Anda di halaman 1dari 46

KELUARGA BERENCANA

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Askep


Sistem Reproduksi dengan dosen pembimbing Yuanita Ani.,MKep.,Ns.,Sp.KepMat

Oleh:
Ayu Oktaviani 30120115013
Christa Lintang P.G. 30120115001
Cicilia Santi F. 30120115016
Hendrikus Novanolo Laia 30120115029
Natalia Tamara Kawuwung 30120115038
Septiana Riniarti Barasap 30120115044
Tirsa Uli Sitanggang 30120115039
Wulandari Margaretha Triyanti 30120115052

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS
PADALARANG
2017
A. Sejarah Singkat KB
Kontrasepsi terdiri dari dua kat, yaitu kontra (menolak) dan konsepsi
(pertemuan antara sel telur yang telah matang dengan sel sperma), maka kontrasepsi
dapat diartikan sebagai cara untuk mencegah pertemuan antara sel telur dan sel
sperma sehingga tidak terjadi pembuahan dan kehamilan. Sebelum abad ke-20,
konsep pengaturan kehamilan sudah dilakukan dengan metode yang beragam dan
unik. Misalnya, perempuan China meminum timbale dan merkuri untuk mengontrol
fertilisasinya yang sering berujung pada kejadian infertilitas (kemandulan) bahkan
kematian.
Di abad pertengahan, di Eropa pengendalian kelahiran dilakukan dengan
menggantungkan testis musang dipaha perempuan atau memotong kaki musang
tersebut dan menggantungkannya di leher wanita. Di Canada, diyakini minum ramuan
testis beaver kering dengan cairan alkohol berkadar tinggi mampu mencegah
pembuahan.
Di Indonesia, sejak zaman dahulu telah dipakai obat dan jamu tertentu untuk
mencegah kehamilan. Di Irian jaya, telah lama dikenal ramuan dari daun-daunan
yang khasiatnya dapat mencegah kehamilan. Dalam masyarakat Hindu Bali, hanya
ada nama untuk empat orang anak sebagai suatu cara agar pasangan suami istri
mengatur kelahiran anaknya sampai empat saja.
Keluarga berencana modern di Indonesia, mulai di kenal pada tahun 1953.
Sekelompok ahli kesehatan, kebidanan, dan tokoh masyarakat telah mulai membantu
masyarakat memecahkan masalah-masalah penduduk. Pada tanggal 23 Desember
1957, mereka mendirikan wadah dengan nama Perkumpulan Keluarga Berencana
Indonesia (PKBI) dan bergerak secara silent operation membantu masyarakat
memerlukan bantuan secara sukarela. Jadi, PKBI adalah pelopor pergerakan Keluarga
Berencana Nasional.
Berdasarkan hasil penandatanganan Deklarasi Kependudukan PBB 1967 oleh
beberapa kepala Negara, maka di bentuklah suatu lembaga program keluarga
berencana dan dimasukkan dalam program pemerintah sejak Pelita I berdasarkan
Instruksi Presiden Nomor 26 Tahun 1968 yang dinamakan Lembaga Keluarga
Berencana Nasional (LKBN) sebagai lembaga semi pemerintah.
Pada tahun 1970, melalui Kepres No. 8 tahun 1970 diubah menjadi Badan
Pemerintah dengan nama Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
yang bertanggungjawab kepada presiden dan bertugas mengoordinasikan
perencanaan, pengawasan, dan penilaian pelaksanaan program Keluarga Berencana.

B. Pengertian KB
Keluarga Berencana merupakan usaha suami-istri untuk mengukur jumlah dan
jarak anak yang diinginkan. Usaha yang dimaksud termasuk kontrasepsi atau
pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga. Prinsip dasar metode kontrasepsi
adalah mencegah sperma laki-laki mencapai dan membuahi telur wanita (fertilisasi)
atau mencegah telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi (melekat) dan
berkembang di dalam rahim. (Yohana, 2016)
Keluarga berencana adalah usaha untuk mengontrol jumlah dan jarak antara
kelahiran anak. Untuk ,menghindari kehamilan yang bersifat sementara digunakan
kontrasepsi, sedangkan untuk menghindari kehamilan yang sifatnya menetap bisa
dilakukan sterilisasi. Aborsi bisa digunakan untuk megakhiri kkehamilan jika terjadi
kegagalan kontrasepsi. (Endang Purwoastuti, 2015).

C. Tujuan KB
1. Tujuan umum:
Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan NKKBS
(Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya
masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin
terkendalinya pertambahan penduduk.
2. Tujuan Khusus:
Meningkatakan penggunaan alat kontrasepsi dan kesehatan keluarga berencana
dengan car pengaturan jarak kelahiran.

D. Pemilihan Metode Kontrasepsi


Sebelum menetapkan suatu metode kontrasepsi, individu atau pasangan
suami-isteri mula-mula harus memutuskan apakah mereka ingin menerapkan program
keluarga berencana. Sejumlah faktor dapat mempengaruhi keputusan ini, antara lain:
1. Faktor sosial-budaya: tren saat ini tentang jumlah keluarga; dampak jumlah
keluarga tenpat individu tumbuh dan berkembang terhadap individu tersebut
pentingnya memiliki anak laki-laki di mata masyarakat kerena akan meneruskan
nama keluarga, apakah masyarakat menghubungkan secara langsung antara jumlah
anak yang dimiliki seorang laki-laki dan kejantanannya; nilai dan masyarakat
tentang menjadi seorang “wanita” hanya bila ia dapat “memberi” anak kepada
pasangannya.
2. Faktor pekerjaan dan ekonomi; kemungkinan perpisahan yang lama karena
melakukan wajib militer, kebutuhan untuk mengalokasi sumber-sumber ekonomi
untuk pendidikan atau sedang memulai suatu pekerjaan atau bidang usaha;
kemampuan ekonomi untuk menyediakan calon-calon anak-anaknya dengan
makanan, pakaian, tempat berlindung, perawatan medis dan gigi, pendidikan di
masa depan; pengangguran; tuna wisma.
3. Faktor keagamaan: pembenaran terhadap prinsip-prinsip pembatasan keluarga dan
konsep dasar terntang keluarga berencana oleh semua agama.
4. Faktor hukum: peniadaan semua hambatan hukum untuk pelaksanaan keluarga
berencana sejak dilakukannya undang-undang negara Connecticut tentang
pembatasan penggunaan semua alat kontrasepsi yang bertujuan mencegah konsepsi
dinyatakan tidak sesuai konstitusi oleh Majelis Tertinggi pada tahun 1965.
5. Faktor fisik: kondisi-kondisi yang membuat wanita tidak bisa hamil karena alasan
kesehatan; usia dan waktu “jam biologis” yang akan habis; gaya hidup tidak sehat
(mis., alkoholisme , penyalahgunaan obat, merokok, bulimia, anoreksi, obesitas);
penggunaan obat teratogenik.
6. Fakor hubungan: stabilitas hubungan, masa krisis, dan penyesuaian yang panjang
dengan hadirnya anak.
7. Faktor psikologis: kebutuhan untuk memiliki anak untuk dicintai dan mencintai
orangtuanya; pemikiran bahwa kehamilan dianggap bukti bahwa kita dicintai
(kedua faktor ini merupakan alasan yang umum dilontarkan oleh reaja yang
mengalami kehamilan); keyakinan yang salah bahwa anak akan menyatukan
kembali hubungan yang retak; rasa takut untuk mengasuh dan membesarkan anak;
ancaman terhadap gaya hidup yang dijalani jika menjadi orang tua.
8. Status kesehatan saat ini dan riwayat genetik: adanya keadan atau kemungkinan
munculnya kondisi atau penyakit yang dapat ditularkan kepada bayi (mis., HIV,
AIDS, Tay-Sahs, Korea Huntington, Anemia sel sabit).

E. Kontrasepsi
Macam-macam Metode kontrasepsi:
1. Metode sederhana.
a. Tanpa Alat
1) KB Alamiah
Dasar:
 Menentukan periode/masa subur, yang terjadi sekitar waktu ovulasi,
umumnya kira-kira 14 hari sebelum haid berikutnya.
 Menghindari sanggama selama kurang lebih 7-18 hari, termasuk masa
subur dari tiap siklus.
Masa Hidup Ovum dan Spermatozoa yang Fertil:
Diketahui bahwa ovum manusia mempunyai masa hidup 12-24 jam.
Sedangkan masa hidup spermatozoa yang fertile di dalam traktus genitalia
wanita adalah 48-72 jam, dengan kemungkinan bahwa masa hidup dan daya
fertilisasi tersebut dapat relatif lebih lama.
Dengan cara-cara yang ada saat ini, sudah dapat ditentukan waku ovulasi
seorang wanita, tetapi sebenarnya yang jauh lebih penting adalah
menentukan masa pra-ovulasi (3-5 hari sebelum ovulasi), yang hingga
sekarang belum ada cara untuk menentukannya.
Memang, tubuh seorang wanita yang fertile menunjukka beberapa gejala dan
tanda yang mengarah pada masa subur yang siklis, yaitu:
 Pola suhu badan basal
 Pola lendir serviks
 Sakit perut sekitar masa ovulasi
 Perdarahan inter-menstruasi/Spotting
 Nyeri payudara
 Pola daun pakis (ferning) lendir serviks
 Perubahan posisi dan konsistensi serviks, dilatasi serviks
 Perubahan kejiwaan/mood
 Perubahan libido
Beberapa jenis KB alamiah:
a) Metode Kelender (Ogino-Knaus)
Dasar: menetukan waktu ovulasi dari data haid yang dicatat selama 6-12
bulan terakhir.
Tahun 1930 Kyusaku Ogino di Jepang dan Herman Knaus di Austria,
yang bekerja sendiri-sendiri, menemukan bahwa:
Ogino: ovulasi umumnya terjadi pada hari ke-15 sebelum haid
berikutnya, tetapi dapat pula terjadi 12-16 hari sebelum haid yang akan
datang.
Knaus: ovulasi selalu terjadi pada hari ke-15 sebelum haid yang akan
datang.
Problem terbesar dengan metode kalender adalah bahwa jarang ada wanita
yang mempunyai siklus haid teratur setiap 28 hari.
Tehnik Metode Kalender:
Seorang wanita menentukan masa suburnya dengan:
 Mengurangi 18 hari dari siklus haid terpendek, untuk menentukan
awal dari musuh suburnya.
 Mengurangi 11 hari dari siklus haid terpanjang, untuk menentukan
akhir dari masa suburnya.
Kalkulasi masa subur secara tradisional didasarkan pada 3 asumsi:
 Ovulasi terjadi pada hari ke-14 tambah kurang 2 hari sebelum
permulaan haid berikutnya.
 Spermatozoa bertahan hidup 2-3 hari.
 Ovum hidup selama 24 jam.
Diperlukan catatan siklus haid 8 bulan atau lebih.
Hari pertama persangkaan masa subur: siklus terpendek-18. Asal angka
18:14+2+2 hari hidup spermatozoa.
Hari terakhir persangkaan masa subur: siklus terpanjang -11. Asal angka
11:14-2-1 hari hidup ovum.
b) Metode Suhu Badan Basal (Termal)
Dasar: Peninggian suhu badan basal 0,2-0,50C pada waktu ovolusi.
Peninggian suhu badan basal mulai 1-2 hari setelah ovulasi, da disebabkan
oleh peninggian kadar hormone progesterone.
Tehnik Metode Suhu Badan Basal:
 Umumnya digunakan thermometer khusus dengan kalibrasi yang
diperbesar (basal Termometer), meskipun thermometer biasa dapat
juga dipakai.
 Waktu pengukuran harus pada saat yang sama setiap pagi dan setelah
tidur nyenyak sedikitnya 3-5 jam serta masih dalam keadaan istirahat
mutlak.
 Pengukuran dilakukan secara:
- Oral (3 menit)
- Rektal (1 menit), ini cara terbaik.
- Vaginal
Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu badan basal:
1. Influensa atau infeksi traktus respiratorius lain.
2. Infeksi/penyakit-penyakit lain yang meninggikan suhu badan.
3. Inflamasi local lidah, mulut atau daerah anus.
4. Faktor-faktor situasional seperti mimpi buruk, jet lag, mengganti
pokok bayi pukul 6 pagi.
5. Jam tidur yang irregular.
6. Pemakaian minuman panas atau dingin sebelum pengambilan suhu
badan basal.
7. Pemakaian selimut elektris.
8. Kegagalan membaca thermometer dengan tepat/baik.
Macam-macam peninggian suhu badan basal:
1. Peninggian suhu yang mendadak. Ini yang paling sering terjadi.
2. Peninggian suhu yang perlahan-lahan.
3. Peninggian suhu yang bertingkat, umumnya didahului penurunan
suhu yang cukup tajam.
4. Peninggian suhu seperti “gigi gergaji”.
Catatan:
1. Pada beberapa kasus, kadang-kadang SBB sama sekali tidak
meninggi selama ovulasi, atau kadang kadang sudah meninggi pra-
ovulasi.
2. Demikian pula pada siklus haid yang an-ovulator, SSB todak
meninggi, dan ini ditemukan pada:
- Gadis muda
- Klimakterium/pra-menopause
- Segera post-partum/post-abortus.
- Laktasi.
3. Bila tidak terjadi fertilisasi, corpus luteum akan berhenti bekerja,
produksi hormone progesterone menurun, dan akhirnya suhu badan
basal menurun lagi.
4. Suhu badan post-ovulasi adalah lebih tinggi daripada suhu badan pra-
ovulasi, meskipun tidak terjadi fertilisasi.
Kerugian utama SBB yaitu bahwa abstinens sudah harus dilakukan pada
masa pra-ovulasi.
c) Metode Lendir Serviks (Billings)
Dasar:
Perubahan siklis dari lendir serviks yang terjadi karena perubahan kadar
estrogen.
Peranan Lendir Serviks:
Lendir serviks yang diatur oleh hormone estrogen dan progesterone ikut
berperan dalam reproduksi. Pada tiap siklus haid di produksi 2 macam
lendir serviks oleh sel-sel serviks, yaitu:
1) Lendir Type-E (Estrogenik):
 Diproduksi pada fase akhir pra-ovulasi dan fase ovulasi
 Sifat-sifat:
- Banyak, tipis, sepertia air (jernih) dan viskositas rendah.
- Spinnbarkeit (elastisitas) besar. Elastisitas = sampai seberapa
jauh lendir dapat diregangkan sebelum putus.
- Bila di keringkan terjadi bentuk seperti daun pakis (fernlike
patterns, ferning, arborization).
 Spermatozoa dapat “menembus” lendir ini.
2) Lendir Type-G (Gestagenik):
 Diproduksi pada fase awal pra-ovulasi dan setelah ovulasi.
 Sifat-sifat:
- Kental
- Viskositas tinggi
- Keruh
 Dibuat karena peninggian kadar progesterone
 Spermatozoa tidak dapat menembus lendir ini.
Ciri-ciri lendir serviks pada berbagai fase pada berbagai fase dari siklus
haid (30 hari):
1) Fase 1:
- Haid
- Hari 1-5
- Lendir dapat ada atau tidak, dan tertutup oleh darah haid
- Perasaan wanita: basah dan licin (lubrikatif).
2) Fase 2:
- Pasca-haid
- Hari 6-10
- Tidak ada lendir atau hanya sedikit sekali.
- Perasaan wanita: kering
3) Fase 3:
- Awal pra-ovulasi
- Hari 11-13
- Lendir keruh, kuning atau putih, dan liat.
- Perasaan wanita: liat dan/atau lembab.
4) Fase 4:
- Segera sebelum, pada saat dan sesudah ovulasi
- Hari 14-17
- Lendir bersifat jernih, licin, basah, dapat diregangkan
- Konsistensi seperti putih-telur
- Hari terakhir dari fase ini dikenal sebagai gejala-puncak (peak
symptom)
- Perasaan wanita: licin dan/atau basah.
5) Fase 5:
- Pasca-ovulasi
- Hari 18-21
- Lendir sedikit, keruh dan liat.
- Perasaan wanita: liat dan/atau lembab
6) Fase 6:
- Akhir pasca-ovulasi atau segera pra-haid
- Hari 27-30
- Lendir jernih dan seperti air
- Perasaan wanita: liat dan/atau lembab dan/atau basah.
Dengan kata lain:
SAAT JUMLAH VISKOSITAS WARNA ELASTISITAS FERNING
HAID
Berawan,
Pasca haid Moderat Kental kuning < 1” Tidak
atau putih
Campuran
Mendekati Agak kental Moderat
Bertambah berawan 1-1,5”
ovulasi sampai tipis
dan jernih.
Sangat tipis Berkembang
Ovulasi Maksimum Jernih 6-8”
dan licin sempurna
Post- Campuran
Minimal
ovulasi (± Berkurang Tipis berawan 4-6”
atau tidak
3 hari) dan jernih
Mendekati
Minimal Kental Berawan < 1-1,5” Tidak
haid

Teknik Metode Lendir Serviks:


Abstinens dimulai pada hari pertama diketahui adanya lendir setelah haid
dan berlanjut sampai dengan hari ke-4 setelah gejala-puncak.
Penyulit-penyulit Metode Lendir Serviks:
 Keadaan fisiologis: sekresi vagina karena rangsangan seksual.
 Keadaan patologis: infeksi vagina, serviks, penyakit-penyakit,
pemakaian obat-obat.
 Keadaan psikologis: stress (fisik dan emosional).
Disamping abstinens pada saat yang diperlukan, ada 3 sebab lain
terjadinya kegagalan atau kehamilan:
 Pengeluaran lendir mulainya terlambat.
 Gejala-puncak timbul terlalu awal/dini.
 Lendir tidak dirasakan oleh wanita atau dinilai/interpretasi salah.

d) Metode Sympto-Termal
Dasar: kombinasi antara bermacam metode KB alamiah untuk
menentukan masa subur/ovulasi.
Kontraindikasi Metode KB Alamiah.
Umumnya merupakan kontraindikasi relatif:
 Siklus haid yang tidak teratur
 Riwayat siklus haid yang an-ovulator.
 Kurve suhu badan yang tidak teratur
Komplikasi Metode KB Alamiah:
 Komplikasi yang langsung tidak ada.
 Persoalan timbul bila terjadi kegagalan/kehamilan, karena ada data-
data yang menunjukkan timbulnya kelainan-kelainan janin
sehubungan dengan terjadinya fertilisasi oleh spermatozoa dan ovum
yang berumur tua/terlalu matang.
Keuntungan Non-Kontraseptif dari Medote KB Alamiah:
 Untuk pasangan suami-isteri yang menginginkan kehamilan, metode
SBB, metode lendir serviks, dapat menentukan hari-hari subur isteri,
sehingga sanggama dapat direncanakan pada saai itu (disarankan
untuk bersenggama selang sehari mulai dari hari ke-9 sampai SBB
mencapai kenaikan temperaturnya yang khas).
 Dapat digabungkan dengan metode-metode kontrasepsi lain, misalnya
dengan metode Barrier.
Metode-metode Pemeriksaan Lain yang Masih Diteliti Guna
Menentukan Masa Subur/Ovulasi:
a) Urine:
Peninggian rasio kadar hormone estrone dan pregnanediol, yang
terjadi 2-5 hari sebelum ovulasi.
b) Saliva:
- Menentukan kadar progesterone didalam air liur.
- Menentukan kadar alkali-fosfatase di dalam air liur, yang akan
meninggi pada fase pra-ovulasi dan mencapai puncaknya pada
saat ovulasi.
c) Lendir Serviks:
- Perubahan kadar enzyme di dalam lendir serviks, seperti amino-
peptidase, esterase, alkali-fosfatase dan lactase dehydrogenase,
yang akan menurun pada pertengahan siklus dan kemudian
meninggi setelah ovulasi.
- Perubahan kadar NaCl di dalam lendir serviks, yang dapat
meramalkan ovulasi 2-4 hari sebelumnya.
d) Darah:
Penentuan kadar hormone-hormon di dalam darah.
e) Sitologi exfoliatif dari apusan vagina.
f) Biopsi endometrium
g) USG
h) Indikator-indikator ovulasi lainnya:
- Elektro-potensial dari kulit.
- Aliran darah pada dinding vagina
- Suhu payudara.

Keuntungan dan Kerugian dari Kontrasepsi KB Alamiah:


N KEUNTUNGAN KERUGIAN
O
1. Aman Kurang begitu efektif dibandingkan
metode-metode kontrasepsi lain.
2. Murah/tanpa biaya Perlu instruksi dan konseling sebelum
memakai metode ini.
3. Dapat diterima oleh banyak Memerlukan catatan siklus haid yang
golongan agama. cukup.
4. Sangat berguna baik untuk Dapat mengahambat spontanitas seksual,
merencanakan maupun menghindari stress psikologis dan kesulitan-kesulitan
terjadinya kehamilan. dalam perkawinan.
5. Mengajar wanita, terkadang Bila siklus haid tidak teratur, dapat
suaminya, perihal siklus haid. mempersulit.
6. Tanggungjawab berdua sehingga Bila terjadi kehamilan, ada risiko bahwa
menambah komunikasi dan kerja ovum/spermatozoa-nya sudah terlalu tua.
sama.

2. Metode Modern
a) Kontrasepsi hormonal:
1) Per-oral
2) Injeksi/suntikan
3) Subkutis : Implant
b) Intra Uterine Devices (IUD, AKDR)
c) Kontrasepsi mantap

F. Coitus Interuptus
Adalah suatu metode kontrasepsi di mana sanggam diakhiri sebelum terjadi
ejakulasi intra-vaginal. Ejakulasi terjadi jauh dari genitalia eksterna wanita.
Keuntungan:
1. tidak memerlukan alat dan murah
2. tidak menggunakan zat-zat kimiawi.
3. Selalu tersedia setiap saat
4. Tidak mempunyai efek samping.
Kerugian:
1. Angka kegagalan cukup tinggi:
a) 16-23 kehamilan per 100 wanita per tahun
b) Faktor-faktor yang menyebabkan angka kegagalan yang tinggi adalah:
- Adanya cairan pra-ejakulasi (yang sebelumnya sudah tersimpan dalam
kelenjar prostat, uretra, kelenjar Cowper), yang dapat keluar setiap saat,
dan setiap tetes sudah dapat mengandung berjuta-juta spermatozoa.
- Kurangnya kontrol diri pria, yang pada metode ini justru sangat penting.
2. Kenikmatan seksual berkurang bagi suami-isteri, sehingga dapat mempengaruhi
kehidupan perkawinan.
Kontraindikasi: Ejakulasi prematur pada pria.
Hal-hal Penting yang harus Diketahui oleh Akseptor:
1. Sebelum sanggama, cairan pra-ejakulasi pada ujung penis harus dibersihkan
terlebih dahulu.
2. Bila pria merasa akan ber-ejakulasi, ia harus mengeluarkan penisnya dari dalam
vagina, dan selanjutnya ejakulasi dilakukan jauh dari orificium vagina.
3. Coitus interruptus bukan merupakan metode kontrasepsi yang baik bila pasangan
suami-isteri menginginkan sanggama yang berulangkali, karena semen yang
masih dapat tertinggal di dalam cairan bening pada ujung penis.
4. Coitus interruptus bukan metode kontrasepsi yang baik bila suami mempunyai
kesulitan untuk mengetahui kapan ia akan berejakulasi.
5. Coitus interruptus cukup tepat untuk suami yang tidak mempunyai
“perembesan” dari cairan pra-ejakulasi sebelum sanggama.
6. Coitus interruptus masih merupakan metode kontrasepsi yang lebih baik dari
pada sama sekali tidak memakai metode apa pun.

G. Metode Barier Pada Pria (Kondom)


Pada masa kini, kondom yang merupakan metode kontrasepsi pria yang telah
lama dikenal, kembali mendapatkan perhatian baru, baik dalam bidang Keluarga
Berencana maupun dalam bidang lain.
Keuntungan kondom:
1. Mencegah kehamilan
2. Memberikan perlindungan terhadap penyakit-penyakit akibat hubungan seks
(PHS)
3. Dapat diandalkan
4. Relatif murah
5. Sederhana, ringan
6. Tidak memerlukan pemeriksaan medis
7. Reversible
8. Pria secara aktif mengikuti program KB
Kerugian kondom:
1. Angka kegagalan relatif tinggi
2. Perlu menghentikan sementara aktivitas dan spontanitas hubungan seks guna
memasang kondom
3. Perlu dipakai secara konsisten, hati-hati dan terus menerus pada setiap sanggama
Indikasi kondom:
1. Pria:
a) Penyakit genitalia
b) Sensitivitas penis terhadap sekret vagina
c) Ejakulasi prematur
2. Wanita:
a) Vaginitis
b) Untuk membuktikan tidak ada semen yang dikeluarkan di dalam vagina
Pasangan pria dan wanita:
1. Pengendalian dari pihak pria lebih diutamakan
2. Sanggama yang jarang
3. Penyakit kelamin
4. Herpes
5. Sistisis
6. Metode sementara IUD
Efektivitas kondom dapat di pertinggi dengan memakai spermisid bersamanya.
Saat ini, dengan tersedianya kondom dengan kualitas yang relatif tinggi, maka
problim utama dalam hal efektivitas, jelas bukan terletak pada kondomnya sendiri,
melainkan terletak pada pemakaiannya.

- Kapan kondom dipasang

- Kapan kondom dilepaskan

Kontra-indikasi Kondom:
Absolute:
1. Pria dengan ereksi yang tidak baik
2. Riwayat syok septik
3. Tidak bertanggung jawab secara seksual
Relatif:
1. Interupsi sexual forplay yang mengganggu ekspresi seksual
Efek samping dan komplikasi:
1. Keluhan utama dari akseptor adalah berkurangnya sensitivitas glans penis
2. Alergi terhadap karet

H. Metode Barier Pada Wanita


Keuntungan metode barier intra-vagina:
1. Mencegah kehamilan
2. Mengurangi kecelakaan penyakit akibat hubungan seks
Kerugian metode barier intra-vagina:
1. Angka kegagalan tinggi
2. Perlu dipakai secara konsisten
Macam-macam barier intra vagina:
1. Diagfragma
2. Kap serviks
3. Kondom wanita
Keuntungan diagfragma:
1. Sangat efektif
2. Aman
3. Diawasi sendiri oleh pemakai
4. Hanya diapaki bila diperlukan
5. Dapat dipakai selama haid
6. Tidak mempengaruhi laktasi
Kerugian populernya diagfragma:
1. Memerlukan tingkat mtivasi yang tinggi dari pemakai
2. Wanita perlu memegang genitalnya sendiri
3. Insersi relatif sukar
Macam-macam diagfragma:
1. Coil-spring diagfragma
 Pinggir-alas diagfragma mempunyai kawat logam dengan pegas/per spiral
yang bundar dan dilapisi dengan karet
 Diaphragma ini terutama berguna untuk wanita dengan otot-otot vagina yang
kuat
2. Flat-spring diagfragma
 Pinggir-alas diagfragma mempunya lempengan logam yang pipih
3. Arcing-spring diagfragma
 Pinggir-alas diagfragma mempunyai pegas logam rangkap
Jangan memakai diagfragma tanpa spermidis !!!;
Posisi tubuh wanita untuk insersi diagfragma dapat:
1. Duduk pada pinggir
2. Tidur terlentang dengan ke dua lutut ditekuk
3. Jongkok
4. Berdiri dengan satu tungkai

1. Pemeliharaan diagfragma
Dengan pemeliharaan yang baik diagfragma dari karet dapat dipakai untuk 2
tahun atau lebih, tetapi dianjurkan untuk menggantinya setiap tahun.
Setelah diagfragma dikeluarkan, harus dicuci dengan sabun lunak dan air hangat,
bersih, kemudian dikeringkan.
2. Kap serviks
a) Suatu alat kontrasepsi yang hanya menutupi serviks saja.
b) Dibandingkan dengan diagfragma, kap serviks:
1) Lebih dalam/tinggi kubahnya, tetapi diameternya lebih kecil
2) Umumnya lebih kaku
3) Menutupi serviks karena hisapan, bukan karena pegas
c) Zaman dahulu, kap serviks terbuat dari logam atau plastik, sekarang yang
banyak adalah dari karet.
Keuntungan plastik dibandingkan karet:
a) Tidak rusak oleh iklim yang panas
b) Tidak bereaksi dengan cairanvagina yang asam
c) Tidak diapaki dengan spermisid yang mengandung minyak tersebut
3. Spons
4. Kondom Wanita

I. Kontrasepsi Berisi-Progesteron-Saja
Kontrasepsi berisi-progesteron-saja meliputi segolongan besar metode
kontrasepsi yang semakin hari semakin berkembang, dimana pada saat ini telah
tersedia antara lain:
1. Mini-Pil (tablet Pil-oral berisi-progestin-saja)
2. Suntikan progestin yang long-acting
3. Implant
4. IUD berisi progestin (Progestasert)
Sedangkan yang masih dalam penelitian, antara lain:
1. Suntikan dengan jangka-waktu kerja lebih pendek
2. Implant yang biodegradable
3. Injeksi microspheres dan microcapsules
4. Vaginal ring berisi hormon
Dibawah pengaruh yang lama/kronis dari progestin, lendir serviks menjadi
sedikit, kental dan relatif tidak dapat ditembus oleh spermatozoa. Untuk Mini-Pil,
sampai saat ini belum ada data-data yang menyebut hal tersebut, meskipun telah
dilaporkan adanya hal serupa pada pemakaian kontrasepsi suntikan (Depo-Provera).
1. Mini-Pil
Diseluruh dunia, Mini-Pil tidak mendapatkan penerimaan yang luas, baik dari
pihak wanita maupun dari pihak petugas media KB. Dari lebih 50 juta akseptor
kontrasepsi oral, hanya 1 dari 150 wanita yang menggunakan Mini-Pil.
Mini-Pil bukan menjadi pengganti dari Pil oral Kombinasi, tetapi hanya
sebagai supplemen/tambahan, yang digunakan oleh wanita-wanita yang ingin
menggunakan kontrasepsi oral tetapi sedang menyusui atau untuk wanita yang harus
menghidari estrogen oleh sebab apapun.
Progesteron yang terdapat di dalam Mini-Pil terdiri dari 2 golongan, yaitu:
a) Analog Progesteron:
1) Chlormadinone asetat
2) Megestrol astetat
b) Derivat testosterone (19-norsteroids), diketemukan 1970-an dan dipakai sampai
saat ini:
1) Norethindrone
2) Norgestrel
3) Ethynodiol
4) Lynestrenol (Exluton).
Keuntungan Mini-Pil
1. Dapat diberikan untuk wanita yang menderita keadaan tromboembolik
2. Laktasi
3. Mungkin cocok untuk wanita dengan keluhan efek samping yang disebabkan oleh
estrogen (sakit kepala, hipertensi, nyeri tungkai bawah, chloasma, berat badan
bertambah dan rasa mual).
Kerugian Mini-Pil
1. Mini-Pil kurang efektif dalam mencegah kehamilan dibandingkan Pil-oral-
kombinasi.
2. Karena tidak mengandung estrogen, Mini-Pil mengandng insidens dari
pendarahan-bercak (spotting), endarahan menyerupai haid (breakthrough
bleeding), variasi dalam panjang sikulus haid, kadang-kadang amenore.
3. Mini-Pil, seperti IUD, kurang efektif dalam mencegah kehamilan ektropik
dibandungkan dengan mencegah kehamilan intrauterine.
Mekanisme Kerja Mini-Pil
1. Mencegah terjadinya ovulasi Pada beberapa siklus
2. Perubahan dxalam motilitas tuba
3. Perubahan dalam fungsi corpus luteum
4. Perubahan lendir serviks
5. Perubahan dalam endometrium
Efek Samping Mini-Pil
a) Perubahan pola haid
- Dapat terjadi perdarahan-bercak (spotting) dan perdarahan menyerupai haid
(brakthrough bleeding), dengan insidens 6,25%.
- Lama haid dan volue darah haid dapat berubah.
- Panjang siklus dapat sangat bervariasi
- Mini-Pil juga mengurangi ketegangan pra-haid
b) Efek samping non-menstrual
- Tidak selalu ditemukan pertambahan berat badan pada pemakaian Mini-Pil
(yang terjadi pada progestin dosis tinggi).
- Sedangkan apakah Mini-Pil menambah risiko seperti penyakit kandung
empedu, ikterus cholestatic, adenoma hepar dan karsinoma hepar, karsinoma
payudara, karsinoma serviks, melanoma: sampai saat ini belum diketahui
dengan jelas.
Efek metabolik Mini-Pil
1. Tromboemboli
2. Metabolisme karbohidrat
3. Metabolisme dan fungsi endokrin
4. Cacat bawaan
Keuntungan Non Kontraseptif Mini-Pil
1. Beberpa akseptor mini- pil mengalami pengurangan dari dismenore dan sindrome
pra haid yang siklis
2. Dua keuntungan paling besar telah diketahui untuk POK, yang disebabkan oleh
hormon progestin:
a. Proteksi terhadap PID
b. Proteksi terhadap karsinoma endometrium

2. Kontrasepsi Suntikan (Injectables)


Dua kontrasepsi suntikan berdaya kerja lama yang sekarang banyak dipakai
adalah:
a) DMPA (Depot medroxyprogesteron asetat)
b) NET-EN (Norehidrone enanthate)
Mekanisme kerja Kontrasepsi Suntikan
a) Primer: mencegah ovulasi
b) Sekunder :
1) Lendir serviks menjadi kental dan sedikit, sehingga merupakan barier
terhadap spermatozoa.
2) Membuat endometrium menjadi kurang baik/layak untuk implantasi dari
ovum yang telah dibuahi
3) Mungkin mempengaruhi kecepatan transpor ovum didalam tuba fallopi.
WHO telah melakukan dua penelitian:
1. DMPA dosis standard: angka kegagalan 0.7%
2. Net EN:
a. Dosis standard sekali setiap 12 minggu angka kegagalan 3.6% per 100
wanita per-36 minggu. Penelitian ini kemudian diberhentikan karena angka
kegagalannya terlalu besar.
Kemudian penelitian dilanjutkan dengan;
b. Dosis standard sekali 8 minggu: angka kegagalannya per 100 wanita per-24
bulan.
c. Dosis standar sekali setiap 8 minggu selam 6 bulan, disusul suntikan sekali
setiap 12 minggu: angka kegagalan 1,4 per 100 wanita per 24 bulan.
Jadi menurut WHO: pemakaian sekali setiap 8 minggu sedikit lebih efektif
dibandingkan sekali setiap 8 minggu selama 6 bulan yang
disusul suntikan seklai setia 12 minggu.
Efektivitas kontrasepsi suntikan, terutama NET EN, dapat bervariasi, mungkin
tergantung kepada:
a. Waktu penyuntikan pada saat siklus haid
b. Metabolisme obatnya
c. Berat badan akseptor
d. Teknik penyuntikan
Kontra-Indikasi Suntikan
WHO menganjurkan untuk tidak menggunak kontrasepsi suntikan pada:
1. Kehamilam
2. Karsinoma payudara
3. Karsinoma trkatus genitalia
4. Perdarahan abnormal uterus.
Efek Samping
1. Gangguan haid, ini yang paling sering terjadi dan yang paling mengganggu
2. Berat badan yang bertambah
3. Sakit kepala
4. Pada sistem kardiovaskule efeknya sangat sedikit, mungkin ada sedikit
peninggian dari kadar insulin dan penurunan HDL-kolesterol.
Efek Metabolik
1. DMPA mempengaruhi metabolisme karbohidrat, tetapi tidak ditemukan
terjadinya diabetes pada akseptor.
2. WHO tidak menganggap diabets sebagai kontra-indikasi untuk pemakaian
kontrasepsi suntikan, hanya disarankan untuk melakukan pemantauan glukosa
tolerans.
3. Tidak ditemukan efek pada fungsi hati
4. Kontrasepsi suntikan tidak mempengarahi metabolisme protein dan vitamin.
Efek pada Sistem Reproduksi
1. Kembalinya Kesuburan/Fertilitas
2. Efek pada Fetus/Janin
3. Laktasi
Kontrasepsi Suntikan-Sekali-Sebulan
Kontrasepsi-Suntikan-Sekali-Sebulan memiliki beberapa kelebihan dibandingkan
kontrasepsi suntikan yang biasa/standard, yaitu:
1. Menimbulkan pendarahan teratur setiap bulan
2. Kurang menimbulkan perdarahan-bercak atau perdarahan ireguler lainnya
3. Kurang menimbulkan amenore
4. Efek samping lebih cepat menghilang setelah suntikan dihentikan
Kerugian dari Kontrasepsi Suntikan-Sekali-Sebulan
1. Penyuntikan selbih sering
2. Biaya keseluruhan lebih tinggi
3. Kemungkinan efek samping karena estrogennya.

Yang masih dalam penelitian saat ini ada 2 sediaan, yaitu:


a) Cycloprovera
1) Kombinasi 25 mgDMPA dan 5 mg estradiol cypionate
2) Saat ini di Indonesia telah tersedia kontrasepsi Suntikan-Sekali-Sebulan,
dengan nama dagang Cyclofem dalam kemasan 0,5 ml suspensi aqueous steril
yang berisi 25 mgMedroxiprogesterone asetat + 5 mg Estradiol cypionate.

b) HRP102 (human Reproduction Program dari WHO)


1) Kombinasi 50 mg NET EN dan 5 mg estradiol valerate
2) Sekarang telah tersedia dengan nama dagang mesigyna negara Mexico,
Argentina dan Brazil.
Dari penlitian-penelitian pendahuluan yang dilakukan, antara lain oleh WHO,
ternyata:
1. Kedua sediaan tersebut sangat efektif, ditemukan hanya 1 kehamilan pada 655
wanita per tahun untuk Cycloprovers; dan 4 kehamilan pada 648 wanita per tahun
untuk HRP102, tetapi mungkin 2 wanita sudah hamil pada saat disuntik untuk
pertama kalinya.
2. Pola perdarahan seperti siklus haid yang normal
3. Efek samping ringan antara lain berat badan bertambah ssedikit
4. Setelah suntikan dihentikan, mungkin terjadi sedikit keterlambatan dalam
kembalinya kesuburan.

3. Implant (Subdermal) (AKBK= Alat Kontrasepsi Bawah Kulit)


a) Non-biodegrudable implant
1) norplant (6 “kapsul”), berisi hormon levonorgestrel , daya kerja 5 thn
2) norplant-2 (2 batang) , idem , daya kerja 3 tahun.
3) satu batang , berisi hormon ST-1435, daya kerja 5 tahun.
4) 1 batang berisi hormon 3- keto desogestrel , daya kerja 2,5 – 4 tahun.
b) Biodegradable implant, yang sedang diuji coba saat ini :
1) Capronor
Suatu kapsul polymer berisi hormon levonorgestrel dengan daya kerja 18
bulan.
Rencana siap pakai :pertengahan dasawarsa 1990-an.
2) Pellets
Berisi norethindrone dan sejumlah kecil kolesterol , daya kerja 1 tahun.
Rencana siap pakai : pertengahan dasawarsa 1990-an.
c) Non-biodegradable implant
1) Norplant
Dipakai sejak tahun 1987. Terdiri dari 6 kapsul kosong silatic(karet
silicon yang diisu dengan hormon levonorgestrel dan ujung ujung kapsul
ditutup dengan silatic adhesive. Tiap kapsul :
 Panjang = 34mm
 Diameter = 2,4 mm
 Berisi 36 mg levonorgestrel.
Sangat efektif dalam mencegah kehamilan untuk 5 tahun. Saat ini norplant
yang paling banyak dipakai.
2) Norplant-2
Dipakai sejak tahun 1987. Terdiri dari 2 batang silatic yang padat, dengan
panjang tiap batang 44 mm. Masing-masing batang diisi dengan 70mg
levonorgestrel di dalam matriks batangnya. Sangat efektif untuk mencegah
kehamilan selama 3 tahun.
Pada kedua macam implant tersebut,levonorgestrel berdifusi melalui membran
sialtic dengan kecepatan yang lambat dan kosntan. Dalam 24 jam setelah insersi
kaadar hormon dalam plasma darah sudah cukup tinggi untuk mencegah ovulasi.
Pelepasan hormon setiap harinya berkisar antara 50-85 mcg pada tahun
pertama , kemudian menurun sampai 30-35mcg perhari untuk 5 tahun berikutnya.
Kontra-Indikasi implant :
1. Kehamilan/diduga hamil
2. perdarahan traktus genitalia yang tidak diketahui penyebabnya.
3. Tromboflbitis aktif atau penyakit trombo-emboli.
4. Penyakit hati akut.
5. Tumor hati junak atau ganas
6. Karsinoma payudara / tersangka karsinoma payudara
7. Tumor neoplasma ginekologik.
8. Penyakit jantung,hipertensi, diabetes melitus.
Insersi dan Pengeluaran Implant
1. Insersi dan pengeluaran implant umumna merupakan prosedur bedah miror,
yang memerlukan anastesi lokal dan insisi yang yang kecil.
2. Waktu terbaik untuk insersi adalah pada saa haid atau jangan melebihi 5-7 hari
setelah mulainya haid. Implant ditempatkan tepat dibawah kulit umumnya
pada bagian dalam lengan atas atau lengan bawah.
3. Pengeluaran implant terutama norplant biasanya memerlukan waktu 15-20
menit bila dipasang dengan benar.
4. Bila implant telah dikeluarkan, implant baru dapat segra dipasang pda tempat
yang sama bila tidak ada pembengkakan pda tempat tersebut atau dipasang
pada tempat yang sama dengan arah yang berlawanan.
5. Infeksi arau komplikasi lain seperti hemtoma setelah insersi jarang terjadi.
6. Dapat terjadi ekspulsi dari implant bila tempat insersi mengalami infeksi.
7. Jaga sterilitas

Efeketifitas
1. Angka kegagalan norplant : < 1 perseratuss wanita-pertahun dalam 5 tahun
pertama. Ini lebih rendah dibandingkan kontrasepsi oral, IUD dan metode
barier.
2. Efektivitas norplant berkurang sedikit setelah 5 tahun dan pada tahun ke 6
kira-kira 2,5-3% akseptor menjadi hamil.
3. Norplant-2 sama efektifnya seperti norplant, untuk waktu 3 tahun prtama.
Semula diharapkan norplant-2 juga akan efektif untuk 5 tahun , tetapi ternyata
setelah pemakaian 3 tahun terjadi kehamilan dalam jumlah besar yang tidak
diduga sebelumnya, yaitu sebesar 5-6%. Penyebabnya belumjelas, disangka
terjadi penurunan dalam pelepasan hormonnya.
Mekanisme Kerja Implant
1. Mekanisme kerja yang tepat dari implant belum jelas benar.
2. Imlant tampaknya mencegah terjadinya kehamilan melalui beberapa cara :
a) Mencegah ovulasi
b) Perubahan lendir servika menjadi kental dan sedikit, sehingga
menghambat pergerakan spermatozoa.
c) Menghambat perkembangan siklis dari endometrium.
Efek Samping Implant
1. Efek samping utama adalah perubahan pola haid , yang terjadi pada kira-kira
60% akseptor dalam tahun pertama setelah insersi.
2. Yang paling sering terjadi adalah :
a) Bertambahnya hari hari perdarahan dalam 1 siklus.
b) Perdarahan-bercak (spotting)
c) Berkurangnya panjang siklus haid
d) Amenore, meskipun lebih jarang terjadi dibandingkan perdarahan lama
atau perdarahan- bercak.
3. Umumnya perubahan-perubahan haid tersebut tidak mempunyai efek yang
membahayakan diri ekseptor. Meskipun terjadi perdarahan lebih sering
daripada biasanya. Volume darah yang hilang tetap tidak berubah.
4. Pada sebagian akseptor, perdarahan ireguler akan berkurang dengan
berjalannya waktu.
5. Perdarahan hebat jarang terjadi.
Efek Pada Sistem Reproduksi
1. Tidak dilaporkan adanya efek samping yang serius terhadap sistem reproduksi
pada pemakaian norplant.
2. Memang pda 10% akseptor ditemukan adanya kista ovarium yang sementara,
ada yang smsapai mencapai ukuran 10cm. Kista tersebut akan mengalami
regresi spontan dalam 6 minggu.
3. Yang menjadi kekuatiran adalah kemungkinan bertambahnya resiko dari
kehamilan ektopik.
4. Efek kontrasepsi norplant menghilang dengan cepat setelah implantnya
dikeluarkan.
5. Hasil penelitian pendahuluan menunjukan bahwa jumlah kecil dari
levonogestrel yang dilepaskan oleh norplant tidak mempunyai efek buruk pada
bayi ang sedang dikandung maupun yang masih menyusu.
6. Pemakaian norplant selama laktasi tidak mempengaruhi kadar hormon
bayinya.
Efek Samping Lain
1. Sakit kepala
2. Efek pada fungsi hepar , metabolisme karbohidrat, pembekuan darah, tekanan
darah , imunoglobin, serum kortisol, urea nitrogen, uric acid, Na, K, Ca,
pospat anorganik dan berat badan.

4. Cincin Vagina ( Vagina ring )


Vagina ring berbeda dengan metode kontrasepsi hormonal berdaya kerja
panjang yang baru, karena vagina ring tidak disuntikan atau dipasang di bawah kulit
tetapi diletakan tepat didalam vagina dan dibiarkan disitu, dan dapat dikeluarkan
setiap saat. Persamaannya: vagina ring juga melepaskan hormon dengan perahan-
lahan.
Dikenal tiga macam vagina ring :
1. Vagina Ring Levonogestrel
Dikembangkan oleh WHO , cincin ini melepaskan kira-kira 20 mcg
levonorgestrel per hari dan dapat dibiarkan di dalam vagina selama 3 bulan.
Ring ini terdiri dari :
a) Inti ring, yang berisi 6 mg levonorgedtrel bercampur dengan silatic.
b) Lapisan luar terdiri dari silatic saja.
Diameter ring 55,6 mm, dengan ketebalan 9,5 mm. Mekanisme kerja vaginal
ring levonorgestrel ini : mencegah ovulasi , membuat lendir servik menjadi
kental sehhingga mencegah masuknya spermatozoa ke dalam uterus. Efektifitas
vaginal ring levonorgestrel :
- Kurang efektif dibandingkan implant atau kontrasepsi suntikan.
- Angka kegagalan : 3,5 per 100 wanita pertahun.
Efek samping utama : perdarahan ireguler dan ini merupakan sebab utama dari
pengehentian pemakaian. 8% akseptor mrnghentikan pemakaian karena timbul
leukore iritasi atau infeksi. Vaginal ring levonorgestrel di pakai di inggris sejak
tahun 1988.

2. Vaginal Ring Progesterone


Vaginal ring yang mengandung hormon alamiah progeterone dan dibuat khusus
untuk ibu-ibu yang sedang menyusui. Vaginal ring ini dapat dibiarkan di dalam
vagina selama 3 bulan. Yang sedang diteliti WHO ada dua macam vaginal ring,
yaitu masing-masing melepaskan 5 atau 10 mg progesterone per hari. Rencana
siap pakai : awal dasawarsa 1990-an
3. Vaginal Ring Kombinasi Progestin-Estrogen

Keuntungan dan Kerugian dari Vaginal Ring :


Sampai saat ini belum banyak wanita yang mnggunakan vaginal ring , sehingga belum
diketahui dengan jelas seberapa populernya metode ini. Keuntungan besar dari
vaginal ring dibandingkan metode kontrasepsi jangka panjang baru lainnya. Berbeda
dengan metoe barier , vaginal ring tidak perlu dipasang sesaat sebelum sanggama.
Kerugian dari vaginal ring :
Wanita harus memegang/ memanipulasi sendiri alat kelaminnya. Hasil-hasil
penelitian pendahuluan dari vaginal ring berisi levonorgestrel menyimpulkan bahwa
vaginal ring ini kurang efektif dibandingkan metode kontrasepsi hormonal lain,
kontrasepsi mantap ataupun IUD.

5. Kontrasepsi Suntikan Microspheres dan Microcapsules


Kontrasepsi suntikan microspherres dan microcapsules terdiri dari bahan pembawa
co-polimer yang biodergradable dan satu atau lebih hormon. Seperti kontrasepsi
suntikan lainnya , microspheres dan micricapsules mudah digunakan , sekali sudah
disuntikan tidak dapat di keluarkan kembali. Bahan pembawanya : poly (dl-lactide-
coglycolide).
Macam-macam micropheres dan microcapules yang sedang diteliti :
a) Micropheres norethindrone
b) Micropheres levonogestrel
c) Micropheres norethindrone (NET)
d) Microcapsules norgestimate
e) Microcapsules progesterone

J. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (Intra Uterine Devices = IUD)


Pada tahun 1909 Richter melaporkan pengalamannya dengan IUD terbuat dari
usus ulat sutera. Grafenberg, jugapada tahun 1909 memulai kerjanya dengan usus ulat
sutera dan kemudian membuat lingkaran usus yang dipertahankan oelh suatu kawat
yang mengandung Ag dan Cu. Tahun 1934 Ota menuturkan pengalamannya dengan
IUD.
Pada akhir dasawarsa 1960an zipper menemukan IUD yang mengandung Cu.
Scommegna kemudian menemukan IUD yang mengaandung hormon
progesteron(progestasert-T). Saat ini kurang lebih 85 juta wanita diseluruh dunia yang
menggunkan IUD , dimana kira-kira 70% daripdanya 59 jta ada di rrc.
Sejumlah artikel yang terbit mrngupas perihal konsekuensi serius dari infeksi
pelvis yang menyebutkan IUD sebagai penyebab dari timbulnya infertilitas.
Ternyata bahwa penurunan dari pemakaian IUD di pasaran amerika serikat
lebih disebabkan oleh unsur keamanan / efektivitas IUD nya . di amerika serikat ,
bagian terbesar dari pelayanan keluarga berencana diberikan oleh sektor swasta , dan
kerena akseptor IUD tidak banyak, disamping IUD dapat dipakai untuk jangka waktu
lama, maka keuntungan yang diperoleh dari penjualan IUD hanya sedang-sedang saja,
ditambah lagi bahwa semakin banyak dokter-dokter yang beralih ke Cu-IUD .
disamping itu juga terdapat faktor penuntutan trhadap pabrik pembuat IUD karna
dikatakan bahwa IUD telah mencederai pemakainya.
Penggolongan IUD :
1. Un-Medicated devices = inert devices
= first generation devices
Misalnya :
a. Grafenberg ring
b. Ota ring
c. Margulies coil
d. Lippes loop
e. Staf-T-Coil
f. Delta loop : modified lippes loop D :
Penambahan benang chromic catgut pda lengan atas , terutama untuk insersi
post partum .
2. Medicated device = bio – active devices
= second generation devices
a. Mengandung logam :
 AKDR-Cu Generasi pertama:

 Cu-T200 = tatum-T.

 Cu-7 = gravigard

 MLCu-250.
 AKDR-Cu generasi kedua :

 CuT-380A = Para-Gard.

 CuT-380Ag.
 CuT- 220C.

 Nova-T = novagard : mengandung Ag.

 Delta-T : mdified CuT-220C : penambahan benang cromic


catgun pda lengan atas , terutama untuk insersi post-partum.

 MLCu-375.s
b. Mengandung hormon : progesterone atau levonogestrel
- Progestasert : alza-T , dengan daya kerja 1 tahun
- LNG-20 : mengandung levonogestrel.

Mekanisme Kerja IUD :


Mekanisme kerja yang pasti dari IUD belum diketahui.
Ada beberapa mekanisme kerja IUD yang telah ddiajukan :
1. Timbulnya reaksi radang lokal yang non-spesifik di dalam cavum uteri sehingga
implantasi sel telur yang telah dibuahi terganggu.
2. Produksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang mnyebabkan terhambatnya
implantasi.
3. Gangguan/ terlepasnya blastocyst yang telah berimpantasi di dalam
endometrium.
4. Pergerakan ovum yang bertabah cepat di dalam tuba fallopi.
5. Immobilisasi spermatozoa saat melewati cavum uteri.
6. Dari penelitian-penelitian terakhir , disangka bahwa IUD juga mencegah
spermatozoa membuahi sel telur.
7. IUD yang mengandung Cu
8. IUD mengandung hormon progesterone
Dari uraian diatas, maka IUD tampaknya tidak :
1. Mencegah ovulasi
2. Mengganggu corpus luteum.
Kontra-indikasi insersi IUD :
1. Kontraindikasi absolut:
a. Infeksi pelvis yang aktif termasuk persangkaan gonnorhoe atau chlamydia.
b. Kehamilan.
2. Kontraindikasi relatif kuat :
a. Partner seksual yang banyak
b. Partner seksual yang banyak dari akseptor IUD
c. Kesukaran memperoleh pertolongan gawat darurat bila terjadi komplikasi
d. Pernah mengalami infeksi pelvis
e. Cervicitis akut atau purulent
f. Kelaian darah yang tidak diketahui sebabnya
g. Riwayat kehamilan ektopik
h. Pernah mengalami infeksi pelvis satu kali dan masih menginginkan
kehamilan selanjutnya.
i. Gangguan reseptop tubh terhadap infeksi (AIDS , DM dll)
j. Kelaian pembekuan darah .
3. Keadaan-keadaan lain yang dapat merupakan kontraindikasi untuk insersi IUD :
a. Penyakit katup jantung
b. Keganasan endometrium atau serviks
c. Stenosis serviks yang berat
d. Endometriosis
e. Myoma uteri
f. Polip endometrium
g. Kelainan kongenital uterus.
h. Dismenore ang berat
i. Riwayat infeksi pelvis
Waktu Insersi IUD
1. Insersi interval
a. Kebijakan sekarang: Insersi IUD dapat dilakukan setiap saat dari siklus haid
yang pensting kita yakin seyakin-yakinnya bahwa calon akseptor tidak dalam
keadaan hamil
b. Kebijakan lama: Insersi IUD dilakukan selama atau sesudah haid.
Alasan:
 Ostium uteri lebih terbuka.
 Canalis cervicalis lebih lunak.
 Perdarahan yang timbul karena prosedur insersi “tertutup” oleh
perdarahan haid normal.
 Wanita pasti tidak hami.
Tetapi, akhirnya kebijakan ini ditinggalkan karena:
a. Infeksi dan ekspusi lebih tinggi apabila dlakukan saat haid.
b. Dilatasi canalis cervicalis adalah sama pada saat haid maupun mid-
siklus.
c. Memudahkan calon akseptor pada setiap saat ia datang ke klinik KB.
2. Insersi Post-partum
Insersi IUD adalah aman dalam beberapa hari post-partum, hanya kerugian
yang paling besar adalah angka kejadian ekspulsi yang sangata tinggi. Tetapi
menurut penelitian di singapura, saat yang terbaik adalah delapan minggu post-
partum. Alasannya karena antara empat-delapan minggu post-partum, bahaya
perforasi lebih tinggi.
Insersi post-partum tidak mempunyai efek pada kuantitas atau komposisi dari air
susu (ASI).
3. Insersi Post-abortus
Karena konsepsi sudah dapat terjadi 10 hari setelah abortus, maka IUD dapat
segera dipasang sesudah abortus trimester I dan abortus trimester II.
4. Insersi Post-coital
a. Teknik Insersi
Ada tiga cara:
1) Teknik Push-out = medorong: Lippes Loop. Bahaya perforasi lebih
besar.
2) Teknik Withdrawa l= menarik: Cu IUD.
3) Teknik Plunging = “mencelupkan”: Progestraset-T.
Prosedur Insersi IUD
1. Pemberian analgetik dan sedative bila diperlukan.
2. Pasang speculum dalam vagina dan perhatikan serviks serta dinding-dinding
vagina.
3. Bila mungkin, kerjakan papanicolaus smear dan pemeriksaan bakteriologis
terhadap gonorrhoe.
4. Lakukan pemeriksaan dalam bimanual untuk menentukan besar, bentuk, posisi
dan mobilitas uterus, serta untuk menyingkirkan kemungkinan-kemungkinan
adanya infeksi atau keganasan pada organ sekitarnya.
5. Pasang kembali speculum dalam vagina, dan lakukan desinfeksi endoserviks dan
dinding vagina`
6. Pasang tenakulim pada bibir serviks atas, lakukan tarikan ringan padanya untuk
meluruskan dan menstabilkan uterus. Ini akan mengurangi perdarahan dan resiko
perforasi.
7. Lakukan sondage uterus.
8. Masukan IUD sesuai dengan macam alatnya.
Lepaskan IUD dalam bidang transverse dari cavum uteri. Bila terasa ada tahanan
sebelum mencapai fundus, jangan dipaksakan, kelurakan alatnya dan lakukan re-
insersi.
9. Keluarkan tabung inserternya.
10. Periksa dan gunting benang ekor IUD sampai 2-3 cm dari ostium uteri eksternum
11. Keluarkan tenakulum dan speculum.
Catatan: IUD jangan dibiarkan lebih dari 2 menit didalam tabung insersi, karena
ia akan kehilangan bentuknya.

Uraian Macam-Macam IUD


1. Un-Medicated IUD
a. Lippes Loop
Dianggap sebagai IUD standard, terbuat dari polyethylene (suatau plastic
inert secara biologic) ditambah barium sulfat.
Ada empat macam IUD Lippes Loop:
1) Lippes Loop A: panjang 26,2 mm, lebar 22,2 mm, benang biru, satu titik
pangkal IUD dekat benang ekor.
2) Lippes Loop B: panjang 25,2 mm, lebar 27,4 mm, 2 benang hitam,
bertitik-4.
3) Lippes Loop C: panjang 27,5 mm, lebar 30,0 mm, 2 benang kuning,
bertitik-3.
4) Lippes Loop D: panjang 27,5 mm, lebar 30,0 mm, 2 benang putih,
bertitik-2.
Cara insersi: Push-out
Lippes Loop dapat dibiarkan in-utero untuk selama-lamanya sampai
menopause, sepanjang tidak ada keluhan dan atau persoalan bagi
akseptornya.
2. Medicated IUD
a. Cooper IUD
Yang paling dikenal sampai saat ini adalah:
1) CuT-200= Tatum T : daya kerja tiga tahun, cara insersi withdrawal.
2) CuT-200B
3) CuT-200 Ag
4) CuT-220C : daya kerja tiga tahun, cara insersi withdrawal.
5) CuT-380A=Para Gard : daya kerja 8 tahun (FDA:10 tahun), cara insersi
withdrawal.
6) CuT-380 Ag= daya kerja 5 tahun.
7) CuT-380 S= daya kerja 2,5 tahun.
Keuntungan Cu IUD:
1. Ekspulsi lebih jarang, baik pada insersi interval, post-partum maupun
post-abortus.
2. Kehilangan darah darah haid lebih sedikit.
3. Dapat lebih ditolelir oeh wanitayang belum punya anank atau wanita
dengan paritas rendah.
4. Ukuran tabung inserter lebih kecil.
Kerugian Cu IUD:
1. Perlu diganti setelah pemakaian beberapa tahun.
2. Lebih mahal.
b. IUD yang Mengandung Hormon
1. Progestraset-T = Alza T.
a) Panjang 36 mm, lebar 32 mm, dengan 2 lembar benang ekor warna
hitam.
b) Mengandung 38 mg progesterone, dan barium sulfat, melepaskan
65 mcg progesterone per hari.
c) Tabung inserternya berbentuk lekung.
d) Daya kerja: 18 bulan.
e) Tehnik insersi: plunging.
Keuntungan IUD yang Mengandug Hormon:
1. Mengurangi volume darah haid.
Kerugian IUD yang mengandung hormon:
1. Jauh lebih mahal daripada Cu IUD
2. Harus diganti setelah 18 bulan
3. Lebih sering menimbulkan perdarahan mid-siklus dan perdarahan
bercak/ spotting.
4. Insidens kehamilan ektopik lebih tinggi.
Efek samping dan komplikasi IUD
1. Efek Samping dan Komplikasi pada Saat Insersi IUD
a. Rasa nyeri/sakit
b. Muntah, keringan dingin dan syncope
c. Perforasi uterus
Tindakan Diagnostig pada Persangkaan Perforasi IUD:
Tentukan ada tidaknya kehamilan:
a. USG
b. Histerografi
c. Histeroskopi
2. Efek Samping dan Komplikasi di Kemudian Hari
a. Rasa sakit dan perdarahan.
b. Embedding dan Displacement
c. Infeksi
3. Mekanisme Timbulnya Infeksi
a. Masuknya kuman-kuman yang biasanya hidup di dalam traktuss
gentalia bagian bawah kedalam uterus pada saat insersi.
b. Bertambahnya volume dan lamanya perdarahn haid.
c. Naiknya kuman-kuman melali benang ekor IUD.
4. Tanda-tanda dan gejala infeksi traktus genitalia pada wanita:
Infeksi traktus genitalia bagian bawah.
a) Pus dan mucus dari serviks atau urethra.
b) Sakit saat BAK (rasa panas/terbakar)
c) Pelvic Inflamatory Desease
d) Sakit perut bagian bawah atau daerah pelvis.
e) Haid yang sakit atau berlebihan.
f) Nyeri tekan atau pembengkakan daerah tuba fallopi atau ovarium.
g) Temperature 380C atau lebih.
h) Dispareunia.
5. Pencegahan Timbulnya Infeksi
1) Skrining calon akseptor yang lebih baik.
2) Pemberian antibiotika profilaktik pada saat insersi.
3) Anti-sepsis yang ketat.
4) IUD tanpa ekor.
6. Pengobatan Infeksi
1) Diagnosa dini.
2) Pengangkatan/pengeluaran IUD.
3) Terapi antibiotika
4) Follow-up yang teratur.
5) Pengobatan partner seksual-nya.

K. Macam-macam metode kontrasepsi Post-Coital


1. Morning-after pill
a. Pil Oral Kombinasi
b. Estrogen dosis Tinggi per oral.
c. Progestin dosis tinggi.
2. Morning-after pill IUD insertion

L. Kontrasepsi Mantap Wanita = Kontap Wanita (Medis Operatif Wanita = MOW)


1. Mencapai Tuba Fallopii
Dapat dilakukan dengan cara:
a. Abdominal/Transabdominal:
1) Laparatomi
Laparatomi saja untuk kontap wanita tidak dianjurkan karena
diperlukan insisi uang panjang dan anestesi umum atau anestesi spinal.
Laparatomi hanya diperlukan bila cara-cara kontap lainnya gagal atau
timbul komplikasi sehingga memerlukan insisi yang lebih besar, atau pada
keadaan lain, jika kontap bukan merupakan operasi utama, tetapi sebagai
pelengkap misalnya pada sectio cesarea, KET, dan lain-lain.
2) Mini-laparatomi = Mini-lap
a. Sub-umbilikal/infra-umbilikal:
a) Post-partum.
Keuntungan :
 Aman.
 Mudah.
 Wanita yang baru melahirkan umumnya mempunyai
motivasi tinggi untuk mencegah mendapatkan lebih
banyak anak.
 Hospitalisasi hanya sekali saja.
Kerugian :
 Risiko komplikasi, kesalahan dan kegagalan teknis
sedikit lebih tinggi, karena uterus dan tuba fallopii
yang lebih besar.
 Perdarahan yang mungkin terjadi dapat lebih
banyak karena aliran darah ke pelvis lebih banyak
selama kehamilan.
 Saat melahirkan, bakteri dapat masuk ke dalam
rongga pelvis, sehingga risiko infeksi lebih besar.
b. Supra-pubis/Mini-Pfannenstiel:
a) Post-abortus.
b) Interval = dilakukan pada saat bukan post-partum atau post-
abortus.

Kontraindikasi Mini-Laparatomi (Sub-Umbilikal/Supra-Pubis):


 Kontraindikasi absolut:
- Infeksi peritoneum.
- Kehamilan (untuk Kontap interval).
 Kontraindikasi relatif:
- Adhesi pelvis karena endometriosis/PID.
- Obesitas.
- Penyakit jantung.
- Hipertensi.
- Massa tumor dalam pelvis.
- Diabetes mellitus yang tidak terkontrol.
- Penyakit-penyakit perdarahan.
- Keadaan gizi yang sangat buruk.
- Anemia berat.
- Hernia umbilikal/hernia hianatal.
Komplikasi Mini-Laparatomi:
 Komplikasi mayor:
- Terjadi pada <2%.
- Terdapat 2 indikasi yang menunjukkan terjadinya komplikasi
berat, yaitu:
 Perawatan di rumah sakit bertambah lama.
 Perlu dilakukan laparatomi.
 Komplikasi minor:
- Terjadi pada 0-7%, berupa:
 Infeksi luka operasi.
Subcuticular abses, abses karena benang catgut.
(Lebih baik memakai benang sutra)
 Perdarahan sedikit/hematoma subkutis.
 Perforasi uterus saat manipulasi uterus.
 Perforasi kandung kencing.
 Rasa sakit.
3) Laparoskopi
Merupakan gabungan dari dua tindakan/prosedur, yaitu laparoskopi
dan oklusi tuba fallopii.
Laparoskopi (=Peritoneoskopi = Celioskopi) adalah suatu
pemeriksaan endoskopik dari bagian dalam rongga peritoneum dengan alat
laparoskop yang dimasukkan melalui dinding anterior abdomen.
Laparoskopi digunakan untuk:
 Diagnostik Non-chirurgis: Infertilitas, second-look pada karsinoma
ovarium dan lain-lain.
 Diagnostik Chirurgis: Biopsi, aspirasi cairan, punksi folikuler cyst
dan lain-lain.
 Therapeutik Chirurgis: Kontrasepsi mantap wanita, salpingolisis,
koagulasi endometriosis, dan lain-lain.

Pada laparoskopi, dikenal:


 Open Laparoscopy (Laparoskopi Terbuka) merupakan kombinasi
antara Mini-laparotomi dan laparoskopi standard. Prosedur
laparoskopi terbuka sedikit lebih lama dibandingkan laparoskopi
standard.
 Closed laparoscopy (=Laparoskopi tertutup = Laparoskopi standard)
Kontraindikasi Laparoskopi
 Kontraindikasi absolut
- Infeksi peritoneal
- Penyakit jantung atau paru-paru yang berat.
 Kontraindikasi relatif (tidak dianjurkan)
- Hernia umbilikalis/hernia hianatal.
- Pernah mengalami operasi abdomen:
 Jaringan parut abdomen yang luas.
 Perlekatan-perlekatan abdominal.
- Obesitas yang ekstrem.
- Inflamasi pelvis yang akut atau kronis.
- Lain-lain:
 Hipertensi.
 Massa dalam pelvis.
 Diabetes mellitus yang tidak terkontrol.
 Penyakit-penyakit perdarahan.
 Keadaan gizi yang sangat buruk.
 Anemia berat.
Komplikasi Laparoskopi
Komplikasi laparoskopi bervariasi antara < 1-6 %. Tiap tingkat dari prosedur
laparoskopi mempunyai resiko tersendiri:
 Saat prosedur neurolept-analgesia:
- Emphysema mediastinal.
- Cardiac arrythmia/cardia arrest.
- Problem respirasi.
 Saat prosedur pneumo-peritoneum:
- Emboli.
- Emphysema.
- Perubahan keseimbangan gas dalam darah.
 Saat prosedur dimasukkannya trocar, oklusi tuba fallopii atau
manipulasi uterus:
- Perdarahan.
- Laserasi.
- Perforasi.
- Perlukaan organ-organ abdomen.
- Luka bakar (pada elekro-koagulasi).
 Saat post-operatif:
- Infeksi, terutama bila terjadi perlukaan usus.
Keuntungan Laparoskopi
 Komplikasi rendah.
 Cepat (rata-rata 5-15 menit).
 Insisi kecil sehingga luka parut sedikit sekali.
 Dapat dipakai juga untuk diagnostik maupun terapi.
 Kurang menyebabkan rasa sakit bila dibandingkan dengan
laparastomi.
 Sangat berguna bila jumlah calon akseptor banyak.
Kerugian Laparaskopi
 Resiko komplikasi dapat serius (bila terjadi).
 Memerlukan pneumo-peritoneum dengan segala akibatnya.
 Lebih sukar dipelajari.
 Memerlukan keahlian dan keterampilan dalam bedah abdomen.
 Harga peralatannya mahal dan memerlukan perawatan yang teliti.
 Tidak dianjurkan untuk digunakan segera post-partum.

b. Vaginal/Transvaginal:
1) Kolpotomi, dikenal:
a) Kolpotomi Posterior = Culdotomy
Cara ini yang sering dipakai. Cul-de-sac atau Cavum Douglas, yang
terletak diantara dinding depan rectum dan dinding belakanguterus,
dibuka melalui vagina untuk sampai pada tuba fallopii.
b) Kolpotomi Anterior
Jarang dipakai lagi saat ini. Peritoneum di insisi diantara kandung
kencing dan uterus, dan uterus diputar sehingga tuba fallopii terlihat.
Keuntungan Kolpotomi
 Dapat dilakukan secara rawat jalan.
 Hanya memerlukan waktu 5-15 menit.
 Cukup dengan neurolept-analgesia +anestesi lokal.
 Rasa sakit post-operatif lebih kecil dibandingkan cara-cara
kontap lainnya.
 Tidak ada insisi abdominal sehingga tidak ada bekas luka
parut eksternal.
 Peralatan yang dipakai sederhana, murah, dan mudah
pemeliharaannya.
 Morbiditas dan komplikasi mayor rendah.
 Angka kegagalan rendah (kira-kira 1%).
Kontraindikasi Kolpotomi
 Uterus anteversi dan terfixeer.
 Infeksi.
 Massa adnexa.
 Perlekatan-perlekatan.
 Obesitas ekstrem.
 Vagina yang sempit, dalam atau stenotik.
2) Kuldoskopi
Pada kuldoskopi, rongga pelvis dapat dilihat melalui alat kuldoskop
yang dimasukkan melalui fornix posterior ke dalam Cul-de-sac (=Cavum
Douglas) yaitu suatu kantong peritoneum yang terletak diantara dinding
depan rectum dan dinding belakang uterus.
Keuntungan Kuldoskopi
 Tidak meninggalkan bekas luka parut eksternal.
 Hanya memerlukan neurolept-analgesia + anestesi lokal.
 Dapat dikerjakan secara rawat jalan.
 Peralatan lebih seerhana dan lebih murah dibandingkan dengan
laparoskopi.
 Waktu operasi kira-kira 10 menit atau kurang bila sudah terampil.
 Komplikasi dan merbiditas rendah.
 Tidak memerlukan pnuemo-peritoneum buatan.
 Elektro-koagulasi jarang dikerjakan.
Kerugian Kuldoskopi
 Posisi akseptor yaitu posisi lutut-dada (knee-chest possition) yang
mungkin kurang menyenangkan baginya.
Kontraindikasi Kuldoskopi
 Pelvic Inflammatory Disease (PID).
 Infeksi lokal dari vagina dan serviks.
 Cavum Douglas yang terfixeer.
 Kehamilan.
 Segera post-partum.
 Obesitas ekstrem.
 Endometriosis Cavum Douglas.
 Tumor pelvis.
 Massa adnexa atau perlekatan-perlekatan.
 Penyakit kardio-respiratoir berat.

c. Transcervical/Transuterine, merupakan metode kontrasepsi non-chirurgis (non-


incisional) dimana oklusi tubae fallopii dilakukan melalui cervix utery. Metode
kontap wanita transcervical/transuterine belum banyak dikerjakan dan pada umumnya
masih dalam tahap eksperimental. Untuk mencapai ostium tubae (utero-tubal
junction) dapat dilakukan dengan:
a. Melihat secara langsung / Hiteroskopi
Prinsipnya sama seperti laparoskopi, hanya pada hiteroskopi tidak
dipakai trocar, tetapi suatu vacuum cervical adaptor untuk mencegah
keluarnya gas saat dilatasi cervix/cavum uteri.
Tampaknya prospek prosedur histeroskopi untuk kontap wanita
cukup baik karena:
1) Sederhana.
2) Mudah dipelajari.
3) Relatif murah.
4) Anestesi minimal.
5) Dapat dikerjakan secara rawat jalan.
Saat ini dikenal dua macam alat histeroskop:
1) Kontak histeroskop.
2) Panoramik histeroskop.
Kontraindikasi Histeroskopi
 Semua penyakit-penyakit traktur genitalia wanita yang menghalangi
invasi instrumental dari uterus misalnya septum uteri, polyp, uterus
arcuatus, myoma uteri, dan lain-lain.
 Infeksi traktus genitalia wanita seperti vaginitis, cervicitis,
endometritis, adnexitis, dan lain-lain.
 Keadaan-keadaan dimana risiko tindakan histeroskopi akan
menambah beratnya keadaan tersebut.
Komplikasi Histeroskopi
 Gejala-gejala karena vaso-vagal refleks.
 Perdarahan.
 Infeksi.
 Perforasi uterus.
 Perforasi/luka bakar usus (pada elektro-koagulasi).
 Gejala-gejala karena masuknya gas intra-vaskuler.
Keuntungan Histeroskopi
 Tidak diperlukan insisi.
 Dapat secara rawat jalan karena prosedurnya cepat/singkat.
Kerugian Histeroskopi
 Resiko perforasi uterus dan luka bakar (pada elektro-koagulasi).
 Angka kegagalan tinggi (11-35% pada fulgurasi histeroskopik).
 Resiko kehamilan ektopik/kehamilan cornu.
 Sering timbul kesulitan teknis dalam mencari lokasi orificium tubae.
 Oklusi tuba fallopii mungkin tidak segera efektif.
b. Tanpa melihat langsung (Blind Delivery)
Pada cara ini, operator tidak melihat langsung kedalam cavum uteri
untuk melokaliser orificium tubae.
Alat-alat yang diperlukan hanya berupa alat-alat sederhana seperti:
1) Kateter (Foley).
2) Cannula atau pipa/tube.
3) Tabung suntik.
Efek Samping dan Komplikasi Metode Blind Delivery
 Gejala-gejala karena vaso-vagal refleks.
 Rasa sakit tingan daerah pelvis karena intraperitoneal spil lage.
 Masuknya zat kimia intra-vaskuler (intra-vascular spillage) dengan
akibat gejala-gejala eksitasi susunan saraf pusat, yang dapat dilatasi
dengan pemberian Diazepam.
 Infeksi.
Keuntungan Metode Blind Delivery
 Pelaksanaan mudah.
 Dapat secara rawat jalan.
Kerugian Metode Blind Delivery
 Kebanyakan kurang efektif setelah satu kali pemberian, sehingga
akseptor perlu datang kembali untuk pemberian-pemberian
selanjutnya.
 Beberapa zat kimia sangat toksik terhadap jaringan, sehingga
mempunyai resiko merusak jaringan-jaringan sekitarnya.
 Daya kerja zat-zat kimia irreversibel.
 Dosis zat-zat kimia tidak selalu dapat diketahui/diramalkan.
2. Oklusi/penutupan Tuba Fallopii
Dilakukan berdasarkan:
a. Tempat oklusi Tuba Fallopii
Oklusi/penutupan Tuba Fallopii dapat dilakukan pada bagian:
1) Infundibulum (bagian distal/fibriae).
2) Ampulla atau isthmus (bagian tengah).
3) Intestitial (dekat utero-tubal junction).
b. Cara oklusi Tuba Fallopii
Oklusi/penutupan Tuba Fallopii dapat dilakukan dengan cara:
1) Ligasi
Ligasi atau pengikatan tuba fallopii untuk mencegah perjalanan dan
pertemuan spermatozoa dan ovum merupakan salah satu cara oklusi tuba
fallopii yang paling tua.
Keuntungan Ligasi Tuba Fallopii
 Hanya memerlukan keahlian/keterampilan sedang-sedang saja.
 Hanya memerlukan alat-alat sederhana.
 Morbiditas rendah.
Kerugian Ligasi Tuba Fallopii
 Umumnya irreversibel.
 Bila dikerjakan dengan laparotomi, memerlukan hospitalisasi.
Teknik Ligasi Tuba Fallopii
1) Ligasi biasa.
2) Ligasi + penjepitan.
3) Ligasi + pembelahan/pembagian (division) + penanaman.
4) Ligas + reseksi.
5) Ligasi + reseksi + penanaman.
2) Elektro-koagulasi
Adalah tindakan “membakar” suatu segmen dari tuba fallopii dengan arus
listrik frekuensi tinggi atau dengan panas, sehingga terjadi siklusi dari tuba
fallopii.
a) Umumnya dikerjakan pada kontap wanita interval dengan memakai
alat endoskop yang dapat dimasukkan:
1. Transabdominal : laparoskopi.
2. Transcervical : histeroskopi.
3. Transvaginal : kuldoskopi.
b) Dikenal dua macam elektro-koagulasi:
1. Elektro-koagulasi unipolar, merusak 20-50% dari tuba
fallopii.
2. Elektro-koagulasi bipolar.
Keuntungan Elektro-Koagulasi (Fulgurasi)
 Sangat efektif (angka kegagalan 0,1-2%).
 Dapat sekaligus dipakai untuk diagnostik alat kandungan selama
mengerjakan kontap wanita.
 Cepat (memerlukan waktu 15-20 menit).
 Dapat secara rawat jalan.
Kerugian Elektro-Koagulasi (Fulgurasi)
 Memerlukan alat-alat yang mahal, perawatan alat-alat tersebut harus
baik.
 Umumnya irreversibel.
 Resiko morbiditas luka bakar tinggi (0,2-1,3%).
 Memerlukan keahlian/keterampilan yang tinggi.
3) Thermo-koagulasi (masih belum/jarang dipakai)
a) Merusak tuba fallopii dengan panas, sehingga shock dan luka bakar
elektrik tidak terjadi pada jaringan/organ lain.
b) Thermo-koagulasi belum banyak dipakar, dan efektivitasnya masih
belum diketahui dengan jelas.
Oklusi tuba fallopii dengan elekro-koagulasi dapat dikerjakan dengan:
a) Koagulasi saja.
b) Koagulasi + pembagian (division).
c) Koagulasi + eksisi segmen tuba fallopii.
4) Bands / ring / cincin
Dikenal juga sebagai Falope ring = Yoon band = Silastic band. Berbentuk
cincin silicone berdiameter (dalam) 1 mm, yang setelah dipasang dengan
aplikatornya akan kembali 90 -100 % ke ukuran aslinya asal saja tidak
teregang melebihi 6 mm. Tubal ring dapat dipakai pada mini-laparotomi,
laparoskopi dan cara transvaginal dan dipasang pada ampulla atau
ampullary-isthmic junction, 2-3 cm dari uterus. Tubal ring merusak tuba
fallopii sepanjang 1-3 cm.
Komplikasi paling sering pada tubal ring
 Rasa sakit/kejang perut post-operatif, yang tidak berlangsung lama,
yang mungkin disebabkan oleh iskemia avaskuler dari lobop tuba
fallopii.
 Transeksi atau robeknya tuba fallopii dengan akibat terjadi
perdarahan.
Keuntungan Tubal ring
 Dapat dikerjakan secara rawat jalan.
 Merbiditas rendah.
 Angka kegagalan rendah.
 Potensi reversibilitas besar.
Kerugian Tubal ring
 Diperlukan aplikator khusus.
5) Tubal Clips
Tubal Clips dipasang pada istmus tuba fallopii, 2-3 cm dari uterus melalui
laparotomi, laparoskopi, kolpotomi, atau kuldoskopi. Tubal Clips
menyebabkan kerusakan yang lebih sedikit/kecil pada tuba fallopii (kira-kira
4 mm) dibandingkan cara-cara oklusi tuba fallopii lainnya. Dikenal beberapa
macam tuba clips:
a) Tantalum hemo-clips
b) Spring-loaded clips
c) Filshie clip = Nottingham clip
d) Bleier clip
6) Zat-zat kimia / plugs
Keuntungan zat-zat kimia
 Mengerjakannya mudah.
 Dapat dikerjakan secara rawat jalan.
7) Solid plugs / intratubal devices
Berbentuk sumbat yang padat, yang dimasukkan langsung kedalam tuba
fallopii (utero-tubal junction atau fibriae), dan dapat dicabut/dikeluarkan
lagi. Insersi dapat dilakukan melalui laparotomi, laparoskopi, histeroskopi.
Metode ini masih dalam taraf penelitian dan percobaan klinis, sehingga
keuntungan dan kerugiannya belum diketahui dengan jelas. Solid plugs/intra-
tubal devices yang ideal harus:
1) Non-toksik.
2) Harus tetap berada pada tempatnya.
3) Dapat dikeluarkan lagi.
4) Aplikasinya harus mudah/sederhana.
Macam-macam Solid plugs / intra-tubal devices:
1) Solid silastic intra-tubal device.
2) Polyethylene plug.
3) Ceramic dan proplast plugs.
4) Dacron dan telfon plugs
Keuntungan Solid plugs
 Potensi reversibilitas tinggi.
 Dapat dikerjakan transabdominal atau transvaginal.
Kerugian Solid plugs
 Memerlukan alat-alat khusus.
 Diperlukan keterampilan dan keahlian untuk insersi dengan
laparoskop.
8) Fibriotexy
Yaitu menempatkan suatu “topi” silastik pada ujung fimbriae untuk
mencegah masuknya ovum ke dalam tuba fallopii.
Keuntungan Fibriotexy
 Potensi reversibilitas besar.
Kerugian Fibriotexy
 Resiko perlekatan post insersi.
 Memerlukan laparatomi.
 Dapat merusak fimbriae, sehingga menyulitkan reversibilitas.
9) Ovariotexy
Ovarium ditutup dengan suatu kanting silastik yang dijahitkan ke ligamentum
yang menunjang ovarium, kemudian ovarium dan kantung silastiknya
ditanamkan kedalam ligamentum latum.
10) Sinar Laser
Keuntungan Sinar Laser
 Kerusakan tuba fallopii terbatas.
 Morbiditas rendah.
 Dapat dikerjakan dengan laparoskopi, histeroskopi, atau laparotomi.
Kerugian Sinar Laser
 Memerlukan alat-alat yang harganya mahal.
 Memerlukan latihan khusus.
 Belum ditentukan standardisasi prosedur ini.
 Potensi reversibilitas belum diketahui.

M. Kontrasepsi Mantap Pria = Vasektomi (Medis Operatif Pria = M O P)


1. Pendahuluan
Kontrasepsi mantap pria atau vasektomi merupakan suatu metode
kontrasepsi operatif minor pada pria yang sangat aman, sederhana dan
sangat efektif, memakan waktu operasi yang singkat dan tidak memerlukan
anastesi umum.
2. Dasar dari Kontap Pria
Oklusi vas deferens, sehingga menghambat perjalanan spermatozoa dan
tidak didapatkan spermatozoa di dalam semen/ejakulasi (tidak ada
penghantaran spermatozoa dari testis ke penis).
3. Keuntungan Kontap Pria
a) Efektif.
b) Aman, morbiditas rendah dan hampir tidak ada mortalitas.
c) Sederhana.
d) Cepat, hanya memerlukan waktu 5-10 menit.
e) Menyenangkan bagi akseptor karena memerlukan anastesi local saja.
f) Biaya rendah.
g) Secara cultural, sangat dianjurkan di Negara-negara dimana wanita
merasa malu untuk ditangani oleh dokter pria atau kurang tersedia
dokter wanita dan paramedia wanita.
4. Kerugian Kontap-Pria:
a) Diperlukan suatu tindakan operatif.
b) Kadang-kadang menyebabkan komplikasi seperti pendarahan atau
infeksi.
c) Kontap-pria belum memberikan perlindungan total sampai semua
spermatozoa, yang sudah ada di dalam system reproduksi distal dari
tempat oklusi vas deferens, dikeluarkan.
d) Problem psikologis yang berhubungan dengan prilaku seksual mungkin
bertambah parah setelah tindakan operatif yang menyangkut system
reproduksi pria.
5. Kontra-Indikasi Kontap-Pria
1. Infeksi kulit local, misalnya Scabies.
2. Infeksi traktus genitalia.
3. Kelainan skrotum dan sekitarnya:
a. Varicocele
b. Hydrocele besar.
c. Filariasis.
d. Hernia inguinalis.
e. Orehiopexy.
f. Luka parut bekas operasi hernia.
g. Skrotum yang sangat tebal.
4. Penyakit sistematik:
a. Penyakit-penyakit pendarahan.
b. Diabetes mellitus.
c. Penyakit jantung koroner yang baru.
5. Riwayat perkawinan, psikologis atau seksual yang tidak stabil.

6. Persiapan Pre-Operatif Kontap-Pria


Hanya minim sekali:
a. Rambut pubis sebaiknya dicukur.
b. Tindakan a dan anti-sepsis daerah skrotum dengan antiseptic (larutan
iodine).
7. Anastesi Lokal
a. Dipakai anestesi local karena murah dan lebih aman, misalnya
Lidocaine 1-2% sebanyak 1-5 cc atau sejenis.
b. Kadang-kadang anestesi local dicampur dengan adrenalin, dengan
maksud mengurangi pendarahan.
IPPF tidak menganjurkan kombinasi tersebut karena adrenalin dapat
menyebabkan iskemia dan rasa sakit post-operasi yang
berkepanjangan. Penyuntikan steroid untuk mencegah pembengkakan
post-operatif juga tidak dianjurkan.
c. Jangan menyuntikan anestesi local langsung ke dalam vas deferens,
karena mungkin dapat merusak sedative, per oral atau suntikan.

Anastesi umum mungkin perlu dipertimbangkan pada kasus-kasus


khusus:
a. Adanya luka parut daerah inguinal atau skrotum yang sangat tebal.
b. Kelainan intra-skrotal seperti hydrocele,varicocele.
c. Alergi terhadap anestesi local.
8. Prosedur Kontap-Pria
Prosedur kontap-pria meliputi eberapa langkah tindakan:
a. Identifikasi dan isolasi vas deferens
1) Kedua vas deferens merupakan struktur paling padat di daerah
mid skrotum, tidak berpulsasi (berbeda dengan pembuluh darah).
2) Kerusakan kadang-kadang terjadi dalam identifikasi dan isolasi
vas deferens seperti pada keadaan-keadaan:
a) Kulit skrotum tebal
b) Vas deferens yang sangat tipis
c) Spermatic cord yang tebal
d) Testis yang tidak turun
e) Otot cremaster berkontraksi dan menaris testis ke atas.
3) Kedua vasa deferens harus di identifikasi sebelum meneruskan
prosedur kontap-nya
4) Dilakukan immobilisasi vas deferens di antara ibu jari telunjuk
atau dengan memakai klem (doek-klem atau klem lainnya).
5) Dilakukan penyuntikan anestesi local.
b. Insisi skrotum
1) Vas deferens yang telah di immobilisasi di depan skrotum hanya
ditutupi oleh otot dartos dan kulit skrotum.
2) Insisi, horizontal atau vertical, dapat dilakukan secara:
f) Tunggal, digaris tengah (scrotal raphe)
g) Dua insisi, satu insisi di atas masing-masing vas deferens
c. Memisahkan lapisan-lapisan superficial dari jaringan-jaringan
sehingga vas deferens dapat di isolasi.
d. Oklusi vas deferens
1) Umumnya dilakukan pemotongan/reseksi suatu segmen dari
kedua vas deferens (1-3cm), yang harus dilakukan dari
epididymis.
2) Ujung-ujung vasa deferens setelah dipotong dapat ditutup
dengan:
a) Ligasi
 Dapat dilakukan dengan chromic catgut (ini yang paling
sering dilakukan).
 Dapat pula dengan benang yang tidak diserap (silk),
tetapi kadang-kadang dapat menyebabkan iritasi
jaringan atau granuloma.
 Ligasi tidak boleh dilakukan terlalu kuat sampai
memotong vas deferens. Karena dapat menyebabkan
spermatozoa merembes ke jaringan sekitarnya dan
terjadi granuloma.
 Untuk mencegah kedua ujung vas deferens agar tidak
dapat menyambung kembali (rekanalisasi), ujung vas
dapat dilipat ke belakang lalu diikatkan/dijahitkan pada
dirinya sendiri, atau fascia dari vas deferens dapat
ditutupkan di atas satu ujung sehingga terdapat suatu
barier dan jaringan fascia; atau ujung vas deferens
ditanamkan ke dalam jaringan fascia.
b) Elektro-koagulasi/Thermo-koagulasi
c) Clips.
 Masih dalam fase eksperimental
 Keuntungan clips:
= lebih cepat dibandungkan ligasi.
= lenih mudah memperhitungkan tekanan yang
diperlukan untuk aplikasi clips, dibandingkan dengan
ligasi.
= tantalum, bahan clips, tidak diserap dan biologis
inert.
= potensi reversibilitas besar.
 Umumnya dipasang 2-3 clips pada masing-masing vas
deferens
e. Penutupan luka insisi
a) Dilakukan dengan catgut, yang kelak akan diserap.
b) Pada insisi 1 cm atau kurang, tidak diperlukan jahitan catgut,
cukup ditutup dengan plester saja.

Perbandingan Antara Kontrasepsi Mantap Pria dan Wanita


KONTAP-PRIA KONTAP-WANITA
1. Sangat efektif, tetapi angka 1. Sangat efektif,
kejadian rekanalisasi angka kegagalan
spontan dan kehmilan sedikit lebih rendah.
Efetivitas
sedikit lebih tinggi.
2. Efektif 6-10 minggu setelah 2. Segera efektif post-
operasi. operatif.
1. Resiko trauma
internal sedikit
1. Hampir tidak ada resiko lenih tinggi.
trauma internal. 2. Kemungkinan
2. Infeksi serius sangat rendah. infeksi serius
Komplikasi
3. Tidak ada kematian yang sedikit lebih tinggi.
berhubungan dengan 3. Sedikit sekali
anestesi. kematian yang
berhubungan
dengan anestesi.
1. Bekas luka parut
1. Bekas luka parut hampir
kecil tetapi masih
tidak terlihat.
dapat terlihat.
Penerimaan 2. Reversibilitas sedikit lebih
2. Reversibilitas
tinggi.
sedikit lebih rendah.
3. Niaya lebih tinggi
3. Biaya lebih tinggi.
1. Dapat dikerjakan sendiri, 1. Lebih sukar
dengan atau tanpa asisten. dipelajari dan
2. Dapat dikerjakan oleh dikerjakan oleh
Personil paramedic yang terlatih paramedic.
3. Waktu operasi lebih singkat, 2. Waktu operasi lebih
(1/2 waktu operasi kontap- lama.
wanita).
Peralatan 1. Hanya memerlukan 1. Mini-lap hanya
memerlukan
peralatan bedah
peralatan bedah
standard.
sederhana/standard.
2. Untuk endoskopi
diperlukan
peralatan yang
mahal, rumit,
perawatan yang
baik.
2. Dapat dikerjakan dengan
3. Perlu sedasi
anestesi local.
sistemik dan
anestesi local.
1. Diperlukan fasilitas
1. Tidak diperlukan fasilitas penunjang untuk
Fasilitas
penunjang bila terjadi tindakan laparotomi
penunjang
komplikasi. bila terjadi
komplikasi serius.
Kemungkinan 1. Resiko kehamilan
efek samping 1. Tidak ada. ektopik.
jangka panjang

DAFTAR PUSTAKA
Hartono, Hanafi. 2010. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta:Pustaka Sinar
Harapan.

Purwoastuti, Endang.,dan Elisabeth Siwi Walyani. 2015. Panduan Materi Kesehatan


Reproduksi dan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustakabarupress

Yohana, dkk. 2016. Kehamilan dan Persalinan. Ed.1. Jakarta: Garda Media.

Anda mungkin juga menyukai