Anda di halaman 1dari 5

PELACAKAN KEMATIAN IBU, BAYI

DAN BALITA

No. Dokumen :

KERANGKA No. Revisi :

ACUAN Tanggal Terbit :

Halaman :

UPTD Puskesmas Supriyadi, S.Kep,Ns.,


Kaligondang M.Kes
197504111997031004

A. PENDAHULUAN

Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih terus menjadi sorotan di dunia.
Angka kematian ibu dan anak sebagai indikator keberhasilan pencapaian KIA,
dilaporkan sudah mengalami penurunan tiap tahunnya. Namun faktanya di
Indonesia sendiri masih sangat lambat penurunannya. Maka, berbagai upaya
dilakukan oleh pemerintah dengan memanfaatkan peran masyarakat baik
melalui keluarga ataupun kader-kader kesehatan. Melalui Pedoman Umum
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga dan juga Panduan
Promosi Kesehatan bagi Petugas di Puskesmas yang diterbitkan oleh
Kementrian Kesehatan Indonesia diharapkan target-target terkait KIA bisa
tercapai.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024


telah memberikan arah pembangunan bidang kesehatan dengan visi
meningkatkan pelayanan kesehatan melalui jaminan kesehatan nasional,
khususnya penguatan pelayanan kesehatan primer dengan peningkatan upaya
promotif dan preventif yang didukung oleh inovasi dan pemanfaatan teknologi. 
Kebijakan dalam RPJMN ini difokuskan pada lima hal yaitu meningkatkan
kesehatan ibu, anak, keluarga berencana dan kesehatan reproduksi,
mempercepat perbaikan gizi masyarakat, meningkatkan pengendalian penyakit,
Gerakan masyarakat hidup sehat (Germas) dan memperkuat sistem kesehatan
dan pengendalian obat dan makanan.

B. LATAR BELAKANG

Peningkatan kesehatan ibu dan anak difokuskan pada upaya penurunan


angkat kematian ibu (AKI) melahirkan, angka kematian bayi (AKB) lahir, angka
kematian neonatal dan peningkatan cakupan vaksinasi. Dalam 30 tahun terakhir,
upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah memang sudah mampu
menurunkan AKI yang pada 2020 AKI di Indonesia sudah mencapai 230 per 100
ribu melahirkan. Namun jika dilihat tren penurunannya, masih sangat lambat.
Bahkan AKI saat ini juga masih jauh dari target millenium development goals
(MDGs) yaitu sebesar 102 per 100 ribu kelahiran hidup. Dengan penurunan AKI
yang hanya 1,8% per tahun, Indonesia juga diperkirakan tidak akan mampu
mencapai target sustainable development goals (SDGs) sebesar 70 kematian ibu
per 100 ribu penduduk.  Hal yang sama juga terjadi pada penurunan AKB yang
masih berlangsung lambat. Meskipun AKB pada 2020 telah mencapai 21
kematian per 1000 kelahiran hidup, namun dengan tren penurunan yang masih
lambat diperkirakan juga tidak akan mencapai target SDGs pada 2030 sebesar
12 kematian bayi per 1000 kelahiran hidup. Percepatan penurunan Angka
Kematian Ibu (AKI) sangat dibutuhkan, karena untuk mencapai target tersebut
nilainya masih cukup jauh, sehingga diperlukan upaya untuk percepatan
penurunan.

Menurut data pemerintah, Angka Kematian balita mengalami penurunan


yang cukup tajam dari 82,6 per 1.000 menjadi 46 per 1.000 kelahiran hidup.
Namun, kasus kematian bayi saat ini lebih banyak terjadi pada keluarga
miskin dan sebagian besar penyebab utamanya adalah karena akses, biaya,
pelayanan kesehatan yang tidak terjangkau keluarga miskin, serta kurangnya
pengetahuan dan perilaku mengenai kesehatan ibu dan anak.
Kenyataan ini menunjukkan ketidakseriusan pemerintah dalam
menangani masalah kematian ibu melahirkan dan kematian bayi. Selain itu
tingginya Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi dapat menunjukkan
masih sangat rendahnya kualitas pelayanan kesehatan. Dengan demikian,
upaya peningkatan kesehatan perinatal tidak dapat dipisahkan dengan upaya
peningkatan kesehatan ibu dan anak.
Pelacakan kasus kematian ibu, bayi, dan anak balita harus dilakukan
secara profesional, akuntabel, santun, terstandarisasi dan memiliki inovasi
untuk menyelesaikan kendala yang ada di lapangan, Tata hubungan kerja /
Pembagian peran Lintas Program / Lintas Sektoral.
Pelacakan kasus kematian ibu, bayi, dan anak balita merupakan
kegiatan melibatkan Petugas KIA Puskesmas. Sedangkan dengan lintas
sektoral bekerjasama dengan sarana kesehatan di wilayah kerja Puskesmas
Kaligondang.

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mangetahui penyebab kematian ibu, bayi dan balita

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui angka kematian ibu, bayi dan balita;
b. Mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh terhadap kematian ibu,
bayi dan balita.

D. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


1. Pelaksanaan Pelacakan kasus kematian ibu, bayi, dan anak balita
2. Pelacakan kasus kematian ibu, bayi, dan anak balita dilaksanakan diawali
dengan menentukan kasus. Selanjutnya koordinasi dengan kader
kesehatan tentang kegiatan yang akan dilakukan, kemudian dilanjutkan
dengan penyusunan Rencana Tindak Lanjut.

E. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


Pelacakan kasus kematian ibu, bayi, dan anak balita dengan
melakukan
 Kunjungan ke rumah
 Kunjungan ke sarana kesehatan
 Pembuatan laporan dan kronologi kejadian
 Pelaporan
F. SASARAN
Kasus kematian ibu, bayi dan balita

G. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN


Dijadwalkan bila ada kasus kematian / insidentil.

BULAN
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pelaksanaan Pelacakan
1 kasus kematian ibu, v v v v v v v v v v v v
bayi, dan anak balita

H. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN


Evaluasi pelaksanaan kegiatan dilakukan pada setiap pelaksanaan
kegiatan oleh penanggung jawab kegiatan program KIA dan Penanggung
jawab UKM Essensial. Laporan evaluasi kegiatan dibuat oleh penanggung
jawab kegiatan program KIA dan diverifikasi oleh Penanggung jawab UKM
Essensial, apabila terdapat ketidaksesuaian dalam pelaksanaan kegiatan,
maka harus segera dilakukan tindak lanjut.

I. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


a. Waktu :
1. Setiap akhir pelaksanaan kegiatan sesuai jadwal
2. Tribulan ke-empat
b. Pelaksana
1. Kepala Puskesmas
2. Penanggungjawab program
c. Dokumen laporan yang berisi : notulen, rencana tindak lanjut,
rekomendasi, hasil olah dan analisis data, laporan evaluasi, laporan
hasil kegiatan.

Anda mungkin juga menyukai