Anda di halaman 1dari 30

SEMINAR KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA Nn. K UMUR 17 TAHUN DENGAN AMENOREA

SEKUNDER DI PMB BIDAN FITRIAH MUHAMMAD KABUPATEN BOGOR

Nama : Fitriah Muhammad

NPM :19200200061

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

DEPARTEMEN KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

2021
LEMBAR PERSETUJUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA Nn. K UMUR 17 TAHUN DENGAN AMENOREA

SEKUNDER DI PMB BIDAN FITRIAH MUHAMMAD KABUPATEN BOGOR

NAMA : Fitriah Muhammad

NPM : 19200200061

Telah dilakukan pembimbingan dan dinyatakan layak untuk dipresentasikan dihadapan tim

penguji.

Tanggal,

Mengetahui

Dosen Penanggung Jawab Stase

NIDN :
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA Nn. K UMUR 17 TAHUN DENGAN AMENOREA

SEKUNDER DI PMB BIDAN FITRIAH MUHAMMAD KABUPATEN BOGOR

NAMA : Fitriah Muhammad

NPM : 19200200061

Telah dipresentasikan pada tanggal ___________ di hadapan tim penguji Program Studi

Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi Departemen Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Indonesia Maju.

Tanggal,

Menyetujui,

KBK Dosen Komunitas dan Ilmu Teknologi KBK Dosen Pencegahan dan Deteksi Dini

__________________ ______________________
NIDN : NIDN :

Mengesahkan,

Dosen Penanggung Jawab Stase

__________________
NIDN
KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat
-Nya, saya dapat menyelesaikan seminar kasus ini. Seminar kasus ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu program studi pendidikan profesi bidan program profesi Departemen
Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju Jakarta. Saya menyadari bahwa,
tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan
seminar kasus ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. H. Jacub, Ketua Yayasan Indonesia Maju Jakarta


2. Dr. Dr. dr. H. M. Hafizurrachman, MPH, Sebagai Pembina Yayasan Indonesia Maju Jakarta.
3. Dr. Astrid Novita, SKM, MKM, selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia
Maju Jakarta
4. Hidayani, AM.Keb, SKM, MKM, selaku Kepala Departemen Kebidanan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Indonesia Maju Jakarta.
5. Retno Sugesti, S.ST, M.Kes, Sebagai Koordinator Program Studi Kebidanan Program
Sarjana Terapan Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju Jakarta.
6. Dosen Pembimbing Praktek Kebidanan Profesi Dalam Program Sarjana Terapan Sekolah
Tinggi Ilmu Indonesia Maju Jakarta.
7. Dosen Penguji Praktek Kebidanan Profesi Dalam Program Sarjana Terapan Sekolah Tinggi
Ilmu Indonesia Maju Jakarta.
8. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan Departemen
Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Indonesia Maju Jakarta yang telah memberikan ilmu
pengetahuan, mengarahkan dan membimbing penulis selama mengikuti proses pendidikan.
9. Seluruh teman-teman dalam kelompok Praktek Kebidanan Profesi pada Program Studi
Sarjana Terapan Kebidanan Departemen Kebidanan STIKIM yang senantiasa memberikan
motivasi dan semangat sehingga seminar kasus ini terselesaikan dengan baik.
10. Anak-anak saya serta keluarga yang telah memberikan dukungan moral dan material
sehingga seminar kasus ini terselesaikan dengan baik.
Akhir kata saya berterimakasih kepada Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga seminar kasus ini membawa manfaat bagi pengembangan
ilmu.
Bogor, _____________

Penulis

Fitriah Muhammad S, SST


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi merupakan aspek yang menjadi perhatian setelah upaya
kesehatan pada umumnya tercapai. Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah
kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau
kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta
prosesnya (Yanti, 2017). Wanita rentan terhadap penyakit yang menyerang organ
reproduksinya. Kebanyakan wanita, sangat malu dan tertutup untuk berkonsultasi secara
langsung mengenai kesehatan pribadinya. Faktor lain pun dikarenakan biaya untuk
pemeriksaan ke dokter spesialis cenderung mahal. Ada juga yang tidak mempedulikan
gejala yang muncul, dan ketika kondisi sudah memburuk dan memerlukan penanganan
yang ekstra, dokter spesialis menjadi tujuan akhir (Revina dan Susanti, 2016).
Wanita dalam kehidupannya tidak luput dari adanya siklus menstruasi normal
yang terjadi secara periodik. wanita akan merasa terganggu bila hidupnya mengalami
perubahan, terutama bila menstruasi menjadi lebih lama dan atau banyak, tidak teratur,
lebih sering atau tidak menstruasi sama sekali, bahkan bisa disertai nyeri. Diharapkan
semua wanita mengalami siklus menstruasi yang teratur, namun hampir semua wanita
pernah mengalami gangguan menstruasi selama masa hidupnya. Gangguan ini dapat
berupa kelainan siklus atau perdarahan. Masalah ini dihadapi oleh wanita remaja,
reproduksi dan klimakterium (Sari, 2017)
Banyak faktor yang mempengaruhi menstruasi, baik faktor internal maupun faktor
eksternal. Beberapa studi menunjukan bahwa prevalensi pada populasi wanita usia 18 –
50 tahun mengalami gangguan pada siklus menstruasinya. Menurut hasil penelitian,
pelajar lebih sering mengalami gangguan siklus menstruasi (Oktavia, 2019).
Menstruasi yang tidak teratur pada masa 3- 5 tahun setelah menarche dan
pramenopause (3-5 tahun menjelang menopause) merupakan keadaan yang lazim
dijumpai. Tetapi pada masa reproduksi (umur 20-40 tahun), Menstruasi yang tidak teratur
bukan merupakan keadaan yang lazim, karena selalu dihubungkan dengan keadaan
abnormal (Sari, 2017). Gangguan Menstruasi dan siklusnya khususnya dalam masa
reproduksi dapat digolongkan menjadi 4, antara lain: kelainan dalam banyaknya darah
dan lamanya perdarahan pada Menstruasi (hipermenorea atau menoragia dan
hipomenorea), kelainan siklus (polimenorea, oligomenorea, dan amenorea), perdarahan
diluar haid (metroragia), dan gangguan lain yang ada hubungan dengan haid
(premenstrual tension, mittelschmerz, Dismenorea) (Sari, 2017). Menstruasi normal
terjadi setiap 22 – 35 hari selama 2 – 7 hari. Terdapat gangguan menstruasi yang sering
muncul, yaitu dismenore (nyeri menstruasi), amenore (tidak menstruasi) dan sindrom pra
menstruasi (Syafrudin, dkk, 2017). Angka kejadian amenore sekunder berkisar antara 1 –
5% (Proverawati dan Misaroh, 2018).
Penyebab amenore dapat dikategorikan sebagai berikut yaitu cacat fungsional
atau anatomi hipotalamus atau hipofisis, cacat anatomis atau fungsional dari uterus atau
ovarium atau cacat genetik (Merin dkk, 2018)
Amenore primer umumnya mempunyai sebab yang lebih berat dan lebih sulit
untuk diketahui, seperti kelainan-kelainan kongenital dan kelainan-kelainan genetik.
Amenore sekunder lebih menunjuk kepada sebab yang timbul kemudian dalam
kehidupan wanita, seperti gangguan metabolisme, tumor, penyakit infeksi, stres (di
rumah, sekolah, atau tempat kerja), latihan fisik yang melelahkan, dan gangguan gizi
dimana berat badan rendah untuk tinggi badan (IMT kurang) (Sari, 2017).
Peran Bidan dalam upaya meningkatkan kesehatan reproduksi yaitu melakukan
penyuluhan mengenai cara untuk mengurangi keluhan tersebut pada remaja, dengan
berperilaku hidup sehat, memperbaiki keadaan kesehatan seperti perbaikan gizi,
kehidupan dalam lingkungan yang sehat dan tenang, mengurangi berat badan pada wanita
dengan obesitas, olah raga, dan konsumsi nutrisi yang seimbang. Selain itu khususnya
sebagai remaja juga harus dapat menerapkan perilaku hidup sehat untuk menjaga
kesehatan reproduksi, karena wanita sebagai tonggak kehidupan yang akan melahirkan
generasi kehidupan (Syafrudin, dkk, 2017).
Beberapa penyebab menstruasi mengalami penyimpangan yang akibatnya
perempuan bisa menderita anemia hingga kurang subur. Gangguan menstruasi dapat
berdampak serius, menstruasi yang tidak teratur menjadi pertanda bahwa seseorang
kurang subur (infertil) (Arwini, 2018).
Berdasarkan latar belakang penulis melakukan studi kasus dengan judul “Asuhan
Kebidanan Gangguan Reproduksi pada Nn. D Umur 21 Tahun dengan Amenore
Sekunder di PMB Bidan Fitriah Muhammad”.
B. Perumusan Masalah
“Bagaimana asuhan kebidanan gangguan reproduksi pada Nn. D umur 21 tahun
dengan amenore sekunder di PMB Bidan Fitriah Muhammad?”
C. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan Umum
Untuk melaksanakan asuhan kebidanan gangguan reproduksi pada Nn. D umur 21
tahun dengan Amenore Sekunder di PMB Bidan Fitriah Muhammad secara
komprehensif.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu :
1) Melaksanakan pengkajian data yang terdiri dari data subjektif dan objektif secara
lengkap yang terkaitan dengan gangguan reproduksi dengan amenore sekunder
2) Menginterpretasikan data dasar yang meliputi diagnosa kebidanan, masalah dan
kebutuhan pada kasus gangguan reproduksi dengan amenore sekunder.
3) Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial untuk konsultasi, kolaborasi dan
merujuk pada kasus gangguan reproduksi dengan amenore sekunder.
4) Menetapkan kebutuhan tindakan segera pada kasus gangguan reproduksi dengan
amenore sekunder.
5) Menyusun asuhan kebidanan secara menyeluruh pada kasus gangguan reproduksi
dengan amenore sekunder.
6) Melaksanakan perencanaan secara efisien dan aman pada kasus gangguan reproduksi
dengan amenore sekunder.
7) Mengevaluasi pada pelaksanaan asuhan kebidanan gangguan reproduksi dengan
amenore sekunder.
8) Mahasiswa mampu menemukan kesenjangan antara teori dan kasus nyata pada
gangguan reproduksi dengan amenore sekunder termasuk faktor pendukung dan
penghambat.
D. Manfaat Studi Kasus
1. Bagi Diri Sendiri
Dapat menambah pengalaman dan pengetahuan dalam menerapkan asuhan
kebidanan pada gangguan reproduksi dengan amenore sekunder menggunakan
manajemen SOAP.
2. Bagi Profesi
Memberi wawasan bagi profesi atau tenaga kesehatan lainnya dalam menangani
kasus gangguan reproduksi khususnya amenore sekunder dengan standar asuhan
kebidanan.
3. Bagi Instansi
Digunakan sebagai masukan fasilitas pelayanan dan meningkatkan kualitas
pelayanan kebidanan pada gangguan reproduksi dengan amenore sekunder.
4. Bagi Instansi Pendidikan
Hasil studi kasus ini dapat menjadi referensi dan sumber bacaan yang bermanfaat
bagi institusi pendidikan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Teori Medis
1. Kesehatan Reproduksi
a. Pengertian
Istilah reproduksi berasal dari re yang artinya kembali dan kata produksi yang
artinya membuat atau menghasilkan. Jadi istilah reproduksi mempunyai arti suatu proses
kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi kelestarian hidupnya (Yanti,
2017).
Menurut International Conference on Population and Development (ICPD)
kesehatan reproduksi adalah sebagaihasil akhir keadaan sehat sejahtera secara fisik,
mental dan sosial dan tidak hanya bebars dari penyakit atau kecacatan dalam segala hal
yang terkait dengan sistem fungsi serta proses reproduksi (Yanti, 2017)
b. Gangguan dan Masalah Gangguan Reproduksi
Wanita dalam kehidupannya tidak luput dari adanya siklus haid normal yang
terjadi secara periodik. Masalah gangguan pada gangguan reproduksi, yaitu:
1) Infertilitas
Infertilitas adalah suatu keadaan dimana seseorang wanita tidak mempunyai
kemampuan untuk mengandung sampai melahirkan bayi hidup setelah setahun
melakukan hubungan seksual yang teratur dan tidak menggunakan alat kontrasepsi
apapun setelah memutuskan untuk mempuyai anak (Noviana dan Wilujeng, 2018).
2) Infeksi Menular Seksual (IMS)
Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah salah satu masalah kesehatan, sosial dan
ekonomi yang terjadi di banyak negara dan merupakan salah satu jalan masuknya HIV.
Infeksi Menular Seksual (IMS) memberikan pengaruh besar dalam pengendalian HIV
AIDS (Noviana dan Wilujeng, 2018).
3) Gangguan menstruasi
Gangguan menstruasi terdiri dari :
a) Amenore
Merupakan perubahan umum yang terjadi pada beberapa titik dalam sebagian
besar siklus menstruasi wanita dewasa.
b) Dismenorhoe
Menstruasi yang sangat menyakitkan, terutama terjadi pada perut bagian bawah
dan punggung serta biasanya terasa seperti kram.
c) Menoragia
Merupakan salah satu dari beberapa keadaan menstruasi yang pada awalnya
berada dibawah label perdarahan uterusdifungsional.
d) Metroragia
Apabila menstruasi terjadi dengan interval tidak teratur, atau jika terdapat insiden
bercak darah atau perdarahan diantara menstruasi
e) Oligomenore
Aliran menstruasi yang tidak sering atau hanya sedikit.
f)Sindrom pramenstruasi
Perubahan siklik fisik, fisiologi, dan perilaku yang mencerminkan saat siklus
menstruasi terjadi hampir pada semua wanita beberapa waktu antara menarche dan
menopause.

2. Menstruasi
a. Pengertian
Menstruasi adalah perdarahan uterus yang terjadi secara siklik dan dialami oleh
sebagian besar wanita usia reproduktif (Norwitz dan Schorge, 2018).
b. Siklus Menstruasi
Menurut Proverawati dan Misaroh (2018), siklus menstruasi terdiri dari 4 fase,
yaitu:
1) Fase menstruasi, yaitu peristiwa luruhnya sel ovum matang yang tidak dibuahi
bersamaan dengan dinding endometrium yang robek. Dapat diakibatkan juga karena
berhentinya sekresi hormon estrogen dan progesteron sehingga kandungan hormon dalam
darah menjadi tidak ada.
2) Fase proliferasi/fase folikuler ditandai dengan menurunnya hormon progesteron
sehingga memicu kelenjar hipofisis untuk mensekresikan FSH dan merangsang folikel
dalam ovarium, serta dapat membuat hormon estrogen diproduksi kembali. Sel folikel
berkembang menjadi folikel de graff yang masak dan menghasilkan hormon estrogen
yang merangsang keluarnya LH dan hipofisis. Estrogen dapat menghambat sekresi FSH
tetapi dapat memperbaiki dinding endometrium yang robek.
3) Fase ovulasi/fase luteal, ditandai dengan sekresi LH yang memacu matangnya sel
ovum pada hari ke-14 sesudah mesntruasi 1. Sel ovum yang matang akan meninggalkan
folikel dan folikel akan mengkerut dan berubah menjadi corpus luteum. Corpus luteum
berfungsi untuk menghasilkan hormon progesteron yang berfungsi untuk mempertebal
dinding endometrium yang kaya akan pembuluh darah.
4) Fase pasca ovulasi/fase sekresi ditandai dengan corpus luteum yang mengecil dan
menghilang dan berubah mejadi corpus albicans yang berfungsi untuk menghambat
sekresi hormon estrogen dan progesteron sehingga hipofisis aktif mensrekresikan FSH
dan LH. Terhentinya sekresi progesteron maka penebalan dinding endometrium akan
terhenti sehingga menyebabkan endometrium mengering dan robek dan terjadilah
menstruasi.
c. Gangguan dan masalah menstruasi
1) Kelainan siklus menstruasi meliputi:
a) Polimenore atau epimenoragia
Polimenore atau epimenoragia yaitu siklus menstruasi yang lebih memendek dari
biasa yaitu kurang 21 hari, sedangkan jumlah perdarahan relatif sama atau lebih banyak
dari biasa (Kumalasari dan Andhyantoro, 2017).
b) Oligomenore
Oligomenore adalah siklus menstruasi memanjang lebih dari 35 har, sedangkan
jumlah perdarahan tetap sama.
c) Amenore
Amenore adalah keadaan tidak datang menstruasi selama tiga bulan berturut-turut.
2) Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya menstruasi
Menurut Kumalasari dan Andhyantoro (2017), Kelainan dalam banyaknya darah
dan lamanya menstruasi, yaitu:
a. Hipermenore atau menoragia
Hipermenore adalah perdarahan menstruasi lebih banyak dari normal (lebih dari
80 ml) atau lebih dari normal (lebih dari 8 hari), kadang disertai dengan bekuan darah
sewaktu menstruasi.
b. Hipomenore
Hipomenore adalah perdarahan menstruasi yang lebih pendek dan atau lebih
kurang dari biasa
3) Perdarahan di luar haid
Mentroragia adalah perdarahan yang tidak teratur dan tidak adahubungannya
dengan haid. Pada metroragia haid terjadi dalam waktu yang lebih singkat dengan darah
yang dikeluarkan lebih sedikit
4) Gangguan lain yang ada hubungannya dengan menstruasi
a) Pre Menstrual Syndrome (PMS)
Pre Menstrual Syndrome (PMS) adalah ketegangan sebelum menstruasi bahkan
sampai menstruasi berlangsung. Terjadi karena ketidak seimbangan hormon estrogen dan
progesteron menjelang menstruasi (Kumalasari dan Andhyantoro, 2017).
b) Mastodinia atau Mastalgia
Mastodinia atau Mastalgia adalah rasa tegang pada payudara menjelang
menstruasi.
c) Dismenorea
Dismenorea adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim dan terjadi selama
menstruasi (Nugroho dan utama, 2018)
d. Penyebab gangguan menstruasi
Menurut Proverawati dan Misaroh (2018), penyebab gangguan menstruasi, yaitu:
1) Fungsi hormon terganggu
Menstruasi terkait erat dengan sistem hormon yang diatur oleh otak, tepatnya di
kelenjar hipofisa. Sistem hormonal ini akan mengirim sinyal ke indung telur untuk
memproduksi sel telur. Bila sistem pengaturan ini terganggu, otomatis siklus menstruasi
akan terganggu.
2) Kelainan sistemik
Keadaan seseorang yang tubuhnya sangat gemuk atau kurus. Hal ini bisa
mempengaruhi siklus menstruasi karena sistem metabolisme di dalam tubuhnya tak
bekerja dengan baik atau menderita penyakit diabetes juga akan mempengaruhi sistem
metabolisme sehingga siklus menstruasi tidak teratur
3) Stress
Stress akan mengganggu sistem metabolisme di dalam tubuh karena stress tubuh
jadi mudah lelah, berat badan turun drastis, bahkan sakit-sakitan, sehingga
metabolismenya terganggu.

4) Kelenjar gondok
Terganggunya fungsi kelenjar gondok/tiroid juga bisa menjadi penyebab tak
teraturnya siklus menstruasi. Gangguan bisa berupa produksi kelenjar gondok yang
terlalu tinggi (hipertiroid) maupun terlalu rendah (hipotiroid) sehingga sistem hormonal
tubuh ikut terganggu
5) Hormon prolaktin berlebihan
Produksi hormon prolaktin ini sering kali membuat menstruasi tak kunjung datang
karena memang hormon ini menekan tingkat kesuburan.

3. Amenore Sekunder
a. Pengertian
Amenorea sekunder yaitu pernah mengalami menstruasi dan selanjutnya berhenti
lebih dari tiga bulan (Manuaba, 2017). Amenore sekunder atau Jing-Bi adalah keadaan
tidak haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut (Fansia, 2018).
Amenore sekunder ( SA ) secara klinis didefinisikan sebagai tidak adanya
menstruasi selama lebih dari 3 interval siklus atau 6 bulan berturut-turut pada wanita
yang sebelumnya mengalami menstruasi (Merin dkk, 2018)
b. Etiologi
Menurut Fansia (2018), penyebab amenore dapat fisiologik, endokrinologik, atau
organik, atau akibat gangguan perkembangan. Amenore dalam ilmu TCM (Traditional
Chinese Medicine) disebut sebagai Jing-Bi disebabkan karena malnutrisi, keadaan
emosional (stress), perubahan lingkungan, dan beberapa penyakit organ reproduksi
lainnya
Sedangkan menurut Manuaba (2017), penyebabnya kemungkinan gangguan gizi
dan metabolisme, gangguan hormonal, terdapat tumor alat kelamin atau terdapat penyakit
menahun.
Menurut Syafrudin dkk (2017), penyebab amenore diakibatkan oleh beberapa
keadaan seperti hipotensi, anemia, infeksi, atau kelemahan kondisi tubuh secara umum.
Selain itu bisa juga disebabkan oleh stres psikologis.

c. Gejala
Menurut Nugroho dan Utama (2018), gejala amenore bervariasi tergantung
kepada penyebabnya. Jika penyebabnya adalah kegagalan mengalami pubertas, maka
tidak akan ditemukan tanda-tanda pubertas seperti pembesaran payudara, pertumbuhan
rambut ketiak serta perubahan bentuk tubuh. Jika penyebabnya adalah kehamilan akan
ditemukan morning sickness dan pembesaran perut. Jika penyebabnya adalah kadar
hormon tiroid yang tinggi maka gejalanya adalah denyut jantung yang cepat, kecemasan,
kulit yang hangat dan lembab. Sindroma cushing menyebabkan wajah bulat (moon face),
perut buncit dan lengan serta tungkai yang kurus. Gejala lain yang mungkin ditemukan,
yaitu:
1) Sakit kepala
2) Galaktore (pembekuan air susu pada wanita yang tidak hamil dan tidak sedang
menyusui.
3) Gangguan penglihatan (pada tumor hipofisa)
4) Penurunan atau penambahan berat badan yang berarti
5) Vagina yang kering
6) Hirsutisme (pertumbuhan rambut yang berlebihan yang mengikuti pola pria),
perubahan suara dan perubahan ukuran payuara.
d. Diagnosa
Menurut Nugroho dan Utama (2018), diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala,
hasil pemeriksaan fisik dan usia penderita. Pemeriksaan yang biasa dilakukan yaitu:
1) Biopsi endometrium
2) Progestin withdrawal
3) Kadar prolaktin
4) Kadar hormon
5) Tes fungsi tiroid
6) Tes kehamilan
7) Kadar FSH (Folicle Stimulatin Hormon), LH (Luteinzing Hormone) dan TSH
(Thyroid Stimulating Hormone).
8) Kariotipe untuk mengetahui adanya kelainan kromosom.
9) CT Scan kepala (jika diduga ada tumor hipofisa
e. Pengobatan
Menurut Nugroho dan Utama (2018), pengobatan tergantung kepada
penyebabnya.
1) Jika penyebabnya adalah penurunan berat badan yang drastis atau obesitas, penderita
dianjurkan untuk menjalani diet yang tepat.
2) Jika penyebannya adalah olah raga yang berlebihan, penderita dianjurkan untuk
menguranginya.
3) Jika seorang anak perempuan belum pernah mengalami menstruasi dan semua hasil
pemeriksaan normal, maka dilakukan pemeriksaan setiap 3 – 6 bulan untuk memantau
perkembangan pubertasnya. Untuk merangsang menstruasi bisa diberikan progesteron.
Untuk merangsan perubahan pubertas pada anak perempuan yang payudaranya belum
membesar atau rambut kemaluan dan ketiaknya belum tumbuh bisa diberikan estrogen.
4) Jika penyebabnya adalah tumor, maka dilakukan pembedahan untuk mengangkat
tumor tersebut. Tumor hipofisa yang terletak di dalam otak biasanya diobati dengan
bromokriptin untuk mencegah pelepasan prolaktin yang berlebihan oleh tumor. Bila perlu
bisa dilakukan pengangkatan tumor. Terapi penyinaran biasanya baru dilakukan jika
pemberian obat ataupun pembedahan tidak berhasil.
Menurut Fansia (2018), amenore sekunder tersebut dapat ditangani dengan:
1) Kombinasi terapi akupunktur dengan prinsip meningkatkan sirkulasi Qi,
menghilangkan stasis darah, dan memulihkan siklusmenstruasi. Terapi akupunktur
dilakukan dalam 5 kali perawatan dengan merangsang titik-titik akupunktur yaitu Zhongji
(CV 3), Diji (SP 8), Hegu (LI 4), Sanyinjiao (SP 6), Taichong (LV 3), Fenglong (ST 40),
dan Guanyuan (CV 4).
2) Selain itu, pasien juga mendapat terapi herbal yaitu kunyit yang memiliki efek
estrogenik. Dalam pemberian herbal kunyit ditambahkan asam kawak yang kemungkinan
dapat memperkuat efek peluruh haid, dan madu yang memiliki kandungan vitamin dan
mineral. Pemberian herbal kunyit diberikan dalam bentuk dekokta (rebusan) kunyit asam
dengan dosis kunyit sebanyak 21 gr, asam kawak 5 gr, madu 3 sdm, dan garam
secukupnya, kemudian direbus dalam 750 mL air, lalu dijadikan 600 mL. Rebusan
tersebut diminum 3 kali sehari 200 mL.
3) Pada pasien juga dilakukan upaya perbaikan gizi dengan pemberian susu kedelai
sebanyak 30 gr yang dicampur dengan air hangat sebanyak 240 mL dan pemberian
rebusan air kacang hijau dengan dosis kacang hijau sebanyak 30 gr dalam 300 mL air,
lalu dijadikan 240 mL. Kedelai dan kacang hijau memiliki efek estrogenik.
Menurut Proverawati dan Misaroh (2018), meliputi :
1) Observasi keadaan umum
2) Perbaikan asupan gizi
3) Pengurangan berat badan pada wanita obesitas
4) Pemberian tiroid pada wanita dengan hipotiroid
5) Pemberian kortikosteroid pada gangguan glandula suprarenais
6) Pemberian estrogen dan progesterone

B. Data Perkembangan SOAP


Menurut Rukiyah (2017), data perkembangan menggunakan SOAP meliputi :
S : Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian, hasil pengumpulan data pasien melalui anamnesa.
O : Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik pasien, hasil laboratorium
dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan
kebidanan.
A : Assesment
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan interprestasi data subjektif dan
objektif suatu identifikasi :
a. Diagnosa suatu masalah
b. Antisipasi diagnosa atau masalah potensial
c. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi atau kolaborasi
P : Planning
Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan (I) dan evaluasi, perencanaan (E)
berdasarkan assessment.
BAB III
TINJAUAN KASUS

Tanggal Pengkajian : 16 juli2021


Waktu Pengkajian : 10 :00 WIB
Tempat Pengkajian : BPM Bd. Fitriah Muhammad
Pengkaji : Bd. Fitriah Muhammad

A. Data Subjektif
Identitas Remaja
Nama : Nn. K
Umur : 17 Tahun
Anak ke :1
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : kp. Nanggela 1\ 2

Identitas Orang Tua


Nama Ibu : Ny A Nama Suami : Tn M
Umur : 30 Tahun Umur : 31 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Sunda Suku : Jawa
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMK
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Kp. Nanggela 1\2

1. Alasan datang : Konsultasi

2. Keluhan utama : Nn.K mengatakan sudah 3 bulan lebih tidak menstruasi dan erasa cemas
dengan keadaannya.

3. Riwayat obstetri : tidak ada

4. Riwayat ginekologi : tidak ada

5. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan remaja : Tidak ada riwayat penyakit
b. Riwayat kesehatan keluarga : Tidak ada riwayat penyakit

6. Riwayat psikososial : normal

7. Pola kebiasaan sehari-hari


a) Pola istirahat :
Siang 2 jam
Malam 8 jam

b) Pola aktivitas :
Pelajar

c) Pola eliminasi :
BAB 1 kali / sehari
BAK 5 kali /sehari

d) Pola nutrisi :
Makan 3 kali / sehari

e) Pola personal hygiene :


Mandi : 2 kali / sehari
Gosok gigi : 3 kali / sehari
Baju : 2 kali / sehari

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis

2. Pemeriksaan Umum
Tekanan Darah : 110 / 80 mmHg
Denyut nadi : 80 kali/menit
Frekuensi nafas : 20 kali/menit
Suhu tubuh : 36,5 0C

3. Pemeriksaan Antropometri
Berat badan : 55 kg
Tinggi badan : 160 cm
LILA : 23 cm
IMT : kg/m2
4. Pemeriksaan Fisik
Wajah : Bentuk oval, tidak ada bekas luka, tidak oedama.
Mata : tidak ikterik dan tidak pucat
Mulut : Bersih, tidak ada stomatitis, gigi bersih, tidak ada karies.
Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar thyroid, kelenjar getah
bening ,dan vena gujuralis.
Dada : Simetris, denyut jantung teratur,tidak terdapat retraksi pada
dingding dada.
Abdomen : Tidak ada bekas operasi, tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan
Ekstremitas Atas : Simetris, kuku tidak anemis, jari lengkap tidak ada kelainan.
Ekstremitas Bawah: Simetris, kuku tidak anemis, jari lengkap tidak ada kelainan.
Anogenitalia : Bersih tidak ada odema

5. Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan PP test : Negative

C. Analisis Data
Nn K umur 17 tahun dengan amenorea sekunder

Dasar :
1. Nn. K mengatakan berumur 17th
2. Nn. K mengatakan sudah 3 bulan lebih belum menstruasi
3. Nn, K merasa cemas dengan keadaannya
4. Keadaan umum, TTV baik
5. Pemeriksaan Abdomen tidak ada nyeri tekan
6. Pemeriksaan penunjang lain dilakukan pemeriksaan PP test hasil Negative

D. Penatalaksanaan

1. Membeitahukan kepada pasien hasil pemeriksan.


2. Menganjurkan pasien untuk istirahat cukup. Ev : Pasien bersedia untuk istirahat yang
cukup
3. Memberikan KIE kepada pasien tentang Amenorea Sekunder, yaitu :
Amenorea sekunder secara klinis didefinisikan sebagai tidak adanya menstruasi
selama lebih dari 3 bulan interval siklus haid 6 bulan bertrut-turut pada wanita yang
sebelumnya mengalami menstruasi. Amenorea sekunder disebabkan karna malnutrisi,
keadaan emosional(stress), perubahan lingkungan, dan beberapa penyakit organ
reproduksi lainnya, gangguan hormonal, terdapat tumor alat kelamin atau penyakit
menahun. Ev : Pasien mengerti
4. Memberikan support mental kepada pasien untuk mengurangi kecemasan. Ev : Pasien
mengatakn rasa cemas berkurang
5. Menganjurkan pasien untuk meminum terapi obat sesuai anjuran bidan,yaitu terapi
obat pil KB progesteron (minipil) 1x1 75 mg selama 3 siklus. Ev : Pasien bersedia
6. Menganjurkan kunjungan ulang 10 hari lagi atau bila ada keluhan. Ev : Pasien
mengerti
Data Perkembangan I
(kunjung ulang)

Tanggal 26 Juli 2021

Subjektif
1. Nn. K mengatakan telah mengkonsumsi obat secara teratur sesuai anjuran bidan
2. Nn. K mengatakan mendapatkan menstruasi tanggal 22 Juli 2021
3. Nn, K mengatakan ingin kunjungan ulang

Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis

2. Pemeriksaan Umum
Tekanan Darah : 110 / 80 mmHg
Denyut nadi : 80 kali/menit
Frekuensi nafas : 20 kali/menit
Suhu tubuh : 36,5 0C

3. Pemeriksaan Antropometri
Berat badan : 55 kg
Tinggi badan : 160 cm
LILA : 23 cm
IMT : kg/m2

4. Pemeriksaan Abdomen tidak ada nyeri tekan

Asessment

Nn. K umur 17 tahun dengan riwayat Amenore Sekunder

Planning
1. Memberitahu hasil pemeriksaan, ev : pasien sudah tau hasil pemeriksaan
2. Memberikan KIE mengenai pola hidup sehat, yaitu : makan makanan yang bergizi dan
seimbang, istirahat yang cukup olahraga teratur dan hindari stress. Ev : pasien mengerti
3. Menganjurkan pasien terapi obat setelah menstruasi selesai yaitu pil KB progesterone
(minipil) 1x1 75mg selama 3 siklus. Ev : pasien bersedia
4. Menganjurkan pasien untuk kunjngan ulang setelah pil habis atau bila ada keluhan. Ev :
pasien bersedia
BAB IV
PEMBAHASAN
Pembahasan ini yaitu untuk membandingkan kesenjangan antara teori dan praktek
berkaitan dengan Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi pada Nn. K Umur 17 Tahun dengan
Amenore Sekunder di PMB bidan Fitriah Muhammad.
Kesenjangan-kesenjangan yang diberikan juga memerlukan pemecahan masalah, adapun
pemecahan masalahnya dilakukan dengan melaksanakan asuhan kebidanan sebagai salah satu
cara yang dilakukan oleh bidan dalam menangani masalah kebidanan. Setelah penulis
melaksanakan asuhan kebidanan ternyata tidak ditemukan beberapa perbedaannya dari segi
diagnosa atau masalah yang timbul pada tinjauan pustaka dan kasus.
Sehingga dapat diuraikan pembahasan dengan menggunakan manajemen kebidanan
SOAP.
1. Pengkajian
Langkah pertama dikumpulkan semua informasi (data) yang akurat dan lengkap dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan
cara anamnesa dan pemeriksaan fisik (Soepardan, 2016).
a. Data subjektif
Data subjektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap
suatu situasi dan kejadian. Pada kasus yang amenore sekunder, maka pengkajian ditujukan pada
pemeriksaan ginekologi (Nursalam, 2018).
Dikaji untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan gejala-gejala
amenore sekunder, yaitu pernah mengalami menstruasi dan selanjutnya berhenti lebih dari tiga
bulan (Manuaba, 2016). Pada kasus amenore sekunder bisa terjadi penurunan atau peningkatan
berat badan dan merasakan pusing (Nugroho dan Utama, 2018).
Pada kasus didapatkan data nama pasien Nn. K Umur 17 tahun. Keluhan utama Nn. K
mengatakan sudah 3 bulan lebih belum mendapatkan menstruasi dan Nn. K mengalami
penurunan berat badan dan tidak mengalami pusing.
Sehingga dapat disimpulkan ada kesenjangan antara teori dan kasus yaitu tidak adanya
keluhan pusing.
b. Data objektif
Data objektif adalah data yang sesungguhnya dapat diobservasi dan dilihat oleh tenaga
kesehatan (Nursalam, 2018). Data objektif pada kasus amenore sekunder yaitu:
1) Denyut jantung yang cepat
2) Kulit yang hangat dan lembab
3) Pada kasus amenore bisa terjadi penurunan atau kenaikan berat badan (Nugroho dan Utama,
2018).
4) Abdomenpada kasus amenore sekunder adanya nyeri tekan pada sympisis (Ambarwati dan
Wulandari, 2017).
5) Genetalia pada kasus amenore sekunderdidapatkan vagina kering (Nugroho dan Utama,
2018).
6) Pemeriksaan dalam pada kasus amenore sekunderadannya masa dalam ovarium dan uterus
serta adanya nyeri
Pada kasus Nn. K didapatkan adanya penurunan berat badan yaitu berat badan sebelum
62 dan berat badan sekarang 55 dan tidak ada pengeluaran pervaginam.
Sehingga pada data objektif ini dapat disimpulkan terjadi kesenjangan antara teori dan
praktik yaitu tidak ada denyut jantung yang cepat, kulit yang hangat dan lembab,
abdomenadanya nyeri tekan, pemeriksaan dalam pada kasus amenore sekunderadannya masa
dalam ovarium dan uterus serta adanya nyeri.
c. Diagnosa Kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan
lingkungan praktik kebidanan dan memenuhi standar diagnosa kebidanan yang
dikemukakan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosa. Diagnosa kebidanan yang
ditegakkan adalah : Nn. X umur ... tahundengan amenore sekunder.
Pada kasus didapatkan data Nn. K Umur 17 tahun dengan amenore sekunder.
d. Penalaksaan
a) Rencana Tindakan
Menurut Soepardan (2016), langkah ini ditentukan oleh langkah sebelumnya yang
merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yangtelah diidenfikasi atau diantisipasi. Rencana
asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau
dari setiap masalah yang berkaitan.
Perencanaan yang akan diberikan menurut Proverawati dan Misaroh (2018), meliputi :
observasi keadaan umum, perbaikan asupan gizi, Pengurangan berat badan pada wanita obesitas,
pemberian tiroid pada wanita dengan hipotiroid, pemberian kortikosteroid pada gangguan
glandula suprarenais, pemberian estrogen dan progesteron.
Pada kasus rencana tindakan yang dibuat tanggal 16 Juli 2021 yaitu:
a. Jelaskan pada pasien tentang hasil pemeriksaan.
b. Berikan KIE pada pasien mengenai amenore sekunder.
c. Anjurkan pasien untuk istirahat yang cukup.
d. Berikan support mental pada pasien untuk mengurangi kecemasan.
e. Anjurkan pada pasien untuk meminum terapi obat sesuai anjuran bidan.
f. Anjurkan pasien untuk kunjungan ulang 10 hari lagi atau jika ada keluhan.
Sehingga pada langkah rencana tindakan ditemukan kesenjangan antara teori dan praktik
yaitu pada pemberian KIE tentang amenore sekunder agar klien mengerti keadaan yang sedang
dialami dan pemberian terapi progesteron. Karena estrogen dapat menghambat sekresi FSH
tetapi dapat memperbaiki endometrium yang robek. Progesteron berfungsi untukmenyebabkan
endometrium mengering dan robek sehingga menyebabkan terjadinya menstruasi.
b) Pelaksanaan
Menurut Soepardan (2016), padalangkah ini merencanakan asuhan yang menyeluruh
ditentukan dengan langkah-langkah sebelumnya. Semua keputusan yang dikembalikan dalam
asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan, serta
sesuai dengan asumsi tentang apa yang dilakukan pasien. Sehingga setiap rencana asuhan
haruslah disetujui oleh ke dua belah pihak yaitu bidan dan pasien, agar dapat dilaksanakan
dengan efektif karena pasien juga akan melaksanakan rencana tersebut.
Tanggal 16 Juli 2021 pada kasus amenore sekunder pelaksanaan dilakukan sesuai dengan
perencanaan yang telah dibuat. Sehingga pada langkah pelaksanaan tidak ditemukan kesenjangan
antara teori dan praktik.
c) Evaluasi
Langkah ini merupakan evaluasi rencana tindakan yang meliputi kebutuhan pada pasien telah
terpenuhi secara efektif dengan melakukan kolaborasi dengan petugas kesehatan lainnya.
Pada kasus didapatkan keadaan umum pasien baik, kecemasan berkurang, asupan nutrisi
terpenuhi, terjadi perdarahan menstruasi Nn. K mengatakan merasa senang dan tidak cemas
karena sudah mendapatkan menstruasi pada tanggal 22 Juli 2021.
BAB V
PENUTUP

Setelah dilakukan asuhan kebidanan gangguan reproduksi pada Nn. K Umur 17 Tahun
dengan amenore sekunder di PMB Bidan Fitriah Muhammad, maka kesimpulan dan saran
sebagai berikut:
A. Kesimpulan
1. Pengkajian pada tanggal 16 Juli 2021 langkah pertama dikumpulkan semua informasi
(data) yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi
klien pada kasus didapatkan data nama pasien Nn. K Umur 17 tahun. Keluhan utama
Nn. K mengatakan sudah 3 bulan lebih belum mendapatkan menstruasi dan merasa
cemas dengan keadaannya. data objektif didapatkan pemeriksaan anogenital
didapatkan tidak ada pengeluaran pervaginam dan pemeriksaan PP test negatif
2. Interpretasi data meliputi diagnosa kebidanan yaitu didapatkan data Nn. K Umur 17
tahun dengan amenore sekunder. Masalah Nn. K mengatakan merasa cemas dengan
keadaannya. Pada kasus Nn. K kebutuhan yaitu KIE tentang gangguan menstruasi.
3. Diagnosa Potensial tidak terjadi dikarenakan segera dilakukan penanganan yang tepat.
4. Antisipasi pada Nn. K dengan amenore sekunder yaitu Pemberian terapi hormonal
yaitu terapi obat pil KB progesteron (mini pil) 1x1 75 mg selama 3 siklus
5. Rencana Tindakan Pada kasus rencana tindakan yang dibuat tanggal 16 Juli
2021pukul, Jelaskan pada pasien tentang hasil pemeriksaan, berikan KIE pada pasien
mengenai gangguan, berikan KIE pada pasien mengenai amenore sekunder, anjurkan
pasien untuk istirahat yang cukup, berikan support mental pada pasien untuk
mengurangi kecemasan, anjurkan pada pasien untuk meminum terapi obat sesuai
anjuran bidan, anjurkan pasien untuk kunjungan ulang 10 hari lagi atau jika ada
keluhan.
6. Pelaksanaan Tanggal 16 Juli 2021 Pada kasus amenore sekunder pelaksanaan
dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.
7. Evaluasi tanggal 26 Juli 2021 atau jika ada keluhan. Pada kasus pasien dengan
amenore sekunder yang adalah keadaan umum ibu baik, kecemasan berkurang,
asupan nutrisi terpenuhi, terjadi perdarahan menstruasi Nn. K mengatakan merasa
senang dan tidak cemas karena sudah mendapatkan menstruasi pada tanggal 22 Juli
2021.
8. Setelah dilakukan asuhan kebidanan Nn. K umur 17 tahun dengan amenore sekunder
selama 10 hari mulai dari pengkajian sampai evaluasi didapatkan kesenjangan yaitu
pada langkah perencanaan
B. Saran
1. Pasien
Diharapkan dapat mengurangi stress dan mengkonsumsi makanan yang bergizi
sehingga dapat mengurangi kejadian gangguan reproduksi khususnya amenorea sekunder
2. Bagi Instansi
Digunakan sebagai masukan fasilitas pelayanan dan meningkatkan kualitas pelayanan
kebidanan pada gangguan reproduksi dengan amenore sekunder dan memberi wawasan
bagi profesi atau tenaga kesehatan lainnya dalam menangani kasus gangguan reproduksi
khususnya amenore sekunder dengan standar asuhan kebidanan.
3. Bagi Instansi Pendidikan
Diharapkan dapat menambah referensi tentang gangguan reproduksi dan dapat menjadi
referensi yang bermanfaat bagi institusi pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E.R & Wulandari, D. 2017. Asuhan Kebidanan (Nifas). Yogyakarta : Mitra
Cendikia.
Arwini, A.E, 2018. Hubungan Konsumsi Fitoestrogen Dengan Siklus Menstruasi Pada
Siswi Di Smk
Fansia, 2018. Penanganan Amenore Sekunder Sindrom Stagnasi Qi Dan Stasis Darah
Dengan Terapi Akupunktur Dan Herbal Kunyit
Kumalasari dan Andhyantoro, 2017. Kesehatan Reproduksi untuk Mahasiswa Kebidanan
dan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Manuaba, I.B.G. 2017. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : EGC
Merin, 2018. Amenorrhea: Cytogenetic Studies and Beyond.
Norwitz dan Schorge, 2018. At ag Glance Obstetri & Ginekologi. Jakarta: Erlangga
Nugroho dan utama, 2018. Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta: Medical
Book.
Nursalam, 2018. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Konsep dan Praktik. Jakarta:
Salemba MEdika o
Oktavia, F. 2019. Hubungan Anxietas dengan Kejadian Amenore Sekunder pada
Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas
Porverawati, A dan Misaroh, S, 2018. Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna.
Yogyakarta: Medical Book
Revina dan Susanti, 2016. Sistem Pakar Diagnosa Gangguan Kesehatan Pada Organ
Reproduksi Wanita Berbasis Web Dengan Metode Forward
Rukiyah, Y. 2017. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Tran Info Media
Sari, E.J, 2017. Gambaran IMT dengan Gangguan Menstruasi (Dysmenorhoe, Amenore,
Oligomenore) Pada Mahasiswa Tingkat 1.
Soepardan, S. 2016. Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC
Syafrudin dkk, 2017. Penyuluhan Kesehatan pada Remaja, Keluarga, Lansia dan
Masyarakat. Jakarta: Trans Info Media
Varney, H. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4. Vol.1. Jakarta : EGC
Yanti, 2007. Buku Ajar Ksesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihama

Anda mungkin juga menyukai