DEFINISI
Amenore berarti tidak adanya menstruasi. Amenore primer adalah
tidak adanya menarche pada seorang gadis berusia 16 tahun atau lebih.
Amenore sekunder adalah tidak adanya menstruasi selama 6 bulan pada
wanita dengan siklus yang tidak teratur sebelumnya atau 3 bulan pada
wanita dengan siklus yang teratur (21-35 hari).1,2 Menarche adalah periode
menstruasi pertama dan dimulai setelah pengembangan karakteristik
seksual sekunder: rambut pubis dan aksila dan perkembangan payudara
(Tahap Tanner). Rata-rata usia menarche adalah 13,5 tahun, namun
terdapat perbedaan besar di antara dan di dalam negara. Umumnya,
gadis dari daerah pedesaan di negara negara dengan sumber daya yang
rendah lebih tua saat menarche dibandingkan dengan anak perempuan
dari daerah perkotaan. Kondisi hidup secara umum, status gizi, aktivitas
fisik dan faktor genetik semuanya mempengaruhi maturasi seksual dan
usia saat menarche.3
EPIDEMIOLOGI
Diperkirakan bahwa amenorea yang bukan karena kondisi fisiologis
memiliki prevalensi yang berkisar antara 3% sampai 4%. Penyebab yang
paling
sering
dari
amenore
ada
empat:
amenorea
hipotalamus,
ETIOLOGI
Penyebab utama dari amenorea primer termasuk defek anatomi
dari traktus genitalia, penyebab hipotalamus / hipofisis, insufisiensi
ovarium, endokrinopati dan oligo atau anovulasi kronis.4
hipoplasia atau aplasia endometrium, sindrom Mayer-Rokitansky-KusterHauser, dan sindrom insensitivitas androgen.4
Agenesis Vagina
Agenesis vagina harus dicurigai pada semua gadis dengan
amenorea primer yang sering menderita nyeri abdomen dan nyeri panggul
karena hambatan anatomi yang menghambat aliran darah. Selanjutnya,
kumpulan darah dalam uterus (hematometra) dapat memprovokasi
menstruasi retrograde yang mengarah pada pengembangan perlekatan
dan endometriosis.1,4
Mayer-Rokitansky-Kuster-Hauser
adalah
kelainan
kongenital pada saluran genital yang diakui sebagai penyebab yang lebih
umum dari amenore setelah disgenesis gonad, yang memiliki insiden 1 /
5.000. Sindrom ini juga disebut agenesis mullerian karena ia ditandai
dengan tidak adanya atau hipoplasia dari derivatif duktus Mullerian.
Bahkan, gambaran utama sindrom Mayer-Rokitansky-Kuster-Hauser
adalah sebagai berikut: ovarium normal, anomali perkembangan uterus
mulai dari tidak adanya residu rudimenter dari uterus dan aplasia dari dua
pertiga atas vagina. Lebih lanjut lagi, wanita yang terpengaruh
menunjukkan perkembangan karakteristik seksual sekunder dengan
perempuan kariotipe 46, XX. Ada dua jenis sindrom Mayer-RokitanskyKster-Hauser: Tipe 1 menunjukkan variasi terisolasi, sementara tipe 2
masih
belum
pasti:
meskipun
di
awal
disebutkan bahwa ini sindrom adalah hasil dari kelainan sporadis. Baru
baru ini telah diasumsikan latar belakang genetik berdasarkan pada
semakin banyaknya jumlah kasus familial.5
Embriologi
Griffin menggambarkan kemungkinan embriologis sebagai asal dari
sindrom MRKH. Duktus Mullerian (MD, ductus paramesonefrik)
berkembang secara independen terhadap epitel selomik di atas
ligament
dari
uterus.
Disarankan
bahwa
penyebab
rudimenter.
Ghirardini
dkk
menjelaskan
masalah
perlekatan
melaporkan
ligamentum
bahwa
agenesis
mesonefrik
vagina
kaudal.
mungkin
Cramer
terkait
dkk
dengan
dari digiti dan metakarpal yang panjang dari digiti. Selain itu, beberapa
pasien mungkin memiliki displasia radial yang berbeda dan kelainan
dari karpal.7
Gambar 2. tampilan superior dari pelvis menunjukkan tunas uterus yang tidak
menyatu, tuba fallopi, dan ovarium yang terletak pada masing-masing sisi pelvis. 6
ditandai
oleh
genitalia
eksterna
laki-laki
normal;
sindrom
keganasan
testis
telah
diperkirakan
sebesar
22%,
meskipun jarang terjadi pada subyek yang lebih muda dari 20 tahun.
Biasanya, evaluasi endokrin menunjukkan kadar yang tinggi dari
testosteron dan luteinizing hormone plasma basal, sering bersama
dengan kadar estradiol yang tinggi.4,9
10
vagina
transversalis
merupakan
obstruksi
vagina
kongenital. Ada dua varietas dari septum transversal: parsial dan total;
hanya variasi total yang bertanggung jawab untuk amenorea. Obstruksi
dapat terletak di bagian inferior (16%), sentral (40%) atau superior (46%)
dari vagina. Serupa dengan agenesis vagina, cacat ini juga bertanggung
jawab atas nyeri abdomen dan nyeri pelvis berulang yang berasal dari
darah yang terakumulasi dalam uterus dan vagina (hematokolpos).2
Lokasi septum dapat mempengaruhi waktu presentasi. Septum di
sepertiga bagian bawah vagina memungkinkan distensi vagina yang lebih
besar dan presentasi yang lambat.11
Himen Imperforata
Himen imperforata telah diperkirakan memiliki insiden 1/1000.2
Diagnosis jarang pada masa bayi karena kondisi ini biasanya asimtomatik,
meskipun
dalam
kasus
yang
jarang
neonatus
dapat
menderita
11
Himen
imperforata
adalah
sebuah
anomali
yang
ketika
12
Penyebab Hipotalamus
Penyakit hipotalamus merupakan penyebab paling sering dari
amenorea pada remaja. Bahkan, anak perempuan dengan gangguan
hipotalamus rentan terhadap perkembangan anovulasi kronis, karena
sekresi yang tidak memadai dari gonadotropin-releasing hormone yang
menyebabkan rendahnya kadar gonadotropin dan estradiol plasma basal.
Namun, setelah stimulasi
13
14
dalam disiplin di mana berat badan yang rendah untuk kinerja dan estetika
dibutuhkan.13
Secara khusus, pada atlet ada risiko amenorea tiga kali lebih tinggi
daripada populasi umum, dengan dominasi di antara pelari jarak jauh.
Menariknya, kondisi aneh yang disebut yang trias atlet perempuan telah
diakui sebagai hasil dari asupan kalori yang tidak memadai. Kondisi ini
termasuk amenorea, gangguan makan, dan osteoporosis, dan atlet dapat
menunjukkan satu atau lebih komponen dari trias. Oleh karena itu, semua
perubahan ini harus diskrining untuk menegakkan diagnosis dini dan
untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan yang terlibat dalam
olahraga kompetitif.4
Gangguan makan merupakan penyebab umum lain dari amenorea
hipotalamus fungsional. Sayangnya, gangguan ini meningkat di seluruh
dunia dan efek pada reproduksi lebih dari negatif. Secara khusus, pada
wanita aksis reproduksi sangat terkait dengan status gizi dan sangat
responsif terhadap stimulasi eksternal karena pengeluaran energi yang
tinggi selama kehamilan dan menyusui. Oleh karena itu, dalam kondisi
kekurangan gizi, reproduksi wanita dapat terganggu dan berlanjut dalam
periode yang lebih baik untuk mempertahankan fungsi yang penting.
Bahkan, penurunan 10% -15% dari berat tubuh normal tampaknya dapat
menyebabkan amenorea. Hingga kini, telah diperkirakan bahwa sekitar
1% -5% wanita dipengaruhi oleh amenorea terkait berat badan.
Meskipun mekanisme bertanggung jawab tidak sepenuhnya jelas, telah
diusulkan berat badan minimal 47 kg untuk timbulnya atau pemeliharaan
15
dengan
bulimia
dapat
menunjukkan
16
benar-benar
terlibat
dalam
memediasi
aksis
reproduksi.
Bahkan,
amenorea
hipotalamus,
termasuk
sindrom
Kallman
dan
17
Hipogonadisme
hipogonadik
idiopatik
telah
diusulkan
Kondisi lainnya
Penyakit kronis aktif, tidak terkontrol atau tidak diobati yang
bertanggung jawab atas amenorea hipotalamus termasuk malabsorpsi,
HIV, diabetes, dan gangguan ginjal. Infeksi termasuk meningitis,
ensefalitis, sifilis, dan tuberkulosis.1
18
Tumor
yang
mungkin
menyebabkan
amenorea
hipotalamus
Penyebab Hipofisis
Gangguan
amenorea
hipofisis
termasuk
utama
tumor,
yang
bertanggung
gangguan
inflamasi
jawab
/
untuk
infiltratif,
merupakan
penyebab
paling
sering
dari
gonadotropin-releasing
hormone
hipotalamus
yang
hipersekresi
prolaktin.
Bahkan,
pada
wanita
dengan
hiperprolaktinemia telah diperkirakan prevalensi tumor hipofisis sekitar 5060%. Namun, juga penting untuk menyingkirkan penyebab lainnya yang
bertanggung
jawab
atas
kenaikan
kadar
prolaktin,
termasuk
19
Sindrom Turner
Sindrom Turner merupakan kelainan kromosom yang paling sering
bertanggung jawab atas disgenesis gonad, yang memiliki insidensi sekitar
1/2500 kelahiran hidup perempuan. Diagnosis sindrom Turner dilakukan
berdasarkan pada karakteristik fenotipik khas pada perempuan fenotipik
yang memiliki ketiadaan parsial atau total dari satu kromosom X, dengan
20
21
etiologi
anomali
kromosom
yang
bertanggung
jawab
untuk
22
tampaknya
merupakan
kombinasi
genetik
dan
faktor
23
Keterlambatan Konstitusonal
Constitutional delay of growth and puberty (CDGP) merupakan
penyebab yang paling umum dari pubertas tertunda. Ia dapat didiagnosis
hanya setelah kondisi yang mendasarinya telah disingkirkan. Diagnosis
CDGP dapat dibagi menjadi tiga kategori utama: hipogonadisme
hipergonadotropik
(ditandai
dengan
peningkatan
kadar
luteinizing
hormone dan FSH karena kurangnya umpan balik negatif dari gonad),
hipogonadisme
hipogonadisme
permanen
(ditandai
dengan
kadar
24
DIAGNOSIS
Dokter harus melakukan anamnesis pasien secara komprehensif
dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh pada pasien dengan amenore.
Banyak algoritma yang ada untuk evaluasi amenore primer. Gambar 5.
adalah salah satu contohnya. Uji laboratorium dan radiografi, jika
diindikasikan, harus dilakukan untuk mengevaluasi dugaan penyakit
sistemik. Jika karakteristik seksual sekunder dijumpai, kehamilan harus
disingkirkan. Radiografi rutin tidak dianjurkan.32
25
Anamnesis3
kanak-kanak,
aktivitas
fisik
yang
berlebihan
yang
Usia ibu dan kakak perempuan saat menarche. Usia yang lebih tua
saat menarche bersifat herediter.
Penyakit kronis (di masa kecil) dan / atau riwayat penyakit mayor
dalam 3 tahun terakhir. Penyakit kronis yang melemahkan dapat
menyebabkan anovulasi melalui disfungsi hipotalamus.
Tabel 2. Temuan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang terkait dengan amenorea32
27
Pemeriksaan
Pemeriksaan Fisik
Selalu jelaskan kepada perempuan atau wanita apa yang akan
Anda lakukan dan tanyakan kepadanya apakah dia ingin seseorang yang
dia percaya hadir pada saat pemeriksaan.3
Tinggi dan berat badan. Indeks massa tubuh (IMT): Berat (kg) /
panjang panjang (m). IMT <18 adalah underweight dan IMT> 30
adalah obesitas.
Peningkatan
pertumbuhan
rambut
pada
wajah,
daerah
pubis,
Payudara:
keluarnya
susu
secara
spontan
atau
setelah
Pemeriksaan laboratorium3
Pemeriksaan awal mencakup tes kehamilan dan kadar luteinizing
hormone, follicle-stimulating hormone, prolaktin, dan thyroid-stimulating
hormone serum. Jika anamnesis atau pemeriksaan menunjukkan keadaan
29
diukur.
Hitung
darah
lengkap
dan
panel
metabolik
yang
Pemeriksaan Diagnostik
Ultrasonografi pelvis dapat membantu mengkonfirmasi ada atau
tidaknya uterus, dan dapat mengidentifikasi kelainan struktural organ
saluran reproduksi. Jika tumor hipofisis dicurigai, magnetic resonance
imaging (MRI) dapat diindikasikan. Hormonal challenge (misalnya,
medroxyprogesterone asetat [Provera], 10 mg oral per hari selama tujuh
sampai
10
hari)
mengkonfirmasi
dengan
antisipasi
anatomi yang
withdrawal
fungsional
dan
bleeding
estrogenisasi
untuk
yang
30
31
defek
pada
endometrium,
uterus
atau
saluran
keluar
dan
32
DIAGNOSIS BANDING
Penyebab amenore primer harus dievaluasi dalam konteks ada
atau tidaknya karakteristik seksual sekunder. Tabel 3. meliputi diagnosis
diferensial amenore primer.32
33
34
35
seringkali
bersifat
familial.
Hipogonadisme
hipogonadotropik
yang
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan defek anatomi dari traktus genitalia
Setiap defek anatomi dari traktus genitalia memerlukan prosedur
bedah yang tepat. Septum vagina transversal memerlukan eksisi, himen
imperforata membutuhkan pengangkatan jaringan dalam bentuk segitiga
dan sinekia intrauterin membutuhkan pelepasan. Selanjutnya, agenesis
36
agenesis
vagina
pada
sindrom
Mayer-
37
38
atau
bedah,
tetapi
memakan
waktu,
menyebabkan
bedah
dari
sindrom
MRKH
dicapai
dengan
vagina
dengan
menggunakan
segmen
usus
39
40
subyek
yang
terkena hipogonadisme
41
agonis
dopamin
atau,
dalam
beberapa
kasus,
mereka
membutuhkan
terapi
yang
mempromosikan
42
(dari 1/10 - 1/8 dari dosis dewasa) diikuti dengan augmentasi bertahap
selama 2-4 tahun, sementara progestin harus dimulai setelah minimal 2
tahun atau ketika perdarahan uterus terjadi yang memungkinkan
perkembangan uterus
dengan
diagnosis
kegagalan
ovarium
prematur
ovarium
polikistik
yang
menunjukkan
oligomenorea
atau
43
menguntungkan
pada
sistem
reproduksi.
Mengenai
terapi
gangguan
hormonal
pada
sindrom
ovarium
polikistik.
dapat
meningkatkan
ovulasi
dan
meregulasi
periode
menstruasi.28,44
44
DAFTAR PUSTAKA
of
adolescent
amenorrhea.
Ann
NY
Acad
Sci
2010;1205:2332
3. Lagro M. Amenorea. Gynecology For Less-Resourced Locations.
Chapter 8
4. Chiavaroli V, et al. Primary and Secondary Amenorrhea. Chapter 20
5. Morcel, K. & Camborieux, L.. Programme de Recherches sur les
Aplasies Mllriennes, Guerrier, D. Mayer-Rokitansky-Kuster-Hauser
(MRKH) syndrome. Orphanet Journal of Rare Diseases 2007,14;2:13
6. Yunus M. Mayer Rokitansky Kuster Hauser (MRKH) syndrome with
absent thumbs and big toes. Department of Radiology, Singh Institute
of Urology and Transplantation, Karachi
7. Jabeen M. Mayer-Rokitansky-Kuster-Hauser Syndrome. World Journal
of Laparoscopic Surgery, May-August 2011;4(2):123-128 123
8. Mungadi
IA, et al.
Mayer-Rokitansky-Kuster-Hauser Syndrome:
45
46
dominant
Kallmann
syndrome.
Nature
Genetics
2003,33:463-465
18. Falardeau, J., Chung, W.C., Beenken, A., Raivio, T., Plummer, L., Sidis,
Y., Jacobson- Dickman, E.E., Eliseenkova, A.V., Ma, J., Dwyer, A.,
Quinton, R., Na, S., Hall, J.E., Huot, C., Alois, N., Pearce, S.H., Cole,
L.W., Hughes, V., Mohammadi, M., Tsai, P. & Pitteloud, N. Decreased
FGF8 signaling causes deficiency of gonadotropin-releasing hormone
in humans and mice. Journal of Clinical Investigation 2008,118:28222831
19. Dod, C., Teixeira, L., Levilliers, J., Fouveaut, C., Bouchard, P., Kottler,
M.L., Lespinasse, J., Lienhardt-Roussie, A., Mathieu, M., Moerman, A.,
Morgan, G., Murat, A., Toublanc, J.E., Wolczynski, S., Delpech, M.,
Petit, C., Young, J. & Hardelin, J.P. Kallmann syndrome: mutations in
the genes encoding prokineticin-2 andprokineticin receptor-2. PLoS
Genetics 2006,2:1648-1652
20. Bianco, S.D. & Kaiser, U.B. (2009). The genetic and molecular basis of
idiopathic
hypogonadotropic
hypogonadism.
Nature
Reviews
Endocrinology,5:569-576
21. Brioude, F., Bouligand, J., Trabado, S., Francou, B., Salenave, S.,
Kamenicky, P., Brailly- Tabard, S., Chanson, P., Guiochon-Mantel, A. &
47
48
from
an
academic
center.
Clin
Endocrinol
Metab
2002;87:1613-20.
31. Segal TY, Mehta A, Anazodo A, Hindmarsh PC, Dattani MT. Role of
gonadotropin- releasing hormone and human chorionic gonadotropin
stimulation tests in differentiating patients with hypogonadotropic
hypogonadism from those with constitutional delay of growth and
puberty. J Clin Endocrinol Metab 2009; 94:780-5.
32. Master-Hunter T, Heiman DL. Amenorrhea: Evaluation and Treatment.
Am Fam Physician 2006;73:1374-82, 1387
33. Nelson LM. Clinical practice. Primary ovarian insufficiency. N Engl J
Med. 2009;360(6):606-614
34. Gordon CM. Clinical practice. Functional hypothalamic amenorrhea. N
Engl J Med. 2010;363(4):365-371.
35. dAlva CB, Abiven-Lepage G, Viallon V, et al. Sex steroids in androgensecreting adrenocortical tumors: clinical and hormonal features in
comparison with non-tumoral causes of androgen excess. Eur J
Endocrinol. 2008;159(5):641-647
36. Sybert VP, McCauley E. Turners syndrome. N Engl J Med. 2004;
351(12):1227-1238
49
with
gonadal
dysgenesis.
European
Journal
of
Endocrinology,159(2):179-185
50
44. Teede, H., Deeks, A. & Moran, L. (2010). Polycystic ovary syndrome: a
complex condition with psychological, reproductive and metabolic
manifestations that impacts on health across the lifespan. BMC
Medicine,8:41
51