Oleh :
Roni Suci Indah Fatmawati A.md., Keb
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas Rahmat dan
Karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah Pelayanan KB yang berjudul
“Pelayanan Kontrasepsi Dengan Metode Modern Yaitu Intra Uterin Devices (IUD) dan
Sterilisasi Pada Wanita (MOW)” dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Kami menyadari
bahwa makalah Pelayanan KB ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membagun dari semua pihak.
Ucapan terimakasih atas selesainya tugas makalah ini dan semoga bermanfaat bagi
penulis sendiri dan bagi pembaca. Pada kesempatan ini tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
Akhir kata semoga Makalah Pelayanan KB ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
semoga Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua, Amin.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
1
A. 1
B. 3
C. 3
4
A. 4
B. Kontrasepsi4
C. AKDR/IUD 5
D. Sterilisasi Pada Wanita (MOW)13
22
A. 22
B. 22
23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dari hasil sensus penduduk tahun 2009 dikemukakan bahwa penduduk Indonesia
mencapai 231 juta jiwa. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia pertahun sebesar 1,29%.
Berdasarkan penilaian United Nations Development Program (UNDP) pada tahun 2005,
kualitas sumber daya manusia yang diukur melaui indeks pembangunan. Manusia telah
menempatkan Indonesia pada urutan peringkat 110 dari 177 negara. Kondisi ini akan
semakin terpuruk jika program pembangunan yang disiapkan pemerintah tak mampu
menyentuh seluruh masyarakat. Itu sebabnya pemerintah pusat perlu terus memberikan
perhatian terhadap program KB. Tujuannya adalah untuk menekan laju pertumbuhan
penduduk agar program pembangunan bisa dinikmati oleh semua lapisan masyarakat.
(Humaniraya, 2009).
Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committee 1970: keluarga
berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari
kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat
diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran
dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga
(Suratun, 2008).
Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan UNFPA
(2005) dan pelaksanaan program KB masih mengalami beberapa hambatan. Menurut
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003, masih sekitar 40%
Pasangan Usia Subur (PUS) yang belum menjadi akseptor KB (Saroha, 2009).
Berdasarkan data survey demografi dan kesehatan Indonesia pada tahun 2007
pengguna kontrasepsi IUD menduduki peringkat ke empat, dari sejumlah 746.702
peserta KB dan yang menggunakan IUD sebanyak (2,74%) (BKKBN, 2007).
Angka kesuburan total atau TFR di Indonesia turun dari 5,6% menjadi 2,6%.
Tahun 2002 sampai 2003 menurut BPS (Biro Pusat Statistik), DepKes, 2003. Sebagai
aspek kebutuhan kesehatan reproduksi perempuan banyak yang belum terpenuhi karena
ketidak tersediaan konseling dan pelayanan KB yang merupakan hal terpenting dalam
menurunkan resiko. Pada tahun 2003 yaitu 2/3 atau (66,67%) perempuan menikah di
1
Indonesia menggunakan kontrasepsi modern atau IUD/AKDR 14,8%, (Departemen
Kesehatan, 2009).
Paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya dari
mewujudkan norma keluarga kecil bahagia sejahtera (NKKBS) menjadi visi untuk
mewujudkan”keluarga berkualitas tahun 2015”. Keluarga yang berkualitas adalah yang
sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan,
bertanggung jawab, harmonis dan Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Saefuddin,
2003).
Berdasarkan visi dan misi tersebut, program keluarga berencana nasional
mempunyai kontribusi penting dalam upaya meningkatkan kualitas penduduk. Dalam
kontribusi tersebut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) telah
mewujudkan keberhasilannya selain berhasil menurunkan angka kelahiran dan
pertumbuhan penduduk, juga terpenting adalah keberhasilan mengubah sikap mental
dasar perilaku masyarakat dalam upaya membangun keluarga berkualitas.
Sebagai salah satu bukti keberhasilan progra tersebut. Antara lain dapat diamati
dari semakin meningkatnya angka pemakaian kontrasepsi (prevalensi). Survey
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 1997 memperlihatkan proporsi peserta KB
yang terbanyak adalah suntik (21,1%), pil (19,4%), AKDR (18,1%), Norplan (16%),
Sterilisasi wanita (3%), Kondom (0,7%), Sterilisasi pria (0,4%), dan sisanya merupakan
peserta KB tradisonal yang masing-masing menggunakan cara tradisional seperti pantang
berkala maupun senggama terputus.
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa AKDR / IUD berada diposisi ketiga dan
sterilisasi pada wanita berada pada posisi lima. Sedangkan dalam program BKKBN
memberikan penekanan pada kontasepsi AKDR terutama adalah CuT380 A yang
menjadi primadona BKKBN. Namun begitu tidak semua klien berminat terhadap alat
kontrasepsi AKDR dan Sterilisasi Wanita dikarenakan berbagai alasan yang berbeda-
beda seperti takut efek samping, takut proses pemasangan, dilarang oleh suami, dan
kurang mengetahui tentang KB AKDR dan Sterilisasi Pada Wanita. Maka dari itu
penulis ingin mencoba membahas makalah dengan judul “Kontrasepsi IUD dan
Sterilisasi Pada Wanita.
2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Yang menjadi tujuan kami dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai pemenuhan
tugas mata kuliah Pelayanan KB, dan juga untuk menyampaikan informasi yang
lebih tenang Pelayanan kpntrasepsi dengan metode modern yaitu penggunaan alat
kontrasepsi AKDR/IUD dan Sterilisasi Pada Wanita (MOW) di masyarakat.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tentang Pelayanan Kontrasepsi dengan metode modern yaitu
AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) /IUD (Intra Uterin Devices).
b. Mengetahui tentang Pelayanan Kontrasepsi dengan metode modern yaitu
Sterilisasi Pada Wanita (MOW) dengan cara Penyinaran, Operatif dan
Penyumbatan Tuba Mekanis dan Tuba Kimiawi.
C. Manfaat
1. Bagi Istitusi
Diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi mahasiswa D3 Kebidanan.
2. Bagi Mahasiswa
Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan dengan topik
Pelayanan Kontrasepsi dengan Metode Modern dengan IUD dan Sterilisasi Paada
Wanita (MOW).
3. Bagi Pembaca
Diharapkan bisa menambah wawasan bagi pembaca mengenai Pelayanan
Kontrasepsi dengan Metode Modern dengan IUD dan Sterilisasi Paada Wanita
(MOW).
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Keluarga Berencana
1. Pengertian Keluarga Berencana
Keluarga berencana adalah suatu usaha yang mengatur banyaknya kehamilan
sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu, bayi, ayah serta keluarga yang
bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari
kehamilan (Maryani, 2008).
2. Tujuan Keluarga Berencana
Membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga
dengan cara mengatur kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan
sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Maryani, 2008).
3. Sasaran Program Keluarga Berencana
Adapun sasaran program keluarga berencana adalah Pasangan Usia Subur <20 tahun
dengan tujuan menunda kehamilan. Pasangan Usia Subur 20-35 tahun dengan tujuan
mengatur kesuburan dan menjarangkan kehamilan, Pasangan Usia Subur dengan
usia >35 tahun tujuannya untuk mengakhiri kehamilan (Maryani, 2008).
B. Kontrasepsi
1. Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata”kontra” berarti mencegah atau melawan,
sedangkan kontrasepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang
dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi
adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan, sebagai akibat adanya
peertemuan antara sel telur dan sel sperma tersebut (Maryani, 2008).
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu
dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen (Wiknjosastro, 2005).
2. Cara Kerja Kontrasepsi
Cara kerja kontrasepsi bermacam-macam tetapi pada umumnya terdapat 3 cara,
yaitu : Mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi, melumpuhkan sperma dan
menghalangi pertemuan sperma dengan sel telur (Wiknjosastro, 2005).
4
3. Syarat-syarat Metode Kontrasepsi
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu metode kontrasepsi yang baik adalah :
Aman dan tidak berbahaya, dapat diandalkan, sederhana, murah, dapat diterima oleh
banyak orang, pemakaian jangka lama (Hartanto, 2004).
7
5. Keuntungan Menggunakan IUD/AKDR
a. Sebagai kontrasepsi yang efektifitasnya tinggi yaitu :
Sangat efektif 0,6 - 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1
kegagalan dalam 125 - 170 kehamilan).
b. IUD/AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.
c. Metode jangka panjang (sampai 10 tahun dan tidak perlu diganti).
d. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.
e. Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
f. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut hamil.
g. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (Cu T380A).
h. Tidak mempengaruhi produksi ASI (Niken, 2010).
i. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak
terjadi infeksi).
j. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir).
k. Tidak ada interaksi dengan obat-obatan.
l. Membantu mencegah kehamilan ektopik (Sarwono, 2006).
6. Kerugian Menggunakan IUD/AKDR
a. Efek samping yang umum terjadi :
1) Perubahan siklus haid (umumnya terjadi pada 3 bulan pertama pemasangan
dan akan berkurang setelah 3 bulan).
2) Haid lebih lama dan banyak.
3) Perdarahan (spotting)
4) Saat haid lebih sakit.
b. Komplikasi lain :
1) Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan.
2) Perdarahan berat pada waktu haid.
c. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
d. Tidak baik digunakan pada wanita yang mempunyai penyakit IMS atau pada
perempuan yang sering berganti pasangan.
e. Penyakit radang panggul.
f. Klien tidak dapat melepas sendiri IUD nya.
g. Perempuan juga harus rajin memeriksa benang IUD dari waktu kewaktu dengan
cara memasukkan jarinya kedalam vagina.
8
7. Yang dapat Menggunakan IUD
a. Usia reproduktif
b. Keadaan nulipara
c. Menginginkan menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang
d. Menyusui yang menginginkan menggunakan alat kontrasepsi
e. Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya
f. Setelah mengalami abortus yang tidak terlihat adanya infeksi
g. Tidak menyukai mengingat-ingat seperti Pil dan Suntik
h. Tidak menghendaki kehamilansetelah 1-5 hari senggama yang tidak dilindungi.
8. Tidak di Perkenankan Menggunakan IUD
a. Diketahui hamil atau dicurigai hamil.
b. Perdarahan yang tidak diketahui sebabnya.
c. Dicurigai mengidap keganasan saluran genital (Anna, 2006)
d. Infeksi panggul, erosi serviks, perdarahan pervaginam yang tidak diketahui
penyebabnya, alergi logam dan kelainan pada rahim (Hidayati, 2009).
e. Menoragia dan anemia, memiliki banyak pasangan seksual, usia dan nuliparitas,
(Anna, 2006).
f. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat
mempengaruhi kavum uteri (dinding uterus) .
g. Ukuran rongga rahim kurang dari 5cm (Sarwono, 2006)
9. Waktu Pemasangan IUD
a. Setiap waktu dalam siklus haid, yang dipastikan klien tidak hamil
b. Hari pertama sampai ke-7 siklus haid.
c. Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu pasca
persalinan.
d. Setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada
gejala infeksi
e. Selama 1 sampai 5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi (Sarwono,
2006).
10. Kunjungan Ulang
a. 1 bulan pasca pemasangan
b. 3 bulan kemudian
c. Setiap 6 bulanberikutnya
d. 1 tahun sekali
9
e. Bila terlambat haid 1 minggu
f. Perdarahan banyak dan tidak teratur.
11. Pemasangan AKDR
a. Alat dan Bahan
1) Selimut
2) Perlak
3) Lampu sorot
5) Tenakulum
6) Tampon Tang
7) Sonde Uterus
b. Prosedur Kerja
1) Posisikan pasien pada posisi litotomi
2) Lakukan Pemeriksaan Genitalia externa, pelvis (ukuran dan posisi uterus
dan keadaan adneksa.
3) Identifikasi kontraindikasi pemasangn AKDR
4) Usapkan Larutan antisepsis kevagina dan serviks (≥2 kali)
5) Pasangkan spekulum cocor bebek dan pegang serviks diarah anterior
menggunakan spekulum kemudian lakukan sondase uterus untuk mengukur
panjang uterus
10
6) Letakan kemasan AKDR dipermukaan datar, keras dan bersih bagian
transparan disisi atas
7) Buka kemasan yang berlawanan dengan tempat AKDR berada hingga ½
jarak dengan leher biru.
8) Pegang dan tekuk (jangan biarkan tangan horizontal AKDR tertekuk > 5
menit) kedua ujung lengan horizontal AKDR dari atas bungkus transparan
sisipkan ke ujung tabung inserter (dengan mendorong tabung inserter ke
arah AKDR)
9) Sesuaikan jarak antara ujung AKDR sampai leher biru dengan panjang
uterus.
10) Masukkan AKDR yang telah dirangkai hingga servik menyentuh leher biru
11) Tarik tabung inserter sambil mempertahankan posisi tongkat pendorong
(jangan dorong tongkat pendorong untuk melepaskan AKDR)
12) Tarik tabung inseter dan tongkat pendorong keluar vagina
13) Gunting benar AKDR (sisakan 2 cm)
14) Lepaskan tenakulum dan speculum cocor bebek
15) Kontrol dan bersihkan perdarahan yang mungkin terjadi.
12. Pencabutan AKDR
a. Alat dan Bahan
1) 1 pasang Sarung tangan Steril
2) Spekululm Cocor Bebek
3) Tampontang
4) Ekstraktor
5) Larutan Antisepik
11
6) Kassa
7) Cairan Klorin 0,5%
b. Prosedur Kerja
1) Konseling Pra Pencabutan
a) Sapa klien dengan ramah dan perkenalkan diri anda
b) Tanyakan tujun dari kunjungannya
c) Tanyakan apa alasannya ingin mencabut AKDR tersebut dan jawab
semua pertanyaan
d) Tanyakan tujuan dari keluarga berencana selanjutnya (apakah klien
ingin mengatur jarak kelahiran atau ingin membatasi jumlah anaknya).
e) Jelskan prosedur pencabutan AKDR dan apa yang klien rasakan pada
saat proses pencabutan dan setelah pencabutan.
2) Tindakan Pra Pencabutan
f) Pastikan klien sudah mengosongkan kandung kencingnya dan mamcuci
kemaluannya menggunakan sabun
g) Bantu klien naik kemeja pemeriksaan
h) Cuci tangan dengan air dan sabun, keringkan dengan kain bersih
i) Pakai sarung tangan baru yang telah di DTT
j) Atur peralatan dan bahan-bahan yang akan dipakai dalam wadah steril
atau DTT.
3) Tindakan Pencabutan
k) Lakukan pemeriksaan bimanual
(1) Pastikan gerakan serviks bebas
(2) Tetukan besar dan posisi uterus
(3) Pastikan tidak ada infeksi/tumor pada adneksa
l) Pasang spekulum vagina untuk melihat servik
m) Usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik 2-3 kali
n) Jepit benang yang dekat serviks dengan klien
o) Tarik keluar benang dengan mantap tetapi hati-hati untuk
mengeluarkan AKDR
p) Tunjukan AKDR tersebut pada klien, kemudian rendam dalam klorin
0,5 %
q) Kelurkan spekulum dengan hati-hati.
r) Tindakan pasca pencabutan
12
s) Rendam semua peralatan yang sudah dipakai dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit untuk dekontaminasi
t) Buang semua bahan yang sudah tidak dipakai lagi (kassa, sarung
tangan sekali pakai) ketempat yang telah disediakan
u) Celupkan kedua tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam
larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan dalam keadaan terbalik dan
rendam dalam larutan klorin tersebut.
v) Cuci tangan dengan air sabun
w) Amati selama 5 menit sebelum memperbolehkan klien pulang
4) Konseling Pasca Pencabutan
x) Diskusikan apa yang harus dilakukan bila klien mengalami masalah
(misalnya pendarahan yang lama atau rasa nyeri pada perut/panggul)
y) Minta klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang telah diberikan
z) Jawab semua perntanyaan klien
aa) Ulangi kembali keterangan tentang pilihan kontrasepsi yang tersedia
dan resiko serta keuntungannya dari masing-masing alat kontrasepsi
bila klien tetap mengatur jarak kehamilan atau ingin membatasi jumlah
anaknya.
bb) Bantu koien untuk menentukan alat kontrasepsi yang baru atau berikan
alat konrasepsi sementara sampai klien dapat memutuskan alat
kontrasepsi baru yang akan dipakai
cc) Buat rekam medik tentang pencabutan AKDR.
13
1. Pengertian
Sterilisasi adalah sebuah metode kontrasepsi sekali untuk selamanya.
Sterilisasi dalam keluarga berencana adalah setiap tindakan pada kedua saluran tuba
atau saluran telur wanita atau saluran bibit pria yang mengakibatkan pasangan yang
bersangkutan tidak akan memperoleh keturunan lagi.
2. KONTAP( Kontrasepsi Mantap)
Adalah salah satu cara kontrasepsi untuk mengakhiri kelahiran.
3. Kontap Wanita (MOW=Medis Operatif Wanita)
MOW adalah tindakan penutupan terhadapkedua saluran telur kanan dan kiri yang
menyebabkan sel telur tidak dapat melewati saluran telur, dengan demikian sel telur
tidak dapat bertemu dengan sperma laki-laki sehingga tidak terjadi kehamilan.
4. Syarat-syarat yang harus di penuhi, yaitu :
a. Sukarela
Setiap calon peserta kontap harus secara ukarela menerima pelayanan kontap;
artinya secara sadar dan dengan kemauan sendiri memilih kontap.
b. Bahagia
Dimana syarat bahagia, artinya:
1) Calon peserta tersebut dalam perkawinan yang sah dan harmonis dan telah
di anugrahi sekurang-kurangnya 2 orang anak yang sehat.
2) Bila hanya mempunyai 2 orang anak, maka anak yang paling kecil
sedikitnya umur sekitar 2 tahun
3) Umur istri paling muda 25 tahun
c. Kesehatan
Setiap calon peserta kontap harus memenuhi persyaratan kesehatan artinya tidak
ditemukan adanya hambatan/ kontraindikasiuntuk menjalani kontap. Dan
melakukan pemeriksaan laboratorium: pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan
urine, pap smear.
d. Setiap calon pesert kontap harus mengikuti konseling (bimbingan tatap muka)
e. Menandatangani formulir persetujuan tindakan medik (informed consent)
5. Waktu pelaksanaan MOW :
a. Setiap waktu slama siklus menstruasi apabila di yakni secara rasional klien
tersebut tidak hamil
14
b. Hari ke 6 hingga ke 13 siklus menstrusi
c. Pasca persalinan
1) Minilaparatomy : di dalam waktu 2 hari atau setelah 6 minggu atau 122
minggu
2) Laparoskopi : tidak tepat untuk klien-klien pasca persalinan
d. Pasca keguguran
1) Triwulan pertama : dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi
pelvik(minilaparotomy atau laparoskopi)
2) Triwulan kedua : dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi
pelvik (minilaparotomy)
e. Anastesi untuk kontap wanita :
1) Anastesi umum
2) Anastesi spinal
3) Anastesi lokal+sedasi ringan (Neuroplent-analgesia yang sangat dianjurkan,
karena lebuh aman, murah, dll)
17
Mencapai Tuba
1) Gerakkan elevator uterus sampai fundus uteritampak pada lapangan operasi
2) Tampakkan salah satu kornu uteri dan ligamen rotundum pada lapangan
operasi dengan menggerakkan elevator danidentifikasi tuba
3) Jepit tuba dengan pinset atau klem babcock dan tarik pelan-pelan keluar
mlakui lubang insisi sampai terlihat fibria.
Memotong Tuba
1) Jepit pada 1/3 proksimal dengan klem babcock, angkat sampai tuba
melengkung, tentukan daerah mesosalping tanpa pembuluh darah.
2) Tusukkan jarum bulat dngan benng catgut nomor 0 pada jarak 2 cm dari
puncak lengkungan dan ikat salah satu pangkal lengkungan tba.
3) Ikat kedua pangkal lengkungan tuba scra bersama-sama dengan
menggunakan benang yang sama.
4) Potong tuba tepat di atas ikatan benang
5) Periksa perdarahan pada tunggu tuba dan periksa lumen tuba untuk
meyakinkan tuba telah terpotong
6) Potong benang catgut 1 cm dan tuba dan masukkan kembali tuba ke dalam
rongga abdomen
7) Lakukan tindakan yang sama pada tuba sisi yang lain.
Menutup Dinding Abdomen
1) Periksa rongga abdomen (kemungkinan perdarahan atau laserasi usus) dan
keluarkan kasa gulung
2) Lakukan penjahitan fasia dengan jahitan simpul atau anga 8 memakai
benang chromic catgut nomor 1
3) Jahit sub kutis dengan jahitan simpul memakai benang plain catgut nomor 0
4) Jahit kulit dengan jahitan simpul memakai benang sutera nomor 0
Tindakan Pascah Bedah
1) Bersihkan luka insisi dan dinding abdomen sekitarnya dengan alkohol atau
betadin, tutup luka dengan kain steril dan plester
2) Lepaskan tenakulum dab elevator uterus
3) Periksa tekanan darah, nadi dan pernapasan
4) Tanyakan pada klien tentang keluhan subjektif
5) Pindahkan klien dari meja operasi ke ruang pulih untuk pengamatan selama
1 jam
18
6) Instruksikan kepada perwatan untuk memeriksa dan mengamati tensi, nadi,
pernapasan dan perdarahan melalui luka operasi dan vagina.
Konseling dan Instruksi Pasca bedah
1) Tanyakan paad klien bila masih ada hal-hal yang ingin diketahuinya untuk
tentang tubektomi
2) Jelaskan pada klien untuk menjaga agar daerah luka untuk menjaga agar
daerah luka operasi tetap kering
3) Jelaskan pada klien untuk tidak bersenggama selama 1 minggu
4) Jelaskan pada klien bahwa bila ada keluhan (rasa sakit atau terjadi
perdarahan dari luka operasi atau kemaluan) segera kembali ke klinik untuk
mendapat pertolongan
5) Beritahu klien bila tidak ada keluhan, periksa ulang 1 minggu lagi
6) Klien dipulangkan bila keadaan stabil setelah 4-6 jam
3. Penyumbatan Tuba Mekanis dan Tuba Kimiawi
a. Oklusi Tuba Falopii secara Kimiawi
Zat-zat Kimia
Banyak zat-zat kimia saat ini dalam penelitian eksperimental untuk oklusi tuba
falopii, terutama dilakukan pada hewan percobaan sedangkan pada manusia,
baru beberapa zat kimia saja yang telah diteliti.
1) Cara Kerja zat-zat kimia :
a) Tissue adhesiva
Zat kimia akan menjadi padat sehingga terbentuk sumbat di dalam tuba
falopii.
b) Sclerosing agent
Zat kimia akan merusak saluran tuba falopii dan menimbulkan fibrosis.
Zat-zat kimia dalam bentuk cairan, pasta atau padat dimasukkan melalui serviks
ke dalam utero-tubal junction, dapat dengan visualisasi secara langsung yaitu
dengan histeroskop, atau tanpa visualisasi langsung (blind delivery) dengan
kateter, kanula atau tabung suntik. Atau dapat dikerjakan juga melalui ujung
fimbriae, dengan melihat secara langsung melalui jalan trans-abdominal atau
trans-vaginal.
2) Keuntungan zat-zat kimia :
a) Mengerjakannya lebih mudah
b) Dapat dikerjakan secara rawat jalan
19
3) Kerugian zat-zat kimia :
a) Kebanyakan zat-zat kimia kurang efektif setelah satu kali pemberian
sehingga aseptor harus datang kembali untuk pembereian
berikutnya(sampai 3 x pemberian) dengan interval 1 minggu atau 1
bulan
b) Ada beberapa zat kimia yang sangat toksis, sehingga dapat
menyebabkan kerusakan jaringan sekitarnya
c) Beberapa zat kimia memerlukan alat-alt yang khusus untuk
aplikasinya.
d) Ireversible
e) Dosis zat kimia yang telah diteliti untuk kontap wanita adalah :
(1) Phenol (carbolid acid) compounds
(2) Quinacrine
(3) Methyl-cyanoacarylate (MCA)
b. Oklusi Tuba Falopii secara Mekanis
Ligasi tuba falopii
Ligasi atau pengikaan tuba falopii untuk mencegah perjalanan dan pertemuan
spermatozoa dan ovum merupakan salah satu cara oklusi tuba falopii yang
paling tua.
1) Tehnik ligasi :
a) Ligasi biasa
b) Ligasi+penjepitan tuba falopii
c) Ligasi+pembelahan / pembagian (division)+penanaman
d) Ligasi+reseksi tuba falopii
e) Ligasi+reseksi+penanaman
2) Ligasi+pembelahan / pembagian (division)+penanaman
Dapat dilakukan dengan teknik :
a) Teknik Irving
(1) Tuba falopii di ikat pada dua tempat dengan benang yang dapat
diresap kemudian dibagi antara kedua ikatan
(2) Ujung atau puntung proksimal ditanamkan ke dalam
myometrium uterus
(3) Ujung atau puntung distal ditanamkan ke dalam meso salpinx
20
b) Teknik Wood
(1) Pars ampularis tuba falopii dibedah/ di bagi (division)
(2) Kedua ujung/ puntung yang di bedah/di ikat dengan benang
yang dapat di serap
(3) Ujung atau puntung medial ditanamkan ke dalam kantong yang
dibuat dalam meso salpinx
c) Teknik Cooke
Suatu segmen tuba falopii di jepit dan dan dirusak, kemudian ujung
proksimal ditanamkan ke dalam ligamentum rotundum.
3) Ligasi+reseksi tuba falopii
Ligasi atau reseksi(pemotongan atau pembuahan)suatu segman tuba
falopii lebih mudah dikerjakan, karena itu lebih sering digunakan
dibandingkan cara-cara dimana ujung/puntung tuba falopii ditanamkan
ke strukur jaringan di sekitarnya.
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. AKDR adalah suatau usaha pencegahan kehamilan dengan menggulung secarik
kertas, diikat dengan benang lalu dimasukkan ke dalam rongga rahim
(Prawirohardjo, 2005)
2. Jenis-jenis AKDR / IUD yaitu AKDR hormonal dan non hormonal
3. Mekanisme kerja IUD yaitu Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba
falopi, Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri, dll.
4. Kerugian AKDR (Cu T-380A) Non hormonal yaitu perubahan siklus haid, haid lebih
lama. Perdarahan (spotting) antar menstruasi. Disaat haid lebih sakit. Kerugian IUD
hormonal yaitu Jauh lebih mahal dari pada Cu IUD, harus diganti setelah 18 bulan
5. Indikasi pemakaian AKDR atau IUD yaitu Usia reproduktif, Keadan nullipara,
Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang, Menyusui yang
menginginkan menggunakan alat kontrasepsi, Setelah melahirkan dan tidak
menyusui bayinya, dll.
6. Kontraindikasi pemakaian AKDR yaitu Sedang hamil, Perdarahan vagina yang tidak
diketaui, Sedang menderita infeksi genetalia, Penyakit trifoblas yang ganas,
Diketahui menderita TBC velvik
7. AKDR bekerja langsung efektif segera setelah pemasangan, AKDR dapat keluar
dari uterus secara spontan, khususnya selama beberapa bulan pertama,
Kemungkinan terjadi perdarahan (spotting) beberapa hari setelah pemasangan,
Perdarahan menstruasi biasanya akan lebih lama dan lebih banyak, AKDR mungkin
dilepas setiap saat atas kehendak klien.
B. Saran
1. Bagi pengguna alat kontrasepsi
Pengguna hendaknya mengetahui terlebih dahulu alat kontrasepsi yang akan di pakai
dengan cara bertanya hal yang ingin diketahui ke tenaga kesehatan.
2. Bagi tenaga kesehatan
a. Sebagai tenaga kesehatan hendakna meningkatkan keterampilannya memasang
AKDR yang baik dan sesuai prosedur dan mengethui sterilisasi pada wanita.
b. Sebelum memasang AKDR atau melakukan MOW pada klien jangan lupa untuk
melakukan infomconsent pada klien.
22
DAFTAR PUSTAKA
Anna, Dkk. 2006. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta : Buku
Kedokteran, EGC.
BKKBN. 2007. Kebijakan Keluarga Berencana Nasional. Jakarta
Hidayati, Ratna. 2009. Metode dan Teknik Penggunaan Alat Kontrasepsi. Jakarta : Salemba
Medika.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta.
Saroha, Dkk. 2009. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Trans Info Media.
Suratun, Dkk. 2008. Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:
Trans Info Media.
Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Winkjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP
Hartanto Hanafi. 2003. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: CV. Mulia Sari
Prawirohardjo, Sarwono. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: YBP-
SP
Saefuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka
23