5. Prosedur 1. Petugas menanyakan tanggal, bulan, tahun anak lahir, hitung umur
anak dalam bulan
2. Petugas memilih dasar pertanyaan TDD yang sesuai dengan umur
anak
3. Petugas melakukan tes daya dengar pada anak umur kurang 24
bulan :
a. Semua pertanyaan harus dijawab oleh orang tua/pengasuh anak.
Katakan pada ibu/pengasuh untuk tidak usah ragu-ragu atau takut
menjawab, karena tidak untuk mencari siapa yang salah.
b. Bacakan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu
berurutan.
c. Tunggu jawaban dari orang tua/pengasuh anak.
d. Jawaban YA jika menurut orang tua/pengasuh, anak dapat
melakukannya dalam satu bulan terakhir.
e. Jawaban TIDAK jika menurut orang tua/pengasuh anak tidak
pernah, tidak tahu atau tidak dapat melakukannya dalam satu bulan
terakhir.
4. Petugas melakukan tes daya dengar pada anak umur 24 bulan atau
lebih:
a. Pertanyaan-pertanyaan berupa perintah melalui orang tua/pengasuh
untuk dikerjakan oleh anak.
b. Amati kemampuan anak dalam melakukan perintah orang
tua/pengasuh.
c. Jawaban YA jika anak dapat melakukan perintah orang
tua/pengasuh.
d. Jawaban TIDAK jika anak tidak dapt atau tidak mau melakukan
perintah orang tua/pengasuh.
5. Petugas melakukan interpretasi :
Bila ada satu atau lebih jawaban “Tidak“ kemungkinan anak
mengalami gangguan pendengaran.
6. Petugas melakukan intervensi dengan melakukan tindak lanjut sesuai
dengan buku pedoman yang ada atau merujuk ke RS bila tidak dapat
ditanggulangi.
7. Petugas mencatat hasil tes daya dengar pada formulir DDTK dan
berkas rekam medis.
6. Unit terkait Pelayanan MTBS
7. Rekaman Historis Perubahan
No Yang Dirubah Isi Perubahan Tgl.Mulai
Diberlakukan
SOP TES DAYA LIHAT (TDL)
No. Dokumen : SOP/UKM/ /2020
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/2
PUSKESMAS
dr.Irfan Syah Topan
PERAWATAN
NIP.197711282006041011
SEBAMBAN II
1. Pengertian Suatu pemeriksaan dalam ruangan yang terang, dimana anak duduk dan
melihat kartu “ E “ serta mencocokkan arah kartu “ E “ yang dipegang
dengan yang ditunjuk pada poster oleh petugas. Pemeriksaan dilakukan
pada anak pra sekolah umur 36 – 72 bulan setiap 6 bulan sekali.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan
pemeriksaan tes daya lihat (TDL)
5. Prosedur 1. Pilih suatu ruangan yang bersih dan terang, dengan penyinaran yang
baik.
2. Gantungkan poster “E” setinggi mata anak pada posisi duduk.
3. Letakkan sebuah kursi sejauh 3 meter dari poster “E” menghadap ke
poster “E”.
4. Letakkan sebuah kursi lainnya disamping poster “E” untuk pemeriksa.
5. Petugas memberikan kartu “E” pada anak. Latih anak dalam
mengarahkan kartu “E” menghadap atas, bawah, kiri dan kanan,
sesuai yang ditunjuk pada poster “E” oleh petugas. Beri pujian setiap
kali anak melakukannya. Lakukan hal ini sampai anak dapat
mengarahkan kartu “E” dengan benar.
6. Selanjutnya, anak diminta menutup sebelah matanya dengan
buku/kertas.
7. Dengan alat penunjuk, tunjuk huruf “E” pada poster, satu persatu,
mulai baris pertama sampai baris keempat atau baris “E” terkecil yang
masih dapat dilihat.
8. Puji setiap kali anak dapat mencocokan posisi kartu “E” yang
dipegangnya dengan huruf “E” pada pster.
9. Ulangi pemeriksaan tersebut pada mata satunya dengan cara yang
sama.
10. Tulis baris “E” trekecil yang masih dapat dilihat, pada kertas yang
telah disediakan:
Mata kanan:…………… Mata kiri:…………….
11. Petugas melakukan interpretasi :
a. Anak prasekolah umumnya tidak mengalami kesulitan melihat
sampai baris ketiga pada poster”E”. Bila kedua mata tidak dapat
melihat baris ketiga poster E atau tidak dapat mencocokan arah
kartu “E” yang dipegangnya dengan arah “E” pada baris ketiga
yang ditunjuk oleh petugas, kemungkinan anak mengalami
gangguan penglihatan.
12. Petugas melakukan intervensi
Bila kemungkinan anak mengalami gangguan daya lihat, rujuk ke
Rumah sakit Rujukan Tumbuh Kembang level 1 dengan menuliskan
mata yang mengalami gangguan (kanan, kiri atau keduanya).
13. Petugas mencatat hasil tes daya lihat pada formulir DDTK dan berkas
rekam medis
6. Unit terkait Pelayanan MTBS
7. Rekaman Historis Perubahan
No Yang Dirubah Isi Perubahan Tgl.Mulai
Diberlakukan
STIMULASI DETEKSI
DAN INTERVENSI
DINI TUMBUH KEMBANG (SDIDTK)
SOP No. Dokumen : SOP/UKM/ /2020
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/2
PUSKESMAS
dr.Irfan Syah Topan
PERAWATAN NIP.197711282006041011
SEBAMBAN II
Halaman : 1/2
PUSKESMAS
dr.Irfan Syah Topan
PERAWATAN NIP.197711282006041011
SEBAMBAN II
5. Prosedur 1. Pemeriksaan ini dilakukan atas indikasi atau bila ada keluhan dari
ibu/pengasuh atau ada kecurigaan tenaga kesehatan, kader
kesehatan, petugas PAUD, pengelola TPA dan guru TK. Keluhan
tersebut dapat berupa salah satu atau lebih keadaan di bawah ini:
a. Anak tidak bias duduk tenang
b. Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah
c. Perubahan suasana hati yang mendadak/impulsive
2. Petugas menggunakan formulir deteksi dini gangguan pemusatan
perhatian dan hiperaktivitas (GPHH).
3. Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu
perilaku yang tertulis pada formulir deteksi dini GPHH. Jelaskan
kepada orang tua/pengasuhan anak untuk tidak ragu-ragu atau takut
menjawab.
4. Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan pertanyaan
pada formulir deteksi dini GPHH.
5. Keadaan yang ditanyakan/diamati ada pada anak dimanapun anak
berada, missal ketika di rumah, sekolah, pasar, toko, dll) setiap nsaat
dan ketika anak dengan siapa saja.
6. Catat jawaban dan hasil pengamatan perilaku anak selama dilakukan
pemeriksaan.
7. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.
8. Petugas melakukan interpetasi:
Beri nilai pada masing-masing jawaban sesuai dengan “bobot
nilai” berikut ini, dan jumlahkan nilai masing-masing jawaban
menjadi nilai total.
- Nilai 0 : jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak
- Nilai 1 : jika keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan
pada anak
- Nilai 2 : jika keadaan tersebut sering dimukan pada anak
- Nilai 3 : jika keadaan tersebut selalu ada pada anak, bila
nilai total 13 atau lebih anak kemungkinan GPPH
9. Bidan melakukan intervensi:
a. Anak dengan kemungkinan GPPH perlu di rujuk kerumah sakit
yang memberi pelayanan tumbuh kembang atau memiliki fasilitas
kesehatan jiwa untuk konsultasi dan tindakan lebih lanjut.
b. Bila nilai total kurang dari 13 tetapi anda ragu-ragu, jadwalkan
pemeriksaan ulang 1 bulan kemudian. Ajukan pertanyaan kepada
orang-orang terdekat dengan anak (orang tua, pengasuh, nenek,
guru, dsb).
10. Petugas mencatat hasil pemeriksaan pada formulir DDTK dan
berkas rekam medis.
6. Unit terkait Pelayanan MTBS
Halaman :1
PUSKESMAS
dr.Irfan Syah Topan
PERAWATAN NIP.197711282006041011
SEBAMBAN II
1. Pengertian Kegiatan pemeriksaan untuk mendeteksi secara dini adanya autis pada
anak umur 18 bulan sampai 36 bulan.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan
pemeriksaan deteksi dini autis.
5. Prosedur 1. Pemeriksaan ini dilakukan atas indikasi atau bila ada keluhan dari
ibu/pengasuh atau ada kecurigaan tenaga kesehatan, kader
kesehatan, petugas PAUD, pengelola TPA dan guru TK. Keluhan
tersebut dapat berupa salah satu atau lebih keadaan di bawah ini:
a. Keterlambatan berbicara
b. Gangguan komunikasi
c. Perilaku yang berulang-ulang
2. Petugas menggunakan M-CHAT (Modified –Ceklist For Autism In
Toddlers)
3. Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu
perilaku yang tertulis pada M-CHAT kepada orang tua atau
pengasuh.
4. Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan tugas pada
M-CHAT
5. Catat jawaban orang tua/pengasuh anak dan kesimpulan hasil
pengamatan kemampuan anak, YA atau TIDAK.
6. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.
7. Petugas melakukan interpretasi:
a. Enam pertanyaan No. 2, 7, 9, 13, 14 dan 15 adalah pertanyaan
penting (critical item) jika dijawab tidak berarti pasien mempunyai
resiko tinngi autism.
b. Jawaban tidak pada dua atau lebih critical item atau tiga
pertanyaan lain yang dijawab tidak sesuai (misalnya seharusnya
dijawab ya, orang tua menjawab tidak) maka anak tersebut
mempunyai resiko autism.
8. Petugas melakukan intervensi:
Bila anak memiliki resiko tinggi autism atau risiko autism, rujuk ke
rumah sakit yang meberi layanan rujukan tumbuh kembang anak.
9. Petugas mencatat hasil pemeriksaan pada formulir DDTK dan berkas
rekam medis.
6. Unit terkait Pelayanan MTBS
1. Pengertian Pengukuran lingkar kepala adalah suatu proses atau kegiatan yang
dilakukan untuk mengetahui lingkar kepala anak dalam batas normal
atau diluar batas normal.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan
pengukuran lingkar kepala anak (LKA)
Halaman :1
PUSKESMAS
dr.Irfan Syah Topan
PERAWATAN NIP.197711282006041011
SEBAMBAN II
1. Pengertian Mengukur tinggi badan anak untuk menilai apakah anak tumbuh secara
normal atau mempunyai masalah pertumbuhan atau ada
kecenderungan masalah pertumbuhan yang perlu ditangani
12. Tujuan Di harapkan keluarga dapat mengerti dan memahami gambaran umum tentang
demam pada anak dan cara penanganannya.
Poli MTBS
Poli PKPR
7. Rekaman Historis Perubahan
1. Pengertian Kelas Ibu Balita merupakan suatu aktivitas belajar kelompok dalam kelas dengan
anggota beberapa ibu yang mempunyai anak balita (usia 0-5 tahun) dibawang
bimbingan satu atau beberapa fasilitator (petugas) dengan menggunakan Buku
KIA sebagai alat pembelajaran
25. Tujuan Sebagai acuan dalam melaksanakan kelas ibu balita
5. Prosedur
6. Unit terkait Poli Umum
Poli MTBS
Poli PKPR