N G1P0A0 USIA
KEHAMILAN 12 MINGGU DENGAN ABORTUS IMMINENS
Di RUMAH SAKIT KARDINAH TEGAL
MAKALAH KEBIDANAN
Oleh :
TAHUN 2020
i
KATA PENGANTAR
Dengan kebesaran Allah SWT. yang maha pengasih lagi maha penyayang,
penulis panjatkan rasa puji syukur atas hidayah-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, nikmat, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Asuhan kebidananNy. N Dengan Abortus Imminens.
Adapun Asuhan kebidanan ini telah penulis usahakan dapat disusun sebaik
mungkin dengan mendapat bantuan dari berbagai pihak, sehingga penyusunan
Asuhan kebidanan ini dapat diselesaikan secara tepat waktu. Untuk itu penulis
tidak lupa untuk menyampaikan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang
telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis tetap menyadari bahwa tentunya selalu ada kekurangan, baik dari
segi penggunaan kosa-kata, tata bahasa maupun kekurangan-kekurangan lainnya.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kepada penulis agar penulis
dapat memperbaiki kualitas Asuhan kebidanan ini tetap diharapkan.
Penulis berharap semoga Asuhan kebidananNy N Dengan Abortus
Imminens ini bermanfaat, dan pelajaran-pelajaran yang tertuang dalam Asuhan
kebidanan ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya oleh para pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HalamanSampul ………………………………………………………….. i
LembarPersetujuan ………………………………………………………. ii
LembarPengesahan ………………………………………………………. iii
Kata pengantar............................................................................................... iv
Daftar isi................................................................................................... …
v
BAB 1PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ………………………………………………………. 1
1.2 Tujuan .................................................................................................. 2
1.3 Manfaat ……………………………………………………………… 3
1.4 SistematikaPenulisan ……………………………………………….. 3
DAFTAR PUSTAKA
LEMBAR KONSULTASI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
terjadi pada usia lebih dari 35 tahun disebabkan berkurangnya fungsi alat
reproduksi, kelainan pada kromosom dan penyakit kronis (Manuaba, 1998).
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk
menulis Asuhan kebidanan yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Ibu
Hamil Ny. N umur 18 tahunG1P00000Dengan Abortus Imminens di
Puskesmas Maesan Kabupaten Tegal.
Adapun upaya yang dilakukan Puskemas Maesan untuk mencegah abortus
imminens dilakukan melalui kegiatan promotif dan preventif.Kesiapan
petugas pemberi pelayanan ditingkatkan melalui pelatihan PPGDON,
menejemen polindes, serta pelatihan kelas ibu hamil. Dengan pelatihan
tersebut diharapkan dapat meningkatkan wawasan,khasanah, serta
pemahaman petugas dalam deteksi dini penyulit-penyulit kehamilan dan
persalinan, disamping itu kegiatan senam ibu hamil lebih meningkatkan
terjalinnya komunikasi yang harmonis antara bidan dan masyarakat, sehingga
informasi tentang resiko-resiko tinggi kehamilan dan persalinan lebih mudah
diserap.
1.2 Tujuan
2
1.2.2.5. Melakukan pendokumentasian pada asuhan kebidanan
pada Ny N G1P00000usia kehamilan 12 minggu dengan
abortus imminens
1.3 Manfaat
3
orang yang bisu, di bagian data akhir dapat diberi tanda “S” , “O” , “X”
untuk menguatkan diagnosa yang dibuat ( Hubertin, 2008 ).
1.4.2. Pengkajian data obkjektif (O)
O = Objektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan
fisik klien, hasil lab dan tes diagnosis lain yang dirumuskan dalam data
fokus untuk mendukung assessment sebagai langkah 1 varney.
1.4.4.Penatalaksanaan (P)
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan, tindakan dan
evaluasi berdasarkan assessment sebagai langkah 5,6,7 Varney (Mustika
Sofyan, 2001).
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
5
Hanya berlangsung pada triwulan pertama kehamilan,
kemudian nafsu makan timbul lagi.
7) Lelah ( fatigue ).
8) Payudara membesar, tegang dan sedikit nyeri, disebabkan
pengaruh estrogen dan progesterone yang merangsang duktus
dan alveoli payudara.
9) Sering buang air kecil (BAK) karena kandung kemih tertekan
oleh rahim yang membesar, gejala ini akan hilang pada
triwulan kedua kehamilan. Pada akhir kehamilan gejala ini
akan kembali oleh karena kandung kemih tertekan oleh kepala
janin.
10) Konstipasi / Obstipasi oleh karena penurunan perstitaltik usus
oleh pengaruh hormone steroid.
11) Pigmentasi kulit oleh pengaruh hormone kortikosteroid
plasenta dijumpai pada muka, aerola payudara, leher dan
dinding perut.
12) Varices, sering dijumpai pada kehamilan triwulan terakhir.
6
progesteron. Otot rahim mengalami hiperplasia dan hipertropi
menjadi lebih besar, lunak dan dapat mengikuti pembesaran rahim
karena pertumbuhan.
b. Vagina
Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah karena
pengaruh hormon estrogen sehingga tampak makin merah dan
kebiru-biruan (tanda chadwick).
c. Ovarium
Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang mengandung
corpus luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai
terbentuknya plasenta pada umur kehamilan 16 minggu.Korpus
luteum ini mengeluarkan hormon estrogen dan progesteron yang
fungsinya akan diambil alih oleh plasenta.
d. Payudara
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan untuk
persiapan laktasi. Perkembangannya dipengaruhi oleh hormon
estrogen, progesteron dan somatomammotropin. Estrogen
menyebabkan hipertrofi sistem saluran payudara. Progesteron
mempersiapkan dan menambah jumlah sel asinus. Sedangkan
somatomam- motropin berfungsi mempengaruhi sel asinus untuk
membuat kasein, laktabumin dan laktoglobulin serta merangsang
pengeluaran kolostrum.
e. Sirkulasi darah
Volume darah semakin meningkat secara fisiologi dengan adanya
pencairan darah yang disebut hidremia. Sel darah merah makin
meningkat jumlahnya untuk dapat mengimbangi pertumbuhan
janin dalam rahim. Tetapi pertambahan sel darah tidak seimbang
dengan peningkatan volume darah sehingga terjadi hemodilusi
yang disertai anemia fisiologis.
f. Sistem respirasi
Pada kehamilan terjadi juga perubahan sistem respirasi untuk dapat
memenuhi kebutuhan O2 disamping itu terjadi desakan diafragma
7
karena dorongan rahim yang membesar pada umur kehamilan 32
minggu ke atas sehingga tidak jarang menimbulkan rasa sesak.
g. Sistem pencernaan
Karena pengaruh estrogen, pengeluaran asam lambung meningkat
sehingga menyebabkan hipersalivasi, morning sickness, muntah
dan lambung terasa panas. Hormon progesteron menyebabkan
gerakan usus makin berkurang dan dapat menyebabkan obstipasi.
h. Sistem perkemihan
Pada bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan oleh
uterus yang membesar sehingga timbul sering kencing. Keadaan ini
hilang dengan makin tuanya kehamilan bila uterus gravidus keluar
dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan bila kepala janin mulai
turun ke bawah pintu atas panggul keluhan sering kencing akan
timbul lagi karena kandung kencing mulai tertekan kembali.
i. Kulit
Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi
alat-alat tertentu. Pigmentasi ini disebabkan karena pengaruh
Melanophore Stimulating Hormone (MSH) yang meningkat.
Hiperpigmetansi bisa terjadi pada striae gravidarum, areola
mammae linea nigra, dan pipi (cloasma gravidarum).
j. Metabolisme dalam kehamilan
Dengan terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh mengalami
perubahan yang mendasar, dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi
untuk pertumbuhan janin dan persiapan memberikan ASI.
Metabolisme Basal naik sebesar 15-20% terutama pada trimester
ketiga. Berat badan ibu hamil akan bertambah antara 6,5 – 16,5 kg
atau terjadi kenaikan berat badan sekitar seperdua kilogram tiap
minggu.
2.1.4 Perubahan Psikologi Wanita Hamil
Beberapa perubahan psikologi pada wanita hamil yang sering terjadi
selama masa kehamilan :
a. Perubahan Pada Trimester Pertama.
8
Ketika wanita pertama kali mengetahui dirinya mungkin hamil ia
merasa syok dan menyangkal walaupun kehamilan tersebut
direncanakan. Periode awal ketidakyakinan adalah hal umum yang
terjadi dan sebagaian besar wanita mengalami kegembiraan tertentu
karena mereka berencana membentuk hidup baru. Setiap wanita
membayangkan tentang kehamilan dalam pikiran-pikirannya
sendiri, selain itu pengalaman hidup dan kebudayaan akan
mempengaruhi kondisi psikologinya.
b. Perubahan Pada Trimester Kedua.
Trimester kedua biasanya lebih menyenangkan.Tubuh wanita telah
terbiasa dengan tingkat hormon yang tinggi. Ibu dapat menerima
kehamilannya dan menggunakan pikiran serta energinya lebih
konstruktif. Janin masih tetap kecil dan belum menyebabkan
ketidaknyamanan. Pada trimester ini ibu merasakan gerakan
janinnya pertama kali, pengalaman tersebut menandakan
pertumbuhan serta kehadiran makhluk baru dan hal ini sering
menyebabkan calon ibu memiliki dorongan psikologi yang besar.
c. Perubahan Pada Trimester Ketiga.
Trimester ketiga ditandai dengan klimaks kegembiraan emosi
karena kelahiran bayi. Sekitar bulan ke-8 mungkin terdapat periode
tidak semangat dan depresi, ketika janin membesar dan
ketidaknyamanan bertambah. Sekitar dua minggu sebelum
melahirkan sebagian wanita hamil mulai mengalami perasaan
senang. Reaksi calon ibu terhadap persalinan ini secara umum
tergantung pada persiapan dan persepsinya. Terhadap kejadian ini,
diharapkan suami dapat memberi rasa aman dan mendukung istri
dalam melakukan berbagai kegiatan. Dengan cara ini akan muncul
rasa percaya diri sehingga sang istri akan memiliki mental yang
kuat untuk menghadapi persalinannya. Selain suami, dukungan
keluarga juga sangat berarti. (Hamilton Persis Mary, 1999, hal.63)
9
2.2 Tinjauan Tentang Antenatal Care
2.2.2 Pengertian Antenatal Care
Antenatal Care adalah perawatan sebelum persalinan ditujukan pada
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.(Manuaba I.B.G,
1998, hal.129).Antenatal Care adalah pengawasan sebelum anak lahir
terutama ditujukan pada anak. (Mochtar R, hal.49).
2.2.3 Pelayanan Antenatal Care
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga
profesional (dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan
pembantu dan perawat bidan) untuk ibu selama kehamilannya sesuai
dengan standar minimal pelayanan antenatal care yang meliputi 7T
yaitu timbang berat badan, ukut tinggi badan, ukur tekanan darah,
pemberian imunisasi tetanus toxoid, ukur tinggi fundus uteri,
pemberian tablet besi minimal 90 derajat selama kehamilan, test
penyakit menular seksual (PMS) dan temu wicara dalam rangka
persiapan rujukan. (Saifuddin A.B, 2006, hal.282)
2.2.4 Tujuan Pengawasan Antenatal
2.2.4.1 Tujuan Umum
Menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu selama
dalam kehamilan sehingga didapatkan ibu dan janin yang
sehat.(Mochtar R, 1999, hal. 47)
2.2.4.2 Tujuan Khusus
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan
kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik,
mental dan sosial ibu dan janin.
c. Mengenal secara dini adanya ketidaknormalan atau
komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk
riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan
pembedahan.
10
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan melahirkan dengan
selamat ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal
mungkin.
e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan
pemberian ASI eksklusif.
f. Mempersiapkan ibu dan keluarga dalam menerima
kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
(Saifuddin A.B,2006, hal.90)
2.2.5 Kebijakan Program dan Teknis Asuhan Antenatal
a. Kebijakan Program Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan
paling sedikit empat kali selama kehamilan yaitu:
1) Satu kali pada triwulan pertama.
2) Satu kali pada triwulan kedua.
3) Dua kali pada triwulan ketiga.
Pelayanan/asuhan standar minimal termasuk “14 T”
1) Timbang berat badan.
2) Ukur tekanan darah.
3) Ukur tinggi fundus uteri.
4) Pemberian imunisasi (tetanus toksoid) TT lengkap.
5) Pemberian tablet zat besi, minimal 90 tablet selama kehamilan.
6) Tes terhadap penyakit menular seksual.
7) Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
Pelayanan/asuhan antenatal ini hanya dapat diberikan oleh
tenaga profesional dan tidak dapat diberikan oleh dukun bayi.
(Saifuddin, A.B, 2002, hal 90).
11
14) Pemeriksaan terapy anti malaria untuk daerah endemik
malaria.
b. Kebijakan Teknis
Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau
komplikasi setiap saat. Itu sebabnya mengapa ibu hamil
memerlukan pemantauan selama kehamilannya.
Penatalaksanaan ibu hamil secara keseluruhan meliputi
komponen-komponen sebagai berikut :
1) Mengupayakan kehamilan sehat.
2) Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan
penatalaksanaan awal serta rujukan bila diperlukan.
3) Persiapan persalinan yang bersih dan aman.
4) Perencanaan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan
rujukan jika terjadi komplikasi. (Saifuddin A.B,2006,hal.90)
2.2.6 Jadwal Kunjungan Antenatal
a. Kunjungan Antenatal Care untuk pemantauan dan pengawasan
kesejahteraan ibu dan anak minimal empat kali selama kehamilan
dalam waktu sebagai berikut :
1. Trimester I : 1 kali
2. Trimester II : 1 kali
3. Trimester III : 2 kali,
(Profil Departemen Kesehatan)
b. Jadwal pemeriksaan Antenatal Care adalah :
1) Pemeriksaan pertama kali yang ideal adalah sedini mungkin
ketika haidnya terlambat satu bulan.
2) Periksa ulang satu kali sebulan sampai kehamilan
c. Trimester ketiga (antara minggu ke-28 – 36).
1) Sama pada trimester pertama dan kedua.
2) Palpasi abdominal untuk mengetahui adatujuh bulan.
3) Periksa ulang dua kali sebulan sampai kehamilan sembilan
bulan.
12
4) Periksa ulang setiap minggu sesudah kehamilan sembilan
bulan.
5) Periksa khusus apabila ada keluhan-keluhan.
Pengawasan Antenatal sangat penting dalam upaya menurunkan
angka kesakitan dan kematian ibu maupun perinatal. Pengawasan
antenatal memberikan manfaat dengan ditemukannya berbagai
kelainan yang menyertai hamil secara dini sehingga dapat
diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-langkah dalam pertolongan
persalinan dan nifas. (Manuaba I.B.G, 2008,hal.128)
13
dapat dilakukan dengan pemeriksaan USG (Ultrasonografi)
untuk melihat gerakan dan denyut jantung janin. Denyut jantung
janin dapat juga didengarkan melalui alat Doppler atau Laennec
apabila janin sudah mencapai usia 12 – 16 minggu.
Abortus imminens adalah terjadi perdarahan bercak yang
menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan suatu kehamilan.
Dalam kondisi ini, kehamilan masih mungkin berlanjut dan
dipertahankan (Wiknjosastro dkk, 2002 : 147). Abortus
imminens adalah abortus ini baru mengancam dan masih ada
harapan untuk mempertahankannya (FK-UNPAD, 1984 : 8)
b) Abortus insipiens
Adalah terjadinya perdarahan ringan atau sedang pada
kehamilan muda dimana hasil konsepsi masih berada
dalam kavum uteri (Saifuddin, 2007).
c) Abortus inkomplit
Adalah abortus yang terjadi sebelum usiagestasi 10
minggujanin danplasenta biasanya keluar, tetapi dalam waktu
yang terpisah (Cunningham, 2006).
d) Abortus komplit
Adalah terjadinya perdarahan sampai semua produk pembuahan
ataujanin, selaput ketuban dan plasenta sudah keluar (Helen
Farrer, 2009).
e) Abortus habitualis
Adalah abortus spontan yang terjadi tiga kali berturut-turut atau
lebih (Kusmiyati, 2009).
f) Abortus infeksio
Adalah abortus yang disertai komplikasi infeksi. Adanya
penyebaran kuman atau toksin ke dalam sirkulasi dan kavum
peritoneum dapat menimbulkan septicemia, sepsis atau
peritonitis (Saifuddin, 2002).
g) Abortus septic
14
Adalah abortus yang disertai infeksi berat dengan penyebaran
kuman atau toksinnya ke dalam peredaran darah atau
peritoneum (Saifuddin, 2007).
h) Missed abortion
Missed abortion terjadi jika sesudah mengalami abortus
imminens,perdarahan pervaginam berhenti namun produk
pembuahan meninggal dan tetap berada dalam rahim (Helen
Farrer, 2009).
2) Abortus buatan
Adalah abortus yang terjadi akibat intervensi tertentu yang
bertujuan untuk mengakhiri proses kehamilan (Kusmiyati, 2009).
b. Berdasarkan pelaksanaannya
1) Abortus medisinalis (abortus therapeutik)
Abortus yang dilakukan atas dasar indikasi vital ibu hamil, jika
diteruskan kehamilannya , akan lebih membahayakan jiwa ibu
sehingga terpaksa dilakukanabortus spontan (Manuaba, 2007).
2) Abortus kriminalis
Abortus yang dilakukan pada kehamilan yang tidak diinginkan,
diantaranya akibat perbuatan yang tidak bertanggung jawab.
Sebagian besar dilakukan oleh tenaga yang tidak terlatih
sehingga dapat menimbulkan komplikasi (Manuaba, 2007).
2.3.2 Etiologi
Insiden, 15% sampai 25% dari kehamilan yang dikenali secara klinis,
mungkin mendekati 50% dari semua konsepsi. (Graber,
2006:368) Penyebab abortus merupakan gabungan dari beberapa
faktor. Umumnya abortus didahului oleh kematian janin.Faktor-
faktor yang yang dapat menyebabkan terjadinya abortus adalah:
a. Faktor Janin
Kelainan yang sering dijumpai pada abortus adalah kelainan
perkembangan zigot, embrio, janin atau plasenta. Kelainan
tersebut biasanya menyebabkan abortus pada trimester pertama,
yakni:
15
1) Kelainan telur, telur kosong (blighted ovum), kerusakan
embrio, atau kerusakan kromosom (monosomi, trisomi atau
poliploidi)
2) Embrio dengan kelainan lokal
3) Abnormalitas pembentukan plasenta (hiplopasi trofoblas)
(Cunningham, 2005:952)
Produk konsepsi yang abnormal menjadi penyebab
terbanyak dari abortus spontan. Paling sedikit 10% hasil
konsepsi manusia mempunyai kelainan kromosom dan
sebagian besar akan gugur. (Benson, 2008:297).
b.Faktor Maternal
1) Infeksi
Infeksi maternal dapat membawa dapat membawa resiko bagi
janin yang sedang berkembang , terutama pada akhir
trimester pertama atau awal trimester kedua. Tidak diketauhi
penyebab kematian janin secara pasti, apakah janin yang
menjadi terinfeksi ataukah toksin yang dihasilkan oleh
mikroorganisme penyebabnya.Penyakit-penyakit yang dapat
menyebabkan abortus.
2) Virus
Misalnya rubella, sitomegalo virus, virus herpes simpleks,
varicella zoster, vaccinia, campak, hepatitis, polio dan
ensefalomeilitis.
3) Bakteri- misalnya Salmonella typi.
4) Parasit- misalnya Toxoplasma gondii, plasmodium.
5) Penyakit vaskular-misalnya hipertensi vaskular
6) Penyakit endrokin
Abortus spontan dapat terjadi bila produksi progesteron
tidak mencukupi atau pada penyakit disfungsi
tiroid, defisiensi insulin.
7) Faktor Imunologis
16
Ketidakcocokan (Inkompatibilitas) sistem HLA (Human
Leukocyte Antigen)
8) Trauma
Kasusnya jarang terjadi, umumnya abortus terjadi segera
setelah trauma tersebut, misalnya trauma akibat pembedahan:
a. Pengangkatan Ovarium yang mengandung korpus
luteum gravidatum sebelum minggu ke-8
b. Pembedahan intraabdominal dan operasi pada uterus
pada saat hamil
9) Kelainan Uterus
Hipoplasia uterus, mioma (terutama mioma submukosa),
serviks inkompeten atau retroflexio uteri gravidi incarcerata.
10) Faktor psikosomatik pengaruh dari faktor ini masih
dipertanyakan. (Benson, 2008:298)
c. Faktor Eksternal
1) Radiasi
Dosis 1-10 rad bagi janin pada usia 9 minggu pertama dapat
merusak janin dan dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan
keguguran.
2) Obat-obatan
Antagonis asam folat, antikoagulan dan lain-lain. Sebaiknya
tidak menggunakan obat-obatan sebelum kehamilan 16
minggu, kecuali telah di buktikan bahwa obat tersebut tidak
membahyakan janin atau untuk pengobatan penyakit ibu yang
parah.
4) Bahan-bahan kimia lainnya, seperti bahan yang mengandung
arsen dan benzen. (Wiknjosastro, 2007:303)
17
d. Faktor Resiko
1) Usia
Usia dibawah 20 tahun dan di atas 18 tahun merupakan usia
resiko untuk hamil dan melahirkan (Mulyati, 2003). Menurut
Manuaba (1998) kurun waktu reproduksi sehat adalah 20-30
tahun dan keguguran dapat terjadi pada usia yang masih
muda, karena pada saat remaja alat reproduksi belum matang
dan belum siap untuk hamil.
2) Paritas ibu
Semakin banyaknya jumlah kelahiran yang dialami seorang
ibu semakin tinggi resikonya untuk mengalami komplikasi
kehamilan, persalinan dan nifas (Mulyati, 2003). Sejalan
dengan pendapat Cuningham (2005) bahwa resiko abortus
spontan semakin meningkat dengan bertambahnya paritas.
3) Riwayat abortus sebelumnya
Setelah satu kali abortus spontan, memiliki resiko 15% untuk
mengalami keguguran lagi, sedangkan bila pernah 2 kali,
resiko meningkatnya 25%. Beberapa studi meramalkan resiko
setelah 3 abortus berurutan 30-45% (Prawirohardjo, 2008).
4) Pemeriksaan antenatal
Pemeriksaan antenatal yang baik adalah minimal 1 kali pada
trimester pertama, 1 kali pada trimester kedua dan 2 kali pada
trimester ketiga. Keuntungan yang diperoleh dengan
melakukan pemeriksaan antental dengan baik adalah kelainan
yang mungkin ada atau timbul pada kehamilan tersebut cepat
diketahui dan segera dapat di atasi sebelum berpengaruh
tidak baik pad kehamilan (Prawirohardjo, 2008).
5) Pendidikan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Saifudin (2002)
bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan makin rendah
kejadian abortus. Angka kejadian tertinggi yaitu pada
golongan berpendidikan 10-12 tahun (SMA). Secara teoritis
18
diharapkan wanita ynag berpendidikan lebih tinggi cenderung
lebih memperhatikan kesehatan diri dan keluarganya.
6) Merokok
Merokok dilaporkan menyebabkan peningkatan risiko
abortus. Bagi wanita yang merokok lebih dari 14 batang per
hari, risiko tersebut sekitar dua kali lipat dibandingkan
kontrol normal (Cuningham dkk, 2005)
7) Alkohol
Abortus spontan dan anomaly janin dapat terjadi akibat
sering mengkonsumsi alcohol selama 8 minggu pertama
kehamilan. Angka abortus meningkat dua kali lipat pada
wanita yang minum 2 kali setiap minggu, dan tiga kali pada
wanita yang mengkonsumsi alcohol (Cuningham dkk, 2005)
2.3.3 Patofisiologis
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan
nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas
dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus
berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.Pada
kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus
desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan
seluruhnya karena vili koriales belum menembus desidua secara
mendalam. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah
lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan
menimbulkan banyak perdarahan (Wiknjosastro, 2007:303-305).
Mekanisme diatas juga terjadi atau diawali dengan pecahnya selaput
ketuban lebih dulu dan diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat
namun plasenta masih tertinggal dalam cavum uteri.Plasenta
mungkin sudah berada dalam kanalis servikalis atau masih melekat
pada dinding cavum uteri. Jenis ini sering menyebabkan perdarahan
pervaginam yang banyak. (Widjanarko, 2009).Pada kehamilan lebih
dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta
hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong amnion
19
atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum), janin
lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus,
maserasi atau fetus papiraseus (Wiknjosastro, 2007:303-305). Janin
biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta
beberapa saat kemudian. Kadang-kadang plasenta masih tertinggal
dalam uterus sehingga menyebabkan gangguan kontraksi uterus dan
terjadi perdarahan pervaginam yang banyak. Perdarahan umumnya
tidak terlalu banyak namun rasa nyeri lebih menonjol (Widjanarko,
2009).
2.3.4 Gejala Klinis
a. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
b. Terdapat perdarahan, disertai perut sakit.
d. Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur
kehamilan dan terjadi kontraksi otot rahim.
e. Hasil pemeriksaan dalam terdapat perdarahan dari kanalis
servikalis, kanalis servikalis masih tertutup, dapat dirasakan
kontrasi otot rahim.
f. Hasil pemeriksaan tes hamil masih positif
2.3.5 Pemeriksaan Penunjang
a.Hasil USG menunjukkan:
1) Buah kehamilan masih utuh, ada tanda kehidupan janin.
2) Meragukan
3) Buah kehamilan tidak baik, janin mati. (Kusmiyati, 2009:150)
4) Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila
janin sudah mati
5) pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin
masih hidup
6) pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion
b. Data laboratorium:
1) Tes urine
2) hemoglobin dan hematokrit
3) menghitung trombosit
20
4) kultur darah dan urine
c. Pemeriksaan ginekologi :
1) Inspeksi Vulva: perdarahan pervaginam ada atau tidak
jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva
2) Inspekulo: perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka
atau sudahtertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium,
ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
3) Colok vagina: porsio masih terbuka atau sudah tertutup,
teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus
sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat
porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum
douglas tidak menonjol dan tidak nyeri. (Ratihrochmat, 2009)
2.3.6 Komplikasi
a. Perdarahan
b. Perforasi
c. Infeksi
d. Syok
1) Perdarahan yang banyak disebut syok hemoragik
2) Infeksi berat atau sepsis disebut syok septic atau endoseptik
(Wiknjosastro, 2007:311-312)
2.3.7 Diagnosa
Diagnosis abortus imminens ditentukan karena pada wanita hamil
terjadi melalui ostium uteri eksternum, disertai mules sedikit atau
tidak sama sekali, uterus membesar sebesar tuannya kehamilan,
serviks belum membuka, dan tes kehamilan positif. Pada beberapa
wanita hamil dapat terjadi perdarahan sedikit pada saat haid yang
semestinya datang jika tidak terjadi pembuahan. Hal ini disebabkan
oleh penembusan vili koriales ke dalam desidua, pada saat
implantasi ovum. Perdarahan implantasi biasannya sedikit,
warnanya merah, dan cepat berhenti, tidak disertai mules-mules.
(Wiknjosastro, 2007:305).
21
2.3.8 Penanganan
a. Istirahat–baring, tidur berbaring merupakan unsur penting dalam
pengobatan, karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran
darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.
b. Anjuran untuk tidak melakukan aktifitas fisik secara berlebihan
atau melakukan hubungan seksual.
c. Pemeriksaan USG penting dilakukan untuk menentukan apakah
janin masih hidup. (Wiknjosastro dkk, 2002 : 305)
d. Pada fasilitas kesehatan dengan sarana terbatas, pemantauan
hanya dilakukan melalui gejala klinik dan hasil pemeriksaan
ginekologik. (Saifuddin, 2007:149)
e. Terapi defesiensi hormon pada abortus imminens
Ditrogesteron
mg per oral 10 mg setiap 8 jam
Alilesterenol
mg per oral 5 mg setiap 8 jam
f. Asam mefenamat
Digunakan sebagai anti prostaglandin dan penghilang nyeri tetapi
efektifitasnya dalam mengatasi ancaman abortus, belum dapat
dikatakan memuaskan.
g. Penenang penobarbital 3 x 30 gram valium
h. Anti pendarahan: Adona , Transamin
i. Vit B Komplek
j. Hormon progesteron
k. Penguat plasenta: gestanom, dhopaston
l. Anti kontraksi Rahim: Duadilan, papaverin
22
2.4 Proses Manajemen Asuhan Kebidanan
23
A (assesment) : Analisis dan interpretasi Berdasarkan data yang
terkumpul kemudian dibuat kesimpulan yang meliputi diagnosis,
antisipasi diagnosis atau masalah potensial, serta perlu tidaknya
dilakukan tindakan segera. Merupakan keputusan yang ditegakkan
dari hasil perumusan masalah yang mencakup kondisi, masalah dan
prediksi terhadap kondisi tersebut. Penegakan diagnosa kebidanan
dijadikan sebagai dasar tindakan dalam upaya menanggulangi
ancaman keselamatan pasien/klien.
P (Penatalaksanaan) : Merupakan penatalaksanaan kasus yang
diberikan termasuk asuhan mandiri, kolaborasi, diagnosis atau
labolatorium, serta konseling untuk tindak lanjut.
2.4.3 Pentingnya Pendokumentasian SOAP
1. Menciptakan catatan permanen tentang asuhan kebidanan yang
diberikan kepada pasien.
2. Kemungkinan berbagai informasi diantara para pemberi asuhan.
3. Memfasilitasi pemberian asuhan yang berkesinambungan
4. Memungkinkan pengevaluasian dari asuhan yang diberikan
5. Memberikan data untuk catatan nasional, riset, dan statistic
mortalitas morbiditas
6. Meningkatakan pemberi asuhan yang lebih aman, bermutu
tinggi.
2.4.4 Alasan SOAP Digunakan Untuk Pendokumentasian
1. Pembuatan grafik metode SOAP merupakan progesi informasi
yang systematis yang mengorganisir penemuan dan konklusi
bidan menjadi suatu rencana asuhan.
2. Metode ini merupakan penyulingan inti sari dari proses
penatalaksanaan kebidanan untuk tujuan penyediaan dan
pendokumentasian asuhan.
3. SOAP merupakan urutan-urutan yang dapat membantu bidan
dalam mengorganisir pikiran bidan dan memberikan asuhan
yang menyeluruh.
24
BAB 3
TIJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
d. Riwayat Obstetri
25
Penolong Jenis BB
Tahu Tempa J P Komplikas
No persalina persalina Lahi ket
n t K B i
n n r
1 Hamil
ini
e. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti TBC,
hepatitis, penyakit menurun seperti DM, asma, dan penyakit kronis seperti
jantung.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan saat ini sedang tidak menderita penyakit menular seperti
TBC, hepatitis, penyakit menurun seperti DM, asma, dan penyakit kronis
seperti jantung.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan baik dari keluarga ibu maupun suami tidak ada yang
menderita penyakit menular seperti TBC, hepatitis, penyakit menurun
seperti DM, asma, dan penyakit kronis seperti jantung.
f. Pola kebutuhan sehari hari
1) Nutrisi
Makan : 3x/hari porsi satu piring
Jenis : Nasi, sayur, lauk
Keluhan : Tidak ada
Minum : 7-8 gelas/hari
Jenis : Air putih, Susu
Keluhan : Tidak ada
2) Eliminasi
BAB : 1-2x/hari, warna kuning kecoklatan,bau khas feces,
konsistensi padat
Keluhan : tidak ada
BAK : 4-5x/hari
Keluhan : tidak ada
3) Aktivitas
26
Ibu mengatakan sebagai ibu rumah tangga aktivitas sehari harinya yaitu
melakukan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu, memasak,
mencuci, dan lain lain.
4) Istirahat
Siang : 1 jam
Malam : 6-7 jam
Keluhan : Tidak ada
5) Pola seksual
Ibu mengatakan tidak ada keluhan dalam hubungan seksual
6) Personal hygiene
Mandi : 2x/hari
Gosok gigi : 2x/hari
Keramas : 3x/minggu
Ganti baju : 2x/hari
Potong kuku : 1x/minggu
7) Data psikososial
Ibu mengatakan khawatir dengan kehamilan saat ini, seteleh flek-flek
kemudian diikuti keluarnya darah segar dari vagina disertai rasa mules
di area pusat.
3.1.2 Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
KU : cukup
Kesadaran : CM
Vital Sign : TD: 110/70 N:80X/menit S:36,2OC
RR :20X/menit
BB : 48,5 kg
BB Sebelum Hamil : 45kg
TB : 150
LILA : 24 cm
2. Pemeriksaan fisik
27
Muka Tidak pucat, tidak ada cloasma gravidarum,
tidak ada oedem
Mata Konjungtiva merah muda, sclera putih
Mulut Bibir tidak pucat
Payudara Tidak ada masa/benjolan, areola
hiperpigmentasi, putting susu menonjol
Abdomen Tidak ada striae gravidarum, tidak ada luka
bekas operasi
Genetalia Keluar flek flek
Ekstremitas (atas dan bawah) simetris, tidak ada oedem,
reflek patella (+)Reflek patella : kanan (+) kiri
(+)
3. Pemeriksaan Khusus
a. Obstetrik
1) Abdoment
a) Inspeksi : taa
b) Palpasi :
L1 : (+)
LII : ballotement (+)
LIII : ballotement (+),
LIV : ballotement (+)
nyeri tekan atas sympisis (+)
c) Auskultasi :-
b. Gynekologi
1) Kongenital
(a) Inspeksi : fluksus (+), darah (+), Lendir (-), Warna
coklat kehitaman
(b) Inspekulo : vagina tak terkaji, porsio tidak ada
pembukaan
(c) VT : tidak ada pembukaan, portio tegang, tidak ada
penonjolan fornix posterior
4. Pemeriksaan penunjang
Hb= 12,8 gr%
Protein urin (-)
Golongan darah : O
28
Anti HIV: non reaktif
5. Terapi saat ini :
- Infus RL 20 tpm
- Preabor 1 X1 tab
3.1.3 ASSESSEMENT/DX
G1P0 USIA Kehamilan 12 Minggu Dgn Abortus Imminens
3.1.4 PENATALAKSANAAN
1. Memberi tahu hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa ibu mengalami
abortus imminens atau ancaman keguguran. Namun ibu tidak perlu
khawatir dan cemas karena janin masih bisa dipertahankan.
R: Ny. N memahami penjelasan petugas, wajah yang tegang berangsur
berkurang
2. Menjelaskan pada ibu bahwa ibu perlu rawat inap di Rumah Sakit
Kardinah agar keadaaan ibu bisa terpantau dengan baik oleh dokter
R: ibu memahami penjelasan petugas dan akan mematuhi petunjuk
petugas
3. Menjelaskan kepada ibu pentingnya bedrest total atau tirah baring di
tempat tidur serta mengurangi aktivitas baik itu duduk, pergi kekamar
mandi maupun aktivitas lainya, menganjurkan ibu agar tetap berbaring
di tempat tidur
R: ibu memahami penjelasan petugas dan berusaha melakukan aktifitas
yang sangat minim di tempat tidur
4. Mengobservasi keadaan umum dan tanda vital ibu dengan melakukan
pemeriksaaan TTV meliputi :
- TD : 110/70
- N: 80x/i
- S : 36,50C R : 22x/i
- Menanyakan keluhan ibu :
Ibu mengatakan masih ada flek–flek namun sudah mulai berkurang
Memotivasi ibu untuk cukup makan dan minum untuk memenuhi
nutrisi ibu dan bayi dalam kandungan serta mempercepat pemulihan
29
5. Menjelaskan kepada ibu tanda-tanda resiko abortus dan ibu harus segera
pergi ke petugas untuk periksa ( nyeri perut yang hebat, keluar darah dari
kemaluan)
R: ibu mengerti dan bersedia mengikuti saran
6. Kolaborasi dengan dokter dengan cara menjelaskan keadaan pasien saat
kunjungan dokter dan meminta terapi obat yang sesuai.
7. Kolaborasi dengan dokter untuk melakukan pemeriksaan USG untuk
memastikan keadaan janin dalam kandungan
8. Mendokumentasikan tindakan di RM
Tgl. 23 Juli 2020 jam 09.00 WIB ibu melakukan pemeriksaan USG
1. Ibu mengerti dan segera ke pelayanan kesehatan jika terdapat tanda-
tanda tersebut
2. Ibu mengatakan akan berkunjung ke pelayanan kesehatan untuk
memeriksakan kehamilannya 2 minggu lagi atau secepatnya jika ada
keluhan
BAB 4
30
PEMBAHASAN
a. Riwayat kesehatan
b. pemeriksaan fisik pada kesehatan
c. Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya
d. Meninjau data laboratorium dan membandingkan dengan hasil studi
Pada laporan Asuhan Kebidanan ini didapatkan data keluhan dan
alasan ibu melakukan pemeriksaan, data tentang keseharian, riwayat
kehamilan serta pemeriksaan pada kehamilan ini. Data subyektif dari ibu
dapat menunjang dalam penentuan diagnosa serta masalah yang dialami oleh
ibu yang mengalami Abortus imminens
31
4.2 Data Obyektif
Dari hasil pemeriksaan didapatkan KU : cukup, Kesadaran : cm,
4.3 Asessment
Berdasarkan pengkajian data pada Ny N GIP000 usia kehamilan 12
minggu dengan abortus imminens. Masalah atau diagnosa yang ditegakkan
berdasarkan data atau informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan
atau disimpulkan. Karenakeadaan pasien terus berubah dan selalu ada
informasi baru baik subjektif maupun objektif, dan sering diungkapkan secara
32
terpisah-pisah, maka proses pengkajian adalah suatu proses yang dinamik.
Sering menganalisa adalah sesuatu yang penting dalam mengikuti
perkembangan pasien dan menjamin suatu perubahan baru cepat diketahui
dan dapat diikuti sehingga dapat diambil tindakan yang tepat. Ini
menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data yang
tepat.
4.4 Penatalaksanaan
Tujuan jangka pendek pada laporan asuhan kebidanan ini adalah
setelah dilakukan asuhan kebidanan selama kurang lebih 1 jam diharapkan
ibu menerima keadaannya, dengan kriteria hasil; K adalah Ibu mengerti dan
dapat mengulang kembali apa yang telah dijelaskan oleh petugas kesehatan,
A adalah ibu dapat menerima keadaannya dan mau bekerja sama untuk
dilakukan pengobatan, P adalah ibu bekerja sama untuk dilakukan rujukan, P
adalah ibu sampai pada pelayanan kesehatan yang lebih tinggi.
Membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan datang. Untuk
mengusahakan tercapainya kondisi pasien yang sebaik mungkin atau
mempertahankan kesehatannya. Proses ini termasuk kriteria tujuan tertentu
dari kebutuhan pasien yang harus dicapai dalam batas waktu tertentu,
33
tindakan yang diambil harus membantu pasien mencapai kemajuan dalam
kesehatan dan harus sesuai dengan instruksi dokter.
34
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.1.5 Tujuan jangka pendek pada laporan asuhan kebidanan ini adalah setelah
dilakukan asuhan kebidanan selama kurang lebih 1 jam diharapkan ibu
menerima keadaannya, dengan kriteria hasil; K adalah Ibu mengerti dan
dapat mengulang kembali apa yang telah dijelaskan oleh petugas
kesehatan, A adalah ibu dapat menerima keadaannya dan mau bekerja
sama untuk dilakukan pengobatan, P adalah ibu bersedia melakukan
kunjungan ulang 2 mggu lagi atau bila tanda tanda persalinan, P adalah
35
ibu bersedia dirujuk ke faskes yang lebih tinggi bila di bila
perdarahannya tidak teratasi dan muncul masalah potensial.
5.2 Saran
36
DAFTAR PUSTAKA
37