Anda di halaman 1dari 17

konsep pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) di masyarakat

Dosen Pengampu:
Tugas Kebidanan Komunitas

Disusun oleh:

Ani (1710630100005)

Nandalita (1710630100036)

Vany Cristine Hasibuan (1710630100059)

UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PRODI D-III KEBIDANAN

2019
KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum wr. Wb.


Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa, atas
rahmat hidayah dan izinnya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“konsep pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) di masyarakat” dimana dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Tugas ini merupakan tugas dari mata kuliah “Kebidanan Komunitas”
penyusunan makalah ini kami mengalami kendala atau hambatan namun semua dapat
di atasi dengan baik karena bantuan dari semua pihak yang membantu kami dalam
penyusunan makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami.
Saya yakin makalah yang saya susun ini, masih jauh dari kesempurnaan.
Karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi
penyempurnaan makalah kami berikutnya.

Karawang, 22 Maret 2019

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan
derajat kesehatan msyarakat yang setinggi tingginya dapat terwujud.
Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan peri
kemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta
pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan,
antara lain ibu, bayi, anak, manusia usia lanjut (manula), dan keluarga miskin.
Dalam upaya penurunan Angka Kemtian Ibu dan Anak Indonesia, sistim
pencatatan dan pelaporan merupakan komponen yang sangat penting. Selain
sebagai alat untuk memantau kesehatan ibu daan bayi, bayi baru lahir, bayi
dan balita, juga untuk menilai sejuh mana keberhasilan program serta sebagai
bahan untuk membuat perencanaan di tahun-tahun berikutnya, dengan
melaksanakan berbagai program KIA.
Agar pelaksanaan program KIA, aspek peningkatan mutu pelayanan
program KIA tetap diharapkan menjadi kegiatan prioritas di tingkat kabupaten
atau kota. Peningkatan mutu program KIA juga dinilai dari besarnya cakupan
program di masing-masing wilayah kerja. Untuk itu, besarnya cakupan
pelayanan KIA disuatu wilayah kerja perlu dipantau secara terus menerus,
agar diperoleh gambaran yang jelas mengenai kelompok mana dalam wilayah
kerja tersebut yang paling rawan.
Selain itu untuk membantu mengurangi angka kematian dan kesakitan
ibu dan bayi tersebut serta meningkatkan mutu pelayanan program KIA,
Bidan haruslah dapat membangun kemitraan yang efektif melalui kerjasama
lintas program lintas sector dan mitra lainnya serta dapat bekerjasama dengan
masyarakat. Masyarakat dapat dibina dalam proses tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu KIA?
2. Apa tujuan pelayanan KIA?
3. Bagaimana prinsip pengelolaan KIA?
4. Bagaimana batasan indicator pemantauannya?
5. Apa saja pelayanan KIA?
6. Bagaimana penggunaan dan fasilitasi buku KIA?

C. TUJUAN
1. Mengetahui apa itu KIA
2. Mengetahui apa itu tujuan KIA
3. Mengetahui apa saja prinsip pengelolaan KIA
4. Mengetahui apa saja batasan indicator pengelolaan KIA
5. Mengetahui apa saja pelayanan KIA
6. Mengetahui penggunaan dan fasilitasi buku KIA
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Program kesehatan ibu dan anak (KIA) adalah program untuk mengurangi
AKI dan AKB. Program tersebut antara lain Safe Motherhood. Program ini di
Indonesia dituangkan dalam bentuk program Keluarga Berencana (KB),
pelayanan pemeriksaan dan perawatan kehamilan, persalinan sehat dan aman,
serta pelayanan obstetri esensial di pusat layanan kesehatan masyarakat.
(Zahtamal, 2011)
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA)
adalah alat manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA di suatu
wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat
dan tepat. (Depkes, 2009)
Fasilitas pelayanan kesehatan KIBBL adalah sarana (alat dan sumber daya)
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan (promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah/masyarakat)

B. Tujuan Program KIA


Tujuan Program Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya
kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal,
bagi ibu dan keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia
Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin
proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan
kualitas manusia seutuhnya.

C. Sedangkan Tujuan Khusus Program KIA adalah :


1. Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan, sikap dan perilaku), dalam
mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi
tepat guna dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga,paguyuban 10
keluarga, Posyandu dan sebagainya.
2. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah
secara mandiri di dalam lingkungan keluarga, paguyuban 10 keluarga,
Posyandu, dan Karang Balita serta di sekolah Taman Kanak-Kanak atau
TK.
3. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil,
ibu bersalin, ibu nifas, dan ibu meneteki.
4. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, nifas, ibu
meneteki, bayi dan anak balita.
5. Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan
seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak
prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu dan keluarganya.

D. PRINSIP PENGELOLAAN PROGRAM KIA-KB


1. Pengelolaan program KIA bertujuan memantapkan dan meningkatkan
jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pemantapan
pelayanan KIA dewasa ini diutamakan pada kegiatan pokok sebagai berikut:
2. Peningkatan pelayanan antenatal bagi seluruh ibu hamil di semua pelayanan
kesehatan dengan mutu sesuai standar serta menjangkau seluruh sasaran.
3. Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan diarahkan ke
fasilitas kesehatan.
4. Peningkatan pelayanan kesehatan bayi baru lahir, bayi dan anak balita di
semua pelayanan kesehatan yang bermutu dan sesuai standar serta
menjangkau seluruh sasaran.
5. Peningkatan deteksi dini risiko/komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir
oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat.
6. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir secara
adekuat dan pengamatan secara terus-menerus oleh tenaga kesehatan.
7. Peningkatan pelayanan ibu nifas, bayi baru lahir, bayi dan anak balita sesuai
standar dan menjangkau seluruh sasaran.
8. Peningkatan pelayanan KB berkualitas.
9. Peningkatan deteksi dini tanda bahaya dan penanganannya sesuai standar
pada bayi baru lahir, bayi dan anak balita.
10. Peningkatan penanganan bayi baru lahir dengan komplikasi sesuai standar

E. Batasan Dan Indikator Pemantauan


a. Batasan
1) Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal adalah : pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan
untuk ibu selama masa kehamilannya, yang dilaksanakan sesuai dengan
standar pelayanan antenatal yang telah ditetapkan.
2) Penjaringan (Deteksi) Dini Kehamilan Berisiko
Kegiatan ini bertujuan untuk menemukan ibu hamil berisiko/komplikasi,
yang dapat dilakukan oleh kader, dukun bayi dan tenaga kesehatan.
3) Kunjungan Ibu Hamil
Yang dimaksud kunjungan ibu hamil disini adalah kontak ibu hamil
dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai
standar yang ditetapkan. Istilah “kunjungan” disini tidak mengandung arti
bahwa ibu hamil yang berkunjung ke fasilitas pelayanan, tetapi setiap
kontak tenaga kesehatan (di posyandu, pondok bersalin desa, kunjungan
rumah) dengan ibu hamil untuk memberikan pelayanan antenatal sesuai
standar dapat dianggap sebagai kunjungan ibu hamil.
4) Kunjungan Baru Ibu Hamil (K1)
Adalah kunjungan ibu hamil yang pertama kali masa kehamilan.
5) K 4
Adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang keempat (atau
lebih), untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang
ditetapkan, dengan syarat :
1) Minimal satu kali kontak pada triwulan I.
2) Minimal satu kali kontak pada triwulan II
3) Minimal dua kali kontak pada triwulan III
6) Kunjungan Neonatal (KN)
Adalah kontak neonatal dengan tenaga kesehatan minimal 2 kali untuk
mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan kesehatan neonatal, baik
didalam maupun diluar gedung puskesmas (termasuk bidan di desa,
polindes, dan kunjungan rumah) dengan ketentua
a) Kunjungan pertama : 1 – 7
b) Kunjungan kedua : 8 – 28 hari
c) Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan bukan merupakan
kunjungan neonatal.
7) Kunjungan Ibu Nifas.
Adalah kontak ibu nifas dengan tenaga kesehatan minimal 3 kali untuk
mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan kesehatan ibu nifas, baik
didalam maupun diluar gedung puskesmas (termasuk bidan di desa,
polindes, dan kunjungan rumah) dengan ketentuan :
a) Kunjungan pertama : 1 – 7 hari
b) Kunjungan kedua : 8 – 28 hari
c) Kunjungan ketiga : 29 – 42 hari
8) Sasaran Ibu Hamil
Sasaran ibu hamil adalah jumlah ibu hamil di suatu wilayah dalam kurun
waktu satu tahun. 11
9) Ibu Hamil Berisiko
Adalah ibu hamil yang mempunyai faktor risiko dan risiko tinggi.
b. Indikator Pemantauan
Ditetapkan 6 indikator dalam PWS-KIA yaitu:
1) Akses pelayanan antenatal (cakupan I)
Merupakan alat untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal
serta kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat.
DENGAN RUMUS:
Jumlah kunjungan baru ibu hamil (KI) X 100 %

Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun


2) Cakupan ibu hamil (cakupan K4)
Menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil disuatu wilayah
serta menggambarkan kemampuan manajemen/kelangsungan program
KIA.
DENGAN RUMUS :
Jumlah kunjungan ibu hamil (cakupan K4) X 100%

Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun


3) Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan
Merupakan alat untuk memperkirakan proporsi persalinan yang
ditangani oleh tenaga kesehatan yang menggambarkan kemampuan
manajemen program KIA dalam pertolongan persalinan secara
professional.
DENGAN RUMUS:
Jumlah persalinan oleh tenaga kesehatan X 100%

Jumlah sasaran persalinan dalam satu tahun


4) Deteksi ibu hamil beresiko oleh tenaga kesehatan
Merupakan alat untuk mengukur besarnya masalah yang dihadapi
oleh program KIA yang harus ditindak lanjuti dan diintervensi secara
intensif.
DENGAN RUMUS:
Jumlah ibu hamil beresiko X 100%

Jumlah sasaran bumil dalam satu tahun


5) Detaksi ibu hamil beresiko oleh masyarakat.
Merupakan alat untuk mengukur tingkat kemampuan dan peran
serta masyarakat dalam melakukan deteksi ibu hamil beresiko di suatu
wilayah.
DENGAN RUMUS:
Jumlah bumil yang dirujuk oleh kader ke peskesmas/nakes X 100%

Jumlah sasaran bumil dalam 1 tahun


6) Cakupan pelayanan neonatal oleh tenaga kesehatan
Untuk mengetahui jangkauan layanan kesehatan neonatal serta
kemampuan program dalam menggerakan masyarakat melakukan layanan
kesehatan neonatal.
DENGAN RUMUS:
Jumlah kunjungan baru bayi usia < 1 bulan yang X 100%
mendapatkan layanan kesehatan oleh nakes

Jumlah sasaran bayi dalam satu tahun


Dalam PWS-KIA 6 indikatornya disebut sebagai “Indikator
Pemantauan Teknis” Untuk KI dan K4 disebut sebagai “Indikator
Pemantauan Non Teknis”. Kedua inikator ini digunakan sebagai alat
motivasi dan komunikasi dengan lintas terkait dalam menyampaikan
kemajuan maupun permasalahan operasional KIA di suatu wilayah.kedua
indicator ini disajikan setiap bulan dalam rakor, untuk menyampaikan
desa (RW) mana yang maju atau yang masih kurang dari target.
JIKA: pencapaian KI kurang dari 80% dan pencapaian K4 kurang dari
70% Menunjukan:
1. Managemen program KIA belum optimal
2. Petugas bersifat pasif
3. Upaya KIEnya belum memadai.

F. PELAYANAN PROGRAM KIA


1. Pelayanan Antenatal Pelayanan antenatal
Adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa
kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang
ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK). Pelayanan antenatal
sesuai standar meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan),
pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus, serta intervensi umum dan khusus
(sesuai risiko yang ditemukan dalam pemeriksaan). Dalam penerapannya terdiri
atas:
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
2. Ukur tekanan darah.
3. Nilai Status Gizi (ukur lingkar lengan atas).
4. Ukur tinggi fundus uteri.
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).
6. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid
(TT) bila diperlukan.
7. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
8. Test laboratorium (rutin dan khusus).
9. Tatalaksana kasus
10. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.
Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan golongan darah,
hemoglobin, protein urine dan gula darah puasa. Pemeriksaan khusus
dilakukan di daerah prevalensi tinggi dan atau kelompok ber-risiko,
pemeriksaan yang dilakukan adalah hepatitis B, HIV, Sifilis, malaria,
tuberkulosis, kecacingan dan thalasemia.
Dengan demikian maka secara operasional, pelayanan antenatal disebut
lengkap apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi standar
tersebut. Ditetapkan pula bahwa frekuensi pelayanan antenatal adalah
minimal 4 kali selama kehamilan, dengan ketentuan waktu pemberian
pelayanan yang dianjurkan sebagai berikut :
- Minimal 1 kali pada triwulan pertama.
- Minimal 1 kali pada triwulan kedua.
- Minimal 2 kali pada triwulan ketiga.
Standar waktu pelayanan antenatal tersebut dianjurkan untuk menjamin
perlindungan kepada ibu hamil, berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan
dan penanganan komplikasi.
Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan antenatal
kepada Ibu hamil adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan
perawat.
2. Pertolongan Persalinan Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
Adalah pelayanan persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang kompeten. Pada kenyataan di lapangan, masih terdapat
penolong persalinan yang bukan tenaga kesehatan dan dilakukan di luar
fasilitas pelayanan kesehatan.
Oleh karena itu secara bertahap seluruh persalinan akan ditolong oleh
tenaga kesehatan kompeten dan diarahkan ke fasilitas pelayanan kesehatan.
Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
1. Pencegahan infeksi
2. Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar.
3. Manajemen aktif kala III
4. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan
yang lebih tinggi.
5. Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
6. Memberikan Injeksi Vit K 1 dan salep mata pada bayi baru lahir.
Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan
pertolongan persalinan adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter dan bidan.
3. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Pelayanan kesehatan ibu nifas
Apelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42
hari pasca bersalin oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada
ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan
melakukan kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali dengan ketentuan waktu
Pelayanan yang diberikan adalah :
1. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu.
2. Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus).
3. Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya.
4. Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan.
5. Pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali , pertama
segera setelah melahirkan, kedua diberikan setelah 24 jam pemberian
kapsul Vitamin A pertama.
6. Pelayanan KB pasca salin Tenaga kesehatan yang dapat memberikan
pelayanan kesehatan ibu nifas adalah : dokter spesialis kebidanan,
dokter, bidan dan perawat.
4. Pelayanan Kesehatan Neonatus Pelayanan kesehatan neonatus
Adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga
kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode
0 sampai dengan 28 hari setelah lahir, baik di fasilitas kesehatan maupun
melalui kunjungan rumah.
Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus
terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat
kelainan/masalah kesehatan pada neonatus. Risiko terbesar kematian
neonatus terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, minggu pertama dan bulan
pertama kehidupannya. Sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat
dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama.
Pelayanan Kesehatan Neonatal dasar dilakukan secara komprehensif
dengan melakukan pemeriksaan dan perawatan Bayi baru Lahir dan
pemeriksaan menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Bayi Muda
(MTBM) untuk memastikan bayi dalam keadaan sehat, yang meliputi :
1. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan Fisis
1) Lihat postur, tonus, dan aktifitas bayi.
2) Lihat pada kulit bayi.
3) Hitung pernafasan dan lihat tarikan dinding dada ketika bayi
sedang tidak menangis.
4) Hitung detak jantung dengan stetoskop. Stetoskop
diletakkan pada dada kiri bayi setinggi apeks.
5) Lakukan pengukuran suhu ketiak dengan termometer.
6) Lihat dan raba bagian kepala.
7) Lihat pada mata.
8) Lihat bagian dalam mulut (lidah, selaput lendir) Jika bayi
menangis, masukkan satu jari yang menggunakan sarung
tangan ke dalam dan raba langit-langit.
9) Lihat dan raba pada bagian perut Lihat pada tali pusat. Lihat
pada punggung dan raba tulang belakang.
10) Lihat pada lubang anus, hindari untuk memasukkan alat atau
jari dalam melakukan pemeriksaan anus.
11) Tanyakan pada ibu apakah bayi sudah buang air besar.
12) Lihat dan raba pada alat kelamin bagian luar. Tanyakan pada
ibu apakah bayi sudah buang air kecil.
13) Timbang bayi. Timbang bayi dengan menggunakan selimut,
hasil timbangan dikurangi selimut.
14) Mengukur panjang dan lingkar kepala bayi. Jelaskan cara dan
alat.
15) Menilai cara menyusui, minta ibu untuk menyusui bayinya.
2. Pemeriksaan menggunakan pendekatan MTBM
a. Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri,
ikterus, diare, berat badan rendah dan Masalah pemberian ASI.
b. Pemberian Vitamin K1, Imunisasi Hepatitis B-0 bila belum
diberikan pada waktu perawatan bayi baru lahir
c. Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI
eksklusif, pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan
bayi baru lahir di rumah termasuk perawatan tali pusat dengan
menggunakan Buku KIA.
d. Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan. Tenaga
kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan neonatus
adalah : dokter spesialis anak, dokter, bidan dan perawat.

G. Penggunaan dan Fasilitasi Buku KIA

Sumber data buku KIA


Jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan ANC sesuai
standar K4 diperoleh dari catatan register kohort ibu dan laporan
PWS KIA.
Perkiraan penduduk sasaran ibu hamil diperoleh dari Badan Pusat
Statistik atau BPS kabupaten atau propinsi jawa barat.
Kegunaan buku KIA
Mengukur mutu pelayanan ibu hamil
Mengukur tingkat keberhasilan perlindungan ibu hamil melalui
pelayanan standar dan paripurna. Jumlah ibu hamil yang telah
memperoleh pelayanan ANC sesuai standar K4 Perkiraan penduduk
Mengukur kinerja petugas kesehatan dalam penyelenggaraan
pelayanan ibu hamil

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu
menyusui, bayi dan anak balita serta anak prasekolah. Pemberdayaan
Masyarakat bidang KIA masyarakat dalam upaya mengatasi situasi gawat
darurat dari aspek non klinik terkait kehamilan dan persalinan. Sistem
kesiagaan merupakan sistem tolong-menolong, yang dibentuk dari, oleh dan
untuk masyarakat, dalam hal penggunaan alat tranportasi atau komunikasi
(telepon genggam, telepon rumah), pendanaan, pendonor darah, pencacatan
pemantauan dan informasi KB. Dalam pengertian ini tercakup pula
pendidikan kesehatan kepada masyarakat, pemuka masyarakat serta
menambah keterampilan para dukun bayi serta pembinaan kesehatan di taman
kanak-kanak.
Tujuan Program Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya
kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal,
bagi ibu dan keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia
Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk
menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan
bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
B. SARAN
Semoga dengan tersusunnya makalah KIA ini, memberikan manfaat bagi
kita semua, dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Daftar Pustaka

1. Agustini, Dkk. 2013. Infeksi Menular Seksual Dan Kehamilan. Seminar


Nasional Fmipa Undiksha III Tahun 2013
2. Asmarawati, Tina. 2010. “Abortus Dan Permasalahannya Di Indonesia”.
Jurnal Pelita Edisi Vii Volume 2 Juli -Desember 2010
3. Cunningham, F G,dkk., 2005. Obstetri Williams Volume I. Jakarta : EGC
4. Departemen Kesehatan RI. 2008. Informasi Seputar Kesehatan Bayi Baru
Lahir. Jakarta.
5. Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat
Kesehatan Ibu Dan Anak (Pws-Kia). Jakarta.
6. Departemen Kesehatan RI. 2010. Panduan Pelayanan Kesehatan Bayi Baru
Lahir Berbasis Perlindungan Anak. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai