PUSKESMAS JOGOROGO
PUSKESMAS JOGOROGO
TAHUN 2017
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
b.. Tujuan......................................................................................................2
c..Manfaat......................................................................................................2
d.Tujuan ..................................................................................................... 16
ii
a.Pelayanan ANC.................................................................................... 28
a. Simpulan ................................................................................................41
b. Saran ......................................................................................................41
iii
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusunanpedoman teknisProgram Kesehatan Ibu dan Anak
dapat terwujud. Buku Pedoman Teknis Pelaksanaan Program Kesehatan Ibu dan Anak di
disusunsebagai acuan pelaksanan pelayanan kebidanan di Puskesmas, Pustu danPolindes.
sehingga masyarakat mendapat pelayanan sesuai standart.
Dalam penyusunan pedoman teknis pelayanan program kesehan Ibu dan anak kami banyak
mendapat bantuan, kami mengucapkan terima kasih kepada:
1.dr. Ririn Panca Winanti selaku kepala UPT Puskesmas Jogorogo
2.Bidan Puskesmas Jogorogo selaku pembina desa dan pelaksana program KIA
3.Semua pihak yang telah membantu terlaksananya pelayanan program KIA
Kami menyadari dalam penyusunan pedoman teknis progrma KIA banyak kekurangan,
oleh karena itu kami mohon kritik dan saran untuk perbaikan selanjutnya.
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
a.Latar belakang
Program pembangunan kesehatan di Indonesia sampai saat ini masih di prioritaskan
pada upaya peningkatan derajat kesehatan utama pada kelompok paling rentan kesehatan
yaitu ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas serta bayi pada masa perinatal.
Angka Kematian Ibu AKI dan Angka Kematian Bayi AKB sampai sekarang masih
tinggi. Angka Kematian Bayi berhasil diturunkan secara tajam dari 68 per 1.000 kelahiran
hidup pada tahun 1990 menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup ( SDKI 2007 ). Penurunan
Kematian Neonatal berlangsung lambat yaitu dari 32 per 1.000kelahiranhidup pada tahun
1990 menjadi 19 per 1.000 kelahiran hidup ( SDKI 2007 ), dimana 55,8% dari kematian bayi
terjadi pada periode neonatal, sekitar 78,5%-nya terjadi pada umur 0-6 har ( Riskesdas 2007 ).
Sedangkan Angka Kematian Ibu Berdasarkan SKDI tahun 2007 mencapai 228 per 100
ribu kelahiran hidup. Penyebab kematian maternal merupakan suatu hal yang masih
kompleks, yang dapat di golongkan pada faktor - faktor diantaranya repruduksi, komplikasi
obstetrik, pelayanan kesehatan dan sosial ekonomi ( ilmu kebidanan 2002).
AKI Jatim saat ini sebesar 97,39/100 ribu kelahiran hidup dan AKB sebesar 25,95/1000
kelahiran hidup Sementara Tingkat Nasional 228/100 ribu kelahiran hidup (AKI) dan
AKB 32,59/1000 ribu kelahiran hidup.
Kebijakan Departemen Kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan AKI dan AKB
mengacu pada intervensi strategis ”Empat pilar safe motherhood”. Pilar pertama adalah KB
untuk mencegah terjadinya empat pilar terlalu. Pilar ke dua ANC yaitu setiap kehamilan
minimal harus 4 kali diperiksa oleh tenaga kesehatan. Pilar ketiga persalinan yang aman yaitu
semua persalinan harus ditolong oleh petugas kesehatan. Pilar keempat pelayanan obstetri
esensial yaitu setiap komplikasi persalinan harus ditangani dengan adekuat. Selain itu juga
keterlibatan lintas sektor yaitu Gerakan Sayang Ibu (GSI) dan gerakan reproduksi keluarga
sehat (Syaifuddin,2002).
Untuk mempercepat penurunan AKI dan AKB adanya kebijakan Making Pregnancy
Safer ( MPS ). Dengan tiga pesan kunci yaitu setiap pertolongan persalian ditolong oleh
tenaga kesehatan terlatih, setiap komplikasi obstetri dan neonatal ditangani secara adekuat,
1
dan setiap WUS mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan
penanggulangan komplikasi keguguran ( Syaifudin, 2002 )
Strategi untuk menurunkan AKI dan AKB adalah peningkatan akses dan kualitas
pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir di tingkat dasar dan rujukan, membangun
kemitraan yang efektif, mendorong pemberdayaan perempuan, keluarga dan masyarakat, serta
meningkatkan sistem surveilans dan informasi KIA ( Sri Astuti, 2002 )
Kinerja merupakan kualitas dan kuantitas dari suatu hasil kerja (output) individu
maupun kelompok dalam suatu aktifitas tertentu yang diakibatkan oleh kemampuan alami
atau kemampuan yang diperoleh dari proses belajar serta keinginan untuk berprestasi.Menurut
Robert L. Mathis dan John H. Jackson (2001 : 82) faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
individu tenaga kerja, yaitu: 1) Kemampuan mereka, 2) Motivasi, 3) Dukungan yang diterima,
4) Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan, dan 5) Hubungan mereka dengan organisasi.
Sumber dana pelaksanaan kegiatan program kesehatan ibu dan anak adalah bantuan
dana operasional kesehatan/BOK sejumlah Rp15.000.000,00,-. Dengan adanya pendanaan
dari Bok diharapkan kegiatan bisa berjalan dengan optimal dan bermanfaat bagi masyarakat.
Sehingga ibu hamil dapat melewati masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan selamat.
b. Tujuan
1.Tujuan Umum
Untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi di Kabupaten Ngawi.
2.Tujuan Khusus
-Meningkatkan kinerja Bidan.
-Meningkatkan kualitas pelayanan
-Meningkatkan manajemen asuhan kebidanan
-Melakukan pelayanan sesuai standar baik standar input, proses, output dan outcame
-Meningkatkan mutu sumberdaya manusia guna mengidentifikasikan masalah dan
menentukan keputusan klinik
-Meningkatkan kerja sama lintas sektor dan lintas program
c. Manfaat
1.Bagi petugas
2
Sebagai input untuk melakukan manajemen pelayanan kesehatan ibu dan anak
2. Bagi puskesmas
Untuk menilai kegiatan yang telah dilakukan apakah sudah sesuai dengan target yang telah
ditentukan
3.Bagi masyarakat
Mendapatkan pelayanan yang berkualitas dan pengetahuan kesehatan ibu dan anak
3
BAB II
GAMBARAN UMUM
a. Geografi
Struktur wilayah administrasi Kecamatan Jogorogo yang memiliki luas wilayah 66,74
km terbagi dalam 12 desa dimana 7 desa ada di daerah pegunungan dan 5 desa ada di dataran
rendah dengan 39 dusun dan 274 RT. Mata pencaharian penduduk sebagian besar adalah
petani, buruh tani, dan pedagang. Lebih jelas komposisi penduduk dapat dilihat pada tabel
berikut:
4
Tabel.1 Data Kependudukan Kecamatan Jogorogo
No Desa L P Jumlah
1 Umbulrejo 397 415 812
2 Kletekan 1.539 1.590 3.129
3 Jaten 1.616 1.623 3.239
4 Girimulyo 1.411 1.389 2.800
5 Nngrayudan 2.235 2.222 4.457
6 Talang 545 580 1.125
7 Macanan 3.301 3.246 6.547
8 Brubuh 884 918 1.802
9 Jogorogo 3.905 4.053 7.958
10 Dawung 1.802 1.864 3.666
11 Tanjungsari 2.048 2.152 4.200
12 Soco 1.441 1.417 2.858
Jumlah 21.124 21.469 42.593
Sumber Dispenduk Capil Kabupaten Ngawi Tahun 2015
5
PERAN SERTA MASYARAKAT
1 Jumlah Dukun Bayi : 2 Orang
a. laki-laki 1
b. perempuan 309
- kader peer konselor : 53 Orang
a. laki-laki 15
b. perempuan 38
3 Jumlah kader Tiwisada : 330 Orang
a. laki-laki 165
b. perempuan 165
4 Jumlah Guru UKS : 33 Orang
a. laki-laki 17
b. perempuan 16
5 Jumlah Anggota Saka Bhakti Husada : 10 Orang
a. laki-laki 5
b. perempuan 5
6 Jumlah Kader Usila : 32 Orang
a. laki-laki
b. perempuan 32
7 Jumlah kelompok Usia lanjut : 32
6
- Belum Optimal : 20 Buah
10 Jumlah Poskesdes : 2 Buah
11 Jumlah Posbindu PTM : 3 Buah
12 Jumlah Pos Yandu lansia : 32 Buah
13 Jumlah Desa Siaga Aktif : 12 Buah
14 Jumlah Pos UKK : 1 Buah
15 Jumlah TTK (Tempat Kerja ) : 18 Buah
16 Jumlah desa P4K : 12 Desa
PROGRAM KESEHATAN
a. KIA
1 Jumlah ibu hamil Resiko Tinggi ditemukan : 118 Orang
2 Jumlah bayi resiko tinggi : 85,65 Orang
3 Jumlah bumil dengan Hb < 11 g % : 2 Orang
4 Jumlah bumil dengan LILA < 23,5 Cm : 19 Orang
7
BAB III
KEGIATAN
a. Jenis pelayanan
8
19. MTBS
20. Rujukan ke RS
21. Pembinaan kader posyandu
22. Pertemuan klas bidan
23. Pemantauan, pemberian PMT dan rujukan Balita gizi buruk
24. Pertemuan lintas program dan lintas sector.
b. Sasaran KIA
1. Jumlah Bumil : 577
2. Jumlah bulin : 550
3. Jumlah bufas : 550
4. Jumlah bayi : 566
5. Jumlah anak balita : 2230
6. Jumlah anak pra sekolah : 1138
7. Jumlah WUS : 7459
8. Jumlah usila : 12903
1. Sasaran :
- Bumil = 577
- Bulin & Bufas = 550
- Bumil Resti = 115
2. Target :
- K1 = 94 %
- k4 = 94 %
9
- Deteksi Dini oleh masyarakat = 20 %
- Deteksi Dini Oleh Nakes = 20%
- Komplikasi yg ditangani = 97 %
- Persalinan Nakes = 100 %
- Persalinan di Faskes = 100%
- Pelayanan Nifas =95%
3.Cakupan
- K1 = 98,4 %
- k4 = 97,2 %
- Deteksi Dini oleh masyarakat = 5,5 %
- Deteksi Dini Oleh Nakes = 13 %
- Komplikasi yg ditangani = 122 %
- Persalinan Nakes = 101 %
- Persalinan di Faskes = 101 %
- Pelayanan Nifas = 104 %
10
7 Persalinan Faskes 100 % 101% > 1%
1. SASARAN
- Bayi = 532
- Neo Resti = 80
- Balita =2087
- Apras = 518
2. Target
3. Cakupan
11
4.Analisa Cakupan Terhadap Target
• Tahun 2010 :6
• Tahun 2011 : 10
• Tahun 2012 : 10
• Tahun 2013 :8
12
• Tahun 2014 :1
• Tahun 2015 :8
• Tahun 2016 :6
BAB IV
KEBIJAKAN PROGRAM
13
a. Kebijakan program
Paradigma baru Puskesmas harus ada upaya yang berkelanjutan, menyeluruh,
terpadu, sistematis dan obyektif sampai masyarakat benar-benar mendapatkan pelayanan
kesehatan yang bermutu. Pendekatan yang diterapkan meliputi:
1. Penentuan prioritas Puskesmas.
2. Pengembangan Program menjaga mutu.
3. Pengembangan swadaya Puskesmas.
b.Visi strategis
Dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan dan peluang
yang ada di UPTD Puskesmas Jogorogo serta mempertimbangkan budaya yang hidup dalam
masyarakat, maka Visi yang dicanangkan pada tahun 2015 sampai 2020 adalah:
” Terwujudnya Masyarakat Kecamatan Jogorogo yang Sehat, Mandiri dan
Berkeadilan ”
14
Berkeadlian : suatu keadaan kebenaran secara moral mengenai
suatu hal, baik menyangkut benda atau orang.
c. Misi strategis
Misi adalah rumusan umum tentang upaya yang akan dilaksanakan untuk
mewujudkan Visi dengan mengantisipasi kondisi dan permasalahan yang ada serta
memperhatikan tantangan ke depan dengan memperhitungkan peluang yang dimiliki.
Misi berfungsi sebagai pemersatu gerak, langkah dan tindakan nyata bagi segenap
komponen penyelanggara pemerintahan tanpa mengabaikan mandat yang diberikannya.
Untuk mencapai Visi yang telah ditetapkan maka UPTD Puskesmas Jogorogo
merumuskan Misi sebagai berikut :
a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan.
b. Mendorong terwujudnya kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.
c. Meningkatkan upaya pengendalian penyakit dan penanggulangan masalah kesehatan.
d. Mewujudkan, memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu,
merata, dan terjangkau.
e. Menyelenggarakan administrasi dan manajemen yang bersifat transaparan dan
akuntabel.
f. Mengembangkan program inovasi, produk layanan, dan pemberdayaan sumberdaya
kesehatan.
d. Tujuan
Untuk menjalankan Misi UPTD Puskesmas Jogorogo perlu ditetapkan keinginan-keinginan
apa yang akan diwujudkan dalam kurun 5 tahun kedepan sebagai bentuk komitmen
pembangunan daerah oleh UPTD Puskesmas Jogorogo. Keinginan-keinginan tersebut ditetapkan
15
dalam rumusan tujuan kegiatan Puskesmas yang digunakan untuk memberikan arah terhadap
program kegiatan Puskesmas secara umum.
16
6
1
7 Pengambilan sampel air bersih
1
8 Pengiriman sampel air bersih
1
9 Biaya pemeriksaan bakterologis air bersih
Penanggung jawab
: Programer Kesehatan Ibu, anak, bayi
Program
Indikator Program
17
1 Pertemuan P4K Kecamatan (Pemantapan AKIB)
19 Pelacakan Kasus DO
22 Pertemuan review KB
b. Pelayanan Gizi:
18
Tahun 2017 2018 2019 2020 2021
Indikator Program
Cakupan pemberian
makanan pendamping ASI
a 100% 100% 100% 100% 100%
pada anak usia 6-24 bulan
keluarga miskin.
Cakupan Balita gizi buruk
b 97% 98% 99% 100% 100%
mendapat perawatan
Kegiatan : Upaya Perbaikan Gizi Keluarga
4 Pembinaan TOGA
19
6 Survey Mawas Diri Desa Siaga Aktif
9 MMD/Intervensi PHBS
11 Survey Kadarzi
13 Lomba Posyandu
Indikator Program
Cakupan Desa/Kelurahan
a Universal Child Immunization 97% 98% 99% 99% 100%
(UCI)
Cakupan penemuan dan 97% 98% 99% 99% 100%
b penangannan penderita Peny
AFP
Cakupan penemuan dan
c penangannan penderita Peny 97% 98% 99% 100% 100%
Pneumonia
Cakupan penemuan dan
d. 100% 100% 100% 100% 100%
penangannan penderita Peny
e. Cakupan Desa/Kelurahan 97% 98% 99% 100% 100%
20
mengalami KLB yang
dilakukan penyelidikan
epidemiologi < 24 jam
Cakupan penemuan dan
f. penangannan penderita 67% 68% 69% 70% 70%
Peny
Cakupan penemuan dan
g. penangannan penderita 97% 98% 99% 100% 100%
Peny
Cakupan kegiatan program
h. 100% 100% 100% 100% 100%
HIV AIDS
i. Penemuan Kasus Malaria 100% 100% 100% 100% 100%
2 Sweeping/penyulaman
9 Banner
21
4 Pendampingan fogging
1 Konseling dan pencegahan transmisi penularan penyakit dari penderita ke orang lain
4 Pertemuan PHBS
5 Pertemuan Poskestren
22
4.Penjelasan Tujuan dari Misi Ke-4
23
c laboratorium 12 bln 12 bln 12 bln 12 bln 12 bln
Kegiatan: 1) Apotek
2) laboratorium
24
Kegiatan : 1) Manajemen program
2) Pengembangan program kusta
3) Pengembangan program survailence
4) Pengembangan program jiwa
5) Pengembangan program mata
6) Pengembangan program Posbindu
7) Pengembangan program UKGMK
8) Pengembangan program UKK
9) Pengembangan program PKPR
10) Pengembangan program Lansia
11) Pengembangan program KIB
12) Pengembangan program PHN
13) Pengembangan program haji
14) Pengembangan program farmasi
25
c Revitalisasi Sistem Informasi 1 pt - - - -
Puskesmas
d Survey Kepuasan Pelanggan 1 pt 1 pt 1 pt 1 pt 1 pt
(IKM)
26
Kegiatan: 1) Pagar
2) Pengadaan tempat parkir
3) Pembelian software
4) Rehab Perluasan rawat inap
5) Pembangunan gedung klinik VCT
6) Dapur
5. Bentuk Program Peningkatan Strategi Pemasaran:
No Indikator Kinerja: 2017 2018 2019 2020 2021
a Leaflat 12 bl 12 bl 12 bl 12 bl 12 bl
b Banner 12 bl 12 bl 12 bl 12 bl 12 bl
c Lemba balik - 65 pt - - -
d Perayaan HUT Puskesmas 1 pt 1 pt 1 pt 1 pt 1 pt
e Perayaan HKN 1 pt 1 pt 1 pt 1 pt 1 pt
Kegiatan: 1) Leaflat
2) Banner
3) Lembar balik
4) Perayaan HUT Puskesmas.
5) Perayaan HKN
Motto Puskesmas Jogorogo :
“PELAYANANKU ADALAH IBADAHKU”
Makna dari motto : melaksanakan kegiatan program Puskesmas dan memberikan tindakan
kepada pasien, serta mengikuti kegiatan lintas sektor dengan niat ibadah dan membantu
sesama manusia yang membutuhkan pertolongan.
Tata nilai puskesmas jogorogo “ PESONA”
Profesional, Empati,Sopan,Optimal,Nyaman,Amanah
Budaya kerja puskesmas Jogorogo:kerja keras, kerja tuntas,kerja iklas,kerja cerdas.
BAB V
PRINSIP PENGELOLAAN PROGRAM KIA
27
Pengelolaan program KIA bertujuan memantapkan dan meningkatkan jangkauan serta
mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pemantapan pelayanan KIA dewasa ini
diutamakan pada kegiatan pokok sebagai berikut:
1. Peningkatan pelayanan antenatal sesuai standar bagi seluruh ibu hamil di semua fasilitas
kesehatan.
2. Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kompeten diarahkan ke
fasilitas kesehatan.
3. Peningkatan pelayanan bagi seluruh ibu nifas sesuai standar di semua fasilitas kesehatan.
4. Peningkatan pelayanan bagi seluruh neonatus sesuai standar di semua fasilitas
kesehatan.
5. Peningkatan deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus oleh
tenaga kesehatan maupun masyarakat.
6. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan neonatus secara adekuat dan
pengamatan secara terus-menerus oleh tenaga kesehatan.
7. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh bayi sesuai standar di semua fasilitas
kesehatan.
8. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh anak balita sesuai standar di semua
fasilitas kesehatan.
9. Peningkatan pelayanan KB sesuai standar.
a. Pelayanan antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu
selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang
ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK). Pelayanan antenatal sesuai
standar meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan
laboratorium rutin dan khusus, serta intervensi umum dan khusus (sesuai risiko yang
ditemukan dalam pemeriksaan). Dalam penerapannya terdiri atas:
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.
2. Ukur tekanan darah.
3. Nilai Status Gizi (ukur lingkar lengan atas).
28
4. Ukur tinggi fundus uteri.
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).
6. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila
diperlukan.
7. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
8. Test laboratorium (rutin dan khusus).
9. Tatalaksana kasus
10. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.
Dengan demikian maka secara operasional, pelayanan antenatal disebut lengkap apabila
dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi standar tersebut. Ditetapkan pula bahwa
frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan, dengan ketentuan
waktu pemberian pelayanan yang dianjurkan sebagai berikut :
b. Pertolongan persalinan
29
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan yang
aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Pada kenyataan di lapangan,
masih terdapat penolong persalinan yang bukan tenaga kesehatan dan dilakukan di luar
fasilitas pelayanan kesehatan. Oleh karena itu secara bertahap seluruh persalinan akan
ditolong oleh tenaga kesehatan kompeten dan diarahkan ke fasilitas pelayanan kesehatan.
Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Pencegahan infeksi
2. Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar.
3. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi.
4. Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
5. Memberikan Injeksi Vit K 1 dan salep mata pada bayi baru lahir.
30
6. Pelayanan KB pasca salin
31
Melaksanakan ASI Eksklusif
Memastikan bayi telah diberi Injeksi Vitamin K1
Memastikan bayi telah diberi Salep Mata Antibiotik
Pemberian Imunisasi Hepatitis B-0
e. deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus oleh tenaga kesehatan
maupun masyarakat.
Deteksi dini kehamilan dengan faktor risiko adalah kegiatan yang dilakukan untuk
menemukan ibu hamil yang mempunyai faktor risiko dan komplikasi kebidanan. Kehamilan
merupakan proses reproduksi yang normal , tetapi tetap mempunyai risiko untuk terjadinya
komplikasi. Oleh karenanya deteksi dini oleh tenaga kesehatan dan masyarakat tentang
adanya faktor risiko dan komplikasi, serta penanganan yang adekuat sedini mungkin,
merupakan kunci keberhasilan dalam penurunan angka kematian ibu dan bayi yang
dilahirkannya.
32
3. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun.
4. Kurang Energi Kronis (KEK) dengan lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm, atau
penambahan berat badan < 9 kg selama masa kehamilan.
5. Anemia dengan dari Hemoglobin < 11 g/dl.
6. Tinggi badan kurang dari 145 cm, atau dengan kelainan bentuk panggul dan tulang
belakang
7. Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum kehamilan ini.
8. Sedang/pernah menderita penyakit kronis, antara lain: tuberkulosis, kelainan jantung-
ginjal-hati, psikosis, kelainan endokrin (Diabetes Mellitus, Sistemik Lupus Eritematosus,
dll), tumor dan keganasan
9. Riwayat kehamilan buruk: keguguran berulang, kehamilan ektopik terganggu, mola
hidatidosa, ketuban pecah dini, bayi dengan cacat kongenital
10. Riwayat persalinan dengan komplikasi: persalinan dengan seksio
sesarea, ekstraksivakum/ forseps.
11. Riwayat nifas dengan komplikasi: perdarahan paska persalinan, Infeksi masa
nifas, psikosis post partum (post partum blues).
12. Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis, hipertensi dan riwayat cacat
kongenital.
13. Kelainan jumlah janin : kehamilan ganda, janin dampit, monster.
14. Kelainan besar janin : pertumbuhan janin terhambat, Janin besar.
15. Kelainan letak dan posisi janin: lintang/oblique, sungsang pada usia kehamilan lebih dari
32 minggu.
Catatan : penambahan berat badan ibu hamil yang normal adalah 9 – 12 kg selama masa
kehamilan
Komplikasi pada ibu hamil, bersalin dan nifas antara lain:
1. Ketuban pecah dini.
2. Perdarahan pervaginam:
Ante Partum: keguguran, plasenta previa, solusio placenta
Intra Partum: robekan jalan lahir
33
Post Partum: atonia uteri, retensio plasenta, plasenta inkarserata, kelainan
pembekuan darah, subinvolusi uteri
3. Hipertensi dalam Kehamilan (HDK): Tekanan darah tinggi (sistolik > 140 mmHg,
diastolik > 90 mmHg), dengan atau tanpa edema pre-tibial.
4. Ancaman persalinan prematur.
5. Infeksi berat dalam kehamilan: demam berdarah, tifus abdominalis, Sepsis.
6. Distosia: Persalinan macet, persalinan tak maju.
7. Infeksi masa nifas.
Sebagian besar kematian ibu dapat dicegah apabila mendapat penanganan yang adekuat
di fasilitas pelayanan kesehatan. Faktor waktu dan transportasi merupakan hal yang sangat
menentukan dalam merujuk kasus risiko tinggi. Oleh karenanya Deteksi faktor risiko pada ibu
baik oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat merupakan salah satu upaya penting dalam
mencegah kematian dan kesakitan ibu.
Faktor risiko pada neonatus adalah sama dengan faktor risiko pada ibu hamil. Ibu hamil
yang memiliki faktor risiko akan meningkatkan risiko terjadinya komplikasi pada
neonatus. Deteksi dini untuk Komplikasi pada Neonatus dengan melihat tanda-tanda atau
gejala-gejala sebagai berikut:
1. Tidak Mau Minum/menyusu atau memuntahkan semua
2. Riwayat Kejang
7. Merintih
8. Ada pustul Kulit
34
10. Pusar kemerahan meluas ke dinding perut.
13. Berat badan menurut umur rendah dan atau ada masalah pemberian ASI
35
obstetri dan neonatal emergensi secara berjenjang mulai dari bidan, puskesmas mampu
PONED sampai rumah sakit PONEK 24 jam.
Pelayanan medis yang dapat dilakukan di Puskesmas mampu PONED meliputi:
1. Pelayanan obstetri:
a. Penanganan perdarahan pada kehamilan, persalinan dan nifas.
b. Pencegahan dan penanganan Hipertensi dalam Kehamilan (pre-eklampsi dan
eklampsi)
c. Pencegahan dan penanganan infeksi.
d. Penanganan partus lama/macet.
e. Penanganan abortus.
f. Stabilisasi komplikasi obstetrik untuk dirujuk dan transportasi rujukan.
2. Pelayanan neonatus:
g. Pencegahan dan penanganan asfiksia.
h. Pencegahan dan penanganan hipotermia.
i. Penanganan bayi berat lahir rendah (BBLR).
j. Pencegahan dan penanganan infeksi neonatus, kejang neonatus, ikterus ringan–sedang
.
k. Pencegahan dan penanganan gangguan minum.
l. Stabilisasi komplikasi neonatus untuk dirujuk dan transportasi rujukan.
36
bila tidak ditangani dengan adekuat dapat terjadi kematian. Kematian bayi sebagian besar
terjadi pada hari pertama, minggu pertama kemudian bulan pertama kehidupannya.
Kebijakan Departemen Kesehatan dalam peningkatan akses dan kualitas penanganan
komplikasi neonatus tersebut antara lain penyediaan puskesmas mampu PONED dengan
target setiap kabupaten/kota harus mempunyai minimal 4 (empat) puskesmas mampu
PONED.
Puskesmas PONED adalah puskesmas rawat inap yang memiliki kemampuan serta
fasilitas PONED siap 24 jam untuk memberikan pelayanan terhadap ibu hamil, bersalin dan
nifas serta kegawatdaruratan bayi baru lahir dengan komplikasi baik yang datang sendiri
atau atas rujukan kader/masyarakat, bidan di desa, Puskesmas dan melakukan rujukan ke
RS/RS PONEK pada kasus yang tidak mampu ditangani.
Untuk mendukung puskesmas mampu PONED ini, diharapkan RSU Kabupaten/Kota
mampu melaksanakan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi komprehensif (PONEK)
yang siap selama 24 jam. Dalam PONEK, RSU harus mampu melakukan pelayanan
emergensi dasar dan pelayanan operasi seksio sesaria, perawatan neonatus level II serta
transfusi darah.
Dengan adanya puskesmas mampu PONED dan RS mampu PONEK maka kasus –
kasus komplikasi kebidanan dan neonatal dapat ditangani secara optimal sehingga dapat
mengurangi kematian ibu dan neonatus.
37
mendapat pertolongan, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit melalui
pemantauan pertumbuhan, imunisasi, serta peningkatan kualitas hidup bayi dengan stimulasi
tumbuh kembang. Dengan demikian hak anak mendapatkan pelayanan kesehatan
terpenuhi. Pelayanan kesehatan tersebut meliputi :
Pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, Polio 1,2,3,4, DPT/HB 1,2,3, Campak)
sebelum bayi berusia 1 tahun.
Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDTK).
Pemberian vitamin A 100.000 IU (6 - 11 bulan).
Konseling ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI, tanda–tanda sakit dan
perawatan kesehatan bayi di rumah menggunakan Buku KIA.
Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.
38
dengan menerapkanManajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), di tingkat pelayanan kesehatan
dasar. Bank Dunia, 1993 melaporkan bahwa MTBS merupakan intervensi yang cost
effective untuk mengatasi masalah kematian balita yang disebabkan oleh Infeksi Pernapasan
Akut (ISPA), diare, campak, malaria, kurang gizi dan yang sering merupakan kombinasi dari
keadaan tersebut.
Sebagai upaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian balita, Departemen
Kesehatan RI bekerja sama dengan WHO telah mengembangkan paket pelatihan Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS) yang mulai dikembangkan di Indonesia sejak tahun 1996 dan
implementasinya dimulai 1997 dan saat ini telah mencakup 33 provinsi.
Pelayanan kesehatan anak balita meliputi pelayanan pada anak balita sakit dan sehat.
Pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai standar yang meliputi :
1. Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang tercatat dalam Buku
KIA/KMS.Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat badan anak balita setiap
bulan yang tercatat pada Buku KIA/KMS. Bila berat badan tidak naik dalam 2 bulan
berturut-turut atau berat badan anak balita di bawah garis merah harus dirujuk ke sarana
pelayanan kesehatan.
2. Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) minimal 2 kali
dalam setahun.Pelayanan SDIDTK meliputi pemantauan perkembangan motorik kasar,
motorik halus, bahasa, sosialisasi dan kemandirian minimal 2 kali pertahun (setiap 6
bulan). Pelayanan SDIDTK diberikan di dalam gedung (sarana pelayanan kesehatan)
maupun di luar gedung.
3. Pemberian Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU), 2 kali dalam setahun.
4. Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita
5. Pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan menggunakan pendekatan MTBS.
j. Pelayanan KB berkualitas
Pelayanan KB berkualitas adalah pelayanan KB sesuai standar dengan menghormati hak
individu dalam merencanakan kehamilan sehingga diharapkan dapat berkontribusi dalam
menurunkan angka kematian Ibu dan menurunkan tingkat fertilitas (kesuburan) bagi pasangan
yang telah cukup memiliki anak (2 anak lebih baik) serta meningkatkan fertilitas bagi
pasangan yang ingin mempunyai anak.
39
Pelayanan KB bertujuan untuk menunda (merencanakan) kehamilan. Bagi Pasangan
Usia Subur yang ingin menjarangkan dan/atau menghentikan kehamilan, dapat menggunakan
metode kontrasepsi yang meliputi :
KB alamiah (sistem kalender, metode amenore laktasi, coitus interuptus).
Metode KB hormonal (pil, suntik, susuk).
Metode KB non-hormonal (kondom, AKDR/IUD, vasektomi dan tubektomi).
Sampai saat ini di Indonesia cakupan peserta KB aktif (Contraceptive Prevalence
Rate/CPR)mencapai 61,4% (SDKI 2007) dan angka ini merupakan pencapaian yang
cukup tinggi diantara negara-negara ASEAN. Namun demikian metode yang dipakai lebih
banyak menggunakan metode jangka pendek seperti pil dan suntik. Menurut data SDKI 2007
akseptor KB yang menggunakan suntik sebesar 31,6%, pil 13,2 %, AKDR 4,8%, susuk 2,8%,
tubektomi 3,1%, vasektomi 0,2% dan kondom 1,3%. Hal ini terkait dengan tingginya angka
putus pemakaian (DO) pada metode jangka pendek sehingga perlu pemantauan yang terus
menerus. Disamping itu pengelola program KB perlu memfokuskan sasaran pada kategori
PUS dengan “4 terlalu” (terlalu muda, tua, sering dan banyak).
Untuk mempertahankan dan meningkatkan cakupan peserta KB perlu diupayakan
pengelolaan program yang berhubungan dengan peningkatan aspek kualitas, teknis dan aspek
manajerial pelayanan KB. Dari aspek kualitas perlu diterapkan pelayanan yang sesuai
standard dan variasi pilihan metode KB, sedangkan dari segi teknis perlu dilakukan pelatihan
klinis dan non-klinis secara berkesinambungan. Selanjutnya aspek manajerial, pengelola
program KB perlu melakukan revitalisasi dalam segi analisis situasi program KB dan sistem
pencatatan dan pelaporan pelayanan KB.
Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan KB kepada masyarakat adalah:
dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan perawat.
BAB VI
40
a. Simpulan
b. Saran
1. Bagi Bidan
Menungkatkan kinerja dan pelayanan berkwalitas agar AKI dan AKB menurun.
2. Bagi Instansi
3. Bagi masyarakat
Berperan aktif dalam kegiatan masyarakat dan membantu kegiatan dari puskesmas
serta menggunakan sarana yang ada di polindes, pustu dan puskesmas.
Daftar Pustaka
41
2.Laporan PWS Anak
42