Anda di halaman 1dari 105

GANGGUAN DALAM KEHAMILAN

(KET, ABORTUS, PERDARAHAN ANTEPARTUM)

TIM MATERNITAS
GANGGUAN PADA MASA KEHAMILAN

Kehamilan Perdarahan
Abortus
ektopik Antertum

Abortus Placenta
Spontan Previa

Abortus Solutio
Provokatus Placenta
KEHAMILAN EKTOPIK

TIM MATERNITAS
KEHAMILAN EKTOPIK

Suatu kehamilan di mana sel telur yang dibuahi


berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium
kavum uteri (ekstrauterine)

Sering terjadi di daerah tuba falopi (98%),


juga dapat terjadi di ovarium (indung telur),
rongga abdomen (perut), atau serviks
(leher rahim)

Dapat mengalami abortus atau ruptur pada


dinding tuba (Kehamilan Ektopik
Terganggu)
Klasifikasi
Lokasinya kehamilan ektopik dapat
dibagi dalam beberapa golongan:
1. Tuba Fallopii
a. Pars interstisialis
b. Isthmus
c. Ampula
d. Infundibulum
e. Fimbrae
2. Uterus
a. Kanalis servikalis
b. Divertikulum
c. Kornua
d. Tanduk rudimenter
3. Ovarium
4. Intraligamenter
5. Abdominal
a. Primer
b. Sekunder
6. Kombinasi kehamilan dalam dan Lokasi Kehamilan Ektopik
luar uterus
Faktor Risiko Kehamilan Ektopik
Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya
Penggunaan kontrasepsi
• Saat hamil masih menggunakan kontrasepsi spinal
• Pil progesteron dapat mengganggu pergerakan sel rambut silia di
saluran tuba yang membawa sel telur yang sudah dibuahi untuk
berimplantasi ke dalam rahim

Abnormalitas zigot
• Apabila tumbuh terlalu cepat dan berukuran besar akan tersendat di tuba,
berhenti dan tumbuh
Kerusakan dari saluran tuba : Sulit melalui saluran sehingga melekat dan
tumbuh dalam saluran tuba
• Merokok (penundaan masa ovulasi, gangguan pada silia dan penurunan daya tahan tubuh
• Penyakit radang panggul
• Endometriosis = jaringan rahim yang ada diluar rahim (jaringan parut)
• Tindakan medis = operasi pada daerah tuba dan pengobatan infertilisasi
Patofisiologi
karena tuba bukan tempat
Proses implantasi = (F. Resiko) untuk pertumbuhan hasil
pertama telur konsepsi, tidak mungkin janin
berimplantasi pada Tidak dapat tumbuh secara utuh seperti
dalam uterus. Sebagian besar
ujung atau sisi jonjot berpindah/berkembang kehamilan tuba terganggu pada
endosalping, pada tempatnya umur kehamilan antara 6
sampai 10 minggu

https://drive.google.com/file/d/1ZoWopZJa-
sWVowLB8Cw0kqGVXlCtoUd4/view?usp=sharing
Patofisiologi
1.Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi
 Ovum mati dan kemudian diresorbsi, dalam hal ini sering kali adanya
kehamilan tidak diketahui, dan perdarahan dari uterus yang timbul sesudah
meninggalnya ovum dianggap sebagai haid yang datangnya agak terlambat.
2. Abortus ke dalam lumen tuba
 Trofoblast dan villus korialesnya menembus lapisan pseudokapsularis dan
menyebabkan timbulnya perdarahan dalam lumen tuba. Darah itu
menyebabkan pembesaran tuba (hematosalping) dan dapat pula mengalir
terus ke rongga peritoneum, berkumpul di kavum Douglasi dan
menyebabkan hematokele retrouterina
3. Ruptur dinding tuba
 Ruptur tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada istmus dan
biasanya pada kehamilan muda. Sebaliknya ruptur pada pars interstitialis
terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut. Faktor utama yang menyebabkan
ruptur ialah penembusan villi koriales ke dalam lapisan muskularis tuba
terus ke peritoneum
Tanda dan Gejala
 Pada minggu-minggu awal memiliki tanda-tanda seperti kehamilan pada
umumnya,yaitu terlambat haid, mual dan muntah, mudah lelah, dan
perabaan keras pada payudara
 Gambaran klinis kehamilan tuba belum terganggu, tidak khas
 Merasa nyeri sedikit di perut bagian bawah yang tidak seberapa
dihiraukan
 Menstruasi abnormal
 Pada pemeriksaan vaginal, uterus membesar dan lembek, walaupun
mungkin besarnya tidak sesuai dengan usia kehamilan
 Tuba yang mengandung hasil konsepsi karena lembeknya sukar diraba
pada bimanual
 Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu
 Gangguan kencing akibat peregangan peritoneum oleh darah dalam
rongga perut
 Pada ruptur tuba nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba-tiba dan
intesitas yang kuat disertai dengan perdarahan yang menyebabkan ibu
pingsan dan masuk ke dalam syok
 Amenore (Lamanya tergantung pada kehidupan janin, sehingga dapat
bervariasi)
Komplikasi Kehamilan Ektopik (perdarahan)
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan panggul untuk mengkonfirmasi ukuran
rahim dalam masa kehamilan dan merasakan perut
yang keras
• Pemeriksaan darah untuk mengecek hormon ß-hCG.
Pemeriksaan ini diulangi 2 hari kemudian. Pada
kehamilan muda, level hormon ini meningkat sebanyak
2 kali setiap 2 hari. Kadar hormon yang rendah
menunjukkan adanya suatu masalah seperti kehamilan
ektopik
• Pemeriksaan ultrosonografi (USG). Pemeriksaan ini
dapat menggambarkan isi dari rahim seorang wanita.
Pemeriksaan USG dapat melihat di mana lokasi
kehamilan seseorang, baik di rahim, saluran tuba,
indung telur, maupun di tempat lain
Penatalaksanaan
 Karena kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa, maka deteksi dini dan
pengakhiran kehamilan adalah tatalaksana yang disarankan
 Pengakhiran kehamilan dapat dilakukan melalui:
1. Obat-obatan
 Dapat diberikan apabila kehamilan ektopik diketahui sejak dini. Obat yang digunakan
adalah methotrexate (obat anti kanker)
2. Operasi
 Untuk kehamilan yang sudah berusia lebih dari beberapa minggu, operasi adalah
tindakan yang lebih aman dan memiliki angka keberhasilan lebih besar daripada obat-
obatan. Apabila memungkinkan, akan dilakukan operasi laparaskopi
 Bila diagnosa kehamilan ektopik sudah ditegakkan, terapi definitif adalah pembedahan:
 Tubektomi
 Laparotomi: eksisi tuba yang berisi kantung kehamilan (salfingo-ovarektomi) atau
insisi longitudinal pada tuba dan dilanjutkan dengan pemencetan agar kantung
kehamilan keluar dari luka insisi dan kemudian luka insisi dijahit kembali
 Laparoskop: untuk mengamati tuba falopii dan bila mungkin lakukan insisi pada
tepi superior dan kantung kehamilan dihisap keluar tuba
Operasi Laparoskopik: Salfingostomi

• Bila tuba tidak pecah dengan ukuran kantung kehamilan


kecil serta kadar β-hCG rendah maka dapat diberikan
injeksi methotrexate ke dalam kantung gestasi dengan
harapan bahwa trofoblas dan janin dapat diabsorbsi atau
diberikan injeksi methrotexate 50 mg/m3 intramuskuler

• Pasca terapi konservatif atau dengan methrotexate,


lakukan pengukuran serum hCG setiap minggu sampai
negatif. Bila perlu lakukan “second look operation”.

TRANSFUSI DARAH
Operasi Salpingostomi
Komplikasi
 Kegagalan penegakan diagnosis secara cepat dan tepat dapat
mengakibatkan terjadinya ruptur tuba atau uterus, tergantung
lokasi kehamilan, dan hal ini dapat menyebabkan perdarahan
masif, syok, DIC, dan kematian
 Komplikasi yang timbul akibat pembedahan adalah
perdarahan, infeksi, kerusakan organ sekitar (usus, kandung
kemih, ureter, dan pembuluh darah besar)
 Komplikasi terkait tindakan anestesi
 Ruptur tuba atau abortus tuba, aksi erosif dari trofroblas dapat
menyebabkan kekacauan dinding tuba secara mendadak,
ruptur mungkin paling sering timbul bila kehamilan
berimplatasi pada pars istmikus tuba yang sempit, abortus
tuba dapat menimbulkan hematokel pelvis, reaksi peradangan
lokal dan infeksi sekunder dapat berkembang dalam jaringan
yang berdekatan dengan bekuan darah yang terkumpul
Prognosis
Diagnosa dini dapat menekan angka
kematian
Persediaan darah yang cukup menekan
angka kematian
Pertolongan terlambat meningkatkan
angka kematian
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
1. Anamnesis dan gejala klinis
a. Riwayat terlambat haid
b. Gejala dan tanda kehamilan muda
c. Dapat ada atau tidak ada perdarahan pervaginam
d. Terdapat amenorhe
e. Ada nyeri mendadak disertai rasa nyeri bahu dan seluruh
abdomen, terutama abdomen bagian kanan/ kiri bawah
f. Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya
darah yang terkumpul dalam peritoneum
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
 Mulut : bibir pucat
 Payudara : hyperpigmentasi, hipervaskularisasi, simetris
 Abdomen : terdapat pembesaran abdomen
 Genetalia : terdapat perdarahan pervaginam
b. Palpasi
– Abdomen : uterus teraba lembek, TFU lebih kecil daripada
usia kehamilan, nyeri tekan, perut teraba tegang, massa pada
adnexa.
– Genetalia : nyeri goyang porsio, kavum douglas menonjol.
– Ekstremitas : dingin
c. Auskultasi
Abdomen : bising usus (+), DJJ (-)
d. Perkusi
Ekstremitas : reflek patella +/+
Pemeriksaan fisik umum:
 Pasien tampak anemis dan sakit
 Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah
adneksa
 Kesadaran bervariasi dari baik sampai koma tidak sadar
 Daerah ujung (ekstremitas) dingin
 Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat,
adanya tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut tegang bagian
bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas dinding abdomen
 Pemeriksaan nadi meningkat, tekanan darah menurun sampai syok
 Pemeriksaan abdomen: perut kembung, terdapat cairan bebas
darah, nyeri saat perabaan

Pemeriksaan khusus:
• Nyeri goyang pada pemeriksaan serviks
• Kavum douglas menonjol dan nyeri
• Mungkin teraba tumor di samping uterus
• Pada hematokel tumor dan uterus sulit dibedakan
• Pemeriksaan ginekologis: seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri
pada uterus kanan dan kiri
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium: HMT, SDP, β-HCG (+)
b. USG (Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri, Adanya
kantung kehamilan di luar kavum uteri, Adanya massa komplek di
rongga panggul)
c. Laparoskopi
Peranan untuk menegakkan diagnosa kehamilan ektopik sudah
diganti oleh USG
d. Laparotomi
Harus dilakukan pada kasus kehamilan ektopik terganggu dengan
gangguan hemostasis (tindakan diagnostik dan definitif)
e. Kuldosintesis
Memasukkan jarum ke dalam cavum Douglassi transvaginal untuk
menentukan ada atau tidak adanya darah dalam cavum Douclassi.
Tindakan ini tak perlu dikerjakan bila diagnosa adanya perdarahan
intraabdominal sudah dapat ditegakkan dengan cara pemeriksaan
lain
f. Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi
Diagnosa Keperawatan
1. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan yang
masif, perdarahan, kekurangan intake cairan dibuktikan
dengan (tanda dan gejala). (D.0023)
2. Resiko Hipovolemi dibuktikan dengan kehilangan cairan
yang aktif (D.0034)
3. Risiko ketidakseimbangan cairan/elektrolit (D. 0036 dan
D.0037)
4. Berduka berhubungan dengan kehilangan bayinya
dibuktikan dengan tanda dan gejala (D.0081)
5. Nyeri akut berhubungan dengan ruptur tuba falopii,
pendarahan intraperitonial ( D.0077)
6. Ansietas yang berhubungan dengan krisis situasi,
ancaman yang dirasakan dari kesejahteraan maternal yang
ditandai dengan pasien mengatakan sulit tidur (D. 080)
TAUTAN SDKI - SLKI
Hipovolemi
Luaran Utama Status Nutrisi
Luaran tambahan Integritas kulit dan
jaringan
Keseimbangan asam basa
Keseimbangan cairan
Status nutrisi
Tingkat perdarahan
Keseimbangan elektrolit
SLKI

Status nutrisi membaik setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama 4 jam dengan kriteria hasil:
– Frekuensi makan membaik (5)
– Nafsu makan membaik (5)
– Membaran mukosa cukup membaik (4)
Hipovolemia TAUTAN SDKI-SIKI
Intervensi Utama Manajemen Manajemen syok
Hipovolemia hipovolemik
Intervensi pendukung Dukungan kepatuhan Manajemen perdarahan
program pengobatan antepartum
Manajemen syok Manajemen perdarahan
pervaginam
Manajemen cairan Manajemen elektrolit

Manjemen
hemodinamik
MANAJEMEN HIPOVOLEMIA
OBSERVASI
– Periksa tanda dan gejala hipovolemia (nadi meningkat,, nadi lemah,
tekanan darah menurun, turgor kulit menurun, membran mukosa
kering, volume urine menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah
– Monitor intake dan output cairan
TERAUPETIK
– Hitung kebutuhan cairan
– Berikan asupan cairan oral
EDUKASI
– Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral >1500 ml
KOLABORASI
– Kolaborasi pembaerian cairan IV isotonis (NaCl,RL)
ABORTUS

TIM MATERNITAS
TUJUAN

1. Memahami gambaran kejadian aborsi dalam


kehamilan
2. Memahami aborsi dari berbagai sudut pandang
(kesehatan, hukum, agama dan psikologi)
3. Memahami penatalaksanaan perawatan pada
abortus dalam kehamilan
LATAR BELAKANG
FREESEKS PADA
REMAJA
BERAKIBAT
PADAKEHAMILAN

PEMERKOSAAN KEHAMILAN
ANGKA
BERAKIBAT PADA YANG
ABORTUS KEMATIAN
KEHAMILAN BERISIKO
IBU
TINGGI

MENUNDA
PERNIKAHAN
DAN KEHAMILAN
LATAR BELAKANG
LATAR BELAKANG

pelayanan
Antenatal care
(ANC) harus
MENURUN “available,acc
KAN AKI essible, and
acceprable to
all women in
15% the servis area
WANITA
HAMIL TJD
KOMPLIKASI
PENGERTIAN
Abortus adalah suatu proses berakhirnya suatu
kehamilan, dimana janin belum mampu hidup di
luar rahim ( belum viable ) dengan kriteria usia
kehamilan kurang 20 minggu atau berat
janin kurang dari 500 gram. WHO memperbaharui
definisi abortus adalah terhentinya kehidupan buah
kehamilan dibawah 28 minggu atau berat janin
kurang dari 1000 gram.
JENIS ABORTUS
Abortus spontan Abortus Provokatus

imminens Medisinalis

inkompletus kriminalis

Kompletus

insipien

Miss Abborsion

Habitualis

https://drive.google.com/file/d/1Z0bXfQRGTXea
uAAXGbt9O9ULdjpn1sPj/view?usp=sharing
ABORTUS IMINENS

• Bersifat mengancam dan masih ada harapan


untuk dipertahankan
Tanda-tanda : perdarahan pervaginam hanya sedikit (flek-
flek) dan berangsur-angsur akan berhenti setelah
berlangsung beberapa hari, dan kehamilan
berlangsung secara normal. Ada/tidak ada nyeri ringan,
cervix menutup
Lanjutan...
 Masalah keperawatan yang mungkin dijumpai adalah : 1).
kecemasan/kekhawatiran ibu akan pertumbuhan janin
akibat perdarahan. 2) Resiko terjadi perdarahan yang lebih
banyak/keluarnya jaringan; 3) Apabila disertai dengan rasa
mules dan perdarahan tetap berlangsung serta ada dilatasi
cervix, maka diklasifikasikan dalam abortus insipiens
 Penatalaksanaan : !) Berikan penjelasan tentang keadaan
janinnya; 2) Tirah baring; 3) Observasi tentang perdarahan
meliputi warna, jumlah dan bau, 4) Sedativa selama paling
sedikit 48 jam; 5) USG uterus untuk memastikan keadaan
kehamilannya.
ABORTUS INSIPIEN

 Abortus yang sudah berlangsung dan tidak dapat


dicegah lagi.
 Tanda dan gejala perdarahan hebat, ada dilatasi
cervix, dan kontraksi uterus yang mengakibatkan
nyeri kramp pada abdomen bawah
 Masalah keperawatan yang mungkin dapat muncul
adalah : 1) kecemasan; 2) nyeri kram pada abdomen
bawah; 3) resiko shock.
Lanjutan...
 Penatalaksanaan : 1) tirah baring; 2) observasi
perdarahan dan kemungkinan keluarnya jaringan; 3)
observasi tanda-tanda vital; 4) kurangi rasa nyeri
dengan analgetika; 5) pasien dipuasakan untuk
persiapan kemungkinan adanya tindakan operatif
(curetage); 6) pemberian uterus tonika (ergometrin);
7) pemeriksaan Hb, golongan darah; 8) jika 24 jam
abortus tidak terjadi, uterus harus dikosongkan
dengan menggunakan vacum/curet; 9) perhatikan
psikososial isteri dan suami; 10) privasi.
ABORTUS INCOMPLETUS
• abortus yang sudah terjadi dengan sebagian dari buah
kehamilan telah dilahirkan tapi sebagian (biasanya jaringan
placental) masih di dalam rahim.
• Tanda dan gejala : perdarahan tidak berkurang, cervix tetap
terbuka.
• Masalah keperawatan yang mungkin muncul : 1) kecemasan; 2)
nyeri kramp; 3) resiko shock
• Penatalaksanaan : 1) tirah baring; 2) observasi perdarahan
meliputi jumlah, warna dan bau; 3) observasi tanda vital; 4)
evakuasi uterus harus segera dilakukan untuk mencegah
perdarahan lebih lanjut; 5) vulva hygiene diperhatikan; 6)
apabila sudah ada laktasi maka laktasi dihentikan dengan
pemberian hormon estrogen (kalau perlu)
ABORTUS COMPLETUS

• Pengertian : aborturtus dimana semua buah kehamilan (janin,


selaput ketuban, dan plasenta) sudah keluar.
• Tanda dan gejala : perdarahan berhenti, nyeri berhenti, cervix
menutup, uterus mengalami involusi.
• Masalah keperawatan yang mungkin muncul : 1) kehilangan
berhubungan dengan terjadinya abortus yang tidak diduga; 2)
harga diri rendah berhubungan dengan ketidakmampuan
menyelesaikan kehamilan sampai term gestasi dengan sukses
• Penatalaksanaan : 1) beri penyuluhan tentang kehamilan
berikutnya; 2) beri suport system yang kuat (dari team medis,
keluarga dan orang-orang terdekat); 3) beri ronburantia dan
istirahat.
MISSED ABORTUS
• Pengertian : hasil konsepsi telah mati tetapi abortus spontan tidak
terjadi, sehingga produk kehamilan masih berada di dalam rahim.
• Tanda dan gejala : tanda-tanda kehamilan berkurang (payudara
mengecil dan lebih lunak pertumbuhan uterus berhenti, pasien
merasa tidak hamil lagi. Setelah beberapa minggu akan keluar
sekret kecoklatan dari vagina dan tanda-tanda kehamilan eksternal
hilang. Dapat terjadi hypofibrinogenemia. Bekuan darah dari
perdarahan placenta kadang-kadang memenuhi uterus untuk
membentuk mola karneosa. Sekitar usia kehamilan 18 minggu
akan terjadi evakuasi spontan
Lanjutan...

• Penatalaksanaan : jika kehamilan kurang dari


14 minggu uterus dapat dikosongkan dengan
tindakan suction curettage, kemudian
diberikan uterus tonika (ergometrin)
intravena. Tetapi jika kehamilan lebih dari 14
minggu pasien diberi prostaglandin atau
oksitosin untuk menginduksi persalinan.
ABORTUS AKIBAT INKOMPETENSI UTERUS
• Pengertian : abortus yang terjadi sebagai akibat dari tidak
kompetennya cervix menahan besarnya buah kehamilan. Biasanya
terjadi pada usia kehamilan 20 minggu.
• Tanda dan gejala : cervix berdilatasi, kantong ketuban menonjol.
• Penatalaksanaan : pada kehamilan berikutnya dilakukan penjahitan
pada mulut rahin dibuat seperti tali pada mulut kantong (purse-
string suture). Jahitan ini disebut jahitan Shirodkar. Jahitan ini
dibiarkab sampai kehamilan berusia 38 minggu, kemudian jahitan
dibuka sehingga persalinan dapat berlangsung spontan. Jahitan
Shirodkar ini mancapai angka keberhasilan sampai 80%.
ABORTUS HABITUALIS

Abortus habitualis adalah abortus


spontan yang terjadi secara
berturut-turut minimal 3x
ABORTUS SEPTIK
• Abortus yang disertai adanya penyakit infeksi yang menyebabkan
terjadinya resistensi normal saluran genital. Abortus provokatus
kriminalis masih menjadi penyebab paling serius karena tidak
dilakukan secara aseptik. Faktor lain yang terlibat adalah
keberadaan produk kehamilan yaitu jaringan placenta yang mati
di dalam rahim. Inferksi dapat menyerang endometrium dan
menyebar ke bagian lain secara langsung atau tidak langsung
untuk menyebabkan peritonitis, salphingitis dan septikemia
• Gejala : Keluhan tidak enak badan, panas tinggi, takikardi,
sakit kepala, sekret vagina yang berbau, nyeri ketika
dilakukan pemeriksaan panggul dalam.
Lanjutan...
• Penatalaksanaan :
 pemeriksaan swab tinggi vagina untuk kultur; 2)
pemberian antibiotik;
 curettage dilakukan apabila infeksi sudah mereda
dengan antibiotika selama 12-14 jam kemudian,
kecuali terjadi perdarahan yang hebat dan ini
dilakukan pada kehamilan usia12 minggu lebih.
PENYEBAB ABORTUS
– Abnormalitas embrio atau janin merupakan penyebab paling sering
untuk abortus dini dan kejadian ini kerapkali disebabkan oleh cacat
kromosom seperti trisomi, poliploidi, dan kemungkinan kelainan
kromosom seks.
– Abnormalitas uterus yang mengakibatkan kelainan cavum uteri atau
halangan terhadap pertumbuhan dan pembesaran uterus, misalnya
fibroid, malformasi kongenital, prolapsus atau retroversio uteri juga
apabila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi
kurang sempurna sehingga pemberian zat-zat makanan pada hasil
konsepsi terganggu
– Kerusakan pada serviks akibat robekan yang dalam pada saat
melahirkan atau akibat tindakan pembedahan (dilatasi)
Lanjutan..
– Penyakit-penyakit maternal seperti : pneumonia, tiphus abdominalis,
pielonephritis, malaria, dapat menyebabkan abortus. Toksin, bakteri,
virus, atau plasmodium, dapat melalui plasenta dan masuk ke janin,
sehingga menyebabkan kematian janin, dan kemudian terjadilah
abortus.
– Pemakaian obat-obat seperti vaksinasi penyakit cacar, preparat
sitotoksik, akan mengganggu proses pembelahan sel yang cepat.
Prostaglandin akan menyebabkan abortus dengan merangsang
kontraksi uterus.
– Trauma, tapi biasanya jika terjadi langsung pada cavum uteri.
Hubungan seksual, khususnya kalau terjadi orgasme dapat
menyebabkan abortus khususnya pada wanita yang mempunyai
riwayat keguguran berkali-kali.
Lanjutan...

– Faktor-faktor hormonal, misalnya penurunan sekresi


progesteron diperkirakan sebagai penyebab terjadinya abortus
pada usia kehamilan 10-12 minggu, yaitu saat plasenta
mengambil alih corpus luteum dalam produksi hormon
– Sebab-sebab psikosomatik : stress dan emosi yang kuat
diketahui dapat mempengaruhi fungsi uterus lewat sistem
hipotalamus-hipofise. Banyak dokter obstetri yang melaporkan
kasus-kasus abortus spontan dengan riwayat stress, dan
biasanya mereka juga menyebutkan kehamilan yang berhasil
baik (pada wanita dengan riwayat stres berat) setelah
kecemasan dihilangkan.
80%
ABORTUS
SPONTAN

26%
KEHAMILAN 35 PER
BERAKHIR FREKUENSI
PADA ABORSI
1000

19 JUTA ABORSI
TIDAK AMAN, 5
JUTA KOMPLIKASII
FREKUENSI...

2-2,6 11% pd wanita 85% dibwah 20


juta/tahun belum menikah th

34% pada usia


11% AKI
30-46th

43 kasus setiap 51% pada usia


100 kehamilan 20-29th
ALASAN MELAKUKAN ABORSI
Hamil di luar nikah • Kehamilan adalah akibat
Pernikahan yang tidak kokoh perkosaan
seperti yang diharapkan • Menderita penyakit jantung
sebelumnya yang berat (kronik)
Telah cukup anak dan tidak • Ingin mencegah lahirnya bayi
mungkin dapat dengan cacat bawaan
membesarkan seorang • Ingin konsentrasi pada
anak lagi pekerjaan untuk menunjang
Janin ternyata telah terekspos kehidupan dengan dengan
oleh substansi teratogenik anaknya
GAMBARAN KEJADIAN ABORTUS
ABORSI
AKIBAT DARI ABORSI
• perdarahan
DIMENSI • Infeksi
JASMANI • Kemandulan
• kematian

DIMENSI • depresi
• Tanggung jawab dan pandangan
PSIKOLOGIS nilai hidup merosot

DIMENSI
HUKUM •Pelaku di hukum
METODE ABORSI

UREA

HISTEROTOMI PROSTAGLANDIN

PIL ru, mtx SUCTION


ABORTUS DALAM
BERBAGAI SUDUT
PANDANG
SUDUT PANDANG
KESEHATAN
Di Indonesia yang dimaksud dengan indikasi medik
adalah demi menyelamatkan nyawa ibu, syarat-
syaratnya adalah:
Dilakukan oleh tenaga kesehata yang memiliki keahlian dan kewenngan
untuk melakukannya (dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan)sesuai
dengan tanggung jawab profesi
Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain,
agama,hukum,psikologi)
Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau keluarga
terdekat
Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/ peralatan yang
memadai yang ditunjuk oleh pemerintah
Prosedur tidak dirahasiakan
Dokumen medik harus lengkap
SUDUT PANDANG HUKUM

yang dikenai hukuman dalam hal ini


adalah:
Ibu yang melakukan aborsi
Dokter/bidan/dukun/tenga kesehatan
lain yang melakukan aborsi
Orang-orang yang mendukung
terlaksanakanya aborsi
Beberapa pasal yang
terkait

KUHP pasal 299,346,347,348,349 tentang larangan pengguguran


kndungan
UU RI no 1 tahun 1946 menyatakan aborsi merupakan tidanaga
pelanggaran hukum
UU RI no 7 tahun 1984 tentang menhghapus diskriminasi pada
wanita
UU RI no 23 tahun 1992 pasal 15 abortus provokatus
diperbolehkan dengan alasan medis
UU RI No 36 tahun 2009 sebagai pengganti UU RI no 23 tahun
1992 abortus provokatus diperbolehkan pada wanita yang hamil
akibat perkosaan
pasal 77 c kebebabasan menentukan reproduksi
Pasal 80 dokter boleh melakukan aborsi yang aman
Hukum abortus di berbagai
negara
• Hukum yang tanpa pengecualian melarang
abortus,seperti di Belanda.
• Hukum yang memperbolehkan abortus demi
keselamatan kehidupan penderita (ibu),seperti di
Perancis dan Pakistan.
• Hukum yang memperbolehkan abortus atas indikasi
medik, seperti di Kanada, Muangthai dan Swiss.
• Hukum yang memperbolehkan abortus atas indikasi
sosioedik, seperti di Eslandia, Swedia, Inggris,
Scandinavia, dan India.
• Hukum yang memperbolehkan abortus atas indikasi
sosial, seperti di Jepang, Polandia, dan Yugoslavia
Sudut pandang psikologis

Aborsi dilihat dari segi psikologis


sebenarnya lebih kepada
bagaimana rasa aman dan nyaman
tersebut tercipta atau ada dalam
diri seseorang yang akan
melakukan aborsi
ABORSI DARI SUDUT
PANDANG AGAMA ISLAM

Majelis Ulama Indonesia menfatwakan bahwa:


Aborsi haram hukumnya sejak
terjadinya implantasi blastosit pada
dinding rahim ibu (nidasi)
ABORSI DARI SUDUT
PANDANG AGAMA ISLAM

Aborsi boleh dilakukan karena adanya uzur baik yang


bersifat darurat maupun hajat:
 Keadaan darurat yang berkaitan dengan kehamilan
yang membolehkan aborsi adalah:
Perempuan hamil menderita sakit fisik berat
seperti kanker stadium lanjut, TBC dengan caverna
dan penyakit fisik berat lainnya yang harus
ditetapkan oleh tim dokter
Dalam keadaan di mana kehamilan mengancam
nyama si ibu
ABORSI DARI SUDUT
PANDANG AGAMA ISLAM

Keadaan hajat yang berkaitan dengan kehamilan


yang dapat membolehkan aborsi adalah:
 Janin yang dikandung dideteksi menderita
cacat genetik yang kalau lahir kelak sulit
disembuhkan
 Kehamilan akibat perkosaan yang ditetapkan
oleh tim yang berwewenang yang di dalamnya
terdapat antara lain keluarga korban, dokter
ulama
ABORSI DARI SUDUT
PANDANG AGAMA ISLAM

• Kebolehan aborsi sebagaimana


dimaksud huruf b harus dilakukan
sebelum janin berusia 40 hari
• Aborsi haram hukumnya jika
dilakuakna pada kehamilan yang
terjadi akibat zina
ABORSI DARI SUDUT PANDANG
AGAMA KATOLIK DAN KRISTEN

bahwa aborsi dalam bentuk dan alasan apapun dilarang karena:


1. Apabila ada sperma dan ovum telah bertemu maka
unsur kehidupan sudah ada
2. Abortus pada janin cacat tidak diperbolehkan karena
Tuhan mempuyai rencana lain pada hidup seseorang
3. Anak adalah pemberian Tuhan
4. Bila terjadi kasus perkosaan diharapkan keluarga serta
orang-orang terdekat dapat memb
5. eri semangat
6. Aborsi untuk menyembunyikan aib tidak dibenarkan
ABORSI DARI SUDUT PANDANG
AGAMA HINDU

Aborsi dalam teologi hinduisme tergolong


pada perbuatan yang “himsa karma” yakni
salah satu perbuatan dosa yang disejajarkan
dengan membunuh, menyakiti dan menyiksa.
Oleh karena itu perbuatan aborsi disetarakan
dengan menghilangkan nyawa, maka aborsi
dalam agama hindu tidak dikenal dan tidak
dibenarkan
ABORSI DARI SUDUT PANDANG
AGAMA BUDHA

Dalam agama budha perlakuan aborsi


tidak dibenarkan karena suatu karma
harus diselesaikan dengan cara yang baik
jika tidak maka akan timbul karma yang
lebih buruk lagi
Penatalaksanaan perawatan abortus
dalam kehamilan

 Memperbaiki keadaan umum. Bila perdarahan banyak, berikan transfusi


darah dan cairan yang cukup.
 Bila ada tanda-tanda syok karena perdarahan, segera berikan cairan
infusfisioloqik NaCl atau cairan Ringer Laktat, kemudian disusuL denqan
transfusi darah.
 Pengeluaran sisa hasil konsepsi dilakukan dengan kuretase
 Pasca tindakan diberikan suntikan ergometrin 0,2 mg secara intra
muscular.
 Apabila pasien dalam keadaan anemia dapat diberikan obat hematinik,
misalnya sulfas ferosus dan vitamin C.
 Untuk mencegah kemungkinan terjadinya infeksi dapat diberikan
antibiotik.(Rustam.M, 2002)
 Pemberian konseling bagi perempuan sebelum dan sesudah abortus
Pencegahan abortus

Pada remaja:
• Pemberdayaan keluarga
• Pendidikan kesehatan reproduksi
• Membentengi diri dengan agama
• Menjauhi hal yang berbau pornografi
• Memiliki aktivitas positif
Pada wanita yang sudah menikah:
•Penkes tentang KB
•Penyediaan dan pelayanan KB yang optimal
PERDARAHAN ANTEPARTUM

TIM MATERNITAS
Perdarahan Ante Partum (PAP)
• Perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 22
minggu
• Perdarahan biasanya lebih banyak dan
memerlukan penanganan yang berbeda
• PAP bisa bersumber dari plasenta dan bukan
plasenta
• Kasifikasi klinis perdarahan ante partum dibagi
sebagai berikut:
Plasenta previa
Solusio plasenta
Perdarahan antepartum yang belum jelas
sumbernya (ruptur sinus marginalis, plasenta letak
rendah dan vasa previa)
Perdarahan ante partum adalah pendarahan yang terjadi
setelah kehamilan 28 minggu (perdarahan pada tri
wulan terakhir dari kehamilan)
Pada hamil muda sebab-sebab pendarahan:
1. Abortus
2. Kehamilan ektopik
3. Mola hidatidosa
Pada tri wulan terakhir sebab-sebab utama adalah:
1. Plasenta praevia
2. Solutio plasentae
Selain sebab-sebab di atas juga dapat ditimbulkan oleh
luka-luka pada jalan lahir karena terjatuh, coitus atau
varices yang pecah dan oleh gangguan servix seperti
carcinoma erosio dan polyp
Klasifikasi Perdarahan Ante Partum
Perdarahan Ante Partum dikelompokkan sebagai berikut
1. Perdarahan yang ada hubungannya dengan
kehamilan:
a. Plasenta previa
b. Solusi plasenta
c. Perdarahan ante partum yang tidak jelas sumbernya (idiopatik)
seperti: Perdarahan pada rupture sinus marginalis, plasenta letak
rendah,vasa previa dan plasenta sirkumvalata
2. Perdarahan yang tidak ada hubungannya dengan
kehamilan:
a. Pecahnya varises vagina
b. Perdarahan polipus servikalis
c. Perdarahan perlukaan serviks
d. Perdarahan karena keganasan serviks
Insidens

• PAP terjadi kira-kira 3% dari semua persalinan


• PAP merupakan salah satu trias penyebab
kematian ibu di Indonesia
• Setiap PAP memerlukan rawat inap
penatalaksanaan segera
A. Plasenta Previa
Plasenta previa adalah posisi plasenta yang berada di
segmen bawah uterus, baik posterior maupun anterior,
sehingga perkembangan plasenta yang sempurna
menutupi osteum serviks
Klasifikasi
1. Plasenta previa totalis
Plasenta yang menutupi seluruh osteum uteri internum pada
pembukaan 4 cm. Disebut plasenta previa sentralis apabila
pusat plasenta bersamaan dengan sentral kanalis servikalis
2. Plasenta previa parsialis
Plasenta yang menutupi sebagian osteum uteri internum
3. Plasenta previa marginalis
Plasenta berada sekitar pinggir osteum uteri internum
https://drive.google.com/file/d/1bOFoMudcw0kfJAqd
A0PfZh1wqLmX7O2D/view?usp=sharing
Faktor yang berhubungan dengan
peningkatan kekerapan terjadi plasenta previa
 Paritas
Makin banyak paritas ibu, makin besar kemungkinan mengalami plasenta
previa
 Usia ibu pada saat hamil. Bila usia ibu pada saat hamil 35 tahun atau lebih,
makin besar kemungkinan kehamilan plasenta previa
 Umur dan paritas
 Pada primigravida umur di atas 35 tahun lebih sering dari umur di bawah 25 tahun
 Pada paritas tinggi lebih sering dari pada paritas rendah
 Di Indonesia plasenta previa banyak dijumpai pada umur paritas kecil disebabkan
banyak wanita Indonesia menikah pada usia muda dimana endometrium belum
matang
 Adanya tumor-tumor: mioma uteri, polip endometrium
 Kadang-kadang pada malnutrisi
 Riwayat plasenta previa pada kehamilan sebelumnya
 Riwayat pembedahan rahim, termasuk seksio sesaria (risiko meningkat seiring
peningkatan jumlah seksio sesaria)
 Kehamilan kembar (ukuran plasenta lebih besar)
 Perokok (kemungkinan plasenta berukuran lebih besar)
Penyebab
 Endometrium di fundus uteri belum siap
menerima implantasi
 Endometrium yang tipis sehingga diperlukan
perluasan plasenta untuk mampu memberikan
nutrisi janin
 Vili korealis pada korion leave yang persisten
 Korpus luteum yang bereaksi lambat
Patofisiologi
 Perdarahan ante partum yang disebabkan oleh plasenta
previa umumnya terjadi pada tri wulan ketiga kehamilan.
Karena pada saat itu segmen bawah uterus lebih banyak
mengalami perubahan berkaitan dengan makin
tuanya kehamilan .
Kemungkinan perdarahan ante partum akibat plasenta
previa dapat sejak kehamilan berusia 20 minggu. Pada usia
kehamilan ini segmen bawah uterus telah terbentuk dan
mulai menipis.
 Makin tua usia kehamilan segmen bawah uterus makin
melebar dan serviks membuka. Dengan demikian plasenta
yang berimplantasi di segmen bawah uterus tersebut akan
mengalami pergeseran dari tempat implantasi dan akan
menimbulkan perdarahan. Darahnya berwarna merah segar,
bersumber pada sinus uterus atau robekan sinus marginalis
dari plasenta
Tanda dan Gejala
 Perdarahan terjadi tanpa rasa sakit pada trimester III
 Sering terjadi pada malam hari saat pembentukan S.B.R
 Perdarahan dapat terjadi sedikit atau banyak sehingga
menimbulkan gejala
 Perdarahan muncul tiba-tiba, tapi juga dipicu oleh
batuk, rasa tegang, atau hubungan seksual
 Perdarahan
 Perdarahan bisa terasa ringan atau berat, dan
terkadang datang dan pergi
 Perdarahan berwarna merah segar
 Letak janin abnormal
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan ultrasonografi
• Mengurangi pemeriksaan dalam
• Menegakkan diagnosis
Penatalaksanaan
• Tiap-tiap perdarahan triwulan ketiga yang lebih dari show
(perdarahan inisial harus dikirim ke rumah sakit tanpa melakukan
suatu manipulasi apapun baik rectal apalagi vaginal)
• Apabila ada penilaian yang baik, perdarahan sedikit, janin masih
hidup, belum inpartus. Kehamilan belum cukup 37 minggu atau berat
badan janin di bawah 2500 gr. Kehamilan dapat ditunda dengan
istirahat. Berikan obat-obatan spasmolitika, progestin atau
progesterone dan observasi teliti
• Sambil mengawasi, periksa golongan darah dan siapkan donor
transfusi darah. Kehamilan dipertahankan setua mungkin supaya janin
terhindar dari premature
• Harus diingat bahwa bila dijumpai ibu hamil yang disangka dengan
plasenta previa, kirim segera ke rumah sakit dimana fasilitas operasi
dan tranfusi darah ada
• Bila ada anemi berikan tranfusi darah dan obat-obatan
• Seksio sesarea untuk plasenta previa totalis dan parsialis
• Melahirkan pervaginam terutama plasenta previa lateralis/marginalis
atau plasenta letak rendah, dilakukan dengan cara: Amniotomi dan
akselerasi, pembukaan >3 cm dilanjutkan dengan oksitosin drip jika
his tidak adekuat
Komplikasi

• Prolaps tali pusat


• Prolaps plasenta
• Plasenta melekat sehingga harus dikeluarkan manual dan
kalau perlu dibersihkan dengan kerokan
• Robekan-robekan jalan lahir
• Perdarahan post partum
• Infeksi karena perdarahan yang banyak
• Bayi prematuritas atau kelahiran mati
Prognosis
Baik jika dapat ditangani segera, perdarahan sedikit,
janin hidup dan dapat dipertahankan kehamilannya
Asuhan Keperawatan
• Anamnesa plasenta previa
• Terjadi perdarahan pada kahamilan sekitar 28 minggu
• Sifat perdarahan:
– Tanpa rasa sakit, terjadi secara tiba-tiba
– Tanpa sebab yang jelas
– Dapat berulang
• Perdarahan menimbulkan penyulit pada ibu maupun janin dalam rahim
• Pada inspeksi dijumpai
• Perdarahan pervaginam encer sampai bergumpal
• Pada perdarahan banyak, ibu tampak anemis
• Pemeriksaan fisik ibu
• Dijumpai keadaan bervariasi dari keadaan normal sampai syok
• Kesadaran penderita bervariasi dari kesadaran baik sampai koma
• Pada pemeriksaan dapat dijumpai
– Tekanan darah, nadi, dan pernapasan dalam batas normal
– Tekanan darah turun, nadi dan pernapasan meningkat
– Daerah ujung (akral) menjadi dingin
– Tampak anemis
• Pemeriksaan khusus kebidanan
• Pemeriksaan palpasi abdomen
– Janin belum cukup bulan, tinggi fundus uteri sesuai dengan umur kehamilan
– Karena plasenta di segmen bawah rahim, maka dapat dijumpai kelainan letak janin dalam rahim dan bagian terendah masih
tinggi
• Pemeriksaan denyut jantung janin
– Bervariasi dari normal sampai asfiksia dan kematian dalam rahim
• Pemeriksaan dalam
• Pemeriksaan dalam dilakukan di atas meja operasi dan siap untuk segera mengambil tindakan. Tujuan pemeriksaan
dalam untuk
– Menegakkan diagnosis
– Mempersiapkan tindakan untuk melakukan operasi persalinan atau hanya memecahkan ketuban
Diagnosa Keperawatan
• Risiko perdarahan berhubungan dengan efek
penanaman plasenta pada segmen bawah rahim
(D.0012)
• Risiko cedera pada bayi berhubungan dengan
tidak ada kuatnya perfusi darah ke plasenta post
seksio sesarea (D.0138)
• Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan
dan spasme otot perut (D.0077)
B. Solusio Plasenta

Solusi plasenta adalah suatu keadaan di mana plasenta


yang letaknya normal terlepas dari perlekatannya
sebelum janin lahir. Biasanya dihitung kehamilan 28
minggu
Klasifikasi
Solusio plasenta menurut derajat pelepasan plasenta:
1. Solusio plasenta totalis, plasenta terlepas seluruhnya
2. Solusio plasenta partialis, plasenta terlepas sebagian
3. Ruptura sinus marginalis, sebagian kecil pinggir
plasenta yang terlepas

Solusio plasenta menurut bentuk perdarahan:


1. Solusio plasenta dengan perdarahan keluar
2. Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi,
yang membentuk hematoma retroplacenter
3. Solusio plasenta yang perdarahannya masuk ke
dalam kantong amnion
Klasifikasi berdasarkan tingkat gejala klinik
Solusio plasenta ringan
 Tanpa rasa sakit
 Pendarahan kurang 500 cc
 Plasenta lepas kurang dari 1/5 bagian
 Fibrinogen di atas 250 mg%
• Solusio plasenta sedang
 Bagian janin masih teraba
 Perdarahan antara 500-1000 cc
 Plasenta lepas kurang dari 1/3 bagian
Solusi plasenta berat
 Abdomen nyeri, palpasi janin sukar
 Janin telah meninggal
 Plasenta lepas di atas 2/3 bagian
 Terjadi gangguan pembekuan darah
Penyebab
Belum diketahui pasti
Faktor predisposisi yang mungkin ialah hipertensi kronik,
trauma eksternal, tali pusat pendek, dekompresi uterus
mendadak, anomali atau tumor uterus, defisiensi gizi,
merokok, konsumsi alkohol, penyalahgunaan kokain,
serta obstruksi vena kana inferior dan vena ovarika
Patofisiologi

 Terjadinya solusio plasenta dipicu oleh perdarahan


ke dalam basalis yang kemudian terbelah dan
meninggalkan lapisan tipis yang melekat pada
miometrium sehingga terbentuk hematoma
desidual yang menyebabkan pelepasan, kompresi
dan akhirnya penghancuran plasenta yang
berdekatan dengan bagian tersebut
 Ruptur pembuluh arteri spiralis desidua
menyebabkan hematoma retroplasenta yang akan
memutuskan lebih banyak pembuluh darah. Hingga
pelepasan plasenta makin luas dan mencapai tepi
plasenta. Karena uterus tetap berdistensi dengan
adanya janin, uterus tidak mampu berkontraksi
optimal untuk menekan pembuluh darah tersebut.
Selanjutnya darah yang mengalir keluar dapat
melepaskan selaput ketuban
Tanda dan Gejala

• Sakit yang terus menerus


• Nyeri tekan pada uterus
• Uterus tegang terus menerus
• Perdarahan pervaginam, syok
• Bunyi jantung janin tidak terdengar lagi
• Air ketuban mungkin telah berwarna kemerah-merahan
karena bercampur darah
Pemeriksaan Penunjang

USG
Penatalaksanaan
Terapi konservatif
Prinsip:
Tunggu sampai perdarahan berhenti dan partus
berlangsung spontan. Perdarahan akan berhenti
sendiri jika tekanan intra uteri bertambah lama,
bertambah tinggi sehingga menekan pembuluh darah
arteri yang robek

Sambil menunggu atau mengawasi, berikan:


1. Morphin suntikan subkutan
2. Stimulasi dengan kardiotonika seperti coramine,
cardizol dan pentazol
3. Tranfusi darah
Terapi Aktif
Prinsip:
Melakukan tindakan dengan maksud anak segera dilahirkan dan perdarahan segera berhenti
Urutan-urutan tindakan pada solusio plasenta:
1 Amniotomi (pemecahan ketuban) dan pemberian oksitosin dan diawasi serta dipimpin
sampai partus spontan
2 Accouchement force: pelebaran dan peregangan serviks diikuti dengan pemasangan cunam
villet gauss atau versi Braxtonhicks
3 Bila pembukaan lengkap atau hampir lengkap, kepala sudah turun sampai hodge III-IV
a. Janin hidup: lakukan ekstraksi vakum atau forceps
b. Janin meninggal: lakukan embriotomi
4 Seksio sesarea biasanya dilakukan pada keadaan:
• Solusio plasenta dengan anak hidup, pembukaan kecil
• Solusio plasenta dengan toksemia berat, perdarahan agak banyak, pembukaan masih kecil
• Solusio plasenta dengan panggul sempit
• Solusio plasenta dengan letak lintang
5 Histerektomi dapat dikerjakan pada keadaan:
a. Bila terjadi afibrinogenemia atau hipofibrinogenemia, kalau persediaan darah atau fibrinogen tidak
ada atau tidak cukup
b. Couvelair uterus dengan kontraksi uterus yang tidak baik
6 Ligasi arteri hipogastrika bila perdarahan tidak terkontrol tetapi fungsi reproduksi ingin
dipertahankan
7 Pada hipofibrinogenemia berikan:
a. Darah segar beberapa botol
b. Plasma darah
c. Fibrinogen
Komplikasi
• Syok perdarahan
• Gagal ginjal akibat hipovolemia
• Kelainan pembekuan darah akibat
hipofibrinogenemia
• Apoplexi uteroplacenta (Uterus couvelaire)
Pada solusio plasenta yang berat terjadi
perdarahan dalam otot-otot rahim dan di
bawah perimetrium, kadang-kadang juga
dalam ligamentum latum yang menyebabkan
gangguan kontraktilitas uterus dan warna
uterus berubah menjadi biru atau ungu yang
biasa disebut uterus couvelaire
Prognosis
 Prognosis ibu tergantung luasnya plasenta yang
terlepas dari dinding uterus, banyaknya
perdarahan, derajat kelainan pembekuan darah,
ada tidaknya hipertensi menahun atau
preeklampsia, tersembunyi tidaknya perdarahan,
dan jarak antara terjadinya solusio plasenta sampai
pengosongan uterus
 Diperkirakan risiko kematian ibu 0,5-5% dan
kematian janin 50-80%
Asuhan Keperawatan
Pengkajian: anamnesis-pemeriksaan penunjang
Diagnosa Keperawatan
– Gangguan perfusi jaringan (plasenta) yang berhubungan
dengan kehilangan darah
– Risiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan
– Kecemasan berhubungan dengan kemungkinan efek
negatif dari perdarahan atau pengeluaran kehamilan,
keprihatinan ibu tentang kesejahteraan diri dan bayinya
– Risiko tinggi terjadinya fetal distress berhubungan dengan
perfusi oksigen yang tidak adekuat pada plasenta
Perbedaan Plasenta Previa
dan Solusio Plasenta
NO. Plasenta Previa Solusio Plasenta

1. Perdarahan tanpa nyeri Perdarahan dengan nyeri


2. Perdarahan berulang Perdarahan tidak berulang
3. Warna perdarahan merah segar Warna perdarahan merah coklat
4. Adanya anemia dan renjatan yang sesuai Adanya anemia dan renjatan yang tidak sesuai
dengan keluarnya darah dengan keluarnya darah

5. Timbulnya perlahan-lahan Timbulnya tiba-tiba


6. Waktu terjadinya saat hamil Waktu terjadinya saat hamil inpartu
7. His biasanya tidak ada His ada
8. Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi Rasa tegang saat palpasi
9. Denyut jantung janin ada Denyut jantung janin biasanya tidak ada
10. Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam Teraba ketuban yang tegang pada periksa
vagina dalam vagina
11. Penurunan kepala tidak masuk pintu atas Penurunan kepala dapat masuk pintu atas
panggul panggul
12. Presentasi mungkin abnormal Tidak berhubungan dengan presentasi
C. Perdarahan Ante Partum yang belum jelas sumbernya

Terdiri: Ruptur sinus marginalis, Plasenta letak rendah, Vasa previa,


dan Plasenta Sirkumvalata

Ruptur Sinus Marginalis


 Bila hanya sebagian kecil pinggir plasenta yang terlepas
 Pecahnya pembuluh vena dekat tepi plasenta yang terbentuk
karena penggabungan pinggir ruang intervilli dengan ruang
subcorial
 Ruptur sinus marginalis atau sebagian kecil plasenta yang tidak
berdarah banyak
 Tidak ada atau sedikit perdarahan kehitaman
 Rahim sedikit nyeri/terus agak tegang
 Tekanan darah, frekuensi nadi ibu normal
 Tidak ada koagulopati
 Tidak ada gawat janin
Plasenta Letak Rendah
 Plasenta letak rendah (Low-lying placenta, lateralis
placenta atau kadang disebut juga dangerous placenta)
 Posisi plasenta beberapa mm atau cm dari tepi jalan
lahir
 Risiko perdarahan tetap ada, namun dapat dikatakan
kecil dan dapat dilahirkan pervaginam dengan aman
Vasa Previa
 Jenis insersi tali pusat, pembuluh-pembuluh
umbilicus di selaput ketuban, berpisah jauh
dari tepi plasenta dan mencapai keliling tepi
plasenta dengan hanya dilapisi oleh satu
lipatan amnion
 Dalam suatu ulasan tentang kepustakaan yang
mencakup hampir 195.000 kasus, Benirschke
dan Kaufmann, (2000) mendapatkan bahwa
1,1% dari kelahiran janin tunggal memiliki
insersio vilamentosa. Keadaan ini terjadi jauh
lebih sering pada kehamilan kembar dan
hampir selalu terjadi pada kembar tiga
 Vasa previa merupakan keadaan di mana
pembuluh darah umbilikalis janin berinsersi
dengan vilamentosa yakni pada selaput
ketuban
Vasa Previa, Lanjutan ...

 Etiologi vasa previa belum jelas


 Diagnosis vasa previa:
 Pada pemeriksaan dalam vagina diraba pembuluh darah pada
selaput ketuban
 Pemeriksaan juga dapat dilakukan dengan inspekulo atau
amnioskopi
 Bila sudah terjadi perdarahan maka akan diikuti dengan denyut
jantung janin yang tidak beraturan, deselerasi atau bradikardi,
khususnya bila perdarahan terjadi ketika atau beberapa saat
setelah selaput ketuban pecah. Darah ini berasal dari janin dan
untuk mengetahuinya dapat dilakukan dengan tes Apt dan tes
Kleihauer-Betke serta hapusan darah tepi
 Penatalaksanaan vasa previa:
Sangat bergantung pada status janin. Bila ada keraguan
tentang viabilitas janin, tentukan lebih dahulu umur kehamilan,
ukuran janin, maturitas paru dan pemantauan kesejahteraan
janin dengan USG dan kardiotokografi. Bila janin hidup dan
cukup matur dapat dilakukan seksio sesarea segera, namun
bila janin sudah meninggal atau imatur, dilakukan persalinan
pervaginam
Plasenta Sirkumvalata
 Plasenta yang pada permukaan fetalis dekat pinggir terdapat cincin putih.
Cincin ini menandakan pinggir plasenta, sedangkan jaringan di sebelah
luarnya terdiri dari villi yang tumbuh ke samping di bawah desidua
 Penyebab
Diduga chorion frondosum terlalu kecil dan untuk mencukupi
kebutuhan, villi menyerbu ke dalam desidua di luar permukaan
frondosum
 Insiden
 Insiden: 2-18%
 Beberapa ahli mengatakan bahwa plasenta sirkumvalata sering menyebabkan
abortus dan solutio plasenta
 Bila cincin putih ini letaknya dekat sekali dengan pinggir plasenta,
disebut juga plasenta marginata. Keduanya disebut dengan plasenta
ekstrakorial. Pada plasenta marginata mungkin terjadi adeksi selaput
sehingga plasenta lahir telanjang. Tertinggalnya selaput ini dapat
menyebabkan perdarahan dan infeksi
 Diagnosis
Plasenta sirkumvalata baru dapat ditegakkan setelah plasenta lahir, tetapi
dapat diduga bila ada perdarahan intermiten atau hidrorhea
Terima
kasih

Anda mungkin juga menyukai