,

11
plasenta akan lepas dari tempat implantasinya (Sari dan
Rimandini, 2014).
Tanda-tanda Pelepasan Plasenta:
1) Perubahan bentuk dan tinggi fundus Setelah bayi lahir dan
sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk
bulat penuh dan tinggi fundus biasanya dibawah pusat.
Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong
kebawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah pear
atau alpukat dan fundus berada di atas pusat.
2) Tali pusat memanjang. Tali pusat terlihat menjulur keluar
melalui vulva.
3) Semburan darah mendadak dan singkat. Darah yang
terkumpul di belakang plasenta akan membantu mendorong
plasenta keluar di bantu oleh gaya gravitasi. Apabila
kumpulan darah (retroplasental pooling) dalam ruang
diantara dinding uterus dan permukaan dalam plasenta
melebihi kapasitas tampungannya maka darah tersembur
keluar dari tepi plasenta yang terlepas. Penyebab
terpisahnya plasenta dari dinding uterus adalah kotraksi
uterus (spontan atau dengan stimulus) setelah kala dua
selesai. Berat plasenta mempermudah terlepasnya selaput
ketuban, yang terkelupas dan dikeluarkan. Tempat
perlekatan plasenta menentukan kecepatan pemisahan dan
metode ekspulsi plasenta.Selaput ketuban dikeluarkan
dengan penonjolan bagian ibu atau bagian janin (Sari dan
Rimandini, 2014).
d. Kala IV
Kala IV Segera setelah kelahiran plasenta, sejumlah perubahan
maternal terjadi pada saat stress fisik dan emosional akibat
persalinan dan kelahiran mereda dan ibu memasuki
penyembuuhan pascapartum dan bonding (ikatan). Pada saat ini

12
bidan harus memfasilitasi fase taking in dan memastikan
kemampuan ibu berpartisipasi adalah langkah-langkah vital
dalam proses bonding. Pada periode ini bidan harus mengkaji
setiap perubahan-perubahan yang terjadi pada ibu, sebagai
tanda-tanda vital, uterus, serviks, vagina dan perineum (Sari dan
Rimandini, 2014). Menurut Sari dan Rimandini (2014) setelah
kelahiran plasenta, uterus dapat ditemukan ditengah-tengah
abdomen kurang lebih dua pertiga sampai tiga perempat antara
simpisis pubis dan umbilikus. Jika uterus ditemukan berada di
atas umbilicus dan bergeser, paling umum ke kanan, cenderung
menandakan kandung kemih penuh dan perlu dikosongkan.
Perubahan fisiologi yang terjadi :
1) Tanda Vital
Tekanan darah, nadi, dan pernapasan, harus menjadi stabil
pada level pra-persalinan selama jam pertama pascapartus,
pemantauan tekanan darah dan nadi yang rutin selama
interval ini adalah satu sarana mendeteksi syok akibat
kehilangan darah berlebihan. Suhu ibu berlanjut sedikit
meningkat, tetapi biasanya dibawah 38°C (Sari dan
Rimandini, 2014).
2) Gemetar
Umum bagi wanita mengalami tremor selama kala empat
persalinan. Gemetar seperti itu dianggap normal jika tidak
disertai demam lebih dari 38°C atau tanda-tanda infeksi
lain. Respon ini dapat diakibatkan hilangnya ketegangan
dan sejumlah energi saat melahirkan. Respon fisiologis
terhadap penurunan volume intra abdomen dan pergeseran
hematologic juga memainkan peranan (Sari dan Rimandini,
2014).

13
3) Sistem Gatrointestinal
Mual dan muntah, jika ada selama persalinan, harus diatasi.
Banyak ibu yang melaporkan haus dan lapar segera setelah
melahirkan (Sari dan Rimandini, 2014).
4) Sistem Renal
Kandung kemih yang hipotonik disertai retensi urine dan
pembesaran umum terjadi. Tekanan dan kompresi pada
kandung kemih dan uretra selama persalinan adalah
penyebabnya. Mempertahankan kandung kemih harus tetap
kosong guna mencegah uterus berubah posisi dan atoni.
Uterus yang berkontraksi dengan buruk meningkatkan
perdarahan dan keparahan nyeri (Sari dan Rimandini,
2014).
5) Evaluasi Uterus
Tindakan pertama bidan setelah kelahiran plasenta adalah
mengevaluasi konsistensi uterus dan melakukan massase
uterus sesuai kebutuhan untuk memperkuat kontraksi.
Perlunya ketersediaan orang kedua untuk memantau
konsistensi uterus dan aliran lochia serta membantu
massase uterus. Jika ibu bermaksud menyusui dan
menempatkan bayi pada dada dapat menstimulasi kontraksi
uterus dan meningkatkan tonus yang kuat. Kebanyakan
uterus yang sehat dapat berkontraksi dengan sendirinya.
Uterus yang berkontraksi normal harus keras ketika
disentuh (Sari dan Rimandini, 2014).
6) Pemeriksaan Serviks,
Vagina dan Perineum Untuk mengetahui apakah ada
tidaknya robekan jalan lahir periksa daerah perineum,
vagina dan vulva. Setelah bayi lahir, vagina akan
mengalami peregangan, oleh kemungkinan edema dan lecet.

14
Introitus vagina juga akan tampak terluka dan terbuka.
Sedangkan vulva bisa berwarna merah, bengkak dan
mengalami lecet-lecet. Segera setelah kelahiran bayi,
serviks dan vagina harus diperiksa secara menyeluruh untuk
mencari ada tidaknya laserasi dan dilakukan perbaikan
lewat pembedahan kalau diperlukan. Serviks, vagina dan
perineum dapat diperiksa lebih mudah sebelum pelepasan
plasenta karena tidak ada perdarahan rahim yang
mengaburkan pandangan. Setelah kelahiran plasenta,
perhatian atau arahan harus ditujukan pada setiap
perdarahan rahim yang mungkin berasal dari tempat
implantasi plasenta (Sari dan Rimandini, 2014). Menurut
Sari dan Rimandini (2014) laserasi dapat dikategorikan
dalam:
a) Derajat I : mukosa dan kulit perineum, tidak perlu
dijahit.
b) Derajat II : mukosa vagina, kulit dan jaringan
perineum.
c) Derajat III : mukosa vagina, kulit, jaringan perineum
dan sfingter ani.
e. Derajat IV : mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan
sfingter ani yang meluas hingga ke rectum, rujuk segera. Selama
kala IV bidan harus meneruskan proses penatalaksanaan
kebidanan yang telah mereka lakukan selama kala I, II, III untuk
memastikan ibu tidak menemui masalah apapun. mereka
mengumpulkan data, menginterpretasikan data, serta membuat
rencana asuhan berdasarkan interpretasi mereka atas data
tersebut. Kemudian mengevaluasi rencana asuhan dengan cara
mengumpulkan data lebih banyak (Sari dan Rimandini, 2014).
Ruptur perineum derajat 1, 2,3 dan 4

15
Karena terjadi perubahan fisiologis, maka pemantauan dan
penanganan yang dilakukan oleh bidan adalah:
1) Tanda Vital Pantau tanda vital ibu yang meliputi Tekanan
Darah (TD), Nadi (Pols) dan Respiration Rate (RR) selama
kala IV segera setelah plasenta lahir. Tanda tersebut
dievaluasi setiap 15 menit sampai keadaan ibu stabil seperti
sebelum melahirkan atau lebih sering jika terdapat indikasi.
Jika TD rendah atau <90/60 mmHg, sedangkan denyut
nadinya normal, maka tidak akan menjadi masalah. namun,
jika TD <90/60 mmHg dan nadinya >100 x/i, ini
mengidentifikasi adanya suatu masalah. bidan harus
mengumpulkan data lain untuk membuat diagnosis.
Mungkin ibu sedang mengalami demam atau terlalu banyak
mengeluarkan darah (Sari dan Rimandini, 2014).
2) Suhu Pantau suhu ibu satu kali/jam.Suhu ibu dicek paling
sedikit satu kali selama kala IV. Jika suhu meningkat pantau
lebih sering. Suhu tubuh yang normal adalah <38°C.Jika
suhunya >38°C, bidan harus mengumpulkan data-data lain
untuk memungkinkan identifikasi masalah. Suhu yang
tinggi tersebut mungkin disebabkan oleh dehidrasi (karena
persalinan yang lama dan tidak cukup minum) atau ada
infeksi) (Sari dan Rimandini, 2014).

16
3) Tonus otot dan tinggi fundus uterus Jika kontraksi tidak
baik maka uterus teraba lembek, tinggi fundus uterus
normal, sejajar pusat atau dibawah pusat. Jika uterus teraba
lembek, lakukan masase uterus, bila perlu berikan injeksi
oksitosin atau methergin. Lakukan masase uterus untuk
memastikan uterus menjadi keras setiap 15 menit dalam 1
jam pertama, dan setiap 30 menit dalam jam kedua kala IV
(Sari dan Rimandini, 2014).
4) Perdarahan Perdarahan yang normal setelah kelahiran selam
6 jam pertama mungkin hanya akan sebanyak satu pembalut
perempuan per jam, atau seperti darah haid yang banyak.
Jika perdarahan lebih banyak dari ini, ibu hendaknya
diperiksa lebih sering dan penyebab-penyebab perdarahan
berat harus diidentifikasi (Sari dan Rimandini, 2014).
5) Kandung Kemih Kandung kemih harus dievalusi dan
dikosongkan jika teraba penuh. Anjurkan ibu untuk
mengosongkan kandung kemihnya setiap kali
diperlukan.Jika kandung kemih penuh dengan air seni,
uterus tidak dapat berkontraksi dengan baik (Sari dan
Rimandini, 2014).
B. Asuhan Persalinan Normal
Mengenali Gejala Dan Tanda Kala Dua
1. Mendengar dan melihat tanda kala dua persalinan
a. Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran
b. Ibu merasakan ada tekanan yang semakin meningkat pada
rectum dan vagina
c. Perineum tampak menonjol
d. Vulva dan sfingter ani membuka
Menyiapkan Pertolongan Persalinan
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial
untuk menolong persalinan dan menatalaksana segera pada ibu dan

17
bayi baru lahir. Untuk asuhan bayi baru lahir atau resusitasi,
siapkan
a. Tempat datar, rata, bersih, kering, dan hangat
b. 3 handuk atau kain bersih dan kering (termasuk ganjal bahu
bayi)
c. Alat penghisap lendir
d. Lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.
Untuk ibu :
a. Menggelar kain diperut bawah ibu
b. Menyiapkan oksitosin 10 unit
c. Alat suntik steril sekali pakai didalam partus set.
3. Pakai celemek plastic atau dari bahan yang tidak tembus cair
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci
tangan menggunakan sabun dan air bersih mengalir kemudian
keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadai yang bersih
dan kering.
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk
periksa dalam
6. Masukkan oksitosin ke dalam sabun suntik (gunakan tangan yang
memakai sarung tangan DTT dan steril dan pastikan tidak terjadi
kontaminasi pada alat suntik)
Memastikan Bukaan Lengkap Dan Keadaan Janin
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati
dari anterior (depan) ke posterior (belakang) menggunakan kassa
atau kapas yang sudah dibasahi air DTT
a. Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja ,
bersihkan dengan seksama dari arah depak ke belakang.
b. Buang kassa atau kapas pembersih (terkontaminasi) dalam
wadah yang tersedia
c. Jika terkontaminasi, lakukan dekontaminasi lepaskan dan
rendam sarung tangan tersebut dalam larutan klorin 0,5%

18
(Langkah ke 9). Pakai sarung tangan DTT/steril untuk
melaksanakan langkah lanjutan.
8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap
a. Jika selaput ketuban masih utuh pada saat bukaan sudah lengkap
maka lakukan amniotomi
9. Dekontaminasi sarung tangan (celupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5 %, lepaskan
sarung tangan dalam keadaan terbalik, dan rendam dalam klorin
selama 10 menit). Cuci kedua tangan setelah sarung tangan
dilepaskan.
10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi uterus mereda
(relaksasi)untuk memastikan DJJ masih dalam batas normal (120-
160x/menit)
a. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
b. Mendokumentasikan hasil-hasil periksa dalam, DJJ, semua
temuan pemeriksaan dan asuhan yang diberikan ke dalam
partograf
Menyiapkan Ibu Dan Keluarga Untuk Membantru Proses
Meneran
11. Beritahukan kepada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan
keadaan janin cukup baik, kemudian bantu ibu menemukan
posisiyang nyaman dan sesuai keinginannya.
a. Tunggu hingga timbul kontraksi atau rasa ingin meneran,
lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin
(ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan
dokumentasikan semua temuan yang ada.
b. Jelaskan anggota keluarga tentang peran mereka untuk
mendukung dan memberi semangat pada ibu dan meneran
secara benar.
12. Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran jika ada
rasa ingin meneran atau kontraksi yang kuat. Pada kondisi itu, ibu

19
diposisikan setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan
pastikan ibu merasa nyaman
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu meneran atau timbul
kontraksi yang kuat:
a. Bombing ibu agar bisa meneran secara benar dan efektif
b. Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki
cara meneran apabila caranya tidak sesuai
c. Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya
(kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama)
d. Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi
e. Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu
f. Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum)
g. Menilai DJJ setiap kontraksi selesai
h. Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir
setelah pembukaan lengkap dan dipimpin meneran ≥120 menit
(2 jam) pada primi gravida atau ≥60 menit (1 jam) pada multi
gravida
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi
yang nyaman , jika ibu belur merasa ada dorongan untuk meneran
dalam selang waktu 60 menit

Persiapan Untuk Melahirkan Bayi


15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi ) di perut
bawah ibu , jika kepala bayi telah membuka vulva dengan
diameter 5-6 cm
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas bokong
ibu
17. Buka tutup partus set dan periksa kembali kelengkapan peralatan
dan bahan
18. Pakai sarung tangan DTT/steril pada kedua tangan

20
Pertolongan Untuk Melahirkan Bayi
Lahirnya kepala
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka
vulva makalindungi perineum dengan kain bersih dan kering,
tangan yang lain menahan belakang kepala untuk mempertahankan
posisi defleksidan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu
meneran secara efektif atau bernapas cepat dan dangkal.
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat (ambil tindakan yang
sesuai jika hal itu terjadi), segera lanjutkan proses kelahiran
bayi :Perhatikan!
a. Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lilitan
melalui bagian atas kepala bayi.
b. Jika tali pusat melilit secara kuat,klem tali pusat di dua tempat
dan potong tali pusat diantara dua klem tersebut.
21. Setelah kepala lahir, tunggu putaran paksi luar yang berlangsung
secara spontan
Lahirnya bahu
22. Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala bayi secara
biparental .anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan
lembut gerakkan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu
depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan kea
rah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
Lahirnya bahu dan tungkai
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah untuk menopang
kepala dan bahu. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memegang lengan dan siku sebelah atas.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir , penelusuran lengan atas , berlanjut
ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki
(masukkan telunjuk diantara kedua kaki dan pegang kedua kaki
dengan melingkarkan ibu jari pada satu sisi dan jari-jari lainnya
pada sisi yang lain agar bertemu dengan jari telunjuk

21
Asuhan Bayi Baru Lahir
25. Lakukan penilaian (selintas) :
a. Apakah bayi cukup bulan?
b. Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan?
c. Apakah bayi bergerak dengan aktif?
Bila satu jawaban adalah “TIDAK”, lanjutkan ke langkah
resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia (lihat panutan
belajar resusitasi bayi asfiksia). Bila semua jawaban “YA”
maka lanjutkan ke 26
26. Keringkan tubuh bayi
Keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh
lainnya (kecuali kedua telapak tangan)tanpa membersihkan
verniks. Ganti handuk basah dengan handuk /kain yang kering,
pastikan bayi dalam posisi dan kondisi aman di perut bagian bawah
ibu.
27. Pastikan kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang
lahir (hamil tunggal) dan bukan kehamilan ganda (gameli)
28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus
berkontraksi dengan baik
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10
unit(intramuscular) di 1/3 distal lateral paha (lakukan aspirasi
sebelum menyuntikkan oksitosin)
30. Setelah 2 menit sejak (cukup bulan) lahir, pegang tali pusat dengan
satu tangan pada sekitar 5 cm dari pusar bayi, kemudian jari
telunjuk dan jari tengah lain menjepit tali pusat dan geser hingga 3
cm proksimal dari pusar bayi. Klem tali pusat pada titik tersebut
kemudian tahan klem ini pada posisinya, gunakan jari telunjuk dan
jari tengah tangan lain untuk mendorongisi tali pusat kea rah ibu

22
(sekitar 5 cm) dan klem tali pusar pada sekitar 2 cm distal dari
klem pertama
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
a. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit
(lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat
diantara dua klem tersebut
b. Ikat tali pusat dengan benang DTT/Steril pada satu sisi
kemudian lingkarkan legi benang tersebut dan ikat tali pusat
dengan simpul kunci pada sisi lainnya
c. Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah
disediakan
32. Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit ibu-bayi.
Luruskan dada bayi sehingga bayi menempel di dada ibunya.
Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi
lebih rendah dari putting susu atau areola mamae ibu.
a. Selimuti ibu-bayi dengan kain kering dan hangat, pasang topi
di kepala bayi
b. Biarkan bayi melakukan kontak kulit ke kulit ibu paling sedikit
1 jam
c. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu
dini dalam waktu 30 menit – 60 menit. Menyusu untuk
pertama kali akan berlangsung sekitar 10-15 menit .bayi cukup
menyusu dari satu payudara.
d. Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi
sudah berhasil menyusu
Manejemen Aktif Kala Tiga Persalinan (MAK III)
33. Pindahkan klem tali pusat hinga berjarak5-10 cm dari vulva
34. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut bawah ibu (diatas
simfisis) untuk mendeteksi kontraksi .tangan yang lain memegang
klem untuk meneganggakan tali pusat.

23
35. Selain uterus berkontraksi, tegangan tali pusat kearah bawah
sambil tangan yang lain mendorong uterus kea rah bawah-atas
(dorsal-kranial) secara hati-hati (untuk mencegah insersio uteri).
Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan
tali pusat dan tunggu hingga tilbul kontraksi berikutnya dan ulangi
kembali prosedur di atas.
a. Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami, atau
anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu.
Mengeluarkan plasenta
36. Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus ke arah
dorsal ternyata diikuti dengan pergeseran tali pusat kea rah distal
maka lanjutkan dorongan kea rah kranial hingga pladenta dapat
dilahirkan.
a. Ibu boleh meneran tapi tali pusat hanya ditegangkan (jangan
ditarik secara kuat terutama jika uterus tidak berkontraksi)
sesuai dengan sumbu jalan lahir (kea rah bawah-sejajar lantai-
atas)
b. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
c. Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali
pusat :
1) Ulangi pemberian oksitosin 10 unit IM
2) Lakukan kateterisasi (gunakan teknik aseptic) jika
kandung kemih penuh
3) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
4) Ulangi tekanan dorsal-kranial dan penegangan tali pusat
selama 15 menit berikutnya
5) Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit sejak bayi lahir
atau terjadi perdarahan maka segera lakukan tindakan
plasenta manual

24
37. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan
kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban
terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan pada wadah yang telah
disediakan
a. Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT/steril
untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan
jari-jari tangan atau klem ovum DTT/Steril untuk
mengeluarkan selaput yang tertinggal
Rangsangan taktil
38. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan massase
uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan massase
dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus
berkontraksi (fundus teraba keras)
a. Lakukan tindakan yang diperlukan (kompresi bimanual
internal, kompresi aorta abdominalis, tampon kondom-kateter)
jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik
setelahrangsangan taktil/ massase.
Menilai Perdarahan
39. Periksa kedua sisi plasenta (maternal-fetal) pastikan plasenta telah
dilahirkan lengkap. Masukkan plasenta ke dalam kantung plastic
atau tempat khusus
40. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum .lakukan
penjahitan bila terjadi lasetasi yang luas dan menimbulkan
pedarahan.
Bila ada perdarahan yang menimbulkan perdarahan aktif , segera
lakukan penjahitan
Asuhan Pascapersalinan
41. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam.
42. Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam
larutan klorin 0,5% bersihkan noda darah dan cairan tubuh,

25
lepaskan secara terbalik dan rendam sarung tangan ke dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci tangan dengan sabun
dan air bersih yang mengalir, keringkan tangan dengan tissue atau
handuk pribadi yang bersih dan kering.
Evaluasi
43. Pastikan kandung kemih kosong
44. Ajarkan ibu atau keluarga cara melakukan massase uterus dan
menilai kontraksi
45. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
46. Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik
47. Pantau keadaan bayi dan pastikan bayi bernapas dengan baik (40-
60x/menit)
a. Jika bayi sulit bernapas, merintih atau retraksi diresusitasi dan
segera rujuk ke rumah sakit
b. Jika bayi bernapas terlalu cepat atau sesak napas, segera rujuk
ke rumah sakit rujukan
c. Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Lakukan
kembali kontak kulit ibu-bayi dan hangatkan ibu-bayi dalam
satu selimut

Kebersihan dan keamanan


48. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah
didekontaminasi
49. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang
sesuai
50. Bersihkan ibu dari paparan darah dn cairan tubuh dengan air DTT.
Bersihkan cairan ketuban, lender dan darah di ranjang atau
disekitar ibu berbaring. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih
dan kering.
51. Pastikan ibu merasa nyama. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan
keluarga untuk memberikan minum dan makan yang diinginkan.

26
52. Dekontaminasi ruang bersalin dengan klorin 0,5%
53. Celupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5%,
balikkan bagian dalam keluar dan rendam kedalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit
54. Cuci kedua tangan menggunakan sabun dan air mengalir kemudian
keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih
dan kering
55. Pakai sarung tangan bersih/DTT untuk melakukan pemeriksaan
fisik bayi
56. Dalam 1 jam pertama, beri salep atau tetes mata frofilaksis infeksi,
vitamin K, 1 mg IM di paha kiri bawah lateral, pemeriksaan fisik
bayi baru lahir, pernapasan (normal 40-60x/menit) dan temperature
tubuh (normal 36,5-37,5 ◦C) setiap 15 menit.
57. Setelah satu jam pemberian vitamin K, berikan suntikan imunisasi
hepatitis B di paha kanan bawah lateral. Letakkan bayi di dalam
jangkauan ibu agar sewaktu-waktu dapat disusui.
58. Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
59. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian
keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan
kering
60. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda
vital dan asuhan kala IV persalian.
C. Terapi Kebidanan Homecare Komplementer
Pelayanan kebidanan komplementer merupakan bagian dari
penerapan pengobatan komplementer dan alternatif dalam tatanan
pelayanan kebidanan. Sesuai dengan Peraturan Menteri dan alternatif
adalah pengobatan non konvensional yang ditujukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan kualitas dan keamanan
(1109/Menkes/Per/IX/2007).

27
Nyeri pada proses persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi
uterus dan pembukaan servik lengkap yang dibagi dua fase, yaitu fase
laten dan fase aktif. Mekanisme pembukaan servik berbeda antara
primigravida dengan multigravida. Pada primigravida proses
pembukaan serviks akan lebih lama dibandingkan dengan
multigravida sehingga rasa nyeri akan lebih lama dirasakan.
Kemajuan persalinan pada kala I fase aktif merupakan saat yang
paling melelahkan, berat, dan kebanyakan ibu mulai merasakan sakit
atau nyeri, dalam fase ini kebanyakan ibu merasakan sakit yang hebat
karena kegiatan rahim mulai lebih aktif. Kontraksi uterus pada
persalinan merupakan kontraksi otot fisiologis yang menimbulkan
rasa nyeri pada tubuh. Kontraksi ini merupakan kontraksi yang
involunter karena berada dibawah pengaruh saraf intrinsik (Asri dkk,
2010)
1. Skala Nyeri
Numerical Rating Scale (NRS) terdiri dari sebuah garis horizontal
yang dibagi secara rata menjadi 10 segmen dengan nomor O
sampai 10. Pasien diberi tahu bahwa O menyatakan "tidak ada
nyeri sama sekali" dan 10 menyatakan "nyeri paling parah yang
mereka dapat bayangkan". Pasien kemudian dirninta untuk
menandai angka yang menurut mereka paling tepat dapat
menjelaskan tingkat nyeri yang mereka rasakan pada suatu waktu
(Andarmoyo, 2013, dalarn dalam Emawati, dkk, 2022)

a) Skala 0 : Tidak ada rasa nyeri yang dialami

28
b) Skala 1-3 : Merupakan nyeri ringan dimana secara objektif,
klien masih dapat berkomunikasi dengan baik. Nyeri yang
hanya sedikit dirasakan.

c) Skala 4-6 : Merupakan nyeri sedang dimana secara objektif,


klien mendesis, menyeringai dengan menunjukkan lokasi nyeri.
Klien dapat mendeskripsikan rasa nyeri, dan dapat mengikuti
perintah. Nyeri masih dapat dikurangi dengan alih posisi.

d) Skala 7-9 : Merupakan nyeri berat dimana klien sudah tidak


dapat mengikuti perintah, namun masih dapat menunjukkan
lokasi nyeri dan masih respon terhadap tindakan. Nyeri sudah
tidak dapat dikurangi dengan alih posisi

e) Skala 10 : Merupakan nyeri sangat berat. Klien sudah tidak


dapat berkomunikasi klien akan menetapkan suatu titik pada
skala yang berhubungan dengan persepsinya tentang intensitas
keparahan nyeri. Skala penilaian numerik lebih digunakan
sebagai pengganti alat pendeskripsian kata. Dalam hal ini, klien
menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala ini paling
efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan
setelah intervensi (Andarmoyo, 2013).

2. Massage
a. Effleurage massage
Effleurage massage merupakan teknik pemijatan pada
punggung dengan menggunakan telapak tangan yang
memberikan tekanan lembut pada bagian punggung atas dengan
gerakan melingkar berulang kali. Teknik massage ini bermanfaat
untuk mengurangi rasa pegal akibat perubahan anatomi
punggung ibu selama hamil, dan dapat digunakan untuk
mengurangi rasa sakit pada persalinan. Penelitian yang
dilakukan oleh (Rosita, 2020) membuktikan bahwa teknik

29
massage ini dpat mengurangi rasa nyeri persalinan.
Effleurage merupakan suatu rangsangan pada kulit
abdomen dengan melakukan usapan menggunakan ujung-
ujung jari telapak tangan dengan arah Gerakan melingkar
membentuk pola gerakan seperti kupu-kupu seiring degan
pernafasan abdomen (Potter & Perry 2006). Effleurage pada
abdomen biasanya digunakana dalam metode Lamaze untuk
mengurangi nyeri pada persalinan normal (Varney, 2008).
Pijat effleurage adalah bent uk stimulasi kulit yang
digunakan selama proses persalinan dalam menurunkan nyeri
secara efektif.
Teknik pemijatan effleurage berupa usapan lembut,
lambat dan panjang atau tidak putus-putus.Teknik ini
menimbulkan efek relaksasi. Dalam persalinan, effleurage
dilakukan dengan menggunakan ujung jari yang ditekan lembut
dan ringan. Lakukan usapan dengan ringan dan tanpa
tekanan kuat, tetapi usahakan ujung jari tidak lepas
daripermukaan kulit (Maemunah, 2008).Dilakukan pada
bagian-bagian tubuh tertentu.

Gambar 2.2 Teknik Massage Effleurage

30
sumber : irhamna-usk-15.blogspot.com
b. Manfaat Pijat Effleurage
Manfaat pijat effleurage pada persalinan adalah
untuk memberikan rasa nyaman, menimbulkan
relaksasi, menurunkan tekanan darah, meningkatkan
pernapasan, memperlambat denyut jantung, dan
merangsang produksi hormon endorfin yang
menghilangkan rasa sakit secara alamiah (Danuatmaja &
Meiliasari, 2008).
Pijat effleurage artinya menekan degan lembut
memijat atau melutut dengan tangan untuk melancarkan
peredara darah. Dengan teknik memijat dan tenang
berirama, bertekanan lembut kearah distal atau kearah
bawah (cassar, mp.1999).selain itu juga untuk meingkatkan
sirkulasi darah, memberitekanan, menghangatkan otot
abdomen dan meningkatkan relaksasi fisik (jurnal
occupational and environment medicine, 2008).

c. Mekanisme Kerja Pijat Effleurage


Berdasarkan pada konsep Gate Control
Theorystimulasi serabut taktil kulit dapat menghambat
sinyal nyeri dari area tubuh yang sama atau area
lainnya. Stimulasi serabut taktil kulit dapat dilakukan
dengan beberapa teknik pijatan, rubbing, usapan,
fibrasi dan obat olesan analgesic. Pijat effleurage
merupakan manipulasi gosokan yang halus dengan tekanan
relatif ringan sampai kuat, gosokan ini mempergunakan
seluruh permukaan tangan satu atau permukaan kedua belah
tangan, sentuhan yang sempurna dan arah gosokan selalu
menuju ke jantung atau searah dengan jalannya aliran

31
pembulu darah balik, maka mempunyai pengaruh terhadap
peredaran darah atau membantu mengalirnya pembulu
darah balik kembali ke jantung karena adanya tekanan dan
dorongan gosokan tersebut. umumnya digunakan untuk
membantu pengembalian kandungan getah bening dan
pembuluh darah di dalam ekstremitas tersebut. Effleurage
juga digunakan untuk memeriksa dan mengevaluasi area
nyeri dan ketidak teraturan jaringan lunak atau peregangan
kelompok otot yang spesifik (Alimah, 2012).
1) Indikasi massage effleurage Menurut (Alimah, 2012)
indikasi dari massage effleurage adalah sebagai berikut:
Kelelahan yang sangat, Otot kaku, lengket, tebal dan
nyeri, Ganggguan atau ketegangan saraf, Kelayuhan atau
kelemahan otot.
2) Kontraindikasi dari massage effleurage adalah sebagai
berikut (Alimah, 2012): Cidera yang bersifat akut,
Demam, Edema, Penyakit kulit, Pengapuran pembuluh
darah arteri,Luka bakar, Patah tulang (fraktur)
d. Pijat Effleurage Yang dilakukan Pada Ibu Bersalin
effleurage massage dilakukan pada saat ibu merasa
kelelahan,atau kesakitan dan pada saat kontraksi
berlangsung dimana tujuannya untuk memberikan
ketenangan, rasa nyaman dan ibu merasa lebih segar pada
saat kontraksi dan dapat mengurangi rasa nyeri yang sedang
berlangsung. (Retno, 2012).
.Selama kontraksi, impulas nyeri berjalan terus dari
uterus sepanjang serabut saraf C untuk ditransmisikan
ke Substansia Gelatinosadi Spinal Corduntuk selanjutnya
akan disampaikan ke Cortex Cerebriuntuk diterjemahkan
sebagai nyeri. Stimulasi taktil dengan pijat effleurage
menghasilkan pesan yang sebaliknya dikirim lewat

32
serabut saraf yang lebih besar (serabut A Delta). Serabut A
Delta akan menutup pintu gerbang sehingga Cortex
Cerebritidak menerima pesan nyeri karena sudah
diblokir oleh Counter stimulasi dengan effleurage sehingga
persepsi nyeri berubah, karena serabut dipermukaan kulit
(Cutaneus) sebagian besar adalah serabut saraf yang
berdiameter luas. (Fatmawati, 2017).
Teknik ini juga memfasilitasi distraksi dan menurunkan
transmisi sensorik stimulasi dari dinding abdomen
sehingga mengurangi ketidaknyamanan pada area
yang sakit. Sebagai teknik relaksasi effleurage
mengurangi ketegangan otot. Meningkatkan sirkulasi
area yang sakit dan mencegah terjadinya hipoksia. (Alimah,
2012)
1) Indikasi dari effleurage massage pada ibu bersalin adalah
ibu bersalin dengan ketegangan otot, kelelahan dan yang
sedang mengalami nyeri kontraksi
2) Kontraindikasi effleurage massage: usia awal kehamilan
atau belum aterm, ketuban pecah dini, kehamilan resiko
tinggi
e. Metode Effleurage massage
Aslani 2015 dalam Yolanda,2019 menjelaskan

penggunaan masase effleurage pada punggung dapat

menggunakan 3 metode gerakan yaitu :

1) Metode Usapan Ringan

Letakkan kedua tangan pada punggung klien,

mulailah dengan gerakan mengusap dan bergerak

dari bagian bahu (os clavicula) hingga ke sacrum

33
kemudian kembali keatas dan kembali ke bawah lagi

sebanyak 5x.

Rasional : Hal ini dilakukan karena gerakan

mengusap mampu merangsang lepasnya hormone

endorphin yang dapat mengurangi rasa nyeri dan

memberikan rasa nyaman untuk klien.

Gambar 2.1 (a) daerah bahu (b) daerah sacrum

Sumber : Oktavia, Anandia Wuri 2020

2) Buat gerakan seperti kupu –kupu dengan menggunakan

telapak tangan dan gerakan melingkar kecil menggunakan ibu

jari menuruni area tulang belakang atau thoracic vertebrae (T12

–T1). Gerakkan secara perlahan dan berikan penekanan

arahkan penekanan ke bawah sehingga tidak mendorong

klien ke depan. Lakukan sebanyak 5x.

Rasional : Hal ini dilakukan karena gerakan sirkuler secara

perlahan yang dilakukan pada satu titik dapatmemblok impuls

34
nyeri supaya nyeri dapat berkurang dan gerakan perlahan

supaya tidak terjadi tekanan yang berlebih pada punggung ibu

yang mampu menambah rasa nyeri.

Gambar 2.2 usapan melingkar dengan ibu jari

Sumber : Oktavia, Anandia Wuri 2020

3) Berikan usapan dengan gerakan bergelombang pada daerah

lumbal (L3, L4, L5) dengan gerakan zig –zag kemudian

menuju sisi luar punggung sebanyak 5x. Rasional : Hal ini

dilakukan karena dengan gerakan mengusap mampu

merangsang lepasnya hormone endorphin yang dapat

mengurangi rasa nyeri, memberikan rasa nyaman untuk klien

serta klien menjadi rileks.

35
Gambar 2.3 Usapan Bergelombang daerah lumbal

Sumber : Oktavia, Anandia Wuri 2020

D. Asuhan Bayi Baru Lahir


1. Pengertian
Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang berusia 0-28 hari
(Kementerian Kesehatan RI, 2010). Bayi baru lahir adalah bayi
berusia satu jam yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dan
berat badannya 2.500-4000 gram (Dewi, 2010).
Asuhan Bayi Baru Lahir (BBL) adalah asuhan yang diberikan
pada bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran walaupun
sebagian besar proses persalinan terfokus pada ibu tetapi karena
proses tersebut merupakan proses pengeluaran hasil kehamilan
(bayi) maka penatalaksanaan suatu persalinan baru dikatakan
berhasil apabila selama ibu dan bayi yang dilahirkannya juga dalam
kondisi yang optimal. (Buku Panduan Praktis Yankes Maternal dan
Neonatal, 2014)

36
Neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran
dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke
kehidupan ekstrauterin (Saifuddin 2012)
Neonatal adalah masa bayi selama 28 hari pertama setelah bayi
lahir (usia 0-28 hari) (Pusdiknakes, 2013).
2. Ciri-ciri Bayi Lahir Normal
Bayi baru lahir normal mempunyai ciri-ciri berat badan lahir
2500-4000 gram, umur kehamilan 37-40 minggu, bayi segera
menangis, bergerak aktif, kulit kemerahan, menghisap ASI dengan
baik, dan tidak ada cacat bawaan (Kementerian Kesehatan RI,
2010).
Bayi baru lahir normal memiliki panjang badan 48-52 cm,
lingkar dada 30-38 cm, lingkar lengan 11-12 cm, frekuensi denyut
jantung 120-160 x/menit, pernapasan 40-60 x/menit, lanugo tidak
terlihat dan rambut kepala tumbuh sempurna, kuku agak panjang
dan lemas, nilai APGAR >7, refleks-refleks sudah terbentuk
dengan baik (rooting, sucking, morro, grasping), organ genitalia
pada bayi laki-laki testis sudah berada pada skrotum dan penis
berlubang, pada bayi perempuan vagina dan uretra berlubang serta
adanya labia minora dan mayora, mekonium sudah keluar dalam24
jam pertama berwarna hitam kecoklatan (Dewi, 2010).
Menurut saifuddin, bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir
selama satu jam pertama kelahiran. Menurut M. Sholeh Kosim,
bayi baru lahir normal adalah berat bayi lahir antara 2500-4000
gram, cukup bulan, lahir langsung menangis dan tidak ada kelainan
kongenital (cacat bawaan) yang berat (Marmi dan Rahardjo, 2015).
3. Fisiologi
Fisiologi Adaptasi menurut teori (Varney,2011) ialah dimulai
saat bayi dilahirkan dan sirkulasi fetoplasenta berhenti berfungsi,
bayi mengalami perubahan fisiologis yang besar sekali dan sangat

37
cepat. Segera setelah pola pernafasan bergeser dari satu inspirasi
episodic dangkal menjadi pola inhalasi lebih dalam dan teratur.
Neonatus mulai bernafas dan menangis segera setelah lahir
yang menunjukkan terbentuknya mekanisme pada thoraks sewaktu
melalui jalan lahir. Penurunan kadar oksigen dan kenaikan
karbondioksida merangsang kemoreseptor pada sinus karotis
(stimulasi kimiawi) dan rangsangan dingin di daerah muka dapat
merangsang permulaan gerakan pernafasan (stimulasi sensorik).
Dengan terpotongnya tali pusat bayi maka sirkulasi plasenta
terhenti. Aliran darah ke atrium kanan menurun sehingga tekanan
jantung menurun, tekanan darah di aorta hilang sehingga tekanan
jantung kiri meningkat. Paru-paru mengalami retensi dan aliran
darah keparu-paru meningkat yang menyebabkan tekanan ventrikel
kiri meningkat. Hal tersebut mengakibatkan duktus botalii tidak
berfungsi dan foramen ovale menutup.
Dalam 24 jam pertama neonatus akan mengeluarkan tinja
yang berwarna hijau kehitam-hitaman. Ini dinamakan mekonium.
Frekuensi pengeluaran tinja pada neonatus dipengaruhi oleh
pemberian makanan atau minuman. Enzim pada saluran
pencernaan biasanya sudah ada pada neonatus kecuali enzim
amilase.
Enzim hepar pada neonatus belum aktif betul misalnya enzim
G6PD yang berfungsi dalam sintesis bilirubin sehingga neonatus
memperlihatkan gejala ikterus fisiologis.
Neonatus memiliki luas permukaan tubuh yang luas sehingga
metabolisme perkilogram berat badannya besar. Pada jam-jam
pertama, energi didapatkan dari pembakaran karbohidrat dan pada
hari kedua energi berasal dari pembakaran lemak.
Apabila neonatus mengalami hipotermia, tubuhnya akan
mengadakan penyesuaian suhu terutama dengan cara pembakaran

38
cadangan lemak cokelat yang memberikan energi lebih banyak dari
pada lemak biasa.
Hormon yang didapatkan dari ibu masih berfungsi, hal ini
terlihat dari adanya pembesaran kelenjar mammae, kadang-kadang
adanya pengeluaran darah dari vagina yang menyerupai darah haid.
Ginjal pada neonatus baru bisa memproses air yang didapat
setelah 5 hari kelahiran. Ginjal pada neonatus belum sepenuhnya
berfungsi karena jumlah nefronnya masih belum sebanyak orang
dewasa dan tidak seimbangnya antara luas permukaan glomerulus
dan volume tubulus proksimal. Aliran darah ginjal pada neonatus
relatif kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa.
Bayi baru lahir cukup bulan yang sehat dan memiliki berat
badan yang sesuai berat badan rata-rata bayi pada usia gestasinya
dapat diperkirakan mengalami peningkatan berat badan sebesar
satu ons perhari dalam 3 bulan pertamanya. Bayi yang disusui
dapat meningkat berat badannya sedikit kurang dari satu ons
perhari. Selama 3-5 hari atau minggu pertama kehidupan, bayi baru
lahir kehilangan 5-10% berat badan lahirnya, Berat harus dicapai
kembali pada hari ke-10 kehidupan bayi.
4. Penilaian Klinik
Tujuannya adalah mengetahui derajat vitalitas dan mengukur
reaksi bayi terhadap tindakan resusitasi. Derajat vitalitas bayi
adalah kemampuan sejumlah fungsi tubuh yang bersifat esensial
dan kompleks untuk berlangsungnya kelangsungan hidup bayi
seperti pernapasan, denyut jantung, sirkulasi dan refleks-refleks
primitif seperti menghisap dan mencari putting susu.

39
APGAR SCORE

No Aspek yang Nilai


Dinilai 0 1 2

1 Appearance Biru/pucat Badan merah, Seluruh badan


ekstremitas biru dan ekstremitas
merah

2 Pulse rate Tidak ada Tidak teratur Teratur


>100x/mnt
<100x/mnt

3 Grimace Tidak ada Menyeringai Menangis kuat

4 Activity Lemas Fleksi sedikit Aktivitas kuat

5 Respiration Tidak Lemah Teratur


Bernafas

Tabel Penilaian awal BBL menggunakan APGAR Score


(Manuaba IBG, 2012)
Catatan :
a. NA 1 menit lebih atau sama dengan 7 tidak perlu resusitasi
b. NA 1 menit 4-6 bayi mengalami asfiksia sedang – ringan
c. NA 1 menit 1-3 asfiksia berat
5. Penanganan Bayi Baru Lahir
Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir, ialah:
a. Membersihkan jalan napas
b. Memotong dan merawat tali pusat
c. Mempertahankan suhu tubuh bayi
d. Identifikasi
e. Pencegahan infeksi
Pembersihan jalan nafas, perawatan tali pusat, perawatan mata
dan identifikasi adalah rutin segera dilakukan, kecuali bayi
dalam keadaan kritis dan dokter memberikan instruksi khusus.

40
6. Penilaian Refleks pada Bayi

a. Refleks Babinski : Menggores permukaan plantar kaki dengan benda


runcing, (+) bila ibu jari akan terangkat, jari lainnya
meregang.

b. Refleks rooting : Menyentuhkan sesuatu ke sudut mulut (+) bila bayi


menengok ke arah rangsangan dan berusaha
memasukannya ke dalam mulut.

c. Refleks suching : (+) bila bayi menghisap kuat.

d. Grasp reflex : Meletakkan sesuatu di telapak tangan bayi, (+) bila


bayi menggenggam benda yang diletakkan pada
telapak tangan.

e. Refleks morro : Mengejutkan bayi, (+) bila kaget disertai lengan


direntangkan dalam posisi abduksi ekstensi dan tangan
disertai gerakan lengan adduksi dan fleksi.

f. Refleks tonic : Menengokkan kepala bayi ke kiri/ke kanan, (+) bila


neck kepala ditengokkan ke kanan, (+) bila kepala
ditengokkan ke kiri, anggota gerak bagian kanan akan
melakukan ekstensi dan anggota gerak lainnya
melakukan fleksi.

g. Refleks plantar : Meletakkan sesuatu pada telapak kaki bayi, (+) bila
grasp terjadi fleksi pada jari-jari kaki.

h. Refleks palmar : Meletakkan sesuatu pada telapak tangan bayi, (+) bila
grasp terjadi fleksi pada jari-jari tangan.

Tabel.Menilai Refleks pada Bayi


7. Pengukuran Antropometri
Pengukuran Antropometri menurut teori(PP IBI, 2012)
diantaranya:
a. Berat badan normal adalah 2500-4000 gram, apabila berat
badan kurang dari 2500 gram disebut bayi prematur dan
apabila berat badan lahir lebih dari 4000 maka bayi disebut
makrosomia.
b. Panjang badan normal adalah 47-52 cm.
c. Lingkar kepala normal adalah 33-35 cm.

41
d. Lingkar dada normal adalah 30-38 cm, apabila diameter kepala
lebih besar 3 cm dari lingkar dada maka bayi mengalami
hidocephalus dan apabila diameter kepala lebih kecil 3 cm dari
lingkar dada maka bayi mengalami microsephalus.
e. Lingkar Lengan normal adalah 9-11 cm
8. Pengukuran Antropometri
Pemeriksaan Fisik menurut teori(PP IBI, 2012) diantaranya :
a. Tanda-tanda vital
1) Laju napas normal 40-60 x/menit.
2) Laju jantung normal 120-160 x/menit.
3) Suhu normal 36,5-37,5 oC.
b. Kepala
1) Lingkar kepala oksipito-frontal harus selalu diukur dan
dicatat pada semua neonatus.
2) Deteksi apakah ada caput suksedanum (cairan efusion
terletak di atas periosteum dan terdiri dari cairan edema,
melewati batas sutura, tidak tampak jelas), atau
sefalohematoma (cairan yang berupa darah terletak di
bawah periosteum dan tidak melewati sutura, tampak jelas
dan lembek jika diraba).
3) Sutura tulang tengkorak harus diperiksa untuk melihat
apakah sutura melebar atau tumpang tindih. Fontanella
yang terbuka penuh menunjukkan adanya kenaikan
tekanan intrakranial (TIK) yang bisa disebabkan oleh
perdarahan intrakranial, edema otak, atau hidrosefalus.
4) Periksa adanya massa di garis tengah yang keluar dari
tulang kepala mungkin suatu omfalokel dan perlu
pemeriksaan yang lengkap.
5) Ubun-ubun yang cekung menandakan bayi dehidrasi dan
terlalu cembung disertai badan demam menandakan bayi
terkena infeksi.

42
c. Mata
Adanya perdarahan subkonjungtiva, mata yang menonjol,
katarak, kesimetrisan kedua mata, keluarnya sekret mata,
pergerakan kelopak mata yang seimbang.
d. Telinga
1) Posisi, rotasi dan letak telinga harus dicatat. Letak telinga
yang lebih rendah harus cepat diperiksa dengan teliti
kemungkinan adanya tanda dismorfik lainnya.
2) Pada bayi sangat prematur, pinnanya pendek, datar, dan
mudah terlipat ke belakang.
3) Pada bayi matur, heliks luar dari pinna akan membentuk
kurvatura yang jelas.
4) Telinga harus diamati dengan teliti untuk memastikan
tidak ada kelainan pada kanalis auditoris eksterna.
e. Mulut
Pemeriksaan yang harus diperiksa meliputi lengkung palatum
dan bibir (labioskisis atau labiognatopalatoskisis), bentuk dan
gerakan lidah, adanya massa abnormal di daerah mulut dan
faring membutuhkan perhatian segera terhadap kemungkinan
terjadi obstruksi jalan napas.
f. Leher
Apakah ada gumpalan atau pembengkakan pada leher, deteksi
adanya kemungkinan hematoma sternokleidomastoideus,
duktus tiroglosus, higroma koli.
g. Dada
1) Bentuk, pembesaran buah dada, adanya massa pada
dinding dada.
2) Pernapasan
Napas yang bunyi (grunting) terjadi karena udara yang
dikeluarkan bayi mengenai glotis yang tertutup sebagian
dan merupakan petunjuk terjadinya proses-proses yang

43
menyebabkan kolaps atau atelektasis. Stridor terjadi
karena berbagai sebab obstruksi jalan nafas, akan tetapi
pada bayi yang pernapasannya sangat lemah mungkin
tidak terdengar atau sulit didiagnosis.
a) Gerakan dinding dada yang asimetris pada pernapasan
terjadi pada beberapa lesi diafragma atau ruangan
intra pleura unilateral. Retraksi supra renal bisa terjadi
pada distres respirasi berat.
b) Mendengarkan suara jantung bayi dengan
menggunakan stetoskop, irama dan keteraturannya
untuk mendeteksi kelainan bunyi jantung, normalnya
120 – 160 kali/menit.
c) Pernapasan normalnya 40-60 kali/menit.
h. Abdomen
1) Inspeksi apakah ada pembesaran pada perut (membuncit
yang terjadi kemungkinan karena pembesaran hati, limfe,
tumor, asites). Pembesaran hati tampak dari pemebesaran
1-2 cm di bawah batas kosta kanan. Sedang limpa
biasanya tidak teraba.
2) Hernia diafragmatika dapat menyebabkan abdomen
membentuk skapoid akibat protrusi isi abdomen ke dalam
rongga toraks. Usus yang tampak di permukaan usus
memberikan adanya obstruksi usus, khususnya bila terjadi
emesis bilius (muntah empedu) atau aspirat lambung.
3) Periksa tali pusat, jangan sampai terjadi pedarahan dari tali
pusat, bernanah, ataupun berbau. Permukaan tali pusat
juga perlu diperhatikan, warna kemerahan disertai suhu
meningkat merupakan tanda infeksi tali pusat.
i. Alat kelamin
1) Perempuan, bila cukup bulan. Labia mayora lebih
menonjol dibandingkan labia minora dan umumnya

44
menutupi labia minora. Tonjolan mukosa vagina
umumnya tejadi karena pengaruh hormonal ibu terhadap
janin. Pada bayi prematur, labia minoranya lebih menonjol
dan klitoris relatif mengalami protusi ke dalam lipatan
labia.
2) Laki-laki : harus diperiksa apakah ada hipospadia atau
epispodia. Penis yang terlalu kecil menunjukkan
hipopituitarisme. Testis bayi laki-laki cukup umur
biasanya berada dalam kantong skrotum. Penurunan
skrotum yang tidak komplet dan testis pada kanalis
inguinalis dapat diketahui melalui palpasi.
3) Pastikan pula bahwa tidak ada kelainan, misalnya bayi
wanita tidak mengalami maskulinisasi, atau bayi yang
memiliki alat kelamin dua, jenis kelamin tidak dapat
ditentukan sampai dilakukan pemeriksaan yang lebih
komplit lagi.
j. Punggung
Punggung harus diinspeksi dan kolumna vertebralis harus
dipalpasi. Harus dicatat keabnormalannya seperti:
meningomielokel, skoliosis dan defek kulit pada linea
mediana. Deteksi pula adanya spina bifida, pilonidal sinus atau
dimple.
k. Ekstremitas
Inspeksi untuk memastikan apakah bentuk ekstremitas baik.
Beberapa abnormalitas struktur yang jelas atau pemendekan
anggota gerak dapat dievaluasi lebih lanjut dengan palpasi dan
pemeriksaan radigrafi. Abnormalitas jari-jari (pemendekan,
lancip, sindaktili, polidaktili), lipatan palmar, hipoplasi kuku
merupakan petunjuk penting adanya sindrom dismorfik.

45
l. Anus
Diperhatikan apakah ada lubang pada anus atau tidak, ini bisa
kita tunggu sampai bayi mengeluarkan mekonium dalam 24
jam (asuhan sayang bayi). Pastikan tidak terjadi atresia ani dan
obstruksi usus.
m. Kulit
1) Pada bayi prematur (usia kehamilan 23-28 minggu)
dengan sedikit lemak subkutan, kulit bayi akan transulen
dan terlihat vena-vena superfisial. Karena stratum
korneum sangat tipis, kulit bayi prematur mudah terluka
oleh karena tindakan atau manipulasi yang tampaknya
tidak berbahaya sehingga menyebabkan kerusakan stratum
korneum dan permukaan kasar.
2) Saat usia kehamilan 35-36 minggu, bayi dilapisi verniks.
Lapisan verniks tipis muncul pada kehamilan matur dan
biasanya menghilang pada postmatur.
3) Bayi postmatur memiliki kulit seperti kertas dengan kerut-
kerut tajam pada badan dan ekstremitas. Pada bayi
postmatur juga terdapat kuku jari atau pengelupasan kulit
pada distal ekstremitas.
4) Kulit bayi juga ditumbuhi oleh lanugo, yang banyak
terdapat pada punggung.
5) Perlu diinspeksi seluruh kulit untuk mencari adanya tanda
lahir, ataupun bercak-bercak pada kulit seperti milia
(papula keputihan 1-2 mm, umumnya ditemukan pada
wajah bayi) dan bercak mongol(suatu daerah
hiperpigementasi yang tidak menonjol (datar), lebih
banyak terjadi di seluruh pantat atau badan; umumnya
terjadi pada bayi kulit hitam atau oriental.

46
9. Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir
a. Segera setelah bayi lahir, nilai pernafasannya. Letakkan bayi
diatas perut ibu.
b. Keringkan bayi dengan kain bersih dan kering. Periksa ulang
pernafasan bayi.
c. Klem tali pusat dengan 2 klem dan potong diantara kedua klem
dan pertahankan kebersihannya.
d. Pastikan bayi tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi
dengan kulit ibu.
e. Gantilah handuk/kain yang basah dan bungkus bayi dengan
selimut hangat.
f. Pastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapak kaki bayi
setiap 15 menit.
g. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya.
h. Berikan obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% untuk
mencegah penyakit karena klamidia.
i. Hindari memandikan bayi dalam 24 jam pertama.
j. Lakukan perawatan tali pusat :
1) Pertahankan sisa tali pusat dalam keadaan terbuka agar
terkena udara dan tutupi dengan kain bersih yang longgar
2) Cuci tali pusat dengan sabun dan air bersih lalu keringkan
sampai betul-betul kering
k. Ajarkan tanda-tanda bahaya dan segera rujuk apabila
ditemukan tanda bahaya, seperti berikut:
1) Pernafasan sulit atau > 60x/mnt
2) Hipotermi atau hipertermia
3) Hisapan lemah dan atau muntah
4) Tali pusat merah, bengkak, bernanah dan atau berbau
busuk
5) Tidak buang air kecil dalam 24 jam, tinja lembek, kering
serta terdapat lendir dan darah dalam tinja

47
6) Aktivitas lemah, lunglai, atau kejang
l. Ajarkan pada orang tua cara merawat bayinya sehari-hari
1) Berikan ASI sesuai kebutuhan setiap 2-3 jam mulai hari
kelima
2) Pertahankan bayi selalu dengan ibu
3) Jaga bayi selalu dalam keadaan bersih
4) Jaga tali pusat agar selalu bersih dan kering
5) Jaga keamanan bayi terhadap trauma dan penyakit
6) Awasi masalah dan kesulitan pada bayi
(Prawirohardjo, 2014)

II. KONSEP MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN


Dalam pembuatan keputusan klinik, terdapat 7 langkah yang berurutan,
yaitu :
1. Pengumpulan data
2. Interpretasi data untuk mendukung diagnosis dan identifikasi masalah
3. Menetapkan diagnosa kerja ataupun rumusan masalah
4. Menilai adanya kebutuhan dan kesiapan intervensi untuk menghadapi
masalah
5. Menyusun rencana asuhan (intervensi)
6. Melaksanakan asuhan (implementasi)
7. Memantau atau mengevaluasi efektifitas asuhan atau intervensi
(Legawati, 2018)
1. Manajemen Asuhan Kebidanan
a. Pengertian Asuhan
Kebidanan Asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah
gunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikirandan
tindakan berdasarkan teori ilmiah penemuan penemuan keterampilan
dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu
keputusan yang berfokus pada klien Asuhan kebidanan terdiri dan
tujuh langkah yang berurutan yang di mulai dengan pengumpulan
dala dasar dan berakhir dengan evaluasi Tujuh langkah yang

48
dikembangkan Helen Vamey tersebut membentuk kerangka yang
lengkap dan bisa di aplikasikan dalam suatu situasi dan dapat
dipertanggung jawabkan. (Zian 2012 20 21)
b. Tahapan asuhan kebidanan
Dalam praktiknya bidan menggunakan manajemen kebidanan
dalam memberikan asuhan kebidanan Menurut Vamey (2012)
manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan
keterampilan-keterampilan dalam rangkaian/ tahapan yang logis
untuk pengambilan suatu keputusan berfokus pada klien.
Menurut Helen Vamey (dalam Kebidanan Teori dan Asuhan
(2018 25-28), langkah-langkah manajemen kebidanan tersebut
adalah:
1) Langkah Tahap pengumpulan data dasar Pada langkah ini
dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap yang
berkaitan dengan kondisi klien Pendekatan ini harus bersifat
komprehensif meliputi data subjektif, objektif dan hasil
pemeriksaan
2) Langkah II Interpretasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau
masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang
benar atas dasar data-data yang telah dikumpulkan Data dasar
yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat
merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik Diagnosa
wanita hamil normal meliputi nama, umur, gestasi (G) paritas
(P) abortus (A), umur kehamilan, tunggal, hidup, intra-uteri,
letak kepala, keadaan umum baik.
3) Langkah III Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial
dan mengantisipasi penanganannya

49
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnose
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis
yang telah didentifikasikan.
4) Langkah IV Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau
dokter dan atau untuk dikonsulkan atau ditangani bersama
dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi
klien.
5) Langkah V Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh Pada
langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh. ditentukan
langkah-langkah sebelumnya Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap diagnosis alau masalah yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi pada langkah in informasi/data
dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
6) Langkah VI Pelaksanaan langsung asuhan efisien dan aman
Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh di langkah
kelima harus dilaksanakan secara efisien dan aman.
7) Langkah VII Mengevaluasi hasil tindakan
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dan asuhan
yang sudah diberikan Rencana dapat dianggap efektif jika
memang benar efektif dalam pelaksanaannya
Manajement Asuhan Kebidanan Persalinan
1. Pengkajian Data
a. Data Subyektif
1) Nama
Untuk menetapkan identitas pasti pasien karena mungkin
memiliki nama yang sama dengan alamat dan nomor telepon
yang berbeda.
2) Usia
Wanita yang berusia lebih dari 34 tahun cenderung menjalani
seksio sesarea Usia di bawah 16 tahun atau di atas 35 tahun

50
mempredisposisi wanita ferhadap sejumlah komplikasi Usia di
bawah 16 tahun meningkatkan insiden pre eklampsia Usia di
atas 35 tahun meningkatkan insiden diabetes tipe II (yang
menyebabkan peningkatan insiden diabetes kehamilan juga
diagnosis tipe II), hipertensi kronis yang menyebabkan
peningkatan insiden pre eklapsia dan abrupsio plasenta
Persalinan yang lama pada nulipara, seksio sesarea, kelahiran
preterm IUGR anomali kromosom dan kematian janin. (Vamey
et al. 2007 691)
3) Keluhan utama
Menurut Manuaba (2010 173) tanda-tanda persalinan adalah:
a) Terjadinya his persalinan His persalinan mempunyai ciri
khas pinggang terasa nyen yang menjalar ke depan,
sifatnya teratur, interval makin pendek dan kekuatannya
makin besar, mempunyai pengaruh terhadap pembukaan
serviks, makin beraktivitas (jalan) makin bertambah.
b) Pengeluaran lendir dan darah (pembawa tanda) Dengan
his persalinan terjadi perubahan pada serviks yang
menimbulkan pendataran dan pembukaan Pembukaan
menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis
lepas Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah
pecah.
c) Pengeluaran cairan Pada beberapa kasus terjadi ketuban
pecah yang menimbulkan pengeluaran cairan Sebagian
besar ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap
Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan
berlangsung dalam waktu 24 jam Gejala utama pada kala
II (pengusiran) menurut Manuaba (2010 173) adalah :
(1) His semakin kuat dengan interval 2 sampai 3 menit,
dengan durasi 50 sampai 100 detik.

51
(2) Menjelang akhir kala 1, ketuban pecah dan ditandai
dengan pengeluaran cairan secara mendadak.
(3) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap
diikuti keinginan mengejan, karena tertekannya
pleksus Frankenhauser.
4) Riwayat kesehatan
Kondisi medis tertentu berpotensi mempengaruhi ibu atau
bayi atau keduanya Calon ibu mengetahui bahwa
penyakitnya dapat memperburuk atau berpeluang
menyebabkan bayi sakit atau meninggal Berikut ini adalah
beberapa kondisi medis pada kategori ini.
a) Penyakit Jantung
Perubahan fisiologi terjadinya peningkatan volume
darah dan peningkatan frekuensi denyut jantung
menyebabkan peningkatan serambi kiri jantung yang
mengakibatkan edema pada paru Edema paru
merupakan gejala pertama dari mitral stenosis, terutama
terjadi pada pasien yang telah mengalami antrial fibilasi
Terjadi peningkatan keluhan nafas pendek yang
progresif Penambahan volume darah kedalam sirkulasi
sistemik/ autotransfusi sewaktu his alau kontraksi uterus
menyebabkan bahaya saat melahirkan karena dapat
mengganggu aliran darah dan ibu ke janin. (Saifuddin,
2010 769) Stadium penyakit jantung terbagi dalam
empat stadium, yaitu :
Kelas I Tanpa gejala pada kegiatan biasa, tanpa
batas gerak biasa.
Kelas II Waktu istirahat tidak terdapat gejala, gerak
fisik terbatas, gejala payah jantung (cepat
lelah, palpitasi, sesak nafas, nyeri dada,
edema tungkai/tangan)

52
Kelas III Gerakan sangat terbatas karena gerak yang
minimal saja telah menimbulkan gejala
payah jantung
Kelas IV Dalam keadaan istirahat sudah terjadi gejala
payah jantung.

termasuk kelahiran dan persalinan prematur penyakit


hipertensi pada kehamilan bayi terlalu kecil untuk usia
gestasinya abruption plasenta, korioamnionitis, dan
kelahiran seksio sesarea (Fraser et al, 2009: 322)
b) Anemia
Bahaya saat persalinan adalah gangguan his (kekuatan
mengejan), kala pertama dapat berlangsung lama
sehingga dapat melelahkan dan sering memerlukan
tindakan operasi kebidanan kala uni dapat diikuti
retensio plasenta dan perdarahan postpartum karena
atonia uteri, kala empal dapat terjadi perdarahan
postpartum sekunder dan atonia uteri. (Manuaba, 2012)
c) Hipertiroidisme SEHA
Menurut Fraser et al (2009 346) hipertiroidisme pada
kehamilan berhubungan dengan peningkatan insiden pre
eklamsia, kelahiran prematur berat badan lahir rendah,
dan kematian janin.
d) Gonore
Dapat terjadi abortus spontan, berat badan lahir sangat
rendah, ketuban pecah dini, korioamnionitis, persalinan
premature. (Fraser et al, 2009 371)
e) Diabetes mellitus
Idealnya pada ibu yang menderita DM tanpa komplikasi
selama kehamilannya persalinan dapat dilakukan secara

53
spontan pada saat sudah cukup bulan. (Fraser et al,
2009; 338)
5) Riwayat kebidanan
a) Kehamilan persalinan, dan nifas yang lalu Riwayat
melahirkan preterm meningkatkan risiko ibu sebesar 30%
untuk melahirkan preterm lagi. Risiko tersebut meningkat
seiring peningkatan jumlah kelahiran preterm dan menurun
seiring peningkatan jumlah kelahiran cukup bulan Wanita
yang pernah melahirkan Bayi Kecil untuk Masa Kehamilan
(BKMK) berisiko kembali melahirkan bayi BKMK Catatan
berat badan bayi dan usia gestasi dapat dipakai untuk
mengidentifikasi adanya bayi BKMK (Wheeler 2004 10-
11) Segera setelah persalinan dapat terjadi peningkatan
suhu tubuh, tetapi tidak lebih dari 380C Bila terjadi
peningkatan melebihi 380C berturut-turut selama dua hari
kemungkinan terjadi infeksi Uterus yang telah
menyelesaikantugasnya, akan menjadi keras karena
kontraksinya, sehingga terdapat penutupan pembuluh darah
Kontraksi uterus yang diikuti his pengiring menimbulkan
rasa nyeri disebut "nyeri ikutan (after pain) terutama pada
multipara. (Manuaba, 2012)
b) Riwayat kehamilan dan persalinan sekarang Menurut
Soewarto (2010). jadwal pemeriksaan hamil yaitu
kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4
kali selama kehamilan yaitu, satu kali pada trimester
pertama satu kali pada trimester kedua, dua kali pada
trimester ketiga Pelayanan asuhan kehamilan standar
minimal 71 yaitu, timbang, ukur tekanan darah ukur tinggi
fundus uteri pemberian imunisasi TT lengkap (5x TT yaitu
TT5), pemberian tablet zat besi minimum 90 tablet selama
kehamilan, tes terhadap penyakit menular seksual. dan

54
temu wicara dalam rangka persiapan rujukan Lama kala I
primigravida 12 jam, multigravida 8 jam Pembukaan
primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2
cm/jam Lama kala II untuk primigravida 50 menit dan
multigravida 30 menit. Kala III untuk primigravida 30
menit dan multigravida 15 menit lama kala IV 2 jam.
(Manuaba, 2012)
6) Pola kehidupan sehari-hari
a) Nutrisi
Makanan ringan dan asupan cairan yang cukup selama
persalinan akan memberi lebih banyak energi dan
mencegah dehidrasi Dehidrasi bisa memperlambat
kontraksi dan/atau membuat kontraksi menjadi tidak teratur
dan kurang efektif (Wiknjosastro 2008 55)
b) Eliminasi
c) Saat janin mulai turun ke pelvis, kandung kemih rentan
terhadap kerusakan akibat tekanan kepala Dasar kandung
kemih dapat terkompresi diantara gelang pelvik dan kepala
janin Risiko trauma semakin besar jika kandung kemih
mengalami distensi Ibu harus dianjurkan untuk berkemih
diawal kala II (Fraser et al, 2009 485) Anjurkan ibu untuk
mengosongkan kandung kemih secara rutin selama
persalinan, ibu harus berkemih sedikitnya setiap 2 jam,
atau lebih sering jika ibu merasa ingin berkemih atau jika
kandung kemih terasa penuh. Periksa kandung kemih
sebelum memenksa denyut jantung janin (Wiknjosastro,
2008 55) Anjurkan ibu untuk buang air besar jika perlu
Jika ibu ingin buang besar saat fase aktif, lakukan periksa
dalam untuk memastikan bahwa apa yang ibu bukan
disebabkan oleh tekanan bayi pada rektum (Wiknjosastro,
2008 56).

55
b. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
a) Keadaan umum
Keadaan umum baik, kesadaran komposmetis postur
tubuh, pada. saat ini diperhatikan bagaimana sikap tubuh,
keadaan punggung dan cara berjalan (cenderung
membungkuk terdapat lordosis, kifosis, skoliosis atau
berjalan pincang) (Romauli, 2011 172).
b) Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah
Tekanan darah meningkat selama kontraksi disertai
peningkatan sistolik rata-rata 15 (10-20) mmHg dan
diastolik rata-rata 5-10 mmHg Pada waktu-waktu
diawal kontraksi lekanan darah kembali ketingkat
sebelum persalinan. Dengan mengubah posisi tubuh
dan telentang ke posisi miring. perubahan tekanan
darah selama kontraksi dapat dihindari (Vamey et al,
2007 686) Tekanan darah diukur tiap 2-4 jam sekali,
kecuali jika tidak normal Tekanan darah juga harus
dipantau dengan sangat cermat setelah anestetik
epidural atau spinal Hipotensi dapat akibat posisi
telentang. syok, atau anestesi epidural Pada ibu pre
eklamsi atau hipertensi esensial selama kehamilan
persalinan lebih meningkatkan tekanan darah (Fraser
et al 2009. 687).
2) Nadi
Perubahan yang mencolok selama kontraksi disertai
peningkatan selama fase peningkatan penurunan
selama titik puncak sampai frekuensi diantara
kontraksi dan peningkatan selama fase penurunan
hingga mencapai frekuensi lazimdiantara kontraksi

56
Penurunan yang mencolok selama puncak kontraksi
uterus tidak terjadi jika wanita berada pada posisi
miring, bukan terlentang (Varney et al, 2007 483)
Frekuensi nadi merupakan indikator yang baik dari
kondisi fisik umum ibu Jika frekuensi nadi meningkat
lebih dari 100 denyut per menit, hal tersebut dapat
mengindikasikan adanya ansietas, nyeri, infeksi,
ketosis, atau perdarahan Frekuensi nadi biasanya
dihitung setiap 1 2 jam selama awal persalinan dan
setiap 30 menit jika persalinan lebih cepat (Fraser et
al, 2009 687)
3) Suhu
Suhu sedikit meningkat selama persalinan, tertinggi
selama dan segera setelah melahirkan. Dianggap
normal adalah peningkatan suhu yang tidak lebih dari
0,5 sampai 1° C yang mencerminkan peningkatan
metabolisme selama persalinan Peningkatan suhu
sedikit adalah normal Namun bila persalinan
berlangsung lebih lama, peningkatan suhu dapat
mengindikasikan dehidrasi dan parameter lain harus
dicek. Pada kasus ketuban pecah dini, peningkatan
suhu dapat mengndikasikan infeksi dan tidak dapat
dianggap normal pada kondisi ini (Vamey et al. 2007
687)
4) Pernapasan
Sedikit peningkatan frekuensi pernapasan masih
normal selama persalinan dan mencerminkan
peningkatan metabolisme yang terjadi (Varney et al,
2007 687).
2. Pemeriksaan fisik
a) Muka

57
Pada wajah perlu dilakukan pemeriksaan edema yang
merupakan tanda klasik pre eklampsia (Varney et al 2007
693).
b) Mata
Bentuk simetris, konjungtiva normal warna merah muda,
bila pucat menandakan anemia Sklera normal berwama
putih, bila kuning menandakan ibu mungkin terinfeksi
hepatitis, bila merah kemungkinan ada konjungtivitis
Kelopak mata yang bengkak kemungkinan adanya pre
eklamsia (Romauli, 2011 174).
c) Mulut dan gigi
Wanita yang bersalin biasanya mengeluarkan bau napas
yang tidak sedap mulut kening bibir kering atau pecah
pecah lenggorokan nyeri dan gigi berjigong, terutama jika
ia bersalin selama berjam-jam tanpa mendapat cairan oral
dan perawatan mulut.
d) Leher
Kelenjar tyroid akan mengalami pembesaran hingga 15.0
ml pada saat persalinan akibat dan hiperplasia kelenjar dan
peningkatan vaskularisasi (Saifuddin. 2010 186) Kelenjar
limfe yang membengkak merupakan salah satu gejala
klinis infeksi toksoplasmosis pada ibu hamil pengaruhnya
terhadap kehamilan dapat menimbulkan keguguran,
persalinan prematuritas dan cacat bawaan (Manuaba, 2010
340).
e) Dada
Normal bila tidak ada relraksi dinding dada, tidak ada
wheezing dan ronhci, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
massa abnormal.
f) Payudara

58
Menjelang persalinan, perlu dilakukan pemeriksaan
terhadap kondisi puting ibu misalnya kolostrum kering
atau berkerak, muara duktus yang tersumbat kemajuan
dalam megeluarkan putiang yang rata atau inversi pada
wanita yang merencanakan untuk menyusul.
g) Abdomen
Pada ibu bersalin perlu dilakukan pemeriksaan TFU, yaitu
pada saat tidak sedang kontraksi dengan menggunakan
pita ukur Kontraksi uterus perlu dipantau mengenai
jumlah kontraksi selama 10 menit, dan lama kontraksi
Pemeriksaan DJJ dilakukan selama atau sebelum puncak
kontraksi pada lebih dari satu kontraksi Presentasi janin
dan penurunan bagian terendah janin juga perlu dilakukan
pemeriksaan Sebelum melakukan pemeriksaan abdomen,
anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih.
Kandung kemih harus sering diperiksa setiap 2 jam untuk
mengetahui adanya distensi juga harus dikosongkan ntuk
mencegah obstruksi persalinan akibat kandung kemih
yang penuh yang akan mencegah penurunan bagian
presentasi janin dan trauma pada kandung kemih akibat
penekanan yang lama yang akan menyebabkan hipotonia
kandung kemih. Perlu dikaji juga jaringan parut pada
abdme untuk memastikan integritas uterus.
h) Genetalia
Tanda-tanda inpartu pada vagina terdapat pengeluaran
pervaginam berupa blody slym, tekanan pada anus,
perineum menonjol, vulva membuka sebagai tanda gejala
kala II Pada genetalia dilakukan pemeriksaan adanya luka
atau massa termasuk kondilomata, varikositas vulva atau
rekturn, adanya perdarahan pervaginam, cairan ketuban
dan adanya luka parut di vagina Luka parul di vagina

59
mengindikasikan adanya riwayat robekan penneum atau
tindakan episiotomi sebelumnya.
i) Anus
Perineum mulai menonjol dan anus mulai membuka
Tanda ini akan tampak bila betul-betul kepala sudah di
dasar pangul dan mulai membuka pintu.
j) Ekstremitas
Terutama pemeriksaan reflek lutut Reflek lutut negatif
pada hipovitaminose dan penyakit urat saraf (Marmi, 2010
163) Edema ekstremitas merupakan tanda klasik
preeklampsia bidan harus memeriksa dan mengevaluasi
pada pergelangan kaki, area pretibia alau jan Edema pada
kaki dan pergelangan kaki biasanya merupakan edema
dependen yang disebabkan oleh penurunan aliran darah
vena akibat uterus yang membesar.
3. Pemeriksaan khusus
a) Palpasi
Palpasi adalah perabaan untuk menentukan seberapa besar
bagian kepala janin yang terpalpasi di atas pintu panggul
untuk menentukan seberapa jauh terjadinya
engagementmengidentifikasi punggung janin untuk
menentukan posisi, dan menentukan letak bokong dan
kepala dan presentasi janin (Fraser dkk, 2009 259-261).
b) Penurunan bagian terbawah janin menurut Wiknjosastro
(2008: 84):
Penurunan kepala janin dilakukan dengan menghitung
proporsi bagian yang masih berada di atas tepi atas
simfisis dan dapat diukur dengan lima jari tangan
(perlimaan).

60
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN NORMAL


PADA NY “L” G1P0A0H0 UK 39-40 MINGGU
DENGAN PERSALINAN NORMAL
PUSKESMAS AMPENAN

PENGKAJIAN DATA
Tanggal : Jumat, 01 Maret 2024
Jam : 15.30 WITA
Tempat : Ruang Bersalin Puskesmas Ampenan

KALA I
A. Subyektif (S)
1. Identitas / Biodata
Istri Suami
Nama Ny. L Tn. H
Umur 28 tahun 29 tahun
Agama Islam Islam
Pendidikan D3 S1
Pekerjaan Swasta Swasta
Suku/bangsa Sasak Sasak
Alamat Kampung Bugis
2. Anamnesa Kebidanan
a. Keluhan Utam : Ibu mengatakan hamil 9 bulan mengeluh sakit pinggang menjalar ke perut bagian bawah
b. Riwayat perjalanan penyakit : Ibu hamil 9 bulan datang ke puskesmas pukul 15.00 WITA mengeluh
sakit perut menjalar ke pinggang sejak pukul 18..00 WITA sejak tanggal 29 Februari 2024 ada pengeluaran
lendir bercampur darah (+), tidak ada pengeluaran air ketuban (-), dan gerakan janin masih aktif dirasakan
dalam 12 jam terakhir.
c. 1) Riwayat Kesehatan / penyakit yang pernah atau sedang diderita
a) Jantung : Tidak ada
b) Hipertensi : Tidak ada
c) Diabetes Millitus : Tidak ada

61
d) Asma : Tidak ada
e) Batuk yang berkepanjangan ada lebih dari : Tidak ada
1 bulan (Tuberkolosis)
f) Penyakit ginjal : Tidak ada
g) Riwayat alergi ( termasuk alergi obat- : Tidak ada
0batan)
h) Gangguan mental (Pshycosa postpartum) : Tidak ada
i) Sirce cell disease : Tidak ada
j) Laain-lain : Tidak ada
1) Riwayat penyakit keluarga (Penyakit menular/penyakit keturunan/keturunan kembar)
(1) Jantung : Tidak ada
(2) Hipertensi : Tidak ada
(3) Diabetes Mellitus : Tidak ada
(4) Keturunan kembar : Tidak ada
(5) Asma : Tidak ada
(6) Sirce cell disease : Tidak ada
(7) Alergi : Tidak ada
(8) Epilepsi : Tidak ada
(9) Kelainan mental : Tidak ada
(10) Kelainan kongenital : Tidak ada
(11) Lain-lain : Tidak ada

d. Riwayat menstruasi
a) Usia Menarche : 14 tahun
b) Siklus menstruasi : 28 hari
c) Lama menstruasi : 7-8 hari
d) Jumlah darah :2-3 kali ganti pembalut
e) Rasa sakit pada saat menstruasi : Tidak ada
(dismenorhea)
e. Riwayat Kehamilan Sekarang
a) Hamil ke :1
b) HPHT : 26 – 5– 2023
c) Umur kehamilan menurut ibu : 7 bulan
62
d) Pergerakan fetus dirasakan pertama kali : Usia kehamilan 4 bulan
Pergerakan fetus dalam 24 jam terakhir : 10 kali
e) Keluhan yang dirasakan selama kehamilan : Ibu mengaatakan mual
muntah, pusing
f) Tanda bahaya / penyulit : Tidak ada
g) Skrining Immunisasi TT : TT 3
h) Tablet Fe : 3 bungkus selama kehamilan
i) Riwayat ANC : 4 kali di Puskesmas

Tanggal Keluhan TD BB UK TFU Letak DJJ LAB Tindakan Ket


(mmHg) (kg) (mg) (cm) Janin
29/6/23 Tidak ada 100/70 55 16 2 jr - + Hb: 12 gr Fe 1 bln
dibawa 136 % lagi
h pst x/menit PU:Neg
15/7/23 Tidak ada 110/70 56 20 16 cm Kep + - Fe 1 bln
puki 144 lagi
x/menit
14/9/23 Tidak ada 110/80 56 24 19 Kep + 144 - Fe 1 bln
puki x/menit lagi
14/12/23 Tidak ada 110/70 57 28 24 Kep + - Fe 1 bln
Puki 144
x/menit
15/1/24 Tidak ada 120/70 58 22-23 28 Kep + - Fe
Puki 144
x/menit
15/2/24 11/78 58,3 36-37 30 Kep + Hb: 11,6 Fe
puki 144
x/menit
(dikutip dari buku KIA Ny “L”)
f. Riwayat Kontrasepsi
1) Metode yang pernah dipakai : Tidak ada
2) Kapan berhenti dan alasannya : Tidak ada
3) Lama penggunaan kontrasepsi : Tidak ada
sebelum hamil
4) Rencana KB : Implant
g. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu:
Hami UK Riwayat Persalinan Masalah/Penyakit Anak
l
Ke Tempat Penolong Jenis Hamil Partus Nifas JK BBL H/ Usia
M
INI - - - - - - - - - - -

63
h. Kebutuhan biologis
1) Pola Nutrisi
Makan terakhir : Tanggal 01 /03/2024 Pukul 13.00 WITA
Komposisi : Nasi, sayuran, dan lauk pauk.
Porsi : 1/2 piring
Pantangan : tidak ada
Masalah : tidak ada
Mimum terakhir : Tanggal 01 /03/2024 Pukul 16.00 WITA
Jenis : air putih
Banyaknya : 1 gelas
Masalah : tidak ada
2) Eliminasi
BAK
BAK terakhir : tanggal 01/03/2024, pukul 16.30 wita
Konsistensi : cair
Warna : kuning jernih
Masalah : tidak ada
BAB
BAB : tanggal 01 /03/2024, pukul 07.00 wita
Konsistensi : padat-lunak
Warna : kuning
Masalah : tidak ada
i. Istirahat
1. Istirahat terakhir : tanggal 01 /03/2024, pukul 03.00 wita
2. Lama : 7 jam
3. Masalah : tidak ada
j. Riwayat Psikososial
1) Status perkawinan : Nikah sah 1x
2) Lama perkawinan : 1 tahun
3) Pengambilan keputusan : Suami
4) Dukungan keluarga : Ada, berupa dukungan moril dan fisik (mengantarkan ibu bersalin ke
rumah sakit)
5) Respon Ibu : senang dengan kehamilannya
64
6) Kekhawatiran : tidak ada
7) Beban kerja : pekerjaan rumah tangga
8) Kekhawatiran khusus dalam persalinan : tidak ada
9) Persiapan persalinan : ibu siap menghadapi persalinan
10) Pendamping persalinan yang diinginkan : suami dan keluarga

B. Obyektif (O)
1. Keadaan umum : Baik
Keadaan emosi : Stabil
Kesadaran : Composmentis
Keadaan Emosional : Normal
Postur tubuh (Lordosis / Kipose / : Tidak ada
Pincang / Lain – lain)
2. HTP : 07-3-2024
3. Tinggi Badan : 158 cm
Berat badan sebelum hamil : 50 kg
Berat badan sekarang : 63 kg
Kenaikan BB : 13 kg
IMT : 20,3
Lila : 25 cm
4. Tanda – tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Denyut nadi : 82 x/ mnt
Suhu tubuh : 36,6 ° C
Pernafasan : 20 x/mnt
5. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala dan rambut
Kebersihan : Bersih, tidak ada ketombe
Distribusi rambut : Merata
Alopesia/lesi : Tdak ada
Infeksi kulit : Tidak ada

65
b. Wajah
Warna/pucat : Tidak pucat
Chloasma gravidarum : Tidak ada
Oedema : Tidak ada

c. Mata
Konjungtiva : Tidak pucat (warnaputih)
Sklera : Tidak ikterus (warna merah muda)
d. Mulut dan gigi
Bibir (lembab/kering/pecah-pecah : Lemba, tidak kering tidak pecah-pecah
Rahang dan lidah (pucat/lesi) :Tidak ada
Gigi dan gusi :Tidak ada gigi tanggal, tidak ada gigi
rusak, tidak ada karies, gusi merah muda
e. Leher
Kelenjar thyroid : Tidak ada pembesaran
Kelenjar getah bening/Limfe : Tidak ada pembesaran
Bendungan vena Jugularis :Tidak ada bendungan
f. Payudara
Simetris : Kiri dan kanan
Areola : Hyperpigmentasi
Putting susu : Menonjol
Benjolan/Tumor/massa : Tidak ada
Rasa nyeritekan :Tidak ada
Pengeluaran : Ada

g. Abdomen
Bekas luka operasi : Tidak ada
Linea :Tidak ada
Striae : Ada
Kontraksi : Ada (3 kali dalam 10 selama 35 detik)

66
Palpasi Leopold
Leopold I : TFU 31 cm. Teraba bulat, besar, tidak
melenting di fundus uteri (bokong)
Leopold II : Teraba keras seperti papan, datar
disebelah kiri ibu (Punggung kiri)
Leopold III : Teraba bulat, kecil, dan melenting
(Prensentasi kepala). Kepala sudah masuk
PAP
Leopold IV : 3/5 bagian
h. DJJ : + , Frekuensi : 136 kali/menit, Irama : 11-
12-11 Teratur
TBBJ : 3.100 gram
His : 3x10.40
i. Ektremitas atas dan bawah
(b) Oedema : Tidak ada
(c) Kekauan sendi : Tidak ada
(d) Kemerahan : Tidak ada
(e) Varises : Tidak ada
(f) Refleks patella : +/+
j. Genetalia Periksa dalam : VT Ø 5 cm, eff 50%, selaput ketuban (+),
(Tanggal 02/03/2024, pukul 15.00 teraba kepala, denominator belum jelas,
WITA) penurunan kepala HII, tidak teraba bagian
kecil janin atau tali pusat.
1. Pemeriksaan laboratorium/ penunjang
a. Darah
Hb : 11,8 gr % (17 /02/2024)
Golongan darah :B
Sifilis : Negatif
HBsAg : Negatif (17 /02/2024)
HIV : Non Reaktif (17 /02/2024)
b. Urine
Protein : Negatif (17 /02/2024)
Reduksi : Tidak dilakukan

67
Glukosa urine : Negatif (17-02-2024)
c. Pemeriksaan penunjang lain : Tidak ada

C. Analisa (A)
1. Diagnosa
G1P0A0H1 UK 38 minggu, keadaan umum ibu baik dengan inpartu kala I fase aktif.
Janin tunggal, hidup, intra uterine, presentasi kepala. keadaan umum janin baik.
2. Masalah
Ketidaknyamanan karena nyeri
3. Kebutuhan
Penjelasan posisi yang baik bagi ibu
Lakukan manajemen nyeri untuk mengurangi rasa sakit
D. Penatalaksanaan (P)
Tanggal : 01 /03/2024, Pukul: 15.10 WITA
1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan, yaitu secara keseluruhan normal dengan TD 110/70 mmHg,
pembukaan jalan lahir 5 cm dan keadaan janin baik. Ibu mengetahui keadaannya.
Hasil : Ibu dan suami mengerti dan merasa lega dengan hasil pemeriksaan
2. Memberitahu ibu untuk tidak mengejan, karena pembukaan belum lengkap. Jika ibu tetap mengejan
dikhawatirkan jalan lahir menjadi bengkak dan sakit saat melahirkan bayi.
Hasil : Ibu mengerti penjelasan yang diberikan dan tidak mengejan.
3. Memberikan dukungan moril, memberikan informasi proses persalinan, menghadirkan orang terdekat bagi ibu
yaitu suami atau keluarga lainnya. Ibu lebih tenang dengan kehadiran suaminya.
Hasil : Ibu lebih tenang dengan kehadiran suaminya.
4. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum.
Hasil : Ibu bersedia melakukan anjuran yang diberikan.
5. Mengajarkan pada ibu cara mengurangi rasa sakit yang timbul yaitu ibu bisa menarik nafas dalam-dalam lewat
hidung dan menghembuskannya pelan-pelan lewat mulut. Selain itu ibu bisa memilih posisi yang nyaman
misalnya berjalan-jalan, duduk, atau berbaring miring ke kiri. Ibu sebaiknya menghindari tidur telentang karena
rahim akan menekan pembuluh darah yang ada dipunggung ibu sehingga bisa menyebabkan janin ibu
kekurangan udara.
6. Menjelaskan kepada ibu bahwa akan diberikan asuhan berupa pijatan effleurage untuk mengurangi rasa nyeri
dan membuat ibu agar menjadi rilaks dalam menghadapi persalinan dengan cara , terapi pijat effleurage yang
dilakukan selama 10 menit dengan 1 kali pemberian dan pengukuran intensitas nyeri dilakukan dari menit ke
68
15-20 selama tindakan. Bagian tubuh yang di pijat adalah punggung dan pinggang dengan Gerakan keatas lalu
kebawah { naik dengan tekanan, turun tanpa tekanan).
 Menjelaskan terlebih dahulu prosedur asuhan yang akan diberikan Effleurage merupakan teknik pijatan
dengan menggunakan telapak jari tangan dengan pola gerakan melingkar beberapa bagian tubuh atau
usapan sepanjang punggung dan ekstremitas.
 Tujuan
Melancarkan sirkulasi darah, Mengurangi nyeri persalinan, Memberikan efek relaksasi Menurunkan
ketegangan otot
 Alat dan Bahan
Baby oil untuk massage

 Prosedur Tindakan
1) Lakukan informed consent pada klien
2) Cuci tangan
3) Atur posisi tidur miring kiri rileks
4) Kaji dan tanyakan kualitas nyeri yang dirasakan berdasarkan skala nyeri
5) Pada waktu timbul kontraksi berikutnya Letakkan kedua telapak ujung-ujung jari tangan pada
punggung ibu, usapkan kedua ujung-ujung jari tangan dengan tekanan yang ringan, tegas dan konstan
dari bawah kebagian atas. Dengan Gerakan naik dengan tekanan dan turun tanpa tekanan
6) Lakukan gerakan ini selama 10 menit setiap jam
7) Kaji kembali respon fisiologis dan psikologis klien
8) Tanyakan kualitas nyeri yang dirasakan berdasarkan skala nyeri
9) Cuci tangan
Hasil : ibu bersedia dilakukan pijat effleurage
7. Menyiapkan lingkungan, alat dan bahan, persiapan ibu dan bayi
a. Menyiapkan lingkungan yaitu : ruangan yang bersih, nyaman, dan menjaga privacy ibu, pencahayaan yang
disesuaikan, tidak bising, keluasan mobilisasi. Menyiapkan tempat sampah infeksus dan non-infeksus, air
DTT, larutan klorin 0,5%.
b. Menyiapkan alat dan obat-obatan untuk partus :
1) Partus set : 1 buah setengah kocher, 1 gunting episiotomi, 1 gunting tali pusat, 2 buah klem kelly, 2
pasang sarung tangan, 3 buah kassa, 1 benang tali pusat.
2) Heating set: 1 buah nalpuder, 1 buah jarum jahit, 1 buah gunting, 2 buah pinset anatomis, benang
catgut, kassa secukupnya.
69
3) Balon penghisap lendir.
4) Obat-obatan: oksitosin 10 UI (8 ampul), Metergin 0,2 mg (1-2 ampul), Lidocain 2%, Betadin, Spuit
2,5cc.
c. Menyiapkan alat resusitasi untuk penanganan komplikasi pada bayi selama persalinan. Adapun alat dan
bahan yang disiapkan:
1) Tempat yang datar dan keras.
2) 2 buah kain dan 1 handuk bersih dan kering.
3) Lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.
4) De Lee, dan alat resusitasi berupa sungkup dan balonnya.
d. Menyiapkan kebutuhan bayi yaitu baju, kain selimut, topi, sarung tangan dan kaki.
Hasil : Sudah disiapkan
8. Mengobservasi kesejahteraan ibu dan janin setiap 30 menit dan kemajuan persalinan 4 jam lagi dan
mendokumentasikan.
Hasil : Telah dilakukan dan terlampir

CATATAN PERKEMBANGAN
Nama pasien No. RM :- Ruang
Ny L bersalin
Tanggal/Jam Catatan Perkembangan (SOAP) Nama &
Paraf
21/feb/24 S :Ibu mengatakan sudah tidak kuat lagi dengan rasa sakitnya Nia
11.30 wita yang makin sering dan tambah kuat dan ingin BAB
O : TTV TD :110/80 mmHg, Nadi 82x/menit, Suhu :36,50C
VT Ø 10 cm, eff 10 % ketuban (-),teraba kepala,
denominator UUK kiri depan, penurunan kepala HIII+ tidak
teraba bagian terkecil janin / tali pusat , DJJ : 144 x/mnt,
His : 5x/10 menit selama 50 detik
A : G1P0A0H0 UK 38 minggu,.Janin
T/H/IU dengan kala II
P:
1. Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan
bahwa pembukaan sudah lengkap. Ibu dan keluarga
mengerti.
2. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi
ibu dalam meneran. Suami dan keluarga membantu
posisi ibu.
3. Menyiapkan diri meliputi memakai celemek, mencuci
tangan dan memakai sarung tangan. Celemek dan
sarung tangan terpakai.
4. Memeriksa DJJ sesudah tidak kontraksi. DJJ
148x/menit.
5. Memimpin ibu untuk meneran pada saat ada his dan
istirahat bila tidak ada his. Ibu mengikuti anjuran.
6. Menyiapkan handuk di atas perut ibu dan memasang
handuk di atas perut ibu, meletakkan kain lipat 1/3
bagian di bawah bokong ibu dan membuka partus set.
70
Persiapan persalinan sudah siap, kepala janin terlihat
5-6 cm pada vulva.
7. Menolong kelahiran bayi
8. Lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi
dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain
menahan kepala bayi untuk tidak terjadi defleksi
terlalu cepat, (ternyata perineum ibu kaku sehingga
dilakukan episiotomi), membantu lahirnya kepala.
Menganjurkan ibu untuk mengedan perlahan atau
bernafas cepat dan dangkal.
9. Periksa adanya lilitan tali pusat. Ternyata tidak
terdapat lilitan tali pusat. Tunggu kepala bayi
melakukan putar aksi luar secara spontan.
10. Menunggu kepala bayi hingga melakukan putaran
paksi luar secara spontan.
11. Setelah bahu lahir, tangan menyusuri mulai dari
kepala bayi, badan dan memegang kedua mata kaki
bayi dengan hati-hati untuk melahirkan badan.
Hasil : Bayi lahir langsung menangis pukul 19.08 wita.
A-S 7-9, jenis kelamin laki-laki, Gerakan aktif.warna kulit
kemerahan
1. Melakukan penanganan bayi baru lahir
a. Meletakkan bayi di atas perut ibu dan
mengeringkannya
b. Mengganti handuk basah dengan kainkering
c. Menjepit tali pusat 3 cm dari pusat bayi dengan
umbilical klem. Dan klem kedua 2 cm dari klem
pertama, memotong tali pusat diantara kedua klem.
d. Meletakkan bayi diatas payudara ibu dan diselimuti
Hasil : Sudah di keringkan tali pusat sudah dipotong, bayi
berada di dada
ibu.
1 maret 2024 S :Ibu mengatakan perutnya mules. Nia
pukul 19.18 O : Plasenta belum lahir
A : Ny L umur 28 tahun P1AOH0 inpartu kala III
P:
1. Memastikan tidak adanya bayi kedua dengan meraba
fundus uteri.
Hasil : tidak ada bayi kedua.
2. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin 10 IU
untuk mempercepat pengeluaran placenta
Hasil : Ibu bersedia disuntik
3. Menyuntikannya oksitosin 10 IU segera setelah lahir di
1/3 paha kanan atas bagian luar.
Hasil : Oksitosin sudah disuntikkan
4. Melakukan dorsokranial dan peregangan tali pusat
terkendali
Hasil : PTT telah dilakukan
5. Ada tanda-tanda plasenta lepas, yaitu tali pusat semakin
memanjang setelah dilakukan peregangan tali pusat,
adanya semburan darah, perut ibu membundar (Globular).
Hasil : Pukul 19.30 Wita plasenta lahir spontan secara
schultze,
6. Memeriksa kelengkapan plasenta dan memasukkan dalam
wadah
Hasil : Kotiledon lengkap, selaput dan korion lengkap

71
01 Maret S : Ibu mengatakan perutnya masih terasa mules Nia
2024 O :TTV : TD : 100/70 mmHg,
Pukul 19.40 Nadi :82x/ menit ,
Respirasi : 20 x/ menit,
Suhu :36,6oC
TFU 2 jari bawah pusat
Kontraksi baik,
Kandung kemih kosong,
Perdarahan ± 100 cc
A : Ny L umur 28 tahun P1A0H1 Kala IV
P:
1. Memeriksa robekan/ laserasi jalan lahir
Hasil : robekan perinium derajat 2
2. Melakukan heacting perinium
Hasil : Telah dilakukan heacting perinium
3. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik, tidak ada
perdarahan
Hasil : urerus berkontraksi dengan baik, tidak ada
perdarahan
4. Membiarkan bayi melakukan kontak kulit dengan ibu
minimal 1 jam.
Hasil : Kontak kulit ibu dan bayi masih dilakukan
5. Melakukan pengukuran bayi
Hasil : BB : 2800 kg PB : 50 cm
LK : 33 cm LD: 34 cm
LL : 12 cm

Tabel Pemantauan 2 jam PP

Jam Kandung Jumlah


Waktu TD N S TFU CUT
ke- kemih perdarahan
2 jari dibawah
19.25 110/80 80 36,3 Baik Kosong ± 10 cc
pusat
2 jari dibawah
19.40 110/80 80 Baik Kosong ± 5 cc
pusat
I
2 jari dibawah
19.55 110/80 80 Baik Kosong ± 5 cc
pusat
2 jari dibawah
20.10 110/80 80 Baik Kosong ± 5 cc
pusat
2 jari dibawah
20.40 120/80 80 36,5 Baik Kosong ± 10 cc
pusat
II
2 jari dibawah
21.10 120/80 80 Baik Kosong ± 5 cc
pusat

72
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “L” USIA 0 HARI
DENGAN BAYI BARU LAHIR NORMAL
DI PUSKEMAS AMPENAN

Tanggal : 01 Maret 2024


Jam : 20.00 WITA
Tempat : Ruang Bersalin Puskesmas Ampenan

A. SUBYEKTIF (S)
1. Identitas
a. Identitas Bayi
Nama bayi : By. Ny ”L”
Umur : 0 hari
Lahir : 201 Maret 2024, pukul 19.08 wita
Jenis kelamin : Laki-laki
e. Identitas Orang Tua / Wali
Istri Suami

Nama Ny. L Tn. M

Umur 28 tahun 29 tahun

Agama Islam Islam

Pendidikan D3 S1

Pekerjaan Swasta Swasta

Suku/ Sasak Sasak


bangsa

Alamat Kampung Bugis


1. Anamnesa
a. Riwayat Kehamilan
1) Hamil : Pertama
2) Frekuensi ANC : ≥ 6x di posyandu dan puskesmas
3) Imunisasi TT : TT2
4) Kejadian waktu hamil : tidak ada
5) Riwayat penyakit kehamilan
a) Perdarahan : tidak ada
b) Eklamsia : tidak ada
c) Preeklamsi : tidak ada
d) Penyakit kelamin : tidak ada
e) Penyakit lain : tidak ada
6) Riwayat waktu kehamilan / kebiasaan
a) Obat-obatan / jamu : tidak ada
b) Merokok : tidak
c) Komplikasi persalinan : tidak ada
b. Riwayat persalinan
1) Lama kala I : 5 jam
2) Lama kala II : 15 menit
3) Warna air ketuban : Jernih
4) Jumlah air ketuban :-
5) Jenis persalinan : Pervaginam
6) Penolong : Bidan
7) Jam/Tanggal lahir : 19.08 / 01 Maret 2024
8) Jenis kelamin : Laki-laki
9) BB/PB : 2800 gram / 50 cm
10) Caput Succadanium : Tidak Ada
11) Cepal Hematoma : Tidak Ada

74
c. Riwayat Biopsikososial
1) Orang tua beserta keluarga senang dan bersyukur dengan kelahiran
bayinya.
2) Pemberian ASI segera setelah lahir : ibu langsung menyusui bayinya
3) Kondisi tempat tinggal : kebersihan lingkungan terjaga.
B. OBYEKTIF (O)
1. Keadaan umum bayi
a. Gerakan/tonus : aktif
b. Tangis bayi : kuat
c. Warna kulit : seluruh tubuh kemerahan
2. Pemeriksaan antropometri :
a. Berat badan : 2800 gram
b. Panjang badan : 50 cm
c. Lika : 34 cm
d. Lida : 34 cm
e. Lila : 12 cm
2. Tanda-tanda vital
a. Denyut jantung : 144 kali/menit
b. Respirasi : 46 kali/menit
c. Suhu : 36,7 ºC
3. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
1) Ubun-ubun : datar, agak sedikit cekung dan
berdenyut
2) Sutura : molase (-)
3) Trauma persalinan : tidak ada
b. Telinga
1) Letak/kesimetrisan : daun telinga sejajar denganmata,
Simetris

75
2) Kebersihan : bersih, tidak ada pengeluaran
serumen
3) Luka : tidak ada
d. Mata
1) Kesimetrisan : simetris
2) Tanda-tanda infesi : tidak ada
3) Konjungtiva : tidak pucat
4) Sklera : tidak ikterus
e. Hidung dan mulut
1) Sumbatan pada hidung : tidak ada
2) Sekret, nafas cuping hidung : tidak ada
3) Kelainan kongenital : tidak ada
f. Leher
1) Massa/benjolan : tidak ada
2) Pembengkakan : tidak ada
g. Dada
1) Kesimetrisan : simetris
2) Putting susu : simetris
3) Tarikan dinding dada : tidak ada
4) Bunyi jantung : ada
h. Abdomen
1) Bentuk : normal
2) Massa/benjolan : tidak ada
3) Tali pusat : masih basah, terdapat 3
Pembuluh (1 Vena 2 arteri) tidak ada tanda – tanda infeksi.
4) Kelainan kongenital : tidak ada
i. Genetalia
1) Jenis kelamin : Laki-laki
2) Lubang uretra : (+)
3) Kelainan : Tidak ada

76
j. Punggung dan anus
1) Pembengkakan/cekungan : tidak ada
2) Kelainan kongenital : tidak ada
3) Anus : ada
k. Ekstermitas dan bahu
1) Gerakan : aktif
2) Jumlah jari : lengkap (10)
3) Fraktur klavikula : tidak ada
l. Keadaan kulit
1) Warna : Merah muda
2) Luka : tidak ada
3) Tanda lahir : tidak ada
4) Pembengkakan : tidak ada
5) Bercak mongol : tidak ada
m. Sistem saraf
1) Refleks moro :+
2) Refleks menghisap :+
3) Refleks menggenggam :+
4) Refleks mengedip :+
5) Refleks menelan :+
n. Eliminasi
1) Miksi : Belum
2) Defekasi/pengeluaran mekonium : Belum
A. ANALISA (A)
1. Diagnosa : Neonatus Cukup bulan sesuai massa kehamilan umur 1
jam
2. Masalah : Tidak ada
3. Kebutuhan : Tidak ada

D. PENATALAKSANAAN (P)

77
Tanggal : 01 Maret 2024 , pukul : 20.30 Wita
1. Memberikan informasi kepada ibu hasil pemeriksaan yakni berat
badan bayi 2800 gram dan panjang badan 50 cm.
2. Memberikan salep mata choramphenicol 1 % pada kedua mata bayi
dan menyuntikkan vitamin K 1 mg 0,5 cc pada paha kiri.
3. Memasangkan pakaian bayi, sarung tangan dan kaki, serta topi bayi
untuk menjaga kehangatan tubuh bayi.
4. Menjelaskan tentang pemberian ASI
a. ASI yang keluar pertama berwarna kekuningan (kolostrum)
mengandung zat kekebalan tubuh, langsung berikan pada bayi,
jangan dibuang.
b. Berikan hanya ASI saja sampai berusia 6 bulan (ASI Ekslusif).
Manfaat pemberian ASI :
1) Sehat, praktis dan tidak butuh biaya.
2) Meningkatkan kekebalan alamiah pada bayi.
3) Mencegah perdarahan pada ibu nifas.
4) Menjalin kasih sayang ibu dan bayi.
5) Mencegah kanker payudara.
5. Menjelaskan cara menjaga kehangatan pada bayi yaitu
a. Mandikan bayi setelah 6 jam, dimandikan dengan air hangat.
b. Bayi harus tetap berpakaian dan diselimuti setiap saat, memakai
pakaian kering, bersih dan lembut.
c. Ganti popok dan baju jika basah.
d. Jangan tidurkan bayi di tempat dingin atau banyak angin.
e. Jaga bayi tetap hangat dengan menggunakan topi, kaos kaki, kaos
tangan dan pakaian yang hangat pada saat tidak dalam dekapan.
6. Menjelaskan tentang perawatan tali pusat
a. Selalu cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir sebelum
dan sesudah memegang bayi.
b. Jangan memberikan apapun pada tali pusat.
c. Rawat tali pusar terbuka dan kering.

78
d. Bila tali pusar kotor atau basah, cuci dengan air bersih dan sabun
mandi dan keringkan dengan kain bersih.
7. Mengajarkan kepada ibu teknik menyusui yang benar
a. Posisi
1) Bayi tampak tenang.
2) Badan bayi menempel pada perut ibu.
3) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
4) Kepala tidak menegadah
b. Perlekatan
1) Mulut bayi terbuka lebar.
2) Dagu menempel pada payudara ibu.
3) Sebagian besar aerola masuk ke dalam mulut bayi.
4) Bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan.
8. Mengajarkan pada ibu cara perawatan putting susuyang tenggelam
a. Memijat puting susu dengan jari
Salah satu cara agar puting susu keluar, yakni dengan meletakkan
ibu jari di atas payudara atau sekitar areola. Posisikan empat jari
tangan lainnya berada di bawahnya. Tarik keluar puting dengan
meletakkan jari-jari di sekitar pangkal puting dan dorong ke dalam
ke arah dada. Lakukan pijatan ini dengan tekanan secara stabil
selama sekitar satu menit. Lepaskan dan ulangi, jika perlu.
b. Sering menyusui
Pastikan untuk segera menyusui bayi Anda setelah melahirkan.
Lakukan hal ini sesering mungkin supaya saraf-saraf payudara
terangsang, sehingga puting susu keluar. Biasanya, payudara akan
semakin besar dan menjadi lebih kencang dalam beberapa hari saat
produksi ASI meningkat.
c. Gunakan pompa payudara
Sebelum menyusui, menganjurkan ibu untuk pompa ASI terlebih
dahulu untuk membantu menarik puting keluar. Cara ini akan
memudahkan bayi untuk menyusu. Ibu juga dapat menggunakan

79
pompa secara teratur untuk meningkatkan suplai ASI. Cara
menggunakan pompa payudara ini dapat digunakan terus untuk
membantu mengeluarkan puting susu.
d. Gunakan Spuit 10 cc
Menganjarkan ibu untuk melakukan pengeluaran putting susu yang
tenggelam menggunakan spuit 10 cc yaitu dengan cara memisahkan
jarum dengan tabungnya dan kemudian ibu bisa menggunakan
tabung spuit 10 cc untuk menarik putting susu yang tenggelam.
9. Menjelaskan tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir
a. Bayi Tidak ingin menyusu.
b. Mengantuk atau tidak sadar.
c. Napas cepat (lebih dari 60 kali per menit).
d. Merintih.
e. Tarikan dinding dada bagain bawah (retraksi).
f. Tampak biru pada ujung jari tangan dan kaki atau bibir.
g. Kejang.
h. Badan bayi kuning (ikterus).
i. Kaki dan tangan terasa dingin.
j. Demam.
k. Tali pusat kemerahan sampai bagian perut.
l. Mata bayi tampak kemerahan

80
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada pembahasan kasus ini penulis menguraikan tentang proses


asuhan kebidanan fisiologis bolistik persalinan di Wilayah kerja Puskesmas
Ampenan. Pembahasan merupakan langkah terakhir dari suatu pengamatan
yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat kesenjangan antara teori
yang ada pada BAB II dengan gambaran kasus nyata yang tertuang pada
BAB III serta alasan-alasan mengapa kesenjangan tersebut terjadi.
Pendokumentasian asuhan kebidanan dituangkan dalam bentuk SOAP, yang
berpedoman pada pola pikir Manajemen Kebidanan Varney.
I. Kala I

A. Data Subyektif

Berdasarkan pengkajian asuhan kebidanan pada Ny “L” Tanggal


01 Maret 2024 Pukul 15.30 WITA hamil 9 bulan datang bersama
dengan suami pada tanggal 01 Maret 2024, pukul 15.00 wita. Ibu
mengeluhkan sakit pinggang menjalar ke perut bagian bawah sejak
tanggal 29 Februari 2024 Pukul 18.00 WITA, pengeluaran lendir
campur darah sejak tanggal 01 Maret 2024.. Riwayat keluar air tidak
ada, dan gerakan janin masih aktif dirasakan > 10 kali dalam 12 jam
terakhir.

Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya tanda-tanda persalinan.


pasien mengatakan melakukan kunjungan antenatal care (ANC)
sebanyak 6x di Puskesmas, posyandu dan didokter , pasien mengatakan
hari pertama haid terakhir tanggal 26 Mei 2023, dan usia kehamilannya
sekarang sudah mencapai ± 9 bulan, pasien mengatakan selama hamil ia
tidak pernah mengalami tanda-tanda bahaya kehamilan., pasien tidak
memiliki riwayat penyakit berat dan penyakit menular lainnya, pasien
mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi, Selama
hamil, nutrisi pasien terpenuhi dengan baik, istirahat cukup, aktivitas
pasien tetap melakukan pekerjaan rumah tangga.

Hal ini sesuai dengan teori tanda-tanda persalinan menurut Jenny


J.S Sondakh (2013) antara lain terjadinya his persalinan, saat terjadi his
ini pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan, sifatnya teratur, interval
lebih pendek, dan kekuatan makin besar, dan semakin beraktivitas
(jalan) kekuatan akan makin bertambah. Serta adanya pengeluaran
lendir dengan darah, terjadinya his persalinan mengakibatkan terjadinya
perubahan pada serviks yang akan menimbulakan pendataran dan
pembukaan. Hal tersebut menyebabkan lendir yang terdapat pada
kanalis servikalis lepas dan pembuluh darah pecah sehingga terjadi
pendarahan.

B. Data Obyektif

Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran composmentis,


keadaan umum baik, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80x/menit,
pernapasan 20x/menit, dan suhu 36,6°C. Ekspresi wajah tampak cemas,
tidak tenang dan meringis menahan sakit. Pemeriksaan fisik dalam
batas normal tidak terdapat kelainan. Pemeriksaan abdomen didapatkan
kesan yaitu tinggi fundus uteri 31 cm, dan sesuai usia kehamilan 39 -
40minggu, punggung kiri, presentasi kepala, situs memanjang, bergerak
dalam panggul (BDP) dengan penurunan bagian terbawah janin 3/5,
pada auskultasi terdengar denyut jantung janin dengan frekuensi 140
x/menit, janin intrauterine, tunggal dan hidup.
Pada pemeriksaan dalam pertama tanggal 1 Maret 2024 pukul
15.00 wita, tidak ditemukan kelainan pada vulva dan vagina, keadaan
portio lunak dan tipis, terdapat pembukaan 5 cm, ketuban masih utuh,
presentase kepala yaitu ubun-ubun kecil kiri depan, penurunan hodge I,
tidak ada molase dan penumbungan, serta kesan panggul normal.
Pemeriksaan dalam kedua tanggal 01 Maret 2024 pukul 18.45 di
dapatkan hasil tidak ditemukan kelainan pada vulva dan vagina,

82
keadaan portio lunak dan tipis, terdapat pembukaan 10 cm, ketuban
sudah pecah dengan warna air ketuban jernih, presentase kepala yaitu
ubun-ubun kecil sudah dibawah simpisis, penurunan hodge III+, tidak
ada molase dan penumbungan, serta kesan panggul normal.
Pada persalinana kala I yang di tandai dengan adanya his atau
kontraksi dimana mempunyai ciri seperti, pinggang terasa sakit yang
menjalar kedepan, his yang bersifat teratur, interval semakin pendek
dan kekuatannya semakin besar, mempunyai pengaruh terhadap
perubahan serviks. Selain his, persalinan juga ditandai dengan adanya
pengeluaran lendir dari kanalis servikalis karena terjadi pembukaan dan
pengeluaran darah dikarena kapiler pembuluh darah pecah. Persalinan
juga dapat disebabkan oleh pengeluaran cairan ketuban yang sebagian
besar baru pecah menjelang pembukaan lengkap dan tanda in partu,
meliputi adanya bloody show, peningkatan rasa sakit, perubahan bentuk
serviks, pendataran serviks, pembukaan serviks (dilatasi), pengeluaran
cairan yang banyak atau selaput ketuban yang pecah dengan sendirinya
(Nurul jannah, 2017).
C. Analisa

Analisa yang didapat bersumber dari hasil pengkajian data


subyektif dan data obyektif, ibu mengatakan ini kehamilan pertama
tidak pernah mengalami keguguran sebelumnya, hasil pemeriksaan
dalam didapatkan adanya pembukaan serviks 5 cm, sehingga
ditegakkan diagnosa G1P0A0H0, umur kehamilan 39-40 minggu, janin
tunggal, hidup, intrauterin, presentasi kepala keadaan umum ibu dan
janin baik dengan inpartu kala I fase aktif.

Dari hasil perumusan diagnosa pada kasus Ny. L telah sesuai


dengan teori yang dipaparkan sehingga tidak ditemukan kesenjangan
antara teori dan praktik.

83
D. Penatalaksanaan

Berdasarkan diagnosa masalah telah dirumuskan asuhan yang akan


diberikan kepada Ny. L yaitu menjelaskan hasil bahwa pemeriksaan
masih dalam batas normal dan saat ini ibu sudah bukaan 5 cm,
mengajarkan ibu cara meringankan rasa nyeri yaitu dengan Pijat
Effleurage massage yang merupakan teknik pemijatan pada punggung
dengan menggunakan telapak tangan yang memberikan tekanan lembut
pada bagian punggung atas dengan gerakan melingkar berulang kali.
Teknik massage ini bermanfaat untuk mengurangi rasa pegal akibat
perubahan anatomi punggung ibu selama hamil, dan dapat digunakan
untuk mengurangi rasa sakit pada persalinan.

Terkait nyeri persalinan, sebelum diberikan intervensi dengan pijat


effleurage dilakukan penilaian skala nyeri dengan Numerical Rating
Scale (NRS), dan ibu mengatakan berada dalam skala 8, ibu
menunjukkan lokasi nyeri di punggung bagian bawah, rasa nyeri
dirasakan cukup berat dan. Kemudian dilakukan intervensi dengan
melakukan pemijatan effleurage selama 10 menit saat berlangsungnya
kontraksi. kemudian dilakukan evaluasi penilaian skala nyeri dengan
Numerical Rating Scale (NRS) kembali, dan ibu mengatakan kini nyeri
berada dalam skala 6, yang Dimana hal ini menunjukan bahwa adanya
pengurangan nyeri persalinan setelah diberikan intervensi berupa pijat
effleurage.

Terkait pijat effleurage secara teori menurut (Maemunah, 2008)


dan Alimul (2009) dalam (Fatmawati, 2017), pijat effleurage
merupakan teknik pemijatan berupa usapan lembut, lambat dan
panjang dan tidak putus-putus menggunakan ujung jari dan tidak lepas
dari permukaan kulit dan menimbulkan efek relaksasi. Prosedur ini

84
efektif dilakukan selama 10-15 menit. Stimulasinya dapat merangsang
tubuh melepaskan senyawa endorphin yang merupakan pereda sakit
alami dan merangsang serat saraf yang menutup gerbang sinap sehingga
transmisi impuls nyeri kmedulla spinalis dan otak di hambat.
(Fatmawati, 2017).

Pada dasarnya, nyeri persalinan dialami oleh setiap ibu dalam


kala I persalinan, walaupun tingkat nyeri setiap ibu bersalin
berbeda. Nyeri persalinan ini dialami karena rangsangan nonseptor
dalam adneksa, uterus dan ligament pelvis. Nyeri pada persalinan
adalah manifestasi dari adanya kontraksi (pemendekan) otot rahim.
Kontraksi ini menyebabkan adanya pembukaan serviks, sehingga
dengan adanya pembukaan serviks maka akan terjadi persalinan.
(Judha, M, dkk. 2012, dalam Jasmi, Elly Susilawati, dan Ana
Andriani, 2020)

Secara teori, berdasarkan pada konsep Gate Control


Theorystimulasi serabut taktil kulit dapat menghambat sinyal nyeri
dari area tubuh yang sama atau area lainnya. Stimulasi serabut taktil
kulit dapat dilakukan dengan beberapa teknik pijatan, rubbing,
usapan, fibrasi dan obat olesan analgesic. Pijat effleurage
merupakan manipulasi gosokan yang halus dengan tekanan relatif
ringan sampai kuat, gosokan ini mempergunakan seluruh permukaan
tangan satu atau permukaan kedua belah tangan, sentuhan yang
sempurna dan arah gosokan selalu menuju ke jantung atau searah
dengan jalannya aliran pembulu darah balik, maka mempunyai
pengaruh terhadap peredaran darah atau membantu mengalirnya
pembulu darah balik kembali ke jantung karena adanya tekanan dan
dorongan gosokan tersebut. (Alimah, 2012).

Dengan pemberian pijat effleurage, ibu bersalin kala 1 menjadi


rileks, sehingga terjadi pengeluaran hormon endorphin dan oxytocin
secara bekerja dengan seimbang di dalam tubuh Ibu, yang dapat

85
mempengaruhi keadaan Ibu menjadi tenang sehingga nyeri persalinan
ibu menjadi teratasi dan segala ketakutan yang terjadi dalam
menghadapi persalinan dapat diatasi dengan pengeluaran hormon
endorphin dan oxytocin tersebut (Ekajayanti, 2016).

Penelitian yang dilakukan oleh (Eline Charla Sabatina


Bingan,2020) yang berjudul Pengaruh Teknik Massase Effleurage
Terhadap Tingkat Nyeri Pada Ibu Bersalin Kala 1 Fase Aktif di BPM
kawasan lingkungan Puskesmas Panarung Kota Palangka Raya yang
dilakukan sejak bulan Januari- Maret 2020. Dari hasil penelitian terlihat
telah terjadi penurunan tingkat nyeri sebanyak 16 0rang ibu bersalin
mengalami nyeri ringan setelah diberi perlakuan Massase Effleurage
dengan rata-rata skala nyeri persalinan sebesar 61,5%. Hasil uji
wilcoxon diperoleh nilai pvalue = 0,000. Dengan demikian nilai pvalue
lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh
Massase Effleurage terhadap penurunan intensitas nyeri persalinan kala
I fase aktif.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Sri Handayani


mengenai pengaruh Massae Effleurage terhadap tingkat nyeri kala I
fase aktif di Bantul pada tahun 2016, menunjukkan hasil telaah uji
wilcoxon membuktikn bahwa pemberian pijat effleurage pada ibu
bersalin kala I fase aktif, berpegaruh signifikan atas derajat nyeri ibu
bersalin kala I fase aktif dengan value = 0,000 (p<0,05).

Dengan demikan, berdasarkan temuan dari teori dan penelitian


yang ada, kemudian didukung juga dengan penelitian ini, dengan
pemberian pijat effleurage, dapat menurunkan skala nyeri ibu bersalin
kala I

86
II. KALA II

A. Data Subyektif

Berdasarkan pengkajian asuhan kebidanan pada kala II yang telah


di dapatkan pada kasus Ny “L” didapatkan data subjektif Ibu merasakan
adanya desakan untuk mendorong yang tidak bisa lagi ditahan-tahan,
dimana ibu mulai mengatur napas dengan lebih banyak menahannya atau
menggumam selama kontraksi, kontraksi sudah tidak begitu sering
dirasakan, namun setiap kontraksi yang tersisa sangat kuat dan semakin
kuat, ibu merasakan adanya tekanan pada anus dan ibu merasakan kepala
bayinya seperti mulai menyembul mau keluar lewat vaginanya.

Hal ini sesuai dengan teori menurut Jenny J.S Sondakh (2013)
gejala utama kala II antara lain His semakin kuat dengan interval 2
sampai 3 menit dengan durasi 50 sampai 100 detik Menjelang akhir kala I
ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran cairan secara
mendadak, Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti
keinginan untuk mengejan akibat tertekannya pleksus Frankenhauser.
Dapat disimpulkan tidak terdapat kesenjangan antara teori yang
dipaparkan dengan praktik.

B. Data Obyektif
Data objektif pada kasus Ny “L” yang didapat dimana tampak
perineum menonjol, vulva-vagina dan sfingter ani mulai membuka,
meningkatnya produksi pengeluaran lendir bercampur dengan darah dan
pada pemeriksaan tanda pasti kala II di tentukan melalui pemeriksaan
dalam yang hasilnya pembukaan serviks telah lengkap dan terlihatnya
bagian kepala bayi melalui introitus vagina.
Sedangkan teori menerangkan bahwa Kala II dimulai sejak
pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi, gejala dan tanda kala II yaitu
dimana kontraksi uterus menjadi lebih kuat dan sering (± 2-3 menit 1
kali) dan timbul rasa mengedan, dimana air ketuban yang keluar
membuat dinding uterus menjadi lebih dekat dengan fetus, sehingga
kekuatan kontrakis lebih intensif untuk mendorong keluar fetus, dan juga
vagina yang merengang karena turunnya kepala bayi akan membuat
kotraksi menjadi lebih baik.
C. Analisa

Dari data subyektif dan obyektif ditegakkan diagnosa bahwa ibu


sudah memasuki tahapan persalinan kala II. Hal ini sesuai dengan teori
yang menyebutkan bahwa Persalinan kala II dimulai dengan pembukaan
lengkap dari serviks dan berakhir dengan lahirnya bayi.

Proses ini berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi
(Kemenkes RI, 2016). Dapat disimpulakn bahwa tidak terdapat
kesenjangan antara teori yang dipaparkan dengan praktik

D. Penatalaksanaan

Berdasarkan Analisa dijelaskan pada ibu mengenai hasil


pemeriksaan yaitu ibu sudah pembukaan 10 cm (lengkap), kondisi ibu
dan janin baik, memberikan dukungan moril pada ibu dan menjelaskan
pada suami dan keluarga untuk memberikan dukungan pada ibu dan
mendampingi ibu. Memastikan kandung kemih kosong untuk
mempermudah proses penurunan kepala janin, menyiapkan persiapan
persalinan dan persiapan resusitasi untuk penanganan komplikasi pada
bayi selama persalinan. Mengajarkan ibu cara mengedan yang baik dan
benar pada ibu, dan melakukan asuhan persalinan normal pada ibu sesuai
dengan kebutuhannya saat ini. Dapat disimpulakn bahwa tidak terdapat
kesenjangan antara teori yang dipaparkan dengan praktik

III KALA III

A. Data Subyektif

Bayi sudah lahir pukul 19.08 wita. Ibu mengatakan perutnya masih
mulas, hal ini termasuk normal karena uterus tetap berkontraksi setelah
bayi lahir. hal ini sesuai dengan teori kala III yang menjelaskan bahwa
Kala III dimulai sejak bayi lahir sampai lahirnya plasenta atau uri. Partus

88
kala III disebut juga kala uri. Kala III merupakan periode waktu dimana
penyusutan volume rongga uterus setelah kelahiran bayi.Penyusutan
ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlengketan
plasenta.Oleh karena tempat perlengektan menjadi kecil, sedangkan
ukuran plasenta tidak berubah, maka plasenta menjadi berlipat, menebal
dan kemudian lepas dari dinding uterus (Ina Kuswanti, dkk 2014: 199).
Sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat kesenjangan antara teori yang
dipaparkan dengan praktik

B. Data Obyektif

Dari data obyektif didapatkan plasenta belum lahir, TFU sepusat,


kontraksi uterus baik, adanya semburan darah, tali pusat memanjang dan
tidak ada tanda-tanda bayi kedua. Hal ini sesuai dengan teori persalinan
KALA III menurut Sondakh (2013) dimana ciri-ciri pelepasan plasenta
antara lain Uterus menjadi berbentuk bundar 2, Uterus terdorong ke atas
karena plasenta dilepas ke segmen bawah rahim, Tali pusat bertambah
panjang.

C. Analisa

Diagnosa: Ny. L P1A0H1 dengan Kala III.

KALA III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir


dengan lahirnya plasenta dan selapun ketuban (kemenkes RI, 2016).

D. Penatalaksanaan

Melakukan manajemen aktif kala III dengan terlebih dahulu


melakukan pemberian oksitosin untuk kontraksi uterus dan mengurangi
perdarahan dan melihat adanya tanda-tanda pelepasan plasenta
selanjutnya melakukan Peregangan Tali pusat Terkendali (PTT). Hal ini
sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa tanda-tanda pelepasan
plasenta antara lain, perubahan ukuran dan bentuk uterus, uterus menjadi
bundar dan uterus terdorong ke atas karena plasenta sudah terlepas dari
Segmen Bawah Rahim, tali pusat memanjang semburan darah tiba tiba

89
(Kemenkes RI, 2016). Dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan
antara teori yang dipaparkan dengan praktik.

IV.KALA IV

A. Data Subyektif

Berdasarkan data pengkajian asuhan kebidanan pada kasus


Ny”L”dengan perlangsungan kala IV didapatkan data subjektif Ibu
mengatakan perutnya masih terasa sedikit mulas sesaat setelah plasenta
lahir. Otot yang berkontraksi mengakibatkan rasa mulas yang dirasakan
oleh ibu. Menurut Kemenkes RI, 2016 Otot-otot uterus berkontraksi,
pembuluh darah yang ada diantara anyaman-anyaman otot uterus
akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta
dilahirkan. Setelah plasenta lahir tinggi fundus uteri kurang lebih 2 jari
dibawah pusat. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat kesenjangan
antara teori yang dipaparkan dengan praktik.

B. Data Obyektif

Berdasarkan hasil pengkajian data data objektif di dapatkan hasil


kala III berlangsung 10 menit ,plasenta lahir lengkap tanggal 01 Maret
2024 jam 19.18 wita, tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat, kontraksi
uterus baik (teraba keras dan bundar), perdarahan ± 150 cc, kandung
kemih kosong, dan adanya robekan jalan lahir derajat II. Dalam
Kemenkes RI, 2016 ada 7 langkah pemantauan yang dilakukan pada
Kala IV antara lain Kontraksi uterus, Perdarahan, Kandung kemih,
Luka laserasi, kelengkapan plasenta dan selaput ketuban, keadaan
umum ibu termasuk tanda-tanda vital, dan keadaan bayi. Dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat kesenjangan antara teori yang
dipaparkan dengan praktik.

C. Analisa

Berdasarkan pengkajian data subyektif dan data obyektif dapat


ditegakkan diagnosa Kala IV, dimana menurut teori Teori menjelaskan

90
Kala IV ditetapkan sebagai waktu dua jam setelah plasenta lahir lengkap,
hal ini dimaksudkan agar dokter, bidan atau penolong persalinan masih
mendampingi wanita setelah persalinan selama 2 jam (2 jam post
partum). Dengan cara ini kejadian-kejadian yang tidak diinginkan karena
perdarahan postpartum dapat dikurangi atau dihindarkan (Dwi Asri,dkk
2018)

D. Penatalaksanaan

Melakukan pemantauan Kala IV dan pemeriksaan keadaan bayi.


Dalam Kemenkes RI, 2016 ada 7 langkah pemantauan yang dilakukan
pada Kala IV antara lain Kontraksi uterus, Perdarahan, Kandung kemih,
Luka laserasi, kelengkapan plasenta dan selaput ketuban, keadaan umum
ibu termasuk tanda-tanda vital, dan keadaan bayi

91
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan kebidanan dalam Persalinan dan BBL, penyusun
telah mampu menerapkan manajemen SOAP, meliputi:
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data subjektif pada kasus Ny.”L”
mulai dari Persalinan dan BBL di wilayah kerja Puskesmas Ampenan
2. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data objektif pada kasus Ny.”L”
mulai dari Persalinan dan BBL di wilayah kerja Puskesmas Ampenan.
3. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa kebidanan pada kasus Ny.”L”
mulai dari Persalinan dan BBL di wilayah kerja Puskesmas Ampenan.
4. Mahasiswa mampu merencanakan tindakan serta pelaksanaan asuhan
kebidanan pada kasus Ny.”L” mulai dari Persalinan dan BBL di wilayah
kerja Puskesmas Ampenan.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas dapatlah penulis mengajukan beberapa saran,
antar lain :
1. Bagi Masyarakat
Diharapkan agar tetap membina hubungan baik dengan tenaga kesehatan
dan fasilitas kesehatan yang ada, serta tetap pro-aktif terhadap tindakan atau
asuhan kebidanan yang diberikan dan diharapkan dapat mempertahankan
perawatan yang diberikan kepada ibu dan bayi, bila perlu untuk lebih
meningkatkan kualitas perawatan yang sesuai dengan standar kesehatan.
2. Bagi Institusi Pelayanan
Diharapkan agar tetap mempertahankan pelayanan asuhan kebidanan yang
telah diberikan terkait masalah-masalah kesehatan yang terjadi pada
masyarakat, khususnya masalah yang terkait dengan kebidanan, sehingga
dapat memberikan pelayanan yang lebih baik.

92
3. Bagi Institusi Pendidikan (Poltekkes Kemenkes Mataram)
Diharapkan agar tetap membimbing dan membantu mahasiswa untuk
memahami dan menerapkan teori yang telah diberikan dari institusi
sehingga mampu memberikan asuhan yang sesuai dan mampu menganalisa
kesenjangan antara teori dengan praktik serta mengetahui sejauh mana
mahasiswa mampu menerapkan ilmu pendidikan yang diperoleh mahasiswa
di bangku kuliah sehingga dapat menjadi bahan analisa untuk pendidikan
kasus patologi dalam asuhan kebidanan kehamilan
4. Bagi Mahasiswa
Diahrapkan agar meningkatkan kemampuan dalam menerapkan asuhan
kebidanan kehamilan patologi dengan terus memperbaharui pengetahuannya
yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu pelayanan.

93
DAFTAR PUSTAKA

Asrinah. (2010).Asuhan Kebidanan Masa Persalinan. Graha Ilmu.


Ayu Febri Wulandari. (2011). Biologi Reproduksi. Jakarta : Salemba Medika
Deby Utami Siska Ariani, 2021. Masase Punggung Terhadap Penurunan Nyeri
Persalinan Fisiologis Kala I Fase Aktif
Depkes RI. 2015. PWS KIA 2015, Standar Pelayanan Antenatal. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Desy, Marwita.2017. Laporan Tugas Akhir.http://poltekkes.aplikasi-
akademik.com/ jspui/bitstream/123456789/295/1/1504153770487_LTA
%20Desy%20Marwita.pdf. Diakses pada tanggal 11 Maret 2018.

Dewi, Vivian Nanny Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba Medika
Dwi Apriani, Tri Febrianti, Leny Joice,. 2021. Pengaruh Pijat Punggung Terhadap
Nyeri Kala I Persalinan Normal.
Elin Supliyanti, 2017. Pengaruh Masase Punggung Terhadap Intensitas Nyeri
Persalinan Kala I Di Kota Bogor
Eliza Putri,Sifa Altika,Puji Hastuji,.2022. Pengaruh Pemberian Teknik Massage
Terhadap Nyeri Persalinan.
Esti Handayani,Pramono Giri Kisyowo,.2012. Pengaruh Masase Punggung
Terhadap Pengurangan Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif Pada Ibu
Bersalin Normal Di BPM Wilayah Kerja Puskesmas Tegalrejo
Kabupaten Magelang tahun 2012
Handayani, Sri, 2016. Massage Effleurage Terhadap Tingkat Nyeri Kala 1 Fase
Aktif. Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu, 7(2), 122-132. Available on:
https://stikes-yogyakarta.e-journal.id/JKSI/article/view/27/23
Hidayat. 2014. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta. Salemba Medika
Imarina Br.Tarigan, 2020. Hubungan Masase Punggung Dengan Intensitas Nyeri
Persalinan Pada Ibu Inpartu Kala I Fase Aktif Di Klinik Pratama Kota
Binjai
Indah Puspitasari, Dwi Astuti,. 2017. Tehnik Massage Punggung Untuk
Mengurangi Nyeri Persalinan Kala I
Indrie Lutfiana,Ni Made Karlina Sumari, Ketut Jayanti,. 2019. Pemberian
Massage punggung sebagai Alternarif Pengobatan Untuk Pengurangan
Intensitas Nyeri Pada Ibu Bersalin Primigravida Di BPM Titiek
C,A.Md,.Keb Tahun 2018
Jannah, N. 2017. Persalinan Berbasis Kompetensi. Jakarta : EGC.

Jasmi, Elly Susilawati, dan Ana Andriani, 2020. Pengaruh Rose Effleurage
Terhadap Intensitas Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif Primigravida Di
Bpm Ernita Pekanbaru.JOMIS (Journal of Midwifery Science) Vol 4.
No.1. Available on:
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jomis/article/view/1090/727 . Doi:
https://doi.org/10.36341/jomis.v4i1.1090
JNPK-KR. 2008. Asuhan Persalinan Normal & Inisiasi Menyusu Dini.
Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Judha. 2012. Teori Pengukuran Nyeri & Nyeri Persalinan. Yogyakarta. Nuha
Medika

Juwita, Linda, 2019. Literatur Review, Pengaruh Massage Therapy Terhadap


Nyeri Persalinan Kala Satu. Jurnal Ners LENTERA, Vol.7, No.2.
Available on : http://repository.ukwms.ac.id/id/eprint/25325/12/10-
Literature_review_Hasil_cek_similarity_.pdf
Kadek Ayu Suarmini, 2020. Pengaruh Kompetensi Asuhan Kebidanan
Komplementer Massage Punggung Terhadap Intensitas Nyeri Ibu
Bersalin.
Kemenkes RI. 2019. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019. Jakarta.
Kemenkes RI
Kiki IzzahTazkiyah, 2014. Pengaruh Teknik Massage Terhadap Pengurangan
Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif
Kuswandi. 2011. Melahirkan Tanpa Rasa Sakit. Jakarta. Bhuana Ilmu Populer

Legawati.(2018). ASUHAN PERSALINAN & BAYI BARU LAHIR. Wineka


Media.https://www.google.co.id/books/edition/ASUHAN_PERSALINA
N_DAN_BAYI_BARU_LAHIR/BTGIDWaAQBAJ?
hl=id&gbpv=1&dq=persalinan&printsec=frontcover
Mander. 2012. Nyeri Persalinan. Jakarta. EGC

Mandriwati, A.G., dkk. 2017. Asuhan Kebidanan Kehamilan Berbasis


Kompetensi. Edisi Revisi III. Jakarta : EGC.

Mangkuji, B., dkk. 2014. Asuhan Kebidanan 7 Langkah SOAP. Jakarta : EGC.

Manuaba, Ida BagusGede. dkk. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan
KB untuk Pendidikan Bidan Edisi 2.Jakarta:Buku Kedokteran EGC.
Mardana, I Kadek dkk. 2017. PENILAIAN NYERI.https://simdos.unud.ac.id/
uploads/file_penelitian_1_dir/0a3e5b2c21e3b90b485f882c78755367.pdf.

Marmi dan Rahardjo, K. 2015. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Maryunani. 2010. Nyeri Dalam Persalinan “Teknik dan Cara Penangannya”.


Jakarta TIMMonsdragon. 2004. Pregnancy Information (Effleurage
dan Massage).http://www.monsdragon.org/pregnancy effleurage.html.

Mochtar R, 2012. Sinopsis Obstetric Fisiologi dan Patologi jilid 1. Jakarta :


Penerbit buku kedokteran EGC.
Muntani Halid, 2017. Pengaruh Teknik Masage Terhadap Nyeri Persalinan Kala I
Fase Aktif
Ningrum. 2013. Pengaruh Massage Effleurage Terhadap Kemajuan
Persalinan Kala I Fase Aktif Pada Ibu Inpartu Primigravida Di
RSIAMelinda Kediri.

Notoatmodjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai