Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL

PADA NY. F USIA 22 TAHUN DENGAN PARTUS MACET

DI RSUD UNGARAN SEMARANG

Laporan Ilmiah
Disusun oleh :
Nama : Roudlotul Jannah
NIM : P1337424115021

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
SEMARANG
2017
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal pada Ny. F usia 22 tahun


dengan partus macet di RSUD Ungaran. Laporan ilmiah ini disusun oleh :

Nama : Roudlotul Jannah

NIM : P1337424115021

Disetujui dan disahkan pada :

Hari :

Tanggal :

Menyetujui,

Pembimbing Klinik Mahasiswa

Riyati, Amd.Keb Roudltul Jannah


NIP. NIM. P1337424115021

Mengetahui,

Pembimbing Institusi

Sandy Isna Maharani, S.SIT, M.Tr.Keb


NIP:
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan ilmiah ini dengan Judul
“Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal pada Ny. H usia 27 tahun hamil
40 minggu dengan Ketuban Pecah Dini di RSUD Ungaran”. Laporan ilmiah ini
disusun untuk memenuhi target kompetensi mata kuliah Praktik Kebidanan
Kegawatdaruratan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak
yang telah membantu untuk menyelesaikan laporan ilmiah ini, antara lain:

1. Ibu Runjati, M.Mid selaku Ketua Jurusan Kebidanan Semarang


2. Ibu Sri Sumarni, M.Mid selaku ketua Prodi DIII Kebidanan Semarang
3. Ibu Farida Sukowati, S.ST.M.Kes selaku dosen pembimbing
4. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca


demi sempurnanya tulisan ini. Penulis tetap berharap semoga laporan ilmiah ini
dapat memberi manfaat bagi pembaca.

Semarang, November 2017

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Partus macet adalah suatu persalinan yang mengalami kemacetan dan
berlangsung lama sehingga timbul komplikasi pada anak, komplikasi pada
ibu,atau didapatkan adanya infeksi intrauterin. Proses persalinan dipengaruhi oleh
3 faktor yang berperan yaitu kekuatan mendorong janin keluar (power), yang
meliputi his (kekuatan uterus), kontraksi otot dinding perut, dan kontraksi
diafragma. Faktor lain adalah faktor janin (passanger), faktor jalan lahir
(passage) dan faktor penolong serta faktor psikis (Mochtar, 1998)
Apabila semua faktor ini dalam keadaan baik, sehat dan seimbang, maka
proses persalinan akan berlangsung dengan baik. Namun apabila salah satu dari
faktor tersebut mengalami kelainan, misalnya keadaan yang menyebabkan his
tidak adekuat, kelainan pada bayi, kelainan jalan lahir, kelainan penolong ataupun
gangguan psikis maka persalinan tidak dapat berjalan secara baik. Persalinan yang
mengalami kesulitan untuk berjalan spontan normal jugadi pengaruhi berbagai
faktor yang kompleks, misalnya ketidaktahuan akan bahaya persalinan,
keterampilan yang kurang, sarana yang tidak memadai, masih tebalnya
kepercayaan pada dukun serta rendahnya pendidikan dan rendahnya keadaan
sosial ekonomi rakyat (Kusumawati, 2006)
Partus lama masih merupakan suatu masalah di Indonesia. Berdasar hasil
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 2002-2003 dilaporkan
bahwa dari seluruh persalinan, kejadian persalinan lama adalah sebesar 31%,
perdarahan berlebihan terjadi pada 7% persalinan, dan angkake jadian infeksi
sebesar 5%. Sementara ibu yang tidak mengalami komplikasi selama persalinan
adalah sebesar 64%. Berdasarkan survei ini, maka pelayanan berbagai
pendekatan (Kusumawati, 2006).

Berdasarkan besarnya angka kejadian Ketuban Pecah Dini maka penulis


tertarik untuk mengkaji permasalahan dengan memaparkan lewat presentasi kasus
dengan judul ” Asuhan Kebidanan Pada Ny. H Dengan Ketuban Pecah Dini
Gestasi 40 Minggu di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ungaran Sebagai
wujud perhatian dan tanggung jawab penulis dalam memberikan kontribusi
pemikiran yang berkompoten dengan masalah tersebut guna mencari solusi
terbaik atas permasalahan diatas.
A. Rumusan Masalah
Bagaimana penerapan Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Ny. H
Dengan Ketuban Pecah Dini Gestasi 40 Minggu di Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Ungaran?
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mampu menerapkan pola pikir ilmiah dalam melaksanakan Asuhan
Kebidanan Maternal Patologis.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi data dasar pada neonatus patologis.
b. Mengidentifikasi diagnosa/masalah aktual pada Maternal patologis.
c. Mengantisipasi diagnosa masalah potensial pada Maternal patologis.
d. Melakukan tindakan segera dan kolaborasi pada Maternal patologis.
e. Menyusun rencana tindakan asuhan kebidanan pada Maternal
patologis.
f. Mengimplementasikan asuhan kebidanan pada Maternal patologis.
g. Mengevaluasi asuhan kebidanan pada Maternal patologis.
h. Melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan pada Maternal
patologis.

C. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan laporan ilmiah ini secara sistematis
meliputi:
1. Studi Kepustakaan
Dengan membaca dan mempelajari berbagai buku dan literatur dan data
dari internet yang berhubungan dengan Maternal paologi.
2. Studi Kasus
Dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah dalam asuhan
kebidanan yang meliputi: identifikasi dasar, identifikasi
diagnose/masalah aktual, antisipasi diagnosa/masalah potensial, tindakan
segera/kolaborasi, rencana asuhan kebidanan, implementasi asuhan
kebidanan, evaluasi asuhan kebidanan dan pendokumentasian asuhan
kebidanan dengan metode:
a. Wawancara
Penulis melakukan wawancara dengan keluarga pasien bidan.
b. Observasi
Penulis mengadakan pengamatan secara langsung terhadap pasien.
c. Pemeriksaan fisik
Penulis melakukan pemeriksaan fisik pada pasien melalui inspeksi,
palpasi, auskultasi dan perkusi secara sistematis dari kepala sampai
kaki.
3. Studi Dokumentasi
Dengan membaca dan mempelajari status serta menginterpretasikan data
yang berhubungan dengan pasien yang bersumber dari catatan bidan
maupun sumber lain yang menunjang.
4. Diskusi
Diskusi dengan tenaga kesehatan yakni bidan dan dosen pembimbing
serta sumber lain yang menunjang.

D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pembahasan laporan ilmiah ini adalah penerapan Asuhan
Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Ny. H Dengan Ketuban Pecah Dini
Gestasi 40 Minggu di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ungaran
E. Sistematika Penulisan
Laporan asuhan kebidanan ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:
a. BAB I
Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan,
metode pembahasan, ruang lingkup dan sistematika penulisan.
b. BAB II
Tinjauan teori tentang KPD.
c. BAB III
Tinjauan kasus.
d. BAB IV
Pembahasan.
e. BAB V
Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB ΙΙ

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Partus Macet


Partus macet adalah suatu keadaan dari suatu persalinan yang mengalami
kemacetan dan berlangsung lama sehingga timbul komplikasi ibu maupun janin
(anak).
Partus macet adalah persalinan dengan tidak ada penurunan kepala > 1 jam
untuk nulipara dan multipara. (Sarwono, 2008)

B. Penyebab persalinan macet


Diantaranya adalah:
1. Kelainan letak janin
2. Kelainan jalan lahir
Jalan lahir dibagi atas bagian tulang yang terdiri atas tulang-tulang panggul
dengan sendi-sendinya dan bagian lunak terdiri atas otot-otot, jaringan-jaringan
dan ligamen-ligamen.
Dengan demikian distosia akibat jalan lahir dapat dibagi atas:
a. Distosia karena kelainan panggul
Kelainan panggul dapat disebabkan oleh; gangguan pertumbuhan, penyakit tulang
dan sendi (rachitis, neoplasma, fraktur), penyakit kolumna vertebralis (kyphosis,
scoliosis), kelainan ekstremitas inferior (coxitis, fraktur). Kelainan panggul dapat
menyebabkan kesempitan panggul.
Kesempitan panggul dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu;
1) Kesempitan pintu atas panggul, pintu atas panggul dikatakan sempit jika
ukuran konjugata vera kurang dari 10 cm atau diameter transversa kurang dari 12
cm. Kesempitan pintu atas panggul dapat menyebabkan persalinan yang lama atau
persalinan macet karena adanya gangguan pembukaan yang diakibatkan oleh
ketuban pecah sebelum waktunya yang disebabkan bagian terbawah kurang
menutupi pintu atas panggul sehingga ketuban sangat menonjol dalam vagina dan
setelah ketuban pecah kepala tetap tidak dapat menekan cerviks karena tertahan
pada pintu atas panggul.
2) Kesempitan panggul tengah, bila jumlah diameter interspinarum ditambah
diameter sagitalis posterior £13,5 cm (normalnya 10,5 +5 cm =15,5 cm ).
Pada panggul tengah yang sempit, lebih sering ditemukan posisi oksipitalis
posterior persisten atau presentasi kepala dalam posisi lintang tetap (transverse
arrest)
3) Kesempitan pintu bawah panggul, diartikan jika distansia intertuberum £ 8
cm dan diameter transversa + diameter sagitalis posterior < 15 cm (N =11 cm+7,5
cm = 18,5 cm), hal ini dapat menyebabkan kemacetan pada kelahiran janin ukuran
biasa. Sedangkan kesempitan panggul umum, mencakup adanya riwayat fraktur
tulang panggul, poliomielitis, kifoskoliosis, wanita yang bertubuh kecil, dan
dismorfik, pelvik kifosis
b. Distosia karena kelainan jalan lahir lunak
Persalinan kadang-kadang terganggu oleh karena kelainan jalan lahir lunak
(kelainan tractus genitalis). Kelainan tersebut terdapat di vulva, vagina, cerviks
uteri, dan uterus:
1) abnormalitas vulva ( atresia vulva, inflamasi vulva, tumor dekat vulva)
2) abnormalitas vagina (atresia vagina, seeptum longitudinalis vagina, striktur
anuler)
3) abnormalitas serviks (atresia dan stenosis serviks, Ca serviks)
4) Kelainan letak uterus (antefleksi, retrofleksi, mioma uteri, mioma serviks)
5) Tumor ovarium
3. kelainan keluaran his dan meneran
His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan
hambatan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, jika tidak
dapat diatasi dapat megakibatkan kemacetan persalinan. His yang normal dimulai
dari salah satu sudut di fundus uteri yang kemudian menjalar merata simetris ke
seluruh korpus uteri dengan adanya dominasi kekutan pada fundus uteri,
kemudian mengadakan relaksasi secara merata dan menyeluruh. Baik atau
tidaknya his dinilai dengan kemajuan persalinan, sifat dari his itu sendiri
(frekuensinya, lamanya, kuatnya dan relaksasinya) serta besarnya caput
succedaneum.
Adapun jenis-jenis kelainan his sebagai berikut:
a. Inersia uteri
His bersifat biasa, yaitu fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih dahulu
daripada bagian lain. Kelainannya terletak dalam hal bahwa kontaksi berlangsung
terlalu lama dapat meningkatkan morbiditas ibu dan mortalitas janin. Keadaan ini
dinamakan dengan inersia uteri primer. Jika setelah belangsungnya his yang kuat
untuk waktu yang lama dinamakan inersia uteri sekunder. Karena dewasa ini
persalinan tidak dibiarkan berlangsung lama (hingga menimbulkan kelelahan otot
uterus) maka inersia uterus sekunder jarang ditemukan.

b. His yang terlalu kuat


His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan selesai
dalam waktu yang sangat singkat. Partus yang sudah selesai kurang dari tiga jam
disebut partus presipitatus. Sifat his normal, tonus otot diluar his juga normal,
kelainannya hanya terletak pada kekuatan his. Bahaya dari partus presipitatus
bagi ibu adalah perlukaan pada jalan lahir, khususnya serviks uteri, vagina dan
perineum. Sedangkan bagi bayi bisa mengalami perdarahan dalam tengkorak
karena bagian tersebut menglami tekanan kuat dalam waktu yang singkat.
c. Kekuatan uterus yang tdak terkoordinasi
Disini kontraksi terus tidak ada koordinasi antara kontraksi bagian atas,
tengah dan bawah, tidak adanya dominasi fundal, tidak adanya sinkronisasi antara
kontraksi daripada bagian-bagiannya. Dengan kekuatan seperti ini, maka tonus
otot terus meningkat sehingga mengakibatkan rasa nyeri yang terus menerus dan
hipoksia janin. Macamnya adalah hipertonik lower segment, colicky uterus,
lingkaran kontriksi dan distosia servikalis
4. Kelainan Mengejan

Pada umumnya persalinan kala II kemajuannya sangat dibantu oleh hejan


perut, yang biasanya dikerjakan bersama-sama pada waktu his. Kelainan
mengejan disebabkan oleh:
a. Otot dinding perut lemah
b. Distasis recti, abdomen pendulans dan jarak antara kedua m. recti lebar
c. Refleks mengejan hilang oleh karena pemberian narkose atau anestesi
d. Kelelahan (otot dinding perut menjadi lemah)
5. Pimpinan persalinan yang salah
pimpinan persalinan yang salah dari penolong juga bisa menjadi salah satu
penyebab terjadinya partus macet.
6. primi tua primer atau sekunder.
C. Diagnosis
1. Keadaan umum ibu
a. Dehidrasi, panas
b. Meteorismus, shock
c. Anemia, oliguri.
2. Palpasi
a. His lemah
b. Gerak janin tidak ada
c. Janin mudah diraba
3. Auskultasi
a. Denyut jantung janin, takikardia, irreguler, negatif (jika janin sudah
mati).
4. Pemeriksaan dalam
a. Keluar air ketuban yang keruh dan berbau bercamput dengan mekonium
b. Bagian terendah anak sukar digerakkan, mudah didorong jika sudah
terjadi rupture uteri
c. Suhu rectal lebih tinggi 37,50c.

D. Diagnosa banding
Kehamilan / persalinan dengan infeksi ektra genital, disini suhu aksila
lebih tinggi dari rectal dan ketuban biasanya masih utuh

E. Komplikasi
1. Ibu
a. Infeksi sampai sepsis
b. Asidosis dengan gangguan elektrolit
c. Dehidrasi, syock, kegagalan fungsi organ-organ
d. Robekan jalan lahir
e. Fistula buli-buli, vagina, rahim dan rectum
2. Janin
a. Gawat janin dalam rahim sampai meninggal
b. Lahir dalam asfiksia berat sehingga dapat menimbulkan cacat otak
menetap
c. Trauma persalinan, fraktur clavicula, humerus, femur

F. Pencegahan
1. Memperhatikan status gizi saat hamil, status gizi harus baik dengan demikian
tenaganya saat persalinan akan bagus.
2. Membiasakan senam hamil, karena Senam hamil diperlukan untuk
melemaskan otot-otot, belajar bernafas selama persalinan, dan memperkenalkan
posisi , persiapan mental menjelang persalinan.
3. Jangan meneran sebelum diperintahkan karena jika tidak teratur, tenaga
makin berkurang, dan jalan lahir bisa membengkak. Hal ini diakibatkan karena
saat meneran, terdapat cairan yang keluar di jalan lahir. Akibat lebih jauh, akan
menyulitkan penjahitan jika vagina ibu mengalami pembengkakan.
4. Rutin kontrol kehamilan agar bisa mendeteksi sedini mungkin bila ada
kelainan.

G. PENATALAKSANAAN
1. Bila kemacetan tersebut terjadi saat janin sudah terlanjur keluar sebagian
badannya, biasanya akan digunakan manual aid. Pertolongan ini harus segera
dilakukan, karena jika terlambat, maka bisa mengakibatkan gawat janin atau
asfiksia, dan terganggunya saluran kencing.
2. Bila kemacetan terjadi pada saat pembukaan sudah lengkap tapi jalan lahir tidak
muat, maka rahim juga bisa pecah.
3. Saat pembukaan sudah lengkap, tapi kepala tak turun-turun, dinding rahim akan
semakin menipis, maka kepala bayi bisa keluar ke perut. Bayinya bisa meninggal
dan ibunya bisa perdarahan, yang bisa membawa ke kematian.
4. Sedangkan jika diagnosis menunjukkan penyebab distosia tersebut karena
gangguan his, maka akan dilakukan perbaikan pada hisnya. Caranya bisa dengan
diinfus, diberi obat, atau dipecahkan ketubannya. Dan bila hisnya terlalu
kuat/sering, maka diberi obat untuk mengurangi/mengatur hisnya kembali.
5. Pada kasus dengan dugaan CPD/cepalo palvik disproporsi (panggul sempit),
maka akan dilakukan partus percobaan. Dengan mulas yang bagus akan dinilai
dalam 2 jam. Jika ada pembukaan yang bertambah, ada putaran posisi kepala janin
(baik berputar sendiri atau dengan bantuan), serta adanya penurunan kepala, maka
dinilai partus maju. Tapi kalau tidak ada perubahan ketiga hal tersebut, maka
partus percobaan itu dinilai gagal.
6. Biila kemacetan terjadi pada saat persalinan kala 2, misalnya sudah pembukaan
tapi tak kunjung lahir, entah itu karena bayinya sedikit miring atau mulasnya tak
ada, atau ibunya tak mau meneran, maka dokter akan segera memberi tindakan,
dengan menggunakan ekstraksi vakum atau forcep

BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin gawat


darurat pada Ny. H Dengan Ketuban Pecah Dini Gestasi 40 Minggu di Rumah
Sakit Umum Daerah (RSUD) Ungaran, penulis tidak menemukan kesenjangan
antara konsep teori dengan kenyataan dilapangan.

Setelah mengkaji, menganalisa, melakukan planning maka penulisan dapat


mengemukkan :

A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan melalui anamnesa dan melakukan pemeriksaan
fisik meliputi pemeriksaan umum, status present, status obstetrik dan
pemeriksaan leopold, dan pemeriksaan penunjang yang hasilnya ketuban
pecah dini. Berdasarkan data-data yang ada, tidak ditemukan kesenjangan
antara teori dan praktik atau kenyataan.
B. Analisa Data
Analisa data ditegakkan sesuai hasil pengkajian yang telah dilakukan.
Pada kasus ini dapat ditegakkan diagnose kebidanan yaitu Ny. H Dengan
Ketuban Pecah Dini Gestasi 40 Minggu di Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Ungaran dengan ketuban pecah dini dan keluhan sering kenceng-
kenceng terutama setelah beraktivitas, tidak normal.
C. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada kehamilan Ny.H disesuaikan dengan keluhan
yang dialami ibu dan juga kebutuhan yang dibutuhkan pada kehamilan
tidak normal adanya ketuban pecah dini dan tidak ditemukan adanya
kesenjangan antara teori dan praktik antara lain:
1. Memberitahu Ibu hasil pemeriksaan bahwa ketuban telah pecah sebelum
waktunya.
Hasil: Ibu mengetahui hasil pemeriksaan dan merasa cemas
2. Memberitahu pada Ibu jika ketuban pecah sebelum waktunya yang dialami
oleh janinya adalah hal yang tidak normal.
Hasil: Ibu memahami keterangan yang disampaikan dengan jelas.
3. Menganjurkan Ibu untuk miring kekiri agar pembukaan berjalan cepat.
Hasil: Ibu memahami keterangan yang disampaikan dan bersedia
melakukan.
4. Melakukan pemasangan infus pada lengan kiri ibu.
Hasil: Ibu bersedia dipasang infus dan infus telah dipasang
5. Melakukan pemasangan oksigen agar bayi tidak terjadi asfiksia.
Hasil: Ibu memahami penjelasan yang diberikan dan oksigen telah
terpasang.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil patologis
pada Ny. H Dengan Ketuban Pecah Dini Gestasi 40 Minggu di Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Ungaran penulis dapat menyimpulkan bahwa hasil
pengkajian ditemukan adanya ketuban pecah dini. Sehingga kehamilan Ny.H
dikatakan patologis. Analisa data yang telah dilakukan mengacu pada teori-
teori yang ada sehingga diagnosa Ny.M umur 27 tahun G3P2A0 hamil
40minggu dengan Ketuban Pecah Dini. Dari diagnosa tersebut dapat
disimpulkan kehamilan Ny.H merupakan kehamilan kegawatdaruratan.
B. Saran
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil fisiologis pada Ny.H,
saran yang ingin disampaikan penulis yaitu:
1. Bagi ibu hamil
Diharapkan ibu dapat memahami peran dan fungsi bidan dalam
memberikan pelayanan dan meningkatkan pengetahuan seputar kehamilan
sehingga ibu dapat menjalani kehamilannya dengan baik dan dapat
mencukupi kebutuhan selama hamil, diantaranya periksa rutin hamil.
Selain itu ibu hamil juga dapat mengetahui komplikasi dan kemungkinan-
kemungkinan yang akan terjadi dan aman serta persiapan rujukan bila tiba-
tiba terjadi keadaan gawat darurat.
2. Bagi instansi pelayanan kesehatan
Diharapkan dapat memberi bahan masukan agar meningkatkan pelayanan
kebidanan khususnya asuhan antenatal pada ibu hamil untuk mengurangi
angka kematian ibu.
3. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan dengan adanya kegiatan ini dapat memberikan manfaat untuk
institusi, meningkatkan kualitas mahasiswanya, menambah bahan bacaan.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes R.I.,2008. Profil kesehatan Indonesia, Jakarta.


Manuaba I.B.G. 2008 Gawat Darurat, Obstetri Ginekologi dan Obstetri
Ginekologi Sosial untuk Profesi Bidan, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
Nugroho, Taufan. 2010, Kasus Emergency Kebidanan, Penerbit Buku K
ompas, Jakarta.
Saifuddin, dkk, 2006 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Penerbit Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.
Wiknjosastro, Hanifa. 2008, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal, Penerbit Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.
Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan . Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Manuwaba, Ida Bagus Gde. 2010 . Ilmu kebidanan Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Rustam, mochtar. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai