Anda di halaman 1dari 144

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF

CONTINUITY OF CARE

Asuhan Kebidanan Persalinan Pada Ny. “Fb“ usia 32 tahun G2P1A0 Usia
Kehamilan 40 Minggu Janin T/H/I Inpartu Kala I fase Laten

Disusun Oleh :
Adenin Dwi Priyastuti
NIM. P17312205095

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK


KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan segala puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
Laporan Asuhan Kebidanan Komprehensif sebagai tugas untuk memenuhi
pemenuhan target dalam tugas Continuity Of Care (COC). Dalam penyusunan
Laporan Komprehensif ini, kami mendapatkan banyak bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Budi Susatia, S.Kp.,M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Malang.
2. Ibu Herawati Mansur, SST,.M.Pd,M.PSi, selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Malang.
3. Ibu Ika Yudianti., SST., M.Keb, selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Profesi Bidan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Malang.
4. Ibu Dian Aby Restanty, SST., M.Keb selaku pembimbing akademik dalam
Praktek Kebidanan Stase ANC.
5. Ibu Suyanti, S.Tr.Keb selaku pembimbing klinik dalam Praktek
Kebidanan Stase ANC.
Seluruh pihak yang telah membantu kelancaran terbentuknya Laporan
Asuhan Kebidanan Komprehensif ini. Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam
penyusunan Laporan Asuhan Kebidanan Komprehensif ini masih terdapat banyak
kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya
membangun, sangat kami harapkan demi kesempurnaan Laporan Asuhan
Kebidanan Komprehensif ini.

Jember, 16 Desember 2020

Penulis
DAFTAR ISI Hal
Halaman Cover…………………………………...…………………….….. i
Halaman Pengesahan Pembimbing……………………….…………......... v
Halaman Kata Pengantar…………………………………………….…..... vi
Daftar Isi…………………………………………………………………. ix
Daftar Tabel…………………………………………………………..….. xi
Daftar Gambar…………………………………………………………..... xiii
Daftar Lampiran……………………………………………………..…… xx

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar 1
Belakang ………………………………………………...........
1.2. Tujua 3
n Penyusunan………………………………………………......
1.3. Meto 3
de Pengumpulan Data……………………………………...…..
1.3.1. Tujuan Umum………………………………………….………... 3
1.3.2. Tujuan Khusus……………………………………………….…... 3
1.4. Siste 3
matika Penulisan……………………………………………..…
1.5. Ruan 4
g Lingkup………………………………………………………

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 10


2.1. Konsep 10
Dasar Kehamilan…………………………………………….
2.1.1. Pengertian Persalinan………………………………...…. 12
2.1.2. Proses terjadinya persalinan……………………………... 14
2.1.3. Perubahan Fisiologis Persalinan………………………… 16
2.1.4. Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin……………………… 15
2.1.5. APN 60 Langkah………………..……………………… 17
2.1.6. Tanda Bahaya Persalinan……………………………….. 20
2.1.7. Asuhan Intranatal Care (INC)………………………….. 23
2.1.8. Standar Pelayanan Persalinan…………………………… 25
2.1.9. Deteksi Dini Komplukasi pada Persalinan…………….. 27
2.2. Mana 30
jemen Kebidanan………………………………………………

BAB 3 TINJAUAN KASUS


3.1. Asu 42
han Kebidanan Ny.Fb………………………………………...

BAB 4 PEMBAHASAN
4.1. Pembahasan Kasus dengan Teori……………………………….…. 48

BAB 5 PENUTUP 66
1.1. Kesimp
ulan………………………………………………………... 66
1.2. Saran…
………………………………………………………........ 68
Daftar Pustaka…………………………………………………….…... 70
Lampiran…………………………………………………………….... 75

VISI DAN MISI


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES MALANG
2020 - 2024
VISI PROGRAM STUDI
Menghasilkan lulusan bidan profesi yang beradab dan berdaya saing global dalam
pemberdayaan perempuan di keluarga dan masyarakat di Tingkat Nasional pada
tahun 2024.

MISI PROGRAM STUDI :


1. Menyelenggarakan pendidikan tinggi bagi vokasi dan Profesi Kebidanan
yang beradab, inovatif dan berdaya saing global di bidang Kesehatan Ibu dan
Anak yang berbasis Pemberdayaan Perempuan.
2. Mengembangkan produktivitas penelitian terapan dan pengabdian kepada
masyarakat. Lingkup Kesehatan Ibu dan Anak yang berbasis Pemberdayaan
Perempuan yang berkualitas, inovatif dan mengembangkan Publikasi Ilmiah
yang bereputasi.
3. Mengembangkan tatakelola organisasi yang baik berbasis Teknologi
Informasi.
4. Mengembangkan kerjasama dan produktivitas kemitraan dalam negeri dalam
pelaksanaan Tri Dharma PT.
5. Mengembangkan kerjasama dan produktivitas kemitraan dengan luar negeri
dalam pelaksanaan pembelajaran dan pengabdian kepada masyarakat.
6. Melaksanakan Tata Kelola Organisasi yang Kredibel, Transparan, Akuntabel,
Bertanggung Jawab, dan Adil.
Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas Sumber Daya Manusia yang
Profesional dalam melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi.

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Asuhan Contunuity of care (COC) merupakan upaya bidan di Indonesia
untuk memberikan asuhan yang berkelanjutan, bidan dapat memantau kondisi
ibu dan bayi sehingga mencegah terjadi komplikasi yang tidak segera
ditangani. Pemantauan tersebut secara intesif sangatlah diperlukan untuk
mendeteksi secara dini apabila terdapat penyulit atau kelainan dengan tujuan
menyiapkan wanita hamil secara komprehensif baik fisik maupun mental serta
menyelamatkan ibu dan bayi dalam kehamilan, persalinan, dan nifas sehingga
tidak terjadi penyulit dan komplikasi.
Deteksi dini gejala dan tanda bahaya selama kehamilan merupakan upaya
terbaik untuk mencegah terjadinya gangguan yang serius terhadap kehamilan
ataupun keselamatan ibu hamil. Faktor predisposisi dan adanya penyakit
penyerta sebaiknya juga dikenali sejak awal sehingga dapat dilakukan
berbagai upaya maksimal untuk mencegah gangguan yang berat baik terhadap
kehamilan dan keselamatan ibu maupun bayi yang dikandungnya. Indikator
yang umum dalam kematian ibu adalah angka kematian ibu (Maternal
Mortality Ratio) yaitu jumlah kematian ibu dalam 100.000 kelahiran hidup.
Angka ini mencerminkan risiko obstetrik yang dihadapi oleh seorang ibu
sewaktu kehamilan. Kematian ibu atau kematian maternal merupakan
kematian seorang ibu sewaktu hamil atau dalam waktu 42 hari sesudah
berakhirnya kehamilan, tidak bergantung pada tempat atau usia kehamilan.
Kemampuan pelayanan kesehatan suatu negara ditentukan dengan
perbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian
bayi (AKB).
Menurut Sarwono (2016) faktor penyebab AKI di bagi menjadi 2 yaitu
secara langsung dan tidak langsung. Penyebab secara langsung meliputi
perdarahan, infeksi, hipertensi dalam kehamilan, partus macet, abortus, dan
lainlain. Penyebab tidak langsung meliputi 3 terlambat dan 4 terlalu. Tiga
terlambat yang dimaksud adalah terlambat mengambil keputusan, terlambat ke
tempat rujukan, terlambat mendapatkan pelayanan di tempat rujukan. Dan 4
terlalu yang dimaksud adalahh terlalu tua hamil (di atas usia 34 tahun) terlalu
muda untuk hamil (di bawa usia 20 tahun), terlalu banyak (jumlah anak lebih
dari 4), dan terlalu dekat (jarak antara kelahiran kurang dari 2 tahun).
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2018
angka kematian bayi (AKB) mencapai 24,00/1.000 KH. Di provinsi Jawa
Timur pada tahun 2016 AKB sebesar 23,6/1.000 KH. Pada tahun 2017 AKB
menurun sebesar 23,1/1.000 KH (Profil Dinkes Jatim, 2017).
Pada tahun 2018 AKI Provinsi Jawa Timur mencapai 91,45% per 100.000
kelahiran hidup. Angka ini mengalami penurunan dibandingkan tahun 2017
yang mencapai 91,92 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab tertinggi
kematian ibu pada tahun 2018 adalah terjadi pada masa nifas 0 – 42 hari yaitu
54% atau sebanyak 281 orang. Sementara 25% atau sebanyak 130 orang
terjadi ketika ibu hamil dan 21% atau 109 orang ketika bersalin. (Data Dinkes
Prov. Jatim, 2018). Sedangkan kasus kematian maternal di Kabupaten Jember
pada tahun 2018 tercatat sebanyak 41 kasus kematian dengan rincian 12
kematian ibu hamil, 10 kematian ibu bersalin, dan 19 kasus kematian ibu
nifas.(Profil Dinkes Jember 2018). Dampak yang mungkin timbul jika tidak
dilakukan asuhan kebidanan secara berkesinambungan akan mengakibatkan
tidak terdeteksinya komplikasi secara dini, sehingga bisa berlanjut pada
keterlambatan penanganan terhadap komplikasi tersebut. Sehingga
menyebabkan morbiditas dan mortalitas tinggi. Komplikasi yang dapat timbul
pada kehamilan diantaranya adalah anemia dalam kehamilan, hipertensi dalam
kehamilan, perdarahan, abortus, PreEklamsi (PE), janin meninggal dalam
rahim, adanya penyakit yang tidak di ketahui, dan lain-lain (Saifuddin, 2014).
Upaya yang telah dilakukan Kemenkes melalui pemerintahan membentuk
suatu program yang memastikan semua wanita mendapatkan perawatan
sehingga selama kehamilan dan persalinannya sehat dan selamat. Adapun
program-progam yang dicanangkan pemerintah yaitu adanya Program Desa
Siaga atau yang saat ini sudah diganti dengan ANC Terpadu, Program
Pendampingan Bumil Resti oleh kader melalui pendampingan satu ibu hamil
didampingi oleh satu kader yang dilakukan sejak awal kehamilan sampai
dengan 40 hari setelah melahirkan. Kemudian ada pula Program PENAKIB
(Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi) yang dilaksanakan diantaranya
dengan beberapa cara yaitu dengan scoring (penilaian) faktor resiko,
kunjungan langsung ke SpOG dan SpA, pengadaan kelas ibu hamil, serta
Gerakan Bersama Amankan Kehamilan (GEBRAK).
Upaya penurunan AKI dan AKB di Kabupaten Jember antara lain dengan
dibentuknya tim Audit Maternal dan Perinatal (AMP) yang bertugas untuk
mendisiplinkan bidan dalam melakukan tugas dan tanggungjawabnya agar
setiap tindakan yang dilakukan bisa sesuai dengan standar asuhan kebidanan
yang telah ditentukan. Selain AMP, program lainya adalah GSI dan P4K yang
dijalankan oleh kader di setiap kecamatan. Badan Keluarga Berencana dan
Pemberdayaan Perempuan (BKBPP) beserta Dinas Kesehatan Kabupaten
Gresik mengadakan sosialisasi kegiatan penyelenggaraan Gerakan Sayang Ibu
(GSI) yang merupakan bentuk perhatian masyarakat dan pemerintah untuk
meningkatkan kualitas hidup perempuan. Selain itu, pembentukan P4K
diwajibkan di setiap desa/kelurahan karena P4K merupakan gerakan bersama
antara pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup
perempuan utamanya dalam percepatan penurunan AKI dan AKB dalam
rangka peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Dengan adanya
program-program tersebut diharapkan masyarakat bersama pemerintah
mampu bekerjasama dalam rangka penurunan AKI dan AKB di Kabupaten
Gresik, karena tanpa adanya kerjasama yang baik maka programprogram
tersebut tidak akan bisa berjalan dengan baik (Dinas Kesehatan Jember, 2017).
Upaya yang dilakukan di PMB Suyanti, S.Tr.Keb dalam rangka ikut serta
dalam program penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian
Bayi (AKB) antara lain meningkatkan pelayanan kesehatan yang
bersifatmenyeluruh dan bermutu kepada ibu dan bayi dalam lingkup
kebidanan dan melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif (continuity
of care), Penerapan kartu Skor Poedji Rochjati, Pemeriksaan ANC dengan
14T, ANC terpadu, program penakib, pendampingan ibu hamil risiko tinggi
oleh kader, dan melaksanakan program yang menjadi tanggung jawab bidan.
Sebagai seorang bidan yang profesional, harus selalu update ilmu dengan
mengikuti pelatihan, seminar, dan mengikuti regulasi yang ada, serta
mengetahui peran dan tanggung jawab sehingga bisa memberikan asuhan
sesuai dengan standar. Agar tidak menyebabkan kejadian patologis atau
kematian karena tidak terdeteksinya komplikasi sejak dini, upaya promotif dan
prefentif sama pentingnya dengan upaya kuratif dan rehabilitative pada tiap
siklus kehidupan dan tiap level pelayanan.

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan secara Continuity Of Care pada ibu Hamil
dengan menggunakan pendekatan manajemen holistik kebidanan.
1.2.2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan pendekatan pada ibu hamil diharapkan mampu
melakukan :
1. Melakukan pengkajian pada ibu bersalin .
2. Menyusun diagnosa kebidanan sesuai dengan prioritas pada ibu
bersalin.
3. Merencanakan asuhan kebidanan Continuity Of Care pada ibu bersalin.
4. Melaksanakan asuhan kebidanan Continuity Of Care pada ibu bersalin.
5. Melakukan evaluasi asuhan kebidanan Continuity Of Care yang telah
diberikan pada ibu bersalin.
6. Melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan secara Continuity Of
Care yang dilakukan pada ibu bersalin.

1.3. Pengumpulan Data


Metode yang digunakan yaitu wawancara kepada klien dan keluarga dengan
menggunakan tanya jawab, aplikasi teori serta melakukan studi dokumentasi
dengan melihat buku KIA klien, lembar penapisan, lembar observasi dan
partograf.

1.4. Ruang lingkup


1.4.1. Sasaran
Sasaran dalam asuhan continue of care ini adalah Ny “Fb” Usia 32 tahun
G2P1A0 dengan Kehamilan Normal mulai dari kehamilan, persalinan,
nifas dan neonatus yang dilakukan sesuai standar asuhan kebidanan di
PMB Suyanti, S.Tr.Keb Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember.
1.4.2. Tempat
Asuhan kebidanan ini dilaksanakan di PMB Suyanti, S.Tr.Keb Kecamatan
Kaliwates Kabupaten Jember.
1.4.3. Waktu
Asuhan kebidanan ini dilaksanakan pada November 2020 sampai dengan
Februari tahun 2021.

1.5. Sistematika Penulisan


1) BAB 1 PENDAHULUAN
Berisi tentang gambaran mengenai permasalahan, yang teridir dari latar
belakang, tujuan, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan
2) BAB 2 TINJAUAN TEORI
Berisi tentang konsep teori (termasuk telaah jurnal dan evidence based
dalam kehamilan dan juga konsep manajemen kebidanan)
3) BAB 3 TINJAUAN KASUS
Berisi tentang pengelolaan kasus yang dilakukan oleh penulis dengan
metode manajemen SOAP.
4) BAB 4 PEMBAHASAN
Menganalisis apakah kasusnya sesuai dengan teori atau tidak.
5) BAB 5 PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dan saran tentang asuhan kebidanan yang sudah
diberikan oleh pasien.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini penulis menguraikan tentang konsep dasar dan asuhan kebidanan
pada ibu dalam masa persalinan dengan menggunakan standart asuhan kebidanan
secara continuity of care (COC).
2.1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta
yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir
atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri)
(Manuaba, 2013).
Persalinan normal di sebut juga partus spontan, adalah proses lahirnya
bayi pada letak belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat
– alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang
dari 24 jam. Persalinan dimulai ( inpartu ) pada saat uterus berkontraksi dan
menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir
lahirnya plasenta (Walyani dan Purwoatuti, 2015).

2.1.1. Jenis Persalinan


Menurut (Manuaba,2013), jenis persalinan di bagi menjadi:
a) Persalinan Spontan
Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.
b) Persalinan Buatan
Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
c) Persalinan Anjuran
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar
dengan jalan rangsangan.
Beberapa istilah yang berkaitan dengan usia kehamilan dan berat janin
yang dilahirkan adalah sebagai berikut :
a) Abortus, terhentinya dan dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum
mampu hidup di luar kandungan; usia kehamilan sebelum 28 minggu;
berat janin kurang dari 1000 gr.
b) Persalinan prematuritas. Persalinan sebelum usia kehamilan 28
sampai 36 minggu; berat janin kurang dari 2499 gr.
c) Persalinan aterm. Persalinan antara usia kehamilan 37 dan 42 minggu;
berat janin di atas 2500 gr.
d) Persalinan serotinus. Persalinan melampaui usia kehamilan 42
minggu. Pada janin terdapat tanda postmaturitas.
e) Persalinan presipitatus. Persalinan berlangsung cepat kurang dari 3
jam (Manuaba,2013).

2.1.2. Teori terjadinya persalinan


Menurut Manuaba (2010) terdapat beberapa teori kemungkinan terjadinya
proses persalinan yaitu :
a) Teori Keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.
Keadaan uterus yang terus membesar menyebabkan iskemia otot-otot
uterus.
b) Teori Penurunan Hormone Progesterone
Proses penuaan plasenta terjadi saat usia kehamilan 28 minggu, karena
terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami
penyempitan dan buntu. Produksi progesterone mengalami penurunan,
sehingga otot rahim lebih sensitif terhadapoksitosin. Akibatnya otot
rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan
progesterone tertentu.
c) Teori oksitosin internal
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis pars posterior.
Perubahan keseimbangan estrogen dan progesterone dapat mengubah
sensitifitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi Braxton
Hicks. Dengan menrunnya konsentrasi progesterone akibat tuanya
kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktifitas, sehingga
persalinan dimulai.
d) Teori prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15
minggu, yang dikeluarkan oleh desidua. Prostaglandin dianggap dapat
merupakan pemicu terjadinya persalinan.
e) Teori hipotalamus-hipofisis dan glandula suprarenalis
Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anensefalus sering
terjadi kelambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus.
Glandula suprarenalis merupakan pemicu terjadinya persalinan.
f) Teori iritasi mekanik
Menurut Rustam (Mochtar,2011) dibelakang serviks terletak
ganglion servikale fleksus Frankenhauser. Apabila ganglion
tersebut digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin akan timbul
kontraksi uterus.

2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi persalinan antara lain:
a) Passage (jalan lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar
panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan
lunak, khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut menunjang
keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses
persalinan. Jalan lahir terdiri atas:
1) Jalan lahir/Panggul keras
Bagian keras dibentuk oleh empat buah tulang yaitu:
 tulang pangkal paha (os coxae) terdiri dari os ilium, os
ischium dan os pubis.
 1 tulang selangkang (os sacrum).
 1 tulang tungging (os cocygis).
Jenis-jenis panggul:
 Ginekoid (tipe wanita klasik)
 Android (mirip panggul pria)
 Antropoid (mirip panggul kera anthropoid)
 Platipelloid (panggul pipih)

2) Bagian lunak panggul


Bagian ini tersusun atas segmen bawah uterus, serviks uteri,
vagina, muskulus dan ligamentum yang menyelubungi dinding
dalam dan bawah panggul (Sumarah dkk, 2010).
b) Passanger (janin)
Passanger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan
akibat interaksi beberapa faktor yakni ukuran kepala janin, presentasi,
letak, sikap dan posisi janin (Sumarah dkk, 2010).
c) Power (Kekuatan)
Kekuatan terdiri dari kemampuan ibu melakukan kontraksi
involunter dan volunter secara bersamaan untuk mengeluarkan janin
dan plasenta dari uterus. Kontraksi involunter disebut juga kekuatan
primer, menandai dimulainya persalinan. Apabila servik berdilatasi,
usaha volunter dimulai untuk mendorong, yang disebut kekuatan
sekunder, dimana kekuatan ini memperbesar kekuatan kontraksi
involunter. Kekuatan primer membuat serviks menipis dan berdilatasi
dan terjadi penurunan janin. Kekuatan sekunder terjadi segera setelah
bagian presentasi mencapai dasar panggul, sifat kontraksi berubah
yakni bersifat mendorong keluar. Sehingga wanita merasa ingin
mengedan. Kekuatan sekunder tidak mempengaruhi dilatasi servik,
tetapi setelah dilatasi servik lengkap (Sumarah dkk,2010).
d) Psikologis Ibu
Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah
benar-benar terjadi realitas “kewanitaan sejati” yaitu munculnya rasa
bangga biasa melahirkan atau memproduksi anaknya. Mereka seolah-
olah mendapatkan kepastian bahwa kehamilan yang semula dianggap
sebagai suatu “keadaan yang belum pasti“ sekarang menjadi hal yang
nyata. Psikologis meliputi : Melibatkan psikologis ibu, emosi dan
persiapan intelektual, pengalaman bayi sebelumnya, kebiasaan adat,
dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu.
e) Penolong
Peran dari penolong persalinan dalam hal ini adalah
mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada
ibu dan janin. Proses tergantung dari kemampuan skill dan kesiapan
penolong dalam menghadapi proses persalinan (Wiknjosastro, 2010).
f) Posisi Ibu
Macam-macam posisi meneran menurut Sumarah dkk (2010)
meliputi:
1) Duduk atau setengah duduk
Posisi duduk atau setengah duduk, sering kali nyaman bagi ibu
dan ibu bisa istirahat dengan mudah diantara kontraksi jika
merasa lelah. Keuntungan dari posisi ini adalah memudahkan
melahirkan kepala bayi. Bagi bidan lebih mudah untuk
membimbing kelahiran kepala bayi dan memperhatikan
perineum.
2) Merangkak
Posisi merangkak seringkali merupakan posisi yang baikbagi ibu
yang mengalami nyeri punggung saat persalinan. Selainitu dapat
membantu bayi melakukan rotasi dan peregangan minimal pada
perineum.
3) Jongkok atau berdiri
Posisi jongkok atau berdiri dapat mempercepat kala Ipersalinan
dan mengurangi rasa nyeri yang hebat. Selainitu jugadapat
membantu penurunan kepala bayi.Namun posisi ini berisiko
terjadinya laserasi (perlukaan jalan lahir).
4) Berbaring miring ke kiri
Posisi berbaring miring kiri dapat mengurangi penekanan pada
vena cava inferior sehingga dapat mengurangi kemungkinan
terjadinya hipoksia. Posisi ini juga bisa membantu mencegah
laserasi perineum
5) Posisi terlentang (supine)
Pada posisi terlentang dapat menyebabkan hipotensi dapat
berisiko terjadinya syok dan berkurangnya suplay oksigen dalam
sirkulasi uteroplacenta sehingga dapat menyebabkan hipoksia
bagi janin, rasa nyeri yang bertambah, kemajuan persalinan
bertambah lama, ibu mengalami gangguan untuk bernafas,buang
air kecil terganggu, mobilisasi ibu kurang bebas, ibu kurang
semangat, risiko laserasi jalan lahir bertambah, dapat
mengakibatkan kerusakan pada syaraf kaki dan punggung.

2.1.4. Lima benang merah dalam persalinan


a) Membuat Keputusan Klinik
Membuat keputusann klinik merupakan proses pemecahan masalah
yang akan digunakan untuk merencanakan asuhan kebidanan bagi ibu
dan bayi baru lahir. Hal ini merupakan suatu proses sistematik dalam
mengumpulkan dan menganalisis informasi, membuat diagnosis kerja,
membuat rencana tindakan yang sesuai dengan diagnosis,
melaksanakan rencana tindakan dan akhirnya mengevaluasi hasil
tindakan yang telah di berikan pada ibu dan bayi baru lahir
(Prawirihardjo, 2011).
Tujuan langkah dalam membuat keputusan klinik adalah :
1) Pengumpulan data
 Data subjektif
 Data objektif
2) Menginterpresikan data dan mengidentifikasikan masalah
3) Membuat diagnosis atau menentukan masalah yang
terjadi/dihadapi
4) Menilai adanya kebutuhan dan kesiapan intervensi
5) Menyusun rencana pemberian asuhan
6) Melaksanakan asuhan/intervensi terpilih
7) Memantau dan mengevaluasi efektifitas asuhan
b) Asuhan sayang ibu dan sayang bayi
Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling
menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu. Prinsip
dasar asuhan sayang ibu adalah dengan mengikutsertakan suami dan
keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi (Prawirohardjo,
2011).
c) Pencegahan Infeksi
Tindakan pencegahan infeksi (PI) harus diterapkan dalam setiap
aspek asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, penolong
persalinan dan tenaga kesehatan lainnya untuk mengurangi infeksi
karena bakteri, virus, dan jamur. Dilakukan pula upaya untuk
menurunkan risiko penularan penyakit berbahaya yang kini belum
ditemukan pengobatannya, seperti misalnya Hepatitis dan HIV/AIDS
(Prawirohardjo, 2011).

d) Pencatatan (Rekam Medik) Asuhan Persalinan


Pencatatan adalah bagian penting dari proses membuat keputusan
klinik karena memungkinkan penolong persalinan untuk terus
menerus memperhatikan asuhan yang diberikan selama proses
persalinan dan kelahiran bayi (Prawirohardjo, 2011).
e) Rujukan
Rujukan dalam kondisi optimal dan yang tepat waktu ke fasilitas
yang memiliki sarana yang lebih lengkap, diharapkan mampu
menyelamatkan jiwa ibu dan bayi baru lahir. Setiap penolong
persalinan harus mengetahui lokasi fasilitas rujukan yang mampu
untuk kasus gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir seperti:
 Pembedahan seperti bedah sesar
 Tranfusi darah
 Persalinan menggunakan ekstraksi fakum atau cunam
 Pemberian antibiotik intravena
 Resusitasi bayi baru lahir dan asuhan lanjutan bayi baru lahir.
Rujukan untuk keselamatan ibu dan bayi baru lahir. Singkatan
BAKSOKU dapat digunakan untuk mengingat hal-hal penting dalam
mempersiapkan rujukan untuk ibu dan bayi (Prawirohardjo, 2011).

2.1.5. Fisiologi Persalinan


Persalinan dibagi menjadi tiga kala yang berbeda. Kala I persalinan
mulai ketika telah tercapai kontraksi uterus dengan frekuensi, intensitas,
dan durasi yang cukup untuk menghasilkan pendataran dan dilatasi serviks
yang progesif. Kala satu persalinan selesai ketika dilatasi serviks sudah
lengkap (sekitar 10 cm) sehinggga memungkinkan kepala janin lewat.
Oleh karena itu kala satu persalinan di sebut stadium pendataran dan
dilatasi serviks Kala dua persalnan di mulai ketika dilatasi serviks sudah
lengkap, dan berakhir ketika janin sudah lahir. Kala dua persalinan di
sebut juga stadium ekspulsi janin. Kala tiga persalinan di mulai segera
setelah janin lahir, dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput
ketuban. Kala tiga persalinan di sebut juga sebagai stadium pemisah dan
ekspulsi plasenta (Prawirohardjo, 2011).
a) Tanda persalinan
Tanda-tanda persalinan menurut Manuaba (2013) adalah sebagai
berikut:
1) Terjadinya his persalinan. His persalinan mempunyai ciri khas
pinggang terasa nyeri yang menjalar ke depan, sifatnya teratur,
interval makin pendek, dan kekuatannya makin besar, makin
beraktivitas (jalan) makin bertambah.
2) Pengaluaran lendir dan darah (pembawa tanda). Pembukaan
menyebabkan lendir darah yang terdapat pada kanalis servikalis
lepas. Terjadinya perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah.
3) Pengeluaran cairan. Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah
yang menimbulkan pengeluaran cairan. Sebagian besar ketuban
baru pecah menjelang pembukaan lengkap. Dengan pecahnya
ketuban diharapkan persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam
b) Tahap Persalinan
1) Kala I
Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara
pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his,
kala pembukaan tidak begitu kuat sehingga pasien masih dapat
berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12
jam, sedangkan multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan kurva
Friedman, diperhitungkan pembukaan primigravida 1cm/jam dan
pembukaan multigravida 2 cm/jam. Dengan perhitungan tersebut,
maka waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan (Manuaba,
2013).
Menurut Walyani (2015), kala 1 adalah waktu pembukaan
serviks sampai menjadi pembukaan lengkap (10 cm). dalam kala 1
di bagi menjadi 2 fase :
 Fase Laten
Di mulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan
panipisan dan pembukaan servik secara bertahap. Pembukaan
kurang dari 4 cm dan biasanya berlangsung kurang dari 8 jam
 Fase Aktif
Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat
(kontraksi adekuat 3 kali atau lebih dalam 10 menit dan
berlangsung selama 40 detik atau lebih, serviks membuka
dari 4 ke 10 cm, biasanya dengan kecepatan 1cm atau lebih
perjam hingga pembukaan lengkap (10 cm), terjadinya
penurunan bagian terbawah janin, berlangsung selama 6 jam
dan di bagi menjadi 3 fase yaitu :
Berdasarkan kurva friedman :
 Periode akselerasi. Berlangsung selama 2 jam
pembukaan menjadi 4 cm.
 Periode dilatasi maksimal, berlangsung selama 2
jam pembukaan berlangsung cepat dari 4 sampai 9
cm.
 Periode deselerasi, berlangsung lambat dalam
waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi 10 cm atau
lengkap.
2) Kala II
Waktu uterus dengan kekuatan his di tambah kekuatan
mengejan mendorong bayi hingga keluar. Pada kala 2 ini memiliki
ciri khas :

 His terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama kira-


kira 2-3 menit sekali
 Kepala janin telah turun masuk rongga panggul dan
secara reflektoris menimbulkan rasa untuk
mengejan.
 Tekanan pada rectum, ibu merasa ingin BAB.
 Anus membuka
Lama kala 2 ini pada primi dan multipara berbeda yaitu :
 Primipara kala 2 berlangsung 1,5 jam sampai 2 jam
 Multipara kala 2 berlangsung 0,5 jam sampai 1 jam
3) Kala III
Menurut Walyani (2015), kala 3 adalah waktu pelepasan dan
pengeluaran uri (plasenta). Setelah bayi lahir kontraksi rahim
berhenti sebentar, uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi
pusat dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2 kali sebelumnya.
Beberapa saat kemudian timbul his pengeluaran dan pelepasan uri,
dalam waktu 1-5 menit plasenta terlepas terdorong ke dalam
vagina dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan (brand
androw, seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah
bayi lahir. Dan pada pengeluaran plasenta biasanya di sertai
dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc).
Tanda kala III terdiri dari 2 fase :
a) Fase Pelepasan Uri
 Schulze
Data ini sebanyak 80 % yang lepas terlebih dahulu di
tengah kemudian terjadi retero plasenter hematoma yang
menolak uri mula-mula di tengah kemudian seluruhnya,
menurut cara ini perdarahan biasanya banyak setelah uri
lahir.
 Dunchan
Lepasnya uri mulai dari pinggir, jadi setelah lahir terlebih
dahulu dari pinggir (20%), arah akan mengalir semua atara
selaput ketuban.
 Serempak dari tengah ke pinggir plasenta
b) Fase pengeluaran Uri
Perasat-perasat untuk mengetahui pelepasan uri yaitu :
 Kutner
Meletakkan tangan dengan tekanan pada/ di atas simfisis,
tali pusat di regangkan, bila plasenta masuk berarti belum
lepas, bila tali pusat diam dan maju (memanjang) berarti
plasenta sudah terlepas.
 Klien
Sewaktu ada his kita doron sedikit rahim, bila tali pusat
kembali berarti belum lepas, bila diam/ turun berarti sudah
lepas.
 Strastmean
Tegangkan tali pusat dan ketuk bagian fundus, bila tali
pusat bergetar, berarti belum lepas. Bila tidak bergetar
bararti sudah lepas.

4) Kala IV
Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena
perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama.
Observasi yang dilakukan meliputi tingkat kesadaran penderita,
pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi dan pernapasan,
kontraksi uterus terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih
normal bila jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc
(Manuaba, 2013).

2.1.6. Perubahan Psikologis Ibu Bersalin


a) Perubahan Psikologis kala I yang sering terjadi
1) Kecemasan dan ketakutan pada dosa-dosa atau kesalahan sendiri
yang telah lampau
2) Timbul rasa tegang, takut, kesakitan, kesemasan dan konflik batin
3) Sering timbul rasa jengkel, tidak nyaman serta selalu kegerahan
serta tidak sabar (kepala bayi sudah memasuki panggul dan
timbulnya kontraksi pada rahim, sehingga sehingga bayi yg di
harapkan, kini menjadi beban berat)
4) Ketakutan menghadapi resiko dan kesulitan bahaya melahirkan
bayi yang merupakan hambatan dalam proses persalinan

b) Perubahan psikologis kala II yang sering terjadi


1) Panik dan takut terhadap apa yang terjadi pada saat pembukaan
lengkap
2) Bingung dengan apa yang terjadi saat pembukaan lengkap
3) Frustasi dan marah
4) Tidak memperdulikan apa saja dan siapa saja yang ada di kamar
bersalin
5) Rasa lelah dan sulit mengikuti perintah
6) Fokus pada dirinya sendiri

c) Kala III
Karena saat-saat yang lama telah di tunggu akhirnya datang juga,
yaitu kelahiran bayinya. dan ibu juga merasa bahagia karena merasa
sudah menjadi wanita yang sempurna (bisa melahirkan, memberikan
anak untuk suaminya dan memberikan anggota keluarga yang baru),
bahagia karena bisa melihat anaknya
d) Kala IV
Terjadi pada kala IV di mana diadakan kontak antara ibu-ayah-
anak, dalam ikatan kasih. Penting bagi bidan memikirkan bagaimana
agar hal tersebut dapat terlaksana, partisipasi suami dalam proses
persalinan merupakan salah satu upaya untuk proses ikatan kasih
tersebut (Legawati, 2018)
2.1.7. Mekanisme Persalinan
1) Turunnya kepala di bagi menjadi 2 yaitu masuknya kepala pada pintu
atas panggul, dan majunya kepala.
2) Pembagian ini terutama berlaku pada primigravida. Masuknya
kedalam pintu atas panggul pada primigravida sudah terjadi pada
bulan terakhir kehamilan tetapi pada multi gravida biasanya baru
terjadi ketika permulaan persalinan.
3) Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul biasanya dengan sutura
sagitalis, melintang dengan fleksi ringan.
4) Masuknya sutura sagitalis berada di tengah-tengah jalan lahir tepat
diantara simfisis dan promontorium, maka kepala di katakan dalam
synclitismus dan synclitismus os parietal depan dan belakang sama
tingginya

Gambar 2.1. Synclitismus (Sumber : Saifudin, 2009. Ilmu Kebidanan)

5) Jika sutura sagitalis agak ke depan mendekati simfisis atau agak ke


belakang mendekati promontorium maka posisi ini di sebut
asynclitismus. Pada pintu atas panggul biasanya kepala dalam
asynclitismus posterior yang ringan. Asynclitismus posterior adalah
jika sutura sagitalis mendekati simfisis dan os parietal belakang lebih
rendah dari os parietal depan. Asynclitismus anterior adalah jika
sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os pariental depan
lebih rendah dari os parietal depan.
Gambar 2.2. Asynclitismus Gambar 2.3. Asynclitismus
anterior (Sumber : Saifudin, 2009. posterior (Sumber : Saifudin,
Ilmu Kebidanan) 2009. Ilmu Kebidanan)

6) Majunya kepala pada primigravida terjadi setelah kepala masuk ke


dalam rongga panggul dan biasanya baru di mulai pada kala 2. Pada
multigravida sebaiknya majunya kepala dan masuknya kepala ke
dalam rongga panggul terjadi bersamaan. Yang menyebabkan
majunya kepala: tekanan cairan intrauterine, tekanan langsung pada
fundus atau bokong, kekuatan meneran, melurusnya badan janin oleh
perubahan bentuk rahim.
7) Penurunan terjadi selama persalinan oleh karena daya dorong dari
kontraksi dan posisi, serta peneranan selama kala 2 oleh ibu.
8) Fiksasi (engagement) merupakan tahap penurunan pada waktu
diameter biparietal dari kepala janin telah masuk panggul ibu.
9) Desensus merupakan syarat utama kelahiran kepala, terjadi karena
adanya tekanan cairan amnion, tekanan langsung pada bokong saat
kontraksi, usaha meneran, ekstensi dan pelurusan badan janin.
10) Fleksi, sangat penting bagi penurunan kepala selama kala 2 agar
bagian terkecil masuk panggul dan terus turun. Dengan majunya
kepala, fleksi bertambah hingga ubun-ubun besar. Keuntungan dari
bertambahnya fleksi adalah ukuran kepala yang bagian kecil melalui
jalan lahir yaitu diameter sub occipito bregmatika (9,5 cm)
menggantikan diameter sub occipito frontalis (11,5 cm). fleksi di
sebabkan karena janin di dorong maju, dan sebaliknya mendapat
tahanan dari pinggir pintu atas panggul, serviks, dinding panggul atau
adasar panggul. Akibat dari kekuatan dorongan dan tahanan ini
terjadilah fleksi, karena moment yang menimbulkan fleksi lebih besar
dari moment yang menimbulkan defleksi.
11) Putaran paksi dalam atau rotasi internal, pemutaran dari bagian depan
sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan memutar
ke depan simfisis. Pada presentasi bagian belakang kepala bagian
yang terendah ialah daerah ubub-ubun kecil dan bagian inilah yang
akan memutar ke depan ke bawah simfisis, putaran paksi dalam mutlak
perlu untyuk kelahiran kepala karena putar paksi merupakan suatu
usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir
khususnya bentuk bidang tengah dan pintu bawah panggul. Putaran
paksi dalam tidak terjadi tersendiri, tetapi selalu kepala sampai ke
hodge 3, kadang-kadang baru setelah kepala sampai ke dasar panggul.
Sebab-sebab terjadinya putar paksi dalam: pada letak fleksi, bagian
belakang kepala merupakan bagian terendah dari kepala,. Pada bagian
terendah dari bagian kepala ini mencari tahanan yang paling sedikit
yaitu pada sebelah depan atas dimana terdapat hiatus genetalis antara
M. leverator ani kiri dan kanan. Pada ukuran terbesar dari bidang
tengah panggul ialah diameter anteroposterior.
12) Rotasi internal dari kepala janin akan membuat diameter
anteroposterior (yang lebih panjang) dari kepala akan menyesuaikan
diri dengan diameter anteroposterior panggul
13) Ekstensi, setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar
panggul, terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini terjadi
pada saat lahir kepala, terjadi karena gaya tahanan dari dasar panggul
dimana gaya tersebut membentuk lengkungan carrus, yang
mengarahkan kepala keatas menuju lubang vulva sehingga kepala
harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya. Bagian leher belakang
di bawah occiputnya akan bergeser di bawah simfisis pubis dan
bekerja sebagai titik poros. Uterus yang berkontraksi kemudian
memberi tekanan tambahan atas kepala yang menyebabkan ekstensi
kepal lebih lanjut saat lubang vulva vagina membuka lebar. Pada
kepala bekerja dua kekuatan, yang satu mendesaknya ke bawah dan
satunya karena tahanan dasar panggul yang menolaknya keatas.
Resultannya adalah kekuatan kearah depan atas.
14) Setelah sub occiput tertahan pada pinggir bawah simfisis maka yang
akan maju karena kakuatan tersebut diatas adalah bagian yang
berhadapan dengan sub occiput, maka lahirlah berturut-turut pada
piggir atas perineum ubun-ubun besar, dahi hidung dan mulut akhirnya
dagu dengan gerakan ekstensi. Subocciput yang menjadi pusat
pemutaran di sebut hypomoclion.
15) Rotasi eksternal atau putar paksi luar, terejadi bersamaan dengan
perputaran interior bahu. Setelah kepala lahir maka kepala anak
memutar kembali kearah punggung anak untuk menghilangkan torsi
pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam. Gerakan ini di
sebut putaran restitusi. Restitusi adalah perputaran kepala sejauh 450
baik kea rah kiri atau kanan bergantung pada arah kemana ia mengikuti
putaran menuju posisi ociput anterior. Selanjutnya putaran di lanjutkan
hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber ischidium. Gerakan
yang terakhir ini adalah gerakan paksi luar yang sebenarnya dan di
sebabkan karena ukuran bahu, menepatkan diri dalam diameter
anteroposterior dan pintu bawah panggul.
16) Ekspulsi, setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah
simfisis dan mnjadi hypomoclion untuk kelahiran bahu belakang.
Kemudiaan bahu depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan anak
lahir searah dengan paksi jalan lahir mengikuti lengkung carrus (kurva
jalan lahir) (Walyani, 2015)
Gambar 2.3. Melahirkan Bahu
(Sumber : JNKR-KR, 2017. Asuhan Persalinan Normal)

Gambar 2.4. Melahirkan seluruh tubuh


(Sumber : JNPK-KR, 2017. Asuhan Persalinan Normal)

2.1.7. Penyulit Persalinan


Persalinan yang normal (eutasia) menunjukkan bahwa ketiga faktor
penting yaitu power, passage, passenger baik sehingga persalinan
berlangsung spontan, aterm, dan hidup. Dengan faktor 3 P, kemungkinan
besar terdapat kelainan yang mempengaruhi jalannya persalinan, sehingga
memerlukan intervensi persalinan untuk mencapai well health mother dan
well health baby. Kelainan dalam masing-masing faktor dapat di uraikan
sebagai berikut:
a) Power atau kekuatan his
1) Inersia uteri, his yang sifatnya lemah, lembek, dan jarang. Di bagi
menjadi: inersia uteri primer (bila sejak semula kekuatannya
sudah lemah). Inersia uteri sekunder (his pernah cukup kuat tetapi
kemudian melemah)
2) Tetania uteri, his yang terlalu kuat dan terlalu sering sehingga
tidak ada kesempatan relaksasi otot rahim. Tetania uteri dapat
menyebabkan partus presipitatus (persalinan yang berlangsung 3
jam) akibatnya berupa persalinan tidak pada tempatnya, trauma
pada janin, dan trauma jalan lahir. Selain partus presipitatus
tetania uteri juga bisa menyebabkan asfiksia intrauterine sampai
kematian janin dalam rahim.
3) Inkoordinasi kontraksi otot Rahim
Inkoordinasi otot rahim menyebabkan sulitnya kekuatan otot
rahim untuk dapat meningkatkan pembukaan atau pengusiran
janin dalam Rahim
b) Passage atau jalan lahir
1) Kelainan bentuk panggul
2) Kesempitan panggul
3) Ketidakseimbangan sefalopelvik(ketidakseimbangan antar kepala
dan jalan lahir)
4) Kelainan jalan lahir lunak
c) Passenger ( kelainan bentuk dan besar janin) (Manuaba, 2013).

2.1.8. Kebutuhan Ibu Bersalin


Menurut Walyani (2015), ada beberapa kebutuhan dasar ibu selama
proses persalinan antara lain :
a) Dukungan fisik dan psikologis
Setiap ibu yang akan memasuki masa persalinan maka akan
muncul persaan takut, khawatir, maupun cemas terutama pada ibu
primipara. Perasaan takut dapat meningkatkan nyeri, otot-otot menjadi
tegang dan ibu menjadi cepat lelah yang pada akhirnya kan
menghambat proses persalinan. Bidan adalah orang yang di harapkan
ibu sebagai pendamping persalinan yang dapat di andalkan serta
mampu memberikan dukungan, bimbingan dan pertolongan
persalinan. Dukungan juga dapat di berikan oleh orang-orang terdekat
pasien (suami, keluarga, teman, perawat, bidan, maupun dokter).
Pendamping persalinan hwendaknya orang yang sudah terlibat sejak
dalam kelas-kelas antenatal. Mereka dapat membuat laporan tentang
kemajuan ibu dan secara terus- menerus memonitor kemajuan
persalinan.
b) Kebutuhan makan dan cairan
Makanan padat tidak boleh di berikan selama persalinan aktif,
oleh karena makanan padat lebih lama tinggal dalam lambung
daripada makanan cair, sehingga proses pencernaan lebih lambat
selama persalinan. Bila ada pemberian obat, dapat juga merangsang
terjadinya mual/ muntah yang dapat mengakibatkan aspirasi ke dalam
paru-paru, untuk mencegah dehidrasi, pasien dapat di berikan banyak
minum segar (jus buah, sup) selama proses persalinan, namun bila
mual/ muntah dapat di berikan cairan IV (RL).
c) Kebutuhan Eliminasi
Kandung kencing harus di kosongkan setiap 2 jam. Bila tidak bisa
berkemih sendiri, dapat dilakukan kateterisasi. Kandung kemih yang
penuh akan menghambat penurunan kepala bayi serta meningkatkan
rasa tidak nyaman bagi ibu. Rectum yang penuh juga akan
mengganggu penurunan kepala bayi, namun jika pasien mengatakan
ingin BAB, bidan harus memastikan kemungkinan adanya tanda dan
gejala masuk pada kala 2.
d) Posisioning dan aktifitas
Untuk membantu ibu agar tetap tenang dan rileks sedapat mungkin
bidan tidak boleh memakskan pemilihan posisi yang di inginkan oleh
ibu dalam persalinan. Sebaliknya, peran bidan adalah un tuk
mendukung ibu dalam memilih posisi apapun yang di pilihnya,
menyarankan alternative-alternatif apabila tindakan ibu tidak efektif
atau membahayakan bagi ibu dan bayi. Posisi-posisi yang di sarankan
dalam persalinan yaitu :
1) Posisi rasionalisasi
Duduk atau setenga duduk lebih mudah bagi bidan untuk
membimbing kelahiran kepala bayidan mengamati atau
mensupport perineum. Posisi merangkak baik untuk punggung
yang sait, membantu bayi melakukan rotasi dan peregangan
minimal pada perineum.
2) Posisi berjongkok atau berdiri
Dalam posisi ini dapat membantu penurunan kepala bayi,
memperbesar ukuran panggul: menambah 28% ruang outletnya.
Memperbesar dorongan untuk meneran.
3) Posisi berbaring miring kiri
Dalam posisi ini dapat memberi rasa santai bagi ibu yang letih,
member oksigenasi yang baik bagi bayi dan membantu mencegah
terjadinya laserasi.

2.1.9. 60 Langkah APN


Langkah-langkah ANP menurut buku JNPK-PK (2017) adalah
sebagai berikut:
1) Mendengarkan dan melihat tanda Kala Dua persalinan
2) Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk
menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru
lahir. Untuk asuhan bayi baru lahir atau resusitasi, siapkan tempat
datar, keras, bersih, kering dan hangat, 3 handuk/kain bersih dan
kering, alat penghisap lender dan lampu sorot 60 watt dengan jarak 60
cm dari tubuh bayi. Untuk ibu menggelar kain di perut bawah ibu,
menyiapkan oksitosin 10 unit, alat sutik steril sekali pakai dalam
partus set.
3) Pakai clemek plastic atau dari bahan yang tidak tembus cairan.
4) Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci
tangan dengan sabun dan air bersih mengalir dan kemudian keringkan
dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
5) Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk
periksa dalam.
6) Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang
menggunakan sarung tangan DTT dan steril dan pastikan tidak terjadi
kontaminasi pada alat suntik).
7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari
anterior (depan) ke posterior (belakang) menggunakan kapas atau kasa
yang dibasahi air DTT.
8) Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan sudah lengkap.
Bila selaput ketuban masih utuh saat pembukaan sudah lengkap maka
lakukan amniotomi.
9) Dekontaminasi sarung tangan (mencelupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5%, lepaskan dan
rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit). Cuci tangan setelah sarung tangan dilepaskan dan setelah itu
tutup kembali partus set.
10) Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi uterus mereda
(relaksasi) untuk memastikan DJJ dalam batas normal (120-
160x/menit).
a. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
b. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ, semua
temuan pemeriksaan dan asuhan yang diberikan kedalam
partograf.
11) Beritahu pada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
cukup baik, kemudian bantu ibu menemukan posisi yang nyaman dan
sesuai dengan keinginannya.
a. Tunggu hingga timbul kontraksi atau rasa ingin meneran,
lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin
(ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan
semua temuan yang ada.
b. Jelaskan pada anggota keluarga tentang peran mereka untuk
mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran
secara benar.
12) Minta keluarga untuk membantu menyiapkan posisi meneran jika ada
rasa meneran atau kontraksi yang kuat.
13) Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ingin meneran
atau timbulnya kontraksi yang kuat.
a. Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif
b. Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara
meneran apabila caranya tidak sesuai.
c. Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya
(kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama).
d. Anjurkan ibu untuk istirahat diantara kontraksi.
e. Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu.
f. Berikan cukup asupan cairan per oral (minum).
g. Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.
h. Segera rujuk bila bayi belum atau tidak segera lahir setelah
pembukaan lengkap dan dipimpin meneran 120 menit (2 jam)
pada primigravida atau 60 menit (1 jam) pada multigravida.
14) Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam
selang waktu 60 menit.
15) Letakkan handuk bersih (untuk mngeringkan bayi) diperut ibu, jika
kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
16) Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 sebagai alas bokong ibu.
17) Buka tutup partus set dan periksa kembali kelengkapan peralatan dan
bahan.
18) Pakai sarung tangan DTT/steril pada kedua tangan.
19) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva
maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain
bersih dan kering, tangan yang lain menahan belakang kepala untuk
mempertahankan posisi fleksi dan membantu lahirnya kepala.
Anjurkan ibu untuk meneran secara efektif atau bernapas cepat dan
dangkal.
20) Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat (ambil tindakan yang
sesuai jika hal itu terjadi) segera lanjutkan proses kelahiran bayi.
a. Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lilitan lewat
bagian atas kepala bayi.
b. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua
tempat dan potong tali pusat diantara dua klem tersebut.
21) Setelah kepala lahir, tunggu putaran paksi luar yang berlangsung
secara spontan.
Lahirnya bahu :
22) Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala bayi secara
biparental. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan
lembut gerakan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan
muncul di bawah arcus pubis dan kemudian gerakkan ke arah atas dan
distal untuk melahirkan bahu belakang.
Lahirnya badan dan tungkai :
23) Setelah kedua bahu lahir, satu tangan menyangga kepala dan bahu
belakang tangan yang lain menelusuri lengan dan siku anterior bayi
serta menjaga bayi terpegang baik.
24) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke
punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki
(masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang kedua mata kaki dengan
melingkarkan ibu jari pada sisi dan jari-jari lainnya pada sisi yang lain
agar bertemu dengan jari telunjuk).
25) Lakukan penilaian (selintas):
a. Apakah bayi cukup bulan?
b. Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan?
c. Apakah bayi bergerak dengan aktif?
Bila salah satu jawaban adalah “TIDAK”, lanjut ke langkah
resusitasi pada bayi baru lahir denga asfiksia. Bila semua jawaban
“YA”, lanjut ke-26.
26) Keringkan tubuh bayi. Keringkan tubuh bayi mjulai dari muka, kepal
dan bagian tubuh lainnya (kecuali kedua tangan) tanpa membersihkan
verniks, ganti handuk basah dengan handuk/ kain yang kering.
Pastikan bayi dalam posisi dan kondisi aman di perut bagian bawah
ibu.
27) Periksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang lahir
(hamil tunggal) dan bukan kehamilan ganda (gemeli).
28) Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi
dengan baik.
29) Dalam waktiu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit
IM (intramuskular) di 1/3 distal lateral paha (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikkan oksitosin).
30) Setelah 2 menit sejak bayi lahir (cukup bulan), jepit tali pusat dengan
klem kira-kira 2-3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah
ibu dan klem kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
31) Pemotongan dan pengikatan tali pusat.
a. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi
perut bayi) dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem
tersebut.
b. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi
kemudian melingkar kembali benang tersebut dan mengikatnya
dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
c. Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah
disediakan.
32) Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit ibu. Letakkan
bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi
menempel di dada/perut ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara
payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting ibu.
a. Selimuti ibu dan bayi dengan kain kering dan hangat, pasang topi
di kepala bayi.
b. biarkan bayi melakukan kontak kulit didada ibu paling sedikit
1jam
c. sebagian besar bayi akan berhasil melakukan IMD dalam waktu
30-60 menit. Menyusu untuk pertama kali akan berlangsung
sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara.
d. biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi
sudah berhasil menyusu.
Kala III :
33) Pindahkan klem pada tali pusat hingga jarak 5-10 cm dari vulva.
34) Letakkan satu tangan di atas kain pada perut bawah ibu (di atas
simfisis), untuk mendeteksi kontraksi. Tangan lain menegangkan tali
pusat.
35) Pada saat uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah
sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah belakang atas
(dorso kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversia uteri). Jika
plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat
dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya, dan ulangi prosedur di
atas.
Mengeluarkan plasenta.
36) Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus kea rah
dorsal ternyata diikuti dengan pergeseran tali pusat ke arah distal
maka lanjutkan dorongan kearah cranial hingga plasenta dapat
dilahirkan.
a. Ibu boleh meneran tapi tali pusat hanya ditegangkan (Jangan
ditarik secara kuat terutama jika uterus tak berkontraksi) sesuai
dengan sumbu jalan lahir (ke arah bawah-sejajar lantai-atas.
b. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.
c. Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali
pusat.
d. Ulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.
e. Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandungan kemih penuh.
f. Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutmya.
g. Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau
bila terjadi perdarahan, segera lakukan plasenta manual.
37) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan
kedua tangan. Pegang dan putar hingga selaput ketuban terpilih
kemudian dilahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah
disediakan. Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau
steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-
jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan selaput
yang tertinggal.
38) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan massage
uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan message dengan
gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus
teraba keras). Lakukan tindakan yang diperlukan (Kompresi Bimanual
Internal, kompresi aorta abdominais. Tampon kondom-kateter). Jika
uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik setelah rangsangan
taktil/massage. (Lihat penatalaksanaan atonia uteri)
Kala IV :
39) Evaluasi kemungkinan perdarahan dan laserasi pada vagina dan
perineum. Lakukan penjahitan bila terjadi laserasi derajat 1 atau
derajat 2 dan atau menimbulkan perdarahan.
40) Periksa kedua sisi plasenta (maternal-fetal) pastikan plasenta telah
dilahirkan lengkap. Masukkan plasenta kedala katung plastik atau
tempat khusus.
41) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam.
42) Pastikan kandung kemih kosong. Jika penuh, lakukan kateterisasi.
43) Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan
klorin 0,5%. Bersihkan noda darah dan cairan tubuh, dan bilas di air
DTT tanpa melepas sarung tangan kemudian keringkan dengan tisu
atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
44) Ajarkan ibu dan keluarga cara melakukan massase uterus dan menilai
kontraksi.
45) Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik.
46) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
47) Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik
(40-60x/menit)
a. Jika bayi sulit bernafas, merintih atau retraksi, diresusitasi dan
segera merujuk kerumah sakit.
b. Jika bayi nafas terlalu cepat atau sesak napas, segera rujuk ke RS
Rujukan.
c. Jika kaki diraba dingin, pastikan ruangan hangat. Lakukan
kembali kontak kulit ibu-bayi dan hangatkan ibu-bayi dalam satu
selimut.
48) Bersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh denga
menggunakan air DTT. Bersihkan cairan ketuban, lender dan darah
diranjang atau disekitar ibu berbaring. Menggunakan larutan klorin
0,5% lalu bilas dengan air DTT. Bantu ibu memakai pakaian yang
bersih dan kering.
49) Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan
keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkan.
50) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi (10menit). Cuci dan bilas peralatan setelah
didekontaminasi.
51) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang
sesuai.
52) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
53) Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan kedala
larutan klorin 0,5%, lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik
dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
54) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian
keringkan tangan menggunakan tisu dan handuk pribadi yang bersih
dan kering.
55) Pakai sarung tangan yang membersih untuk memberikan vitamin K1
(1mg) IM dipaha kiri bawah lateral dan salep mata proflaksis infeksi
dalam 1 jam pertama kelahiran.
56) Lakukan pemeriksaan fisik lanjutan (setelah 1 jam kelahiran bayi).
Pastikan kondisi bayi tetap baik (pernafasan normal 40-60x/menit dan
temperature tubuh normal 36,5-37,5C) setiap 15 menit.
57) Setelah 1 jam pemberian pemberian Vitamin K berikan suntikan
imunisasi Hepatitis B dipaha kanan bawah lateral. Letakkan bayi
didalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu dapat disusukan.
58) Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam didalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
59) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian
keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
60) Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang).

2.1.20. Standart Asuhan Persalinan


Menurut Walyani (2015) terdapat 4 standart pelayanan persalinan yaitu:
1) Standar 9 : Asuhan Persalinan Kala I
Bidan menilai secara tepat bahwa persalian sudah mulai, kemudian
memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai, dengan
memperhatikan kebutuhan klien, selama proses persalinan
berlangsung.
Hasil :
a) Persalinan bersih dan aman
b) Meningkatkan kepercayaan terhadap bidan
c) Menurun komplikasi
d) Menurunnya sepsis peurperalis.
2) Standar 10 : Persalinan Kala II yang Aman
Bidan melakukan pertolongan persalinan yang aman, dengan sikap
sopan dan penghargaan terhadap klien serta memperhatikan tradisi
tempat.
Hasil :
a) Meningkatkan persalinan ditolong bidan
b) Berkurangnya AKI akibat partus lama
c) Ibu bersalin mendapat pertolongan darurat yg memadai dan tepat
waktu.
3) Standar 11 : Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala III
Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar untuk membantu
pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap.
Hasil :
a) Ibu dengan resiko perdarahan post partum primer mendapatkan
penangan yang memadai
b) Menurunkan kejadian perdarahan post portum akibat salah
penanganan kala 3.
4) Standar 12 : Penanganan kala II dengan gawat janin melalui episiotomi
Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin pada kala II
yang lama, dan segera melakukan episiotomy dengan aman untuk
memperlancar persalinan, diikuti dengan penjahitan perineum.
Hasil :
a) Penurunan kejadian asfiksia neonatorum berat
b) Penurunan kejadian lahir mati pada kala II
c) Penurunan kejadian sepsis peurperalis

2.1.21. Rujukan
Jika ditemukan suatu masalah dalam persalinan, sering kali sulit untuk
melakukan upaya rujukan dengan cepat, hal ini karena banyak faktor yang
mempengaruhi. Penundaan dalam membuat keputusan dan pengiriman ibu
ke tempat rujukan akan menyebabkan tertundanya ibu mendapat
penatalaksanaan yang memadai, sehingga dapat menyebabkan tingginya
angka kematian ibu. Rujukan tepat waktu merupakan bagian dari asuhan
sayang ibu dan menunjang terwujudnya program Safe Motherhood . Di
bawah ini merupakan akronim yang dapat di gunakan petugas kesehatan
dalam mengingat hal-hal penting dalam mempersiapkan rujukan untuk ibu
dan bayi :
1) B (Bidan)
Pastikan bahwa ibu dan bayi baru lahir didampingi oleh penolong
persalianan yang kompeten untuk melaksanakan gawat darurat
obstetri dan BBL untuk dibawa ke fasilitas rujukan.
2) A (Alat)
Bawa perlengkapan dan alat-alat untuk asuhan persalinan, masa
nifas, dan BBL(tambung suntik, selang iv, alat resusitasi, dan lain-
lain) bersama ibu ke tempat rujukan. Perlengkapan dan bahan- bahan
tersebut meungkin diperlukan jika ibu melahirkan dalam perjalanan ke
fasilitas rujukan.
3) K (Keluarga)
Beritahu Ibu dan Keluarga mengenai kondisi terakhir ibu dan bayi
dan mengapa ibu dan bayi perlu dirujuk. Jelaskan pada mereka alasan
dan tujuan merujuk ibu ke fasilitas rujukan tersebut.

4) S (Surat)
Berikan surat keterangan rujukan ke tempat rujukan. Surat ini
memberikan identifikasi mengenai ibu dan BBL cantumkan alasan
rujukan dan uraikan hasil penyakit, asuhan atau obat-obatan yang
diterima ibu dan BBL.
5) O (obat)
Bawa obat-obat esensial pada saat mengantar ibu ke fasilitas
rujukan.
6) K (Kendaraan)
Siapkan kendaraan uyang paling memungkinkan untuk merujuk
ibu dalam kondisi cukup nyaman.
7) U (Uang)
Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup
untuk membeli obat-obatan yang diperlukan dan bahan- bahan
kesehatan lainnya selama ibu dan bayi di fasilitas rujukan.
8) Da (Darah dan Doa)
Persiapan darah baik dari anggota keluarga maupun kerabat sebagai
persiapan jika terjadi perdarahan. Dan doa sebagai kekuatan spiritual
dan harapan yang dapat membantu proses persalinan (Eka Puspita,
2014).

2.1.22. Partograf
1) Pengertian
Pengertian partograf adalah alat bantu untuk membantu memantau
kemajuan kala satu persalinan dan informasi untuk membuat
keputusan klinik (JNPK-KP, 2017).
2) Tujuan
Adapun tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk :
a. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai
pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.
b. Mendeteksi apakah proses persalinan bejalan secara normal.
Dengan demikian dapat pula mendeteksi secara dini kemungkinan
terjadinya partus lama.
c. Data pelengkap yang terkait dengan pemantuan kondisi ibu,
kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan
medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium,
membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang
diberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status
atau rekam medic ibu bersalin dan bayi baru lahir (JNPK-
KR,2017)
Jika digunakan dengan tepat dan konsisten, partograf akan membantu
penolong persalinan untuk:
a. Mencatat kemajuan persalinan
b. Mencatat kondisi ibu dan janinnya
c. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan
dan kelahiran
d. Menggunakan informasi yang tercatat untuk
identifikasi dini penyulit persalinan
e. Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat
keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu (JNPK-
KR, 2017)
3) Penggunaan Partograf
Partograf harus digunakan :
a. Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan
merupakan elemen penting dari asuhan persalinan. Partograf
harus digunakan untuk semua persalinan, baik normal maupun
patologis. Partograf sangat membantu penolong persalinan dalam
memantau, mengevaluasi dan membuat keputusan klinik, baik
persalinan dengan penyulit maupun yang tidak disertai dengan
penyulit.
b. Selama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat (rumah,
Puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit, dll)
c. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan
asuhan persalinan kepada ibu dan proses kelahiran bayinya
(Spesialis Obstetri, Bidan, Dokter Umum, Residen dan
Mahasiswa Kedokteran) (JNPK-KR,2017).
4) Pengisian Partograf
Pengisian partograf antara lain :
a. Pencatatan selama Fase Laten Kala I Persalinan.
Selama fase laten, semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan
harus dicatat. Hal ini dapat dilakukan secara terpisah, baik di
catatan kemajuan persalinan maupun di Kartu Menuju Sehat
(KMS) Ibu Hamil. Tanggal dan waktu harus dituliskan setiap kali
membuat catatan selama fase laten persalinan. Semua asuhan dan
intervensi juga harus dicatatkan. Kondisi ibu dan bayi juga harus
dinilai dan dicatat dengan seksama, yaitu :
 Denyut jantung janin : setiap 30 menit
 Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus : setiap 30 menit
 Nadi : setiap 30 menit
 Pembukaan serviks : setiap 4 jam
 Penurunan bagian terbawah janin : setiap 4 jam
 Tekanan darah dan temperatur tubuh : setiap 4 jam
 Produksi urin, aseton dan protein : setiap 2 –4 jam
 Pencatatan selama fase aktif persalinan (JNPK-KR, 2017)

b. Pencatatan selama fase aktif persalinan


Halaman depan partograf mencantumkan bahwa observasi
yang dimulai pada fase aktif persalinan; dan menyediakan lajur
dan kolom untuk mencatat hasil–hasil pemeriksaan selama fase
aktif persalinan, meliputi:
 Nama, umur
 Gravida, para, abortus (keguguran)
 Nomor catatan medic nomor Puskesmas
 Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah :
tanggal dan waktu penolong persalinan mulai merawat ibu)
 Waktu pecahnya selaput ketuban
 Kondisi janin: DJJ, ketuban dan penyusupan kepala janin
 Kemajuan persalinan : pembukaan serviks, penurunan bagian
terbawah janin atau persentase janin, Garis waspada dan garis
bertindak
 Jam dan waktu (waktu mulainya fase aktif persalinan dan
waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian)
 Kontraksi uterus : frekuensi dan lamanya
 Obat- obatan dan cairan yang diberikan: (oksitosin dan obat-
obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan)
 Kondisi ibu : (Nadi, tekanan darah dan temperature serta
urin)
 Asuhan, pengaman dan keputusan klinik lainnya dicatat
dalam kolom tersedia di sisi partograf atau di catatan
kemajuan persalinan) (JNPK-KR, 2017).

5) Mencatat temuan pada partograf


Adapun temuan-temuanyang harus dicatat adalah :
a. Informasi tentang Ibu
Lengkapi bagian awal ( atas ) partograf secara teliti pada saat
memulai asuhan persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai :
„jam atau pukul‟ pada partograf) dan perhatikan kemungkinan
ibu datang pada fase laten. Catat waktu pecahnya selaput ketuban.
b. Kondisi Janin
Bagan atas grafik pada partograf adalah untuk pencatatan
denyut jantung janin (DJJ), air ketuban dan penyusupan (kepala
janin)
 Denyut jantung janin
Nilai dan catat DJJ setiap 30 menit ( lebih sering jika
ada tanda-tanda gawat janin). Catat DJJ dengan memberi
tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang
menunjukan DJJ. Kemudian hubungkan yang satu dengan
titik lainnya dengan garis tegas bersambung. Kisaran normal
DJJ terpapar pada patograf diantara 180 dan 100. Akan tetapi
penolong harus waspada bila DJJ di bawah 120 atau di atas
16
 Warna dan air ketuban
Nilai air kondisi ketuban setiap kali melakukan
pemeriksaan dalam dan nilai warna air ketuban jika selaput
ketuban pecah. Catat semua temuan-temuan dalam kotak
yang sesuai di bawah lajur DJJ. Gunakan lambang-lambang
berikut ini :
U : Selaput ketuban masih utuh ( belum pecah )
J : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
M : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban
bercampur meconium
D : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban
bercampur darah
K : Selaput ketuban sudah pecah tapi air ketuban tidak
mengalir lagi ( kering )

 Molase
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa
jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri terhadap bagian
keras (tulang) panggul ibu. Semakin besar derajat
penyusupannya atau tumpang tindih antara tulang kepala
semakin menunjukan risiko disporposi kepala panggul
(CPD). Ketidak mampuan untuk berakomodasi atau
disporposi ditunjukan melalui derajat penyusupan atau
tumpang tindih (molase) yang berat sehingga tulang kepala
yang saling menyusup, sulit untuk dipisahkan. Apabila ada
dugaan disporposi kepala panggul maka penting untuk tetap
memantau kondisi janin serta kemajuan persalinan. Setiap
kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai penyusupan antar
tulang (molase) kepala janin. Catat temuan yang ada dikotak
yang sesuai di bawah lajur air ketuban. Gunakan lambang-
lambang berikut ini:
1 : Tulang-tulang kepala janin terpish, sutura dengan
mudah dapat dipalpasi
2 : Tulang-tulang kepala janin hanya saling
bersentuhan
3 : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih
tetapi masih dapat dipisahkan
4 : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan
tidak dapat dipisahkan (JNPK-KR, 2017).
c. Kemajuan persalinan
Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk
pencatatan kemajuan persalinan. Angka 0-10 yang tertera
dikolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks. Nilai setiap
angka sesuai dengan besarnya dilatasi serviks dalam satuan
sentimeter dan menempati lajur dan kotak tersendiri. Perubahan
nilai atau perpindahan lajur satu ke lajur yang lain menunjukan
penambahan dilatasi serviks sebesar 1 cm. Pada lajur dan kotak
yang mencatat penurunan bagian terbawah janin tercantum angka
1-5 yang sesaui dengan metode perlimaan. Setiap kotak segi
empat atau kubus menunjukan waktu 30 menit untuk pencatatan
waktu pemeriksaan, DJJ, kontraksi uterus dan frekwensi nadi ibu.
 Pembukaan servik
Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada
partograf setiap temuan dari setiap pemeriksaan. Tanda
“X” harus dicantumkan di garis waktu yang sesuai
dengan lajur besarnya pembukaan serviks.
Perhatikan :
(1) Pilih angka pada tepi kiri luar kolom pembukaan
serviks yang sesuai dengan besarnya pembukaan
serviks pada fase aktif persalinan yang diperoleh
dari hasil pemeriksaan dalam.
(2) Untuk pemeriksaan pertama pada fase aktif
persalinan, temuan (pembukaan serviks dari hasil
pemeriksaan dalam harus dicantumkan pada garis
waspada. Pilih angka yang sesuai dengan bukaan
serviks ( hasil periksa dalam ) dan cantumkan tanda
„X‟ pada ordinat atau titik silang garis dilatasi
serviks dan garis waspada
(3) Hubungkan tanda „X‟ dari setiap pemeriksaan
dengan garis utuh (tidak terputus) (JNPK-KR,2017).
 Penurunan bagian terbawah janin
Cantumkan hasil pemeriksaan penurunan kepala
(perlimaan) yang menunjukan seberapa jauh bagian
terendah bagian janin telah memasuki rongga
panggul. Pada persalinan normal, kemajuan
pembukaan serviks selalu diikuti dengan turunnya
bagian terbawah janin. Tapi ada kalanya, penurunan
bagian terbawah janin baru terjadi setelah pembukaan
serviks mencapai 7 cm (JNPK-KR,2017).
Berikan tanda „O‟ yang ditulis pada garis waktu
yang sesuai. Sebagai contoh, jika hasil palpasi kepala
diatas simfisis pubis adalah 4/5 maka tuliskan tanda
“O” di garis angka 4. Hubungkan tanda „O‟ dari
setiap pemeriksaan dengan garis tidak terputus
 Garis waspada dan garis bertindak
Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4
cm dan berakhir pada titik dimana pembukaan lengkap
diharapkan terjadi jika laju pembukaan adalah 1 cm per
jam. Pencatatan selama fase aktif persalinan harus
dimulai di garis waspada. Jika pembukaan serviks
mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan
kurang dari 1 cm per jam), maka harus dipertimbangkan
adanya penyulit .Garis bertindak tertera sejajar dan di
sebelah kanan (berjarak 4 jam) garis waspada. Jika
pembukaan serviks telah melampaui dan berada di
sebelah kanan garis bertindak maka hal ini menunjukan
perlu dilakukan tindakan untuk menyelesaikan persalinan
(JNPK-KR, 2017)
 Jam dan waktu
Setiap kotak pada partograf untuk kolom waktu
(jam) menyatakan satu jam sejak dimulainya fase aktif
persalinan (JNPK-KR, 2017)
 Kontraksi uterus
Di bawah lajur waktu partograf, terdapat lima kotak
dengan tulisan “ kontraksi per 10 menit “ di sebelah luar
kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu
kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah
kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam
satuan detik. Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi
dalam waktu 10 menit dengan cara mengisi kotak
kontraksi yang tersedia dan disesuaikan dengan angka
yang mencerminkan temuan dari hasil pemeriksaan
kontraksi. Sebagai contoh jika ibu mengalami 3
kontraksi dalam waktu satu kali 10 menit, maka lakukan
pengisian pada 3 kotak kontraksi (JNPK-KR, 2017).
 Obat-obatan dan cairan yang diberikan
(1) Oksitosin
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai,
dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit
oksitosin yang diberikan per volume cairan IV dan
dalam tetes per menit.
(2) Obat-obatan lain
Catat semua pemberian obat-obatan tambahan
dan/atau cairan I.V dalam kotak yang sesuai dengan
kolom waktunya (JNPK- KR, 2017)
Gambar 2.15 Halaman depan partograf
Sumber : JNPK-KR, 2017. Asuhan Persalinan Normal
 Halaman belakang
Partograf Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat
hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan–
tindakan yang dilakukan sejak persalinan kala I hingga IV (termasuk bayi
baru lahir). Selain itu, dapat pula digunakan untuk menilai memantau sejauh
mana telah dilakukan pelaksanaan asuhan persalinan yang bersih dan aman
(JNPK-KR, 2017).
Gambar 2.16 Halaman belakang partograf
Sumber : JNPK-KR, 2017. Asuhan Persalinan Normal
2.1.22. Penapisan Ibu Bersalin

24 PENAPISAN PADA IBUBERSALIN DETEKSI


KEMUNGKINAN GAWAT DARURAT

No Jenis Penapisan Ya Tidak


1 Riwayat bedah besar
2 Pendarahan pervaginam
3 Persalinan kurang bulan usia kehamilan kurang
dari 37 minggu
4 Ketuban pecah disertai mekonium yang kental
5 Ketuban pecah lama
6 Ketubanpecah pada persalinan kurang bulan
(usia kehamilan kurang dari 37 minggu)
7 Ikterus
8 Anemia berat
9 Tanda gejala infeksi
10 Pre-eklamsi /hipertensi dalam kehamilan
11 Tinggi fundus 40cm /lebih
12 Gawat janin
13 Primipara dalam fase aktif kala satu persalinan
dan kepala janin masih5/5
14 Presentasi bukan belakang kepala
15 Prentasi ganda /majemuk
16 Kehamilan ganda atau gamelli
17 Tali pusat menumbung
18 Syok
19 Suami TKI
20 Suami pelayaran
21 Suami /bumil bertato
22 HIV/AIDS
23 PMS
24 Anak mahal
Sumber: JNPK-KR, 2017. Asuhan Persalinan Normal
Cara pengisiannya yaitu: jika salah satu jawaban diatas tidak maka
dilakukan rujukan karena terdapat kemungkinan penyulit.

2.2. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir


2.1.1 Pengertian
Bayi baru lahir fisiologis adalah bayi dengan berat lahir
cukup/normal yaitu bayi yang dilahirkan dengan berat lahir >2500-4000
gram. Sedangkan bayi cukup bulan adalah bayi dilahirkan dengan masa
gestasi antara 37-42 minggu (259-293 hari).
Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu jam pertama
kelahiran (Saifuddin, 2014). Menurut Depkes RI tahun 2005, bayi baru
lahir adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai
42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram. Sedangkan
menurut M. Sholeh Kosim tahun 2012, bayi baru lahir normal adalah
berat lahir antara 2500-4000 gram, cukup bulan, lahir langsung
menangis, dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat.

2.1.2 Penilaian segera pada bayi setelah lahir


Untuk semua BBL, lakukan penilaian awal dengan menjawab 4
pertanyaan (Syaputra, 2014):
Sebelum bayi lahir:
a. Apakah kehamilan cukup bulan?
b. Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium?
Segera setelah bayi lahir, sambil meletakkan bayi di atas kain bersih dan
kering yang telah disiapkan pada perut bawah ibu, segera lakukan
penilaian berikut:
a. Apakah bayi menangis atau bernapas atau tidak megap-megap?
b. Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?
c. Dalam bagan alur manajemen BBL dapat dilihat alur
penatalaksanaan BBL mulai dari persiapan, penilaian dan keputusan
serta alternatif tindakan yang sesuai dengan hasil penilaian keadaan
BBL. Untuk BBL cukup bulan dengan air ketuban jernih yang
langsung menangis atau bernapas spontan dan bergerak aktif cukup
dilakukan manajemen BBL normal.

2.1.3 Pencegahan kehilangan panas


Saat lahir, mekanisme pengaturan suhu tubuh pada BBL, belum
berfungsi sempurna. Oleh karena itu, jika tidak segera dilakukan upaya
pencegahan kehilangan panas tubuh maka BBL dapat mengalami
hipotermia. Bayi dengan hipotermia, berisiko tinggi untuk mengalami
sakit berat atau bahkan kematian. Hipotermia mudah terjadi pada bayi
yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan
diselimuti walaupun berada di dalam ruangan yang relatif hangat. Bayi
prematur atau berat lahir rendah lebih rentan untuk mengalami
hipotermia. Walaupun demikian, bayi tidak boleh menjadi hipertermia
(temperatur tubuh lebih dari 37,5°C) (Bobak, 2005).

Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya berikut :


a. Keringkan bayi tanpa membersihkan verniks : Mengeringkan dengan
cara menyeka tubuh bayi kecuali telapak tangan, hal ini juga
merupakan rangsangan taktil untuk membantu bayi memulai
pernapasannya.
b. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat. Ganti
handuk atau kain yang telah basah oleh cairan ketuban dengan selimut
atau kain yang baru (hanngat, bersih, dan kering)
c. Selimuti bagian kepala bayi. Bagian kepala bayi memiliki luas
permukaan yg relative luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan
panas jika bagian tersebut tidak tertutup.
d. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya. Pelukan ibu
pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan mencegah
kehilangan panas. Sebaiknya pemberian ASI harus dimulai dalam
waktu satu (1) jam pertama kelahiran (Sondakh,2013).
e. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir. Karena
bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya, sebelum
melakukan penimbangan, terlebih dahulu selimuti bayi dengan kain
atau selimut bersih dan kering. Berat badan bayi dapat dinilai dari
selisih berat bayi pada saat berpakaian/diselimuti dikurangi dengan
berat pakaian/selimut. Bayi sebaiknya dimandikan sedikitnya enam
jam setelah lahir (Sondakh, 2013).
Praktik memandikan bayi yang dianjurkan adalah :
a. Tunggu sedikitnya 6 jam setelah lahir sebelum memandikan bayi
(lebih lama jika bayi mengalami asfiksia atau hipotermi)
b. Sebelum memandikan bayi, periksa bahwa suhu tubuh stabil (suhu
aksila antara 36,5º C – 37º C). Jika suhu tubuh bayi masih dibawah
36,5º C, selimuti kembali tubuh bayi secara longgar, tutupi bagian
kepala dan tempatkan bersama ibunya di tempat tidur atau lakukan
persentuhan kuli ibu – bayi dan selimuti keduanya. Tunda
memandikan bayi hingga suhu tubuh bayi tetap stabil dalam waktu
(paling sedikit) satu (1) jam.
c. Tunda untuk memandikan bayi yang sedang mengalami masalah
pernapasan
d. Sebelum bayi dimandikan, pastikan ruangan mandinya hangat dan
tidak ada tiupan angin. Siapkan handuk bersih dan kering untuk
mengeringkan tubuh bayi dan siapkan beberapa lembar kain atau
selimut bersih dan kering untuk menyelimuti tubuh bayi setelah
dimandikan.
e. Memandikan bayi secara cepat dengan air bersih dan hangat
f. Segera keringkan bayi dengan menggunakan handuk bersih dan kering
g. Ganti handuk yang basah dengan selimut bersih dan kering,
kemudian selimuti tubuh bayi secara longgar. Pastikan bagian kepala
bayi diselimuti dengan baik
h. Bayi dapat diletakkan bersentuhan kulit dengan ibu dan diselimuti
dengan baik
i. Ibu dan bayi disatukan di tempat dan anjurkan ibu untuk
menyusukan bayinya
j. Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat
k. Idealnya bayi baru lahir ditempatkan di tempat tidur yang sama
dengan ibunya, untuk menjaga bayi tetap hangat dan mendorong ibu
untuk segera memberikan ASI
2.1.4 Perawatan Tali Pusat
Berikut ini merupakan perawatan tali pusat (Naomy, 2016):
a. Memotong dan Mengikat Tali Pusat
b. Klem, potong dan ikat tali pusat dua menit pasca bayi lahir.
c. Penyuntikan oksitosin pada ibu dilakukan sebelum tali pusat
dipotong.
d. Lakukan penjepitan ke-1 tali pusat dengan klem logam DTT 3 cm
dari dinding perut (pangkal pusat) bayi. Dari titik jepitan, tekan tali
pusat dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat ke arah ibu
(agar darah tidak terpancar pada saat dilakukan pemotongan tali
pusat). Lakukan penjepitan ke-2 dengan jarak 2 cm dari tempat
jepitan ke-1 ke arah ibu.
e. Pegang tali pusat di antara kedua klem tersebut, satu tangan
menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang
lain memotong tali pusat di antara kedua klem tersebut dengan
menggunakan gunting DTT atau steril.
f. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi
kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya
dengan simpul kunci pada sisi lainnya
g. Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan masukkan ke dalam
larutan klorin 0,5%.
h. Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk upaya Inisiasi
Menyusu Dini

2.1.5 Ciri – ciri Bayi Normal


Berikut merupakan ciri-ciri bayi baru lahir, yaitu (Hutahaean,
2013):
a. Berat badan 2500-4000 gram
b. Panjang badan 48-52 cm
c. Lingkar dada 30-38 cm
d. Lingkar kepala 33-35 cm
e. Frekuensi jantung 120-160 kali/ menit
f. Pernafasan ± 40-60 kali/ menit
g. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup
h. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah
sempurna
i. Kuku agak panjang dan lemas
j. Genitalia: perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora
sedangkan untuk laki-laki testis sudah turun, skrotum sudah ada
k. Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
l. Refleks morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik
m. Refleks graps atau menggenggam sudah baik
n. Refleks rooting mencari puting susu dengan rangsangan taktil pada
pipi dan daerah mulut terbentuk dengan baik
o. Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama
mekonium berwarna hitam kecoklatan
p. Umur kehamilan 37-40 minggu
q. Bayi segera menangis setelah lahir
r. Bergerak aktif, kulit kemerahan
s. Menghisap ASI dengan baik
t. Tidak ada cacat bawaan

2.1.6 Tanda APGAR


Tanda Nilai: 0 Nilai: 1 Nilai: 2
Appearance Pucat/ biru Tubuh Seluruh
(warna kulit) seluruh tubuh merah, tubuh
ekstremitas Kemerahan
biru
Pulse (denyut Tidak ada < 100 > 100
jantung)
Grimace Tidak ada Sedikit gerak Batuk/ bersin
(tonus otot)
Activity Tidak ada Ekstremitas Gerakan aktif
(aktivitas) sedikit fleksi
Respiration Tidak ada Lemah/ tidak Menangis
(pernafasan) teratur
Interpretasi :
1. Nilai 1-3 asfiksi berat
2. Nilai 4-6 asfiksi sedang
3. Nilai 7-10 asfiksi ringan (normal)

2.1.7 Tahapan Bayi Baru Lahir


a. Tahapan 1 terjadi segera lahir, selama menit-menit pertama
kelahiran. Pada tahap ini digunakan sistem scoring apgar untuk fisik
dan scoring gray untuk interaksi bayi dan ibu.
b. Tahap 2 disebut tahap transisional reaktivitas. Pada tahap 2 ini
dilakukan pengkajian selama 24 jam pertama terhadap adanya
perubahan perilaku.
c. Tahap 3 disebut tahap periodik, pengkajian dilakukan setelah 24 jam
pertama yang meliputi pemeriksaan seluruh tubuh.

2.1.8 Klasifikasi Bayi Baru Lahir


Berdasarkan umur kehamilan atau masa gestasi (Nanny, 2014):
a. Preterm infant atau bayi kurang bulan (prematur), yaitu bayi yang
dilahirkan dengan masa gestasi (kehamilan) < 37 minggu (<259 hari).
b. Term infant atau bayi cukup bulan, bayi yang dilahirkan dengan masa
gestasi antara 37-42 minggu (259 - 293 hari)
c. Post term infant atau bayi lebih bulan, bayi yang dilahirkan dengan
masa gestasi > 42 minggu (>294 hari). (Nanny, 2014)
Berkaitan dengan berat badan bayi lahir, bayi dapat dikelompokkan
berdasarkan berat lahirnya yaitu :
a. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) yaitu berat lahir <1500 gram
b. Bayi berat lahir rendah ekstrim yaitu berat lahir <1000 gram
c. Bayi berat lahir rendah (BBLR), yaitu berat lahir <2500 gram
d. Bayi berat lahir sedang, yaitu berat lahir antara 2500-3999 gram
e. Berat badan lebih, yaitu berat lahir ≥4000 gram.

2.1.9 Perubahan-Perubahan Fisiologis Pada Bayi Baru Lahir


Berikut merupakan perubahan fisiologis pada bayi baru lahir
(Prawirohardjo, 2014):
a. Sistem pernafasan
Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran
oksigen melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran oksigen
harus terjadi melalui paru.
b. Perkembangan paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari faring yang
bercabang dan kemudian bercabang kembali membentuk struktur
percabangan bronkus. Paru-paru yang tidak matang akan
mengurangi kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24 minggu. Hal
ini disebabkan keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan
sistem kapiler paru, dan tidak tercukupinya jumlah surfaktan.
c. Awal adanya nafas
Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi
adalah :

1) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik


lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernafasan otak.
2) Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi
paru selama persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam
paru secara mekanis. Interaksi antara sistem pernafasan,
kardiovaskuler dan susunan saraf pusat menimbulkan pernafasan yang
teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk
kehidupan.
3) Penimbunan karbondioksida
Setelah bayi lahir, kadar karbondioksida meningkat dalam darah dan
akan merangsang pernafasan dengan cara menambah frekuensi dan
tingkat gerakan pernafasan janin.
- Perubahan suhu
Keadaan dingin akan merangsang pernafasan.
1) Surfaktan dan upaya pernapasan
Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk
mengeluarkan cairan dalam paru dan mengembalikan jaringan
alveolus paru-paru untuk pertama kali. Agar alveolus dapat berfungsi,
harus terdapat surfaktan (lemak lesitin/ sfingomielin) yang cukup
dan aliran darah ke paru. Produksi surfaktan dimulai pada 20
minggu kehamilan, dan jumlahnya meningkat sampai paru
matang (sekitar 30-34 minggu kehamilan). Fungsi surfaktan adalah
untuk mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu untuk
menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir
pernafasan. Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveolus kolaps
setiap saat akhir pernafasan yang menyebabkan sulit bernafas. Bayi
cukup bulan mempunyai cairan di parunya. Pada saat bayi
melewati jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini
diperas keluar dari paru-paru. Seorang bayi yang dilahirkan secara
sectio sesaria kehilangan keuntungan dari kompresi rongga dada
dan dapat menderita paru-paru basah dalam jangka waktu lebih lama.
Dengan beberapa kali tarikan nafas yang pertama udara memenuhi
ruangan trakea dan bronkus BBL. Sisa cairan di paru-paru
dikeluarkan dari paru-paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan
darah.
Selama 1 jam pertama kehidupannya, sistem limfe
melanjutkan pengeluaran cairan dari paru. Proses ini juga merupakan
akibat perbedaan tekanan alveoli ke jaringan interstisiil ke kapiler.
Penurunan tahanan vaskuler memungkinkan aliran cairan paru
tersebut. Pernafasan abnormal dan kegagalan pengembangan paru
yang maksimal memperlambat perpindahan cairan paru dan interstisiil
ke sirkulasi. Retensi cairan mengganggu kemampuam bayi untuk
mempertahankan oksigenasi yang adekuat. Lingkar dada ± 30-33 cm
saat lahir, sehingga fungsi respirasi bayi lebih banyak menggunakan
kontraksi diafragma ari pada costae.
2) Sistem Sirkulasi
Pada sistem sirkulasi, setelah bayi lahir akan terjadi proses
pengantaran oksigen ke seluruh jaringan tubuh, maka terdapat
perubahan, yaitu penutupan foramen ovale pada atrium jantung dan
penutupan duktus arteriosus antara arteri paru dan aorta. Perubahan
ini terjadi akibat adanya tekanan pada seluruh sistem pembuluh darah,
di mana oksigen dapat menyebabkan sistem pembuluh darah
mengubah tenaga dengan cara meningkatkan atau mengurangi
resistensi. Perubahan tekanan sirkulasi dapat terjadi saat tali pusat
dipotong, resistensinya akan meningkat dan tekanan atrium kanan
akan menurun karena darah ke atrium berkurang yang dapat
menyebabkan volume dan tekanan atrium kanan juga menurun. Proses
tersebut membantu darah mengalami proses oksigenasi ulang, serta
saat terjadi pernafasan pertama dapat menurunkan resistensi dan
meningkatkan tekanan atrium kanan. Kemudian oksigen pada
pernafasan pertama dapat menimbulkan relaksasi dan terbukanya
sistem sirkulasi paru yang dapat menurunkan resistensi pembuluh
darah paru. Terjadinya peningkatan sirkulasi paru mengakibatkan
peningkatan volume darah dan tekanan pada atrium kanan, dengan
meningkatkan tekanan pada atrium kanan akan terjadi penurunan
atrium kiri, foramen ovale akan menutup, atau dengan pernafasan
kadar oksigen dalam darah akan meningkat yang dapat menyebabkan
duktus arteriosus mengalami konstriksi dan menutup. Perubahan lain
adalah menutupnya vena umbilikus, duktus venosus, dan arteri
hipogastrika dari tali pusat menutup secara fungsional dalam beberapa
menit setelah tali pusat diklem dan penutupan jaringan fibrosa
membutuhkan waktu sekitar 2-3 bulan.
Terdapat dua peristiwa yang dapat merubah tekanan dalam sistem
pembuluh darah, yaitu:
a) Pada saat tali pusat dipotong resistensi pembuluh sistemik
meningkat dan tekanan atrium kanan menurun, tekanan atrium
menurun kerena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan
tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan
atrium kanan. Kedua kejadian ini membantu darah dengan sedikit
kandungan oksigen mengalir ke paru untuk menjalani proses
oksigenisasi ulang.
b) Pernafasan pertama menurunkan resistensi pada pembuluh darah
paru dan meningkatkan tekanan pada atrium kanan. Oksigen pada
pernafasan pertama ini menimbulkan relaksasi dan terbukanya
sistem pembuluh darah paru. Peningkatan sirkulasi ke paru
mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan pada atrium
kanan dengan peningkatan tekanan atrium kanan ini dan penurunan
pada atrium kiri, foramen ovale secara fungsional akan menutup.
Frekuensi nadi BBL ±120-160x/menit, kadang mengalami murmur
yang akan hilang pada usia 6 bulan. Tekanan darah bayi bervariasi
± 78/42 mmHg. Menangis menyebabkan peningkatan tekanan
sistolik. Volume darah ± 80-110 cc/kg/BB, menjadi 2x lipat pada
akhir tahun pertama.
3) Termoregulasi
Ketika bayi lahir dan langsung berhubungan dunia luar yang
lebih dingin, maka dapat menyebabkan air ketuban menguap melalui
kulit yang dapat mendinginkan darah bayi. Pada saat lingkungan
dingin, terjadi pembentukan suhu tanpa melalui mekanisme menggigil
yang merupakan cara untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya
serta hasil penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Adanya
timbunan lemak tersebut menyebabkan panas tubuh meningkat,
sehingga terjadilah proses adaptasi. Dalam pembakaran lemak agar
menjadi panas, bayi menggunakan kadar glukosa. Selanjutnya
cadangan lemak tersebut akan habis dengan adanya stres dingin dan
bila bayi kedinginan akan mengalami proses hipoglikemi, hipoksia,
dan asidosis (syaifuddin, 2014).
Termoregulasi adalah upaya mempertahankan keseimbangan
antara produksi dan pengeluaran panas. Bayi bersifat homeothermic
yang artinya berusaha menstabilkan suhu badan internal dalam
rentang yang pendek. Hipotermi dan kehilangan panas yang
berlebihan merupakan kejadian yang membahayakan.
Brown fat (lemak cokelat) terletak diantara kedua scapula dan
axial, serta di dalam pintu masuk dada, sekitar ginjal dan vertebra.
Lemak tersebut banyak mengandung pembuluh darah dan saraf
daripada lemak biasa. Panas diproduksi dengan metabolisme dalam
lemak tersebut. Lemak tersebut ada sampai beberapa minggu setelah
kelahiran dan berkurang dengan suhu dingin. Semakin matur janin
semakin banyak brown fat.
Mekanisme kehilangan panas pada bayi meliputi :
a. Konveksi
Kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara
sekitar yang lebih dingin
b. Radiasi
Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat
benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu
tubuh bayi.
c. Evaporasi
Kehilangan panas dapat terjadi karena penguapan cairan ketuban
pada permukaan tubuh oleh panas bayi sendiri karena setelah
lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan. Kehilangan panas juga
terjadi pada bayi yang cepat dimandikan dan tubuhnya tidak
segera dikeringkan dan diselimuti.
d. Konduksi
Kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh bayi
dengan permukaan yang dingin. (Nanny, 2014)
4) Metabolisme glukosa
Setelah tali pusat diikat atau diklem, maka kadar glukosa
akan dipertahankan oleh si bayi itu sendiri serta mengalami
penurunan waktu yang cepat 1-2 jam. Guna mengetahui atau
memperbaiki kondisi tersebut maka dilakukan dengan menggunakan
air susu ibu, penggunaan cadangan glikogen (glikogenolisis), dan
pembuatan glukosa dari sumber lain khususnya lemak
(glukoneogenesis). Seorang bayi yang sehat akan menyimpan glukosa
sebagai glikogen dalam hati.
5) Sistem Hematologi
Saat bayi lahir, nilai rata-rata hemoglobin, SDM, dan hematokrit
lebih tinggi dari dewasa. Hemoglobin BBL berkisar antara 14,5
sampai 22,5 gram/dl. Hematokrit bervariasi dari 44% sampai 72% dan

hitung SDM berkisar antara 5 sampai 7,5 juta/mm3. WBC


18.000/mm. Hb turun 11-17 gr/dl dan RBC turun menjadi 4,2- 5,3
pada akhir bulan pertama.
6) Sistem renal
Pada kehamilan cukup bulan, ginjal menempati sebagian besar
dinding abdomen posterior. Kandung kemih berada di dekat dinding
abdomen anterior. Pada bayi baru lahir, hampir semua massa yang
teraba di abdomen berasal dari ginjal. Fungsi renal seperti orang
dewasa baru dapat dipenuhi saat bayi berusia 2 bulan. Bayi baru lahir
memiliki rentang keseimbangan kimia dan rentang keamanan yang
kecil. Infeksi, diare, atau pola makan yang tidak teratur secara cepat
dapat menimbulkan asidosis dan ketidakseimbangan cairan, seperti
dehidrasi atau edema. Ketidakseimbangan ginjal juga membatasi
kemampuan bayi baru lahir untuk mengekskresi obat. Saat lahir
biasanya bayi akan BAK sedikit dan kemudian tidak BAK selama 2-
12 jam, kemudian akan BAK 6-10x/ hari. Urine berwarna kuning
jernih, berjumlah 15-60 cc/kgBB/hari. Kadang-kadang ada noda
sedikit merah karena kristal urat.
7) Sistem Gastrointestinal
Bayi baru lahir cukup bulan (aterm) sudah mampu menelan,
mencerna, memetabolisme, dan mengabsorbsi protein dan
karbohidarat sederhana serta mengemulsi lemak. Bayi tidak dapat
memindahkan makanan dari bibir ke faring, oleh karena itu puting
susu harus diletakkan tepat diatas lidah dekat dengan faring. Aktivitas
peristaltic esofhagus belum terorganisasi, kemudian polanya akan
menjadi teratur sehingga bisa mulai menelan dengan baik. Tidak ada
bakteri pada GIT pada saat lahir, bakteri akan masuk setelah lahir
melalui orifisium ovale anal dan udara. Kapasitas lambung bayi 30-90
cc tergantung besarnya bayi.
Saat lahir perut bawah dipenuhi oleh mekonium yang dibentuk
setelah janin di dalam uterus. Mekonium dibentuk dari cairan amnion,
zat-zat yang di dalamnya (sel-sel epidermis, lanugo yang ditelan
bayi), sekresi saluran cerna dan pecahan sel dari mukosa. Warna hijau
kehitaman dan lengket, warna tersebut adalah akibat pigmen empedu.
Keluaran mekonium yang pertama adalah steril. Mekonium akan
berganti dengan feses dalam 12-24 jam. Distensi otot abdomen
mempengaruhi relaksasi dan kontraksi otot kolon sehingga sering
bayi segera BAB setelah makan (Syaifuddin, 2014).
8) Sistem Hepatika
Pada bayi baru lahir, hati dapat dipalpasi sekitar 1 cm di bawah
batas kanan costae karena hati berukuran besar dan menempati
sekitar 40% rongga abdomen. Hati bertanggung jawab terhadap
metabolisme billirubin. 50% bayi aterm mengalami
hiperbillirubinemia fisiologis. Ikterik neonatus terjadi akibat produksi
bilirubin dengan kecepatan yang lebih besar dari dewasa dan terdapat
cukup banyak reabsorbsi bilirubin pada usus halus neonatus.
Kriteria ikterik fisiologis atara lain:
a. Bayi tampak normal
b. Pada bayi aterm, jaundice muncul setelah 24 jam lalu hilang hari
ke-7
c. Pada bayi preterm, jaundice muncul setelah 48 jam lalu hilang
pada hari ke-9/10
b. Jumlah bilirubin indirect < 12mg/100ml
c. Jumlah bilirubin direct <1-1,5 mg/ml
d. Peningkatan bilirubin tidak melebihi 5 mg/100ml perhari
9) Sistem Integument
Vernix caseosa merupakan suatu lapisan putih seperti keju yang
menutupi kulit bayi saat lahir. Kulit bayi sangat sensitive dan mudah
rusak, warnanya agak merah beberapa jam setelah lahir. Pada wajah,
bahu dan punggung ditumbuhi rambut lanugo. Bayi baru lahir tampak
montok, lemak subkutan terakumulasi sejak trimester III.
10) Sistem Imunologi
Sel-sel yang menyuplai imunitas bayi berkembang pada awal
kehidupan janin, tetapi sel-sel ini tidak aktif selama beberapa bulan.
Selama tiga bulan pertama kehidupan, bayi dilindungi oleh imunitas
pasif yang diperoleh dari ibu. IgA tidak terdapat pada saluran
pernapasan, traktus urinarius, dan GIT. IgA akan ada pada GIT jika
bayi mendapatkan ASI. Bayi baru mensintesis IgG dan mencapai
40% kadar IgG orang dewasa pada usia 9 bulan. IgA, IgD, dan IgE
diproduksi secara bertahap dan tidak mencapai kadar optimal pada
masa kanak-kanak dini. Bayi yang mendapatkan ASI mendapat
imunitas pasif dari kolostrum dan ASI.
11) Sistem musculoskeletal
Pertumbuhan tulang terjadi chepalocaudal. Kepala mempunyai
panjang ¼ dari panjang badan bayi, dengan lengan lebih panjang
sedikit dari kaki. Ukuran dan bentuk kepala dapat sedikit berubah
akibat penyesuaian dengan jalan lahir. Ubun-ubun (fontanel) anterior
teraba lunak akan menutup pada bulan ke 12-18. Lingkar kepala
bervariasi 33-37 cm. vertebra harus dicek adanya dimple (bengkok),
mungkin berhubungan dengan spina bifida.
12) Sistem Reproduksi
 Wanita
- Ovarium sudah berisi ribuan sel-sel primitive (folikel
primordial).
- Peningkatan estrogen selama kehamilan didikuti dengan
penurunan yang tiba-tiba saat kelahiran menyebabkan
terjadinya pengeluaran darah atau mucus dari vagina disebut
pseudomenstruasi.
- Genetalia eksterna edema dan hiperpigmentasi.
- Labia mayor dan minor sudah menutupi vestibulum.
- Vernix caseosa terdapat di kedua labia.
 Pria
- Testis sudah turun kedalam scrotum pada 90 % bayi.
- Spermatogenesis belum terjadi, baru terjadi saat pubertas.
- Preputium bisa berisi smegma yaitu suatu substansi putih
seperti keju
- Sering terjadi hidroceles yaitu akumulasi cairan disekitar
testis, bisa sembuh sendiri.
13) Reflex pada Bayi Baru Lahir
a) Reflek Moro
Reflek ini terjadi karena adanya reaksi miring terhadap
rangsangan mendadak. Refleksnya simetris dan terjadi pada 8
minggu pertama setelah lahir. Tidak adanya refleks moro
menandakan terjadinya kerusakan atau ketidakmatangan otak.
b) Refleks Rooting / Refleks Dasar
Dalam memberikan reaksi terhadap belaian di pipi atau sisi
mulut, bayi akan menoleh ke arah sumber rangsangan dan
membuka mulutnya siap untuk menghisap.
c) Refleks Menyedot dan Menelan / Refleks Sucking
Berkembang dengan baik pada bayi normal dan dikoordinasikan
dengan pernafasan. Ini penting untuk pemberian makan yang
aman dan gizi yang memadai.
d) Refleks Mengedip dan Refleks Mata
Melindungi mata dari trauma.
e) Refleks Graphs / Plantar
Genggaman tangan diperoleh dengan menempatkan jari atau
pensil di dalam telapak tangan bayi yang akan menggenggam
dengan erat. Reaksi yang sama dapat ditunjukkan dengan
membelai bagian bawah tumit (genggam telapak kaki).
f) Refleks Walking / Berjalan dan Melangkah
Jika disangga secara tegak dengan kaki menyentuh permukaan
yang rata, bayi akan terangsang untuk berjalan.
g) Refleks Tonik Neck
Pada posisi terlentang lengan disamping tubuh tempat kepala
menoleh kearah itu terulur sedangkan lengan sebelah terkulai.
h) Refleks Tarik
Jika didudukkan tegak, kepala bayi pada awalnya akan terkulai
ke belakang lalu bergerak ke kanan sesaat sebelum akhirnya
tertunduk ke arah depan

2.1.10 Tatalaksana Bayi Baru Lahir


Tatalaksana bayi baru lahir meliputi (Nanny, 2014):
a. Asuhan bayi baru lahir pada 6 - 48 jam:
Asuhan bayi baru lahir normal, dilaksanakan segera setelah lahir,
dan diletakkan di dekat ibunya dalam ruangan yang sama.
b. Asuhan bayi baru lahir dengan komplikasi dilaksanakan satu
ruangan dengan ibunya atau di ruangan khusus. Pada proses
persalinan, ibu dapat didampingi suami.
c. Asuhan bayi baru lahir pada 3-7 hari, periode ini dapat
dilaksanakan di puskesmas/ pustu/ polindes/ poskesdes dan/atau
melalui kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan.

2.1.11 Lingkup Bayi Baru lahir Normal


Menurut JNPK-KR/ POGI, APN (2008) asuhan segera, aman, dan
bersih untuk bayi baru lahir adalah :
a. Pencegahan Infeksi
1) Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan
dengan bayi
2) Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang
belum dimandikan
3) Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan terutama
klem, gunting, penghisap lendir DeLee dan benang tali pusat
telah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril
4) Pastikan semua pakaian, handuk, selimut, dan kain yang
digunakan untuk bayi, sudah dalam keadaan bersih. Demikian
pula dengan timbangan, pita pengukur, termometer, stetoskop.
b. Penilaian awal
1) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa kesulitan
2) Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas
Jika bayi tidak bernafas atau bernafas megap-megap atau
lemah maka segera lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir.
c. Pencegahan kehilangan panas
Pada waktu lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu
tubuhnya, dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk
membuatnya tetap hangat. Bayi baru lahir harus dibungkus
hangat. Suhu tubuh bayi merupakan tolok ukur kebutuhan akan
tempat tidur yang hangat sampai suhu tubuhnya sudah stabil.
Suhu bayi harus dicatat. Bayi yang mengalami kehilangan panas
(hipotermi) berisiko tinggi untuk jatuh sakit atau meninggal. Bayi
prematur atau berat lahir rendah sangat rentan terhadap terjadinya
hipotermi (Nanny,2014). Pencegahan kehilangan panas:
1) Pastikan bayi tersebut tetap hangat dan terjadi kontak antara
kulit bayi dengan ibu
2) Gantilah handuk/ kain yang basah dan bungkus bayi tersebut
dengan selimut dan jangan lupa memastikan bahwa kepala telah
terlindungi dengan baik untuk mencegah keluarnya panas tubuh
3) Pastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapak bayi
setiap 15 menit
4) Membebaskan jalan nafas
- Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras
dan hangat
- Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu
sehingga leher bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk.
Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang
- Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi
dengan jari tangan yang dibungkus kassa steril
- Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau
gosok kulit bayi dengan kain kering dan kasar
- Alat penghisap lendir mulut (De Lee) atau alat
penghisap lainnya yang steril, tabung oksigen dengan
selangnya harus sudah ditempat
- Segera lakukan usaha menghisap mulut dan hidung
- Memantau dan mencatat usaha bernafas yang pertama
(Apgar Score)
- Warna kulit, adanya cairan atau mekonium dalam hidung
atau mulut harus diperhatikan.
d. Asuhan tali pusat (Sodikin, 2009)
1) Setelah plasenta dilahirkan dan kondisi ibu dianggap stabil, ikat
atau jepitkan klem plastik tali pusat pada puntung tali pusat
2) Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke
dalam larutan klorin 0,5% untuk membersihkan darah dan
sekresi tubuh lainnya
3) Bilas tangan dengan air matang atau desinfeksi tingkat tinggi
4) Keringkan tangan (bersarung tangan) tersebut dengan handuk
atau kain bersih dan kering
5) Ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat bayi dengan
menggunakan benang desinfeksi tingkat tinggi atau klem plastik
tali pusat (desinfeksi tingkat tinggi atau steril). Lakukan simpul
kunci atau jepitkan secara mantap klem tali pusat tertentu.
6) Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang
sekeliling ujung tali pusat dan dilakukan pengikatan kedua
dengan simpul kunci di bagian tali pusat pada sisi yang
berlawanan
7) Lepaskan klem penjepit tali pusat dan letakkan di dalam larutan
klorin 0,5%
8) Selimuti ulang bayi dengan kain bersih dan kering, pastikan
bahwa bagian kepala bayi tertutup dengan baik
e. Memulai pemberian ASI
Langkah Inisiasi Menyusu Dini pada persalinan normal :
1) Suami atau keluarga dianjurkan mendampingi ibu di kamar
bersalin
2) Bayi lahir segera dikeringkan kecuali tangannya, tanpa
menghilangkan vernix, kemudian tali pusat diikat.
3) Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, bayi ditengkurapkan
di dada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu dan mata
bayi setinggi puting susu ibu. Keduanya diselimuti dan bayi
diberi topi.
4) Ibu dianjurkan merangsang bayi dengan sentuhan, dan
biarkan bayi sendiri mencari puting susu ibu.
5) Ibu didukung dan dibantu tenaga kesehatan mengenali perilaku
bayi sebelum menyusu.
6) Biarkan kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu minimal
selama 1 jam; bila menyusu awal terjadi sebelum 1 jam,
biarkan bayi tetap di dada ibu sampai 1 jam, Jika bayi belum
mendapatkan putting susu ibu dalam 1 jam posisikan bayi
lebih dekat dengan puting susu ibu, dan biarkan kontak kulit
bayi dengan kulit ibu selama 30 menit atau 1 jam berikutnya.
7) Pemberian prolaksis terhadap gangguan pada mata
Obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk
pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular
seksual). Obat mata perlu diberikan pada jam pertama setelah
persalinan.
Cara pemberian salep mata antibiotik :
a) Cuci tangan (gunakan sabun dan air bersih mengalir) kemudian
keringkan
b) Jelaskan kepada keluarga apa yang akan dilakukan dan tujuan
pemberian obat tersebut.
c) Tarik kelopak mata bagian bawah kearah bawah.
d) Berikan salep mata dalam satu garis lurus mulai dari bagian
mata yang paling dekat dengan hidung bayi menuju ke bagian
luar mata atau tetes mata.
e) Ujung tabung salep mata atau pipet tetes tidak boleh menyentuh
mata bayi. Jangan menghapus salep dari mata bayi dan anjurkan
keluarga untuk tidak menghapusnya.
f. Penyuntikan vitamin K1
1) Semua BBL harus diberi penyuntikan vitamin K1
(Phytomenadione) 1 mg intramuskuler di paha kiri, untuk
mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin K yang
dapat dialami oleh sebagian BBL. Permasalahan pada
Perdarahan akibat Defisiensi Vitamin K (PDVK) adalah
terjadinya perdarahan otak yang umumnya terjadi pada bayi
dalam rentang umur 2 minggu sampai 6 bulan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya PDVK antara
lain ibu yang selama kehamilan mengkonsumsi obat-obatan
yang mengganggu metabolisme vitamin K seperti, obat
antikoagulan oral (warfarin); obat-obat antikonvulsan
(fenobarbital, fenitoin, karbamazepin); obat-obat
antituberkulosis (INH, rifampicin); sintesis vitamin K yang
kurang oleh bakteri usus (pemakaian antibiotik, khususnya
pada bayi kurang bulan); gangguan fungsi hati (kolestasis);
kurangnya asupan vitamin K dapat terjadi pada bayi yang
mendapat ASI eksklusif, karena ASI memiliki kandungan
vitamin K yang rendah yaitu <20 ug/L bila
dibandingkan dengan susu sapi yang memiliki kandungan
vitamin K 3 kali lipat lebih banyak (60 ug/L). Selain itu asupan
vitamin K yang kurang juga disebabkan sindrom
malabsorpsi dan diare kronik.
2) Penyuntikan imunisasi Hb 0
Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha kanan
setelah penyuntikan Vitamin K1 yang bertujuan untuk
mencegah penularan Hepatitis B melalui jalur ibu ke bayi
yang dapat menimbulkan kerusakan hati. Imunisasi Hepatitis B
pertama (HB 0) diberikan 1-2 jam setelah pemberian Vitamin
K1 secara intramuskular. Imunisasi Hepatitis B bermanfaat
untuk mencegah infeksi Hepatitis B terhadap bayi, terutama
jalur penularan ibu-bayi. Penularan Hepatitis pada bayi baru
lahir dapat terjadi secara vertikal (penularan ibu ke bayinya
pada waktu persalinan) dan horisontal (penularan dari orang
lain). Dengan demikian untuk mencegah terjadinya infeksi
vertikal, bayi harus diimunisasi Hepatitis B sedini mungkin.
Penderita Hepatitis B ada yang sembuh dan ada yang tetap
membawa virus Hepatitis B didalam tubuhnya sebagai carrier
(pembawa) hepatitis. Risiko penderita Hepatitis B untuk
menjadi carrier tergantung umur pada waktu terinfeksi.
Imunisasi Hepatitis B (HB-0) harus diberikan pada bayi umur 0
– 7 hari karena :
- Sebagian ibu hamil merupakan carrier Hepatitis B.
- Hampir separuh bayi dapat tertular Hepatitis B pada saat
lahir dari ibu pembawa virus.
- Penularan pada saat lahir hampir seluruhnya
berlanjut menjadi Hepatitis menahun, yang kemudian
dapat berlanjut menjadi sirosis hati dan kanker hati
primer
- Imunisasi Hepatitis B sedini mungkin akan
melindungi sekitar 75% bayi dari penularan Hepatitis B.
g. Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir
Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini
mungkin kelainan pada bayi. Risiko terbesar kematian BBL
terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, sehingga jika bayi lahir
di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di
fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama. Pemeriksaan bayi
baru lahir dilaksanakan di ruangan yang sama dengan ibunya,
oleh dokter/ bidan/ perawat. Jika pemeriksaan dilakukan di
rumah, ibu atau keluarga dapat mendampingi tenaga kesehatan
yang memeriksa.
Waktu pemeriksaan BBL:
a) Setelah lahir saat bayi stabil (sebelum 6 jam)
b) Pada usia 6-48 jam (kunjungan neonatal 1)
c) Pada usia 3-7 hari (kunjungan neonatal 2)
d) Pada usia 8-28 hari (kunjungan neonatal 3)
Langkah langkah pemeriksaan:
a) Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan bayi tenang (tidak
menangis).
b) Pemeriksaan tidak harus berurutan, dahulukan menilai
pernapasan dan tarikan dinding dada bawah, denyut
jantung serta perut.
c) Selalu mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir
sebelum dan sesudah memegang bayi.

2.3. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Persalinan


Pendokumentasian adalah suatu pencatatan yang lengkap dan
akurat terhadap keadaan yang dilihat dalam pelaksanaan asuhan
kebidanan. Pendokumentasian atau catatan manajemen kebidanan dapat
diterapkan dengan metode SOAP. Dalam metode SOAPIE, S adalah data
subjektif, O adalah data objektif, A adalah assessment dan P adalah
planning, I adalah Implementasi. Dan E adalah Evaluasi. SOAPIE
merupakan catatan yang sederhana, jelas, logis dan singkat.
Standar asuhan kebidanan adalah acuan proses pengambilan
keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan
wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat
kebidanan, perumusan diagnosa dan atau masalah kebidanan,
perencanaan, implementasi, evaluasi, dan pencatatan asuhan kebidanan
sesuai dengan standart asuhan kebidanan menurut kemenkes RI.

ASUHAN KEBIDANAN TEORI


PADA NY …. G…P…A… UK … Minggu I/T/H

Waktu Pengkajian : Diisi tanggal dan waktu pengkajian dilakukan


Tempat Pengkajian : Diisi tempat pengkajian dilakukan
Pengkaji : Diisi nama pengkaji

A. Subjective (Data Subjektif)


a) Identitas Pasien
(1) Umur : menentukan apakah ibu dalam persalinan beresiko karena
usia atau tidak. Pada ibu muda (<20 tahun) dan sudah telalu tua
(>35 tahun) dapat mempengaruhi tingkat nyeri saat persalinan.
Pada ibu yang sudah terlalu tua rasa nyeri lebih hebat.
(2) Suku/bangsa : berhubungan dengan sosial budaya yang dianut
oleh pasien dan keluarga yang berkaitan dengan persalinan.
(3) Agama : sebagai dasar dalam memberikan dukungan mental dan
spiritual terhadap pasien dan keluarga sebelum dan pada saat
persalinan.
(4) Pekerjaan : menggambarkan tingkat sosial ekonomi, pola
sosialisasi, dan data pendukung dalam menentukan pola
komunikasi yang akan dipilih selama asuhan.
(5) Alamat : selain sebagai data mengenai distribusi lokasi pasien,
data ini juga memberi gambaran mengenai jarak dan waktu yang
ditempuh pasien menuju lokasi persalinan. Ini mungkin berkaitan
dengan keluhan terakhir sebelum berangkat ke lokasi persalinan.
(Indrayani dan Djami, 2016)
b) Keluhan Utama
Untuk mengetahui alasan pasien datang ke fasilitas
pelayanan kesehatan. Informasi yang harus didapat adalah kapan
mulai terasa kenceng-kenceng di perut, bagaimana intensitas dan
frekuensinya, apakah ada pengeluaran cairan dari vagina yang
berbeda dari air kemih, apakah sudah ada pengeluaran lendir yang
disertai darah, serta pergerakan janin untuk memastikan
kesejahteraannya. Keluhan pada kala I antara lain: ibu akan mulai
gelisah, gugup, cemas, tidak nyaman dan khawatir. (Indrayani dan
Djami, 2016)
c) Riwatat mestruasi
Data ini tidak secara langsung berhubungan dengan masa
bersalin, namun dari data yang kita peroleh kita akan mempunyai
gambaran tentang keadaan dasar dari organ reproduksinya.
(1) HPHT: untuk menentukan umur kehamilan apakah cukup
bulan, prematur, atau post matur. Partus matur (aterm) yaitu
usia kehamilan 37-42 minggu. (Fitriana dan Nurwiandani,
2018)
(2) Perkiraan kelahiran: gambaran riwayat menstruasi yang
akurat dapat membantu penetapan tanggal perkiraan
kelahiran (estimated date of delivery (EDD)). (Walyani, 2016
d) Riwayat perkawinan
Data ini penting untuk dikaji karen dari data ini kita akan
mendapatkan gambaran mengenai suasana rumah tangga
pasangan serta kepastian mengenai siapa yang akan mendampingi
persalinan. Pendamping selama persalinan erkaitan dengan hasil
persalinan yang lebih baik. (Walyani dan Purwoastuti, 2016)
e) Riwayat kehamilan saat ini
Dalam riwayat kehamilan saat ini yang dikaji yaitu
kunjungan keberapa, usia kehamilan, ada keluhan atau tidak
dalam kehamilan sekarang, sudah dilakukan suntik TT apa belum
dan sudah lengkap atau belum, jika belum segera lakukan suntik
TT untuk mencegah penyakit tetanus neonatorum. Bayi harus
bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam (10 gerakan
dalam 12 jam). (Walyani, 2016)
f) Riwayat kehamilan, persalianan dan nifas yang lalu
Riwayat kehamilan seperti paritas (para) mempengaruhi
durasi persalinan dan insiden komplikasi. Riwayat persalinan
untuk mengetahui tempat untuk bersalin dimana, penolong siapa,
ada tindakan kegawatdaruratan atau penyulit dalam proses
bersalin atau tidak untuk mengantisipasi persalinan selanjutnya
bisa berlangsung spontan atau memerlukan tindakan. Persalinan
spontan dengan presentasi belakang kepala berlangsung selama
18 jam. (Indrayani dan Djami, 2016)
g) Riwayat kesehatan
Dapat digunakan sebagai “warning” akan adanya penyulit saat
persalinan. Beberapa data penting tentang riwayat kesehatan
pasien yang perlu kita ketahui adalah apakah pasien pernah atau
sedang menderita penyakit seperti jantung, diabetes mellitus,
ginjal, hipertensi, hipotensi, hepatitis atau anemia. (Sulistyawati
dan Nugraheny, 2010)
h) Riwayat Gynekologi
Memberikan petunjuk bagi bidan tentang organ
reproduksinya. Ada beberapa penyakit organ reproduksi yang
berkaitan erat dengan personal hygene atau kebiasaan lain yang
mendukung kesehatan reproduksinya. Jika didapatkan ada salah
satu atau beberapa riwayat gangguan kesehatan alat reproduksi
maka bidan harus waspada kemungkinan gangguan kesehatan
pada masa intra sampai pasca melahirkan serta pengaruhnya
terhadap kesehatan bayi yang dilahirkan. Misalnya: pasien pernah
mengalami keputihan, infeksi, gatal karena jamur, atau tumor.
(Sulistyawati dan Nugraheny, 2010)
i) Riwayat KB
Untuk membantu para ibu dan suaminya merencanakan
kehamilan yang diinginkan. (JNPK-KR, 2017)
j) Pola Kebiasaan Sehari-hari Pola makan/minum, pola eliminasi,
pola istirahat, pola seksualitas dan pola aktivitas
(1) Pola makan: untuk diketahui agar bisa mendapatkan
gambaran bagaimana pasien mencukupi asupan gizinya
selama hamil sampai dengan masa awal persalinan. Asupan
makanan merupakan sumber glukosa darah untuk sel-sel
tubuh. Kadar gula darah rendah akan mengakibatkan
hipoglikemi. Hipoglikemi mempengaruhi his sehingga
menghambat kemajuan persalinan dan meningkatkan insiden
persalinan dengan tindakan. (Fitriana dan Nurwiandani,
2018)
(2) Pola minum: pada masa persalinan data mengenai intake
cairan sangat penting karena akan menentukan
kecenderungan terjadinya dehidrasi. Data yang perlu kita
tanyakan berkaitan dengan intake cairan adalah: kapan
terakhir kali minum; berapa banyak yang diminum; apa yang
diminum. Pada pertengahan sampai akhir kala I biasanya
pasien akan sangat membutuhkan cairan, bukan makanan.
Disamping pasien sudah tidak berselera lagi untuk makan
karena rasa sakit akibat his, juga karena pengeluaran keringat
yang bertambah sehingga membutuhkan pemasukan cairan
lebih banyak. (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010)
(3) Pola eliminasi: untuk membantu kemajuan persalinan dan
meningkatkan kenyamanan pasien. Anjurkan ibu untuk
berkemih secara spontan sesering mungkin atau minimal
setiap 2 jam sekali selama persalinan. (Fitriana dan
Nurwiandani, 2018
(4) Pola istirahat: untuk mempersiapkan energi menghadapi
proses persalinannya. Istirahat selama proses persalinan yaitu
memberikan kesempatan pada ibu untuk mencoba rileks
tanpa adanya tekanan emosional dan fisik (berhenti sejenak
untuk melepas rasa sakit akibat his, makan atau minum,
apabila memungkinkan ibu dapat tidur). (Fitriana dan
Nurwiandani, 2018)
(5) Pola seksualitas: untuk mengetahui keluhan, frekuensi dan
kapan terakhir ibu melakukan hubungan seksual karena
sperma mengandung hormon prostaglandin yang dapat
merangsang terjadinya kontraksi. (Walyani, 2016)
(6) Pola aktivitas: data ini memberikan gambaran tentang
seberapa berat aktivitas yang biasa dilakukan pasien di
rumah. Jika diakhir kehamilannya pasien melakukan aktivitas
yang terlalu berat dikhawatirkan pasien akan merasa
kelelahan sampai akhirnya dapat menimbulkan penyulit pada
masa bersalin. (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010)
k) Data Psikososial
(1) Psikososial pada waktu bersalin: ibu bersalin yang
mengalami kecemasan tinggi atau stres dapat mengakibatkan
persalinan lama dan kontraksi yang tidak adekuat. (Indrayani
dan Djami, 2016)
(2) Pengetahuan tentang proses persalinan: pengalaman atau
riwayat persalinannya yang lalu dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan dalam menyimpulkan sejauh mana
pasien mengetahui tentang persalinan, karena terdapat
perbedaan dalam memberikan asuhan antara pasien yang
sudah tahu atau punya pengalaman tentang persalinan dengan
yang sama sekali belum tahu tentang persalinan.
(Sulistyawati dan Nugraheny, 2010)
(3) Respon keluarga terhadap persalinan: penting untuk
kenyamanan psikologis pasien. Respon yang positif terhadap
persalinan akan mempercepat proses adaptasi pasien
menerima peran dan kondisinya. (Sulistyawati dan
Nugraheny, 2010)

B. Objective (Data Obyektif)


Pemeriksaan umum pada ibu hamil meliputi :
a) Keadaan umum : data ini didapat dengan mengamati keadaan
pasien secara keseluruhan. Hasil pengamatan ibu bersalin dalam
keadaan normal yang dilaporkan kriterianya baik (respon baik
terhadap lingkungan, secara fisik pasien tidak mengalami
ketergantungan)
b) Kesadaran : untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran
pasien, dapat dilakukan dengan mengkaji derajat kesadaran
normalnya komposmentis (kesadaran maksimal)
c) Tanda-tanda Vital
(1) Tekanan darah: tekanan darah yang normal adalah 110/80
mmHg sampai 140/90 mmHg. Kenaikan sistolik berkisar
antara 10-20 mmHg, rata-rata naik 15 mmHg dan kenaikan
diastolik berkisar antara 5-10 mmHg.
(2) Nadi: yang normal menunjukan wanita dalam kondisi yang
baik, jika lebih dari 100 kemungkinan ibu dalam kondisi
infeksi, ketosis, atau perdarahan. Peningkatan nadi juga salah
satu tanda rupture uteri. Nadi diukur tiap 1-2 jam pada awal
persalinan
(3) Pernapasan: Pernapasan yang normal adalah 16-24 x/menit.
Selama persalinan pernapasan ibu akan mengalami
peningkatan, hal ini mencerminkan adanya kenaikan
metabolisme. Observasi pernapasan ibu dan membantunya
dalam mengendalikan pernapasan untuk menghindari
hiperventilasi yang terlalu lama
(4) Suhu: normal adalah 36,5-37,5oC. Suhu tubuh selama
persalinan akan meningkat, hal ini terjadi karena peningkatan
metabolisme. Peningkatan suhu tubuh tidak boleh melebihi
0,5-1oC dari suhu sebelum persalinan (Diana, 2017; Indrayani
dan Djami, 2016)
d) Tinggi Badan: untuk deteksi adanya panggul sempit.
e) Berat Badan: kenaikan normal 12-15 kg. Kenaikan berat badan
tidak boleh lebih dari 0,5 kg/minggu. Kenaikan ≤ 12 kg deteksi
bayi lahir dengan berat lahir rendah.
f) LILA: mengetahui status gizi ibu. Normal >23,5 cm. Lila <23,5
cm kemunginanan besar ibu mengalami perdarahan (Diana, 2017;
Walyani, 2016)
g) Pemeriksaan fisik meliputi :
(1) Muka: periksa ekspresi wajah, muka tidak pucat, kulit dan
membran mukosa yang pucat mengindikasikan anemia.
(2) Mata: konjungtif pucat indikator dari anemia.
(3) Hidung: ada sekret atau tidak, ada polip atau tidak, ada
pernapasan cuping hidung atau tidak, jika ada menandakan
adanya asfiksia pada ibu.
(4) Mulut: normalnya bibir tidak pucat, mukosa bibir lembab.
(5) Leher: ada tidaknya pembesaran limfe, pembesaran kelenjar
tiroid dan bendungan vena jugularis.
(6) Payudara: pembesaran, puting susu menonjol/mendatar,
adakah nyeri dan lecet pada puting, ASI sudah keluar, adakah
pembengkakan, radang, atau benjolan abnormal.
(7) Abdomen: bentuk pembesaran perut (perut membesar ke
depan atau ke samping, keadaan pusat); liniea nigra (garis
vertikal berwarna gelap yang terlihat di perut ibu selama
kehamilan).
(a) Menentukan TFU: untuk memprediksi berat lahir bayi
antara 2.500-3.999 gram. (Indrayani dan Djami, 2016)
(b) Memantau kontraksi: His dikatakan lemah: apabila
durasinya kurang dari 20 detik, sedang: apabila
durasinya 20-40 detik, dan kuat: apabila durasinya 50-
100 detik dan datangnya setiap 2-3 menit. (Fitriana dan
Nurwiandani, 2018; Indrayani dan Djami, 2016)
(c) Memantau DJJ: dilakukan dengan jarum detik dan
fetoskop pinard atau dopler untuk mementukan DJJ
melalui dinding abdomen. Selanjutnya bidan
menentukan punctum maximum. DJJ normalnya 120-
160x/menit. (Fitriana dan Nurwiandani, 2018)
(d) Menentukan presentasi: untuk menentukan presentasi
bayi (apakah kepala atau bokong) yaitu dengan
mempertimbangkan entuk, ukuran, dan kepadatan bagian
tersebut. Bagian berbentuk bulat, teraba keras, berbatas
tegas dan mudah digerakkan (bila belum masuk rongga
panggul) biasanya adalah kepala. Jika bentuknya kurang
tegas, teraba kenyal, relatif lebih besar dan sulit
terpegang secara mantap maka bagian tersebut biasanya
bokong. (Indrayani dan Djami, 2016)
(e) Menentukan penurunan bagian terbawah janin:
dapat memberikan informasi yang sama baiknya dengan
hasil periksa dalam tentang kemajuan persalinan dan
dapat mencegah pemeriksaan dalam yang berulang.
Tabel 2.9. Perbandingan Hasil Periksa Luar dan Dalam

(f) Tafsiran berat janin (TBJ) untuk mengetahui taksiran


berat janin. TBJ untuk membuat keputusan dilakukannya
episiotomi. Normalnya TBJ (2500-4000 gram).
(g) Palpasi kandung kemih (pemantaun pengosongan
kandung kemih). Dampak kandung kemih yang penuh
yaitu : menghambat proses penurunan bagian terendah,
menghambat kontraksi, meningkatkan rasa tidak
nyaman.
(8) Genetalia: Melihat vagina terdapat lendir darah atau tidak,
terdapat kondiloma atau tidak, melakukan pemeriksaan dalam
untuk mengetahui :
(a) Pembukaan: pembukaan serviks pada fase laten terjadi
sangat lambat yaitu 0-3 cm yang membutuhkan waktu 8
jam, sedangkan pada fase aktif dibagi menjadi 3 fase
yaitu fase akselerasi, pembukaan 3-4 cm; fase dilatasi
maksimal, pembukaannya 4-9 cm; dan fase deselerasi,
pembukaan 9-10 cm
(b) Pendataran (effecement)
(c) Presentasi dan posisi janin
(d) Penurunan bagian terbawah janin yaitu untuk
menentukan sampai di mana bagian terendah janin turun
ke dalam panggul pada persalinan dapat digunakan
bidang Hodge. Bidang khayal (hodge) dibedakan
menjadi: bidang hodge I, bidang hodge II, bidang hodge
III, bidang hodge IV.
(e) Air Ketuban (utuh/pecah): untuk mengetahui apakah
sudah pecah atau belum dan apakah ada ketegangan
ketuban. Normalnya air ketuban berwarna jernih.
(f) Penyusupan kepala janin/molase: indikator penting
tentang seberapa jauh kepala bayi dapat menyeuikan diri
dengan bagian keras panggul ibu. Normalnya molase
yaitu 0 (tulang kepala janin terpisah, sutura dengan
mudah dapat dipalpasi) (Diana, 2017)
(9) Anus: untuk memastikan apakah ibu mempunyai gangguan
hemoroid. Apabila ibu mempunyai gangguan hemoroid atau
memiliki hemoroid derajat 3 atau 4 dikhawatirkan akan
mengganggu proses persalinan. (Indrayani dan Djami, 2016)
(10)Pemeriksaan dalam: untuk menilai kondisi perineum, portio,
pembukan serviks, presentasi, penurunan kepala, ketuban,
dan apakah teraba bagian-bagian kecil. (Indrayani dan Djami,
2016)
(11)Ekstremitas atas: bagaimana pergerakan tangan, dan
kekuatan otot, gangguan atau kelainan, apakah ada nyeri
tekan, mengamati besar dan bentuk otot, melakukan
pemeriksaan tonus kekuatan otot; Ekstermitas bawah:
bagaimana pergerakan kaki dan kekuatan otot, gangguan atau
kelainan, apakah odema dan apakah terdapat varises. (Diana,
2017)
(12)Pemeriksaan penunjang: USG: menentukan usia gestasi,
ukuran janin, Vagina Taucher (VT). (Diana, 2017)
(13)Pemeriksaan Laboratorium: untuk membantu memperkuat
dalam penegakan diagnosa kebidanan. (Indrayani dan Djami,
2016).

C. Assesment (Analisa)
Ny. “ ...... “ G….. P.... A
UK 37-40 minggu, tunggal, intrauteri, situs bujur, habitus fleksi, posisi
puka/puki, presentasi kepala/bokong, kesan jalan lahir normal, keadaan
umum ibu dan janin baik, inpartu kala I fase laten/aktif.
Kriteria perumusan diagnosa dan atau masalah kebidanan:
a. Diagnosa sesuai dengan nomenklatur kebidanan
b. Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien
c. Dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan secara mandiri,
kolaborasi dan rujukan.
Data dasar Subyektif:
1. HPHT (hari pertama haid terakhir)
2. Ibu mengatakan ini kehamilan yang ke…
3. Pernah atau tidak abortus
4. Ibu mengatakan cemas akan menghadapi persalinan
Data dasar Subyektif:
1. HPL (hari perkiraan lahir)
2. Keadaan umum ibu dan vital sign
TTV: TD : ….mmHg
S : ….oC
N : ….x/menit
R : ….x/menit
Hb : ….gr% Konjungtiva pucat atau tidak
3. Ekstremitas adakah oedema atau tidak
4. Palpasi
Leopold I : Untuk mengetahui TFU dan bagian apakah
yang terdapat difundus.
Leopold II: Untuk mengetahui bagian punggung janin
berada di sebelah kanan atau kiri ibu.
Leopold III : Untuk mengetahui bagian terbawah
janin, bokong atau kepala.
Leopold IV : Untuk mengetahui apakah bagian terbawah jaini
sudah masuk PAP atau belum berapa bagian
VT :
Vagina :
Pembukaan :
Ketuban :
Effecemen :
Hodge :
Bagian terdahulu :
DJJ (denyut jantung janin)
TBJ (Taksiran berat janin) Adalah (Tinggi fundus uteri
(dalam cm) – N) x 155

D. Planning (Perencanaan)
Tujuan perencanaan: Proses persalinan berjalan dengan normal ibu dan
bayi sehat
Kriteria :
1) KU baik, kesadaran komposmentis
2) TTV dalam batas normal sesuai teori
3) His minimal 2x10 40”
4) Kala I pada primigravida <13 jam sedangkan multi gravida <7 jam
5) Kala II pada primigravida <2 jam sedangkan pada multigravida <1jam
6) Bayi lahir spontan, menangis kuat, gerak akfif
7) Kala III pada primigravida <30 menit sedangkan mutigravida <15
menit
8) Plasenta lahir spontan, lengkap
9) Perdarahan <500 c
Kala I :
Perencanaan :
1) Perhatikan psikososial ibu dan beri dukungan mental pada ibu dengan
menghadirkan keluarga. Anjurkan agar ibu selalu didampingi oleh
keluarganya selama proses persalinan dan kelahiran bayinya.
Dukungan suami, keluarga, dan kerabat yang disukai ibu sangat
diperlukan dalam menjalani proses persalinan. Adanya kalanya ibu
merasa khawatir dalam menjalani kala II persalin. Berikan rasa aman
dan semangat serta tentramkan hatinya selama persalinan berlangsung.
Dukungan dan perhatian akan mengurangi perasaan tenang,
membantu kelancaran proses persalinan dan kelahiran bayi
(Wiknjosastro, 2010).
Rasional : ibu yakin dan tabah dalam menjalani proses persalinan
nanti
2) Anjurkan pada ibu untuk makan dan minum. Asupan cairan yang
cukup dapat mencegah terjadinya dehidrasi pada ibu dalam proses
persalinan serta sebagai persediaan energy dalam mengejan
(Wiknjosastro, 2010).
Rasional : Persiapan energy ibu untuk persalinan
3) Bantu ibu memilih posisi yang nyaman Ibu dapat istirahat/ tidur
dengan posisi apapun kecuali pada posisi telentang. Jika ibu telentang
maka berat uterus dan isinya menekan vena cafa inferior ibu. Ini akan
mengurangi pasokan oksigen melalui sirkulasi utero plasenter
sehingga akan menyebabkan hipoksia pada bayi. Berbaring telentang
juga mengganggu kemajuan persalinan dan menyulitkan ibu untuk
meneran secara efektif. Ibu dianjurkan untuk berbaring miring ke kiri
(Wiknjosastro, 2010).
Rasional : Mempercepat penurunan kepala janin
4) Anjurkan ibu untuk jalan-jalan jika ketuban belum pecah dan
pembukaan belum lengkap.
a. Bila his jarang, bagian terendah belum masuk PAP dan ketuban +
maka pasien diperbolehkan jalan agar his bertambah kuat dan
sering.
b. Bila his jarang, kepala belum masuk PAP dan ketuban – ibu tidak
boleh jalan, dianjurkan tidur miring kiri untuk menghindari
kelainan letak.
c. Bila his kuat, kepala masuk PAP, ketuban + pasien tidak boleh
jalan karena dengan jalan his akan bertambah kuat dan lebih cepat
mendorong anak, sehingga persalinan akan terjadi terlalu cepat.
d. Bila his kuat, presentasi sudah masuk lebih dalam, ketuban –
atau + , penderita tidak boleh jalan dan harus tidur miring kiri
agar tidak terjadi persalinan yang terlalu cepat (Wiknjosastro,
2010).
Rasional : Mempercepat penurunan kepala janin
5) Observasi TTV dan Kemajuan Persalinan
a. DJJ setiap ½ jam
b. Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap ½ jam
c. Nadi setiap ½ jam
d. Pembukaan serviks tiap 4 jam atau jika adaa tanda gejala kala II
atau jika terdapat indikasi
e. Penurunan bagian terbawah janin setiap 4 jam atau jika ada tanda
gejala kala II atau jika ada indikasi
f. Tekanan darah dan temperatur tubuh setiap 4 jam
g. Produksi urin, asetan dan protein tiap 2-4 jam (Wiknjosastro,
2010).
Rasional : Mengetahui perkembangan kondisi ibu dan janin
6) Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih tiap 2 jam. Dalam
proses persalinan harus berkemih tiap 2 jam/lebih, kandung kemih
yang penuh akan menghambat penurunan kepala, selain itu juga akan
menambah rasa nyeri pada perut bawah, menghambat penatalaksanaan
distosia bahu, menghalangi lahirnya plasenta, dan perdarahan pasca
persalinan
Rasional : Blass yang penuh dapat menghalangi penurunan kepala
janin sehingga menyebabkan nyeri waktu his.
7) Tunggu pembukaan lengkap. Jika telah memasuki kala II segera
pimpin persalinan secara 60 APN. Jika pembukaan sudah lengkap dan
ibu merasa ingin meneran, bantu ibu mengambil posisi yang nyaman,
bombing ibu untuk meneran secara efektif dan benar dan mengikuti
dorongan alamiah yang terjadi. Anjurkan keluarga untuk membantu
dan mendukung usahanya (Wiknjosastro, 2010).

Kala II
Perencanaan :
1) Melakukan pertolongan persalinan menggunakan standart APN 60
langkah pada kala II.
Rasionalnya adalah APN 60 Langkah adalah tata cara dan pedoman
pertolongan persalinan yang menjadi patokan dan sesuai dengan
standart Nasional, juga menerapkan aspek asuhan sayang Ibu.

Kala III
Perencanaan :
1) Melakukan pertolongan persalinan menggunakan standart APN 60
langkah pada kala III.
Rasionalnya adalah APN 60 Langkah adalah tata cara dan pedoman
pertolongan persalinan yang menjadi patokan dan sesuai dengan
standart Nasional, juga menerapkan aspek asuhan sayang Ibu.

Kala IV
Perencanaan :
1) Melakukan pertolongan persalinan menggunakan standart APN 60
langkah pada kala IV.
Rasionalnya adalah APN 60 Langkah adalah tata cara dan pedoman
pertolongan persalinan yang menjadi patokan dan sesuai dengan
standart Nasional, juga menerapkan aspek asuhan sayang Ibu.

Tanggal :
Tanggal dan jam rencana pelaksanaan
Rencana Penataksanaan :
Uraian tindakan yang direncanakan sesuai
dengan masalah yang dialami

Tgl/Ja Rencana Penatalaksanaan


m

Lampiran Teori. Teori Soapie

E. Implementation (Implementasi)
Tujuan asuhan kebidanan implementasi adalah penerapan fungsi dan
kegiatan yang menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan
kepada klien yang mempunyai kebutuhan atau masalah dalam bidang
kesehatan tersebut. Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara
komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based
kepada klien/pasien, dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan. Kriteria
evaluasi:
a. Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-sosial-
spiritualkultural
b. Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari klien atau
keluarganya (informed consent)
b. Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence based
c. Melibatkan klien atau pasien dalam setiap tindakan
d. Menjaga privasi klien/pasien
e. Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi
f. Mengikuti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan
g. Menggunakan sumber daya, sarana dan fasilitas yang ada dan sesuai
h. Melakukan tindakan sesuai standar
i. Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan

Tanggal :
Tanggal dan jam rencana pelaksanaan
Rencana Penataksanaan :
Uraian tindakan yang direncanakan sesuai
dengan masalah yang dialami
Paraf :
Sebagai tanda bahwa kegiatan tersebut
telah dilakukan
Tgl/Ja Rencana Penatalaksanaan Paraf
m

F. Evaluation (Evaluasi)
Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan untuk
melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan. Kriteria hasil:
a. Penilaian dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan sesuai
kondisi klien
b. Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan kepada keluarga
c. Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar
d. Hasil evaluasi ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi klien/ pasien
Data perkembangan
Berdasarkan evaluasi, selanjutnya rencana asuhan kebidanan dituliskan dalam
catatan perkembangan yang menggunakan SOAP (Varney, 2007). Yang meliputi :
a. S: Subyektif
Menggambarkan pendokumentasian data klien melalui anamnesa sebagai
langkah varney
b. O : Obyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil
laboraturium yang telah dirumuskan dalam data focus untuk mendukun
asuhan langkah varney
c. A : Analisa
Menggunakan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi data
subyektif dan obyektif dalam satu identifikasi :
 Diagnos atau masalah
 Kebutuhan
d) P: Planning
Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan dan evaluasi
perencanaan (E) berdasarkan assessment sebagai langkah 5, 6, 7 Varney.

BAB 3
TINJAUAN KASUS

3.1 Asuhan Kebidanan Kehamilan

Asuhan Kebidanan Persalinan Pada Ny. “Fb “ usia 32 tahun G2P1A0 Usia
Kehamilan 40 Minggu Janin I/T/H
Tanggal/Waktu Pengkajian : 14 Desember 2020 / 12.30 WIB
Tempat Pengkajian : PMB Bd. Suyanti, S.Tr.Keb
Pengkaji : Adenin Dwi Priyastuti

A Data Subjektif
. 1. Identifikasi
Nama : Ny. “Fb” Nama Suami : Tn “Ma”
Umur : 32 tahun Umur : 33 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : Diploma III Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : Guru Pekerjaan : Guru
Alamat : Perum ITB Cl.Tr 10
Golongan Darah :O
Cara Masuk : Datang Sendiri

2. Keluhan Utama
Ibu hamil anak kedua, usia kehamilan 9 bulan. Saat ini ibu mengeluh
kenceng-kenceng semakin sering dan disertai keluar lendir.

3. Riwayat Menstruasi
HPHT : 5-03-2020
Tafsiran Persalinan: 12-12-2020

4. Riwayat Kehamilan
a) Hamil ke :2
b) Keluhan : Mual muntah pada TM 1
c) Sejak kapan : Awal kehamilan sampai 4 bulan
d) Sudah berapa kali periksa :
- 12 kali di PMB diperiksa oleh bidan
- 4 kali di PKM diperiksa oleh Bidan dan Dokter
e) Pendidikan kesehatan yang pernah didapat
- Kebutuhan nutrisi (Makan sedikit tapi sering)
- Manfaat dan pentingnya tablet fe
- Tanda bahaya kehamilan
- Tanda persalinan
f) Gerakan janin pertama : Usia kehamilan 4 bulan
g) Gerakan janin terakhir : Sampai saat ini sering bergerak
h) Status Imunisasi : TT4

5. Riwayat Obstetri
Kehamila Persalinan Anak Nifas
n
Ke UK Cara Pnlg Tmp Ko J BB/TB T/G H/M Usia Ko Lakt Km
m K m
1. 9 bl Spontn Bdn PM - L 3kg T H 7,5th - Ya -
B /49cm
2. HAMIL INI

6. Status Perkawinan
Status kawin : Ya
Usia Perkawinan : 25 Tahun
Usia Pernikahan : 8 Tahun

7. Riwatan KB
Setelah ibu selesai masa nifas ibu menggunakan suntik 1 bulan selama 2
tahun, kemudian ibu beralih ke KB PIL selama 1 tahun, selanjutnya ibu
menggunakan KB Kalender hingga hamil ini.

8. Riwayat Kesehatan Ibu


a) Anemia :
Tida
k
b) Hipertensi :
Tida
k
c) Kardiovaskular :
Tida
k
d) TBC :
Tida
k
e) Hepatitis :
Tida
k
f) Diabetes :
Tida
k
g) Malaria :
Tida
k
h) HIV/AIDS :
Tida
k
i) IMS :
Tida
k
j) Epilepsi :
Tida
k
k) Penyakit Jiwa :
Tida
k
l) Alergi Makanan : Tidak

9. Riwayat Kesehatan Keluarga (dari ibu saja)


a) Keturunan Kembar : Tidak ada
b) Kelainan Kongenital : Tidak ada
c) Penyakit Herediter : Tidak ada
d) Keluarga yang tinggal serumah dan sedang menderita penyakit
menular : Tidak ada

10. Pola Pemenuhan Kebutuhan Dasar selama masuk kala 1 Persalinan


a) Nutrisi
Makan : 1 kali, makan sepotong roti coklat, 10 butir kurma,
biskuit coklat dan 2 suap roti keju.
Keluha : Ibu tidak nafsu makan karena merasakan sakit
n
Minum : 600ml You-C lemon water dan 300ml air putih

Keluha : Tidak ada


n

b) Eliminasi
BAB : Ibu tidak BAB Keluhan : Tidak ada
BAK : Ibu tidak BAK Keluhan : Tidak ada
c) Aktivitas : Pada saat his hilang, ibu berjalan-jalan, makan dan minum
Keluhan : Jika his, ibu berhenti melakukan aktifitas karena nyeri.
d) Istirahat
Siang : Tidak tidur siang
Keluhan : Ibu tidak bisa tidur karena his yang dialami.

11. Riwayat Psiologis, sosial, ekonomi, budaya


a) Psikologis
Ibu senang akan melahirkan anak keduanya akan tetapi ibu cemas
apakah dapat melalui proses persalinan dengan normal dan lancar.
b) Sosial Respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan : Sangat baik
(a) Hubungan dengan pasangan dan keluarga lainnya : Baik
(b) Anggota keluarga di rumah / sekitarnya yang dapat membantu ibu
melakukan pekerjaan domestik maupun finansial : Suami
(c) Pembuat keputusan dalam keluarga : Suami
(d) Rencana tempat bersalinan : Rumah Bidan
(e) Penolong persalian : Bidan
(f) Rencana Rujukan bila terjadi kegawatan : RS Jember Klinik
(g) Calon Pendonor darah : Suami
(h) Transportasi yang digunakan saat hendak bersalin atau dalam
keadaan darurat : Kendaraan Pribadi
(i) Pendamping Persalinan : Suami
c) Ekonomi
(a) Persiapan pendanaan persalinan/ kegawatdaruratan : Ibu memiliki
BPJS
(b) Tabulin : Tersedia
d) Budaya
Budaya yang diterapkan ibu dalam persalinan : Makan sehat dan
istirahat cukup.

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran :
Composmenti
s
TTV : Tekanan Darah : 110/70
mmHg
Nadi : 88 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 37 oC
Tinggi Badan : 156 cm
BB Sebelum Hamil : 50 kg
BB Saat Ini : 62 kg
IMT Sebelum Hamil : 20,83

IMT Saat Ini : 25,83


LILA : 28 cm
KSPR (Skor Awal) :2

2. Pemeriksaan Fisik
Wajah : Tidak pucat, tidak odema, tidak ada Cloasma
gravidarum
Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih, pandangan
mata tidak kabur
Gilut : Bersih, bibir lembab warna merah muda, tidak ada
caries gigi, tidak ada stomatitis
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada
pembengkakan kelenjar limfe, tidak ada
bendungan vena jugularis
Dada : Tidak ada ronchi, tidak ada wheezing
Payudara : Simetris, puting susu menonjol, terdapat
hiperpigmentasi areola, tidak teraba massa
abnormal, kolostrum sudah keluar
Abdomen : Pembesaran perut memanjang, tidak ada luka bekas
operasi

Leopold I : TFU 3 jari dibawah px, teraba bulat, lunak dan


tidak melenting (bokong)
Leopold II : Bagian kanan teraba keras, memanjang, ada
tahanan
(PUKA)
Leopold III : Bagian bawah teraba bulat, keras, sedikit melenting
(kepala), sudah masuk PAP
Leopold IV : Divergen
TFU : 29 cm
TBJ : (FU-11)x155
(29-11)x155 = 2.790 gram
DJJ : 148 x/menit (reguler)
HIS : 2x10” 40”
Genetalia : Vulva bersih, tidak varises, tidak ada edema, tidak
terdapat kandiloma, tidak ada flour albus. Terdapat
homoroid pada anus.
Periksa : Porsio lunak eff 50%, Ø 1 cm, ketubsn +, presentasi
dalam kepala,denominator ubun-ubun kecil, H1, molase
O, tidak ada bagian terkecil yang membumbung.
Ekstremitas : Atas : Simetris, tidak odem
Bawah : Simetris, tidak odem, tidak ada varises
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium urin dan darah (Tanggal 20-8-2020)
Golda :0 HbsAg : NR
Hb : 9,9 gr HIV : NR
%
Protein : Negatif
Urin
Rapid test : (Non Reaktif) 12 Desember 2020

C. Assesement
Ny “Fb” usia 32 tahun G2P1A0 Usia Kehamilan 40 Minggu I/T/H inpartu kala I
fase laten.
TTV : Tekanan Darah : 110/70
mmHg
Nadi : 88 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 37 oC
Ekstremitas Odeme
Ka-/ki-

Palpasi :
Leopold I : TFU 3 jari dibawah px, teraba bulat, lunak dan
tidak melenting (bokong)
Leopold II : Bagian kanan teraba keras, memanjang, ada
tahanan
(PUKA)
Leopold III : Bagian bawah teraba bulat, keras, sedikit melenting
(kepala), sudah masuk PAP
Leopold IV : Divergen
TFU : 29 cm
TBJ : (FU-11)x155
(29-11)x155 = 2.790 gram
DJJ : 148 x/menit (reguler)
HIS : 2x10” 40”
Genetalia : Vulva bersih, tidak varises, tidak ada edema, tidak
terdapat kandiloma, tidak ada flour albus. Terdapat
homoroid pada anus.
Periksa : Porsio lunak eff 50%, Ø 1 cm, ketubsn +, presentasi
dalam kepala,denominator ubun-ubun kecil, H1, molase
O, tidak ada bagian terkecil yang membumbung.
Masalah Potensial :
1) Masalah I : Nyeri sehubungan dengan adanya kontraksi
a) Tujuan
Tidak terjadi krisis situasi
b) Kriteria
Ibu tampak rileks dengan situasi persalinan

D. Planning
Tujuan perencanaan: Proses persalinan berjalan dengan normal ibu dan bayi
sehat
Kriteria :
1) KU baik, kesadaran komposmentis
2) TTV dalam batas normal sesuai teori
3) His minimal 2x10 40”
4) Kala I pada multi gravida <7 jam

Rencana Pelaksanaan :
1) Menjelaskan kepada ibu dan keluarga bahwa ibu memasuki fase
pembukaan persalinan dan kondisi ibu serta bayi dalam keadaan baik dan
sehat
R/ Ibu mengetahi bahwa saat ini ibu sudah memasuki fase pembukaan
persalinan sehingga ibu yakin dan tabah dalam menjalani proses
persalinan nanti
2) Mejelaskan pada ibu Observasi tanda-tanda vital, VT setiap 4 jam, DJJ
dan HIS 30 menit sekali.
R/ Ibu mengetahui bahwa bidan mendampingi serta senantia memantau
perkembangan persalinannya.
3) Mengajarkan ibu teknik relaksasi dan pengaturan nafas pada saat
kontraksi, ibu menarik nafas melalui hidung dan dikeluarkan melalui
mulut selama timbul kontraksi.
R/ ibu dapat pengatur pernafasan dan mengalihkan rasa sakit dengan
menegement pernafasan yang tepat.
4) Menawarkan kepada ibu untuk memutar murottal Al-Quran dan
Instrument musik klasik untuk membantu relaksasi.
R/ Musik Instrumental dan Murottal Al-Quran membuat ibu lebih rileks
dan tenang dalam menegement rasa sakit.
5) Menganjurkan kepada ibu untuk mengkonsumsi Buah Kurma Sukari
Ruttab yang mengandung banyak zat oksitosin dan Buah Kurma Sukari
Tamr yang mengandung glukosa yang mudah dipecah oleh tubuh untuk
menambah energy.
R/ Buah kurma sukari ruttab mengandung banyak zat oksitosin sehingga
dapat membantu ibu dalam proses persalinan dan Sukari Tamr
mengandung glukosa yang mudah dipecah oleh tubuh sehingga dapat
memper oleh energy lebih cepat dibandingkan dengan makan 1 piring
nasi yang pembakarannya jauh lebih lama
6) Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya dan
menyarankan agar ibu tidak menahan BAK.
R/ Kandung kemih yang penuh dapat menghalangi penurunan kepala
janin sehingga menyebabkan nyeri waktu his.
7) Menganjurkan untuk makan dan minum selama tidak ada kontraksi.
R/ asupan cairan yang terpenuhi membuat ibu memiliki energy dan tidak
dehidrasi.
8) Memberikan pijatan dengan teknik effleurage pada punggung ibu untuk
memberikan rasa nyaman dan meringankan rasa sakit akibat kontraksi.
R/ Massase dianggap membantu dalam relaksasi dan menurunkan
kesadaran nyeri dengan meningkatkan aliran darah ke area yang sakit
9) Menganjurkan ibu jalan-jalan untuk mempercepat penurunan kepala
janin.
R/ bagian terendah belum masuk PAP dan ketuban + maka pasien
diperbolehkan jalan agar his bertambah kuat dan sering untuk
mempercepat penurunan kepala janin dengan gaya gravitasi.

3.2 Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir

Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir


Pada Bayi Ny.”Fb” Usia 2 Jam Bayi Baru Lahir Cukup Bulan Sesuai Masa
Kehamilan

Tanggal/Waktu Pengkajian : 15 Desember 2020 / 06.00 WIB


Tempat Pengkajian : PMB Bd. Suyanti, S.Tr.Keb
Pengkaji : Adenin Dwi Priyastuti

A Subjektif
. 1. Identifikasi Anak
Nama : By. Ny. “Fb”
Umur : 8 Jam
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 14 Desember 2020
Anak Ke 2

e) Identitas
Orangtua
Nama : Ny. “Fb” Nama Suami : Tn “Ma”
Umur : 32 tahun Umur : 33 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : Diploma III Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : Guru Pekerjaan : Guru
Alamat : Perum ITB Cl.Tr 10

f) Riwayat Natal
Jenis Persalinan : Spontan
Ditolong oleh : Bidan
Ketuban Pecah : Pecah sendiri berwarna jernih
Keadaan Bayi : Segera menangis, warna kulit merah muda, tonus
otot bergerak aktif

g) Riwayat post natal


Bayi sudah mendapatkan IMD, pemeriksaan fisik, injeksi vitamin K,
salep mata, dan Hb 0

h) Pola Kebiasaan bayi


Pola Aktifitas Saat ini
Nutrisi
a. Jenis Makan ASI
b. Pola Makan By. Ny. Fb telah melakukan IMD selama 1 jam,
kemudian 1.45 jam setelahnya By. Ny. Fb dapat
menyusu selama 1 menit
Eliminasi
a. BAB 1 kali (mekonium)
b. BAK 1 kali
B. Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
TTV : Nadi : 146
x/menit
Rr :
55x/menit
Suhu : 36,8oC
Berat Badan : 3.300 gram
Panjang Badan : 49 cm
Lingkar kepala : 34 cm
Lingkar Dada : 33 cm

2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Simetris, ubun-ubun datar, sutura renggang, tidak
ada moulage, ada caput succedaneum,tidak ada
cephal haematom.
Mata : simetris, tidak ada secret, sklera putih, konjungtiva
merah muda, reflek pupil baik
Telinga : Simetris, ujung daun telinga lebih tinggi dari
picantus mata luar
Hidung : Tidak ada pernapasan cuping hidung
Mulut : Bersih, tidak sianosis, tidak ada labioskizis, Palatum
utuh, terdapat reflek sucking, terdapat reflek rooting,
terdapat reflek swallowing.
Leher : Terdapat reflek tonic neck
Dada : Simetris, tidak ada retraksi otot dada, bunyi jantung
normal reguler, lingkar dada 33 cm.
Abdomen : Bentuk bulat, lunak, tali pusat terbungkus kassa
steril, tidak ada perdarahan tali pusat, bising usus
normal, tidak kembung.
Punggung : Tidak ada spinabifida
Genetalia : Testis sudah turun, lubang uretra di puncak, tidak
hipospadia dan epispodia
Anus : Terdapat pengeluaran mekonium, terdapat lubang
anus
Ekstremitas : Simetris, jari-jari lengkap, gerakan aktif, terdapat
Atas reflek grasping (Menggenggam)
Ekstremitas : Simetris, jari-jari lengkap, gerakan aktif, terdapat
Bawah reflek babinsky
Terdapat reflek Moro

C. Assesement
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnose atau masalah
berdasarkan interpretasi data yang benar diatas data yang telah dikumpulkan :
1. Diagnosa Kebidanan
Bayi Ny.”D” Usia 2 Jam Bayi Baru Lahir Cukup Bulan Sesuai Masa
Kehamilan dengan keadaan umum baik.
 Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan bayi baru lahir
tetap dalam keadaan sehat dan normal
 Kriteria :
Keadaan umum baik
TTV : Nadi : 146
x/menit
Rr :
55x/menit
Suhu : 36,8oC
Berat Badan : 3.300 gram
Panjang Badan : 49 cm
Lingkar kepala : 34 cm
Lingkar Dada : 33 cm
Bayi menangis kuat, bergerak aktif dan mampu menyusu kuat

D. Planning
Dari Diagnosis yang telah ditemukan, maka rencana perencanaan tindakan
yang akan dilakukan sebebagi berikut:
1. Memberikan bayi dengan kain tebal dan hangat dengan cara dibedong
R/ Mempertahankan suhu tubuh tetap hangat, melindungi bayi dari aliran
udara dan membatasi stres akibat perpindahan lingkungan dari uterus yang
hangat ke lingkungan yang lebih dingin.
2. Melakukan pemeriksaan kepada bayi secara menyeluruh..
R/ Ibu mengetahui kondisi anaknya saat ini.
3. Memberitahu ibu dan keluarga untuk menjaga bayi agar tetap hangat
dengan cara membedong bayi, memakaikan topi. Ibu dan keluarga
bersedia
R/ Agar bayi tetap hangat sehingga tidak terjadi hipotermi.
4. Memberikan konseling mengenai pemberian ASI eksklusif yaitu bayi
diberi ASI saja 2 jam sekali/sekehendaknya hingga berusia 6 bulan,
dimana bayi tidak boleh diberikan makanan atau minuman apapun kecuali
ASI.
R/ Agar bayi tidak terjadi dehidrasi karena bayi tidak hanya minum ASI
saja.
5. Memberitahu ibu dan keluarga tentang perawatan tali pusat, cukup diberi
kassa saja, tidak perlu diberi betadine ataupun ramuan.
R/ Agar tali pusat tetap terawatt dan tidak terjadi infeksi
6. Memberikan konseling mengenai tanda-tanda bahaya pada bayi,
diantaranya bayi rewel, tali pusat berbau, bengkak dan berwarna merah,
bayi kuning, tidak mau menyusu, jika terjadi tandatanda tersebut,
diharapkan ibu membawa bayi ke fasilitas kesehatan secepatnya.
R/ Agar ibu dan keluarga tahu dan mengerti tanda-tanda bahaya sehingga
jika terjadi ibu dan keluarga segera datang ke fasilitas kesehatan.
7. Menyepakati kunjungan ulang dengan ibu dan bayi 5 hari lagi untuk
melakukan pemantauan kepada ataupun jika ada keluhan.
R/ bayi tetap dapat dipantau perkembangannya selama 5 hari kedepan
ataupun segera datang jika ada keluhan.
BAB IV
PEMBAHASAN
Persalinan adalah proses pengeluaran konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus ke dunia luar. Persalinan mencakup proses fisiologis yang
memungkinkan serangkaian perubahan besar pada ibu untuk dapat melahirkan
janinnya melalui jalan lahir (Nurul,2012). Secara teori persalinan lamanya pada
kala I untuk primigravida berlangsung berlangsung 13-14 dengan prsoses serviks
mendatar dulu atau efficement terlebih dahulu kemudian berdilatasi. Sedangkan
berlangsung 6-7 jam dengan serviks mendatar dan membuka dapat terjadi secara
bersamaan (Mochtar, 2011). Pada kala I persalinan, lama pembukaan yang
berlangsung pada primigravida yaitu berlangsung selama 12 jam sedangkan pada
multigravida berlangsung selama 8 jam yang dimulai dari pembukaan 0 cm
sampai pembukaan 10 cm. Pada fase laten persalinan yang dimulai sejak awal
kontraksi menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap yang
berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm yang umumnya
berlangsung selama 8 jam. (Sulistyawati, 2017).
Pada study kasus Ny. Fb G2P1A0 UK 40 Minggu, Ibu hamil anak kedua
mengatakan kenceng-kenceng sejak tadi pagi pukul 06.00 (14-12-2020) dan
keluar lendir sedikit sejak pukul 12.30 (14-12-2020) lalu ibu datang ke bidan
pukul 12.30 (29-12-2020). Setelah dilakukan pemeriksaan dalam (VT), hasilnya
portio lunak, eff 25 %, Ø 1 cm, ketuban (+), presentasi kepala,denominator UUK ,
tidak ada molase, kepala Hodge I dan tidak ada bagian terkecil dibagian terendah
janin. Bersarkan paparan kasus dan teori di atas dapat disimpulkan bahwa pada
Ny. Fb tidak terdapat kesenjangan karena fase laten pada multigravida sampai
dengan pembukaan lengkap adalah 8 jam.
Pada pengkaji memberikan terapi mendengarkan instrument musik klasik
dan murottal al-Quran untuk membuat ibu rileksasi dan tenang. Menurut Rohmah
dkk, (2017) mengatakan Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat nyeri yang
awalnya dari 30 responden seluruhnya (100,0 %) mengalami tingkat nyeri berat,
menjadi 19 responden yang sebagian besar (63,3 %) mengalami tingkat nyeri
sedang setelah diberikan terapi musik. Dalam pelaksanaannya Ny.Fb ketika
mendengarkan instrument musik klasik dan Murottal Alquran merasa lebih
tenang. Pada pukul 13.30 WIB ketika Ny.Fb lebih tenang, Ny Fb kooperatif diajak
berjalan-jalan oleh pengkaji untuk merangsang kepala turun ke jalan lahir karena
sudah lebih tenang dan mampu mengatasi nyeri yang dialami.
Pada kala I pengkaji juga memberikan ibu buah kurma sebagai sumber
kalori yang mudah dipecah oleh tubuh. Kurma merupakan buah yang
mengandung zat oksitosin. Menurut penelitian Adenin (2020) mengatakan bahwa
hasil studi literatur empat jurnal tentang produksi ASI pada ibu post partum yang
diberikan sari kurma di dapatkan tiga jurnal menjelaskan produksi ASI pada ibu
post partum yang diberikan sari kurma lebih lancar di bandingkan kelompok
kontrol dan 1 jurnal menjelaskan kelompok perlakuan kadar prolaktin lebih
banyak di banding kelompok control. Asi yang keluar ini merupakan tingginya
kadar oksitosin yang merangsang prolactin untuk keluar. Sehingga pengkaji
memberikan kurma sebagai booster oksitosin alami untuk merangsang oksitosin
pada Ibu.
Pada jam 16.30 ibu dilakukan pemeriksaan dalam kedua, ibu mengatakan
perutnya kenceng – kenceng semakin sering. Setelah dilakukan pemeriksaan
didapatkan hasil, K/U = Cukup, Kes = CM, TD = 110/70mmHg, S = 36,6 C, N =
88x/m, RR = 20x/m, HIS = 3x10’x40” dan DJJ + 148 x/m. VT = v/v ada blood
slym (+), portio lunak, pembukaan 2 cm, efficement 50%, ket +, HI, preskep,
UUK jam 12, molase 0, tidak ada bagian yang menumbung disamping kanan dan
kiri kepala. Kemudian ibu dianjurkan miring tidur miring kiri dianjurkan untuk
tidur miring kekiri, menganjurkan ibu untuk istirahat tidur jika ibu tidak
merasakan sakit yang sering, suami dan keluarga untuk mendampingi ibu selama
persalinan dan memberikan makanan kepada ibu selama ibu tidak nyeri.
Pada kala I, pengkaji juga memberikan terapi pijatan pada punggung ibu.
Hasil penelitian (Priharyanti, 2015) tingkat nyeri sebelum dilakukan massage
effleurage diperoleh rata-rata 3,78, sesudah dilakukan massage effleurage
diperoleh rata-rata 2,96, dengan nilai p-value (0,000) ≤ α (0,05) dan nilai z
hitung : -4,359. Kesimpulannya adalah ada pengaruh massage effleurage terhadap
tingkat nyeri persalinan kala I. Hal sesuai dengan Sari et al (2018), bahwa nyeri
pada saat melahirkan memiliki derajat yang paling tinggi diantara rasa nyeri yang
lain seperti patah tulang atau sakit gigi. Salah satu upaya untuk mengurangi rasa
nyeri dengan dengan melakukan massage. Massage (pijatan ringan) merupakan
tindakan penenkanan oleh tangan pada jaringan lunak, biasanya otot tendon atau
ligament tanpa menyebabkan pergeseran atau perubahan posisi sendi guna
menurunkan rasa nyeri, menghasilkan relaksasi dan atau meningkatkan sirkulasi.
Gerakan yang dimaksud seperti gerakan memutar oleh telapak tangan, gerakan
menekan dan mendorong kedepan dan kebelakang, menggunakan tenaga,
meremas-remas dan meliuk-liuk.
Pada jam 17.15 WIB ibu mengatakan keluar cairan dari jalan lahirnya,
setelah dilakukan pemeriksaan dalam didapatkan hasil Ibu mengatakan keluar
cairan dari jalan lahir VT = v/v ada blood slym (+), portio lunak, pembukaan 3
cm, efficement 50%, ket (-), HII, preskep, UUK jam 12, molase 0, tidak ada
bagian yang menumbung disamping kanan dan kiri kepala. Kemudian ibu
dianjurkan untuk miring kiri kembali, menambah asupan makanan dan konsumsi
kurma serta meneruskan memberikan pijatan pada punggung ibu.
Pada jam 20.00 WIB Ibu mengatakan kenceng-kencengnya semakin sering
dan rasa ingin buang air besar tak tertahannkan. Pada pemeriksaan didapatkan
K/U = Cukup, Kes = CM, TD = 120/80mmHg, S = 36,7 C, N = 86x/m, RR =
19x/m HIS = 4x10’x40” DJJ + 158 x/m dan VT = v/v ada blood slym (+), portio
lunak, pembukaan 8 cm, efficement 75%, ket (-), HII, preskep, UUK jam 12,
molase 0, tidak ada bagian yang menumbung disamping kanan dan kiri kepala.
Pada Ny. Fb terjadi pada pukul 21.05 Ny.Fb masuk kala II persalinan, dimulai
dari pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi,
pada kala II his menjadi lebih kuat, lebih sering dan semakin lama. Proses ini
berlangsung selama ± 0,5 jam pada multigravida. berdasarkan hasil observasi
pada partograf, bahwa tidak melewati garis waspada. Segera setelah pembukaan
lengkap, Ny. D. mengalami tanda merasa ada dorongan untuk buang air besar dan
dorongan meneran yang kuat serta tambak vulva membuka dan perineum
menonjol. Setelah dilakukan Pada jam 21.05 Ny. Fb melahirkan anak Ibu akan
merasakan adanya dorongan kuat untuk meneran bersama dengan adanya
kontraksi, adanya tekanan pada anus dan tampakperineum menonjol, vulva dan
sfingter ani membuka, serta meningktnya produksi pengeluaran lender bercampur
darah. tanda pasti kala II di tentukan melalui pemeriksaan dalam yang hasilnya
pembukaan serviks telah lengkap dan terlihatnya bagian kepala bayi melalui
introitus vagina. Segera setelah pembukaan lengkap, Ny. Fb. mengalami tanda
merasa ada dorongan untuk buang air besar dan dorongan meneran yang kuat
serta tambak vulva membuka dan perineum menonjol. Setelah dilakukan pimpin
persalinan, Pada pukul 21.05 WIB, bayi lahir spontar, letak belakang kepala, bayi
langsung menangis dan bergerak aktif. Jenis kelamin perempuan. Lama persalinan
kala II Ny. D adalah 35 menit kemudian dilakukan IMD dan berlanjut sesuai
APN. Berdasarkan paparan diatas tidak terdapat kesenjangan antara teori dan
kasus pada Ny. Fb dimana kala II berlangsung selama 35 menit dan masih dalam
batas normal serta tidak ada temuan yang abnormal.
Pada jam 21.05 WIB Ny.Fb masuk pada kala III persalinan, dimulai sejak
lahirnya bayi hingga lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit
setelah penyuntikan oksitosin. Pada manajemen aktif kala III ini bertujuan untuk
menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga mencegah terjadinya
perdarahan dan mengurangi kehilangan darah.Tanda-tanda pelepasan plasenta
yaitu terjadinya perubahan bentuk dan tinggi fundus, tali pusat memanjang, dan
terjadinya semburan darah secara mendadak dan singkat.
Kala III dimulai segera setelah bayi lahir hingga lahirnya plasenta, yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit (Jenny J.S, 2013). Uterus teraba keras
dengan fundus uteri setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi dua kali lebih
tebal dari sebelumnya. Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan
pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 menit, seluruh plasenta terlepas, terdorong
kedalam vagina, dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas
simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah
bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-
200 cc (Mochtar,2011).
Pada kasus Ny. fb kala III berlangsung 10 menit dimulai jam 21.05 WIB
dengan adanya perubahan TFU setelah bayi lahir setinggi pusat dengan bentuk
uterus globuler, adanya semburan darah yang cepat dan singkat serta tali pusat
bertambah panjang, plasenta lahir lengkap pada jam 21.15 WIB.
Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan tidak terdapat kesenjangan
antara teori dan kasus pada Ny. Fb dimana kala III berlangsung selama 10 menit,
plasenta lahir secara spontan serta ada robekan derajat II pada jalan lahir serta
tidak ada temuan yang abnormal.
Persalianan kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam
postpartum. Dan perhatikan 7 pokok penting pada kala IV yaitu kontraksi uterus,
perdarahan, kandung kemih, luka luka jahitan baik atau tidak dan ada perdarahan
atau tidak, plasenta dan selaput ketuban harus lengkap, keadaan umun ibu
(tekanan darah, nadi, pernafsan dan masalah lain), bayi dalam keadaan baik
(Jenny J.S, 2013).
Pada Ny. Fb kala IV dimulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam post
partum yaitu dilakukan observasi TTV (tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan)
setiap 15 menit pada satu jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua serta
menilai perdarahan pervaginam yaitu kontraksi uterus baik (teraba keras),
perdarahan ± 100 cc berwarna merah segar, kandung kemih kosong, terdapat
robekan pada perineum derajat 2 dan segera dilakukan penjahitan dengan anastesi.
Plasenta dan selaput ketuban lengkap, keadaan umum ibu baik TD: 100/60
mmHg, N:88 x/menit.
Kala IV pada NY. Fb ditemukan hasil pemeriksaan dalam batas normal
tidak ada temuan yang abnormal serta keadaan ibu dan bayi baik. Pada kasus
diatas pada Ny. Fb tidak ada kesenjangan dengan teori hal ini dikarenakan
kesiapan ibu dalam menghadapi persalinan, pengalaman ibu pernah melahirkan
bayi sebelumnya dan dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu.

PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada pembahasan asuhan kebidanan persalinan
secara berkelanjutan pada Ny. Fb, G2P1A0, Uk 40 minggu dengan inpartu
kala I fase laten, bahwa asuhan persalinan yang diberikan berdasarkan standar
yang ditetapkan yaitu dengan menggunakan 60 langkah asuhan persalinan
normal.
Proses persalinan kala I tidak mengalami komplikasi yang menyertai,
persalinan kala II berlangsung normal serta persalinan kala II dan IV tidak ada
kompliksai. Hasil pelayanan asuhan persalinan yang diberikan bahwa kondisi
Ny. Fb lahir secara spontan, kondisi ibu dan janin baik. Tidak ada masalah
atau komplikasi selama persalinan berlangsung. Hasil evaluasi menunjukkan
bahwa kondisi Ny. Fb dan bayi dalam keadaan sehat.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Tenaga Kesehatan
Pentingnya memberikan asuhan kebidanan secara berkelanjutan pada
ibu bersalin melalu pendekatan holistik berdasarkan standar asuhan
kebidannan yang ditetapkan
5.2.2 Bagi Ibu Bersalin
Pentingnya kooperatif dalam setiap asuhan atau tindakan dalam pelayanan
kebidanan untuk meningkatkan keberhasilan asuhan yang diberikan.

DAFTAR PUSTAKA

JNPK-KR. 2014. Asuhan Persalinan Normal.


Rohani, Saswita R, dan Marisah. 2013. Asuhan Kebidanan pada Masa
Persalinan. Jakarta: Salemba Medika.
Sulistyawati, A dan Nugraheny, E.2013. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin.
Jakarta: Salemba Medika.

Haryanti, Y., Frelestanty, E., Amartami, R., & Kebidanan, P. S. (2019).


Karakteristik kejadian rupture perineum pada persalinan normal. 5, 2014–
2017.
Hidayati, S. N. (2017). Asuhan Kebidanan Komprehensif (Continuity Of
Care/COC) Pada Ny. S Di Praktik Mandiri Bidan Ny. N, Kecamatan
Curahdami, Kabupaten Bondowoso. Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Liem, A. M. (2013). Laporan Tugas Akhir Asuhan Kebidanan Berkelanjutan Pada
Ny. E.N Di Puskesmas Lilana Tanggal 30 April S/D 30 Juni 2019. Journal
of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Ningsih, D. A. (2017). CONTINUITY OF CARE KEBIDANAN MIDWIFERY
CONTINUITY OF CARE Hubungan pelayanan kontinuitas adalah hubungan
terapeutik perempuan , kualitas hubungan bidan dan. IV(2), 67–77.
Rosyati, H. (2017). BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN. Fakultas Kedokteran
dan Kesehatan Universitas Muhammadyah Jakarta.
Sari, D. P., St, S., Rufaida, Z., Bd, S. K., Sc, M., Wardini, S., Lestari, P., St, S., &
Kes, M. (2018). Nyeri persalinan. 1–117.
Wahyuni, S., & Hardayanti. (2018). Gambaran kejadian rupture perineum pada
persalinan normal di puskesmas jumpandangbarutahun 2017. 3, 87–94.
Yanuarini, Triatmi, A., Dwi, Estuning, R., & Hanna, S. H. (2003). Hubungan
Paritas Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Hamil TRimester III Dalam
Menghadapai Persalinan. 2003–2008.
Sulistyawati, A. 2014. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta:
Salemba Medika.
Sulistyawati, A dan Nugraheny, E.2013. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin.
Jakarta: Salemba Medika.

Lampiran 1. Lampiran Soapie Ibu Bersalin

Asuhan Kebidanan Persalinan Pada Ny. “Fb“ usia 32 tahun G2P1A0 Usia
Kehamilan 40 Minggu Janin T/H/I Inpartu Kala I fase Laten

E. Implementasi
Tgl/Ja PENATALAKSANAAN Paraf
m
14/12/2 1. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga bahwa ibu
0 memasuki fase pembukaan persalinan dan kondisi ibu
Adenin
12.30 serta bayi dalam keadaan baik dan sehat.

2. Mejelaskan pada ibu Observasi tanda-tanda vital, VT


setiap 4 jam, DJJ dan HIS 30 menit sekali. Adenin
3. Mengajarkan ibu teknik relaksasi dan pengaturan
nafas pada saat kontraksi, ibu menarik nafas melalui
Adenin
hidung dan dikeluarkan melalui mulut selama timbul
kontraksi.
4. Menawarkan kepada ibu untuk memutar murottal Al-
Quran dan Instrument musik klasik untuk membantu Adenin
relaksasi.

5. Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung


kemihnya dan menyarankan agar ibu tidak menahan
Adenin
BAK.

6. Menganjurkan untuk makan dan minum selama tidak


ada kontraksi. Adenin

7. Menganjurkan kepada ibu untuk mengkonsumsi Buah


Kurma Sukari Ruttab yang mengandung banyak zat
Adenin
oksitosin dan Buah Kurma Sukari Tamr yang
mengandung glukosa yang mudah dipecah oleh tubuh
untuk menambah energi.

8. Memberikan pijatan dengan teknik effleurage pada


punggung ibu untuk memberikan rasa nyaman dan Adenin
meringankan rasa sakit akibat kontraksi.

9. Menganjurkan ibu jalan-jalan untuk mempercepat


Adenin
penurunan kepala janin.

F Evaluasi
1) Menjelaskan kepada ibu dan keluarga bahwa ibu memasuki fase
pembukaan persalinan dan kondisi ibu serta bayi dalam keadaan baik dan
sehat
E/ Ibu mengetahui bahwa saat ini ibu sudah memasuki fase pembukaan
persalinan sehingga ibu lebih tenang, yakin dan tabah dalam menjalani
proses persalinan
2) Mejelaskan pada ibu Observasi tanda-tanda vital, VT setiap 4 jam, DJJ
dan HIS 30 menit sekali.
E/ hasil pemeriksaan didapatkan TD 110/70 mmHg, N 88x/m, RR 20x/m,
Suhu 37 oC. His : 2x10 40”, DJJ 148x/m. Hasil VT :

Periksa : Porsio lunak eff 50%, Ø 1 cm, ketubsn +, presentasi


dalam kepala,denominator ubun-ubun kecil, H1, molase
O, tidak ada bagian terkecil yang membumbung.

3) Mengajarkan ibu teknik relaksasi dan pengaturan nafas pada saat


kontraksi, ibu menarik nafas melalui hidung dan dikeluarkan melalui
mulut selama timbul kontraksi.
E/ Ibu dapat menarik nafas lewat hidung dan menghembuskan napas
lewat mulut saat kontraksi datang.
4) Menawarkan kepada ibu untuk memutar murottal Al-Quran dan
Instrument musik klasik untuk membantu relaksasi.
E/ Ibu menginjinkan memutar untuk memutar murottal Al-Quran dan
Instrument musik klasik untuk membantu relaksasi.
5) Menganjurkan kepada ibu untuk mengkonsumsi Buah Kurma Sukari
Ruttab yang mengandung banyak zat oksitosin dan Buah Kurma Sukari
Tamr yang mengandung glukosa yang mudah dipecah oleh tubuh untuk
menambah energy.
E/ ibu memakan Sukari Ruttab sebanyak 5 biji dan Sukari Tarm
sebanyak 3 biji.
6) Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya dan
menyarankan agar ibu tidak menahan BAK.
E/ Ibu buang air kecil di kamar mandi didampingi oleh suami.
7) Menganjurkan untuk makan dan minum selama tidak ada kontraksi.
E/ Ibu minum teh manis hangat sebanyak 100 cc dan minuman isotonic
sebanyak 50 cc.
8) Memberikan pijatan dengan teknik effleurage pada punggung ibu untuk
memberikan rasa nyaman dan meringankan rasa sakit akibat kontraksi.
E/ Ibu mengatakan pijatan yang diberikan dapat meringannkan rasa sakit.
9) Menganjurkan ibu jalan-jalan untuk mempercepat penurunan kepala
janin.
E/ Ibu mau brjalan-jalan, ketika his datang ibu duduk, dan mulai berjalan
lagi setelah his hilang.

CATATAN PERKEMBANGAN
14/12/20 S: Ibu mengatakan perutnya kenceng – kenceng semakin sering.
16.30 O: K/U = Cukup Kes = CM
TD = 110/70mmHg S = 36,6 C
N = 88x/m RR = 20x/m
HIS = 3x10’x40” DJJ + 148 x/m
Vt = v/v ada blood slym (+), portio lunak, pembukaan 2 cm,
efficement 50%, ket +, HI, preskep, UUK jam 12, molase 0,
tidak ada bagian yang menumbung disamping kanan dan kiri
kepala.
A: Ny “Fb” G2P1A0 UK 40 Minggu T/H kala 1 fase laten
P:
1. Memberitahu kondisi dan hasil pemeriksaan ibu dan bayibaik.
Pembukan sudah bertambah. Ibu mengerti.
2. Mengajarkan ibu teknik relaksasi dan pengaturan nafas pada
saat kontraksi, ibu menarik nafas melalui hidung dan
dikeluarkan melalui mulut selama timbul kontraksi. Ibu
bersedia.
3. Melanjutkan memutar murottal Al-Quran dan Instrument
musik klasik untuk membantu relaksasi. Ibu bersedia.
4. Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya
dan menyarankan agar ibu tidak menahan BAK. Ibu
mengerti.
5. Menganjurkan untuk makan dan minum selama tidak ada
kontraksi. Ibu bersedia
6. Menganjurkan kepada ibu untuk mengkonsumsi Buah Kurma
Sukari Ruttab yang mengandung banyak zat oksitosin dan
Buah Kurma Sukari Tamr yang mengandung glukosa yang
mudah dipecah oleh tubuh untuk menambah energi. Ibu
bersedia
7. Memberikan pijatan dengan teknik effleurage pada punggung
ibu untuk memberikan rasa nyaman dan meringankan rasa
sakit akibat kontraksi. Ibu bersedia
8. Menganjurkan ibu untuk tidak meneran terlebih dahulu,
dikarenakan pembukaaan belum lengkap. Ibu mengerti
14/12/20 S: Ibu mengatakan keluar cairan dari jalan lahir
17.15 O: K/U = Cukup HIS = 3x10’x40”
Kes = CM DJJ + 152 x/m
Vt = v/v ada blood slym (+), portio lunak, pembukaan 3 cm,
efficement 50%, ket (-), HII, preskep, UUK jam 12, molase 0,
tidak ada bagian yang menumbung disamping kanan dan kiri
kepala.
A: Ny “Fb” G2P1A0 UK 40 Minggu T/H kala 1 fase laten.
P:
1. Memberitahu kondisi dan hasil pemeriksaan ibu dan bayi
baik. Pembukan sudah bertambah. Ibu mengerti.
2. Mengajarkan ibu teknik relaksasi dan pengaturan nafas pada
saat kontraksi, ibu menarik nafas melalui hidung dan
dikeluarkan melalui mulut selama timbul kontraksi. Ibu
bersedia.
3. Melanjutkan memutar murottal Al-Quran dan Instrument
musik klasik untuk membantu relaksasi. Ibu bersedia.
4. Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya
dan menyarankan agar ibu tidak menahan BAK. Ibu
mengerti.
5. Menganjurkan untuk makan dan minum selama tidak ada
kontraksi. Ibu bersedia
6. Menganjurkan kepada ibu untuk mengkonsumsi Buah Kurma
Sukari Ruttab yang mengandung banyak zat oksitosin dan
Buah Kurma Sukari Tamr yang mengandung glukosa yang
mudah dipecah oleh tubuh untuk menambah energi. Ibu
bersedia
7. Memberikan pijatan dengan teknik effleurage pada punggung
ibu untuk memberikan rasa nyaman dan meringankan rasa
sakit akibat kontraksi. Ibu bersedia
8. Menganjurkan ibu untuk tidak meneran terlebih dahulu,
dikarenakan pembukaaan belum lengkap. Ibu mengerti.
14/12/20 S: Ibu mengatakan kenceng-kencengnya semakin sering dan rasa
20.00 ingin buang air besar tak tertahannkan.
O: K/U = Cukup HIS = 4x10’x40”
Kes = CM DJJ + 158 x/m
TD = 120/80mmHg S = 36,7 C
N = 86x/m RR = 19x/m
Vt = v/v ada blood slym (+), portio lunak, pembukaan 8 cm,
efficement 75%, ket (-), HII, preskep, UUK jam 12, molase 0,
tidak ada bagian yang menumbung disamping kanan dan kiri
kepala.
A: Ny “Fb” G2P1A0 UK 40 Minggu T/H kala 1 fase aktif.
P:
1. Memberitahu kondisi dan hasil pemeriksaan ibu dan bayi
baik. Pembukan sudah bertambah. Ibu mengerti.
2. Mengajarkan ibu teknik relaksasi dan pengaturan nafas pada
saat kontraksi, ibu menarik nafas melalui hidung dan
dikeluarkan melalui mulut selama timbul kontraksi. Ibu
bersedia.
3. Melanjutkan memutar murottal Al-Quran dan Instrument
musik klasik untuk membantu relaksasi. Ibu bersedia.
4. Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya
dan menyarankan agar ibu tidak menahan BAK. Ibu
mengerti.
5. Menganjurkan untuk makan dan minum selama tidak ada
kontraksi. Ibu bersedia
6. Menganjurkan kepada ibu untuk mengkonsumsi Buah Kurma
Sukari Ruttab yang mengandung banyak zat oksitosin dan
Buah Kurma Sukari Tamr yang mengandung glukosa yang
mudah dipecah oleh tubuh untuk menambah energi. Ibu
bersedia
7. Memberikan pijatan dengan teknik effleurage pada punggung
ibu untuk memberikan rasa nyaman dan meringankan rasa
sakit akibat kontraksi. Ibu bersedia
8. Menganjurkan ibu untuk tidak meneran terlebih dahulu,
dikarenakan pembukaaan belum lengkap. Ibu mengerti.
14/12/20 S: Ibu mengatakan kenceng-kenceng semakin sering dan ingin
20.30 meneran
O: K/U = Cukup HIS = 4x10’x45”
Kes = CM DJJ + 158 x/m
Vt = v/v ada blood slym (+), portio lunak, pembukaan 10 cm,
efficement 90%, ket (-), HII, preskep, UUK jam 12, molase 0,
tidak ada bagian yang menumbung disamping kanan dan kiri
kepala.
A: Ny “Fb” G2P1A0 UK 40 Minggu T/H inpartu kala II
P:
1. Meletakkan underpad dibawah bokong ibu
2. Membuka partus set dan membuka kelengkapan alat
3. Memakai sarung tangan
4. Menganjurkan ibu untuk memeilih posisi yang nyaman
5. Menganjurkan ibu untuk menran ketika ada kontraksi
6. Saat kepala terlihat 5-6 cm membuka vulva lindungi perineum
dan kepala agar tidak terjadi defleksi maksimal, sehingga
lahirlah kepala
7. Mengecek apakah ada lilitan talipusat. Tidak ada lilitan
talipusat
8. Menunggu kepala bayi melakukan putar paksi luar secara
spontan. Bayi melakukan putar paksi luar
9. Tangan secara biparietal mengayunkan kebawah untuk
mengeluarkan bahu depan dan mengayunkan keatas untuk
melahirkan bahu belakang
10. Melakukan sanggah susur, dan menyusuri bayi.
11. Bayi lahir spontan, menangis kuat, tonus otot bergerak aktif,
kulit kemerahan JK laki-laki.
12. Mengecek apakah ada janin kedua. Tidak ada janin kedua.
TFU setinggi pusat.
13. Memberitahu ibu untuk dilakukan penyuntuntikan oksitosin.
Agar uterus berkontraksi dengan baik. Ibu bersedia
14. Ibu disuntikkan oksitosin 10 IU IM di 1/3 distal lateal paha
15. Melakukan penjempitan talipusat dengan klem kira-kira 2-3
cm dari pusar bayi, dan mengurut talipusat kearah ibu sekitar 2
cm dari klem pertama. Lindungi perut bayi dengan satu
tangan dan melakukan pengguntingan diantara 2 klem tersebut
16. Melakukan IMD selam 30-60 menit dengan tujuan agar bayi
dapat mencari putting susu ibu
14/12/20 S: Ibu mengatakan lega telah melahirkan anaknya dan perut ibu
21.05 mulas

O:
K/U = Cukup
    Kes = CM
    TFU = Setinggi pusat
 Kontraksi baik
 Adanya semburan darah, tali pusat memanjang, uterus
globuler
A: Ny”Fb” P2A0 UK 39-40 Minggu dengan inpartu kala III

P:
1. Memindahkan tali pusat 5-10cm didepan vulva
2. Dilakukan penegangan talipusat terkendali
3. Plasenta lahir spontan
4. Melakukan pengecekan plasenta pada sisi maternal dan sisi
fetal. Plasenta lahir lengkap. Memasukkan plasenta pada
tempat yang telah disiapkan
5. Mengecek laserasi (Laserasi derajat 2).
21.15 S : Ibu mengatakan lega telah melahirkan ari-ari dari bayinya

O: K/U = Cukup                   
     Kes = CM            
     TFU = 2 jari dibawah pusat    PPV = 150cc
     UC = Keras

A: Ny “D” P2A0 dengan kala IV


P:
1. Melakukan pengecekan uterus berkonteraksi dengan baik atau
tidak. Uterus berkontraksi dengan baik
2. Memastikan kandung kemih kosong. Kandung kemih ibu
kosong.
3. Menyiapkan alat untuk menjahit perenium
4. menjahit perenium derajat 2 dengan anastesi
5. Membersikan ibu, alat dan diri
6. Menginformasikan hasil pemeriksaan ibu dan keluarga. Ibu
dan keluarga mengerti.
TD = 110/70 mmHg         S = 36,5 C
      TFU = 2 jari dibawah pusat   
7. Mengajari ibu masase uterus
8. Menganjurkan mobilisasi dini dengan cara menganjurkan ibu
untuk miring kanan kiri.
9. Membersihkan alat-alat bekas pakai dan membuang bahan
bahan yang terkontaminasi pada sampah.
10. Observasi Perdarahan pervaginam
11. Melakukan Perawatan Bayi Baru Lahir
12. Melakukan pendokumentasian

Lampiran 2. Lampiran Soapie Asuhan Bayi Baru Lahir

Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir


Pada Bayi Ny.”Fb” Usia 8 Jam Bayi Baru Lahir Cukup Bulan Sesuai Masa
Kehamilan

E. Implementasi
No Pelaksanaan Paraf
1. Memberikan bayi dengan kain tebal dan hangat dengan
cara dibedong
Adenin

2. Melakukan pemeriksaan kepada bayi secara menyeluruh.


Adenin

3. Memberitahu ibu dan keluarga untuk menjaga bayi agar


tetap hangat dengan cara membedong bayi, memakaikan
Adenin
topi. Ibu dan keluarga bersedia
4. Memberikan konseling mengenai pemberian ASI eksklusif
yaitu bayi diberi ASI saja 2 jam sekali/sekehendaknya
Adenin
hingga berusia 6 bulan, dimana bayi tidak boleh diberikan
makanan atau minuman apapun kecuali ASI.

5. Memberitahu ibu dan keluarga tentang perawatan tali


pusat, cukup diberi kassa saja, tidak perlu diberi betadine
ataupun ramuan. Adenin

6. Memberikan konseling mengenai tanda-tanda bahaya pada


bayi, diantaranya bayi rewel, tali pusat berbau, bengkak
dan berwarna merah, bayi kuning, tidak mau menyusu, jika
Adenin
terjadi tandatanda tersebut, diharapkan ibu membawa bayi
ke fasilitas kesehatan secepatnya.

7. Menyepakati kunjungan ulang dengan ibu dan bayi 5 hari


2. lagi untuk melakukan pemantauan kepada ataupun jika ada
keluhan. Adenin

F. Evaluasi
1. Memberikan bayi dengan kain tebal dan hangat dengan cara dibedong.
E/ Ibu dapat memastikan bayinya hangat.
2. Melakukan pemeriksaan kepada bayi secara menyeluruh..
E/ Ibu mengetahui kondisi anaknya saat ini.
TTV : Nadi : 146
x/menit
Rr :
55x/menit
Suhu : 36,8oC
Berat Badan : 3.300 gram
Panjang Badan : 49 cm
Lingkar kepala : 34 cm
Lingkar Dada : 33 cm

3. Memberitahu ibu dan keluarga untuk menjaga bayi agar tetap hangat
dengan cara membedong bayi, memakaikan topi. Ibu dan keluarga
bersedia
E/ ibu dan keluarga dapat menggedong bayinya dengan baik, apabila ibu
dan keluarga kesulitan ibu bersedia meminta bantuan petugas.
4. Memberikan konseling mengenai pemberian ASI eksklusif yaitu bayi
diberi ASI saja 2 jam sekali/sekehendaknya hingga berusia 6 bulan,
dimana bayi tidak boleh diberikan makanan atau minuman apapun kecuali
ASI.
E/ ASI ibu telah keluar dan ibu dapat menyusui bayinya dengan posisi
yang baik
5. Memberitahu ibu dan keluarga tentang perawatan tali pusat, cukup diberi
kassa saja, tidak perlu diberi betadine ataupun ramuan.
E/ Ibu dan keluarga dapat menyebutkan dan melakukan cara-cara merawat
tali pusat.
6. Memberikan konseling mengenai tanda-tanda bahaya pada bayi,
diantaranya bayi rewel, tali pusat berbau, bengkak dan berwarna merah,
bayi kuning, tidak mau menyusu, jika terjadi tandatanda tersebut,
diharapkan ibu membawa bayi ke fasilitas kesehatan secepatnya.
E/ Ibu dan keluarga dapat menyebutkan tanda-tanda bahaya pada bayi, dan
siap segera datang ke fasilitas kesehatan apabila bayi ibu mengalami salah
satunya
7. Menyepakati kunjungan ulang dengan ibu dan bayi 5 hari lagi untuk
melakukan pemantauan kepada ataupun jika ada keluhan.
E/ ibu bersedia datang ke tenaga kesehatan lima hari lagi serta dapat
menyebutkan tanggal kembali.
Lampiran 3. Partograf
Lampiran 4. Jurnal Evidence Based

Anda mungkin juga menyukai