OLEH :
PUTRI YANA
2115201016
TA. 2023/2024
i
LEMBAR PENGESAHAN
ii
KATA PENGANTAR
Segala Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat,
inayah, taufik dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan
Kasus ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga Laporan Kasus ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam
pembuatan guna memenuhi persyaratan ketuntasan Praktik Kebidanan Asuhan Kebidanan
pada Pranikah dan Prakonsepsi.
Harapan saya sebagai penulis semoga Laporan Kasus ini dapat membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk
maupun isi tugas ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Pada Laporan Kasus ini penulis
mengakui masih banyak kekurangan karena keterbatasan penulis sebagai manusia biasa. Oleh
karena itu penulis harapkan kepada para pembaca untuk memaklumi serta memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan selanjutnya.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
COVER…………………………………………………………………………................
………………i
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………….........
……….ii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………............
……………iii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………................
……..iv
BAB I PENDAHULUAN………….…………………………………………….........
…………….1
2.1 Pengertian……………………………………………………………………….........
…...4
2.2 Etiologi dan Faktor Resiko…………………………………………..………………
5
2.3 Patofisiologi……………………………………………………………….........
………...6
2.4 Pathway kasus………………………………………………………………….........
……8
2.5 Pemeriksaan penunjang………………………………………………………...
…….9
2.6 Penatalaksanaan medis (SOP)…………………………………………………...9
iv
3.1 Pengkajian……………………………………………………………………............
……16
3.2 Pengumpulan
Data………………………………………………………………........16
3.3 Interpretasi
Data………………………………………………………………….........16
3.4 Diagnosa / Masalah Potensial…………………………………………………..16
3.5 Tindakan Segera………………………………………………………………......
…...16
3.6 Perencanaan……………………………………………………………………........
…..16
3.7 Pelaksanaan…………………………………………………………………........
……..16
3.8 Evaluasi………………………………………………………………………............
……16
BAB IV PEMBAHASAN…………………………………………..............
…………………………19
5.1 Kesimpulan…………………………………………………………………….........
……
5.2 Saran……………………………………………………………………………….....
.......
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………................
v
BAB I
PENDAHULUAN
Rasio kematian ibu / Maternal Mortality Rate (MMR) tahun 2000-2017 menurut WHO
turun sekitar 38% di seluruh dunia. Sekitar 810 wanita meninggal dikarenakan komplikasi
kehamilan atau persalinan di setiap harinya. Mayoritas sebagian besar dari semua kematian
ibu 94% terjadi di negara berpeghasilan rendah dan menengah (WHO, 2017). Menurut
laporan WHO tahun 2017, AKI di Indonesia tercatat 305/100.000 kelahiran. Artinya ada
400 ribu ibu meninggal setiap bulan, dan 15 ribu meninggal setiap harinya atau 99% dari
seluruh kematian ibu terjadi di negara berkembang. Dimana penyebab tertinggi kematian
ibu diakibatkan oleh pendarahan 32% dan 26% diakibatkan oleh hipertensi yang
1
menyebabkan terjadinya kejang, keracunan kehamilan sehingga menyebabkan kematian
bagi ibu.(Pontoh et al., 2022)
Pada penelitian yang dilakukan(Yesi, 2018) menunjukkan umur ibu hamil yang
mengalami kehamilan risiko tinggi mayoritas pada usia ≥ 35 tahun sebanyak 39 orang
(92,86%) dibandingkan pada ibu hamil yang berumur 20 - < 35 tahun tidak mengalami
kehamilan risiko tinggi sebanyak 114 orang (80,28%). Hal ini sesuai dengan pendapat
Rochjati bahwa pada umur ≥ 35 tahun organ kandungan menua, fungsi sistem dan organ
(otot, syaraf, endokrin, reproduksi mengalami penurunan), terdapat perubahan jaringan
alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi sehingga berisiko terjadinya persalinan
macet dan perdarahan. Pada umur 35 tahun atau lebih mulai terjadi penyakit seperti
(Hipertensi, Diabetes militus, jantung, anemia) sehingga apabila terjadi kehamilan maka
penyakit tersebut akan memperberat kehamilannya dan akan berisiko terhadap kehamilan.
Seiring dengan peningkatan usia ibu , risiko infertilitas , aneuploidi janin , keguguran ,
diabetes gestasional , preeklamsia , dan lahir mati juga meningkat 5 . Wanita harus
menyadari risiko ini dan sebaiknya jangan menunda kehamilan sampai usia 30-an atau 40-
an, atau sebaliknya tidak harus hamil lagi pada usia tersebut bila tidak betul-betul
diperlukan.
2
b. Mengurangi angka kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi baru lahir:
c. Menjamin tercapainya kualitas hidup dan pemenuhan hak-hak reproduksi;
d. Mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi
baru lahir yang bermutu, aman, dan bermanfaat sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
an hak-hak reproduksi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
2.1.1 Pengertian Pranikah / Prakonsepsi
Kata dasar dari pranikah ialah "nikah" yang merupakan ikatan (akad)
perkawinan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran agama.
Imbuhan kata pra yang memiliki makna sebelum, sehingga arti dari pranikah.
adalah sebelum menikah atau sebelum adanyanya ikatan perkawinan (lahir batin)
antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri (Puspita, PuPuspita, 2021)
3
Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan,
perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita.
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dengan batas usia 19
tahun untuk laki-laki dan 16 tahun untuk perempuan. Akat tetapi, berdasarkan UU
No. 35 tahun 2014 tentang perubahan atas UU No. 23 tahun 2002 tentang
perlindungan anak, usia kurang dari 18 tahun masih tergolong anak-anak. Oleh
karena itu, BKKBN memberikan batasan usia pernikahan 21 tahun bagi perempuan
dan 25 tahun untuk pria. Selain itu, umur ideal yang matang secara biologis dan
psikologis adalah 20-25 tahun bagi wanita dan umur 25 - 30 tahun bagi pria
(BKKBN, 2017). Sedangkan, pasangan yang akan melangsungkan pernikahan/akad
perkawinan disebut calon pengantin. Pada peraturan pemerintah pun di jelaskan
bahwa pada Pasal 13 telah diatur tentang kesehatan reproduksi khususnya untuk
pra nikah.
Masa prakonsepsi merupakan masa sebelum hamil atau masa sebelum terjadi
pertemuan sel oyum (sel telur) dengan sperma. Wanita prakonsepsi diasumsikan
sebagai wanita dewasa atau wanita usia subur yang siap menjadi seorang ibu.
Kebutuhan gizi pada masa ini berbeda dengan masa anak-anak, remaja, ataupun
lanjut usia. Perbaikan kesehatan prakonsepsi berdampak pada peningkatan
kesehatan reproduksi dan dapat menurunkan risiko pengeluaran biaya yang
mungkin muncul karena masalah kesehatan reproduksi. Pelayanan prakonsepsi
dianggap sebagai komponen utama pelayanan kesehatan pada wanita usia subur.
Tujuan pelayanan prakonsepsi adalah menyediakan sarana promosi, skrining, dan
intervensi pada wanita usia subur dalam rangka menurunkan faktor risiko yang
memengaruhi kehamilan yang akan datang. (Fillah Fithra, Ayu Rahadyanti, 2019)
4
adalah suatu kondisi medis dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan
darah secara kronis (dalam waktu yang lama) yang mengakibatkan angka
kesakitan dan angka kematian. Seseorang dikatakan menderita tekanan darah
tinggi atau hipertensi yaitu apabila tekanan darah sistolik >140 mmHg dan
diastolik >90 mmHg.
Hipertensi karena kehamilan yaitu hipertensi yang terjadi karena atau pada
saat kehamilan, dapat mempengaruhi kehamilan itu sendiri biasanya terjadi pada
usia kehamilan memasuki 20 minggu. Tekanan darah ibu hamil yang tinggi
(hipertensi) dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin intrauterin yang
tentunya akan berdampak terhadap berat badan lahir(Yesi, 2018)
2.3 Patofisiologi
5
Hipertensi dikaitkan dengan penebalan dinding pembuluh darah dan hilangnya
elastisitas dinding arteri. Hal ini akan menyebabkan resistensi perifer akan
meningkat sehingga jantung akan memompa lebih kuat untuk mengatasi resistensi
yang lebih tinggi. Akibatnya aliran darah ke organ vital seperti jantung, otak dan
ginjal akan menurun. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk
impuls yang bergerak ke bawah melalui simaptis ke ganglia simaptis. Pada titik ini
neuron preganglion melepaskan asetilkolin yang merangsang serabut saraf paska
ganglion ke pembuluh darah. Pelepasan noreprinefrin mengakibatkan kontriksi
pembuluh darah. Faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriksi.
Ketika sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon
rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokontriksi. Tambahan aktivitas vasokontriksi ini terjadi karena
medulla adrenal mengsekresi epineprin dan korteks adrenal mengsekresi kortisol
dan steroid yang dapat memperkuat respon vasokontriksi pembuluh darah.
Vasokontriksi ini mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal dan
menyebabkan terjadinya pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor
kuat yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosterone oleh korteks adrenal.
Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, dan
menyebakan terjadinya peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut
cenderung pencetus keadaan hipertensi. Terdapat beberapa faktor yang mengontrol
tekanan darah dan berkontribusi mengembangkan hipertensi primer. Dua faktor
utama meliputi masalah hormon yaitu hormone natriuretik dan reninangiotensin-
aldosteron system (RAAS) serta mekanisme atau gangguan elektrolit (natrium,
klorida, potasium). Hormon natriuretik menyebabkan peningkatan konsentrasi
natrium dalam sel yang menyebabkan peningkatan tekanan darah. Reninangiotensi-
aldosteron system mengatur sodium, potassium dan volume darah yang akan
mengatur tekanan darah di arteri (pembuluh darah membawa darah menjauhi hati).
Dua hormon yang terlibat dalam RAAS yaitu angiotensin II dan aldosterone.
Angiotensin II menyebabkan penyempitan pembuluh darah, meningkatkan
pelepasan bahan kimia yang meningkatkan tekanan darah dan meningkatkan
produksi aldosteron. Penyempitan pembuluh darah dapat meningkatkan tekanan
darah (kurang ruang, jumlah darah yang sama) yang juga terjadi tekanan pada
jantung. Aldosterone menyebabkan natrium dan air tetap berada dalam darah.
Akibatnya ada volume darah yang lebih besar dan akan meningkatkan tekanan
pada jantung dan meningkatkan tekanan darah. Tekanan darah arteri adalah
tekanan dalam pembuluh darah khususnya pembuluh darah arteri yang diukur
6
dalam millimeter air raksa (mmHg). Dua nilai tekanan darah arteri adalah tekanan
darah sistolik dan tekanan darah diastolik (Bell et al., 2015).
Pada usia yang kurang dari 20 tahun dapat menyebabkan hipertensi pada
kehamilan dikarenakan ukuran uterus yang belum mencapai ukuran yang normal
untuk kehamilan sehingga menyebabkan kemungkinan terjadinya gangguan pada
kehamilan, sedangkan usia lebih dari 35 tahun dapat menyebabkan hipertensi pada
kehamilan dikarenakan proses degenerative yang menyebabkan perubahan pada
struktural serta fungsional pada pembuluh darah perifer yang membuat ibu hamil
lebih rentan berisiko terkena hipertensi.(Ningtias & Wijayanti, 2021)
7
2.5 Pemeriksaan Penunjang
8
Pemeriksaan penunjang yang sebaiknya dilakukan saat menemukan kasus
hipertensi adalah pemeriksaan darah rutin, gula darah, profil lipid, elektrolit, fungsi
ginjal, pemeriksaan rekam jantung (elektrokardiografi/EKG) dan ronsen dada.
3) Olahraga teratur.
Berolahraga yang teratur seperti senam aerobic atau jalan cepat selama 30-
45 menit (sejauh 3 km) 5 kali per-minggu, dapat menurunkan tekanan
9
darah. Selai itu, berbagai cara relaksasi seperti meditasi dan yoga
merupakan alternatif bagi penderita hipertensi tanpa obat (Kemenkes RI,
2017).
4) Berhenti merokok.
Berhenti merokok dapat mengurangi efek dari hipertensi karena asap rokok
yang mengandung zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon
monoksida yang dihisap dapat menurunkan aliran darah ke berbagai organ
dan meningkatkan kerja jantung.
5) Mengurangi stress.
Stress atau ketegangan jiwa dapat merangsang kelenjar anak ginjal dan
melepaskan hormone adrenalin dan memicu jantung berdenyut lebih cepat
serta kuat, sehingga dapat meningkatkan tekanan darah. Oleh karena itu
dengan mengurangi stress seseorang dapat mengontrol tekanan darahnya.
BAB III
10
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN SUBJEKTIF
1. IDENTITAS
4. RIWAYAT MENSTRUASI
Menarche : 15 tahun
Tanggal Haid Terakhir : 20 november 2023
Lama Menstruasi : 5-6 hari
Siklus Menstruasi : 28 hari
Keluhan : Tidak ada
Sifat Darah : Kadang menggumpal atau encer
Banyaknya : 3 – 4 kali ganti pembalut
5. RIWAYAT OBSTETRI
6. RIWAYAT IMUNISASI TT
11
1 Imunisasi TT1 SD
2 Imunisasi TT2 SD
3 Imunisasi TT3 Pernah saat operasi 6
bulan lalu
4 Imunisasi TT4 -
5 Imunisasi TT5 -
7. RIWAYAT KONTRASEPSI
8. RIWAYAT KESEHATAN
12
7 Infeksi Saluran Perkemihan Tidak ada Tidak ada
8 Kandidiasis Vaginalis Tidak ada Tidak ada
9 Vaginosis Bakterial Tidak ada Tidak ada
10 Trikomoniasis Tidak ada Tidak ada
Riwayat Alergi
Alergi Makanan Tidak ada Tidak ada
Alergi Obat-Obatan Tidak ada Tidak ada
Riwayat Transfusi Darah Tidak ada Tidak ada
b) Dada
- Papilla mammae : menonjol, simetris kiri dan kanan
- Benjolan : Tidak ada
c) Abdomen
- Bekas operasi : Tidak ada
d) Genitalia
- Kemerahan : Tidak ada
- Pembengkakan : Tidak ada
- Pengeluaran : Tidak ada
e) Ekstremitas
14
Atas
- Oedema : Tidak ada
- Sianosis pada ujung jari : Tidak ada
Bawah
- Oedema : Tidak ada
- Varices : Tidak ada
- Sianosis ujung jari : Tidak ada
b. Palpasi
a) Payudara : Tidak ada massa
b) Abdomen : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa/benjolan
c. Pemeriksaan Genetalia :
-Cairan : Tidak ada
- Luka/Lesi : Tidak ada
d. Pemeriksaan laboratorium
a) Darah
- Kadar Hb : 12 gr/dL
- Rhesus :-
- Gula Darah Sesaat (GDS) : -
- Hepatitis :-
- HIV :-
15
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH DAN PRAKONSEPSI PADA Nn “E” USIA REPRODUKSI
16
Palpasi : Tidak ada masalah pemeriksaan suntik TT di tunda sampai tekanan ideal hamil.
2. Informasikan darah pada ibu dalam batas normal
Pemeriksaan penunjang Usia ideal hamil
Hb : 12 gr 3. Informasikan 3. Menginformasikan kepada
nutrisi yang Nn "E" tentang Usia ideal 4. Nn “E” dan calon suami
dibutuhkan 4. Informasikan nutrisi hamil yaitu 20 - 35 tahun , paham untuk mengkonsumsi
sebelum persiapan yang dibutuhkan Nn usia beresiko 36 - 37 tahun makanan yang bernutrisi.
kehamilan "E" dan pasangan. dan sangat beresiko > 36
4. Informasikan tahun, akan meningkatkan
pengaturan jarak angka kematian ibu dan anak
kehamilan atau komplikasi lain.
5. Informasikan
personal hygiene 4. Menginformasikan untuk
6. Kunjungan mengkonsumsi makanan
ulang 5. Informasi kepada Nn yang bernutrisi seperti 5. Nn "E" dan calon suami
" E" tentang pemenuhan zat besi untuk paham tentang pengaturan
pengaturan jarak mencegah anemia, jarak kehamilan.
kehamilan. makanannya seperti daging
merah,hati ayam .
Mengonsumsi asam folat,
Mengonsumsi vit C . Pola
makan seimbang seperti 6. Nn "E" paham untuk
sayur, buah - buahan, kacang menjaga personal hygiene.
6. Beritahu Nn " E " - kacangan ,ikan dan lain-
tentang personal lain.
Hygiene.
5. Menginformasikan tentang
pentingnya jarak kehamilan
dan mengikuti program KB.
Jarak ideal kehamilan yaitu
minimal 33 bulan dan
program BKKBN
17
menyarankan dua anak lebih
baik. 7. Nn " E" dan calon
suami paham untuk
6. Memberitahu Nn "E" untuk melakukan kunjungan
7. Beritahu Nn "E" menjaga kebersihan diri dan ulang
untuk melakukan alat reproduksi seperti
kunjungan ulang mengganti celana dalam dua
kali sehari dan menjaga
kebersihan lingkungan agar
terhindar dari penyakit
infeksi yang dapat berisiko
pada calon seorang ibu
nantinya yang akan
berdampak pada kehamilan.
18
19
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, pasien adalah seorang perempuan berumur 25 tahun ingin
memeriksakan keadaan sebelum persiapan pernikahan dan kehamilan. Pasien tidak memiliki
riwayat penyakit apapun. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 152/90
mmHg. Frekuensi nadi: 76 x/menit, laju pernapasan: 22 x/menit, suhu aksila: 36,5°C, berat
badan: 62 Kg, tinggi badan: 158 cm, status gizi: IMT 25,20 kg/m².
Selain itu dikarenakan pada pasien dengan tekanan darah tinggi tidak di perbolehkan
dulu untuk melakukan suntik TT sampai tekanan darah pada pasien dalam batas normal,
seperti pada puskesmas pauh dilakukan penundaan suntik TT untuk mencegah terjadinya
keluhan yang akan timbul apabila tetap di lakukan suntik TT seperti sesak napas, penurunan
kesadaran dan gatal-gatal.
19
BAB V
5.1 Kesimpulan
Menurut (Ningtias & Wijayanti, 2021) salah satu faktor penyebab hipertensi
pada kehamilan yaitu ibu hamil yang berusia kurang dari 20 tahun atau ibu hamil yang
berusia lebih dari 25tahun lebih beesiko pre-eklampsia. Pentingnya menjaga nutrisi
masa sebelum hamil.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil pembahasan tinjauan yang diiperoleh maka dapat diketahui
bahwa. Pada dasarnya berjalan baik. Namun bukan suatu kekeliruan apabila peneliti
ingin mengemukakan beberapa saran yang mudah-mudahan bermanfaat bagi kemajuan
pendidikan pada umumnya. Adapun saran yang peneliti ajukan. adalah sebagai berikut:
1. Hendaknya pada penelitian selanjutnya dapat memperdalam kembali mengenai
faktor-faktor kebutuhan apa saja yang dibutuhkan dalam pencegahan hipertensi
selama kehamilan..
2. Hendaknya pada laporan kasus selanjutnya lebih mengembangkan tingginya faktor
penyebab hipertensi selama kehamilan dengan riwayat hipertensi dari keluarga,
mengingat laporan kasu ini belum berkaitan dengan riwayat hipertensi bisa dalam
proses pengumpulan data.
20
DAFTAR PUSTAKA
Fillah Fithra, Ayu Rahadyanti, D. M. K. (2019). Gizi Prakonsepsi (N. Syamsiyah (ed.)). Bumi
Medika.
21
Ningtias, R. A. A., & Wijayanti, T. (2021). Hubungan Usia Ibu dan Usia Kehamilan dengan
Kejadian Hipertensi pada Kehamilan. Borneo Student Research, 2(3), Surabaya
Pontoh, A. H., Kebidanan, A., Husada, G., Dukuh, J., & Baru, P. (2022). TINGKAT
KARAKTERISTIK (Umur, Paritas, Pendidikan) IBU HAMIL TENTANG KEJADIAN
KEHAMILAN RESIKO TINGGI. Public Health, 6, 52–59. Jakarta
Pratiwi, L., Hasbiah, H., & Afrika, E. (2022). Hubungan Usia, Paritas, Dan Riwayat
Hipertensi Terhadap Terjadinya Hipertensi Gestasional Pada Ibu Hamil Di Puskesmas
Babat. PREPOTIF : Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6(1), 590–596.
https://doi.org/10.31004/prepotif.v6i1.2993
Rahman, M. A., Noor, M. S., & Nizomy, I. R. (2019). Hipertensi Dengan Kejadian Perdarahan
Pasca-Salin Di Rsud Ulin Banjarmasin Periode Januari 2018 – Juni 2019. Homeostasis, 3
No 3, 455–460.
Rayani, H., Rambe, N., Lubis, J., Program, M., Kesehatan, S., Program, M., Darmais, S. S.,
Padangsidimpuan, K., Studi, P., Masyarakat, K., Sarjana, P., & Darmais, S. (2022).
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PELAKSANAAN IMUNISASI TT CATIN
PADA CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS HUTA RAJA. In Jurnal Kesehatan
Masyarakat Darmais (JKMD) (Vol. 1, Issue 2).
https://ejournal.stikesdarmaispadangsidimpuan.ac.id/index.php/jkmd Banjarmasin
22