TIM MATERNITAS
GANGGUAN PADA MASA KEHAMILAN
Kehamilan Perdarahan
Abortus
ektopik Antertum
Abortus Placenta
Spontan Previa
Abortus Solutio
Provokatus Placenta
KEHAMILAN EKTOPIK
TIM MATERNITAS
KEHAMILAN EKTOPIK
Abnormalitas zigot
• Apabila tumbuh terlalu cepat dan berukuran besar akan tersendat di tuba,
berhenti dan tumbuh
Kerusakan dari saluran tuba : Sulit melalui saluran sehingga melekat dan
tumbuh dalam saluran tuba
• Merokok (penundaan masa ovulasi, gangguan pada silia dan penurunan daya tahan tubuh
• Penyakit radang panggul
• Endometriosis = jaringan rahim yang ada diluar rahim (jaringan parut)
• Tindakan medis = operasi pada daerah tuba dan pengobatan infertilisasi
Patofisiologi
karena tuba bukan tempat
Proses implantasi = (F. Resiko) untuk pertumbuhan hasil
pertama telur konsepsi, tidak mungkin janin
berimplantasi pada Tidak dapat tumbuh secara utuh seperti
dalam uterus. Sebagian besar
ujung atau sisi jonjot berpindah/berkembang kehamilan tuba terganggu pada
endosalping, pada tempatnya umur kehamilan antara 6
sampai 10 minggu
https://drive.google.com/file/d/1ZoWopZJa-
sWVowLB8Cw0kqGVXlCtoUd4/view?usp=sharing
Patofisiologi
1.Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi
Ovum mati dan kemudian diresorbsi, dalam hal ini sering kali adanya
kehamilan tidak diketahui, dan perdarahan dari uterus yang timbul sesudah
meninggalnya ovum dianggap sebagai haid yang datangnya agak terlambat.
2. Abortus ke dalam lumen tuba
Trofoblast dan villus korialesnya menembus lapisan pseudokapsularis dan
menyebabkan timbulnya perdarahan dalam lumen tuba. Darah itu
menyebabkan pembesaran tuba (hematosalping) dan dapat pula mengalir
terus ke rongga peritoneum, berkumpul di kavum Douglasi dan
menyebabkan hematokele retrouterina
3. Ruptur dinding tuba
Ruptur tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada istmus dan
biasanya pada kehamilan muda. Sebaliknya ruptur pada pars interstitialis
terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut. Faktor utama yang menyebabkan
ruptur ialah penembusan villi koriales ke dalam lapisan muskularis tuba
terus ke peritoneum
Tanda dan Gejala
Pada minggu-minggu awal memiliki tanda-tanda seperti kehamilan pada
umumnya,yaitu terlambat haid, mual dan muntah, mudah lelah, dan
perabaan keras pada payudara
Gambaran klinis kehamilan tuba belum terganggu, tidak khas
Merasa nyeri sedikit di perut bagian bawah yang tidak seberapa
dihiraukan
Menstruasi abnormal
Pada pemeriksaan vaginal, uterus membesar dan lembek, walaupun
mungkin besarnya tidak sesuai dengan usia kehamilan
Tuba yang mengandung hasil konsepsi karena lembeknya sukar diraba
pada bimanual
Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu
Gangguan kencing akibat peregangan peritoneum oleh darah dalam
rongga perut
Pada ruptur tuba nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba-tiba dan
intesitas yang kuat disertai dengan perdarahan yang menyebabkan ibu
pingsan dan masuk ke dalam syok
Amenore (Lamanya tergantung pada kehidupan janin, sehingga dapat
bervariasi)
Komplikasi Kehamilan Ektopik (perdarahan)
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan panggul untuk mengkonfirmasi ukuran
rahim dalam masa kehamilan dan merasakan perut
yang keras
• Pemeriksaan darah untuk mengecek hormon ß-hCG.
Pemeriksaan ini diulangi 2 hari kemudian. Pada
kehamilan muda, level hormon ini meningkat sebanyak
2 kali setiap 2 hari. Kadar hormon yang rendah
menunjukkan adanya suatu masalah seperti kehamilan
ektopik
• Pemeriksaan ultrosonografi (USG). Pemeriksaan ini
dapat menggambarkan isi dari rahim seorang wanita.
Pemeriksaan USG dapat melihat di mana lokasi
kehamilan seseorang, baik di rahim, saluran tuba,
indung telur, maupun di tempat lain
Penatalaksanaan
Karena kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa, maka deteksi dini dan
pengakhiran kehamilan adalah tatalaksana yang disarankan
Pengakhiran kehamilan dapat dilakukan melalui:
1. Obat-obatan
Dapat diberikan apabila kehamilan ektopik diketahui sejak dini. Obat yang digunakan
adalah methotrexate (obat anti kanker)
2. Operasi
Untuk kehamilan yang sudah berusia lebih dari beberapa minggu, operasi adalah
tindakan yang lebih aman dan memiliki angka keberhasilan lebih besar daripada obat-
obatan. Apabila memungkinkan, akan dilakukan operasi laparaskopi
Bila diagnosa kehamilan ektopik sudah ditegakkan, terapi definitif adalah pembedahan:
Tubektomi
Laparotomi: eksisi tuba yang berisi kantung kehamilan (salfingo-ovarektomi) atau
insisi longitudinal pada tuba dan dilanjutkan dengan pemencetan agar kantung
kehamilan keluar dari luka insisi dan kemudian luka insisi dijahit kembali
Laparoskop: untuk mengamati tuba falopii dan bila mungkin lakukan insisi pada
tepi superior dan kantung kehamilan dihisap keluar tuba
Operasi Laparoskopik: Salfingostomi
TRANSFUSI DARAH
Operasi Salpingostomi
Komplikasi
Kegagalan penegakan diagnosis secara cepat dan tepat dapat
mengakibatkan terjadinya ruptur tuba atau uterus, tergantung
lokasi kehamilan, dan hal ini dapat menyebabkan perdarahan
masif, syok, DIC, dan kematian
Komplikasi yang timbul akibat pembedahan adalah
perdarahan, infeksi, kerusakan organ sekitar (usus, kandung
kemih, ureter, dan pembuluh darah besar)
Komplikasi terkait tindakan anestesi
Ruptur tuba atau abortus tuba, aksi erosif dari trofroblas dapat
menyebabkan kekacauan dinding tuba secara mendadak,
ruptur mungkin paling sering timbul bila kehamilan
berimplatasi pada pars istmikus tuba yang sempit, abortus
tuba dapat menimbulkan hematokel pelvis, reaksi peradangan
lokal dan infeksi sekunder dapat berkembang dalam jaringan
yang berdekatan dengan bekuan darah yang terkumpul
Prognosis
Diagnosa dini dapat menekan angka
kematian
Persediaan darah yang cukup menekan
angka kematian
Pertolongan terlambat meningkatkan
angka kematian
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
1. Anamnesis dan gejala klinis
a. Riwayat terlambat haid
b. Gejala dan tanda kehamilan muda
c. Dapat ada atau tidak ada perdarahan pervaginam
d. Terdapat amenorhe
e. Ada nyeri mendadak disertai rasa nyeri bahu dan seluruh
abdomen, terutama abdomen bagian kanan/ kiri bawah
f. Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya
darah yang terkumpul dalam peritoneum
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Mulut : bibir pucat
Payudara : hyperpigmentasi, hipervaskularisasi, simetris
Abdomen : terdapat pembesaran abdomen
Genetalia : terdapat perdarahan pervaginam
b. Palpasi
– Abdomen : uterus teraba lembek, TFU lebih kecil daripada
usia kehamilan, nyeri tekan, perut teraba tegang, massa pada
adnexa.
– Genetalia : nyeri goyang porsio, kavum douglas menonjol.
– Ekstremitas : dingin
c. Auskultasi
Abdomen : bising usus (+), DJJ (-)
d. Perkusi
Ekstremitas : reflek patella +/+
Pemeriksaan fisik umum:
Pasien tampak anemis dan sakit
Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah
adneksa
Kesadaran bervariasi dari baik sampai koma tidak sadar
Daerah ujung (ekstremitas) dingin
Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat,
adanya tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut tegang bagian
bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas dinding abdomen
Pemeriksaan nadi meningkat, tekanan darah menurun sampai syok
Pemeriksaan abdomen: perut kembung, terdapat cairan bebas
darah, nyeri saat perabaan
Pemeriksaan khusus:
• Nyeri goyang pada pemeriksaan serviks
• Kavum douglas menonjol dan nyeri
• Mungkin teraba tumor di samping uterus
• Pada hematokel tumor dan uterus sulit dibedakan
• Pemeriksaan ginekologis: seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri
pada uterus kanan dan kiri
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium: HMT, SDP, β-HCG (+)
b. USG (Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri, Adanya
kantung kehamilan di luar kavum uteri, Adanya massa komplek di
rongga panggul)
c. Laparoskopi
Peranan untuk menegakkan diagnosa kehamilan ektopik sudah
diganti oleh USG
d. Laparotomi
Harus dilakukan pada kasus kehamilan ektopik terganggu dengan
gangguan hemostasis (tindakan diagnostik dan definitif)
e. Kuldosintesis
Memasukkan jarum ke dalam cavum Douglassi transvaginal untuk
menentukan ada atau tidak adanya darah dalam cavum Douclassi.
Tindakan ini tak perlu dikerjakan bila diagnosa adanya perdarahan
intraabdominal sudah dapat ditegakkan dengan cara pemeriksaan
lain
f. Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi
Diagnosa Keperawatan
1. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan yang
masif, perdarahan, kekurangan intake cairan dibuktikan
dengan (tanda dan gejala). (D.0023)
2. Resiko Hipovolemi dibuktikan dengan kehilangan cairan
yang aktif (D.0034)
3. Risiko ketidakseimbangan cairan/elektrolit (D. 0036 dan
D.0037)
4. Berduka berhubungan dengan kehilangan bayinya
dibuktikan dengan tanda dan gejala (D.0081)
5. Nyeri akut berhubungan dengan ruptur tuba falopii,
pendarahan intraperitonial ( D.0077)
6. Ansietas yang berhubungan dengan krisis situasi,
ancaman yang dirasakan dari kesejahteraan maternal yang
ditandai dengan pasien mengatakan sulit tidur (D. 080)
TAUTAN SDKI - SLKI
Hipovolemi
Luaran Utama Status Nutrisi
Luaran tambahan Integritas kulit dan
jaringan
Keseimbangan asam basa
Keseimbangan cairan
Status nutrisi
Tingkat perdarahan
Keseimbangan elektrolit
SLKI
Manjemen
hemodinamik
MANAJEMEN HIPOVOLEMIA
OBSERVASI
– Periksa tanda dan gejala hipovolemia (nadi meningkat,, nadi lemah,
tekanan darah menurun, turgor kulit menurun, membran mukosa
kering, volume urine menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah
– Monitor intake dan output cairan
TERAUPETIK
– Hitung kebutuhan cairan
– Berikan asupan cairan oral
EDUKASI
– Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral >1500 ml
KOLABORASI
– Kolaborasi pembaerian cairan IV isotonis (NaCl,RL)
ABORTUS
TIM MATERNITAS
TUJUAN
PEMERKOSAAN KEHAMILAN
ANGKA
BERAKIBAT PADA YANG
ABORTUS KEMATIAN
KEHAMILAN BERISIKO
IBU
TINGGI
MENUNDA
PERNIKAHAN
DAN KEHAMILAN
LATAR BELAKANG
LATAR BELAKANG
pelayanan
Antenatal care
(ANC) harus
MENURUN “available,acc
KAN AKI essible, and
acceprable to
all women in
15% the servis area
WANITA
HAMIL TJD
KOMPLIKASI
PENGERTIAN
Abortus adalah suatu proses berakhirnya suatu
kehamilan, dimana janin belum mampu hidup di
luar rahim ( belum viable ) dengan kriteria usia
kehamilan kurang 20 minggu atau berat
janin kurang dari 500 gram. WHO memperbaharui
definisi abortus adalah terhentinya kehidupan buah
kehamilan dibawah 28 minggu atau berat janin
kurang dari 1000 gram.
JENIS ABORTUS
Abortus spontan Abortus Provokatus
imminens Medisinalis
inkompletus kriminalis
Kompletus
insipien
Miss Abborsion
Habitualis
https://drive.google.com/file/d/1Z0bXfQRGTXea
uAAXGbt9O9ULdjpn1sPj/view?usp=sharing
ABORTUS IMINENS
26%
KEHAMILAN 35 PER
BERAKHIR FREKUENSI
PADA ABORSI
1000
19 JUTA ABORSI
TIDAK AMAN, 5
JUTA KOMPLIKASII
FREKUENSI...
DIMENSI • depresi
• Tanggung jawab dan pandangan
PSIKOLOGIS nilai hidup merosot
DIMENSI
HUKUM •Pelaku di hukum
METODE ABORSI
UREA
HISTEROTOMI PROSTAGLANDIN
Pada remaja:
• Pemberdayaan keluarga
• Pendidikan kesehatan reproduksi
• Membentengi diri dengan agama
• Menjauhi hal yang berbau pornografi
• Memiliki aktivitas positif
Pada wanita yang sudah menikah:
•Penkes tentang KB
•Penyediaan dan pelayanan KB yang optimal
PERDARAHAN ANTEPARTUM
TIM MATERNITAS
Perdarahan Ante Partum (PAP)
• Perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 22
minggu
• Perdarahan biasanya lebih banyak dan
memerlukan penanganan yang berbeda
• PAP bisa bersumber dari plasenta dan bukan
plasenta
• Kasifikasi klinis perdarahan ante partum dibagi
sebagai berikut:
Plasenta previa
Solusio plasenta
Perdarahan antepartum yang belum jelas
sumbernya (ruptur sinus marginalis, plasenta letak
rendah dan vasa previa)
Perdarahan ante partum adalah pendarahan yang terjadi
setelah kehamilan 28 minggu (perdarahan pada tri
wulan terakhir dari kehamilan)
Pada hamil muda sebab-sebab pendarahan:
1. Abortus
2. Kehamilan ektopik
3. Mola hidatidosa
Pada tri wulan terakhir sebab-sebab utama adalah:
1. Plasenta praevia
2. Solutio plasentae
Selain sebab-sebab di atas juga dapat ditimbulkan oleh
luka-luka pada jalan lahir karena terjatuh, coitus atau
varices yang pecah dan oleh gangguan servix seperti
carcinoma erosio dan polyp
Klasifikasi Perdarahan Ante Partum
Perdarahan Ante Partum dikelompokkan sebagai berikut
1. Perdarahan yang ada hubungannya dengan
kehamilan:
a. Plasenta previa
b. Solusi plasenta
c. Perdarahan ante partum yang tidak jelas sumbernya (idiopatik)
seperti: Perdarahan pada rupture sinus marginalis, plasenta letak
rendah,vasa previa dan plasenta sirkumvalata
2. Perdarahan yang tidak ada hubungannya dengan
kehamilan:
a. Pecahnya varises vagina
b. Perdarahan polipus servikalis
c. Perdarahan perlukaan serviks
d. Perdarahan karena keganasan serviks
Insidens
USG
Penatalaksanaan
Terapi konservatif
Prinsip:
Tunggu sampai perdarahan berhenti dan partus
berlangsung spontan. Perdarahan akan berhenti
sendiri jika tekanan intra uteri bertambah lama,
bertambah tinggi sehingga menekan pembuluh darah
arteri yang robek