Anda di halaman 1dari 24

HASIL PENGKAJIAN DATA PWS KIA DAN PROGRAM INOVASI

DI UPT PUSKESMAS RAKUMPIT

Disusun guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan


Praktik Kebidanan Fisiologi Holistik Keluarga Berencana Dan Kesehatan Reproduksi
Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Disusun oleh:

Nama : IVANNA DWI SUSANTI

NIM : PO.62.24.2.19.515

Nama : KARTINI

NIM : PO.62.24.2.19.51

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2020
DAFTAR ISI

SAMPUL HALAMAN
DAFTAR ISI................................................................................................. i

BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................ 1
B. Tujuan...................................................................................... 5
C. Tempat dan Lokasi Praktik ..................................................... 6

BAB II KEGIATAN PRAKTIK.............................................................. 7


A. Pengkajian............................................................................... 9
1. Pengumpulan data ............................................................ 9
2. Pengolahan data................................................................ 11
3. Analisa Data..................................................................... 15
4. Rumusan Masalah............................................................ 18
5. Prioritas Masalah.............................................................. 18
B. Perencanaan Kegiatan & Program Inovasi.............................. 19
1. Rencana Kegiatan ( Matrik Rencana)................................ 19
2. Program Inovasi................................................................ 21
C. Pelaksananaan
1. Tabel Intervensi

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan ditentukan
berdasarkan indikator AKI dan AKB. Hal ini juga menggambarkan kualitas
ibu dan anak di Indonesia. Tingginya AKI, AKBA dan AKB termasuk
tantangan paling berat untuk mencapai MDG’s pada tahun 2015. MDG’s
merupakan komitmen nasional dan global dalam upaya lebih
menyejahterakan masyarakat melalui pengurangan kemiskinan dan kelaparan,
pendidikan, pemberdayaan perempuan, kesehatan, dan kelestarian lingkungan
yang tercakup dalam 8 goals dan ditargetkan tercapai di tahun 2015.
Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) telah dilaksanakan di Indonesia
sejak tahun 1985. Pada saat itu pimpinan puskesmas maupun pemegang
program di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota belum mempunyai alat pantau
yang dapat memberikan data yang cepat sehingga pimpinan dapat
memberikan respon atau tindakan yang cepat dalam wilayah kerjanya. PWS
dimulai dengan program Imunisasi yang dalam perjalanannya, berkembang
menjadi PWS-PWS lain seperti PWS-Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA)
dan PWS Gizi. Pelaksanaan PWS imunisasi berhasil baik, dibuktikan dengan
tercapainya Universal Child Immunization (UCI) di Indonesia pada tahun
1990. Dengan dicapainya cakupan program imunisasi, terjadi penurunan
AKB yang signifikan. Namun pelaksanaan PWS dengan indikator Kesehatan
Ibu dan Anak (KIA) tidak secara cepat dapat menurunkan Angka Kematian
Ibu (AKI) secara bermakna walaupun cakupan pelayanan KIA meningkat,
karena adanya faktor-faktor lain sebagai penyebab kematian ibu (ekonomi,
pendidikan, sosial budaya, dsb).
Dengan demikian maka PWS KIA perlu dikembangkan dengan
memperbaiki mutu data, analisis dan penelusuran data. Angka Kematian Ibu
(AKI), Angka Kematian Neonatus (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan
Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan beberapa indikator status

1
kesehatan masyarakat. Dewasa ini AKI dan AKB di Indonesia masih tinggi
dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya.
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk
melihat keberhasilan upaya kesehatan ibu. AKI adalah rasio kematian ibu
selama masa kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan,
persalinan, dan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-sebab
lain seperti kecelakaan atau terjatuh di setiap 100.000 kelahiran hidup. Selain
untuk menilai program kesehatan ibu, indikator ini juga mampu menilai
derajat kesehatan masyarakat, karena sensitifitasnya terhadap perbaikan
pelayanan kesehatan, baik dari sisi aksesibilitas maupun kualitas. Secara
umum terjadi penurunan kematian ibu selama periode 1991-2015 dari 390
menjadi 305 per 100.000 kelahiran hidup. Walaupun terjadi kecenderungan
penurunan angka kematian ibu, namun tidak berhasil mencapai target MDGs
yang harus dicapai yaitu sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun
2015. Hasil supas tahun 2015 memperlihatkan angka kematian ibu tiga kali
lipat dibandingkan target MDGs
Upaya percepatan penurunan AKI dapat dilakukan dengan menjamin
agar setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas,
seperti pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan terlatih di fasilitas pelayanan kesehatan, perawatan pasca persalinan
bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi, dan
pelayanan keluarga berencana termasuk KB pasca persalinan. Pada bagian
berikut, gambaran upaya kesehatan ibu yang disajikan terdiri dari : (1)
pelayanan kesehatan ibu hamil, (2) pelayanan imunisasi Tetanus bagi wanita
usia subur dan ibu hamil, (3) pelayanan kesehatan ibu bersalin, (4) pelayanan
kesehatan ibu nifas, (5) Puskesmas melaksanakan kelas ibu hamil dan
Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), dan (6)
pelayanan kontrasepsi/KB.
Dengan adanya variasi antar daerah dalam hal demografi dan geografi
maka kegiatan dalam program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) perlu
disesuaikan. Agar pelaksanaan program KIA dapat berjalan lancar, aspek

2
peningkatan mutu pelayanan program KIA tetap diharapkan menjadi kegiatan
prioritas ditingkat Kabupaten/Kota. Peningkatan mutu program KIA juga
dinilai dari besarnya cakupan program di masing-masing wilayah kerja. Untuk
itu, besarnya cakupan pelayanan KIA di suatu wilayah kerja perlu dipantau
secara terus menerus, agar diperoleh gambaran yang jelas mengenai kelompok
mana dalam wilayah kerja tersebut yang paling rawan. Dengan diketahuinya
lokasi rawan kesehatan ibu dan anak, maka wilayah kerja tersebut dapat lebih
diperhatikan dan dicarikan pemecahan masalahnya. Untuk memantau cakupan
pelayanan KIA tersebut dikembangkan sistem Pemantauan Wilayah Setempat
Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA).
Hasil Riskesdas 2018 juga memperlihatkan bahwa 62,5% rumah
tangga mengetahui bahwa akses ke rumah sakit sulit. Begitu juga pengetahuan
rumah tangga terhadap akses ke puskesmas/pustu/pusling/ bidan sebesar
60,8% dan akses ke klinik/praktek dokter/prakter dokter gigi/praktek bidan
mandiri sebesar 62,6% dengan akses sulit. Secara konsisten terlihat bahwa
provinsi dengan cakupan persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan rendah
memiliki akses ke fasilitas pelayanan kesehatan yang relatif sulit. Oleh karena
itu untuk daerah dengan akses sulit, Kementerian Kesehatan mengembangkan
program Kemitraan Bidan dan Dukun serta Rumah Tunggu Kelahiran. Para
dukun diupayakan bermitra dengan bidan dengan hak Rumah Sakit 32,7
Puskesmas 12,1 Praktek Nakes 29,6 Klinik 4,9 Poskesdes/ Polindes 3,8
Rumah 16,7 Lainnya 0,2 dan kewajiban yang jelas. Pemeriksaan kehamilan
dan pertolongan persalinan tidak lagi dikerjakan oleh dukun, namun dirujuk
ke bidan. Ibu hamil yang di daerah tempat tinggalnya tidak ada bidan atau
jauh dari fasilitas pelayanan kesehatan, menjelang hari taksiran persalinan
diupayakan sudah berada di dekat fasilitas pelayanan kesehatan yaitu di
Rumah Tunggu Kelahiran. Rumah Tunggu Kelahiran adalah suatu tempat atau
ruangan yang berada dekat fasilitas kesehatan (RS, Puskesmas), yang dapat
digunakan sebagai tempat tinggal sementara ibu hamil dan pendampingnya
(suami/kader/dukun atau keluarga) selama beberapa hari, saat menunggu
persalinan tiba dan beberapa hari setelah bersalin.

3
Upaya kesehatan anak telah menunjukkan hasil yang baik terlihat dari
angka kematian anak dari tahun ke tahun yang menunjukkan penurunan. Hasil
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 menunjukkan
AKN sebesar 15 per 1.000 kelahiran hidup, AKB 24 per 1.000 kelahiran
hidup, dan AKABA 32 per 1.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Balita
telah mencapai Target Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs) 2030 yaitu
sebesar 25/1.000 kelahiran hidup dan diharapkan AKN juga dapat mencapai
target yaitu 12/1.000 kelahiran hidup.
Pada tahun 2018, secara nasional persentase bayi baru lahir yang
mendapat IMD yaitu sebesar 71,17%. Angka ini telah melampaui target
Renstra tahun 2018 yaitu sebesar 47,0%. Provinsi dengan persentase tertinggi
bayi baru lahir mendapat IMD adalah Sulawesi Barat (88,49%) sedangkan
provinsi dengan persentase terendah adalah Maluku (23,18%). Ada tiga
provinsi yang belum mencapai target Renstra tahun 2018 yaitu Maluku,
Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Utara (SKDI,2019)
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang
Puskesmas menyebutkan bahwa Puskesmas adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.(SKDI,2019 Hal 23)
Hasil Riskesdas 2018 memperlihatkan tempat persalinan paling
banyak digunakan yaitu rumah sakit (baik pemerintah maupun swasta) dan
praktek tenaga kesehatan (nakes). Namun penggunaan rumah masih cukup
tinggi sebesar 16,7%, yang menempati urutan ketiga tertinggi tempat bersalin.
Secara konsisten terlihat bahwa provinsi dengan cakupan persalinan di
fasilitas pelayanan kesehatan rendah memiliki akses ke fasilitas pelayanan
kesehatan yang relatif sulit. Oleh karena itu untuk daerah dengan akses sulit,
Kementerian Kesehatan mengembangkan program Kemitraan Bidan dan
Dukun serta Rumah Tunggu Kelahiran. Para dukun diupayakan bermitra
dengan bidan dengan hak Rumah Sakit 32,7 Puskesmas 12,1 Praktek Nakes

4
29,6 Klinik 4,9 Poskesdes/ Polindes 3,8 Rumah 16,7 Lainnya 0,2 dan
kewajiban yang jelas. Pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan
tidak lagi dikerjakan oleh dukun, namun dirujuk ke bidan. Ibu hamil yang di
daerah tempat tinggalnya tidak ada bidan atau jauh dari fasilitas pelayanan
kesehatan, menjelang hari taksiran persalinan diupayakan sudah berada di
dekat fasilitas pelayanan kesehatan yaitu di Rumah Tunggu Kelahiran. Rumah
Tunggu Kelahiran adalah suatu tempat atau ruangan yang berada dekat
fasilitas kesehatan (RS, Puskesmas), yang dapat digunakan sebagai tempat
tinggal sementara ibu hamil dan pendampingnya (suami/kader/dukun atau
keluarga) selama beberapa hari, saat menunggu persalinan tiba dan beberapa
hari setelah bersalin.
Puskesmas Rakumpit adalah Unit Pelaksanaan Teknis Dinas
Kesehatan Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah yang
bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan yang berada di Wilayah
kerjanya.

B. Tujuan
1. Tujuan umum :
Terpantaunya cakupan dan mutu pelayanan KIA secara terus-menerus di
setiap wilayah kerja.
2. Tujuan Khusus :
1. Memantau pelayanan KIA secara Individu melalui Kohort
2. Memantau kemajuan pelayanan KIA dan cakupan indikator KIA secara
teratur (bulanan) dan terus menerus.
3. Menilai kesenjangan pelayanan KIA terhadap standar pelayanan KIA.
4. Menilai kesenjangan pencapaian cakupan indikator KIA terhadap target
yang ditetapkan.
5. Menentukan sasaran individu dan wilayah prioritas yang akan ditangani
secara intensif berdasarkan besarnya kesenjangan.
6. Merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber daya yang
tersedia dan yang potensial untuk digunakan.

5
7. Meningkatkan peran aparat setempat dalam penggerakan sasaran dan
mobilisasi sumber daya.
8. Meningkatkan peran serta dan kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan
pelayanan KIA.

C. Tempat dan Lokasi Praktek


Pelaksanaan Tempat di UPT Puskesmas Rakumpit, Kecamatan Rakumpit,
Kota Palangka Raya.

6
BAB II
KEGIATAN PRAKTIK

Gambaran Umun
Wilayah Kerja Puskesmas Rakumpit meliputi satu kesatuan, meliputi
faktor jumlah penduduk, luas wilayah, keadaan geografis dan keadaan
infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan
wilayah kerja Puskesmas Puskesmas Rakumpit berdiri pada tahun 2007/2008,
dengan luas tanah, 1.200 m2 terletak di Keluahan Mungku Baru jalan
Rakumpit Raya Kecamatan Rakumpit Kota Palangka Raya dengan luas
Wilayah Kecamatan lebih kurang 59.000 Km2, terdiri dari 7 Kelurahan
dengan jumlah penduduk 4.615 jiwa, 1.243 KK. Sebelum jadi kecamatan
pemekaran, Rakumpit dulunya masuk wilayah kecamatan Bukit Batu dan
Puskesmas Pembantu Mungku Baru adalah cikal bakal Puskesmas Rakumpit
dan memiliki induk Puskesmas Tangkiling Kecamatan Bukit Batu saat itu.

Gambar 1.1 Peta WilayaKerja Puskesmas Rakumpit

Mungku Baru
Ñ

;
Bukit Sua
PETA WILAYAH KERJA
Ñ PUSKESMAS RAKUMPIT
Petuk Berunai
;
Panjehang
Ñ
Ñ N
Pager ;
Gaung Baru

W E
Ñ
Petuk Bukit S
Ñ

Ñ Poskesdes
; Polindes
Ñ Pusk_pustu di Rakumpit
Jalan aspal
Jalan tanah
Sungai
Rakumpit :
Bukit Sua
Gaung Baru
Mungku Baru
Pager
Panjehang
Petuk Berunai
Petuk Bukit
Palangka Raya

Sumber : Dinkes Kota P. Raya

Gambar 1.2. Peta Kecamatan Rakumpit

7
PETA WILAYAH KERJA
PUSKESMAS RAKUMPIT
Mungku Baru
Ñ
N

; W E
Bukit Sua
S
Ñ

Petuk Berunai
;

Ñ
Panjehang Ñ
;
Poskesdes
Polindes
Ñ Pusk_pustu di Rakumpit
Jalan aspal
Ñ Jalan tanah

Pager ;
Gaung Baru Sungai
Rakumpit :
Bukit Sua
Gaung Baru
Mungku Baru
Pager
Panjehang
Petuk Berunai
Ñ
Petuk Bukit

Petuk Bukit
Ñ

Sumber :
Dinkes Kota P. Raya (Pusk. R akumpit)

Puskesmas Rakumpit terletak di Jalur Sungai dan berada di Ujung Utara


wilayah Kota Palangka Raya dengan batas- batas wilayah kerja sebagai
berikut :
- Sebelah Utara : Kab.Gunung Mas
- Sebelah Timur : Kab.Pulang Pisau
- Sebelah Barat : Kab.Katingan
- Sebelah Selatan : Kec.Bukit Batu

Puskesmas Rakumpit termasuk Puskesmas kategori daerah TERPENCIL


dan TIDAK DIMINATI di Wilayah Kota Palangka Raya. Waktu tempuh
yang dibutuhkan dari kota Palangka Raya menuju Puskesmas Rakumpit yaitu
±80 Km atau selama 2 jam dengan mobil (sampai pelabuhan Takaras),
kemudian dilanjutkan 30-45 menit dengan speedboat (dari pelabuhan Takaras
ke Puskesmas Rakumpit). Daerah kerja wilayah Rakumpit sebagian besar
berada di daerah aliran sungai.
Sejak di bangun hingga sekarang petugas petugas kesehatan Puskesmas
Rakumpit dan jaringannya sebagian besar mengajukan pindah ke Puskesmas
tengah Kota Palangka Raya karena ke Puskesmas Rakumpit memerlukan
dana yang cukup besar.
Jangkauan Pelayanan Puskesmas Rakumpit meliputi 7 Kelurahan dengan
jarak antar kelurahan yang cukup jauh sehingga cukup menyulitkan untuk

8
memberikan pelayanan, terutama pelayanan dokter kepada setiap kelurahan.
Puskesmas Rakumpit merupakan Puskesmas Rawat Jalan (Non Rawat Inap)
yang bertanggung jawab melayani seluruh masyarakat kelurahan dan
menanggulangi berbagai masalah kesehatan yang terjadi diwilayah kerjanya.
Dalam hal ini untuk dapat melayani seluruh masyarakat di setiap kelurahan
sudah ditempatkan Bidan desa namun belum bisa dilayani oleh perawat
karena keterbatasan tenaga perawat yang ada di puskesmas. Di setiap
Kelurahan puskesmas dibantu oleh 6 Pustu dan 1 Poskesdes.

Motto, Visi dan Misi UPT Puskesmas Rakumpit adalah:


1. MOTTO
Saras Barigas (Sehat, Ramah, Sabar, Rapi, Kekeluargaan, Berkualitas)
2. VISI
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja UPT
Puskesmas Rakumpit
3. MISI
a. Meningkatkan kualitas pelayanan yang adil dan bermutu
b. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya pembangunan
kesehatan
c. Meningkatkan derajat kesehatan individu, keluarga, masyarakat dan
lingkungan
d. Meningkatkan kerjasama lintas sektoral
e. Menjalin kerjasama dengan sektor swasta

A. Pengkajian
1. Pengumpulan data
Pengumpulan dan pengelolaan data merupakan kegiatan pokok dari
PWS KIA. Data yang di catat per desa/kelurahan dan kemudian
dikumpulkan di tingkat puskesmas akan dilaporkan sesuai jenjang
administrasi. Data yang di perlukan dalam PWS KIA adalah Data Sasaran
dan Data Pelayanan. Proses pengumpulan data sasaran sebagai berikut :

9
a. Jenis data
Data yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan PWS KIA
adalah Data sasaran :
 Jumlah seluruh ibu hamil
 Jumlah seluruh ibu bersalin
 Jumlah ibu nifas
 Jumlah seluruh bayi
 Jumlah seluruh anak balita
 Jumlah seluruh PUS
b. Data pelayanan :
 Jumlah K1
 Jumlah K4
 Jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan ( Faskes
dan Non Faskes)
 Jumlah ibu nifas yang dilayani 3 kali (KF 3) oleh tenaga kesehatan
 Jumlah neonatus yang mendapatkan pelayanan kesehatan pada
umur 6 – 48 jam
 Jumlah neonatus yang mendapatkan pelayanan kesehatan lengkap
pada umur 0-28 hari (KN 1, KN 2, KN 3)
 Juml ah ibu hamil, bersali n dan nifas dengan factor risiko/
komplikasi yang
dideteksi ol eh masyarakat
 Jumlah kasus komplikasi obstetri yang ditangani
 Jumlah neonatus dengan komplikasi yang ditangani
 Jumlah bayi yang mendapatkan pelayanan kesehatan pada umur
29 hari – 11 bulan sedikitnya 4 kali
 Jumlah anak balita (12 – 59 bulan) yang mendapatkan pelayanan
kesehatan sedikitnya 8 kali
 Jumlah anak balita sakit yang mendapatkan pelayanan kesehatan
sesuai standar
 Jumlah peserta KB aktif

10
c. Sumber data
Data sasaran berasal dari perkiraan jumlah sasaran (proyeksi) yang
dihitung berdasarkan rumus. Berdasarkan data tersebut, Bidan di Desa
bersama dukun bersalin/bayi dan kader melakukan pendataan dan
pencatatan sasaran di wilayah kerjanya.
Data pelayanan pada umumnya berasal dari :
 Register kohort ibu
 Register kohort bayi
 Register kohort anak balita
 Register kohort KB

2. Pengolahan Data
Pengolahan Data Setiap bulan Bidan di desa mengolah data yang
tercantum dalam buku kohort dan dijadikan sebagai bahan laporan
bulanan KIA. Bidan Koordinator di Puskesmas menerima laporan
bulanan tersebut dari semua Bidan dan mengolahnya menjadi laporan dan
informasi kemajuan pelayanan KIA bulanan yang disebut PWS KIA.
Informasi per desa/kelurahan dan per kecamatan tersebut disajikan dalam
bentuk grafik PWS KIA yang harus dibuat oleh tiap Bidan Koordinator.
Langkah pengolahan data adalah : Pembersihan data, Validasi dan
Pengelompokan.
1. Pembersihan data : melihat kelengkapan dan kebenaran pengisian
formulir yang tersedia.
2. Validasi : melihat kebenaran dan ketepatan data.
3. Pengelompokan : sesuai dengan kebutuhan data yang harus
dilaporkan.
Contoh :
a. Pembersihan data : Melakukan koreksi terhadap laporan yang
masuk dari Bidan di desa/kelurahan mengenai duplikasi nama,
duplikasi alamat, catatan ibu langsung yang melakukan persalinan
di faskes oleh tenaga kesehatan atau dirumah atau tanpa

11
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.. Serta pada ibu yang
melakukan pemberian ASI Eksklusif 0-6 bln atau yang gagal dalam
pemberian ASI eksklusif dari seluruh ibu yang melahirkan di
faskes olh tenaga kesehatan , Dirumah dan pertolongan persalinan
di tolong oleh DK.
b. Validasi : Mecocokkan persalinan difasilitas kesehatan oleh tenaga
kesehatan dengan persalinan dirumah maupun oleh pertolongan
persalinan oleh DKhamil, jumlah ibu bersalin lebih besar daripada
ibu hamil.
c. Pengelompokan : Mengelompokkan ibu hamil persalinan difaskes
oleh tenaga kesehatan dan pemberian ASI Eksklusif berdasarkan
desa/kelurahan untuk persiapan intervensi, ibu hamil dan ibu
menyusui dengan pelaksanaan melalui kelas Ibu hamil / menyusui
online. untuk persiapan intervensi.

Hasil pengolahan data dapat disajikan dalam bentuk : Narasi,


Tabulasi, Grafik dan Peta.
1. Narasi : dipergunakan untuk menyusun laporan atau profil suatu
wilayah kerja, misalnya dalam Laporan PWS KIA yang diserahkan
kepada instansi terkait.
2. Tabulasi: dipergunakan untuk menjelaskan narasi dalam bentuk
lampiran.
3. Grafik: dipergunakan untuk presentasi dalam membandingkan
keadaan antar waktu, antar tempat dan pelayanan. Sebagian besar
hasil PWS disajikan dalam bentuk grafik.
4. Peta: dipergunakan untuk menggambarkan kejadian berdasarkan
gambaran geografis.

12
Hasil pengolahan data PWS KIA UPT Puskesmas Rakumpit
bulan Januari – Oktober 2020

PN
NO Cakupa Cakupa Non
BULAN Faske
. n K1 n K4 Faske DK
s
  s
TARGET 80 80 71
1 Januari 8 2 1 4 3
2 Februari 12 8 2 6 0
3 Maret 19 16 4 8 0
4 April 24 20 6 10 0
5 Mei 29 25 7 12 4
6 Juni 35 33 8 18 0
7 Juli 40 37 8 23 0
8 Agustus 47 45 9 27 5
9 September 53 49 10 31 5
10 Oktober 61 56 10 36 5
11 November          
12 Desember          

KF
NO. KN
BULAN
KN1 KN
  KF1 KF2 KF3
Lengkap
TARGET 71 71

1 Januari 5 5 4 5 4
2 Februari 8 8 7 8 7
3 Maret 12 10 9 12 12
4 April 16 15 15 16 16
5 Mei 23 23 20 22 22
6 Juni 28 27 25 28 28

13
7 Juli 31 28 26 31 31
8 Agustus 36 35 34 36 36
9 September 40 38 34 40 40
10 Oktober 42 43 41 42 42
11 November
12 Desember      

Penanganan Deteksi Faktor Cakupan MTBS


Komplikasi Resiko dan Penangana
NO. BULAN Obstetri Komplikasi n
  Oleh Komplikasi
masyarakat Neonatus
TARGET 12 11
0 0 0 2
1 Januari
1 2 1 5
2 Februari
0 3 0 9
3 Maret
1 5 0 12
4 April
1 6 0 16
5 Mei
0 8 1 28
6 Juni
0 10 0 30
7 Juli
4 13 2 39
8 Agustus
0 13 0 46
9 September
0 11 0 57
10 Oktober
11 November
12 Desember
NO BULAN Cakupan Cakupan Cakupa Cakupan
. Pelayanan Pelayanan n ASI
  Kesehata Kesehatan Peserta Eksklusif
n Bayi Balita KB Aktif

14
TARGET 71 300 681 71
2 9 301 1
1 Januari
5 15 398 1
2 Februari
10 28 400 2
3 Maret
15 39 405 5
4 April
15 48 411 6
5 Mei
18 70 430 8
6 Juni
18 86 446 10
7 Juli
20 105 471 15
8 Agustus
23 121 498 16
9 September
31 130 501 17
10 Oktober
11 November
12 Desember

Puskesmas
Bagi Puskesmas yang sudah menggunakan komputer untuk
mengolah data KIA maka data dari kartu-kartu pelayanan bidan di
desa/kelurahan, dimasukkan ke dalam komputer sehingga proses
pengolahan data oleh bidan di desa/kelurahan dan bidan koordinator
Puskesmas akan terbantu dan lebih cepat.

3. Analisa Data
Analisis adalah suatu pemeriksaan dan evaluasi dari suatu formasi
yang sesuai dan relevant dalam menyeleksi suatu tindakan yang terbaik
dari berbagai macam alternatif variasi. Analisis yang dapat dilakukan
mulai dari yang sederhana hingga analisis lanjut sesuai dengan tingkatan
penggunaannya. Data yang di analisis adalah data register kohort ibu, bayi
dan anak balita serta cakupan.

Analisis cakupan pelayanan dari data kohort dari Januari – Oktober 2020 :

15
Jumlah Bumil Cakupan Cakupan Tafsiran Pn
sampai bulan K4 K4 persalinan
Oktober 2020

16
Target Target Target 71
80 80
Ibu hamil 56 56 Siapa saja Ibu hamil yang K4 yang tidak
yang sdh yang mau partus di fasilitas kesehatan,
dilayani melahirkan Dirumah dgn nakes dan dengan
sesuai TP ? DK
Jumlah persalinan nakes masih
banyak dilakukan dirumah oleh
tenaga kesehatan sebanyak 36
orang dan di faskes oleh tenaga
kesehatan : 10 Orang dan
dengan DK sebanyak 5 Orang.
Pada prinsipnya, penolong
persalinan harus memperhatikan
hal hal sebagai berikut :
1. Pencegahan infeksi
2.. Metode pertolongan
persalinan yang sesuai standar.
3. Merujuk kasus yang tidak
dapat ditangani ke tingkat
pelayanan yang lebih tinggi.
4. Melaksanakan Inisiasi
Menyusu Dini (IMD).
5. Memberikan Injeksi Vit K 1
dan salep mata pada bayi baru
lahir dan imunisasi HB0

Cakupan ASI Eksklusif yang rendah.


Jumlah Bayi Cakupan Cakupan Cakupan
sampai bulan Pelayanan Nifas Pelayanan ASI Eksklusif
Oktober 2020 oleh tenaga Neonatus

17
kesehatan (KN1)
(KF3)
Target 71 Target 71 Target 71
Bayi yang lahir 43 42 17
yang dilayani Jumlah ibu menyusui ASI
Esklusif sebanyak 17 orang
dari persalinan 51 orang.
Pada prinsipnya, pemberian
ASI Esklusif harus
memperhatikan hal hal
sebagai berikut :
1. Pencegahan terjadinya
stunting
2. Meningkatkan sitem
imun anak
3. Mencegah terjadinya
kanker payudara dan
kanker serviks pada ibu
4. Melaksanakan Inisiasi
Menyusu Dini (IMD).

4. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang ditemukan dalam pencapaian hasil
kinerja puskesmas, program kesehatan ibu dan anak yang telah diuraikan,
maka terdapat masalah dalam” Bagaimana hasil capaian persalinan di
fasilitas kesehatan oleh tenaga kesehatan yang rendah dan kurangnya
pemberian ASI Esklusif di wilayah kerja UPT Puskesmas Rakumpit.?”

5. Prioritas masalah

18
No Indikator Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai
U S G Total Prioritas
1 Rendahnya cakupan 5 5 5 15 I
persalinan oleh tenaga
kesehatan difasilitas
pelayanan kesehatan
2 Rendahnya cakupan 5 5 5 15 II
pemberian ASI Esklusif

B. Perencanaan Kegiatan dan program Inovasi


Bagi kepentingan program, analisis PWS KIA ditujukan untuk
menghasilkan suatu keputusan tindak lanjut teknis dan non-teknis bagi
puskesmas. Keputusan tersebut harus dijabarkan dalam bentuk rencana
operasional jangka pendek untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi
sesuai dengan spesifikasi daerah.
1. Rencana tindak lanjut tingkat bidan di desa setelah menganalisa data yang
didapatkan di wilayah kerjanya, setiap bulan bidan di desa membuat
perencanaan berdasarkan hasil analisanya masing-masing yang akan
didiskusikan pada acara minilokakarya tiap bulan. Rencana tersebut
termasuk juga rencana logistic.

1. Rencana Kegiatan
a. Perencanaan Kegiatan ( Matric Rencana)
RENCANA KEGIATAN KELAS IBU HAMIL ONLINE “AYO MAJA”

Urutan Rumusan Waktu/ Penanggung


Tujuan Sasaran Kegiatan Pelaksana
Prioritas Masalah Tempat Jawab
1 Persalinan di 1. Terbentuknya Ibu hamil Inovasi “Kelas Ibu 1. Mahasiswa 1. Ke
fasyankes Dukungan aterm, Hamil ‘ AYO Mgu II Bln 2. Bidan pala desa
oleh Tenaga Kesepakatan Masyarakat MAJA” Nov 2020 3. Kader 2. Ke
Kesehatan Persalinan di , Kader 1. Melakukan ` Kesehatan tua RT
sangat fasilitas Kesehatan, koordinasi 3. Bi
rendah dan kesehatan oleh Ketua RT, pihak dan
masih tinggi tenaga kesehatan Kelurahan puskesmas,

19
persalinan dari pihak Tenaga Kelurahan,
dilakukan di Masyarakat, Kesehatan. toma, dll untuk
rumah ibu Kelurahan, pemberian
bersalin.dan Ketua RT dalam dukungan
masih ada Program Inovasi. kesepakatan
persalinan Program inovasi
ditolong DK
2. Pembinaan Minggu II Petugas
2. Terbentuknya Kader kesehatan Bln Nov Kesehatan/INO Puskesmas
peran serta 2020 VATOR ( Bidan)
masyarakat
melalui UKBM
3. .Perbaikan Laporan Bidan
3. Perbaikan system Bulan Koordinator Bidan
system pencatatan dan Puskesmas KIA & KB Koordinator
pencatatan dan pelaporan PWS- dan KIA & KB
pelaporan PWS KIA(validasi jaringannya
KIA ( Validasi data).
data)

4. Terbentuknya 4. Pelaksanaan Minggu IV Petugas


Kelas Ibu Hamil kelas ibu hamil Bln kesehatan/ Bidan
“ AYO MAJA” dan Penyuluhan November Inovator
tentang 2020
pentingnya
persalinan
disarana
kesehatan

5. Pemberian
5. Memberikan Piagam pada ibu Puskesmas
informasi dan yang telah Rakumpit
edukasi kepada selesai kelas Ibu
ibu hamil Hamil online “
tentang AYO MAJA”
pentingnya
persalinan
disarana
kesehatan.

6. Pemberian
Reword pada
peserta terbaik
dalam kelas Ibu
Hamil Online “
AYO MAJA”

RENCANA KEGIATAN GERAKAN PEDULI PEMBERIAN ASI


Urutan Rumusan Tujuan Sasaran Kegiatan Waktu/ Pelaksana Penanggung
Prioritas Masalah Tempat Jawab

2. Cakupoan 1. Terbentuknya Ibu hamil , Inovasi “Kelas Ibu 1. 4. Kepala


ASI Dukungan Ibu Nifas, Menyusui ‘ GELI Mgu II Bln Mahasiswa desa
Eksklusif Kesepakatan Masyarakat PASI Nov 2020 2. Bidan 5. Ketua

20
rendah Penanganan , Kader 1. Melakukan ` 3. Kader RT
cakupan ASI Kesehatan, koordinasi pihak Kes. 6. Bidan
EKsklusif yang Ketua RT, puskesmas,
rendah dari Kelurahan Kelurahan, toma, dll
Masyarakat, Tenaga untuk pemberian
Kelurahan, Ketua Kesehatan. dukungan
RT dalam Program kesepakatan Program
Inovasi. inovasi

2. Pembinaan Kader
2. Terbentuknya kesehatan Minggu II Bln
peran serta Nov 2020
masyarakat melalui
UKBM 3. .Perbaikan system Puskesmas
pencatatan dan Laporan ( Bidan)
3. Perbaikan system pelaporan PWS- Bulan
pencatatan dan KIA(validasi data). Puskesmas Bidan
pelaporan PWS dan Koordinator KIA
KIA ( Validasi 4.Pelaksanaan kelas jaringannya & KB
data) ibu hamil dan
Penyuluhan tentang
4. Terbentuknya pentingnya persalinan
Kelas Ibu menyusui disarana kesehatan Minggu IV
tentang pentingnya Bln Bidan
pemberian ASI November
Eksklusif” 2020

5. Pengadaan
Piagam

6. Pemberian
Reword kepada Ibu
kelompok “GELI
PASI”

2. Program Inovasi
1. Kelas Ibu hamil Online melalui Whatshapp dalam meningkatkan
dukungan peningkatan persalinan difasilitas kesehatan oleh
2. tenaga kesehatan melalui pertemuan dan materi kelas Ibu Hamil dan
materi persalinan di fasilitas kesehatan.
3. Kelas Ibu menyusui Online meralui Whatsaapp dalam meningkatkan
dukungan peningkatan Cakupan ASI Eksklusi o-6 bulan
dilanjutkansampa 2 tahun.

21
22

Anda mungkin juga menyukai