Tujuan Umum
Upaya untuk proteksi terhadap remaja dan resiko yang menyebabkan
permasalahan kesehatan reproduksinya dalam kerangka antisipasi terhadap
1
Tujuan Khusus
Remaja dapat mengakses berbagai informasi yang benar tentang kesehatan
reproduksinya, sehingga melalui pengetahuan, sikap dan perilaku positif dapat
berkembang menjadi remaja yang sehat fisik, mental dan sosial.
SASARAN
Seluruh keluarga yang mempunyai anak remaja, agar dapat berperan aktif
dalam mengasuh putra putrinya pada kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan
kualitassumber daya manusia/remaja untuk masa depan bangsa yang lebih baik dan
bermartabat.
ISSU GENDER DAN PENYEBABNYA
1. Adanya Pernikahan Usia Dini
Remaja saat ini masih ada yang menikah dibawah umur 20 tahun, walaupun
UndangUndang Perkawinan No.1 Tahun 1974 yang menyebutkan usia minimal
menikah bagiperempuan adalah 16 tahun dan untuk laki-laki umur 19 tahun.
Pernikahan muda biasanya terjadi pada remaja putri, oleh orang tua dipaksa
untuk menikah, hal ini terjadi karena orang tua ingin segera terbebas dari beban
ekonomi,kawatir anak tidak mendapatkan jodoh (menjadi perawan tua), atau orang
tua inginsegera mendapatkan cucu dan seterusnya, dilain pihak orang tua tidak
pernah melaksanakan pada anak laki-laki.
Persepsi sosial budaya yang membedakan
5). Pornografi yang menampilkan gambar yang tidak senonoh, melalui media elektro
nik maupun cetak banyak disorot sebagai biang keladi penyebab utama tindak keja
hatan seksual karena mempengaruhi dekadensi moral manusia termasuk remaja.
Berkembangnya teknologi komunikasi saat ini hampir tidak ada satupun kekuatan
yang mampu mengendalikan atau menghentikan secara permanen untuk berita atau
pun hiburan yang terindikasi pornografi.
Tentunya ini merupakan tantangan kedepan yang harus segera mendapatkan
perhatian, tidak hanya oleh pemerintah, tetapi juga swasta, masyarakat seluruhnya
yang selalu mengikuti perkembangan perilaku kehidupan remaja secara global.
KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER
Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam Kesehatan Reproduksi Remaja tidak hanya
sebatas diketahui atau dimengerti oleh remaja putri saja, tetapi juga remaja putra, hal ini
karena proses reproduksi merupakan proses melanjutkan keturunan dan merupakan
tanggung jawabbersama laki-laki dan perempuan.
Remaja diharapkan dapat mempunyai persepsi yang sama terhadap aspek kespronya
agardiperoleh pengetahuan, sikap dan perilaku yang serasi, selaras dan seimbang dengan
lingkungan dimana mereka tinggal.Kesalahan yang sering terjadi dengan adanya bias gender,
dimana permasalahan reproduksilebih banyak menjadi tanggung jawab perempuan.
Keadilan Gender memberikan peluang yang sama antara laki-laki dan perempuan
dalam berbagai peran di sektor publik, seperti pendidikan yang lebih tinggi, pekerjaan yang
layaknya di dominasi laki-laki dan sebagainya, asalkan tidak menyalahi kodrat yang diberikan
oleh Tuhan Yang Maha Esa, seperti perempuan harus hamil dan melahirkan yang tidak
mungkindigantikan perannya kepada laki-laki.
PENUTUP
Permasalahan remaja dalam menghadapi kehidupannya memang sangat komplek,
terkait dengan upaya mensinergikan program dengan perkembangan kondisi kesehatan
reproduksi remaja saat ini dan dengan adanya konstruksi sosial (gender) yang masih melekat
dan berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap, perilaku remaja di lingkungan sosial.
Dari materi tulisan diatas dapatlah kami simpulkan dan sarankan sebagai berikut :
Pertama, Kesehatan Reproduksi Remaja bukanlah hanya menyangkut obyek remaja
sebagaisasaran, tetapi lebih dari itu, yaitu bagaimana mensinergikan kendala yang ada
dengan mengadakan program yang lebih memberikan manfaat yang luas bagi remaja itu
sendiri maupun orang tua.
BKKBN sudah mengembangkan Program dan Strategi yang terkait dengan Penyiapan
Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja (PKBR) RPJM 2010-2014 dengan pendekatan melalui
kelompok remaja sebaya yang diberi nama Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK Rema
ja/Mahasiswa). Sekarang
program, strategi dan kebijakan dapat diakomodir oleh kelompok-kelompok remaja yang
sudah ada.
Kedua, Adanya Issu Gender dan penyebabnya, Kehamilan yang tidak diinginkan,
aborsi, pornografi, resiko triad (seksualitas, narkotika, HIV/AIDS) yang terjadi pada remaja
memangperlu disikapi secara arif dan bijaksana, jangan sampai ada pepatah karena nila
setitik, rusaksusu sebelanga, pada remaja memang yang paling banyak menderita adalah
remaja perempuan apabila terjadi pemerkosaan, pelecehan seksual oleh laki-lakii yang tidak
bertanggung jawab, tetapi ini juga sifatnya relatif bila remaja pria selalu lepas dari tanggung
jawab dariapa yang telah mereka perbuat.
Sikap yang arif dan bijaksana merupakan sikap dalam menghadapi persoalan dengan
tidak emosional, kepala dingin, rasional, tidak berpihak, demokrasi dan semata-mata untuk
kebaikan/kebenaran, antara lain : Upayakan tindakan preventif agar remaja tidak mendekati
ataumencoba pada perilaku negatif kespro, hindari pergaulan yang dapat menjerumuskan
remaja, lakukan kegiatan positif seperti olah raga, seni dan kegiatan minat/bakat, remaja
bolehbersosialisasi, berteman, punya pacar tetapi harus memakai norma yang berlaku, yang
tidakmelanggar kesusilaan maupun norma agama.
Peran semua pihak, baik remaja sendiri, orang tua, tokoh agama, tokoh masyarakat,
tokohlembaga formal dan informal, akan efektif menekan berbagai resiko negatif yang
terjadi pada remaja selama ini.
Sumber :
Issu Remaja dan Batasan Program KRR, Drs. Abdul Ghofar dkk, BKKBN Provinsi DIY,
2009
Perspektif Gender Dalam Program Kesehatan Reproduksi Remaja, Buletin Mitra KB,
BKKBN, 2004
Gender Dari Berbagai Perspektif, Ris Hardjanto, BKKBN Provinsi DIY, 2009
Program dan Strategi PKBR RPJM 2010-2014, M. Masri Muadz, BKKBN, 2010