Anda di halaman 1dari 31

Kelompok 8

1. Alfiah Nur Fadhilah ( P


27224018055)
2. Mela Dwi Anggrahini (P
27224080080)
3. Nadiah Ayu Safitri ( P
27224018082)
Komplikasi Nifas
Gangguan Jalan Lahir
Distosia adalah kelambatan atau kesulitan dalam
jalannya persalinan. Distosia karena kelainan jalan
lahir adalah distosia yang disebabkan karena adanya
kelainan pada jaringan keras / tulang panggul, atau
kelainan pada jaringan lunak panggul.

Distosia kelainan jalan lahir disebabkan karena


adanya kelainan pada jaringan keras / tulang
panggul.(Sujiyatini dkk,2009)
Macam – Macam Distosia Jalan Lahir
keras/ kelainan panggul :
1. Kesempitan Pintu Atas Panggul
Pintu atas panggul dianggap sempit kalau
konjugata vera kurang dari 10 cm atau kalau
diameter transversa kurang dari 12 cm. Oleh
karena itu jika pada panggul sempit
kemungkinan kepala tertahan oleh pintu atas
panggul, maka dalam hal ini serviks uteri
kurang mengalami tekanan kepala.
Apabila pada panggul sempit pintu atas
panggul tidak tertutup dengan sempurna oleh
kepala janin, ketuban bisa pecah pada
pembukaan kecil dan ada bahaya pula
terjadinya prolapsus funikuli.

Pada kehamilan aterm, ukuran rata-rata


diameter biparietal – BPD 9.5 – 9.8 cm.
Sehingga kepala janin yang normal tidak
mungkin dapat melalui panggul bila diameter
AP – Pintu Atas Panggul .
2. Kesempitan Bidang Tengah Panggul
Dengan sacrum melengkung sempurna, dinding-
dinding panggul tidak berkonvergensi, foramen iskiadikum
mayor cukup luas, dan spina iskiadika tidak menonjol ke
dalam, dapat diharapkan bahwa panggul tengah tidak akan
menyebabkan rintangan bagi lewatnya kepala janin.

Apabila ukuran antara spina kurang dari 9 cm, perlu kita


waspada terhadap kemungkinan kesukaran pada persalinan,
apalagi bila diameter sagitalis posterior juga pendek. Pada
panggul tengah yang sempit, lebih sering ditemukan posisi
oksipitalis posterior persisten atau presentasi kepala dalam
posisi lintang tetap (transverse arrest).
Ukuran rata-rata Bidang Tengah Panggul :
O Diameter tranversal (interspinous) = 10.5 cm
O Diameter AP (tepi bawah SP sampai pertemuan S4
– S5) 11.5 cm
O Diameter Sagitalis Posterior – DSP ( titik
pertengahan diameter interspinous dengan
pertemuan S4 – S5) 5 cm

Dugaan klinik adanya kesempitan BTP adalah bila


pada pemeriksaan panggul teraba adanya penonjolan
spina ischiadica yang menyolok.
3. Kesempitan Pintu Bawah Panggul

Pintu bawah panggul merurpakan bidang yang


tidak datar, tetapi terdiri atas segitiga depan dan
segitiga belakang yang mempunyai dasar yang
sama, yakni distansia tuberum. Distosia akibat
kesempitan Pintu Bawah Panggul saja jarang
terjadi mengingat bahwa kesempitan PBP hampir
selalu disertai dengan kesempitan Bidang Tengah
Panggul.
4. Seksio sesarea
Dapat dilakukan secar elektif atau primer, yakni
sebelum persalinan mulai atau pada awal persalinan,
dan secara sekunder, yakni sesudah persalinan
berlangsung selama beberapa waktu.

Seksio sesarea sekundar dilakukan karena persalinan


percobaan dianggap gagal, atau karena timbul
indikasi untuk menyelesaikan persalinan selekas
mungkin, sedang syarat-syarat untuk persalinan per
vaginam tidak atau belum dipenuhi.
5. Simfisiotomi

Simfisotomi ialah tindakan untuk memisahkan


tulang panggul kiri dari tulang panggul kanan pada
simfisis agar rongga panggul menjadi lebih luas.
Tindakan ini tidak banyak lagi dilakukan karena
terdesak oleh seksio sesarea. Satu-satunya indikasi
ialah apabila pada panggul sempit dengan janin
masih hidup terdapat infeksi intrapartum berat,
sehingga seksio sesarea dianggap terlalu berbahaya.
Infeksi Tractus Urinarius
Infeksi tractus urinarius terutama berasal dari
mikroorganisme pada faeces yang naik dari
perineum ke uretra dan kandung kemih serta
menempel pada permukaan mukosa. Agar infeksi
dapat terjadi, bakteri harus mencapai kandung
kemih, melekat pada dan mengkolonisasi epitelium
traktus urinarius untuk menghindari pembilasan
melalui berkemih, mekanisme pertahan penjamu
dan cetusan inflamasi.
Sistitis (inflamasi kandung kemih) yang paling
sering disebabkan oleh menyebarnya infeksi dari
uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik
urine dari uretra ke dalam kandung kemih (refluks
urtrovesikal), kontaminasi fekal, pemakaian kateter
atau sistoskop. Uretritis suatu inflamasi biasanya
adalah suatu infeksi yang menyebar naik yang
digolongkan sebagai general atau mongonoreal.
Kelainan pada Uterus
Kelainan pada uterus Masa post partum (nifas)
adalah masa sejak melahirkan sampai pulihnya alat-
alat reproduksi & anggota tubuhlainnya yg
berlangsung sampai sekitar 40 hari (KBBI, 1990).

Masa nifas atau puerperium adalah masa setelah


partus selesai sampai pulihnya kembali alat-alat
kandungan seperti sebelum hamil. Lamanya masa
nifas ini yaitu kira-kira 6-8 minggu
Lamanya masa nifas ini yaitu kira-kira 6-8
minggu.Pembagian masa nifas dalam 3 periode :

1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu


telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
2. Peurperium intermedial yaitu kepulihan
menyeluruh alat-alatgenetalia eksterna dan
interna yang lamanya kurang lebih 6-8 minggu.
3. Remote puerperium adalah waktu yang
diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan
mempunyai komplikasi
Macam-Macam Kelainan Uterus
1. SUB INVOLUSIO
Sub involusi adalah kegagalan uterus untuk
mengikuti pola normal / proses involusi rahim tidak
berjalan sebagaimana mestinya,sehingga proses
pengecilan uterus terhambat.

PENYEBAB:
a. Terjadi infeksi pada endometrium 
b. Terdapat sisa plasenta dan selaputnya
c. Terdapat bekuan darah
d. Mioma uteri
TANDA & GEJALA:

O Biasanya tanda dan gejala subinvolusi tidak


tampak,sampai kira-kira 4 –  6 minggu postpartum.
O Fundus uteri letaknya tetap tinggi didalam
abdomen/pelvis dari yangdiperkirakan/penurunan
fundus uteri lambat dan tonus uterus lembek.
O Keluaran kochia seringkali gagal berubah dari bentuk
rubra kebentukserosa,lalu kebentuk kochia alba
O Lochia bisa tetap dalam bentuk rubra dalam waktu
beberapa
hari postpartum/lebih dari 2 minggu postpartum. 
TERAPI:
O Pemberian Antibiotika
O Pemberian Uterotonika
O Pemberian Transfusi
O Dilakukan kerokan bila disebabkan karena
tertinggalnya sisa– sisa plasenta.

2. PERDARAHAN POSTPARTUM SEKUNDER


Perdarahan post partum sekunder adalah perdarahan yang
terjadi setelah 24 jam pertama.Perdarahan nifas dinamakan
sekunder adalah bila terjadi 24 jam atau lebih sesudah
persalinan.
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB :

1. Endometritis
2. Sub involusi
3. Sisa plasenta
4. Inversion uteri
5. Pemberian estrogen untuk menekan
laktasi
 
GEJALA KLINIS:

1. Terjadi perdarahan berkepanjangan melampaui


pengeluaran lokheanormal
2. Terjadi perdarahan cukup banyak
3. Rasa sakit di daerah uterus
4. Pada palpasi fundus uteri masih dapat diraba
lebih besar dariseharusnya
5. Pada VT didapatkan uterus yang membesar,
lunak dan dari ostiumuteri keluar darah.
3. EROSI SERVIKS POSTPARTUM
Erosio porsiones (EP) adalah suatu proses
peradangan atau suatuluka yang terjadi pada daerah
porsio serviks uteri (mulut rahim).Penyebabnya bisa
karena infeksi dengan kuman-kuman atau virus,
bias juga karena rangsangan zat kimia/alat tertentu;
umumnya disebabkan oleh infeksi.

Erosi porsio atau disebut juga dengan erosi serviks


adalahhilangnya sebagian / seluruh permukaan
epitel squamous dari serviks
Erosi serviks dapat dibagi menjadi 3:
OErosi ringan : meliputi ≤ 1/3 total area serviks
OErosi sedang : meliputi 1/3-2/3 total area
serviks
OErosi berat : meliputi ≥ 2/3 total area serviks

PENYEBAB EROSI SERVIKS:


1. Level estrogen, erosi serviks sangat umum
ditemukandalam kehamilan karena level estrogen
yang tinggi..
2. Infeksi, infeksi tidak menyebabkan erosi, tapi
kondisi erosi akan lebih mudah terserang bakteri
dan jamur sehingga mudah terserang infeksi

PENANGANAN EROSI SERVIKS:


3. Memberikan albotyl di sekitar Erosio pada
portio.
4. Melakukan penatalaksanaan pemberian obat.
4. PROLAPS UTERI
Prolapsus uteri adalah keadaan yang terjadi akibat
otot penyangga uterus menjadi kendor sehingga
uterus akan turun atau bergeser kebawah dan dapat
menonjol keluar dari vagina.

Penyebab prolapsus genitalis


1. Partus yang berulang kali dan terjadi
terlampau sering
2. Partus dengan penyulit
3. Tarikan pada janin pada pembukaan belum
lengkap
Friedman dan Little (1961) mengemukakan
beberapa macam klasifikasi Prolapsus uteri,
yaitu:
1. Prolapsus uteri tingkat I  : serviks uteri turun
sampai introitus vagina.

2. Prolapsus uteri tingkat II  : serviks uteri


menonjol keluar dari introitus vagina.

3. Prolapsus uteri tingkat III : seluruh uterus keluar


dari vagina. Prolaps ini juga dinamakan
Prosidensia Uteri.
GEJALA-GEJALA KLINIK

1. Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal


atau menonjol di genitalia eksterna.
2. Infertilitas karena servicitis.
3. Rasa sakit dalam panggul dan pinggang
4. Incontinentia urine
Terapi prolaps
1. Tanpa operasi
• Latihan-latihan otot dasar panggul
• Stimulasi otot-otot dengan alat-alat listrik kontraksi
otot-otot dasar panggul dapat ditimbulkan dengan alat
listrik, elektrodenya dapat dipasang dalm pessarium
yang dimasukkan dalam vagina.
• Pengobatan dengan Pessarium . Prinsip pemakaian
pessarium ialah bahwa alat tersebut mengadakan
tekanan pada dinding vagina bagian atas sehingga
bagian dari vagina tersebut beserta uterus tidak dapat
turun dan melewati vagina bagian bawah.
2. Dengan Operasi

O Ventrofiksasi
Pada wanita yang masih tergolong muda dan masih
menginginkan anak dilakukan operasi untuk membuat uterus
Ventrofiksasi, dengan cara memendekkan ligamentum
Rotundum atau mengikatkan ligamentum rotundum ke
dinding perut atau dengan cara operasi Purandare.

O Hysterektomi vagina
Hysterektomi vaginal sebagai terapi prolaps kita pilih kalau
ada methroragi, patologi portio atau tumor dari uterus, juga
pada prolaps uteri tingkat lanjut.
O  Manchester – Fothergill
Dasarnya ialah memendekkan ligamentum Cardinale.
Disamping itu dasar panggul diperkuat ( Perineoplasty ) dan
karena sering ada elongasio coli dilakukan amputasi dari
portio
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai