i
Sanksi Pelanggaran Pasal 113
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014
Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987
Perubahan atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982
Perubahan atas Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002
ii
BUKU AJAR
ASUHAN KEBIDANAN
PERSALINAN DAN BAYI BARU
LAHIR
SULISDIANA, M.Kes.
ERFIANI MAIL, M.Kes.
ZULFA RUFAIDA, M.Sc.
iii
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYU BARU LAHIR
Copyright © Sulisdian, M. Kes., Erfiani Mail, M. Kes., & Zulfa Rufaida, M. Sc.
Penulis: Sulisdian, M. Kes., Erfiani Mail, M. Kes., & Zulfa Rufaida, M. Sc.
Editor: Shinta Dewi
Penata Letak: F. D. Abdillah
Penata Sampul: A. Raditya Pramono
CV OASE GROUP
Jalan Kartika, Gang Sejahtera 1 No. 3, Jebres,
Surakarta, Indonesia
Dicetak oleh
Percetakan CV Oase Group
Isi di luar tanggung jawab percetakan
iv
PRAKATA
A
lhamdulillahirabbil’alamin, segala puja dan puji syukur
penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha Penyayang. Tanpa
karunia-Nya, mustahil naskah buku ini terselesaikan tepat
waktu mengingat tugas dan kewajiban lain yang bersamaan hadir.
Semoga buku ini dapat bermanfaat dan membantu para mahasiswa
kebidanan atau Program Studi Keperawatan yang sedang
mempelajari Asuhan Kebidanan Persalinan yang meliputi definisi,
gejala dan tanda persalinan, kala 1-IV, serta kebutuhan ibu bersalin.
Penulis berharap buku ini bisa menjadi salah satu pendukung dalam
upaya peningkatan pengetahuan dan wawasan tenaga kesehatan
sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat.
Buku ini disusun berdasarkan struktur pembelajaran mata ajar
Asuhan Kebidanan Persalinan pada Program Studi D-3 Kebidanan.
Metode pembelajaran meliputi: ceramah, small groupdiscussion
(SGD), presentasi, dan pengalaman belajar praktik untuk
menerapkan berbagai keterampilan yang telah didapatkan. Mata
ajar ini didukung dengan Praktik Klinik Kebidanan 2.
Buku ini dikembangkan dari berbagai buku teks, seperti
tercantum pada daftar bacaan, ditambah dengan berbagai hasil
penelitian, lokakarya nasional, dan karya ilmiah. Untuk
mempermudah pemahaman, ditambahkan contoh dan latihan soal-
soal Asuhan Kebidanan Persalinan.
Terselesaikannya penulisan buku ini juga tidak terlepas dari
bantuan beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan
terima kasih kepada Lembaga Stikes Majapahit Mojokerto, dosen,
serta mahasiswa. Dengan kepercayaan tersebut, penulis
berkeyakinan bahwa itu dapat mendukung penulis dalam upaya
meningkatkan kualitas diri dan karya untuk waktu yang akan
datang.
v
Meskipun telah berusaha untuk menghindari kesalahan,
penulis menyadari juga bahwa buku ini masih mempunyai
kelemahan sebagai kekurangannya. Oleh karena itu, penulis
berharap agar pembaca berkenan menyampaikan kritikan. Dengan
segala pengharapan dan keterbukaan, penulis menyampaikan rasa
terima kasih dengan setulus-tulusnya. Kritik merupakan perhatian
agar dapat menuju kesempurnaan. Akhir kata, penulis berharap
agar buku ini dapat membawa manfaat kepada pembaca. Secara
khusus, penulis berharap semoga buku ini dapat membantu
mahasiswa dalam memahami mata kuliah Asuhan Kebidanan
Persalinan. Jadilah tenaga kesehatan dan bidan yang professional,
bermartabat, kreatif, dan mandiri.
Penulis
vi
KATA PENGANTAR
D
i Indonesia angka kematian maternal dan perinatal masih
cukup tinggi. Padahal jumlah pelayanan kesehatan dan
tenaga kesehatan di Indonesia, asuhan bersalin normal
(APN) diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis
ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat
kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian pada masa
nifas, 24 jam pertama (Saiffudin, dkk: 2002).
Mortalitas dan mordibitas pada wanita bersalin adalah masalah
besar di negara berkembang. Kematian saat melahirkan biasanya
menjadi faktor utama mortalitas wanita muda pada puncak
produktivitasnya.
Bagi mahasiswa D-3 Kebidanan, perlu mempelajari kesehatan
masyarakat dalam praktik kebidanan. Untuk itu disusun buku ajar
asuhan kebidanan sebagai panduan dalam penerapan dalam
kebidanan.
Kami ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada
semuapihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan
buku ajar ini.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
PRAKATA ........................................................................................................ v
KATA PENGANTAR ................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ x
TINJAUAN MATA KULIAH ....................................................................... xi
BAB I FISIOLOGI PERSALINAN ................................................................1
A. Pengertian ..................................................................................................... 1
B. Sebab-Sebab Mulainya Persalinan ...................................................... 2
C. Tahapan Persalinan ................................................................................... 4
D. Tujuan dan Prinsip Asuhan Persalinan ............................................. 6
E. Tanda dan Gejala Persalinan .............................................................. 11
F. Kemajuan Persalinan Dengan Partograf........................................ 14
G. Perubahan Fisiologi pada Ibu Bersalin .......................................... 19
BAB II PSIKOLOGI PERSALINAN .......................................................... 35
A. Perubahan Psikologi pada Kala I ...................................................... 36
B. Perubahan Psikologi pada Kala II ..................................................... 40
C. Perubahan Psikologi pada Kala III ................................................... 41
D. Perubahan Psikologi pada Kala IV ................................................... 41
BAB III PEMERIKSAAN LABORATORIUM SEDERHANA ............... 45
BAB IV FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERSALINAN DAN
LAKTASI ....................................................................................................... 51
A. Passage ......................................................................................................... 51
B. Power............................................................................................................ 55
C. Passanger .................................................................................................... 57
D. Psikis Ibu ..................................................................................................... 58
viii
E. Penolong...................................................................................................... 59
BAB V KEBUTUHAN DASAR IBU MASA PERSALINAN ................... 63
BAB VI EVIDANCE BASED DALAM ASUHAN IBU PERSALINAN .. 75
A. Evidence Based Midwifery (Practice)............................................. 75
B. Asuhan Persalinan Normal .................................................................. 76
BAB VII PROSEDUR KETERAMPILAN DASAR KEBIDANAN PADA
ASUHAN PERSALINAN ............................................................................. 85
A. Kala I ............................................................................................................. 85
B. Kala II ............................................................................................................ 92
C. Kebutuhan Ibu dalam Persalinan ..................................................... 95
D. Mengurangi Rasa Sakit (Pain Relief) ............................................... 97
E. Posisi dalam Persalinan ........................................................................ 99
F. Kala III ........................................................................................................ 110
G. Kala IV ........................................................................................................ 116
BAB VIII PENGENALAN TANDA BAHAYA PADA MASA
PERSALINAN ............................................................................................ 125
A. Konsep Dasar Distosia ......................................................................... 125
BAB IX DETEKSI DINI PERSALINAN DENGAN PENYULIT KALA III
DAN IV ........................................................................................................ 155
A. Penyulit Kala III Persalinan ............................................................... 155
B. Perdarahan Kala IV (Primer) ............................................................ 162
C. Syok Obstetrik......................................................................................... 162
BAB X ADAPTASI BAYI SEGERA SETELAH LAHIR ....................... 171
A. Sistem Pernapasan/Respiratory ..................................................... 172
BAB XI MANAJEMEN ASUHAN PADA IBU PERSALINAN ............ 183
GLOSARIUM ............................................................................................. 205
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 207
LAMPIRAN 4. BIODATA KETUA DAN ANGGOTA TIM PENELITI
...................................................................................................................... 209
ix
DAFTAR GAMBAR
x
TINJAUAN MATA KULIAH
xi
xii
BAB I
FISIOLOGI PERSALINAN
A. Pengertian
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi
(janin dan uri) yang dapat hidup ke dunia luar dari rahim melalui
jalan lahir atau jalan lain. Adapun menurut proses
berlangsungnya persalinan dibedakan sebagai berikut:
1. Persalinan Spontan
Bila persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu
sendiri. Pengertian persalinan, melalui jalan lahir ibu
tersebut.
2. Persalinan Buatan
Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya
ekstraksi forsep atau dilakukn operasi sectio caesaria.
3. Persalinan Anjuran
Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya, tetapi
baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian
pitocin, atau prostaglandin.
Istilah-istilah yang berkaitan dengan persalinan
berdasarkan tuanya umur kehamilan dan berat badan bayi:
1. Abortus
Pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 22
minggu atau bayi dengan berat badan kurang dari 500 gram.
Gambar 1.1 Kadar Hormon dalam Persalinan. Sumber: Challis and Gibb5 with the
permission of the publisher.
C. Tahapan Persalinan
1. Kala I
Persalinan Kala I atau Kala Pembukaan adalah periode
persalinan yang dimulai dari his persalinan yang pertama
samapai pembukaan cervix menjadi lengkap (Yanti, 2010).
Berdasarkan kemajuan pembukaan maka Kala I dibagi
menjadi :
a. Fase Latent, yaitu fase pembukaan yang sangat lambat
ialah dari 0 sampai 3 cm yang membutuhkan waktu 8
jam.
b. Fase Aktif, yaitu fase pembukaan yang lebih cepat
membutuhkan waktu 6 jam yang terbagi lagi manjadi:
1) Fase Accelerasi (fase percepatan), dari pembukaan 3
cm sampai 4 cm yang dicapai dalam 2 jam.
2) Fase Dilatasi Maksimal, dari pembukaan 4 cm sampai
9 cm yang dicapai dalam 2 jam.
3) Fase Decelerasi (kurangnya kecepatan), dari
pembukaan 9 cm sampai 10 cm yang dicapai dalam 2
jam (Yanti, 2010).
LATIHAN SOAL
1. Ny. Shinta berumur 30 tahun, G IV PIIAI hamil 39 minggu. Datang
ke BPS pada pukul 09.00 WIB dengan keluhan keringat dingin
dan kencang-kencang teratur sejak pukul 07.00 WIB disertai
pengeluaran lendir darah. Hasil VT: pembukaan 7 cm, KK +. Data
fokus yang mendukung ibu dalam proses persalinanadalah ….
a. Dilatasi serviks
LATIHAN SOAL
1. Seorang perempuan usia 25 tahun melahirkan 2 hari yang lalu di
BPM, mengeluh perut mulas dan sulit tidur.Agar ibu dalam
melewati proses persalinannya merasa nyaman, maka hal yang
dapat dilakukan bidan dan keluarga sebagai wujud asuhan
sayang ibu adalah....
a. Memarahi ibu saat mersakan kesakitan
b. Tidak menunggui ibu saat proses persalinan
c. Tidak memberikan makan atau minum pada ibu
d. Memberikan dukungan emosional
2. Seorang perempuan usia 25 tahun melahirkan 2 hari yang lalu di
BPM, mengeluh perut mulas dan sulit tidur. Peristiwa di bawah
ini yang merupakan bentuk asuhan sayang ibu yaitu ....
a. Bidan menganjurkan pada keluarga untuk memberikan
cairan dan nutrisi pada ibu bersalin
b. Bidan melakukan tindakan kateterisasi secara rutin agar ibu
bisa BAK
c. Bidan melakukan enema pada setiap ibu inpartu
d. Bidan melakukan pencukuran rambut pubis pada setiap ibu
bersalin
3. Seorang perempuan usia 25 tahun melahirkan 2 hari yang lalu di
BPM, mengeluh perut mulas dan sulit tidur. Diketahui seorang
ibu inpartu hamil anak pertama, mengeluh mengeluarkan lendir
bercampur darah dari kemaluannya. Saat dilakukan
pemeriksaan VT oleh bidan, mulai saat pasien datang mengalami
pembukaan satu dipantau sampai ibu mengalami pembukaan
lengkap. Berdasarkan teori, hal tersebut merupakan ....
a. Tahapan persalinan pada kala 1
LATIHAN SOAL
1. Seorang perempuan berusia 21 tahun, hamil anak pertama 7
bulan datang ke Polindes bersama suami, mengeluh sering
pusing, mata berkunang-kunang, badan terasa lemas, dan cepat
lelah sejak 2 minggu yang lalu, hasil pemeriksaan tanda vital
dalam batas normal. Konjungtiva terlihat pucat. Apakah
pemriksaan penujang yang sebaiknya di lakukan pada kasus
tersebut?
a. HB sahli
b. Protein unaria
B. Power
Adalah kekuatan yang mendorong janin keluar. Kekuatan
yang mendorong janin keluar dalam persalinan ialah his,
kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari
ligament, dengan kerjasama yang baik dan sempurna.
1. HIS (kontraksi uterus)
Adalah kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim
bekerja dengan baik dan sempurna dengan sifat-sifat:
kontraksi simetris, fundus dominan, kemudian diikuti
relaksasi. Pada saat kontraksi otot-otot rahim menguncup
sehingga menjadi tebal dan lebih pendek. Kavum uteri
menjadi lebih kecil mendorong janin dan kantung amnion ke
arah bawah rahim dan serviks. Sifat-sifat lainnya dari his
adalah:
a. Involuntir
b. Intermitten
c. Terasa sakit
d. Terkoordinasi dan simetris
Dalam melakukan observasi pada ibu bersalin, hal-hal
yang harus diperhatikan dari his adalah:
a. Frekuensi his: jumlah his dalam waktu tertentu biasanya
per menit atau per 10 menit.
C. Passanger
Faktor lain yang berpengaruh terhadap persalinan adalah
faktor janin, yang meliputi sikap janin, letak janin, presentasi janin,
bagian terbawah, dan posisi janin.
1. Sikap (Habitus):
Menunjukkan hubungan bagian-bagian janin dengan
sumbu janin, biasanya terhadap tulang punggungnya. Janin
umumnya dalam sikap fleksi di mana kepala, tulang
punggung, dan kaki dalam keadaan fleksi, lengan bersilang di
dada.
2. Letak (Situs):
Adalah bagaimana sumbu janin berada terhadap sumbu
ibu misalnya letak lintang di mana sumbu janin tegak lurus
pada sumbu ibu. Letak membujur di mana sumbu janin
sejajar dengan sumbu ibu, ini bisa letak kepala atau letak
sungsang.
3. Presentasi:
Dipakai untuk menentukan bagian janin yang ada di
bagian bawah rahim yang dijumpai pada palpasi atau pada
pemeriksaan dalam. Misalnya presentasi kepala, presentasi
bokong, presentasi bahu, dan lain-lain.
a. Bagian terbawah janin:
Sama dengan presentasi hanya lebih diperjelas
istilahnya.
b. Posisi janin
Untuk indikator atau menetapkan arah bagian
terbawah janin apakah sebelah kanan, kiri, depan, atau
belakang terhadap sumbu ibu (materal–pelvis). Misalnya
D. Psikis Ibu
Pada proses kelahiran, suami yang bertanggung jawab pun tak
kalah repot dan tegangnya dalam mempersiapkan saat-saat
kelahiran janin dibanding sang istri. Banyak sekali yang harus
dilakukan suami untuk mempersiapkan saat-saat kelahiran janin,
dibanding sang istri. Banyak sekali yang harus dilakukan suami
untuk mempersiapkan masa genting ini, seperti menyediakan biaya
persalinan, kebutuhan hidup calon bayi, pemulihan kesehatan ibu,
hingga persiapan akikah calon bayi. Selanjutnya, suami pun
bertanggung jawab mempersiapkan kekuatan mental istri untuk
melahirkan. Harus diingat bahwa ini adalah saat perjuangan hidup
dan mati istri bagi keluarganya. Suami harus banyak memberikan
perhatian, dorongan, serta motivasi kepada istrinya menghadapi
masa sulit ini. Beberapa cara bisa ditempuh, seperti mengikutkan
istri ke dalam kelas pelatihan prenatal (pendidikan pra kelahiran)
yang banyak diselenggarakan di rumah sakit, hingga turut
menemani proses kelahiran itu sendiri. Adalah satu hal yang sangat
positif jika suami bisa ikut hadir saat proses kelahiran. Kehadiran
suami ini, walau sekadar menemani, memegang tangan istri dan
membisikkan kata-kata penghibur kepada istri, akan memberikan
dorongan kekuatan mental ekstra bagi istri. Walaupun tak dapat
mengurangi rasa sakit, tetapi kekuatan mental yang diperoleh istri
akan membuatnya lebih kuat menahan sakit, yang pada akhirnya
akan mempermudah proses kelahiran. Mengenai keterlibatan suami
pada proses kelahiran yang sekarang mulai banyak disadari orang
ini, para ahli mengatakan bahwa selain bermanfaat untuk istri, ini
pun bermanfaat bagi suami sendiri. Ketika suami menyaksikan
kesakitan yang diderita istri, perjuangan beratnya melawan maut,
maka kelak suami akan lebih mampu menghargai dan memahami
perasaan istrinya. Selain itu, akan tumbuh perasaan khusus dalam
hati suami terhadap sang bayi, sehingga akan lebih mengakrabkan
ikatan batin antara ayah dan anak (Maulana, 2007).
LATIHAN SOAL
1. Hal yang dilakukan bidan jika diketahui ibu bersalin mengalami
kesempitan panggul adalah .…
a. Melakukan rujukan
b. Memberikan pertolongan persalinan mandiri.
c. Melakukan pertolongan persalinan di rumah pasien.
d. Semua jawaban salah.
2. Dasar panggul gynecoid adalah bentuk panggul yang khas bagi
wanita dan normal untuk dilalui bayi dengan mempunyai ciri ….
a. Bila diukur diameter sagitalis posterior hanya sedikit
lebih pendek dari diameter sagitalis anterior dan pubis
luas.
b. Bila diukur diameter sagitalis posterior jauh lebih pendek
dari diameter sagitalis anterior.
c. Bila diukur diameter antero posterior dari PAP lebih besar
dari diameter tranversa hingga bentuk PAP lonjong ke
depan
d. Bila diukur teraba segmen anterior lebar, sacrum
melengkung, incisura ischiadica lebar.
LATIHAN SOAL
1. Tindakan mengidentifikasi masalah pada kala I, meliputi ....
a. Mengaaji riwayat kesehatan
b. Pemeriksaan fisik
c. Pemeriksaan janin
d. Benar semua
2. Perubahan fisiologis pada kala II adalah kontraksi, dorongan
otot-otot dinding uterus, pergeseran organ dasar panggul,
ekspulsi janin. Yang dimaksud kala II adalah ….
a. Persalinan
b. Pembukaan
c. Nifas
d. Pengeluaran uri
3. Tujuan memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin adalah
kecuali ….
a. Agar keluarga bahagia
b. Mengetahui keadaan ibu dan janin
c. Mendeteksi secara dini adanya komplikasi
d. Memantau kemajuan persalinan
LATIHAN SOAL
1. Hal yang dilakukan bidan jika diketahui ibu bersalin mengalami
kesempitan panggul adalah ….
A. Melakukan rujukan
B. Memberikan pertolongan persalinan mandiri
C. Melakukan pertolongan persalinan di rumah pasien
D. Semua jawaban salah
2. Dasar panggul gynecoid adalah bentuk panggul yang khas bagi
wanita dan normal untuk dilalui bayi dengan mempunyai ciri ….
A. Bila diukur diameter sagitalis posterior hanya sedikit
lebih pendek dari diameter sagitalis anterior dan pubis
luas.
B. Bila diukur diameter sagitalis posterior jauh lebih pendek
dari diameter sagitalis anterior.
C. Bila diukur diameter antero posterior dari PAP lebih besar
dari diameter tranversa hingga bentuk PAP lonjong ke
depan.
D. Bila diukur teraba segmen anterior lebar, sacrum
melengkung, incisura ischiadica lebar.
3. Diketahui seorang bidan melakukan pemeriksaan UPL saat
pasien tersebut datang melakukan ANC pada bidan Seli. Hasil
pemeriksaan UPL sebagai berikut, antara lain Distansia
Spinarum = 20 cm; Distansia Cristarum = 24 cm; Bodeloque = 18
cm; Lingkar panggul 78 cm. Bagaimana keadaan pasien jika
ditinjau berdasarkan teori?
A. Kala I
1. Definisi Persalinan Kala I
Persalinan kala I adalah kala pembukaan yang
berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan
lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung
tidak begitu kuat sehingga parturien masih dapat berjalan-
jalan. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam
sedangkan multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan kurva
Friedmen, diperhitungkan pembukaan primigravida 1
cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam. Dengan
perhitungan tersebut maka waktu pembukaan lengkap dapat
diperkirakan.
2. Tanda-tanda persalinan kala I adalah :
a. Rasa sakit adanya his yang datang lebih kuat, sering dan
teratur.
b. Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak
karena robekan kecil pada serviks.
c. Terkadang ketuban pecah dengan sendirinya.
d. Serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar
(effacement).
B. Kala II
1. Definisi Kala II
Kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap
(10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi, kala II dikenal
juga sebagai kala pengeluaran. Partus adalah suatu proses
pengeluaran hasil pembuahan (konsepsi) yang dapat hidup,
dari dalam rahim (uterus) melalui vagina atau jalan lain ke
dunia luar. Usia kehamilan yang dianggap normal
(matur/aterm) untuk melahirkan adalah berkisar 38-42
minggu. Jika partus terjadi di usia kehamilan < 38 minggu
disebut preterm (prematur), sebaliknya jika partus terjadi
saat usia kehamilan > 42 minggu dinamakan posterm
(postmatur).
Tanda dan Gejala Kala II
a. Ibu ingin meneran
b. Ibu merasakan adanya tekanan pada anus
c. Perineum terlihat menonjol
d. Vulva vagina dan spingter ani terlihat membuka
e. Peningkatan pengeluaran lendir dan darah
100 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
a. Dapat menyebabkan hipotensi yang mengakibatkan ibu
pingsan dan hilangnya suplai oksigen bagi bayi.
b. Dapat menambah rasa sakit.
c. Bisa memperlama proses persalinan.
d. Lebih sulit bagi ibu untuk melakukan pernapasan.
e. Membuat buang air lebih sulit.
f. Membatasi pergerakan ibu.
g. Bisa membuat ibu tidak berdaya.
h. Bisa membuat proses meneran menjadi lebih sulit.
i. Bisa menambah kemungkinan terjadinya laserasi pada
perineum.
j. Menimbulkan kerusakan syaraf pada kaki dan punggung.
Proses persalinan sangat dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu
power, passage, dan pasanger. Pada faktor passage atau faktor
ibu ukuran panggul sangat memengaruhi jalannya/proses
persalinan. Sedangkan faktor passenger/janin adalah kepala.
Karena dalam persalinan perbandingan antara besarnya kepala
dan luasnya panggul merupakan hal yang menentukan. Jika
kepala dapat melewati jalan lahir maka bagian-bagian lain dapat
menyusul dengan mudah. Menurut penelitian Cadweel dkk,
1934, 95% dari semua kehamilan, janin dengan presentasi
belakang kepala/oksiput. Oksiput memasuki panggul dengan
sutura sagitalis melintang. Ukuran kepala janin hampir sama
dengan ukuran dalam panggul. Karena bentuk panggul yang
tidak teratur, maka ketika kepala janin masuk panggul harus
menyesuaikan diri dengan bentuk panggul mulai dari PAP ke
bidang tengah panggul dan PBP, supaya janin dapat lahir.
Proses penyesuaian masuknya kepala janin ke dalam
panggul merupakan mekanisme persalinan. Pada proses ini
kepala janin melakukan gerakan-gerakan tertentu, yaitu:
1. Penurunan
Turunnya kepala dapat dibagi dalam:
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 101
a. Masuknya kepala dalam PAP
Masuknya kepala ke dalam PAP biasanya dengan
sutura sagitalis melintang dan dengan fleksi yang ringan.
Sinklitismus: Sutura sagitalis terdapat di tengah-
tengah jalan lahir dan tepat di antara simfisis dan
promontorium.
Asinklitismus: Sutura sagitalis agak ke depan
mendekati simfisis atau agak ke belakang mendekati
promontorium.
Asinklitismus anterior sehingga os parietal depan
lebih rendah dari os parietal belakang.
Asinklitismus posterior parietal belakang lebih rendah
dari os parietal depan.
b. Majunya kepala
Pada primigravida majunya kepala terjadi setelah
kepala masuk ke dalam rongga panggul dan biasanya baru
mulai pada kala II. Pada multipara majunya dan masuknya
kepala janin ke dalam rongga panggul terjadi bersamaan.
Yang menyebabkan:
(1)Tekanan cairan amnion
(2)Tekanan langsung fundus pada bokong
(3)Kontraksi otot
(4)Ekstensi dan pelurusan badan janin
102 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
Majunya kepala terjadi bersamaan dengan gerakan
yaitu: fleksi, putaran paksi dalam dan ekstensi.
2. Fleksi
Dengan majunya kepala maka fleksi juga bertambah
hingga ubun kecil jelas lebih rendah dari ubun suboksipito
bregmatika (9,5 cm) menggantikan diameter suboksipito
frontalis (11 cm). Fleksi kepala biasanya terjadi bila
penurunan kepala menemukan tahanan, apakah dari serviks,
dinding panggul atau dasar panggul.
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 103
c. Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul adalah
diameter antero posterior.
4. Ekstensi
Setelah kepala janin sampai pada dasar panggul,
terjadilah ekstensi atau defleksi kepala. Hal ini disebabkan
karena:
a. Sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul atas,
sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk
melaluinya.
b. Adanya dua kekuatan, yang satu mendesaknya ke bawah.
c. Satunya tahanan dasar panggul yang menolaknya ke atas.
Resultannya adalah kekuatan ke arah depan atas.
Setelah suboksiput tertahan pada pinggir bawah simpisis
maka yang dapat maju karena kekuatan tersebut di atas
bagian yang berhadapan dengan suboksiput, maka lahirlah
berturut ubun besar, dahi, hidung, mulut dan akhirnya dagu
denga ekstensi. Dan sebagai hipomoklion (pusat pemutaran)
adalah sub oksiput.
104 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
Gambar 7.7 Rotasi Luar. Sumber: lukasdoni.blogspot.com
6. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di b
menjadi hipomoklion untuk melahirkan bahu belakang.
Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya badan anak
lahir searah dengan jalan lahir.
Amniotomi
Apabila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah
lengkap maka perlu dilakukan tindakan amniotomi. Perhatikan
warna air ketuban saat dilakukan amniotomi. Jika terjadi
pewarnaan mekonium pada air ketuban maka lakukan persiapan
pertolongan bayi setelah lahir karena hal tersebut menunjukkan
adanya hipoksia dalam rahim atau selama proses persalinan.
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 105
Prosedur melakukan amniotomi:
1. Membantu prosedur bersama ibu dan keluarganya dan jawab
pertanyaan apa pun yang mereka ajukan.
2. Dengarkan denyut jantung janin dan catat pada partograf.
3. Cuci tangan.
4. Pakai sarung tangan DTT atau seteril.
5. Di antara kontraksi, lakukan pemeriksaan dalam dengan hati-
hati. Raba dengan hati-hati selaput ketuban untuk memastikan
bahwa kepala telah masuk ke dalam panggul dengan baik dan
bahwa tali pusat dan/atau bagian-bagian tubuh yang kecil dari
bayi (misalkan tangan) tidak bisa dipalpasi, jika tali pusat atau
bagian-bagian tubuh yang kecil dari bayi bisa dipalpasi, jangan
pecahkan selaput ketuban.
Catatan: Pemeriksaan dalam yang dilakukan di antara
kontraksi sering kali lebih nyaman untuk ibu. Tetapi jika selaput
ketuban tidak dapat diraba di antara kontraksi, tunggu sampai
kekuatan kontraksi berikutnya. Mendorong cairan ketuban,
menekan selaput ketuban, serta membuatnya lebih mudah untuk
dipalpasi dan dipecahkan.
6. Dengan menggunakan tangan yang lain, tempatkan klem setelah
kocher atau setengah kelly DTT/seteril dengan lembut ke dalam
vagina dipandu klem dengan jari dari tangan yang digunakan
untuk pemeriksaan. Gerakkan jari mencapai selaput ketuban.
7. Pegang ujung klem di antara ujung jari pemeriksaan, gerakkan
jari dengan lembut. Gosokkan klem ke selaput ketuban dan
pecahkan.
Catatan: Sering kali lebih mudah untuk memecahkan
selaput ketuban di antara kontraksi ketika selaput ketuban tidak
tegang, hal ini juga akan mencegah air ketuban menyemprot
pada saat selaput ketuban dipecahkan.
8. Biarkan air ketuban membasahi jari tangan yang digunakan
untuk pemeriksaan.
106 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
9. Gunakan tangan yang lain untuk mengambil klem dan
menempatkannya ke dalam larutan klorin 0,5% untuk
didekontaminasi. Biarkan jari tangan pemeriksaan tetap di
dalam vagina untuk mengetahui penurunan kepala janin dan
memastikan bahwa tali pusat atau bagian kecil dari janin tidak
teraba. Setelah memastikan penurunan kepala dan tidak ada tali
pusat dan bagian-bagian tubuh bayi yang kecil, keluarkan tangan
pemeriksa secara lembut dari dalam vagina.
10.Evaluasi warna cairan ketuban, periksa apakah ada mekonium
atau darah (lebih bayak dari bercak bercampur darah yang
normal) jika mekonium atau darah terlihat, lakukan
penatalaksanaan lanjut.
11.Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke
dalam larutan klorin 0,5% lalu lepaskan sarung tangan dan
biarkan terendam di larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
12.Cuci kedua tangan.
13.Segera periksa ulang DJJ.
14.Catat pada partograf waktu dilakukan pemecahan selaput
ketuban, warna air ketuban dan DJJ.
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 107
Gambar 7.8 Jenis-Jenis Episiotomi. Sumber: slideshare.net
4. Persiapan
5. Pertimbangkan indikasi-indikasi untuk melakukan episiotomi
dan pastikan bahwa episiotomi tersebut penting untuk
keselamatan dan kenyamanan ibu dan bayi.
6. Pastikan bahwa semua perlengkapan dan bahan-bahan yang
diperlukan sudah tersedia dan dalam keadaan DTT/steril.
7. Gunakan teknik aseptik setiap saat. Cuci tangan dan pakai
sarung tangan DTT/steril.
8. Jelaskan pada ibu mengapa ia memerlukan episiotomi dan
diskusikan prosedurnya dengan ibu, berikan alasan rasional
pada ibu.
108 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
tersedia, larutkan 1 bagian lidokaine 2% dengan 1 bagia cairan
garam fisiologis atau air destilasi seteril, sebagai contoh larutkan
dalam 5 ml cairan garam fisiologis atau air seteril.
3. Pastikan bahwa tabung suntik memiliki jarum ukuran 22 dan
panjang 4 cm (jarum yang lebih panjang boleh digunakan, jika
diperlukan).
4. Letakkan dua jari ke dalam vagina di antara kepala bayi dan
perineum.
5. Masukkan jarum di tengah forcette dan arahkan jarum sepanjang
tempat yang akan diepisiotomi.
6. Aspirasi (tarik batang penghisap) untuk memastikan bahwa
jarum tidak berada di dalam pembuluh darah. Jika darah masuk
ke dalam tabung suntik, jangan suntikkan lidokaine, tarik jarum
tersebut keluar. Ubah posisi jarum dan tusukkan kembali.
Alasan: Ibu bisa mengalami kejang dan bisa terjadi kematian jika
lidokaine disuntikkan ke dalam pembuluh darah.
7. Tarik jarum perlahan sambil menyuntikkan masukkan 10 ml
lidokaine.
8. Tarik jarum bila sudah kembali ke titik asal jarum suntik
ditusukkan. Kulit melembung karena anestesia bisa terlihat dan
dipalpasi pada perineum di sepanjang garis yang akan dilakukan
episotomi.
Prosedur Episiotomi
1. Tunda tindakan episiotomi sampai perineum menipis dan pucat,
dan 3-4 cm kepala bayi sudah terlihat pada saat kontraksi.
Alasan: Melakukan episotomi akan menyebabkan perdarahan,
jangan melakukannya terlalu dini.
2. Masukkan dua jari ke dalam vagina di antara kepala bayi dan
perineum. Kedua jari agak direnggangkan dan berikan sedikit
tekanan lembut ke arah luar pada perineum. Alasan: hal ini akan
melindungi kepala bayi dari gunting dan meratakan perineum
sehingga membuatnya lebih mudah diepisiotomi.
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 109
3. Gunakan gunting tajam DTT/steril, tempatkan gunting di tengah-
tengah fourcette posterior dan gunting mengarah ke sudut yang
diinginkan untuk melakukan episiotomi mediolateral (jika anda
bukan kidal, episotomi mediolateral yang dilakukan di sisi kiri
lebih mudah dijahit). Pastikan untuk melakukan
palpasi/mengidentifikasi spingter ani eksternal dan
mengarahkan gunting cukup jauh ke arah samping untuk
menghindari spingter.
4. Gunting perineum sekitar 3-5 cm dengan arah mediolateral
menggunakan satu atau dua guntingan yang mantap. Hindari
menggunting jaringan sedikit demi sedikit karena akan
menimbulkan tepi yang tidak rata sehingga akan menyulitkan
penjahitan dan waktu penyembuhannya lebih lama.
5. Gunakan gunting untuk memotong 2-3 cm ke dalam vagina.
6. Jika kepala bayi belum juga lahir, lakukan tekanan pada luka
episotomi dengan dilapisi kain atau kasa DTT/steril di antara
kontraksi untuk membantu mengurangi perdarahan.
7. Kendalikan kelahiran kepala, bahu, dan badan bayi untuk
mencegah perluasan episiotomi.
8. Setelah bayi dan plasenta lahir, periksa dengan hati-hati apakah
episiotomi, perineum dan vagina mengalami perluasan robekan
atau laserasi, lakukan penjahitan jika terjadi perluasan episotomi
dan laserasi tambahan.
F. Kala III
1. Definisi Kala III
Persalinan Kala III merupakan persalinan yang dimulai
dari bayi lahir sampai keluarnya plasenta. Biasanya
berlangsung antara 5-10 menit. Partus kala III disebut pula
kala uri. Kelainan pada kala III ini bisa menyebabkan
perdarahan. Waktu yang paling kritis untuk mencegah
perdarahan postpartum adalah ketika plasenta lahir dan
segera setelah itu. Akan tetapi, kisaran normal kala III sampai
110 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
30 menit. Risiko perdarahan meningkat apabila kala III lebih
dari 30 menit, terutama antara 30-60 menit.
2. Kemajuan Persalinan
Kala III persalinan terdiri dari dua fase berurutan, yaitu:
a. Pelepasan Plasenta
Pelepasan plasenta merupakan hasil penurunan
mendadak ukuran kavum uteri selama dan setelah
kelahiran bayi, sewaktu uterus berkontraksi mengurangi
isi uterus. Pengurangan ukuran uterus secara bersamaan
berarti penurunan area perlekatan plasenta. Pada sisi
perlekatan ini, tidak mampu menahan tekanan dan
melengkung, akibatnya terjadi pelepasan plasenta dari
dinding uterus di lapisan spongiosa. Setelah lepas,
plasenta turun ke segmen bawah uterus atau ke dalam
ruang vagina atas. Setelah ibu melahirkan bayinya, kita
harus mengevaluasi kemajuan persalinan dan kondisi ibu.
Satu tangan ditempatkan di abdomen ibu untuk
merasakan, tanpa melakukan massage, bentuk dan posisi
uterus serta menentukan apakah uterus berkontraksi.
Pelepasan plasenta normal dari dinding uterus dicapai
dengan efek kontraksi uterus. Jika uterus di-massage
sebelum pelepasan plasenta dari dinding uterus, massage
dapat menyebabkan pelepasan sebagian plasenta yang
berakibat perdarahan. Bahaya pelepasan sebagian adalah
bagian plasenta masih menyatu dengan uterus dan uterus
tidak mampu berkontraksi cukup kuat untuk meligasi dan
membuat kolaps pembuluh yang dialiri darah, yang
terjalin melalui serat otot dalam area tempat pelepasan
telah terjadi. Bidan dapat mengecek dengan
menggunakan:
(1)Kustner
Dengan meletakkan tangan disertai tekanan
pada/di atas simfisis, tali pusat ditegangkan, maka bila
tali pusat masuk menandakan plasenta belum lepas,
kalau plasenta diam atau maju berarti plasenta sudah
lepas.
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 111
(2)Strassman
Menegangkan tali pusat dan mengetok pada
fundus, bila tali pusat bergetar menandakan plasenta
belum lepas, jika plasenta tidak bergetar berarti
plasenta sudah lepas.
(3)Klein
Pada saat ada his rahim kita dorong sedikit, bila
tali pusat kembali berarti plasenta belum lepas, jika
plasenta diam atau turun berarti plasenta sudah lepas.
b. Pengeluaran Plasenta
Pengeluaran plasenta dimulai dengan penurunan
plasenta ke dalam segmen bawah uterus. Plasenta
kemudian keluar melewati serviks ke ruang vagina atas,
dari arah plasenta ke luar.
Tanda-tanda lepasnya plasenta:
(1)Terjadi perubahan bentuk uterus dan tinggi fundus
uteri.
(2)Tali pusat memanjang atau terjulur keluar melalui
vagina/vulva.
(3)Adanya semburan darah secara tiba-tiba.
Setelah plasenta lepas, gunakan tangan diabdomen
ibu untuk meyakinkan bahwa uterus berkontraksi.
Kemudian menempatkan permukaan telapak tangan tepat
di atas simfisis pubis dan tekan berlawanan arah dengan
uterus, angkat sedikit ke arah atas menuju umbilikus. Pada
saat yang sama, tangan yang lain menarik tali pusat,
menggunakan klem di sekeliling tempat tali pusat. Pada
saat yang sama meminta ibu tersebut mengejan. Pada saat
menarik tali pusat mengikuti sumbu yang dilalui oleh janin
yaitu ke bawah dan ke atas sewaktu plasenta lepas. Jangan
pernah memberikan tarikan pada tali pusat kapan pun
kecuali uterus berkontraksi. Jika uterus tidak berkontraksi
dan plasenta atau membran melekat ke dinding uterus,
inversi uterus adalah bahaya potensial. Pada keadaan
112 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
demikian, tarikan plasenta tidak hanya menarik plasenta
tetapi dinding uterus yang menyatu. Kala III berakhir jika
membran segera mengikuti plasenta dan dilahirkan
bersama plasenta.
c. Mekanisme Pengeluaran Plasenta:
(1)Mekanisme Schultze
Kelahiran plasenta dengan presentasi sisi janin.
Pelepasan plasenta dimulai dari sisi tengah, disertai
pembentukan bekuan retroplasenta sentral, yang
memengaruhi berat plasenta sehingga bagian sentral
turun terlebih dahulu. Hal ini menyebabkan plasenta
dan kantong amnion terbalik dan menyebabkan
membran melepaskan desidua dan tertinggal di
belakang plasenta, membran yang terbalik menangkap
dan menahan darah.
(2)Mekanisme Duncan
Kelahiran plasenta dengan sisi maternal.
Pelepasan plasenta terjadi pada bagian pinggir atau
perifer plasenta. Darah keluar di antara membran dan
dinding uterus dan terlihat secara eksternal. Plasenta
turun ke samping dan kantong amnion, oleh karena itu
tidak berbalik tetapi tertinggal di belakang plasenta
untuk kelahiran tempat implantasi plasenta mengalami
pengerutan akibat pengosongan kavum uteri dan
kontraksi lanjutan sehingga plasenta dilepaskan dari
pelekatannya dan pengumpulan darah pada ruang
utero-plasenter akan mendorong plasenta ke luar.
Pelepasan dan pengeluaran terjadi karena kontraksi,
yang mulai terjadi lagi setelah terhenti singkat setelah
kelahiran bayi. Kontraksi kurang lebih setiap 2 sampai
2,5 menit selama kala dua persalinan. Kemudian
kontraksi berlangsung setiap 4–5 menit sampai
plasenta telah lepas dan keluar. Setelah uterus kosong,
berkontraksi dengan sendirinya dan tetap berkontraksi
jika tonus otot baik. Apabila kontraksi buruk akan
mengalami peningkatan aliran lokia dan kontraksi
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 113
uterus berulang sewaktu uterus relaksasi. Hal ini
menyebabkan nyeri setelah melahirkan.
3. Rencana Penatalaksanaan Kala III
Kesalahan penatalaksanaan kala III adalah penyebab
utama perdarahan juga menyebabkan inversi uterus serta
syok yang mengancam jiwa. Komplikasi yang membahayakan
seperti itu akan dapat dihindari dengan aturan sebagai
berikut:
a. Lakukan massage sesegera mungkin setelah kelahiran
plasenta.
b. Jangan lakukan massage uterus sebelum pelepasan
plasenta kecuali apabila pelepasan sebagian telah terjadi
dengan proses alamiah dan tampak perdarahan
berlebihan.
c. Jangan mendorong tali pusat sebelum plasenta lepas dan
jangan mendorong tali pusat pada saat uterus tidak
berkontraksi.
d. Jangan mencoba melahirkan plasenta sebelum pelepasan
lengkap.
4. Manajemen Aktif Kala III
Tujuan manajemen aktif kala III adalah untuk
menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga
dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan, dan
mengurangi kehilangan darah kala III persalinan. Sebagian
besar kasus kesakitan dan kematian ibu di Indonesia
disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan di mana
sebagian disebabkan oleh atonia uteri dan retensio plasenta
yang sebenarnya dapat dicegah dengan melakukan
manajemen aktif kala III.
Tiga langkah utama dalam manajemen aktif kala III:
a. Pemberian oksitosin/uterotonika sesegera mungkin.
b. Melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT).
c. Rangsangan taktil pada dinding uterus atau fundus uteri.
114 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
d. Penegangan tali pusat terkendali:
e. Berdiri di samping kanan ibu.
f. Pindahkan jepitan semula tali pusat ke titik 5-20 cm dari
vulva dan pegang klem penjepit tersebut.
g. Letakkan telapak tangan (alas dengan kain) yang lain,
pada segmen bawah rahim atau dinding uterus di
suprasimfisis.
h. Pada saat terjadi kontraksi, tegangkan tali pusat sambil
tekan uterus ke dorsokranial.
i. Ulangi kembali perasat ini bila plasenta belum dapat
dilahirkan (jangan lakukan pemaksaan).
5. Pemeriksaan Plasenta, Selaput Ketuban dan Pelepasan
Plasenta
Setelah plasenta lahir, jangan lupa harus dilakukan
pemeriksaan secara teliti karena salah satu penyebab dari
perdarahan adalah masih tertinggalnya jaringan di uterus.
Jaringan tersebut memengaruhi proses involusi dari uterus.
Bidan harus waspada apakah plasenta dan membran lengkap,
dan apakah ada abnormalitas seperti ada simpul sejati atau
ada tali pusat yang mempunyai dua pembuluh saja.
Setelah melahirkan plasenta, penting untuk memeriksa
plasenta dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa
keduanya lengkap. Sisa-sisa plasenta dan selaput ketuban
yang tertinggal di dalam uterus akan menghalangi kontraksi
uterus sepenuhnya. Jika uterus tidak sepenuhnya
berkontraksi, maka ibu bisa kehilangan banyak darah.
Permukaan plasenta bagian ibu hendaknya diperiksa untuk
memastikan bahwa semua cotyledons ada di pinggiran
membran semuanya rata (licin). Hal ini harus dilakukan
secepat mungkin supaya jika ada bagian yang hilang, bidan
bisa dengan segera mengeluarkannya. Jika membrannya tidak
lengkap, kadang-kadang bisa ditarik keluar secara perlahan-
lahan dengan menggunakan klem. Jika wanita tersebut tidak
mengeluarkan darah, Anda bisa memberikan injeksi
methergin 0,2 mg (IM) agar kontraksi uterus akan mendesak
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 115
keluar membran tersebut. Jika ibu mengeluarkan darah,
kenakanlah sarung tangan steril atau yang telah di-DTT
dengan kasa yang dililit di jari telunjuk dan sapulah lubang
servik dan uterus untuk mengeluarkan membran yang
tertinggal.
Setelah pemeriksaan plasenta, periksalah daerah
perineum. Dengan lembut dan perlahan periksalah perineum,
vagina, dan vulva untuk mengetahui apakah ada robekan.
Setelah proses kelahiran, vagina akan mengalami peregangan
dan lebih besar dari biasanya. Mungkin akan ada bagian-
bagian yang merah, edema, dan lecet. Dengan perlahan-lahan
periksalah anus untuk mengetahui apakah ada trauma atau
hemorhoid yang bisa menonjol keluar atau terjadi thrombosis
setelah proses kelahiran.
G. Kala IV
1. Definisi Kala IV Pengawasan
Adalah kala pengawasan selama 1–2 jam setelah bayi
dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama
terhadap bahaya perdarahan post partum. Darah yang keluar
diperkirakan sebaik-baiknya. Kehilangan darah pada
persalinan biasa disebabkan oleh luka pada pelepasan uri dan
robekan pada serviks dan perineum. Rata-rata dalam batas
normal jumlah perdarahan adalah 250 cc, biasanya 100–300
cc. Bila perdarahan lebih dari 500 cc ini sudah dianggap
abnormal dan harus dicari penyebabnya.
Jangan meninggalkan wanita bersalin 1 jam sesudah bayi
dan uri lahir. Sebelum pergi meninggalkan ibu yang baru
melahirkan, periksa ulang dulu dan perhatikan 7 pokok
penting:
a. Kontraksi rahim: baik/tidak dapat diketahui dengan
palpasi. Lakukan massage dan berikan uterus tonika:
methergin, ermetrin dan pitosin.
b. Perdarahan: ada/tidak, banyak/biasa.
116 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
c. Kandung kencing: harus kosong, kalau penuh ibu suruh
kencing dan kalau tidak bisa lakukan kateterisasai.
d. Luka-luka: jahitannya baik/tidak, ada perdarahan/tidak.
e. Uri dan selaput ketuban harus lengkap.
f. Keadaan umum ibu: tensi, nadi, pernapasan, dan rasa
sakit.
g. Bayi dalam keadaan baik.
2. Memberikan Asuhan pada Ibu Bersalin Kala IV
a. Fisiologi Kala IV
Setelah plasenta lahir tinggi fundus uteri kurang lebih
2 jari di bawah pusat. Otot–otot uterus berkontraksi,
pembuluh darah yang ada di antara anyaman–anyaman
otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan
perdarahan setelah palsenta dilahirkan.
b. Evaluasi Uterus: Konsistensi, Atonia
Setelah plasenta lahir dilakukan pemijatan uterus
untuk merangsang uterus berkontraksi. Dalam evaluasi
uterus yang perlu dilakukan adalah mengobservasi
kontraksi dan konsistensi uterus. Kontraksi uterus yang
normal adalah pada perabaan fundus uteri akan teraba
keras. Jika tidak terjadi kontraksi dalam waktu 15 menit
setelah dilakukan pemijatan uterus akan terjadi atonia
uteri.
c. Pemeriksaan Serviks, Vagina, dan Perineum
(1)Serviks
Perubahan yang terjadi pada serviks adalah
serviks agak menganga seperti corong. Bentuk ini
disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan
kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi
sehingga seolah-olah ada perbatasan antara korpus dan
serviks uteri terbentuk semacam cincin. Dilihat dari
warnanya serviks menjadi merah kehitam- hitaman
karena penuh pembuluh darah, konsistensinya lunak.
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 117
Segera setelah janin dilahirkan serviks masih bisa
dimasuki oleh tangan pemeriksa, tetapi setelah 2 jam
hanya bisa dimasuki 2-3 jari.
(2)Vagina dan Perineum
Evaluasi laserasi dan perdarahan aktif pada
perineum dan vagina. Nilai perluasan laserasi
perineum. Derajat laserasi perineum terbagi atas:
(a) Derajat I
Meliputi mokosa vagina, fourchette posterior,
dan kulit perineum. Pada derajat I ini tidak perlu
dilakukan penjahitan, kecuali jika terjadi
perdarahan.
(b) Derajat II
Meliputi mokosa vagina, fourchette posterior,
kulit perineum dan otot perineum. Pada derajat II
dilakukan penjahitan dengan teknik jelujur.
(c) Derajat III
Meliputi mokosa vagina, fourchette posterior,
kulit perineum, otot perineum dan otot spingter ani
external.
(d) Derajat IV
Derajat III ditambah dinding rektum anterior.
Pada derajat III dan IV segera lakukan rujukan
karena laserasi ini memerlukan teknik dan prosedur
khusus.
Setelah melahirkan plasenta, penting untuk
memeriksa plasenta dan selaput ketuban untuk
memastikan bahwa keduannya lengkap. Sisa-sisa plasenta
dan selaput ketuban yang tertinggal di dalam uterus akan
menghalangi kontraksi uterus sepenuhnya. Jika uterus
tidak sepenuhnya berkontraksi, maka ibu bisa kehilangan
banyak darah. Permukaan plasenta bagian ibu hendaknya
diperiksa untuk memastikan bahwa semua cotyledons ada
118 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
di pinggiran membran semuanya rata (licin). Hal ini harus
dilakukan secepat mungkin supaya jika ada bagian yang
hilang, bidan bisa dengan segera mengeluarkannya. Jika
membrannya tidak lengkap, kadang-kadang bisa ditarik
keluar secara perlahan-lahan dengan menggunakan klem.
Jika wanita tersebut tidak mengeluarkan darah, Anda bisa
memberikan injeksi methergin 0,2 mg (IM) agar kontraksi
uterus akan mendesak keluar membran tersebut. Jika ibu
mengeluarkan darah, kenakanlah sarung tangan steril atau
yang telah di- DTT dengan kasa yang dililit di jari telunjuk
dan sapulah lubang serviks dan uterus untuk
mengeluarkan membran yang tertinggal.
Setelah pemeriksaan plasenta, periksalah daerah
perineum. Dengan lembut dan perlahan periksalah
perineum, vagina, dan vulva untuk mengetahui apakah ada
robekan. Setelah proses kelahiran, vagina akan mengalami
peregangan dan lebih besar dari biasanya. Mungkin akan
ada bagian-bagian yang merah, edema, dan lecet. Dengan
perlahan-lahan periksalah anus untuk mengetahui apakah
ada trauma atau hemoroid yang bisa menonjol keluar atau
terjadi trombosis setelah proses kelahiran.
d. Pemantauan dan Evaluasi Lanjut
Selama dua jam pertama pascapersalinan:
(1)Pantau tekanan darah, nadi, suhu, TFU, kandung kemih,
dan perdarahan yang terjadi setiap 15 menit dalam
satu jam pertama dan setiap 30 menit dalam satu jam
kedua. Jika ada temuan yang tidak normal lakukan
observasi dan penilaian secara lebih sering.
(2)Pemijatan uterus untuk memastikan uterus menjadi
keras setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan
setiap 30 menit dalam satu jam kedua. Jika ada temuan
yang tidak normal tingkatkan frekuensi observasi dan
penilaian.
(3)Pantau suhu tubuh ibu 1x setiap jam selama dua jam
pertama pascapersalinan. Jika suhu tubuh meningkat
pantau lebih sering.
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 119
(4)Nilai perdarahan. Periksa perineum dan vagina setiap
15 menit dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit
dalam satu jam kedua.
(5)Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai tonus
dan perdarahan uterus juga bagaimana melakukan
pemijatan jika uterus menjadi lembek.
(6)Minta anggota keluarga untuk memeluk bayi.
Bersihkan dan bantu ibu untuk mengenakan baju atau
sarung yang bersih dan kering, atur posisi ibu agar
nyaman dengan cara duduk bersandarkan bantal atau
berbaring miring. Jaga agar tubuh dan kepala bayi
diselimuti dengan baik, berikan bayi kepada ibu dan
anjurkan untuk dipeluk dan diberi ASI.
(7)Lengkapi dengan asuhan esensial bagi bayi baru lahir.
(8)Periksa banyaknya urine setiap 15 menit pada satu jam
pertama dan setiap 30 menit pada satu jam kedua.
Sebagian besar kematian ibu pada periode
pascapersalinan terjadi pada 6 jam pertama setelah
persalinan. Kematian ini disebabkan oleh infeksi,
perdarahan, dan eklampsia. Oleh karena itu, pemantauan
selama dua jam pertama post partum sangat penting.
Selama kala IV ini haruslah peneruskan penatalaksanaan.
Yang harus dievaluasi:
(1)Suhu harus diperiksa satu kali pada kala IV.
(2)Tekanan darah, nadi, ukuran dan tonus uterus,
kandung kemih dan perdarahan semuanya harus
dievaluasi setiap 15 menit untuk satu jam pertama post
partum dan kemudian, jika semuanya normal, setiap 30
menit pada jam kedua.
e. Perkiraan Darah yang Hilang
Satu cara untuk menilai kehilangan darah adalah
dengan cara melihat darah tersebut dan memperkirakan
berapa banyak botol berukuran 500 ml yang bisa dipenuhi
darah tersebut. Jika darah bias mengisi 2 botol artinya ibu
120 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
telah kehilangan 1 liter darah. Memperkirakan kehilangan
darah hanyalah salah satu cara untuk menilai kondisi ibu.
Upaya yang lebih penting adalah dengan memeriksa ibu
secara berkala dan lebih sering selama kala IV dan menilai
kehilangan darahnya dengan cara memantau tanda vital,
mengevaluasi kondisi terkini, memperkirakan jumlah
perdarahan lanjutan dan menilai tonus uterus.
Sangat sulit untuk memperkirakan kehilangan darah
secara tepat karena darah sering kali bercampur dengan
cairan ketuban atau urine dan mungkin terserap di
handuk, kain, atau sarung. Tidak mungkin menilai
kehilangan darah secara akurat dengan menghitung
sarung, karena ukuran sarung bermacam-macam dan
mungkin diganti jika terkena sedikit darah atau pada saat
benar-benar basah oleh darah. Meletakkan wadah atau
pispot di bawah bokong ibu untuk mengumpulkan darah
bukanlah cara yang efektif untuk mengukur kehilangan
darah dan bukan merupakan cerminan asuhan sayang ibu,
berbaring di atas wadah atau pispot sangat tidak nyaman
dan menyulitkan ibu untuk memegang dan menyusui
bayinya.
Satu cara untuk menilai kehilangan darah adalah
dengan cara melihat darah tersebut dan memperkirakan
berapa banyak botol berukuran 500 ml yang bisa dipenuhi
darah tersebut. Jika darah bisa mengisi 2 botol, ibu telah
kehilangan darah 1 liter. Darah bisa mengisi setengah
botol, ibu kehilangan 250 ml darah. Memperkirakan
kehilangan darah hanyalah salah satu cara untuk menilai
kondisi ibu.
LATIHAN SOAL
KASUS I (untuk soal No. 1–5)
Ny. Sarah, 25 tahun, G1P0A0, hamil 38 minggu, datang ke BPS pukul
08.00 WIB, mengeluh perut kencang-kencang, hasil pemeriksaan:
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 121
KU baik, TD: 110/70 mmHg, nadi 80x/menit, respirasi 24x/menit,
TFU 30 cm, kepala sudah masuk 2/5, hasil VT pembukaan serviks 8
cm, selaput ketuban masih utuh, ibu mengatakan cemas
menghadapi persalinan.
1. Diagnosis kebidanan Ny. Sarah adalah ….
A. Inpartu kala I fase laten
B. Inpartu kala I fase aktif akselerasi
C. Inpartu kala I fase aktif deselerasi
D. Inpartu kala I fase aktif dilatasi maksimal
2. Data fokus yang menunjukkan Ny. Sarah dalam proses persalinan
….
A. Kepala masuk 2/5
B. TFU 30 cm
C. Kencang-kencang
D. Pembukaan serviks 8 cm
3. Sesuai dengan kasus Ny. Sarah penurunan kepala berada pada….
A. Hodge I
B. Hodge II
C. Hodge III
D. Hodgee IV
4. Asuhan sayang ibu yang diberikan pada Ny. Sarah….
A. Memberikan dukungan emosional
B. Memberikan nutrisi
C. Menganjurkan ibu untuk berbaring
D. Melakukan periksa dalam kembali untuk
menentukan pembukaan
5. Setelah dievaluasi, ibu menyatakan ingin meneran, tindakan
bidan adalah ….
122 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
A. Memecah ketuban
B. Memimpin persalinan
C. Memastikan pembukaan lengkap
D. Menganjurkan ibu untuk mengatur pernapasan
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 123
9. Tali pusat memanjang, semburan darah mendadak dan uterus
globuler merupakan ….
A. Inpartu III
B. Tanda-tanda bayi sudah lahir
C. Tanda-tanda pelepasan tali pusat
D. Tanda-tanda pelepasan plasenta
10. Pada keadaan kontraksi, uterus inkoordinasi akan membentuk
cincin retraksi patologis (bendel’s rings), pada bagian uterus ini
merupakan bagian uterus ….
A. Segmen atas uterus
B. Segmen tengah uterus
C. Segmen bawah uterus
D. Batas antara segmen atas dan bawah
124 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
BAB VIII
PENGENALAN TANDA BAHAYA PADA
MASA PERSALINAN
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 125
(2)Kontraksi otot rahim mulai dari salah satu tanduk
rahim.
(3)Fundal dominan, menjalar ke seluruh otot rahim.
(4)Kekuatannya seperti memeras isi rahim.
(5)Otot rahim yang telah berkontraksi tidak kembali ke
panjang semula sehingga terjadi retraksi dan
pembentukan segmen bawah rahim.
Jenis-jenis kelainan his menurut Prof. Dr. Sarwono
Prawirohardjo (1993):
a. His Hipotonik
His hipotonik disebut juga inersia uteri yaitu his yang
tidak normal, fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih dulu
daripada bagian lain. Kelainan terletak pada kontraksinya
yang singkat dan jarang. Selama ketuban utuh umumnya
tidak berbahaya bagi ibu dan janin. Hisnya bersifat lemah,
pendek, dan jarang dari his normal. Inersia uteri dibagi
menjadi 2, yaitu:
Inersia uteri primer
Terjadi pada permulaan fase laten. Sejak awal telah
terjadi his yang tidak adekuat (kelemahan his yang timbul
sejak dari permulaan persalinan).
Inersia uteri sekunder
Terjadi pada fase aktif kala I atau kala II. Permulaan
his baik, kemudian pada keadaan selanjutnya terdapat
gangguan dan kemudian melemah. Dewasa ini persalinan
tidak dibiarkan berlangsung sedemikian lama sehingga
dapat menimbulkan kelelahan otot uterus, maka inersia
uteri sekunder ini jarang ditemukan. Kecuali pada wanita
yang tidak diberi pengawasan baik waktu persalinan.
(1) Etiologi
His hipotonik menurut Prof. Dr. Sarwono
Prawirohardjo (1992) penyebab inersia uteri yaitu:
126 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
Usia dan paritas. Kelainan his terutama ditemukan
pada primigravida, khususnya primigravida tua.
Inersia uteri sering dijumpai pada multigravida.
Faktor herediter.
Faktor emosi dan ketakutan.
Salah pimpinan persalinan.
Bagian terbawah janin tidak berhubungan rapat
dengan segmen bawah uterus, seperti pada kelainan
letak janin atau pada disproporsi sefalopelvik.
Kelainan uterus, seperti uterus bikornis unikolis.
Salah pemberian obat-obatan, oksitosin dan obat
penenang.
Peregangan rahim yang berlebihan pada kehamilan
ganda atau hidramnion.
Kehamilan postmatur.
(2) Diagnosis
His Hipotonik Menurut Prof. Dr. Sarwono
Prawirohardjo (1992) diagnosis inersia uteri paling sulit
dalam masa laten sehingga diperlukan pengalaman.
Kontraksi uterus yang disertai rasa nyeri, tidak cukup
untuk membuat diagnosis bahwa persalinan sudah mulai.
Untuk pada kesimpulan ini diperlukan kenyataan bahwa
sebagai akibat kontraksi itu terjadi perubahan pada
serviks, yaitu pendataran atau pembukaan. Kesalahan
yang sering terjadi pada inersia uteri adalah mengobati
pasien padahal persalinan belum dimulai (false labour).
(a) Komplikasi yang Mungkin Terjadi
Inersia uteri dapat menyebabkan persalinan akan
berlangsung lama dengan akibat terhadap ibu dan janin
yaitu infeksi, kehabisan tenaga dan dehidrasi (Obstetri
Fisiologi, UNPAD, 1983).
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 127
(b)Penanganan
His Hipotonik Menurut Prof. Dr. Sarwono
Prawirohardjo penanganan atau penatalaksanaan
inersia uteri adalah:
Periksa keadaan serviks, presentasi dan posisi janin,
turunnya bagian terbawah janin dan keadaan janin.
Bila kepala sudah masuk PAP, anjurkan pasien
untuk jalan-jalan.
Buat rencana untuk menentukan sikap dan tindakan
yang akan dikerjakan misalnya pada letak kepala.
Berikan oksitosin drips 5-10 satuan dalam 500 cc
dextrose 5%, dimulai dengan 12 tetes per menit,
dinaikkan 10-15 menit sampai 40-50 tetes
permenit. Tujuan pemberian oksitosin adalah
supaya serviks dapat membuka.
Pemberian okstisosin tidak usah terus-menerus.
Bila tidak memperkuat his setelah pemberian
oksitosin beberapa lama hentikan dulu dan
anjurkan ibu untuk istirahat. Pada malam hari
berikan obat penenang misalnya valium 10 mg dan
esoknya diulang lagi pemberian oksitosin drips.
Bila inersia uteri disertai disproporsi sefalopelvis
maka sebaiknya dilakukan seksio sesaria.
Bila semula his kuat tetapi kemudian terjadi inersia
uteri sekunder, ibu lemah, dan partus telah
berlangsung lebih dari 24 jam pada primi dan 18
jam pada multi tidak ada gunanya memberikan
oksitosin drips. Sebaiknya partus segera
diselesaikan sesuai dengan hasil pemeriksaan dan
indikasi obstetrik lainnya (Ekstrasi vakum, forsep,
dan seksio sesaria).
b. His Hipertonik
His hipertonik disebut juga tetania uteri yaitu his yang
terlalu kuat. Sifat hisnya normal, tonus otot di luar his yang
128 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
biasa, kelainannya terletak pada kekuatan his. His yang
terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan
berlangsung cepat (<3 jam disebut partus presipitatus).
Pasien merasa kesakitan karena his yang terlalu kuat dan
berlangsung hampir terus-menerus pada janin akan terjadi
hipoksia janin karena gangguan sirkulasi uteroplasenter.
(1) Etiologi
Ketuban pecah dini disertai adanya infeksi
Infeksi intrauteri
Pemberian oksitosin yang berlebihan
(2) Tanda dan Gejala
Persalinan menjadi lebih singkat (partus presipitatus)
Gelisah akibat nyeri terus-menerus sebelum dan
selama kontraksi
Ketuban pecah dini
Distres fetal dan maternal
Regangan segmen bawah uterus melampaui kekuatan
jaringan sehingga dapat terjadi ruptura
(3) Diagnosis
Anamesa
Dilihat dari keadaan ibu yang mengatakan his yang
terlalu kuat dan berlangsung hampir terus-menerus.
Pemeriksaan fisik
Di lihat dari kontraksinya yang terlalu kuat dan
cepat sehingga proses persalinan yang semakin cepat.
(4) Penanganan
Berikan obat seperti morfin, luminal, dan sebagainya
asal janin tidak akan lahir dalam waktu dekat (4-6 jam).
Bila ada tanda-tanda obstruksi, persalinan harus segera
diselesaikan dengan sectio caesaria.
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 129
Pada partus presipitatus tidak banyak yang dapat
dilakukan karena janin lahir tiba-tiba dan cepat.
(5) Perbedaan antara inersia hipotonis dan hipertonis
130 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
(2) Penanganan
Untuk mengurangi rasa takut, cemas, dan tonus otot,
berikan obat-obatan anti sakit dan penenang (sedativa
dan analgetika).
Apabila persalinan sudah berlangsung lama dan
berlarut-larut, selesaikanlah partus menggunakan hasil
pemeriksaan dan evaluasi, dengan ekstraksi vakum,
forsep, atau sectio caesarea.
b. Distosia Janin
(1)Bayi Besar (Makrosomia)
Bayi besar adalah bayi lahir yang beratnya >4000
gram. Menurut kepustakaan bayi besar baru dapat
menimbulkan dytosia kalau beratnya >4500gram.
Kesukaran yang ditimbulkan dalam persalinan adalah
karena besarnya kepala atau besarnya bahu. Karena
regangan dinding rahim oleh anak yang sangat besar
dapat menimbulkan inertia dan kemungkinan
perdarahan postpartum lebih besar.
(a) Faktor Makrosomia
Bayi dan ibu yang menderita diabetes sebelum
hamil dan bayi dari ibu yang menderita diabetes
selama kehamilan.
Terjadinya obesitas pada ibu juga dapat
menyebabkan kelahiran bayi besar (giant baby).
Pola makan ibu yang tidak seimbang atau
berlebihan juga memengaruhi kelahiran bayi
besar.
Keturunan
(b) Tanda dan Gejala
Besar untuk usia gestasi.
Riwayat intrauterus dari ibu diabetes dan
polihidramnion.
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 131
Pemantauan glukosa darah, kimia darah, analisis
gas darah.
Hemoglobin (Hb), Hematokrit (Ht).
(c) Komplikasi
Bayi besar yang sedang berkembang
merupakan suatu indikator dari efek ibu. Walaupun
dikontrol dengan baik dapat timbul pada janin,
maka sering disarankan persalinan yang lebih dini
sebelum aterm. Biasanya dinilai pada sekitar
kehamilan 38 minggu. Penilaian yang saksama
terhadap pelvis ibu. Tingkat penurunan kepala janin
dan di atas serviks. Bersama dengan pertimbangan
terhadap riwayat kebidanan sebelumnya. Jika tidak
maka persalinan dilakukan dengan seksio sesarea
yang direncanakan.
Risiko dari trauma lahir yang tinggi jika bayi
lebih besar dibandingkan panggul ibunya
perdarahan intrakranial, distosia bahu, ruptur uteri,
serviks, vagina, robekan perineum, dan fraktur
anggota gerak merupakan beberapa komplikasi
yang mungkin terjadi.
(d) Penatalaksanaan Medis
Pemeriksaan klinik dan ultrasonografi,
pemantauan glukosa darah, pemantauan elektrolit.
(e) Alasan Merujuk
Alasan dilakukannya rujukan adalah untuk
mengantisipasi adanya masalah-masalah terhadap
janin dan juga ibunya. Masalah potensial yang akan
dialami adalah risiko trauma lahir yang tinggi jika
bayi lebih besar dibandingkan panggul ibunya
perdarahan intracranial, distosia bahu, ruptur uteri,
robekan perineum, fraktur anggota gerak.
132 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
(2)Hydrocephalus
Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang
mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal
dengan atau pernah dengan tekanan intrakranial yang
meninggi, sehingga terdapat pelebaran ventrikel otak,
(Darsono, 2005:209). Pelebaran ventrikuler ini akibat
ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi
cairan serebrospinal. Hidrochepalus sering disertai
kelainan bawaan lain seperti spina bipida karena
kepala janin terlalu besar dan tidak dapat
berakomodasi di bagian bawah uterus maka sering
ditemukan dalam letak sungsang (Wiknjosastro, 2007).
Untuk memudahkan pemeriksaan, bladder harus
dikosongkan terlebih dahulu. Pada palpasi ditemukan
kepala yang jauh lebih besar daripada biasa serta
menonjol di atas simfisis (Wiknjosastro, 2007).
(a) Epidemiologi
Insidensi hidrosefalus antara 0,2–4 per 1.000
kelahiran. Insidensi hidrosefalus kongenital adalah
0,5–1,8 per 1.000 kelahiran dan 11%-43%
disebabkan oleh stenosis aqueductus serebri. Tidak
ada perbedaan bermakna insidensi untuk kedua
jenis kelamin, juga dalam hal perbedaan ras.
Hidrosefalus dapat terjadi pada semua umur. Pada
remaja dan dewasa lebih sering disebabkan oleh
toksoplasmosis.
(b) Etiologi
Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering
terdapat pada bayi dan anak ialah:
Kelainan Bawaan (Kongenital)
Infeksi
Neoplasma
Perdarahan
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 133
(c) Penanganan
Persalinan pada wanita dengan janin
hidrosefalus perlu dilakukan pengawasan yang
saksama karena bahaya terjadinya ruptura uteri.
(3)Anencephalus
Anchepalus ialah tidak ada otak atau tidak
sempurna terbentuk dan atap tengkorak juga tidak ada
dan merupakan suatu kelainan kongenital di mana
tulang-tulang tengkorak hanya terbentuk bagian basal
dari os frontalis, os parietalis, dan os occipitalis hingga
tampak gambaran penonjolan bola mata. Gangguan
pertumbuhan ini timbul antara hari ke-16–26 sesudah
konsepsi dan merupakan salah satu jenis gangguan
pertumbuhan tuba neuralis. Kelainan anenchepalus
ditemukan kira-kira 1 per 1.000 kelahiran hidup,
kelainan pada bayi perempuan lebih banyak daripada
bayi laki-laki (Wiknjosastro, 2007).
(a) Etiologi
Faktor risiko terjadinya anencephalus adalah:
ibu usia resti, riwayat anencephalus pada kehamilan
sebelumnya, hamil dengan kadar asam folat rendah,
fenilketonuria pada ibu yang tidak terkontrol,
kekurangan gizi (malnutrisi), mengonsumsi alkohol
selama masa kehamilan.
(b) Diagnosis
Pada kehamilan dengan polihidramnion harus
dipikirkan kemungkinan anenchepalus. Untuk
menegakkan diagnosis selain dari tanda dan gejala,
maka pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah
kadar asam lemak dalam serum ibu hamil,
amniosentesis (untuk mengetahui adanya
peningkatan kadar alfa-fetoprotein) kadar alfa-
fetoprotein meningkat (menunjukkan adanya
kelainan tabung saraf), kadar estriol pada urine ibu,
kadar estriol dalam urine, USG, palpasi tidak dapat
134 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
ditentukan di mana letaknya kepala (kedua ujung
badan lunak), tekanan pada tengkorak waktu
toucher menyebabkan gerakan yang tak beraturan
dan bunyi jantung menjadi lambat.
(c) Prognosis
Prognosis untuk kehamilan dengan
anencephalus sangat sedikit. Jika bayi lahir hidup,
maka biasanya akan mati dalam beberapa jam atau
hari setelah lahir. Pengobatan anenchepalus pada
saat ini tidak ada dan biasanya bayi lahir mati, pada
waktu persalinan atau beberapa jam setelah lahir.
(d) Pengaruh pada Kehamilan
Sering menimbulkan kehamilan disertai
hydramnion, anak sering lahir dengan letak
muka, bayi besar, dan timbul distosia bahu.
Perawatan bayi anencephalus ditujukan untuk
memberikan dukungan emosional kepada
keluarga, karena tidak ada pengobatan untuk
anencephalus, kurangnya pembentukan otak,
sekitar 75% dapat menyebabkan bayi lahir mati,
25% bayi mati dalam beberapa jam, hari atau
minggu setelah lahir. Risiko terjadinya
anencephalus bisa dikurangi dengan
meningkatnya asupan asam folat minimal 3
bulan sebelum hamil selama kehamilan bulan
pertama.
(4)Kembar Siam
Kembar siam adalah keadaan anak kembar yang
tubuh keduanya bersatu. Hal ini terjadi apabila zigot
dari bayi kembar identik gagal terpisah secara
sempurna. Kemungkinan kasus kembar siam
diperkirakan adalah 1 per 200.000 kelahiran, yang bisa
bertahan hidup berkisar antara 5%-25% dan
kebanyakan (75%) berjenis kelamin perempuan
(Wiknjosastro, 2007).
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 135
(a) Etiologi
Banyak faktor seperti: genetik, obat penyubur
yang dikonsumsi dengan tujuan agar sel telur
matang secara sempurna karena sel telur yang
matang pada saat bersamaan bisa banyak bahkan
sampai lima dan enam. Ada beberapa jenis kembar
siam:
Tharacopagus: Kedua tubuh bersatu di bagian
dada (thorax).
Omphalophagus: Kedua tubuh bersatu di bagian
bawah dada. Umumnya masing-masing tubuh
memiliki jantung.
Chepalophagus: Bersatu di kepala dengan tubuh
yang terpisah. Umumnya tidak bisa bertahan
hidup karena kelainan serius di otak.
Craniopagus: Tulang tengkorak bersatu dengan
tubuh yang terpisah 2%.
Chepalothoracopagus: Tubuh bersatu di kepala
dan thorax. Umumnya tidak bisa bertahan hidup.
Dicephalus: 2 kepala, 1 tubuh dengan 2 kaki dan
2 atau 3 atau 4 lengan.
Ischiopagus: Kembar siam anterior yang bersatu
di bagian bawah tubuh (6% dari seluruh kasus).
Ischio-Omphalopagus: Kembar siam yang bersatu
dengan tulang belakang membentuk huruf Y.
Mereka memiliki 4 lengan dan biasanya 2 atau 3
kaki.
Parapagus: Kembar siam yang bersatu pada
bagian bawah tubuh dengan jantung yang sering
kali di bagi.
(b) Jenis Kehamilan kembar ada 2:
Kehamilan kembar 2 telur/kehamilan dizigotik/
→ 2 buah sel telur dihamili oleh 2 sel sperma.
136 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
Kedua sel telur dapat berasal dari 1 ovarium atau
2 ovarium.
Kehamilan kembar 1 telur/kehamilan kembar
monozigotik/kehamilan kembar identik → yang
terjadi dari 1 sel telur dan 1 sel sperma. Zigot
kemudian membagi diri menjadi 2 bagian yang
masing-masing tumbuh menjadi anak
(Wiknjosastro, 2007).
Perbedaan
Tabel Perbedaan kehamilan kembar 1 telur dan kehamilan
kembar 2 telur
Kehamilan Kembar 1 Telur Kehamilan Kembar 2 Telur
Selalu sama jenis Jenis kelamin tidak selalu
kelaminnya sama
Rupanya mirip (seperti Persamaan seperti adik dan
bayangan) kakak
Golongan darah sama Golongan darah tidak selalu
sama
Cap tangan dan kaki sama Cap tangan dan kaki tidak
sama
Plasenta 1, chorion 1, Plasenta 2, chorion 2, dan
amnion 2, atau placenta 1, amnion 2
chorion 1, amnion 1
(5)Gawat Janin
Gawat janin adalah keadaan ketika janin tidak
memperoleh O2 yang cukup sehingga mengalami
hipoksia, dapat terjadi kronik (dalam jangka waktu
lama) atau akut. Adapun janin yang berisiko tinggi
untuk mengalami hipoksia adalah janin yang
pertumbuhannya terlambat, janin dari ibu yang
diabetes, janin dengan kelainan letak dan presentasi,
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 137
janin kelainan bawaan/infeksi. Gawat janin dapat
diketahui dari tanda-tanda sebagai berikut:
Frekuensi bunyi DJJ <120 x/menit atau >160
x/menit.
DJJ ireguler, pada persalinan DJJ sangat
bervariasi. Bila DJJ tidak kembali normal setelah
kontraksi, menunjukkan adanya hipoksia.
Bradikardi yang terjadi di luar kontraksi atau tidak
menghilang setelah kontraksi menunjukkan adanya
kegawatan janin. Takikardi dapat merupakan reaksi
terhadap adanya: demam pada ibu, obat-obat yang
menyebabkan takikardi (misal tokolitik),
amnionitis. Bila ibu tidak mengalami takikardi, DJJ
>160 x/menit menunjukkan adanya hipoksia.
Berkurangnya gerakan janin atau (janin normal
bergerak lebih dari 10 x/hari).
Adanya air ketuban bercampur mekonium.
Cairan amnion yang hijau tentang
menunjukkan bahwa air ketuban jumlahnya sedikit.
Intervensi tidak perlu dilakukan bila air ketuban
kehijauan tanpa tanda kegawatan janin atau fase
aktif suatu persalinan presentasi bokong (Saifuddin,
2006).
Cara mencegah gawat janin:
Gunakan partograf untuk memantau persalinan:
Periksa frekuensi jantung janin setiap 30 menit
pada kala I dan setiap 15 menit sesudah pembukaan
lengkap.
Periksa ada atau tidak air ketuban bercampur
mekonium.
Anjurkan ibu untuk sering berganti posisi selama
persalinan. Ibu hamil yang berbaring telentang
dapat mengurangi aliran darah ke rahim.
Gawat janin dalam persalinan dapat terjadi bila:
138 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
Persalinan berlangsung lama
Induksi persalinan dengan oksitosin
Ada perdarahan dan infeksi
Insufiensi Plecenta: postterm, pre eklampsia
c. Distosia Kelainan Jalan Lahir
Distosia karena kelainan jalan lahir dapat disebabkan
adanya kelainan pada jaringan keras/tulang panggul, atau
kelainan pada jaringan lunak panggul. Dapat berupa
kelainan bentuk panggul yang tidak normal (selain
gynecoid), dan kelainan ukuran panggul. Panggul sempit
(pelvic contaction) apabila ukurannya 1–2 cm kurang dari
ukuran yang normal. Ukuran normal panggul dalam:
(1)Pintu atas panggul (PAP) merupakan suatu bidang yang
dibentuk oleh promontorium, linea inominata, dan
pinggir atas simfisis pubis.
(a) Ukuran muka belakang (diameter antero posterior,
conjugata vera). Conjugata vera mempunyai ukuran
normal 11 cm dan bukan merupakan ukuran
terpendek antara promontorium dan simpisis.
Ukuran terpendek adalah conjugata obstetrica, dari
promontorium dan simpisis. Pada seorang wanita
yang memiliki panggul sempit, conjugata vera dapat
diperhitungkan dengan mengurangi konjugata
diagonalis 1,5-2 cm. Konjugata vera (CV)= CD-1,5
cm.
(b) Ukuran melintang (diameter transversa). Ukuran
normal dari diameter transversa adalah 12,5-13,5
cm. Diameter transversa merupakan ukuran
terbesar antara linea inominata diambil tegak lurus
pada conjugata vera.
(c) Ukuran serong (obliqua). Obliqua merupakan
ukuran panggul yang diambil garis dari artikulasio
sakrailiaka ke tuberkulum pubikum dari belahan
yang bertentangan. Ukuran normal 13 cm.
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 139
(2)Ruang Tengah Panggul (Midpelvic)
(a) Diameter tranversal (interspinous) = 10.5 cm.
(b) Diameter AP (tepi bawah SP sampai pertemuan S4 –
S5) = 11.5 cm.
(c) Diameter Sagitalis Posterior – DSP (titik
pertengahan diameter interspinous dengan
pertemuan S4 – S5) = 5 cm.
(3)Pintu Bawah Panggul (Outlet Pelvic)
Pintu Bawah Panggul terdiri dari dua segitiga
dengan dasar yang sama. Segitiga depan dasarnya tuber
ossis ischiadica dengan dibatasi arcus pubis. Segitiga
belakang dasarnya tuber ossis ischiadica dengan
dibatasi oleh ligamentum sacrotuberosum kanan dan
kiri. Pintu bawah panggul mempunyai 3 ukuran:
(a) Diameter Transversa (Diameter di antara kedua
tuber ischiiadika: 11 cm).
(b) Diameter antara posterior dari pinggir bawah
simfisis ke ujung os sacrum: 11,5 cm.
(c) Diameter sagitalis posterior dari pertengahan
diameter antara kedua tuber ischiadika ke ujung os
sacrum: 7,5 cm, (Sastrawinata, et al, 2004).
Berikut beberapa distosia karena kelainan jalan lahir:
(a) Keseimbangan PAP (Pelvic Inlet)
Inlet dianggap sempit apabila CV<10 cm atau
diameter transversa < 12 cm. Diagonalis (CD) maka
inlet dianggap sempit bila CD <11,5 cm, karena CV
dilalui oleh diameter biparietalis ±9 ½ cm dan kadang
mencapai 10 cm. Kesempitan pintu atas panggul
merupakan predisposisi terjadinya kelainan presentasi.
Panggul sempit mempunyai pengaruh yang besar pada
kehamilan maupun persalinan.
Kehamilan → menimbulkan retrofexio uteri, sesak
napas atau gangguan peredaran darah karena
140 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
kepala tidak dapat turun, perut menggantung,
kepala tidak turun ke dalam rongga panggul,
kelainan presentasi, letak sungsang, dan letak
lintang.
Persalinan persalinan lebih lama dari biasa,
kelainan presentasi atau posisi, dapat terjadi
ruptura uteri jika his hipertonis, terjadinya fistel
yaitu tekanan yang lama pada jaringan yang dapat
menimbulkan iskemi yang menyebabkan nekrosis,
ruptura simfisis dapat terjadi bahkan kadang-
kadang rupture dari artikulasi sakroiliaka, varices
kaki, yang paling sering terjadi ialah kelumpuhan
nervus peroneus.
Pengaruh pada anak Kematian perinatal
meningkat pada partus yang lama, Moulage yang
kuat dapat menimbulkan perdarahan otak (Elstar
Offset, 1981).
(b)Kesempitan Bidang Tengah Panggul
Kesempitan BTP tidak dapat dinyatakan secara
tegas seperti halnya kesempitan PAP. Chen dan Huang
(1982):
Diameter interspinarum 9 cm
Kalau jumlah diameter transversa ditambah dengan
diameter sagitalis posterior kurang dari 13,5 cm.
Dugaan klinik bila pada pemeriksaan panggul teraba
adanya penonjolan spina ischiadica yang mencolok.
Prognosis: Kesempitan bidang tengah panggul
dapat menimbulkan gangguan putaran paksi jika
diameter antara kedua spina 9 cm sehingga diperlukan
SC (Elstar Offset, 1981).
Penanganan: Jika persalinan terhenti karena
kesempitan bidang tengah panggul, sebaiknya
dipergunakan ekstraktor vakum. Upaya ini dapat
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 141
digolongkan sebagai ekstraksi vakum percobaan, yang
berarti tidak boleh dipaksakan (Elstar Offset, 1981).
(c) Kesempitan Pintu Bawah Panggul (Pelvic Outlet)
Pintu bawah panggul dikatakan sempit jika jarak
antara tuber os ischii ≤8 Cm. Jika jarak ini berkurang,
dengan sendirinya arcus pubis meruncing. Oleh karena
itu, besarnya arcus pubis dapat dipergunakan untuk
menentukan kesempitan pintu bawah panggul.
Kesempitan pintu bawah panggul dapat menyebabkan
gangguan putaran paksi. Kesempitan pintu bawah
panggul jarang memaksa kita melakukan SC, atau
biasanya dengan episiotomi yang cukup luas
(Sastrawinata, et al, 2004).
Prognosis: Apabila persalinan dengan disproporsi
sefalopelvik (CPD) dibiarkan belangsung sendiri tanpa
pengambilan tindakan yang tepat, timbul bahaya bagi
ibu dan janin, (Sastrawinata, et al, 2004). Bahaya pada
ibu: partus lama yang sering kali disertai pecahnya
ketuban pada pembukaan kecil, dehidrasi serta asidosis
dan infeksi intra partum, his yang kuat, sedang
kemajuan janin dalam jalan lahir tertahan, dapat timbul
regangan segmen bawah uterus dan pembentukan
lingkaran retraksi patologik (rupture uteri
mengancam), bila tidak segera diambil tindakan untuk
mengurangi regangan, akan timbul rupture uteri.
Persalinan tidak maju karena disproporsi sefalopelvik,
jalan lahir pada suatu tempat, mengalami tekanan yang
lama antara kepala janin dan tulang panggul risiko
terjadi fistula.
Bahaya pada janin: partus lama dan infeksi intra
partum dapat meningkatkan kematian perinatal,
moulage.
Penanganan persalinanpada disproporsi
sefalopelvik yaitu:
Sectio Caesarea (SC) → dapat dilakukan secara
efektif/primer, yakni sebelum persalinan mulai dan
142 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
secara sekunder, yakni sesudah persalinan
berlangsung selama beberapa waktu. SC sekunder
dilakukan karena persalinan percobaan dianggap
gagal atau karena timbul indikasi untuk
menyelesaikan persalinan segera mungkin, sedang
syarat untuk persalinan per vagina tidak atau belum
dipenuhi (Wiknjosastro, 2007).
Persalinan Percobaan → Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam penanganan persalinan
percobaan: pengawasan keadaan ibu dan janin,
turunnya kepala janin dalam rongga panggul harus
terus diawasi, sebelum ketuban pecah kepala janin
pada umumnya tidak dapat masuk ke dalam rongga
panggul dengan sempurna, menentukan berapa
lama partus percobaan boleh berlangsung
(Wiknjosastro, 2007).
d. Distosia Kelainan Alat Kandungan
(1)Vulva
Kelainan yang bisa menyebabkan distosia ialah
oedema vulva, stenosis vulva, kelainan bawaan, varises,
hematoma, peradangan, kondiloma akuminata dan
fistula. Klasisfikasinya:
(a) Oedema Vulva
Edema (oedema) vulva adalah meningkatnya
volume cairan ekstraseluler dan ekstravaskuler
yang disertai dengan penimbunan cairan abnormal
pada vulva. Edema bisa timbul pada waktu
kehamilan. Biasanya sebagai gejala pre eklampsia
akan tetapi dapat pula timbul karena sebab lain
misalnya gangguan gizi atau malnutrisi atau pada
persalinan yang lama. Edema dapat juga terjadi
pada persalinan dengan dispoporsi sefalopelvik atau
wanita mengejan terlampau lama (terus-menerus),
sedangkan kepala belum cukup turun. Hal itu
mempersulit pemeriksaan dalam dan menghambat
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 143
kemajuan persalinan yang akhirnya dapat
menimbulkan kerusakan luas pada jalan lahir.
144 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
luas untuk melahirkan kepala. Persalinan
dengan SC merupakan pilihan utama.
(c) Varises
Adalah pelebaran pembuluh darah vena yang
terjadi pada vulva dan merupakan sumber
perdarahan potensial pada waktu hamil maupun
persalinan. Kejadian varises ini makin meningkat
pada kehamilan dan segera menghilang atau
berkurang setelah persalinan. Penyebab utama
varises adalah lemah/rusaknya katup pembuluh
vena. Pada pembuluh vena terdapat katup-katup
yang berfungsi untuk menahan agar darah tidak
turun/bergerak mundur. Dengan adanya katup pada
pembuluh vena menyebabkan darah akan terus
mengalir ke arah jantung. Katup yang rusak atau
lemah akan membuat darah bergerak mundur yang
mengakibatkan darah berkumpul di dalam dan
menyebabkan gumpalan yang mengganggu aliran
darah yang disebut sebagai varises. Bahaya varises
dalam kehamilan dan persalinan adalah bila pecah
dapat mengakibatkan fatal dan dapat terjadi emboli.
Varises yang pecah harus dijahit baik dalam
kehamilan maupun setelah lahir.
(d) Hematoma
Pecahnya pembuluh darah vena yang
menyebabkan perdarahan, yang dapat terjadi saat
kehamilan berlangsung atau yang lebih sering pada
persalinan. Hematoma vulva dan vagina dapat
besar, disertai bekuan darah bahkan perdarahan
yang masih aktif. Hematoma vulva disebabkan oleh
kebocoran pembuluh darah yang mengalami
nekrosis akibat tekanan yang lama, dapat juga
terjadi karena trauma (di luar persalinan) misalnya
jatuh terduduk pada tempat yang keras atau koitus
kasar.
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 145
Hematoma vulva dapat juga terjadi karena
trauma misalnya jatuh terduduk pada tempat yang
keras atau koitus kasar. Bila hematoma kecil
resorbsi sendiri, bila besar harus insisi dan bekuan
darah dikeluarkan.
Hematoma yang besar harus dilakukan eksisi
untuk mengeluarkan bekuan darah dan mengikat
pembuluh darah yang pecah, bila kecil resorbsi
sendiri. Ibu bersalin dengan hematoma vulva
sebaiknya merujuk.
(e) Peradangan
Peradangan pada vulva biasa disebut dengan
vulvitis. Peradangan vulva sering bersamaan
dengan peradangan vagina akibat infeksi spesifik,
seperti sifilis, gonorea, trikomoniasis. Infeksi non
spesifik seperti : pruritus vulvae, pedikulus pubis,
bartholinitis. Pertolongan persalinan dengan
peradangan sebaiknya dirujuk.
146 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
Gambar 8.4 Kondiloma akuminata. Sumber:
https://medicalfoxx.com/condyloma-acuminatum.html
(g) Fistula
Fistula vesikovaginal atau fistula rectovaginal
biasanya terjadi pada waktu bersalin baik sebagai
tindakan operatif maupun akibat nekrosis tekanan.
Tekanan lama antara kepala dan tulang panggul
menimbulkan gangguan sirkulasi sehingga terjadi
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 147
robekan jalan lahir yang dapat menjadi fistula.
Untuk menghindari terjadinya fistula postpartum,
selalu di pasang dower kateter sehingga
vaskularisasi jaringan yang tertekan membaik dan
terhindar dari nekrosis dan fistula.
(2)Vagina
(a) Stenosis Vagina Kongenital
Sering ditemukan septum vagina yang
memisahkan vagina secara lengkap atau tidak
lengkap pada bagian kanan atau bagian kiri. Septum
lengkap biasanya tidak menimbulkan distosia
karena bagian vagina yang satu umumnya cukup
lebar, baik untuk koitus maupun lahirnya janin.
Septum tidak lengkap menahan turunnya kepala
janin pada persalinan dan harus dipotong dahulu.
Stenosis dapat terjadi karena jaringan parut akibat
perlukaan dan radang. Pada stenosis vagina yang
tetap kaku dalam kehamilan merupakan halangan
untuk lahirnya janin perlu ditimbangkan sectio
caeserea.
(b) Tumor Vagina
Tergantung dari jenis dan besarnya tumor
perlu dipertimbangkan apakah persalinan dapat
berlangsung secara per vaginam atau diselesaikan
dengan sectio caeserea.
(c) Kista Vagina
Kista vagina berasal dari duktus gartner atau
duktus muller, letak lateral dalam vagina bagian
proximal, di tengah, distal di bawah orifisium
urethra eksterna. Bisa berukuran kecil dan besar
sehingga bukan saja mengganggu pertumbuhan
tetapi dapat pula menyukarkan persalinan.
(3)Uterus/Serviks
(a) Retrofleksio Uteri
148 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
Adalah uterus hamil yang semakin lama
semakin besar terkurung dalam rongga panggul,
tidak dapat keluar memasuki rongga perut.
Kehamilan pada retrofleksi uteri tidak banyak
dijumpai karena kemampuan mobilisasi uterus
selama hamil dan melepaskan diri dari ruangan
pelvis minor. Jarang sekali kehamilan pada uterus
dalam retroflexio mencapai umur cukup.
(b) Prolapsus Uteri
Prolapsus uteri atau turunnya uterus dapat
dibagi menjadi 3 tingkat:
Tingkat I : Uterus turun dengan serviks uteri
sampai introitus vagina.
Tingkat II : Sebagian uterus keluar dari vagina.
Tingkat III : Uterus keluar seluruhnya dari
vagina dengan inversio vagina.
Penyebabnya: Terjadi kelemahan ligamen
endopelvik terutama ligamentum tranversal,
menopause, persalinan lama dan sulit, meneran
sebelum pembukaan lengkap, laserasi dinding
vagina bawah pada kala 2, penatalaksaan
pengeluaran plasenta yang tidak benar, reparasi
otot-otot dasar panggul yang tidak baik.
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 149
(c) Kelainan Bawaan Uterus
Secara embriologis uterus, vagina, serviks
dibentuk dari kedua duktus muller yang dalam
pertumbuhan mudah mengalami proses penyatuan.
Kelainan ini dapat menyebabkan abortus, kehamilan
ektopik, dan kelainan letak janin.
(d) Serviks
Kelainan yang penting berhubungan dengan
persalinan ialah distosia servikalis. Di mana terjadi
dysfunctional uterine action atau karena parut pada
serviks uteri, serviks uteri menipis akan tetapi
pembukaan tidak terjadi. Penatalaksanaan dengan
merujuk untuk dilakukan tindakan operatif.
LATIHAN SOAL
1. Seorang perempuan berusia 25 tahun, GI P0 A0 inpartu, usia
kehamilan 39 minggu dirawat di BPM merasakan dorongan
meneran yang tidak bisa ditahan. TD 120/80 mmHg, S 36.5 oC, N
90 x/menit, P 20 x/menit. Anus dan vulva membuka, perineum
menonjol, hasil PD 10 cm, penipisan 100%, penurunan kepala
Hodge III, ketuban (+), penyusupan kepala (0), kontraksi 4x/ 10’
selama 45”, DJJ 144x/mnt. Berapa lama batas kala II fisiologis
pada kasus tersebut?
a. ≤ 60 menit d. ≤ 100 menit
b. ≤ 90 menit e. ≤ 150 menit
c. ≤ 120 menit
2. Seorang perempuan berusia 28 tahun bersalin di RB dengan TBJ
4200 gram. Pada waktu kala II, didapatkan kepala janin dapat
dilahirkan tetapi tetap berada di dekat vulva,tidak terjadi
restitusi spontan, dan terjadi turtle sign. Diagnosis pada kasus di
atas adalah…..
a. Distosia Bahu d. Distosia Kepala
150 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
b. Diatosia Power e. Distosia Passage
c. Distosia Passanger
3. Seorang perempuan berusia 26 tahun hamil anak pertama UK 9
bulan, datang ke BPM mengeluh sakit perut makin sering dan
kuat sejak tadi malam. Hasil pemeriksaan: KU baik, TTV : normal,
Palp.: TFU 34 cm, kep. 2/5, his teratur dan kuat 3/10’/50”,DJJ +
(144x/mnt) teratur. Hasil VT : Ø lengkap, ketuban (+), kep. HI.
Apakah yang kemungkinan masalah pada kasus tersebut?
a. Malpresentasi d. Distosia bahu
b. Lilitan tali pusat e. Panggul sempit
c. Ketuban pecah prematur
4. Seorang perempuan berusia 27 tahun, GII PI A0, usia kehamilan
39 minggu datang ke BPM jam 15.00 dengan keluhan perut
bagian bawah terasa sakit dan telah mengeluarkan lendir
bercampur darah sejak pukul 06.00. TD 110/80 mmHg, S 36.5 oC,
N 88 x/menit, RR 20 x/menit. Hasil PD 10 cm (lengkap),
penurunan kepala Hodge IV, ketuban jernih, penyusupan kepala
(0), kontraksi 3x/ 10’ selama 25”, DJJ 140x/mnt. Ibu telah
dipimpin mengejan selama 1 jam namun belum lahir. Apa
diagnosis yang paling mungkin pada kasus tersebut?
a. Inpartu kala I fase laten
b. Inpartu kala I fase aktif
c. Kala I memanjang
d. Kala II
e. Kala II memanjang
5. Seorang perempuan berusia 30 tahun, GI P0 A0, aterm, telah
melahirkan bayi secara spontan di BPM. Setelah bayi lahir
dengan berat 4200 gram PB 49 cm, plasenta lahir lengkap, bidan
melakukan massage fundus uteri, uterus teraba keras, ibu
mengalami perdarahan segar, laserasi derajat III. Ibu tampak
lemah dan pucat. Menurut saudara apa penyebab kelainan di
atas?
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 151
a. Partus lama d. Primi gravida
b. Kesalahan mengejan e. Bayi besar
c. Hidramnion
6. Seorang perempuan berusia 28 tahun GIII P2A0 usia kehamilan
9 bulan datang ke klinik mengeluh mulas. Dari hasil pemeriksaan
didapatkan hasil Leopold I teraba bulat, keras, dan melenting
pada bagian fundus; Leopold II: sebelah kiri teraba keras,
memanjang seperti papan, sebelah kiri teraba bagian kecil;
Leopold III: teraba bulat, lunak dan tidak melenting. Letak janin
dari hasil pemeriksaan pada ibu tersebut adalah ….
a. Sungsang d. Memanjang
b. Kepala e. Muka
c. Lintang
7. Seorang perempuan berusia 28 tahun hamil pertama usia
kehamilan 9 bulan. Datang ke bidan praktik mandiri. Pada
pemeriksaan palpasi TFU 3 jari bawah prosesus xipoideus teraba
bulat, kurang melenting, DJJ 140x/mnt VT pembukaan 6 cm eff
50% H-II ketuban positif teraba fontanella anterior dan orbital.
Apakah diagnosis kasus di atas?
a. Presentasi Dahi d. Presentasi puncak
b. Presentasi muka e. Presentasi ganda
c. Presentasi belakang kepala
8. Seorang ibu berusia 25 tahun GI P0 A0 datang ke BPM untuk
memeriksakan kondisi ibu dan janinnya karena sudah
mengeluarkan lendir dan darah. Berdasarkan anamnesa ibu
merasakan kencang-kencang mulai pukul 05.00 dan
mengeluarkan lender dan darah. Setelah dilakukan pemeriksaan
di dapatkan pada genitalia terdapat blooding show dan VT:
terjadi pembukaan 5 cm, eff 50%, ket (+), letak kepala, UUK Kiri
depan, Hodge II. Berdasarkan kasus di atas bagaimana batas
Hodge II?
a. Sama dengan PAP
152 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
b. Sejajar dengan HI melalui pinggir atas simfisis
c. Sejajar dengan HI melalui pinggir bawah simfisis
d. Sejajar dengan HI melalui spina ischiadicae
e. Sejajar dengan HI melalui ujung os cogcygis
9. Ny. Kety 28 tahun, G1P0000 hamil 36 minggu datang ke BPM
Melati dengan keluhan sering kencing, banyak makan, banyak
minum, hasil pemeriksaan TFU 36 cm, presentasi kepala sudah
masuk PAP, DJJ 132 x/mnt, TTV dalam batas normal. Kondisi
janin Ny. Kety tergolong ....
a. BBLR d. Mikrosomia
b. Normal e. Makrosomia
c. Obesitas
10.Ny. Rosa G2 P1001 usia 32 tahun, hamil 40 minggu, datang ke
klinik Sayang Ibu pukul 08.00 WIB dengan keluhan kencang-
kencang teratur sejak 4 jam yang lalu, perasaan berat, sesak
napas dan bengkak pada kedua ekstremitas. TFU 41 cm, teraba 2
bagian besar janin berdampingan, DJJ terdengar jelas di dua
tempat dengan frekuensi 120x/menit dan 140x/menit. Risiko
yang mungkin dialami bayi Ny. Rosa adalah ....
a. BBLR d. Distocia bahu
b. Mikrosomia e. Hidrocephalus
c. Fetal distress
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 153
154 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
BAB IX
DETEKSI DINI PERSALINAN DENGAN
PENYULIT KALA III DAN IV
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 155
(3)Multiparitas
(4)Anastesi yang dalam
(5)Anastesi lumbal
(6)Umur yang terlalu muda atau terlalu tua.
(7)Multipara dengan jarak kelahiran pendek.
(8)Malnutrisi
(9)Penanganan salah dalam usaha melahirkan plasenta,
misalnya plasenta belum terlepas dari dinding uterus.
b. Gejala Klinis
(1)Uterus tidak berkontraksi dan lunak
(2)Perdarahan segera setelah plasenta dan janin lahir
c. Pencegahan
Atonia uteri dapat dicegah dengan Manajemen aktif
kala III. Pemberian oksitosin rutin pada kala III dapat
mengurangi risiko perdarahan postpartum lebih dari 40%.
Oksitosin mempunyai onset yang cepat, dan tidak
menyebabkan kenaikan tekanan darah atau kontraksi
tetani seperti preparat ergometrin. Masa paruh oksitosin
lebih cepat dari ergometrin yaitu 5-15 menit.
Prostaglandin (misoprostol) akhir-akhir ini digunakan
sebagai pencegahan perdarahan postpartum.
d. Penatalaksanaan
(1)Bersihkan semua gumpalan darah atau membran yang
mungkin berada di dalam mulut uterus atau di dalam
uterus.
(2)Segera mulai melakukan kompresi bimanual interna.
(3)Jika uterus sudah mulai berkontraksi secara perlahan
di tarik tangan penolong. Jika uterus sudah
berkontraksi, lanjutkan memantau ibu secara ketat.
(4)Jika uterus tidak berkontraksi setelah 5 menit, minta
anggota keluarga melakukan bimanual interna
156 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
sementara penolong memeberikan metergin 0,2 mg IM
dan mulai memberikan IV (RL dengan 20 UI
oksitosin/500 cc dengan tetesan cepat).
(5)Jika uterus masih juga belum berkontraksi mulai lagi
kompresi bimanual interna setelah memberikan injeksi
metergin dan sudah mulai IV.
(6)Jika uterus masih juga belum berkontraksi dalam 5-7
menit, bersiaplah untuk melakukan rujukan dengan IV
terpasang pada 500 cc/jam hingga tiba di tempat
rujukan atau sebanyak 1,5 L seluruhnya diinfuskan
kemudian teruskan dengan laju infus 125 cc/jam.
(7)Kompresi bimanual interna (KBI) dan eksterna (KBE)
bertujuan menjepit pembuluh darah dalam dinding
uterus serta merangsang miometrium untuk
berkontraksi. KBI harus segera dilakukan apabila
uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah
dilakukan rangsangan taktil (massage) pada fundus
uteri. Kompresi bimanual interna dan eksterna
dikerjakan dengan disertai pemberian cairan infus
yang ditambahkan uterotonika (oksitosin 20UI) di
dalamnya. Bila kompresi bimanual pada uterus tidak
berhasil dan perdarahan tetap terjadi lakukan
kompresi aorta abdominalis (KAA), cara ini dilakukan
pada keadaan darurat sementara penyebab perdarahan
sedang dicari. Sesuai standar pelayanan kebidanan
(standar 20: penanganan perdarahan postpartum
primer) bidan mampu mengenali perdarahan yang
berlebihan dalam 24 jam pertama setelah persalinan
(perdarahan postpartum primer) dan segera
melakukan pertolongan pertama kegawatdaruratan
untuk mengendalikan perdarahan.
2. Retensio Plasenta
Retensio plasenta adalah plasenta yang belum lepas
setelah bayi lahir, melebihi waktu setengah jam (Manuaba,
2001: 432).
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 157
Retensio plasenta ialah tertahannya atau belum lahirnya
plasenta hingga 30 menit atau lebih setelah bayi (Syaifudin
AB, 2001). Istilah retensio plasenta dipergunakan, bila
plasenta belum lahir ½ jam sesudah anak lahir.
Retensio plasenta adalah keadaan di mana plasenta
belum lahir daam waktu 1 jam setelah bayi lahir (Rsustam
Mochtar, 1998 : 299).
a. Penyebab
(1)Plasenta belum lepas dari dinding uterus.
(2)Plasenta sudah lepas tetapi belum dilahirkan
(disebabkan karena tidak adanya usaha untuk
melahirkan atau karena salah penanganan kala III).
(3)Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan
plasenta.
Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh
sebab vili korealis menembus desidua sampai
miometrium-sampai di bawah peritoneum (plasenta
akreta-perkreta).
(4)Sebab fungsional: his kurang kuat, plasenta sukar
terlepas (plasenta adhesive) karena:
Tempatnya: insersi di sudut tuba
Bentuknya: plasenta membranacea, plasenta
anularis.
Ukurannya: plasenta yang sangat kecil.
(5)Sebab patologi–anatomis: placenta accrete, placenta
increta, placenta percreta (Obstetri Patologi, FK–Unpad
Bandung).
b. Penatalaksanaan
(1)Jika plasenta terliahat dalam vagina, mintalah ibu
untuk mengejan. Jika anda dapat merasakan adanya
plasenta dalam vagina, keluarkan plasenta tersebut.
158 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
(2)Pastikan kandung kemih sudah kosong. Jika diperlukan,
lakukan katerisasi kandung kemih.
(3)Jika plasenta belum keluar, berikan oksitosin 10 Unit
IM, jika belum dilakukan dalam penanganan aktif kala
III.
(4)Jika plasenta belum dilahirkan setelah 30 menit
pemberian oksitosin dan uterus terasa berkontraksi,
lakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT).
(5)Jika traksi tali pusat terkendali belum berhasil, cobalah
untuk mengeluarkan plasenta secara manual. Jika
perdarahan terus berlangsung, lakukan uji pembekuan
darah sederhana. Kegagalan terbentuknya pembekuan
setelah 7 menit atau adanya bekuan lunak yang dapat
pecah dengan mudah menunjukan koagulapati.
(6)Jika terdapat tanda-tanda infeksi (demam, secret vagina
yang berbau), berikan antibiotik untuk metritis.
3. Robekan Jalan Lahir
Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua
tersering dari perdarahan postpartum. Perdarahan dalam
keadaan di mana plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi
rahim baik, dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut
berasal dari perlukaan jalan lahir.
a. Perineum
Robekan perineum terjadi pada hampir semua
persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan
berikutnya. Robekan perineum umumnya terjadi di garis
tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir
terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa,
kepala janin melewati pintu panggul bawah dengan
ukuran yang lebih besar daripada sirkum ferensia
suboksipito bregmatika.
b. Vagina
Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan
luka perineum tidak sering dijumpai. Mungkin ditemukan
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 159
setelah persalinan biasa, tetapi lebih sering terjadi sebagai
akibat ekstraksi dengan cunam, terlebih apabila kepala
janin harus diputar. Robekan terdapat pada dinding lateral
dan baru terlihat pada pemeriksaan spekulum.
c. Serviks
Persalinan selalu mengakibatkan robekan serviks
sehingga servik seorang multipara berbeda dari yang
belum pernah melahirkan per vaginam. Robekan servik
yang luas menimbulkan perdarahan dan dapat menjalar ke
segmen bawah uterus. Apabila terjadi perdarahan yang
tidak berhenti, meskipun plasenta sudah lahir lengkap dan
uterus sudah berkontraksi dengan baik, perlu dipikirkan
perlukaan jalan lahir, khususnya robekan serviks uteri.
4. Inversio Uteri
Inversio uteri adalah keadaan di mana fundus uteri
terbalik sebagian atau seluruhnya ke dalam kavum uteri.
Inversio uteri complete → fundus uteri terdapat dalam vagina
dengan selaput lendirnya sebelah luar. Inversio uteri
incomplete → fundus hanya menekuk ke dalam dan tidak
keluar ostuim uteri. Inversio prolaps → uterus yang berputar
balik itu keluar dari vulva. Inversio uteri memberikan rasa
sakit yang dapat menimbulkan keadaan syok (Obstetri
Patologi,1984).
a. Penyebab Inversio Uteri
Tonus otot rahim yang lemah.
Tekanan atau tarikan pada fundus (tekanan intra
abdominal, tekanan dengan tangan, dan tarikan pada
tali pusat).
Kanalis servikalis yang longgar. Oleh karena itu,
inversio uteri dapat terjadi saat batuk, bersin atau
mengejan, juga karena perasat crede.
b. Gejala
Syok
160 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
Fundus uteri sama sekali tidak teraba tekukan pada
fundus.
Kadang tampak sebuah tumor yang merah di luar vulva
(fundus uteri yang terbaik) atau teraba tumor dalam
vagina.
Perdarahan
c. Prognosis
Makin lambat keadaan ini diketahui dan diobati
makin buruk prognosisnya. Tetapi jika pasien dapat
mengatasi 48 jam dengan inversio uteri, prognosis akan
baik.
d. Terapi
Atasi syok dengan pemberian infus RL dan bila perlu
transfusi darah.
Reposisi manual dengan anestesi sesudah syok teratasi
(secara Johnson). Jika plasenta belum lepas, baiknya
plasenta jangan dilepaskan dulu sebelum uteri di
reposisi berhasil, diberi drip oksitosin dan dapat juga
dilakukan kompresi bimanual. Pemasangan tampon
rahim dilakukan supaya tidak terjadi lagi inversio.
Jika reposisi manual tidak berhasil, dilakukan reposisi
operatif.
Uterus dikatakan inversi jika uterus terbalik selama
pelahiran plasenta. Reposisi uterus harus dilakukan
segera. Semakin lama cincin konstriksi di sekitar uterus
yang inversi semakin kaku dan uterus lebih
membengkak karena terisi darah.
Jika ibu mengalami nyeri hebat, berikan petidin
1mg/kg berat badan (tetapi tidak lebih dari 100mg)
melalui IM atau IV secara perlahan atau berikan morfin
0,1mg/kg berat badan melalui IM.
Jika perdarahan berlanjut, kaji status pembekuan darah
dengan menggunakan uji pembekuan darah di sisi
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 161
tempat tidur. Kegagalan darah untuk membeku setelah
tujuh menit atau terbentuk bekuan darah lunak yang
mudah pecah menunjukan koagulopati.
Berikan dosis tunggal antibiotik profilaksi setelah
memperbaiki inversi uterus.
Jika terdapat tanda tanda infeksi (demam, rubor,
vagina berbau busuk), berikan antibiotik sebagaimana
untuk mengobati metritis.
Jika dicurigai terjadi nekrosis, lakukan histerektomi per
vagina. Histerektomi per vagina dapat memerlukan
rujukan ke pusat perawatan tersier (Buku Saku
Manajemen Komplikasi Kehamilan dan Persalinan,
2006)
C. Syok Obstetrik
Syok adalah suatu keadaan terjadi gangguan sirkulasi darah
ke dalam jaringan sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan
oksigen dan nutrisi jaringan dan tidak mampu mengeluarkan
hasil metabolisme.
162 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
Penyebab terjadinya syok dalam kebidanan yang terbanyak
adalah perdarahan, kemudian neurologenik, kardiogenik,
endotoksik/septik, anafilaktik, dan penyebab syok yang lain
seperti emboli, komplikasi anastesi, dan kombinasi.
Gejala klinik syok pada umumnya sama yaitu tekanan darah
menurun, nadi cepat dan lemah, pucat, keringat dingin, sianosis
jari-jari, sesak napas, penglihatan kabur, gelisah, dan akhirnya
oliguria/anuria.
1. Faktor Predisposisi
a. Anemia
b. Partus lama disertai dengan dehidrasi dan asidosis
c. Gangguan gizi
2. Faktor Penyebab
a. Atonia uteri (> 75%) → uteri tidak berkontraksi dalam 15
detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 163
telah lahir), (JNPKR, Asuhan Persalinan Normal, Depkes
Jakarta; 2002).
b. Robekan (laserasi) jalan lahir dapat terjadi di tempat:
robekan serviks, perlukaan vagina, robekan perineum.
c. Retensio plasenta dan sisa plasenta (plasenta tertahan di
dalam rahim baik sebagian atau seluruhnya).
d. Inversio uterus (uterus keluar dari rahim).
e. Gangguan pembekuan darah (koagulopati).
3. Prosedur Tetap Langkah pertama penanganan perdarahan:
a. Melakukan anamnesa.
b. Memeriksa bahwa uterus kenyal dan berkontraksi baik.
c. Memastikan jumlah darah yang hilang
d. Memeriksa kondisi umum (misal kepucatan, tingkat
kesadaran).
e. Memeriksa tanda-tanda vital.
f. Memeriksa asupan cairan (setelah pasien stabil cairan IV
harus diberikan rata-rata 1 liter dalam 6-8 jam).
g. Jika dilakukan transfusi darah harus di pantau dan volume
yang ditransfusikan harus di catat sebagai asupan cairan.
h. Ukur pengeluaran urine dan membuat catatan yang
akurat.
4. Penanganan Umum Pasien Syok
Memberikan jaminan kelancaran ventilasi, beri cairan
infus, tanggulangi penyebab terjadinya syok. Yang penting
dilakukan bidan adalah:
a. Siapkan diri dengan keyakinan bahwa kita telah benar
mendeteksi penyebab syok.
b. Lakukan penanganan dengan cepat dan tepat.
c. Ketersediaan obat dan alat-alat.
164 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
d. Hentikan perdarahan dan mengganti kehilangan darah,
pasien di posisikan trendelenberg, jangan sampai
kedinginan, jaga jalan napas dengan posisi dan
melonggarkan pakaian pasien lalu berikan oksigen 100%
kira-kira 5 liter/menit melalui jalan napas
e. Berikan infus NaCl 0,9%, RL, dekstran, plasama, dsb
dengan memasang tekanan vena pusat (CVP) dan keadaan
dieresis untuk mengukur keluar masuk cairan dengan
cepat.
5. Penanganan HPP Primer
a. Pijat uterus agar berkontraksi dan keluarkan bekuan
darah.
b. Kaji kondisi pasien (denyut jantung, tekanan darah, warna
kulit, kesadaran, kontraksi uterus) dan perkirakan
banyaknya darah yang keluar.
c. Berikan oksitosin (10 IU per IV dan ergometrin 0,5 IV.
Berikan melalui IM apabila tidak bisa melalui IV).
d. Siapkan donor untuk transfusi, ambil darah untuk kroscek,
berikan NaCl 1 liter/15 menit apabila pasien mengalami
syok (pemberian infus sampai sekitar 3 liter untuk
mengatasi syok).
e. Kandung kemih selalu dalam kondisi kosong.
f. Awasi agar uterus dapat terus berkontraksi dengan baik.
g. Jika perdarahan persisten dan uterus tetap rileks, lakukan
kompresi bimanual.
h. Jika perdarahan persisten dan uterus berkontraksi dengan
baik, maka lakukan pemeriksaan pada vagina dan serviks
untuk menemukan laserasi yang menyebabkan
perdarahan tersebut.
i. Jika ada indikasi bahwa mungkin terjadi infeksi yang
diikuti dengan demam, menggigil, lokhea yang berbau
busuk, segera berikan antibiotik berspektrum luas.
j. Lakukan pencatatan yang akurat.
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 165
6. Langkah Awal Penanganan Perdarahan Sekunder (Late HPP)
a. Prioritas dalam penatalaksanaan HPP sekunder (sama
dengan HPP primer).
b. Masukkan pasien ke rumah sakit sebagai salah satu kasus
kegawatdaruratan.
c. Percepatan kontraksi dengan cara melakukan massage
uterus, jika uterus masih teraba.
d. Kaji kondisi pasien, jika pasien di daerah terpencil
mulailah tindakan sebelum dilakukan rujukan.
e. Berikan oksitosin (oksitosin 10 IU per IV dan ergometrin
0,5 IV. Berikan melalui IM apabila tidak bisa melalui IV).
f. Siapkan darah untuk transfusi, ambil darah untuk cross
check, berikan NaCl 11iter/15 menit apabila pasien
mengalami syok (pemberian infus sampai sekitar 3 liter
untuk mengatasi syok), pada kasus syok yang parah
gunakan plasma ekspander.
g. Awasi agar uterus tetap berkontraksi dengan baik.
Tambahkan 40 IU oksitosin dalam 1 liter cairan infus
dengan tetesan 40 tetes/menit.
h. Berikan antibiotik berspektrum luas.
i. Jika mungkin siapkan pasien untuk pemeriksaan segera di
bawah pengaruh anastesi.
LATIHAN SOAL
1. Seorang perempuan berusia 24 tahun, P1 A0, telah melahirkan
bayi secara spontan di BPM. Bayi lahir dengan berat 4200 gram
PB 51 cm, plasenta lahir lengkap. TD 90/60 mmHG, N 80
x/menit, S 36oC, P 20x/menit. Bidan melakukan massage fundus
uteri, uterus teraba keras, ibu mengalami perdarahan segar,
laserasi perineum derajat III. Ibu tampak lemah dan pucat. Apa
tindakan yang tepat pada kasus tersebut?
166 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
a. Menjahit laserasi perineum
b. Eskplorasi jalan lahir
c. Pemantauan kala IV
d. Merujuk pasien
e. Memberikan uterotonika
2. Seorang perempuan berusia 25 tahun, GI P0 A0, usia kehamilan
39 minggu, dan telah melahirkan bayi dengan spontan di BPM.
Plasenta belum lahir dalam waktu 30’ setelah diberikan 2 kali
injeksi oksitosin 10 U. TD 110/70 mmHg, N 88 x/menit, S 37oC, P
18 x/menit, TFU setinggi pusat, kandung kemih kosong, dan
fluksus (-). Apa diagnosis pada kasus tersebut?
a. Atonia uteri
b. Inversio uteri
c. Retensio plasenta
d. Perdarahan postpartum
e. Solutio plasenta
3. Seorang perempuan berusia 25 tahun, GI P0 A0, usia kehamilan
39 minggu, dan telah melahirkan bayi dengan spontan di BPM.
Plasenta belum lahir dalam waktu 30’ setelah diberikan 2 kali
injeksi oksitosin 10 U. TD 110/70 mmHg, N 88 x/menit, S 37oC, P
18 x/menit, TFU setinggi pusat, kandung kemih kosong, dan
fluksus (-). Apa tindakan yang tepat pada kasus tersebut?
a. Manajemen aktif kala III
b. Melakukan plasenta manual
c. Peregangan tali pusat terkendali
d. Merujuk klien
e. Eksplorasi sisa plasenta
4. Seorang perempuan berusia 24 tahun, P1 A0, telah melahirkan
bayi secara spontan di BPM. Bayi lahir dengan berat 4200 gram
PB 51 cm, plasenta lahir lengkap. TD 90/60 mmHG, N 80
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 167
x/menit, S 36oC, P 20x/menit. Bidan melakukan massage fundus
uteri, uterus teraba keras, ibu mengalami perdarahan segar,
laserasi perineum derajat III. Ibu tampak lemah dan pucat. Apa
penyebab perdarahan pada kasus tersebut?
a. Atonia uteri
b. Robekan jalan lahir
c. Sisa plasenta
d. Sisa selaput plasenta
e. Gangguan pembekuan darah
5. Seorang perempuan berusia 24 tahun, P1 A0, telah melahirkan
bayi secara spontan di BPM. Bayi lahir dengan berat 4200 gram
PB 51 cm, plasenta lahir lengkap. TD 90/60 mmHG, N 80
x/menit, S 36oC, P 20x/menit. Bidan melakukan massage fundus
uteri, uterus teraba keras, ibu mengalami perdarahan segar,
laserasi perineum derajat III. Ibu tampak lemah dan pucat. Apa
tindakan yang harus dilakukan agar penolong terhindar dari
tuntutan hukum pada kasus tersebut?
a. Inform consent
b. Merujuk pasien
c. Menjahit luka perineum
d. Memberikan uterotonika
e. Observasi kala IV
6. Seorang perempuan berusia 35 tahun, P4 A0, telah melahirkan
bayi secara spontan di BPM. Bayi lahir dengan berat 3100 gram
PB 49 cm, plasenta lahir lengkap. TD 90/60 mmHG, N 80
x/menit, S 36oC, P 20x/menit. Bidan melakukan massage fundus
uteri, uterus teraba lembek, ibu mengalami perdarahan segar
disertai gumpalan ± 500 cc, tidak terdapat laserasi perineum. Ibu
tampak lemah dan pucat. Apa diagnosis yang paling mungkin
pada kasus tersebut?
a. Perdarahan postpartum
b. Retensio plasenta
168 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
c. Infeksi postpartum
d. Subinvolusi uteri
e. Sisa plasenta
7. Seorang perempuan berusia 35 tahun, P4 A0, telah melahirkan
bayi secara spontan di BPM. Bayi lahir dengan berat 3100 gram
PB 49 cm, plasenta lahir lengkap. TD 90/60 mmHG, N 80
x/menit, S 36oC, P 20x/menit. Bidan melakukan massage fundus
uteri, uterus teraba lembek, ibu mengalami perdarahan segar
disertai gumpalan ± 500 cc, tidak terdapat laserasi perineum. Ibu
tampak lemah dan pucat. Apa penyebab perdarahan pada kasus
tersebut?
a. Atonia uteri
b. Sisa plasenta
c. Robekan jalan lahir
d. Sisa selaput ketuban
e. Gangguan pembekuan darah
8. Seorang perempuan berusia 25 tahun, GI P0 A0, usia kehamilan
39 minggu, dan telah melahirkan bayi dengan spontan di BPM.
Plasenta belum lahir dalam waktu 15’ setelah diberikan injeksi
oksitosin 10 U. TD 110/70 mmHg, N 88 x/menit, S 37oC, P 18
x/menit, TFU setinggi pusat, kandung kemih kososng dan
perdarahan 100 cc. Berapa batas kala III fisologis pada kasus
tersebut?
a. 10 menit
b. 15 menit
c. 20 menit
d. 25 menit
e. 30 menit
9. Seorang perempuan berusia 25 tahun, GI P0 A0 inpartu, usia
kehamilan 39 minggu dirawat di BPM merasakan dorongan
meneran yang tidak bisa ditahan. TD 120/80 mmHg, S 36.5 oC, N
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 169
90 x/menit, P 20 x/menit. Anus dan vulva membuka, perineum
menonjol, hasil PD 10 cm, penipisan 100%, penurunan kepala
Hodge III, ketuban (+), penyusupan kepala (0), kontraksi 4x/ 10’
selama 45”, DJJ 144x/mnt. Obat-obatan apa saja yang harus
disiapkan untuk penatalaksanaan aktif kala III?
a. Oksitosin 10 U
b. Lidocain
c. Vit. K
d. MgSO4
e. Vaksin HB
10.Seorang perempuan berusia 25 tahun, GI P0 A0, usia kehamilan
39 minggu,dan telah melahirkan bayi dengan spontan di
BPM.Plasenta belum lahir dalam waktu 15’ setelah diberikan
injeksi oksitosin 10 U.TD 110/70 mmHg, N 88 x/menit, S 37oC, P
18 x/menit, TFU setinggi pusat, kandung kemih kosong dan
perdarahan 100 cc. Apa tindakan yang paling tepat pada kasus
tersebut?
a. Memasang infus
b. Injeksi oksitosin 10 U yang ke dua
c. Plasenta manual
d. Merujuk klien
e. Injeksi
170 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
BAB X
ADAPTASI BAYI SEGERA
SETELAH LAHIR
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 171
Menurut Pusdiknakes (2003) perubahan fisiologis pada bayi
baru lahir adalah:
A. Sistem Pernapasan/Respiratory
Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari
pertukaran gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran
gas harus melalui paru-paru.
1. Perkembangan Paru-Paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari
pharynx yang bercabang dan kemudian bercabang kembali
membentuk struktur percabangan bronkus proses ini terus
berlanjut sampai sekitar usia 8 tahun, sampai jumlah bronkus
dan alveolusnya sepenuhnya berkembang, walaupun janin
memperlihatkan adanya gerakan napas sepanjang trimester
II dan III. Paru-paru yang tidak matang akan mengurangi
kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini
disebabkan karena keterbatasan permukaan alveolus,
ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru dan tidak
tercukupinya jumlah surfaktan.
a. Awal Adanya Napas
Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan napas
pertama bayi adalah:
Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik
lingkungan luar rahim yang merangsang pusat
pernapasan di otak.
Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena
kompresi paru-paru selama persalinan, yang
merangsang masuknya udara ke dalam paru-paru
secara mekanis.
Interaksi antara sistem pernapasan,
kardiovaskuler dan susunan saraf pusat menimbulkan
pernapasan yang teratur dan berkesinambungan serta
denyut yang diperlukan untuk kehidupan.
172 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
Penimbunan Karbondioksida (CO2)
Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam
darah dan akan merangsang pernapasan.
Berkurangnya O2 akan mengurangi gerakan
pernapasan janin, tetapi sebaliknya kenaikan CO2 akan
menambah frekuensi dan tingkat gerakan pernapasan
janin.
Perubahan suhu
Keadaan dingin akan merangsang pernapasan.
b. Surfaktan dan Upaya Respirasi Untuk Bernapas
Upaya pernapasan pertama seorang bayi berfungsi
untuk:
Mengeluarkan cairan dalam paru-paru.
Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk
pertama kali.
Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat
surfaktan (lemak lesitin/sfingomielin) yang cukup dan
aliran darah ke paru-paru. Produksi surfaktan dimulai
pada 20 minggu kehamilan, dan jumlahnya meningkat
sampai paru-paru matang (sekitar 30–34 minggu
kehamilan). Fungsi surfaktan adalah untuk mengurangi
tekanan permukaan paru dan membantu untuk
menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada
akhir pernapasan.
Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveoli kolaps
setiap saat akhir pernapasan, yang menyebabkan sulit
bernapas. Peningkatan kebutuhan ini memerlukan
penggunaan lebih banyak oksigen dan glukosa. Berbagai
peningkatan ini menyebabkan stres pada bayi yang
sebelumnya sudah terganggu.
c. Dari Cairan Menuju Udara
Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya.
Pada saat bayi melewati jalan lahir selama persalinan,
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 173
sekitar sepertiga cairan ini diperas keluar dari paru-paru.
Seorang bayi yang dilahirkan secara sectio sesaria
kehilangan keuntungan dari kompresi rongga dada dan
dapat menderita paru-paru basah dalam jangka waktu
lebih lama. Dengan beberapa kali tarikan napas yang
pertama udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus
BBL. Sisa cairan di paru-paru dikeluarkan dari paru-paru
dan diserap oleh pembuluh limfa dan darah.
d. Fungsi Sistem Pernapasan dan Kaitannya Dengan Fungsi
Kardiovaskuler
Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang
sangat penting dalam mempertahankan kecukupan
pertukaran udara. Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah
paru-paru akan mengalami vasokontriksi. Jika hal ini
terjadi, berarti tidak ada pembuluh darah yang terbuka
guna menerima oksigen yang berada dalam alveoli,
sehingga menyebabkan penurunan oksigen jaringan, yang
akan memperburuk hipoksia.
Peningkatan aliran darah paru-paru akan
memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan akan
membantu menghilangkan cairan paru-paru dan
merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi
luar rahim.
2. Sistem Sirkulasi
a. Pengetahuan Awal
Selama perkembangan janin, darah ibu mensuplai
oksigen dan nutrisi serta membawa sisa buangannya.
Substansi tersebut berdifusi antara darah ibu dan janin
melalui membran plasenta.
Substansi tersebut dibawa menuju tubuh janin melalui
pembuluh darah umbilikal.
Konsentrasi hemoglobin pada darah janin lebih besar
50% daripada darah ibu. Hemoglobin janin berbeda
secara kimiawi dan memiliki daya ikat terhadap
oksigen lebih besar dari pada darah ibu, pada tekanan
174 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
parsial oksigen tertentu, hemoglobin janin mampu
membawa 20-30% oksigen lebih banyak daripada
darah ibu.
b. Sirkulasi Darah Pada Janin
Vena umbilikal membawa darah yang kaya oksigen
dan nutrisi dari plasenta menuju tubuh janin. Vena
umbilikal memasuki tubuh janin melalui cincin umbilikal
dan berada sepanjang dinding anterior perut menuju ke
hati. Sekitar 1/2 darah disalurkan ke hati, sisanya
memasuki sebuah pembuluh ductus venosus.
Ductus venosus bergabung dengan vena cava
inferior. Di sana darah yang kaya oksigen dari plasenta
bercampur dengan darah yang miskin oksigen dari bagian
tubuh janin sebelah bawah. Darah percampuran ini
menuju vena cava lalu ke atrium kanan. Pada jantung
dewasa, seharusnya darah dari atrium kanan ke ventrikel
kanan lalu dibawa ke paru-paru, akan tetapi pada janin
paru-paru belum berfungsi, sehingga darah tidak
memasuki paru-paru.
Saat darah memasuki atrium kanan, sebagian besar
darah langsung menuju masuk atrium kiri melalui sebuah
celah dinamakan foramen ovale.
Sebagian kecil lainnya bercampur dengan darah yang
miskin oksigen dari vena cava superior yang membawa
dari darah dari bagian tubuh janin sebelah atas. Dari vena
cava superior darah tersebut memasuki arteri
pulmonari. Walaupun masuk ke arteri pulmonari, darah
tidak memasuki paru-paru dan sebagian besar masuk ke
ductus arteriosus dan menghubungkan arteri pulmonari
dengan lengkung aorta. Karena adanya hubungan
tersebut, darah dengan konsentrasi oksigen rendah yang
memasuki vena cava superior memasuki paru-paru, pada
saat yang sama pula darah tersebut dicegah untuk masuk
cabang aorta yang akan memasuki otak. Sebagian kecil
darah kembali ke jantung melalui vena pulmonari.
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 175
Darah yang lebih kaya oksigen memasuki atrium kiri
tadi bercampur dengan sedikit darah miskin oksigen yang
kembali dari vena pulmonari. Dari aorta darah akan
dibawa menuju bagian tubuh yang membutuhkan oksigen
dan nutrisi. Sebagian mencapai myocardium (otot
jantung) melalui arteri coronary dan mencapai otak
melalui arteri carotis.
Darah yang dibawa melalui descending aorta (aorta
yang menuju perut dan dada) adalah sebagian darah yang
kaya oksigen dan sebagian lagi miskin oksigen. Sebagian
besar darah dibawa ke cabang-cabang aorta yang menuju
berbagai bagian tubuh janin sebelah bawah. Sebagian lagi
memasuki arteri umbilikal, yang bercabang ke arteri
internal iliac dan dibawa menuju plasenta. Di plasenta
darah teroksigenasi kembali atau kaya oksigen kembali.
Setelah lahir darah BBL harus melewati paru untuk
mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui
tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan. Untuk
membuat sirkulasi yang baik, kehidupan di luar rahim
harus terjadi 2 perubahan besar:
Penutupan foramen ovale pada atrium jantung
Perubahan duktus arteriousus antara paru-paru dan
aorta.
Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan
tekanan pada seluruh sistem pembuluh. Oksigen
menyebabkan sistem pembuluh mengubah tekanan
dengan cara mengurangi/meningkatkan resistensinya,
sehingga mengubah aliran darah.
Dua (2) peristiwa yang merubah tekanan dalam
system pembuluh darah:
Pada saat tali pusat dipotong resistensi pembuluh
sistemik meningkat dan tekanan atrium kanan
menurun, tekanan atrium menurun karena
berkurangnya aliran darah ke atrium kanan tersebut.
Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan
176 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
atrium kanan itu sendiri. Kedua kejadian ini membantu
darah dengan kandungan oksigen sedikit mengalir ke
paru-paru untuk menjalani proses oksigenasi ulang.
Pernapasan pertama menurunkan resistensi pada
pembuluh darah paru-paru dan meningkatkan tekanan
pada atrium kanan oksigen pada pernapasan ini
menimbulkan relaksasi dan terbukanya sistem
pembuluh darah paru. Peningkatan sirkulasi ke paru-
paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan
tekanan pada atrium kanan dengan peningkatan
tekanan atrium kanan ini dan penurunan pada atrium
kiri, foramen kanan ini dan penusuran pada atrium kiri,
foramen ovali secara fungsional akan menutup.
Vena umbilikus, duktus venosus dan arteri
hipogastrika dari tali pusat menutup secara fungsional
dalam beberapa menit setelah lahir dan setelah tali pusat
diklem. Penutupan anatomi jaringan fibrosa berlangsung
2-3 bulan.
c. Perbedaan Sirkulasi Darah Fetus dan Bayi
(1)Sirkulasi Darah Fetus
(a) Vena umbulicalis: membawa darah yang kaya
oksigen dari plasenta ke permukaan dalam hepar.
Vena hepatica meninggalkan hepar dan
mengembalikan darah ke vena cava inferior.
(b) Ductus venosus: adalah cabang-cabang dari vena
umbilicalis dan mengalirkan sejumlah besar darah
yang mengalami oksigenasi ke dalam vena cava
inferior.
(c) Vena cava inferior: telah mengalirkan darah yang
telah beredar dalam ekstremitas inferior dan badan
fetus, menerima darah dari vena hepatica dan
ductus venosus dan membawanya ke atrium
dextrum.
(d) Foramen ovale: memungkinkan lewatnya sebagian
besar darah yang mengalami oksigenasi dalam
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 177
ventriculus dextra untuk menuju ke atrium sinistra,
dari sini darah melewati valvula mitralis ke
ventriculuc sinister dan kemudian melaui aorta
masuk ke dalam cabang ascendens-nya untuk
memasok darah bagi kepala dan ekstremitas
superior. Dengan demikian hepar, jantung, dan
serebrum menerima darah baru yang mengalami
oksigenasi.
(e) Vena cava superior: mengembalikan darah dari
kepala dan ekstremitas superior ke atrium dextrum.
Darah ini bersama sisa aliran yang dibawa oleh vena
cava inferior melewati valvula tricuspidallis masuk
ke dalam ventriculus dexter.
(f) Arteria pulmonalis: mengalirkan darah campuran ke
paru-paru yang nonfungsional, yang hanya
memerlukan nutrien sedikit.
(g) Ductus arteriosus: mengalirkan sebagian besar
darah dari vena ventriculus dexter ke dalam aorta
descendens untuk memasok darah bagi abdomen,
pelvis, dan ekstremitas inferior.
(h) Arteria hypogastrica : merupakan lanjutan dari
arteria illiaca interna, membawa darah kembali ke
plasenta dengan mengandung lebih banyak oksigen
dan nutrien yang dipasok dari peredaran darah
maternal.
(2)Perubahan Pada Saat Lahir
(a) Penghentian pasokan darah dari plasenta.
(b) Pengembangan dan pengisian udara pada paru-
paru.
(c) Penutupan foramen ovale.
(d) Fibrosis:
Vena umbilicalis
Ductus venosus
178 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
Arteriae hypogastrica
Ductus arteriosus
3. Sistem Termoregulasi/Pengaturan Suhu
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya,
sehingga akan mengalami stres dengan adanya perubahan
lingkungan dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar yang
suhunya lebih tinggi. Suhu dingin ini menyebabkan air
ketuban menguap lewat kulit, pada lingkungan yang dingin,
pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan
usaha utama seorang bayi untuk mendapatkan kembali panas
tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan
hasil penggunaan lemak cokelat untuk produksi panas.
Timbunan lemak cokelat terdapat di seluruh tubuh dan
mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100%. Untuk
membakar lemak cokelat, sering bayi harus menggunakan
glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah
lemak menjadi panas. Lemak cokelat tidak dapat diproduksi
ulang oleh seorang BBL. Cadangan lemak cokelat ini akan
habis dalam waktu singkat dengan adanya stres dingin.
Semakin lama usia kehamilan semakin banyak persediaan
lemak cokelat bayi.
Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami
hipoglikemia, hipoksia, dan asidosis. Sehingga upaya
pncegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama dan
bidan berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas
pada BBL.
Mekanisme kehilangan panas kehilangan panas tubuh
pada bayi baru lahir dapat terjadi melalui mekanisme berikut:
a. Evaporasi
Adalah cara kehilangan panas karena menguapkan
cairan ketuban pada permukaan tubuh setelah bayi lahir
karena tubuh tidak segera dikeringkan.
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 179
b. Konduksi
Adalah kehilangan panas melalui kontak langsung
antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Contoh:
bayi diletakkan di atas meja, timbangan, atau tempat tidur.
c. Konveksi
Adalah kehilangan panas yang terjadi pada saat bayi
terpapar dengan udara sekitar yang lebih dingin. Contoh:
adanya tiupan kipas angin, penyejuk ruangan tempat
bersalin.
d. Radiasi
Adalah kehilangan panas yang terjadi pada saat bayi
ditempatkan dekat benda yang mempunyai temperatur
tubuh lebih rendah dari temperatur tubuh bayi. Contoh:
bayi ditempatkan dekat jendela yang terbuka.
LATIHAN SOAL
1. Bayi laki-laki aterm baru lahir di BPM Ana dengan berat lahir
3200 gr, menangis kuat, ekstremitas kuat, ketuban jernih. Secara
fisiologis terjadi adaptasi atau perubahan pada sistem ….
a. Sirkulasi d. Saraf
b. Muskuloskeletal e. Cerebrospinal
c. Gastrointestinal
2. Bayi laki-laki aterm baru lahir di BPM Ana dengan berat lahir
3200 gr, menangis kuat, ekstremitas kuat, ketuban jernih. Di
bagian apakah secara fisiologis terjadi adaptasi pada sistem
pernapasan saat napas pertama bayi lahir?
a. Lobus Paru d. Bronkus
b. Trakea e. Faring
c. Alveoli
180 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
3. Bayi laki-laki aterm baru lahir di BPM Ana dengan berat lahir
3200 gr, menangis kuat, ekstremitas kuat, ketuban jernih. Bila
bidan tidak segera mengeringkan bayi dengan handuk/kain di
atas perut ibu, bayi dapat kehilangan panas secara:
a. Radiasi d. Konduksi
b. Evaporasi e. Kontruksi
c. Konveksi
4. Bayi laki-laki aterm baru lahir di BPM Ana dengan berat lahir
3200 gr, menangis kuat, ekstremitas kuat, ketuban jernih. Bidan
melakukan rawat gabung, salah satu faktor yang memengaruhi
keberhasilan rawat gabung selanjutnya adalah ….
a. Dukungan bidan d. Ekonomi
b. Kebijakan Pemerintah e. Ibu bayi
c. Tata laksana RS/RB
5. Bayi laki-laki aterm baru lahir di BPM Ana dengan berat lahir
3200 gr, menangis kuat, ekstremitas kuat, ketuban jernih.
Pencegahan infeksi yang dapat dilakukan saat perawatan BBL
adalah ….
a. Memakai kapas alkohol saat membersihkan bokong bayi
dari mekonium.
b. Memakai masker saat memandikan bayi.
c. Selalu memakai celemek dan kacamata .
d. Memakai sarung tangan saat merawat tali pusat.
e. Menggunakan air hangat untuk menghilangkan darah dan
sisa air ketuban.
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 181
182 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
BAB XI
MANAJEMEN ASUHAN PADA
IBU PERSALINAN
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 183
3. Assesment
Analysis atau assessment (A) merupakan pendokumentasian
hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif
dan objektif. Dalam pendokumentasian manajemen kebidanan
karena keadan pasien yang setiap saat bisa mengalami
perubahan dan akan ditemukan informasi baru dalam data
subjektif maupun data objektif maka proses pengkajian data
akan menjadi sangat dinamis (Muslihatun et al., 2009).
4. Planning
Planning atau perencanaan (P) adalah membuat rencana
asuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun
berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data. Rencana asuhan
ini bertujuan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien
seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraannya.
Rencana asuhan ini harus bisa mencapai kriteria tujuan yang
ingin dicapai dalam batas tertentu. Tindakan yang akan
dilaksanakan harus mampu membantu pasien mencapai
kemajuan dan harus sesuai dengan hasil kolaborasi tenaga
kesehatan lain antara lain dokter.
Meskipun secara istilah P adalah Planning atau perencanaan
saja, tetapi P dalam metode SOAP ini juga merupakan gambaran
pendokumentasian implementasi dan evaluasi. P dalam SOAP
meliputi manajemen kebidanan menurut Helen Varney langkah ke-
5, ke-6, dan ke-7. Dalam planning ini juga harus mencantumkan
evaluasi atau evaluation yaitu tafsiran dari efek tindakan yang telah
diambil untuk menilai keefektifan asuhan atau hasil pelaksanaan
tindakan. Evaluasi berisi analisis hasil yang telah dicapai dan
merupakan fokus ketepatan nilai tindakan atau asuhan (Muslihatun
et al., 2009).
184 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
Meliputi nama, umur, agama, pendidikan terakhir,
pekerjaan, suku/bangsa, dan alamat (Sulistyawati &
Nugraheny, 2013).
b. Keluhan Utama
(1) Kala I
Ibu merasa gelisah dan nyeri akibat munculnya his
yang semakin sering dan kuat.
(2) Kala II
Ibu merasakan desakan untuk mengejan karena
kantung amnion atau bagian terendah janin terdorong ke
depan melalui serviks yang berdilatasi dan menekan
rektum (Sulistyawati, 2009).
(3) Kala III
Ibu masih merasa mulas karena beberapa saat
kemudian timbul his pengeluaran dan pelepasan uri
(Walyani & Purwoastuti, 2015).
(4) Kala IV
Ibu merasa lelah setelah melalui proses persalinan.
c. Riwayat Kesehatan
Beberapa data penting tentang riwayat kesehatan pasien
yang perlu kita ketahui adalah apakah pasien pernah atau
sedang menderita penyakit, seperti jantung, diabetes mellitus
(DM), ginjal, hipertensi/hipotensi, dan hepatitis (Sulistyawati,
2009).
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji apakah keluarga ibu pernah/sedang menderita
penyakit menurun seperti asma dan penyakit keturunan
lainnya, serta penyakit menular seperti TBC, hepatitis, dan
HIV/AIDS (Asih & Risneni, 2016).
e. Status Perkawinan
(1) Riwayat Pernikahan
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 185
(2) Nikah atau tidak
(3) Berapa kali nikah
(4) Perkawinan sekarang suami yang ke berapa
f. Pola Kebutuhan Sehari-hari
(1) Pola Makan
Data mengenai asupan makan pasien adalah sebagai
berikut:
(a) Kapan/jam berapa terakhir kali makan
(b)Makan yang dimakan
(c) Jumlah makanan yang dimakan
(d)Seandainya saat ini ingin makan, apa yang ia inginkan
sebelumnya masuk pada fase persalinan di mana ia
tidak akan mungkin atau tidak ingin lagi untuk makan
(Sulistiyawati & Nugraheny, 2010).
(2) Pola Minum
Pada masa persalinan, data mengenai intake dan
intake cairan sangat penting karena akan menentukan
kecenderungan terjadinya dehidrasi. Data yang perlu kita
tanyakan adalah sebagai berikut:
(a) Kapan terakhir kali minum
(b)Berapa banyak yang diminum
(c) Apa yang diminum
Pada pertengahan sampai akhir kala I biasanya pasien
akan sangat membutuhkan cairan. Di samping pasien
sudah tidak berselera lagi untuk makan karena rasa sakit
akibat his, juga karena pengeluaran keringat yang
bertambah sehingga membutuhkan pemasukan cairan
yang lebih (Sulistiyawati & Nugraheny, 2010).
186 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
(3) Pola istirahat
Istirahat sangat diperlukan oleh pasien untuk
mempersiapkan energi menghadapi proses persalinannya,
hal ini akan lebih penting lagi jika proses persalinannya
mengalami pemanjangan waktu kala I. Data yang perlu
ditanyakan adalah :
(a) Kapan terakhir tidur
(b)Berapa lama
(c) Aktivitas sehari-hari
Kita perlu mengkaji aktivitas sehari-hari pasien
karena data ini menggambarkan tentang seberapa berat
yang bisa lakukan pasien di rumah (Sulistiyawati &
Nugraheny, 2010).
(4) Personal Hygiene
Data ini perlu kita gali karena akan sangat berkaitan
dengan kenyamanan pasien dalam menjalani proses
persalinannya. Beberapa pertanyaan yang perlu di
tanyakan adalah:
(a) Kapan terakhir mandi, keramas, dan gosok gigi.
(b)Kapan terakhir ganti baju dan celana dalam
(Sulistiyawati & Nugraheny, 2010).
(5) Aktivitas Seksual
Data yang perlu kita tanyakan adalah sebagai berikut:
(a) Keluhan
(b)Frekuensi
(c) Kapan terakhir melakukan hubungan seksual
(Sulistiyawati & Nugraheny, 2010).
2. Data Objektif
a. Keadaan Umum
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 187
Data ini dapat dengan mengamati keadaan pasien secara
keseluruhan (Sulistiyawati & Nugraheny, 2010).
b. Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien
(Sulistiyawati & Nugraheny, 2010).
c. Tanda Vital, meliputi tekanan darah, nadi, pernapasan, dan
suhu.
d. Pemeriksaan Fisik
(1) Rambut
Kaji warna, kebersihan rambut, mudah rontok atau
tidak (Sulistiyawati & Nugraheny, 2010).
(2) Wajah
Seberapa besar nyeri yang dirasakan wajah.
(3) Mata
Kaji konjungtiva merah muda atau anemis, sclera,
kebersihan mata, kelainan pada mata, gangguan
penglihatan (rabun jauh/dekat) (Sulistiyawati &
Nugraheny, 2010).
(4) Hidung
Kaji kebersihan, adanya polip, alergi debu
(Sulistiyawati & Nugraheny, 2010).
(5) Mulut
(a) Bibir
Dilihat warna, integritas jaringan (lembap, kering,
atau pecah-pecah) (Sulistyawati, 2009).
(b)Lidah
Warna dan kebersihan (Sulistyawati, 2009).
(c) Gigi
188 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
Kebersihan gigi, adakah gigi karies, gangguan pada
mulut (bau mulut) (Sulistyawati, 2009).
(6) Telinga
Kaji kebersihan telinga dan gangguan pendengaran.
(7) Leher : Pembesaran kelenjar limfa, parotitis.
(8) Payudara : Bentuk dada, simetris/tidak, bentuk
payudara, besar masing-masing payudara
(seimbang/tidak), hiperpigmentasi areola, teraba massa
nyeri atau tidak, kolostrum, keadaan puting: mennonjol,
datar, atau masuk ke dalam. Kebersihan, bentuk breast
holder (BH), denyut jantung, gangguan pernapasan
(auskultasi).
(9) Abdomen
Kala II
Kontraksi uterus kala II yang bersifat berkala dan
harus diperhatikan adalah lama kontraksi berlangsung 60-
90 detik, kekuatan kontraksi.
Kala III
Kontraksi uterus intensitasnya (kuat, sedang, lemah
atau tidak ada) selama 15 menit pertama.
DJJ normalnya 120-160x/menit(Sumarah et al.,
2009).
(10) Ekstermitas
Kaji gangguan, bentuk ekstremitas, oedem apa tidak,
varises atau tidak (Sulistiyawati & Nugraheny, 2010).
(11) Genitalia
Kaji kebersihan daerah genitalia, pengeluaran cairan
pervaginam, tanda-tanda infeksi vagina, pemeriksaan
dalam (Sulistiyawati & Nugraheny, 2010).
Kala II
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 189
Perubahan serviks pada kala II ditandai dengan
pembukaan lengkap, pada pemeriksaan dalam tidak
teraba lagi bibir portio, segmen bawah rahim (SBR), dan
serviks.
Kala III
Kaji robekan jalan lahir dan perineum dan jumlah
darah yang keluar akibat robekan jalan lahir.
(12) Anus
Adakah haemoroid, kebersihan daerah rektal
(Sulistiyawati & Nugraheny, 2010).
e. Data Penunjang
(1) Pemeriksaan Dalam/Vaginal Toucher (VT)
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan
dalam, menurut (Prawirohardjo, 2010).
(a) Keadaan perineum: utuh atau tidak dan elastis, longgar
atau lembek.
(b) Sistokel dan Rektokel
Sistokel adalah benjolan pada dinding depan vagina
yang disebabkan kelemahan diding belakang kandung
kemih. Rektokel adalah benjolan pada dinding belakang
vagina, yang disebabkan kelemahan dinding depan
rektum.
(c) Pengeluaran pervaginam: Cairan berwarna putih
kekuningan, lendir bercampur darah, cairan ketuban atau
darah.
(d) Serviks: Perlu diperhatikan pembukaan, penipisan,
robekan serviks, dan kekakuan seviks.
(e) Ketuban: Tentukan ketuban utuh atau tidak, dan
menentukan apakah cairan yang keluar betul-betul air
ketuban.
190 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
(f) Presentasi, titik penunjuk, dan posisi: Presentasi
merupakan bagian terbawah janin, titik penunjuk, dan
posisi kepala.
(g) Turunnya Kepala (Bidang Hodge)
Hodge I: Bidang yang setinggi pintu atas panggul
(PAP) yang dibentuk oleh promontorium, artikulasio
sakro-iliaca, sayap sakrum, linea inominata, ramus
superior os pubis, tepi atas simfisis pubis.
Hodge II: Bidang setinggi pinggir bawah simfisis pubis
berhimpit dengan PAP (Hodge I).
Hodge III: Bidang setinggi spina ischikadika berhimpit
dengan PAP (Hodge I).
Hodge IV: Bidang setinggi ujung os soccygis berhimpit
dengan PAP (Hodge I) (Sumarah, 2009).
3. Assesment
Ny. “X” G .... PAPAH inpartu kala …. Fase ….
4. Penatalaksanaan
(1)Kala I
(a) Lakukan pendekatan dan jelaskan pada ibu tentang
kondisi dan hasil pemeriksaan, langkah awal bagi bidan
dalam membina hubungan komunikasi yang efektif dalam
melakukan pendekatan secara terapeutik sehingga proses
KIE akan tercapai secara optimal (Sulistyawati, 2009).
(b) Evaluasi tanda vital, pemeriksaan dalam, tanda bahaya
dalam persalinan secara terus-menerus dengan
menggunakan partograf, mencegah komplikasi yang tidak
diinginkan oleh ibu.
(c) Pantau terus-menerus keadaan bayi (denyut jantung
janin) setiap 1 jam, mencegah komplikasi pada janin.
(d) Atasi ketidaknyamanan selama proses persalinan seperti
sering BAK, punggung pegal, sesak napas, dll (Sulistyawati
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 191
& Nugraheny, 2010), persalinan berjalan lancar dengan
mengatasi gejala yang umum terjadi pada persalinan.
(e) Kurangi rasa nyeri akibat persalinan pada ibu dengan
mengajarkan teknik nonfarmakologik seperti teknik
bernapas dan teknik meneran yang benar, meningkatkan
rasa relaksasi pada ibu.
(f) Kaji penyebab cemas (Sulistiyawati & Nugraheny, 2010),
membantu ibu dengan memberi dukungan untuk
mengatasi penyebab cemas.
(g) Anjurkan ibu untuk mengatur posisi yang diinginkan
selama persalinan, pemenuhan kebutuhan rasa nyaman
pada ibu (Sondakh, 2013).
(2)Kala II
(a) Jelaskan kemajuan persalinan yang diharapkan dan
jelaskan apa yang harus dilakukan selama proses
persalinan (Sulistiyawati & Nugraheny, 2010), pasien
tetap kooperatif terhadap tindakan yang kita lakukan.
(b) Jaga kebersihan ibu (Sulistiyawati & Nugraheny, 2010),
memberikan kenyamanan saat proses persalinan.
(c) Anjurkan ibu mencoba posisi yang nyaman selama
persalinan.
(d) Ajarkan ibu teknik meneran secara efektif, menjaga
perineum meregang pelan dan mengontrol lahirnya kepala
serta mencegah robekan (Saifuddin, 2010).
(e) Penuhi kebutuhan cairan dan nutrisi (Sulistiyawati &
Nugraheny, 2010), wanita bersalin membutuhkan 50-100
kilokalori energi setiap jam, jika tidak terpenuhi, mereka
akan mengalami kelelahan pada otot dan kelaparan yang
sangat (Nurasiah, dkk. 2014).
(f) Libatkan suami atau keluarga dalam persalinan, dengan
hadirnya orang terdekat akan memberikan rasa nyaman
saat proses persalinan sehingga kecemasan ibu berkurang
(Padila, 2014).
192 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
(g) Tolong persalinan sesuai dengan 60 langkah APN
(terlampir), upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi
dengan intervensi seminimal mungkin dengan kualitas
pelayanan yang optimal (Walyani & Purwoastuti, 2015).
(3)Kala III
(a) Kaji tingkat rasa nyeri pasien dan strategi yang ia gunakan
untuk mengatasi rasa nyeri tersebut, pasien menunjukkan
kemampuan untuk mengatasi rasa nyeri berhubungan
dengan peningkatan intensitas dan durasi kontraksi.
(b) Palpasi kandung kemih di atas simfisis secara teratur
untuk mendeteksi kandung kemih yang kosong, tidak
terlihat tanda distensi kandung kemih yang berhubungan
dengan gangguan sensorik karena persalinan.
(c) Observasi TFU, kontraksi uterus dan jumlah perdarahan,
mengetahui keadaan ibu, berapa banyak perdarahan
sebagai pencegahan dan deteksi komplikasi dini.
(d) Tolong persalinan sesuai dengan 60 langkah APN
(terlampir), upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi
dengan intervensi seminimal mungkin dengan kualitas
pelayanan yang optimal (Walyani & Purwoastuti, 2015).
(4)Kala IV
(a) Lanjutkan penanganan dengan 60 langkah APN
(terlampir), upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi
dengan intervensi seminimal mungkin dengan kualitas
pelayanan yang optimal (Walyani & Purwoastuti, 2015).
(b) Lanjutkan pemantauan kontraksi uterus, perdarahan serta
tanda-tanda vital, pastikan komplikasi masa postpartum
terdeteksi sedini mungkin (Walyani & Purwoastuti, 2015).
(c) Ajarkan ibu dan keluarga melakukan massage uterus dan
memeriska kontraksi, merangsang uterus berkontraksi
(Saifuddin, 2010).
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 193
KONSEP ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS
1. Data Subjektif
a. Biodata Bayi
Nama bayi: untuk menghindari kekeliruan.
Tanggal lahir: untuk mengetahui usia neonatus.
Jenis kelamin: untuk mengetahui jenis kelamin bayi.
Umur: untuk mengetahui usia bayi.
Alamat: untuk memudahkan kunjungan rumah.
Biodata Orang Tua
Nama ibu/ayah, umur, agama, pendidikan, pekerjaan,
suku/bangsa, alamat.
b. Keluhan Utama
Ibu mengatakan telah melahirkan bayinya pada tanggal
…. pukul .... WIB. Kondisi ibu dan bayi sehat.
c. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
(1)Riwayat Prenatal
Anak ke berapa, riwayat kehamilan yang
memengaruhi BBL adalah kehamilan yang disertai
komplikasi seperti diabetes melitus (DM), hepatitis,
jantung, asma, hipertensi, TBC, frekuensi antenatal care
(ANC), keluhan selama hamil, HPHT, kebiasaan ibu selama
hamil (Sondakh, 2013).
(2)Riwayat Natal
Berapa usia kehamilan, jam berapa waktu persalinan,
jenis persalinan, lama kala I, lama kala II, BB bayi, PB bayi,
denyut nadi, respirasi, suhu, bagaimana ketuban, ditolong
oleh siapa, komplikasi persalinan dan berapa nilai APGAR
untuk BBL (Sondakh, 2013).
194 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
Tabel Komponen Penilaian APGAR
Skor
Komponen
0 1 2
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 195
Setelah bayi lahir, segera susukan pada ibunya,
apakah ASI keluar sedikit. Kebutuhan minum hari pertama
60 cc/kg BB, selanjutnya ditambah 30 cc/kg BB untuk hari
berikutnya.
Tabel Kebutuhan Dasar Cairan dan Kalori pada Neonatus
Hari Kelahiran Cairan/kg/hari Kalori/kg/hari
Hari ke 1 60 ml 40 kal
Hari ke 2 70 ml 50 kal
Hari ke 3 80 ml 60 kal
Hari ke 4 90 ml 70 kal
Hari ke 5 100 ml 80 kal
Hari ke 6 110 ml 90 kal
Hari ke 7 120 ml 100 kal
Hari ke > 10 150-200 ml >120 kal
196 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
(1) Kesadaran: composmentis
(2) Suhu: normal (36,5-37˚C)
(3) Pernapasan: normal (40-60 kali/menit)
(4) Denyut jantung: normal (120-140 kali/menit)
(5) Berat badan: normal (2500-4000 gram)
(6) Panjang badan: antara 48-52 cm
b. Pemeriksaan Fisik
(1) Kepala: adakah caput succedaneum, chepal hematoma,
keadaan ubun-ubun tertutup.
(2) Muka: warna kulit merah
(3) Mata: sklera putih, adakah perdarahan subconjungtiva
(4) Hidung: lubang simetris, bersih, sekret
(5) Mulut: refleks menghisap baik, adakah palatoskisis
(6) Telinga: simetris, adakah serumen
(7) Leher: adakah pembesaran kelenjar tiroid, adakah
bendungan vena jugularis
(8) Dahi: simetris, adakah retraksi dada
(9) Tali pusat: bersih, adakah perdarahan, terbungkus kasa
(10) Abdomen: simetris, adakah massa, infeksi
(11) Genitalia: untuk bayi laki-laki testis sudah turun, untuk
bayi perempuan, labia mayora sudah menutupi labia
minora
(12) Anus: adakah atresia ani
(13) Ekstremitas: adakah polidaktili dan sIndaktili
c. Pemeriksaan Neurologis
(1) Refleks Moro/Terkejut: apabila bayi diberi
sentuhan mendadak terutama dengan jari dan tangan,
maka akan menimbulkan gerak terkejut.
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 197
(2) Refleks Menggenggam: apabila telapak tangan bayi
disentuh dengan jari, maka ia akan berusaha
menggenggam jari yang menyentuh.
(3) Refleks Rooting/Mencari: apabila pipi bayi disentuh,
makan ia akan menoleh dan mencari sentuhan itu.
(4) Refleks Mengisap/Sucking: apabila bayi diberi
dot/puting, maka ia akan berusaha mengisap.
(5) Glabella Refleks: apabila bayi disentuh di daerah
dahinya, ia akan berkedip.
(6) Tonick Neck Refleks: apabila bayi diangkat dari tempat
tidur (digendong), maka ia akan berusaha mengangkat
kepalanya (Sondakh, 2013).
(7) Refleks Babinski: usap telapak kaki sepanjang tepi
luar mulai dari tumit, ia akan mengembangkan jari
kakinya.
(8) Refleks Ekstrusi: sentuhkan ujung jari/spatel lidah
ke ujung lidah, ia akan menjulurkan lidahnya (Hidayat,
2008).
d. Pemeriksaan Antropometri
Berat badan: normalnya 2500-4000 gram
Panjang badan: normalnya 48-52 cm
Lingkar kepala: normalnya 33-38 cm
Lingkar lengan atas: normalnya 10-11 cm
Lingkar bahu: normalnya 34 cm
Lingkar bokong: normalnya 27 cm
Ukuran kepala:
Diameter
(1)Diameter suboksipitobregmantika: 9,5 cm
(2)Diameter frontooksipitalis: 12 cm
(3)Diameter mentooksipitalis: 13,5 cm
198 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
(4)Diameter submentobregmantika: 9,5 cm
Diameter melintang
(1)Diameter biparietalis: 9,5 cm
(2)Diameter bitemporalis: 8 cm
Circumferensia (keliling)
(1)Cirkumferensial fronto occipitalis: 34 cm
(2)Cirkumferensial mento occipitalis: 35 cm
(3)Cirkumferensial sub occipito bregmantika: 32 cm
(Sumarah et al., 2009).
3. Assesment
By. Ny. “X” usia ….
4. Penatalaksanaan
Intervensi Bayi Baru Lahir:
(1)Lakukan informed consent, merupakan langkah awal untuk
melakukan tindakan lebih lanjut.
(2)Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, cuci
tangan merupakan prosedur pencegahan kontaminasi silang.
(3)Beri identitas bayi, cara yang tepat untuk menghindari
kekeliruan.
(4)Bungkus bayi dengan kain kering yang lembut, membungkus
bayi merupakan cara mencegah hipotermi.
(5)Rawat tali pusat dengan cara membungkus dengan kasa, tali
pusat yang terbungkus merupakan cara mencegah infeksi.
(6)Timbang berat badan setiap hari setelah dimandikan, deteksi
dini pertumbuhan dan kelainan pada bayi.
(7)Ukur suhu tubuh bayi, denyut jantung, dan respirasi setiap
jam, deteksi dini terhadap terjadinya komplikasi.
(8)Anjurkan ibu untuk mengganti popok setelah BAK/BAB,
menghindari bayi dari kehilangan panas.
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 199
(9)Anjurkan ibu untuk memberikan ASI Ekslusif, ASI adalah
makanan terbaik untuk tumbuh kembang dan pertahanan
tubuh bayi, kebutuhan 60 cc/kg/hari.
(10) Anjurkan ibu cara menyusui yang benar, maka bayi akan
merasa nyaman dan tidak tersedak, dengan posisi menyusui
yang benar maka bayi akan merasa nyaman dan tidak
tersedak (Sondakh, 2013).
200 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
komposisi ASI dibedakan menjadi 3 macam berdasarkan tabel
sebagai berikut:
Tabel Kandungan ASI
Kandungan Kolostrum Transisi ASI
Energi 57,0 63,0 65,0
Laktosa (gr/100 ml) 6,5 6,7 7,0
Lemak (gr/100 ml) 2,9 3,6 3,8
Protein (gr/100ml) 1,195 0,965 1.324
Mineral (gr/100ml) 0,3 0,3 0,2
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 201
udara, lipatlah popok di bawah tali pusat jika tali pusat terkena
kotoran tinja, cuci dengan sabun dan air bersih dan keringkan
dengan benar.
Kunjungan Neonatus (KN) II : 3-7 Hari
(1)Menjaga tali pusat dalam keadaan bersih dan tetap kering.
(2)Menjaga kebersihan bayi.
(3)Pemeriksaan tanda bahaya seperti infeksi bakteri, ikterus,
diare, berat badan rendah dan masalah pemberian ASI.
(4)Memberikan ASI Bayi harus disusukan minimal 10-15 kali
dalam 24 jam dalam 2 minggu pascapersalinan.
Kunjungan Neonatus (KN) III: 8-28 Hari
(1)Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI
ekslusif pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan
bayi baru lahir di rumah dengan menggunakan buku KIA.
(2)Penanganan rujukan kasus bila diperlukan (Jitowiyono &
Kristiyanasari, 2010).
LATIHAN SOAL
1. Seorang bayi laki-laki baru saja lahir spontan aterm di BPM Ny.
Yuli. Kulit dan ekstremitas berwarna biru, tidak ada gerakan,
nadi 80 x/menit, napas megap-megap, ketuban bercampur
mekonium. Berat 2900 gr, PB 49 cm, suhu 360C. Apakah yang
menjadi faktor risiko bayi tersebut asfiksia?
a. Usia kehamilan
b. Usia ibu
c. Berat badan lahir <3000 gr
d. Ketuban mekonium
e. APGAR Skor <5
202 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
2. Seorang bayi laki-laki baru saja lahir spontan aterm di BPM Ny.
Yuli. Kulit dan ekstremitas berwarna biru, tidak ada gerakan,
nadi 80 x/menit, napas megap-megap, ketuban bercampur
mekonium. Berat 2900 gr, PB 49 cm, suhu 360C. Berdasarkan
data apa saja bayi dikatakan asfiksia?
a. Ketuban campur mekonium dan napas megap-megap
b. Napas megap-megap dan tidak ada gerakan
c. Warna kulit biru dan ketuban campur mekonium
d. Warna kulit dan ekstremitas kebiruan dan nilai APGAR
e. Napas megap-megap dan warna kulit
3. Seorang bayi laki-laki baru saja lahir spontan aterm di BPM Ny.
Yuli. Kulit dan ekstremitas berwarna biru, tidak ada gerakan,
nadi 80 x/menit, napas megap-megap, ketuban bercampur
mekonium. Berat 2900 gr, PB 49 cm, suhu 360C. Tindakan
apakah yang pertama harus dilakukan bidan?
a. Jepit tali pusat, kemudian potong, melakukan langkah awal
resusitasi (HAIKAP).
b. Keringkan bayi, jepit tali pusat, kemudian potong, langkah
awal resusitasi (HAIKAP).
c. Keringkan bayi, isap lendir, jepit tali pusat, potong, langkah
awal resusitasi (HAIKAP).
d. Isap lendir, keringkan bayi, jepit tali pusat, potong, langkah
awal resusitasi (HAIKAP).
e. Isap lendir, jepit tali pusat, kemudian potong, langkah
awal resusitasi (HAIKAP).
4. Seorang bayi laki-laki baru saja lahir spontan aterm di BPM Ny.
Yuli. Kulit dan ekstremitas berwarna biru, tidak ada gerakan,
nadi 80 x/menit, napas megap-megap, ketuban bercampur
mekonium. Berat 2900 gr, PB 49 cm, suhu 360C. Seorang ibu
umur 27 tahun baru saja melahirkan spontan di BPM kehamilan
cukup bulan, bayi menangis dengan kuat, warna kulit merah,
gerakan aktif. Bidan telah melakukan langkah awal
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 203
penatalaksanaan bayi asfiksia, namun bayi masih belum berhasil.
Tindakan apakah yang harus dilakukan bidan?
a. Memberi konseling pada keluarga
b. Melakukan pijat jantung
c. Segera melakukan rujukan
d. Meminta pertolongan/bantuan
e. Memberikan ventilasi
5. Seorang bayi laki-laki baru saja lahir spontan aterm di BPM Ny.
Yuli. Kulit dan ekstremitas berwarna biru, tidak ada gerakan,
nadi 80 x/menit, napas megap-megap, ketuban bercampur
mekonium. Berat 2900 gr, PB 49 cm, suhu 360C. Seorang ibu
umur 27 tahun baru saja melahirkan spontan di BPM kehamilan
cukup bulan, bayi menangis dengan kuat, warna kulit merah,
gerakan aktif. Bidan telah melakukan langkah awal
penatalaksanaan bayi asfiksia, Bayi menangis kuat dan gerakan
aktif. Tindakan apakah yang harus dilakukan bidan?
a. Menghisap lendir
b. Menyuntik Vit.K 0,1 mg
c. Mengikat tali pusat, IMD
d. Menghangatkan bayi di inkubator
e. Rawat gabung dengan ibunya
204 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
GLOSARIUM
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 205
13.Intensitas his: kekuatan his (kuat atau lemah).
14.Interval his: jarak antara his satu dengan his berikutnya,
misalnya his datang tiap 2-3 menit.
15.Power: kekuatan yang mendorong janin keluar. Kekuatan yang
mendorong janin keluar dalam persalinan ialah his, kontraksi
otot-otot perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari ligamen
dengan kerjasama yang baik dan sempurna.
16.Presentasi: dipakai untuk menentukan bagian janin yang ada di
bagian bawah rahim yang dijumpai pada palpasi atau pada
pemeriksaan dalam. Misalnya presentasi kepala, presentasi
bokong, presentasi bahu, dan lain-lain.
17.Pain Relief : mengurangi rasa sakit.
18.HIS (kontraksi uterus): kontraksi uterus karena otot-otot polos
rahim bekerja dengan baik dan sempurna dengan sifat-sifat:
kontraksi simetris, fundus dominan, kemudian diikuti relaksasi.
Pada saat kontraksi otot-otot rahim menguncup sehingga
menjadi tebal dan lebih pendek. Kavum uteri menjadi lebih kecil
mendorong janin dan kantong amnion ke arah bawah rahim dan
serviks.
19.Frekuensi his: jumlah his dalam waktu tertentu biasanya
permenit atau per 10 menit.
20.Sikap (habitus): menunjukkan hubungan bagian-bagian janin
dengan sumbu janin, biasanya terhadap tulang punggungnya.
Janin umumnya dalam sikap fleksi di mana kepala, tulang
punggung, dan kaki dalam keadaan fleksi, lengan bersilang di
dada.
21.Letak (situs): bagaimana sumbu janin berada terhadap sumbu
ibu misalnya, letak lintang di mana sumbu janin tegak lurus pada
sumbu ibu. Letak membujur di mana sumbu janin sejajar dengan
sumbu ibu, ini bisa letak kepala atau letak sungsang.
206 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
DAFTAR PUSTAKA
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 207
Prawirohardjo, S. (2012). Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Sastrawinata, & R. Sulaiman. (2012). Obstetri Patologi, Fakultas
Kedokteran Universitas Padjajaran, Bandung : Elstar Offset.
Sylvia Verrals. (2012). Modul Hemoragi Post Partum, Jakarta : ECG.
Sumarah, Widyastuti, Y. & Wiyati, N. (2012). Perawatan Ibu Bersalin.
Yogyakarta: Fitramaya.
Sarwono Prawirohardjo. (2012). Ilmu Kebidanan Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Saifuddin, A.B., ed., (2012). Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Sulistiyawati, A. & Nugraheny, E. (2012). Asuhan Kebidanan pada
Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba Medika.
Wahyuni, S. (2012). Asuhan Neonatus, Bayi, & Balita. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sondakh, J.J.S. (2013). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru
Lahir. Jakarta: Erlangga.
Walyani, E.S. & Purwoastuti, E. (2015). Asuhan Kebidanan Persalinan
dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBPSP
http://adheanwaradhe.blogspot.com/2009/04/persalinan-dgn-
penyulit-kala-iii-dan-iv.html
http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/artikellengkap-
atonia-uteri_25.html
http://retensioplasenta.blogspot.com/2013/01/retensio-
plasenta.html
http://itatinastinawati16.blogspot.com/p/robekanjalan-lahir.html
http://susanasaklin.blogspot.com/2013/04/inversiouteri.html
208 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
LAMPIRAN 4. BIODATA KETUA DAN ANGGOTA TIM PENELITI
Peneliti Utama
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Sulis Diana, M.Kes.
5 NIDN 0724047301
7 e-mail Diana.sulis6@gmail.com
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 209
A. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2
Nama Perguruan D-4 Stikes Husada UGM
Tinggi Jombang
Bidang Ilmu Kesehatan KIA Kespro
Masyarakat
Tahun Masuk-Lulus 2008-2009 2004-2006
Judul Skripsi Hubungan Hubungan Strie
Amniotomy dengan Gravidarum
Lama Kala I Aktif di dengan
RB Muslimat Desa Kejadian
Selorejo Mojowarno Laserasi pada
Perineum
Nama Pembimbing Suliah Hadi,M.M. Prof. M.Hakimi
210 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
2 2015 Pengaruh Poltekkes Rp5.000.000,0
Pemakaian KB Majapahit 0
Hormonal Mojokerto
(Oral, Suntik,
Implan)
Terhadap
Peningkatan Ph
Saliva di
Rumah Sakit
Muslimat Desa
Selorejo Kec.
Mojowarno
Kab. Jombang
3 2013 Pengaruh DIKTI Rp13.500.000,
Yogurt, Teh 00
Rosella dan
Napas dalam
terhadap
Penurunan
Tekanan Darah
pada Ibu Hamil
di RSUD dr.
Wahidin
Sudirohusodo
Mojokerto
5 2013 Pengaruh Jus Dikti Rp13.000.000,
Pisang Hijau 00
dan Air Kelapa
terhadap
Penurunan
Tekanan Darah
Pada Lansia di
Panti Wreda
Mojokerto.
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 211
C. Pengalaman Pengabdian Masyarakat Dalam 5 Tahun
Terakhir
Judul Pendanaan
Pengabdian
No Tahun
Kepada Sumber Jumlah
Masyarakat
Pendampingan
Dana dari
dalam Program
Surat Tugas Provinsi Jawa
GEBRAK
Nomor: 856 Timur dan
2015- (Gerakan
1 /ST- Dinas
2016 Bersama
PKM/IV.b/2 Kesehatan
Amankan
015 Kab.
Kehamilan dan
Mojokerto
Persalinan)
Pembicara
dalam
Pendidikan dan
2 2015
Pelatihan
Tentang KB
Permanen.
3 2015 Penyuluhan Poltekkes Rp2.000.000,0
tentang ASI Majapahit 0
Eksklusif di
Desa Sooko Kec.
Sooko.
4 2016 Pelatihan Poltekkes Rp2.000.000,0
Perawatan Tali Majapahit 0
Pusat di Desa
Gemekan Sooko
Mojokerto.
5 2016 Konsultasn Poltekkes Kerja sama
Tingkat Majapahit dengan TK
Kesehatan dan Islam Al
Tumbang ANAK Kholifa
TK.
212 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
6 2016 MEMBANTU Surat Tugas Program
Pelaksanaan Nomor: 241 Bersama
Program PIN /ST- Puskesmas
2016 di PKM/IV.b/2 Sooko
Puskesmas 016
Sooko.
7 2017 Revitalisasi Puskesmas
Posyandu di Sooko
Sooko
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 213
2 Pengaruh Jurna Jurnal Ilmiah Kesehatan “Jurnal
Terapi non lIlmiah Penelitian Kesehatan ” Vol 13.
Farmakology Kesehata No.1 (2016) Download dari:
Yogurt n “Jurnal http://ejournal.stikes-
terhadap Penelitia ppni.ac.id/index.php/keperawa
penurunan n” tan-bina-
Tekanan sehat/article/view/261
darah ibu
hamil
hipertensi di
Puskesmas
Gayaman
Kec.
Gayaman
Kab.
214 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
4 Pengaruh Jurnal Jurnal Kebidanan Akbid Ar-
Permainan Kebidana Rahma “Health Sciences
Origami n Akbid Journal” Vol 1 No.2.
terhadap Ar-
Perkembang Rahma
an Motorik “Health Web:
Halus pada Sciences” http://repository.poltekkesmaj
Anak Paud apahit.ac.id/index.php/pd/artic
Umur 3-4 le/view/837/638
Tahun di TK
Al-Kholifa
Desa
Selorejo Kec.
Mojowarno
Kab.
Jombang
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 215
E. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 5
Tahun Terakhir
Nama
Pertemuan Waktu dan
No Judul Artikel Ilmiah
Ilmiah/ Tempat
Seminar
216 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
3 Unwahas Terapi Non Prociding
Farmakology Seduhan Seminar Sains
teh Rosella terhadap dan Technology
Penurunan Tekanan ke-7 tahun
Darah Ibu Hamil 2016.
Hipertensi di
ISBN: 978-602-
Puskesmas Gayaman
99334-5-1 dan
Kab. Mojokerto
e-ISBN: 978-
602-99334-6-8.
Web:
http://publikasi
ilmiah.unwahas.
ac.id/index.php
/PROSIDING_SN
ST_FT/article/vi
ew/1476/1560
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 217
4 Unwahas Dukungan Keluarga Prociding
dengan Pelaksanaan Seminar Sains
Inisiasi Menyusu Dini dan Technology
pada Ibu Post Partum ke-7 tahun
di BPS Sri Sulasmiati 2016.
Desa Wonoayu Pilang
ISBN: 978-602-
Kenceng Madiun
99334-5-1 dan
e-ISBN: 978-
602-99334-6-8.
Web:
http://publikasi
ilmiah.unwahas.
ac.id/index.php
/PROSIDING_SN
ST_FT/article/vi
ew/1475/1559
218 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
F. Karya Buku dalam 5 Tahun Terakhir
No Judul Buku Tahun Jumlah Penerbit
Halaman
1 Brain Gym Stimulasi 2016 124
Perkembangan Anak
PAUD I
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 219
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Anggota 1
01. Nama : ERFIANI
MAIL, S.ST.,
SKM., M.Kes.
02. NIP/NIY : 220 250 057
03. Program Studi : PRODI D-III
KEBIDANAN
04. Tempat/tanggal lahir : AMBON, 5
JULI 1976
05. Agama : ISLAM
Jenis Kelamin : PEREMPUAN
06. Pangkat/Golongan/ :
terhitung mulai tanggal :
07. Jabatan Struktural Akademik
(Asisten Ahli, Lektor, dll) :
08. Alamat kantor : JLN. RAYA
GAYAMAN
KM.02
MOJOANYAR,
MOJOKERTO
No. Telpon/Fax/HP : (0321)
329915
E-mail :
09. Alamat rumah : JL. NANGKA
No. 44 RT 001
RW 004
KELURAHAN
WATES
KECAMATAN
MAGERSARI
220 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
No. Telpon/fax/HP : 08123085081
1/085731327
673
10. Keluarga : :
Tanggal
Nama
Lahir
Istri/Suami : BEKTI 22-11-
SUPRAPTO 1973
Anak 1 : MUHAMMAD 18-04-
RAFIF CHIZHI 2012
SUPRAPTO
Anak 2 :
Anak 3 :
Anak 4 :
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 221
14. Riwayat Pendidikan
222 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
Pembim Wijayanegara, M.Kes. M.Kes.
bing/ dr., SpOG (K)
2. Eka Diah 2. Oedojo
Promoto
2. Ono Kartiningrum, Soedirham,
r
Suryatmana, dr., SKM. dr., MPH., MA.,
SpOG PhD.
ASUHAN D-3
KEBIDDANA Kebidanan
2011/
1 N √ Poltekkes
2012
PERSALINA Majapahit
N
D-3
PROMOSI 2011/ Kebidanan
2 √
KESEHATAN 2012 Poltekkes
Majapahit
D-3
KONSEP 2012/ Kebidanan
3 √
KEBIDANAN 2013 Poltekkes
Majapahit
ASUHAN D-3
KEBIDANAN 2012/ Kebidanan
4 √
PERSALINA 2013 Poltekkes
N Majapahit
KOMUNIKAS D-3
2012/
5 I √ Kebidanan
2013
KONSELING Poltekkes
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 223
Majapahit
D-3
KESEHATAN
2013/ Kebidanan
6 MASYARAKA √
2014 Poltekkes
T
Majapahit
ASUHAN D-3
KEBIDANAN Kebidanan
2013/
7 PERSALINA √ Poltekkes
2014
N BAYI Majapahit
BARU LAHIR
D-3
DELIVERY
2013/ Kebidanan
8 PREPORATI √
2014 Poltekkes
ON
Majapahit
D-3
ASUHAN
2013/ Kebidanan
9 KEBIDANAN √
2014 Poltekkes
KEHAMILAN
Majapahit
D-3
KESEHATAN
2013/ Kebidanan
10 MASYARAKA √
2014 Poltekkes
T
Majapahit
D-3
KEBUTUHA
2016/ Kebidanan
11 N DASAR √
2017 Poltekkes
MANUSIA
Majapahit
D-3
ASUHAN
2016/ Kebidanan
12 KEBIDANAN √
2017 Poltekkes
KOMUNITAS
Majapahit
D-3
KEWIRAUSA 2016/ Kebidanan
13 √
HAAN 2017 Poltekkes
Majapahit
224 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
√ D-3
ETIKA DAN 2016/ Kebidanan
14
AGAMA 2017 Poltekkes
Majapahit
METODELOG √ D-3
I Kebidanan
PENELITIAN 2016/ Poltekkes
15
DAN 2017 Majapahit
STATISTIK
DASAR
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 225
Pengaruh
Karakteristik
Keluarga dan
Pola Asuh
Anak
2014
Terhadap
Sibling
Rivalry Pada
Balita Usia
2 Mandiri Dikti
TODLER
(Studi di
Wilayah
Kerja
Puskesmas
Putat
Kecamatan
Tanggulangi
n Sidoarjo)
Pengaruh 2016
Jam Kerja
Terhadap
Keberhasilan
3 ASI Eksklusif Mandiri Lembaga
di
Puskesmas
Kedundung
Mojokerto
Status 2016
Pekerjaan
Ibu dengan
Pemberian
Susu
4 Formula Mandiri Lembaga
Pada Bayi
Usia 0-6
Bulan di
Desa
Wonosari
226 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
Kecamatan
Ngoro-
Mojokerto
Penatalaksa 2016
naan Awal
Kejang
Demam Pada
5 Anak di Poli Mandiri Lembaga
Anak Rumah
Sakit
Bhayangkara
Surabaya
Karakteristi 2017
k Pekerjaan
6 Terhadap Mandiri Lembaga
Keberhasilan
ASI Eksklusif
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 227
Kala II Di BPS NOVEMBER 2011
Sri Wahyuni
Amd. Keb. Desa
Melirang
Bungah Gresik
Pengaruh Jam JURNAL
Kerja Terhadap HOSPITAL
Keberhasilan MAJAPAHIT VOL
2016/
2 ASI Eksklusif di 9 NO 1 UTAMA
2017
Puskesmas FEBRUARI 2017
Kedundung
Mojokerto Puskesmas Kedundung Mojokerto
Status JURNAL
Pekerjaan Ibu KEPERAWATAN
dengan MALANG VOL 2 2016/
3 UTAMA
Pemberian Susu NO 1 JUNI 2017 2017
Formula Pada
Bayi Usia 0-6 Bulan Di Desa Wonosari Kecamatan
Penatalaksanaa JURNAL
n Awal Kejang HOSPITAL
Demam pada MAJAPAHIT VOL
Anak di Poli 9 NO 2 2016/
4 UTAMA
Anak Rumah NOVEMBER 2017 2017
Sakit
Bhayangkara
Surabaya
Karakteristik PROSIDING
Pekerjaan SEMINAR
Terhadap NASIONAL HASIL
Keberhasilan PENELITIAN
2017-
5 ASI Eksklusif DAN UTAMA
2018
PENGABDIAN
MASYARAKAT
SERI KE-1
TAHUN 2017
228 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
18. Daftar kegiatan seminar ilmiah/ lokakarya/ penataran/
workshop/ pagelaran/ pameran/ peragaan pada lima
tahun terakhir (2012-2017)
Jenis Partisipasi
Nama Tempat Waktu
No Pesert
Kegiatan Kegiatan Kegiatan Penyaji
a
Seminar Auditoriu 14 Juli √
kebidana m 2012
n Polteekke
“Tatalaks s
ana Majapahit
Kegawatd Mojokert
aruratan o
Pra dan
PascaPers
1
alinan
Serta
Tren
Busana
dan Jilbab
dalam
Etika
Pelayana
n”
Seminar Gedung 20 Oktober √
Kesehata Dharma 2012
n “Cardio- SPN
2
Obstetri Mojokert
dan o
Psikologi”
Seminar Gedung 9 Januari √
Kebidana Pararel 2013
3
n Poltekkes
“Fertilisas Majapahit
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 229
i dan Bayi
Tabung”
Seminar Gedung 26 januari √
Kesehata Pararel 2013
n Poltekkes
“Refresh Majapahit
ment of
4
Research
Methods
for
Civities
Academy”
Seminar Auditoriu 22 Juni √
Kebidana m 2013
n “Dalam Poltekkes
5
Rangka Majapahit
HUT IBI
ke 62”
Seminar Auditoriu 26 Oktober
Kesehata m STIKES 2013
n Bina
“Strategi Sehat
Penuruna PPNI
n Mojokert
Kematian o
Ibu, Peran
6
Bidan di
Era BPJS,
dan
Sosalisasi
Jaminan
Kesehata
n
Nasional”
Seminar Auditoriu 20 Januari √
7
Preparing m 2014
230 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
Helthy Poltekkes
Aging Majapahit
Workshop Sekretari 24-25 √
Manajem at IBI Maret 2014
en Cabang
Asfiksia Mojokert
8 dan o
Kesehata
n
Reproduk
si
Workshop Fakultas 11 April √
Penulisan IKM 2015
9
Jurnal UNAIR
Ilmiah
Capacity Fakultas 28 √
Building IKM November
10
Mahasisw UNAIR 2015
a S-2 IKM
Pendampi Fakultas 30 √
ngan IKM November
Perancan UNAIR 2015
11
gan
Penelitian
Kualitatif
Seminar Hall 14 Maret √
Kebidana Almas 2015
n Muscab resto
VI IBI Mojokert
Cab. o
12 Kab.Mojo
kerto
“Kepemi
mpinan
Dari Hati
dalam
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 231
rangka
Penguata
n Profesi
Bidan”
Bakti Surabaya 1 Juli- 30 √
Sosial September
Pelayana 2015
n KB
(IUD,
Implant)
&
13 Pelayana
n IVA
Dalam
Rangka
HUT IBI
Ke-64
Tahun
2015
Seminar Conventio 28 Agustus √
Sehari n Hall, De 2015
HUT IBI Resort
Ke 64 Hotel
Tahun
2015 “
Bidan
mengawa
l 1.000
14
Hari
Pertama
Kehidupa
n
Mewujud
kan
Generasi
Berkualit
as”
232 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
Worksho Aula KPP 22 Oktober √
p Pratama 2015
Pelayana Mojokert
n o
keehatan
Ibu dan
Anak
15
Terpadu
Serta
Kewajiba
n
Perpajaka
n Bagi
Bidan
Seminar Conventio 23 April √
Kebidana n Hall, De 2016
n Resort
“Penguata Hotel
n Peran
Bidan
Dalam
Pemberd
ayaan
Perempu
an dan
16
Keluarga
Untuk
Menduku
ng
Pencapaia
n SDG’s
(SUSTAIN
ABLE
DEVELOP
MENT
GOALS)
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 233
Managem Fakultas 2016
ent of Kedokter
Pre/Ecla an UNAIR
mpsia
Mini Conventio 13 √
Simposia n Hall, De November
18
2016 Resort 2016
Hotel
Seminar Hotel 19 √
kesehatan Raden November
“Strategi Wijaya 2016
Komunik Mojokert
asi o
Kesehata
n Dalam
19
Menghad
api
Masyarak
at
Ekonomi
ASEAN
(MEA)
Pelatihan P2KT 19-23 √
Standardi Surabaya Desember
sasi 2016
Penagana
n Gawat
20
Darurat
Obstetri
Neonatal
(PPGDON
)
Worksho Stikes 28-29 √
21 p Majapahit November
Penyusun 2017
an Buku
234 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
Ajar
Memberi 4 Juni
kan 2013
Penyuluh
an
Deteksi Desa
Dini Pulorejo Rp2.000.
2 Lembaga
Risiko 000,00
Tinggi
Pada Ibu
hamil
Memberi Desa 4
kan Kaligoro Febua
Penyuluh Kecamata Rp1.500. ri
3 an n Lembaga 2014
000,00
Imunisasi Kutorejo
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 235
Memberi Nove
kan mber
Pelayana 2016-
Desa
n Rp1.500. Januar
4 Karangjer Lembaga
“Kesehata 000,00 i 2017
uk
n
Reproduk
si”
Bakti Wilayah 5 Mei-
Sosial Kerja 5 Juli
Pelayana PKM Puri, 2017
Rp1.500.
5 n KB PKM Lembaga
000,00
MKJP & Gayaman,
pelayana PKM
n IVA Bangsal
Pendidik Agust
an dan us-
Pelatihan Desa Oktob
Rp2.700.
6 Upaya Karangjer Lembaga er
000,00
Peningkat uk 2017
an Gizi
Ibu Hamil
Memberi Febua
kan ri-Juli
Pelayana 2018
n
Desa Rp3.000.
7 Kesehata Lembaga
Gayaman 000,00
n Hidup
Sehat
dengan
Lansia
*Diknas, institusi luar Diknas, institusi luar negeri, biaya sendiri,
institusi yang bersangkutan.
236 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
selama lima tahun terakhir(2012-2017)
Jenis
(Buku*, Diktat Tahun
No Judul Tempat/P
Kuliah, Terbit
enerbit
Modul/Handout,
Makalah**)
1 Kesehatan Buku Ajar Kekata 2017
Masyarakat Publisher
Untuk
Kebidanan
2
3
Buku*: Buku yang dicetak oleh penerbit
Makalah**: Makalah Ilmiah Populer untuk surat kabar/majalah
21. Daftar kegiatan lain-lain (pengalaman organisasi,
profesional, keanggotan, dll) pada lima tahun terakhir
(2012-2017)
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 237