Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS

“PERENCANAAN KEGIATAN DALAM PWS KIA”

KELOMPOK 3 :

MERI ASTIKA (P00324021020)

NUR ASIVA (P00324021024)

OLVI DAMAYANI (P00324021028)

PENGAMPU : Heyrani, S.SiT, M.Kes

POLTEKKES KEMENKES KENDARI PRODI DIII KEBIDANAN

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

  Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Berkah
Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Di dalam
makalah ini dibahas tentang Perencanaan Kegiatan dalam PWS KIA
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Kritik
dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarya. Atas perhatian dari semua pihak.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya dalam dunia
pendidikan.

Kendari, 30 Maret 2023

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) telah dilaksanakan diIndonesia sejak tahun
1985. Namun PWS KIA perlu dikembangkan denganmemperbaiki mutu data,
analisis dan penelusuran data. Angka Kematian Ibu(AKI), Angka
KematianNeonatus (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian
Balita (AKABA) merupakan beberapa indikator status kesehatan masyarakat (Rita
& Tri johan, 2011).
Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007,AKI 228 per
100.000 kelahiran hidup, AKB 34 per 1.000 kelahiran hidup,AKN 19 per 1.000
kelahiran hidup, AKABA 44 per 1.000 kelahiran hidup.Penduduk Indonesia pada
tahun 2007 adalah 225.642.000 jiwa dengan CBR19,1 maka terdapat 4.287.198
bayi lahir hidup. Dengan AKI 228/100.000 KHberarti ada 9.774 ibu meninggal per
tahun atau 1 ibu meninggal tiap jam olehsebab yang berkaitan dengan kehamilan,
Ipersalinan dan nifas. Besaran kematian Neonatal, Bayi dan Balita jauh lebih tinggi,
dengan AKN 19/1.000KH, AKB 34/1.000 KH dan AKABA 44/1.000 KH berarti
ada 9 Neonatal, 17bayi dan 22 Balita meninggal tiap jam (RISKESDAS, 2009).

Berdasarkan kesepakatan global (Millenium DevelopmentGoals/MDGs, 2000)


pada tahun 2015 diharapkan Angka Kematian Ibu menurun sebesar tiga-
perempatnya dalam kurun waktu 1990-2015 dan Angka Kematian Bayi dan Angka
Kematian Balita menurun sebesar dua-pertiga dalam kurun waktu 1990-2015.
Berdasarkan hal itu Indonesia mempunyai komitmen untuk menurunkan Angka
Kematian Ibu menjadi 102/100.000 KH, Angka Kematian Bayi dari 68 menjadi
23/1.000 KH, dan Angka Kematian Balita 97 menjadi 32/1.000 KH pada tahun
2015 (BAPELKAS, 2015).
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian PWS KIA?


2. Bagaimana cara pengumpulan data PWS KIA?
3. Bagaimana cara pengisian PWS KIA?
4. Bagaimana cara pelaporan PWS KIA?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian PWS KIA.

2. Untuk mengetahui cara pengumpulan data PWS KIA.

3. Untuk mengetahui cara pengisian PWS KIA.

4. Untuk mengetahui cara pelaporan PWS KIA.

D. Manfaat

1. Pihak Terkait

a. Untuk menjalin kerjasama dan membantu menambah pengetahuan mahasiswa.

b. Untuk sebagai sarana sharing pengetahuan dan pengalaman bidan kepada mahasiswa.

2. Mahasiswa

a. Untuk menyelesaikan tugas komunitas kebidanan.

b. Untuk melatih kemandirian mahasiswa untuk dapat terjun ke masyarakat.

c. Untuk mempelajari dan mahasiswa dapat melakukan pendataan PWS ΚΙΑ.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian

Menurut Suryani (2007) Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak
(PWS KIA) adalah alat manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA
disuatu wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang
cepat dan tepat. Program KIA yang dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru
lahir, bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita. Dengan manajemen PWS
KIA diharapkan cakupan pelayanan dapat menjangkau seluruh sasaran di suatu
wilayah kerja sehingga kasus dengan risiko/komplikasi kebidanan dapat ditemukan
sedini mungkin untuk dapat memperoleh penanganan yang memadai. Menurut
Safrudin & Hamidah (2007) Penyajian PWS KIA juga dapat dipakai sebagai alat
motivasi, informasi dan komunikasi kepada sector terkait, khususnya aparat setempat
yang berperan dalam pendataan dan penggerakan sasaran maupun membantu dalam
memecahkan masalah non teknis misalnya: bumil KEK, rujukan kasus dengan risiko.
Pelaksanaan PWS KIA baru berarti bila dilengkapi dengan tindak lanjut berupa
perbaikan dalam pelaksanaan pelayanan KIA. PWS KIA dikembangkan untuk
intensifikasi manajemen program. Walaupun demikian, hasil rekapitulasinya di
tingkat puskesmas dan kabupaten dapat dipakai untuk menentukan puskesmas dan
desa/kelurahan yang rawan. Demikian pula rekapitulasi PWS KIA di tingkat propinsi
dapat dipakai untuk menentukan kabupaten yang rawan. puskesmas dan kabupaten
dapat dipakai untuk menentukan puskesmas dan desa/kelurahan yang rawan.
Demikian pula rekapitulasi PWS KIA di tingkat propinsi dapat dipakai untuk
menentukan kabupaten yang rawan.

B. Tujuan

1. Umum
Meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan KIA di wilayah kerja puskesmas,
melalui pemantauan cakupan pelayanan KIA di tiap desa secara terus menerus.

2. Khusus
a. Memantau cakupan pelayanan KIA yang dipilih sebagai indicator secara teratur
(bulanan) dan terus menerus.
b. Menilai kesenjangan antara target dengan pencapaian.
c. Menentukan urutan daerah prioritas yang akan ditangani secara intensif.
d. Merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber daya yang tersedia.
e. Membangkitkan peran pamong dalam menggerakkan sasaran dan mobilisasi
sumber daya

C. Prinsip Pengelolaan Program KIA

Pemantapan pelayanan KIA dewasa ini diutamakan pada kegiatan pokok


sebagai berikut:
1. Peningkatan pelayanan antenatal bagi seluruh ibu hamil di semua pelayanan
kesehatan dengan mutu sesuai standar serta menjangkau seluruh sasaran.
2. Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan diarahkan ke fasilitas
kesehatan.
3. Peningkatan pelayanan kesehatan bayi baru lahir, bayi dan anak balita di semua
pelayanan kesehatan yang bermutu dan sesuai standar serta menjangkau seluruh
sasaran.
4. Peningkatan deteksi dini risiko/komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir oleh
tenaga kesehatan maupun masyarakat.
5. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir secara adekuat
dan pengamatan secara terus-menerus oleh tenaga kesehatan.
6. Peningkatan pelayanan ibu nifas, bayi baru lahir, bayi dan anak balita sesuai
standar dan menjangkau seluruh sasaran.
7. Peningkatan pelayanan KB berkualitas.
8. Peningkatan deteksi dini tanda bahaya dan penanganannya sesuai standar pada bayi
baru lahir, bayi dan anak balita.
9. Peningkatan penanganan bayi baru lahir dengan komplikasi sesuai standar.

D. Batasan dan Indikator Pemantauan

1. Batasan
a. Pelayanan antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu
selama masa kehamilannya, yang dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan
antenatal yang ditetapkan.
b. Penjaringan/deteksi dini kehamilan beresiko
Kegiatan ini bertujuan menemukn bumil bresiko/komplikasi oleh kader,dukun bayi
dan tenaga kesehatan.
c. Kunjungan ibu hamil
Yang dimaksud kunjungan ibu hamil disini adalah kontak ibu hamil dengan tenaga
kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang di tetapkan.
Istilah kunjungan disini tidak mengandung arti bahwa ibu hamil yang berkunjung ke
fasilitas pelayanan, tetapi tidak kontak dengan tenaga kesehatan (posyandu, pondok
bersalin desa, kunjungan rumah) dengan ibu hamil untuk dapat memberikan
pelayanan antenatal sesuai standar dapat di anggap sebagai kunjungan ibu hamil.
d. Kunjungan baru ibu hamil (K1)
Adalah kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada masa kehamilan.
e. K4
Adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang keempat atau lebih untuk
mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan dengan syarat :
1). Minimal 1 kali pada triwulan pertama
2). Minimal 1 kali pada triwulan kedua
3). Minimal 2 kali pada triwulan ketiga
f. Kunjungan Neonatal (KN)
Adalah kontak neonatal dengan tenaga kesehatan minimal 2 kali untuk mendapatkan
pelayanan dan pemeriksaan kesehatan neonatal baik di dalam maupun di luar gedung
puskesmas (termasuk bidan didesa, polindes dan kunjungan rumah) dengan
ketentuan:
1) Kunjungan pertama kali pada hari pertama sampai hari ketujuh (sejak 6 jam
sampai setelah lahir 7 hari).
2) Kunjungan ke dua kali pada hari ke delapan sampai hari ke duapuluh delapan (8-28
hari).
3) Pertolongan pertama oleh tenaga kesehatan bukan merupakan kunjungan neonatal.
g. Kunjungan ibu nifas (KF)
Adalah kontak ibu nifas dengan tenaga kesehatan minimal 3 kali untuk mendapatkan
pelayanan dan pemeriksaan kesehatan ibu nifas, baik didalam maupun diluar gedung
puskesmas termasuk bidan didesa, polindes dan kunjungan rumah dengan ketentuan :
1) Kunjungan pertama kali pada hari pertama sampai hari ketujuh (1-7hari).
2) Kunjungan ke dua kali pada hari ke delapan sampai hari ke duapuluh delapan (8-28
hari).
3) Kunjungan ketiga kali pada hari keduapuluh sembilan sampai dengan hari ke
empatpuluh dua (29-42hari).
h. Sasaran ibu hamil
Sasaran ibu hamil adalah jumlah semua ibu hamil disuatu wilayah dalam kurun waktu
1 tahun. Ibu hamil beresiko Adalah ibu hamil yang mempunyai faktor resiko dan
resiko tinggi.

2. Indikator Pemantauan
Indikator pemantauan terdiri dari 2 kelompok yaitu indikator pemantauan tehnis dan
non tehnis.
a. Indikator Pemantauan Teknis
1) Akses Pelayanan Antenatal (Cakupan KI)
a) Cakupan K1 adalah persentase ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan
oleh tenaga kesehatan.
b) Indikator akses ini digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal
serta kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat.
c) Contoh Perhitungan :
Untuk menghitung perkiraan jumlah ibu hamil di desa/kelurahan X di kabupaten Y
yang mempunyai penduduk sebanyak 2.000 jiwa, maka: Jumlah ibu hamil = 1,10 X
0,027 (CBR kabupaten Y) 7 x 2.000 = 59,4. Jadi sasaran ibu hamil di desa/kelurahan
X adalah 59 orang.
2) Cakupan Ibu Hamil (Cakupan K4)
a) Cakupan ibu hamil K4 adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh
pelayanan antenatal sesuai dengan standar, paling sedikit empat kali disuatu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu.
b) Ibu hamil K4 adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan
antenatal sesuai dengan standar, paling sedikit empat kali dengan distribusi
pemberian pelayanan yang dianjurkan adalah minimal satu kali pada triwulan
pertama, satu kali pada triwulan kedua, dan dua kali pada triwulan ketiga umur
kehamilan.
c) Kunjungan ibu hamil sesuai standar.
d) Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan antenatal secara lengkap
(memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu yang ditetapkan), yang
menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil di suatu wilayah, di samping
menggambarkan kemampuan manajemen ataupun kelangsungan program KIA.
3) Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan (Pn) yang memiliki kompetensi
kebidanan.
a) Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan (Pn) yang memiliki kompetensi
kebidanan adalah ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan disatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu.
b) Pertolongan persalinan adalah proses pelayanan persalinan dimulai dari kala I
sampai dengan kala IV persalinan.
c) Tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan adalah tenaga kesehatan
yang memiliki kemampuan klinis kebidanan sesuai dengan standar.
d) Dengan indikator ini dapat diperkirakan proporsi persalinan yang ditangani oleh
tenaga kesehatan, dan ini menggambarkan kemampuan manajemen program KIA
dalam pertolongan persalinan sesuai standar.
e) Jumlah seluruh sasaran persalinan dalam 1 tahun diperkirakan melalui
perhitungan : CBR x 1,05 x Jumlah penduduk setempat.
f) Untuk menghitung menghitung perkiraan jumlah perkiraan jumlah ibu bersalin di
desa/kelurahan X di kabupaten Y yang mempunyai penduduk sebanyak 2.000 jiwa,
maka: Jumlah ibu bersalin = 1,05 X 0,027 (CBR kabupaten Y) x 2.000 = 56,7. Jadi
sasaran ibu bersalin di desa/kelurahan X adalah 56 orang.
4) Cakupan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan
a) Cakupan pelayanan nifas adalah pelayanan kepada ibu dan neonatal pada masa 6
jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan sesuai standar.
b) Nifas adalah periode mulai 6 jam sampai dengan 42 hari pascapersalinan.
c) Pelayanan nifas sesuai standar adalah pelayanan kepada ibu nifas kompetensi
kebidanan disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
b) Pertolongan persalinan adalah proses pelayanan persalinan dimulai dari kala I
sampai dengan kala IV persalinan.
c) Tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan adalah tenaga kesehatan
yang memiliki kemampuan klinis kebidanan sesuai dengan standar.
d) Dengan indikator ini dapat diperkirakan proporsi persalinan yangditangani oleh
tenaga kesehatan, dan ini menggambarkan kemampuan manajemen program KIA
dalam pertolongan persalinan sesuai standar.
e) Jumlah seluruh sasaran persalinan dalam 1 tahun diperkirakan melalui
perhitungan : CBR x 1,05 x Jumlah penduduk setempat.
f) Untuk menghitung menghitung perkiraan jumlah perkiraan jumlah ibu bersalin di
desa/kelurahan X di kabupaten Y yang mempunyai penduduk sebanyak 2.000 jiwa,
maka: Jumlah ibu bersalin = 1,05 X 0,027 (CBR kabupaten Y) x 2.000 = 56,7. Jadi
sasaran ibu bersalin di desa/kelurahan X adalah 56 orang.
4) Cakupan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan
a) Cakupan pelayanan nifas adalah pelayanan kepada ibu danneonatal pada masa 6
jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan sesuai standar.
b) Nifas adalah periode mulai 6 jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan.
c) Pelayanan nifas sesuai standar adalah pelayanan kepada ibu nifas sedikitnya 3 kali,
pada 6 jam pasca persalinan sampai dengan 3 hari, pada minggu kedua, pada minggu
ke empat termasuk pemberian vitamin A 2 kali serta persiapan dan pemasangan KB
pasca persalinan.
d) Jumlah seluruh ibu nifas dihitung melalui estimasi dengan rumus: 1,05 x CBR x
jumlah penduduk. Angka CBR dan jumlah penduduk kab/kota didapat dari BPS
masing masing kab/kota/propinsi pada kurun waktu tertentu. 1,05 adalah konstanta
untuk menghitung ibu nifas.
e) Dengan indikator ini dapat diketahui jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan
ibu nifas.
f) Contoh perhitungan :
Jumlah penduduk 500.000, angka kelahiran kasar (CBR) 2,3%, hasil pelayanan nifas
= 10.000 januari - desember 2008. Maka cakupan pelayanan nifas adalah 10000 X
100%= 82,82%.
5) Penjaringan (deteksi) ibu hamil oleh masyarakat.
Dengan indikator ini dapat diukur tingkat kemampuan dan peran serta masyarakat
dalam melakukan deteksi ibu hamil beresiko di suatu wilayah.
6) Cakupan pelayanan Neonatal (KN 1) oleh tenaga kesehatan
Dengan indikator ini dapat diketahui akses/ jangkauan dan kualitas pelayanan
kesehatan neonatal. Jumlah sasaran bayi dalam 1 tahun dihitung berdasarkan jumlah
perkiraan (angka proyeksi) bayi dalam suatu wilayah tertentu.
Contoh perhitungan :
Untuk menghitung jumlah perkiraan bayi di suatu desa Z diN Kabupaten Dumai
Propinsi Riau yang mempunyai penduduk sebanyak 1500 jiwa, maka Jumlah bayi =
0,0248 (CBR Kabupaten Dumai) x 1500 = 37,2. Jadi sasaran bayi di desa Z adalah 37
bayi.
7) Cakupan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan
Dengan indikator ini dapat diketahui jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu
nifas
8) Penanganan komplikasi obstetric
Indikator ini menunjukkan kemampuan sarana pelayanan kesehatan menangani kasus
kasus kegawatdaruratan obstetri pada ibu bersalin, yang kemudian ditindaklanjuti
sesuai dengan kewenangannya, atau dapat dirujuk ke tingkat pelayanan yang lebih
tinggi.
9) Penanganan komplikasi neonatal
Indikator ini menunjukkan kemampuan sarana pelayanan kesehatan menangani
kasus-kasus kegawatdaruratan neonatal, yang kemudian ditindaklanjuti sesuai dengan
kewenangannya, atau dapat dirujuk ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi.
a) Indikator pemantauan Teknis
Indikator pemantauan program KIA tersebut merupakan indicator yang digunakan
para program pengelola KIA dan disesuaikan dengan kebutuhan program. Oleh
karena itu indikator tersebut disebut dengan pemantauan tehnis.
b) Indikator pemantauan Non - Teknis
Dalam upaya melibatkan lintas sektor terkait, khususnya para aparat setempat,
dipergunakan indikator indikator yang terpilih yaitu :
1.)Cakupan K1, yang menggambarkan keterjangkauan pelayanan KIA.
2.)Cakupank4, yang menggambarkan kualitas pelayanan KIA.
3.) Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (PN/ pernakes), yang menggambarkan
tingkat keamanan persalinan.
4.)Cakupan penanganan komplikasi kebidanan.
5.)Cakupan kunjungan nifas.
6.)Cakupan pelayanan KB aktif.
7.)Cakupan kunjungan neonatus.
8.)Cakupan kunjungan bayi.
Penyajian indikator-indikator tersebut kepada lintas sector ditujukan sebagai alat
motivasi, informasi dan komunikasi dalam menyampaikan kemajuan maupun
permasalahan operasional program KIA, sehingga para aparat dapat memahami
program KIA dan memberikan bantuan sesuai kebutuhan. Indikator pemantauan ini
dapat dipergunakan dalam berbagai pertemuan lintas sektor di semua tingkat
administrasi pemerintah secara berkala dan disajikan setiap bulan, untuk melihat
kemajuan suatu wilayah. Bagi wilayah yang cakupannya masih rendah diharapkan
lintas sektor dapat menindak lanjuti sesuai kebutuhan kebutuhan dengan
menggerakkan masyarakat dan menggali sumber daya setempat yang diperlukan.

E. Pembuatan grafik PWS KIA


PWS KIA disajikan dalam bentuk grafik dan tiap indicator yang dipakai, yang juga
menggambarkan tiap desa/kelurahan dalam tiap bulan.

Langkah-langkah pokok dalam pembuatan grafik PWS KIA :

1. Penyiapan data
a. Data yang diperlukan untuk membuat grafik dari tiap indicator diperoleh dari
catatan ibu hamil per desa/kelurahan, register kegiatan harian, register kohort ibu dan
bayi, kegiatan pemantauan ibu hamil perdesa/kelurahan, catatan posyandu, laporan
dari bidan/dokter praktik swasta, rumah sakit bersalin dan sebagainya.
b. Untuk grafik antar wilayah, data yang diperlukan adalah data cakupan per
desa/kelurahan dalam kurun waktu yang sama. Misalnya: untuk membuat grafik
cakupan K4 bulan juni di wilayah kerja puskesmas X,maka diperlukan data cakupan
K4 desa/kelurahan A, desa/kelurahan B, desa/kelurahan C, dst pada bulan Juni.
c. Untuk grafik antar waktu, data yang perlu disiapkan adalah data cakupan per bulan.
d. Untuk grafik antar variabel diperlukan data variabel yang mempunyai korelasi
misalnya K1, K4 dan Pn.

2. Pembuatan Grafik
a. Perhitungan untuk cakupan K1(akses).
Pencapaian kumulatif per desa/kelurahan adalah :
Pencapaian cakupan kunjungan pertama ibu hamil per desa selama bulan Juni 2007 X
100% .Sasaran ibu hamil per desa selama 1 tahun.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam membuat grafik PWS KIA (dengan
menggunakan contoh indikator cakupan K1) adalah sebagai berikut menentukan
target rata-rata per bulan untuk menggambarkan skala pada garis vertical (sumbu Y).
Misalnya target cakupan ibu hamil baru (cakupan K1) dalam 1 tahun ditentukan 100
% (garis a), maka sasaran pencapaian kumulatif sampai dengan bulan Juni adalah (6 x
8,3 %) = 50,0% (garis b).

b. Hasil perhitungan pencapaian kumulatif cakupan K1 per desa/kelurahan sampai


dengan bulan Juni dimasukkan ke dalam jalur % kumulatif 13 secara berurutan
sesuai peringkat. Pencapaian tertinggi di sebelah kiri dan terendah di sebelah kanan,
sedangkan pencapaian untuk puskesmas dimasukkan ke dalam kolom terakhir.

c. Nama desa/kelurahan bersangkutan dituliskan pada lajur desa/kelurahan, sesuai dengan


cakupan kumulatif masing-masing desa/kelurahan yang dituliskan pada butir b
diatas.

d. Hasil perhitungan pencapaian pada bulan ini (Juni) dan bulan lalu (Mei) untuk tiap
desa/kelurahan dimasukkan ke dalam lajur masing-masing. Gambar anak panah
dipergunakan untuk mengisi lajur tren. Bila pencapaian cakupan bulan ini lebih besar
dari bulan lalu, maka digambar anak panah yang menunjuk ke atas. Sebaliknya, untuk
cakupan bulan ini yang lebih rendah dari cakupan bulan lalu, digambarkan anak panah
yang menunjukkan kebawah, sedangkan untuk cakupan yang tetap/sama gambarkan
dengan tanda (-).

3. Analisis Tindak Lanjut

Analisis yang dapat dilakukan mulai dari yang sederhana hingga analisis lanjut sesuai
dengan tingkatan penggunaannya.

a. Analisis Sederhana
Analisis ini membandingkan cakupan hasil kegiatan antar wilayah terhadap target dan
kecenderungan dari waktu ke waktu. Analisis sederhana ini bermanfaat untuk
mengetahui desa/kelurahan mana yang paling memerlukan perhatian dan tindak lanjut
yang harus dilakukan.
Contoh : Analisis dari grafik cakupan ibu hamil baru (akses) pada pemantauan bulan

Juni 20014 dapat digambarkan dalam matriks seperti dibawah ini.

Dari matriks diatas dapat dismpulkan adanya 4 macam status cakupan


desa/kelurahan, yaitu :
1) Status baik.
Adalah desa/kelurahan dengan cakupan diatas target yang ditetapkan untuk bulan
Juni 2014, dan mempunyai kecenderungan cakupan bulanan yang meningkat atau
tetap jika dibandingkan dengan cakupan bulan lalu.
Desa/kelurahan-desa/kelurahan ini adalah desa/kelurahan A dan desa/kelurahan
B. Jika keadaan tersebut berlanjut, maka desa/kelurahan-desa/kelurahan tersebut
akan mencapai atau melebihi target tahunan yang ditentukan.
2) Status kurang.
Adalah desa/kelurahan dengan cakupan diatas target bulan Juni 2014, namun
mempunyai kecenderungan cakupan bulanan yangmenurun jika dibandingkan
dengan cakupan bulan lalu. Desa/kelurahan dalam kategori ini adalah
desa/kelurahan C, yang perlu mendapatkan perhatian karena cakupan bulan lalu
ini hanya 5% (lebih kecil dari cakupan bulan minimal 7,5%). Jika cakupan terus
menurun, maka desa/kelurahan tersebut tidak akan mencapai target tahunan yang
ditentukan.
3) Status cukup.
Adalah desa/kelurahan dengan cakupan dibawah target bulan Juni 2014, namun
mempunyai kecenderungan cakupan bulanan yang meningkat jika dibandingkan
dengan cakupan bulan lalu. Desa/kelurahan dalam kategori ini adalah
desa/kelurahan D, yang perlu didorong agar cakupan bulanan selanjutnya tidak
lebih daripada cakupan bulanan minimal 7,5%. Jika keadaan tersebut dapat
terlaksana, maka desa/kelurahan ini kemungkinan besar akan mencapai target
tahunan yang ditentukan.
4) Status jelek.
Adalah desa/kelurahan dengan cakupan dibawah target bulan Juni 2014, dan
mempunyai kecenderungan cakupan bulanan yang menurun dibandingkan dengan
bulan lalu. Desa/kelurahan dalam kategori ini adalah desa/kelurahan E, yang perlu
diprioritaskan untuk pembinaan agar cakupan bulanan selanjutnya dapat
ditingkatkan diatas cakupan bulanan minimal agar dapat mengejar kekurangan
target sampai bulan Juni, sehingga dapat pula mencapai target tahunan yang
ditentukan.

b. Analisis Lanjut
Analisis ini dilakukan dengan cara membandingkan variable tertentu dengan
variable terkait lainnya untuk mengetahui hubungan sebab akibat antar variable
yang dimaksud. Contoh analisis lanjut: Apabila Drop Out (DO) K1 K4 lebih dari
10 % berarti wilayah tersebut bermasalah dan perlu penelusuran dan intervensi
lebih lanjut. Drop Out tersebut dapat disebabkan karena ibu yang kontak pertama
(K1) dengan tenaga kesehatan, kehamilannya sudah berumur lebih dari 3 bulan.
Sehingga diperlukan intervensi peningkatan pendataan ibu hamil yang lebih
intensive.
4. Rencana tindak lanjut.
Bagi kepentingan program, analisis PWS KIA ditujukan untuk menghasilkan
suatu keputusan tindak lanjut teknis dan non-teknis bagi puskesmas. Keputusan
tersebut harus dijabarkan dalam bentuk rencana operasional jangka pendek untuk
dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi sesuai dengan spesifikasi daerah.
Rencana operasional tersebut perlu dibicarakan dengan semua pihak yang terkait :
a. Bagi desa/kelurahan yang berstatus baik atau cukup, pola penyelenggaraan
pelayanan KIA perlu dilanjutkan, dengan beberapa penyesuaian tertentu sesuai
kebutuhan antara lain perbaikan mutu pelayanan.
b. Bagi desa/kelurahan berstatus kurang dan terutama yang berstatus jelek, perlu
prioritas intervensi sesuai dengan permasalahan.
c. Intervensi yang bersifat teknis (termasuk segi penyediaan logistik) harus
dibicarakan dalam pertemuan mini lokakarya puskesmas dan/atau rapat dinas
kesehatan kabupaten/kota (untuk mendapat bantuan dari kabupaten/kota).
d. Intervensi yang bersifat non-teknis (untuk motivasi, penggerakan sasaran, dan
mobilisasi sumber daya di masyarakat) harus dibicarakan pada rapat koordinasi
kecamatan dan/atau rapat dinas kesehatan kabupaten/kota (untuk mendapat
bantuan dari kabupaten/kota).

F. Pelembagaan PWS KIA

Dalam upaya pelembagaan PWS KIA dilakukan langkah-langkah sebagai


berikut :
1. Penunjukkan petugas pengolahan data di tiap tingkatan, untuk menjaga
kelancaran pengumpulan data.
a. Data hasil kegiatan dikumpulkan oleh puskesmas ditabulasikan kemudian
dikirimkan ke dinas kesehatan kabupaten/kota.
b. Di puskesmas disusun PWS KIA tingkat puskesmas (per desa/kelurahan) dan di
dinas kesehatan kabupaten/kota disusun PWS KIA tingkat kabupaten/kota (per
puskesmas).
2. Pemanfaatan pertemuan lintas program.
Penyajian PWS KIA pada pertemuan teknis bulanan ditingkat puskesmas
(mini lokakarya) dan kabupaten/kota (pertemuan bulanan dinas kesehatan
kabupaten/kota), untuk menginformasikan hasil yang telah dicapai, identifikasi
masalah, merencanakan perbaikan serta menyusun rencana operasional periode
berikutnya. Pada pertemuan tersebut wilayah yang berhasil diminta untuk
mempresentasikan upayanya.
3. Pemantauan PWS KIA untuk meyakinkan lintas sektoral.
PWS disajikan serta didiskusikan pada pertemuan lintas sektoral ditingkat
kecamatan dan kabupaten/kota, untuk mendapatkan dukungan dalam pemecahan
masalah dan agar masalah operasional yang dihadapi dapat dipahami bersama,
terutama yang berkaitan dengan motivasi dan penggerakan masyarakat sasaran.
4. Pemanfaatan PWS KIA sebagai bahan musrenbang desa dan kabupaten/kota
Musrenbang adalah suatu proses perencanaan di tingkat desa dan kabupaten/kota.
Bidan di desa dapat memberikan masukan berdasarkan hasil PWS KIA kepada
tim musrenbang.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) adalah alat
manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA disuatu wilayah kerja secara
terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat. Program KIA
yang dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan
komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan
komplikasi, bayi, dan balita.

Tujuan PWS-KIA adalah Meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan KIA di wilayah
kerja puskesmas, melalui pemantauan cakupan pelayanan KIA di tiap desa secara terus
menerus. Indikator pemantauan program KIA yang dipakai untuk PWS-KIA meliputi
indikator yang dapat menggambarkan keadaan kegiatan pokok dalam program
KIA.Ditetapkan 6 indikator PWS-KIA yaitu;
1. Akses pelayanan antenatal (cakupan K1).
2. Cakupan ibu hamil (cakupan K4).
3. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan.
4. Deteksi ibu hamil beresiko oleh masyarakat.
5. Deteksi ibu hamil beresiko oleh tenaga kesehatan.
6. Cakupan pelayanan neonatal oleh tenaga kesehatan.

B. Saran

a. Pihak Terkait
a. Meningkatkan pelayanan dan kerjasama agar tercipta Indone abat
b. Mampu membuka diri dalam pengetahuan, keterampilan terk
c. Mampu memanfaatkan teknologi tepat guna.Institusi
a. Ikut membantu meningkatkan kesehatan desa.
b. Berpartisipasi dan bekerjasama meringankan beban desa.

DAFTAR PUSTAKA

Rani, Ika Arma, and Arief Hargono. "Deskripsi Pencatatan Dan Pelaporan Pemantauan
Kesehatan Ibu Pada PWS-KIA Berdasarkan Atribut Surveilan." Jurnal Berkala
Epidemiologi 1.2 (2013): 302-315.

Hamzah, Hamzah, and Sugeng Winardi. "Sistem Informasi Layanan Sms Gateway Bagi
Bidan Dalam Program Pws-Kia." Respati 9.26 (2017).

Anda mungkin juga menyukai