Oleh :
TAHUN 2022
I. Identitas SAP
Topik : Persiapan menjadi orang tua dan kesiapan merawat anak
Sub Pokok Bahasan : Pengertian orang tua
: Peran orang tua
: Perencanaan menjadi orang tua
: Kesiapan merawat anak
: Adaptasi saudara kandung
Sasaran : Dewasa muda usia 18-22 tahun
Hari/Tanggal : Senin, 26 September 2022
Waktu : 10.00 – 11.00 WIB
Tempat : Lokal G Poltekkes Kemenkes Malang Kampus 4 Kediri
Penyuluh : Kelompok 3
V. Materi
1. Pengertian Orang Tua
Orangtua adalah orang yang lebih tua atau orang yang dituakan terdiri dari ayah dan
ibu yang merupakan guru dan contoh utama untuk anak-anaknya karena orang tua yang
menginterpretasikan tentang dunia dan masyarakat pada anak-anaknya (Friedman et al.,
2010). Orangtua adalah orang yang paling bertanggungjawab terhadap masa depan anak-
anak mereka. Merekalah yang melahirkan, merawat, membiayai, dan terlebih mendidik
anak-anak mereka (Faizi, 2012).
2. Peran Orang Tua
Orang tua memiliki peran sebagai pendidik karena seorang anak memperoleh
pengetahuan dari orang tuanya terutama ibu dan ayah. Dengan demikian kepribadian anak
terbentuk karena warisan dari orang tua dan lingkungan dimana anak berkembang. Karena
lingkungan pertama yang memberikan pengaruh mendalam adalah keluarga kita sendiri
(Herjanti, 2015). Salah satu peran orang tua (Ibu) yaitu menumbuhkan perasaan mencintai
dan mengasihi pada anak melalui interaksi yang jauh melibatkan sentuhan fisik dan kasih
sayang sedangkan peran ayah yaitu menumbuhkan rasa percaya diri dan kompeten pada
anak melalui kegiatan bermain yang lebih kasar dan melibatkan fisik baik di dalam ruangan
atau di luar ruangan (Faizi, 2012). Peran ayah dan ibu merupakan satu kesatuan peran yang
sangat penting dalam sebuah keluarga. Menurut Covey terdapat 4 prinsip peran keluarga
atau orang tua (Yusuf, 2009) antara lain sebagai:
a. Modelling
Peran orang tua sebagai modelling tentunya dipandang sebagai suatu hal yang
mendasar dalam membentuk perkembangan dan kepribadian anak serta seorang anak
akan belajar tentang sikap peduli dan kasih sayang. Orang tua mempunyai pengaruh
sangat kuat dalam kehidupan anak karena tingkah laku dan cara berpikir anak dibentuk
oleh tingkah laku dan cara berpikir orang tuanya baik positif maupun negatif.
b. Mentoring
Orang tua adalah mentor pertama bagi anak yang menjalin hubungan, memberikan
kasih sayang secara mendalam baik secara positif maupun negatif, memberikan
perlindungan sehingga mendorong anak untuk bersikap terbuka dan mau menerima
pengajaran. Selain orang tua menjadi sumber pertama dalam perkembangan perasaan
anak yaitu ras aman atau tidak aman, dicintai atau dibenci.
c. Organizing
Orang tua mempunyai peran sebagai organizing yaitu mengatur, mengontrol,
merencanakan, bekerja sama dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang terjadi,
meluruskan struktur dan sistem keluarga dalam rangka membantu menyelesaikan hal-
hal yang penting serta memenuhi semua kebutuhan keluarga. Orang tua harus bersikap
adil dan bijaksana dalam menyelesaikan permasalahan supaya tidak timbul
kecemburuan.
d. Teaching
Orang tua adalah guru yang mempunyai tanggung jawab mendorong, mengawasi,
membimbing, mengajarkan anak-anaknya dan mengajarkan prinsip-prinsip kehidupan
sehingga anak memahami dan melaksanakannya. Peran orang tua sebagai teaching
adalah menciptakan “Conscious competence” pada diri anak yaitu mereka mengalami
tentang apa yang mereka kerjakan dan alasan tentang mengapa mereka mengerjakan
itu.
Steele dan Pollack (1968) menyatakan bahwa menjadi orang tua merupakan proses
yang terdiri dari dua komponen. Komponen pertama, bersifat praktis dan mekanis,
melibatkan keterampilan kognitif dan motorik. Komponen kedua, bersifat emosional,
melibatkan keterampilan kognetif dan efektif. Kedua componen ini penting untuk
perkembangan dan keberadaan bayi.
1) Keterampilan Kognitif – Motorik
Dalam proses ini orang tua melibatkan aktifitas perawatan anak, seperti memberi
makan, menjaganya dari bahaya, memungkinkannya untuk bisa bergerak. Kemampuan
ini dipengaruhi oleh pengalaman pribadinya dan budayanya. Banyak orang tua harus
belajar untuk melakukan tugas ini dan proses belajar ini mungkin sukar bagi
mereka. Akan tetapi, hampir semua orang tua memiliki keinginan untuk belajar dan
dibantu dukungan orang lain menjadi terbiasa dengan aktifitas merawat anak.
2) Keterampilan Kognitif-Afektif
Komponen psikologis menjadi orang tua, sifat keibuan atau kebapakkan
tampaknya berakar dari pengalaman orang tua dimasa kecil saat mengalami dan
menerima kasih sayang dari ibunya. Dalam hal ini orang tua bisa dikatakan mewarisi
kemampuan untuk menunjukkan perhatian dan kelembutan. Keterampilan kognitif-
efektif menjadi oarang tua ini meliputi sikap yang lembut, waspada dan memberi
perhatian lepada bayinya.
Menjadi orang tua hebat perlu persiapan dan perencanaan yang matang sebelum dan
sesudah kehadiran buah hati dalam kehidupan rumah tangga. Ada empat hal yang perlu
diperhatikan yaitu:
a. Bersiap-siap menjadi orang tua
Membangun keluarga merupakan awal lahirnya generasi mendatang. Keluarga
sebagai unit terkecil dalam masyarakat merupakan tempat untuk mendidik dan
membentuk moral serta melatih kebersamaan sebagai bekal kehidupan bermasyarakat.
Calon ayah dan ibu perlu menentukan model keluarga yang menjadi impian, pilihan,
dan harapannya serta perlu memiliki pengetahuan yang cukup untuk menjadi orang tua
bagi anak-anaknya.
Membentuk keluarga berkualitas sesuai amanah undang-undang, yaitu sebagai
sebuah keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, sejahtera, sehat,
maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan, tanggung
jawab, harmonis, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan suatu hal
yang tidak mudah. Hal ini dikarenakan nilai-nilai keluarga yang dibentuk berdasarkan
perkawinan yang sah sudah banyak yang tercederai. Nilai-nilai dalam keluarga yang
dimaksud salah satunya adalah nilai moral. Moral merupakan nilai yang sangat penting
diajarkan dan dibiasakan dalam keluarga karena moral menyangkut masalah tentang
benar dan salah maupun baik dan buruk. Oleh karena itu, anak harus dididik
berdasarkan moral-moral yang berlaku di negeri ini melalui pola pengasuhan yang
diterapkan oleh orang tua.
a) Membangun sebuah keluarga
Untuk membangun sebuah keluarga diperlukan perencanaan yang matang, Adapun
perencanaan membangun keluarga yaitu:
- Merencanakan usia pernikahan. (20-30 tahun).
- Membina hubungan antar pasangan, dengan keluarga lain, dan kelompok sosial.
- Merencanakan kelahiran anak pertama dan persiapan menjadi orang tua.
- Mengatur jarak kelahiran dengan mempersiapkan kehamilan selanjutnya.
- Berhenti melahirkan di usia 35 tahun agar dapat merawat balita secara optimal.
- Merawat dan mengasuh anak usia balita dengan memenuhi kebutuhan mendasar
anak (kebutuhan fisik, kasih sayang, dan stimulasi).
b) Menciptakan keluarga yang berkualitas.
Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan guna membentuk keluarga berkualitas,
yaitu:
- Menumbuh kembangkan harapan pada diri sendiri dan keluarga akan kehidupan
yang lebih baik
- Memberikan teladan yang baik kepada anak-anak menginta perkembangan
teknologi dan globalisasi yang juga memiliki dampak negatif dari sisi moral.
- Senantiasa memberikan nasehat kebaikan dan teguran atas perilaku dan
tindakan yang menyimpang.
- Mencari dan membentuk lingkungan kondusif untuk perkembangan keluarga
yaitu lingkungan yang jauh dari obat-obatan terlarang, kekerasan, dan tindak
asusila.
- Melakukan pembiasaan dan pengulangan terhadap hal-hal yang baik dan
bermanfaat. (Prastowo, Andi 2011)
- Memberikan hadiah berupa pujian bila anak berhasil melakukan hal-hal baik
serta memberikan hukuman bila anak melanggar aturan yang telah disepakati.
c) Melaksanakan fungsi keluarga
Keluarga berkualitas yang diciptakan juga akan dapat terwujud apabila
masingmasing keluarga memiliki ketahanan keluarga yang tinggi. Ketahanan
keluarga hanya dapat tercipta apabila masing-masing keluarga dapat melaksanakan
fungsi-fungsi keluarga secara serasi, selaras, dan seimbang. Sebuah keluarga yang
tercukupi secara materi berarti fungsi ekonomi keluarga dapat dilaksanakan secara
optimal. Namun, tidak akan berarti apabila dalam keluarga tersebut tidak ada rasa
kasih sayang dan perlindungan karena dalam keluarga yang demikian akan terasa
gersang dan anak-anak tidak merasa nyaman tinggal di rumah.
Adapun 8 fungsi keluarga yang harus diperhatikan, yaitu:
a) Fungsi keagamaan, orang tua menjadi contoh panutan bagi anak-anaknya dalam
beribadah termasuk sikap dan perilaku sehari-hari sesuai dengan norma agama.
b) Fungsi sosial budaya, orang tua menjadi contoh perilaku sosial budaya dengan
cara bertutur kata, bersikap, dan bertindak sesuai dengan budaya timur agar
anak-anak bisa melestarikan dan mengembangkan budaya dengan rasa bangga.
c) Fungsi cinta kasih, orang tua mempunyai kewajiban memberikan cinta kasih
kepada anak-anak, anggota keluarga lain sehingga keluarga menjadi wadah
utama berseminya kehidupan yang penuh cinta kasih.
d) Fungsi perlindungan, orang tua selalu berusaha menumbuhkan rasa aman,
nyaman, dan kehangatan bagi seluruh anggota keluarganya sehingga anak-anak
merasa nyaman berada di rumah.
e) Fungsi reproduksi, orang tua sepakat untuk mengatur jumlah anak serta jarak
kelahiran dan menjaga anak-anaknya, juga memberikan edukasi kepada anak
tentang menjaga organ reproduksinya sejak dini.
f) Fungsi sosialisasi dan pendidikan, orang tua mampu mendorong anak-anaknya
untuk bersosialisasi dengan lingkungannya serta mengenyam pendidikan untuk
masa depannya.
g) Fungsi ekonomi, orang tua bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya. (Shabir, 2011)
h) Fungsi pembinaan lingkungan, orang tua selalu mengajarkan kepada anak-anak
untuk menjaga dan memelihara lingkungan, keharmonisan keluarga, dan
lingkungan sekitar.
b. Memahami peran orang tua
Anak adalah bagian yang tak terpisahkan dan merupakan buah cinta dari ayah dan
ibu. Anak yang lahir dengan belaian kasih sayang dari ayah dan ibunya akan mampu
tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri dan selalu siap dalam menghadapi tantangan
masa depan. Orang tua terbaik bukanlah yang suka menyerahkan urusan pengasuhan
kepada orang lain. Oleh karena itu menciptakan kedekatan antara orang tua dengan anak
adalah sebuah investasi yang sangat berharga.
1) Konsep pengasuhan
Pengasuhan adalah proses mendidik mengajarkan karakter, kontrol diri, dan
membentuk tingkah laku yang dinginkan. Ada beberapa konsep pengasuhan yang
baik diterapkan dalam mendidik anak, yaitu:
- Pengasuhan yang baik akan menghasilkan anak dengan kepribadian baik
seperti: percaya diri, mandiri, bertanggung jawab, tangguh, orang dewasa yang
cerdas memiliki kemampuan berbicara dengan baik, tidak mudah terpengaruh
oleh lingkungan yang buruk, serta mampu menghadapi tantangan dalam
kehidupannya kelak.
- Pengasuhan penuh kasih sayang merupakan hak setiap anak yang harus
dipenuhi oleh orang tua.
- Pengasuhan berkualitas mencakup: perawatan kesehatan, pemenuhan gizi, kasih
sayang, dan stimulasi. (Fadlillah, 2013)
2) Tujuan pengasuhan
Tujuan pengasuhan adalah merawat, mengasuh, dan mendidik anak agar dapat
menjalankan peran sebagai:
- Hamba Tuhan yang bertakwa, berakhlak mulia, ibadah sempurna
- Calon istri atau suami
- Calon ayah atau ibu
- Ahli dalam suatu bidang (profesional) dan memiliki jiwa wirausaha
- Pendidik dalam keluarga
- Pengayom keluarga
- Orang yang bermanfaat bagi lingkungan keluarga dan masyarakat (Wangi,
2007)
Tujuan pengasuhan sangat menentukan keberhasilan anak. Akan tetapi
kesalahan dalam pengasuhan anak akan pula berakibat pada kegagalan dalam
pembentukan kepribadian anak seperti :
- Kurang menunjukkan ekspresi kasih saying baik secara verbal maupun fisik
- Kurang meluangkan waktu yang cukup untuk anaknya, bersikap kasar secara
verbal seperti menyindir, mengecilkan anak, dan berkata-kata kasar
- Terlalu memaksa anak untuk menguasai kemampuan kognitif secara dini. Oleh
karena itu, dampaknya akan menghasilkan anak yang mempunyai kepribadian
bermasalah atau mempunyai kecerdasan emosi rendah seperti :
● Anak menjadi acuh tak acuh
● Secara emosional tidak responsive
● Berperilaku agresif
● Selalu berpandangan negative
● Ketidakstabilan emosional.
d) Perlengkapan bayi
Perlengkapan bayi perlu disiapkan jauh-jauh sebelum persalinan, agar dapat
melakukan perawatan bayi dengan sebaik-baiknya. PIlihlah sebuah tempat tidur yang
memiliki dinding yang dapat dinaikan , sehingga bayi tidak terjatuh, jika dibaringkan di
dalamnya. Pinggiran tempat tidur harus licin dan halus supaya bayi tidak terluka..Untuk
meletakkan . Selain tempat tidur, perlu pula disediakan meja bayi yang dilengkap dengan
lemari dan laci-laci untuk meletakkan pakaian bayi pada waktu memandikan dan
penyimpanan pakaian dan perlengkapan bayi.Ukuran meja sesuaikan dengan tinggi badan
sehingga dapat berdiri dan duduk didepannya sambil memakaikan pakaian sementara bayi
dibaringkan di atasnya. Alasnya dapat diberi kasur tipis yang dibungkus kain waterproof
atau dialasi perlak. Perlengkapan lain yang diperlukan bayi, yaitu :
a. Perlengkapan melahirkan di fasilitas kesehatan
- Kartu identitas seperti KTP atau SIM. Persiapkan juga kartu asuransi, dan dokumen
penting, termasuk pemeriksaan rutin kehamilan
- Sarung, kain, atau rok berukuran besar untuk memudahkan gerak saat persiapan
menjelang persalinan. Sarung atau kain ini biasanya dipakai ketika air ketuban mulai
pecah, untuk mempermudah proses persalinan
- Perlengkapan mandi
- Sandal dan kaus kaki
- Daster atau baju berkancing depan, agar proses mengASIhi dapat lebih mudah
- Bra menyusui untuk 3 hari, atau lebih
- Stagen untuk 3 hari, atau lebih
- Celana dalam untuk 3 hari, atau lebih
- Pembalut nifas sebanyak yang diperlukan
b. Persiapan kebutuhan bayi baru lahir di rumah
- Baju bayi untuk 3 hari, atau lebih
- Popok bayi (popok sekali pakai) untuk 3 hari atau lebih
- Topi bayi, agar kepala selalu hangat
- Kaus kaki untuk menjaga kaki tetap hangat
- Selimut untuk membedong bayi
- Tisu basah untuk bayi baru lahir
- Sarung tangan agar bayi tidak melukai wajahnya sendiri
VI. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab
4. Edu Game
VII.Media (Lampiran)
1. LCD
2. Laptop
3. Slide powerpoint
4. Video kasus
5. Buku Saku
https://forms.gle/cLdRJEfmG24hjRkq7
-Peserta mendengarkan
perkenalan
-Penyuluh menjawab
pertanyaan dari peserta
- Penyuluh menjelaskan
Langkah-langkah
permainan
- Peserta mengikuti
permainan yang
disediakan
IX. Evaluasi
a. Struktur
Struktur pengorganisaian yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan observasi ini
sudah baik dan dapat dijalankan oleh semua penanggung jawab kegiatan, materi, media,
serta sarana evaluasi telah dipersiapkan dengan baik, sehingga pelaksanaan kegiatan
dapat berjalan lancar dan tujuan pelaksanaan kegiatan dapat tercapai. Peserta juga hadir
tepat waktu sesuai jadwal yang telah direncanakan.
b. Proses
Dilihat dalam proses pelaksanaan kegiatan penyuluhan, Peserta antusias dalam
mendengarkan review materi yang disampaikan dan berpartisipatif dalam game yang
telah disiapkan pemateri. Hal ini ditunjukkan dengan tidak adanya peserta yang
meninggalkan tempat penyuluhan sampai acara berakhir. Suasana penyuluhan yang
kondusif dan Peserta aktif dalam mengajukan pertanyaan kepada pemateri dan bersedia
menceritakan pengalaman pribadi. Penyuluhan dimulai dan berakhir sesuai dengan waktu
yang direncanakan.
c. Program
Evaluasi dilakukan dengan penskoran nilai pre test dan post test.
1. Skor pre test dan post test diperoleh dengan ,menghitung jumlah jawaban yang benar.
Jawaban yang benar diberi skor (1), sedangkan yang salah diberi skor (0). Skor nilai
pre test dan post test dihitung dengan menggunakan rumus :
Jumlah Skor Yang Didapat
Nilai peserta = x 100
Jumlah Skor Benar (5)
Rekapitulasi hasil skor dari pre test dan post test masing-masing peserta penyuluhan
menggunakan format sebagai berikut :
Rata-rata skor
No Nama Peserta
Pre test Post test
1.
2.
Dst.
2. Hasil dari penghitungan skor nilai pre test dan post test, selanjutnya dilakukan
perhitungan nilai Gain Ternormalisasi yang digunakan untuk mengetahui
besarnya peningkatan pengetahuan peserta sebelum dan sesudah diberikan materi.
Data yang didapatkan menggunakan perolehan skor pre test dan post test. Rumus
yang digunakan sebagai berikut :
Skor Post−Skor Pre
g= x
Skor Max−Skor Pre
Keterangan :
G : nilai gain ternomalisasi
Skor post : rata-rata skor post test
Skor pre : rata-rata skor pre test
Skor maks : skor maksimal seluruh butir soal
Kemudian, nilai Gain yang ternormalisasi diinterpretasikan dengan berikut ini :
g < 0,30 : Rendah
0,3 < g < 0,7 : Sedang
g > 0,7 : Tinggi
Rekapitulasi nilai Gain yang sudah diinterpretasikan selanjutnya akan dimasukkan dalam
format sebagai berikut :
No Nama Peserta Nilai g Kriteria
1.
2.
Dst.
X. Pengorganisasian
Ketua kegiatan : Faizatul Azimah
Sekretaris : Regita Sulistya Nindya Wijaya
Bendahara : Iva Satya Ratnasari
Sie perlengkapan : Risa Mafirta Rahardianti
Sie dokumentasi : Rurik Rosa Apriliana
Sie acara : Mirza Aulia Cahyani
Moderator : Aliffiyanti Fairuz
Pemateri : Amelia Eka Wardani
Fadlillah, Muhammad dkk. 2013. Pendidikan Karakter Anak Usia Dini Konsep dan
Aplikasinya dalam PAUD. Jogjakarta: Ar-Ruzman Media
Faizi, Mastur. 2012. Tiru Cara-cara Ampuh Mendidik Anak ala Pendidikan Orang Hebat.
Jogjakarta : FlashBooks
Friedman. 2010. Buku ajar keperawatan keluarga riset, teori, dan praktik. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Graha, C. 2007. Keberhasilan anak di tangan orang tua. Jakarta : Elex Media Komputindo
Inggriani, Dela Melia dkk. (2019). Deteksi dini tumbuh kembang anak usia 0-6 tahun
berbasis aplikasi android. Wellness and Healthy Magazine, 1 (1), 115-124.
https://wellness.journalpress.id/wellness/article/download/w1117/65
Nahdiat, Baiq Nurul. 2021. 7 Cara Mengatasi Sibling Rivalry, Kecemburuan Anak pada
Saudaranya. https://m.fimela.com/amp/4604697/7-cara-mengatasi-sibling-rivalry-
kecemburuan-anak-pada-saudaranya#amp_tf=Dari
%20%251%24s&aoh=16641657644434&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com (Diakses tanggal 26 September 2022)
Prastowo, Andi. 2011 Seabrek Perilaku Sikap Orang Tua Yang Harus di Hindari
Terhadap Anak, Jogjakarta : Buku Biru
Shabir, Khairiyah Husain. 2011. Ibu dalam Mendidik Generasi Muslim. Jakarta: Firdaus
Silmina, Aisyah Almas. 2020. 4 Perilaku Orang Tua untuk Bantu Cegah Terjadinya
Sibling Conflict. https://www.haibunda.com/parenting/20200916155318-62-
162213/4-perilaku-orang-tua-untuk-bantu-cegah-terjadinya-sibling-conflict (Diakses
tanggal 26 September 2022)
Sovvia, Tutik. 2022. Persiapan Menjadi Orang Tua Dalam Merawat Bayi Pertamanya.
Yogyakarta : Victory Pustaka Media
Wangi, Ratna Mega. (20017). Character Parenting Space. Bandung: Read Publishing
House
Depkes RI. (2013). Riset Kesehatan RI. Jakarta: Badan penelitian dan Pengembangan
Kementrian Kesehatan RI
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas
%202013.pdf
Lampiran 1
PPT
https://docs.google.com/presentation/d/
1YmUnArQt_TAeQiVYWOv61ECcxzu3IZvp/edit?
usp=sharing&ouid=107673488997783152569&rtpof=true&sd=true
Lampiran 2
https://youtu.be/HMspEKMiEsQ
Lampiran 3
BUKU SAKU
https://drive.google.com/file/d/1gx9GsLDNBUE6A8vN4Nsdcx1Hsl-fwguU/view?
usp=sharing
Lampiran 4
(EDUGAME)
TEBAK GAMBAR
Sumber: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.tebakgambar&hl=en_US&gl=US
Langkah-langkah Permainan :
CLUE EDUGAME
5. Hal yang dilakukan seorang ayah agar terlibat dalam pengasuhan anak ?
Jawab : Mendampingi kehamilan
Lampiran 5
INSTRUMEN EVALUASI PRE DAN POST TEST
Link pretest
https://forms.gle/1bmnJNBWpoYRL75r8
Link posttest
https://forms.gle/RemwjQov1qFWauw38
Nama :
Usia :
a. Pendidik
b. Pengatur
c. Mengontrol
d. Pembimbing
e. Pengawas
b. Menumbuhkan rasa percaya diri dan kompeten pada anak melalui kegiatan
bermain
d. Menumbuhkan rasa minder dan kompeten pada anak melalui kegiatan bermain
e. Menumbuhkan rasa percaya diri dan kompeten pada anak melalui kegiatan
bermain yang lebih kasar dan melibatkan fisik baik di dalam ruangan atau di luar
ruangan
a. Mentoring
b. Modelling
c. Organizing
d. Teaching
e. Conscious
a. Berhenti melahirkan di usia 40 tahun agar dapat merawat balita secara optimal
d. Memecah hubungan antar pasangan, dengan keluarga lain, dan kelompok social
a. Dinamis
b. Otoriter
e. Berpikir kebelakang