Anda di halaman 1dari 3

KERANGKA ACUAN

PELATIHAN MANAJEMEN ASFIKSIA


TINGKAT KABUPATEN MOROWALI
TAHUN 2016

I. Latar Belakang
A. Dasar Hukum
- UUD 1945 Pasal 28.B ayat (1) menegaskan bahwa “setiap orang berhak untuk
memperoleh pelayanan kesehatan”. Selanjutnya Pasal 28.B ayat (2) menyatakan
bahwa ”setiap anak berhak atas kelangsungan hdup, tumbuh dan berkembang serta
berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi “.
- Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak ((UUPA).
- Peraturan Pmerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah
daerah ke Propinsi, Pemerintah daerah ke kabupaten/kota.
- Peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) menyatakan bahwa salah satu prioritas pembangunan
adalah menurunkan AKB menjadi 26 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2019.
- Kepmenkes Nomor 457/Menke/SK/V/2008 tentang 17 sasaran Grand Strategy
Depkes.
B. Gambaran Umum Singkat
Di Indonesia Angka Kematian Bayi (AKB) masih tinggi yaitu 34/1.000 Kelahiran
Hidup (SDKI 2007), sekitar 56% kematian terjadi pada periode sangat dini yaitu di masa
neonatal. Target MDG tahun 2015 adalah menurunkan AKB menjadi 23/1.000 Kelahiran
Hidup memerlukan rangkaian upaya dan strategi khususnya peningkatan akses dan
kualitas pelayanan kesehatan pada masa neonatal. Penyebab terbanyak kematian neonatal
tersebut adalah Asfiksia bayi baru lahir, prematuritas/bayi berat lahir rendah, dan infeksi.
Data SDKI 2007 menunjukan 52,7% persalinan terjadi di rumah, dan bidan sebagai
penolong persalinan di lini terdepan akan sering menjumpai kasus asfiksia atau masalah
bayi baru lahir lainnya. Sehingga bidan harus memiliki pengetahuan dan keterampilan
yang memadai tentang resusitaasi bayi baru lahir dan penanganan neonatus sakit, yang
sangat penting dalam upaya penurunan Angka Kematian Bayi.
1. Kegiatan yang dilaksanakan
a. Uraian Kegiatan
Kegiatan meliputi penyajian materi dari Narasumber, Diskusi dan Praktek Model
b. Batasan Kegiatan
Materi yang disampaikan dalam kegiatan ini adalah Kebijakan dari kepala Dinas
kesehatan Morowali, materi dari dokter Spesialis Anak dan materi terkait
pelaksanaan Pelatihan Manajemen Asfiksia

2. Maksud dan Tujuan


a. Maksud Kegiatan
Pelatihan Manajemen Asfiksia ditujukan untuk meningkatkan ketrampilan dan kualitas
tenaga kesehatan sebagai salah satu intervensi Upaya Penurunan Angka Kematian Bayi
dan Balita. Intervensi ini merupakan dari kebijakan Nasional, yaitu menyediakan dan
mendekatkan pelayanan kesehatan berkualitas yang terjangkau oleh masyarakat termasuk
rujukannya, dengan perhatian khusus pada kelompok penduduk rawan agar setiap janin
dalam kandungan tumbuh dan bayi lahir sehat dan selamat serta Setiap bayi dan balita
hidup sehat, tumbuh dan berkembang secara optimal.
b. Tujuan
- Tujuan Pembelajaran Umum (TPU ):
1. Setelah selesai mengikuti Kegiatan Memahami masalah kesehatan neonatal, mampu
menjelaskan peran bidan dalam penanganan asfiksia BBL dan mensepakati tujuan
pelatihan Memahami masalah kesehatan neonatal,
2. mampu menjelaskan peran bidan dalam penanganan asfiksia BBL dan mensepakati
tujuan pelatihan.
3. Peserta mampu menjelaskan Asfiksia BBL dan Gawat Janin.
4. Mampu mendemonstrasikan persiapan resusitasi BBL .
5. Melakukan penilaian dan membuat keputusan kapan bayi baru lahir perlu resusitasi
dan tindakan yang tepat.
6. Mendemonstrasikan langkah-langkah resusitasi BBL
7. Mendemosntrasikan langkah-langkah ventilasi pada resusitasi BBL.
8. Mendemonstrasikan langkah-langkah resusitasi BBL bila air ketuban bercamour
mekonium
9. Mendemonstrasikan asuhan bayi dan keluarganya pasca resusitasi.
10.Menjelaskan asuhan pasca lahir bayi pasca resusitasi pada kunjungan neonatal.
- Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK):
1. Menyebutkan masalah kesehatan neonatal di dunia dan di Indonesia.
2. Membahas dan menyimpulkan peran bidan dalam kesehatan neonatal.
3. Mensepakati tujuan pelatihan Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir,
4. Menjelaskan pengertian Asfiksia BBL dan Gawat Janin dengan benar.
5. Menyebutkan penyebab Asfiksia BBL yang timbul karena keadaan Ibu, Tali Pusat
dan Bayi sebelum dan sesudah persalinan.
6. Menjebutkan tanda-tanda Gawat Janin dan cara pencegahannya.
7. Menjelaskan cara mengenal gawat janin dalam persalinan.
8. Menjelaskan bagaimana penanganan gawat janin pada persalinan.
9. Menjelaskan persiapan ruangan dan tempat resusitasi agar BBL hangat.
10. Menyebutkan jenis alat dan kegunaannya pada resusitasi.
11. Menyiapkan tempat, alat dan bahan resusitasi BBL.
12. Menjelaskan apa yang harus dinilai pada BBL dan bagaimana caranya.
13. Membuat keputusan resusitasi BBL dengan menjawab soal kasus.
14. Menyebutkan tindakan yang tepat terhadap kasus tersebut.
15. Menjelaskan 5 langkah awal resusitasi BBL secara berurutan.
16. Mendemonstrasikan langkah awal resusitasi pada model secara berurutan dengan
benar sesuai dengan daftar tilik.
17. Melakukan langkah awal resusitasi dalam waktu 30 detik.
18. Menjelaskan langkah ventilasi secara berurutan dan alasan mengapa itu
dilakukan.
19. Mendemonstrasikan langkah ventilasi BBL pada model secara berurutan dengan
benar sesuai dengan daftar tilik.
20. Mendemonstrasikan kemampuan meniup dengan tabung tabung/balon dan
sungkup dengan kekuatan dan frekwensi yang sesuai.
21. Menjelaskan pengertian dasar mekonium.
22. Memperagakan langkah ventilasi BBL bila air ketuban bercampur mekonium
pada model secara berurutan dengan benar sesuai daftar tilik.
23. Menjelaskan asuhan pasca resusitasi BBL bila resusitasi berhasil.
24. Menjelaskan pemantauan BBL pasca resusitasi, kriteria rujukan dan nasihat
rujukan.
25. Membuat pencatatan pasca resusitasi BBL.
26. Mendemonstrasikan konseling pasca resusitasi BBL bila resusitasi berhasil
dan tidak berhasil.
27. Menyebutkan tanda-tanda bahaya bayi.
28. Menyebutkan 4 informasi yang perlu disampaikan kepada ibu.
29. Menyebutkan sedikitnya 5 pesan utama pemberian ASI.
30. Menjebutkan cara melindungi bayi dari infeksi.
3. Indikator keluaran dan Keluaran
a. Indikator Keluaran
Meningkatkan Kemampuan Petugas dalam Penanganan Bayi ASFIKSIA
b. Keluaran
Tertanganinya Kasus Kesakitan & Kematian Bayi ASFIKSIA sesuai Standar
4. Peserta Kegiatan
Peserta puskesmas berjumlah 9 orang yang terdiri dari bidan puskesmas dan bidan di desa.
5. Fasilitator dan Panitia
a. Fasilitator/ narasumber terdiri dari :
- Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Morowali
- Dokter spesialis anak
- Fasilitator ASFIKSIA tingkat Propinsi Sulewesi Tengah
b. Panitia : 5 Orang Staf Seksi Kesehatan keluarga

6. Tempat dan Waktu


Kegiatan Pelatihan Manajemen Asfiksia dilaksanakan di Penginapan Anunta Baru Bungku
selama 4 (Empat) hari dari tgl 01 s/d 04 Mei 2016.
7. Biaya
Biaya Kegiatan dibebankan pada DPA –SKPD Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten Morowali
Program Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan dan Anak, Kegiatan Pelatihan Manajemen
Asfiksia Tahun 2016.
8. PENUTUP
Kerangka Acuan ini menjadi Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan Manajemen ASFIKSIA
Tingkat Kabupaten Morowali tahun 2016.

Kepala seksi Kesehatan Keluarga


Dinas Kesehatan Kabupaten Morowali

Suryani. Rone, SKM


Nip.19790508 200312 2 008

Anda mungkin juga menyukai