Anda di halaman 1dari 46

PEDOMAN TEKNIS PROGRAM KIA

PUSKESMAS JOGOROGO

DINAS KESEHATAN KABUPATEN NGAWI

PUSKESMAS JOGOROGO

TAHUN 2017

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................i

KATA PENGANTAR...................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1

a... Latar Belakang........................................................................................1

b.. Tujuan......................................................................................................2

c..Manfaat......................................................................................................2

BAB II Gambaran Umum .................................................................................4

a.. Geografi ...................................................................................................4

b.. Adminitrasi, Pemerintahan, dan Kependudukan.................................... 4

BAB III Kegiatan ............................................................................................ 8

a..Jenis Pelayanan ........................................................................................8

b. Sasaran KIA .............................................................................................9

c.Cakupan PWS Ibu ...................................................................................9

d. Cangkupan PWS Anak ...........................................................................11

e.Data Kematian Ibu .................................................................................. 12

f.Data Kematian Anak ............................................................................... 13

BAB IV Kebijakan Program .............................................................................14

a. Kebijakan Program ..................................................................................14

b.Visi Strategis ...........................................................................................15

c.Misi Strategis ...........................................................................................15

d.Tujuan ..................................................................................................... 16

BAB V Prinsip Pengelolaan ProgramKIA ........................................................ 28

ii
a.Pelayanan ANC.................................................................................... 28

b.Pertolongan Persalinan ......................................................................... 30


c.Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas ............................................................30
d.Pelayanan Kesehatan Neonatus ............................................................31
e.Deteksi Dini ..........................................................................................32
f.Penanganan Komplikasi Kebinaan .......................................................35
g.Pelayanan Neonatus Dengan Komplikasi ............................................36
h.Pelayanan Kesehatan Bayi ...................................................................37
i.Pelayanan Kesehatan Anak Balita .......................................................38
j.Pelayanan KB Berkualitas ...................................................................39

BAB VI Simpulan dan Saran ..........................................................................41

a. Simpulan ................................................................................................41

b. Saran ......................................................................................................41

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 42

iii
Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusunanpedoman teknisProgram Kesehatan Ibu dan Anak
dapat terwujud. Buku Pedoman Teknis Pelaksanaan Program Kesehatan Ibu dan Anak di
disusunsebagai acuan pelaksanan pelayanan kebidanan di Puskesmas, Pustu danPolindes.
sehingga masyarakat mendapat pelayanan sesuai standart.
Dalam penyusunan pedoman teknis pelayanan program kesehan Ibu dan anak kami banyak
mendapat bantuan, kami mengucapkan terima kasih kepada:
1.dr. Ririn Panca Winanti selaku kepala UPT Puskesmas Jogorogo
2.Bidan Puskesmas Jogorogo selaku pembina desa dan pelaksana program KIA
3.Semua pihak yang telah membantu terlaksananya pelayanan program KIA
Kami menyadari dalam penyusunan pedoman teknis progrma KIA banyak kekurangan,
oleh karena itu kami mohon kritik dan saran untuk perbaikan selanjutnya.

Jogorogo, Februari 2017

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

a.Latar belakang
Program pembangunan kesehatan di Indonesia sampai saat ini masih di prioritaskan
pada upaya peningkatan derajat kesehatan utama pada kelompok paling rentan kesehatan
yaitu ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas serta bayi pada masa perinatal.
Angka Kematian Ibu AKI dan Angka Kematian Bayi AKB sampai sekarang masih
tinggi. Angka Kematian Bayi berhasil diturunkan secara tajam dari 68 per 1.000 kelahiran
hidup pada tahun 1990 menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup ( SDKI 2007 ). Penurunan
Kematian Neonatal berlangsung lambat yaitu dari 32 per 1.000kelahiranhidup pada tahun
1990 menjadi 19 per 1.000 kelahiran hidup ( SDKI 2007 ), dimana 55,8% dari kematian bayi
terjadi pada periode neonatal, sekitar 78,5%-nya terjadi pada umur 0-6 har ( Riskesdas 2007 ).
Sedangkan Angka Kematian Ibu Berdasarkan SKDI tahun 2007 mencapai 228 per 100
ribu kelahiran hidup. Penyebab kematian maternal merupakan suatu hal yang masih
kompleks, yang dapat di golongkan pada faktor - faktor diantaranya repruduksi, komplikasi
obstetrik, pelayanan kesehatan dan sosial ekonomi ( ilmu kebidanan 2002).
AKI Jatim saat ini sebesar 97,39/100 ribu kelahiran hidup dan AKB sebesar 25,95/1000
kelahiran hidup Sementara Tingkat Nasional 228/100 ribu kelahiran hidup (AKI) dan
AKB 32,59/1000 ribu kelahiran hidup.
Kebijakan Departemen Kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan AKI dan AKB
mengacu pada intervensi strategis ”Empat pilar safe motherhood”. Pilar pertama adalah KB
untuk mencegah terjadinya empat pilar terlalu. Pilar ke dua ANC yaitu setiap kehamilan
minimal harus 4 kali diperiksa oleh tenaga kesehatan. Pilar ketiga persalinan yang aman yaitu
semua persalinan harus ditolong oleh petugas kesehatan. Pilar keempat pelayanan obstetri
esensial yaitu setiap komplikasi persalinan harus ditangani dengan adekuat. Selain itu juga
keterlibatan lintas sektor yaitu Gerakan Sayang Ibu (GSI) dan gerakan reproduksi keluarga
sehat (Syaifuddin,2002).

Untuk mempercepat penurunan AKI dan AKB adanya kebijakan Making Pregnancy
Safer ( MPS ). Dengan tiga pesan kunci yaitu setiap pertolongan persalian ditolong oleh
tenaga kesehatan terlatih, setiap komplikasi obstetri dan neonatal ditangani secara adekuat,

1
dan setiap WUS mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan
penanggulangan komplikasi keguguran ( Syaifudin, 2002 )

Strategi untuk menurunkan AKI dan AKB adalah peningkatan akses dan kualitas
pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir di tingkat dasar dan rujukan, membangun
kemitraan yang efektif, mendorong pemberdayaan perempuan, keluarga dan masyarakat, serta
meningkatkan sistem surveilans dan informasi KIA ( Sri Astuti, 2002 )
Kinerja merupakan kualitas dan kuantitas dari suatu hasil kerja (output) individu
maupun kelompok dalam suatu aktifitas tertentu yang diakibatkan oleh kemampuan alami
atau kemampuan yang diperoleh dari proses belajar serta keinginan untuk berprestasi.Menurut
Robert L. Mathis dan John H. Jackson (2001 : 82) faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
individu tenaga kerja, yaitu: 1) Kemampuan mereka, 2) Motivasi, 3) Dukungan yang diterima,
4) Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan, dan 5) Hubungan mereka dengan organisasi.

Sumber dana pelaksanaan kegiatan program kesehatan ibu dan anak adalah bantuan
dana operasional kesehatan/BOK sejumlah Rp15.000.000,00,-. Dengan adanya pendanaan
dari Bok diharapkan kegiatan bisa berjalan dengan optimal dan bermanfaat bagi masyarakat.
Sehingga ibu hamil dapat melewati masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan selamat.

b. Tujuan
1.Tujuan Umum
Untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi di Kabupaten Ngawi.
2.Tujuan Khusus
-Meningkatkan kinerja Bidan.
-Meningkatkan kualitas pelayanan
-Meningkatkan manajemen asuhan kebidanan
-Melakukan pelayanan sesuai standar baik standar input, proses, output dan outcame
-Meningkatkan mutu sumberdaya manusia guna mengidentifikasikan masalah dan
menentukan keputusan klinik
-Meningkatkan kerja sama lintas sektor dan lintas program

c. Manfaat
1.Bagi petugas

2
Sebagai input untuk melakukan manajemen pelayanan kesehatan ibu dan anak
2. Bagi puskesmas
Untuk menilai kegiatan yang telah dilakukan apakah sudah sesuai dengan target yang telah
ditentukan
3.Bagi masyarakat
Mendapatkan pelayanan yang berkualitas dan pengetahuan kesehatan ibu dan anak

3
BAB II

GAMBARAN UMUM

a. Geografi

Kecamatan Jogorogo merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Ngawi, Propinsi


Jawa Timur. Kecamatan Jogorogo yang memiliki luas wilayah 66,74 km.
Batas wilayah di Kecamatan Jogorogo adalah sebagai berikut:
a.Sebelah Utara : Kecamatan Paron
b.Sebelah Timur : Kecamatan Kendal
c.Sebelah Selatan : Gunung Lawu
d.Sebelah Barat : Kecamatan Ngrambe dan Kedunggalar

Berdasarkan struktur geografisnya, Kecamatan Jogorogo memiliki kerawanan tanah


longsor, kekeringan, kebakaran hutan, angin puting beliung dan gunung meletus.Bencana
yangterjadi di setiap tahunnya adalah angin puting beliung yang sebagian besar terjadi di
musim penghujan dan tanah longsor.

b. Administrasi pemerintahan dan kependudukan

Struktur wilayah administrasi Kecamatan Jogorogo yang memiliki luas wilayah 66,74
km terbagi dalam 12 desa dimana 7 desa ada di daerah pegunungan dan 5 desa ada di dataran
rendah dengan 39 dusun dan 274 RT. Mata pencaharian penduduk sebagian besar adalah
petani, buruh tani, dan pedagang. Lebih jelas komposisi penduduk dapat dilihat pada tabel
berikut:

4
Tabel.1 Data Kependudukan Kecamatan Jogorogo

No Desa L P Jumlah
1 Umbulrejo 397 415 812
2 Kletekan 1.539 1.590 3.129
3 Jaten 1.616 1.623 3.239
4 Girimulyo 1.411 1.389 2.800
5 Nngrayudan 2.235 2.222 4.457
6 Talang 545 580 1.125
7 Macanan 3.301 3.246 6.547
8 Brubuh 884 918 1.802
9 Jogorogo 3.905 4.053 7.958
10 Dawung 1.802 1.864 3.666
11 Tanjungsari 2.048 2.152 4.200
12 Soco 1.441 1.417 2.858
  Jumlah 21.124 21.469 42.593
Sumber Dispenduk Capil Kabupaten Ngawi Tahun 2015

Tabel 2.Jumlah sarana Pelayanan Kesehatan


No. Nama Sarana Jumlah
1 Puskesmas Induk 1
2 Puskesmas Pembantu 3
3 Polindes 8
4 UGD 2
5 Pra Poned 1
6 Poli Paru 1
7 Pojok Gizi 1
8 Apotik 1
9 BP 1
10 BKIA 1
11 Poli Imunisasi 1
12 Poli Gigi 1
13 Pojok Sanitasi 1
14 Laboratorium 1
15 Posyandu 62
16 Mobil Ambulans 2
Sumber: Data SaranaPuskesmas Jogorogo Tahun 2015

TABEL 3.PERAN SERTA MASYARAKAT

5
PERAN SERTA MASYARAKAT
1 Jumlah Dukun Bayi : 2 Orang

2 Jumlah Kader Kesehatan : :

- kader posyandu : 310 Orang

a. laki-laki 1
b. perempuan 309
- kader peer konselor : 53 Orang

a. laki-laki 15
b. perempuan 38
3 Jumlah kader Tiwisada : 330 Orang

a. laki-laki 165
b. perempuan 165
4 Jumlah Guru UKS : 33 Orang

a. laki-laki 17
b. perempuan 16
5 Jumlah Anggota Saka Bhakti Husada : 10 Orang

a. laki-laki 5
b. perempuan 5
6 Jumlah Kader Usila : 32 Orang

a. laki-laki  
b. perempuan 32
7 Jumlah kelompok Usia lanjut : 32

8 Jumlah Posyandu : 62 Buah


- strata pratama : 0 Buah
- strata madya : 12 Buah
- strata purnama : 46 buah
- strata mandiri : 4 Buah
- strata purnama mandiri : 50 Buah
9 Jumlah Taman Posyandu : 23 Buah
- Optimal : 3 Buah

6
- Belum Optimal : 20 Buah
10 Jumlah Poskesdes : 2 Buah
11 Jumlah Posbindu PTM : 3 Buah
12 Jumlah Pos Yandu lansia : 32 Buah
13 Jumlah Desa Siaga Aktif : 12 Buah
14 Jumlah Pos UKK : 1 Buah
15 Jumlah TTK (Tempat Kerja ) : 18 Buah
16 Jumlah desa P4K : 12  Desa

PROGRAM KESEHATAN
a. KIA
1 Jumlah ibu hamil Resiko Tinggi ditemukan : 118 Orang
2 Jumlah bayi resiko tinggi : 85,65 Orang
3 Jumlah bumil dengan Hb < 11 g % : 2 Orang
4 Jumlah bumil dengan LILA < 23,5 Cm : 19 Orang

b. Kesehatan Reproduksi (KB, remaja dan


lansia)
1 Kader peer konselor/kader kesehatan remaja :  40 Orang
2 Jumlah kader posyandu lansia :  100 Orang
3 Jumlah posyandu lansia 22 Buah
a. strata pratama : 22 Buah
b. strata madya :   Buah
c. strata purnama :   Buah
d. strata mandiri :   Buah
4 Jumlah kelompok senam lansia :  3
5 Jumlah bumil yng mendapat konseling PPIA : 590 Orang
6 Jumlah bumil yg melaksanakan pemeriksaan : 590 Orang
HIV
7 Jumlah bumil yang positif HIV : 1 Orang
c. Perbaikan Gizi
1 Jumlah balita yang ada ( S ) : 2.455 Balita
2 Jumlah Balita yang punya KMS ( K ) : 2.455 Balita
3 Jumlah Balita ditimbang ( D ) : 1.830 Balita
4 Balita yang naik Berat Badannya ( N ) : 806 Balita
5 Jumlah bayi dengan ASI Eksklusif : 20 Bayi
6 Jumlah bayi dan balita Bawah Garis Merah 13 Balita
(BGM)
7 Jumlah Balita Gizi Buruk Ditemukan : 13 Balita
d. Imunisasi & Surveilans Epid
1 Penyakit Tidak Menular (PTM) :   Orang
e. Matra dan Bencana

7
BAB III

KEGIATAN

a. Jenis pelayanan

Pelayanan di Puskesmas terdiri dari pelayanan dalam gedung dan di luar


gedung.Pelayanan dalam di Puskesmas Induk yaitu rawat jalan, rawat inap, di polindes dan
pustu.Pelayanan diluar gedung meliputi kegiatan yang melibatkan peran serta masyarakat.

Adapun kegiatan rutin yang dilaksanakan di puskesmas jogorogo meliputi ;


1. Penyuluhan KRR kepada remaja tingkat SD, SMP dan SMA oleh TIM
2. Sekrening pada murit baru masuk di tingkat SD, SMP dan SMA
3. Aktif dalam kegiatan dan penyuluhan di posyandu
4. Adanya Klinik PKPR ( Pelayanan Konseling Perduli Remaja)
5. Semua CPW diberikan tablet tambah darah untuk mencegah terjadinya anemia
6. Semua CPW dilakukan pemeriksaan HCG Test guna mengetahui adanya kehamilan
diluar nikah
7. Adanya ANC terpadu untuk mendeteksi adanya penyakit penyerta pada ibu hamil dan
rujukan dini apabila terdapat kelainan
8. Pengadaan klas ibu hamil untuk meningkatkan pengetahuan tentang kehamilan,
persalinan dan nifas
9. Membuat rencana kerja dan membuat visiting point
10. Laporan PWS ibu dan Anak tiap bulan dan analisanya tepat waktu
11. Enty data pada simpustronik
12. Membuat SOAP ditempat pelayanan yaitu di polindes, pustu, puskesmas dan BPM
13. Pengisian AKIB amanah Kesehatan Ibu dan Bayi rangkap 3 yaitu untuk Bidan, pasien
dan desa agar ibu hamil merencanakan persalinan sesuai dengan kondisinya
14. Pelayanan ANC
15. Pelayanan INC
16. Pelayanan PNC
17. Pelayanan KB
18. DDTK

8
19. MTBS
20. Rujukan ke RS
21. Pembinaan kader posyandu
22. Pertemuan klas bidan
23. Pemantauan, pemberian PMT dan rujukan Balita gizi buruk
24. Pertemuan lintas program dan lintas sector.

Upaya Persalinan Ke Fasilitas Kesehatan melalui:

1. Kemitraan dengan dukun bayi


2. Kemitraan dengan Kader Kesehatan
3. Berpartisipasi aktif melalui GSI
4. Merintis Puskesmas Pra Poned

b. Sasaran KIA
1. Jumlah Bumil : 577
2. Jumlah bulin : 550
3. Jumlah bufas : 550
4. Jumlah bayi : 566
5. Jumlah anak balita : 2230
6. Jumlah anak pra sekolah : 1138
7. Jumlah WUS : 7459
8. Jumlah usila : 12903

c. Hasil kegiatan PWS ibu 2016

1. Sasaran :
- Bumil = 577
- Bulin & Bufas = 550
- Bumil Resti = 115
2. Target :
- K1 = 94 %
- k4 = 94 %

9
- Deteksi Dini oleh masyarakat = 20 %
- Deteksi Dini Oleh Nakes = 20%
- Komplikasi yg ditangani = 97 %
- Persalinan Nakes = 100 %
- Persalinan di Faskes = 100%
- Pelayanan Nifas =95%
3.Cakupan
- K1 = 98,4 %
- k4 = 97,2 %
- Deteksi Dini oleh masyarakat = 5,5 %
- Deteksi Dini Oleh Nakes = 13 %
- Komplikasi yg ditangani = 122 %
- Persalinan Nakes = 101 %
- Persalinan di Faskes = 101 %
- Pelayanan Nifas = 104 %

Analisa Cakupan terhadap Target

No Kegiatan Target Cakupan Kesenjangan

1. k1 94 % 98,4 % > 4,4 %

2 k4 94% 97,2 % > 3,2 %

3 Deteksi Dini Oleh 20 % 5,5 % < 14,5 %


Masyarakat
4 Deteksi Dini Oleh 20% 13 % <7%
Nakes
5 Komplikasi yg ditangani 97 % 122 % > 25 %

6 Persalinan Nakes 100 % 101 % >1%

10
7 Persalinan Faskes 100 % 101% > 1%

8 Pelayanan Nifas 94 % 104 % > 10 %

d. Hasil kegiatan PWS anak

1. SASARAN
- Bayi = 532
- Neo Resti = 80
- Balita =2087
- Apras = 518

2. Target

- KN1 Murni = 94%


- KN Lengkap = 94%
- Neo Resti Ditangani = 100 %
- Bayi Paripurna = 94%
- Balita Paripurna = 94%
- Apras Paripurna = 94%
- MTBS = 100%

3. Cakupan

-KN1 Murni = 104%


- KN Lengkap = 100%
- Neo Resti Ditangani = 81 %
- Bayi Paripurna = 96%
- Balita Paripurna = 91%
- Apras Paripurna = 96%
- MTBS = 100%

11
4.Analisa Cakupan Terhadap Target

No Kegiatan Target Cakupan Kesenjangan

KN1 Murni 94% 104% >10%


1.
KN Lengkap 94% 100% >6%
2
Neo Resti Di tangani 100% 81% <19%
3
Bayi Paripurna 94% 96% >2%
4
Balita Paripurna 94% 91% <3%
5
Apras Paripurna 94% 96% >2%
6
MTBS 100% 100% -
7

e.Data kematian ibu

• Tahun 2010 : Nihil


• Tahun 2011 : Nihil
• Tahun 2012 : 1 penyebab HPP ,tempat kematian di RSU Ngawi
• Tahun 2013 : 1 penyebab Eklamsi ,tempat kematian di RSU Madiun
• Tahun 2014 : 1 penyebab PEB, tempat kematian di RSU Ngawi
• Tahun 2015 : 1 penyebab HPP, tempat kematian di RSU Ngawi
• Tahun 2016 : 1 penyebab penyakit jantung

f. Data kematian bayi

• Tahun 2010 :6
• Tahun 2011 : 10
• Tahun 2012 : 10
• Tahun 2013 :8

12
• Tahun 2014 :1
• Tahun 2015 :8
• Tahun 2016 :6

BAB IV
KEBIJAKAN PROGRAM

13
a. Kebijakan program
Paradigma baru Puskesmas harus ada upaya yang berkelanjutan, menyeluruh,
terpadu, sistematis dan obyektif sampai masyarakat benar-benar mendapatkan pelayanan
kesehatan yang bermutu. Pendekatan yang diterapkan meliputi:
1. Penentuan prioritas Puskesmas.
2. Pengembangan Program menjaga mutu.
3. Pengembangan swadaya Puskesmas.

b.Visi strategis
Dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan dan peluang
yang ada di UPTD Puskesmas Jogorogo serta mempertimbangkan budaya yang hidup dalam
masyarakat, maka Visi yang dicanangkan pada tahun 2015 sampai 2020 adalah:
” Terwujudnya Masyarakat Kecamatan Jogorogo yang Sehat, Mandiri dan
Berkeadilan ”

Penjabaran makna dari Visi tersebut adalah sebagai berikut:


Terwujud : Suatu kondisi akhir yang diinginkan.

Masyarakat : Sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu


komunitas yang teratur.

Kecamatan Jogorogo : wilayah untuksekelompok masyarakat yang hidup


bersama dalam suatu komonitas yang teratur dalam
wilayah kecamatan.

Sehat : suatu keadaan kondisi fisik, mental dan


kesejahteraan sosial yamg merupakan satu kesatuan
dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kecatatan
(WHO).

Mandiri : suatu keadaan yang dapat berdiri sendiri tanpa


tergantung dengan yang lain.

14
Berkeadlian : suatu keadaan kebenaran secara moral mengenai
suatu hal, baik menyangkut benda atau orang.

Kemandirian kesehatan masyarakat disini adalah gambaran Masyarakat Kecamatan


Jogorogodimasa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni
masyarakat yang hidup dalam lingkungan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan
untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta
berperan aktif di dalam setiap upaya kesehatan agar memiliki derajat kesehatan yang
setinggi tingginya.

c. Misi strategis
Misi adalah rumusan umum tentang upaya yang akan dilaksanakan untuk
mewujudkan Visi dengan mengantisipasi kondisi dan permasalahan yang ada serta
memperhatikan tantangan ke depan dengan memperhitungkan peluang yang dimiliki.
Misi berfungsi sebagai pemersatu gerak, langkah dan tindakan nyata bagi segenap
komponen penyelanggara pemerintahan tanpa mengabaikan mandat yang diberikannya.
Untuk mencapai Visi yang telah ditetapkan maka UPTD Puskesmas Jogorogo
merumuskan Misi sebagai berikut :
a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan.
b. Mendorong terwujudnya kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.
c. Meningkatkan upaya pengendalian penyakit dan penanggulangan masalah kesehatan.
d. Mewujudkan, memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu,
merata, dan terjangkau.
e. Menyelenggarakan administrasi dan manajemen yang bersifat transaparan dan
akuntabel.
f. Mengembangkan program inovasi, produk layanan, dan pemberdayaan sumberdaya
kesehatan.
d. Tujuan
Untuk menjalankan Misi UPTD Puskesmas Jogorogo perlu ditetapkan keinginan-keinginan
apa yang akan diwujudkan dalam kurun 5 tahun kedepan sebagai bentuk komitmen
pembangunan daerah oleh UPTD Puskesmas Jogorogo. Keinginan-keinginan tersebut ditetapkan

15
dalam rumusan tujuan kegiatan Puskesmas yang digunakan untuk memberikan arah terhadap
program kegiatan Puskesmas secara umum.

1. Penjelasan Tujuan dari Misi Ke-1

Misi ke-1 : Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan


Tujuan : Mewujudkan mutu lingkungan yang lebih sehat,
pengembangan sistem kesehatan lingkungan
kewilayahan, serta menggerakkan pembangunan berwawasan
kesehatan.
Bentuk Program Penyelenggaraan Layanan UKM Esensial:
a. Pelayanan Kesehatan Lingkungan.

Program: Penyehatan Lingkungan

Penanggungjawab: Programer Kesling


    2017 2018 2019 2020 2021
  Indikator Sasaran:          
Terlaksananya Kegiatan Program Penyehatan
a Lingkungan 100% 100% 100% 100% 100%
           
Kegiatan: Fasilitasi Pengembangan Lingkungan Sehat
Sub-Kegiatan (Langkah):

1 Pertemuan pemicuan program STOPs di desa  


2 Pertemuan sosialisasi keamanan pangan anak sekolah  
3 Bimbingan Teknis Pengawas Jajanan Anak Sekolah  
4 Monev Perilaku BABS  
5 Kunjungan Tindak Lanjut Klinik Sanitasi  
6 Pengawasan Higiene sanitasi pesantren  
7 Inspeksi sanitasi sarana air bersih  
8 Inspeksi sanitasi T T U  
9 Inspeksi sanitasi T P M  
1
0 Transport petugas dalam rangka pendataan sarana sanitasi rumah sehat  
1
1 Kunjungan dan pembinaan DEPO air minum  
1
2 Pembinaan pasar sehat  
1
3 Pembinaan kantin sekolah sehat  
1
4 Kampanye Hidup sehat di Sekolah (CTPS & Sikat Gigi Masal)  
1
5 Pertemuan penyuluhan sanitasi daerah rawan bencana/ endemi penyakit berbasis lingkungan
1 Transport petugas dalam rangka konsultasi ke Dinas Kesehatan  

16
6
1
7 Pengambilan sampel air bersih  
1
8 Pengiriman sampel air bersih  
1
9 Biaya pemeriksaan bakterologis air bersih  
 

2. Penjelasan Tujuan dari Misi Ke-2

Misi ke-2 : Mendorong terwujudnya kemandirian masyarakat


untuk hidup sehat.
Tujuan : Memberdayakan individu, keluarga dan masyarakat
agar mampu menumbuhkan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) serta mengembangkan Upaya
Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM)
Bentuk Program Penyelenggaraan Layanan UKM Esensial:
a. Pelayanan Kesehatan Ibu, anak, dan Keluarga Berencana

Program : PROGRAM KESEHATAN KELUARGA

Penanggung jawab
: Programer Kesehatan Ibu, anak, bayi
Program

Tahun 2017 2018 2019 2020 2021

Indikator Program          

Cakupan kunjungan ibu


a. 94% 95% 95% 95% 95%
hamil K4
Cakupan komplikasi
b. 97% 98% 98% 98% 100%
kebidanan yang ditangani
Cakupan pertolongan
c. 100% 100% 100% 100% 100%
persalinan oleh nakes

d. Cakupan pelayanan nifas 95% 95% 95% 95% 95%

Cakupan Neonatus dengan


e. 100% 100% 100% 100% 100%
komplikasi yang ditangani

f. Cakupan Kunjungan Bayi 94% 95% 95% 95% 95%

Cakupan pelayanan anak


g. 94% 95% 95% 95% 95%
balita

h. Cakupan peserta KB Aktif 72% 73% 74% 75% 75%

Kegiatan : Kesehatan Ibu, anak, bayi

17
1 Pertemuan P4K Kecamatan (Pemantapan AKIB)

2 Pertemuan P4K Desa

3 Pertemuan Kelas Bumil

4 Pemantauan Bumil resti

5 Pelacakan Bumil Pendatang (Deteksi Resti Dini)

6 Pertemuan Kelas suami dan keluarga (Pengambil Keputusan)

7 Kunjungan Ibu Nifas

8 Kunjungan rumah pada neonatal resti

9 Pertemuan review MTBS/MTBM bagi petugas

10 Kunjungan DDTK ke TK/PAUD

11 Pertemuan Kelas Ibu Balita

12 Pemantauan Kesehatan Bayi (PSG Posyandu)

13 Pertemuan guru TK dan PAUD dalam rangak review DDTK

14 Pembinaan Tim ke Posyandu

15 Pertemuan Kader Posyandu

16 Rapat Koordinasi Linsek Taman Posyandu Tingkat Kecamatan

17 Pendampingan Taman Posyandu

18 Lomba Balita Sehat

19 Pelacakan Kasus DO

20 Penyuluhan deteksi dini CA servik dan CA Payudara

21 Tindak lanjut pasien KB pasca bersalin

22 Pertemuan review KB

23 Pertemuan linsek KB tentang efek samping dan kontra indikasi

b. Pelayanan Gizi:

Program : PROGRAM KESEHATAN KELUARGA


Penanggung
: Programer Gizi
jawab Program

18
Tahun 2017 2018 2019 2020 2021

Indikator Program          
Cakupan pemberian
makanan pendamping ASI
a 100% 100% 100% 100% 100%
pada anak usia 6-24 bulan
keluarga miskin.
Cakupan Balita gizi buruk
b 97% 98% 99% 100% 100%
mendapat perawatan
Kegiatan : Upaya Perbaikan Gizi Keluarga

1 Pertemuan Pembentukan KP ASI


Pertemuan dalam rangka sosialisasi pemberian makanan pendamping ASI bagi orang tua balita 6-24
2
bulan
3 Pemberian makanan pendamping ASI usi 12-24 bulan

4 Pendampingan kasus gizi buruk

c. Pelayanan Promosi Kesehatan.

Program : PROMOSI KESEHATAN


Penanggung jawab
: Programer UKS
Program
Tahun 2017 2018 2019 2020 2021
Cakupan penjaringan
a kesehatan siswa SD dan 97% 98% 99% 100% 100%
setingkat
Cakupan desa siaga
b. 78% 80% 80% 80% 80%
aktif/Promosi Kesehatan
Kegiatan : PENGEMBANGAN KEMITRAAN

1 Pertemuan pembinaan guru UKS

2 Skrening dalam rangka UKS, UKGS di SD/MI

3 Pelatihan Kader Tiwisada

4 Pemeriksaan berkala kelas 2 s/d 6 SD

Kegiatan : UPAYA KESEHATAN BERSUMBER DAYA MASYARAKAT

1 Pembinaan Desa Siaga Aktif

2 Perti Saka Bakti Husada Cabang Ngawi

3 Pertemuan TOGA dan BATRA

4 Pembinaan TOGA

5 Seminar dan Motivator Kader Kesehatan

19
6 Survey Mawas Diri Desa Siaga Aktif

7 MMD Desa Siaga Aktif

8 Survey Mawas Diri PHBS

9 MMD/Intervensi PHBS

10 Anjangsana Desa Siaga Aktif

11 Survey Kadarzi

12 Monitoring garam beryodium

13 Lomba Posyandu

3. Penjelasan Tujuan dari Misi Ke-3

Misi ke-3 : Meningkatkan upaya pengendalian penyakit dan


penanggulangan masalah kesehatan.
Tujuan : Mencegah, menurunkan dan mengendalikan penyakit
menular dan tidak menular serta masalah kesehatan
lainnya.
Bentuk Program Penyelenggaraan Layanan UKM Esensial:
a. Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.

Program : PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR


Penanggungjawab
: Programer P2P
Program
Tahun 2017 2018 2019 2020 2021

Indikator Program          
Cakupan Desa/Kelurahan
a Universal Child Immunization 97% 98% 99% 99% 100%
(UCI)
Cakupan penemuan dan 97% 98% 99% 99% 100%
b penangannan penderita Peny
AFP
Cakupan penemuan dan
c penangannan penderita Peny 97% 98% 99% 100% 100%
Pneumonia
Cakupan penemuan dan
d. 100% 100% 100% 100% 100%
penangannan penderita Peny
e. Cakupan Desa/Kelurahan 97% 98% 99% 100% 100%

20
mengalami KLB yang
dilakukan penyelidikan
epidemiologi < 24 jam
Cakupan penemuan dan
f. penangannan penderita 67% 68% 69% 70% 70%
Peny
Cakupan penemuan dan
g. penangannan penderita 97% 98% 99% 100% 100%
Peny
Cakupan kegiatan program
 h. 100% 100% 100% 100% 100%
HIV AIDS
 i. Penemuan Kasus Malaria 100% 100% 100% 100% 100%

Kegiatan Pelayanan Imunisasi

1 Pengambilan vaksin dan logistik lainnya

2 Sweeping/penyulaman

3 Pelayanan imunisasi di posyandu

4 Pertemuan Lintas sektoral

5 Pendataan BIAS anak sekolah

6 Pelayanan imunisasi anak sekolah

7 Pelacakan kasus KIPI

8 Pembuatan Kartu Imunisasi TT

9 Banner

Kegiatan : Penemuan dan penanganan penderita penyakit AFP

1 Pertemuan AFP lintas program

2 Pelacakan suspek AFP

Kegiatan : Penemuan dan penanganan penderita penyakit Pneumonia

1 Pertemuan review kasus pneumoni balita

2 Pertemuan Pneumoni di masyarakat desa

3 Kunjungan pasien suspek pneumoni

4 Konsultasi Dinas Kesehatan

Kegiatan : Penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD

1 Pertemuan pembinaan kader jumantik dalam rangka meningkatkan ABJ

2 Pemantauan Angka Bebas Jentik oleh kader jumantik

3 Pelacakan kasus DBD

21
4 Pendampingan fogging

5 Pelaksanaan ABJ berkala dan abatisasi

Kegiatan : Pengamatan penyakit dan KLB (Surveilans)

1 Pertemuan lintas program dalam rangka evaluasi program surveilans

Kegiatan : Penemuan dan penanganan penderita penyakit TB Paru

1 Konseling dan pencegahan transmisi penularan penyakit dari penderita ke orang lain

2 Pemantauan kepatuhan minum obat dan TB mangkir

3 Pertemuan Promosi Etika batuk

4 Pertemuan PHBS

5 Pertemuan Poskestren

Kegiatan : Penemuan dan penanganan penderita penyakit Diare

1 Pelacakan kasus diare potensial KLB

2 Konsultasi ke Dinas Kesehatan

Kegiatan : Penemuan dan penanganan penderita penyakit (HIV/AIDS)

1 Pembinaan club siswa siaga aktif HIV/AIDS se Kecamatan Jogorogo

2 Pertemuan sosialisasi HIV/AIDS bagi remaja masjid dan karang taruna

Sosialisasi HIV/AIDS bagi kader kesehatan dan PKK desa


3
4 Pelacakan kasus HIV baru

Pendampingan rujukan dukungan pengobatan HIV


5
6 Pemantauan kepatuhan minum obat ARV bagi penderita HIV

Konsultasi ke Dinas Kesehatan


7
Kegiatan : Penemuan dan penanganan penderita penyakit malaria

1 Pertemuan sosialisasi pencegahan dan penanggulangan malaria

22
4.Penjelasan Tujuan dari Misi Ke-4

Misi ke-4 : Mewujudkan, memelihara dan meningkatkan


pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan
terjangkau.
Tujuan : Meningkatkan akses, pemerataan dan kualitas
pelayanan kesehatan melalui Puskesmas dan
jaringannya.
Bentuk Program Penyelenggaraan Layanan UKP :
a. Pelayanan Rawat jalan
   Indikator Kinerja 2017 2018 2019 2020 2021

1 Rawat Jalan Umum 10,800 10,560 10,440 10,380 10,200


2 Rawat Jalan KIA 30 23 22 15 15
3 Rawat Jalan Gigi 74 64 78 70 70
4 Pelayanan UGD 324 276 252 240 228
             
 
Kegiatan: 1) Poli Umum
1. Poli Gigi
2. Poli KIA
           
  c. Pelayanan Rawat Inap      
   Indikator Kinerja 2017 2018 2019 2020 2021
  Indikator Kinerja:          
a Hari pasien rawat inap 2,659 2,712 2,766 2,807 2,863
b BOR 67,14% 68,48% 69,84% 70,88% 72,29%
c ALOS 2,57% 2,57% 2,56% 2,54% 2,56%
Kegiatan: Layanan rawat inap

d. Penyelenggaraan Obat dan Farmasi


         
   Indikator Kinerja 2017 2018 2019 2020 2021
Ketersediaan bahan habis
a  pakai 12 bln 12 bln 12 bln 12 bln 12 bln
 
b ketersediaan obat 12 bln 12 bln 12 bln 12 bln 12 bln

23
c  laboratorium 12 bln 12 bln 12 bln 12 bln 12 bln
             
Kegiatan: 1) Apotek
2) laboratorium

5. Penjelasan Tujuan dari Misi Ke-5

Misi ke-5 : Menyelenggarakan administrasi dan manajemen yang


bersifat transaparan dan akuntabel.
Tujuan : Terselenggaranya administrasi dan manajemen yang
Bersifattransaparan dan akuntabel.
Bentuk Program Penyelenggarakan Layanan Administrasi :
a. Peningkatan Pelayanan BLUD Unit Kerja.
   Indikator Kinerja 2017 2018 2019 2020 2021
  Terpenuhinya gaji pegawai          
1 PNS 40 or 40 or 40 or 40 or 40 or
2 PTT 1 or 1 or 1 or 1 or 1 or
3 Pegawi BLUD 10 or 10 or 14 or 17 or 17 or

Kegiatan : 1) Administrasi Penggajian.


2) Penyelenggaraan Kebutuhan Rutin Administrasi Umum Puskesmas.

6. Penjelasan Tujuan dari Misi Ke-6

Misi ke-6 : Mengembangkan program inovasi, produk layanan,


dan pemberdayaan sumberdaya kesehatan.
Tujuan : Meningkatkan inovasi pelayanan, sarana prasarana,
serta meningkatkan jumlah, jenis, mutu dan
penyebaran tenaga kesehatan sesuai standart.
1. Bentuk Program Pengembangan Layanan:
a. Program Pengembangan Layanan UKM.
Indikator Sasaran: 2017 2018 2019 2020 2021

a. Terlaksananya Program 100% 100% 100% 100% 100%

24
Kegiatan : 1) Manajemen program
2) Pengembangan program kusta
3) Pengembangan program survailence
4) Pengembangan program jiwa
5) Pengembangan program mata
6) Pengembangan program Posbindu
7) Pengembangan program UKGMK
8) Pengembangan program UKK
9) Pengembangan program PKPR
10) Pengembangan program Lansia
11) Pengembangan program KIB
12) Pengembangan program PHN
13) Pengembangan program haji
14) Pengembangan program farmasi

b. Program Pengembangan Layanan UKP.


Indikator Sasaran: 2017 2018 2019 2020 2021

a Terlaksananya Program 100% 100% 100% 100% 100%

b Pengadaan alkes 80 % 85 % 90 % 95 % 100%

Kegiatan : 1) Pengadaan alat kesehatan Rawat Jalan, Rawat Inap


dan Pra Poned.
2) Pengadaan sarana pendukung Rawat Jalan, Rawat Inap dan Pra
Poned.
3) Pengadaan alkes klinik VCT.
2. Bentuk Program Pengembangan Layanan Administrasi:
a. Pengadaan Sarana Pendukung Penyelenggaraan Administrasi Pelayanan:
No   Indikator Kinerja: 2017 2018 2019 2020 2021
a Akreditasi Puskesmas 1 pt - - - -
b Audit Kantor Akuntan Public - 1 pt - - -

25
c Revitalisasi Sistem Informasi 1 pt - - - -
Puskesmas
d Survey Kepuasan Pelanggan 1 pt 1 pt 1 pt 1 pt 1 pt
(IKM)

Kegiatan :1)Akreditasi Puskesmas.


2) Audit Kantor Akuntan Publik.
3) Revitalisasi Sistem Informasi Puskesmas.
4) Survey Kepuasan Pelanggan (IKM)

3. Pengembangan Sumber Daya Manusia:


No  Indikator Kinerja: 2017 2018 2019 2020 2021
a Pelatihan BCLS 5 Pt 5 Pt 5 pt - -
b Refresing Karyawan 1 pt - - 1 pt -
Pelatihan Pejabat pengadaan
c 1 Pt - - - -
Barang dan Jasa
d Study Banding - - 1 pt - -
e Out Bond - 1 pt - - 1 pt

Kegiatan: 1)Pelatihan BCLS


2) Refresing Karyawan.
3) Pelatihan Pejabat Pengadaan Barang dan Jasa
4) Study Banding
5) Outbound

4. Program Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana dan Prasarana


Puskesmas/Puskesmas Pembantu dan Jaringannya.
No  Indikator Kinerja: 2017 2018 2019 2020 2021
a Pagar 1 pt - - - -
b Pengadaan tempat parkir - 1 pt - - -
c Pembelian software 1pt - - - -
d Rehap peluasan rawat inap - 1 Pt - - -
e Pembangunan gedung klinik
1 pt - - - -
VCT
f Dapur - 1 pt - - -

26
Kegiatan: 1) Pagar
2) Pengadaan tempat parkir
3) Pembelian software
4) Rehab Perluasan rawat inap
5) Pembangunan gedung klinik VCT
6) Dapur
5. Bentuk Program Peningkatan Strategi Pemasaran:
No  Indikator Kinerja: 2017 2018 2019 2020 2021
a Leaflat 12 bl 12 bl 12 bl 12 bl 12 bl
b Banner 12 bl 12 bl 12 bl 12 bl 12 bl
c Lemba balik - 65 pt - - -
d Perayaan HUT Puskesmas 1 pt 1 pt 1 pt 1 pt 1 pt
e Perayaan HKN 1 pt 1 pt 1 pt 1 pt 1 pt
 
           

Kegiatan: 1) Leaflat
2) Banner
3) Lembar balik
4) Perayaan HUT Puskesmas.
5) Perayaan HKN
Motto Puskesmas Jogorogo :
“PELAYANANKU ADALAH IBADAHKU”
Makna dari motto : melaksanakan kegiatan program Puskesmas dan memberikan tindakan
kepada pasien, serta mengikuti kegiatan lintas sektor dengan niat ibadah dan membantu
sesama manusia yang membutuhkan pertolongan.
Tata nilai puskesmas jogorogo “ PESONA”
Profesional, Empati,Sopan,Optimal,Nyaman,Amanah
Budaya kerja puskesmas Jogorogo:kerja keras, kerja tuntas,kerja iklas,kerja cerdas.

BAB V
PRINSIP PENGELOLAAN PROGRAM KIA

27
Pengelolaan program KIA bertujuan memantapkan dan meningkatkan jangkauan serta
mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pemantapan pelayanan KIA dewasa ini
diutamakan pada kegiatan pokok sebagai berikut:
1.      Peningkatan pelayanan antenatal sesuai standar bagi seluruh ibu hamil di semua fasilitas
kesehatan.
2.      Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kompeten diarahkan ke
fasilitas kesehatan.
3.      Peningkatan pelayanan bagi seluruh ibu nifas sesuai standar di semua fasilitas kesehatan.
4.      Peningkatan pelayanan bagi seluruh neonatus sesuai standar di semua fasilitas
kesehatan.
5.      Peningkatan deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus oleh
tenaga kesehatan maupun masyarakat.
6.      Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan neonatus secara adekuat dan
pengamatan secara terus-menerus oleh tenaga kesehatan.
7.      Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh bayi sesuai standar di semua fasilitas
kesehatan.
8.      Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh anak balita sesuai standar di semua
fasilitas kesehatan.
9.      Peningkatan pelayanan KB sesuai standar.

a. Pelayanan antenatal

Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu
selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang
ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK). Pelayanan antenatal sesuai
standar meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan
laboratorium rutin dan khusus, serta intervensi umum dan khusus (sesuai risiko yang
ditemukan dalam pemeriksaan). Dalam penerapannya terdiri atas:
1.      Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.
2.      Ukur tekanan darah.
3.      Nilai Status Gizi (ukur lingkar lengan atas).

28
4.      Ukur tinggi fundus uteri.
5.      Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).
6.      Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid  (TT)  bila
diperlukan.
7.      Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
8.      Test laboratorium (rutin dan khusus).
9.      Tatalaksana kasus
10.    Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.

Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan golongan darah, hemoglobin,


protein urine dan gula darah puasa. Pemeriksaan khusus dilakukan di daerah prevalensi tinggi
dan atau kelompok ber-risiko, pemeriksaan yang dilakukan adalah hepatitis B, HIV, Sifilis,
malaria, tuberkulosis, kecacingan dan thalasemia.

Dengan demikian maka secara operasional, pelayanan antenatal disebut lengkap apabila
dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi standar tersebut. Ditetapkan pula bahwa
frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan, dengan ketentuan
waktu pemberian pelayanan yang dianjurkan sebagai berikut :

-     Minimal 1 kali pada triwulan pertama.


-     Minimal 1 kali pada triwulan kedua.
-     Minimal 2 kali pada triwulan ketiga.

Standar waktu pelayanan antenatal tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan


kepada ibu hamil, berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan penanganan komplikasi.

Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan antenatal kepada Ibu


hamil adalah: dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan perawat.

b. Pertolongan persalinan

29
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan yang
aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Pada kenyataan di lapangan,
masih terdapat penolong persalinan yang bukan tenaga kesehatan dan dilakukan di luar
fasilitas pelayanan kesehatan. Oleh karena itu secara bertahap seluruh persalinan akan
ditolong oleh tenaga kesehatan kompeten dan diarahkan ke fasilitas pelayanan kesehatan.
Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1.    Pencegahan infeksi
2.    Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar.
3.    Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi.
4.    Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
5.    Memberikan Injeksi Vit K 1 dan salep mata pada bayi baru lahir.

Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan pertolongan


persalinan adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter dan bidan.

c. Pelayanan kesehatan ibu nifas


Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu
mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini
komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan
melakukan kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali dengan ketentuan waktu:
 Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam sampai dengan 3 hari setelah persalinan
 Kunjungan nifas ke dua dalam waktu 2 minggu setelah persalinan (8 – 14 hari)
 Kunjungan nifas ke tiga dalam waktu 6 minggu setelah persalinan (36 – 42 hari)

Pelayanan yang diberikan adalah:


1.    Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu
2.    Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus)
3.    Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya
4.    Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan
5.    Pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali, pertama segera setelah
melahirkan, kedua diberikan setelah 24 jam pemberian kapsul Vitamin A pertama

30
6.    Pelayanan KB pasca salin

Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan ibu nifas adalah: dokter


spesialis kebidanan, dokter, bidan dan perawat.

d. Pelayanan kesehatan neonatus


Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang
diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya 3 kali, selama
periode 0 sampai dengan 28 hari setelah lahir, baik di fasilitas kesehatan maupun melalui
kunjungan rumah.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus:
1.    Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6 – 48 Jam setelah lahir.
2.    Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke 3 sampai dengan
hari ke 7 setelah lahir.
3.    Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8 sampai dengan
hari ke 28 setelah lahir.

Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus terhadap


pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan/masalah
kesehatan pada neonatus. Risiko terbesar kematian neonatus terjadi pada 24 jam pertama
kehidupan, minggu pertama dan bulan pertama kehidupannya. Sehingga jika bayi lahir di
fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam
pertama.
Pelayanan Kesehatan Neonatal dasar dilakukan secara komprehensif dengan
melakukan pemeriksaan dan perawatan Bayi baru Lahir dan pemeriksaan menggunakan
pendekatan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) untuk memastikan bayi dalam
keadaan sehat, yang meliputi:

1.    Pemeriksaan dan Perawatan Bayi Baru Lahir


 Perawatan Tali pusat

31
 Melaksanakan ASI Eksklusif
 Memastikan bayi telah diberi Injeksi Vitamin K1
 Memastikan bayi telah diberi Salep Mata Antibiotik
 Pemberian Imunisasi Hepatitis B-0

2.    Pemeriksaan menggunakan pendekatan MTBM


 Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri, ikterus, diare, berat
badan rendah dan Masalah pemberian ASI.
 Pemberian Imunisasi Hepatitis B0 bila belum diberikan pada waktu perawatan bayi baru
lahir.
 Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI eksklusif, pencegahan
hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir di rumah dengan menggunakan
Buku KIA.
 Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.

Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan neonatus adalah:dokter


spesialis anak, dokter, bidan dan perawat.

e.   deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus oleh tenaga kesehatan
maupun masyarakat.
Deteksi dini kehamilan dengan faktor risiko adalah kegiatan yang dilakukan untuk
menemukan ibu hamil yang mempunyai faktor risiko dan komplikasi kebidanan. Kehamilan
merupakan proses reproduksi yang normal , tetapi tetap mempunyai risiko untuk terjadinya
komplikasi. Oleh karenanya deteksi dini oleh tenaga kesehatan dan masyarakat tentang
adanya faktor risiko dan komplikasi, serta penanganan yang adekuat sedini mungkin,
merupakan kunci keberhasilan dalam penurunan angka kematian ibu dan bayi yang
dilahirkannya.

Faktor risiko pada ibu hamil adalah:


1.    Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
2.    Anak lebih dari 4.

32
3.    Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun.
4.    Kurang Energi Kronis (KEK) dengan lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm, atau
penambahan berat badan < 9 kg selama masa kehamilan.
5.    Anemia dengan dari Hemoglobin < 11 g/dl.
6.    Tinggi badan kurang dari 145 cm, atau dengan kelainan bentuk panggul dan tulang
belakang
7.    Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum kehamilan ini.
8.    Sedang/pernah menderita penyakit kronis, antara lain: tuberkulosis, kelainan jantung-
ginjal-hati, psikosis, kelainan endokrin (Diabetes Mellitus, Sistemik Lupus Eritematosus,
dll), tumor dan keganasan
9.    Riwayat kehamilan buruk: keguguran berulang, kehamilan ektopik terganggu, mola
hidatidosa, ketuban pecah dini, bayi dengan cacat kongenital
10.  Riwayat persalinan dengan komplikasi: persalinan dengan seksio
sesarea, ekstraksivakum/ forseps.
11.  Riwayat nifas dengan komplikasi: perdarahan paska persalinan, Infeksi masa
nifas, psikosis post partum (post partum blues).
12.  Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis, hipertensi dan riwayat cacat
kongenital.
13.  Kelainan jumlah janin : kehamilan ganda, janin dampit, monster.
14.  Kelainan besar janin : pertumbuhan janin terhambat, Janin besar.
15.  Kelainan letak dan posisi janin: lintang/oblique, sungsang pada usia kehamilan lebih dari
32 minggu.

Catatan : penambahan berat badan ibu hamil yang normal adalah 9 – 12 kg selama masa
kehamilan
Komplikasi pada ibu hamil, bersalin dan nifas antara lain:
1.    Ketuban pecah dini.
2.    Perdarahan pervaginam:
 Ante Partum: keguguran, plasenta previa, solusio placenta
 Intra Partum: robekan jalan lahir

33
 Post Partum: atonia uteri, retensio plasenta, plasenta inkarserata, kelainan
pembekuan darah, subinvolusi uteri
3.    Hipertensi dalam Kehamilan (HDK): Tekanan darah tinggi (sistolik > 140 mmHg,
diastolik > 90 mmHg), dengan atau tanpa edema pre-tibial.
4.    Ancaman persalinan prematur.
5.    Infeksi berat dalam kehamilan: demam berdarah, tifus abdominalis, Sepsis.
6.    Distosia: Persalinan macet, persalinan tak maju.
7.    Infeksi masa nifas.

Sebagian besar kematian ibu dapat dicegah apabila mendapat penanganan yang adekuat
di fasilitas pelayanan kesehatan. Faktor waktu dan transportasi merupakan hal yang sangat
menentukan dalam merujuk kasus risiko tinggi. Oleh karenanya Deteksi faktor risiko pada ibu
baik oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat merupakan salah satu upaya penting dalam
mencegah kematian dan kesakitan ibu.
Faktor risiko pada neonatus adalah sama dengan faktor risiko pada ibu hamil. Ibu hamil
yang memiliki faktor risiko akan meningkatkan risiko terjadinya komplikasi pada
neonatus. Deteksi dini untuk Komplikasi pada Neonatus dengan melihat tanda-tanda atau
gejala-gejala sebagai berikut:
1.      Tidak Mau Minum/menyusu atau memuntahkan semua

2.      Riwayat Kejang

3.      Bergerak hanya jika dirangsang/Letargis

4.      Frekwensi Napas < = 30 X/menit dan >= 60x/menit

5.      Suhu tubuh <= 35,5 C dan >= 37,5 C

6.      Tarikan dinding dada ke dalam yang sangat kuat

7.      Merintih

8.      Ada pustul Kulit

9.      Nanah banyak di mata

34
10.    Pusar kemerahan meluas ke dinding perut.

11.    Mata cekung dan cubitan kulit perut kembali sangat lambat

12.    Timbul kuning dan atau tinja berwarna pucat

13.    Berat badan menurut umur rendah dan atau ada masalah pemberian ASI

14.    BBLR: Bayi Berat Lahir Rendah < 2500 gram

15.    Kelainan Kongenital seperti ada celah di bibir dan langit-langit.

Komplikasi pada neonatus antara lain:


1.      Prematuritas dan BBLR (bayi berat lahir rendah < 2500 gr)
2.      Asfiksia
3.      Infeksi Bakteri
4.      Kejang
5.      Ikterus
6.      Diare
7.      Hipotermia
8.      Tetanus neonatorum
9.      Masalah pemberian ASI
10.    Trauma lahir, sindroma gangguan pernapasan, kelainan kongenital, dll.

f. Penanganan komplikasi kebidanan


Penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu dengan komplikasi
kebidanan untuk mendapat penanganan definitif sesuai standar oleh tenaga kesehatan
kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan. Diperkirakan sekitar 15-20 % ibu hamil
akan mengalami komplikasi kebidanan. Komplikasi dalam kehamilan dan persalinan tidak
selalu dapat diduga sebelumnya, oleh karenanya semua persalinan harus ditolong oleh tenaga
kesehatan agar komplikasi kebidanan dapat segera dideteksi dan ditangani.
Untuk meningkatkan cakupan dan kualitas penanganan komplikasi kebidanan maka
diperlukan adanya fasilititas pelayanan kesehatan yang mampu memberikan pelayanan

35
obstetri dan neonatal emergensi secara berjenjang mulai dari bidan, puskesmas mampu
PONED sampai rumah sakit PONEK 24 jam.
Pelayanan medis yang dapat dilakukan di Puskesmas mampu PONED meliputi:
1.    Pelayanan obstetri:
a. Penanganan perdarahan pada kehamilan, persalinan dan nifas.
b. Pencegahan dan penanganan Hipertensi dalam Kehamilan (pre-eklampsi dan
eklampsi)
c. Pencegahan dan penanganan infeksi.
d. Penanganan partus lama/macet.
e. Penanganan abortus.
f. Stabilisasi komplikasi obstetrik untuk dirujuk dan transportasi rujukan.

2.    Pelayanan neonatus:
g. Pencegahan dan penanganan asfiksia.
h. Pencegahan dan penanganan hipotermia.
i. Penanganan bayi berat lahir rendah (BBLR).
j. Pencegahan dan penanganan infeksi neonatus, kejang neonatus, ikterus ringan–sedang
.
k. Pencegahan dan penanganan gangguan minum.
l. Stabilisasi komplikasi neonatus untuk dirujuk dan transportasi rujukan.

g.   Pelayanan neonatus dengan komplikasi


Pelayanan Neonatus dengan komplikasi adalah penanganan neonatus dengan penyakit
dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan dan kematian oleh
dokter/bidan/perawat terlatih di polindes, puskesmas, puskesmas PONED, rumah bersalin
dan rumah sakit pemerintah/swasta.
Diperkirakan sekitar 15% dari bayi lahir hidup akan mengalami komplikasi
neonatal. Hari Pertama kelahiran bayi sangat penting, oleh karena banyak perubahan yang
terjadi pada bayi dalam menyesuaikan diri dari kehidupan di dalam rahim kepada kehidupan
di luar rahim. Bayi baru lahir yang mengalami gejala sakit dapat cepat memburuk, sehingga

36
bila tidak ditangani dengan adekuat dapat terjadi kematian. Kematian bayi sebagian besar
terjadi pada hari pertama, minggu pertama kemudian bulan pertama kehidupannya.
Kebijakan Departemen Kesehatan dalam peningkatan akses dan kualitas penanganan
komplikasi neonatus tersebut antara lain penyediaan puskesmas mampu PONED dengan
target setiap kabupaten/kota harus mempunyai minimal 4 (empat) puskesmas mampu
PONED.
Puskesmas PONED adalah puskesmas rawat inap yang memiliki kemampuan serta
fasilitas PONED siap 24 jam untuk memberikan pelayanan terhadap ibu hamil, bersalin dan
nifas serta kegawatdaruratan bayi baru lahir dengan komplikasi baik yang datang sendiri
atau atas rujukan kader/masyarakat, bidan di desa, Puskesmas dan melakukan rujukan ke
RS/RS PONEK pada kasus yang tidak mampu ditangani.
Untuk mendukung puskesmas mampu PONED ini, diharapkan RSU Kabupaten/Kota
mampu melaksanakan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi komprehensif (PONEK)
yang siap selama 24 jam. Dalam PONEK, RSU harus mampu melakukan pelayanan
emergensi dasar dan pelayanan operasi seksio sesaria, perawatan neonatus level II  serta
transfusi darah.
Dengan adanya puskesmas mampu PONED dan RS mampu PONEK maka kasus –
kasus komplikasi kebidanan dan neonatal dapat ditangani secara optimal sehingga dapat
mengurangi kematian ibu dan neonatus.

h. Pelayanan kesehatan bayi


Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan
oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama periode 29 hari sampai dengan
11 bulan setelah lahir.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan bayi:
1. Kunjungan bayi satu kali pada umur 29 hari – 2 bulan.
2. Kunjungan bayi satu kali pada umur 3 – 5 bulan.
3. Kunjungan bayi satu kali pada umur 6 – 8 bulan.
4. Kunjungan bayi satu kali pada umur 9 – 11 bulan.
Kunjungan bayi bertujuan untuk meningkatkan akses bayi terhadap pelayanan
kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan pada bayi sehingga cepat

37
mendapat pertolongan, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit melalui
pemantauan pertumbuhan, imunisasi, serta peningkatan kualitas hidup bayi dengan stimulasi
tumbuh kembang. Dengan demikian hak anak mendapatkan pelayanan kesehatan
terpenuhi. Pelayanan kesehatan tersebut meliputi :
 Pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, Polio 1,2,3,4, DPT/HB 1,2,3, Campak)
sebelum bayi berusia 1 tahun.
 Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDTK).
 Pemberian vitamin A 100.000 IU (6 - 11 bulan).
 Konseling ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI, tanda–tanda sakit dan
perawatan kesehatan bayi di rumah menggunakan Buku KIA.
 Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.

Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan bayi adalah : dokter


spesialis anak, dokter, bidan dan perawat.

i. Pelayanan kesehatan anak balita


   Lima tahun pertama kehidupan, pertumbuhan mental dan intelektual berkembang pesat.
Masaini merupakan masa keemasan atau golden period dimana terbentuk dasar-dasar
kemampuan keindraan, berfikir, berbicara serta pertumbuhan mental intelektual yang intensif
dan awal pertumbuhan moral. Pada masa ini stimulasi sangat penting untuk mengoptimalkan
fungsi-fungsi organ tubuh dan rangsangan pengembangan otak. Upaya deteksi dini gangguan
pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia dini menjadi sangat penting agar dapat
dikoreksi sedini mungkin dan atau mencegah gangguan ke arah yang lebih berat.
 Bentuk pelaksanaan tumbuh kembang anak di lapangan dilakukan dengan mengacu
pada pedoman Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Tumbuh Kembang Anak  (SDIDTK) yang
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan di puskesmas dan jajarannya seperti  dokter, bidan
perawat, ahli gizi, penyuluh kesehatan masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya yang peduli
dengan anak.
  Kematian bayi dan balita merupakan salah satu parameter derajat kesejahteraan suatu
negara. Sebagian besar penyebab kematian bayi dan balita dapat dicegah dengan teknologi
sederhana di tingkat pelayanan kesehatan dasar, salah satunya adalah

38
dengan menerapkanManajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), di tingkat pelayanan kesehatan
dasar. Bank Dunia, 1993 melaporkan bahwa MTBS merupakan intervensi yang cost
effective untuk mengatasi masalah kematian balita yang disebabkan oleh Infeksi Pernapasan
Akut (ISPA), diare, campak, malaria, kurang gizi dan yang sering merupakan kombinasi dari
keadaan tersebut. 
Sebagai upaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian balita, Departemen
Kesehatan RI bekerja sama dengan WHO telah mengembangkan paket pelatihan Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS) yang mulai dikembangkan di Indonesia sejak tahun 1996 dan
implementasinya dimulai 1997 dan saat ini telah mencakup 33 provinsi.
Pelayanan kesehatan anak balita meliputi pelayanan pada anak balita sakit dan sehat.
Pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai standar yang meliputi :
1.    Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang tercatat dalam Buku
KIA/KMS.Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat badan anak balita setiap
bulan yang tercatat pada Buku KIA/KMS. Bila berat badan tidak naik dalam 2 bulan
berturut-turut atau berat badan anak balita di bawah garis merah harus dirujuk ke sarana
pelayanan kesehatan.
2.    Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) minimal 2 kali
dalam setahun.Pelayanan SDIDTK meliputi pemantauan perkembangan motorik kasar,
motorik halus, bahasa, sosialisasi dan kemandirian minimal 2 kali pertahun (setiap 6
bulan). Pelayanan SDIDTK diberikan di dalam gedung (sarana pelayanan kesehatan)
maupun di luar gedung.
3.      Pemberian Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU), 2 kali dalam setahun.
4.      Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita
5.      Pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan menggunakan pendekatan MTBS.

j. Pelayanan KB berkualitas
Pelayanan KB berkualitas adalah pelayanan KB sesuai standar dengan menghormati hak
individu dalam merencanakan kehamilan sehingga diharapkan dapat berkontribusi dalam
menurunkan angka kematian Ibu dan menurunkan tingkat fertilitas (kesuburan) bagi pasangan
yang telah cukup memiliki anak (2 anak lebih baik) serta meningkatkan fertilitas bagi
pasangan yang ingin mempunyai anak.

39
Pelayanan KB bertujuan untuk menunda (merencanakan) kehamilan. Bagi Pasangan
Usia Subur yang ingin menjarangkan dan/atau menghentikan kehamilan, dapat menggunakan
metode kontrasepsi yang meliputi :
 KB alamiah (sistem kalender, metode amenore laktasi, coitus interuptus).
 Metode KB hormonal (pil, suntik, susuk).
 Metode KB non-hormonal (kondom, AKDR/IUD, vasektomi dan tubektomi).
Sampai saat ini di Indonesia cakupan peserta KB aktif (Contraceptive Prevalence
Rate/CPR)mencapai 61,4% (SDKI 2007) dan angka ini merupakan pencapaian yang
cukup tinggi diantara negara-negara ASEAN. Namun demikian metode yang dipakai lebih
banyak menggunakan metode jangka pendek seperti pil dan suntik. Menurut data SDKI 2007
akseptor KB yang menggunakan suntik sebesar 31,6%, pil 13,2 %, AKDR 4,8%, susuk 2,8%,
tubektomi 3,1%, vasektomi 0,2% dan kondom 1,3%. Hal ini terkait dengan tingginya angka
putus pemakaian (DO) pada metode jangka pendek sehingga perlu pemantauan yang terus
menerus. Disamping itu pengelola program KB perlu memfokuskan sasaran pada kategori
PUS dengan “4 terlalu” (terlalu muda, tua, sering dan banyak).
Untuk mempertahankan dan meningkatkan cakupan peserta KB perlu diupayakan
pengelolaan program yang berhubungan dengan peningkatan aspek kualitas, teknis dan aspek
manajerial pelayanan KB. Dari aspek kualitas perlu diterapkan pelayanan yang sesuai
standard dan variasi pilihan metode KB, sedangkan dari segi teknis perlu dilakukan pelatihan
klinis dan non-klinis secara berkesinambungan. Selanjutnya aspek manajerial, pengelola
program KB perlu melakukan revitalisasi dalam segi analisis situasi program KB dan sistem
pencatatan dan pelaporan pelayanan KB.
Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan KB kepada masyarakat adalah:
dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan perawat.

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

40
a. Simpulan

Berdasarkan data evaluasi program Kesehatan ibu dan anakdi Puskesmas


Jogorogo,ada beberapa masalah kesehatan yang perlu dukungan dari berbagai pihak
menurut Undang-Undang No 36 tahun 2009 tentang kesehatan menyatakan bahwa
kesehatan merupakan hak asasi setiap orang dan salah satu unsur kesehatan yang harus di
wujudkan sesuai dengan cita-cita Bangsa Indonesia.
Derajat kesehatan masyarakat bisa diukur dari angka kematian ibu dan bayi di
wilayah. Jika angka kematian ibu dan bayi tinggi maka derajat kesehatan masyarakat
rendah.Faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan adalah host, environment dan
perilaku. Untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal perlu kerjasama lintas
program dan lintas sektor.

b. Saran

1. Bagi Bidan

Menungkatkan kinerja dan pelayanan berkwalitas agar AKI dan AKB menurun.

2. Bagi Instansi

Melengkapi sarana dan memberikan solusi jika ada masalah.

3. Bagi masyarakat

Berperan aktif dalam kegiatan masyarakat dan membantu kegiatan dari puskesmas
serta menggunakan sarana yang ada di polindes, pustu dan puskesmas.

Daftar Pustaka

1.Peraturan Menteri Kesehatan Repubilk Indonesia No. 5 tahun 2014

41
2.Laporan PWS Anak

3.Laporan PWS Ibu

4.Dokumen Rencana Strategi Bisnis Puskesmas Jogorogo

42

Anda mungkin juga menyukai