Anda di halaman 1dari 48

SATUAN ACARA PENYULUHAN KESEHATAN

PERSIAPAN MENJADI ORANG TUA DAN KESIAPAN MERAWAT ANAK

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas

Praktik Asuhan Kebidanan Prakonsepsi Dan Perencanaan Kehamilan Sehat

Oleh :

Rurik Rosa Apriliana P17321183021

Iva Satya Ratnasari P17321183023

Faizatul Azimah P17321183026

Amelia Eka Wardani P17321183027

Mirza Aulia Cahyani P17321183028

Aliffiyanti Fairuz P17321183030

Regita Sulistya Nindya Wijaya P17321183031

Risa Mafirta Rahardianti P17321183032

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG JURUSAN KEBIDANAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

TAHUN 2022

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

I. Identitas SAP
Topik : Persiapan menjadi orang tua dan kesiapan merawat anak
Sub Pokok Bahasan : Pengertian orang tua
: Peran orang tua
: Perencanaan menjadi orang tua
: Kesiapan merawat anak
: Adaptasi saudara kandung
Sasaran : Dewasa muda usia 18-22 tahun
Hari/Tanggal : Senin, 26 September 2022
Waktu : 10.00 – 11.00 WIB
Tempat : Lokal G Poltekkes Kemenkes Malang Kampus 4 Kediri
Penyuluh : Kelompok 3

II. Identifikasi Masalah


Periode usia di bawah lima tahun (balita) merupakan periode paling kritis dalam
menentukan kualitas hidupnya di masa yang akan datang. Prevalensi penyimpangan
perkembangan pada anak usia di bawah 5 tahun di Indonesia yang dilaporkan WHO pada tahun
2016 adalah 7.512,6 per 100.000 populasi (7,51%) (WHO, 2018). Sekitar 5 hingga 10% anak
diperkirakan mengalami keterlambatan perkembangan. Data angka kejadian keterlambatan
perkembangan umum belum diketahui dengan pasti, namun diperkirakan sekitar 1-3% anak di
bawah usia 5 tahun mengalami keterlambatan perkembangan umum (Inggriani, 2019). Data
WHO tahun 2018 menunjukkan bahwa balita memiliki masalah pertumbuhan tidak hanya gizi
buruk, tetapi juga kependekan dan gizi lebih. Prevalensi balita gizi buruk sebesar 7,3%,
overweight sebesar 5,9% dan balita stunting (pendek) sebanyak 21,9% (WHO, 2019). Pada
tahun 2020 terdapat (50) juta balita mengalami kurang gizi, (149) juta balita stunting, dan (41)
juta balita mengalami obesitas dari (667) juta balita (Jayadi & Rakhman, 2021). Sekitar 95%
dari anak-anak yang mengalami gangguan perkembangan hidup di negara dengan pendapatan
rendah dan menengah. Secara nasional di Indonesia prevalensi status gizi balita terdiri dari
3,9% gizi buruk, 13,8% gizi kurang, 79,2% gizi baik, dan 3,1% gizi lebih. Menurut Riskesdas
tahun 2021 prevalensi gizi buruk balita mencapai (3,9%), balita kurang gizi (13,8%), balita
pendek berjumlah (19,3%), balita sangat pendek (11,5%), balita sangat kurus (3,5%), dan balita
kurus mencapai (6,7%) (Sari dkk., 2022).
Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan balita dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti gizi, stimulasi, keluarga, ekonomi, pola asuh dan lain-lain. Pengasuhan oleh keluarga
memiliki peran penting terlebih pada aspek kesiapan orang tua dalam mendidik dan merawat
anaknya. Pengajaran dan pendidikan yang diberikan pada awal kehidupan ini menjadi modal
dasar bagi kebahagiaan dan kesuksesan di masa dewasanya. Mendidik anak di masa sekarang
khususnya dalam era teknologi informasi berkembang dengan pesat (era layar) membutuhkan
keterampilan mengasuh yang memadai dan konsep diri yang positif agar mampu
berkomunikasi dan menerapkan disiplin dengan cinta dan kasih sayang. Konvensi Hak-Hak
Anak PBB pada tanggal 20 November 1989 yang juga disahkan oleh Indonesia dalam
Keputusan Presiden No. 36 tahun 1990 meliputi Hak untuk Bermain, Hak untuk Mendapat
Pendidikan, Hak untuk Mendapatkan Perlindungan, Hak untuk Rekreasi, Hak untuk
Mendapatkan Makanan, Hak untuk Mendapatkan Jaminan Kesehatan, Hak untuk Memiliki
Identitas, Hak untuk Memiliki Identitas, Hak untuk Mendapat Status Kebangsaan, Hak untuk
Berperan dalam Pembangunan dan Hak untuk Mendapatkan Kesamaan.
Orang tua yang gagal dalam pengasuhan dan mendidik anak pada masa ini, maka akan
berdampak buruk pada periode perkembangan selanjutnya. Pada masa balita orang tua
memiliki peran yang sangat berarti dalam kehidupan untuk memenuhi pertumbuhan dan
perkembangannya. Pada masa ini hampir seluruh sel-sel otak berkembang dengan pesat.
Dengan kata lain, peran orang tua sangat penting dalam menentukan arah serta kualitas
pertumbuhan dan perkembangan anak. Oleh karena itu, dibutuhkan kemampuan orang tua
dalam memenuhi segala kebutuhan anak akan asuh, asih, dan asah melalui komunikasi yang
baik dan benar sehingga akan mempengaruhi kualitas kepribadiaan anak menuju manusia
dewasa di kemudian hari. (Herviana, 2019)
III. Tujuan Instruksional Umum
Sasaran dapat mengerti tentang persiapan menjadi orang tua dan kesiapan merawat anak

IV. Tujuan Instruksional Khusus


1. Sasaran dapat mengerti tentang pengertian orang tua
2. Sasaran dapat mengerti tentang peran orang tua
3. Sasaran dapat mengerti tentang perencanaan menjadi orang tua
4. Sasaran dapat mengerti tentang kesiapan merawat anak
5. Sasaran dapat mengerti tentang adaptasi saudara kandung

V. Materi
1. Pengertian Orang Tua
Orangtua adalah orang yang lebih tua atau orang yang dituakan terdiri dari ayah dan
ibu yang merupakan guru dan contoh utama untuk anak-anaknya karena orang tua yang
menginterpretasikan tentang dunia dan masyarakat pada anak-anaknya (Friedman et al.,
2010). Orangtua adalah orang yang paling bertanggungjawab terhadap masa depan anak-
anak mereka. Merekalah yang melahirkan, merawat, membiayai, dan terlebih mendidik
anak-anak mereka (Faizi, 2012).
2. Peran Orang Tua
Orang tua memiliki peran sebagai pendidik karena seorang anak memperoleh
pengetahuan dari orang tuanya terutama ibu dan ayah. Dengan demikian kepribadian anak
terbentuk karena warisan dari orang tua dan lingkungan dimana anak berkembang. Karena
lingkungan pertama yang memberikan pengaruh mendalam adalah keluarga kita sendiri
(Herjanti, 2015). Salah satu peran orang tua (Ibu) yaitu menumbuhkan perasaan mencintai
dan mengasihi pada anak melalui interaksi yang jauh melibatkan sentuhan fisik dan kasih
sayang sedangkan peran ayah yaitu menumbuhkan rasa percaya diri dan kompeten pada
anak melalui kegiatan bermain yang lebih kasar dan melibatkan fisik baik di dalam ruangan
atau di luar ruangan (Faizi, 2012). Peran ayah dan ibu merupakan satu kesatuan peran yang
sangat penting dalam sebuah keluarga. Menurut Covey terdapat 4 prinsip peran keluarga
atau orang tua (Yusuf, 2009) antara lain sebagai:
a. Modelling
Peran orang tua sebagai modelling tentunya dipandang sebagai suatu hal yang
mendasar dalam membentuk perkembangan dan kepribadian anak serta seorang anak
akan belajar tentang sikap peduli dan kasih sayang. Orang tua mempunyai pengaruh
sangat kuat dalam kehidupan anak karena tingkah laku dan cara berpikir anak dibentuk
oleh tingkah laku dan cara berpikir orang tuanya baik positif maupun negatif.
b. Mentoring
Orang tua adalah mentor pertama bagi anak yang menjalin hubungan, memberikan
kasih sayang secara mendalam baik secara positif maupun negatif, memberikan
perlindungan sehingga mendorong anak untuk bersikap terbuka dan mau menerima
pengajaran. Selain orang tua menjadi sumber pertama dalam perkembangan perasaan
anak yaitu ras aman atau tidak aman, dicintai atau dibenci.
c. Organizing
Orang tua mempunyai peran sebagai organizing yaitu mengatur, mengontrol,
merencanakan, bekerja sama dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang terjadi,
meluruskan struktur dan sistem keluarga dalam rangka membantu menyelesaikan hal-
hal yang penting serta memenuhi semua kebutuhan keluarga. Orang tua harus bersikap
adil dan bijaksana dalam menyelesaikan permasalahan supaya tidak timbul
kecemburuan.
d. Teaching
Orang tua adalah guru yang mempunyai tanggung jawab mendorong, mengawasi,
membimbing, mengajarkan anak-anaknya dan mengajarkan prinsip-prinsip kehidupan
sehingga anak memahami dan melaksanakannya. Peran orang tua sebagai teaching
adalah menciptakan “Conscious competence” pada diri anak yaitu mereka mengalami
tentang apa yang mereka kerjakan dan alasan tentang mengapa mereka mengerjakan
itu.
Steele dan Pollack (1968) menyatakan bahwa menjadi orang tua merupakan proses
yang terdiri dari dua komponen. Komponen pertama, bersifat praktis dan mekanis,
melibatkan keterampilan kognitif dan motorik. Komponen kedua, bersifat emosional,
melibatkan keterampilan kognetif dan efektif. Kedua componen ini penting untuk
perkembangan dan keberadaan bayi.
1) Keterampilan Kognitif – Motorik
Dalam proses ini orang tua melibatkan aktifitas perawatan anak, seperti memberi
makan, menjaganya dari bahaya, memungkinkannya untuk bisa bergerak. Kemampuan
ini dipengaruhi oleh pengalaman pribadinya dan budayanya. Banyak orang tua harus
belajar  untuk melakukan tugas ini dan proses belajar ini mungkin sukar bagi
mereka.  Akan tetapi, hampir semua orang tua memiliki keinginan untuk belajar  dan
dibantu dukungan orang lain menjadi terbiasa dengan aktifitas merawat anak.
2) Keterampilan Kognitif-Afektif
Komponen psikologis menjadi orang tua, sifat keibuan atau kebapakkan
tampaknya berakar dari pengalaman orang tua dimasa kecil saat mengalami dan
menerima kasih sayang dari ibunya.  Dalam hal ini orang tua bisa dikatakan mewarisi
kemampuan untuk menunjukkan perhatian dan kelembutan. Keterampilan kognitif-
efektif menjadi oarang tua ini meliputi sikap yang lembut, waspada dan memberi
perhatian lepada bayinya.
Menjadi orang tua hebat perlu persiapan dan perencanaan yang matang sebelum dan
sesudah kehadiran buah hati dalam kehidupan rumah tangga. Ada empat hal yang perlu
diperhatikan yaitu:
a. Bersiap-siap menjadi orang tua
Membangun keluarga merupakan awal lahirnya generasi mendatang. Keluarga
sebagai unit terkecil dalam masyarakat merupakan tempat untuk mendidik dan
membentuk moral serta melatih kebersamaan sebagai bekal kehidupan bermasyarakat.
Calon ayah dan ibu perlu menentukan model keluarga yang menjadi impian, pilihan,
dan harapannya serta perlu memiliki pengetahuan yang cukup untuk menjadi orang tua
bagi anak-anaknya.
Membentuk keluarga berkualitas sesuai amanah undang-undang, yaitu sebagai
sebuah keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, sejahtera, sehat,
maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan, tanggung
jawab, harmonis, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan suatu hal
yang tidak mudah. Hal ini dikarenakan nilai-nilai keluarga yang dibentuk berdasarkan
perkawinan yang sah sudah banyak yang tercederai. Nilai-nilai dalam keluarga yang
dimaksud salah satunya adalah nilai moral. Moral merupakan nilai yang sangat penting
diajarkan dan dibiasakan dalam keluarga karena moral menyangkut masalah tentang
benar dan salah maupun baik dan buruk. Oleh karena itu, anak harus dididik
berdasarkan moral-moral yang berlaku di negeri ini melalui pola pengasuhan yang
diterapkan oleh orang tua.
a) Membangun sebuah keluarga
Untuk membangun sebuah keluarga diperlukan perencanaan yang matang, Adapun
perencanaan membangun keluarga yaitu:
- Merencanakan usia pernikahan. (20-30 tahun).
- Membina hubungan antar pasangan, dengan keluarga lain, dan kelompok sosial.
- Merencanakan kelahiran anak pertama dan persiapan menjadi orang tua.
- Mengatur jarak kelahiran dengan mempersiapkan kehamilan selanjutnya.
- Berhenti melahirkan di usia 35 tahun agar dapat merawat balita secara optimal.
- Merawat dan mengasuh anak usia balita dengan memenuhi kebutuhan mendasar
anak (kebutuhan fisik, kasih sayang, dan stimulasi).
b) Menciptakan keluarga yang berkualitas.
Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan guna membentuk keluarga berkualitas,
yaitu:
- Menumbuh kembangkan harapan pada diri sendiri dan keluarga akan kehidupan
yang lebih baik
- Memberikan teladan yang baik kepada anak-anak menginta perkembangan
teknologi dan globalisasi yang juga memiliki dampak negatif dari sisi moral.
- Senantiasa memberikan nasehat kebaikan dan teguran atas perilaku dan
tindakan yang menyimpang.
- Mencari dan membentuk lingkungan kondusif untuk perkembangan keluarga
yaitu lingkungan yang jauh dari obat-obatan terlarang, kekerasan, dan tindak
asusila.
- Melakukan pembiasaan dan pengulangan terhadap hal-hal yang baik dan
bermanfaat. (Prastowo, Andi 2011)
- Memberikan hadiah berupa pujian bila anak berhasil melakukan hal-hal baik
serta memberikan hukuman bila anak melanggar aturan yang telah disepakati.
c) Melaksanakan fungsi keluarga
Keluarga berkualitas yang diciptakan juga akan dapat terwujud apabila
masingmasing keluarga memiliki ketahanan keluarga yang tinggi. Ketahanan
keluarga hanya dapat tercipta apabila masing-masing keluarga dapat melaksanakan
fungsi-fungsi keluarga secara serasi, selaras, dan seimbang. Sebuah keluarga yang
tercukupi secara materi berarti fungsi ekonomi keluarga dapat dilaksanakan secara
optimal. Namun, tidak akan berarti apabila dalam keluarga tersebut tidak ada rasa
kasih sayang dan perlindungan karena dalam keluarga yang demikian akan terasa
gersang dan anak-anak tidak merasa nyaman tinggal di rumah.
Adapun 8 fungsi keluarga yang harus diperhatikan, yaitu:
a) Fungsi keagamaan, orang tua menjadi contoh panutan bagi anak-anaknya dalam
beribadah termasuk sikap dan perilaku sehari-hari sesuai dengan norma agama.
b) Fungsi sosial budaya, orang tua menjadi contoh perilaku sosial budaya dengan
cara bertutur kata, bersikap, dan bertindak sesuai dengan budaya timur agar
anak-anak bisa melestarikan dan mengembangkan budaya dengan rasa bangga.
c) Fungsi cinta kasih, orang tua mempunyai kewajiban memberikan cinta kasih
kepada anak-anak, anggota keluarga lain sehingga keluarga menjadi wadah
utama berseminya kehidupan yang penuh cinta kasih.
d) Fungsi perlindungan, orang tua selalu berusaha menumbuhkan rasa aman,
nyaman, dan kehangatan bagi seluruh anggota keluarganya sehingga anak-anak
merasa nyaman berada di rumah.
e) Fungsi reproduksi, orang tua sepakat untuk mengatur jumlah anak serta jarak
kelahiran dan menjaga anak-anaknya, juga memberikan edukasi kepada anak
tentang menjaga organ reproduksinya sejak dini.
f) Fungsi sosialisasi dan pendidikan, orang tua mampu mendorong anak-anaknya
untuk bersosialisasi dengan lingkungannya serta mengenyam pendidikan untuk
masa depannya.
g) Fungsi ekonomi, orang tua bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya. (Shabir, 2011)
h) Fungsi pembinaan lingkungan, orang tua selalu mengajarkan kepada anak-anak
untuk menjaga dan memelihara lingkungan, keharmonisan keluarga, dan
lingkungan sekitar.
b. Memahami peran orang tua
Anak adalah bagian yang tak terpisahkan dan merupakan buah cinta dari ayah dan
ibu. Anak yang lahir dengan belaian kasih sayang dari ayah dan ibunya akan mampu
tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri dan selalu siap dalam menghadapi tantangan
masa depan. Orang tua terbaik bukanlah yang suka menyerahkan urusan pengasuhan
kepada orang lain. Oleh karena itu menciptakan kedekatan antara orang tua dengan anak
adalah sebuah investasi yang sangat berharga.
1) Konsep pengasuhan
Pengasuhan adalah proses mendidik mengajarkan karakter, kontrol diri, dan
membentuk tingkah laku yang dinginkan. Ada beberapa konsep pengasuhan yang
baik diterapkan dalam mendidik anak, yaitu:
- Pengasuhan yang baik akan menghasilkan anak dengan kepribadian baik
seperti: percaya diri, mandiri, bertanggung jawab, tangguh, orang dewasa yang
cerdas memiliki kemampuan berbicara dengan baik, tidak mudah terpengaruh
oleh lingkungan yang buruk, serta mampu menghadapi tantangan dalam
kehidupannya kelak.
- Pengasuhan penuh kasih sayang merupakan hak setiap anak yang harus
dipenuhi oleh orang tua.
- Pengasuhan berkualitas mencakup: perawatan kesehatan, pemenuhan gizi, kasih
sayang, dan stimulasi. (Fadlillah, 2013)
2) Tujuan pengasuhan
Tujuan pengasuhan adalah merawat, mengasuh, dan mendidik anak agar dapat
menjalankan peran sebagai:
- Hamba Tuhan yang bertakwa, berakhlak mulia, ibadah sempurna
- Calon istri atau suami
- Calon ayah atau ibu
- Ahli dalam suatu bidang (profesional) dan memiliki jiwa wirausaha
- Pendidik dalam keluarga
- Pengayom keluarga
- Orang yang bermanfaat bagi lingkungan keluarga dan masyarakat (Wangi,
2007)
Tujuan pengasuhan sangat menentukan keberhasilan anak. Akan tetapi
kesalahan dalam pengasuhan anak akan pula berakibat pada kegagalan dalam
pembentukan kepribadian anak seperti :
- Kurang menunjukkan ekspresi kasih saying baik secara verbal maupun fisik
- Kurang meluangkan waktu yang cukup untuk anaknya, bersikap kasar secara
verbal seperti menyindir, mengecilkan anak, dan berkata-kata kasar
- Terlalu memaksa anak untuk menguasai kemampuan kognitif secara dini. Oleh
karena itu, dampaknya akan menghasilkan anak yang mempunyai kepribadian
bermasalah atau mempunyai kecerdasan emosi rendah seperti :
● Anak menjadi acuh tak acuh
● Secara emosional tidak responsive
● Berperilaku agresif
● Selalu berpandangan negative
● Ketidakstabilan emosional.

3) Jenis Pola Asuh


Pola asuh adalah pola perilaku yang diterapkan orang tua pada anak dan
bersifat konsisten (tetap) dari waktu ke waktu. Pola asuh juga merupakan sikap
orang tua dalam berinteraksi dengan anaknya yang meliputi cara orang tua
memberikan aturan-aturan, hadiah, maupun hukuman. Beberapa jenis pola asuh
yang digunakan oleh orang tua dalam mendidik anaknya, antara lain:
- Otoriter
Orang tua yang otoriter memaksa anak untuk mengikuti keinginan dari
orang tuanya. Orang tua akan membuat berbagai aturan yang harus dipatuhi
oleh anak-anaknya tanpa mengetahui perasaan anak. Anak yang tidak patuh
pada orang tua cenderung memberi hukuman fisik yang keras. Orang tua yang
otoriter memiliki sikap tidak hangat dan mengambil jarak dengan anak. Gaya
pengasuhan model ini menerapkan aturan bahwa orang tua selalu benar. Anak
harus selalu mematuhi apapun yang dikatakan dan disarankan orang tua. Anak
akan merasa tertekan, menarik diri, dan tidak percaya pada orang tuanya.
Selain itu, anak yang mengalami pola asuh otoriter tumbuh menjadi pribadi
yang kurang percaya diri, agresif, dan bermasalah dalam belajar di sekolah
sehingga teman-temannya menjauhinya.
- Permisif (serba boleh)
Orang tua tidak menetapkan batas-batas tingkah laku dan membiarkan
anak mengerjakan sesuatu menurut keinginannya sendiri. Orang tua yang
permisif sangat hangat pada anak, tidak menuntut apapun dari anak, dan tidak
memiliki kontrol sama sekali pada anak. Ciri orang tua permisif :
a. Orang tua tidak menetapkan batas-batas tingkah laku
b. Anak mengerjakan sesuatu sesuai keinginannya
c. Orang tua tidak menuntut apapun dari anak
d. Tidak ada kontrol sama sekali dari orang tua
e. Orang tua bersifat longgar dan bebas
f. Bimbingan terhadap anak kurang (Yaumi, 2014)
Anak yang mengalami pola asuh serba boleh akan tumbuh menjadi anak
yang tidak percaya diri, suka melukai orang lain, mau menang sendiri, tidak
mandiri, dan kurang bertanggung jawab. Anak juga akan mengalami masalah
di sekolah Ketika remaja. Pola asuh permisif yang cenderung memberi
kebebasan terhadap anak untuk berbuat semaunya sangat tidak kondusif bagi
pembentukan kepribadian anak. Anak tetap memerlukan arahan dari orang tua
untuk mengenal baik dan buruk, benar dan salah. Dengan memberi kebebasan
berlebihan apalagi terkesan membiarkan, akan membuat anak bingung dan
berpotensi salah arah
- Demokratis
Pola asuh demokratis tidak hanya menghargai kepentingan anak, tetapi
juga menekankan pada kemampuan untuk mengikuti aturan sosial. Orang tua
menghargai kemampuan anak untuk mengambil keputusan, minat anak,
pendapat anak, dan kepribadian anak. Orang tua yang demokratis memiliki
sikap hangat dan sayang pada anak namun tidak segan-segan mengharapkan
tingkah laku yang baik, tegas dalam menetapkan aturan di rumah, dan memberi
batasan-batasan. Orang tua menjelaskan larangan yang tidak boleh dilakukan
oleh anak. Namun, dengan gaya pengasuhan seperti ini orang tua dapat terjebak
pada kompromi berlebihan dengan anak sehingga dapat dimanipulasi oleh
anak. Anak yang mengalami pola pengasuhan demokratis memiliki harga diri
yang tinggi, tampil percaya diri, mandiri, dapat mengontrol diri, berani, dan
senang belajar di lingkungannya.
- Diabaikan
Orang tua dengan pola asuh ini mengabaikan keberadaan anak, bahkan
menunjukkan ketidakpedulian terhadap anak. Mereka tidak mengambil
tanggung jawab pengasuhan, dan tidak menetapkan aturan-aturan. Anak
tumbuh tanpa arahan dan keterlibatan ayah dan ibu. Ketika dewasa anak akan
tampil sebagai remaja yang cenderung memiliki harga diri serta kepercayaan
diri yang rendah, bertingkah laku buruk, kemampuannya tertinggal dari teman
seusianya, dan tidak bersemangat ke sekolah. (BKKBN, 2013)
Dari keempat pola asuh di atas, yang dapat membentuk perilaku anak percaya
diri, berakhlak, dan cerdas adalah pola asuh demokratis. Pola asuh demokratis
menetapkan harapan yang masuk akal, membuat aturan yang jelas, dan konsisten.
Hal ini membuat anak mengetahui sikap atau perilaku yang boleh dilakukan dan
yang tidak boleh dilakukan.
4) Pola pengasuhan efektif
Menerapkan pola asuh yang efektif bagi anak dibutuhkan kerjasama yang baik oleh
para orang tua. Oleh karena itu, ayah dan ibu harus memperhatikan pola
pengasuhan berikut ini:
- Dinamis, orang tua harus mampu menyesuaikan diri dengan perubahan zaman
dan mampu mengubah cara-cara berinteraksi dengan anak pada saat yang tepat.
- Sesuai kebutuhan dan kemampuan anak. Pada usia balita orang tua menerapkan
pola asuh yang tuntutan dan batasan yang tinggi dalam rangka membentuk
kebiasaan positif pada anak. Ketika anak sudah lebih besar, orang tua dapat
melonggarkan batasan karena anak sudah mampu melakukannya sendiri.
- Orang tua konsisten, ayah dan ibu harus memiliki keamaan dalam penerapan
nilai-nilai.
- Teladan positif, pola asuh harus disertai teladan perilaku positif dari orang tua.
Orang tua harus menjadi contoh tingkah laku yang ingin dibentuk.
- Komunikasi yang baik, orang tua membangun komunikasi yang baik dengan
anak. Ciptakan suasana nyaman ketika berkomunikasi agar anak berani
mengungkapkan perasaan dan permasalahan yang sedang dihadapinya.
- Berikan pujian, pujian dan penghargaan diberikan ketika anak melakukan hal-
hal yang baik.
- Berpikir ke depan, biasakan untuk membuat aturan bersama dengan anak.
- Libatkan anak dan jaga kebersamaan, buatlah aturan untuk disepakati Bersama
dengan anak tentang kegiatan sehari-hari.
- Sabar dan realistis, Gunakan kata-kata yang baik ketika mengingatkan anak
(jangan gampang marah dan hindari kata-kata kasar).
- Beri penjelasan, perintahkan anak dengan kata-kata yang jelas.
c. Melibatkan peran ayah
Peran ayah dalam keluarga adalah sebagai pencari nafkah dan pelindung keluarga.
Peran ayah juga terpengaruhi oleh budaya tempat ayah berasal atau tinggal. Keterlibatan
ayah dalam pengasuhan sering hanya dianggap sebatas pendukung ibu, padahal ayah
juga dapat melakukan pengasuhan yang sama baiknya dengan ibu. Ayah bisa sama
baiknya dengan ibu dalam mengenali dan merespon kebutuhan-kebutuhan bayi dan
anak yang lebih besar. Ayah juga berperan sebagai guru, panutan, atau penasehat.
Hanya ayah yang dapat bermain sebagai seorang ayah. Pengalaman anak bermain
bersama ayah akan menjadi pengalaman yang penting bagi si anak yang terkait dengan
keterampilan sosial anak di kemudian hari. Ayah yang ikut serta mengasuh bayi dan
anaknya dapat membuat anak cerdas di sekolah dan mempunyai nilai-nilai akademi
yang bagus. Sebaliknya, ayah yang tidak peduli dan tidak mau terlibat dapat membuat
anak memiliki masalah seperti kenakalan dan depresi di kemudian hari. (Herviana,
2019)
1. Manfaat keterlibatan ayah dalam pengasuhan
Ayah memiliki peranan yang sangat penting dalan keluarga, keterlibatan ayah
memiliki dampak positif terhadap :
a. Perkembangan kognitif
- Anak lebih cerdas, ayah yang bermain dan berinteraksi dengan bayinya,
akan membuat bayi lebih cerdas di usia 6 bulan dan 1 tahun, serta memiliki
angka kecerdasan yang lebih tinggi saat diukur pada usia 3 tahun.
- Memperbanyak kosa kata anak, dibandingkan dengan ibu, ayah berbicara
lebih banyak menggunakan kata tanya “apa”, “dimana”, dan lain-lain, yang
dapat melatih anak untuk berkomunikasi. Nantinya akan berguna untuk
memperbanyak perbendaharaan kata anak.
- Anak lebih terampil, di usia sekolah, anak dapat memiliki nilai pelajaran
lebih bagus karena memiliki keterampilan bahasa dan berhitung.
- Prestasi di sekolah lebih baik, ayah dapat merangsang anak untuk berpikir,
sehingga anak memiliki motivasi yang kuat untuk belajar, merasa bahwa
pendidikan itu penting dan dapat meraih prestasi di sekolah.
- Perilaku buruk berkurang, masalah perilaku buruk (merengek, memaksa,
dan lainlain) pada anak cenderung berkurang.
- Anak lebih aktif, anak akan menyukai sekolah, dan lebih berpartisipasi
dalam kegiatan ekstrakulikuler.
- Peluang karir lebih baik, setelah lulus sekolah, anak akan meraih pekerjaan
dan karir yang baik, penghasilan yang baik, dan memiliki keadaan
psikologis yang lebih baik pula.
- Risiko kenakalan remaja lebih rendah, keterlibatan ayah sejak anak usia dini
dapat membuat anak lebih terlindungi dari kondisi yang penuh risiko seperti
kenakalan, pergaulan bebas, dan penggunaan narkoba.
b. Perkembangan sosial emosional
- Anak merasa aman, ayah yang terlibat dalam merawat anak akan membuat
anak merasa aman dan memiliki ikatan yang kuat dengan anak.
- Anak tidak mudah stres, anak lebih mudah mengatasi kesulitan, lebih ingin
tahu akan sesuatu hal yang baru, lebih matang, dan lebih bahagia.
- Anak mudah berdaptasi, anak cenderung lebih mudah beradaptasi dengan
lingkungannya, lebih memiliki inisiatif, mampu mengendalikan diri, senang
mencoba hal-hal yang baru, dan anak memiliki harga diri yang cenderung
lebih tinggi.
- Anak sehat secara mental, anak secara mental lebih sehat, dan masalah
perilaku cenderung berkurang atau kecil.
- Anak berperilaku pro-sosial, anak akan lebih memiliki perilaku yang pro-
sosial antara lain: mudah bergaul, menyesuaikan diri dengan lingkungan,
mudah menolong orang lain.
- Anak mudah bergaul, anak lebih mudah bergaul dan disukai oleh teman-
temannya.
- Anak terhindar dari konflik, anak cenderung lebih sedikit memiliki konflik
dengan orang lain, dan saat remaja lebih sedikit memiliki masalah-masalah
sosial yang negatif, dan menjadi lebih menghargai orang lain.
- Kehidupan dewasanya lebih baik, di usia dewasa, lebih mudah bersahabat,
lebih hangat, memiliki hubungan yang lebih sehat, dan memiliki pernikahan
yang sukses.
- Anak memiliki empati, anak lebih mudah merasakan kesedihan orang lain.
- Anak matang secara moral, lebih patuh pada peraturan, dan lebih memiliki
perilaku moral yang positif
c. Perkembangan fisik
- Risiko masalah kelahiran lebih sedikit, ketika ayah mendukung ibu saat
melahirkan maka ibu akan lebih sehat mentalnya, ibu akan memiliki
masalah kehamilan yang cenderung lebih sedikit.
- Risiko penyakit dan kecelakaan rendah, jika dibandingkan dengan anak
yang tinggal bersama kedua orang tuanya, anak yang tinggal dengan orang
tua tiri atau orang tua tunggal lebih cenderung mengalami kecelakaan
seperti: jatuh, menderita penyakit, obesitas, dan lain-lain.
- Anak lebih sehat, secara keseluruhan, anak yang tinggal dengan ayah
merasa lebih cenderung sedikit mengalami masalah-masalah kesehatan.
Keterlibatan ayah dalam pengasuhan memberikan dampak yang positif bagi
perkembangan anak. Bukan hanya dilihat dari perkembangan kognitif,
perkembangan sosial emosional, dan perkembangan fisik akan tetapi manfaat
keterlibatan ayah dalam pengasuhan akan menanamkan nilai-nilai positif
terhadap kepribadian anak diantaranya: sikap jujur, toleran, mandiri, kerja
keras, dan tanggung jawab. Sikap jujur menjadikan upaya untuk menjadikan
dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan,
dan pekerjaan. Sikap toleran menjadikan anak menghargai perbedaan agama,
suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
Sikap mandiri yang tidak mudah tergantung dengan orang lain dalam
menyelesaikan tugas. Sikap kerja keras menunjukkan upaya sungguh-sungguh
dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan
tugas dengan sebaik-baiknya. Sikap tanggung jawab untuk melaksanakan tugas
dan kewajiban yang seharusnya terhadap diri sendiri, masyarakat, dan
lingkungan. (Herviana, 2019)
2. Hal hal yang dapat dilakukan ayah agar terlibat dalam pengasuhan
Berikut adalah hal-hal yang dapat dilakukan seorang ayah agar terlibat dalam
pengasuhan anak, sebagai berikut:
- Mendampingi kehamilan
Ayah ikut mendampingi ibu dalam pemeriksaan kandungan dan persiapan
kehamilan. Kehadiran ayah mempengaruhi kondisi emosi ibu yang baik dan
dapat berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan janin.
- Turut merawat bayi
Dukungan ayah akan berdampak pada kesabaran dan semangat ibu untuk
menyusui bayinya, seperti ayah ikut mrngganti popok, memandikan,
meggendong, dan memberi makan. Interaksi yang dilakukan sejak awal akan
membantu anak merasakan kehadiran ayah. Hal ini dapat membantu
pendekatan emosi antara ayah dengan anak, selain itu ayah juga dapat
mendukung ibu untuk memberikan ASI.
d. Melakukan aktivitas bersama anak
Ayah melakukan aktivitas yang menyenangkan bersama anak seperti bermain, jalan-
jalan, membaca, mengenalkan lingkungan sekitar, dan sebagainya.
e. Menciptakan komunikasi yang baik
Ayah dapat mengajak anak berdialog, menyempatkan diri menghubungi anak
Ketika ayah tidak di rumah. Hal itu semua tentunya perlu kerjasama dan dukungan dari
ibu, karena banyak ayah yang merasa kurang percaya diri dalam menangani anak-
anaknya. Pada kondisi tertentu ayah tidak hadir dalam pengasuhan, misalnya ayah yang
meninggal, ayah yang bekerja di luar kota/negeri, ibu perlu menghadirkan figure
pengganti ayah seperti paman atau kakek.
Peran orang tua dalam pengasuhan anak merupakan wadah pertama dan utama
bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Jika suasana dalam keluarga baik dan
menyenangkan, maka anak akan tumbuh dengan baik pula. Jika tidak tentu akan
terhambatlah perkembangan anak tersebut. Peran keluarga dalam pengasuhan anak di
mulai sejak dalam kandungan. Oleh karena itu peran orang tua sangat menentukan,
melalui orang tua anak akan belajar dan menyerap berbagai pengalaman hidup. Suasana
keluarga merupakan tanah subur bagi penyemaian tunas-tunas muda yang lahir dalam
keluarga itu sendiri.

3. Perencanaan Menjadi Orang Tua


Untuk perencanaan mejadi orang tua, maka para calon orang tua wajib mempersiapkan
diri meraka masing"masing dengan cara sebagai berikut:
a) Persiapan fisik
Persiapan fisik penting untuk perencanaan menjadi orang tua. Perbanyak olah
raga dan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi tinggi. Himbauan berlaku
bagi calon ayah dan ibu. Perokok aktif dan pasif dapat membuat janin mengalami
gangguan pertumbuhan. Asap rokok yang terhisap oleh calon ibu dapat mengambat
suplai oksigen, sehingga resiko janin prematur menjadi lebih tinggi. Minuman
beralkohol membuat calon ibu menghadapi resiko keguguran kandungan karena
kandungan menjadi melemah. Sedangkan para pria, kadar alkohol yang tinggi membuat
jumlah sel sperma sedikit jumlahnya sehingga tidak cukup untuk pembuahan.
b) Persiapan psikologis
Bagi calon ayah dan ibu, proses kehamilan hingga melahirkan akan menjadi
pengalaman yang luar biasa akan dirasakan ketika pasangan suami istri menjadi orang
tua. Jadi sebelum memiliki anak sebaiknya didikusikan perubahan dan tantangan hidup
yang akan dialami sehingga calon orang tua telah siap dengan segala kemungkinan yang
akan terjadi.
c) Persiapan finansial
Persiapan fnisial memang bukan segalanya, namun faktor ini bisa dikatakan
paling penting. persiapan yang dimaksud adalah perencanaan keungan untuk mencukupi
keperluan anak sejak masih berada dalam kandungan hingga lahir. Kelahiran seorang
bayi berarti pertambahan biaya tetap bagi sebuah keluarga, yang secara tetap akan
meningkat seiring kebutuhan pertumbuhan anak. Orang tua adalah penentu kehidupan
anak selanjutnya dan orang tualah yang yang memiliki tanggung jawab untuk mendidik
anak agar baik dalam hal kepribadian, sosialisasi, penyesuaian dan pengendalian diri,
kemampuan berpikir dan lain hal yang kelak akan menentukan keberhasilan dan
kemandirian anak yang juga menentukan keberhasilan anak saat menjadi orang tua.
(Graha, 2007)

4. Kesiapan Merawat Anak


a) Perawatan anak
Perawatan anak diawali dari masa konsepsi sebagai awal kehidupan, masa dalam
kandungan (Prenatal) yang berada pada sekitar 9 bulan 10 hari , proses kelahiran, masa
balita usia 0 – 5 tahun, masa kanak-kanak usia 5 – 11 tahun, masa remaja awal usia 12 –
16 tahun, ,asa remaja akhir usia 17 – 25 tahun (Depkes RI 2013).
Perawatan anak dimulai tidak dari persiapan ibu dalam menghadapi kelahiran
bayinya.Persiapan ibu tersebut merupakan usaha ibu dalam memberikan lingkungan bagi
pertumbuhan dan perkembangan bayi yang belum lahir , yang perlu dilakukan dengan
sebaik-baiknya.Persiapan dan perawatan sebelum persalinan merupakan upaya preventif
yang bertujuan untuk :
a. Mengurangi kesulitan-kesulitan dalam proses kehamilan berlangsung
b. Mempertahankan kesehatan jasmani maupun rokhani ibu
c. Persalinan dapat berlangsung dengan aman
Setelah persalinan kondisi ibu yang sehat dapat merawat bayinya dalam kondisi sehat
pula. Perawatan perlu dilakukan dengan baik. Perawatan bayi (0,0 – 2,0 tahun) dilakukan
dengan cara menjaga kebersihan, memberikan makanan dan minuman, menjaga
kesehatan. Masa bayi disebut masa pertumbuhan karena pada masa ini benar-benar
merupakan sarana untuk dapat tumbuh dan hidup; sesuatu yang perlu mendapat perhatian
yaitu kemampuan untuk memberikan kesempatan pada bayi untuk dapat memperoleh
makanan dengan baik. Makanan bayi harus mendapat perhatian, tanpa mengabaikan
lingkungan sehat bagi kehidupan bayi sendiri, seperti tempat tidur dan sarana lainnya.
Perawatan pertama dalam menjaga kebersihan bayi ialah membersihkan mulutnya,
memandikan, merawat tali pusat, perawatan mata dan membungkusya dengan pakaian
hangat yang terbuat dari bahan flanel.
Pada usia enan tahun dari masa balita memasuki masa kanak-kanak. Perawatan pada
kanak-kanak dilakukan dengan memperhatikan makanan, tidur, istirahat dan olahraga.
b) Hak Anak
Hak-Hak Anak Menurut Undang-UndangHak-hak anak di Indonesia diatur dalam
Undang-Undang Nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak. Pada pasal 2
dijelaskan bahwa anak memiliki hak sebagai berikut:
1. Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan, dan bimbingan
berdasarkan kasih sayang, baik dalam keluarganya maupun dalam asuhan
khusus untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar.
2. Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan
kehidupan sosialnya, sesuai dengan kebudayaan dan kepribadian bangsa,
untuk menjadi warga negara yang baik dan berguna.
3. Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan, baik semasa kandungan
maupun sesudah dilahirkan.
4. Anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat
membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan dengan wajar.
Hak-hak anak di Indonesia tidak hanya diatur melalui Undang-Undang Nomor 4
tahun 1979, namun juga melalui Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 yang
merupakan hasil ratifikasi Konvensi Hak Anak yang telah disahkan PBBtanggal 20
Nopember 1989. Dalam Konvensi Hak Anak disebutkan bahwa setiap anak tanpa
memandang ras, jenis kelamin, asal-usul keturunan, agama maupun bahasa,
mempunyai hak-hak yang mencakup empat kategori, yaitu:
a. Hak atas kelangsungan hidup, menyangkut hak atas tingkat hidup yang layak
dan pelayanan kesehatan.
b. Hak untuk berkembang, mencakup hak atas pendidikan, informasi, waktu
luang, kegiatan seni dan budaya, kebebasan berpikir, berkeyakinan dan
beragama, serta hak anak cacat (berkebutuhan khusus) atas pelayanan,
perlakuan dan perlindungan khusus.
c. Hak perlindungan, mencakup perlindungan atas segala bentuk eksploitasi,
perlakuan kejam dan sewenang-wenang dalam proses peradilan pidana.
d. Hak partisipasi, meliputi kebebasan untuk menyatakan pendapat, berkumpul
dan berserikat, serta hak untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan yang
menyangkut dirinya (Konvensi Hak Anak). Sebagai wujud dari komitmen dalam
meratifikasi Konvensi Hak-hak Anak, Pemerintah Indonesia telah mengesahkan
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pada tanggal
22 Oktober 2002. Secara keseluruhan, materi pokok dalam undang-undang
tersebut memuat ketentuan dan prinsip-prinsip Konvensi Hak-hak Anak.
Anak-anak pun memiliki hak-haknya sendiri yang wajib diakui. Bahkan hak anak
ini tertuang dalam Konvensi Hak-Hak Anak PBB pada tanggal 20 November 1989
yang juga disahkan oleh Indonesia dalam Keputusan Presiden No. 36 tahun 1990
- Hak untuk Bermain
Meskipun terdengar sepele, namun bermain rupanya merupakan salah satu hak
anak. Bermain bagi anak tak hanya menjadi sarana hiburan saja, namun juga
menjadi cara anak untuk belajar. Anak dapat mengenal lingkungan sekitar melalui
media bermain. Jika anak tidak bermain, justru dapat meningkatkan kadar stres
anak sehingga ia akan rewel sepanjang hari. Bermain tidak melulu berkutat dengan
mainan mahal, karena bagi anak bermain apa saja bisa menjadi hal yang menarik.
Jadi pastikan hak anak untuk bermain setiap hari selalu terpenuhi.
- Hak untuk Mendapat Pendidikan
Anak juga berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Bahkan bagi
anak yang berasal dari keluarga tidak mampu pun, negara sudah menjamin haknya
melalui UU Perlindungan Anak. Dalam UU tersebut, negara bertanggung jawab
untuk memberi biaya bantuan atau bantuan cuma-cuma atau pelayanan khusus bagi
anak yang berasal dari keluarga tidak mampu, anak terlantar, serta anak yang
bertempat tinggal di daerah terpencil. Terlebih di masa sekarang, pendidikan anak
adalah nomor satu. Biayanya pun cukup tinggi jika Ibu memiliki sekolah yang
‘bagus’. Oleh karena itu orang tua perlu memikirkan pendidikan yang tepat untuk
anak jauh sebelum perencanaan kehamilan. Tujuannya agar tidak ada pendidikan
anak yang terabaikan di kemudian hari.
- Hak untuk Mendapatkan Perlindungan
Hak anak lain yang wajib dipenuhi oleh orang tua adalah hak untuk
mendapatkan perlindungan. Perlindungan yang dimaksud disini adalah
perlindungan dari berbagai macam ancaman, kekerasan baik fisik maupun psikis,
serta hal lain yang membahayakan anak. Artinya, orang tua wajib memberikan
bentuk perlindungan baik pada anak laki-laki maupun perempuan. Bullying
merupakan tindakan yang paling kerap dialami oleh anak-anak masa kini. Bahkan
bullying bisa terjadi di tempat terdekat anak, yaitu rumah dan sekolah. Disinilah
peran orang tua menjadi sangat penting untuk melindungi anak dari berbagai
macam kekerasan, termasuk bullying. Bullying dapat berefek buruk bagi masa
depan anak. Jadi pastikan anak tidak mendapatkan perundungan di rumah.
- Hak untuk Rekreasi
Ternyata tak hanya orang dewasa saja yang rentan terhadap stres. Anak juga
bisa mengalaminya. Untuk itulah anak juga berhak mendapat hak untuk rekreasi
juga menyegarkan pikiran. Ibu bisa mengajak anak untuk rekreasi ke tempat
hiburan favoritnya, atau minimal memberikan sesuatu sebagai sarana refreshing
bagi anak. Anak yang bebas stres terbukti memiliki perkembangan yang optimal.
Namun dalam kondisi pandemi seperti saat ini tentunya mengajak anak rekreasi
memiliki resiko yang cukup tinggi. Ibu dapat memberikan penjelasan pada anak
terkait kondisi sekarang untuk mengurangi rasa bosan dan stres anak. Berikan
permainan yang menyenangkan di rumah supaya anak tetap dapat merasakan
refreshing.
- Hak untuk Mendapatkan Makanan
Selain hak-hak diatas, hak anak berikutnya yang wajib dipenuhi oleh orang
tua adalah hak untuk mendapatkan makanan yang bersih, bergizi, dan sehat. Orang
tua wajib menyediakan makanan bernutrisi setiap harinya untuk anak. Di awal
kehidupannya, anak juga berhak mendapatkan ASI eksklusif selama 2 tahun.
Sediakan makanan bergizi seperti buah, sayur, daging, keju dan susu setiap hari
untuk anak agar gizinya terpenuhi. Hindari memberikan junk food dan makanan
kurang sehat lainnya karena dapat merusak kesehatan anak.
- Hak untuk Mendapatkan Jaminan Kesehatan
Berbagai hak kesehatan juga wajib diberikan untuk anak. Anak wajib
mendapatkan jaminan kesehatan yang meliputi imunisasi, makanan sehat,
posyandu, pemeriksaan gigi setiap 6 bulan sekali, serta pelayanan kesehatan
reproduksi remaja. Jadi pastikan anak telah mendapatkannya.
- Hak untuk Memiliki Identitas
Hak anak lain yang wajib dipenuhi untuk seorang anak adalah memiliki nama
dan identitas. Ketika anak lahir, ia berhak untuk terdaftar dalam kartu keluarga dan
memiliki akta kelahiran. Ini menjadi bentuk dokumen legal yang sangat penting
untuk kehidupan anak di kemudian hari. Cara mengurus akta kelahiran dan kartu
keluarga tidak sulit. Ibu dapat bekerja sama dengan pasangan untuk mengurus kartu
identitas anak.
- Hak untuk Mendapat Status Kebangsaan
Anak juga berhak untuk diakui kewarganegaraannya oleh suatu bangsa secara
resmi. Pengakuan ini tertuang dalam penerbitan dokumen kewarganegaraan, yang
meliputi akta kelahiran dan kartu identitas. Dokumen inilah yang nantinya dapat
menjamin anak untuk mendapatkan berbagai pendidikan dan pelayanan kesehatan
dari negara. Ibu dapat membaca aturan mengenai status kewarganegaraan anak jika
Ibu mendapatkan pasangan warga asing. Pastikan anak memiliki status
kewarganegaraan yang tepat.
- Hak untuk Berperan dalam Pembangunan
Meskipun masih berusia dini, namun anak-anak juga berhak untuk
berpartisipasi dalam pembangunan. Disinilah dibutuhkan peran dari orang tua untuk
memperjuangkan pendidikan anak sehingga anak dapat menjadi generasi penerus
bangsa.
- Hak untuk Mendapatkan Kesamaan
Masih menurut deklarasi yang tertuang dalam konvensi PBB, anak-anak juga
berhak untuk mendapatkan kesamaan. Baik anak laki-laki, perempuan, suku bangsa
manapun, agama apapun, kaya, miskin, serta berkebutuhan khusus berhak
mendapatkan kesempatan yang sama untuk tumbuh dan berkembang. Semua anak
berhak mendapatkan hak-hak yang tertuang di atas.
c) Persiapan Ibu Dalam Menghadapi Kelahiran Bayi
Seorang ibu dalam menghadapi kelahiran bayinya perlu mengusahakan dirinya
sehat, terhindar dari penyakit yang mungkin mengganggunya, baik untuk kondisi
diri ibu sendiri maupun pertumbuhan bakal bayi dalam kandungan. Menurut
Harumawati (2012), menyatakan bahwa dalam persalinan ada empat hal yang perlu
dipersiapkan, yaitu:
a. Persiapan fisik
Persiapan fisik persiapan persalinan meliputi kesiapan kondisi kesehatan
ibu, meliputi kesiapan hal-hal yang berkaitan dengan perubahan fisiologis
selama hamil sampai menjelang persalinan. pengaturan kebutuhan nutrisi saat
kehamilan, serta upaya perencanaan persiapan persalinan dan pencegahan
komplikasi yang mencakup tanda-tanda bahaya dan tanda-tanda persalinan
(Depkes, 2010). Dalam menyiapkan kondisi fisik, ibu perlu menyiapkan makan
makanan bergizi dan minum yang cukup banyak. Tetap melakukan aktivitas
seperti berjalan pagi, atau kegiatan rumah lainnya, dan tetap istirahat yang
cukup juga merupakan persiapan fisiologis yang dibutuhkan oleh ibu. Dengan
mengetahui teknik mengedan dan bernafas yang baik juga dapat memperlancar
dan memberikan ketenangan dalam proses persalinan (Isnandi dalam
Harumawati, 2012).
Penting untuk ibu menjaga kebersihan badan dan kesesuaian pakaian.
Kebersihan badan menjelang persalinan bermanfaat karena dapat mengurangi
kemungkinan adanya kuman yang masuk selama persalinan dan dapat
mengurangi terjadinya infeksi sesudah melahirkan. Ibu akan merasa nyaman
selama menjalani proses persalinan (Iskandar dalam Harumawati, 2012).
b. Persiapan psikologis
Salah satu yang harus dipersiapkan ibu menjelang persalinan yaitu hindari
kepanikan dan ketakutan dan bersikap tenang, dimana ibu hamil dapat melalui
saat-saat persalinan dengan baik dan lebih siap serta meminta dukungan dari
orang-orang terdekat. Perhatian dan kasih sayang tentu akan membantu
memberikan semangat untuk ibu yang akan melahirkan dan merupakan
motivasi tersendiri sehingga lebih tabah dan lebih siap dalam menghadapi
persalinan (Sjafriani dalam Harumawati, 2012). Perasaan takut dalam
persalinan dapat diatasi dengan meminta keluarga atau suami untuk
memberikan sentuhan kasih sayang, meyakinkan ibu bahwa persalinan dapat
berjalan lancar, mengikutsertakan keluarga untuk memberikan dorongan moril,
cepat tanggap terhadap keluhan ibu atau keluarga (Sjafriani dalam
Harumawati, 2012).
c. Persiapan finansial
Persiapan finansial bagi ibu yang akan melahirkan merupakan suatu
kebutuhan yang mutlak harus disiapkan, dimana berkaitan dengan penghasilan
atau keuangan yang dimiliki untuk mencukupi kebutuhan selama kehamilan
berlangsung sampai persalinan seperti menyiapkan biaya persalinan,
menyiapkan popok bayi dan perlengkapan lainnya (Sjafriani dalam
Harumawati, 2012). Menyiapkan pendonor darah ketika dibutuhkan transfusi
darah setelah persalinan merupakan hal yang perlu dipertimbangkan dan
disiapkan (Gitanurani, 2017).
d. Persiapan kultural
Ibu harus mengetahui adat istiadat, kebiasaan, dan tradisi yang kurang
baik terhadap kehamilan agar persiapan yang berhubungan dengan kebiasaan
tidak baik selama kehamilan dapat dihindari. Kepercayaan dan budaya akan
perilaku yang pantas selama masa kehamilan akan mempengaruhi respon
suami maupun petugas kesehatan terhadap kebutuhan ibu (Bobak, 2004).
Menurut Kemenkes RI dalam Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu (2013)
menyebutkan bahwa yang termasuk persiapan persalinan, yaitu pertanyaan-
pertanyaan mengenai siapa yang akan menolong persalinan, dimana akan
melahirkan, siapa yang akan membantu dan menemani dalam persalinan,
kemungkinan kesiapan donor darah bila timbul permasalahan, metode
transportasi bila diperlukan rujukan, dan dukungan biaya.

d) Perlengkapan bayi
Perlengkapan bayi perlu disiapkan jauh-jauh sebelum persalinan, agar dapat
melakukan perawatan bayi dengan sebaik-baiknya. PIlihlah sebuah tempat tidur yang
memiliki dinding yang dapat dinaikan , sehingga bayi tidak terjatuh, jika dibaringkan di
dalamnya. Pinggiran tempat tidur harus licin dan halus supaya bayi tidak terluka..Untuk
meletakkan . Selain tempat tidur, perlu pula disediakan meja bayi yang dilengkap dengan
lemari dan laci-laci untuk meletakkan pakaian bayi pada waktu memandikan dan
penyimpanan pakaian dan perlengkapan bayi.Ukuran meja sesuaikan dengan tinggi badan
sehingga dapat berdiri dan duduk didepannya sambil memakaikan pakaian sementara bayi
dibaringkan di atasnya. Alasnya dapat diberi kasur tipis yang dibungkus kain waterproof
atau dialasi perlak. Perlengkapan lain yang diperlukan bayi, yaitu :
a. Perlengkapan melahirkan di fasilitas kesehatan
- Kartu identitas seperti KTP atau SIM. Persiapkan juga kartu asuransi, dan dokumen
penting, termasuk pemeriksaan rutin kehamilan
- Sarung, kain, atau rok berukuran besar untuk memudahkan gerak saat persiapan
menjelang persalinan. Sarung atau kain ini biasanya dipakai ketika air ketuban mulai
pecah, untuk mempermudah proses persalinan
- Perlengkapan mandi
- Sandal dan kaus kaki
- Daster atau baju berkancing depan, agar proses mengASIhi dapat lebih mudah
- Bra menyusui untuk 3 hari, atau lebih
- Stagen untuk 3 hari, atau lebih
- Celana dalam untuk 3 hari, atau lebih
- Pembalut nifas sebanyak yang diperlukan
b. Persiapan kebutuhan bayi baru lahir di rumah
- Baju bayi untuk 3 hari, atau lebih
- Popok bayi (popok sekali pakai) untuk 3 hari atau lebih
- Topi bayi, agar kepala selalu hangat
- Kaus kaki untuk menjaga kaki tetap hangat
- Selimut untuk membedong bayi
- Tisu basah untuk bayi baru lahir
- Sarung tangan agar bayi tidak melukai wajahnya sendiri

c. Persiapan Laktasi (Menyusui)


Persiapan laktasi merupakan semua upaya yang dilakukan untuk membantu ibu
mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Usaha ini dilakukan dalam 3 tahap,
yaitu pada masa kehamilan (antenatal), sewaktu ibu dalam persalinan sampai keluar
rumah sakit (perinatal), dan pada masa menyusui selanjutnya sampai anak berumur 2
tahun.
Peningkatan pengetahuan pada ibu hamil diharapkan dapat meningkatkan kesadaran ibu
hamil untuk melakukan IMD dan memberikan ASI Eksklusif pada bayinya. Persiapan
pemberian ASI dilakukan saat ibu hamil secara fisik dengan cara
1. Memperhatikan nutrisi
2. Istirahat cukup
3. Mempersiapkan payudara dengan melakukan perawatan payudara
4. Persiapan secara psikologis
Dengan cara meyakini bahwa dirinya siap untuk menyusui, mampu menghasilkan
ASI yang cukup untuk bayinya
5. Dukungan dari lingkungan sekitar dan petugas kesehatan (Luthfiyati, 2019)
d. Mempersiapkan kamar bayi untuk kedatangan bayi baru lahir yaitu :
Menyiapkan kamar bayi adalah hal yang menyenangkan untuk menyambut kedatangan
bayi. Untuk menyiapkan kamar bayi, ruangan harus dibersihkan secara menyeluruh,
mengatur furnitur, lalu mendekorasi dan mengatur ruangan. Pemilihan nuansa klasik dan
nyaman atau tema yang sedang tren untuk kamar bayi, dengan sedikit perencanaan, dapat
menciptakan ruang yang aman dan nyaman untuk anak. Persiapan ruangan yang mungkin
dapat dilakukan oleh orang tua sebagai berikut :
1. Bersihkan ruangan
Bersihkan semua permukaan di dalam ruangan, termasuk dinding dan lantai. Bayi
sangat rentan terhadap alergi seperti debu, jamur, dan bulu hewan peliharaan, jadi
kamar harus selalu dibersihkan. Gunakan spons dan air sabun untuk membersihkan
dinding, menyapu dan mengepel lantai dan cuci karpet jika tersedia di dalam kamar.
2. Pasang sakelar peredup jika lampu menyala terang
Jika satu-satunya lampu di kamar adalah satu lampu diatas kepala yang terang,
pertimbangkan untuk mengganti sakelar lampu dengan sakelar peredup. Perlu
mengganti lampu bohlam yang berfungsi dengan peredup.
3. Olesi engsel pintu agar tidak berderit
Menggunakan pelumas rumah tangga biasa speerti WD-40, oleskan sedikit minyak ke
setiap engsel di pintu kamar bayi agar tidak berderit. Saat bayi tertidur dan pintu-
pintu tidak akan mengeluarkan suara yang mengganggu bayi.
4. Pasang fitur keselamatan seperti detektor asap dan karbon monoksida
Sangat penting untuk memastikan fitur keselamatan terpenting anda di tempatnya.
Pilih kombinasi detektor asap dan karbon monoksida untuk kamar bayi, tempelkan
semua perabotan berat ke dinding dan lindungi outlet listrik dengan penutup plastik.
5. Cat kamar bayi jika diperlukan
Setelah mengetahui tema kamar bayi, dapat mengecat dinding sesuai selera yang
diinginkan. Pastikan untuk memilih cat non toksik yang tidak akan dapat mengupas
cat dari dinding dan memakannya saat mereka menjadi balita yang penasaran. Jika
furnitur sudah terpasang, pindahkan ke tengah ruangan dan tutupi tutudan tutupi
dengan kain lap atau seprai bekas agar tidak ternoda cat. (Sovvia tutik, 2022)

5. Adaptasi Saudara Kandung


Jika saudara kandung tidak dipersiapkan dari awal dalam menghadapi
anggota keluarga baru, maka dikhawatirkan akan terjadi sibling rivalry.  Sibling
rivalry adalah kompetisi antara saudara kandung untuk mendapatkan cinta kasih, afeksi dan
perhatian dari satu kedua orang tuanya, atau untuk mendapatkan pengakuan atau suatu yang
lebih. Sibling rivalry adalah kecemburuan, persaingan dan pertengkaran antara saudara laki-
laki dan saudara perempuan. Hal ini terjadi pada semua orang tua yang mempunyai
dua anak atau lebih. (Kyla 2009).
a. Hal yang dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya sibling, antara lain:
- Anak diberitahu sejak awal tentang kehamilannya
- Anak diberi kesempatan merasakan bayinya bergerak dalam rahim
- Anak dilibatkan dalam membantu persiapan kelahiran adiknya
- Bantu anak untuk menyesuaikan pada perubahan ini
- Kenalkan anak dengan profil bayi
- Mengajak anak saat memeriksakan kehamilannya

b. Perilaku Orang Tua untuk Bantu Cegah Terjadinya Sibling Conflict


Hubungan antar saudara merupakan kondisi di mana anak berbagi latar belakang
yang sama, keluarga yang sama, dan genetik yang sama. Biasanya anak memiliki ayah
dan ibu yang sama, sharing parents (salah satu orang tua sama, misalnya satu ayah-beda
ibu, satu ibu-beda ayah), maupun anak adopsi yang diasuh bersama. Sering kali kita
menyebutnya sebagai hubungan kakak dan adik. Melihat kakak dan adik sering kali
bertengkar tentunya sudah menjadi hal yang biasa. Misalnya adanya kompetisi untuk
menjadi yang terbaik, kecemburuan karena perhatian ayah dan ibu teralihkan, ataupun
perkelahian seperti memperebutkan barang atau mainan. Sibling conflict antara saudara
ini sebenarnya sesuatu yang sangat wajar terjadi, apabila masih berada dalam batas-
batas tertentu. Orang tua harus mulai bertindak jika salah di antara adik atau kakak
merasa tersakiti. Cara untuk memperkuat hubungan antara kakak dan adik berikut ini :
1) Tidak membandingkan anak
Tahan keinginan orang tua untuk membandingkan anak. Hindari memberikan
perbedaan dengan memberikan judgement 'anak kesayangan', 'anak nakal', maupun
label-label lainnya pada anak. Lebih baik bicarakan mengenai perilaku
menyenangkan atau tidak menyenangkan yang ditunjukkan oleh anak.
2) Perlakukan anak sesuai kebutuhan masing-masing
Perlakukan anak secara unik, sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
Tunjukkan bahwa mereka dicintai secara unik. Selain itu, pastikan setiap anak
memiliki waktu khusus dengan setiap orang tua, misalnya ada waktu khusus kakak
dengan ibu, kakak dengan ayah. Begitu pula dengan adik. Ada waktu khusus antara
adik dengan ibu, dan waktu khusus antara adik dengan ayah. Ciptakan kegiatan
yang menyenangkan dengan setiap anak. Hal ini bertujuan untuk memperkuat
ikatan antara orang tua dan anak.
3) Ajarkan saling tolong-menolong
Apabila sudah ada perilaku agresif, itu tandanya orang tua perlu turun tangan.
Beri perhatian pada anak yang terluka terlebih dahulu. Ajak anak lainnya untuk
terlibat dalam menolong saudaranya, misalnya diminta bantuan untuk
mengambilkan plester. Setelahnya, ajak anak untuk berdiskusi. Berikan pengakuan
akan emosi yang mendasari anak menunjukkan perilaku tersebut dan berikan label
akan perasaannya, misalnya "Kamu kesal ya lagi main puzzle tapi digangguin sama
kakak?". Selanjutnya, ajak anak untuk memikirkan hal yang mungkin mereka
inginkan, misalnya "Kamu pengennya kakak bantuin kamu ya, kalau kamu lagi
susah ngerjain puzzle ya?". Berikan pula alternatif perilaku yang dapat dilakukan
untuk menggantikan perilaku agresif tersebut. Tunjukkan bahwa perasaan marah
dapat diekspresikan dengan aman dan tidak menyakiti diri sendiri ataupun orang
lain.
4) Ajarkan untuk saling memahami
Biarkan masing-masing anak mengetahui hal positif yang disukai saudaranya,
mengenai dirinya. Misalnya, saat Bunda sedang menghabiskan waktu berdua saja
dengan adik, Bunda bisa membicarakan bahwa sang kakak sangat sayang dengan
adik, atau ceritakan penantian kakak menunggu adik saat adik masih berada di
dalam perut. Tunjukkan bahwa ia pun dicintai oleh saudaranya.

c. Cara Mengatasi Sibling Rivalry, Kecemburuan Anak pada Saudaranya


Sibling rivarly atau kecemburuan anak pada saudaranya dapat terjadi pada
anak dan adiknya yang baru lahir atau pada saudara dengan usia yang berbeda.
Pada dasarnya ini adalah hal yang biasa terjadi dan merupakan tahap yang
mendukung perkembangan sosial dan emosional anak. Untuk mencegah sibling
rivalry pada anak, agar mereka bisa menyayangi satu sama lain, berikut adalah
beberapa tips yang bisa dilakukan orangtua.
1. Mengajar anak-anak cara memperlakukan adiknya dengan baik
Tujuan pertama adalah untuk melindungi bayi. Kedua, untuk mengajari
anak yang lebih besar cara berinteraksi dengan saudara barunya dengan cara
yang benar. Bicaralah padanya, tunjukkan, bimbing, dan dorong. Namun,
jangan tinggalkan anak-anak sendirian, sampai orangtua benar-benar yakin
mereka tidak akan menyakiti satu sama lain.
2. Alihkan perhatian
Jika melihat anak akan menjadi kasar, angkat bayi dan alihkan perhatian
kakaknya dengan sebuah lagu, mainan, aktivitas, atau camilan. Tindakan ini
melindungi bayi sambil membantu menghindari serangkaian "TIDAK" yang
terus-menerus, yang sebenarnya dapat mendorong perilaku agresif. Ajarkan
kakaknya cara menggosok punggung bayi. Ceritakan bagaimana sentuhan
semacam ini menenangkan bayi, dan pujilah anak yang lebih besar untuk
pekerjaan yang dilakukan dengan baik. Pelajaran ini mengajarkan anak
bagaimana menjadi fisik dengan bayi dengan cara yang positif.
3. Bertindak cepat
Jika melihat anak berlaku kasar pada sudaranya, maka orangtua harus
bertindak dengan cepat untuk mengentikannya. Beri anak-anak waktu
menyadari perilakunya, misalnya dengan mendudukannya di suatu tempat.
Selama dia tidak berhenti dengan perilaku kasarnya maka anak tidak boleh
berpindah dari tempat tersebut. Ini bukan bertujuan untuk mengukum tetapi
membuat anak sadar pentingnya berlaku baik pada saudaranya.
4. Berikan kasih sayang ekstra
Tingkatkan kasih sayang untuk anak. Ucapkan kata-kata kasih sayang
secara lebih intensif, tingkatkan dosis pelukan harian dan temukan waktu untuk
membaca buku atau bermain game bersama. Regresi sementara atau masalah
perilaku adalah normal dan dapat dikurangi dengan dosis waktu dan perhatian
ekstra. Hindari membandingkan saudara kandung, bahkan tentang topik yang
tampaknya tidak bersalah seperti berat lahir, ketika masing-masing pertama
kali merangkak atau berjalan, atau yang memiliki lebih banyak rambut. Anak-
anak dapat menafsirkan komentar ini sebagai kritik.
5. Beri kasih sayang yang sama
Anak-anak sering merasa takut jika saudaranya mengembil alih perhatian
orangtuanya, sehingga menyebabkan rasa iri satu sama lain. Jadi, sebisa
mungkin orangtua harus bisa menunjukkan kasih sayang yang sama, misalnya
membelikan baju di waktu yang bersamaan, membelikan mainan yang sama
dan melakukan aktivitas bersama. Dengan begitu anak akan terhindar dari rasa
cemas akan kehilangan perhatian orantua. Sibling rivalry atau kecemburuan
anak pada saudaranya memang hal yang sering terjadi, jadi usahakan untuk
menunjukkan kasih sayang sama, tidak membandingkan anak, dan membagi
waktu yang sama anta mereka, sekalipun belum muncul tanda kecemburuan
tersebut pada anak. Karena lebih baik mencegahnya agar anak-anak terhindar
dari perasaan cemburu pada saudaranya.

VI. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab
4. Edu Game

VII.Media (Lampiran)
1. LCD
2. Laptop
3. Slide powerpoint
4. Video kasus
5. Buku Saku

VIII. Kegiatan Penyuluhan


No Tahapan Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta

1 Pendahuluan 10.00-10.03 Pengisian presensi -Penyuluh membagikan link


(link) presensi

-Peserta mengisi link presensi

https://forms.gle/cLdRJEfmG24hjRkq7

10.03 – 10.05 Salam -Penyuluh memberikan salam

-Peserta menjawab salam

10.05 – 10.07 Perkenalan -Penyuluh melakukan


perkenalan

-Peserta mendengarkan
perkenalan

10.07 – 10.10 Penyampaian tujuan -Penyuluh menyampaikan


tujuan

-Peserta mendengarkan tujuan

10.10 – 10.15 Pre test (link) -Penyuluh membagikan link


pre-test kepada peserta

-Peserta mengisi link pre test


yang sudah dibagikan

2 Inti 10.15 – 10.20 Penayangan video -Penyuluh memutarkan video


kasus
-Peserta memperhatikan video

10.20-10.21 Membagikan link buku - Penyuluh membagikan link


saku buku saku

- Peserta membuka link buku


saku

10.21 – 10.41 Penyampaian materi -Penyuluh memberikan materi

-Peserta mendengarkan materi


yang disampaikan

3 Penutup 10.41 – 10.45 Tanya jawab oleh -Peserta bertanya pada


peserta penyuluh

-Penyuluh menjawab
pertanyaan dari peserta

10.45-10.50 Post test (link) - Penyuluh membagikan link


post test kepada peserta

-Peserta mengisi link post test


yang sudah dibagikan

10.50 – 10.57 Edu Game - Penyuluh mengajak


peserta untuk bermain
edugame yang berkaitan
dengan materi yang
disampaikan

- Penyuluh menjelaskan
Langkah-langkah
permainan

- Peserta mengikuti
permainan yang
disediakan

10.57 – 11.00 Salam -Penyuluh memberikan salam


-Peserta menjawab salam

IX. Evaluasi
a. Struktur
Struktur pengorganisaian yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan observasi ini
sudah baik dan dapat dijalankan oleh semua penanggung jawab kegiatan, materi, media,
serta sarana evaluasi telah dipersiapkan dengan baik, sehingga pelaksanaan kegiatan
dapat berjalan lancar dan tujuan pelaksanaan kegiatan dapat tercapai. Peserta juga hadir
tepat waktu sesuai jadwal yang telah direncanakan.
b. Proses
Dilihat dalam proses pelaksanaan kegiatan penyuluhan, Peserta antusias dalam
mendengarkan review materi yang disampaikan dan berpartisipatif dalam game yang
telah disiapkan pemateri. Hal ini ditunjukkan dengan tidak adanya peserta yang
meninggalkan tempat penyuluhan sampai acara berakhir. Suasana penyuluhan yang
kondusif dan Peserta aktif dalam mengajukan pertanyaan kepada pemateri dan bersedia
menceritakan pengalaman pribadi. Penyuluhan dimulai dan berakhir sesuai dengan waktu
yang direncanakan.
c. Program
Evaluasi dilakukan dengan penskoran nilai pre test dan post test.
1. Skor pre test dan post test diperoleh dengan ,menghitung jumlah jawaban yang benar.
Jawaban yang benar diberi skor (1), sedangkan yang salah diberi skor (0). Skor nilai
pre test dan post test dihitung dengan menggunakan rumus :
Jumlah Skor Yang Didapat
Nilai peserta = x 100
Jumlah Skor Benar (5)

Rekapitulasi hasil skor dari pre test dan post test masing-masing peserta penyuluhan
menggunakan format sebagai berikut :
Rata-rata skor
No Nama Peserta
Pre test Post test
1.

2.

Dst.

2. Hasil dari penghitungan skor nilai pre test dan post test, selanjutnya dilakukan
perhitungan nilai Gain Ternormalisasi yang digunakan untuk mengetahui
besarnya peningkatan pengetahuan peserta sebelum dan sesudah diberikan materi.
Data yang didapatkan menggunakan perolehan skor pre test dan post test. Rumus
yang digunakan sebagai berikut :
Skor Post−Skor Pre
g= x
Skor Max−Skor Pre
Keterangan :
G : nilai gain ternomalisasi
Skor post : rata-rata skor post test
Skor pre : rata-rata skor pre test
Skor maks : skor maksimal seluruh butir soal
Kemudian, nilai Gain yang ternormalisasi diinterpretasikan dengan berikut ini :
g < 0,30 : Rendah
0,3 < g < 0,7 : Sedang
g > 0,7 : Tinggi
Rekapitulasi nilai Gain yang sudah diinterpretasikan selanjutnya akan dimasukkan dalam
format sebagai berikut :
No Nama Peserta Nilai g Kriteria

1.

2.

Dst.

X. Pengorganisasian
Ketua kegiatan : Faizatul Azimah
Sekretaris : Regita Sulistya Nindya Wijaya
Bendahara : Iva Satya Ratnasari
Sie perlengkapan : Risa Mafirta Rahardianti
Sie dokumentasi : Rurik Rosa Apriliana
Sie acara : Mirza Aulia Cahyani
Moderator : Aliffiyanti Fairuz
Pemateri : Amelia Eka Wardani

XI. Penataan Tempat

XII. Daftar Pustaka


Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 2013. Menjadi Orang Tua Hebat dalam
Mengasuh Anak Jilid 1. Jakarta: BKKBN

Fadlillah, Muhammad dkk. 2013. Pendidikan Karakter Anak Usia Dini Konsep dan
Aplikasinya dalam PAUD. Jogjakarta: Ar-Ruzman Media

Faizi, Mastur. 2012. Tiru Cara-cara Ampuh Mendidik Anak ala Pendidikan Orang Hebat.
Jogjakarta : FlashBooks 

Friedman. 2010. Buku ajar keperawatan keluarga riset, teori, dan praktik. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Graha, C. 2007. Keberhasilan anak di tangan orang tua. Jakarta : Elex Media Komputindo

Inggriani, Dela Melia dkk. (2019). Deteksi dini tumbuh kembang anak usia 0-6 tahun
berbasis aplikasi android. Wellness and Healthy Magazine, 1 (1), 115-124.
https://wellness.journalpress.id/wellness/article/download/w1117/65

Kyla, B. 2009. Sibling Rivalry. https://www.mottchildren.org/posts/your-child/sibling-


rivalry (Diakses tanggal 22 September 2022)

Muslich, Masnur. (2013). Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis


Multidimensional. Jakarta: PT.Bumi Aksara.

Nahdiat, Baiq Nurul. 2021. 7 Cara Mengatasi Sibling Rivalry, Kecemburuan Anak pada
Saudaranya. https://m.fimela.com/amp/4604697/7-cara-mengatasi-sibling-rivalry-
kecemburuan-anak-pada-saudaranya#amp_tf=Dari
%20%251%24s&aoh=16641657644434&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com (Diakses tanggal 26 September 2022)

Prastowo, Andi. 2011 Seabrek Perilaku Sikap Orang Tua Yang Harus di Hindari
Terhadap Anak, Jogjakarta : Buku Biru

Shabir, Khairiyah Husain. 2011. Ibu dalam Mendidik Generasi Muslim. Jakarta: Firdaus

Silmina, Aisyah Almas. 2020. 4 Perilaku Orang Tua untuk Bantu Cegah Terjadinya
Sibling Conflict. https://www.haibunda.com/parenting/20200916155318-62-
162213/4-perilaku-orang-tua-untuk-bantu-cegah-terjadinya-sibling-conflict (Diakses
tanggal 26 September 2022)

Sovvia, Tutik. 2022. Persiapan Menjadi Orang Tua Dalam Merawat Bayi Pertamanya.
Yogyakarta : Victory Pustaka Media

Wangi, Ratna Mega. (20017). Character Parenting Space. Bandung: Read Publishing
House

Yaumi, Muhammad. 2014. Pendidikan Karakter Landasan, Pilar, dan Implementasi.


Jakarta : Kencana

Depkes RI. (2013). Riset Kesehatan RI. Jakarta: Badan penelitian dan Pengembangan
Kementrian Kesehatan RI
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas
%202013.pdf

Luthfiyati yana, 2019 “PERSIAPAN LAKTASI PADA IBU HAMIL UNTUK


MENCEGAH MASALAH DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PMB
ISTRI YULIANI SLEMAN” Universitas Respati Yogyakarta
https://prosiding.respati.ac.id/index.php/PSN/article/view/185/179

Lampiran 1

PPT

https://docs.google.com/presentation/d/
1YmUnArQt_TAeQiVYWOv61ECcxzu3IZvp/edit?
usp=sharing&ouid=107673488997783152569&rtpof=true&sd=true
Lampiran 2

VIDEO KASUS (LINK)

https://youtu.be/HMspEKMiEsQ
Lampiran 3

BUKU SAKU

https://drive.google.com/file/d/1gx9GsLDNBUE6A8vN4Nsdcx1Hsl-fwguU/view?
usp=sharing
Lampiran 4

(EDUGAME)

TEBAK GAMBAR
Sumber: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.tebakgambar&hl=en_US&gl=US

Langkah-langkah Permainan :

1. Mempersiapkan peralatan yang akan digunakan


- Print out Gambar
- Reward
2. Membacakan peraturan permainan:
a. Peserta yang ingin menjawab mengangkat tangan terlebih dahulu
b. Peserta yang mengangkat tangan paling cepat mendapat kesempatan menjawab
terlebih dahulu
c. Jika peserta menjawab, namun jawaban salah maka kesempatan akan diberikan
kepada peserta lain
d. Setiap peserta mempunyai 1x kesempatan untuk menjawab
e. Peserta yang berhasil menjawab akan diberikan reward oleh panitia
3. Panitia menunjukkan satu gambar dan membacakan clue
4. Peserta diminta untuk menebak gambar sesuai clue yang disudah dibacakan
5. Jika peserta menjawab benar maka akan diberi reward

CLUE EDUGAME

1. Salah satu jenis asuh yang diterapkan oleh orang tua ?


Jawab : Diabaikan
2. Pola pengasuhan efektif harus ...
Jawab : Komunikasi yang baik

3. Dampak memaksa anak untuk menguasai kemampuan kognitif secara dini ?


Jawab : Berperilaku agresif
4. Salah satu dari 4 prinsip peran keluarga ?
Jawab : Teaching

5. Hal yang dilakukan seorang ayah agar terlibat dalam pengasuhan anak ?
Jawab : Mendampingi kehamilan
Lampiran 5
INSTRUMEN EVALUASI PRE DAN POST TEST

Link pretest
https://forms.gle/1bmnJNBWpoYRL75r8

Link posttest
https://forms.gle/RemwjQov1qFWauw38

Nama :

Usia :

1 Orang tua memiliki peran sebagai ?


.

a. Pendidik

b. Pengatur

c. Mengontrol

d. Pembimbing

e. Pengawas

2 Salah satu peran orang tua (Ibu) yaitu ?


.

a. Menumbuhkan perasaan mencintai dan mengasihi pada anak melalui


interaksi yang jauh melibatkan sentuhan fisik dan kasih sayang

b. Menumbuhkan rasa percaya diri dan kompeten pada anak melalui kegiatan
bermain

c. Menumbuhkan perasaan kebencian dan mengasihi pada anak melalui interaksi


yang jauh melibatkan sentuhan fisik dan kasih sayang

d. Menumbuhkan rasa minder dan kompeten pada anak melalui kegiatan bermain

e. Menumbuhkan rasa percaya diri dan kompeten pada anak melalui kegiatan
bermain yang lebih kasar dan melibatkan fisik baik di dalam ruangan atau di luar
ruangan

3 Peran orangtua yang mendasar yaitu ?


.

a. Mentoring

b. Modelling

c. Organizing

d. Teaching

e. Conscious

4 Perencanaan membangun keluarga yaitu


.

a. Berhenti melahirkan di usia 40 tahun agar dapat merawat balita secara optimal

b. Merencanakan usia pernikahan. (30-40 tahun)

c. Merencanakan kelahiran anak pertama dan persiapan menjadi orang tua

d. Memecah hubungan antar pasangan, dengan keluarga lain, dan kelompok social

e. Mengekang dan mengasuh anak usia balita dengan memenuhi kebutuhan


mendasar anak

5 Berikut yang merupakan pola pengasuhan efektif adalah ...


.

a. Dinamis

b. Otoriter

c. Sesuai keinginan anak

d. Sesuai kemampuan ibu dan ayah

e. Berpikir kebelakang

Anda mungkin juga menyukai