Disusun Oleh :
Nama : Imamatus Zahroh, S.Tr.Keb
NIM : 19159010011
Kelas :A
Disusun Oleh :
Nama : Imamatus Zahroh, S.Tr.Keb
NIM : 19159010011
Kelas :A
Tanggal Pemberian Asuhan 15 November 2019
Disetujui :
Tanggal : _____________
Di : _____________ (_______________________)
NIDN
Pembimbing Institusi
Tanggal : _____________
Di : _____________ (_______________________)
NIDN
Pembimbing Klinik
Tanggal : _____________
Di : _____________ (_______________________)
NIDN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut WHO, remaja apabila anak telah mencapai umur 10-18 tahun.
Menurut Undang-undang No. 4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja
adalah individu yang belum mencapai 21 tahun dan belum menikah. Pada buku-buku
Pediatri, pada umumnya mendefi nisikan remaja remaja adalah bila seorang anak telah
mencapai umur 10-18 tahun untuk anak perempuan dan 12-20 tahun untuk anak laki-
laki. Menurut Diknas, anak dianggap remaja bila anak sudah berumur 18 tahun yang
sesuai dengan saat lulus sekolah menengah (Soetjiningsih, 2004).
Masa remaja merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan, baik secara
fisik, mental, dan aktivitas sehingga, kebutuhan makanan yang mengandung zat-zat
gizi menjadi cukup besar (Agus, 2009). Peningkatan kebutuhan zat gizi pada masa
remaja berkaitan dengan percepatan pertumbuhan, dimana zat gizi yang masuk ke
dalam tubuh digunakan untuk peningkatan berat badan dan tinggi badan yang disertai
dengan meningkatnya jumlah dan ukuran jaringan sel tubuh (Soetjiningsih, 2007).
Remaja putri banyak mengalami kekurangan zat-zat gizi dalam konsumsi
makanan sehari-harinya. Remaja putri umumnya mengalami kekurangan zat besi,
kalsium, dan vitamin A. Di samping itu, juga kekurangan vitamin B6, seng, asam folat,
iodium, vitamin D, dan magnesium (Agus, 2009). Salah satu dari empat masalah gizi
yang sedang dihadapi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, adalah masalah
anemia zat gizi besi. Di Indonesia prevalensi anemia pada remaja putri tahun 2005,
mencapai 26,50% (Depkes, 2010). Damayanti (2012) menyatakan bahwa prevalensi
anemia remaja putri di SMK Muhammadiyah 4 Surakarta sebesar 54,5%.
Remaja putri termasuk golongan rawan menderita anemia karena remaja putri
dalam masa pertumbuhan dan setiap bulan mengalami menstruasi yang menyebabkan
Gejala dari anemia adalah cepat lelah, pusing kepala, letih, lemas, sesak napas,
baik sehingga akan menurunkan prestasi belajar (Depkes, 2010). Salah satu penyebab
kegagalan studi di sekolah adalah anemia. Keadaan tersebut timbul karena remaja
(Astawan, 2008)
B. Perkembangan sosial
1. Pengalaman bersama pribadi-pribadi yang berbeda dengan dirinya, baik dalam
kelas, sosial, subkultur, maupun usia.
2. Pengalaman dimana tindakannya dapat berpengaruh pada orang lain.
3. Kegiatan saling tergantung yang diarahkan pada tujuan-tujuan bersama
(interaksi kelompok).
20
diidentifikasi atau diantisipasi. Rencana harus mencakup setiap hal yang
berkaitan dengan semua aspek kesehatan dan disetujui oleh kedua belah
pihak (bidan dan klien).
Rencana yang diberikan pada anemia adalah :
a. Konseling psikologis, sosial, budaya dan spiritual
b. Medikamentosa meliputi pemberian tablet Fe
6) Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman
Langkah ini merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan secara
efisien dan aman. Langkah ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau
anggota tim kesehatan lainnya. Selama melakukan tindakan intervensi, bidan
menganalisa dan memonitor keadaan kesehatan pasiennya.
Pelaksanaan pada anemia adalah:
21
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil
laboratorium dan uji diagnostic lain yang dirumuskan dalam data fokus
untuk mendukung asuhan sebagai langkah kedua.
3) Analisa
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi data
subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi:
a) Diagnosis atau masalah
b) Antisipasi diagnosis / masalah potensial
c) Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi / kolaborasi
dan / atau rujukan sebagai langkah II, III,dan IV
4) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang
sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan
secara komprehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow
up dari rujukan.
22
2.4 Konsep Dasar Teori Anemia
a. Pengertian
Kurang darah atau anemia adalah kondisi ketika tubuh kekurangan sel
darah merah yang sehat atau ketika sel darah merah tidak berfungsi dengan baik.
Akibatnya, organ tubuh tidak mendapat cukup oksigen, sehingga membuat
penderita anemia pucat dan mudah lelah.
Anemia dapat terjadi sementara atau dalam jangka panjang, dengan
tingkat keparahan yang bisa ringan sampai berat. Anemia terjadi ketika kadar
hemoglobin (bagian utama dari sel darah merah yang mengikat oksigen)
berada di bawah normal.
Orang dewasa dikatakan menderita anemia bila kadar hemoglobinnya
di bawah 14 gram per desiliter untuk laki-laki, dan di bawah 12 gram per
desiliter untuk wanita. Untuk mengatasi anemia tergantung kepada penyebab
yang mendasarinya, mulai dari konsumsi suplemen zat besi, transfusi darah,
sampai operasi.
b. Penyebab Anemia
Anemia terjadi ketika tubuh kekurangan sel darah merah sehat atau
hemoglobin. Akibatnya, sel-sel dalam tubuh tidak mendapat cukup oksigen
dan tidak berfungsi secara normal.
Secara garis besar, anemia terjadi akibat tiga kondisi berikut ini:
23
kurang, dapat terjadi anemia yang bisa membahayakan ibu hamil maupun
janin.
3. Anemia akibat perdarahan
Anemia dapat disebabkan oleh perdarahan berat yang terjadi secara
perlahan dalam waktu lama atau terjadi seketika. Penyebabnya bisa cedera,
gangguan menstruasi, wasir, peradangan pada lambung, kanker usus, atau
efek samping obat, seperti obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS).
4. Anemia aplastik
Anemia aplastik terjadi ketika kerusakan pada sumsum tulang
membuat tubuh tidak mampu lagi menghasilkan sel darah merah dengan
optimal. Kondisi ini diduga dipicu oleh infeksi, penyakit autoimun, paparan
zat kimia beracun, serta efek samping obat antibiotik dan obat untuk
mengatasi rheumatoid arthritis.
5. Anemia hemolitik
Anemia hemolitik terjadi ketika penghancuran sel darah merah
lebih cepat daripada pembentukannya. Kondisi ini dapat diturunkan dari
orang tua, atau didapat setelah lahir akibat kanker darah, infeksi bakteri
atau virus, penyakit autoimun, serta efek samping obat-obatan, seperti
paracetamol, penisilin, dan obat antimalaria.
6. Anemia akibat penyakit kronis
Beberapa penyakit dapat memengaruhi proses pembentukan sel
darah merah, terutama bila berlangsung dalam jangka panjang. Beberapa di
antaranya adalah penyakit Crohn, penyakit ginjal, kanker, rheumatoid
arthritis, dan HIV/AIDS.
7. Anemia sel sabit (sickle cell anemia)
Anemia sel sabit disebabkan oleh mutasi (perubahan) genetik pada
hemoglobin. Akibatnya, hemoglobin menjadi lengket dan berbentuk tidak
normal, yaitu seperti bulan sabit. Seseorang bisa terserang anemia sel sabit
apabila memiliki kedua orang tua yang sama-sama mengalami mutasi
genetik tersebut.
8. Thalasemia
Thalasemia disebabkan oleh mutasi gen yang memengaruhi
produksi hemoglobin. Seseorang dapat menderita thalasemia jika satu atau
kedua orang tuanya memiliki kondisi yang sama.
24
d. Gejala Anemia
e. Diagnosis Anemia
Melalui tes darah, dokter juga akan mengukur kadar zat besi, vitamin
B12, dan asam folat dalam darah, serta memeriksa fungsi ginjal. Pemeriksaan
tersebut dilakukan untuk mengetahui penyebab dari anemia.
25
USG panggul, guna mengetahui penyebab gangguan menstruasi yang
menimbulkan anemia.
Pemeriksaan aspirasi sumsum tulang, guna mengetahui kadar, bentuk, serta
tingkat kematangan sel darah dari ‘pabriknya’ langsung.
Pemeriksaan sampel cairan ketuban saat kehamilan guna mengetahui
kemungkinan janin menderita kelainan genetik yang menyebabkan anemia.
f. Pengobatan Anemia
26
6. Anemia akibat penyakit kronis
Kondisi ini diatasi dengan mengobati penyakit yang mendasarinya.
Pada kondisi tertentu, diperlukan transfusi darah dan suntik hormon
eritropoietin untuk meningkatkan produksi sel darah merah.
7. Anemia sel sabit
Kondisi ini ditangani dengan suplemen zat besi dan asam folat,
cangkok sumsum tulang, dan pemberian kemoterapi, seperti hydroxyurea.
Dalam kondisi tertentu, dokter akan memberikan obat pereda nyeri dan
antibiotik.
8. Thalassemia
Dalam menangani thalassemia, dokter dapat melakukan transfusi
darah, pemberian suplemen asam folat, pengangkatan limpa, dan cangkok
sumsum tulang.
g. Komplikasi Anemia
Jika dibiarkan tanpa penanganan, anemia berisiko menyebabkan
beberapa komplikasi serius, seperti:
Kesulitan melakukan aktivitas akibat kelelahan.
Masalah pada jantung, seperti gangguan irama jantung (aritmia) dan gagal
jantung.
Gangguan pada paru-paru, misalnya hipertensi pulmonal.
Komplikasi kehamilan, antara lain melahirkan prematur atau bayi terlahir
dengan berat badan rendah.
Gangguan proses tumbuh kembang jika anemia terjadi pada anak-anak atau
bayi.
Rentan terkena infeksi.
h. Pencegahan Anemia
Beberapa jenis anemia, seperti anemia pada masa kehamilan dan
anemia akibat kekurangan zat besi, dapat dicegah dengan pola makan kaya
nutrisi, terutama:
Makanan kaya zat besi dan asam folat, seperti daging, sereal, kacang-
kacangan, sayuran berdaun hijau gelap, roti, dan buah-buahan
Makanan kaya vitamin B12, seperti susu dan produk turunannya, serta
makanan berbahan dasar kacang kedelai, seperti tempe dan tahu.
Buah-buahan kaya vitamin C, misalnya jeruk, melon, tomat, dan stroberi.
27
BAB III
TINJAUAN KASUS
28
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kurang darah atau anemia adalah kondisi ketika tubuh kekurangan sel
darah merah yang sehat atau ketika sel darah merah tidak berfungsi dengan baik.
Akibatnya, organ tubuh tidak mendapat cukup oksigen, sehingga membuat
penderita anemia pucat dan mudah lelah.
Anemia dapat terjadi sementara atau dalam jangka panjang, dengan
tingkat keparahan yang bisa ringan sampai berat. Anemia terjadi ketika kadar
hemoglobin (bagian utama dari sel darah merah yang mengikat oksigen)
berada di bawah normal.
Orang dewasa dikatakan menderita anemia bila kadar hemoglobinnya
di bawah 14 gram per desiliter untuk laki-laki, dan di bawah 12 gram per
desiliter untuk wanita. Untuk mengatasi anemia tergantung kepada penyebab
yang mendasarinya, mulai dari konsumsi suplemen zat besi, transfusi darah,
sampai operasi.
Masa remaja ialah periode waktu individual beralih dari fase anak ke
fase dewasa.Tugas-tugas perkembangan remaja terdiri dari : Menerima
keadaan dan penampilan diri, serta menggunakan tubuhnya secara efektif,
Belajar berperan sesuai dengan jenis kelamin (sebagai laki-laki atau
perempuan), Mencapai relasi yang baru dan lebih matang dengan teman sebaya,
baik sejenis maupun lawan jenis, Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial
yang bertanggung jawab, Mencapai kemandirian secara emosional terhadap
orang tua dan orang dewasa lainnya, Mempersiapkan karir dan kemandirian
secara ekonomi, Menyiapkan diri (fisik dan psikis) dalam menghadapi
perkawinan dan kehidupan keluarga, Mengembangkan kemampuan dan
keterampilan intelektual untuk hidup bermasyarakat dan untuk masa depan
(dalam bidang pendidikan atau pekerjaan),Mencapai nilai-nilai kedewasaan.
3.2 Saran
Saran yang ingin kami sampaikan kepada para pembaca bahwa hal yang
paling penting bagi remaja yaitu memelihara kesehatan remaja mengingat
pentingnya kesehatan. mahasiswa diharapkan dapat melaksanakan program
yang mengajarkan perilaku sehat kepada para remaja.
29
DAFTAR PUSTAKA
Kusmiran, Eni.2011. Kesehatan Reproduksi Remaja Wanita. Jakarta : Salemba
Medika
Suseno,Tutu A.dkk.2011. Kamus Kebidanan.Yogyakarta : Citra Pustaka
Holmes,Debbie.2012.Buku Ajar Ilmu Kebidanan.Jakarta : EGC
Aizid, Rizem.2012. Mengatasi Infertilitas (Kemandulan) Sejak Dini. Yogyakarta :
2012
Wulandari, Diah.2009. Komunikasi dan Konseling dalam Praktik Kebidanan.
Yogyakarta : Nuha Medika
Priyanto, Agus.2009. Komunikasi dan Konseling Aplikasi dalam Sarana Pelayanan
Kesehatan Untuk Perawat dan Bidan. Jakarta : Salemba Medika
Widyastuti, Yani.2010. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Fitramaya
Lubis, Namora Lumongga.2013. Psikologi Reproduksi Wanita & Perkembangan
Reproduksinya ditinjau dari Aspek Fisik dan Psikologi.Jakarta : Kencana
Prenada Media Group
Saifuddin,Abdul Bari.2009.Bunga Rampai Obstetri dan Ginekologi Sosial.Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Tresnawati, Frisca. 2013. Asuhan Kebidanan Panduan Lengkap Menjadi Bidan
Profesional.Jakarta : Prestasi Pelajar Publisher
30