Anda di halaman 1dari 22

FERTILISASI DAN INFERTILISASI

FERTILISASI
Defenisi
 Fertilisasi adalah proses ketika sel telur bertemu sel sperma dan bersatu
membentuk zigot, lalu berkembang menjadi embrio sebagai cikal bakal
pembentukkan janin
 Fertilisasi atau proses pembuahan disebut juga sebagai konsepsi dan menjadi
awal terjadinya kehamilan
 Untuk mengetahui dan menghitung usia kehamilan biasanya dimulai dari hari
pertama haid terakhir (HPHT), yaitu sekitar 2 minggu sebelum proses
pembuahan terjadi
 Proses pembuahan atau fertilisasi diawali dari masa ovulasi hingga implantasi,
di mana terjadi perpindahan sel telur yang sudah dibuahi ke dalam rahim
 Munculnya hormon kehamilan (hCG) juga menjadi tanda dan akan dideteksi
oleh alat tes kehamilan (test pack) sebagai tanda tanda awal kehamilan

Proses Pembuahan (Fertilisasi) Pada Manusia


 Ovulasi
Sebelum proses pembuahan berlangsung, harus terjadi ovulasi terlebih dahulu.
Ovulasi yaitu keluarnya sel telur dari ovarium (indung telur) yang normalnya
terjadi setiap bulan.
Di dalam ovarium wanita, ada banyak sel telur, namun dalam setiap bulannya
ada satu sel telur yang berada dalam sebuah kantung (folikel) yang dipersiapkan
untuk menjadi matang. Proses pematangan ini terutama dipengaruhi oleh
hormon FSH (folikel stimulating hormone). Setelah matang, sel telur keluar dari
folikel sehingga terjadilah ovulasi yang dicetuskan oleh hormon LH (Leutenizing
hormone). Proses ovulasi umumnya terjadi sekitar 2 minggu sebelum haid
berikutnya. Pada kondisi tertentu, sel telur yang matang dan berovulasi tidak
hanya satu, dan hal inilah yang menjadi alasan terjadinya hamil kembar.

 Sel telur berpindah ke saluran tuba falopi


Setelah keluar dari indung telur, sel telur berada di tuba falopi dan perlahan
menuju rahim. Umur sel telur di dalam tuba falopi hanya 24 jam saja, sehingga
apabila tidak ada sperma yang membuahinya, maka ia akan mati dan kehamilan
tidak terjadi.

 Meningkatnya hormon
Setelah sel telur meninggalkan folikel, folikel dalam ovarium kemudian
berkembang menjadi korpus luteum. Korpus luteum ini menghasilkan hormon
progesteron yang bertugas menebalkan lapisan dinding rahim dengan nutrisi
dan aliran darah sehingga siap sebagai ‘rumah' bagi sel telur yang sudah
dibuahi.

 Jika sel telur tidak dibuahi


Bila tak ada sperma yang membuahi sel telur, maka sel telur akan berpindah ke
rahim dan hancur. Pada saat ini, korpus luteum mengecil dan kadar hormon
dalam tubuh kembali normal seperti biasanya. Lapisan dinding rahim yang
menebal tadi mulai mengalami proses peluruhan sehingga keluarlah yang
namanya darah haid.

 Jika ada proses fertilisasi (konsepsi)


Kalau ada satu saja sperma yang berhasil sampai di saluran tuba falopi dan
menerobos masuk dalam sel telur, maka terjadilah proses pembuahan. Sel telur
akan mengalami perubahan sehingga tak ada sperma lain yang dapat masuk.
Pada saat ini jugalah gen dan jenis kelamin bayi ditentukan. Jika spermanya
mengandung kromosom Y, maka bayinya laki-laki. Sebaliknya, jika spermanya
berkromosomkan X, maka yang lahir nanti adalah bayi perempuan.

 Implantasi: perpindahan sel telur yang sudah dibuahi ke rahim


Tahapan dalam proses fertilisasi selanjutnya adalah implantasi. Namun
sebelumnya, sel telur yang telah dibuahi biasanya masih menetap di saluran
tuba falopi selama 3-4 hari.
Gambar proses pembuahan hingga implantasi dalam rahim

Dalam waktu 24 jam setelah dibuahi, sel telur tersebut akan membelah diri
dengan cepat sehingga menjadi banyak sel. Proses pembelahan ini terus terjadi
seiring berpindahnya sel telur dari saluran tuba falopi ke rahim. Setelah itu,
barulah sel telur mulai berimplantasi atau menanamkan diri ke dinding rahim.

Implantasi umumnya menimbulkan gejala, namun tak semua wanita


mengalaminya. Beberapa mendapati munculnya bercak darah di celana dalam
selama 1-2 hari. Pada saat ini, lapisan dinding rahim terus menebal dan serviks
ditutupi oleh lendir tebal. Penutup ini akan tetap melindungi serviks hingga
proses persalinan nanti. Dalam waktu 3 minggu, sel yang menempel di dinding
rahim tadi mulai berkembang menjadi gumpalan, dan sel saraf pertama bayi
sudah mulai terbentuk.

 Munculnya hormon kehamilan


Setelah implantasi terjadi, tubuh mulai menghasilkan hormon kehamilan (hCG).
Keberadaan hormon inilah yang  dideteksi oleh alat tes kehamilan. Umumnya,
butuh waktu 3-4 minggu dari hari pertama haid terakhir agar kadar hCG cukup
tinggi untuk terbaca oleh test pack.
Karenanya, banyak pihak menyarankan tes kehamilan dilakukan setelah telat
haid saja. Bila hasil tesnya negatif, jangan buru-buru menyimpulkan bahwa pasti
tidak ada kehamilan. Sebaliknya, tunggulah seminggu lagi untuk melakukan tes
ulang.

Menjaga Kehamilan
Strategi kesehatan berikut sangat penting bagi siapapun yang merencanakan atau
mencoba untuk hamil:
 makan makanan yang sehat, dan mungkin mengonsumsi suplemen asam
folat dan vitamin lainnya
 menghindari merokok dan perokok pasif
 menghindari alkohol dan zat-zat lain yang dapat mengganggu kehamilan,
termasuk obat-obatan rekreasi, dan makanan dan obat-obatan tertentu
 cukup berolahraga secukupnya
 memberi tahu dokter tentang rencana untuk hamil ketika mendiskusikan
diagnosis atau perawatan
 Anda mungkin perlu istirahat dari olahraga berat selama kehamilan, dan dokter
dapat membantu memodifikasi atau mengembangkan rencana olahraga yang
sehat.

Selama 6 minggu pertama kehamilan, mungkin tidak ada indikasi kehamilan.


Namun, segera setelah pembuahan dalam beberapa kasus, dan seiring berjalannya
waktu, Anda mungkin mengalami:
 beberapa bercak darah
 kelelahan
 nyeri payudara
 mual dan indera penciuman yang lebih tajam
 kebutuhan untuk kencing lebih sering

Empat tahapan fertilisasi


 Masuknya sperma
Sel sperma yang masuk melalui vagina tidak otomatis akan membuahi sel telur
yang dilepaskan oleh organ reproduksi wanita. Sebaliknya, mereka akan melalui
banyak proses adaptasi yang dinamakan kapasitasi.Pertama-tama, sperma
akan mengalami peningkatan ion kalsium sehingga ekor sperma dapat bergerak
lebih aktif. Kian dekat dengan sel telur, antigen yang ada pada permukaan sel
sperma akan menghilang sehingga sperma dapan mengikat sel telur tersebut.
 Bertemunya sel sperma dan sel telur
Tahapan berikutnya dari proses fertilisasi ini cukup rumit. Jika sel telur
memiliki zona pellucida yang terlalu tebal, ada kemungkinan sel sperma tidak
bisa mengingat sel telur sehingga pembuahan tidak dapat terjadi. Zona
pellucida adalah lapisan pembungkus sel telur yang mengandung tiga jenis
glikoprotein.
 Bersatunya sel telur dan sel sperma
Proses fertilisasi ini membutuhkan PH30 yang disebut fertilin. Fertilin ini
berfungsi meleburkan kedua membran pada sel telur dan sel sperma sehingga
menyebabkan masuknya sel sperma ke dalam sel telur.Pada tahap ini, sel
sperma juga melepas ekornya. Sementara bagian sperma lainnya seperti
mitokondria berfungsi melakukan membelahan sel telur sehingga sperma
tersebut bisa masuk lebih dalam ke sel telur yang ukurannya lebih besar dari sel
sperma.
 Aktivasi
Tahap akhir dari fertilisasi adalah aktivasi alias melihat respons sel telur
terhadap aktivitas pembuahan yang dilakukan sel sperma. Respons pertama
yang dilakukan sel telur biasanya mencegah terjadinya pembuahan oleh banyak
sel sperma atau disebut polispermi.Ketika proses ini berjalan lancar, maka akan
tercipta zigot baru pada tubuh manusia. Dalam perkembangannya, zigot akan
berkembang menjadi embrio, lalu berkembang lagi menjadi fetus atau
janin ketika kehamilan seorang wanita mulai menginjak usia 9 minggu hingga
janin tersebut dilahirkan ke dunia.

Fertilisasi buatan
Tahapan awal alamiah fertilisasi adalah masuknya sel sperma melalui vagina lewat
hubungan seksual. Namun, perkembangan teknologi memungkinkan terjadinya
pembuahan di luar tubuh atau disebut dengan fertilisasi in vitro atau bayi tabung.
Dalam proses fertilisasi ini, sel telur diambil dari rahim wanita (pasangan Anda atau
donor) kemudian disuntikkan dengan sperma (pasangan Anda atau donor). Setelah
maksimal 6 hari, sel telur itu sudah berstatus aktif, kemudian dimasukkan kembali ke
rahim wanita yang ingin mengandung.Baik fertilisasi secara alami maupun in
vitro memiliki kemungkinan untuk gagal.

Bagaimana jika proses fertilisasi tidak berhasil?


Jika proses fertilisasi berhasil, maka sel telur yang telah aktif itu akan ‘berenang’
melewati tuba falopi menuju rahim. Selanjutnya, sel telur akan menempel di dinding
rahim, membentuk plasenta yang akan mentransfer oksigen serta nutrisi dari ibu
hamil ke janin sekaligus memastikan janin tumbuh dengan baik hingga
dilahirkan.Sebaliknya, bila fertilisasi tidak berhasil, maka sel telur tidak aktif. Hal ini
ditandai dengan peluruhan dinding rahim atau dikenal dengan peristiwa menstruasi,
yakni keluarnya darah dan lendir dari vagina.

INFERTILISASI

Apa Itu Infertilitas Atau Ketidaksuburan?


Infertilitas adalah gangguan sistem reproduksi yang menyebabkan kegagalan untuk
mencapai kehamilan klinis setelah 12 bulan atau lebih berhubungan intim secara
teratur tanpa menggunakan kontrasepsi. (WHO)
Pasangan infertil adalah suatu kesatuan hasil interaksi biologik yang tidak
menghasilkan kehamilan dan kelahiran bayi hidup.
Infertilitas terutama lebih banyak terjadi di kota-kota besar karena gaya hidup yang
penuh stres, emosional dan kerja keras serta pola makan yang tidak seimbang.
Infertilitas dapat terjadi dari sisi pria, wanita, kedua-duanya, maupun pasangan.
Disebut infertilitas pasangan bila terjadi penolakan sperma suami oleh istri sehingga
sperma tidak dapat bertemu dengan sel telur. Hal ini biasanya disebabkan oleh
ketidaksesuaian antigen / antibodi pasangan tersebut.
Ada 2 jenis infertilitas :
Infertilitas primer : bila pasangan tersebut belum pernah mengalami kehamilan
sama sekali.
Infertilitas sekunder : bila pasangan tersebut sudah pernah melahirkan namun
setelah itu tidak pernah hamil lagi.
Bukan tidak mungkin infertil dialami hanya oleh suami atau istri saja. Hal tersebut
karena proses pembuahan yang menghasilkan kehamilan merupakan kerja sama
antara suami dan istri. Kerja sama tersebut meliputi 2 faktor yang harus dipenuhi,
yaitu:
1. Suami memiliki sistem dan fungsi reproduksi yang sehat, sehingga mampu
menghasilkan dan menyalurkan sperma ke dalam organ reproduksi istri.
2. Istri memiliki sistem dan fungsi reproduksi yang sehat, sehingga mampu
menghasilkan sel telur yang dapat dibuahi oleh spermatozoa dan memiliki
rahim untuk menjadi tempat perkembangan janin, embrio, hingga bayi cukup
bulan, dan dilahirkan.

Penyebab Infertilitas Wanita Yang Perlu Diketahui


Untuk memahami penyebab infertilitas wanita, harus diawali dengan pemahaman
mengenai proses kehamilan. Kehamilan bagi sebagian besar pasangan suami-istri
merupakan hal yang ditunggu-tunggu. Meski tidak selalu pihak wanita yang
bermasalah, ada beragam kemungkinan mengenai penyebab infertilitas wanita dari
organ reproduksi wanita yang perlu diketahui.
Kehamilan diawali dari pelepasan sel telur sehat dari indung telur yang bergerak
menuju tabung saluran indung telur (tuba fallopi). Di sana sel telur akan dibuahi oleh
sperma, saat pasangan melakukan hubungan seksual. Sel telur yang sudah dibuahi
tersebut kemudian bergerak dan tumbuh di dalam rahim.

Faktor Risiko Infertilitas


Kemungkinan ketidaksuburan wanita dapat dipengaruhi faktor-faktor risiko sebagai
berikut:
 Usia
Infertilitas wanita dapat dikaitkan dengan usia. Tingkat kesuburan wanita
menurun secara signifikan pada usia 30-an akhir. Sekitar 95 persen wanita yang
berusia 35 tahun akan hamil setelah 3 tahun melakukan hubungan seks tanpa
kontrasepsi, sedangkan hanya 75 persen wanita usia 38 tahun yang hamil pada
jangka waktu yang sama.
 Merokok
Kebiasaan ini dapat merusak serviks dan tabung saluran indung telur, sekaligus
meningkatkan risiko keguguran dan kehamilan ektopik. Rokok juga dianggap
membuat indung telur Anda mengalami penuaan lebih cepat dan akan
menghabiskan sel telur Anda sebelum waktunya, sehingga mempersulit
kemungkinan hamil.
 Berat badan
Proses ovulasi dengan normal dapat terhambat ketika seorang wanita
memiliki berat badan berlebih atau kurang secara signifikan. Upaya mencapai
berat badan sehat berdasarkan kategori Indeks Massa Tubuh
(IMT) menunjukkan dapat meningkatkan frekuensi ovulasi serta kemungkinan
hamil. Disisi lain, olahraga yang terlalu ekstrim juga dapat memicu masalah
kesuburan wanita. Untuk meningkatkan pelang hamil, wanita dan pasangannya
juga perlu mengonsumsi nutrisi dan vitamin tertentu.
 Alkohol
Konsumsi minuman beralkohol yang berlebihan dikaitkan dengan peningkatan
risiko gangguan ovulasi dan endometriosis.
 Kelainan bawaan
Infertilitas wanita bisa disebabkan oleh kelainan bawaan misalnya septate
uterus, yang dapat menyebabkan keguguran berulang atau tidak dapat hamil.
Septate uterus adalah kondisi ketika adanya kelainan pada rongga rahim, di
mana uterus terbagi oleh dinding otot atau jaringan ikat.
 Infertilitas tanpa sebab tertentu
Terkadang infertilitas wanita tidak dapat ditemukan penyebabnya. Hal itu bisa
saja dipicu oleh kombinasi dari beberapa faktor dari kedua pasangan. Meski sulit
menerima hal tersebut, tidak jarang masalah ini teratasi sendiri seiring dengan
waktu.

Gangguan Ketidaksuburan Wanita


 Gangguan Ovulasi
Gangguan ovulasi atau pelepasan sel telur secara berkala, merupakan kondisi
paling umum yang menyebabkan wanita tidak dapat hamil.
Sebagian kondisi membuat wanita tidak lagi melepaskan sel telur, sebagian lagi
menyebabkan sel telur hanya dilepaskan dalam jarak waktu yang lebih lama dari
yang seharusnya.
Gangguan ovulasi ini dapat terjadi lantaran beberapa kondisi, seperti:
1. Gangguan tiroid, termasuk hipertiroid dan hipotiroid dapat menghambat
ovulasi.
2. Sindrom ovarium polikistik (polycystic ovarian syndrome/PCOS). Kondisi ini
membuat indung telur kesulitan memproduksi sel telur.
3. Kegagalan ovarium prematur, yaitu ketika indung telur seorang wanita
berhenti berproduksi sebelum usia 40 tahun.
 Kerusakan pada tuba falopi atau tabung saluran indung telur
Ketika tabung saluran indung telur atau tuba falopi rusak atau tersumbat, maka
hal itu akan menyulitkan sperma membuahi sel telur atau menghalangi gerak sel
telur yang sudah dibuahi ke dalam rahim. Kerusakan itu dapat dipicu oleh
beberapa faktor.
1. Faktor pertama adalah penyakit radang panggul, yaitu radang pada rahim dan
tabung tuba falopi oleh penyakit menular seksual seperti klamidia dan gonore.
2. Yang kedua, pernah menjalani operasi besar atau operasi pada panggul,
termasuk operasi untuk kehamilan ektopik, yaitu sel telur yang dibuahi
tertanam dan mulai berkembang di saluran indung telur, bukan rahim.
3. Dan faktor ketiga adalah karena tuberkulosis pada panggul. Merupakan salah
satu penyebab utama infertilitas wanita.
 Jaringan parut pascaoperasi
Kerusakan fisik yang terjadi pada ovarium dapat mengakibatkan gagal ovulasi.
Misalnya, operasi invasif dan berulang untuk kista ovarium dapat menyebabkan
kerusakan atau munculnya jaringan parut, sehingga ovulasi tidak terjadi. Selain
itu, infeksi juga dapat menimbulkan infertilitas wanita.
 Gangguan lendir serviks
Saat seorang wanita tengah berovulasi, secara alami lendir serviks menjadi lebih
tipis dan encer untuk memudahkan sperma bergerak dan menghampiri sel telur.
Ketidaknormalan pada lendir tersebut dapat mempersulit proses ini dan
menghambat terjadinya kehamilan.
 Submucosal fibroid
Submucosal fibroid adalah tumor jinak dan tidak bersifat kanker yang tumbuh di
dalam atau sekitar rahim. Submucosal fibroid berkembang dalam lapisan otot
dinding rahim dan dapat berkembang ke rongga rahim.
Kondisi ini mampu mengurangi kesuburan meski tidak diketahui apa yang
memicu hal tersebut. Kemungkinan fibroid mencegah embrio tertanam di dalam
rahim.
 Endometriosis
Endometriosis terjadi ketika jaringan yang biasanya tumbuh di rahim, kemudian
tertanam dan tumbuh di bagian tubuh lain. Pertumbuhan jaringan tambahan dan
operasi pengangkatannya dapat menyebabkan munculnya jaringan parut.
Jaringan parut kemudian dapat menghalangi tabung saluran indung telur dan
menghambat terjadinya pembuahan sel telur oleh sperma.
Kondisi ini juga bisa berdampak pada kesuburan secara tidak langsung, namun
endometriosis kemungkinan dapat memengaruhi lapisan rahim dan
mengganggu penanaman sel telur yang dibuahi.
 Efek samping obat-obatan
Sebagian obat-obatan dapat memengaruhi kesuburan Anda. Berikut ini adalah
beberapa jenis obat tersebut:
1. Obat anti-inflamasi nonstreoid (OAINS), termasuk obat golongan aspirin dan
ibuprofen. Penggunaan OAINS dosis tinggi atau jangka waktu yang panjang
dapat mempersulit proses kehamilan.
2. Neuroleptik atau obat antipsikotik yang digunakan untuk mengobati kondisi
Obat tersebut terkadang membuat penggunanya tidak mendapat haid secara
regular atau bahkan mandul.
3. Obat antidiuretik spironolakton yaitu jenis obat-obatan yang dimanfaatkan
guna mengatasi kelebihan Perlu waktu sekitar dua bulan sejak berhenti
konsumsi obat ini untuk mengembalikan kesuburan ke tingkat yang normal.
4. Kemoterapi sebagai terapi pengobatan kanker, terkadang menimbulkan
gangguan pada indung telur sehingga tidak mampu berfungsi sebagaimana
seharusnya. Kerusakan tersebut juga mungkin bersifat permanen.
5. Obat-obatan terlarang seperti ganja dan kokain mampu memengaruhi
kesuburan. Obat ini akan mempersulit siklus ovulasi yaitu pelepasan sel telur
tiap bulan.
Penyebab Infertilitas Bagi Kaum Pria
Sekitar 30 persen kasus infertilitas yang terjadi disebabkan oleh
infertilitas pria. Masalah infertilitas atau kemandulan cenderung disebut sebagai
permasalahan wanita. Kenyataannya tidak demikian. Baik pria dan wanita masing-
masing dapat memiliki permasalahan pada organ reproduksi yang dapat
memengaruhi tingkat kesuburan mereka.
Ada dua kemungkinan penyebab infertilitas, yaitu infertilitas pria yang menjadi
masalah utama pasangannya untuk hamil dan kemungkinan kedua adalah infertilitas
tersebut terjadi bersamaan dengan penghambat kehamilan dari sisi wanita yang
juga memiliki masalah kesuburan.
Pemeriksaan kesuburan bagi pria sama pentingnya dengan wanita. Meski
sebagian besar pria merasa enggan untuk memeriksakan diri, mungkin karena malu,
namun nyatanya penting untuk dilakukan secepatnya untuk memastikan letak
permasalahannya.
Untuk pemeriksaan ini, pria yang merasa memiliki masalah dengan kesuburan dapat
berkonsultasi kepada dokter spesialis urologi dan andrologi. Dokter akan melakukan
identifikasi masalah sekaligus tindakan yang dapat membantu untuk mengatasi
kondisi tersebut.

Kemungkinan Penyebab Infertilitas Pria


Gangguan hormonal
Kondisi ini ditandai dengan tingkat hormon yang terlalu tinggi atau rendah sehingga
memengaruhi kesuburan, antara lain:
 Hipotiroid. Kadar hormon tiroid yang rendah dapat menurunkan kualitas air
mani, fungsi testis, dan mengganggu libido.
 Hiperprolaktinemia. Kondisi hormon prolaktin yang tinggi. Kondisi ini ditemukan
10-40 persen pada pria yang tidak subur. Kadar prolaktin yang tinggi dapat
mengurangi produksi sperma dan hasrat seksual, sekaligus
menyebabkan impotensi.
 Hipogonadotropik hipopituitarisme.  Rendahnya produksi follicle
stimulating hormone (FSH) dan lutenizing hormone (LH) dari kelenjar pituitari.
Hal itu menyebabkan terganggunya perkembangan sperma dan menurunnya
jumlah sperma dalam testis. Keadaan ini dapat memicu infertilitas pria.
 Hiperplasia adrenal kongenital. Atau disingkat HAK terjadi ketika kelenjar
pituitari tertekan oleh kenaikan tingkat hormon androgen adrenal sehingga
menyebabkan rendahnya produksi sperma, kurang aktifnya gerak sperma, serta
banyaknya sel sperma yang tidak benar-benar berkembang dengan baik.
 Panhipopituitarisme. Kegagalan kelenjar pituitari secara total dimana terdapat
kekurangan hormon pertumbuhan, TSH (thyroid stimulating hormone), dan
tingkat LH dan FSH. Gejala-gejalanya antara lain testis yang berukuran normal
atau kecil, impotensi, dan hasrat seks yang menurun.

Gangguan fisik
Masalah kesuburan pria dapat disebabkan oleh beragam masalah fisik, mulai dari
gangguan proses produksi sperma atau terhambatnya perjalanan sperma dari testis
menuju ujung penis. Dapat ditandai dengan rendahnya jumlah sperma atau bentuk
dan ukuran sperma yang tidak normal. Berikut ini beberapa masalah fisik yang
umumnya menyebabkan infertilitas pria:
 Infeksi dan penyakit
Beberapa jenis infeksi dan penyakit tertentu, seperti radang testis dan saluran
testis dapat mengganggu produksi atau kondisi sperma. Bahkan kemungkinan
menghambat jalannya sperma. Di antaranya infeksi saluran kemih dan penyakit
menular seksual seperti gonore dan sifilis.
 Varikokel
Terjadinya pelebaran pembuluh darah dalam skrotum dan mencegah darah
mengalir dengan baik. Varikokel terdapat pada sekitar 15-40 persen dari para
pria yang sedang melakukan evaluasi masalah kesuburan.
 Kelainan saluran sperma
Tabung yang membawa sperma atau saluran sperma dapat mengalami
kerusakan lantaran cedera atau penyakit. Sebagian pria mengalami sumbatan
pada testis yang menyimpan sperma atau hambatan pada satu atau kedua
saluran yang membawa sperma dari testis.
 Torsio testis
Yaitu kondisi dimana testis memutar di dalam skrotum secara ekstrim, biasanya
dapat terlihat dari timbulnya pembengkakan. Torsio testis dapat menyebabkan
gangguan aliran darah di dalam testis.
 Penyakit genetic
Meski tidak banyak ditemukan, penyakit atau kelainan bawaan tertentu,
seperti sindrom Jacob dan fibrosis kistik atau, juga dapat menyebabkan
infertilitas pria.
 Ejakulasi retrograde
Kelainan ini menyebabkan air mani memasuki kandung kemih, bukannya keluar
dari penis saat ejakulasi. Kemungkinan penyebabnya yakni komplikasi dari
operasi prostat, kandung kemih, atau saluran kemih. Selain itu bisa akibat efek
samping obat tertentu atau penyakit diabetes.

Gangguan kombinasi fisik dan psikologis


Sebagian masalah seksual pada pria terkait dengan kondisi psikologis. Meski
sebenarnya gangguan psikologi dan gangguan fisik sulit dipisahkan. Berikut ini
beberapa di antaranya.
 Impotensi.Bisa disebabkan oleh satu atau kombinasi beberapa faktor. Dulu
kondisi ini dianggap sebagai masalah psikologis. Namun, penelitian terbaru
menyebut ini sebagai masalah fisik yang kemudian diperburuk dengan masalah
psikologis seperti stres, cemas, rendahnya rasa percaya diri, dan depresi.
 Ejakulasi dini. Ketika seorang pria tidak dapat mengendalikan respons ejakulasi
setelah penetrasi minimal 30 detik. Ejakulasi dini menjadi masalah kesuburan
ketika ejakulasi terjadi sebelum penis benar-benar berada di dalam vagina.
 Inkompetensi ejakulasi. Kondisi psikologis ini membuat seorang pria tidak
mampu ejakulasi selama hubungan seksual, namun dapat melakukannya
saat masturbasi.

Kemungkinan Penyebab-Penyebab Lain


Selain beberapa penyebab ketidaksuburan yang dapat dialami pria, ada beberapa
kemungkinan lain, yaitu:
 Kanker dan tumor.Keduanya dapat memengaruhi organ reproduksi secara
langsung atau melalui gangguan terhadap kelenjar yang melepaskan hormon
reproduksi, seperti kelenjar pituitari.
 Pengobatan tertentu.Misalnya penggunaan kortikosteroid dalam jangka
panjang, obat antijamur tertentu, terapi pengganti testosteron, obat-obatan
kanker atau kemoterapi, dan beberapa obat lain yang dapat mengganggu
produksi sperma dan mengurangi kesuburan laki-laki.
 Tindakan operasi sebelumnya. Beberapa operasi dapat menyebabkan
komplikasi yang menghambat keluarnya sperma pada saat ejakulasi, antara lain
vasektomi, perbaikan hernia inguinalis, pembedahan skrotum dan prostat, serta
operasi besar untuk menangani kanker pada testis dan anus.

 
Epidemiologi
 Data Organisasi Kesehatan Dunia / WHO tahun 2010 menyebutkan bahwa
pasangan suami istri yang mengalami infertilitas sebanyak 25% dan
menunjukkan bahwa 64% penyebab berada pada istri dan sebesar 36%
diakibatkan adanya kelainan pada suami (Addy, 2012).
 Infertilitas merupakan permasalahan global di bidang reproduksi kesehatan yang
sangat kompleks. Perlu penataan rasional dan terpadu. Prevalensi di dunia yang
mengalami masalah infertilitas setiap tahun adalah 1 dari 7 pasangan. Pasangan
infertil di Indonesia tahun 2009 adalah 50 juta pasangan atau 15-20%
(en.wikipedia.org, inasoengkowo, 2009).
 Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2011 menyebutkan dari total 237 juta
penduduk Indonesia, terdapat kurang lebih 39,8 juta wanita usia subur, namun
10-15% di antaranya infertil.
 
Etiologi
Infertilitas tidak semata-mata terjadi kelainan pada wanita saja. Hasil penelitian
membuktikan bahwa suami menyumbang 25-40% dari angka kejadian infertil, istri
40-55%, keduanya 10%, dan idiopatik 10%. Hal ini dapat menghapus anggapan
bahwa infertilitas terjadi murni karena kesalahan dari pihak wanita / istri.
 
Berbagai gangguan yang memicu terjadinya infertilitas antara lain:
Pada Perempuan
Hormonal
Gangguan glandula pituitaria, thyroidea, adrenalis atau ovarium yang
menyebabkan :
 Kegagalan ovulasi.
 Kegagalan endometrium uterus untuk berproliferasi dan sekresi.
 Sekresi vagina dan cervix yang tidak menguntungkan bagi sperma.
 Kegagalan gerakan (motilitas) tuba falopii yang menghalangi spermatozoa
mencapai uterus.
Sumbatan
Tuba falopii yang tersumbat bertanggung jawab untuk kira-kira sepertiga dari
penyebab infertilitas. Sumbatan tersebut dapat disebabkan :
 Kelainan kongenital.
 Penyakit radang pelvis umum, misalnya apendixitis dan peritonitis.
 Infeksi tractus genitalis yang baik, misalnya gonore.

Faktor Lokal
Keadaan-keadaan seperti :
 Fibroid uterus, yang menghambat implantasi ovm.
 Erosi cervix yang mempengaruhi pH sekresi sehingga merusak sperma.
 Kelainan kongenital vagina, cervix atau uterus yang menghalangi pertemuan
sperma.
 

Pada Laki-laki
Gangguan Spermatogenesis
Analisis cairan seminal dapat mengungkapkan :
 Jumlah spermatozoa kurang dari 20 juta per mililiter cairan seminal.
 Jumlah spermatozoa yang abnormal lebih dari 40% yang berupa defek kepala
(caput) atau ekor (cauda) yang spesifik. Keadaan ini mungkin karena
adanya aplasia sel germinal, pengelupasan, atau suatu defek kongenital, atau
beberapa penyebab yang tidak dapat ditetapkan.
 Cairan seminal yang diejakulasikan kurang dari 2 ml.
 Kandungan kimia cairan seminal tidak memuaskan, misalnya kadar glukosa,
kolesterol, atau enzim hialuronidase abnormal dan pH-nya terlalu tinggi atau
terlalu rendah.

Obstruksi
 Sumbatan (oklusi) kongenital duktus atau tubulus.
 Sumbatan duktus atau tubulus yang disebabkan oleh penyakit peradangan
(inflamasi) akut atau kronis yang mengenai membran basalis atau dinding otot
tubulus seminiferus, misalnya orkitis, infeksi prostat, infeksi gognokokus.
Penyakit ini merupakan penyebab yang paling umum pada infertilitas pria.

Ketidakmampuan Koitus atau Ejakulasi


 Faktor-faktor fisik misalnya hipospadia, epispidia, deviasi penis seperti
pada priapismus atau penyakit peyronie.
 Faktor-faktor psikologis yang menyebabkan ketidakmampuan untuk mencapai
atau mempertahankan ereksi.
 Alkoholisme kronik.

Faktor Sederhana
Kadang-kadang faktor-faktor sederhana seperti memakai celana jeans ketat, mandi
dengan air terlalu panas, atau berganti lingkungan ke iklim tropis dapat
menyebabkan keadaan luar (panas) yang tidak menguntungkan untuk produksi
sperma yang sehat.
 

Patofisiologi Infertilitas
Wanita
Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita di antaranya gangguan
stimulasi hipofisis hipotalamus yang mengakibatkan pembentukan FSH dan LH tidak
adekuat sehingga terjadi gangguan dalam pembentukan folikel di ovarium.
Penyebab lain yaitu radiasi dan toksik yang mengakibatkan gangguan pada ovulasi.
Gangguan bentuk anatomi sistem reproduksi juga penyebab mayor dari infertilitas, di
antaranya cidera tuba dan perlekatan tuba sehingga ovum tidak dapat lewat dan
tidak terjadi fertilisasi dari ovum dan sperma. Kelainan bentuk uterus menyebabkan
hasil konsepsi tidak berkembang normal walaupun sebelumnya terjadi fertilisasi.
Abnormalitas ovarium mempengaruhi pembentukan folikel. Abnormalitas servik
mempengaruhi proses pemasukan sperma. Faktor lain yang mempengaruhi
infertilitas adalah aberasi genetik yang menyebabkan kromosom seks tidak
berkembang dengan baik.
Beberapa infeksi menyebabkan infertilitas dengan melibatkan reaksi imun sehingga
terjadi gangguan interaksi sperma sehingga sperma tidak bisa bertahan, infeksi juga
menyebabkan inflamasi zigot yang berujung pada abortus.

Pria
Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi hipotalamus dan
hipofisis yang mengakibatkan kelainan status fungsional testis. Gaya hidup
memberikan peran yang besar dalam mempengaruhi infertilitas di antaranya
merokok, penggunaan obat-obatan dan zat adiktif yang berdampak pada
abnormalitas sperma dan penurunan libido. Konsumsi alkohol mempengaruhi
masalah ereksi yang mengakibatkan berkurangnya pancaran sperma. Suhu di
sekitar areal testis juga mempengaruhi abnormalitas spermatogenesis. Terjadinya
ejakulasi retrograt misalnya akibat pembedahan sehingga menyebabkan sperma
masuk ke vesika urinaria yang mengakibatkan komposisi sperma terganggu.
 

Manifestasi Klinik
Wanita :
 Terjadi kelainan sistem endokrin.
 Hipomenore dan amenore.
 Diikuti dengan perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat
menunjukkan masalah pada aksis ovarium hipotalamus hipofisis atau aberasi
genetik.
 Wanita dengan sindrom turner biasanya pendek, memiliki payudara yang
tidak berkembang, dan gonatnya abnormal.
 Wanita infertil dapat memiliki uterus.
 Motilitas tuba dan ujung fimbrienya dapat menurun atau hilang akibat infeksi,
adhesi, atau tumor.
 Traktus reproduksi internal yang abnormal.
Pria
 Riwayat terpajan benda-benda mutan yang membahayakan reproduksi
(panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi);
 Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu;
 Riwayat infeksi genitorurinaria;
 Hipertiroidisme dan hipotiroid;
 Tumor hipofisis atau prolactinoma;
 Disfungsi ereksi berat;
 Ejakulasi retrograt;
 Hypo / epispadia;
 Mikropenis;
 Andesensus testis (testis masih dalam perut / dalam liat paha;
 Gangguan spermatogenesis (kelainan jumlah, bentuk dan motilitas sperma);
 Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis);
 Varikokel (varises pembuluh balik darah testis); dan
 Abnormalitas cairan semen.
 

Pemeriksaan Pasangan Infertil


Langkah pemeriksaan pasangan infertil dengan urutan seperti di bawah ini :
 Anamnesis
Pada pengumpulan data dengan anamnesis akan diketahui tentang
keharmonisan hubungan keluarga, lamanya perkawinan, hubungan seksual
yang dilakukan, dan lain-lain.
 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik umum untuk pasangan infertil meliputi pemeriksaan
tekanan darah, nadi, suhu tubuh, dan pernapasan. Juga dilakukan foto toraks
pada kedua pihak
 Pemeriksaan Laboratorium
Dilakukan pemeriksaan laboratorium dasar secara rutin (darah, urine lengkap,
fungsi hepar dan ginjal, gula darah). Pemeriksaan laboratorium khusus
terhadap suami meliputi pemeriksaan dan analisis sperma. Untuk
pemeriksaan ini diperlukan syarat yaitu tidak boleh berhubungan seks selama
3-5 hari, ditampung dalam gelas, modifikasi dengan bersenggama memakai
kondom yang telah dicuci bersih, dan bahan yang ditampung harus mencapai
laboratorium dalam waktu ½ sampai 1 jam, pemeriksaan setelah ejakulasi
dalam waktu 2 jam di laboratorium. Jumlah spermatozoa diharapkan minimal
20juta/ml. Pemeriksaan sperma untuk mengetahui jumlah, volume, viskositas,
bau, fruktosa, kemampuan menggumpal dan mencair kembali.
 Pemeriksaan Terhadap Ovulasi
Pemeriksaan ini dilakukan untuk membuktikan ovulasi (pelepasan telur).
Tindakan ini dilakukan dengan anggapan bahwa pada pemeriksaan dalam
tidak dijumpai kelainan alat kelamin wanita. Untuk membuktikan terjadi
ovulasi (pelepasan telur), dilakukan pemeriksaan suhu basal badan.
Progesteron yang dikeluarkan oleh korpus luteum dapat meningkatkan suhu
basal badan, yang diukur segera setelah bangun tidur. Dengan terjadinya
ovulasi, suhu basal badan rendah atau meningkat menjadi bifasik. Waktu
perubahan tersebut dianggap terjadi ovulasi, sehingga harus dimanfaatkan
untuk melakukan hubungan seks dengan kemungkinan hamil yang besar.
 Pemeriksaan Terhadap Saluran Telur
Saluran telur (tuba fallopi) mempunyai fungsi yang sangat vital dalam proses
kehamilan yaitu tempat saluran spermatozoa dan ovum, tempat terjadinya
konsepsi (pertemuan sel telur dan spermatozoa), tempat tumbuh dan
berkembangnya hasil konsepsi, tempat saluran hasil konsepsi menuju rahim
untuk dapat bernidasi (menanamkan diri).
Gangguan fungsi saluran telur menyebabkan infertilitas, gangguan perjalanan
hasil konsepsi menimbulkan kehamilan di luar kandungan (ektopik) utuh atau
terganggu (pecah). Gangguan saluran tuba dapat ditandai dengan keluarnya
cairan tersebut kembali ke liang senggama.
 Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus yang dilakukan untuk dapat menetapkan kelainan pada
pasangan infertil meliputi hal berikut :
 Histeroskopi
Pemeriksaan histeroskopi adalah pemeriksaan dengan memasukkan alat
optik ke dalam rahim untuk mendapatkan keterangan tentang mulut saluran
telur dalam rahim (normal, edema, tersumbat oleh kelainan dalam rahim),
lapisan dalam rahim (situasi umum lapisan dalam rahim karena pengaruh
hormon, polip atau mioma dalam rahim) dan keterangan lain yang diperlukan.

Laparoskopi
Pemeriksaan laparoskopi adalah pemeriksaan dengan memasukkan alat optik ke
dalam ruang abdomen (perut), untuk mendapatkan keterangan tentang keadaan
indung telur yang meliputi ukuran dan situasi permukaannya, adanya graaf
folikel, korpus luteum atau korpus albikans, abnormalitas bentuk, keadaan tuba
fallopi (yang meliputi kelainan anatomi atau terdapat perlekatan); keadaan
peritoneum rahim, dan sekitarnya (kemungkinan endometritis dan bekas infeksi).
Pengambilan cairan pada peritoneum untuk pemeriksaan sitologi pewarnaan dan
pembiakan.
Ultrasonografi
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) sangat penting pada pasangan infertil terutama
ultrasonografi vaginal yang bertujuan mendapatkan gambaran yang lebih jelas
tentang anatomi alat kelamin bagian dalam, mengikuti tumbuh kembang folikel de
graaf yang matang, sebagai penuntun aspirasi (pengambilan) telur (ovum)
pada folikel graaf untuk pembiakan bayi tabung. Ultrasonografi vaginal dilakukan
pada sekitar waktu ovulasi dan didahului dengan pemberian pengobatan dengan
klimofen sitrat atau obat perangsang indung telur lainnya.
Uji pasca-senggama
Pemeriksaan uji pasca-senggama dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan
tembus spermatozoa dalam lendir serviks. Pasangan dianjurkan melakukan
hubungan seks di rumah dan setelah 2 jam datang ke rumah sakit untuk
pemeriksaan. Lendir serviks diambil dan selanjutnya dilakukan pemeriksaan jumlah
spermatozoa yang dijumpai dalam lendir tersebut. Pemeriksaan ini dilakukan sekitar
perkiraan masa ovulasi yaitu hari ke 12, 13, dan 14, dengan perhitungan menstruasi
hari pertama dianggap ke-1. Namun hasilnya masih belum mendapat kesepakatan
para ahli.
Pemeriksaan Hormonal
Setelah semua pemeriksaan dilakukan, apabila belum dapat dipastikan penyebab
infertilitas dapat dilakukan pemeriksaan hormonal untuk mengetahui hubungan aksis
hipotalamus, hipofise, dan ovarium. Hormon yang diperiksa
adalah gonadotropin (Folicle Stimulation Hormon (FSH) dan Hormon
Luteinisasi (LH)) dan hormon (esterogen, progesteron, dan prolaktin). Pemeriksaan
hormonal ini dapat menetapkan kemungkinan infertilitas dari kegagalannya
melepaskan telur (ovulasi). Semua pemeriksaan harus selesai dalam waktu 3 siklus
menstruasi, sehingga rencana pengobatan dapat dilakukan. Oleh karena itu
pasangan infertilitas diharapkan mengikuti rancangan pemeriksaan sehingga
kepastian penyebabnya dapat ditegakkan sebagai titik awal pengobatan selanjutnya.
 

Penatalaksanaan
Penanganan pasangan infertilitas atau kurang subur merupakan masalah medis
yang kompleks dan menyangkut beberapa disiplin ilmu kedokteran, sehingga
memerlukan konsultasi dan pemeriksaan yang kompleks pula.
Wanita
 Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendir serviks puncak dan
waktu yang tepat untuk coital;
 Pemberian terapi obat, seperti :
 Stimulant ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan oleh supresi
hipotalamus, peningkatan kadar prolaktin, pemberian tsh.
 Terapi penggantian hormon.
 Glukokortikoid jika terdapat hiperplasi adrenal.
 Penggunaan antibiotika yang sesuai untuk pencegahan dan penatalaksanaan
infeksi dini yang adekuat.
 GIFT (Gemete Intrafallopian Transfer);
 Laparatomi dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak secara luas;
 Bedah plastik misalnya penyatuan uterus bikonuate;
 Pengangkatan tumor atau fibroid; dan
 Eliminasi vaginitis atau servisitis dengan antibiotika atau kemoterapi.
Pria
 Penekanan produksi sperma untuk mengurangi jumlah antibodi autoimun,
diharapkan kualitas sperma meningkat;
 Agen antimikroba;
 Testosterone enantat dan testosteron spionat untuk stimulasi kejantanan;
 HCG secara i.m memperbaiki hipoganadisme;
 FSH dan HCG untuk meningkatkan spermatogenesis (produksi sperma);
 Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau hipotalamus;
 Klomifen dapat diberikan untuk mengatasi subfertilitas idiopatik;
 Perbaikan varikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma;
 Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti,
perbaikan nutrisi, tidak membiasakan penggunaan celana yang panas dan
ketat; dan
 Perhatikan penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang mengandung
spermatisida.

Anda mungkin juga menyukai