Oleh:
Ayu Oktaviani 30120115013
Christa Lintang P.G. 30120115001
Cicilia Santi F. 30120115016
Hendrikus Novanolo Laia 30120115029
Natalia Tamara Kawuwung 30120115038
Septiana Riniarti Barasap 30120115044
Tirsa Uli Sitanggang 30120115039
Wulandari Margaretha Triyanti 30120115052
B. Pengertian KB
Keluarga Berencana merupakan usaha suami-istri untuk mengukur jumlah dan
jarak anak yang diinginkan. Usaha yang dimaksud termasuk kontrasepsi atau
pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga. Prinsip dasar metode kontrasepsi
adalah mencegah sperma laki-laki mencapai dan membuahi telur wanita (fertilisasi)
atau mencegah telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi (melekat) dan
berkembang di dalam rahim. (Yohana, 2016)
Keluarga berencana adalah usaha untuk mengontrol jumlah dan jarak antara
kelahiran anak. Untuk ,menghindari kehamilan yang bersifat sementara digunakan
kontrasepsi, sedangkan untuk menghindari kehamilan yang sifatnya menetap bisa
dilakukan sterilisasi. Aborsi bisa digunakan untuk megakhiri kkehamilan jika terjadi
kegagalan kontrasepsi. (Endang Purwoastuti, 2015).
C. Tujuan KB
1. Tujuan umum:
Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan NKKBS
(Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya
masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin
terkendalinya pertambahan penduduk.
2. Tujuan Khusus:
Meningkatakan penggunaan alat kontrasepsi dan kesehatan keluarga berencana
dengan car pengaturan jarak kelahiran.
E. Kontrasepsi
Macam-macam Metode kontrasepsi:
1. Metode sederhana.
a. Tanpa Alat
1) KB Alamiah
Dasar:
Menentukan periode/masa subur, yang terjadi sekitar waktu ovulasi,
umumnya kira-kira 14 hari sebelum haid berikutnya.
Menghindari sanggama selama kurang lebih 7-18 hari, termasuk masa
subur dari tiap siklus.
Masa Hidup Ovum dan Spermatozoa yang Fertil:
Diketahui bahwa ovum manusia mempunyai masa hidup 12-24 jam.
Sedangkan masa hidup spermatozoa yang fertile di dalam traktus genitalia
wanita adalah 48-72 jam, dengan kemungkinan bahwa masa hidup dan daya
fertilisasi tersebut dapat relatif lebih lama.
Dengan cara-cara yang ada saat ini, sudah dapat ditentukan waku ovulasi
seorang wanita, tetapi sebenarnya yang jauh lebih penting adalah
menentukan masa pra-ovulasi (3-5 hari sebelum ovulasi), yang hingga
sekarang belum ada cara untuk menentukannya.
Memang, tubuh seorang wanita yang fertile menunjukka beberapa gejala dan
tanda yang mengarah pada masa subur yang siklis, yaitu:
Pola suhu badan basal
Pola lendir serviks
Sakit perut sekitar masa ovulasi
Perdarahan inter-menstruasi/Spotting
Nyeri payudara
Pola daun pakis (ferning) lendir serviks
Perubahan posisi dan konsistensi serviks, dilatasi serviks
Perubahan kejiwaan/mood
Perubahan libido
Beberapa jenis KB alamiah:
a) Metode Kelender (Ogino-Knaus)
Dasar: menetukan waktu ovulasi dari data haid yang dicatat selama 6-12
bulan terakhir.
Tahun 1930 Kyusaku Ogino di Jepang dan Herman Knaus di Austria,
yang bekerja sendiri-sendiri, menemukan bahwa:
Ogino: ovulasi umumnya terjadi pada hari ke-15 sebelum haid
berikutnya, tetapi dapat pula terjadi 12-16 hari sebelum haid yang akan
datang.
Knaus: ovulasi selalu terjadi pada hari ke-15 sebelum haid yang akan
datang.
Problem terbesar dengan metode kalender adalah bahwa jarang ada wanita
yang mempunyai siklus haid teratur setiap 28 hari.
Tehnik Metode Kalender:
Seorang wanita menentukan masa suburnya dengan:
Mengurangi 18 hari dari siklus haid terpendek, untuk menentukan
awal dari musuh suburnya.
Mengurangi 11 hari dari siklus haid terpanjang, untuk menentukan
akhir dari masa suburnya.
Kalkulasi masa subur secara tradisional didasarkan pada 3 asumsi:
Ovulasi terjadi pada hari ke-14 tambah kurang 2 hari sebelum
permulaan haid berikutnya.
Spermatozoa bertahan hidup 2-3 hari.
Ovum hidup selama 24 jam.
Diperlukan catatan siklus haid 8 bulan atau lebih.
Hari pertama persangkaan masa subur: siklus terpendek-18. Asal angka
18:14+2+2 hari hidup spermatozoa.
Hari terakhir persangkaan masa subur: siklus terpanjang -11. Asal angka
11:14-2-1 hari hidup ovum.
b) Metode Suhu Badan Basal (Termal)
Dasar: Peninggian suhu badan basal 0,2-0,50C pada waktu ovolusi.
Peninggian suhu badan basal mulai 1-2 hari setelah ovulasi, da disebabkan
oleh peninggian kadar hormone progesterone.
Tehnik Metode Suhu Badan Basal:
Umumnya digunakan thermometer khusus dengan kalibrasi yang
diperbesar (basal Termometer), meskipun thermometer biasa dapat
juga dipakai.
Waktu pengukuran harus pada saat yang sama setiap pagi dan setelah
tidur nyenyak sedikitnya 3-5 jam serta masih dalam keadaan istirahat
mutlak.
Pengukuran dilakukan secara:
- Oral (3 menit)
- Rektal (1 menit), ini cara terbaik.
- Vaginal
Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu badan basal:
1. Influensa atau infeksi traktus respiratorius lain.
2. Infeksi/penyakit-penyakit lain yang meninggikan suhu badan.
3. Inflamasi local lidah, mulut atau daerah anus.
4. Faktor-faktor situasional seperti mimpi buruk, jet lag, mengganti
pokok bayi pukul 6 pagi.
5. Jam tidur yang irregular.
6. Pemakaian minuman panas atau dingin sebelum pengambilan suhu
badan basal.
7. Pemakaian selimut elektris.
8. Kegagalan membaca thermometer dengan tepat/baik.
Macam-macam peninggian suhu badan basal:
1. Peninggian suhu yang mendadak. Ini yang paling sering terjadi.
2. Peninggian suhu yang perlahan-lahan.
3. Peninggian suhu yang bertingkat, umumnya didahului penurunan
suhu yang cukup tajam.
4. Peninggian suhu seperti “gigi gergaji”.
Catatan:
1. Pada beberapa kasus, kadang-kadang SBB sama sekali tidak
meninggi selama ovulasi, atau kadang kadang sudah meninggi pra-
ovulasi.
2. Demikian pula pada siklus haid yang an-ovulator, SSB todak
meninggi, dan ini ditemukan pada:
- Gadis muda
- Klimakterium/pra-menopause
- Segera post-partum/post-abortus.
- Laktasi.
3. Bila tidak terjadi fertilisasi, corpus luteum akan berhenti bekerja,
produksi hormone progesterone menurun, dan akhirnya suhu badan
basal menurun lagi.
4. Suhu badan post-ovulasi adalah lebih tinggi daripada suhu badan pra-
ovulasi, meskipun tidak terjadi fertilisasi.
Kerugian utama SBB yaitu bahwa abstinens sudah harus dilakukan pada
masa pra-ovulasi.
c) Metode Lendir Serviks (Billings)
Dasar:
Perubahan siklis dari lendir serviks yang terjadi karena perubahan kadar
estrogen.
Peranan Lendir Serviks:
Lendir serviks yang diatur oleh hormone estrogen dan progesterone ikut
berperan dalam reproduksi. Pada tiap siklus haid di produksi 2 macam
lendir serviks oleh sel-sel serviks, yaitu:
1) Lendir Type-E (Estrogenik):
Diproduksi pada fase akhir pra-ovulasi dan fase ovulasi
Sifat-sifat:
- Banyak, tipis, sepertia air (jernih) dan viskositas rendah.
- Spinnbarkeit (elastisitas) besar. Elastisitas = sampai seberapa
jauh lendir dapat diregangkan sebelum putus.
- Bila di keringkan terjadi bentuk seperti daun pakis (fernlike
patterns, ferning, arborization).
Spermatozoa dapat “menembus” lendir ini.
2) Lendir Type-G (Gestagenik):
Diproduksi pada fase awal pra-ovulasi dan setelah ovulasi.
Sifat-sifat:
- Kental
- Viskositas tinggi
- Keruh
Dibuat karena peninggian kadar progesterone
Spermatozoa tidak dapat menembus lendir ini.
Ciri-ciri lendir serviks pada berbagai fase pada berbagai fase dari siklus
haid (30 hari):
1) Fase 1:
- Haid
- Hari 1-5
- Lendir dapat ada atau tidak, dan tertutup oleh darah haid
- Perasaan wanita: basah dan licin (lubrikatif).
2) Fase 2:
- Pasca-haid
- Hari 6-10
- Tidak ada lendir atau hanya sedikit sekali.
- Perasaan wanita: kering
3) Fase 3:
- Awal pra-ovulasi
- Hari 11-13
- Lendir keruh, kuning atau putih, dan liat.
- Perasaan wanita: liat dan/atau lembab.
4) Fase 4:
- Segera sebelum, pada saat dan sesudah ovulasi
- Hari 14-17
- Lendir bersifat jernih, licin, basah, dapat diregangkan
- Konsistensi seperti putih-telur
- Hari terakhir dari fase ini dikenal sebagai gejala-puncak (peak
symptom)
- Perasaan wanita: licin dan/atau basah.
5) Fase 5:
- Pasca-ovulasi
- Hari 18-21
- Lendir sedikit, keruh dan liat.
- Perasaan wanita: liat dan/atau lembab
6) Fase 6:
- Akhir pasca-ovulasi atau segera pra-haid
- Hari 27-30
- Lendir jernih dan seperti air
- Perasaan wanita: liat dan/atau lembab dan/atau basah.
Dengan kata lain:
SAAT JUMLAH VISKOSITAS WARNA ELASTISITAS FERNING
HAID
Berawan,
Pasca haid Moderat Kental kuning < 1” Tidak
atau putih
Campuran
Mendekati Agak kental Moderat
Bertambah berawan 1-1,5”
ovulasi sampai tipis
dan jernih.
Sangat tipis Berkembang
Ovulasi Maksimum Jernih 6-8”
dan licin sempurna
Post- Campuran
Minimal
ovulasi (± Berkurang Tipis berawan 4-6”
atau tidak
3 hari) dan jernih
Mendekati
Minimal Kental Berawan < 1-1,5” Tidak
haid
d) Metode Sympto-Termal
Dasar: kombinasi antara bermacam metode KB alamiah untuk
menentukan masa subur/ovulasi.
Kontraindikasi Metode KB Alamiah.
Umumnya merupakan kontraindikasi relatif:
Siklus haid yang tidak teratur
Riwayat siklus haid yang an-ovulator.
Kurve suhu badan yang tidak teratur
Komplikasi Metode KB Alamiah:
Komplikasi yang langsung tidak ada.
Persoalan timbul bila terjadi kegagalan/kehamilan, karena ada data-
data yang menunjukkan timbulnya kelainan-kelainan janin
sehubungan dengan terjadinya fertilisasi oleh spermatozoa dan ovum
yang berumur tua/terlalu matang.
Keuntungan Non-Kontraseptif dari Medote KB Alamiah:
Untuk pasangan suami-isteri yang menginginkan kehamilan, metode
SBB, metode lendir serviks, dapat menentukan hari-hari subur isteri,
sehingga sanggama dapat direncanakan pada saai itu (disarankan
untuk bersenggama selang sehari mulai dari hari ke-9 sampai SBB
mencapai kenaikan temperaturnya yang khas).
Dapat digabungkan dengan metode-metode kontrasepsi lain, misalnya
dengan metode Barrier.
Metode-metode Pemeriksaan Lain yang Masih Diteliti Guna
Menentukan Masa Subur/Ovulasi:
a) Urine:
Peninggian rasio kadar hormone estrone dan pregnanediol, yang
terjadi 2-5 hari sebelum ovulasi.
b) Saliva:
- Menentukan kadar progesterone didalam air liur.
- Menentukan kadar alkali-fosfatase di dalam air liur, yang akan
meninggi pada fase pra-ovulasi dan mencapai puncaknya pada
saat ovulasi.
c) Lendir Serviks:
- Perubahan kadar enzyme di dalam lendir serviks, seperti amino-
peptidase, esterase, alkali-fosfatase dan lactase dehydrogenase,
yang akan menurun pada pertengahan siklus dan kemudian
meninggi setelah ovulasi.
- Perubahan kadar NaCl di dalam lendir serviks, yang dapat
meramalkan ovulasi 2-4 hari sebelumnya.
d) Darah:
Penentuan kadar hormone-hormon di dalam darah.
e) Sitologi exfoliatif dari apusan vagina.
f) Biopsi endometrium
g) USG
h) Indikator-indikator ovulasi lainnya:
- Elektro-potensial dari kulit.
- Aliran darah pada dinding vagina
- Suhu payudara.
2. Metode Modern
a) Kontrasepsi hormonal:
1) Per-oral
2) Injeksi/suntikan
3) Subkutis : Implant
b) Intra Uterine Devices (IUD, AKDR)
c) Kontrasepsi mantap
F. Coitus Interuptus
Adalah suatu metode kontrasepsi di mana sanggam diakhiri sebelum terjadi
ejakulasi intra-vaginal. Ejakulasi terjadi jauh dari genitalia eksterna wanita.
Keuntungan:
1. tidak memerlukan alat dan murah
2. tidak menggunakan zat-zat kimiawi.
3. Selalu tersedia setiap saat
4. Tidak mempunyai efek samping.
Kerugian:
1. Angka kegagalan cukup tinggi:
a) 16-23 kehamilan per 100 wanita per tahun
b) Faktor-faktor yang menyebabkan angka kegagalan yang tinggi adalah:
- Adanya cairan pra-ejakulasi (yang sebelumnya sudah tersimpan dalam
kelenjar prostat, uretra, kelenjar Cowper), yang dapat keluar setiap saat,
dan setiap tetes sudah dapat mengandung berjuta-juta spermatozoa.
- Kurangnya kontrol diri pria, yang pada metode ini justru sangat penting.
2. Kenikmatan seksual berkurang bagi suami-isteri, sehingga dapat mempengaruhi
kehidupan perkawinan.
Kontraindikasi: Ejakulasi prematur pada pria.
Hal-hal Penting yang harus Diketahui oleh Akseptor:
1. Sebelum sanggama, cairan pra-ejakulasi pada ujung penis harus dibersihkan
terlebih dahulu.
2. Bila pria merasa akan ber-ejakulasi, ia harus mengeluarkan penisnya dari dalam
vagina, dan selanjutnya ejakulasi dilakukan jauh dari orificium vagina.
3. Coitus interruptus bukan merupakan metode kontrasepsi yang baik bila pasangan
suami-isteri menginginkan sanggama yang berulangkali, karena semen yang
masih dapat tertinggal di dalam cairan bening pada ujung penis.
4. Coitus interruptus bukan metode kontrasepsi yang baik bila suami mempunyai
kesulitan untuk mengetahui kapan ia akan berejakulasi.
5. Coitus interruptus cukup tepat untuk suami yang tidak mempunyai
“perembesan” dari cairan pra-ejakulasi sebelum sanggama.
6. Coitus interruptus masih merupakan metode kontrasepsi yang lebih baik dari
pada sama sekali tidak memakai metode apa pun.
Kontra-indikasi Kondom:
Absolute:
1. Pria dengan ereksi yang tidak baik
2. Riwayat syok septik
3. Tidak bertanggung jawab secara seksual
Relatif:
1. Interupsi sexual forplay yang mengganggu ekspresi seksual
Efek samping dan komplikasi:
1. Keluhan utama dari akseptor adalah berkurangnya sensitivitas glans penis
2. Alergi terhadap karet
1. Pemeliharaan diagfragma
Dengan pemeliharaan yang baik diagfragma dari karet dapat dipakai untuk 2
tahun atau lebih, tetapi dianjurkan untuk menggantinya setiap tahun.
Setelah diagfragma dikeluarkan, harus dicuci dengan sabun lunak dan air hangat,
bersih, kemudian dikeringkan.
2. Kap serviks
a) Suatu alat kontrasepsi yang hanya menutupi serviks saja.
b) Dibandingkan dengan diagfragma, kap serviks:
1) Lebih dalam/tinggi kubahnya, tetapi diameternya lebih kecil
2) Umumnya lebih kaku
3) Menutupi serviks karena hisapan, bukan karena pegas
c) Zaman dahulu, kap serviks terbuat dari logam atau plastik, sekarang yang
banyak adalah dari karet.
Keuntungan plastik dibandingkan karet:
a) Tidak rusak oleh iklim yang panas
b) Tidak bereaksi dengan cairanvagina yang asam
c) Tidak diapaki dengan spermisid yang mengandung minyak tersebut
3. Spons
4. Kondom Wanita
I. Kontrasepsi Berisi-Progesteron-Saja
Kontrasepsi berisi-progesteron-saja meliputi segolongan besar metode
kontrasepsi yang semakin hari semakin berkembang, dimana pada saat ini telah
tersedia antara lain:
1. Mini-Pil (tablet Pil-oral berisi-progestin-saja)
2. Suntikan progestin yang long-acting
3. Implant
4. IUD berisi progestin (Progestasert)
Sedangkan yang masih dalam penelitian, antara lain:
1. Suntikan dengan jangka-waktu kerja lebih pendek
2. Implant yang biodegradable
3. Injeksi microspheres dan microcapsules
4. Vaginal ring berisi hormon
Dibawah pengaruh yang lama/kronis dari progestin, lendir serviks menjadi
sedikit, kental dan relatif tidak dapat ditembus oleh spermatozoa. Untuk Mini-Pil,
sampai saat ini belum ada data-data yang menyebut hal tersebut, meskipun telah
dilaporkan adanya hal serupa pada pemakaian kontrasepsi suntikan (Depo-Provera).
1. Mini-Pil
Diseluruh dunia, Mini-Pil tidak mendapatkan penerimaan yang luas, baik dari
pihak wanita maupun dari pihak petugas media KB. Dari lebih 50 juta akseptor
kontrasepsi oral, hanya 1 dari 150 wanita yang menggunakan Mini-Pil.
Mini-Pil bukan menjadi pengganti dari Pil oral Kombinasi, tetapi hanya
sebagai supplemen/tambahan, yang digunakan oleh wanita-wanita yang ingin
menggunakan kontrasepsi oral tetapi sedang menyusui atau untuk wanita yang harus
menghidari estrogen oleh sebab apapun.
Progesteron yang terdapat di dalam Mini-Pil terdiri dari 2 golongan, yaitu:
a) Analog Progesteron:
1) Chlormadinone asetat
2) Megestrol astetat
b) Derivat testosterone (19-norsteroids), diketemukan 1970-an dan dipakai sampai
saat ini:
1) Norethindrone
2) Norgestrel
3) Ethynodiol
4) Lynestrenol (Exluton).
Keuntungan Mini-Pil
1. Dapat diberikan untuk wanita yang menderita keadaan tromboembolik
2. Laktasi
3. Mungkin cocok untuk wanita dengan keluhan efek samping yang disebabkan oleh
estrogen (sakit kepala, hipertensi, nyeri tungkai bawah, chloasma, berat badan
bertambah dan rasa mual).
Kerugian Mini-Pil
1. Mini-Pil kurang efektif dalam mencegah kehamilan dibandingkan Pil-oral-
kombinasi.
2. Karena tidak mengandung estrogen, Mini-Pil mengandng insidens dari
pendarahan-bercak (spotting), endarahan menyerupai haid (breakthrough
bleeding), variasi dalam panjang sikulus haid, kadang-kadang amenore.
3. Mini-Pil, seperti IUD, kurang efektif dalam mencegah kehamilan ektropik
dibandungkan dengan mencegah kehamilan intrauterine.
Mekanisme Kerja Mini-Pil
1. Mencegah terjadinya ovulasi Pada beberapa siklus
2. Perubahan dxalam motilitas tuba
3. Perubahan dalam fungsi corpus luteum
4. Perubahan lendir serviks
5. Perubahan dalam endometrium
Efek Samping Mini-Pil
a) Perubahan pola haid
- Dapat terjadi perdarahan-bercak (spotting) dan perdarahan menyerupai haid
(brakthrough bleeding), dengan insidens 6,25%.
- Lama haid dan volue darah haid dapat berubah.
- Panjang siklus dapat sangat bervariasi
- Mini-Pil juga mengurangi ketegangan pra-haid
b) Efek samping non-menstrual
- Tidak selalu ditemukan pertambahan berat badan pada pemakaian Mini-Pil
(yang terjadi pada progestin dosis tinggi).
- Sedangkan apakah Mini-Pil menambah risiko seperti penyakit kandung
empedu, ikterus cholestatic, adenoma hepar dan karsinoma hepar, karsinoma
payudara, karsinoma serviks, melanoma: sampai saat ini belum diketahui
dengan jelas.
Efek metabolik Mini-Pil
1. Tromboemboli
2. Metabolisme karbohidrat
3. Metabolisme dan fungsi endokrin
4. Cacat bawaan
Keuntungan Non Kontraseptif Mini-Pil
1. Beberpa akseptor mini- pil mengalami pengurangan dari dismenore dan sindrome
pra haid yang siklis
2. Dua keuntungan paling besar telah diketahui untuk POK, yang disebabkan oleh
hormon progestin:
a. Proteksi terhadap PID
b. Proteksi terhadap karsinoma endometrium
Efeketifitas
1. Angka kegagalan norplant : < 1 perseratuss wanita-pertahun dalam 5 tahun
pertama. Ini lebih rendah dibandingkan kontrasepsi oral, IUD dan metode
barier.
2. Efektivitas norplant berkurang sedikit setelah 5 tahun dan pada tahun ke 6
kira-kira 2,5-3% akseptor menjadi hamil.
3. Norplant-2 sama efektifnya seperti norplant, untuk waktu 3 tahun prtama.
Semula diharapkan norplant-2 juga akan efektif untuk 5 tahun , tetapi ternyata
setelah pemakaian 3 tahun terjadi kehamilan dalam jumlah besar yang tidak
diduga sebelumnya, yaitu sebesar 5-6%. Penyebabnya belumjelas, disangka
terjadi penurunan dalam pelepasan hormonnya.
Mekanisme Kerja Implant
1. Mekanisme kerja yang tepat dari implant belum jelas benar.
2. Imlant tampaknya mencegah terjadinya kehamilan melalui beberapa cara :
a) Mencegah ovulasi
b) Perubahan lendir servika menjadi kental dan sedikit, sehingga
menghambat pergerakan spermatozoa.
c) Menghambat perkembangan siklis dari endometrium.
Efek Samping Implant
1. Efek samping utama adalah perubahan pola haid , yang terjadi pada kira-kira
60% akseptor dalam tahun pertama setelah insersi.
2. Yang paling sering terjadi adalah :
a) Bertambahnya hari hari perdarahan dalam 1 siklus.
b) Perdarahan-bercak (spotting)
c) Berkurangnya panjang siklus haid
d) Amenore, meskipun lebih jarang terjadi dibandingkan perdarahan lama
atau perdarahan- bercak.
3. Umumnya perubahan-perubahan haid tersebut tidak mempunyai efek yang
membahayakan diri ekseptor. Meskipun terjadi perdarahan lebih sering
daripada biasanya. Volume darah yang hilang tetap tidak berubah.
4. Pada sebagian akseptor, perdarahan ireguler akan berkurang dengan
berjalannya waktu.
5. Perdarahan hebat jarang terjadi.
Efek Pada Sistem Reproduksi
1. Tidak dilaporkan adanya efek samping yang serius terhadap sistem reproduksi
pada pemakaian norplant.
2. Memang pda 10% akseptor ditemukan adanya kista ovarium yang sementara,
ada yang smsapai mencapai ukuran 10cm. Kista tersebut akan mengalami
regresi spontan dalam 6 minggu.
3. Yang menjadi kekuatiran adalah kemungkinan bertambahnya resiko dari
kehamilan ektopik.
4. Efek kontrasepsi norplant menghilang dengan cepat setelah implantnya
dikeluarkan.
5. Hasil penelitian pendahuluan menunjukan bahwa jumlah kecil dari
levonogestrel yang dilepaskan oleh norplant tidak mempunyai efek buruk pada
bayi ang sedang dikandung maupun yang masih menyusu.
6. Pemakaian norplant selama laktasi tidak mempengaruhi kadar hormon
bayinya.
Efek Samping Lain
1. Sakit kepala
2. Efek pada fungsi hepar , metabolisme karbohidrat, pembekuan darah, tekanan
darah , imunoglobin, serum kortisol, urea nitrogen, uric acid, Na, K, Ca,
pospat anorganik dan berat badan.
Cu-T200 = tatum-T.
Cu-7 = gravigard
MLCu-250.
AKDR-Cu generasi kedua :
CuT-380A = Para-Gard.
CuT-380Ag.
CuT- 220C.
MLCu-375.s
b. Mengandung hormon : progesterone atau levonogestrel
- Progestasert : alza-T , dengan daya kerja 1 tahun
- LNG-20 : mengandung levonogestrel.
b. Vaginal/Transvaginal:
1) Kolpotomi, dikenal:
a) Kolpotomi Posterior = Culdotomy
Cara ini yang sering dipakai. Cul-de-sac atau Cavum Douglas, yang
terletak diantara dinding depan rectum dan dinding belakanguterus,
dibuka melalui vagina untuk sampai pada tuba fallopii.
b) Kolpotomi Anterior
Jarang dipakai lagi saat ini. Peritoneum di insisi diantara kandung
kencing dan uterus, dan uterus diputar sehingga tuba fallopii terlihat.
Keuntungan Kolpotomi
Dapat dilakukan secara rawat jalan.
Hanya memerlukan waktu 5-15 menit.
Cukup dengan neurolept-analgesia +anestesi lokal.
Rasa sakit post-operatif lebih kecil dibandingkan cara-cara
kontap lainnya.
Tidak ada insisi abdominal sehingga tidak ada bekas luka
parut eksternal.
Peralatan yang dipakai sederhana, murah, dan mudah
pemeliharaannya.
Morbiditas dan komplikasi mayor rendah.
Angka kegagalan rendah (kira-kira 1%).
Kontraindikasi Kolpotomi
Uterus anteversi dan terfixeer.
Infeksi.
Massa adnexa.
Perlekatan-perlekatan.
Obesitas ekstrem.
Vagina yang sempit, dalam atau stenotik.
2) Kuldoskopi
Pada kuldoskopi, rongga pelvis dapat dilihat melalui alat kuldoskop
yang dimasukkan melalui fornix posterior ke dalam Cul-de-sac (=Cavum
Douglas) yaitu suatu kantong peritoneum yang terletak diantara dinding
depan rectum dan dinding belakang uterus.
Keuntungan Kuldoskopi
Tidak meninggalkan bekas luka parut eksternal.
Hanya memerlukan neurolept-analgesia + anestesi lokal.
Dapat dikerjakan secara rawat jalan.
Peralatan lebih seerhana dan lebih murah dibandingkan dengan
laparoskopi.
Waktu operasi kira-kira 10 menit atau kurang bila sudah terampil.
Komplikasi dan merbiditas rendah.
Tidak memerlukan pnuemo-peritoneum buatan.
Elektro-koagulasi jarang dikerjakan.
Kerugian Kuldoskopi
Posisi akseptor yaitu posisi lutut-dada (knee-chest possition) yang
mungkin kurang menyenangkan baginya.
Kontraindikasi Kuldoskopi
Pelvic Inflammatory Disease (PID).
Infeksi lokal dari vagina dan serviks.
Cavum Douglas yang terfixeer.
Kehamilan.
Segera post-partum.
Obesitas ekstrem.
Endometriosis Cavum Douglas.
Tumor pelvis.
Massa adnexa atau perlekatan-perlekatan.
Penyakit kardio-respiratoir berat.
DAFTAR PUSTAKA
Hartono, Hanafi. 2010. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta:Pustaka Sinar
Harapan.
Yohana, dkk. 2016. Kehamilan dan Persalinan. Ed.1. Jakarta: Garda Media.