Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA

DI PUSKESMAS BANYUANYAR KABUPATEN SAMPANG

Disusun guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan


Stase Asuhan Kebidanan Remaja dan Pranikah

Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Disusun Oleh :
Nama : Imamatus Zahroh, S.Tr.Keb
NIM : 19159010011
Kelas :A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


STIKes NGUDIA HUSADA MADURA
TAHUN 2019
HALAMAN PERSETUJUAN
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA


DI PUSKESMAS BANYUANYAR SAMPANG

Disusun Oleh :
Nama : Imamatus Zahroh, S.Tr.Keb
NIM : 19159010011
Kelas :A
Tanggal Pemberian Asuhan 15 November 2019

Disetujui :

Kepala Ruangan ARU

Tanggal : _____________

Di : _____________ (_______________________)

NIDN

Pembimbing Institusi

Tanggal : _____________

Di : _____________ (_______________________)

NIDN

Pembimbing Klinik

Tanggal : _____________

Di : _____________ (_______________________)

NIDN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut WHO, remaja apabila anak telah mencapai umur 10-18 tahun.
Menurut Undang-undang No. 4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja
adalah individu yang belum mencapai 21 tahun dan belum menikah. Pada buku-buku
Pediatri, pada umumnya mendefi nisikan remaja remaja adalah bila seorang anak telah
mencapai umur 10-18 tahun untuk anak perempuan dan 12-20 tahun untuk anak laki-
laki. Menurut Diknas, anak dianggap remaja bila anak sudah berumur 18 tahun yang
sesuai dengan saat lulus sekolah menengah (Soetjiningsih, 2004).
Masa remaja merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan, baik secara
fisik, mental, dan aktivitas sehingga, kebutuhan makanan yang mengandung zat-zat
gizi menjadi cukup besar (Agus, 2009). Peningkatan kebutuhan zat gizi pada masa
remaja berkaitan dengan percepatan pertumbuhan, dimana zat gizi yang masuk ke
dalam tubuh digunakan untuk peningkatan berat badan dan tinggi badan yang disertai
dengan meningkatnya jumlah dan ukuran jaringan sel tubuh (Soetjiningsih, 2007).
Remaja putri banyak mengalami kekurangan zat-zat gizi dalam konsumsi
makanan sehari-harinya. Remaja putri umumnya mengalami kekurangan zat besi,
kalsium, dan vitamin A. Di samping itu, juga kekurangan vitamin B6, seng, asam folat,
iodium, vitamin D, dan magnesium (Agus, 2009). Salah satu dari empat masalah gizi
yang sedang dihadapi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, adalah masalah
anemia zat gizi besi. Di Indonesia prevalensi anemia pada remaja putri tahun 2005,
mencapai 26,50% (Depkes, 2010). Damayanti (2012) menyatakan bahwa prevalensi
anemia remaja putri di SMK Muhammadiyah 4 Surakarta sebesar 54,5%.
Remaja putri termasuk golongan rawan menderita anemia karena remaja putri

dalam masa pertumbuhan dan setiap bulan mengalami menstruasi yang menyebabkan

kehilangan zat besi (Arisman, 2009).

Gejala dari anemia adalah cepat lelah, pusing kepala, letih, lemas, sesak napas,

mudah kesemutan, dan merasa mual (Astawan, 2008). Berkurangnya jumlah

hemoglobin dalam darah pada remaja dapat berdampak pada menurunnya

produktivitas kerja ataupun menurunkan kemampuan untuk berkonsentrasi dengan

baik sehingga akan menurunkan prestasi belajar (Depkes, 2010). Salah satu penyebab

kegagalan studi di sekolah adalah anemia. Keadaan tersebut timbul karena remaja

umumnya kurang memperhatikan mutu makanan. Kebanyakan remaja memilih


makanan atas dasar pertimbangan selera, bukan atas dasar pertimbangan gizi

(Astawan, 2008)

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah di antaranya :
1. Bagaimanakah konsep remaja ?
2. Bagaimanakah pertumbuhan dan perkembangan remaja ?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui konsep remaja
2. Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan remaja
1.4 Manfaat Penulisan
1. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penulisan makalah ini dapat dijadikan acuan untuk pengembangan
keilmuan dimasa yang akan datang terutama pada pelayanan kebidanan .
2. Bagi Penulis
Penulisan makalah yang dilakukan diharapkan dapat menambah pengetahuan
dan pemahaman mengenai kesehatan remaja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Remaja
2.1.1 Pengertian Remaja
Secara etimologi, remaja berarti “tumbuh menjadi dewasa”. Definisi remaja
(adolescence) menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) adalah periode usia antara
10 sampai 19 tahun, sedangkan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menyebut kaum
muda (youth) untuk usia antara 15 sampai 24 tahun. Sementara itu, menurut The
Health Resources and Services Administrations Guidelines Amerika Serikat, rentang
usia remaja adalah 11-21 tahun dan terbagi menjadi tiga tahap, yaitu remaja awal (11-
14 tahun); remaja menengah (15-17 tahun); dan remaja akhir (18-21 tahun). Definisi
ini kemudian disatukan dalam terminologi kaum muda (young people) yang
mencakup usia 10-24 tahun.
Definisi remaja sendiri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu:
1. Secara kronologis, remaja adalah individu yang berusia antara 11-12 tahun sampai
20-21 tahun.
2. Secara fisik, remaja ditandai oleh ciri perubahan pada penampilan fisik dan fungsi
fisiologis, terutama yang terkait dengan kelenjar seksual;
3. Secara psikologis, remaja merupakan masa dimana individu mengalami
perubahan-perubahan dalam aspek kognitif, emosi, sosial, dan moral, diantara
masa anak-anak menuju masa dewasa.
2.1.2 Ciri-Ciri Kejiawaan dan Psikososial Remaja
A. Usia remaja muda (12-15 tahun)
1. Sikap protes terhadap orang tua
Remaja pada usia ini cenderung tidak menyetujui nilai-nilai hidup
orang tuanya, sehingga sering menunjukkan sikap protes terhadap orang tua.
Mereka berusaha mencari identitas diri dan seringkali disertai dengan
menjauhkan diri dari orang tuanya. Dalam upaya pencarian identitas diri,
remaja cenderung melihat kepada tokoh-tokoh diluar lingkungan keluarganya,
yaitu: guru, figur ideal yang terdapat di film, atau tokoh idola.
2. Preokupasi dengan badan sendiri
Tubuh seorang remaja pada usia ini mengalami perubahan yang
cepat sekali. Perubahan-perubahan ini menjadi perhatian khusus bagi diri
remaja.
3. Kesetiakawanan dengan kelompok seusia
Para remaja pada kelompok umur ini merasakan keterkaitan dan
kebersamaan dengan kelompok seusia dalam upaya mencari kelompok
senasib. Hal ini tercermin dalam cara berperilaku sosial.
4. Kemampuan untuk berpikir secara abstrak
Daya kemampuan berpikir seorang remaja mulai berkembang dan
dimanifestasikan dalam bentuk diskusi untuk mempertajam kepercayaan diri.
5. Perilaku yang labil dan berubah-ubah
Remaja sering memperlihatkan perilaku yang berubah-ubah. Pada
suatu waktu tampak bertanggung jawab, tetapi dalam waktu lain tampak masa
bodoh dan tidak bertanggung jawab. Remaja merasa cemas akan perubahan
dalam dirinya. Perilaku demikian menunjukkan bahwa dalam diri remaja
terdapat konflik yang memerlukan pengertian dan penanganan yang bijaksana.
B. Usia remaja penuh (16-19 tahun)
1. Kebebasan dari orang tua
Dorongan untuk menjauhkan diri dari orang tua menjadi realitas.
Remaja mulai merasakan kebebasan, tetapi juga merasa kurang menyenangkan.
Pada diri remaja timbul kebutuhan untuk terkait dengan orang lain melalui
ikatan cinta yang stabil.
2. Ikatan terhadap pekerjaan atau tugas
Sering kali remaja menunjukkan minat pada suatu tugas tertentu yang
ditekuni secara mendalam. Terjadi pengembangan akan cita-cita masa depan
yaitu mulai memikirkan melanjutkan sekolah atau langsung bekerja untuk
mencari nafkah.
3. Pengembangan nilai moral dan etis yang mantap
Remaja mulai menyususn nilai-nilai moral dan etis sesuai dengan cita-
cita.
4. Pengembangan hubungan pribadi yang labil
Adanya tokoh panutan atau hubungan cinta yang stabil menyebabkan
terbentuknya kestabilan diri remaja.
2.1.3 Masa Transisi Remaja
Pada usia remaja, terdapat masa transisi yang akan dialami. Masa transisi
tersebut menurut gunarsa (1978) dalam disertai PKBI (2000) adalah sebagai berikut.
1. Transisi fisik berkaitan dengan perubahan bentuk tubuh
Bentuk tubuh remaja sudah berbeda dengan anak-anak, tetapi belum
sepenuhnya menampilkan bentuk tubuh orang dewasa. Hal ini menyebabkan
kebingungan peran, didukung pula dengan sikap masyarakat yang kurang
konsisten.
2. Transisi dalam kehidupan emosi
Perubahan hormonal dalam tubuh remaja berhubungan erat dengan
peningkatan kehidupan emosi. Remaja sering memperlihatkan ketidakstabilan
emosi. Remaja tampak sering gelisah, cepat tersinggung, melamun, dan sedih,
tetapi dilain sisi akan gembira, tertawa, ataupun marah-marah.
3. Transisi dalam kehidupan sosial
Lingkungan sosial anak semakin bergeser ke luar dari keluarga, dimana
lingkungan teman sebaya mulai memegang peranan penting. Pergeseran ikatan
pada teman sebaya merupakan uapaya remaja untuk mandiri (melepaskan ikatan
dengan keluarga).
4. Transisi dalam nilai-nilai moral
Remaja mulai meninggalkan nilai-nilai yang dianutnya dan menuju nilai-
nilai yang dianut orang dewasa. Saat ini remaja mulai meragukan nilai-nilai yang
diterima pada waktu anak-anak dan mulai mencari nilai sendiri.
5. Transisi dalam pemahaman
Remaja mengalami perkembangan kognitif yang pesat sehingga mulai
mengembangkan kemampuan berpikir abstrak.
2.1.4 Tugas-Tugas Perkembangan Remaja
Menurut Havighurst (1998), ada tugas-tugas yang harus diselesaikan dengan
baik pada setiap periode perkembangan. Tugas perkembangan adalah hal-hal yang
harus dipenuhi atau dilakukan oleh remaja dan dipengaruhi oleh harapan sosial.
Adapun tugas perkembangan pada remaja adalah sebagai berikut.
1. Menerima keadaan dan penampilan diri, serta menggunakan tubuhnya secara
efektif.
2. Belajar berperan sesuai dengan jenis kelamin (sebagai laki-laki atau perempuan).
3. Mencapai relasi yang baru dan lebih matang dengan teman sebaya, baik sejenis
maupun lawan jenis.
4. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab.
5. Mencapai kemandirian secara emosional terhadap orang tua dan orang dewasa
lainnya.
6. Mempersiapkan karir dan kemandirian secara ekonomi.
7. Menyiapkan diri (fisik dan psikis) dalam menghadapi perkawinan dan kehidupan
keluarga.
8. Mengembangkan kemampuan dan keterampilan intelektual untuk hidup
bermasyarakat dan untuk masa depan (dalam bidang pendidikan atau pekerjaan).
9. Mencapai nilai-nilai kedewasaan.
2.1.5 Tujuan Perkembangan Remaja
A. Perkembangan pribadi
1. Keterampilan kognitif dan nonkognitif yang dibutuhkan agar dapat mandiri
secara ekonomi maupun mandiri dalam bidang pekerjaan tertentu.
2. Kecakapan dalam mengelola dan mengatasi masalah-masalah pribadi secara
efektif.
3. Kecakapan-kecakapan sebagai orang pengguna kekayaan kultural dan
perbadaan bangsa.
4. Kecakapan untuk dapat terikat dalam suatu keterlibatan yang intensif pada suatu
kegiatan.

B. Perkembangan sosial
1. Pengalaman bersama pribadi-pribadi yang berbeda dengan dirinya, baik dalam
kelas, sosial, subkultur, maupun usia.
2. Pengalaman dimana tindakannya dapat berpengaruh pada orang lain.
3. Kegiatan saling tergantung yang diarahkan pada tujuan-tujuan bersama
(interaksi kelompok).

2.1.6 Konsep Kedewasaan


Karakteristik remaja (adolescence) adalah tumbuh menjadi dewasa. Secara
fisik, remaja ditandai dengan ciri perubahan pada penampilan fisik dan fungsi
fisiologis, terutama yang terkait dengan kelenjar seksual. Sementara itu, secara
psikologis remaja merupakan masa dimana individu mengalami perubahan-perubahan
dalam aspek kognitif, emosi, sosial, dan moral antara masa anak-anak menuju
dewasa.
Terdapat bukti bahwa konsep diri remaja berbeda di berbagai konteks dan
remaja memandang diri berbeda jika berada teman sebaya dibandingkan saat dengan
orang tua dan guru.
Salah satu tugas perkembangan masa remaja adalah mencapai nilai-nilai
kedewasaan. Adapun ciri-ciri kedewasaan antara lain :
1. Emosi relatif lebih stabil (mampu mengendalikan emosi);
2. Mandiri (baik secara ekonomi, sosial, dan emosi);
3. Mampu melakukan upaya menyerahkan sumber daya dalam diri dan lingkungan
untuk memecahkan masalah.
4. Adanya interdependensi (saling ketergantungan) dalam hubungan sosial.
5. Memiliki tanggung jawab.
6. Memiliki control diri yang adekuat (mampu menunda kepuasan, melawan godaan,
serta mengembangkan prestasi sendiri).
7. Memiliki tujuan hidup yang realistis.
8. Memiliki dan menghayati nilai-nilai keagamaan yang dianut.
9. Peka terhadap kepentingan orang lain.
10. Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan (bersikap luwes), bertindak secara
tepat sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.
2.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja
2.2.1 Pengertian
A. Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah perubahan yang menyangkut segi kuantitatif yang
ditandai dengan peningkatan dalam ukuraan fisik dan dapat diukur.
B. Perkembangan
Perkembangan adalah perubahan yang menyangkut aspek kualitatif dan
kuantitatif. Rangkaian perubahan dapat bersifat progresif, teratur,
berkesinambungan, serta akumulatif.
2.2.2 Aspek Pertumbuhan
Fungsi fisiologis dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan gizi. Faktor
lingkungan dapat memberi pengaruh yang kuat untuk lebih mempercepat perubahan.
Perubahan dipengaruhi oleh dua organ penting, yaitu: hipotalamus, dan hipofisis.
ketika kedua organ ini bekerja, ada tiga kelenjar yang dirangsang, yaitu: kelenjar
gondok, kelenjar anak ginjal, dan kelenjar organ reproduksi.
Ketiga kelenjar tersebut akan saling bekerja sama dan berinteraksi dengan
factor genetik maupun lingkungan.
Tabel Perubahan- perubahan yang Dipengaruhi oleh Hormon
Jenis
Perempuan Laki - laki
Perubahan
Hormon Estrogen dan progesteron Testosteron
Tanda Menstruasi Mimpi basah
Perubahan  Pertambahan tinggi badan.  Tumbuh rambut di sekitar
Fisik  Tumbuh rambut di sekitar alat kemaluan, kaki, tangan,
kelamin dan ketiak. dada, ketiak dan wajah.
 Kulit menjadi lebih halus. Tampak pada anak laki –
 Suara menjadi lebih halus dan laki mulai berkumis,
tinggi. berjambang, dan berbulu

 Payudara mulai membesar. ketiak.


 Pinggul semakin membesar.  Suara bariton atau
 Pahamembulat. bertambah besar.
 Mengalami menstruasi.  Badan lebih berotot
terutama bahu dan dada.
 Pertambahan berat badan
dan tinggi badan.
 Buah zakar menjadi lebih
besar dan bila terangsang
dapat mengeluarkan
sperma.
 Mengalaami mimpi
basah.

2.2.3 Aspek Perkembangan Remaja


Terdapat dua konsep perkembangan remaja, yaitu Nature dan Nurture .
Konsep Nature mengungkapkan bahwa masa remaja adalah masa badai dan tekanan.
Periode perkembangan ini individu banyak mengalami gejolak dan tekanan karena
perubahan yang terjadi dalam dirinya. Konsep Nurture menyatakan tidak semua
remaja mengalami masa badai dan tekanan tersebut. Hal tersebut tergantung pada
pola asuh dan lingkungan dimana remaja itu tinggal.
A. Perkembangan Sosial
Terjadinya tumpang tindih pola tingkah laku anak dan pola perilaku
dewasa merupakan kondisi tersulit yang dihadapi remaja. Remaja diharuskan
dapat menyasuaikan diri dengan peran orang dewasa dan melepaskan diri dari
peran anak- anak. Remaja dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan orang
dewasa di luar lingkungan keluarga dan sekolah.
B. Kuatnya Teman Sebaya
Berdasarkan ciri- ciri yang dimiliki seperti menjadi egosentris,
kebingungan peran dan lain- lain, maka seorang remaja mulai mencari pengakuan
dirinya di luar rumah. Pada usia remaja, seseorang menghabiskan lebih banyak
waktu bersama teman sebayanya dibandingkan bersama dengan orangtuanya,
sehingga wajar saja jika tingkah laku dan norma/aturan- aturan yang dipegang
banyak dipengaruhi oleh kelompok sebayanya.namun, meskipun tampaknya
remaja sangat bergantung pada teman sebayanya, pada remaja sendiri terdapat
sikap ambivalen. Di satu sisi ingin membuktikan kemandiriannya dengan
melepaskan diri dari orangtuanya, tetapi disisi lain mereka masih tergantung pada
orangtuanya.
Remaja akan tetap meminta pertimbangan dari orangtuanya ketika
menghadapi masalah yang berat atau harus menentukan sesuatu yang berkaitan
dengan masa depannya yang berakibat jangka panjang. Hal ini merupakan bentuk
ketergantungan remaja kepada orangtua. Ketergantungan pada teman sebaya lebih
mengarah pada hal-hal yang berkaitan dengan relasi sosial atau penerimaan
lingkungan (misalnya tingkah laku/kebiasaan sehari- hari, kesukaan, aktivitas yang
dipilih, gaya bahasa, dan lainnya).
Diterima oleh teman sebaya merupakan sesuatu yang sangat berarti bagi
remaja, sehingga penyesuaian diri dengan kelompok, misalnya penyesuaian
dengan selera, cara berpakaian, cara berbicara dan berperilaku sosial lainnya
adalah penting ( Hurlock, 1973). Namun, perilaku mengikuti kelompok akan
semakin berkurang sesuai dengan bertambahnya kematangan karena remaja
semakin ingin menjadi individu yang mandiri dan unik serta lebih selektif dalam
memilih sahabat.
Keluarga yang memberikan kehangatan serta ikatan emosi dalam kadar
yang tidak berlebihan dan senantiasa memberikan dukungan positif dapat
membantu anak mengembangkan ikatan lain di luar keluarga secara lebih baik. Ia
mampu menentukan kapan ia harus mengikuti kelompoknya dan kapan harus
menolak ajakan dari teman sebayanya sehingga remaja tersebut akan terbebas dari
tekanan teman sebaya untuk melakukan hal- hal negatif.
Perubahan dalam perilaku sosial ditunjukkan dengan:
1. Minat dalam hubungan heteroseksual yang lebih besar;
2. Kegiatan- kegiatan sosial yang melibatkan kedua jenis kelamin;
3. Bertambahnya wawasan sehingga remaja memiliki penilaian yang lebih baik
serta lebih bisa mengerti orang lain. Remaja juga mengembangkan kemampuan
sosial yang mendorongnya lebih percaya diri dan aktif dalam aktivitas sosial;
4. Berkurangnya prasangka dan diskriminasi. Mereka cenderung tidak
mempersoalkan orang yang tidak cocok latar belakang budaya dan pribadinya.
C. Pengelompokan Sosial Baru
Kelompok remaja yang beranggotakan laki-laki biasanya lebih besar dan
tidak terlalu akrab, sedangkan kelompok remaja perempuan membentuk kelompok
yang lebih kecil dan lebih akrab. Remaja laki- laki cenderung lebih banyak berbagi
pengalaman petualangan atau topik- topik tertentu yang menarik (olahraga , music,
film, teknologi,dan lainnya). Umumnya mereka jarang berbagi perasaan atau
emosi dengan teman sebayanya, sedangkan remaja perempuan lebih bisa berbagi
pengalaman dan perasaan.
Dalam pengelompokan sosial, akan muncul nilai- nilai baru yang
diadaptasi oleh remaja.Nilai- nilai tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
1. Nilai baru dalam memilih teman. Pemilihan teman berdasarkan kesamaan minat
dan nilai- nilai yang sama, yang dapat mengerti dan memberi rasa aman, serta
yang dapat berbagi masalah dan membahas hal- hal yang tidak dapat
dibicarakan dengan orang dewasa.
2. Nilai baru dalam penerimaan sosial. Remaja menerima teman- teman yang
disenangi dan menolak yang tidak disenangi yaitu dimulai dengan
menggunakan standar yang sama dengan kelompoknya.
3. Nilai baru dalam memilih pemimpin. Remaja memilih pemimpin yang
berkemampuan tinggi yang akan dikagumi dan dihormati oleh orang lain dan
dapat menguntungkan mereka, bukan pada penilaian fisik melainkan pada
orang yang bersemangat, bergairah, penuh inisiatif, bertanggung jawab, banyak
ide, dan terbuka.
Jenis- jenis pengelompokkan sosial remaja antara lain:
1. Teman dekat atau sahabat karib;
2. Kelompok kecil, terdiri atas kelompok teman- teman dekat, biasanya terdri atas
jenis kelamin yang sama;
3. Kelompok besar, terdiri atas beberapa kelompok kecil dan kelompok teman
dekat, biasanya berhubungan dalam aktivitas khusus;
4. Kelompok yang terorganisasi, dibina oleh orang dewasa, dibentuk oleh sekolah,
organisasi masyarakat, untuk memenuhi kebutuhan sosial para remaja yang
tidak mempunyai kelompok kecil atau kelompok besar;
5. Kelompok geng yang terdiri atas anak- anak yang memiliki minat utama yang
sejenis untuk menghadapi penolakan teman- teman melalui perilaku antisosial.
Pengaruh geng cenderung meningkat selama masa remaja.
D. Perkembangan Emosi
Ciri- ciri perkembangan emosi pada tahap ini antara lain sebagai berikut.
1. Emosi lebih mudah bergejolak dan biasanya diekspresikan secara meledak-
ledak.
2. Kondisi emosional biasanya berlangsung cukup lama sampai pada akhirnya ke
keadaan semula, yaitu keadaan sebelum munculnya suatu keadaan emosi.
3. Jenis- jenis emosi sudah lebih bervariasi (perbedaan antara emosi satu dengan
lainnya makin tipis) bahkan ada saatnya emosi bercampur baur sehingga sulit
dikenali oleh dirinya sendiri. Remaja juga sering bingung dengan emosinya
sendiri karena muncul emosi- emosi yang bertentangan dalam suatu waktu,
misalnya benci dan saying.
4. Mulai munculnya ketertarikan dengan lawan jenis yang melibatkan emosi
(sayang, cinta, cemburu, dan lainnya).
5. Remaja umumnya sangat peka terhadap cara orang lain memandang mereka.
Akibatnya remaja menjadi mudah tersinggung dan merasa malu. Hal ini akan
terkait dengan perkembangan konsep dirinya.
Faktor- faktor yang menyebabkan tingginya emosi antara lain sebagai berikut.
1. Fisik (kelenjar dan nutrisi)
2. Lingkungan dan sosial :
1. Penyesuaian terhadap lingkungan yang baru;
2. Tuntutan sosial untuk berperilaku yang lebih matang;
3. Aspirasi yang tidak realistis ( tidak sesuai dengan kondisi dan situasi yang
nyata);
4. Penyesuaian sosial terhadap teman sejenis dan lawan jenis;
5. Masalah- masalah di sekolah;
6. Masalah-masalah dengan tugas atau bidang pekerjaan;
E. Pengendalian Emosi
Pengendalian emosi bukan merupakan upaya menekan atau menghilangkan
emosi melainkan upaya belajar menghadapi situasi dengan rasional; belajar
mengenali emosi dan menghindari penafsiran yang berlebihan terhadap situasi;
serta belajar memberikan respons terhadap situasi tersebut dengan pikiran maupun
emosi tidak berlebihan yang proporsional sesuai dengan situasinya.
Ada tiga aturan yang harus diterapkan seseorang apabila menghindari
beban emosi.Pertama, seseorang harus menyadari dan mampu menyadari emosi
yang muncul dan sedang dicoba untuk dikendalikan. Kedua, menempatkan aspek
mental dan penilaian kognitif dari respons emosi tersebut untuk menguji
kewajaran respons tersebut terhadap realitanya. Ketiga, seseorang perlu belajar
untuk mengemukakan emosi positif dan negatif secara benar proporsional.
Tabel jenis emosi yang sering dihadapi oleh remaja
Ciri-ciri remaja mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan,
sukses atau berhasil melakukan sesuatu sesuai yang diidamkan
Bahagia
atau terlepas dari tekanan kegelisahan.
Ciri-ciri ada kedamaian, sesuai dengan apa yang diinginkan, ada
Senang
kecocokkan dengan selera.
keadaan emosi yang relative menyenangkan, keteduhan, rasa ingin
dimiliki/memiliki dan ada rasa tak ingin kehilangan, ada rasa
Sayang
kepemilikan dan tanggung jawab.
Keadaan emosi yang relatif menyenangkan,menggetarkan diri
untuk selalu melihat dekat, rasa rindu, rasa ingin
cinta kontak/berhubungan/berkomunikasi. Kadang-kadang sifat bisa
berubah.
Emosi yang disebarkan perkembangan intelektual yang
merangsang kebutuhan untuk mengetahui jawaban dari sesuatu
Ingin tahu yang menggelisahkan. Pada remaja tumbuh rasa ingin tahu yang
besar terhadap perkembanganseksual diri dari lawan jenis.
Keadaan emosi, dimana seseorang mengalami dan menghadapi
hambatan dalam pemenuhan keinginan dan kebutuhannya. Frustasi
Frustasi
menimbulkan rasa rendah diri, bersifat agresif fisik, dan ucapan
kasar.
Keadaan khawatir atau ketakutan yang diliputi rasa marah pada
remaja muncul karena merasa diri tidak berarti, dirinya digantikan
Cemburu
oleh orang lain dan sangat pribadi.
Bentuk emosi yang ditujukan pada orang tertentu berkaitan dengan
status, pemilikan benda, atau kemampuan tertentu dari orang lain
Iri hati
yang memiliki.
Merupakan perasaan galau, perasaan depresi yang tidak
Duka cita berat,tetapi mengganggu individu, keadaan ini terjadi bila
(grief) kehilangan sesuatu yang sangat bernilai bagi dirinya.
F. Kebahagiaan pada Masa Remaja
Ketidakbahagiaan remaja lebih disebabkan masalah pribadi dari pada
lingkungannya. Jika remaja berhasil mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dan
kepercayaan pada kemampuannya mengatasi permasalah tanpa bantuan orang
dewasa, maka kebahagiaan akan semakin meningkat dan meletakkan tujuan sesuai
dengan apa yang ia mampu capai. Selain itu juga meningkatkan kepercayaan diri
serta keberhasilan yang ia peroleh dari pengalamannya.
Faktor yang memengaruhi adalah sebagai berikut :
1. Tingkat kematangan.
Kondisi fisik yang lebih matang menyebabkan tuntutan sosial yang lebih
besar pada remaja untuk dapat mengendalikan ekspresi emosi yang wajar dan
sesuai norma lingkungannya.
2. Jenis kelamin.
Kebanyakan kultur memberlakukan tuntutan bahwa laki-laki lebih
diizinkan untuk mengekspresikan emosinya, kecuali takut dan sedih,
dibandingkan perempuan yang lebih dituntut untuk menekandan menahan
perasaan emosi.
3. Kelas sosial atau budaya.
Terdapat beberapa budaya atau kelas sosial tertentu yang mengizinkan
atau tidak mengizinkan suatu ekspresi tertentu muncul.
G. Perkembangan Kognitif
Berdasarkan teori perkembangan kognitif piaget, kemampuan kognitif
remaja berada pada tahap formal operational. Remaja harus mampu
mempertimbangkan semua kemungkinan untuk menyelesaikan masalah dan
mempertanggung jawabkannya. Berkaitan dengan perkembangan kognitif,
umumnya remaja menampilkan tingkah laku sebagai berikut:
1. Kritis
Segala sesuatu harus rasional dan jelas, sehingga remaja cenderung
mempertanyakan kembali aturan-aturan yang diterimanya.
2. Rasa ingin tahu yang kuat.
Perkembangan intelektual pada remaja merangsang adanya
kebutuhan/kegelisahan akan sesuatu yang harus diketahui/dipecahkan.
3. Jalan pikiran egosentris.
Berkaitan dengan menentang pendapat yang berbeda. Cara berpikir kritis dan
egosentris, menyebabkan remaja cenderung sulit menerima pola pikir yang
berbeda dengan pola pikirnya.
4. Imagery audience.
Remaja merasa selalu diperhatikan atau menjadi pusat perhatian orang lain
menyebakan remaja sangat terpengaruh oleh penampilan fisiknya dan dapat
mmengaruhi konsep dirinya.
5. Personal fablas.
Remaja merasa dirinya sangat unik dan berbed dengan orang lain.
Tercapainya tahap perkembangan ini ditandai dengan individu mampu :
1. Berpikir secara kontra-faktual (kontra-faktual), artinya dia menyadari bahwa
realitas dan pikiran tentang realitas bisa berbeda, juga bisa memaknai suatu
realitas sesuai kehendaknya
2. Realitas adalah kondisi nyatanya (objektif) sedangkan pikiran tentang
realitasnya adalah kondisi subjektif (persepsi).
H. Perkembangan Moral
Perubahan mendasar dalam moralitas remaja meliputi :
1. Pada masa remaja, mereka mulai “memberontak” dari nilai-nilai orangtua dan
orang dewasa lainnya serta mulai menentukan nilai-nilainya sendiri.
2. Pandangan moral remaja semakin lama semakin menjadi lebih abstrak dan
kurang nyata.
3. Keyakinan moral lebih berpusat pada apa yang benar, bukan pada apa yang
salah.
4. Penilaian moral menjadi semakin kritis sehingga remaja lebih berani
menganalisis norma sosial dan norma pribadi, serta berani mengambil keputusan
berbagai masalah moral yang dihadapinya.
5. Penilaian moral menjadi kurang egosentris, tetapi lebih mengembangkan norma
berdasarkan nilai-nilai kelompok sosialnya.
6. Penilaian moral cenderung melibatkan beban emosi dan menimbulkan
ketegangan psikologis.
I. Perkembangan Konsep Diri (Kepribadian).
Konsep diri merupakan semua perasaan dan pemikiran seseorang mengenai
dirinya sendiri. Gambaran pribadi remaja terhadap dirinya meliputi penilaian diri
dan penilaian sosial.
Penilaian diri berisi pandangan dirinya terhadap hal-hal, antara lain :
1. Pengendalian keinginan dan dorongan-dorongan dalam diri.
2. Suasana hati yang sedang dihayati remaja.
3. Bayangan subjektif terhadap kondisi tubuhnya.
4. Merasa orang lain selalu mengamati/memperhatikan dirinya (kaitannya dengan
perkembangan kognitif).
Remaja memiliki harapan-harapan peran dan cita-cita ideal yang ingin dia
capai yang cenderung tidak realistis.
Ciri-ciri perkembangan konsep diri remaja antara lain terdiri atas :
1. Perubahan perkembangan fisik yang cukup drastic pada masa remaja, kadang
kadang tidak/kurang proposional.
2. Sangat terpengaruh oleh pandangan orang lain terhadap dirinya.
3. Memiliki aspirasi yang sangat tinggi tentang segala hal.
4. Memandang diri lebih rendah atau lebih tinggi dari pada kondisi objektifnya.
5. Merasa selalu diperhatikan atau menjadi pusat perhatian.
J. Perkembangan heteroseksual.
Dalam perkembangan heteroseksual ini, remaja belajar memerankan peran
jenis kelamin yang diakui oleh lingkungannya. Remaja perempuan menemukan
adanya double standard , dimana remaja laki-laki boleh melakukan hal yang bagi
remaja perempuan sering sekali disalahkan. Kondisi pandangan budaya tertentu
mengenai peran jenis kelamin remaja mengakibatkan munculnya efek penggolongan
dalam masyarakat, contohnya antara lain :
1. Remaja laki-laki memiliki perasaan lebih unggul yang relatif terus menetap dan
diharapkan dapat berperan sebagai pemimpin dalam kegiatan masyarakat.
2. Prasangka jenis kelamin melahirkan kecenderungan merendahkan prestasi
perempuan meskipun prestasi itu menyamai atau bahkan melebihi prestasi laki-
laki.
3. Perempuan mengalami perasaan takut untuk sukses karena didasarkan pada
anggapan bahwa keberhasilan akan mendapatkan dukungan sosial laki-laki dan
menjadi halangan yang besar dalam proses mencari pasangan hidup.
Beberapa ciri penting perkembangan heteroseksual remaja secara umum antara lain:
1. Remaja mempelajari perilaku orang dewasa sesuai dengan jenis kelaminnya
untuk menarik perhatian lawan jenisnya.
2. Minat terhadap lawan jenis makin kuat disertai keinginan kuat untuk
memperoleh dukungan dari lawan jenis.
3. Minat terhadap kehidupan seksual.
4. Remaja mulai mencari informasi tentang kehidupan seksual orang dewasa,
bahkan juga muncul rasa ingin tahu dan keinginan bereksplorasi untuk
melakukannya.
5. Minat dalam keintiman secara fisik. Dengan adanya dorongan seksual dan
ketertarikkan terhadap lawan jenis, perilaku remaja mulai diarahkan untuk
menarik perhatian lawan jenis.
K. Masalah Umum Remaja
Berikut adalah masalah umum yang dialami remaja berkaitan dengan
tumbuhkembangnya.
1. Masalah yang berkaitan dengan lingkungan rumahnya seperti relasi dengan
anggota keluarga, disiplin, dan pertentangan dengan orang tua.
2. Masalah-masalah yang berkaitan dengan lingkungan sekolah.
3. Kondisi fisik (kesehatan atau latihan), penampilan (berat badan, ciri-ciri daya
tarik, bau badan, jerawat, kesesuaian dengan jenis kelamin).
4. Emosi (temperamen yang meledak ledak, suasana hati berubah ubah).
5. Penyesuaian sosial (minder, sulit bergaul, pacaran, penerimaan oleh teman
sebaya, peran pemimpin).
6. Masalah pekerjaan (pilihan pekerjaan, pengangguran).
7. Nilai-nilai (moral, penyalahgunaan obat-obatan, dan hubungan seksual).
8. Masalah yang berkaitan dengan hubungan lawan jenis (heteroseksual), seperti
putus pacar, proses pacaran, backstreet, sulit punya pacar, dan lain-lain.
2.3 Manajemen asuhan kebidanan
2.2.1 Pengertian Manajemen Asuhan Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori
ilmiah, temuan, keterampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk mengambil
suatu keputusan yang terfokus pada klien.
2.2.2 Langkah- langkah asuhan kebidaanan menurut varney:
1) Pengumpulan data dasar secara lengkap
Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan secara lengkap dan akurat dari
berbagai sumber yang berkaitan dengan kondisi klien secara keseluruhan. Untuk
memperoleh data dilakukan dengan cara:
a. Data subjektif / anamnesa
Nama : Untuk membedakan pasien satu dengan yang lain.
Umur : untuk memastikan usia dan sebagai identitas.
Suku/bangsa : Untuk mengetahui adat istiadat sehingga mempermudah dalam
melaksanakan tindakan kebidanan.
Agama : Untuk memperoleh informasi tentang agama yang dianut
Pendidikan : Untuk memudahkan bidan memperoleh keterangan atau dalam
memberikan informasi mengenai suatu hal dengan menggunakan cara yang
sesuai dengan pendidikan .
Pekerjaan : Untuk mengetahui apakah remaja terlalu lelah dalam pekerjaan
yang berhubungan dengan keseimbangan tubuh.
b. Data objektif
1) Keadaan Umum : Bagaimana keadaan pasien dengan anemia.
2) Tanda-tanda vital
Tekanan darah : Untuk mengetahui tekanan darah pasien dengan anemia.
Nadi : Untuk mengetahui nadi pasien dengan anemia.
Respirasi : Untuk mengetahui respirasi pasien dengan anemia.
Suhu : Untuk mengetahui suhu pasien dengan anemia.
c. Pemeriksaan fisik
Kepala : untuk mengetahui warna dan kebersihan kepala.
Muka : untuk mengetahui adanya pembengkakan pada wajah.
Mata : untuk melihat sklera dan konjungtiva.
Hidung : untuk mengetahui adanya pengeluaran sekret dan kelainan di
hidung.
Telinga : untuk mengetahui adanya pengeluaran serumen.
Mulut : untuk mengetahui gigi, gusi, dan bibir dalam keadaan normal.
Leher : untuk mengetahui adanya pembengkakan kelenjar tiroid, limfe
dan vena jugularis.
Payudara: untuk mengetahui bentuk, ukuran, keadaan putting.
Abdoment: untuk mengetahui pembesaran abdomen abnormal
Genetalia : untuk mengetahui adanya varices, tanda-tanda infeksi dan
pengeluaran pada vagina.
Anus : untuk mengetahui adanya hemoroid.
Ekstremitas : untuk mengetahui reflek patella dan adanya varices.
d. Pemeriksaan penunjang laboratorium
Pemeriksaan ini dilakukan jika perlu atau jika ada terdapat kelainan saat
pemeriksaan.
2) Interpretasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau
masalah dan kebutuhan klien, berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data
yang dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan diidentifikasikan sehingga
ditemukan masalah atau masalah yang spefisik.Interpretasi data terdiri dari
diagnosa kebidanan, diagnosa masalah dan diagnosa kebutuhan. Interpretasi data
pada remaja dengan anemia adalah :
a) Diagnosa kebidanan
Merupakan diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktik
kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan.Dasar
diagnosa tersebut adalah data subjektif berupa pernyataan pasien tentang
sering lelah, lesu, lemas, lunglai.
Hasil data objektif meliputi pemeriksaan umum, fisik, dan ginekologi
serta hasil pemeriksaan penunjang. Diagnosa kebidanan ditulis dengan
lengkap berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan data penunjang.
b) Masalah
Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien
yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang ditemukan dari hasil
pengkajian atau yang menyertai diagnosis.Masalah dapat muncul tapi
dapat pula tidak.Hal ini muncul berdasarkan sudut pandang klien dengan
keadaan yang dialami apakah menimbulkan masalah terhadap klien atau
tidak. Masalah pada kasus ini yaitu anemia dengan keluhan sering meras
lelah dan sulit berkonsentrasi.
c) Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum
teridentifikasi dalam diagnosis dan masalah yang didapatkan dengan
melakukan analisis data. Kebutuhan yang muncul setelah dilakukan
pengkajian. Ditemukan hal- hal yang membutuhkan asuhan, dalam hal ini
klien tidak menyadari. Kebutuhan klien pada anemia yaitu pemberian
tablet penambah darah.
3) Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial
Diagnosa potensial ditegakkan berdasarkan diagnosa atau masalah
yang telah diidentifikasi. Bidan dituntut untuk tidak hanya merumuskan
masalah tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau
diagnosa potensial tidak terjadi. Sehingga langkah ini merupakan langkah
yang bersifat antisipasi yang rasional atau logis. Diagnosa potensial pada
remaja dengan anemia adalah meningkatkan kerentanan terhadap infeksi
karena daya tahan tubuh menurun. Dan jika berdampak pada jangka panjang,
kelak akan mempengaruhi saat hamil dan persalinan. Oleh karena perlu
adanya tindakan yang dapat dilakukan oleh bidan atau tenaga kesehatan.
4) Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera
Menentukan kebutuhan klien terhadap tindakan yang segera
dilakukan oleh bidan atau untuk konsultasi, kolaborasi serta melakukan
rujukan terhadap penyimpangan abnormal. Antisipasi pertama yang
dilakukan pada anemia yaitu dengan memperbaiki nutrisi dan pola hidup
sehat serta pemberian tablet Fe.
5) Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh
Merupakan pengembangan rencana asuhan yang menyeluruh dan
ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya.Langkah ini merupakan
kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah

20
diidentifikasi atau diantisipasi. Rencana harus mencakup setiap hal yang
berkaitan dengan semua aspek kesehatan dan disetujui oleh kedua belah
pihak (bidan dan klien).
Rencana yang diberikan pada anemia adalah :
a. Konseling psikologis, sosial, budaya dan spiritual
b. Medikamentosa meliputi pemberian tablet Fe
6) Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman
Langkah ini merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan secara
efisien dan aman. Langkah ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau
anggota tim kesehatan lainnya. Selama melakukan tindakan intervensi, bidan
menganalisa dan memonitor keadaan kesehatan pasiennya.
Pelaksanaan pada anemia adalah:

a. Setelah diberikan konseling psikologis, sosial, budaya dan spiritual


diharapkan pasien atau klien dapat mengerti tentang anemia secara
umum.
b. Setelah pemberian tablet Fe selama 30 hari ke depan, diharapkan kadar
Hb meningkat.
7) Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengkaji keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan.Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif
sedangkan sebagian belum efektif. Proses evaluasi ini dilaksanakan untuk
menilai mengapa proses penatalaksanaan efektif / tidak efektif serta
melakukan penyesuaian pada rencana asuhan tersebut.
Evaluasi yang diharapkan pada anemia adalah:
a. Setelah rutin mengkonsumsi tablet Fe, rasa sering kelelahan bisa
berkurang, bisa berkonsentrasi dengan baik, dan kadar Hb meningkat
b. Pasien atau klien dapat beraktifitas seperti biasa
c. Keadaan umum baik
Pendokumentasian asuhan kebidanan (SOAP)
1) Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui
anamnesis sebagai langkah pertama.
2) Objektif

21
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil
laboratorium dan uji diagnostic lain yang dirumuskan dalam data fokus
untuk mendukung asuhan sebagai langkah kedua.
3) Analisa
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi data
subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi:
a) Diagnosis atau masalah
b) Antisipasi diagnosis / masalah potensial
c) Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi / kolaborasi
dan / atau rujukan sebagai langkah II, III,dan IV
4) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang
sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan
secara komprehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow
up dari rujukan.

22
2.4 Konsep Dasar Teori Anemia
a. Pengertian
Kurang darah atau anemia adalah kondisi ketika tubuh kekurangan sel
darah merah yang sehat atau ketika sel darah merah tidak berfungsi dengan baik.
Akibatnya, organ tubuh tidak mendapat cukup oksigen, sehingga membuat
penderita anemia pucat dan mudah lelah.
Anemia dapat terjadi sementara atau dalam jangka panjang, dengan
tingkat keparahan yang bisa ringan sampai berat. Anemia terjadi ketika kadar
hemoglobin (bagian utama dari sel darah merah yang mengikat oksigen)
berada di bawah normal.
Orang dewasa dikatakan menderita anemia bila kadar hemoglobinnya
di bawah 14 gram per desiliter untuk laki-laki, dan di bawah 12 gram per
desiliter untuk wanita. Untuk mengatasi anemia tergantung kepada penyebab
yang mendasarinya, mulai dari konsumsi suplemen zat besi, transfusi darah,
sampai operasi.
b. Penyebab Anemia
Anemia terjadi ketika tubuh kekurangan sel darah merah sehat atau
hemoglobin. Akibatnya, sel-sel dalam tubuh tidak mendapat cukup oksigen
dan tidak berfungsi secara normal.
Secara garis besar, anemia terjadi akibat tiga kondisi berikut ini:

 Produksi sel darah merah yang kurang.


 Kehilangan darah secara berlebihan.
 Hancurnya sel darah merah yang terlalu cepat.

c. Jenis-jenis anemia yang umum terjadi berdasarkan penyebabnya:


1. Anemia akibat kekurangan zat besi
Kekurangan zat besi membuat tubuh tidak mampu menghasilkan
hemoglobin (Hb). Kondisi ini bisa terjadi akibat kurangnya asupan zat besi
dalam makanan, atau karena tubuh tidak mampu menyerap zat besi,
misalnya akibat penyakit celiac.
2. Anemia pada masa kehamilan
Ibu hamil memiliki nilai hemoglobin yang lebih rendah dan hal ini
normal. Meskipun demikian, kebutuhan hemoglobin meningkat saat hamil,
sehingga dibutuhkan lebih banyak zat pembentuk hemoglobin, yaitu zat
besi, vitamin B12, dan asam folat. Bila asupan ketiga nutrisi tersebut

23
kurang, dapat terjadi anemia yang bisa membahayakan ibu hamil maupun
janin.
3. Anemia akibat perdarahan
Anemia dapat disebabkan oleh perdarahan berat yang terjadi secara
perlahan dalam waktu lama atau terjadi seketika. Penyebabnya bisa cedera,
gangguan menstruasi, wasir, peradangan pada lambung, kanker usus, atau
efek samping obat, seperti obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS).
4. Anemia aplastik
Anemia aplastik terjadi ketika kerusakan pada sumsum tulang
membuat tubuh tidak mampu lagi menghasilkan sel darah merah dengan
optimal. Kondisi ini diduga dipicu oleh infeksi, penyakit autoimun, paparan
zat kimia beracun, serta efek samping obat antibiotik dan obat untuk
mengatasi rheumatoid arthritis.
5. Anemia hemolitik
Anemia hemolitik terjadi ketika penghancuran sel darah merah
lebih cepat daripada pembentukannya. Kondisi ini dapat diturunkan dari
orang tua, atau didapat setelah lahir akibat kanker darah, infeksi bakteri
atau virus, penyakit autoimun, serta efek samping obat-obatan, seperti
paracetamol, penisilin, dan obat antimalaria.
6. Anemia akibat penyakit kronis
Beberapa penyakit dapat memengaruhi proses pembentukan sel
darah merah, terutama bila berlangsung dalam jangka panjang. Beberapa di
antaranya adalah penyakit Crohn, penyakit ginjal, kanker, rheumatoid
arthritis, dan HIV/AIDS.
7. Anemia sel sabit (sickle cell anemia)
Anemia sel sabit disebabkan oleh mutasi (perubahan) genetik pada
hemoglobin. Akibatnya, hemoglobin menjadi lengket dan berbentuk tidak
normal, yaitu seperti bulan sabit. Seseorang bisa terserang anemia sel sabit
apabila memiliki kedua orang tua yang sama-sama mengalami mutasi
genetik tersebut.
8. Thalasemia
Thalasemia disebabkan oleh mutasi gen yang memengaruhi
produksi hemoglobin. Seseorang dapat menderita thalasemia jika satu atau
kedua orang tuanya memiliki kondisi yang sama.

24
d. Gejala Anemia

Gejala anemia sangat bervariasi, tergantung pada penyebabnya.


Penderita anemia bisa mengalami gejala berupa:

 Lemas dan cepat lelah


 Sakit kepala dan pusing
 Kulit terlihat pucat atau kekuningan
 Detak jantung tidak teratur
 Napas pendek
 Nyeri dada
 Dingin di tangan dan kaki

Gejala di atas awalnya sering tidak disadari oleh penderita, namun


akan makin terasa seiring bertambah parahnya kondisi anemia.

e. Diagnosis Anemia

Untuk menentukan apakah pasien menderita anemia, dokter akan


melakukan hitung darah lengkap. Dengan memeriksa sampel darah pasien,
dokter dapat mengetahui kadar hemoglobin yang terdapat dalam darah.

Kadar hemoglobin normal tergantung pada usia, kondisi, dan jenis


kelamin. Seseorang bisa dikatakan menderita anemia bila kadar hemoglobin
berada di bawah angka berikut:

 Anak-anak: 11-13 gram per desiliter.


 Ibu hamil: 11 gram per desiliter.
 Laki-laki: 14-18 gram per desiliter.
 Perempuan: 12-16 gram per desiliter.

Melalui tes darah, dokter juga akan mengukur kadar zat besi, vitamin
B12, dan asam folat dalam darah, serta memeriksa fungsi ginjal. Pemeriksaan
tersebut dilakukan untuk mengetahui penyebab dari anemia.

Selain tes darah, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan lain


untuk mencari penyebab anemia, seperti:

 Endoskopi, guna melihat apakah lambung atau usus mengalami


perdarahan.

25
 USG panggul, guna mengetahui penyebab gangguan menstruasi yang
menimbulkan anemia.
 Pemeriksaan aspirasi sumsum tulang, guna mengetahui kadar, bentuk, serta
tingkat kematangan sel darah dari ‘pabriknya’ langsung.
 Pemeriksaan sampel cairan ketuban saat kehamilan guna mengetahui
kemungkinan janin menderita kelainan genetik yang menyebabkan anemia.

f. Pengobatan Anemia

Metode pengobatan anemia tergantung pada jenis anemia yang diderita


pasien. Perlu diketahui, pengobatan bagi satu jenis anemia bisa berbahaya
bagi anemia jenis yang lain. Oleh karena itu, dokter tidak akan memulai
pengobatan sebelum mengetahui penyebabnya dengan pasti.

Beberapa contoh pengobatan anemia berdasarkan jenisnya adalah:


1. Anemia akibat kekurangan zat besi
Kondisi ini diatasi dengan mengonsumsi makanan dan suplemen zat
besi. Pada kasus yang parah, diperlukan transfusi darah.
2. Anemia pada masa kehamilan
Kondisi ini ditangani dengan pemberian suplemen zat besi, vitamin
B12 dan asam folat, yang dosisnya ditentukan oleh dokter.
3. Anemia akibat perdarahan
Kondisi ini diobati dengan menghentikan perdarahan. Bila
diperlukan, dokter juga akan memberikan suplemen zat besi atau transfusi
darah.
4. Anemia aplastik
Pengobatannya adalah dengan transfusi darah untuk meningkatkan
jumlah sel darah merah, atau transplantasi (cangkok) sumsum tulang bila
sumsum tulang pasien tidak bisa lagi menghasilkan sel darah merah yang
sehat.
5. Anemia hemolitik
Pengobatannya dengan menghentikan konsumsi obat yang memicu
anemia hemolitik, mengobati infeksi, mengonsumsi obat-obatan
imunosupresan, atau pengangkatan limpa.

26
6. Anemia akibat penyakit kronis
Kondisi ini diatasi dengan mengobati penyakit yang mendasarinya.
Pada kondisi tertentu, diperlukan transfusi darah dan suntik hormon
eritropoietin untuk meningkatkan produksi sel darah merah.
7. Anemia sel sabit
Kondisi ini ditangani dengan suplemen zat besi dan asam folat,
cangkok sumsum tulang, dan pemberian kemoterapi, seperti hydroxyurea.
Dalam kondisi tertentu, dokter akan memberikan obat pereda nyeri dan
antibiotik.
8. Thalassemia
Dalam menangani thalassemia, dokter dapat melakukan transfusi
darah, pemberian suplemen asam folat, pengangkatan limpa, dan cangkok
sumsum tulang.
g. Komplikasi Anemia
Jika dibiarkan tanpa penanganan, anemia berisiko menyebabkan
beberapa komplikasi serius, seperti:
 Kesulitan melakukan aktivitas akibat kelelahan.
 Masalah pada jantung, seperti gangguan irama jantung (aritmia) dan gagal
jantung.
 Gangguan pada paru-paru, misalnya hipertensi pulmonal.
 Komplikasi kehamilan, antara lain melahirkan prematur atau bayi terlahir
dengan berat badan rendah.
 Gangguan proses tumbuh kembang jika anemia terjadi pada anak-anak atau
bayi.
 Rentan terkena infeksi.
h. Pencegahan Anemia
Beberapa jenis anemia, seperti anemia pada masa kehamilan dan
anemia akibat kekurangan zat besi, dapat dicegah dengan pola makan kaya
nutrisi, terutama:

 Makanan kaya zat besi dan asam folat, seperti daging, sereal, kacang-
kacangan, sayuran berdaun hijau gelap, roti, dan buah-buahan
 Makanan kaya vitamin B12, seperti susu dan produk turunannya, serta
makanan berbahan dasar kacang kedelai, seperti tempe dan tahu.
 Buah-buahan kaya vitamin C, misalnya jeruk, melon, tomat, dan stroberi.

27
BAB III
TINJAUAN KASUS

28
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kurang darah atau anemia adalah kondisi ketika tubuh kekurangan sel
darah merah yang sehat atau ketika sel darah merah tidak berfungsi dengan baik.
Akibatnya, organ tubuh tidak mendapat cukup oksigen, sehingga membuat
penderita anemia pucat dan mudah lelah.
Anemia dapat terjadi sementara atau dalam jangka panjang, dengan
tingkat keparahan yang bisa ringan sampai berat. Anemia terjadi ketika kadar
hemoglobin (bagian utama dari sel darah merah yang mengikat oksigen)
berada di bawah normal.
Orang dewasa dikatakan menderita anemia bila kadar hemoglobinnya
di bawah 14 gram per desiliter untuk laki-laki, dan di bawah 12 gram per
desiliter untuk wanita. Untuk mengatasi anemia tergantung kepada penyebab
yang mendasarinya, mulai dari konsumsi suplemen zat besi, transfusi darah,
sampai operasi.
Masa remaja ialah periode waktu individual beralih dari fase anak ke
fase dewasa.Tugas-tugas perkembangan remaja terdiri dari : Menerima
keadaan dan penampilan diri, serta menggunakan tubuhnya secara efektif,
Belajar berperan sesuai dengan jenis kelamin (sebagai laki-laki atau
perempuan), Mencapai relasi yang baru dan lebih matang dengan teman sebaya,
baik sejenis maupun lawan jenis, Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial
yang bertanggung jawab, Mencapai kemandirian secara emosional terhadap
orang tua dan orang dewasa lainnya, Mempersiapkan karir dan kemandirian
secara ekonomi, Menyiapkan diri (fisik dan psikis) dalam menghadapi
perkawinan dan kehidupan keluarga, Mengembangkan kemampuan dan
keterampilan intelektual untuk hidup bermasyarakat dan untuk masa depan
(dalam bidang pendidikan atau pekerjaan),Mencapai nilai-nilai kedewasaan.
3.2 Saran
Saran yang ingin kami sampaikan kepada para pembaca bahwa hal yang
paling penting bagi remaja yaitu memelihara kesehatan remaja mengingat
pentingnya kesehatan. mahasiswa diharapkan dapat melaksanakan program
yang mengajarkan perilaku sehat kepada para remaja.

29
DAFTAR PUSTAKA
Kusmiran, Eni.2011. Kesehatan Reproduksi Remaja Wanita. Jakarta : Salemba
Medika
Suseno,Tutu A.dkk.2011. Kamus Kebidanan.Yogyakarta : Citra Pustaka
Holmes,Debbie.2012.Buku Ajar Ilmu Kebidanan.Jakarta : EGC
Aizid, Rizem.2012. Mengatasi Infertilitas (Kemandulan) Sejak Dini. Yogyakarta :
2012
Wulandari, Diah.2009. Komunikasi dan Konseling dalam Praktik Kebidanan.
Yogyakarta : Nuha Medika
Priyanto, Agus.2009. Komunikasi dan Konseling Aplikasi dalam Sarana Pelayanan
Kesehatan Untuk Perawat dan Bidan. Jakarta : Salemba Medika
Widyastuti, Yani.2010. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Fitramaya
Lubis, Namora Lumongga.2013. Psikologi Reproduksi Wanita & Perkembangan
Reproduksinya ditinjau dari Aspek Fisik dan Psikologi.Jakarta : Kencana
Prenada Media Group
Saifuddin,Abdul Bari.2009.Bunga Rampai Obstetri dan Ginekologi Sosial.Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Tresnawati, Frisca. 2013. Asuhan Kebidanan Panduan Lengkap Menjadi Bidan
Profesional.Jakarta : Prestasi Pelajar Publisher

30

Anda mungkin juga menyukai