Anda di halaman 1dari 28

TES DAYA DENGAR (TDD)

No. Dokumen : SOP/UKM/ /2020


SOP No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/2
PUSKESMAS
dr.Irfan Syah Topan
PERAWATAN NIP.197711282006041011
SEBAMBAN II

1. Pengertian Pemeriksaan pendengaran dengan menggunakan Formulir TDD sesuai


dengan umur anak/ bayi. Pada bayi umur kurang dari 12 bulan
pemeriksaan dilakukan setiap 3 bulan, pada umur 12 bulan ke atas
dilakukan setiap 6 bulan
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan
pemeriksaan tes daya dengar (TDD)

3. Kebijakan SK Kepala puskesmas No.


4. Referensi Buku Pedoman SDIDTK

5. Prosedur 1. Petugas menanyakan tanggal, bulan, tahun anak lahir, hitung umur
anak dalam bulan
2. Petugas memilih dasar pertanyaan TDD yang sesuai dengan umur
anak
3. Petugas melakukan tes daya dengar pada anak umur kurang 24
bulan :
a. Semua pertanyaan harus dijawab oleh orang tua/pengasuh anak.
Katakan pada ibu/pengasuh untuk tidak usah ragu-ragu atau takut
menjawab, karena tidak untuk mencari siapa yang salah.
b. Bacakan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu
berurutan.
c. Tunggu jawaban dari orang tua/pengasuh anak.
d. Jawaban YA jika menurut orang tua/pengasuh, anak dapat
melakukannya dalam satu bulan terakhir.
e. Jawaban TIDAK jika menurut orang tua/pengasuh anak tidak
pernah, tidak tahu atau tidak dapat melakukannya dalam satu bulan
terakhir.
4. Petugas melakukan tes daya dengar pada anak umur 24 bulan atau
lebih:
a. Pertanyaan-pertanyaan berupa perintah melalui orang tua/pengasuh
untuk dikerjakan oleh anak.
b. Amati kemampuan anak dalam melakukan perintah orang
tua/pengasuh.
c. Jawaban YA jika anak dapat melakukan perintah orang
tua/pengasuh.
d. Jawaban TIDAK jika anak tidak dapt atau tidak mau melakukan
perintah orang tua/pengasuh.
5. Petugas melakukan interpretasi :
Bila ada satu atau lebih jawaban “Tidak“ kemungkinan anak
mengalami gangguan pendengaran.
6. Petugas melakukan intervensi dengan melakukan tindak lanjut sesuai
dengan buku pedoman yang ada atau merujuk ke RS bila tidak dapat
ditanggulangi.
7. Petugas mencatat hasil tes daya dengar pada formulir DDTK dan
berkas rekam medis.
6. Unit terkait Pelayanan MTBS
7. Rekaman Historis Perubahan
No Yang Dirubah Isi Perubahan Tgl.Mulai
Diberlakukan
SOP TES DAYA LIHAT (TDL)
No. Dokumen : SOP/UKM/ /2020
No. Revisi :
Tanggal Terbit :

Halaman : 1/2

PUSKESMAS
dr.Irfan Syah Topan
PERAWATAN
NIP.197711282006041011
SEBAMBAN II

1. Pengertian Suatu pemeriksaan dalam ruangan yang terang, dimana anak duduk dan
melihat kartu “ E “ serta mencocokkan arah kartu “ E “ yang dipegang
dengan yang ditunjuk pada poster oleh petugas. Pemeriksaan dilakukan
pada anak pra sekolah umur 36 – 72 bulan setiap 6 bulan sekali.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan
pemeriksaan tes daya lihat (TDL)

3. Kebijakan SK Kepala puskesmas No.


4. Referensi Buku Pedoman SDIDTK

5. Prosedur 1. Pilih suatu ruangan yang bersih dan terang, dengan penyinaran yang
baik.
2. Gantungkan poster “E” setinggi mata anak pada posisi duduk.
3. Letakkan sebuah kursi sejauh 3 meter dari poster “E” menghadap ke
poster “E”.
4. Letakkan sebuah kursi lainnya disamping poster “E” untuk pemeriksa.
5. Petugas memberikan kartu “E” pada anak. Latih anak dalam
mengarahkan kartu “E” menghadap atas, bawah, kiri dan kanan,
sesuai yang ditunjuk pada poster “E” oleh petugas. Beri pujian setiap
kali anak melakukannya. Lakukan hal ini sampai anak dapat
mengarahkan kartu “E” dengan benar.
6. Selanjutnya, anak diminta menutup sebelah matanya dengan
buku/kertas.
7. Dengan alat penunjuk, tunjuk huruf “E” pada poster, satu persatu,
mulai baris pertama sampai baris keempat atau baris “E” terkecil yang
masih dapat dilihat.
8. Puji setiap kali anak dapat mencocokan posisi kartu “E” yang
dipegangnya dengan huruf “E” pada pster.
9. Ulangi pemeriksaan tersebut pada mata satunya dengan cara yang
sama.
10. Tulis baris “E” trekecil yang masih dapat dilihat, pada kertas yang
telah disediakan:
Mata kanan:…………… Mata kiri:…………….
11. Petugas melakukan interpretasi :
a. Anak prasekolah umumnya tidak mengalami kesulitan melihat
sampai baris ketiga pada poster”E”. Bila kedua mata tidak dapat
melihat baris ketiga poster E atau tidak dapat mencocokan arah
kartu “E” yang dipegangnya dengan arah “E” pada baris ketiga
yang ditunjuk oleh petugas, kemungkinan anak mengalami
gangguan penglihatan.
12. Petugas melakukan intervensi
Bila kemungkinan anak mengalami gangguan daya lihat, rujuk ke
Rumah sakit Rujukan Tumbuh Kembang level 1 dengan menuliskan
mata yang mengalami gangguan (kanan, kiri atau keduanya).
13. Petugas mencatat hasil tes daya lihat pada formulir DDTK dan berkas
rekam medis
6. Unit terkait Pelayanan MTBS
7. Rekaman Historis Perubahan
No Yang Dirubah Isi Perubahan Tgl.Mulai
Diberlakukan
STIMULASI DETEKSI
DAN INTERVENSI
DINI TUMBUH KEMBANG (SDIDTK)
SOP No. Dokumen : SOP/UKM/ /2020
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/2
PUSKESMAS
dr.Irfan Syah Topan
PERAWATAN NIP.197711282006041011
SEBAMBAN II

1. Pengertian Kegiatan/pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya


penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak prasekolah.

2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan stimulasi


dan intervensi dini tumbuh kembang

3. Kebijakan SK Kepala puskesmas No.


4. Referensi Buku Pedoman SDIDTK

5. Prosedur 1. Petugas memanggil pasien


2. Petugas menyiapkan alat / sarana dan dokumentasi
3. Petugas mencuci tangan
4. Petugas melakukan anamnesa dan menentukan umur anak dengan
menanyakan tanggal, bulan dan tahun lahir anak kemudian hitung
umur anak dengan bulan
5. Petugas melakukan deteksi dini pertumbuhan :
a. Lakukan penimbangan berat badan
b. Lakukan pengukuran tinggi badan/panjang badan
c. Lakukan pengukuran lingkar kepala
6. Petugas melakukan deteksi dini perkembangan :
a. Lakukan pemeriksaan perkembangan anak menggunakan
kuesioner pra skrining perkembangan (KPSP)
b. Lakukan tes daya dengar (TDD)
c. Lakukan tes daya lihat (TDL)
7. Petugas melakukan deteksi dini penyimpangan perilaku emosional:
a. Lakukan deteksi dini menggunakan kuesioner masalah perilaku
emosional (KMPE) bagi anak umur 36 bulan sampai 72 bulan.
b. Lakukan deteksi dini menggunakan modified ceklist for autism in
toddlers (M-CHAT) yaitu ceklist autis pada anak pra sekolah umur
18 bulan sampai 36 bulan (Jika ada indikasi/ keluhan).
c. Lakukan deteksi dini gangguan pemusatan perhatian dan
hiperaktifitas (GPPH) bagi anak umur 36 bulan ke atas (Jika ada
indikasi/ keluhan).
8. Petugas melakukan interpretasi dan intervensi sesuai hasil deteksi
dini tumbuh kembang yang ditemukan.
9. Petugas melakukan penjadwalan ulang SDIDTK sesuai dengan umur
anak.
10. Petugas menjelaskan hasil pemeriksaan pada orang tua atau
pengasuh.
11. Petugas segera merujuk pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan
yang
memiliki layanan terapi tumbuh kembang anak apabila ditemukan
kelainan tumbuh kembang dan merujuk pasien ke fasilitas pelayanan
kesehatan yang memiliki layanan terapi tumbuh kembang anak atau
memiliki fasilitas pelayanan kesehatan jiwa apa bila ditemukan anak
yang mengalami penyimpangan perilaku emosional dan mengalami
gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifitas.
12. Petugas mencatat hasil akhir SDIDTK di formulir DDTK, buku KIA,
register SDIDTK, berkas rekam medis dan register kohort.
13. Petugas mencuci tangan
6. Unit terkait Pelayanan MTBS
Poli Konsultasi Gizi

7. Rekaman Historis Perubahan


No Yang Dirubah Isi Perubahan Tgl.Mulai
Diberlakukan

SOP DETEKSI DINI MASALAH PERILAKU


EMOSIONAL (KMPE)
No. Dokumen : SOP/UKM/ /2020
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman :1
PUSKESMAS
dr.Irfan Syah Topan
PERAWATAN NIP.197711282006041011
SEBAMBAN II

1. Pengertian Merupakan pemeriksaan untuk mendeteksi secara dini adanya


penyimpangan/masalah perilaku emosional pada anak pra sekolah.
Jadwal deteksi dini masalah perilaku emosional adalah rutin setiap 6
bulan pada anak umur 36 bulan sampai 72 bulan.

2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan


pemeriksaan Deteksi Maslah Perilaku Emosional (KMPE)

3. Kebijakan SK Kepala puskesmas No.


4. Referensi Buku Pedoman SDIDTK

5. Prosedur 1. Petugas melakukan pemeriksaan KMPE dengan kuisioner pada


anak umur 36 bulan sampai 72 bulan.
2. Petugas menanyakan setiap pertanyaan dengan lambat, jelas
dan nyaring, satu persatu tertulis pada KMPE kepada orang
tua/pengasuh anak.
3. Catat jawaban YA, kemudian hitung jumlah jawaban YA.
4. Petugas melakukan interpetasi:
Bila ada jawaban YA, maka kemungkinan anak mengalami
masalah perilaku emosional.
5. Petugas melakukan intervensi:
a. Bila jawaban YA hanya 1 (satu)
- Lakukan konseling kepada orang tua menggunakan buku
Pedoman pola asuh yang mendukung perkembangan anak.
- Lakukan evaluasi setelah 3 bulan, bila tidak ada perubahan
rujuk ke rumah sakit yang memberi pelayanan rujukan
tumbuh kembang atau memiliki fasilitas pelayanan
kesehatan jiwa.
b. Bila jawaban YA ditemukan 2 (dua) atau lebih:
Rujuk ke rumah sakit yang memberi pelayanan rujukan tumbuh
kembang atau memiliki fasilitas pelayanan kesehatan jiwa.
Rujukan harus disertai informasi mengenai jumlah dan
masalah mental emosional yang ditemukan.
6. Petugas mencatat hasil pemeriksaan pada formulir DDTK dan
berkas rekam medis
6. Unit terkait Pelayanan MTBS

7. Rekaman Historis Perubahan


No Yang Dirubah Isi Perubahan Tgl.Mulai
Diberlakukan

SOP DETEKSI DINI GANGGUAN


PEMUSATAN PERHATIAN DAN
HIPERAKTIFITAS (GPPH)
No. Dokumen : SOP/UKM/ /2020
No. Revisi :
Tanggal Terbit :

Halaman : 1/2

PUSKESMAS
dr.Irfan Syah Topan
PERAWATAN NIP.197711282006041011
SEBAMBAN II

1. Pengertian Kegiatan pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya gangguan


pemusatan perhatian (GPHH) pada anak umur 36 bulan keatas.

2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan


pemeriksaan deteksi dini gangguang pemusatan perhatian dan
hiperaktifitas (GPHH)
3. Kebijakan SK Kepala puskesmas No.
4. Referensi Buku Pedoman SDIDTK

5. Prosedur 1. Pemeriksaan ini dilakukan atas indikasi atau bila ada keluhan dari
ibu/pengasuh atau ada kecurigaan tenaga kesehatan, kader
kesehatan, petugas PAUD, pengelola TPA dan guru TK. Keluhan
tersebut dapat berupa salah satu atau lebih keadaan di bawah ini:
a. Anak tidak bias duduk tenang
b. Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah
c. Perubahan suasana hati yang mendadak/impulsive
2. Petugas menggunakan formulir deteksi dini gangguan pemusatan
perhatian dan hiperaktivitas (GPHH).
3. Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu
perilaku yang tertulis pada formulir deteksi dini GPHH. Jelaskan
kepada orang tua/pengasuhan anak untuk tidak ragu-ragu atau takut
menjawab.
4. Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan pertanyaan
pada formulir deteksi dini GPHH.
5. Keadaan yang ditanyakan/diamati ada pada anak dimanapun anak
berada, missal ketika di rumah, sekolah, pasar, toko, dll) setiap nsaat
dan ketika anak dengan siapa saja.
6. Catat jawaban dan hasil pengamatan perilaku anak selama dilakukan
pemeriksaan.
7. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.
8. Petugas melakukan interpetasi:
Beri nilai pada masing-masing jawaban sesuai dengan “bobot
nilai” berikut ini, dan jumlahkan nilai masing-masing jawaban
menjadi nilai total.
- Nilai 0 : jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak
- Nilai 1 : jika keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan
pada anak
- Nilai 2 : jika keadaan tersebut sering dimukan pada anak
- Nilai 3 : jika keadaan tersebut selalu ada pada anak, bila
nilai total 13 atau lebih anak kemungkinan GPPH
9. Bidan melakukan intervensi:
a. Anak dengan kemungkinan GPPH perlu di rujuk kerumah sakit
yang memberi pelayanan tumbuh kembang atau memiliki fasilitas
kesehatan jiwa untuk konsultasi dan tindakan lebih lanjut.
b. Bila nilai total kurang dari 13 tetapi anda ragu-ragu, jadwalkan
pemeriksaan ulang 1 bulan kemudian. Ajukan pertanyaan kepada
orang-orang terdekat dengan anak (orang tua, pengasuh, nenek,
guru, dsb).
10. Petugas mencatat hasil pemeriksaan pada formulir DDTK dan
berkas rekam medis.
6. Unit terkait Pelayanan MTBS

7. Rekaman Historis Perubahan


No Yang Dirubah Isi Perubahan Tgl.Mulai
Diberlakukan
SOP DETEKSI DINI AUTIS /MODIEFIED -
CEKLIST FOR AUTISM IN TODDLERS
(M - CHAT)
No. Dokumen : SOP/UKM/ /2020
No. Revisi :
Tanggal Terbit :

Halaman :1

PUSKESMAS
dr.Irfan Syah Topan
PERAWATAN NIP.197711282006041011
SEBAMBAN II

1. Pengertian Kegiatan pemeriksaan untuk mendeteksi secara dini adanya autis pada
anak umur 18 bulan sampai 36 bulan.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan
pemeriksaan deteksi dini autis.

3. Kebijakan SK Kepala puskesmas No.188.4/I/SK/......../1201/2019


4. Referensi Buku Pedoman SDIDTK

5. Prosedur 1. Pemeriksaan ini dilakukan atas indikasi atau bila ada keluhan dari
ibu/pengasuh atau ada kecurigaan tenaga kesehatan, kader
kesehatan, petugas PAUD, pengelola TPA dan guru TK. Keluhan
tersebut dapat berupa salah satu atau lebih keadaan di bawah ini:
a. Keterlambatan berbicara
b. Gangguan komunikasi
c. Perilaku yang berulang-ulang
2. Petugas menggunakan M-CHAT (Modified –Ceklist For Autism In
Toddlers)
3. Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu
perilaku yang tertulis pada M-CHAT kepada orang tua atau
pengasuh.
4. Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan tugas pada
M-CHAT
5. Catat jawaban orang tua/pengasuh anak dan kesimpulan hasil
pengamatan kemampuan anak, YA atau TIDAK.
6. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.
7. Petugas melakukan interpretasi:
a. Enam pertanyaan No. 2, 7, 9, 13, 14 dan 15 adalah pertanyaan
penting (critical item) jika dijawab tidak berarti pasien mempunyai
resiko tinngi autism.
b. Jawaban tidak pada dua atau lebih critical item atau tiga
pertanyaan lain yang dijawab tidak sesuai (misalnya seharusnya
dijawab ya, orang tua menjawab tidak) maka anak tersebut
mempunyai resiko autism.
8. Petugas melakukan intervensi:
Bila anak memiliki resiko tinggi autism atau risiko autism, rujuk ke
rumah sakit yang meberi layanan rujukan tumbuh kembang anak.
9. Petugas mencatat hasil pemeriksaan pada formulir DDTK dan berkas
rekam medis.
6. Unit terkait Pelayanan MTBS

7. Rekaman Historis Perubahan


No Yang Dirubah Isi Perubahan Tgl.Mulai
Diberlakukan
SKRENING PEMERIKSAAN
PERKEMBANGAN ANAK
MENGGUNAKAN KUESIONER PRA
SKRINING PERKEMBANGAN (KPSP)
SOP
No. Dokumen : SOP/UKM/ /2020
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/2
PUSKESMAS
dr.Irfan Syah Topan
PERAWATAN NIP.197711282006041011
SEBAMBAN II

1. Pengertian Kegiatan pemeriksaan untuk mengetahui perkembangan anak normal


atau ada penyimpangan.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan
skrining pemeriksaan perkembangan anak.

3. Kebijakan SK Kepala puskesmas No.


4. Referensi Buku Pedoman SDIDTK

5. Prosedur 1. Pada waktu pemeriksaan /screening anak harus dibawa.


2. Petugas menentukan umur anak dengan menanyakan tanggal ,
bulan, dan tahun anak lahir. Bila umur anak lebih 16 hari dibulatkan
menjadi 1 bulan. Contoh: bayi umur 3 bulan 16 hari, dibulatkan
menjadi 4 bulan. Bila umur bayi 3 bulan 15 hari dibulatkan menjadi  3
bulan.
3. Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP sesuai dengan umur
anak.
4. KPSP terdiri ada 2 macam pertanyaan, yaitu:
a. Pertanyaan yang dijawab oleh ibu /pengasuh anak, contohnya:
“Dapatkah bayi makan kue sendiri?”
b. Perintah kepada ibu / pengasuh anak atau petugas melaksanakan
tugas yang tertulis pada KPSP. Contoh : “pada posisi bayi
terlentang, tariklah bayi pada pergelangan tangannya secara
perlahan-lahan ke posisi duduk”.
5. Jelaskan kepada orang tua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab,
oleh karena itu pastikan ibu/pengasuh anak mengerti apa yang
ditanyakan kepadanya.
6. Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan, satu persatu. Setiap
pertanyaan hanya ada 1 jawaban Ya atau Tidak. Catat jawaban
tersebut pada formulir.
7. Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu / pengasuh anak
menjawab pertanyaan terdahulu.
8. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah terjawab.
9. Petugas melakukan interpretasi:
a. Hitung berapa jumlah jawaban Ya.
- Jawaban Ya, bila ibu / pengasuh menjawab:  anak bisa  atau
kadang-kadang melakukannya.
- Jawaban Tidak, bila ibu / pengasuh menjawab: anak belum
pernah atau tidak pernah atau ibu /pengasuh tidak tahu.
b. Jumlah jawaban ’ Ya’ = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai
dengan tahap perkembangannya (S)
c. Jumlah jawaban ‘Ya’ = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan
(M)
d. Jumlah jawaban ‘Ya’ = 6 atau kurang, kemungkinan ada
penyimpangan (P).
e. Untuk jawaban ‘Tidak’ perlu dirinci jumlah jawaban ‘Tidak’ menurut
jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa,
sosialisasi dan kemandirian) .
10. Petugas melakukan Intervensi:
a. Bila perkembangan anak sesuai umur (S), lakukan tindakan berikut:
- Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan
baik.
- Teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap perkembangan
anak.
- Beri stimulasi perekmbangan setiap saat, sesering mungkin,
sesuai dengan umur dan kesiapan anak.
- Ikutkan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan
kesehatan di Posyandu secara teratur sebulan 1 kali dan setiap
ada kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB). Jika anak sudah
memasuki usia prasekolah (36-72 bulan), anak dapat diikutkan
pada kegiatan di Pusat Pendidikan Anak usia Dini (PAUD),
Kelompok Bermain dan Taman Kanak-kanak.
b. Bila perkembangan anak meragukan (M), lakukan tindakan
berikut:
- Beri petunjuk ibu agar melakukan stimulasi perkembangan pada
anak lebih sering lagi, setiap saat dan sesering mungkin.
- Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi perkembangan
anak untuk mengatasi penyimpangan / mengejar
ketertinggalannya.
- Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemungkinan
adanya penyakit yang menyebabkan penyimpangan
perkembangannya dan lakukan pengobatan.
- Lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu kemudian dengan
menggunakan diagram KPSP yang sesuai dengan umur anak.
- Jika hasil KPSP ulang jawaban ‘Ya’ tetap 7 atau 8 maka
kemungkinan ada penyimpangan.
c. Bila tahapan perkembangan anak terjadi penyimpangan (P) ,
lakukan tindakan berikut:
- Merujuk ke rumah sakit dengan menuliskan jenis dan jumlah
penyimpangan perekmbangan (gerak kasar, gerak halus, bicara
dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian).
11. Petugas mencatat hasil pemeriksaan pada formulir DDTK dan berkas
rekam medis
6. Unit terkait Pelayanan MTBS

7. Rekaman Historis Perubahan


No Yang Dirubah Isi Perubahan Tgl.Mulai
Diberlakukan
PENGUKURAN
LINGKAR KEPALA ANAK
(LKA)
SOP No. Dokumen : SOP/UKM/ /2020
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman :1
PUSKESMAS
dr.Irfan Syah Topan
PERAWATAN NIP.197711282006041011
SEBAMBAN II

1. Pengertian Pengukuran lingkar kepala adalah suatu proses atau kegiatan yang
dilakukan untuk mengetahui lingkar kepala anak dalam batas normal
atau diluar batas normal.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan
pengukuran lingkar kepala anak (LKA)

3. Kebijakan SK Kepala puskesmas No.188.4/I/SK/......../1201/2019


4. Referensi Buku Pedoman SDIDTK

5. Prosedur 1. Petugas melakukan pengukuran lingkar kepala dengan cara


meletakkan alat pengukur dilingkarkan pada kepala anak melewati
dahi, diatas alis mata, di atas kedua telinga dan bagian belakang
kepala yang menonjol, tarik agak kencang.
2. Baca angka pada pertemuan dengan angka 0.
3. Tanyakantanggal lahir bayi/anak, hitung umur bayi/anak
4. Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkaran kepala menurut
umur dan jenis kelamin anak
5. Buat garis yang menghubungkan antara ukuran yang lalu dengan
ukuran sekarang
6. Petugas melakukan interpretasi:
a. Jika ukuran lingkar kepala anak berada didalam “jalur hijau”
maka lingkaran kepala anak normal.
b. Bila ukuran lingkar kepala anak berada di luar “jalur Hijau” maka
kepala anak tidak normal.
c. Lingkaran kepala anak tidak normal ada 2 (dua), yaitu
makrosefal bila berada diatas “jalur hijau” dan mikrosefal bila
berada dibawah “jalur hijau”.
7. Petugas melakukan intervensi:
Bila ditemukan makrosefal maupun mikrosefal segera dirujuk ke
rumah sakit.
8. Petugas mencatat hasil pengukuran pada formulir DDTK dan
berkas rekam medis
6. Unit terkait Pelayanan MTBS

7. Rekaman Historis Perubahan


No Yang Dirubah Isi Perubahan Tgl.Mulai
Diberlakukan
PENIMBANGAN BERAT BADAN
No. Dokumen :
SOP No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman :1
PUSKESMAS
dr.Irfan Syah Topan
PERAWATAN NIP.197711282006041011
SEBAMBAN II

1. Pengertian Menimbang berat badan adalah kegiatan yang bertujuan untuk


mengetahui berat badan, menggunakan alat Timbangan Injak
( Bathroom Scale ).

2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk menimbang berat


badan.
3. Kebijakan SK Kepala puskesmas No.
4. Referensi Buku Penilaian Status Gizi
5. Prosedur 1. Petugas meletakan timbangan di tempat yang terang dan datar
2. Petugas memastikan jarum timbangan pada angka NOL
3. Petugas meminta orang tua / pengantar / pasien untuk membuka /
melepaskan sepatu, sandal atau benda-benda lain yang dapat
mempengaruhi pengukuran berat badan
4. Petugasmeminta orang tua / pengantar / pasien meletakkan ke atas
timbangan bayi tanpa berpegangan pada benda atau orang lain
5. Petugas membaca angka yang ditunjuk oleh jarum timbangan
6. Petugas meminta orang tua / pengantar / pasien untuk menurunkan
dari timbangan dan memakaikan sepatu atau sandalnya kembali.
6. Unit terkait Pelayanan MTBS

7. Rekaman Historis Perubahan


No Yang Dirubah Isi Perubahan Tgl.Mulai
Diberlakukan

SOP MENGUKUR TINGGI BADAN ANAK


No. Dokumen :
No. Revisi :
Tanggal Terbit :

Halaman :1

PUSKESMAS
dr.Irfan Syah Topan
PERAWATAN NIP.197711282006041011
SEBAMBAN II

1. Pengertian Mengukur tinggi badan anak untuk menilai apakah anak tumbuh secara
normal atau mempunyai masalah pertumbuhan atau ada
kecenderungan masalah pertumbuhan yang perlu ditangani

2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk mengukur tinggi


badan.
3. Kebijakan SK Kepala puskesmas No.
4. Referensi Buku Penilaian Status Gizi
5. Prosedur a. Petugas menyiapkan alat
b. Petugas meminta ibu untuk melepas sepatu dan kaos kaki,
pita/aksesoris rambut anak
c. Petugas memposisikan anak berdiri tegak lurus di bawah microtoise,
membelakangi dinding
d. Petugas memposisikan kepala anak berada di bawah alat geser
microtoise, pandangan anak lurus ke depan
e. Petugas memposisikan anak tegak bebas, bagian belakang kepala,
tulang belikat, pantat dan tumit menempel ke dinding
f. Petugas memposisikan kedua lutut dan tumit rapat
g. Petugas memastikan posisi kepala sudah benar dengan mengecek
garis frankort
h. Petugas menarik kepala microtoise sampai puncak kepala anak
i. Petugas membaca angka pada jendela baca dan mata harus sejajar
garis merah
j. Petugas mencatat hasil pengukuran di KMS/buku KIA dan buku
konsultasi/kegiatan/kunjungan
6. Unit terkait Pelayanan MTBS

7. Rekaman Historis Perubahan


No Yang Dirubah Isi Perubahan Tgl.Mulai
Diberlakukan
PENYULUHAN DEMAM PADA ANAK
No. Dokumen : SOP/A/SBB II/...../2019
SOP No. Revisi : 00
Tanggal Terbit :
Halaman : 1
PUSKESMAS
dr.Irfan Syah Topan
PERAWATAN NIP.197711282006041011
SEBAMBAN II

1. Pengertian Peningkatan suhu diatas normal yaitu 36,5-37,5°C.

12. Tujuan Di harapkan keluarga dapat mengerti dan memahami gambaran umum tentang
demam pada anak dan cara penanganannya.

13. Kebijakan SK Kepala puskesmas No.188.4/I/SK/......../1201/2019


14. Referensi Pedoman Demam Pada Anak

5. Prosedur 15. Siapkan alat dan bahan yang di sediakan


16. Sediakan tempat yang nyaman untuk melakukan
penyuluhan
17. Siapkan materi penyuluhan
18. Sapa audien dengan mewngucapkan salam
19. Petugas memperkenalkan diri
20. Jelaskan maksud dan tujuan memberikan penyuluhan
21. Gunakan bahasa yang sederhana agar dapat dimengerti dan
dipahami oleh audien
22. Berikan kesempatan audien untuk bertanya kepada petugas
atau penyuluh
23. Ulangi kembali penyuluhan yang telah diberikan secara
singkat dan jelas
24. Ucapkan terima kasih atas partisipasi masyarakat yang telah
mendengarkan kita memberikan penyuluhan
6. Unit terkait Poli Umum

Poli MTBS

Poli PKPR
7. Rekaman Historis Perubahan

No Yang Dirubah Isi Perubahan Tgl.Mulai Diberlakukan

PENYULUHAN DEMAM PADA ANAK


No. Dokumen : SOP/A/SBB II/...../2019
SOP No. Revisi : 00
Tanggal Terbit :
Halaman : 1
PUSKESMAS
dr.Irfan Syah Topan
PERAWATAN NIP.197711282006041011
SEBAMBAN II

1. Pengertian Kelas Ibu Balita merupakan suatu aktivitas belajar kelompok dalam kelas dengan
anggota beberapa ibu yang mempunyai anak balita (usia 0-5 tahun) dibawang
bimbingan satu atau beberapa fasilitator (petugas) dengan menggunakan Buku
KIA sebagai alat pembelajaran
25. Tujuan Sebagai acuan dalam melaksanakan kelas ibu balita

26. Kebijakan SK Kepala puskesmas No.188.4/I/SK/......../1201/2019


27. Referensi Buku Pedoman Kelas Ibu Balita

5. Prosedur
6. Unit terkait Poli Umum

Poli MTBS

Poli PKPR

7. Rekaman Historis Perubahan

No Yang Dirubah Isi Perubahan Tgl.Mulai Diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai