Anda di halaman 1dari 9

FARMAKOLOGI KEHAMILAN DAN PERSALINAN

I. PENDAHULUAN
Farmakologi adalah pengetahuan yang mempelajari dampak obat pada
tubuh dan sebaliknya. Pada dasarnya farmakologi mencakup dua hal penting yaitu
farmakokinetik dan farmakodinamik. Farmakokinetik adalah apa yang dilakukan
oleh tubuh terhadap obat yang diberikan dan farmakodinamik adalah apa
ditimbulkan oleh obat terhadap tubuh.
Farmakologi dalam kehamilan dan persalinan adalah farmakologi yang
menyangkut bahasan obat-obat yang dipakai selama kehamilan dan persalinan.
Untuk itu penting untuk mengetahui perubahan fisiologi selama kehamilan dan
sirculasi uteroplacenter karena keduanya berpengaruh terhadap efek obat pada ibu
dan fetus. Pada persalinan masalah kegawatdaruratan menjadi maslah utama
sehingga bahasan ditekankan pada obat-obat untuk menagani kegawat daruratan
selama persalinan.
Pemberian obat harus selalu dilakukan dengan memperhatikan prinsip
prinsip pengetahuan hayati yang relevan, dasar evidensi dan pertimbangan hukum.
Banyak obat atau pengobatan diberikan secara empiris atau berdasar uji dan ralat
sebagaimana yang telah dilakukan selama beribu tahun. Ada banyak pertanyaan
mengapa obat ini bekerja atau tidak bekerja yang masih belum terjawab.
Pemantauan efek samping obatpun dilakukan berdasarkan bukti empiris. Dengan
menggunakan data-data hasil studi kasus, dapat emperlihatkan bagaimana cara
pendekatan ini memberi konstribusinya pada perawatan.
Tujuan penulisan:
1. Tujuan umum:
Mengetahui obat-obat yang digunakan selama kehamilan dan persalinan.
2. Tujuan khusus:
2.1. Mengetahui jenis obat yang digunakan selama kehamilan dan persalinan.
2.2. Mengetahui dosis obat yang digunakan selama kehamilan dan persalinan.
2.3. Mengetahui indikasi dan kontraindikasi obat yang digunakan selama
kehamilan dan persalinan.
2.4. Mengetahui efek samping obat yang digunakan selama kehamilan dan
persalinan.
2.5. Mempelajari asuhan keperawatan pada klien yang mendapatkan obat
selama kehamilan dan persalinan.

II. PERUBAHAN FISIOLOGI DALAM KEHAMILAN DAN SIRKULASI


UTEROPLACENTER
1. PERUBAHAN FISIOLOGI DALAM KEHAMILAN
Selama kehamilan terjadi perubahan fisiologi dan anatomi oleh karena
perubahan hormonala, peningkatan metabolisme oleh pertumbuhan fetus dan
placenta dan pengaruh mekanik karena pembesaran uterus.
Perubahan fisiologi pada system saraf pusat bahwa otak lebih sensitif
terhadap obat –obat sedasi, ada penurunan minimal alveolar concentration (MAC)
terhadap obat anestesi inhalasi. Ruang epidural menyempit karena ada pelebaran
pembuluh darah.
Pada system respirasi terjadi peningkatan : konsumsi O2 20%-50%, ventilasi
semenit 50%, volume tidal 40%, frekuensi nafas 15%, PaO2 10%, tetapi terjadi
penurunan: PaCO2 15%, HCO3 15%, functional residual capacity (FRC) 20%.
Terjadi edema pada saluran nafas.
Pada system cardiovaskuler terjadi peningkatan volume darah 35%, volume
plsma 45%, curah jantung 40%, volume sekuncup 35%, frekuensi jantung 15%-
30%. Terjadi penurunan resistensi perifer 15%, penekanan mekanis akibat
pembesaran uterus terhadap diafragma dan penekanan pada aorta caval pada posisi
terlentang akan mengganggu pernafasan dan kardiovaskuler.
Pada system renal terjadi pembesaran ginjal, peningkatan renin dan
aldosteron menyebabkan retensi natrium. Peningkatan aliran plasma dan laju filtrasi
glomerus sampai 50% pada trimester pertama dan menurun kenormal pada
trimester tiga. Creatinin dan ureum serum sedikit menurun. Osmolalitas plasma
menurun 8-10 mOsm/kg. Ada glukosuria proteinuria ringan.
Pada system pencernaan tonus spingter gastroesofagus akibat penekanan
mekanik gaster dan peningkatan progesterone sehingga memudahkan refluks
gastroesofagus dan esofagitis, regurgitasi dan aspirasi.
Pada system hepar relatif tidak terjadi gangguan.
Pada system hematologi terjadi hiperkoagulopati. Terjadi peningkatan
faktor-faktor pembekuan VII, VIII, IX, X, XII 25%-50%, peningkatan leukosit,
penurunan hemoglobin 20% dan penurunan trombosit 10%-20%.

2. SIRKULASI UTEROPLACENTER
Obat-obat yang dipakai pada pasien hamil dapat diberikan secara oral,
perenteral, inhalasi,intrathecal atau epidural. Apapun cara pemberian obat pada ibu
pada akhirnya obet akan masuk kedalam sirkulasi dan melaluio sirkulasi
uteroplacenter dan masuk ke fetus.
Kondisi normal uteroplacenter sangat bergantung pada aliran darah uterus
yang adekuat dan fungsi placenta yang normal, dan ini merupakan salah satru faktor
sangat penting bagi kesehatan pertumbuhan fetus. Aliran darah uterus pada eterm
kira-kira 10% curah jantung, kira-kira 60 ml/menit (dalam keadaan normal tidak
hamil hanya 50 ml/menit). Delapan puluh persen aliran darah uterus ini masuk ke
placenta dan sisanya ke miometrium. Kehamilan menyebabkan vasodilatasi
meksimal pembuluh darah uterus, sehingga tidak ada otoregulasi, etapi masih
sensitif terhadap alfa adrenergik agonist.
Penurunan aliran darah ke uterus dapat disebabkan oleh tiga faktor utama:
II.1. Hipotensi sistemik
II.2. Vasokonstriksi uterus
II.3. Kontraksi uterus
Fetus bergantug pada placenta untuk pertukaran gas respirasi, nutrisi dan
pembuangan sisa metabolisme. Membran yang berfungsi melakukan pertukaran
tersebut seluas 1,8 m2. bentuk anatomi hubungan antara ibu dan fetus pada tingkat
placenta sedemikian rupa sehingga zat didalam darah fetus pada villi langsung
terjadi pertukaran dengan zat dalam darah ibu (karena darah ibu merendam villi).
Darah fetus didalam villi berasal dari dua pembuluh darah arteri umbilikalis dan
kembali ke fetus melalui satu pembuluh vena umbilikalis.

III. OBAT OBAT YANG DIGUNAKAN SELAMA KEHAMILAN DAN


PERSALINAN.
1. OBAT OBAT YANG DIGUNAKAN SELAMA KEHAMILAN
1.1. Zat Besi
Zat besi merupakan mineral yang diperlukan oleh semua sistem biologi di
dalam tubuh. Besi merupakan unsur essensial untuk sintesis hemoglobin,
sintesis katekolamin, produksi panas dan sebagai komponen enzim-enzim
tertentu yang diperlukan untuk produksi adenosin tripospat yang terlibat
dalam respirasi sel. Defisiensi besi akan mengakibatkan anemia yang
menurunkan jumlah maksimal oksigen yang bisa dibawa oleh darah.
Tanpa diobati, penyakit anemia dapat berlanjut pada keadaan gagal
jantung.
Extra zat besi diperlukan pada kehamilan. Kebutuhan zat besi pada
kehamilan dengan janin tunggal adalah:
 200-600 mg untuk memenuhi peningkatan massa sel darah.
 200-370 mg untuk janin yang bergantung pada berat lahirnya.
 150-200 mg untuk kehilangan external.
 30-170 mg untuk tali pusat dan placenta
 90-310 mg untuk menggantikan darah yang hilang saat melahirkan.
Dengan demikian, kebutuhan total zat besi pada kehamilan berkisar antara
580-1340 mg, dan 440-1050 mg diantaranya akan hilang dalam tubuh ibu
pada saat melahirkan (Hilman dalam Jordan S, 2002)
Untuk mengatasi ini ibu hamil perlu 3,5-4 mg zat besi setiap hari.
Kebutuhan ini akan meningkat dengan signifikan dalam trimester terakhir,
yaitu rata-rata 2,5 mg /hari pada awal kehamilan menjadi 6,6 mg/ hari
(Letsky & Warwick dalam Jordan S, 2002)
Efak samping:
 Mual, muntah kram lambung, nyeri uluhati dan konstipasi.
 Defisiensi mikronutrien: Zink dan kalsium
 Viskositas darah meningkat, mengganggu aliran darah pada placenta

1.2. Antasid
Refluks asam lambung “heartburn” merupakan masalah yang sering terjadi
selama kehamilan. Jika penggunaan obat-obatan yang bertujuan untuk
mengurangi sekresi asam lambung atau aktivasi asam lambung dalam
jangka lama dapat mengganggu fungsi normal asam lambung seperti
antibacterial dalam makanan, membantu pencernaan protein, aliran getah
empedu dan pankreaas, serta untuk membantu absorpsi vitamin B12.
Kerja dan efek samping antacid mengurangi keasaman lambung yang :
 Menetralkan isi lambung
 Menurunkan refluks dengan meningkatkan tekanan pada spingter
esophagus bagian distal
Magnesium karbonat dan magnesium hidroksida akan menetralkan asam
klorida selama beberapa jam dengan membentuk magnesium klorida yang
tidak dapat larut. Magnesium trisilikat juga membentuk koloida silica yang
menyerap pepsin dan memiliki kerja yang lebih panjang. Preparat ini bias
menimbulkan batu ginjal jika dikonsumsi dalam waktu yang lama.
Sedangkan natrium bikarbonat akan bekerja cepat menetralkan asam
lambung dengan melepaskan karbondioksida yang dapat menstimulasi
gastrin yang selanjutnya akan meningkatkan produksi asam lambung dan
memperparah gejalanya. Karbondioksida akan menimbulkan distensi
lambung. Selain itu natrium bikarbonat dapat menyebabkan alkalosis
metabolic dan pembentukan batu ginjal serta menghalangi penyerapan
vitamin B.

1.3. Pencahar
Konstipasi merupakan masalah yang sering dialami oleh wanita hamil
karena penurunan motilitas usus yang terjadi secara fisiologis.Dalam hal ini
preparat farmakologis bermanfaat untuk mengatasi konstipasi akut, dan
pemakaiannya harus dibatasi dalam waktu 1-2 minggu. Meskipun
penggunaan obat pencahar kadang dianggap aman, pemberiannya dalam
jangka waktu yang lama dapat disertai dengan komplikasi dan kerusakan
usus.
Semua obat pencahar dapat menimbulkan efek samping dengan
mengganggu: fungsi normal keseimbangan cairan dan elektrolit; flora
kolon; motilitas usus.

1.4. Kortikosteroid
Preparat steroid telah menyelamatkan kehidupan dan merupakan revolusi
dalam penatalaksanaan keadaan sakit yang berat seperti serangan asma,
artritis rematoid, dermatitis, dan penyakit addison. Penggunaan preparat
inhalasi beklomethason secara teratur akan mengurangiu serangan asma
yang berat pada kehamilan. Preparat streroid oral yang lain seperti
prednisolon merupakan obat yang esensial untuk serangan asma yang akut
dan berat. Preparat inhalasi kortikosteroid dapat menimbulkan infeksi oral
seperti kandidiasis kecuali jika hygiene mulut dijaga dengan baik.

1.5. Antiepilepsi
Pada kehamilan, kenaikam konsentrasi estrogen dan progesterone didalam
darah dapat mengubah ambang otak terhadap serangan epilepsy. Estrogen
dianggap dapat menurunkan ambang kejang, sementara progesterone
menurunkan eksibilitas neuron. Perubahan kadar elektrolit serum dapat
mempengaruhi frekwensi serangan, penurunan konsentrasi natrium dan
magnesium yang ditemukan pada kehamilan bias menjadi factor pencetus
serangan epilepsy.
Konsentrasi obat-obat epilepsy dalam plasma akan berkurang karena :
 Penambahan volume ekstrasel dalam tubuh ibu disamping
perkembangan kompartemen tambahan pada janin.
 Penurunan absorpsi dalam usus yang disebabkan oleh penurunan
motilitas usus pada kehamilan, efek pengikatan zat-zat yang
umumnya dikonsumsi pada saat hamil seperti zat besi dal kalsium.
 Peningkatan eliminasi obat anti epilepsy dapat terjadi karena
pengikatan obat oleh protein plasma yang dikombinasi dengan
peningkatan ekskresi obat lewat ginjal.
 Peningkatan metabolisme obat antiepilepsi oleh enzimm (hati) pada
ibu dan janin (glosarium) serta plasenta.
Obat yang digunakan pada epilepsy : Fenitoin (epanutin), Karbamazepin
(Tegretol), Natrium valproat (Epilim, Convultex).
Untuk mengurangi resiko teratogenis yang lebih lanjut dalam monoterapi,
bila mungkin obat antiepilepsi diberikan dalam bentuk preparat lepas lambat
atau dengan dosis terbagi guna menghindari pencapaian konsentrasi puncak
dalam plasma darah ibu.
Efek samping obat antiepilepsi pada umumnya :
 SSP : vertigo, diplopia, sakit kepala, gejala konvulsi dan agitasi,
tremor, sedasi, hiperaktifitas dan halusinasi
 GIT : mulut kering, anoreksia, diare/konstipasi, ikterus kolestatik,
dan iritasi lambung
 Darah : trombositopenia, erytrositopenia, leucopenia, dan
tromboemboli
 Sistem kardiovaskuler : edema, hipotensi, tromboflebitis
 Metabolik : hipokalsemia, defisiensi Vit K, dan asam folat
 Kulit : ruam kulit dan kerontokan rambut ringan.
1.6. Magnesium Sulfat
Magnesium sulfat merupakan obat pilihan untuk mencegah serangan kejang
pada eklapsia, yang dapat diberikan lewat suntikan IM ataupun IV. Dosis
pemberian bonus IV 4 gram yang disuntikan perlahan-lahan 5-10 menit.
Pemberian bolus 2 g dapat dilakukan dengan perlahan-lahan selama
sedikitnya 5 menit begitu serangan konvulsi terjadi kembali. Kadar toksik
MgSO4 dapat dicapai dengan cepat jika halauran urinya dibawah normal
(kurang dari 30 cc/jam) dengan gejala awal timbulnya perasaan haus, panas,
dan flushing yang berlanjut dengan hilangnya refleks patella, depresi
pernafasan, oliguria, henti nafas dan henti jantung.

1.7. Antihipertensi
Hipertensi yang berat (>170/110 mmHg) akan memerlukan intervensi
farmakologis untuk mencegah stroke pada ibu. Prognosis perinatal akan
berhubungan dengan lamanya dan beratnya hipertensi. Obat apapun yang
digunakan dapat menyebabkan penurunan tekanan darah secara berlebihan
yang akan membahayakan aliran darah ke dalam plasenta yang kurang
memiliki kemampuan autoregulasi, dimana keadaan ini menjelaskan
hubungan antara retardasi pertunbuhan intrauteri dan prematuritas.
Seringkali pilihan pertama obat antihipertensi adalah metildopa yang tidak
mengganggu fungsi renal dan tidak mengurangi curah jantung.
Kerja dan efek samping metildopa :
Metildopa bekerja sentral dalam batang otak untuk melawan kerja adrenalin
(eprinefrin) serta noradrenalin (noreprinefrin) dan dopamine. Kerjanya yang
bersifat antagonis ini menyebabkan :
 Inhibisi system saraf simpatis yang bertanggung jawab
mengendalikan TD. Vasodilatasi dan bradikardia yang ditimbulkan
akan menurunkan TD.
 Gangguan pada system yang mengaktifkan fungsi retikularis (pada
batang otak). Gangguan ini akann menimbulkan sedasi, rasa lemah
dan penurunan energi mental.

2. OBAT OBAT YANG DIGUNAKAN SELAMA PERSALINAN


2.1. Opioid
2.2. Obat anestesi lokal
2.3. Obat Oksitosik
2.4. Obat Tokolitik
IV. KESIMPULAN
V. DAFTAR PUSTAKA
VI. LAMPIRAN-LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai