Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KASUS

PREKLINIK KEBIDANAN SEMESTER V ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH DAN


PRAKONSEPSI PADA Nn. “E” USIA REPRODUKSI DENGAN HIPERTENSI DI
PUSKESMAS PAUH KOTA PADANG TAHUN 2023

OLEH :

PUTRI YANA

2115201016

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG

TA. 2023/2024

i
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus Individu dengan Judul “ ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH DAN


PRAKONSEPSI PADA Nn. “E” USIA REPRODUKSI DENGAN HIPERTENSI ”. Telah
diperiksa dan disetujui oleh preseptor akademik dan preseptor Klinik, sebagai salah satu tugas
Preklinik Kebidanan Semester V Program Sarjana Kebidanan STIKes Alifah Padang.

Padang, 20 Desember 2023

Preseptor Klinik. Preseptor Akademik.

(Lidya Riniati, S.SiT) ( Fanny Ayudia,


M.Biomed)

NIP : 198401272010012010 NIDN: 1011116401

ii
KATA PENGANTAR

Segala Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat,
inayah, taufik dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan
Kasus ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga Laporan Kasus ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam
pembuatan guna memenuhi persyaratan ketuntasan Praktik Kebidanan Asuhan Kebidanan
pada Pranikah dan Prakonsepsi.

Harapan saya sebagai penulis semoga Laporan Kasus ini dapat membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk
maupun isi tugas ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Pada Laporan Kasus ini penulis
mengakui masih banyak kekurangan karena keterbatasan penulis sebagai manusia biasa. Oleh
karena itu penulis harapkan kepada para pembaca untuk memaklumi serta memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan selanjutnya.

Padang, 22 Desember 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

COVER…………………………………………………………………………................
………………i

LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………….........
……….ii

KATA PENGANTAR…………………………………………………………............
……………iii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………................
……..iv

BAB I PENDAHULUAN………….…………………………………………….........
…………….1

1.1 Latar Belakang………………………………………………………....


……………...1
1.2 Tujuan Umum………………………………………………………........
………………2
1.3 Tujuan Khusus…………………………………………………......
…………………...2
1.4 Manfaat Penulisan……………………………………………………....
……………..3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………...........


……………..4

2.1 Pengertian……………………………………………………………………….........
…...4
2.2 Etiologi dan Faktor Resiko…………………………………………..………………
5
2.3 Patofisiologi……………………………………………………………….........
………...6
2.4 Pathway kasus………………………………………………………………….........
……8
2.5 Pemeriksaan penunjang………………………………………………………...
…….9
2.6 Penatalaksanaan medis (SOP)…………………………………………………...9

BAB III TINJAUAN


KASUS………………………………………………………………...............11

iv
3.1 Pengkajian……………………………………………………………………............
……16
3.2 Pengumpulan
Data………………………………………………………………........16
3.3 Interpretasi
Data………………………………………………………………….........16
3.4 Diagnosa / Masalah Potensial…………………………………………………..16
3.5 Tindakan Segera………………………………………………………………......
…...16
3.6 Perencanaan……………………………………………………………………........
…..16
3.7 Pelaksanaan…………………………………………………………………........
……..16
3.8 Evaluasi………………………………………………………………………............
……16

BAB IV PEMBAHASAN…………………………………………..............
…………………………19

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………........


……………..20

5.1 Kesimpulan…………………………………………………………………….........
……
5.2 Saran……………………………………………………………………………….....
.......

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………................

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pernikahan yang sehat merupakan pernikahan yang mempersatukan antara dua


pasangan manusia antara laki-laki dan perempuan. Dalam memilih pasangan hidup wajib
untuk menyelidiki, mengenal kepribadian pasangan dan terutama riwayat kesehatannya
baik kesehatan perempuan maupun laki-laki. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia nomor 97 tahun 2014, pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil adalah setiap
kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang ditujukan pada perempuan sejak saat remaja
hingga saat sebelum hamil dalam rangka menyiapkan perempuan menjadi hamil sehat.
Pada pasal 5 menjelaskan bahwa pelayanan kesehatan masa sebelum hamil dilakukan
untuk mempersiapkan perempuan dalam menjalani kehamilan dan persalinan yang sehat
dan selamat serta memperoleh bayi yang sehat. Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil
yaitu remaja, calon pengantin, dan/atau pasangan usia subur. Kegiatan pelayanan
kesehatan masa sebelum hamil salah satunya yaitu pemberian imunisasi.(Rayani et al.,
2022)

Kurangnya pengetahuan pasangan persiapan kehamilan tidak menutup kemungkinan


menyebabkan kehamilan risiko tinggi. Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan dengan
keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung dapat menyebabkan kesakitan
dan kematian bagi ibu maupun bayinya. Data organisasi kesehatan dunia (WHO)
memperkirakan bahwa setiap tahun sejumlah 500 orang perempuan meninggal dunia
akibat kehamilan dan persalinan, fakta ini mendekati terjadinya satu kematian tiap menit.
Diperkirakan 99%. Kematian tersebut terjadi di negara-negara berkembang. Kasus
hipertensi pada ibu hamil 359 per 100.000 penduduk meningkat sekitar 57% dibandingkan
dengan kondisi pada tahun 2012 yaitu sebesar 228 per 100.000 penduduk, hal ini
disebabkan karena terjadinya ibu hamil dengan risiko tinggi yang salah satunya adalah
terkena hipertensi dalam kehamilan.(Pratiwi et al., 2022)

Rasio kematian ibu / Maternal Mortality Rate (MMR) tahun 2000-2017 menurut WHO
turun sekitar 38% di seluruh dunia. Sekitar 810 wanita meninggal dikarenakan komplikasi
kehamilan atau persalinan di setiap harinya. Mayoritas sebagian besar dari semua kematian
ibu 94% terjadi di negara berpeghasilan rendah dan menengah (WHO, 2017). Menurut
laporan WHO tahun 2017, AKI di Indonesia tercatat 305/100.000 kelahiran. Artinya ada
400 ribu ibu meninggal setiap bulan, dan 15 ribu meninggal setiap harinya atau 99% dari
seluruh kematian ibu terjadi di negara berkembang. Dimana penyebab tertinggi kematian
ibu diakibatkan oleh pendarahan 32% dan 26% diakibatkan oleh hipertensi yang

1
menyebabkan terjadinya kejang, keracunan kehamilan sehingga menyebabkan kematian
bagi ibu.(Pontoh et al., 2022)

Pada penelitian yang dilakukan(Yesi, 2018) menunjukkan umur ibu hamil yang
mengalami kehamilan risiko tinggi mayoritas pada usia ≥ 35 tahun sebanyak 39 orang
(92,86%) dibandingkan pada ibu hamil yang berumur 20 - < 35 tahun tidak mengalami
kehamilan risiko tinggi sebanyak 114 orang (80,28%). Hal ini sesuai dengan pendapat
Rochjati bahwa pada umur ≥ 35 tahun organ kandungan menua, fungsi sistem dan organ
(otot, syaraf, endokrin, reproduksi mengalami penurunan), terdapat perubahan jaringan
alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi sehingga berisiko terjadinya persalinan
macet dan perdarahan. Pada umur 35 tahun atau lebih mulai terjadi penyakit seperti
(Hipertensi, Diabetes militus, jantung, anemia) sehingga apabila terjadi kehamilan maka
penyakit tersebut akan memperberat kehamilannya dan akan berisiko terhadap kehamilan.

Seiring dengan peningkatan usia ibu , risiko infertilitas , aneuploidi janin , keguguran ,
diabetes gestasional , preeklamsia , dan lahir mati juga meningkat 5 . Wanita harus
menyadari risiko ini dan sebaiknya jangan menunda kehamilan sampai usia 30-an atau 40-
an, atau sebaliknya tidak harus hamil lagi pada usia tersebut bila tidak betul-betul
diperlukan.

1.2 Tujuan Umum


a. Mengetahui faktor resiko hipertensi pada ibu hamil
1.3 Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan asuhan kebidanan pada pranikah dan prakonsepsi secara
holistik, komprehensif, dan berksesinambungan yang didukung kemampuan
berpikir kritis dan rasionalisasi klinis dan reflektif.
b. Mampu melakukan deteksi dini, konsultasi, kolaborasi dan rujukan, didukung
kemampuan berpikir kritis dan rasionalisasi klinis sesuai ruang lingkup asuhan
kebidanan.
c. Mampu melakukan KIE, promosi kesehatan dan konseling tentang kesehatan
reproduksi.
d. Mampu melaukan pendokumentasian asuhan pelaporan pelayanan kebidanan
sesuai kode etik profesi (pranikah dan prakonsepsi).

1.4 Manfaat bagi penulis


a. Menjamin kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat. dan
berkualitas.

2
b. Mengurangi angka kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi baru lahir:
c. Menjamin tercapainya kualitas hidup dan pemenuhan hak-hak reproduksi;
d. Mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi
baru lahir yang bermutu, aman, dan bermanfaat sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.

1.5 Manfaat bagi pembaca

a. Agar pembaca mengetahui bagaimana mempersiapkan kehamilan sehat

b. Agar pembaca mengetahui bagaimana mempertahankan dan meningkatkan

Kualitas pelayanan kesehatan ibu

c. Agar pembaca mengetahui bagaimana mencapai kualitas hidup dan pmenuh

an hak-hak reproduksi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
2.1.1 Pengertian Pranikah / Prakonsepsi

Kata dasar dari pranikah ialah "nikah" yang merupakan ikatan (akad)
perkawinan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran agama.
Imbuhan kata pra yang memiliki makna sebelum, sehingga arti dari pranikah.
adalah sebelum menikah atau sebelum adanyanya ikatan perkawinan (lahir batin)
antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri (Puspita, PuPuspita, 2021)

3
Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan,
perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita.
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dengan batas usia 19
tahun untuk laki-laki dan 16 tahun untuk perempuan. Akat tetapi, berdasarkan UU
No. 35 tahun 2014 tentang perubahan atas UU No. 23 tahun 2002 tentang
perlindungan anak, usia kurang dari 18 tahun masih tergolong anak-anak. Oleh
karena itu, BKKBN memberikan batasan usia pernikahan 21 tahun bagi perempuan
dan 25 tahun untuk pria. Selain itu, umur ideal yang matang secara biologis dan
psikologis adalah 20-25 tahun bagi wanita dan umur 25 - 30 tahun bagi pria
(BKKBN, 2017). Sedangkan, pasangan yang akan melangsungkan pernikahan/akad
perkawinan disebut calon pengantin. Pada peraturan pemerintah pun di jelaskan
bahwa pada Pasal 13 telah diatur tentang kesehatan reproduksi khususnya untuk
pra nikah.

1) Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil bertujuan untuk mempersiapkan


perempuan dalam menjalani kehamilan dan persalinan. yang sehat dan selamat,
serta memperoleh bayi yang sehat.
2) Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) paling sedikit:
a. pemeriksaan fisik:
b. imunisasi; dan
c konsultasi kesehatan.

Masa prakonsepsi merupakan masa sebelum hamil atau masa sebelum terjadi
pertemuan sel oyum (sel telur) dengan sperma. Wanita prakonsepsi diasumsikan
sebagai wanita dewasa atau wanita usia subur yang siap menjadi seorang ibu.
Kebutuhan gizi pada masa ini berbeda dengan masa anak-anak, remaja, ataupun
lanjut usia. Perbaikan kesehatan prakonsepsi berdampak pada peningkatan
kesehatan reproduksi dan dapat menurunkan risiko pengeluaran biaya yang
mungkin muncul karena masalah kesehatan reproduksi. Pelayanan prakonsepsi
dianggap sebagai komponen utama pelayanan kesehatan pada wanita usia subur.
Tujuan pelayanan prakonsepsi adalah menyediakan sarana promosi, skrining, dan
intervensi pada wanita usia subur dalam rangka menurunkan faktor risiko yang
memengaruhi kehamilan yang akan datang. (Fillah Fithra, Ayu Rahadyanti, 2019)

2.1.2 Pengertian Hipertensi


Hipertensi berasal dari bahasa latin yaitu hiper dan tension. Hiper artinya yang
berlebihan dan tension artinya tekanan. Hipertensi atau tekanan darah tinggi

4
adalah suatu kondisi medis dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan
darah secara kronis (dalam waktu yang lama) yang mengakibatkan angka
kesakitan dan angka kematian. Seseorang dikatakan menderita tekanan darah
tinggi atau hipertensi yaitu apabila tekanan darah sistolik >140 mmHg dan
diastolik >90 mmHg.
Hipertensi karena kehamilan yaitu hipertensi yang terjadi karena atau pada
saat kehamilan, dapat mempengaruhi kehamilan itu sendiri biasanya terjadi pada
usia kehamilan memasuki 20 minggu. Tekanan darah ibu hamil yang tinggi
(hipertensi) dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin intrauterin yang
tentunya akan berdampak terhadap berat badan lahir(Yesi, 2018)

2.2 Etiologi dan Faktor Resiko


2.2.1 Etiologi
Penyebab dari hipertensi dibedakan menjadi dua yaitu hipertensi primer
(essensial) dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer atau essensial adalah
hipertensi yang belum diketahui penyebabnya dialami oleh 90% penderita
hipertensi dan 10% sisanya disebabkan oleh hipertensi yang terjadi akibat
penyebabnya yang sudah jelas yaitu hipertensi sekunder (Fillah Fithra, Ayu
Rahadyanti, 2019). Meskipun hipertensi primer penyebabnya belum diketahui
namun diperkirakan ada beberapa faktor yang diduga berkaitan dengan
berkembanganya hipertensi primer seperti faktor keturunan, jenis kelamin, usia,
diet, berat badan, dan gaya hidup. Hipertensi sekunder disebabkan karena penyakit
ginjal atau gangguan tiroid, penggunaan kontrasepsi oral, coarctation aorta,
kehamilan, gangguan pada endokrin, luka bakar(Puetri, 2017).
Faktor resiko kejadian hipertensi dalam kehamilan terdapat banyak faktor
untuk terjadinya hipertensi dalam kehamilan, yang dapat dikelompokkan dalam
faktor resiko sebagai berikut:
1) Primigravida (seorang wanita hamil yang untuk pertama kali, primipaternitas
(kehamilan anak pertama dengan suami kedua).
2) Hiperplasentosis misalnya : mola hidatidosa, kehamilan multipel, DM, hidrops
fetalis, bayi besar.
3) Umur yang ekstrim (>35 tahun).
4) Riwayat keluarga yang pernah preeklampsia / eklampsia
5) Penyakit – penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil
6) Obesitas (BMI >35).

2.3 Patofisiologi

5
Hipertensi dikaitkan dengan penebalan dinding pembuluh darah dan hilangnya
elastisitas dinding arteri. Hal ini akan menyebabkan resistensi perifer akan
meningkat sehingga jantung akan memompa lebih kuat untuk mengatasi resistensi
yang lebih tinggi. Akibatnya aliran darah ke organ vital seperti jantung, otak dan
ginjal akan menurun. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk
impuls yang bergerak ke bawah melalui simaptis ke ganglia simaptis. Pada titik ini
neuron preganglion melepaskan asetilkolin yang merangsang serabut saraf paska
ganglion ke pembuluh darah. Pelepasan noreprinefrin mengakibatkan kontriksi
pembuluh darah. Faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriksi.
Ketika sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon
rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokontriksi. Tambahan aktivitas vasokontriksi ini terjadi karena
medulla adrenal mengsekresi epineprin dan korteks adrenal mengsekresi kortisol
dan steroid yang dapat memperkuat respon vasokontriksi pembuluh darah.
Vasokontriksi ini mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal dan
menyebabkan terjadinya pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor
kuat yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosterone oleh korteks adrenal.
Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, dan
menyebakan terjadinya peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut
cenderung pencetus keadaan hipertensi. Terdapat beberapa faktor yang mengontrol
tekanan darah dan berkontribusi mengembangkan hipertensi primer. Dua faktor
utama meliputi masalah hormon yaitu hormone natriuretik dan reninangiotensin-
aldosteron system (RAAS) serta mekanisme atau gangguan elektrolit (natrium,
klorida, potasium). Hormon natriuretik menyebabkan peningkatan konsentrasi
natrium dalam sel yang menyebabkan peningkatan tekanan darah. Reninangiotensi-
aldosteron system mengatur sodium, potassium dan volume darah yang akan
mengatur tekanan darah di arteri (pembuluh darah membawa darah menjauhi hati).
Dua hormon yang terlibat dalam RAAS yaitu angiotensin II dan aldosterone.
Angiotensin II menyebabkan penyempitan pembuluh darah, meningkatkan
pelepasan bahan kimia yang meningkatkan tekanan darah dan meningkatkan
produksi aldosteron. Penyempitan pembuluh darah dapat meningkatkan tekanan
darah (kurang ruang, jumlah darah yang sama) yang juga terjadi tekanan pada
jantung. Aldosterone menyebabkan natrium dan air tetap berada dalam darah.
Akibatnya ada volume darah yang lebih besar dan akan meningkatkan tekanan
pada jantung dan meningkatkan tekanan darah. Tekanan darah arteri adalah
tekanan dalam pembuluh darah khususnya pembuluh darah arteri yang diukur

6
dalam millimeter air raksa (mmHg). Dua nilai tekanan darah arteri adalah tekanan
darah sistolik dan tekanan darah diastolik (Bell et al., 2015).
Pada usia yang kurang dari 20 tahun dapat menyebabkan hipertensi pada
kehamilan dikarenakan ukuran uterus yang belum mencapai ukuran yang normal
untuk kehamilan sehingga menyebabkan kemungkinan terjadinya gangguan pada
kehamilan, sedangkan usia lebih dari 35 tahun dapat menyebabkan hipertensi pada
kehamilan dikarenakan proses degenerative yang menyebabkan perubahan pada
struktural serta fungsional pada pembuluh darah perifer yang membuat ibu hamil
lebih rentan berisiko terkena hipertensi.(Ningtias & Wijayanti, 2021)

2.4 Pathway Kasus

7
2.5 Pemeriksaan Penunjang

8
Pemeriksaan penunjang yang sebaiknya dilakukan saat menemukan kasus
hipertensi adalah pemeriksaan darah rutin, gula darah, profil lipid, elektrolit, fungsi
ginjal, pemeriksaan rekam jantung (elektrokardiografi/EKG) dan ronsen dada.

2.6 Penatalaksanaan Medis (SOP)


Penatalaksanaan hipertensi dibagi menjadi dua yaitu terapi farmakologi dan terapi
non farmakologis
a. Terapi farmakologis

Terapi farmakologis hipertensi dapat dilakukan dipelayanan strata


primer/Puskesmas, sebagai penanganan awal. Berbagai penelitan klinik
membuktikan bahwa obat anti-hipertensi yang diberikan tepat waktu dapat
menurunkan kejadian stroke 35-40%, infark miokard 20-25% dan gagal jantung
lebih dari 50.

Pengobatan hipertensi dimulai dengan obat tunggal yang mempunyai masa


kerja panjang sehingga dapat diberikan sekali sehari dan dosisnya dititrasi. Jenis-
jenis obat anti-hipertensi antara lain : diuretik, penyekat beta(β-blockers),
golongan penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE), dan Angiotensin
Receptor Blocker (ARB), golongan Calcium Channel Blocker (CCB.

b. Terapi non farmakologis


1) Makan gizi seimbang.
Pengelolaan diet yang sesuai terbukti dapat menurunkan tekanan darah.
Adapun manajemen diet bagi penderita hipertensi yaitu membatasi
konsumsi gula, garam, makan cukup buah dan sayuran, makanan rendah
lemak.

2) Mengurangi berat badan.


Berat badan berlebih atau obesitas erat kaitannya dengan hipertensi.
Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan disarankan
untuk menurunkan berat badan hingga mencapai IMT normal 18,5 – 22,9
kg/m2 , lingkar pingang untuk laki-laki <90 cm dan untuk perempuan <80
cm.

3) Olahraga teratur.
Berolahraga yang teratur seperti senam aerobic atau jalan cepat selama 30-
45 menit (sejauh 3 km) 5 kali per-minggu, dapat menurunkan tekanan

9
darah. Selai itu, berbagai cara relaksasi seperti meditasi dan yoga
merupakan alternatif bagi penderita hipertensi tanpa obat (Kemenkes RI,
2017).

4) Berhenti merokok.

Berhenti merokok dapat mengurangi efek dari hipertensi karena asap rokok
yang mengandung zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon
monoksida yang dihisap dapat menurunkan aliran darah ke berbagai organ
dan meningkatkan kerja jantung.

5) Mengurangi stress.

Stress atau ketegangan jiwa dapat merangsang kelenjar anak ginjal dan
melepaskan hormone adrenalin dan memicu jantung berdenyut lebih cepat
serta kuat, sehingga dapat meningkatkan tekanan darah. Oleh karena itu
dengan mengurangi stress seseorang dapat mengontrol tekanan darahnya.

BAB III

10
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN SUBJEKTIF

1. IDENTITAS

IDENTITAS Calon Pengantin Calon Pengantin laki-laki/


perempuan/Istri suami
Nama : Nn “E” Tn “Y”
Umur (Tahun) : 35 tahun 33 tahun
Suku / Bangsa : minang minang
Golongan Darah : O B
Agama : islam islam
Pendidikan : S1 S1
Pekerjaan : Swasta Swasta
Alamat lengkap : Koto gadang Koto gadang

2. Alasan Kunjungan : Ingin memeriksakan keadaan sebelum persiapan

pernikahan dan kehamilan.

3. Keluhan Utama : Tidak ada

4. RIWAYAT MENSTRUASI

Menarche : 15 tahun
Tanggal Haid Terakhir : 20 november 2023
Lama Menstruasi : 5-6 hari
Siklus Menstruasi : 28 hari
Keluhan : Tidak ada
Sifat Darah : Kadang menggumpal atau encer
Banyaknya : 3 – 4 kali ganti pembalut

5. RIWAYAT OBSTETRI

No Kehamilan Ke Jenis BB Bayi Kelainan Keterangan


Persalinan lahir/PB
-
1.

6. RIWAYAT IMUNISASI TT

No Riwayat Imunisasi TT Waktu

11
1 Imunisasi TT1 SD
2 Imunisasi TT2 SD
3 Imunisasi TT3 Pernah saat operasi 6
bulan lalu
4 Imunisasi TT4 -
5 Imunisasi TT5 -

7. RIWAYAT KONTRASEPSI

No Jenis Mulai Pakai Berhenti/Ganti Cara


KB TGl Oleh Tempat Keluhan TGl Oleh Tempat Alasan
1.
-

8. RIWAYAT KESEHATAN

No Riwayat Kesehatan Calon Pengantin Calon Pengantin


perempuan/Istri laki-laki/ suami
Riwayat penyakit
1 Riwayat Penyakit Hipertensi Tidak ada Tidak ada
2 Riwayat Penyakit Diabetes Melitus Tidak ada Tidak ada
3 Riwayat Penyakit Asma Tidak ada Tidak ada
4 Riwayat Penyakit Jantung Tidak ada Tidak ada
5 TBC Tidak ada Tidak ada
6 Hepatitis Tidak ada Tidak ada
7 Malaria Tidak ada Tidak ada
8 Kanker Payudara Tidak ada Tidak ada
9 Kanker cervix Tidak ada Tidak ada
10 Anemia Tidak ada Tidak ada
11 TORCH Tidak ada Tidak ada
12 Riwayat mumps (Gondok) Tidak ada Tidak ada
13 Tiroid Tidak ada Tidak ada
14 Lainnya Tidak ada Tidak ada
Riwayat Genetik
1 Riwayat Thalasemia Tidak ada Tidak ada
2 Riwayat Hemofilia Tidak ada Tidak ada
3 Lainnya Tidak ada Tidak ada
Riwayat IMS
1 Gonorea Tidak ada Tidak ada
2 Siphilis Tidak ada Tidak ada
3 Herpes Genetalia Tidak ada Tidak ada
4 Chlamidia Tidak ada Tidak ada
5 Condiloma Tidak ada Tidak ada
6 HIV/AIDS Tidak ada Tidak ada

12
7 Infeksi Saluran Perkemihan Tidak ada Tidak ada
8 Kandidiasis Vaginalis Tidak ada Tidak ada
9 Vaginosis Bakterial Tidak ada Tidak ada
10 Trikomoniasis Tidak ada Tidak ada
Riwayat Alergi
Alergi Makanan Tidak ada Tidak ada
Alergi Obat-Obatan Tidak ada Tidak ada
Riwayat Transfusi Darah Tidak ada Tidak ada

9. LINGKUNGAN DAN PERILAKU PEMENUHAN KEBUTUHAN SEHARI-


HARI
No Kebutuhan Sehari-Hari Calon Pengantin Calon Pengantin
perempuan/Istri laki-laki/ suami
A. Pemenuhan Nutrisi
1 Pola Gizi Seimbang Ya Ya
2 Mengkonsumsi Zat Tambah Darah Tidak Tidak
3 Mengkonsumsi Asam Folat Tidak Tidak
4 Makan beragam makanan (Variasi Ya Ya
Makanan)
5 Kebiasan Konsumsi Buah dan Ya Ya
Sayur
6 Kebiasaan Konsumsi Protein Tidak Tidak
Hewani
B. Pemenuhan Kebutuhan Istirahat
1 Tidur Malam paling sedikit 6-7 jam Tidak Tidak
2 Tidur Siang atau berbaring 1-2 jam Tidak Tidak
C. Personal Higiene
1 Cuci tangan dengan sabun dengan Ya Ya
air mengalir sebelum makan dan
sesudah BAK/BAB
2 Menyikat gigi teratur minimal Ya Ya
setelah sarapan dan sebelum tidur
3 Bersihkan payudara dan daerah Ya
kemaluan
4 Ganti pakaian dalam setiap hari Ya Ya
D. Aktivitas sehari-hari
1 Melakukan aktifitas fisik Ya Ya
2 Berolah raga Tidak Ya
3 Mengkonsumsi alkohol Tidak Tidak
4 Merokok Tidak Tidak
5 Membersihkan lingkungan Ya Ya
E. Lingkungan dan Perilaku
1 Ibu sering terpapar asap rokok atau Tidak
polusi
2 Beban pekerjaan ibu terlalu berat Tidak
3 Kebiasaan Minum jamu atau obat Tidak
tanpa resep dokter
4 Memiliki hewan peliharaan/ Ya Tidak
lingkungan sekitar dekat dengan
peternakan

B. PENGKAJIAN DATA OBJEKTIF (Pemeriksaan Fisik)


13
1. Memperhatikan tingkat energi ibu
a. Emosi : Stabil
b. Postur tubuh : Normal
2. Pemeriksaan umum
a. BB sekarang : 62 kg
b. TB : 158 cm
c. IMT : 25.20 kg/m²
d. Lila : 29.5 cm
3. Tanda vital
a. Tekanan darah : 152 / 90 mmHg
b. Nadi : 76 x / i
c. Pernafasan : 22 x / i
d. Suhu : 36.5 ℃
4. Pemeriksaan khusus
a. Inspeksi
a) Kepala
- Rambut : Tidak ada rambut rontok, kulit kepala dan
rambut bersih
- Muka : Tidak ada kemerahan atau oedema
- Mata : Kongjuntiva tidak pucat, sklera tidak ikterik
- Mulut : Ada gigi berlubang, bibir tidak pucat.
- Leher
 Kelenjar tyroid : Tidak ada pembengkakan
kelenjar tiroid
 Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran kelenjar
limfe

b) Dada
- Papilla mammae : menonjol, simetris kiri dan kanan
- Benjolan : Tidak ada
c) Abdomen
- Bekas operasi : Tidak ada
d) Genitalia
- Kemerahan : Tidak ada
- Pembengkakan : Tidak ada
- Pengeluaran : Tidak ada

e) Ekstremitas

14
Atas
- Oedema : Tidak ada
- Sianosis pada ujung jari : Tidak ada
Bawah
- Oedema : Tidak ada
- Varices : Tidak ada
- Sianosis ujung jari : Tidak ada
b. Palpasi
a) Payudara : Tidak ada massa
b) Abdomen : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa/benjolan
c. Pemeriksaan Genetalia :
-Cairan : Tidak ada
- Luka/Lesi : Tidak ada
d. Pemeriksaan laboratorium
a) Darah
- Kadar Hb : 12 gr/dL
- Rhesus :-
- Gula Darah Sesaat (GDS) : -
- Hepatitis :-
- HIV :-

15
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH DAN PRAKONSEPSI PADA Nn “E” USIA REPRODUKSI

DI PUSKESMAS PAUH TANGGAL 13 DESEMBER 2023

Pengumpulan Data Interpretasi Data Diagnosa Tindakan Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi


Potensial Segera
Hari/tgl: Interpretasi data Tidak ada Tidak ada 1. Beritahu Nn "E" hasil 1. Memberitahu Nn "E" bahwa 1. Nn "E" sudah
Rabu / 13 Desember 2023 Diagnosa : pemeriksaan. hasil pemeriksaan dalam mengetahui tentang
Jam : 10.30 wib Nn " E " Usia 35 batas normal yaitu TD : hasil pemeriksaan.
tahun tahun 110/75 mmHg, suhu : 36.5
 Data subjektif pasangan usia °c, nadi : 76×/menit,
Nn “E” usia 35 tahun subur K/U baik. pernafasan : 22× / menit .
pasangan usia subur dengan Kesadaran:
perencanaan pernikahan Composmentis ,pri 2. Informasikan 2. Menginformasikan penting 2. Nn "E" dan calon
(calon pengantin ) dan mitua pentingnya imunisasi nya imunisasi TT. suami paham tentang
kehamilan. Nn Dasar : TT Tetanus merupakan penyakit penjelasan pentingnya
“E”mengatakan tidak ada 1. Usia Subur 15 - Dan kenapa imunisasi yang disebabkan oleh racun imunisasi TT Dan ibu
riwayat penyakit. 49 tahun TT pada ibu harus di dari bakteri yang masuk ke mengerti Kenapa apa
2. Hasil TTV tunda sampai tekanan dalam tubuh melalui luka. suntik TT di tunda
 Data Objektif TD : 152 / 90 darah pada ibu dalam Dengan adanya imunisasi TT dahulu
- Pemeriksaan umum mmHg batas normal dapat menjaga ibu dan bayi
Keadaan umum N : 76 x / i dari infeksi tetanus yang bisa
Kesadaran: composmentis Pernafasan : 22 terjadi saat persalinan yang
Tanda-tanda vital x/i akan menimbulkan
TD : 152/90 mmHg Suhu : 36.5 komplikasi bagi ibu maupun
Nadi : 76 × / i bayi.
Pernafasan: 22 x/ i Masalah: Pada ibu tidak dilakukan
Suhu : 36.5 °c Usia lebih dari 35 suntik TT di karenakan tekanan
tahun darah pada ibu tidak dalam batas
Pemeriksaan khusus normal apabila dilakukan
• inspeksi: Tidak ada Kebutuhan 3. Informasikan kepada penyuntikan maka akan timbul
masalah 1. Beritahu hasil Nn "E" tentang Usia keluhan seperti sesak nafas atau 3. Nn "E" paham tentang
ideal hamil. penurunan kesadaran maka dari itu penjelasan bidan tentang usia

16
Palpasi : Tidak ada masalah pemeriksaan suntik TT di tunda sampai tekanan ideal hamil.
2. Informasikan darah pada ibu dalam batas normal
Pemeriksaan penunjang Usia ideal hamil
Hb : 12 gr 3. Informasikan 3. Menginformasikan kepada
nutrisi yang Nn "E" tentang Usia ideal 4. Nn “E” dan calon suami
dibutuhkan 4. Informasikan nutrisi hamil yaitu 20 - 35 tahun , paham untuk mengkonsumsi
sebelum persiapan yang dibutuhkan Nn usia beresiko 36 - 37 tahun makanan yang bernutrisi.
kehamilan "E" dan pasangan. dan sangat beresiko > 36
4. Informasikan tahun, akan meningkatkan
pengaturan jarak angka kematian ibu dan anak
kehamilan atau komplikasi lain.
5. Informasikan
personal hygiene 4. Menginformasikan untuk
6. Kunjungan mengkonsumsi makanan
ulang 5. Informasi kepada Nn yang bernutrisi seperti 5. Nn "E" dan calon suami
" E" tentang pemenuhan zat besi untuk paham tentang pengaturan
pengaturan jarak mencegah anemia, jarak kehamilan.
kehamilan. makanannya seperti daging
merah,hati ayam .
Mengonsumsi asam folat,
Mengonsumsi vit C . Pola
makan seimbang seperti 6. Nn "E" paham untuk
sayur, buah - buahan, kacang menjaga personal hygiene.
6. Beritahu Nn " E " - kacangan ,ikan dan lain-
tentang personal lain.
Hygiene.
5. Menginformasikan tentang
pentingnya jarak kehamilan
dan mengikuti program KB.
Jarak ideal kehamilan yaitu
minimal 33 bulan dan
program BKKBN

17
menyarankan dua anak lebih
baik. 7. Nn " E" dan calon
suami paham untuk
6. Memberitahu Nn "E" untuk melakukan kunjungan
7. Beritahu Nn "E" menjaga kebersihan diri dan ulang
untuk melakukan alat reproduksi seperti
kunjungan ulang mengganti celana dalam dua
kali sehari dan menjaga
kebersihan lingkungan agar
terhindar dari penyakit
infeksi yang dapat berisiko
pada calon seorang ibu
nantinya yang akan
berdampak pada kehamilan.

7. Memberitahu Nn " E "


untuk melakukan kunjungan
ulang sesuai waktu yang
calon pengantin bisa sebelum
pernikahan.

18
19
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada kasus ini, pasien adalah seorang perempuan berumur 25 tahun ingin
memeriksakan keadaan sebelum persiapan pernikahan dan kehamilan. Pasien tidak memiliki
riwayat penyakit apapun. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 152/90
mmHg. Frekuensi nadi: 76 x/menit, laju pernapasan: 22 x/menit, suhu aksila: 36,5°C, berat
badan: 62 Kg, tinggi badan: 158 cm, status gizi: IMT 25,20 kg/m².

Selain itu dikarenakan pada pasien dengan tekanan darah tinggi tidak di perbolehkan
dulu untuk melakukan suntik TT sampai tekanan darah pada pasien dalam batas normal,
seperti pada puskesmas pauh dilakukan penundaan suntik TT untuk mencegah terjadinya
keluhan yang akan timbul apabila tetap di lakukan suntik TT seperti sesak napas, penurunan
kesadaran dan gatal-gatal.

19
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penyebab dari hipertensi dibedakan menjadi dua yaitu hipertensi primer


(essensial) dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer atau essensial adalah hipertensi
yang belum diketahui penyebabnya dialami oleh 90% penderita hipertensi dan 10%
sisanya disebabkan oleh hipertensi yang terjadi akibat penyebabnya yang sudah jelas
yaitu hipertensi sekunder (Fillah Fithra, Ayu Rahadyanti, 2019).

Menurut (Ningtias & Wijayanti, 2021) salah satu faktor penyebab hipertensi
pada kehamilan yaitu ibu hamil yang berusia kurang dari 20 tahun atau ibu hamil yang
berusia lebih dari 25tahun lebih beesiko pre-eklampsia. Pentingnya menjaga nutrisi
masa sebelum hamil.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil pembahasan tinjauan yang diiperoleh maka dapat diketahui
bahwa. Pada dasarnya berjalan baik. Namun bukan suatu kekeliruan apabila peneliti
ingin mengemukakan beberapa saran yang mudah-mudahan bermanfaat bagi kemajuan
pendidikan pada umumnya. Adapun saran yang peneliti ajukan. adalah sebagai berikut:
1. Hendaknya pada penelitian selanjutnya dapat memperdalam kembali mengenai
faktor-faktor kebutuhan apa saja yang dibutuhkan dalam pencegahan hipertensi
selama kehamilan..
2. Hendaknya pada laporan kasus selanjutnya lebih mengembangkan tingginya faktor
penyebab hipertensi selama kehamilan dengan riwayat hipertensi dari keluarga,
mengingat laporan kasu ini belum berkaitan dengan riwayat hipertensi bisa dalam
proses pengumpulan data.

20
DAFTAR PUSTAKA

BKKBN. 2017. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta: BKKBN

Fillah Fithra, Ayu Rahadyanti, D. M. K. (2019). Gizi Prakonsepsi (N. Syamsiyah (ed.)). Bumi
Medika.

21
Ningtias, R. A. A., & Wijayanti, T. (2021). Hubungan Usia Ibu dan Usia Kehamilan dengan
Kejadian Hipertensi pada Kehamilan. Borneo Student Research, 2(3), Surabaya

Pontoh, A. H., Kebidanan, A., Husada, G., Dukuh, J., & Baru, P. (2022). TINGKAT
KARAKTERISTIK (Umur, Paritas, Pendidikan) IBU HAMIL TENTANG KEJADIAN
KEHAMILAN RESIKO TINGGI. Public Health, 6, 52–59. Jakarta

Pratiwi, L., Hasbiah, H., & Afrika, E. (2022). Hubungan Usia, Paritas, Dan Riwayat
Hipertensi Terhadap Terjadinya Hipertensi Gestasional Pada Ibu Hamil Di Puskesmas
Babat. PREPOTIF : Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6(1), 590–596.
https://doi.org/10.31004/prepotif.v6i1.2993

Puetri, N. R. Y. (2017). HUBUNGAN UMUR, PENGETAHUAN, DAN SIKAP TERHADAP


HIPERTENSI PADA WANITA HAMIL DI PUSKESMAS KRUENG BARONA JAYA
KABUPATEN ACEH BESAR. Unnes Journal Of Public Health, 5, 19–25.

Puspita, PuPuspita, P. P. D. (2021). Gambaran Kehamilan Risiko Tinggi Dan Keteraturan


Antenatal Care di Wilayah Kerja Unit Pelaksana Teknis Daerah Puskesmas Klungkung I.
Repository Poltekkes Denpasar, 7(2), 107–115. http://repository.poltekkes-
denpasar.ac.id/id/eprint/7807

Rahman, M. A., Noor, M. S., & Nizomy, I. R. (2019). Hipertensi Dengan Kejadian Perdarahan
Pasca-Salin Di Rsud Ulin Banjarmasin Periode Januari 2018 – Juni 2019. Homeostasis, 3
No 3, 455–460.

Rayani, H., Rambe, N., Lubis, J., Program, M., Kesehatan, S., Program, M., Darmais, S. S.,
Padangsidimpuan, K., Studi, P., Masyarakat, K., Sarjana, P., & Darmais, S. (2022).
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PELAKSANAAN IMUNISASI TT CATIN
PADA CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS HUTA RAJA. In Jurnal Kesehatan
Masyarakat Darmais (JKMD) (Vol. 1, Issue 2).
https://ejournal.stikesdarmaispadangsidimpuan.ac.id/index.php/jkmd Banjarmasin

Yesi, A. (2018). Hipertensi Dalam Kehamilan. In BidanKita.

22

Anda mungkin juga menyukai