Anda di halaman 1dari 29

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pada era globalisasi ini banyak masalah kesehatan di Indonesia, hal ini terjadi karena
kurangnya kinerja tenaga kesehatan,salah satunya meningkatnya angka kematian ibu dan
anak yang menjadi tanggung jawab seorang bidan.Kinerja bidan perlu ditingkatkan untuk
mengetahui mutu pelayanan kesehatan. Banyak hal yang bisa dilakukan baik dari pemerintah,
masyarakat maupun bidan untuk meningkatkan kinerjanya salah satunya dengan memberikan
reward pada bidan yang memiliki kualitas baik.

Globalisasi mempertinggi arus kompetisi disegala bidang termasuk bidang kesehatan dimana
perawat dan bidan terlibat didalamnya. Untuk dapat mempertahankan eksistensinya, maka
setiap organisasi dan semua elemen-elemen dalam organisasi harus berupaya meningkatkan
mutu pelayanannya secara terus menerus. Kecenderungan masa kini dan masa depan
menunjukkan bahwa masyarakat semakin menyadari pentingnya peningkatan dan
mempertahankan kualitas hidup (quality of life).

Oleh karena itu pelayanan kesehatan yang bermutu semakin dicari untuk memperoleh
jaminan kepastian terhadap mutu pelayanan kesehatan yang diterimanya. Semakin tinggi
tingkat pemahaman masyarakat terhadap pentingnya kesehatan untuk mempertahankan
kualitas hidup, maka konsumen akan semakin kritis dalam menerima produk jasa, termasuk
jasa pelayanan kebidanan, sehingga peningkatan mutu pelayanan kebidanan perlu dilakukan
terus menerus. Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu banyak
upaya yang perludilaksanakan. Oleh karena itu, penulis membuat makalah dengan judul
Metode Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak.

2. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata
kuliah Mutu Pelayanan Kesehatan

Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa mampu memahami definisi mutu layanan ibu dan anak.

b. Agar mahasiswa mampu memahami metode peningkatan mutu layanan ibu dan anak.

c. Agar mahasiswa mampu memahami pelayanan kesehatan ibu dan anak.

d. Agar mahasiswa mampu memahami pelatihan dan seminar dalam pelayanan ibu dan
anak

3. Manfaat Penulisan

Diharapkan pembaca terutama mahasiswi kebidanan untuk dapat mengerti dan


memahami tentang Metode Peningkatan Mutu Pelayanan Kebidanan yaitu Pelayanan Bidan
Delima dan Seminar dan Pelatihan dalam Pelayanan Kebidanan

Bab 2
Isi

MUTU PELAYANAN KIA (KESEHATAN IBU DAN ANAK)

Dr. Suparyanto, M.Kes

Mutu Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

Agar pelaksanaan program KIA dapat berjalan lancar, aspek peningkatan mutu pelayanan
Program KIA tetap diharapkan menjadi kegiatan prioritas di tingkat Kabupaten/ Kota.
Peningkatan mutu Program KIA juga dinilai dari besarnya cakupan program di masing-
masing wilayah kerja.Untuk memantau cakupan pelayanan KIA tersebut dikembangkan
Sistem PWS KIA. Dengan diketahuinya lokasi rawan kesehatan ibu dan anak, maka wilayah
kerja tersebut dapat diperhatikan dan dicarikan pemecahan masalahnya. Untuk memantau
cakupan pelayanan KIA tersebut dekembangkan sistem PWS KIA.

Dengan melakukan PWS KIA diharapkan :

Cakupan pelayanan dapat ditingkatkan dengan menjangkau seluruh sasaran di suatu wilayah
kerja.

Penyajian PWS KIA dapat dipakai sebagai alat advokasi, informasi dan komunikasi kepada
sektor terkait, khususnya aparat setempat yang berperan dalam pendataan dan penggerakan
sasaran.

PWS KIA dapat digunakan untuk memecahkan masalah teknis dan non teknis.

Hasil analisis PWS KIA di tingkat puskesmas dan kabupaten/ kota dapat digunakan untuk
menentukan puskesmas dan desa/ kelurahan yang rawan. (Depkes, 2009)

PRINSIP DAN STRATEGI PENGELOLAAN PROGRAM KIA

Pengelolaan program KIA pada prinsipnya bertujuan memantapkan dan meningkatkan


jangkauan serta mutu pelayanan KIA, secara efektif dan efisien. Pemantapan pelayanan KIA
dewasa ini diutamakan pada kegiatan pokok sebagai berikut:
Peningkatan pelayanan antenatal disemua fasilitas pelayanan dengan mutu yang baik serta
jangkauan yang setinggi-tingginya.

Peningkatan pertolongan persalinan yang lebih ditujukan kepada peningkatan pertolongan


oleh tenaga professional secara brangsur.

Peningkatan deteksi dini resiko tinggi ibu hamil, baik oleh tenaa kesehatan maupun
dimasyarakat oleh kader dan dukun bayi serta penanganan dan pengamatannya secara terus-
menerus. (Wijoyo, Djoko. 2008).

INDIKATOR Kesehatan Ibu dan Aanak

1). Pelayanan Antenatal (ANC)

a).Definisi

Adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga professional untuk ibu selama masa kehamilannya,
yang dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan (Wijoyo,
Djoko. 2008).

b).Tujuan asuhan kehamilan (antenatal care) adalah:

Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.

Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi.

Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama
hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.

Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya
dengan trauma seminimal mungkin.

Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dengan trauma seminimal mungkin.

Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kehamilan bayi agar dapat tumbuh
kembang secara normal. (Syafrudin. 2009).
2). Kunjungan KI

Adalah kunjungan ibu hamil pertama kali pada masa kehamilan (Wijoyo, Djoko. 2008).

3). Kunjungan K4

Adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang keempat atau lebih, untuk
mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan, dengan syarat:

Minimal satu kali kontak pada triwulan I.

Minimal satu kali kontak pada triwulan II.

Minimal dua kali kontak pada triwulan III. (Wijoyo, Djoko. 2008)

4). Kunjungan Neonatal

Adalah kontak neonatal dengan tenaga kesehatan minimal dua kali untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan dan pemeriksaan kesehatan neonatal, baik di dalam gedung puskesmas
maupun diluar gedung puskesmas (termasuk bidan di desa, polindes dan kunjungan rumah).

Kunjungan neonatal terdiri dari:

KN 1 = kontak neonatal dengan tenaga profesinal pada umur 0-7 hari.

KN 2 = kontak neonatal dengan tenaga professional pada umur 8-28 hari. (Wijoyo, Djoko.
2008)

5). Cakupan Akses

Adalah persentasi ibu hamil disuatu wilayah, dala kurun waktu tertentu, yang peeernah
mendapat pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit satu kali selam kehamilan
(Wijoyo, Djoko. 2008).

6). Sasaran Ibu Hamil

Adalah jumlah semua ibu hamil di suatu wilayah dalam kurun waktu satu tahun (Wijoyo,
Djoko. 2008).
7). Cakupan ibu hamil K4

Adalah presentase ibu hamil disuatu wilayah dalam kurun waktu tertentu yang pernah
mendapat pelayanan antenatal sesuai standart paling sedikit empat kali (Wijoyo, Djoko.
2008).

8). Ibu Hamil Beresiko

Adalah ibu hamil yang mempunyai faktor resiko dan resiko tinggi kecuali ibu hamil normal
(Wijoyo, Djoko. 2008).

9). Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

a). Definisi

Adalah persentase ibu bersalin disuatu wilayah dalam kurun waktu tertentu, yang ditolong
persalinannya oleh tenaga kesehatan (Wijoyo, Djoko. 2008).

b). Upaya peningkatan mutu pelayanan

Meningkatan kapasitas manajemen tenaga kesehatan terutama tenaga bidan dalam Asuhan
Persalinan Normal.

Bidan desa harus proaktif dalam pelayanan kesehatan didesanya masing-masing.

Menjalin kemitraan yang baik antara bidan dan dukun.

10). Cakupan Penjaringan Ibu Hamil Beresiko Oleh Masyarakat

Adalah persentase ibu hamil berisiko yang ditemukan oleh kader dan dukun bayi, dan
kemudian dirujuk ke puskesmas atau tenaga kesehatan dalam kurun waktu tertentu
(Syafrudin. 2009).

11). Cakupan Penjaringan Ibu Hamil Berisiko oleh Tenaga Kesehatan

Adalah persentase ibu hamil berisiko yang ditemukan baik oleh tenaga kesehatan maupun
oleh kader atau dukun bayi yang telah dipastikan oleh tenaga kesehatan, yang kemudian
ditinjak lanjuti (dipantau secara intensif dan ditangani sesuai kewenangan dan/atau dirujuk
ketingkat pelayanan yang lebih tinggi), dalam kurun waktu tertentu (Syafrudin. 2009).
12). Penjaringan (deteksi) Dini Kehamilan Berisiko

Adalah menemukan ibu hamil berisiko yang dapat dilakukan oleh kader, dukun bayi, dan
tenaga kesehatan (Wijoyo, Djoko. 2008).

Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

1. Pengertian Program KIA

Upaya Kesehatan ibu dan anak adalah upaya dibidang


kesehatan yang menyangkut

pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu


meneteki, bayi dan anak balita serta anak prasekolah.

2. Tujuan Program KIA

Tujuan Program Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya kemampuan hidup
sehat

melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan keluarganya untuk
menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya derajat
kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan
landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.

Sedangkan tujuan khusus program KIA adalah :

Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan , sikap dan perilaku), dalam


mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat guna dalam
upaya pembinaan kesehatan keluarga,paguyuban 10 keluarga, Posyandu dan sebagainya.

Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah secara mandiri di
dalam lingkungan keluarga, paguyuban 10 keluarga, Posyandu, dan Karang Balita serta di
sekolah Taman Kanak-Kanak atau TK.
Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu bersalin, ibu
nifas, dan ibu meneteki.

Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, nifas, ibu meneteki, bayi
dan anak balita.

Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat , keluarga dan seluruh anggotanya
untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak prasekolah, terutama melalui
peningkatan peran ibu dan keluarganya.

3. Prinsip Pengelolaan Program KIA

Prinsip pengelolaan Program KIA adalah memantapkan dan peningkatan jangkauan serta

mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pelayanan KIA diutamakan pada kegiatan

pokok :

Peningkatan pelayanan antenatal di semua fasilitas pelayanan dengan mutu yang


baik serta jangkauan yang setinggi-tingginya.

Peningkatan pertolongan persalinan yang lebih ditujukan kepada peningkatan pertolongan


oleh tenaga professional secara berangsur.

Peningkatan deteksi dini resiko tinggi ibu hamil, baik oleh tenaga kesehatan maupun di
masyarakat oleh kader dan dukun bayi serta penanganan dan pengamatannya secara terus
menerus.

Peningkatan pelayanan neonatal (bayi berumur kurang dari 1bulan) dengan mutu yang
baik dan jangkauan yang setinggi tingginya.

4. Pelayanan dan jenis Indikator KIA

a. Pelayanan antenatal :

Adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa


kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal.
Standar minimal 5 T untuk pelayanan antenatal terdiri dari :

1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

2. Ukur Tekanan darah

3. Pemberian Imunisasi TT lengkap

4. Ukur Tinggi fundus uteri

5. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.

Frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan dengan ketentuan
waktu minimal 1 kali pada triwulan pertama, minimal 1 kali pada triwulan kedua, dan
minimal 2 kali pada triwulan ketiga.

b. Pertolongan Persalinan

Jenis tenaga yang memberikan pertolongan persalinan kepada masyarakat :

1. Tenaga profesional : dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan
dan perawat.
2. 2. Dukun bayi :

Terlatih : ialah dukun bayi yang telah mendapatkan latihan tenaga kesehatan
yang dinyatakan lulus.

Tidak terlatih : ialah dukun bayi yang belum pernah dilatih oleh tenaga kesehatan atau dukun
bayi yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus.

c. Deteksi dini ibu hamil berisiko :

Faktor risiko pada ibu hamil diantaranya adalah :

1. Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun .

2. Anak lebih dari 4

3. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang 2 tahun atau lebih dari 10 tahun

4. Tinggi badan kurang dari 145 cm


5. Berat badan kurang dari 38 kg atau lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm

6. Riwayat keluarga mendeita kencing manis, hipertensi dan riwayat cacat kengenital.

7. Kelainan bentuk tubuh, misalnya kelainan tulang belakang atau panggul.

Risiko tinggi kehamilan merupakan keadaan penyimpangan dan normal yang secara langsung
menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi .

Risiko tinggi pada kehamilan meliputi :

1. Hb kurang dari 8 gram %

2. Tekanan darah tinggi yaitu sistole lebih dari 140 mmHg dan diastole lebih dari 90 mmHg

3. Oedema yang nyata

4. Eklampsia

5. Perdarahan pervaginam

6. Ketuban pecah dini

7. Letak lintang pada usia kehamilan lebih dari 32 minggu.

8. Letak sungsang pada primigravida

9. Infeksi berat atau sepsis

10. Persalinan prematur

11. Kehamilan ganda

12. Janin yang besar

13. Penyakit kronis pada ibu antara lain Jantung,paru, ginjal.

14.Riwayat obstetri buruk, riwayat bedah sesar dan komplikasi kehamilan.


Risiko tinggi pada neonatal meliputi :

1. BBLR atau berat lahir kurang dari 2500 gram

2. Bayi dengan tetanus neonatorum

3. Bayi baru lahir dengan asfiksia

4. Bayi dengan ikterus neonatorum yaitu ikterus lebih dari 10 hari setelah lahir

5. Bayi baru lahir dengan sepsis

6. Bayi lahir dengan berat lebih dari 4000 gram

7. Bayi preterm dan post term

8. Bayi lahir dengan cacat bawaan sedang

9. Bayi lahir dengan persalinan dengan tindakan.

d. Indikator pelayanan kesehatan ibu dan bayi

Terdapat 6 indikator kinerja penilaian standar pelayanan minimal atau SPM untuk
pelayanan kesehatan ibu dan bayi yang wajib dilaksanakan yaitu :

1.Cakupan Kunjungan ibu hamil K4

a. Pengertian :

Kunjungan ibu hamil K4 adalah ibu hamil yang kontak dengan petugas kesehatan untuk
mendapatkan pelayanan ANC sesuai dengan standar 5T dengan frekuenasi kunjungan
minimal 4 kali selama hamil, dengan syarat trimester 1 minimal 1 kali, trimester II minimal
1 kali dan trimester III minimal 2 kali . Standar 5 T yang dimaksud adalah :

1) Pemeriksaaan atau pengukuran tinggi dan berat badan

2) Pemeriksaaan atau pengukuran tekanan darah

3) Pemeriksaan atau pengukuran tinggi fundus

4) Pemberian imunisasi TT

5) Pemberian tablet besi


b. Definisi operasional

Perbandingan antara jumlah ibu hamil yang telah memperoleh ANC sesuai standar K4
disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dengan penduduk sasaran ibu hamil

c. Cara perhitungan

Pembilang : Jumlah ibu hamil yang telah memperoelh pelayanan ANC sesuai standar K 4
disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Penyebut : Penduduk sasaran ibu hamil

Konstanta : 100

Rumus :

Kunjungan = Jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan ANC sesuai standar K4

Ibu hamil
K4 x 100
% Perkiraan penduduk sasaran ibu
hamil

d Sumber data :

1) Jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan ANC sesuai standar K4 diperoleh
dari
catatan register kohort ibu dan laporan PWS KIA.

2) Perkiraan penduduk sasaran ibu hamil diperoleh dari Badan Pusat Statistik atau BPS
kabupaten atau propinsi jawa timur.
e. Kegunaan

1) Mengukur mutu pelayanan ibu hamil

2) Mengukur tingkat keberhasilan perlindungan ibu hamil melalui pelayanan standar dan
paripurna. Jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan ANC sesuai standar

K4
Perkiraan penduduk

3) Mengukur kinerja petugas kesehatan dalam penyelenggaraan pelayanan ibu hamil.

Jaminan Mutu (Quality Assurance)

Pengertian

Jaminan Mutu (QA) adalah suatu proses yang dilaksanakan secara berkesinambungan,
sistematis, obyektif dan terpadu untuk; Menetapkan masalah dan penyebabnya berdasarkan
standar yang telah ditetapkan, menetapkan upaya penyelesaian masalah dan melaksanakan
sesuai kemampuan menilai pencapaian hasil dengan menggunakan indikator yang ditetapkan,
menetapkan dan menyusun tindak lanjut untuk meningkatkan mutu pelayanan.

Walaupun mutu tidak selalu dapat dijamin tetapi dapat diukur. Jika bisa diukur, berarti bisa
ditingkatkan dan dapat disempurnakan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengidentifikasi
indikator kunci mutu dalam pelayanan, memonitor indikator tersebut dan mengukur mutu
hasilnya. Salah satu faktor yang perlu diperhatikan adalah mengidentifikasi proses proses
kunci yang mengarah pada hasil tersebut (outcome). Dengan berfokus pada upaya
peningkatan proses, tingkat mutu dari hasil yang dicapai akan meningkat. Jadi, upaya
pendekatan yang dilakukan diawali dari jaminan mutu (QA), mengarah pada peningkatan
mutu yang proaktif (QI).
Kegunaan Quality Assurance

Dapat lebih meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan.

Peningkatan efektifitas yang dimaksud di sini erat hubungannya dengan dapat


diselesaikannya masalah yang tepat dengan cara penyelesaian masalah yang benar. Karena
dengan diselenggarakannya program menjaga mutu dapat diharapkan pemilihan masalah
telah dilakukan secara tepat serta pemilihan dan pelaksanaan cara penyelesaian masalah telah
dilakukan secara benar.

Dapat lebih meningkatkan efesiensi pelayanan kesehatan.

Peningkatan efesiensi yang dimaksudkan disini erat hubungannya dengan dapat dicegahnya
penyelenggaraan pelayanan yang berlebihan atau yang dibawah standar. Biaya tambahan
karena pelayanan yang berlebihan atau karena harus mengatasi berbagai efek samping karena
pelayanan yang dibawah standar akan dapat dicegah.

Dapat lebih meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.

Peningkatan penerimaan ini erat hubungannya dengan telah sesuainya pelayanan kesehatan
yang diselenggarakan dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat sebagai pemakai jasa
pelayanan. Apabila peningkatan penerimaan ini dapat diwujudkan, pada gilirannya pasti akan
berperan besar dalam turut meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara keseluruhan.

Dapat melindungi pelaksana pelayanan kesehatan dari kemungkinan munculnya gugatan


hukum.

Pada saat ini sebagai akibat makin baiknya tingkat pendidikan dan keadaan sosial ekonomi
masyarakat serta diberlakukannya berbagai kebijakan perlindungan publik, tampak kesadaran
hukum masyarakat makin meningkat pula. Untuk melindungi kemungkinan munculnya
gugatan hukum dari masyarakat yang tidak puas terhadap pelayanan kesehatan, tidak ada
pilihan lain yang dapat dilakukan kecuali berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan
yang terjamin mutunya. Dalam kaitan itu peranan program menjaga mutu jelas amat penting,
karena apabila program menjaga mutu dapat dilaksanakan dapatlah diharapkan
terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu, yang akan berdampak pada peningkatan
kepuasan para pemakai jasa pelayanan kesehatan.
Tahapan / Langkah Peningkatan Mutu

Siklus Deming

Siklus PDCA atau Plan Do Check Action dipopulerkan oleh W Edwards Deming (14
Oktober 1900 20 Desember 1993) seorang Professor, Pengarang Buku, Pengajar dan
Konsultan. Ia dianggap sebagai bapak pengendalian kualitas modern sehingga siklus ini
sering disebut juga dengan siklus Deming. Siklus PDCA atau Siklus Rencanakan Kerjakan
Cek Tindaklanjuti adalah suatu proses pemecahan masalah empat langkah yang umum
digunakan dalam pengendalian kualitas.

1. Plan (Perencanaan)

Dalam tahapan siklus PDCA ini tujuannya adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisa
masalah. Tentukanlah masalahnya.

2. Do (Kerjakan)

Mengembangkan dan menguji beberapa solusi yang potensial. Fase ini melibatkan beberapa
kegiatan:

a. Menghasilkan solusi yang mungkin.

b. Memilih yang terbaik dari solusi tersebut, bisa dengan menggunakan Impact Analysis

c. Menerapkan atau menguji solusi yang di dapat pada skala kecil atau group kecil atau pada
area yang terbatas.

Dalam siklus PDCA, Do bukanlah menjalankan proses tetapi melakukan uji coba atau test.
Proses dijalankan pada tahap Act.

3. Check (Cek)

Mengukur tingkat efektifitas hasil uji test solusi yang dikerjakan dan menganalisa apakah hal
itu bisa diterapkan dengan cara lain. Pada tahap ini kita mengukur seberapa efektif percobaan
yang telah dilakukan pada tahap siklus PDCA sebelumnya yaitu Do.
4. Act (Tindaklanjuti)

Menindaklanjuti hasil untuk membuat perbaikan yang diperlukan. Ini berarti juga meninjau
seluruh langkah dan memodifikasi proses untuk memperbaikinya sebelum implementasi
berikutnya.

Siklus PDCA memberikan kita tahapan proses pemecahan masalah yang terukur dan akurat.
Siklus PDCA ini efektif untuk:

a. Membantu penerapan Kaizen atau Proses Perbaikan Terus Menerus

b. Mengindentifikasi solusi solusi baru untuk meningkatkan proses berulang secara


signifikan.

c. Membuka cakrawala yang lebih luas akan solusi masalah yang ada, mengujinya dan
meningkatkan hasilnya dalam proses yang terkontrol sebelum diimplementasikan secara luas.

d. Menghindari pemborosan sumber daya secara luas.

Penerapan TQM

TQM adalah pendekatan manajemen pada suatu organisasi, berfokus pada kualitas dan
didasarkan atas partisipasi dari keseluruhan sumber daya manusia dan ditujukan pada
kesuksesan jangka panjang melalui kepuasan pelanggan danmemberikan manfaat pada
anggota organisasi (sumber daya manusianya) dan masyarakat TQM juga diterjemahkan
sebagai pendekatan berorientasi pelanggan yang memperkenalkan perubahan manajemen
yang sistematik dan perbaikan terus menerus terhadap proses, produk, dan pelayanan suatu
organisasi. Tujuan utama Total Quality Managementadalah perbaikan mutu pelayanan secara
terus-menerus. Dengan demikian, juga Quality Management sendiri yang harus dilaksanakan
secara terus-menerus.
Delapan alat TQM yang diuraikan adalah sebagai berikut:

a. Curah Pendapat (Sumbang Saran) Brainstorming

Curah pendapat adalah alat perencanaan yang dapat digunakan untuk mengembangkan
kreativitas kelompok. Curah pendapat dipakai, antara lain untuk menentukan sebab-sebab
yang mungkin dari suatu masalah atau merencanakan langkah-langkah suatu proyek.

b. Diagram Alur (Bagan Arus Proses)

Bagan arus proses adalah satu alat perencanaan dan analisis yang digunakan, antara lain
untuk menyusun gambar proses tahap demi tahap untuk tujuan analisis, diskusi, atau
komunikasi dan menemukan wilayah-wilayah perbaikan dalam proses.

c. Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah suatu alat analisis yang digunakan untuk menganalisis masalah
masalah dengan
kerangka Strengths (Kekuatan),Weaknesses (kelemahan), Opportunities (peluang),
dan Threats (ancaman).

d. Ranking Preferensi

Alat ini merupakan suatu alat interpretasi yang dapat digunakan untuk memilih gagasan dan
pemecahan masalah di antara beberapa alternatif.

e. Analisis Tulang Ikan

Analisis tulang ikan (juga dikenal sebagai diagram sebab-akibat) merupakan alat analisis,
antara lain untuk mengkategorikan berbagai sebab potensial dari suatu masalah dan
menganalisis apa yang sesungguhnya terjadi dalam suatu proses.

f. Penilaian Kritis

Penilaian kritis adalah alat bantu analisis yang dapat digunakan untuk memeriksa setiap
proses manufaktur, perakitan, atau jasa. Alat ini membantu kita untuk memikirkan apakah
proses itu memang dibutuhkan, tepat, dan apakah ada alternatif yang lebih baik.
g. Benchmarking

Benchmarking adalah proses pengumpulan dan analisis data dari organisasi kita dan
dibandingkan dengan keadaan di dalam organisasi lain. Hasil dari proses ini akan menjadi
patokan untuk memperbaiki organisasi kita secara terus menerus.
Tujuanbenchmarking adalah bagaimana organisasi kita bisa dikembangkan sehingga menjadi
yang terbaik.

h. Diagram Analisa Medan Daya (Bidang Kekuatan)

Diagram medan daya merupakan suatu alat analisis yang dapat digunakan, antara lain untuk
mengidentifikasi berbagai kendala dalam mencapai suatu sasaran dan mengidentifikasi
berbagai sebab yang mungkin serta pemecahan dari suatu masalah atau peluang.

Penerapan ISO

ISO 9001:2000 merupakan salah satu standar persyaratan sistem manajamen mutu (SMM).
ISO 9001:2000 adalah nomor acuan pada seri standar internasional yang menjabarkan kriteria
tentang SMM. Pada standar tersebut terdapat persyaratan yang mendasar bagi organisasi
apapun yang berminat untuk menerapkan standar ini. Standar ini merupakan seri ISO yang
menjadi best seller dan diadopsi secara luas oleh organisasi di seluruh dunia. Keberhasilan
seri ISO 9001:2000 disebabkan pada sistem yang diterapkan dilandasi oleh suatu sistem yang
konsisten, sistem pengedalian dan pencegahan serta upaya peningkatan secara
berkelanjutan (Indranata, 2006).

Manajemen ISO 9001:2000 dapat meningkatkan mutu karena diterapkan prinsip


PDCA (Plan Do Check Action), visi, misi, dan kebijakan jelas serta adanya sasaran mutu
sebagai bentuk keinginan untuk meningkatkan mutu. Orientasi pelayanan mutu dan target
adalah kepuasan pelanggan, masalah menjadi lebih jelas, persepsi dan pelayanan yang efektif
dan efisien (Suardi, 2003).
Sistem dan Mekanisme Peningkatan Mutu Pelayanan Kebidanan

Untuk memperkuat budaya organisasi, semua kegiatan harus menuju peningkatan mutu yang
terus menerus. Untuk mewujudkan peningkatan mutu pelayanan terus menerus, pilar
utamanya terdiri atas hal-hal berikut:

1. Visi manajemen dan komitmen

Nilai organisasi dan komitmen dari semua level sangat diperlukan.

2. Tanggung jawab

Agar setiap orang beranggung jawab, maka perlu standar yang kuat.

3. Pengukuran umpan balik

Perlu dibuat sistem evaluasi sehingga dapat mengukur apakah kita mempunyai informasi
yang cukup.

4. Pemecahan masalah dan proses perbaikan

Ketepatan waktu, pengorganisasian sistem yang efektif untuk menyelesaikan keluhan, dan
masalah sistem memerlukan proses perbaikan dalam upaya meningkatkan kepuasan
pelanggan.

5. Komunikasi

Perlu ada mekanisme komunikasi yang jelas. Jika tidak ada informasi, maka petugas atau staf
merasa diabaikan dan tidak dihargai.

6. Pengembangan staf dan pelatihan

Pengembangan staf dan pelatihan berhubengan dengan pengembangan sumber daya yang
dapt mempengaruhi kemampuan organisasi dalam memberikan pelayanan.

7. Keterlibatan tim kesehatan

Perlu ketrlibatan tim kesehatan agar mereka terlibat dan berperan serta dalam strategi
organisasi.
8. Penghargaan dan pengakuan

Sebagai bagian dari strategi, perlu memberikan penghargaan dan pengakuan kepada visi
pelayanan dan nilai sehingga individu maupun tim mendapat insentif untuk melakukan
pekerjaan dengan baik.

9. Keterlibatan dan pemberdayaan staf

Staf yang terlibat adalah yang mempunyai keterikatan dan tanggung jawab.

10. Mengingatkan kembali dan pemberdayaan

Petugas harus diingatkan tentang prioritas pelayanan yang harus diberikan.

11. Mekanisme peningkatan mutu pelayanan kebidanan

Mekanisme peningkatan mutu pelayanan menurut Trilogi Juran adalah sebagai berikut:

a. Quality Planning, meliputi:

1) Menentukan pelanggan.

2) Kebutuhan pelanggan.

3) Mengembangkan gambaran produk sesuai dengan kebutuhan pelanggan.

4) Mengembangkan proses yang mampu menghasilkan produk sesuai dengan gambaran


produk.

5) Mentrasfer rencana menjadi kebutuhan pelaksanaan.

b. Quality Control, meliputi:

1) Mengevaluasi kinerja produk saat ini.

2) Membandingkan kinerja sesungguhnya dengan tujuan produk

3) Melaksanakan atau memperbaiki perbedaan.

c. Quality Improvement, meliputi:

1) Mengembangkan infrastruktur.

2) Mengidentifikasi proyek peningkatan mutu.


3) Membentuk tim mutu.

4) Menyiapkan tim dengan sumber daya dan pelatihan serta motivasi untuk mendiagnosis
penyebab, menstimulasi perbaikan, dan mengembangkan pengawasan untuk
mempertahankan peningkatan.

Strategi dan Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan

Strategi

Ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam pendekatan untuk mencapai pelayanan prima
melalui peningkatan mutu pelayanan, yaitu sebagai berikut:

1. Pelanggan dan harapannya

Harapan pelanggan mendorong upaya peningkatan mutu pelayanan. Organisasi


pelayanan kesehatan mempunyai banyak pelanggan potensial. Harapan mereka harus
diidentifikasi dan diprioritaskan lalu membuat kriteria untuk menilai kesuksesan.

2. Perbaikan kinerja

Bila harapan pelanggan telah diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah menidentifikasi


dan melaksanakan kinerja staf dan dokter untuk mencapai konseling, adanya pengakuan, dan
pemberian reward.

3. Proses perbaikan

Proses perbaikan juga penting. Sering kali kinerja disalahkan karena masalah pelayanan
dan ketidakpuasan pelanggan pada saat proses itu sendiri tidak dirancang dengan baik untuk
mendukung pelayanan. Dengan melibatkan staf dalam proses pelayanan, maka dapat
diidentifikasi masalah proses yang dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan, mendiagnosis
penyebab, mengidentifikasi, dan menguji pemecahan atau perbaikan.

4. Budaya yang mendukung perbaikan terus menerus

Untuk mencapai pelayanan prima diperlukan organisasi yang tertib. Itulah sebabnya
perlu untuk memperkuat budaya organisasi sehingga dapat mendukung peningkatan mutu.
Untuk dapat melakukannya, harus sejalan dengan dorongan peningkatan mutu pelayanan
terus-menerus.

Upaya

Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan agar lebih bermutu dan terjangkau oleh
masyarakat, maka perlu dilaksanakan berbagai upaya. Upaya ini harus dilakukan secara
sistematik, konsisten dan terus menerus.Upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan
mencakup:

a. Penataan organisasi

Penataan organisasi menjadi organisasi yang efisien, efektif dengan struktur dan uraian tugas
yang tidak tumpang tindih, dan jalinan hubungan kerja yang jelas dengan berpegang pada
prinsip organization through the function.

b. Regulasi peraturan perundangan

Pengkajian secara komprehensif terhadap berbagai peraturan perundangan yang telah ada dan
diikuti dengan regulasi yang mendukung pelaksanaan kebijakan tersebut di atas.

c. Pemantapan jejaring

Pengembangan dan pemantapan jejaring dengan pusat unggulan pelayanan dan sistem
rujukannya akan sangat meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelayanan kesehatan, sehingga
dengan demikian akan meningkatkan mutu pelayanan.

d. Standarisasi

Standarisasi merupakan kegiatan penting yang harus dilaksanakan, meliputi standar tenaga
baik kuantitatif maupun kualitatif, sarana dan fasilitas, kemampuan, metode, pencatatan dan
pelaporan dan lain-lain. Luaran yang diharapkan juga harus distandarisasi.

e. Pengembangan sumber daya manusia

Penyelenggaraan berbagai pendidikan dan pelatihan secara berkelanjutan dan


berkesinambungan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang profesional, yang
kompeten dan memiliki moral dan etika, mempunyai dedikasi yang tinggi, kreatif dan
inovatif serta bersikap antisipatif terhadap berbagai perubahan yang akan terjadi baik
perubahan secara lokal maupun global.

f. Quality Assurance

Berbagai komponen kegiatan quality assurance harus segera dilaksanakan dengan diikuti oleh
perencanaan dan pelaksanaan berbagai upaya perbaikan dan peningkatan untuk mencapai
peningkatan mutu pelayanan. Data dan informasi yang diperoleh dianalysis dengan cermat
(root cause analysis) dan dilanjutkan dengan penyusunan rancangan tindakan perbaikan yang
tepat dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan. Semuanya ini dilakukan dengan
pendekatan tailors model dan Plan- Do- Control- Action (PDCA).

g. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan dengan membangun kerjasama


dan kolaborasi dengan pusat-pusat unggulan baik yang bertaraf lokal atau dalam negeri
maupun internasional. Penerapan berbagai pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
tersebut harus dilakukan dengan mempertimbangkan aspek pembiayaan.

h. Peningkatan peran serta masyarakat dan organisasi profesi

Peningkatan peran organisasi profesi terutama dalam pembinaan anggota sesuai dengan
standar profesi dan peningkatan mutu sumber daya manusia.

i. Peningkatan kontrol sosial

Peningkatan pengawasan dan kontrol masyarakat terhadap penyelenggaraan pelayanan


kesehatan akan meningkatkan akuntabilitas, transparansi dan mutu pelayanan.

Banyak upaya telah dilakukan organisasi profesi untuk tetap meningkatkan kualitas
pelayanan kebidanan, antara lain :

- Mengharuskan setiap anggotanya untuk mempunyai standar kompetensi minimal dan


terus meningkatkan keterampilan serta pengetahuan mereka. Standar kompetensi minimal
terpenting dalam menjaga keselamatan ibu dan anak harus dikuasai bidan.
- Pelatihan APN, dalam rangka mengurangi risiko kematian pada ibu melahirkan dan
mengurangi serta menurunkan angka kematian ibu dan anak.

- IBI tahun 2004, meluncurkan program Bidan Delima. Bidan Delima merupakan program
mencapai standar pelayanan tinggi sesuai dengan aturan organisasi kesehatan dunia (world
health organization/WHO), seperti kemampuan bidan menolong persalinan sampai asuhan
pada masa nifas/pascapersalinan, masa interval, pelayanan keluarga berencana (KB),
kewaspadaan universal (pemberian pelayanan yang aman dan penggunaan alat-alat steril),
memperlakukan pasien secara manusiawi.

- IBI selalu mengupayakan anggotanya dapat meningkatkan kualitas diri dan


pelayanannya, baik untuk jenjang pendidikan bidan maupun kemudahan penyediaan sarana
klinik bidan swasta, seperti menjalin kerja sama dengan organisasi dan badan keuangan untuk
penyediaan kredit modal kerja berupa obat-obatan bebas maupun obat-obatan kontrasepsi.
Program ini dikenal dengan program pemberdayaan keluarga melalui penyaluran kredit bidan
mandiri. Dengan demikian, bidan swasta mampu memberi pelayanan KB mandiri terutama
pada keluarga yang relatif kurang mampu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Bidan
juga mendapat bantuan pinjaman dana untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi.

- Memberi motivasi kepada anggotanya melalui pemberian penghargaan kepada bidan.


Misalnya, IBI DKI member penghargaaan kepada bidan dengan criteria Bidan Bersih
Prestasi, Bidan Bintang, Bidan Sahabat, Bidan Delima.

- STARH (Sustaining Technical Achievement in Reproductive Health) membantu IBI


menyusun suatu sistem pelatihan terpadu hingga seorang bidan yang telah mengikuti
pelatihan ini menjadi bidan yang berkualitas untuk member pelayanan KB sesuai standar.
Dengan memiliki kemampuan berkualitas, seorang bidan Delima diharapkan dapat memberi
pelayanan terbaik hingga kepuasan pelanggannya meningkat dan pada akhirnya kepercayaan
pelanggan pun makin meningkat.

strategi dan upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan


STRATEGI PENINGKATAN MUTU PELAYANAN

Ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam pendekatan untuk mencapai pelayanan prima
melalui peningkatan mutu pelayanan, yaitu sebagai berikut:

1. Pelanggan dan harapannya

Harapan pelanggan mendorong upaya peningkatan mutu pelayanan. Organisasi pelayanan


kesehatan mempunyai banyak pelanggan potensial. Harapan mereka harus diidentifikasi dan
diprioritaskan lalu membuat kriteria untuk menilai kesuksesan.

2. Perbaikan kinerja

Bila harapan pelanggan telah diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah menidentifikasi dan
melaksanakan kinerja staf dan dokter untuk mencapai konseling, adanya pengakuan, dan
pemberian reward.

3. Proses perbaikan

Proses perbaikan juga penting. Sering kali kinerja disalahkan karena masalah pelayanan dan
ketidakpuasan pelanggan pada saat proses itu sendiri tidak dirancang dengan baik untuk
mendukung pelayanan. Dengan melibatkan staf dalam proses pelayanan, maka dapat
diidentifikasi masalah proses yang dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan, mendiagnosis
penyebab, mengidentifikasi, dan menguji pemecahan atau perbaikan.

4. Budaya yang mendukung perbaikan terus menerus

Untuk mencapai pelayanan prima diperlukan organisasi yang tertib. Itulah sebabnya perlu
untuk memperkuat budaya organisasi sehingga dapat mendukung peningkatan mutu. Untuk
dapat melakukannya, harus sejalan dengan dorongan peningkatan mutu pelayanan terus-
menerus.

Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan agar lebih bermutu dan terjangkau oleh
masyarakat, maka perlu dilaksanakan berbagai upaya. Upaya ini harus dilakukan secara
sistematik, konsisten dan terus menerus.
Upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan mencakup :

1). Penataan organisasi

Penataan organisasi menjadi organisasi yang efisien, efektif dengan struktur dan uraian tugas
yang tidak tumpang tindih, dan jalinan hubungan kerja yang jelas dengan berpegang pada
prinsip organization through the function.

2). Regulasi peraturan perundangan

Pengkajian secara komprehensif terhadap berbagai peraturan perundangan yang telah ada dan
diikuti dengan regulasi yang mendukung pelaksanaan kebijakan tersebut di atas.

3). Pemantapan jejaring

Pengembangan dan pemantapan jejaring dengan pusat unggulan pelayanan dan sistem
rujukannya akan sangat meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelayanan kesehatan, sehingga
dengan demikian akan meningkatkan mutu pelayanan.

4). Standarisasi

Standarisasi merupakan kegiatan penting yang harus dilaksanakan, meliputi standar tenaga
baik kuantitatif maupun kualitatif, sarana dan fasilitas, kemampuan, metode, pencatatan dan
pelaporan dan lain-lain. Luaran yang diharapkan juga harus distandarisasi. 5)Pengembangan
sumber daya manusia

Penyelenggaraan berbagai pendidikan dan pelatihan secara berkelanjutan dan


berkesinambungan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang profesional, yang
kompeten dan memiliki moral dan etika, mempunyai dedikasi yang tinggi, kreatif dan
inovatif serta bersikap antisipatif terhadap berbagai perubahan yang akan terjadi baik
perubahan secara lokal maupun global.

6). Quality Assurance

Berbagai komponen kegiatan quality assurance harus segera dilaksanakan dengan diikuti oleh
perencanaan dan pelaksanaan berbagai upaya perbaikan dan peningkatan untuk mencapai
peningkatan mutu pelayanan. Data dan informasi yang diperoleh dianalysis dengan cermat
( root cause analysis ) dan dilanjutkan dengan penyusunan rancangan tindakan perbaikan
yang tepat dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan. Semuanya ini dilakukan
dengan pendekatan tailors model dan Plan- Do- Control- Action (PDCA).

7). Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan dengan membangun kerjasama


dan kolaborasi dengan pusat-pusat unggulan baik yang bertaraf lokal atau dalam negeri
maupun internasional. Penerapan berbagai pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
tersebut harus dilakukan dengan mempertimbangkan aspek pembiayaan.

8). Peningkatan peran serta masyarakat dan organisasi profesi

Peningkatan peran organisasi profesi terutama dalam pembinaan anggota sesuai dengan
standar profesi dan peningkatan mutu sumber daya manusia.

9). Peningkatan kontrol sosial

Peningkatan pengawasan dan kontrol masyarakat terhadap penyelenggaraan pelayanan


kesehatan akan meningkatkan akuntabilitas, transparansi dan mutu pelayanan.

SISTEM DAN MEKANISME PENINGKATAN MUTU PELAYANAN TERUS-MENERUS

Untuk memperkuat budaya organisasi, semua kegiatan harus menuju peningkatan mutu yang
terus menerus. Untuk mewujudkan peningkatan mutu pelayanan terus menerus, pilar
utamanya terdiri atas hal-hal berikut:

1. Visi manajemen dan komitmen

Nilai organisasi dan komitmen dari semua level sangat diperlukan.

2. Tanggung jawab

Agar setiap orang beranggung jawab, maka perlu standar yang kuat.

3. Pengukuran umpan balik

Perlu dibuat sistem evaluasi sehingga dapat mengukur apakah kita mempunyai informasi
yang cukup.

4. Pemecahan masalah dan proses perbaikan


Ketepatan waktu, pengorganisasian sistem yang efektif untuk menyelesaikan keluhan, dan
masalah sistem memerlukan proses perbaikan dalam upaya meningkatkan kepuasan
pelanggan.

5. Komunikasi

Perlu ada mekanisme komunikasi yang jelas. Jika tidak ada informasi, maka petugas atau staf
merasa diabaikan dan tidak dihargai.

6. Pengembangan staf dan pelatihan

Pengembangan staf dan pelatihan berhubengan dengan pengembangan sumber daya yang
dapt mempengaruhi kemampuan organisasi dalam memberikan pelayanan.

7. Keterlibatan tim kesehatan

Perlu ketrlibatan tim kesehatan agar mereka terlibat dan berperan serta dalam strategi
organisasi.

8. Penghargaan dan pengakuan

Sebagai bagian dari strategi, perlu memberikan penghargaan dan pengakuan kepada visi
pelayanan dan nilai sehingga individu maupun tim mendapat insentif untuk melakukan
pekerjaan dengan baik.

9. Keterlibatan dan pemberdayaan staf

Staf yang terlibat adalah yang mempunyai keterikatan dan tanggung jawab.

10. Mengingatkan kembali dan pemberdayaan

Petugas harus diingatkan tentang prioritas pelayanan yang harus diberikan.

BAB 3
PENUTUP

Kesimpulan

Banyak sekali upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan khususnya kebidanan. Menjadi seorang Bidan yang sudah memiliki BPM tentu
saja akan melakukan tindakan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan yang
diberikan agar bisa mendapatkan hasil atau outcome yang memberikan kepuasan bagi
pelanggan.

Saran

1. Dengan adanya makalah ini mahasiswi diharapkan dapat lebih banyak pengetahuannya
mengenai metode peningkatan mutu pelayan kesehatan ibu dan anak.

2. Diharapkan mahasiswa dapat menerapkan mengenai metode peningkatan mutu pelayanan


ibu dan anak di kehidupan sehari-harinya.

Anda mungkin juga menyukai