FERTILISASI
Defenisi
Fertilisasi adalah proses ketika sel telur bertemu sel sperma dan bersatu
membentuk zigot, lalu berkembang menjadi embrio sebagai cikal bakal
pembentukkan janin
Fertilisasi atau proses pembuahan disebut juga sebagai konsepsi dan menjadi
awal terjadinya kehamilan
Untuk mengetahui dan menghitung usia kehamilan biasanya dimulai dari hari
pertama haid terakhir (HPHT), yaitu sekitar 2 minggu sebelum proses
pembuahan terjadi
Proses pembuahan atau fertilisasi diawali dari masa ovulasi hingga implantasi,
di mana terjadi perpindahan sel telur yang sudah dibuahi ke dalam rahim
Munculnya hormon kehamilan (hCG) juga menjadi tanda dan akan dideteksi
oleh alat tes kehamilan (test pack) sebagai tanda tanda awal kehamilan
Meningkatnya hormon
Setelah sel telur meninggalkan folikel, folikel dalam ovarium kemudian
berkembang menjadi korpus luteum. Korpus luteum ini menghasilkan hormon
progesteron yang bertugas menebalkan lapisan dinding rahim dengan nutrisi
dan aliran darah sehingga siap sebagai ‘rumah' bagi sel telur yang sudah
dibuahi.
Dalam waktu 24 jam setelah dibuahi, sel telur tersebut akan membelah diri
dengan cepat sehingga menjadi banyak sel. Proses pembelahan ini terus terjadi
seiring berpindahnya sel telur dari saluran tuba falopi ke rahim. Setelah itu,
barulah sel telur mulai berimplantasi atau menanamkan diri ke dinding rahim.
Menjaga Kehamilan
Strategi kesehatan berikut sangat penting bagi siapapun yang merencanakan atau
mencoba untuk hamil:
makan makanan yang sehat, dan mungkin mengonsumsi suplemen asam
folat dan vitamin lainnya
menghindari merokok dan perokok pasif
menghindari alkohol dan zat-zat lain yang dapat mengganggu kehamilan,
termasuk obat-obatan rekreasi, dan makanan dan obat-obatan tertentu
cukup berolahraga secukupnya
memberi tahu dokter tentang rencana untuk hamil ketika mendiskusikan
diagnosis atau perawatan
Anda mungkin perlu istirahat dari olahraga berat selama kehamilan, dan dokter
dapat membantu memodifikasi atau mengembangkan rencana olahraga yang
sehat.
Fertilisasi buatan
Tahapan awal alamiah fertilisasi adalah masuknya sel sperma melalui vagina lewat
hubungan seksual. Namun, perkembangan teknologi memungkinkan terjadinya
pembuahan di luar tubuh atau disebut dengan fertilisasi in vitro atau bayi tabung.
Dalam proses fertilisasi ini, sel telur diambil dari rahim wanita (pasangan Anda atau
donor) kemudian disuntikkan dengan sperma (pasangan Anda atau donor). Setelah
maksimal 6 hari, sel telur itu sudah berstatus aktif, kemudian dimasukkan kembali ke
rahim wanita yang ingin mengandung.Baik fertilisasi secara alami maupun in
vitro memiliki kemungkinan untuk gagal.
INFERTILISASI
Gangguan fisik
Masalah kesuburan pria dapat disebabkan oleh beragam masalah fisik, mulai dari
gangguan proses produksi sperma atau terhambatnya perjalanan sperma dari testis
menuju ujung penis. Dapat ditandai dengan rendahnya jumlah sperma atau bentuk
dan ukuran sperma yang tidak normal. Berikut ini beberapa masalah fisik yang
umumnya menyebabkan infertilitas pria:
Infeksi dan penyakit
Beberapa jenis infeksi dan penyakit tertentu, seperti radang testis dan saluran
testis dapat mengganggu produksi atau kondisi sperma. Bahkan kemungkinan
menghambat jalannya sperma. Di antaranya infeksi saluran kemih dan penyakit
menular seksual seperti gonore dan sifilis.
Varikokel
Terjadinya pelebaran pembuluh darah dalam skrotum dan mencegah darah
mengalir dengan baik. Varikokel terdapat pada sekitar 15-40 persen dari para
pria yang sedang melakukan evaluasi masalah kesuburan.
Kelainan saluran sperma
Tabung yang membawa sperma atau saluran sperma dapat mengalami
kerusakan lantaran cedera atau penyakit. Sebagian pria mengalami sumbatan
pada testis yang menyimpan sperma atau hambatan pada satu atau kedua
saluran yang membawa sperma dari testis.
Torsio testis
Yaitu kondisi dimana testis memutar di dalam skrotum secara ekstrim, biasanya
dapat terlihat dari timbulnya pembengkakan. Torsio testis dapat menyebabkan
gangguan aliran darah di dalam testis.
Penyakit genetic
Meski tidak banyak ditemukan, penyakit atau kelainan bawaan tertentu,
seperti sindrom Jacob dan fibrosis kistik atau, juga dapat menyebabkan
infertilitas pria.
Ejakulasi retrograde
Kelainan ini menyebabkan air mani memasuki kandung kemih, bukannya keluar
dari penis saat ejakulasi. Kemungkinan penyebabnya yakni komplikasi dari
operasi prostat, kandung kemih, atau saluran kemih. Selain itu bisa akibat efek
samping obat tertentu atau penyakit diabetes.
Epidemiologi
Data Organisasi Kesehatan Dunia / WHO tahun 2010 menyebutkan bahwa
pasangan suami istri yang mengalami infertilitas sebanyak 25% dan
menunjukkan bahwa 64% penyebab berada pada istri dan sebesar 36%
diakibatkan adanya kelainan pada suami (Addy, 2012).
Infertilitas merupakan permasalahan global di bidang reproduksi kesehatan yang
sangat kompleks. Perlu penataan rasional dan terpadu. Prevalensi di dunia yang
mengalami masalah infertilitas setiap tahun adalah 1 dari 7 pasangan. Pasangan
infertil di Indonesia tahun 2009 adalah 50 juta pasangan atau 15-20%
(en.wikipedia.org, inasoengkowo, 2009).
Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2011 menyebutkan dari total 237 juta
penduduk Indonesia, terdapat kurang lebih 39,8 juta wanita usia subur, namun
10-15% di antaranya infertil.
Etiologi
Infertilitas tidak semata-mata terjadi kelainan pada wanita saja. Hasil penelitian
membuktikan bahwa suami menyumbang 25-40% dari angka kejadian infertil, istri
40-55%, keduanya 10%, dan idiopatik 10%. Hal ini dapat menghapus anggapan
bahwa infertilitas terjadi murni karena kesalahan dari pihak wanita / istri.
Berbagai gangguan yang memicu terjadinya infertilitas antara lain:
Pada Perempuan
Hormonal
Gangguan glandula pituitaria, thyroidea, adrenalis atau ovarium yang
menyebabkan :
Kegagalan ovulasi.
Kegagalan endometrium uterus untuk berproliferasi dan sekresi.
Sekresi vagina dan cervix yang tidak menguntungkan bagi sperma.
Kegagalan gerakan (motilitas) tuba falopii yang menghalangi spermatozoa
mencapai uterus.
Sumbatan
Tuba falopii yang tersumbat bertanggung jawab untuk kira-kira sepertiga dari
penyebab infertilitas. Sumbatan tersebut dapat disebabkan :
Kelainan kongenital.
Penyakit radang pelvis umum, misalnya apendixitis dan peritonitis.
Infeksi tractus genitalis yang baik, misalnya gonore.
Faktor Lokal
Keadaan-keadaan seperti :
Fibroid uterus, yang menghambat implantasi ovm.
Erosi cervix yang mempengaruhi pH sekresi sehingga merusak sperma.
Kelainan kongenital vagina, cervix atau uterus yang menghalangi pertemuan
sperma.
Pada Laki-laki
Gangguan Spermatogenesis
Analisis cairan seminal dapat mengungkapkan :
Jumlah spermatozoa kurang dari 20 juta per mililiter cairan seminal.
Jumlah spermatozoa yang abnormal lebih dari 40% yang berupa defek kepala
(caput) atau ekor (cauda) yang spesifik. Keadaan ini mungkin karena
adanya aplasia sel germinal, pengelupasan, atau suatu defek kongenital, atau
beberapa penyebab yang tidak dapat ditetapkan.
Cairan seminal yang diejakulasikan kurang dari 2 ml.
Kandungan kimia cairan seminal tidak memuaskan, misalnya kadar glukosa,
kolesterol, atau enzim hialuronidase abnormal dan pH-nya terlalu tinggi atau
terlalu rendah.
Obstruksi
Sumbatan (oklusi) kongenital duktus atau tubulus.
Sumbatan duktus atau tubulus yang disebabkan oleh penyakit peradangan
(inflamasi) akut atau kronis yang mengenai membran basalis atau dinding otot
tubulus seminiferus, misalnya orkitis, infeksi prostat, infeksi gognokokus.
Penyakit ini merupakan penyebab yang paling umum pada infertilitas pria.
Faktor Sederhana
Kadang-kadang faktor-faktor sederhana seperti memakai celana jeans ketat, mandi
dengan air terlalu panas, atau berganti lingkungan ke iklim tropis dapat
menyebabkan keadaan luar (panas) yang tidak menguntungkan untuk produksi
sperma yang sehat.
Patofisiologi Infertilitas
Wanita
Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita di antaranya gangguan
stimulasi hipofisis hipotalamus yang mengakibatkan pembentukan FSH dan LH tidak
adekuat sehingga terjadi gangguan dalam pembentukan folikel di ovarium.
Penyebab lain yaitu radiasi dan toksik yang mengakibatkan gangguan pada ovulasi.
Gangguan bentuk anatomi sistem reproduksi juga penyebab mayor dari infertilitas, di
antaranya cidera tuba dan perlekatan tuba sehingga ovum tidak dapat lewat dan
tidak terjadi fertilisasi dari ovum dan sperma. Kelainan bentuk uterus menyebabkan
hasil konsepsi tidak berkembang normal walaupun sebelumnya terjadi fertilisasi.
Abnormalitas ovarium mempengaruhi pembentukan folikel. Abnormalitas servik
mempengaruhi proses pemasukan sperma. Faktor lain yang mempengaruhi
infertilitas adalah aberasi genetik yang menyebabkan kromosom seks tidak
berkembang dengan baik.
Beberapa infeksi menyebabkan infertilitas dengan melibatkan reaksi imun sehingga
terjadi gangguan interaksi sperma sehingga sperma tidak bisa bertahan, infeksi juga
menyebabkan inflamasi zigot yang berujung pada abortus.
Pria
Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi hipotalamus dan
hipofisis yang mengakibatkan kelainan status fungsional testis. Gaya hidup
memberikan peran yang besar dalam mempengaruhi infertilitas di antaranya
merokok, penggunaan obat-obatan dan zat adiktif yang berdampak pada
abnormalitas sperma dan penurunan libido. Konsumsi alkohol mempengaruhi
masalah ereksi yang mengakibatkan berkurangnya pancaran sperma. Suhu di
sekitar areal testis juga mempengaruhi abnormalitas spermatogenesis. Terjadinya
ejakulasi retrograt misalnya akibat pembedahan sehingga menyebabkan sperma
masuk ke vesika urinaria yang mengakibatkan komposisi sperma terganggu.
Manifestasi Klinik
Wanita :
Terjadi kelainan sistem endokrin.
Hipomenore dan amenore.
Diikuti dengan perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat
menunjukkan masalah pada aksis ovarium hipotalamus hipofisis atau aberasi
genetik.
Wanita dengan sindrom turner biasanya pendek, memiliki payudara yang
tidak berkembang, dan gonatnya abnormal.
Wanita infertil dapat memiliki uterus.
Motilitas tuba dan ujung fimbrienya dapat menurun atau hilang akibat infeksi,
adhesi, atau tumor.
Traktus reproduksi internal yang abnormal.
Pria
Riwayat terpajan benda-benda mutan yang membahayakan reproduksi
(panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi);
Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu;
Riwayat infeksi genitorurinaria;
Hipertiroidisme dan hipotiroid;
Tumor hipofisis atau prolactinoma;
Disfungsi ereksi berat;
Ejakulasi retrograt;
Hypo / epispadia;
Mikropenis;
Andesensus testis (testis masih dalam perut / dalam liat paha;
Gangguan spermatogenesis (kelainan jumlah, bentuk dan motilitas sperma);
Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis);
Varikokel (varises pembuluh balik darah testis); dan
Abnormalitas cairan semen.
Laparoskopi
Pemeriksaan laparoskopi adalah pemeriksaan dengan memasukkan alat optik ke
dalam ruang abdomen (perut), untuk mendapatkan keterangan tentang keadaan
indung telur yang meliputi ukuran dan situasi permukaannya, adanya graaf
folikel, korpus luteum atau korpus albikans, abnormalitas bentuk, keadaan tuba
fallopi (yang meliputi kelainan anatomi atau terdapat perlekatan); keadaan
peritoneum rahim, dan sekitarnya (kemungkinan endometritis dan bekas infeksi).
Pengambilan cairan pada peritoneum untuk pemeriksaan sitologi pewarnaan dan
pembiakan.
Ultrasonografi
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) sangat penting pada pasangan infertil terutama
ultrasonografi vaginal yang bertujuan mendapatkan gambaran yang lebih jelas
tentang anatomi alat kelamin bagian dalam, mengikuti tumbuh kembang folikel de
graaf yang matang, sebagai penuntun aspirasi (pengambilan) telur (ovum)
pada folikel graaf untuk pembiakan bayi tabung. Ultrasonografi vaginal dilakukan
pada sekitar waktu ovulasi dan didahului dengan pemberian pengobatan dengan
klimofen sitrat atau obat perangsang indung telur lainnya.
Uji pasca-senggama
Pemeriksaan uji pasca-senggama dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan
tembus spermatozoa dalam lendir serviks. Pasangan dianjurkan melakukan
hubungan seks di rumah dan setelah 2 jam datang ke rumah sakit untuk
pemeriksaan. Lendir serviks diambil dan selanjutnya dilakukan pemeriksaan jumlah
spermatozoa yang dijumpai dalam lendir tersebut. Pemeriksaan ini dilakukan sekitar
perkiraan masa ovulasi yaitu hari ke 12, 13, dan 14, dengan perhitungan menstruasi
hari pertama dianggap ke-1. Namun hasilnya masih belum mendapat kesepakatan
para ahli.
Pemeriksaan Hormonal
Setelah semua pemeriksaan dilakukan, apabila belum dapat dipastikan penyebab
infertilitas dapat dilakukan pemeriksaan hormonal untuk mengetahui hubungan aksis
hipotalamus, hipofise, dan ovarium. Hormon yang diperiksa
adalah gonadotropin (Folicle Stimulation Hormon (FSH) dan Hormon
Luteinisasi (LH)) dan hormon (esterogen, progesteron, dan prolaktin). Pemeriksaan
hormonal ini dapat menetapkan kemungkinan infertilitas dari kegagalannya
melepaskan telur (ovulasi). Semua pemeriksaan harus selesai dalam waktu 3 siklus
menstruasi, sehingga rencana pengobatan dapat dilakukan. Oleh karena itu
pasangan infertilitas diharapkan mengikuti rancangan pemeriksaan sehingga
kepastian penyebabnya dapat ditegakkan sebagai titik awal pengobatan selanjutnya.
Penatalaksanaan
Penanganan pasangan infertilitas atau kurang subur merupakan masalah medis
yang kompleks dan menyangkut beberapa disiplin ilmu kedokteran, sehingga
memerlukan konsultasi dan pemeriksaan yang kompleks pula.
Wanita
Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendir serviks puncak dan
waktu yang tepat untuk coital;
Pemberian terapi obat, seperti :
Stimulant ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan oleh supresi
hipotalamus, peningkatan kadar prolaktin, pemberian tsh.
Terapi penggantian hormon.
Glukokortikoid jika terdapat hiperplasi adrenal.
Penggunaan antibiotika yang sesuai untuk pencegahan dan penatalaksanaan
infeksi dini yang adekuat.
GIFT (Gemete Intrafallopian Transfer);
Laparatomi dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak secara luas;
Bedah plastik misalnya penyatuan uterus bikonuate;
Pengangkatan tumor atau fibroid; dan
Eliminasi vaginitis atau servisitis dengan antibiotika atau kemoterapi.
Pria
Penekanan produksi sperma untuk mengurangi jumlah antibodi autoimun,
diharapkan kualitas sperma meningkat;
Agen antimikroba;
Testosterone enantat dan testosteron spionat untuk stimulasi kejantanan;
HCG secara i.m memperbaiki hipoganadisme;
FSH dan HCG untuk meningkatkan spermatogenesis (produksi sperma);
Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau hipotalamus;
Klomifen dapat diberikan untuk mengatasi subfertilitas idiopatik;
Perbaikan varikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma;
Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti,
perbaikan nutrisi, tidak membiasakan penggunaan celana yang panas dan
ketat; dan
Perhatikan penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang mengandung
spermatisida.