Anda di halaman 1dari 249

Percayalah,

Bahwa Tuhan telah merencanakan


setiap pertemuan-pertemuan hebat sejak jauh-jauh hari.
Dengan maksud yang kini belum kita mengerti,
dengan maksud yang masih harus kita cari dan pahami.
Termasuk pertemuan Anda dengan buku ini. Hari ini.
Selamat Berkelana!

GERAKAN MENULIS BUKU INDONESIA

i
Sanksi Pelanggaran Pasal 113
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014
Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987
Perubahan atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982
Perubahan atas Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002

Tentang Hak Cipta


(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau
pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau
huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara
paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau
pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau
huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara
paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang
dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling
lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah). Pasal 114 Setiap Orang yang
mengelola tempat perdagangan dalam segala bentuknya yang dengan sengaja
dan mengetahui membiarkan penjualan dan/atau penggandaan barang hasil
pelanggaran Hak Cipta dan/atau Hak Terkait di tempat perdagangan yang
dikelolanya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, dipidana dengan pidana
denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Pasal 115 Setiap
Orang yang tanpa persetujuan dari orang yang dipotret atau ahli warisnya
melakukan Penggunaan Secara Komersial, Penggandaan, Pengumuman,
Pendistribusian, atau Komunikasi atas Potret sebagaimana dimaksud dalam Pasal
12 untuk kepentingan reklame atau periklanan untuk Penggunaan Secara
Komersial baik.

ii
BUKU AJAR
ASUHAN KEBIDANAN
PERSALINAN DAN BAYI BARU
LAHIR

SULISDIANA, M.Kes.
ERFIANI MAIL, M.Kes.
ZULFA RUFAIDA, M.Sc.

iii
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYU BARU LAHIR
Copyright © Sulisdian, M. Kes., Erfiani Mail, M. Kes., & Zulfa Rufaida, M. Sc.

Penulis: Sulisdian, M. Kes., Erfiani Mail, M. Kes., & Zulfa Rufaida, M. Sc.
Editor: Shinta Dewi
Penata Letak: F. D. Abdillah
Penata Sampul: A. Raditya Pramono

Cetakan Pertama, April 2019


xii + 237 hal; 14,8 x 21 cm
ISBN:

CV OASE GROUP
Jalan Kartika, Gang Sejahtera 1 No. 3, Jebres,
Surakarta, Indonesia

Dicetak oleh
Percetakan CV Oase Group
Isi di luar tanggung jawab percetakan

Anggota IKAPI Provinsi Jawa Tengah


Katalog Dalam Terbitan
Hak cipta dilindungi Undang-Undang
All Right Reserved
Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau
seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit

iv
PRAKATA

A
lhamdulillahirabbil’alamin, segala puja dan puji syukur
penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha Penyayang. Tanpa
karunia-Nya, mustahil naskah buku ini terselesaikan tepat
waktu mengingat tugas dan kewajiban lain yang bersamaan hadir.
Semoga buku ini dapat bermanfaat dan membantu para mahasiswa
kebidanan atau Program Studi Keperawatan yang sedang
mempelajari Asuhan Kebidanan Persalinan yang meliputi definisi,
gejala dan tanda persalinan, kala 1-IV, serta kebutuhan ibu bersalin.
Penulis berharap buku ini bisa menjadi salah satu pendukung dalam
upaya peningkatan pengetahuan dan wawasan tenaga kesehatan
sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat.
Buku ini disusun berdasarkan struktur pembelajaran mata ajar
Asuhan Kebidanan Persalinan pada Program Studi D-3 Kebidanan.
Metode pembelajaran meliputi: ceramah, small groupdiscussion
(SGD), presentasi, dan pengalaman belajar praktik untuk
menerapkan berbagai keterampilan yang telah didapatkan. Mata
ajar ini didukung dengan Praktik Klinik Kebidanan 2.
Buku ini dikembangkan dari berbagai buku teks, seperti
tercantum pada daftar bacaan, ditambah dengan berbagai hasil
penelitian, lokakarya nasional, dan karya ilmiah. Untuk
mempermudah pemahaman, ditambahkan contoh dan latihan soal-
soal Asuhan Kebidanan Persalinan.
Terselesaikannya penulisan buku ini juga tidak terlepas dari
bantuan beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan
terima kasih kepada Lembaga Stikes Majapahit Mojokerto, dosen,
serta mahasiswa. Dengan kepercayaan tersebut, penulis
berkeyakinan bahwa itu dapat mendukung penulis dalam upaya
meningkatkan kualitas diri dan karya untuk waktu yang akan
datang.

v
Meskipun telah berusaha untuk menghindari kesalahan,
penulis menyadari juga bahwa buku ini masih mempunyai
kelemahan sebagai kekurangannya. Oleh karena itu, penulis
berharap agar pembaca berkenan menyampaikan kritikan. Dengan
segala pengharapan dan keterbukaan, penulis menyampaikan rasa
terima kasih dengan setulus-tulusnya. Kritik merupakan perhatian
agar dapat menuju kesempurnaan. Akhir kata, penulis berharap
agar buku ini dapat membawa manfaat kepada pembaca. Secara
khusus, penulis berharap semoga buku ini dapat membantu
mahasiswa dalam memahami mata kuliah Asuhan Kebidanan
Persalinan. Jadilah tenaga kesehatan dan bidan yang professional,
bermartabat, kreatif, dan mandiri.

Mojokerto, Desember 2017

Penulis

vi
KATA PENGANTAR

D
i Indonesia angka kematian maternal dan perinatal masih
cukup tinggi. Padahal jumlah pelayanan kesehatan dan
tenaga kesehatan di Indonesia, asuhan bersalin normal
(APN) diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis
ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat
kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian pada masa
nifas, 24 jam pertama (Saiffudin, dkk: 2002).
Mortalitas dan mordibitas pada wanita bersalin adalah masalah
besar di negara berkembang. Kematian saat melahirkan biasanya
menjadi faktor utama mortalitas wanita muda pada puncak
produktivitasnya.
Bagi mahasiswa D-3 Kebidanan, perlu mempelajari kesehatan
masyarakat dalam praktik kebidanan. Untuk itu disusun buku ajar
asuhan kebidanan sebagai panduan dalam penerapan dalam
kebidanan.
Kami ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada
semuapihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan
buku ajar ini.
Penulis

vii
DAFTAR ISI

PRAKATA ........................................................................................................ v
KATA PENGANTAR ................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ x
TINJAUAN MATA KULIAH ....................................................................... xi
BAB I FISIOLOGI PERSALINAN ................................................................1
A. Pengertian ..................................................................................................... 1
B. Sebab-Sebab Mulainya Persalinan ...................................................... 2
C. Tahapan Persalinan ................................................................................... 4
D. Tujuan dan Prinsip Asuhan Persalinan ............................................. 6
E. Tanda dan Gejala Persalinan .............................................................. 11
F. Kemajuan Persalinan Dengan Partograf........................................ 14
G. Perubahan Fisiologi pada Ibu Bersalin .......................................... 19
BAB II PSIKOLOGI PERSALINAN .......................................................... 35
A. Perubahan Psikologi pada Kala I ...................................................... 36
B. Perubahan Psikologi pada Kala II ..................................................... 40
C. Perubahan Psikologi pada Kala III ................................................... 41
D. Perubahan Psikologi pada Kala IV ................................................... 41
BAB III PEMERIKSAAN LABORATORIUM SEDERHANA ............... 45
BAB IV FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERSALINAN DAN
LAKTASI ....................................................................................................... 51
A. Passage ......................................................................................................... 51
B. Power............................................................................................................ 55
C. Passanger .................................................................................................... 57
D. Psikis Ibu ..................................................................................................... 58

viii
E. Penolong...................................................................................................... 59
BAB V KEBUTUHAN DASAR IBU MASA PERSALINAN ................... 63
BAB VI EVIDANCE BASED DALAM ASUHAN IBU PERSALINAN .. 75
A. Evidence Based Midwifery (Practice)............................................. 75
B. Asuhan Persalinan Normal .................................................................. 76
BAB VII PROSEDUR KETERAMPILAN DASAR KEBIDANAN PADA
ASUHAN PERSALINAN ............................................................................. 85
A. Kala I ............................................................................................................. 85
B. Kala II ............................................................................................................ 92
C. Kebutuhan Ibu dalam Persalinan ..................................................... 95
D. Mengurangi Rasa Sakit (Pain Relief) ............................................... 97
E. Posisi dalam Persalinan ........................................................................ 99
F. Kala III ........................................................................................................ 110
G. Kala IV ........................................................................................................ 116
BAB VIII PENGENALAN TANDA BAHAYA PADA MASA
PERSALINAN ............................................................................................ 125
A. Konsep Dasar Distosia ......................................................................... 125
BAB IX DETEKSI DINI PERSALINAN DENGAN PENYULIT KALA III
DAN IV ........................................................................................................ 155
A. Penyulit Kala III Persalinan ............................................................... 155
B. Perdarahan Kala IV (Primer) ............................................................ 162
C. Syok Obstetrik......................................................................................... 162
BAB X ADAPTASI BAYI SEGERA SETELAH LAHIR ....................... 171
A. Sistem Pernapasan/Respiratory ..................................................... 172
BAB XI MANAJEMEN ASUHAN PADA IBU PERSALINAN ............ 183
GLOSARIUM ............................................................................................. 205
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 207
LAMPIRAN 4. BIODATA KETUA DAN ANGGOTA TIM PENELITI
...................................................................................................................... 209

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kadar Hormon dalam Persalinan. ........................................... 2


Gambar 1.2 Peregangan otot saat kontraksi. ............................................... 3
Gambar 1.3 Dilatasi dan Effecemen servix.. ................................................. 4
Gambar 1.4 Lima Benang Merah.. ..................................................................... 7
Gambar 1.5 Segmen Atas dan Bawah Rahim. ........................................... 20
Gambar 7.3: Posisi bersalin. ........................................................................... 100
Gambar 7.4 Masuknya kepala ke PAP. ....................................................... 102
Gambar 7.5 Posisi Kepala Fleksi................................................................... 103
Gambar 7.6 Kepala Ekstensi. ......................................................................... 104
Gambar 7.7 Rotasi Luar.................................................................................... 105
Gambar 7.8 Jenis-Jenis Episiotomi. ............................................................. 108
Gambar 8.1 Edema vulva................................................................................. 144
Gambar 8.2 Stenosis vulva. ............................................................................. 144
Gambar 8.3 Bartholinitis. ................................................................................ 146
Gambar 8.4 Kondiloma akuminata.l ........................................................... 147
Gambar 8.5 Fistula. ............................................................................................ 147
Gambar 8.6 Prolaps uteri. ................................................................................ 149

x
TINJAUAN MATA KULIAH

A. Deskripsi Singkat Mata Kuliah


Mata kuliah ini memberikan kemampuan kepada
mahasiswa tentang asuhan kebidanan persalinan normal, asuhan
persalinan, pencegahan infeksi,kebutuhan dan kesehatan
perempuan, pemberian obat, kebutuhan posisi dan mobilisasi
pasien, terapi intravena, perawatan luka, kebutuhan nutrisi,
kebutuhan oksigen, kebutuhan istirahat dan tidur, serta
melakukan pendokumentasian asuhan persalinan.
B. Manfaat Mata Kuliah bagi Mahasiswa
Pada akhir perkulihan ini, mahasiswa akan dapat
memahamiasuhan kebidanan persalinan normal, asuhan
persalinan, pencegahan infeksi, kebutuhan dan kesehatan
perempuan, pemberian obat, kebutuhan posisi dan mobilisasi
pasien, terapi intravena, perawatan luka, kebutuhan nutrisi,
kebutuhan oksigen, kebutuhan istirahat dan tidur, serta
melakukan pendokumentasian asuhan persalinan.
C. Gambaran Umum Materi
Bab ini menguraikan tentang asuhan kebidanan persalinan
normal, asuhanpersalinan, pencegahan infeksi, kebutuhan dan
kesehatan perempuan, pemberian obat, kebutuhan posisi dan
mobilisasi pasien, terapi intravena, perawatan luka, kebutuhan
nutrisi, kebutuhan oksigen, kebutuhan istirahat dan tidur, serta
melakukan pendokumentasian asuhan persalinan.

xi
xii
BAB I
FISIOLOGI PERSALINAN

A. Pengertian
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi
(janin dan uri) yang dapat hidup ke dunia luar dari rahim melalui
jalan lahir atau jalan lain. Adapun menurut proses
berlangsungnya persalinan dibedakan sebagai berikut:
1. Persalinan Spontan
Bila persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu
sendiri. Pengertian persalinan, melalui jalan lahir ibu
tersebut.
2. Persalinan Buatan
Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya
ekstraksi forsep atau dilakukn operasi sectio caesaria.
3. Persalinan Anjuran
Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya, tetapi
baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian
pitocin, atau prostaglandin.
Istilah-istilah yang berkaitan dengan persalinan
berdasarkan tuanya umur kehamilan dan berat badan bayi:
1. Abortus
Pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 22
minggu atau bayi dengan berat badan kurang dari 500 gram.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 1


2. Partus Immaturus
Pengeluaran buah kehamilan antara 22 minggu dan 28
minggu atau bayi dengan berat badan antara 500 gram dan
999 gram.
3. Partus Prematur
Pengeluaran buah kehamilan antara 28 minggu dan 37
minggu atau bayi dengan berat badan antara 1000 gram dan
2499 gram.
4. Partus Maturus atau Aterm
Pengeluaran buah kehamilan antara 37 minggu dan 42
minggu atau bayi dengan berat badan antara 2500 gram atau
lebih.
5. Partus Postmaturus atau Serotinus
Pengeluaran buah kehamilan setelah 42 minggu.

B. Sebab-Sebab Mulainya Persalinan


1. Penurunan Kadar Progesteron
Pada saat 1-2 minggu sebelum persalinan di mulai
terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron.
Progesteronbekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim
dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah
sehingga timbul his bila kadar progesteron menurun.

Gambar 1.1 Kadar Hormon dalam Persalinan. Sumber: Challis and Gibb5 with the
permission of the publisher.

2 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


2. Teori Oxytocin
Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah. Oleh
karena itu, timbul kontraksi otot-otot rahim.
3. Keregangan Otot-Otot
Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung
bila dindingnya teregang karena isinya bertambah maka
timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya. Demikian pula
dengan rahim, maka dengan majunya kehamilan makin
teregang otot-otot rahim makin rentan.

Gambar 1.2 Peregangan otot saat kontraksi. Sumber: Rizki Fadilah


4. Pengaruh Janin
Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga
memegang peranan karena pada anencepalus kehamilan
sering lebih lama dari biasa.
5. Teori Prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan desidua, disangka menjadi
salah satu sebab permulaan persalinan. Hasil dari percobaan
menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang
diberikan secara intravena, intra dan extraminal
menimbulkan kontraksi myometrium pada setiap umur
kehamilan. Hal ini juga disokong dengan adanya kadar
prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 3


darah perifer pada ibu-ibu hamil sebelum melahirkan atau
selama persalinan.

C. Tahapan Persalinan
1. Kala I
Persalinan Kala I atau Kala Pembukaan adalah periode
persalinan yang dimulai dari his persalinan yang pertama
samapai pembukaan cervix menjadi lengkap (Yanti, 2010).
Berdasarkan kemajuan pembukaan maka Kala I dibagi
menjadi :
a. Fase Latent, yaitu fase pembukaan yang sangat lambat
ialah dari 0 sampai 3 cm yang membutuhkan waktu 8
jam.
b. Fase Aktif, yaitu fase pembukaan yang lebih cepat
membutuhkan waktu 6 jam yang terbagi lagi manjadi:
1) Fase Accelerasi (fase percepatan), dari pembukaan 3
cm sampai 4 cm yang dicapai dalam 2 jam.
2) Fase Dilatasi Maksimal, dari pembukaan 4 cm sampai
9 cm yang dicapai dalam 2 jam.
3) Fase Decelerasi (kurangnya kecepatan), dari
pembukaan 9 cm sampai 10 cm yang dicapai dalam 2
jam (Yanti, 2010).

Gambar 1.3 Dilatasi dan Effecemen servix. Sumbar : Jurnal Bidan.

4 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


2. Kala II
Kala II atau Kala Pengeluaran adalah periode persalinan
yang dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai
lahirnya bayi (Yanti, 2010). Proses ini berlangsung 2 jam
pada primigravida dan 1 jam pada multigravida. Pada kala ini
his lebih cepat dan kuat, kurang lebih 2-3 menit sekali. Dalam
kondisi normal kepala janin sudah masuk dalam rongga
panggul (Sumarah, dkk, 2009).
3. Kala III
Kala III atau Kala Uri adalah periode persalinan yang
dimulai dari lahirnya bayi sampai lahirnya plasenta.
Berlangsung tidak lebih dari 30 menit (Yanti, 2010). Setelah
bayi lahir uterus teraba keras dan fundus uteri agak diatas
pusat. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi
untuk melepaskan plasenta dari dindingnya (Prawirohardjo,
2008).
4. Kala IV
Kala IV merupakan masa 1-2 jam setelah plesenta lahir.
Dalam Klinik, atas pertimbangan-pertimbangan praktis masih
diakui adanya Kala IV persalinan meskipun masa setelah
plasenta lahir adalah masa dimulainya masa nifas
(puerpurium), mengingat pada masa ini sering timbul
perdarahan (Yanti, 2010).
Observasi yang harus dilakukan pada Kala IV adalah :
a. Tingkat kesadaran ibu bersalin
b. Pemeriksaan TTV: TD, nadi, suhu, respirasi
c. Kontraksi uterus
d. Terjdinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih
normal jika jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc.
e. Isi kandung kemih (Saifuddin, 2008).

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 5


D. Tujuan dan Prinsip Asuhan Persalinan
Tujuan asuhan persalinan normal yaitu mengupayakan
kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi
bagi ibu dan bayinya melalui berbagai upaya yang terintegrasi
dan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip
keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat
optimal. Dengan pendekatan pendekatan seperti ini berarti
bahwa setiap intervensi yang akan diaplikasikan dalam asuhan
persalinan normal harus mempunyai alasan dan bukti ilmiah
yang kuat tentang manfaat intervensi tersebut bagi kemajuan
dan keberhasilan proses persalinan.
Praktik-praktik pencegahan yang akan dijelaskan pada
asuhan persalinan normal meliputi:
1. Mencegah infeksi secara konsisten dan sistematis.
2. Memberikan asuhan rutin dan pemantauan selama
persalinan dan setelah bayi lahir, termasuk penggunaan
partograf.
3. Memberikan asuhan sayang ibu secara rutin selama
persalinan, pascapersalinan, dan nifas.
4. Menyiapkan rujukan ibu bersalin atau bayinya.
5. Menghindari tindakan-tindakan berlebihan atau berbahaya.
6. Penatalaksanaan aktif Kala III secara rutin.
7. Mengasuh bayi baru lahir.
8. Memberikan asuhan dan pemantauan ibu dan bayinya.
9. Mengajarkan ibu dan keluarganya untuk mengenali secara
dini bahaya yang mungkin terjadi selama masa nifas pada ibu
dan bayinya.
10.Mendokumentasikan semua asuhan yang telah diberikan.
Ada lima aspek dasar atau LIMA BENANG MERAH, yang
penting dan saling terkait dalam asuhan persalinan yang bersih
dan aman. Berbagai aspek tersebut melekat pada setiap
persalinan, baik normal maupun patologis.

6 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


Gambar 1.4 Lima Benang Merah. Sumber: Jurnal Bidan.

LIMA BENANG MERAH tersebut adalah:


1. Membuat Keputusan Klinik
Membuat keputusan klinik adalah proses pemecahan
masalah yang akan digunakan untuk merencanakan arahan
bagi ibu dan bayi baru lahir. Tujuh langkah dalam dalam
membuat keputusan klinik:
a. Pengumpulan data utama dan relevan untuk membuat
keputusan.
b. Menginterpretasikan data dan mengidentifikasi masalah.
c. Membuat diagnosis atau menentukan masalah yang
terjadi.
d. Menilai adanya kebutuhan dan kesiapan intervensi
untuk mengatasi masalah.
e. Menyusun rencana pemberian asuhan atau
intervensiuntuk solusi masalah.
f. Memantau dan mengevaluasi efektivitas asuhan atau
intervensi.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 7


2. Asuhan Sayang Ibu dan Sayang Bayi
Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling
menghargai budaya, kepercayaan, dan keinginan sang ibu.
Salah satu prinsip dasarnya adalah mengikutsertakan suami
dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi.
Perhatian dan dukungan kepada ibu selama proses persalinan
akan mendapatkan rasa aman dan keluaran yang lebih baik.
Juga mengurangi jumlah persalinan dengan tindakan
(ekstraksi vakum, cunam, dan seksio sesar) dan persalinan
akan berlangsung lebih cepat. Asuhan sayang ibu dalam
proses persalinan:
a. Memanggil ibu sesuai namanya, menghargai dan
memperlakukannya sesuai martabatnya.
b. Menjelaskan asuhan dan perawatan yang akan diberikan
pada ibu sebelum memulai asuhan tersebut.
c. Menjelaskan proses persalinan kepada ibu dan
keluarganya.
d. Mengajurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan
rasa takut atau khawatir.
e. Mendengarkan dan menanggapi pertanyaan dan
kekhawatiran ibu.
f. Memberikan dukungan, membesarkan hatinya, dan
menenteramkan perasaan ibu beserta anggota keluarga
yang lain.
g. Menganjurkan ibu untuk ditemani suaminya dan/atau
anggota keluarga yang lain selama persalinan dan
kelahiran bayinya.
h. Mengajarkan suami dan anggota keluarga mengenai cara
memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan
dan kelahiran bayinya.
i. Melakukan pencegahan infeksi yang baik secara
konsisten.
j. Menghargai privasi ibu.

8 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


k. Menganjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi
selama persalinan dan kelahiran bayi.
l. Menganjurkan ibu untuk minum cairan dan makan
makanan ringan bila ia menginginkannya.
m. Menghargai dan memperbolehkan praktik-praktik
tradisional yang tidak memberi pengaruh yang
merugikan.
n. Menghindari tindakan berlebihan dan mungkin
membahayakan (episiotomi, pencukuran, dan klisma).
o. Menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya sesegera
mungkin.
p. Membantu memulai pemberian ASI dalam 1 jam pertama
setelah kelahiran bayi.
q. Menyiapkan rencana rujukan (bila perlu).
r. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan
baik, bahan-bahan, perlengkapan, dan obat-obatan yang
diperlukan. Siap melakukan resusitasi bayi baru lahir
pada setiap kelahiran bayi.
3. Pencegahan Infeksi
Prinsip-prinsip pencegahan infeksi:
a. Setiap orang harus dianggap dapat menularkan penyakit.
b. Setiap orang harus dianggap berisiko terkena infeksi.
c. Permukaan benda di sekitar kita, peralatan atau benda-
benda lainnya yang akan dan telah bersentuhan dengan
permukaan kulit yang tak utuh, lecet selaput mukosa
atau darah harus dianggap terkontaminasi, sehingga
harus diproses secara benar.
d. Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatanatau
benda lainnya telah diproses, maka semua itu harus
dianggaap masih terkontaminasi.
e. Risiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total, tapi
dapat dikurangi hingga sekecil mungkin dengan

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 9


mnerapkan tindakan-tindakan pencegahan infeksi secara
benar dan konsisten.
4. Pencatatan (rekam medis) aspek-aspek penting dalam
pencatatan:
a. Tanggal dan waktu asuhan tersebut diberikan.
b. Identifikasi penolong persalinan.
c. Paraf atau tandatangan (dari penolong persalinan) pada
semua catatan.
d. Mencakup informasi yang berkaitan secara tepat,dicatat
dengan jelas, dan dapat dibaca.
e. Ketersediaan sistem penyimpanan catatan atau data
pasien.
f. Kerahasiaan dokumen-dokumen medis.
5. Rujukan
Meskipun sebagian besar ibu menjalani persalinan
normal,tetapi sekitar 10-15% diantaranya akan mengalami
masalah selama proses persalinan dan kelahiran sehingga
perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan. Sangatlah sulit
menduga kapan penyulit akan terjadi sehingga kesiapan
merujuk ibu dan/atau bayinya ke fasilitas kesehatan rujukan
secara optimal dan tepat waktu jika penyulit terjadi. Setiap
tenaga penolong/fasilitas pelayanan harus mengetahui lokasi
fasilitas rujukan terdekat yang mampu melayani
kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir. Hal-hal yang
penting dalam mempersiapkan rujukan untuk ibu:
a. Bidan
b. Alat
c. Keluarga
d. Surat
e. Obat
f. Kendaraan

10 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


g. Uang
h. Darah
i. Doa

E. Tanda dan Gejala Persalinan


Ada sejumlah tanda dan gejala peringatan yang akan
meningkatkan kesiagaan bahwa seorang wanita sedang
mendekati waktu bersalin. Wanita tersebut akan mengalami
berbagai kondisi-kondisi yang akan disebutkan di bawah,
mungkin semua atau malah tidak sama sekali. Dengan mengingat
tanda dan gejala tersebut, akan terbantu ketika menangani
wanita yang sedang hamil tua sehingga dapat memberikan
konseling dan bimbingan antisipasi yang tepat. Tanda dan gejala
menjelang persalinan antara lain:
1. Lightening
Lightening, yang dimulai dirasa kira-kira dua minggu
sebelum persalinan, adalah penurunan bagian presentasi bayi
ke dalam pelvis minor. Pada presentasi sefalik, kepala bayi
bisanya menancap (engaged) setelah lightening, yang bisanya
oleh wanita awam disebut “kepala bayi sudah turun”. Sesak
napas yang dirasakan sebelumnya selama trimester III akan
berkurang, penurunan kepala menciptakan ruang yang lebih
besar di dalam abdomen atas untuk ekspansi paru.
Lightening menimbulkan perasaan tidak nyaman yang
lain akibat tekanan pada bagian presentasi pada struktur di
area pelvis minor. Hal-hal spesifik berikut akan dialami ibu:
a. Ibu jadi sering berkemih.
b. Persaan tidak nyaman akibat tekanan panggul yang
menyeluruh, membuat ibu merasa tidak enak dan timbul
sensasi terus-menerus bahwa sesuatu perlu dikeluarkan
atau perlu defekasi.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 11


c. Kram pada tungkai yang disebabkan oleh tekanan bagian
presentasi pada saraf yang menjalar melalui foramina
iskiadika mayor dan menuju tungkai.
d. Peningkatan statis vena yang menghasilkan edema
dependen akibat tekanan bagian presentasi pada pelvis
minor menghambat aliran balik darah dari ektremitas
bawah. Lightening menyebababkan tinggu fundus
menurun ke posisi yang sama dengan posisi fundus pada
usia kehamilan 8 bulan. Pada kondisi ini bidan tidak
dapat lagi melakukan pemeriksaan ballotte pada kepala
janin yang sebelumnya dapat digerakkan di atas simpisis
pada palpasi abdomen. Pada Leopold IV jari-jari bidan
yang sebelumnya merapat sekarang akan memisah lebar.
Pada primigravida bisanya lightening terjadi sebelum
persalian. Hali ini kemungkinan disebabkan oleh
peningkatan intensitas kontraksi braxton hicks dan
tonus otot abdomen yang baik, yang memang lebih
sering ditemukan pada primigravida.
2. Pollakisuria
Pada akhir bulan ke-9 hasil pemeriksaan didapatkan
epigastrium kendor, fundus uteri lebih rendah dari pada
kedudukannya, dan kepala janin sudah mulai masuk ke dalam
pintu atas panggul. Keadaan ini meyebabkan kandung
kencing tertekan sehingga merangsang ibu untuk sering
kencing.
3. False Labor
Persalinan palsu terdiri dari kontraksi uterus yang
sangat nyeri, yang memberi pengaruh signifikan terhadap
serviks. Kontraksi pada persalinan palsu sebenarnya timbul
akibat kontraksi bracston hicks yang tidak nyeri, yang telah
terjadi sejak sekitar enam minggu kehamilan. Persalinan
palsu dapat terjadi selama berhari-hari atau secara
inrermiten bahkan tiga atau empat minggu sebelum awitan
persalinan sejati. Persalinan palsu sangat nyeri. Wanita dapat
mengalami kurang tidur dan kehilangan energi dalam

12 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


menghadapinya. Bagaimanapun persalian palsu juga
mengindikasikan bahwa persalinan sudah dekat.
4. Perubahan Serviks
Mendekati persalinan, serviks semakin “matang”. Kalau
tadinya selama hamil, serviks masih lunak, dengan
konsistensi seperti puding dan mengalami sedikit penipisan
(effacement) dan kemungkinan sedikut dilatasi. Perubahan
serviks diduga terjadi akibat peningkatan intensitas kontraksi
braxton hicks. Serviks menjadi matang selama periode yang
berbeda-beda sebelum persalinan. Kematangan serviks
mengindikasikan kesiapan untuk persalinan.
5. Bloody Show
Plak lendir disekresi sebagai hasil proliferasi kelenjar
lendir serviks pada awal kehamilan. Plak ini menjadi sawar
pelindung dan menutup jalan lahir selama kehamilan.
Pengeluaran plak lender inilah yang dimaksud dengan bloody
show.
6. Energy Spurt
Lonjakan energi, banyak wanita mengalami lonjakan
energi kurang lebih 24 jam sampai 48 jam sebelum awitan
persalinan. Umumnya para wanita ini merasa energik selama
beberapa jam sehingga bersemangat melakukan berbagai
aktivitas di antaranya pekerjaan rumah tangga dan berbagai
tugas lain yang sebelumnya tidak mampu mereka laksanakan.
Akibatnya, mereka memasauki persalinan dalam keadaan
letih dan sering sekali persalinan menjadi sulit dan lama.
Terjadinya lonjakan energi ini belum dapat dijelaskan selain
bahwa hal tersebut terjadi secara alamiahyang
memungkinkan wanita memperoleh energi yang diperlukan
untuk menjalani persalinan. Wanita harus diinformasikan
tentang kemungkinan lonjakan energi ini dan diarahkan
untuk menahan diri dan menggunakannya untuk persalinan.
7. Gangguan Saluran Pencernaan
Ketika tidak ada penjelasan yang tepat untuk diare,
kesulitan mencerna, mual, dan muntah. Diduga hal-hal

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 13


tersebut merupakan gejala menjelang persalinan walaupun
belum ada penjelasan untuk hal ini. Beberapa wanita
mengalami satu atau beberapa gejala tersebut.

F. Kemajuan Persalinan Dengan Partograf


1. Pemantauan Kemajuan Persalinan
Kemajuan persalinan ditandai dengan meningkatnya
effacement dan dilatasi cerviks yang diketahui melalui
pemeriksaan dalam. Pemeriksaan dalam dilakukan setiap 4
jam sekali atau apabila ada indikasi (meningkatnya frekuensi
dan durasi serta intensitas kontraksi, dan ada tanda gejala
Kala II).
Selain effacement dan dilatasi cerviks, kemajuan
persalinan dapat dinilai dari penurunan, fleksi, dan rotasi
kepala janin. Penurunan kepala dapat diketahui dengan
pemeriksaan abdomen (palpasi) dan/atau pemeriksaan
dalam.
2. Pemantauan Kesejahteraan Ibu
Kesejahteraan ibu selama proses persalinan harus selalu
dipantau karena reaksi ibu terhadap persalinan dapat
bervariasi.
Pemantauan kesejahteraan ibu selama Kala 1
disesuaikan dengan tahapan persalinan yang sedang
dilaluinya, apakah ibu sedang dalam fase aktif ataukah masih
dalam fase laten persalinan. Pemantauan meliputi: frekuensi
nadi, suhu tubuh, tekanan darah, urinalisis, keseimbangan
cairan, pemeriksaan abdomen, dan pemeriksaan jalan lahir.
a. Frekuensi Nadi
Frekuensi nadi merupakan indikator yang baik dari
kondisi fisik umum ibu.
Frekuensi nadi normal berkisar antara 60-90 kali per
menit. Apabila frekuensi nadi meningkat lebih dari 100
kali denyutan per menit, maka hal tersebut dapat

14 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


mengindikasikan adanya kecemasan yang berlebih, nyeri,
infeksi, ketosis,dan/atau perdarahan.
Frekuensi nadi pada Kala 1 fase laten dihitung setiap
1-2 jam sekali, dan pada Kala 1 fase aktif setiap 30 menit.
b. Suhu Tubuh
Suhu tubuh ibu selama proses persalinan harus dijaga
agar tetap dalam kondisi normal (36,50-37,50 C).
Apabila terjadi pireksia, maka dapat menjadi
indikator terjadinya infeksi, ketosis, dehidrasi, atau dapat
juga berkaitan dengan analgesia epidural.
Pada proses persalinan normal, pameriksaan suhu
tubuh ibu pada Kala 1 (fase laten dan fase aktif), dilakukan
setiap 4 jam sekali.
c. Tekanan Darah
Tekanan darah merupakan pemeriksaan yang sangat
penting dilakukan karena berhubungan dengan fungsi
jantung, sehingga tekanan darah harus dipantau dengan
sangat cermat, terutama setelah diberikan anestesi spinal
atau epidural.
Tekanan darah normal pada ibu bersalin cenderung
mengalami sedikit kenaikan dari tekanan darah sebelum
proses persalinan, berkaitan dengan adanya his.
Keadan hipotensi dapat terjadi akibat posisi ibu
telentang, syok, atau anestesi epidural.
Pada ibu yang mengalami preeklampsi atau
hipertensi esensial selama kehamilan, proses persalinan
akan lebih meningkatkan tekanan darah, sehingga
pemantauan tekanan darah ibu harus lebih sering dan
lebih cermat.
Pada kondisi normal, tekanan darah selama Kala 1
(fase laten dan fase aktif), diukur setiap 2-4 jam sekali.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 15


d. Urinalisis
Urine yang dikeluarkan selama proses persalinan
harus dipantau, meliputi: volume, glukosa urin, keton, dan
protein.
Volume urine berkaitan dengan fungsi ginjal secara
keseluruhan, keton berkaitan dengan adanya kelaparan
atau distres maternal jika semua energi yang ada telah
terpakai (kadar keton yang rendah sering terjadi selama
persalinan dan dianggap tidak signifikan), glukosa
berkaitan dengan keadaan diabetes selama kehamilan, dan
protein berkaitan dengan pre-eklampsia atau bisa jadi
merupakan kontaminan setelah ketuban pecah dan/atau
adanya tanda infeksi urinaria.
e. Keseimbangan Cairan
Keseimbangan cairan dipantau untuk memastikan
metabolisme dalam tubuh ibu selama proses persalinan
berjalan dengan baik.
Keseimbangan cairan meliputi kesesuaian antara
cairan yang masuk (oral dan/atau intra vena) dan cairan
yang keluar (keringat dan urin).
Semua urine yang keluar harus dicatat dengan baik
untuk memastikan bahwa kandung kemih benar-benar
dikosongkan.
Apabila diberikan cairan intra vena, harus dicatat
dengan akurat. Yang menjadi catatan penting adalah
berapa banyak cairan yang tersisa jika kantong infus
diganti dan hanya sebagian yang digunakan.
f. Pemeriksaan Abdomen
Pemeriksaan abdomen lengkap dilakukan pertama
kali saat ibu datang ke bidan, meliputi: bagian-bagian
janin, penurunan kepala, dan his/kontraksi. Pemeriksaan
abdomen dilakukan berulang kali pada interval tertentu
selama Kala 1 persalinan untuk mengkaji his dan
penurunan kepala.

16 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


Pemeriksaan his/kontraksi meliputi: frekuensi, lama,
dan kekuatan kontraksi harus dicatat dengan baik. Saat
kontraksi uterus dimulai, nyeri tidak akan terjadi selama
beberapa detik dan akan hilang kembali di akhir kontraksi.
Untuk itu, pada pemeriksaan kontraksi, tangan bidan tetap
berada di perut ibu selama jangka waktu tertentu (10
menit).
Penurunan bagian terendah janin (presentasi) pada
Kala 1 persalinan, hampir selalu dapat diraba dengan
palpasi abdomen. Hasil pemeriksaan dicatat dengan
bagian perlimaan (kelima tangan pemeriksa), yang masih
dapat dipalpasi di atas pelvis.
Pada ibu primipara, kepala janin biasanya mengalami
engagement sebelum persalinan dimulai. Jika tidak
demikian, tinggi kepala harus diperkirakan dengan sering
melalui palpasi abdomen untuk mengobservasi apakah
kepala janin akan dapat melewati pintu atas panggul
dengan bantuan kontraksi yang baik atau tidak.
Setelah kepala mangalami engagement, tonjolan
oksipital sekalipun sulit masih bisa diraba dari atas, tetapi
sinsiput masih dapat dipalpasi akibat adanya fleksi kepala
sampai oksiput menyentuh dasar pelvis dan berotasi ke
depan.
g. Pemeriksaan Jalan lahir
Pemeriksaan jalan lahir (pemeriksaan dalam)
bertujuan untuk mengetahui kemajuan persalinan yeng
meliputi: effacement dan dilatasi serviks, serta penurunan,
fleksi dan rotasi kepala janin.
Sesuai evidence baced practice, tidak ada rekomendasi
tentang waktu dan frekuensi dilakukannya pemeriksaan
dalam selama persalinan. Namun, intervensi ini dapat
menimbulkan distres pada ibu, sehingga pemeriksaan
dalam dilakukan berdasarkan indikasi (his, tanda gejala
Kala 2, dan pecah ketuban) dan/atau dilakukan setiap 4
jam sekali. Semua hasil pemeriksaan harus dicatat dengan
baik.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 17


3. Pemantauan Kesejahteraan Janin
Kondisi janin selama persalinan dapat dikaji dengan
mendapatkan informasi mengenai frekuensi dan pola denyut
jantung janin, pH darah janin dan cairan amniotik. Dalam
bahasan ini, hanya akan dibahas mengenai denyut jantung
janin.
Frekuensi denyut jantung janin dapat dikaji secara
intermiten dengan stetoskop pinard,alat dopler atau dengan
menggunakan electronic fetal monitoring (EFM) secara
kontinu, setiap 30 menit.
Pemantauan intermiten dilakukan pada keadaan jantung
janin diauskultasi dengan interval tertentu menggunakan
stetoskop janin monoaural (pinard) atau alat dopler.
Frekuensi jantung janin harus dihitung selama satu
menit penuh untuk mendengarkan variasi dari denyut ke
denyut. Batasan normal antara 110-160 kali denyutan per
menit.
Pemeriksaan denyut jantung janin dapat dilakukan saat
kontraksi uterus berlangsung atau saat kontraksi sudah akan
berakhir, untuk mendeteksi adanya pemulihan lambat
frekuensi jantung untuk kembali ke nilai dasar. Normalnya
frekuensi dasar dipertahankan selama kontraksi dan segera
sesudahnya. Namun demikian, di akhir persalinan terjadi
beberapa deselerasi bersama kontraksi yang dapat pulih
dengan cepat yang terjadi akibat kompresi tali pusat atau
kompresi kepala janin, dan hal ini merupakan suatu keadaan
yang normal.
Pada pemantauan menggunakan EFM, transduser
ultrasound dapat dilekatkan pada abdomen di tempat jantung
janin agar terdengar dengan intensitas yang maksimal.
Dengan layar modern dan hasil yang dapat direkam dan
dicetak, alat ini cukup kuat untuk memantau kesejahteraan
janin dengan baik, terutama pada kasus gawat janin.

18 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


G. Perubahan Fisiologi pada Ibu Bersalin
Sejumlah perubahan fisiologis yang normal akan terjadi
selama persalinan, Hal ini untuk mengetahui perubahan-
perubahan yang dapat dilihat secara klinis dan bertujuan untuk
dapat secara tepat dan cepat menginterpretasikan tanda-
tanda,gejala tertentu,serta penemuan perubahan fisik dan
laboratorium apakah normal atau tidak.
1. Perubahan Uterus.
Selama persalinan uterus berubah bentuk menjadi dua
bagian yang berbeda, yaitu segmen atas dan segmen bawah.
Dalam persalinan perbedaan antara segmen atas dan segmen
bawah rahim lebih jelas lagi. Segmen atas memegang peranan
yang aktif karena berkontraksi dan dindingnya bertambah
tebal dengan majunya persalinan.
Sebaliknya segmen bawah rahim memegang peran pasif
dan makin tipis dengan majunya persalinan karena
diregangkan. Segmen bawah uterus dianalogikan dengan
ismus uterus yang melebar dan menipis pada perempuan
yang tidak hamil.
Sebagai akibat menipisnya segmen bawah uterus dan
bersamaan dengan menebalnya segmen atas, batas antara
keduanya ditandai oleh suatu lingkaran pada permukaan
dalam uterus yang disebut sebagai cincin retraksi fisiologik.
Jadi, secara singkat segmen atas berkontraksi, mengalami
retraksi,menjadi tebal, dan mendorong janin keluar sebagai
respon terhadap gaya dorong kontraksi pada segmen atas,
sedangkan segmen bawah uterus dan serviksmengadakan
relaksasi, dilatasi,serta menjadi saluran yang tipis dan
teregang yang akan dilalui janin. (Ilmu Kebidanan,2009).

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 19


Gambar 1.5 Segmen Atas dan Bawah Rahim. Sumber: Jurnal Bidan.

Setelah kontraksi maka otot tersebut tidak berelaksasi


kembali ke keadaan sebelum kontraksi tapi menjadi sedikit
lebih pendek walaupun tonusnya seperti sebelum kontraksi.
Kejadiaan ini disebut retraksi. Dengan retraksi ini maka
rongga rahim mengecil, anak berangsur di dorong ke bawah,
dan tidak banyak naik lagi ke atas setelah his hilang. Akibat
retraksi ini segmen atas semakin tebal dengan majunya
persalinan apalagi setelah bayi lahir.
Kontraksi tidak sama kuatnya, tapi paling kuat di daerah
fundus uteri dan berangsur berkurang ke bawah dan paling
lemah pada segmen bawah rahim. Jika kontraksi di bagian
bawah sama kuatnya dengan kontraksi bagian atas, maka
tidak akan ada kemajuan dalam persalinan. Telah dikatakan
bahwa sebagai akibat retraksi, segmen atas semakin
mengecilkarena pada permulaan persalinan serviks masih
tertutup, maka tentu isi rahim tidak dapat di dorong ke dalam
vagina.
Pengecilan segmen atas hanya mungkin jika diimbangi
oleh relaksasi segmen bawah rahim. Sebagian dari isi rahim
keluar dari segmen atas tetapi diterima oleh segmen bawah.
Jadi, segmen atas makin lama makin mengecil, sedangkan
segmen bawah makin direnggang makin tipis dan isi rahim
sedikit demi sedikit pindah ke segmen bawah. Karena segmen
atas makin tebal dan segmen bawah makin tipis, maka batas

20 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


antara segmen atas dan segmen bawah menjadi jelas. Batas
ini disebut lingkaran retraksi yang fisiologis. Kalau segmen
bawah sangat diregang maka lingkaran retraksi lebih jelas
lagi dan naik mendekati pusat dan disebut lingkaran
retraksi yang patologis atau lingkaran bandl. Lingkaran
bandl adalah tanda ancaman robekan rahim dan terdapat
kalau bagian depan tidak dapat maju, misalnya karena
panggul sempit. (Ilmu Kebidanan,2009).
Setiap kontraksi menghasilkan pemanjangan uterus
berbentuk ovoid disertai pengurangan diameter horizontal.
Pengaruh perubahan bentuk ini ialah:
a. Pengurangan diameter horizontal menimbulkan
pelurusan kolumna vertebralis janin, dengan
menekankan kutub atasnya rapat-rapat terhadap fundus
uteri, sementara kutub bawah di dorong lebih jauh ke
bawah dan menuju ke panggul dikenal sebagai tekanan
sumbu janin.
b. Dengan memanjangnya uterus, serabut longitudinal
ditarik-tarik tegang.Karena segmen bawah dan serviks
merupakan satu-satunya bagian uterus yang fleksibel,
bagian ini ditarik ke atas pada kutub bawah janin. Efek
ini merupakan faktor yang penting untuk dilatasi serviks
pada otot-otot segmen bawah dan serviks.
c. Ligament rotundum mengandung otot-otot polos dan
kalau uterus berkontraksi, otot-otot lig. Rotundum ikut
berkontraksi hingga lig. Rotundum memendek.
d. Pada tiap kontraksi, fundus yang tadinya bersandar pada
tulang punggung berpindah kedepan mendesak dinding
perut depan ke depan.Perubahan letak uterus waktu
kontraksi penting karena dengan demikian sumbu rahim
searah dengan sumbu jalan lahir.
e. Dengan adanya kontraksi dari lig. Rotundum fundus
uteri terlambat, sehingga waktu kontraksi, fundus tak
dapat naik ke atas.Kalau fundus uteri dapat naik ke atas

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 21


saat kontraksi, maka kontraksi tersebut tidak dapat
mendorong anak ke bawah.
2. Perubahan Serviks.
Tenaga yang efektif pada Kala 1 persalinan adalah
kontraksi uterus, yang selanjutnya akan menghasilkan
tekanan hidrostatik keseluruh selaput ketuban terhadap
servik dan segmen bawah uterus. Bila selaput ketuban sudah
pecah, bagian terbawah janin dipaksa langsung mendesak
servik dan segmen bawah uterus. Sebagai akibat kegiatan
daya dorong ini, terjadi 2 perubahan mendasar yaitu
pendataran dan dilatasi─pada serviks yang sudah melunak.
Pada nulipara penurunan bagian bawah janin terjadi secara
khas agak lambat tetapi pada multipara, khususnya yang
paritasnya tinggi, penurunan bisa berlangsung sangat cepat.
Pendataran dari serviks ialah pemendekan dari canalis
cervikalis, yang semula berupa sebuah saluran yang
panjangnya 1-2 cm, menjadi suatu lubang saja dengan pinggir
yang tipis. Serabut-serabut setinggi osserviks internum
ditarik keatas atau dipendekkan menuju segmen bawah
uterus, kondisi oseksternum untuk sementara tidak
berubah.Pinggiran osinternum di tarik ke atas beberapa
sentimeter sampai menjadi bagian (baik secara anatomi
maupun fungsional) dari segmen bawah uterus.
Pemendekan dapat dibandingkan dengan suatu proses
pembentukan terowongan yang mengubah suatu panjang
sebuah tabung yang sempit menjadi corong yang sangat
tumpul dan mengembang dengan lubang keluar melingkar
kecil. Sebagai hasil aktivitas miometrium yang meningkat
sepanjang persiapa uterus untuk persalinan, pendataran
sempurna pada serviks yang lunak kadang kala telah selesai
sebelum persalinan aktif dimulai. Pendataran menyebabkan
ekspulsi sumber mukus ketika saluran servik memendek.
Sebetulnya pendataran serviks sudah dimulai dalam
kehamilan dan serviks yang pendek (lebih dari setengahnya
telah merata) merupakan tanda dari serviks yang matang.

22 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


Dilatasi adalah pelebaran os serviks eksternal dari
muara dengan diameter berukuran beberapa millimeter
sampai muara tersebut cukup lebar untuk dilewati bayi.
Ketika kontraksi uterus menimbulkan tekanan pada selaput
ketuban, tekanan hidrostatik kantong amnion akan
melebarkan serviks.Dilatasi secara klinis dievaluasi dengan
mengukur diameter serviks dalam sentimeter, 0-10cm
dianggap pembukaan lengkap. Kalau pembukaan telah
mencapai ukuran 10 cm, maka dikatakan pembukaan
lengkap. Pada pembukaan lengkap tidak teraba lagi bibir
portio; segmen bawah rahim, serviks, dan vagina telah
merupakan satu saluran. Faktor-faktor yang menyebabkan
pembukaan serviks ialah:
a. Mungkin otot-otot serviks menarik pada pinggir ostium
dan membesarkannya.
b. Waktu kontraksi segmen bawah rahim dan serviks
diregang oleh isi rahim terutama oleh air ketuban dan ini
menyebabkan tarikan pada serviks.
Waktu kontraksi, bagian selaput yang terdapat di atas
canalis servikalis ialah yang disebut ketuban, menonjol ke
dalam canalis servikalis, dan membukanya.
Selaput ketuban yang pecah dini tidak mengurangi
dialtasi serviks selama bagian terbawah janin berada pada
posisi meneruskan tekanan terhadap serviks dan segmen
bawah uterus. Pola dialatasi serviks yang terjadi selama
berlangsungnya persalinan normal mempunyai bentuk kurva
sigmois, dibagi 2 fase dilatasi serviks adalah fase laten dan
fase aktif. Fase aktif dibagi menjadi fase akselerasi, fase lereng
maksimum, dan fase deselerasi. Lengkapnya dilatasi serviks
pada fase aktif persalinan dihasilkan oleh retraksi serviks di
sekeliling bagian terbawah janin. (Ilmu Kebidanan,2009).
3. Perubahan Kardiovaskuler
Penurunan yang mencolok selama acme konstraksi
uterus tidak terjadi jika ibu berada dalam posisi miring bukan
posisi telentang. Denyut jantung di antara konstraksi sedikit
lebih tinggi dibanding selama periode persalinan atau belum

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 23


masuk persalinan. Hal ini mencerminkan kenaikan dalam
metabolisme yang terjadi selama persalinan. Denyut jantung
yang sedikit naik merupakan hal yang normal. Meskipun
normal perlu dikontrol secara periode untuk mengidentifikasi
infeksi. Detak jantung akan meningkat cepat selama kontraksi
berkaitan juga dengan peningkatan metabolisme. Sedangkan
antara kontraksi detak jantung mengalami peningkatan
sedikit dibanding sebelum persalinan.
4. Perubahan Tekanan Darah
Perubahan tekanan darah meningkat selama konstraksi
uterus dengan kenaikan sistolik rata-rata sebesar 10-
20mmHg dan kenaikan diastolik rata-rata 5-10 mmHg. Pada
waktu di antara kontraksi, tekanan darah kembali ke tingkat
sebelum persalinan. Dengan mengubah posisi tubuh dari
telentang ke posisi miring, perubahan tekanan darah selama
kontraksi dapat dihindari. Nyeri, rasa takut, dan
kekhawatiran dapat semakin meningkatkan tekanan darah.
Makna: untuk memastikan tekanan darah yang
sebenarnya, pastikan mengeceknya dengan baik pada interval
antar kontraksi, lebih disukai dalam posisi ibu berbaring
miring. Apabila seorang wanita merasa sangat takut atau
khawatir, pertimbangkan bahwa kemungkinan rasa takutnya
(bukan preeklamsinya) menyebabkan peningkatan tekanan
darah. Cek parameter lain untuk menyingkirkan preeklamsi.
Berikan perawatan dan obat-obatan penunjang yang dapat
merelaksasi wanita sebelum menegakkan diagnosis akhir jika
preeklamsi tidak juga terbukti.
Peran bidan: anjurkan ibu untuk mencoba posisi yang
nyaman selama persalinan dan kelahiran.Anjurkan pula
suami dan pendamping lainnya untuk membantu ibu berganti
posisi. Ibu boleh berjalan, berdiri, duduk, jongkok, berbaring
miring, atau merangkak. Posisi tegak seperti berjalan, berdiri,
atau berganti posisi selama persalinan. Jangan membuat ibu
dalam posisi telentang, beritahukan agar ia tidak mengambil
posisi tersebut.

24 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


Alasan : jika ibu berbaring telentang, berat uterus dan
isinya (janin, cairan ketuban, plasenta, dan lain-lain) akan
menekan vena cava inferior.Hal ini menyebabkan turunnya
aliran darah dari sirkulasi ibu ke plasenta. Kondisi seperti ini
akan menyebabkan hipoksia/kekurangan oksigen pada janin.
Posisi telentang juga akan menghambat kemajuan persalinan
(Enkin, et all, 2000)(Pusdiknakes,2004).
Di antara kontraksi-kontraksi uterus,tekanan darah akan
turun seperti sebelum masuk persalinan dan akan naik lagi
bila terjadi konstraksi. Arti penting dan kejadian ini adalah
untuk memastikan tekanan darah yang
sesungguhnya,sehingga diperlukan pengukuran di antara
konstraksi. Jika seorang ibu dalam keadan yang sangat
takut/khawatir,rasa takutnyalah yang menyebabakan
kenaikan tekanan darah.
Dalam hal ini perlu dilakukan pemeriksaan lainnya
untuk mengesampingkan preeklampsia. Oleh karena itu,
diperlukan asuhan yang mendukung yang dapat
menimbulkan ibu rileks/santai. Posisi tidur telentang selama
bersalin akan menyebabkan penekanan uterus terhadap
pembuluh darah besar (aorta) yang akan menyebabkan
sikulasi darah baik untuk ibu maupun janin akan terganggu.
Ibu dapat terkena hipotensi dan janin dapat asfiksia
5. Perubahan Nadi
Frekuensi denyut jantung nadi di antara kontraksi
sedikit lebih tinggi dibandingkan selama periode menjelang
persalinan. Hal ini mencerminkan peningkatan metabolisme
yang terjadi selama persalinan.
Makna : sedikit peningkatan frekuensi nadi dianggap
normal. Cek parameter lain untuk proses infeksi.
6. Perubahan Suhu
Suhu badan akan sedikit meningkat selama
persalinan,suhu mencapai tertinggi selama persalinan dan
segera setelah persalinan. Kenaikan ini dianggap normal asal
tidak melebihi 0,5-1C. Suhu badan yang naik sedikit

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 25


merupakan hal yang wajar, tetapi keadaan ini berlangsung
lama,keadaan suhu ini mengindikasikan adanya dehidrasi.
Parameter lainnya yang harus diperiksa, antara lain selaput
ketuban pecah atau belum karena hal ini merupakan tanda
infeksi.
7. Perubahan Pernapasan.
a. Terjadi sedikit peningkatan laju pernapasan dianggap
normal.
b. Hiperventilasi yang lama dianggap tidak normal dan bisa
menyebabkan alkologis.
Sistem pernapasan juga beradaptasi. Peningkatan
aktivitas fisik dan peningkatan pemakaian oksigen
terlihat dari peningkatan frekuensi pernapasan.
Hiperventilasi dapat menyebabkan alkalosis respiratorik
(pH meningkat), hipoksia dan hipokapnea
(karbondioksida menurun)pada tahap kedua persalinan.
Jika ibu tidak diberi obat-obatan, maka ia akan
mengonsumsi oksigen hampir dua kali lipat. Kecemasan
juga meningkatkan pemakaian oksigen.
Kenaikan pernapasan dapat disebabkan karena adanya
rasa nyeri,kekhawatiran, serta penggunaan teknik
pernapasan yang tidak benar.
8. Perubahan Metabolisme
Selama persalinan, metabolisme karbohidrat aerob
maupun anaerob meningkat dengan kecepatan tetap.
Peningkatan ini terutama disebabkan oleh anxietas dan
aktivitas otot rangka. Peningkatan aktivitas metabolik terlihat
dari peningkatan suhu tubuh, denyut nadi,penapasan, curah
jantung, dan cairan yang hilang.
Makna: Peningkatan curah jantung dan cairan yang
hilang memengaruhi fungsi ginjal dan perlu mendapatkan
perhatian serta ditindak lanjuti guna mencegah terjadinya
dehidrasi.
Peran bidan: anjurkan ibu untuk mendapat asupan
(makanan ringan dan minum air) selama persalinan dan

26 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


kelahiran bayi sebagian ibu masih ingin makan selama fase
laten persalinan, tetapi setelah memasuki fase aktif, mereka
hanya menginginkan cairan saja. Anjurkan anggota keluarga
menawarkan ibu minum sesering mungkin dan makanan
ringan selama persalinan.
Alasan: makanan dan cairan yang cukup selama
persalinan akan memberikan lebih bayak energi dan
mencegah dehidrasi.Dehidrasi bisa memperlambat kontraksi
atau membuat kontraksi menjadi tidak teratur dan kurang
efektif.
9. Perubahan Ginjal
Poliuria sering terjadi selama persalinan. Kondisi ini
dapat diakibatkan peningkatan lebih lanjut curah jantung
selama persalinan dan kemungkinan peningkatan laju filtrasi
glomelurus dan aliran plasma ginjal. Poliuria menjadi kurang
jelas pada posisi telentang karena posisi ini membuat aliran
urineberkurang selama kehamilan. Sedikit proteinuria
(rek,1+) umum ditemukan pada sepertiga sampai setengah
jumlah wanita bersalin. Proteinuria 2+ dan lebih adalah data
yang abnormal (Varney,2008).
Makna: kandung kemih harus sering dievaluasi (setiap
dua jam) untuk mengetahui adanya distensi juga harus
dikosongkan untuk mencegah (1) obstruksi persalinan akibat
kandung kemih yang penuh, yang akan mencegah penurunan
bagian presentasi janin dan (2) trauma pada kandung kemih
akibat penekanan yang lama, yang akan menyebabkan
hipotonia kandung kemih dan retensi urine selama periode
pascapartum awal. Lebih sering terjadi pada wanita
primipara, wanita yang mengalami anemia, atau yang
persalinannya lama. Mengidentifikasikan preeklasmia.
Peran bidan: anjurkan ibu untuk mengosongkan
kantung kemihnya secara rutin selama persalinan. Ibu harus
berkemih, paling sedikit setiap 2 jam atau lebih dan jika
terasa ingin berkemih atau jika kantung kemih dirasakan
penuh. Periksa mphisis pubis untuk mengetahui apakah
kantung kemih penuh) anjurkan dan antarkan ibu untuk

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 27


berkemih dikamar mandi. Jika ibu tidak dapat berjalan
kekamar mandi berikan wadah penampung urine.
Alasan: kandung kemih yang penuh akan:
a. Memeperlambat turunnya bagian terbawah janin dan
mungkin meyebabkan ibu tidak nyaman.
b. Meningkatkan risiko perdarahan pascapersalinan yang
disebabkan antonia uteri.
c. Mengganggu penatalaksanaan distosia bahu.
d. Meningkatkan risiko infeksi kandung kemih
pascapersalinan.
10. Perubahan Gastrointestinal
Motilitas dan absorbsi lambung terhadap makanan padat
jauh berkurang. Apabila kondisi ini diperburuk oleh
penurunan lebih lanjut sekresi asam lambung selama
persalinan, maka saluran cerna bekerja dengan lambat
sehingga waktu pengosongan lambung menjadi lebih lama.
Cairan tidak dipengaruhi dan waktu yang dibutuhkan untuk
pencernaan dilambung tetap seperti biasa. Makanan yang di
ingesti selama periode menjelang persalinan atau fase
prodormal atau fase laten, persalinan cenderung akan tetap
berada di dalam lambung selama persalinan. Mual dan
muntah umum terjadi selama fase transisi, yang menandai
akhir fase pertama persalinan.
Makna: lambung yang penuh dapat menimbulkan
ketidaknyamanan dan penderitaan umum selama masa
transisi. Oleh karena itu, wanita harus dianjurkan untuk tidak
makan dalam porsi besar atau minum berlebihan, tetapi
makan dan minum ketika keinginan timbul guna
mempertahankan energi dan hidrasi. Pemberian obat-obatan
oral tidak efektif selama persalinan. Perubahan pada saluran
cerna kemungkinan timbul sebagai respon terhadap salah
satu atau kombinasi faktor-faktor berikut: kontraksi uterus,
nyeri, rasa takut dan khawatir, obat, atau komplikasi.

28 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


11. Perubahan Hematologi
Hemoglobin meningkat rata-rata 1,2gr/100ml selama
persalinan dan kembali kekadar sebelum persalinan pada
hari pertama pascapartum jika tidak ada kehilangan darah
yang abnormal. Waktu koagulasi darah berkurang dan
terdapat peningkatan fibrinogen plasma lebih lanjut selama
persalinan. Hitung sel darah putih selama progresif
meningkat selama Kala 1 persalinan sebesar kurang lebih
5.000 hingga jumlah rata-rata 15.000 pada saat pembukaan
lengkap,tidak ada peningkatan lebih lanjut setelah ini. Gula
darah menurun selama persalinan, menurun drastis pada
persalinan yang lama dan sulit, kemungkinan besar akibat
peningkatan aktivitas otot dan rangka.
Makna: jangan terburu-buru.Seorang wanita tidak
anemia jika tes darah menunjukkan kadar darah berada di
atas normal, yang membuat anda terkecoh sehingga
mengakibatkan risiko yang meningkat pada wanita anemia
selama periode intrapartum. Perubahan ini menurunkan
risiko perdarahan pascapartum pada wanita normal.
Peningkatan hitung sel darah putih tidak selalu
mengidentifikasi infeksi ketika jumlah ini dicapai. Apabila
jumlahnya jauh di atas nilai ini, cek parameter lain untuk
mengetahui ada nya infeksi. Penggunaan uji laboratorium
untuk menepis seorang wanita terhadap kemungkinan
diabetes selama periode intrapartum akan menghasilkan data
yang tidak akurat dan tidak dapat dipercaya.

LATIHAN SOAL
1. Ny. Shinta berumur 30 tahun, G IV PIIAI hamil 39 minggu. Datang
ke BPS pada pukul 09.00 WIB dengan keluhan keringat dingin
dan kencang-kencang teratur sejak pukul 07.00 WIB disertai
pengeluaran lendir darah. Hasil VT: pembukaan 7 cm, KK +. Data
fokus yang mendukung ibu dalam proses persalinanadalah ….
a. Dilatasi serviks

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 29


b. Hamil 39 minggu
c. Kencang-kencang
d. Keluar keringat dingin
e. Pengeluaran lendir darah
2. Ny. Shinta berumur 30 tahun, G IV PIIAI hamil 39 minggu.
Datang ke BPS pada pukul 09.00 WIB dengan keluhan keringat
dingin dan kencang-kencang teratur sejak pukul 07.00 WIB
disertai pengeluaran lendir darah. Hasil VT: pembukaan 7 cm,
KK +. Sesuai data di atas, Ny. Shinta termasuk inpartu kala ....
a. A.Kala I fase aktif
b. B. Kala I fase laten
c. C. Kala I fase aktif akselerasi
d. D. Kala I fase aktif deselerasi
e. E. Kala I fase aktif dilatasi maksimal
3. Ny. Shinta berumur 30 tahun, G IV PIIAI hamil 39 minggu.
Datang ke BPS pada pukul 09.00 WIB dengan keluhan keringat
dingin dan kencang-kencang teratur sejak pukul 07.00 WIB
disertai pengeluaran lendir darah. Hasil VT: pembukaan 7 cm,
KK +, penurunan masuk panggul di antara tepi bawah simpisis
dan spina ischiadica. Penurunan kepala janin Ny. Shinta berada
pada hodge ....
a. A.IV
b. B.III +
c. C.I - II
d. D.II - III
e. E.III - IV
4. Ny. Shinta berumur 30 tahun, G IV PIIAI hamil 39 minggu.
Datang ke BPS pada pukul 09.00 WIB dengan keluhan keringat
dingin dan kencang-kencang teratur sejak pukul 07.00 WIB
disertai pengeluaran lendir darah. Hasil VT: pembukaan 7 cm,
KK +, penurunan masuk panggul di antara tepi bawah simpisis

30 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


dan spina ischiadica. Asuhan yang dapat diberikan pada Ny.
Shinta adalah ….
a. Memecah kulit ketuban
b. Mencukur rambut pubis
c. Menganjurkan mobilisasi
d. Kateterisasi kandung kemih
e. Menganjurkan ibu tidur miring kanan
5. Ny. Shinta berumur 30 tahun, G IV PIIAI hamil 39 minggu. Datang
ke BPS pada pukul 09.00 WIB dengan keluhan keringat dingin
dan kencang-kencang teratur sejak pukul 07.00 WIB disertai
pengeluaran lendir darah. Hasil VT: pembukaan 7 cm, KK +,
penurunan masuk panggul di antara tepi bawah simpisis dan
spina ischiadica. Pembukaan lengkap pada Ny. Shinta
diperkirakan pada pukul ….
a. A.10.00 WIB
b. B.10.30 WIB
c. C.11.00 WIB
d. D.11.30 WIB
e. E.12.00 WIB
6. Ny. K berumur 20 tahun G1 P0 A0 hamil 40 minggu datang ke
Polindes pada pukul 08.00 WIB, dengan keluhan kencang-
kencang sejak pukul 03.00 WIB. Hasil pemeriksaan TTV dalam
batas normal, TFU 29 cm, letak kepala, puka, DJJ 132 x /mnt, His
3x tiap 10 mnt lamanya 40 detik, PPV lendir darah, VT
pembukaan 6 cm, 1. Diagnosis yang tepat untuk Ny. K adalah ....
a. G1 P0A0 Hamil aterm inpartu kala I fase aktif
b. G 1 P0 A0 Hamil aterm inpartu kala I fase aktif deselerasi
c. G 1 P0 A0 Hamil aterm inpartu kala I fase aktif akselerasi
d. G 1 P0 A0 Hamil aterm inpartu kala I fase aktif deselerasi
maksimal

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 31


e. G 1 P0 A0 Hamil aterm inpartu kala I fase aktif kemajuan
maksimal
7. Ny. K berumur 20 th G1 P0 A0 hamil 40 minggu datang ke
Polindes pada pukul 08.00 WIB, dengan keluhan kencang-
kencang sejak pukul 03.00 WIB. Hasil pemeriksaan TTV dalam
batas normal, TFU 29 cm, letak kepala, puka, DJJ 132 x/mnt, His
3x tiap 10 mnt lamanya 40 detik, PPV lendir darah, VT
pembukaan 6 cm, KK (+), kepala turun HII+, sutura bersentuhan.
Rencana asuhan yang paling tepat umtuk Ny. K pada kasus di
atas adalah ....
a. Laksanakan kateter
b. Oservasi His dan DJJ
c. Ibu tidak boleh jalan-jalan
d. Observasi pembukaan serviks 2 jam kemudian
f. Pecahkan ketuban agar pembukaan cepat lengkap
8. Ny. K berumur 20 tahun G1 P0 A0 hamil 40 minggu datang ke
Polindes pada pukul 08.00 WIB, dengan keluhan kencang-
kencang sejak pukul 03.00 WIB. Hasil pemeriksaan TTV dalam
batas normal, TFU 29 cm, letak kepala, puka, DJJ 132 x/mnt, His
3x tiap 10 menit lamanya 40 detik, PPV lendir darah, VT
pembukaan 6 cm, KK (+), kepala turun HII+, sutura bersentuhan.
Ny. K diperkirakan memasuki kala II pada pukul ....
a. A.10.00 WIB.
b. B. 11.00 WIB
c. C. 12.00 WIB
d. D. 13.00 WIB
e. 14.00 WIB
9. Ny. K berumur 20 tahun G1 P0 A0 hamil 40 minggu datang ke
Polindes pada pukul 08.00 WIB, dengan keluhan kencang-
kencang sejak pukul 03.00 WIB. Hasil pemeriksaan TTV dalam
batas normal, TFU 29 cm, letak kepala, puka, DJJ 132 x /mnt, His
3x tiap 10 mnt lamanya 40 detik, PPV lendir darah, VT

32 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


pembukaan 6 cm, KK (+), kepala turun HII+, sutura bersentuhan.
Tafsiran berat janin Ny. K adalah ....
a. 2945 gram
b. 2790 gram
c. 2635 gram
d. 3100 gram
e. 3200 gram
10.Ny. K berumur 20 tahun G1 P0 A0 hamil 40 minggu datang ke
Polindes pada pukul 08.00 WIB, dengan keluhan kenceng-
kenceng sejak pukul 03.00 WIB. Hasil pemeriksaan TTV dalam
batas normal, TFU 29 cm, letak kepala, puka, DJJ 132 x/mnt, His
3x tiap 10 mnt lamanya 40 detik, PPV lendir darah, VT
pembukaan 6 cm, KK (+), kepala turun HII+, sutura bersentuhan.
Metode yang tepat Untuk mengurangi nyeri Ny. K adalah ….
a. Mengatur posisi
b. Sederhana
c. Risiko rendah
d. Sayang ibu
e. Menguramgi rasa sakit

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 33


34 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
BAB II
PSIKOLOGI PERSALINAN

Perubahan psikologis pada persalinan dipengaruhi oleh


pengalamansebelumnya, kesiapan emosi, persiapan menghadapi
persalinan (fisik, mental,materi), support system, lingkungan,
mekanisme koping, kultur, dan sikap terhadapkehamilan. Masalah
psikologis yang mungkin terjadi dalam menghadapi persalinan
intervensinya adalah:
1. Kaji penyebab kecemasan.
2. Orientasikan ibu terhadap lingkungan.
3. Pantau tanda vital (tekanan darah dan nadi).
4. Ajarkan teknik-teknik relaksasi.
5. Pengaturan napas untuk memfasilitasi rasa nyeri akibat
kontraksi uterusdan kurang pengetahuan tentang proses
persalinan intervensinya.
6. Kaji tingkat pengetahuan, beri informasi tentang proses
persalinan danpertolongan persalinan yang akan dilakukan.
7. Pengurangan rasa sakit (pain relief).
Berdasarkan hasil penelitian, pemberian dukungan fisik,
emosional, dan psikologis selama persalinan akan dapat
membantu mempercepatproses persalinan dan membantu ibu
memperoleh kepuasan dalam melaluiproses persalinan

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 35


normal.Metode mengurangi rasa nyeri yang dilakukan secara
terusmenerus dalam bentuk dukungan harus dipilih yang
bersifat sederhana,biaya rendah, risiko rendah, membantu
kemajuan persalinan, hasilkelahiran bertambah baik, dan
bersifat sayang ibu.
Menurut Varney, pendekatan untuk mengurangi rasa sakit
dapat dilakukan dengan cara:
a. Menghadirkan seseorang yang dapat memberikan dukungan
selamapersalinan (suami, orang tua).
b. Pengaturan posisi: duduk atau setengah duduk, posisi
merangkak,berjongkok, berdiri, berbaring miring ke kiri,
relaksasi danpernapasan, istirahat, dan privasi.
c. Penjelasan mengenai proses/kemajuan/prosedur yang akan
dilakukan,asuhan diri, dan sentuhan.
Ada beberapa teknik dukungan untuk mengurangi rasa sakit
yaitu:
Dengan kehadiran seorang pendamping yang terus-
menerus, sentuhan yangnyaman, dan dorongan dari orang yang
memberikan support, perubahanposisi dan pergerakan,
sentuhan dan massage, counterpressure untukmengurangi
tegangan pada ligamen, pijatan ganda pada pinggul,penekanan
pada lutut, kompres hangat dan kompres dingin,
berendam,pengeluaran suara, visualisasi dan pemusatan
perhatian (dengan berdoa), atau musik yang lembut dan
menyenangkan ibu.

A. Perubahan Psikologi pada Kala I


Perubahan psikologis pada Kala I dipengaruhi oleh:
1. Pengalaman sebelumnya
2. Kesiapan emosi
3. Persiapan menghadapi persalinan (fisik, mental, materi, dan
sebagainya)

36 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


4. Support system
5. Lingkungan
6. Mekanisme koping
7. Kultur
8. Sikap terhadap kehamilan
Kecemasan menghadapi persalinan intervensinya: kaji
penyebab kecemasan, orientasikan ibu terhadap lingkungan,
pantau tanda vital (tekanan darah dan nadi), ajarkan teknik-
teknik relaksasi, dan pengaturan napas untuk memfasilitasi rasa
nyeri akibat kontraksi uterus.
Kurang pengetahuan tentang proses persalinan intervensinya:
kaji tingkat pengetahuan, beri informasi tentang proses
persalinan dan pertolongan persalinan yang akan dilakukan,
daninformed consent.
Kemampuan mengontrol diri menurun (pada Kala I fase
aktif) intervensinya: berikan support emosi dan fisik, libatkan
keluarga (suami) untuk selalu mendampingi selama proses
persalinan berlangsung .
Masalah psikologis yang mungkin terjadi:
1. Kecemasan menghadapi persalinan,intervensinya: kaji
penyebab kecemasan, orientasikan ibu terhadap lingkungan ,
pantau tanda vital (tekanan darah dan nadi), ajarkan teknik-
teknik relaksasi, pengaturan napas untuk memfasilitasi rasa
nyeri akibat kontraksi uterus.
2. Kurang pengetahuan tentang proses
persalinan,intervensinya: kaji tingkat pengetahuan, beri
informasi tentang proses persalinan, dan pertolongan
persalinan yang akan dilakukan, informed consent.
3. Kemampuan mengontrol diri menurun (pada kala I fase
aktif),intervensinya: berikan support emosi dan fisik, libatkan
keluarga (suami) untuk selalu mendampingi selama proses
persalinan berlangsung.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 37


4. Timbulnya rasa jengkel tidak nyaman, badan selalu
kegerahan, dan tidak sabaran.
5. Sikap bermusuhan terhadap bayi.
6. Munculnya ketakutan menghadapi nyeri persalinan risiko
saat melahirkan.
7. Adanya harapan-hrapan terhadap jenis kelamin bayi yang
akan dilahirkan.
8. Kegelisahan dan ketakutan menjelang kelahiran bayi:
a. Takut mati
b. Trauma kelahiran
c. Perasaan bersalah
9. Ketakutan (takut cacat, bayi berasib buruk, beban hidup
semakin berat dengan hadirnya bayi, takut kehilangan bayi).
Biasanya selama fase laten persalinan wanita mengalami
emosi yang bercampur aduk, wanita merasa gembira, bahagia,
dan bebas karena kehamilan dan penantian yang panjang akan
segera berakhir, tetapi ia mempersiapkan diri sekaligus memiliki
kekhawatiran tentang apa yang akan terjadi. Secara umum, dia
tidak terlalu merasa tidak nyaman dan mampu menghadapi
situasi tersebut dengan baik. Namun, untuk wanita yang tidak
pernah mempersiapkan diri terhadap apa yang akan terjadi, fase
laten persalinan akan menjadi waktu ketika ia banyak berteriak
dalam ketakutan bahkan pada kontraksi yang paling ringan
sekalipun dan tampak tidak mampu mengatasinya sampai,
seiring frekuensi dan intensitas kontraksi meningkat, semakin
jelas baginya bahwa ia akan segera bersalin.Bagi wanita yang
telah banyak menderita menjelang akhir kehamilan dan pada
persalinan palsu, respons emosionalnya terhadap fase laten
persalinan kadang-kadang dramtis, perasaan lega, relaksasi, dan
peningkatan kemampuan koping tanpa memerhatikan lokasi
persalinan. Walaupun merasa letih, wanita itu tahu bahwa pada
akhirnya ia benar-benar bersalin dan apa yang ia alami saat ini
produktif.

38 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


Seiring persalinan melalui fase aktif, ketakutan wanita
meningkat. Pada saat kontraksi semakin kuat lebih lama dan
terjadi lebih sering, semakin jelas baginya bahwa semua itu
berada di luar kendalinya. Dengan kenyataan ini, ia menjadi lebih
serius.Wanita ingin seseorang mendampinginya karena ia takut
ditinggal sendiri dan tidak mampu mengatasi kontraksi yang di
atasi. Ia mengalami sejumlah kemampuan dan ketakutan yang
tak dapat dijelaskan. Ia dapat mengatakan kepada Anda bahwa ia
merasa takut, tetapi tidak menjelaskan dengan pasti apa yang
ditakutinya.
Pada fase transisi biasanya ibu merasakan perasaan gelisah
yang mencolok, rasa tidak nyaman menyeluruh, bingung,
frustasi, emosi meledak-ledak akibat keparahan kontraksi,
kesadaran terhadap martabat diri menurun drastis, mudah
marah, menolak hal-hal yang ditawarkan kepadanya, rasa takut
cukup besar.
Dukungan yang diterima atau tidak diterima oleh seorang
wanita di lingkungan tempatnya melahirkan, termasuk dari
mereka yang mendampinginya, sangat memengaruhi aspek
psikologisnya pada saat kondisinya sangat rentan setiap kali
kontraksi timbul juga pada saat nyerinya tibul secara kontinu.
Dukungan dan anjuran suami dan anggota keluarga yang
lain untuk mendampingi ibu selama persalinan dan kelahiran.
Anjurkan mereka untuk berperan aktif dalam mendukung dan
mengenali langkah-langkah yang mungkin akan sangat
membantu kenyamanan ibu. Hargai keinginan ibu untuk
didampingi oleh teman atau saudara yang khusus (Enkin, et al,
2000).
Keluarga dapat pula memberikan support kepada ibu
dengan cara mengucapkan kata-kata yang membesarkan hati
dan pujian kepada ibu, membantu ibu bernapas pada saat
kontraksi, memijat punggung kaki atau kepala ibu dan tindakan-
tindakan bermanfaat lainnya, menyeka muka ibu dengan lembut
menggunakan kain yang dibasahi air hangat atau dingin, dan
menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa aman
(Pusdiknakes, 2004).

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 39


B. Perubahan Psikologi pada Kala II
1. Bahagia
Karena saat-saat yang telah lama di tunggu akhirnya
datang juga yaitu kelahiran bayinya dan ia merasa bahagia
karena merasa sudah menjadi wanita yang sempurna (bisa
melahirkan, memberikan anak untuk suami, dan memberikan
anggota keluarga yang baru), bahagia karena bisa melihat
anaknya.
2. Cemas dan Takut
a. Cemas dan takut kalau terjadi bahaya atas dirinya saat
persalinan karena persalinan di anggap sebagai suatu
keadaan antara hidup dan mati.
b. Cemas dan takut karena pengalaman yanglalu.
c. Takut tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya.
Jalan yang bisa di tempuh untuk mengatasi hal ini:
1. Dari Diri Sendiri (Ibu)
Mempersiapkan semuanya dengan baik (sejak awal
kehamilan memang sudah di rencanakan baik fisik maupun
mental).
2. Dari Orang Lain
a. Mengurangi ketegangan (mengajak bicara atau bercanda).
b. Meyakinkan bahwa hal ini merupakn suatu hal yang normal.
c. Memberi bantuan moral (dengan mempersilakan suami
untuk mendampingi ibu).
d. Selalu membimbing ibu disaat kesakitan
e. Memberikan semangat kepada ibu dan meyakinkan bahwa
semua akan baik-baik saja dan akan cepat berlalu.
f. Menambah kekuatan ibu (dengan mempersilakan ibu untuk
minum di sela-sela istirahatnya setelah mengejan).

40 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


C. Perubahan Psikologi pada Kala III
Perubahan psikologi pada Kala III persalinan, nyeri mulai
berkurang dan saat pelepasan plasenta ibu merasa gelisah, lelah,
dan ingin segera melihat bayinya.
1. Ibu ingin melihat, menyentuh dan memeluk bayinya.
2. Merasa gembira, lega dan bangga akan dirinya, juga merasa
sangat lelah.
3. Memusatkan diri dan kerap bertanya apakah vaginanya perlu
dijahit.
4. Menaruh perhatian terhadap plasenta.
Aktivitas Istirahat:
1. Perasaan bisa berkisar dari kelelahan sampai kesenangan.
2. Masih melaporkan nyeri dan ketidaknyamanan.
Intervensi:
Mengurangi nyeri akut berhubungan dengan trauma
jaringan dan respon fisiologis sesudah melahirkan;
1. Bantu dengan tehnik relaksasi
2. Kompres es pada perineum
3. Beri penghangat

D. Perubahan Psikologi pada Kala IV


1. Reaksi emosional dapat bervariasi atau berubah-ubah:
2. Kurang minat
3. Menjauh
4. Tidak ada kedekatan
5. Kecewa
6. Dapat mengekspresikan masalah atau minta maaf untuk
perilaku inpartu atau kehilangan kontrol.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 41


7. Dapat mengekspresikan kecemasan atas kondisi bayi atau
perawatan segera pada neonatal.
8. Inisiasi dini dan motivasi untuk ASI eksklusif.

LATIHAN SOAL
1. Seorang perempuan usia 25 tahun melahirkan 2 hari yang lalu di
BPM, mengeluh perut mulas dan sulit tidur.Agar ibu dalam
melewati proses persalinannya merasa nyaman, maka hal yang
dapat dilakukan bidan dan keluarga sebagai wujud asuhan
sayang ibu adalah....
a. Memarahi ibu saat mersakan kesakitan
b. Tidak menunggui ibu saat proses persalinan
c. Tidak memberikan makan atau minum pada ibu
d. Memberikan dukungan emosional
2. Seorang perempuan usia 25 tahun melahirkan 2 hari yang lalu di
BPM, mengeluh perut mulas dan sulit tidur. Peristiwa di bawah
ini yang merupakan bentuk asuhan sayang ibu yaitu ....
a. Bidan menganjurkan pada keluarga untuk memberikan
cairan dan nutrisi pada ibu bersalin
b. Bidan melakukan tindakan kateterisasi secara rutin agar ibu
bisa BAK
c. Bidan melakukan enema pada setiap ibu inpartu
d. Bidan melakukan pencukuran rambut pubis pada setiap ibu
bersalin
3. Seorang perempuan usia 25 tahun melahirkan 2 hari yang lalu di
BPM, mengeluh perut mulas dan sulit tidur. Diketahui seorang
ibu inpartu hamil anak pertama, mengeluh mengeluarkan lendir
bercampur darah dari kemaluannya. Saat dilakukan
pemeriksaan VT oleh bidan, mulai saat pasien datang mengalami
pembukaan satu dipantau sampai ibu mengalami pembukaan
lengkap. Berdasarkan teori, hal tersebut merupakan ....
a. Tahapan persalinan pada kala 1

42 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


b. Tahapan persalinan pada kala 2
c. Tahapan persalinan pada kala 3
d. Tahapan persalinan pada kala 4
4. Seorang perempuan usia 25 tahun melahirkan 2 hari yang lalu di
BPM, mengeluh perut mulas dan sulit tidur. Bidan Sinta
menganjurkan ibu bersalin untuk mengubah posisi miring kanan
atau kiri, agar ibu merasa lebih nyaman. Berdasarkan kasus di
atas, tindakan yang dilakukan bidan adalah wujud dari....
a. Membuat keputusan klinik
b. Tindakan pencegahan infeksi
c. Asuhan sayang ibu
d. Tindakan pendokumentasian
5. Seorang perempuan usia 25 tahun melahirkan 2 hari yang lalu di
BPM, mengeluh perut mulas dan sulit tidur.Melaksanakan
asuhan kebidanan pada ibu bersalin kala I.Perubahan secara fisik
pada kala I persalinan disebut juga .…
a. Perubahan fisiologis
b. Perubahan psikologis
c. Semua jawaban salah
d. Semua jawaban benar
6. Seorang perempuan usia 25 tahun melahirkan 2 hari yang lalu di
BPM, mengeluh perut mulas dan sulit tidur.Perubahan psikologis
pada kala I dipengaruhi oleh….
a. Persiapan menghadapi persalinan
b. Lingkungan
c. Kesiapan emoya.
d. Benar semua
7. Seorang perempuan usia 25 tahun melahirkan 2 hari yang lalu di
BPM, mengeluh perut mulas dan sulit tidur.Yang dapat dilakukan
bidan untuk mengatasi perubahan psikologis pada ibu bersalin
adalah….
a. Memberikan informasi tentang keadaan ibu dan janinnya
b. Memberikan support

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 43


c. Menghadirkan pendamping persalinan yaitu suami dan/atau
keluarga
d. Semua jawaban benar
8. Seorang perempuan usia 25 tahun melahirkan 2 hari yang lalu di
BPM, mengeluh perut mulas dan sulit tidur.Masalah psikologis
yang mungkin terjadi pada kala I yaitu ….
a. Ibu mengatakan merasa nyaman
b. Ibu mengatakan mampu mengontrol diri
c. Ibu mengatakan cemas menghadapi persalinan
d. Semua jawaban salah
9. Bidan menganjurkan pada ibu untuk mengatur posisi yang
nyaman selama persalinan. Hal tersebut merupakan
kebutuhan….
a. Kebutuhan fisik dan psikologis
b. Kebutuhan primer
c. Kebutuhan mendesak
d. Kebutuhan sekunder
10.Jika diketahui seorang ibu datang ke bidan pada tanggal 9 April
2011, pukul 09.00 WIB.Mengeluh mengeluarkan cairan lendir
berwarna putih disertai darah dari kemaluannya sejak 2 jam
yang lalu. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh bidan, terdapat
pembukaan serviks 5 cm dan his 4x 40”/10’. Apakah hal tersebut
termasuk kondisi fisiologis pada ibu bersalin kala 1… dan
diagnosis apa yang tepat untuk ibu tersebut….
a. Fisiologis; KPD
b. Patologis; KPD
c. Fisiologis; inpartu kala 1 fase aktif
d. Fisiologis inpartu kala 1 fase laten

44 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


BAB III
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
SEDERHANA

Beberapa pemeriksaan laboratorium yang penting dilakukan


ketika ibu bersalindi antaranya:
1. Uji Urine (Air Seni)
Tujuan dari pemeriksaan urine adalah untuk mendeteksi
bila terjadi infeksi saluran kemih dan kelainan lainnya yang
terdapat pada saluran kemih. Selain itu, dapat mendeteksi
kelainan sistematik yang bermanifestasi di urine. Adanya infeksi
di saluran kemih, haruslah diwaspadai karena dapat
menyebabkan kontraksi dan kelahiran prematur atau ketuban
pecah terlalu dini. Infeksi saluran kemih dapat terjadi akibat
organ intim yang kurang bersih. Tes urine dapat dilakukan oleh
ibu hamil pada trimester pertama atau trimester kedua
kehamilan.
2. Darah Lengkap
Pemeriksaan ini merupakan tes yang digunakan untuk
mendeteksi adanya kelainan pada darah dan unsur di dalamnya
yang dapat menggambarkan kondisi tubuh secara umum.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada trimester pertama, kedua,
dan saat persalinan.
Kelainan yang dapat terdeteksi melalui pemeriksaan lab
oratorium ini antara lain anemia (hemoglobin rendah) yang

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 45


biasanya terjadi pada ibu hamil, kekurangan zat besi,
kekurangan asam folat, dan talasemia yang merupakan kelainan
produksi hemoglobin yang bersifat genetik.
3. Pemeriksaan Kadar Glukosa dalam darah.
Tujuan pemeriksaan laboratorium ini untuk mengetahui
apakah terjadi DMG (diabetes mellitus gestasional) kencing
manis dalam kehamilan. Pemeriksaan glukosa ini dilakukan pada
trimester pertama atau saat pertama terdiagnosis hamil. Juga
ketika usia 24-28 minggu.
4. Pemeriksaan Virus Hepatitis
Pemeriksaan laboratorium terhadap kemungkinan
terdapatnya virus hepatitis sangat diperlukan di saat kehamilan.
Karena virus hepatitis sangat potensial untuk ditularkan kepada
janin di dalam kandungan.
5. Pemeriksaan Virus HIV
Seperti virus hepatitis, virus HIV juga berpotensi menular
pada janin. Jika ibu hamil terinfeksi HIV, harus segera diterapi
dengan anti HIV dan persalinananya dilakukan melalui bedah
sesar untuk mencegah bayi tertular virus HIV. Tes ini dilakukan
pada trimester pertama.

LATIHAN SOAL
1. Seorang perempuan berusia 21 tahun, hamil anak pertama 7
bulan datang ke Polindes bersama suami, mengeluh sering
pusing, mata berkunang-kunang, badan terasa lemas, dan cepat
lelah sejak 2 minggu yang lalu, hasil pemeriksaan tanda vital
dalam batas normal. Konjungtiva terlihat pucat. Apakah
pemriksaan penujang yang sebaiknya di lakukan pada kasus
tersebut?
a. HB sahli
b. Protein unaria

46 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


c. Urinee protein
d. Glukosa darah
e. Golongan darah
2. Seorang perempuan berusia 23 tahun hamil 8 bulan datang ke
BPM bersama suami, untuk memeriksakan kehamilanya,
mengeluh sering pusing dan cepat lelah. Hasil pemeriksaan
tanda vital dalam batas normal, pemeriksaan fisik kontungtiva
pucat, TFU 30 cm, letak kepala, DJJ (+) 140 x/m.Apakah
pemeriksaan penujang yang tepat pada kasus tersebut?
a. Darah
b. Hemoglobin
c. Trombosit darah
d. Laju endap darah
e. Gula darah
3. Seorang wanita berusia 28 tahun G3 P2 A0 H2 datang ke klinik
dokter spesialis kandungan diantar oleh suaminya. Ibu datang
dengan keluhan sering sakit kepala dan sakit pada ulu hantinya
dan bukan sering pusing. Di dapatkan hasil pemeriksaan TD
:140/100 mmHg, N :70 x/I, P: 22 x/I, S :37 c. Pemeriksaan
apakah yang paling tepat di lakukan untuk ibu tersebut untuk
menegakkan diagnose….
a. skintess
b. protein urinee
c. glukosa
d. gula darah
e. USG
4. Ny. Rina berumur 30 tahun G3P2A0 datang ke tempat praktik
anda pada tanggal 11 Juni 2011 mengeluh mual muntah, dan
tidak mendapatkan haid. Data yang diperoleh dari pemeriksaan
HPHT 21 Maret 2011, KU ibu baik TD 110/70 mmHg, N 84

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 47


x/menit, R 24 x/menit, S 36oC. Pemeriksaan penunjang yang
perlu anda lakukan terhadap Ny.Rina adalah ….
a. PP test
b. Urine aceton
c. Urine reduksi
d. Urine protein
5. Ny. Tetiberumur 28 tahun G2 P1 A0 hamil 36 minggu datang ke
BPS diantar oleh keluarganya, dengan tidak sadar, saat dirumah
Ny. Teti mengalami kejang-kejang. Hasil pemeriksaan dilakukan
oleh bidan didapatkan TD 160/110 mmHg, N 100 x/mnt, R 16 x/
mnt, DJJ irreguler, TFU 3 jari di bawah Px, presentasi kepala,
punggung kanan, dan oedema pada wajah, tangan dan
kaki.Diagnosis yang sesuai keadaan Ny. Teti adalah ….
a. Eklampsia
b. Pre eklampsia berat
c. Pre eklampsia ringan
d. Pre eklampsia sedang
6. Untuk menunjang diagnosis pada kasus Ny. Teti diperlukan
pemeriksaan adalah ….
a. Hb darah
b. Darah rutin
c. Protein urine
d. Urine reduksi
7. Ny. Brina berumur 30 tahun, P2A0,datang ke klinik dengan
keluhan demam,nyeri perut bagian bawah dan sekitar panggul,
dan sering mengeluarkan cairan dari jalan lahir setelah haid dan
post coital.Nyerisaat haid sudah 1 tahun,ibu tidak menjadi
akseptor KB. Dari pemeriksaan di dapat hasil T: 120/80 mmHg,
N: 84x/mnt,RR: 24x/mnt,S: 400c dan terdapat nyeri tekan pada
perut bagian bawah.Pemeriksaan penunjang yang perlu
dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah….

48 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


a. USG
b. Urinealisis
c. Tes kehamilan
d. Darah lengkap
8. Seorang wanita G5 P4 A0 H datang ke BPM dengan keluhan sering
merasa pusing, cepat lelah, mata berkunang-kunang apalagi
ketika bangun dari duduk, dan nafsu makan berkurang. Hasil
pemeriksaan TD 90/60 mmHg, N 85 x/I, napas 25 x/I,
konjungtiva terlihat pucat. TFU 3 jari di atas pusat. Hasil
pemeriksaan lab HB 9 gr %. Apakah diagnosis yang paling tepat
pada kasus di atas?
a. Ibu hamil dengan anemia ringan
b. Ibu hamil dengan anemia sedang
c. Ibu hamil dengan anemia berat
d. Ibu hamil dengan pre eklampsia ringan
e. Ibu hamil dengan pre eklampsia berat
9.Seorang perempuan G5 P4 A0 H4 datang ke BPM dengan keluhan
sering merasa pusing, cepat lelah, mata berkunang-kunang
apalagi ketika bangun dari duduk dan nafsu makan berkurang.
Hasil pemriksaan TD 90/60 mmHg, nadi 85 x/I, napas 25 x/I,
konjungtiva terlihat pucat. TFU 3 jari di atas pusat. Hasil lab Hb 9
gr %. Apakah penatalaksanaan yang paling tepat pada kasus di
atas?
a.Memberikan ibu tablet Fe dengan dosis 1x1
b.Menganjurkan ibu agar lebih sering melakukan ANC
c.Menganjurkan ibu agar mengkomsumsi tomat
d.Menganjurkan ibu untuk menguarangi aktivitasnya
e.Memberikan penyuluhan kepada ibu tentang gizi yang baik
10. Seorang ibu berusia 31 tahun bernama Ny. Lila, datang keklinik
bidan, dengan diantar suaminya. Ibu tersebut datang dengan
keluhan 2 bulan tidak datang haid, dan mual muntah setiap

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 49


paginya sejak 2 hari yang lalu. Ibu tersebut memiliki anak
pertama yang berusia 2 tahun dan tidak pernah mengalami
keguguran. Pada pemeriksaan yang dilakukan didapatkan hasil.
TD 100/70 mmHg, N : 60x/I. P :16 x/I, S:37 c, ball (+), dan
dilakukan pemeriksaan planotes hasilnya positif (+). Dari
skenario di atas diagnosis yang paling tepat untuk Ny. Lila adalah
....
a. Mual muntah biasa
b. Morning sickness
c. Molahidatidosa
d. Tanda-tanda hamil
e. Hamil muda

50 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


BAB IV
FAKTOR YANG MEMENGARUHI
PERSALINAN DAN LAKTASI

Faktor-faktor yang memengaruhi persalinan:


A. Passage
Passage atau faktor jalan lahir dibagi atas:
1. Bagian keras:tulang-tulang panggul (rangka panggul).
2. Bagian lunak: otot-otot, jaringan-jaringan dan ligamen-
ligamen.
1. Rangka Panggul/Ukuran Panggul
a. Tulang Panggul
 Os coxae: os ilium, os ischium, os pubis
 Os sacrum = promontorium
 Os coccygis
b. Artikulasi
 Simfisis pubis, di depan pertemuan os pubis
 Artikulasi sakro-iliaka yang menghubungkan os
sacrum & os ilium
 Artikulasi sakro-koksigium yang menghubungkan
os sacrum dan koksigis

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 51


c. Ruang Panggul
 Pelvis mayor (False pelvis) Pelvis mayor terletak di
atas linea terminalis yang di bawahnya disebut
pelvis minor.
 Pelvis minor (True pelvis)
d. Pintu Panggul
 Pintu atas panggul (PAP) = Inlet, dibatasi oleh linea
terminalis (linea inominata).
 Ruang tengah panggul (RTP) kira-kira pada spina
ischiadika, disebut midlet.
 Pintu bawah panggul (PBP) dibatasi simfisis dan
arkus pubis, disebut outlet.
 Ruang panggul yang sebenarnya berada antara inlet
dan outlet.
e. Sumbu Panggul
Adalah garis yang menghubungkan titik-titik
tengah ruang panggul yang melengkung ke depan
(sumbu carus).
f. Bidang-Bidang
 Bidang Hodge I: jarak antara promontorium dan
pinggir atas simfisis, sejaja dengan PAP.
 Bidang Hodge II: sejajar dengan PAP, melewati
pinggir bawah simfisis.
 Bidang Hodge III: sejajar dengan PAP, melewati
Spina ischiadika.
 Bidang Hodge IV: sejajar dengan PAP, melewati
ujung coccygeus.
g. Ukuran-Ukuran Panggul
 Alat Pengukur Ukuran Panggul:
(1) pita meter

52 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


(2) jangka panggul: Martin, Oseander, Collin dan
Baudeloque
(3) pelvimetri klinis dengan periksa dalam
(4) pelvimetri rontenologis dibuat oleh ahli
radiology dan hasilnya diinterpretasikan oleh
ahli kebidanan
h. Ukuran-Ukuran Panggul Luar:
 DS : Distansia Spinarum, yaitu jarak antara kedua
spina iliaka anterior superior ukuran normalnya 24-
26 cm.
 DC : Distansia Cristarum, yaitu jarak antara kedua
crista iliaka kanan dan kiri ukuran normalnya 28-
30 cm.
 CE : Conjugata Eksterna (Boudeloque) jarak antara
tepi atas simfisis dengan tulang lumbal ke-5, ukuran
normalnya 18-20 cm.
 CD : Conjugata Diagonalis, dengan periksa dalam
ukuran normalnya 12,5 cm.
 DT : Distansia Tuberum, dengan menggunakan
jangka oseander ukuran normalnya 10,5 cm.
i. Ukuran-Ukuran Panggul Dalam
 Pintu atas panggul: merupakan suatu bidang yang
dibentuk oleh promontorium, line inominata dan
pinggir atas simfisis pubis.
(1) Conjugata Vera : dengan melakukan periksa
dalam diperoleh conjugata diagonalis 11 cm-1,5
cm.
(2) Conjugata Transversa 12-13 cm.
(3) Conjugata oblique 13 cm.
(4) Conjugata obstetrica adalah jarak bagian tengah
simfisis ke promontorium.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 53


 Pintu tengah panggul
(1) Bidang terluas ukurannya 13 x 12,5 cm
(2) Bidang sempit ukurannya 11,5 x 11 cm
(3) Karak antar spina ischiadika 11 cm
 Pintu bawah panggul
(1) Ukuran antero-posterior 10-11 cm
(2) Ukuran melintang 10,5 cm
(3) Arcus pubis membentuk sudut 900 lebih
j. Inklinasi Pelvis (miring panggul):
Adalah sudut yang dibentuk dengan horizon bila
wanita berdiri tegak dengan inlet 55-60 derajat.
k. Jenis Panggul (Menurut Caldwell & Moloy, 1933)
Didasarkan pada ciri-ciri bentuk PAP, ada 4 bentuk
dasar panggul:
 Ginekoid : paling ideal, bulat 45%
 Android : panggul pria, segitiga 15%
 Antropoid : agak lonjong seperti telur 35%
 Platipeloid : picak, menyempit arah muka belakang
5%
Terkadang dijumpai bentuk panggul kombinasi
dari keempat bentuk klasik tersebut, misalnya:
 Jenis gineko-android
 Jenis gineko-antropoid
 Dan kombinasi-kombinasi lainnya (ada 14 jenis)
2. Jalan Lahir Lunak/Otot-Otot Dasar Panggul
Jalan lahir lunak yang berperan dalam persalinan
adalah SBR, serviks uteri, dan vagina. Di samping itu otot-

54 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


otot, jaringan ikat dan ligamen yang menyokong alat-alat
urogenetal juga sangat berperan dalam persalinan.
Dasar panggul (pelvic floor) terdiri dari:
a. Diafragma pelvis : adalah bagian dalam yang terdiri
dari M. Levator Ani & M. Pubococcygeus, M.
Ileococcygeus & M. Ischiococcygeus
b. Diafragma urogenetal terdiri dari perineal fasciae
otot-otot superficial.

B. Power
Adalah kekuatan yang mendorong janin keluar. Kekuatan
yang mendorong janin keluar dalam persalinan ialah his,
kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari
ligament, dengan kerjasama yang baik dan sempurna.
1. HIS (kontraksi uterus)
Adalah kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim
bekerja dengan baik dan sempurna dengan sifat-sifat:
kontraksi simetris, fundus dominan, kemudian diikuti
relaksasi. Pada saat kontraksi otot-otot rahim menguncup
sehingga menjadi tebal dan lebih pendek. Kavum uteri
menjadi lebih kecil mendorong janin dan kantung amnion ke
arah bawah rahim dan serviks. Sifat-sifat lainnya dari his
adalah:
a. Involuntir
b. Intermitten
c. Terasa sakit
d. Terkoordinasi dan simetris
Dalam melakukan observasi pada ibu bersalin, hal-hal
yang harus diperhatikan dari his adalah:
a. Frekuensi his: jumlah his dalam waktu tertentu biasanya
per menit atau per 10 menit.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 55


b. Intensitas his: kekuatan his (adekuat atau lemah).
c. Durasi (lama his): lamanya setiap his berlangsung dan
ditentukan dengan detik, misalnya 50 detik.
d. Interval his: jarak antara his satu dengan his berikutnya,
misalnya his datang tiap 2-3 menit.
e. Datangnya his: apakah sering, teratur atau tidak.
Perubahan-perubahan akibat his:
a. Pada uterus dan serviks: Uterus teraba keras/padat
karena kontraksi. Serviks tidak mempunyai otot-otot
yang banyak, sehingga setiap muncul his maka terjadi
pendataran (effacement) dan pembukaan (dilatasi) dari
serviks.
b. Pada ibu: rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi
rahim, terdapat pula kenaikan nadi dan tekanan darah.
c. Pada janin: pertukaran oksigen pada sirkulasi utero–
plasenter kurang sehingga timbul hipoksia janin. Denyut
jantung janin melembat dan kurang jelas didengar
karena adanya iskemia fisiologis. Kalau betul-betul
terjadi hipoksia yang agak lama, misalnya pada kontraksi
tetanik, maka terjadi gawat janin asfiksia dengan denyut
jantung janin di atas 160 per menit dan tidak teratur.
2. Tenaga Mengejan
Setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban pecah
tenaga yang mendorong anak keluar selain his, terutama
disebabkan oleh kontraksi otot-otot dinding perut yang
mengakibatkan peninggian tekanan intraabdominal.Tenaga
ini serupa dengan tenaga mengejan waktu kita buang air
besar tapi jauh lebih kuat lagi. Saat kepala sampai pada dasar
panggul, timbul suatu reflek yang mengakibatkan ibu
menutup glotisnya, mengontraksikan otot-otot perutnya dan
menekan diafragmanya ke bawah. Tenaga mengejan ini hanya
dapat berhasil bila pembukaan sudah lengkap dan paling
efektif sewaktu ada his. Tanpa tenaga mengejan ini anak tidak
dapat lahir, misalnya pada penderita yang lumpuh otot-otot

56 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


perutnya, persalinan harus dibantu dengan forceps. Tenaga
mengejan ini juga melahirkan plasenta setelah plasenta lepas
dari dinding rahim.

C. Passanger
Faktor lain yang berpengaruh terhadap persalinan adalah
faktor janin, yang meliputi sikap janin, letak janin, presentasi janin,
bagian terbawah, dan posisi janin.
1. Sikap (Habitus):
Menunjukkan hubungan bagian-bagian janin dengan
sumbu janin, biasanya terhadap tulang punggungnya. Janin
umumnya dalam sikap fleksi di mana kepala, tulang
punggung, dan kaki dalam keadaan fleksi, lengan bersilang di
dada.
2. Letak (Situs):
Adalah bagaimana sumbu janin berada terhadap sumbu
ibu misalnya letak lintang di mana sumbu janin tegak lurus
pada sumbu ibu. Letak membujur di mana sumbu janin
sejajar dengan sumbu ibu, ini bisa letak kepala atau letak
sungsang.
3. Presentasi:
Dipakai untuk menentukan bagian janin yang ada di
bagian bawah rahim yang dijumpai pada palpasi atau pada
pemeriksaan dalam. Misalnya presentasi kepala, presentasi
bokong, presentasi bahu, dan lain-lain.
a. Bagian terbawah janin:
Sama dengan presentasi hanya lebih diperjelas
istilahnya.
b. Posisi janin
Untuk indikator atau menetapkan arah bagian
terbawah janin apakah sebelah kanan, kiri, depan, atau
belakang terhadap sumbu ibu (materal–pelvis). Misalnya

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 57


pada letak belakang kepala (LBK) ubun-ubun kecil (uuk)
kiri depan, uuk kanan belakang.

D. Psikis Ibu
Pada proses kelahiran, suami yang bertanggung jawab pun tak
kalah repot dan tegangnya dalam mempersiapkan saat-saat
kelahiran janin dibanding sang istri. Banyak sekali yang harus
dilakukan suami untuk mempersiapkan saat-saat kelahiran janin,
dibanding sang istri. Banyak sekali yang harus dilakukan suami
untuk mempersiapkan masa genting ini, seperti menyediakan biaya
persalinan, kebutuhan hidup calon bayi, pemulihan kesehatan ibu,
hingga persiapan akikah calon bayi. Selanjutnya, suami pun
bertanggung jawab mempersiapkan kekuatan mental istri untuk
melahirkan. Harus diingat bahwa ini adalah saat perjuangan hidup
dan mati istri bagi keluarganya. Suami harus banyak memberikan
perhatian, dorongan, serta motivasi kepada istrinya menghadapi
masa sulit ini. Beberapa cara bisa ditempuh, seperti mengikutkan
istri ke dalam kelas pelatihan prenatal (pendidikan pra kelahiran)
yang banyak diselenggarakan di rumah sakit, hingga turut
menemani proses kelahiran itu sendiri. Adalah satu hal yang sangat
positif jika suami bisa ikut hadir saat proses kelahiran. Kehadiran
suami ini, walau sekadar menemani, memegang tangan istri dan
membisikkan kata-kata penghibur kepada istri, akan memberikan
dorongan kekuatan mental ekstra bagi istri. Walaupun tak dapat
mengurangi rasa sakit, tetapi kekuatan mental yang diperoleh istri
akan membuatnya lebih kuat menahan sakit, yang pada akhirnya
akan mempermudah proses kelahiran. Mengenai keterlibatan suami
pada proses kelahiran yang sekarang mulai banyak disadari orang
ini, para ahli mengatakan bahwa selain bermanfaat untuk istri, ini
pun bermanfaat bagi suami sendiri. Ketika suami menyaksikan
kesakitan yang diderita istri, perjuangan beratnya melawan maut,
maka kelak suami akan lebih mampu menghargai dan memahami
perasaan istrinya. Selain itu, akan tumbuh perasaan khusus dalam
hati suami terhadap sang bayi, sehingga akan lebih mengakrabkan
ikatan batin antara ayah dan anak (Maulana, 2007).

58 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


E. Penolong
Penolong persalinan berpengaruh terhadap proses
persalinan karena penolong sebagai instruktur saat proses
persalinan berlangsung. Ibu dan keluanga biasanya
mengharapkan penolong persalinan bisa memberikan yang
terbaik selama proses persalinan. Ada aspek yang harus
dijalankan penolong saat proses persalinan yang di kenal dengan
lima benang merah dalam asuhan persalinan dan kelahiran bayi
yaitu:
1. Membuat Keputusan Klinik
Membuat keputusan klinik dihasilkan melalui rangkaian
proses dan metode yang sistematik menggunakan informasi
dan hasil dari olah kognitif dan intuitif serta dipadukan
dengan kajian teori dan intervensi berdasarkan bukti
(evidence based)
2. Asuhan Sayang Ibu dan Bayi
Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai
budaya, kepercayaan, dan keinginan ibu. Cara yang paling
mudah membayangkan mengenai asuhan sayang ibu adalah
menanyakan pada diri kita, “Seperti inikah asuhan yang ingin
saya dapatkan”. Prinsip asuhan sayang ibu adalah melibatkan
suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran
bayi.
3. Pencegahan Infeksi
Tindakan-tindakan pencegahan infeksi dalam pelayanan
asuhan persalinan bertujuan meminimalkan infeksi yang
disebabkan oleh mikroorganisme dan menurunkan risiko
penularan penyakit yang mengancam jiwa seperti hepatitis
dan HIV/AIDS.
4. Pencatatan (Rekam Medik) Asuhan Persalinan
Catat semua asuahan persalinan yang telah deberikan,
pencatatan merupakan bagian penting dari membuat
keputusan klinik karena memungkinkan penolaong

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 59


persalinan untuk terus-menerus memperhatikan asuhan yang
diberikan selama proses persalinan dan kelahiran bayi.
5. Rujukan
Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke
fasilitas rujukan atau fasilitas yang memiliki sarana lebih
lengkap, diharapkan mampu menyelamatkan jiwa ibu dan
bayi. Meski sebagian besar persalinan bejalan normal namun
sekitar 10-15% mengalami masalah sehingga diperlukan
rujukan.

LATIHAN SOAL
1. Hal yang dilakukan bidan jika diketahui ibu bersalin mengalami
kesempitan panggul adalah .…
a. Melakukan rujukan
b. Memberikan pertolongan persalinan mandiri.
c. Melakukan pertolongan persalinan di rumah pasien.
d. Semua jawaban salah.
2. Dasar panggul gynecoid adalah bentuk panggul yang khas bagi
wanita dan normal untuk dilalui bayi dengan mempunyai ciri ….
a. Bila diukur diameter sagitalis posterior hanya sedikit
lebih pendek dari diameter sagitalis anterior dan pubis
luas.
b. Bila diukur diameter sagitalis posterior jauh lebih pendek
dari diameter sagitalis anterior.
c. Bila diukur diameter antero posterior dari PAP lebih besar
dari diameter tranversa hingga bentuk PAP lonjong ke
depan
d. Bila diukur teraba segmen anterior lebar, sacrum
melengkung, incisura ischiadica lebar.

60 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


3. Diketahui seorang bidan melakukan pemeriksaan UPL saat
pasien tersebut datang melakukan ANC pada bidan Seli. Hasil
pemeriksaan UPL sebagai berikut, antara lain Distansia
Spinarum = 20 cm; Distansia Cristarum = 24 cm; Bodeloque = 18
cm; Lingkar panggul 78 cm. Bagaimana keadaan pasien jika
ditinjau berdasarkan teori?
a. Dapat bersalin secara normal
b. Ada kemungkinan mengalami kesulitan bersalin normal
c. Merupakan keadaan yang fisiologis
d. Semua jawaban benar
4. Berdasarkan kasus di atas, maka diagnosis nomenklatur untuk
pasien tersebut adalah…
a. CPD
b. Panggul sempit
c. Semua jawaban benar
d. Semua jawaban salah
5. His atau tenaga mengejan merupakan faktor ....
a. Passage
b. Power
c. Passanger
d. Ukuran panggul
6. Anamnesa yang perlu ditanyakan pada ibu yang dapat
memengaruhi power ibu saat bersalin, kecuali ….
a. UPL
b. His
c. Keadaan umum
d. Paritas
7. Agar ibu mempunyai power saat bersalin, maka tindakan yang
dapat diberikan bidan adalah…

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 61


a. Menyiapkan ruangan yang bersih
b. Memberikan obat-obatan tanpa indikasi
c. Memberikan posisi telentang
d. Memberikan cairan dan nutrisi
8. Yang benar tentang kontraksi braxton hicks adalah .…
a. Saat dilakukan pemeriksaan oleh bidan, his yang timbul,
biasanya disertai dengan keinginan ibu untuk mengejan.
b. Saat dilakukan pemeriksaan oleh bidan, diketahui his
bersifat tidak teratur, tidak menyebabkan nyeri yang
memancar dari pinggang ke perut bagian bawah.
c. Hasil pemeriksaan bidan, diketahui bahwa his semakin sering
dengan frekuensi 3 x 35”/ 10’, disertai keinginan ibu untuk
meneran.
d. Dari pemantauan bidan, diketahui his yang timbul,
mendorong anak keluar dari rahim ibu.
9. Diketahui, ibu terlihat dehidrasi, his semakin berkurang.
Berdasarkan peristiwa tersebut, faktor apakah yang
memengaruhi keadaan ibu?
a. Passage
b. Passenger
c. Power
d. Psikologis
10.Plasenta termasuk faktor .…
a. His
b. Kekuatan mengejan/power Ibu
c. Passage dan passenger
d. Peningkatan prostaglandin

62 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


BAB V
KEBUTUHAN DASAR IBU MASA
PERSALINAN

Asuhan Sayang Ibu Sebagai Kebutuhan Dasar Persalinan


Banyak ibu hamil merasakan bahwa persalinan merupakan
proses yang cukup menakutkan untuk dilalui, tetapi ada juga ibu
hamil yang mengatakan bahwa proses melahirkan adalah
merupakan kodrat wanita yang mudah untuk dilalui. Mudah atau
sulitnya suatu proses persalinan tergantung oleh banyak faktor,
salah satunya adalah ibu hamil cukup pengetahuan untuk
menghadapi persalinan, kesehatan yang cukup baik, dan dukungan
yang cukup dari berbagai pihak, serta adanya perasaan nyaman saat
melahirkan. Persalinan merupakan tugas berat yang harus
dilakukan oleh seorang ibu hamil. Diperlukan segenap tenaga dan
pikiran untuk melaksanakannya. Rasa sakit, lelah, tegang, dan hal
lainnya membayangi proses persalinan yang dihadapi.
Dukungan yang bisa diberikan dalam proses persalinan yaitu:
1. Mengatur Posisi
Mencari posisi yang paling nyaman sesuai dengan waktunya
dan perhatikan perbedaan tentang cara ibu hamil mengatasi
nyeri persalinan. Pada tahap awal, ketika kontraksi relatif masih
ringan usahakan untuk berjalan, duduk, bergoyang, atau
berendam. Dengan meningkatnya kontraksi, duduk, bergoyang
(di kursi goyang) atau berbaring kerap kali merupakan hal
paling nyaman. Rasa nyeri yang paling berat adalah pada

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 63


punggung dan ini sering bisa diredakan dengan duduk tegak,
dengan lengan memeluk pendamping, atau dengan mengambil
posisi merangkak. Posisi perlu diubah-ubah selama proses
persalinan, hal ini baik untuk memperbaiki peredaran darah dan
membantu pencegahan kelelahan otot.
2. Titik Pusat Perhatian
Bawalah sesuatu dari rumah sebagai titik pusat perhatian
secara visual selama kontraksi. Foto atau gambar yang membuat
pikiran menjadi tenang merupakan pilihan yang baik. Sering kali
sangat besar manfaatnya mendengarkan musik dengan lagu-lagu
kesayangannya. Banyak ibu hamil tidak menggunakan titik pusat
perhatian, lebih suka memejamkan mata atau memusatkan
perhatian pada penolong persalinan. Tetapi Anda mungkin akan
mendapat rasa nyeri berkurang ketika Anda mengalihkan
perhatian ke titik pusat perhatian, maka pilihlah salah satu untuk
menyertai Anda dalam proses persalinan.
3. Kompres
Pada awal persalinan kehangatan terasa lebih nyaman pada
otot yang bekerja keras. Gunakanlah waslap yang dicelupkan
dalam air hangat dan letakkan pada punggung, leher, atau perut.
Kemudian setelah mulai kontraksi pada tahap transisi atau
ketika mengejan membuat ibu hamil merasa kepanasan, lakukan
kompres dingin pada dahi dan perut akan terasa menyejukkan.
Kompres ini harus sering diganti.
4. Pijatan
Pijatan pada otot kerap kali akan sangat efektif dalam
proses persalinan. Ini terutama sangat membantu dalam
mengurangi sakit punggung dan membantu otot untuk relaksasi
dari ketegangan pada akhir kontraksi. Karena pijatan hanya baik
kalau terasa enak dan nyaman, maka ibu hamil dan
pendampingnya perlu berkomunikasi mengenai bagian mana
yang terasa nyaman kalau dipijat dan mana yang tidak. Tapi ada
juga beberapa ibu hamil dalam proses persalinan ada yang sama
sekali tidak mau disentuh. Meskipun demikian, mereka masih
memerlukan dukungan emosional. Sering sekali ibu hamil sangat
menderita oleh nyeri persalinan di daerah punggung bagian

64 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


bawah. Kalau hal ini terjadi, tekanan yang kuat dan tetap terasa
paling enak diberikan dengan ibu jari atau pangkal telapak
tangan di tengah di atas pantat.
5. Usapan atau Sentuhan
Banyak ibu hamil dalam proses persalinan merasa
berkurang rasa nyerinya karena sapuan lembut pada perut
selama kontraksi. Hal ini bisa dilakukan sendiri oleh ibu hamil
sendiri atau pendampingnya. Gunakanlah satu atau dua tangan,
kemudian sapulah permukaan perut dengan ujung jari secara
lembut. Pergerakannya melingkari di sekeliling pusar. Persalinan
adalah proses yang fisiologis dan merupakan kejadian yang
menakjubkan bagi seorang ibu dan keluarga. Penatalaksanaan
yang terampil dan andal dari bidan serta dukungan yang terus-
menerus dengan menghasilkan persalinan yang sehat dan
memuaskan dapat memberikan pengalaman yang
menyenangkan.
Sebagai bidan, akan mengandalkan pengetahuan, keterampilan
dan pengambilan keputusan dari apa yang dilakukan. Hal ini
dimaksudkan untuk :
1. Mendukung ibu dan keluarga baik secara fisik dan emosional
selama persalinan dan kelahiran.
2. Mencegah membuat diagnosis yang tidak tepat, deteksi dini, dan
penanganan komplikasi selama persalinan dan kelahiran.
3. Merujuk ke fasilitas yang lebih lengkap bila terdeteksi
komplikasi.
4. Memberikan asuhan yang akurat dengan meminimalkan
intervensi.
5. Pencegahan infeksi yang aman untuk memperkecil risiko.
6. Pemberitahuan kepada ibu dan keluarga bila akan dilakukan
tindakan dan terjadi penyulit.
7. Memberikan asuhan bayi baru lahir secara tepat.
8. Pemberian ASI sedini mungkin.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 65


Kebutuhan dasar selama persalinan tidak terlepas dengan
asuhan yang diberikan bidan. Asuhan kebidanan yang diberikan,
hendaknya asuhan yang sayang ibu dan bayi. Asuhan yang sayang
ibu ini akan memberikan perasaan aman dan nyaman selama
persalinan dan kelahiran. Konsep Asuhan Sayang Ibu:
1. Asuhan yang aman berdasarkan evidence based dan ikut
meningkatkan kelangsungan hidup ibu. Pemberian asuhan harus
saling menghargai budaya, kepercayaan, menjaga privasi,
memenuhi kebutuhan dan keinginan ibu.
2. Asuhan sayang ibu memberikan rasa nyaman dan aman selama
proses persalinan, menghargai kebiasaan budaya, praktik
keagamaan dan kepercayaan dengan melibatkan ibu dan
keluarga dalam pengambilan keputusan.
3. Asuhan sayang ibu menghormati kenyataan bahwa kehamilan
dan persalinan merupakan proses alamiah dan tidak perlu
intervensi tanpa adanya komplikasi.
4. Asuhan sayang ibu berpusat pada ibu, bukan pada petugas
kesehatan.
5. Asuhan sayang ibu menjamin ibu dan keluarganya dengan
memberi tahu tentang apa yang terjadi dan apa yang bisa
diharapkan.
Upaya penerapan asuhan sayang ibu selama proses persalinan
meliputi kegiatan:
1. Memanggil ibu sesuai nama panggilan sehingga akan ada
perasaan dekat dengan bidan.
2. Meminta izin dan menjelaskan prosedur tindakan yang akan
dilakukan bidan dalam pemberian asuhan.
3. Bidan memberikan penjelasan tentang gambaran proses
persalinan yang akan dihadapi ibu dan keluarga.
4. Memberikan informasi dan menjawab pertanyaan dari ibu dan
keluarga sehubungan dengan proses persalinan.
5. Mendengarkan dan menanggapi keluhan ibu dan keluarga
selama proses persalinan.

66 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


6. Menyiapkan rencana rujukan atau kolaborasi dengan dokter
spesialis apabila terjadi kegawatdaruratan kebidanan.
7. Memberikan dukungan mental, memberikan rasa percaya diri
kepada ibu, serta berusaha memberi rasa nyaman dan aman.
8. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik
meliputi sarana dan prasarana pertolongan persalinan.
9. Menganjurkan suami dan keluarga untuk mendampingi ibu
selama proses persalinan.
10.Membimbing suami dan keluarga tentang cara memperhatikan
dan mendukung ibu selama proses persalinan dan kelahiran
bayi, seperti: memberikan makan dan minum, memijit punggung
ibu, membantu mengganti posisi ibu, membimbing relaksasi dan
mengingatkan untuk berdoa.
11.Bidan melakukan tindakan pencegahan infeksi.
12.Menghargai privasi ibu dengan menjaga semua kerahasiaan.
13.Membimbing dan menganjurkan ibu untuk mencoba posisi
selama persalinan yang nyaman dan aman.
14.Menganjurkan ibu untuk makan dan minum saat tidak kontraksi.
15.Menghargai dan memperbolehkan praktik-praktik tradisional
yang tidak merugikan.
16.Menghindari tindakan yang berlebihan dan membahayakan.
17.Memberi kesempatan ibu untuk memeluk bayi segera setelah
lahir dalam waktu 1 jam setelah persalinan.
18.Membantu ibu memulai pemberian ASI dalam waktu 1 jam
pertama setelah kelahiran bayi dengan membimbing ibu
membersihkan payudara, posisi menyusui yang benar dan
penyuluhan tentang perawatan payudara.
Bentuk asuhan sayang ibu pada setiap tahapan persalinan
adalah:

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 67


1. Kala I adalah suatu kala di mana dimulai dari timbulnya his
sampai pembukaan lengkap. Asuhan yang dapat dilakukan pada
ibu adalah :
a. Memberikan dukungan emosional.
b. Pendampingan anggota keluarga selama proses persalinan
sampai kelahiran bayinya.
c. Menghargai keinginan ibu untuk memilih pendamping selama
persalinan.
d. Peran aktif anggota keluarga selama persalinan dengan cara:
(1) Mengucapkan kata-kata yang membesarkan hati dan
memuji ibu.
(2) Membantu ibu bernapas dengan benar saat kontraksi.
(3) Melakukan massage pada tubuh ibu dengan lembut.
(4) Menyeka wajah ibu dengan lembut menggunakan kain.
(5) Menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa aman.
(6) Mengatur posisi ibu sehingga terasa nyaman.
(7) Memberikan cairan nutrisi dan hidrasi. Memberikan
kecukupan energi dan mencegah dehidrasi karena
dehidrasi menyebabkan kontraksi tidak teratur dan
kurang efektif.
(8) Memberikan keleluasaan untuk menggunakan kamar
mandi secara teratur dan spontan. Kandung kemih penuh
menyebabkan gangguan kemajuan persalinan dan
menghambat turunnya kepala; menyebabkan ibu tidak
nyaman; meningkatkan risiko perdarahan
pascapersalinan; mengganggu penatalaksanaan distosia
bahu; meningkatkan risiko infeksi saluran kemih
pascapersalinan.
(9) Pencegahan infeksi, tujuan dari pencegahan infeksi adalah
untuk mewujudkan persalinan yang bersih dan aman bagi
ibu dan bayi; menurunkan angka morbiditas dan
mortalitas ibu dan bayi baru lahir.

68 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


2. Kala II adalah kala di mana dimulai dari pembukaan lengkap
serviks sampai keluarnya bayi. Asuhan yang dapat dilakukan
pada ibu adalah:
a. Pendampingan ibu selama proses persalinan sampai
kelahiran bayinya oleh suami dan anggota keluarga yang lain.
b. Keterlibatan anggota keluarga dalam memberikan asuhan
antara lain:
(1) Membantu ibu untuk berganti posisi.
(2) Melakukan rangsangan taktil.
(3) Memberikan makanan dan minuman.
(4) Menjadi teman bicara/pendengar yang baik.
(5) Memberikan dukungan dan semangat selama persalinan
sampai kelahiran bayinya.
c. Keterlibatan penolong persalinan selama proses persalinan &
kelahiran dengan cara:
(1) Memberikan dukungan dan semangat kepada ibu dan
keluarga.
(2) Menjelaskan tahapan dan kemajuan persalinan.
(3) Melakukan pendampingan selama proses persalinan dan
kelahiran.
d. Membuat hati ibu merasa tenteram selama kala II persalinan
dengan cara memberikan bimbingan dan menawarkan
bantuan kepada ibu.
e. Menganjurkan ibu meneran bila ada dorongan kuat dan
spontan untuk meneran dengan cara memberikan
kesempatan istirahat sewaktu tidak ada his.
f. Mencukupi asupan makan dan minum selama kala II.
g. Memberikan rasa aman dan nyaman dengan cara:
(1) Mengurangi perasaan tegang.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 69


(2) Membantu kelancaran proses persalinan dan kelahiran
bayi.
(3) Memberikan penjelasan tentang cara dan tujuan setiap
tindakan penolong.
(4) Menjawab pertanyaan ibu.
(5) Menjelaskan apa yang dialami ibu dan bayinya.
(6) Memberi tahu hasil pemeriksaan.
h. Pencegahan infeksi pada kala II dengan membersihkan vulva
dan perineum ibu.
i. Membantu ibu mengosongkan kandung kemih secara
spontan.
3. Kala III adalah kala di mana dimulai dari keluarnya bayi sampai
plasenta lahir. Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah:
a. Memberikan kesempatan kepada ibu untuk memeluk bayinya
dan menyusui segera.
b. Memberi tahu setiap tindakan yang akan dilakukan.
c. Pencegahan infeksi pada kala III.
d. Memantau keadaan ibu (tanda vital, kontraksi, perdarahan).
e. Melakukan kolaborasi/rujukan bila terjadi kegawatdaruratan.
f. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi.
g. Memberikan motivasi dan pendampingan selama kala III.
4. Kala IV adalah kala di mana 1-2 jam setelah lahirnya plasenta.
Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah:
a. Memastikan tanda vital, kontraksi uterus, perdarahan dalam
keadaan normal.
b. Membantu ibu untuk berkemih.
c. Mengajarkan ibu dan keluarganya tentang cara menilai
kontraksi dan melakukan massage uterus.
d. Menyelesaikan asuhan awal bagi bayi baru lahir.

70 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


e. Mengajarkan ibu dan keluarganya tentang tanda-tanda
bahaya post partum seperti perdarahan, demam, bau busuk
dari vagina, pusing, lemas, penyulit dalam menyusui bayinya
dan terjadi kontraksi hebat.
f. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi.
g. Pendampingan pada ibu selama kala IV.
h. Nutrisi dan dukungan emosional.

LATIHAN SOAL
1. Tindakan mengidentifikasi masalah pada kala I, meliputi ....
a. Mengaaji riwayat kesehatan
b. Pemeriksaan fisik
c. Pemeriksaan janin
d. Benar semua
2. Perubahan fisiologis pada kala II adalah kontraksi, dorongan
otot-otot dinding uterus, pergeseran organ dasar panggul,
ekspulsi janin. Yang dimaksud kala II adalah ….
a. Persalinan
b. Pembukaan
c. Nifas
d. Pengeluaran uri
3. Tujuan memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin adalah
kecuali ….
a. Agar keluarga bahagia
b. Mengetahui keadaan ibu dan janin
c. Mendeteksi secara dini adanya komplikasi
d. Memantau kemajuan persalinan

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 71


4. Di bawah ini yang bukan merupakan kebutuhan dasar selama
persalinan yaitu ….
a. Tidak boleh makan dan minum
b. Tidak membawa peralatan bayi
c. Persiapan fisik dan mental ibu
d. A dan B benar
5. Tujuan memberikan asuhan persalinan salah satunya untuk
mengetahui kemajuan persalinan. Keadaan manakah yang
menunjukkan bidan sedang mengetahui kemajuan persalinan .…
a. Bidan melakukan observasi persalinan dengan lembar
partograf
b. Bidan menganjurkan ibu untuk makan dan minum
e. Bidan melakukan pemeriksaan TTV
f. Semua jawaban benar
6. Manakah di bawah ini yang merupakan peristiwa bentuk asuhan
sayang ibu?
a. Saat ibu inpartu, bidan menganjurkan pada keluarga
untuk memberikan cairan dan nutrisi pada ibu bersalin.
b. Bidan melakukan tindakan kateterisasi secara rutin agar ibu
bisa BAK.
c. Bidan melakukan enema pada setiap ibu inpartu.
d. Bidan melakukan pencukuran rambut pubis pada setiap ibu
bersalin.
7. Seorang ibu sedang berada dalam masa transisi persalinan, jika
ditinjau dari aspek psikologis, ibu menunjukkan keadaan
yang bagaimana?
a. Ibu menunjukkan perasaan tidak pasti, kadang bahagia,
kadang cemas.
b. Ibu menunjukkan reaksi adanya keinginan yang kuat untuk
menghadapi persalinan.

72 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


c. Ibu tampak semakin tegang dan mulai tergantung.
d. Ibu tampak semakin cemas, semakin tergantung,
peningkatan pada semua yang dirasakan pada fase
sebelumnya, merupakan fase paling melelahkan dan
berat, kadang merasa tidak sanggup untuk melahirkan.
8. Ny. Desi hamil anak pertama mengeluh mengeluarkan lendir
bercampur darah cukup banyak dari kemaluannya, sejak 3 jam
yang lalu. Saat dilakukan anamnesa, UK ibu 38 minggu,
pemeriksaan fisik oleh bidan, didapatkan hasil pemeriksaan
antara lain: His 3 x 35” 10’; VT: v/ v dbn, let kep, ket (+), Φ 8 cm,
eff. 75%, H III, UUK Ki depan, tidak teraba bagian kecil janin.
Berdasarkan teori, peristiwa tersebut termasuk ….
a. Inpartu
b. Persalinan palsu
c. Semua jawaban salah
d. Semua jawaban benar
9. Diketahui seorang ibu hamil pertama datang ke bidan Dewi pada
tanggal 20 Mei 2015 pukul 09.00 WIB. Ibu mengeluh
mengeluarkan lender bercampur sedikit darah, kencang-kencang
sampai ke pinggang sejak pukul 06.00 WIB. Saat dilakukan
perhitungan UK, diketahui UK ibu 38-39 minggu; saat dilakukan
pemeriksaan fisik oleh bidan. TBJ4050 gram, DJJ 118 x/menit
tidak adekuat, His 5 x 45”/ 10’, Penurunan Hoodge III. Bandle (-).
VT: dbn, letak kepala, ket (+), Φ 5 cm, eff. 50%, H II, UUK Ki dpn,
tidak teraba bagian kecil janin. Saat dilakukan pemantauan
dengan partograf 4 jam kemudian, ternyata hasil pemeriksaan
kemajuan persalinan berada di kanan garis waspada, dengan
hasil VT tidak ada perubahan.
Berdasarkan peristiwa di atas, faktor apa yang dapat
menyebabkan kemajuan persalinan melewati garis waspada?
a. Power
b. Passage
c. Passenger

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 73


d. Penolong
10.Bidan melakukan persalinan di BPM diketahui, ibu terlihat
dehidrasi, his semakin berkurang. Berdasarkan peristiwa
tersebut, faktor apakah yang memengaruhi keadaan ibu?
a. Power
b. Passenger
c. Passage
d. Psikologis

74 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


BAB VI
EVIDANCE BASED DALAM ASUHAN
IBU PERSALINAN

A. Evidence Based Midwifery (Practice)


EBM didirikan oleh RCM dalam rangka untuk membantu
mengembangkan kuat profesional dan ilmiah dasar untuk
pertumbuhan tubuh bidan berorientasi akademis. RCM Bidan
Jurnal telah dipublikasikan dalam satu bentuk sejak 1887
(Rivers, 1987), dan telah lama berisi bukti yang telah
menyumbang untuk kebidanan, pengetahuan dan praktik. Pada
awal abad ini, peningkatan jumlah bidan terlibat dalam
penelitian, dan dalam membuka kedua atas dan mengeksploitasi
baru kesempatan untuk kemajuan akademik. Sebuah kebutuhan
yang berkembang diakui untuk platform untuk yang paling ketat
dilakukan dan melaporkan penelitian. Ada juga keinginan untuk
ini ditulis oleh dan untuk bidan. EBM secara resmi diluncurkan
sebagai sebuah jurnal mandiri untuk penelitian murni bukti pada
konferensi tahunan di RCM Harrogate, Inggris pada tahun 2003
(Hemmings et al, 2003). Itu dirancang 'untuk membantu bidan
dalam mendorong maju yang terikat pengetahuan kebidanan
dengan tujuan utama meningkatkan perawatan untuk ibu dan
bayi' (Silverton, 2003).
EBM mengakui nilai yang berbeda jenis bukti harus
berkontribusi pada praktik dan profesi kebidanan. Jurnal
kualitatif mencakup aktif serta sebagai penelitian kuantitatif,
analisis filosofis dan konsep serta tinjauan pustaka terstruktur,
tinjauan sistematis, kohort studi, terstruktur, logis dan

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 75


transparan, sehingga bidan dapat menilai arti dan implikasi
untuk praktik, pendidikan dan penelitian lebih lanjut.

B. Asuhan Persalinan Normal


Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran
janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu),
lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun pada janin (Saifuddin,10).
Sedangkan persalinan normal menurut WHO adalah
persalinan yang dimulai secara spontan, berisiko rendah pada
awal persalinan dan tetap demikian selama proses persalinan.
Bayi dilahirkan secara spontan dalam presentasi belakang
kepala pada usia kehamilan antara 37 hingga 42 minggu lengkap.
Setelah persalinan ibu maupun bayi berada dalam kondisi sehat.
Di dalam asuhan persalinan terdapat 5 (lima) aspek disebut
juga sebagai 5 (lima) benang merah yang perlu mendapatkan
perhatian, ke-5 aspek tersebut yaitu:
1. Aspek pemecahan masalah yang diperlukan untuk
menentukan pengambilan keputusan klinik (clinical decision
making).
2. Aspek sayang ibu yang berarti sayang bayi
3. Aspek pencegahan infeksi
4. Aspek pencatatan (dokumentasi)
5. Aspek rujukan
Contoh EBM Pada Asuhan Persalinan
Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak
negara berkembang, terutama disebabkan oleh perdarahan
pascapersalinan, eklampsia, sepsis dan komplikasi keguguran.
Sebagian besar penyebab utama kesakitan dan kematian ibu
tersebut sebenarnya dapat dicegah. Melalui upaya pencegahan
yang efektif, beberapa negara berkembang dan hampir semua

76 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


negara maju, berhasil menurunkan angka kesakitan dan
kematian ibu ke tingkat yang sangat rendah.
Asuhan kesehatan ibu selama dua dasawarsa terakhir
terfokus pada:
1. Keluarga Berencana
Membantu para ibu dan suaminya merencanakan
kehamilan yang diinginkan.
2. Asuhan Antenatal Terfokus
Memantau perkembangan kehamilan, mengenali gejala
dan tanda bahaya, menyiapkan persalinan dan kesediaan
menghadapi komplikasi.
3. Asuhan Pascakeguguran
Menatalaksanakan gawat darurat keguguran dan
komplikasinya serta tanggap terhadap kebutuhan pelayanan
kesehatan reproduksi lainnya.
4. Persalinan yang Bersih dan Aman serta Pencegahan
Komplikasi
Kajian dan bukti ilmiah menunjukkan bahwa asuhan
persalinan bersih, aman dan tepat waktu merupakan salah
satu upaya efektif untuk mencegah terjadinya kesakitan dan
kematian.
5. Penatalaksanaan Komplikasi yang Terjadi Sebelum, Selama,
dan Setelah Persalinan
Dalam upaya menurunkan kesakitan dan kematian ibu,
perlu diantisipasi adanya keterbatasan kemampuan untuk
menatalaksana komplikasi pada jenjang pelayanan tertentu.
Kompetensi petugas, pengenalan jenis komplikasi, dan
ketersediaan sarana pertolongan menjadi penentu bagi
keberhasilan penatalaksanaan komplikasi yang umumnya
akan selalu berbeda menurut derajat, keadaan, dan tempat
terjadinya
Fokus asuhan persalinan normal adalah persalinan bersih
dan aman serta mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 77


merupakan pergeseran paradigma dari menunggu terjadinya
dan kemudian menangani komplikasi, menjadi pencegahan
komplikasi. Persalinan bersih dan aman serta pencegahan
komplikasi selama dan pascapersalinan terbukti mampu
mengurangi kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir.
Beberapa contoh di bawah ini, menunjukkan adanya pergeseran
paradigma tersebut:
1. Mencegah Perdarahan Pascapersalinan yang Disebabkan oleh
Atonia Uteri
Upaya pencegahan perdarahan pascapersalinan dimulai
pada tahap yang paling dini. Setiap pertolongan persalinan
harus menerapkan upaya pencegahan perdarahan
pascapersalinan, di antaranya manipulasi minimal proses
persalinan, penatalaksanaan aktif kala III, pengamatan
melekat kontraksi uterus pascapersalinan. Upaya rujukan
obstetrik dimulai dari pengenalan dini terhadap
persalinanpatologis dan dilakukan saat ibu masih dalam
kondisi yang optimal.
2. Laserasi/Episiotomi
Dengan paradigma pencegahan, episiotomi tidak lagi
dilakukan secara rutin karena dengan perasat khusus,
penolong persalinan akan mengatur ekspulsi kepala, bahu,
dan seluruh tubuh bayi untuk mencegah laserasi atau hanya
terjadi robekan minimal pada perineum.
3. Retensio Plasenta
Penatalaksanaan aktif kala tiga dilakukan untuk
mencegah perdarahan, mempercepat proses separasi dan
melahirkan plasenta dengan pemberian uterotonika segera
setelah bayi lahir dan melakukan penegangan tali pusat
terkendali.
4. Partus Lama
Untuk mencegah partus lama, asuhan persalinan normal
mengandalkan penggunaan partograf untuk memantau
kondisi ibu dan janin serta kemajuan proses persalinan.
Dukungan suami atau kerabat, diharapkan dapat memberikan

78 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


rasa tenang dan aman selama proses persalinan berlangsung.
Pendampingan ini diharapkan dapat mendukung kelancaran
proses persalinan, menjalin kebersamaan, berbagi tanggung
jawab di antara penolong dan keluarga klien.
5. Asfiksia Bayi Baru Lahir
Pencegahan asfiksia pada bayi baru lahir dilakukan
melalui upaya pengenalan/penanganan sedini mungkin,
misalnya dengan memantau secara baik dan teratur denyut
jantung bayi selama proses persalinan, mengatur posisi tubuh
untuk memberi rasa nyaman bagi ibu dan mencegah
gangguan sirkulasi utero-plasenter terhadap bayi, teknik
meneran dan bernapas yang menguntungkan bagi ibu dan
bayi. Bila terjadi asfiksia, dilakukan upaya untuk menjaga
agar tubuh bayi tetap hangat, menempatkan bayi dalam posisi
yang tepat, penghisapan lendir secara benar, memberikan
rangsangan taktil dan melakukan pernapasan buatan (bila
perlu). Berbagai upaya tersebut dilakukan untuk mencegah
asfiksia, memberikan pertolongan secara tepat dan adekuat
bila terjadi asfiksia dan mencegah hipotermia.
6. Asuhan Sayang Ibu dan Bayi Sebagai Kebutuhan Dasar
Persalinan
Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling
menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu.
Salah satu prinsip dasarnya adalah mengikutsertakan suami
dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi.
Perhatian dan dukungan kepada ibu selama proses persalinan
akan mendapatkan rasa aman dan keluaran yang lebih baik.
Juga mengurangi jumlah persalinan dengan tindakan
(ekstraksi vakum, cunam, dan seksio sesar) dan persalinan
akan berlangsung lebih cepat.
Asuhan sayang ibu dalam proses persalinan:
a. Memanggil ibu sesuai namanya, menghargai dan
memperlakukannya sesuai martabatnya.
b. Menjelaskan asuhan dan perawatan yang akan diberikan
pada ibu sebelum memulai asuhan tersebut.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 79


c. Menjelaskan proses persalinan kepada ibu dan
keluarganya.
d. Mengajurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan
rasa takut atau khawatir.
e. Mendengarkan dan menanggapi pertanyaan dan
kekhawatiran ibu.
f. Memberikan dukungan, membesarkan hatinya dan
menenteramkan perasaan ibu beserta anggota keluarga
yang lain.
g. Menganjurkan ibu untuk ditemani suaminya dan/atau
anggota keluarga yang lain selama persalinan dan
kelahiran bayinya.
h. Mengajarkan suami dan anggota keluarga mengenai cara
memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan
dan kelahiran bayinya.
i. Melakukan pencegahan infeksi yang baik secara
konsisten.
j. Menghargai privasi ibu.
k. Menganjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi
selama persalinan dan kelahiran bayi.
l. Menganjurkan ibu untuk minum cairan dan makan
makanan ringan bila ia menginginkannya.
m. Menghargai dan membolehkan praktik-praktik
tradisional yang tidak memberi pengaruh yang
merugikan.
n. Menghindari tindakan berlebihan dan mungkin
membahayakan (episiotomi, pencukuran, dan klisma).
o. Menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya segera
setelah lahir.
p. Membantu memulai pemberian ASI dalam 1 jam pertama
setelah kelahiran bayi.
q. Menyiapkan rencana rujukan (bila perlu).

80 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


r. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan
baik, bahan-bahan, perlengkapan dan obat-obatan yang
diperlukan. Siap melakukan resusitasi bayi baru lahir
pada setiap kelahiran bayi.

LATIHAN SOAL
1. Hal yang dilakukan bidan jika diketahui ibu bersalin mengalami
kesempitan panggul adalah ….
A. Melakukan rujukan
B. Memberikan pertolongan persalinan mandiri
C. Melakukan pertolongan persalinan di rumah pasien
D. Semua jawaban salah
2. Dasar panggul gynecoid adalah bentuk panggul yang khas bagi
wanita dan normal untuk dilalui bayi dengan mempunyai ciri ….
A. Bila diukur diameter sagitalis posterior hanya sedikit
lebih pendek dari diameter sagitalis anterior dan pubis
luas.
B. Bila diukur diameter sagitalis posterior jauh lebih pendek
dari diameter sagitalis anterior.
C. Bila diukur diameter antero posterior dari PAP lebih besar
dari diameter tranversa hingga bentuk PAP lonjong ke
depan.
D. Bila diukur teraba segmen anterior lebar, sacrum
melengkung, incisura ischiadica lebar.
3. Diketahui seorang bidan melakukan pemeriksaan UPL saat
pasien tersebut datang melakukan ANC pada bidan Seli. Hasil
pemeriksaan UPL sebagai berikut, antara lain Distansia
Spinarum = 20 cm; Distansia Cristarum = 24 cm; Bodeloque = 18
cm; Lingkar panggul 78 cm. Bagaimana keadaan pasien jika
ditinjau berdasarkan teori?

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 81


A. Dapat bersalin secara normal
B. Ada kemungkinan mengalami kesulitan bersalin
normal
C. Merupakan keadaan yang fisiologis
D. Semua jawaban benar
4. Berdasarkan kasus di atas, maka diagnosis nomenklatur untuk
pasien tersebut adalah ….
A. CPD
B. Panggul sempit
C. Semua jawaban benar
D. Semua jawaban salah
5. His atau tenaga mengejan merupakan faktor ....
A. Passage
B. Power
C. Passanger
D. Ukuran panggul
6. Anamnesa yang perlu ditanyakan pada ibu yang dapat
memengaruhi power ibu saat bersalin, kecuali…
A. UPL
B. His
C. Keadaan umum
D. Paritas
7. Agar ibu mempunyai power saat bersalin, maka tindakan yang
dapat diberikan bidan adalah .…
A. Menyiapkan ruangan yang bersih
B. Memberikan obat-obatan tanpa indikasi
C. Memberikan posisi telentang

82 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


D. Memberikan cairan dan nutrisi
8. Yang benar tentang kontraksi braxton hicks adalah .…
A. Saat dilakukan pemeriksaan oleh bidan, his yang timbul,
biasanya disertai dengan keinginan ibu untuk mengejan.
B. Saat dilakukan pemeriksaan oleh bidan, diketahui his
bersifat tidak teratur, tidak menyebabkan nyeri yang
memancar dari pinggang ke perut bagian bawah.
C. Hasil pemeriksaan bidan, diketahui bahwa his semakin
sering dengan frekuensi 3 x 35”/ 10’, disertai keinginan
ibu untuk meneran.
D. Dari pemantauan bidan, diketahui his yang timbul,
mendorong anak keluar dari rahim ibu.
9. Diketahui, ibu terlihat dehidrasi, his semakin berkurang.
Berdasarkan peristiwa tersebut, faktor apakah yang
memengaruhi keadaan ibu?
A. Passage
B. Passenger
C. Power
D. Psikologis
10.Plasenta termasuk faktor .…
A. His
B. Kekuatan mengejan/power ibu
C. Passage dan passenger
D. Psikologis

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 83


84 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
BAB VII
PROSEDUR KETERAMPILAN DASAR
KEBIDANAN PADA ASUHAN
PERSALINAN

A. Kala I
1. Definisi Persalinan Kala I
Persalinan kala I adalah kala pembukaan yang
berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan
lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung
tidak begitu kuat sehingga parturien masih dapat berjalan-
jalan. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam
sedangkan multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan kurva
Friedmen, diperhitungkan pembukaan primigravida 1
cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam. Dengan
perhitungan tersebut maka waktu pembukaan lengkap dapat
diperkirakan.
2. Tanda-tanda persalinan kala I adalah :
a. Rasa sakit adanya his yang datang lebih kuat, sering dan
teratur.
b. Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak
karena robekan kecil pada serviks.
c. Terkadang ketuban pecah dengan sendirinya.
d. Serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar
(effacement).

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 85


3. Fase-fase persalinan kala I adalah sebagai berikut:
a. Fase Laten
(1)Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan serviks secara kurang dari
4 cm.
(2)Biasanya berlangsung di bawah hingga 8 jam.
b. Fase Aktif
(1)Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya
meningkat (kontraksi dianggap adekuat/memadai
jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit
dan berlangsung selama 40 detik atau lebih).
(2)Serviks membuka dari 4 ke 10 cm biasanya dengan
kecepatan 1 cm atau lebih per jam hingga pembukaan
lengkap (10 cm).
(3)Terjadi penurunan bagian terbawah janin.
(4)Dibagi dalam 3 fase:
(a) Fase akselerasi. Dalam waktu 2 jam pembukaan 3
cm menjadi 4 cm.
(b)Fase dilatasi maksimal. Dalam waktu 2 jam
pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4 cm
menjadi 9 cm.
(c) Fase deselerasi: pembukaan menjadi lambat
kembali dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm
menjadi lengkap.
4. Penatalaksanaan Persalinan Kala 1
a. Menyiapkan Kelahiran
(1)Menyiapkan ruangan untuk persalinan dan kelahiran
bayi.
(a) Ruangan yang hangat dan bersih, memiliki
sirkulasi udara yang baik, dan terlindung dari
tiupan angin.

86 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


(b)Sumber air bersih yang mengalir untuk cuci
tangan dan mandi ibu sebelum dan sesudah
melahirkan.
(c) Air desinfeksi tingkat tinggi untuk membersihkan
vulva dan perineum sebelum periksa dalam
selama persalinan dan membersihkan perineum
ibu setelah bayi lahir.
(d)Air bersih dalam jumlah yang cukup, klorin,
deterjen, kain pembersih, kain pel dan sarung
tangan karet untuk membersihkan ruangan, lantai,
perabotan, dekontaminasi, dan proses peralatan.
(e) Penerangan yang cukup baik di siang maupun di
malam hari.
(f) Tempat tidur yang bersih untuk ibu.
(g) Tempat yang bersih untuk memberikan asuhan
bayi baru lahir.
b. Menyiapkan perlengkapan, bahan, dan obat yang
dibutuhkan.
(1) Partus set yang terdiri dari dua klem kelly atau dua
klem kocher, gunting tali pusat, benang tali pusat atau
klem plastik, kateter nelaton, gunting episotomi, alat
pemecah selaput ketuban atau klem ½ kocher, dua
pasang sarung tangan DTT steril, kasa atau kain kecil,
gulungan kapas basah menggunakan air DTT, tabung
suntik 3 ml dengan larutan IM sekali pakai, kateter
penghisap delee (penghisap lendir) atau bola karet
yang baru dan bersih, empat kain bersih, tiga handuk
atau kain untuk mengeringkan dan menyelimuti bayi.
(2) Bahan terdiri dari partograf (halaman depan dan
belakang), catatan kemajuan persalinan atau KMS ibu
hamil, kertas kosong atau formulir rujukan, pena,
termometer, pita pengukur, pinnards, fetoskop,
doppler, jam yang mempunyai jarum detik, stetoskop,
tensimeter, sarung tangan pemeriksaan bersih (lima
pasang), sarung tangan DTT atau steril (lima pasang)

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 87


larutan klorin atau klorin serbuk, perlengkapan
pelindung pribadi, sabun cuci tangan, deterjen, sikat
kuku dan gunting kuku, celemek plastik dan gaun
penutup, lembar plastik untuk alas tempat tidur saat
persalinan, kantong plastik, sumber air bersih yg
mengalir, wadah untuk larutan klorin, wadah untuk
air DTT.
(3) Peralatan resusitasi bayi baru lahir yang terdiri dari
balon resusitasi dan sungkup, lampu sorot 60 watt.
(4) Obat dan perlengkapan untuk asuhan rutin dan
penatalaksanaan/penanganan penyulit yang terdiri
dari 8 ampul oksitosin 1 ml 10 U (atau 4 ampul
oksitosin 2 ml 10 U/ml), 20 ml Lidokain 1% tanpa
epinefrin atau 10 Lidoksin 2% tanpa epinefrin dan air
steril atau cairan garam fisiologis (NS) untuk
pengenceran, tiga botol ringer laktat atau cairan
garam fisiologis (NS) 500 ml, selang infus, dua kanula
IV nomor 16–18 G, dua ampul metal ergometrin
maleat, dua vial larutan magnesium sulfat 40%
(25gr), enam tabung suntik (2 ½ – 3 ml) sekali pakai
dengan jarum IM, 2 tabung suntik 5 ml steril sekali
pakai dengan jarum IM, satu 10 ml tabung suntik
steril sekali pakai dengan jarum IM ukuran 22
panjang 4 cm atau lebih, 10 kapsul/kaplet
amoksilin/ampisilin 500 mg atau amoksilin/ampisilin
IV 2 g.
(5) Set jahit yang terdiri dari 1 tabung suntik 10 ml steril
sekali pakai dengan jarum IM ukuran 22 panjang 4 cm
atau lebih, pinset, pegangan jarum, 2-3 jarum jahir
tajam ukuran 9-11, benang chromic sekali pakai
ukuran 2.0 dan 3.0, satu pasang sarung tangan DTT
atau steril, satu kain bersih.
c. Menyiapkan Rujukan
Mengkaji ulang rencana rujukan bersama ibu dan
keluarganya. Jika perlu dirujuk disiapkan dan disertakan
dokumentasi tertulis semua asuhan, perawatan, dan

88 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


hasil penilaian yang telah dilakukan untuk dibawa ke
fasilitas rujukan.
d. Memberikan Asuhan Sayang Ibu
Asuhan sayang ibu selama persalinan termasuk,
memberikan dukungan emosional, membantu
pengaturan posisi, memberikan cairan dan nutrisi,
keleluasaan ke kamar mandi secara teratur, pencegahan
infeksi.
e. Pemeriksaan Fisik
Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk melihat fisik
ibu dan bayinya. Langkah yang dilakukan sebelum
pemeriksaan fisik terdiri dari mencuci tangan sebelum
pemeriksaan, bersikap lemah lembut dan sopan serta
menentramkan, meminta ibu untuk mengosongkan
kandung kemih, menilai tanda-tanda vital ibu.
(1)Menentukan Tinggi Fundus
Memastikan tidak ada kontraksi selama
penilaian. Ukur tinggi fundus dengan menggunakan
pita ukur. Mulai dari tepi atas simfisis pubis,
rentangkan hingga ke puncak fundus atau linea
medialis pada abbdomen. Pita pengukur harus
menempel pada kulit abdomen. Jarak antara tepi atas
sinifisis pubis dari puncak. fundus uteri adalah tinggi
fundus

Gambar 7.1 Menentukan tinggi fundus uteri. Sumber: tokoalkes.com

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 89


(2)Memantau Kontraksi Uterus
Letakkan tangan dengan hati kontraksi yang
terjadi dalam kurun waktu 10 menit. Tentukan durasi
atau lama setiap kontraksi berlangsung. Pada fase
aktif, minim terjadi dua kontraksi dalam waktu 10
menit, lama kontraksi 40 detik atau lebih. Di antara
dua kontraksi, dinding uterus melunak kembali dan
mengalami relaksasi
(3)Memantau Denyut Jantung Janin
Jika DJJ sulit ditemukan, palpasi abdomen dan
tentukan dataran punggung bayi. Biasanya denyut
jantung bayi lebih mudah didengar melalui dinding
abdomen yang sesuai dengan dataran punggung bayi.
(4)Menentukan Presentasi
Untuk menentukan presentasi bayi apakah
presentasi kepala atau presentasi bokong/sungsang.
(5)Menentukan Penurunan Janin
Akan lebih nyaman bagi ibu jika penurunan janin
ditentukan melaluipemeriksaan abdomen
dibandingkan dengan pemeriksaan dalam. Menilai
penurunan melalui palpasi abdomen juga
memberikan informasi mengenai kemajuan
persalinan dan membantu pemeriksaan dalam yang
tidak perlu.

Gambar 7.2 Kepala sudah turun 2/5. Sumber :


https://1.bp.blogspot.com

90 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


(6)Pemeriksaan Vagina
Periksa dalam berguna untuk memastikan
pembukaan serviks, keadaan ketuban (sudah
pecah/belum) letak dan posisi verteks dan
penurunan bagian bawah janin. Pemeriksaan dalam
dilakukan paling sedikit tiap 4 jam. Periksa dalam
perlu dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah
risiko infeksi pada vagina, serviks dan uterus.
Pemeriksaan ini sering membuat ibu bersalin merasa
tidak nyaman. Periksa dalam perlu dilakukan dengan
perlahan-lahan.
Pada waktu periksa dalam, perhatikan:
(a) Tingkat kekeringan dan suhu vagina: vagina yang
panas dan kering mungkin menunjukkan partus
lama, dehidrasi dan infeksi.
(b) Bekas luka pada vagina: mungkin akibat robekan
atau episiotomi.
(c) Selaput ketuban: ketuban biasanya pecah setelah
serviks terbuka lebih dari setengah dari
pembukaan lengkap. Perhatikan warnacairan
ketuban bila sudah pecah.
(d) Tebal dan pembukaan serviks: pada saat
persalinan serviks menipis, lembek, dan
membuka.
(e) Letak janin: Perhatikan seberapa jauh kepala
telah turun ke rongga panggul. Bandingkan
dengan pemeriksaan luar (abdomen). Bila kepala
dapat disentuh, mba kedua ubun-ubun dan
suturanya untuk menilai molase. Tentukan posisi
janin.
5. Memberikan Asuhan Persalinan pada Kala I
Memberi dukungan emosional kepada ibu bahwa ibu
harus bangga dan mensyukuri anugerah yang telah diberikan
oleh Allah Swt. dan optimis bahwa ibu bisa mendidik anak

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 91


dengan baik, mengatur posisi yang nyaman bagi ibu, cukup
asupan cairan dan nutrisi, keleluasaan untuk mobilisasi,
termasuk ke kamar kecil, dan penerapan prinsip pencegahan
infeksi yang sesuai. Yang tidak dianjurkan kateterisasi rutin,
periksa dalam berulang kali (tanpa indikasi yang jelas),
mengharuskan ibu pada posisi tertentu dan membatasi
mobilisasi (pergerakan). Memberikan informasi yang tidak
akurat atau berlawanan dengan kenyataan. Mengosongkan
kandung kemih dengan memfasilitasi kemajuan persalinan,
memberi rasa nyaman bagi ibu, mengurangi gangguan
kontraksi, mengurangi penyulit pada distosia bahu (bahu
besar/lebar), bila dilakukan sendiri dapat mencegah
terjadinya infeksi akibat trauma atau iritasi.

B. Kala II
1. Definisi Kala II
Kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap
(10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi, kala II dikenal
juga sebagai kala pengeluaran. Partus adalah suatu proses
pengeluaran hasil pembuahan (konsepsi) yang dapat hidup,
dari dalam rahim (uterus) melalui vagina atau jalan lain ke
dunia luar. Usia kehamilan yang dianggap normal
(matur/aterm) untuk melahirkan adalah berkisar 38-42
minggu. Jika partus terjadi di usia kehamilan < 38 minggu
disebut preterm (prematur), sebaliknya jika partus terjadi
saat usia kehamilan > 42 minggu dinamakan posterm
(postmatur).
Tanda dan Gejala Kala II
a. Ibu ingin meneran
b. Ibu merasakan adanya tekanan pada anus
c. Perineum terlihat menonjol
d. Vulva vagina dan spingter ani terlihat membuka
e. Peningkatan pengeluaran lendir dan darah

92 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


2. Perubahan Fisiologis Ibu Bersalin
Perubahan fisiologis yang normal pada ibu saat
memasuki kala II persalinan yaitu:
a. Tekanan Darah
Tekanan darah dapat meningkat lagi 15–25 mmHg
selama kontraksi kala II. Upaya meneran ibu juga
berpengaruh terhadap tekanan darah, menyebabkan
tekanan darah meningkat dan kemudian menurun dan
pada akhirnya berada pada sedikit di atas normal.
Diperlukan evaluasi tekanan darah dengan cermat di
antara kontraksi. Rata-rata peningkatan tekanan darah
10 mmHg di antara kontraksi ketika wanita telah
meneran merupakan hal yang normal.
b. Metabolisme
Peningkata metabolisme yang terus-menerus
berlanjut sampai kala II disertai upaya meneran ibu
menambah aktivitas otot-otot rangka untuk
memperbesar peningkatan metabolisme.
c. Denyut Nadi
Frekuensi denyut nadi ibu bervariasi untuk setiap
upaya meneran ibu. Secara keseluruhan, frekuensi nadi
meningkat selama kala II persalinan disertai takikardi
yang nyata ketika telah mencapai puncak pada saat
proses melahirkan.
d. Suhu
Peningkatan suhu tertinggi terjadi pada saat proses
melahirkan dan segera setelahnya. Peningkatan normal
adalah 1 sampai 2 derajat Farenheit (0,5 sampai 1
derajat celcius).
e. Perubahan Gastrointestinal
Penurunan motilitas lambung dan absorbsi yang
hebat berlanjut sampai kala II. Biasanya mual dan
muntah pada transisi mereda selama kala II persalinan

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 93


tetapi dapat terus ada pada beberapa wanita.
Muntah─ketika terjadi─normalnya hanya sesekali. Yang
konstan dan menetap kapan saja selama persalinan
merupakan hal yang abnormal dan mungkin merupakan
indikasi komplikasi obstetrik, seperti ruptur uterus atau
toxemia.
3. Pemantauan pada Kala II
a. Pemantaun Ibu
(1)Frekuensi dan lama kontraksi setiap 30 menit
(2)Suhu, nadi, dan respirasi ibu setiap 60 menit
(3)Tekanan darah setiap 15 menit
(4)Pastikan ibu sudah berkemih dalam 2 jam terakhir,
anjurkan agar ia berkemih setiap 2 jam, atau lebih
sering jika kandung kemih terasa penuh. Sebab
kandung kemih yang penuh dapat menghalangi
kontraksi dan penurunan kepala bayi, hal ini akan
menambah rasa sakit, kesulitan untuk melahirkan
plasenta, perdarahan pascapersalinan, dan
menghambat penatalaksanaan distosia bahu
(5)Adanya kehamilan kembar yang tidak diketahui
sebelumnya (setelah bayi pertama lahir).
b. Pemantauan Janin
Sebelum bayi lahir:
(1)DJJ setiap selesai meneran.
(2)Penurunan kepala bayi melalui pemeriksaan
abdomen (pemeriksaan luar) setiap 30 menit dan
pemeriksaan dalam setiap 60 menit atau kalau ada
indikasi.
(3)Kondisi kepala janin (adakah caput atau moulage).
(4)Warna cairan ketuban jika selaputnya sudah pecah
(jernih atau bercampur mekonium atau darah).

94 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


(5)Apakah ada presentasi majemuk (misalnya tangan
atau tali pusat berada di samping atau di atas kepala).
(6)Putaran paksi luar segera setelah kepala bayi lahir.
Saat bayi lahir:
(1)Apakah bayi menangis atau tidak (bernapas tanpa
kesulitan).
(2)Apakah bayi bergerak dengan aktif atau dalam
keadaan lemas.
(3)Apakah warna kulit bayi merah muda, pucat atau
biru.

C. Kebutuhan Ibu dalam Persalinan


1. Dukungan Persalinan
Persalinan adalah saat yang menegangkan dan
menggugah emosi ibu dan keluarganya, bahkan dapat
menjadi saat yang menyakitkan dan menakutkan bagi ibu.
Untuk meringankan kondisi tersebut seorang wanita
memerlukan dukungan selama persalinan. Karena dukungan
emosional selama persalinan akan menjadikan waktu
persalinan menjadi pendek, meminimalkan intervensi, dan
menghasilkan persalinan yang baik. Asuhan yang sifatnya
mendukung selama persalinan merupakan suatu standar
pelayanan kebidanan. Asuhan yang mendukung berarti
bersifat aktif dan ikut serta dalam kegiatan yang sedang
berlangsung. Dukungan fisik dan emosional yang diberikan
oleh bidan harus memperhatikan prinsip-prinsip asuhan
sayang ibu.
Lima kebutuhan seorang wanita dalam persalinan
menurut Varney’s Midwifery:
(1)Asuhan fisik dan psikologis
Asuhan fisik yang diberikan pada wanita dalam
persalinan dapat berupa: memberikan cairan dan nutrisi,
keleluasaan ke kamar mandi secara teratur, pencegahan

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 95


infeksi, membuat ibu senyaman mungkin dengan posisi
yang ia inginkan. Asuhan psikologis selama persalinan
meliputi: memberikan dukungan emosional kepada ibu ,
memberikan kesempatan kepada ibu untuk memilih
pendamping selama persalinan, mengucapkan kata-kata
yang membesarkan hati dan pujian kepada ibu, bersikap
dan bertindak dengan tenang, serta berikan dukungan
penuh selama persalinan dll.
(2)Kehadiran pendamping secara terus-menerus
(3)Pengurangan rasa sakit
(4)Penerimaan atas sikap dan perilakunya
Persalinan dan kelahiran merupakan hal yang
fisiologis, tetapi banyak wanita yang tidak siap untuk
menghadapi persalinannya. Wanita biasanya
membutuhkan perhatian lebih dari suami dan keluarganya
bahkan bidan sebagai penolong persalinan. Asuhan yang
harus diberikan adalah selain pemberian dukungan
mental juga penjelasan kepada ibu bahwa rasa sakit yang
ia alami selama persalinan merupakan suatu proses yang
harus dilalui dan diharapkan ibu tenang menghadapi
persalinannya.
(5)Informasi dan kepastian tentang hasil persalinan yang
aman
Dalam setiap persalinan wanita atau keluarga
membutuhkan penjelasan mengenai persalinan yang
dihadapinya baik mengenai kondisi ibu maupun bayinya,
serta perkembangan persalinannya.
Hasil penelitian telah memperlihatkan efektifnya
dukungan fisik, emosional, dan psikologis selama persalinan
dan kelahiran. Dari 14 percobaan yang melibatkan 5.000
wanita memperlihatkan bahwa kehadiran seorang
pendamping secara terus-menerus selama persalinan akan
menghasilkan:
(1)Kelahiran dengan bantuan vakum dan forsep semakin
kecil atau sedikit.

96 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


(2)Seksio sesaria untuk membantu kelahiran menjadi
berkurang.
(3)Kejadian asfiksia menjadi berkurang.
(4)Lamanya persalinan yang semakin pendek.
(5)Kepuasan ibu yang semakin besar dalam pengalaman
melahirkan mereka.
Kehadiran pendamping dalam memberikan dukungan
bisa dilakukan dengan bentuk:
(1)Mengucapkan kata-kata yang membesarkan hati ibu.
(2)Mengusap keringat.
(3)Membantu mobilisasi.
(4)Memberikan makanan dan minuman bila dikehendaki.
(5)Memilih posisi.
(6)Memijat punggung.
(7)Membantu mengatur napas saat kontraksi.

D. Mengurangi Rasa Sakit (Pain Relief)


Rasa sakit yang dirasakan ibu selama persalinan sangat
bervariasi tingkatannya tergantung dari keadaan jaringan saraf
tubuh ibu dalam menerima rangsangan sakit atau nyeri. Untuk
itu juga diperlukan dukungan yang baik selama persalinan agar
dapat menenangkan dan mengurangi rasa sakit tersebut.
Pendekatan pengurangan rasa sakit dapat dilakukan dengan
pendekatan nonfarmakologi dan farmakologi.
1. Pendekatan menajemen pengurangan rasa sakit secara
nonfarmakologi
Metode mengurangi rasa sakit yang diberikan secara
terus-menerus dalam bentuk dukungan adalah sederhana
dan efektif, biaya dan risiko rendah, membantu kemajuan
persalinan, hasil kelahiran bertambah baik dan bersifat
sayang ibu.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 97


Pendekatan-pendekatan untuk mengurangi rasa sakit,
menurut Varney’s Midwifery:
a. Adanya seseorang yang dapat mendukung persalinan
b. Pengaturan posisi
c. Relaksasi dan latihan pernapasan
d. Istirahat dan privasi
e. Penjelasan mengenai proses/kemajuan/prosedur yang
akan dilakukan
f. Asuhan diri
g. Sentuhan
Penny Simpkin, menjelaskan cara-cara untuk
mengurangi rasa sakit:
a. Mengurangi rasa sakit langsung di sumbernya.
b. Memberikan rangsangan alternatif yang kuat.
c. Mengurangi reaksi mental negatif, emosional, dan reaksi
fisik ibu terhadap rasa sakit.
Beberapa teknik dukungan untuk mengurangi rasa
sakit adalah:
(1) Kehadiran pendamping yang terus-menerus,
sentuhan yang nyaman, dan dorongan dari orang
yang mendukung.
(2) Perubahan posisi dan pergerakan
(3) Sentuhan dan massage
(4) Counter pressure untuk mengurangi ketegangan pada
ligament sacroiliaka
(5) Pijatan ganda pada pinggul
(6) Penekanan pada lutut
(7) Kompres hangat dan kompres dingin
(8) Berendam

98 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


(9) Pengeluaran suara
(10) Visualisasi dan pemusatan perhatian
(11) Musik
2. Pendekatan manajemen pengurangan rasa sakit secara
farmakologi
Penggunaan sedative/tranquilizer, misalnya golongan
barbiturate. Opioids, misalnya morphin.

E. Posisi dalam Persalinan


Pengaturan posisi adalah salah satu teknik relaksasi karena
dapat mengurangi titik tekanan dan ketegangan otot-otot dasar
panggul. Persalinan dan kelahiran merupakan suatu peristiwa
yang normal, tanpa disadari dan mau tidak mau harus
berlangsung. Untuk itu ibu harus dibantu memperoleh posisi
senyaman mungkin bagi dirinya. Untuk membantu ibu agar tetap
tenang dan rileks sedapat mungkin bidan tidak boleh
memaksakan pemilihan posisi yang diinginkan ibu dalam
persalinannya. Sebaliknya, peranan bidan adalah mendukung ibu
dalam posisi yang dipilihnya, menyarankan alternatif-alternatif
hanya apabila tindakan ibu tidak efektif atau membahayakan
bagi dirinya sendiri atau bagi bayinya. Bidan harus memberi
tahu ibu bahwa ibu tidak perlu telentang terus-menerus dalam
persalinanya. Jika ibu sudah semakin putus asa dan merasa tidak
nyaman, bidan bisa mengambil tindakan-tindakan yang positif
untuk mengubah kebiasaan atau mengubah setting tempat yang
telah ditentukan. Bidan harus memberikan suasana yang
nyaman dan tidak menunjukkan ekspresi terburu-buru, sambil
memberikan kepastian yang menyenangkan serta pujian lainnya.
Jenis posisi dalam persalinan menurut Varney’s Midwifery
adalah:
1. Duduk/Setengah Duduk
Rasionalisasi: Memudahkan melahirkan kepala bayi,
nyaman bagi ibu karena bisa beristirahat dengan mudah di
antara kontraksi jika ia merasa lelah.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 99


2. Posisi Merangkak
Rasionaliasi: Baik bagi ibu yang mengalami nyeri
punggung saat persalinan, membantu bayi melakukan rotasi,
peregangan minimal pada perineum.
3. Berjongkok/Berdiri
Rasionalisasi: Membantu penurunan kepala bayi,
mempercepat kemajuan kala II persalinan dan mengurangi
rasa nyeri yang hebat.
4. Berbaring Miring ke Kiri
Rasionalisasi: Memberi rasa santai bagi ibu yang letih,
karena ibu bisa beristirahat dengan mudah di antara
kontraksi memberi oksigenisasi yang baik bagi bayi, lebih
nyaman dan efektif untuk meneran, membantu mencegah
terjadinya laserasi.

Gambar 7.3: Posisi bersalin. Sumber: Wahyu Wibowo

Bersalin dalam posisi telentang terus-menerus tidak


diperbolehkan karena:

100 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
a. Dapat menyebabkan hipotensi yang mengakibatkan ibu
pingsan dan hilangnya suplai oksigen bagi bayi.
b. Dapat menambah rasa sakit.
c. Bisa memperlama proses persalinan.
d. Lebih sulit bagi ibu untuk melakukan pernapasan.
e. Membuat buang air lebih sulit.
f. Membatasi pergerakan ibu.
g. Bisa membuat ibu tidak berdaya.
h. Bisa membuat proses meneran menjadi lebih sulit.
i. Bisa menambah kemungkinan terjadinya laserasi pada
perineum.
j. Menimbulkan kerusakan syaraf pada kaki dan punggung.
Proses persalinan sangat dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu
power, passage, dan pasanger. Pada faktor passage atau faktor
ibu ukuran panggul sangat memengaruhi jalannya/proses
persalinan. Sedangkan faktor passenger/janin adalah kepala.
Karena dalam persalinan perbandingan antara besarnya kepala
dan luasnya panggul merupakan hal yang menentukan. Jika
kepala dapat melewati jalan lahir maka bagian-bagian lain dapat
menyusul dengan mudah. Menurut penelitian Cadweel dkk,
1934, 95% dari semua kehamilan, janin dengan presentasi
belakang kepala/oksiput. Oksiput memasuki panggul dengan
sutura sagitalis melintang. Ukuran kepala janin hampir sama
dengan ukuran dalam panggul. Karena bentuk panggul yang
tidak teratur, maka ketika kepala janin masuk panggul harus
menyesuaikan diri dengan bentuk panggul mulai dari PAP ke
bidang tengah panggul dan PBP, supaya janin dapat lahir.
Proses penyesuaian masuknya kepala janin ke dalam
panggul merupakan mekanisme persalinan. Pada proses ini
kepala janin melakukan gerakan-gerakan tertentu, yaitu:
1. Penurunan
Turunnya kepala dapat dibagi dalam:

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 101
a. Masuknya kepala dalam PAP
Masuknya kepala ke dalam PAP biasanya dengan
sutura sagitalis melintang dan dengan fleksi yang ringan.
Sinklitismus: Sutura sagitalis terdapat di tengah-
tengah jalan lahir dan tepat di antara simfisis dan
promontorium.
Asinklitismus: Sutura sagitalis agak ke depan
mendekati simfisis atau agak ke belakang mendekati
promontorium.
Asinklitismus anterior sehingga os parietal depan
lebih rendah dari os parietal belakang.
Asinklitismus posterior parietal belakang lebih rendah
dari os parietal depan.

Gambar 7.4 Masuknya kepala ke PAP. Sumber: fizah23.blogspot.com

b. Majunya kepala
Pada primigravida majunya kepala terjadi setelah
kepala masuk ke dalam rongga panggul dan biasanya baru
mulai pada kala II. Pada multipara majunya dan masuknya
kepala janin ke dalam rongga panggul terjadi bersamaan.
Yang menyebabkan:
(1)Tekanan cairan amnion
(2)Tekanan langsung fundus pada bokong
(3)Kontraksi otot
(4)Ekstensi dan pelurusan badan janin

102 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
Majunya kepala terjadi bersamaan dengan gerakan
yaitu: fleksi, putaran paksi dalam dan ekstensi.
2. Fleksi
Dengan majunya kepala maka fleksi juga bertambah
hingga ubun kecil jelas lebih rendah dari ubun suboksipito
bregmatika (9,5 cm) menggantikan diameter suboksipito
frontalis (11 cm). Fleksi kepala biasanya terjadi bila
penurunan kepala menemukan tahanan, apakah dari serviks,
dinding panggul atau dasar panggul.

Gambar 7.5 Posisi Kepala Fleksi. Sumber : bidandanbunda.blogspot.com

3. Rotasi Dalam/Putar Paksi Dalam


Yaitu pemutaran kepala janin secara perlahan
menggerakkan oksiput dari posisi asalnya ke anterior menuju
simfisis pubis, atau ke posterior menuju lubang sakrum.
Rotasi dalam tidak terjadi sendiri, tetapi selalu bersamaan
dengan majunya kepala dan kadang-kadang baru setelah
kepala sampai di dasar panggul.
Sebab–sebab terjadinya rotasi dalam:
a. Pada letak fleksi, bagian belakang kepala atau oksiput
merupakan bagian terendah dari kepala.
b. Bagian terendah dari kepala ini mencari tahanan yang
paling sedikit.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 103
c. Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul adalah
diameter antero posterior.
4. Ekstensi
Setelah kepala janin sampai pada dasar panggul,
terjadilah ekstensi atau defleksi kepala. Hal ini disebabkan
karena:
a. Sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul atas,
sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk
melaluinya.
b. Adanya dua kekuatan, yang satu mendesaknya ke bawah.
c. Satunya tahanan dasar panggul yang menolaknya ke atas.
Resultannya adalah kekuatan ke arah depan atas.
Setelah suboksiput tertahan pada pinggir bawah simpisis
maka yang dapat maju karena kekuatan tersebut di atas
bagian yang berhadapan dengan suboksiput, maka lahirlah
berturut ubun besar, dahi, hidung, mulut dan akhirnya dagu
denga ekstensi. Dan sebagai hipomoklion (pusat pemutaran)
adalah sub oksiput.

Gambar 7.6 Kepala Ekstensi. Sumber : diananggraeni-203.blogspot.com

5. Rotasi Luar/Putaran Paksi Luar


Putaran ini untuk menghilangkan torsi pada leher yang
terjadi karena putaran paksi dalam. Kepala memutar kembali
searah punggung janin. Gerakan ini disebabkan karena
ukuran bahu (diameter bisakromial) menempatkan diri
dalam diameter antero posterior dari pintu bawah panggul.

104 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
Gambar 7.7 Rotasi Luar. Sumber: lukasdoni.blogspot.com

6. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di b
menjadi hipomoklion untuk melahirkan bahu belakang.
Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya badan anak
lahir searah dengan jalan lahir.

Amniotomi
Apabila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah
lengkap maka perlu dilakukan tindakan amniotomi. Perhatikan
warna air ketuban saat dilakukan amniotomi. Jika terjadi
pewarnaan mekonium pada air ketuban maka lakukan persiapan
pertolongan bayi setelah lahir karena hal tersebut menunjukkan
adanya hipoksia dalam rahim atau selama proses persalinan.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 105
Prosedur melakukan amniotomi:
1. Membantu prosedur bersama ibu dan keluarganya dan jawab
pertanyaan apa pun yang mereka ajukan.
2. Dengarkan denyut jantung janin dan catat pada partograf.
3. Cuci tangan.
4. Pakai sarung tangan DTT atau seteril.
5. Di antara kontraksi, lakukan pemeriksaan dalam dengan hati-
hati. Raba dengan hati-hati selaput ketuban untuk memastikan
bahwa kepala telah masuk ke dalam panggul dengan baik dan
bahwa tali pusat dan/atau bagian-bagian tubuh yang kecil dari
bayi (misalkan tangan) tidak bisa dipalpasi, jika tali pusat atau
bagian-bagian tubuh yang kecil dari bayi bisa dipalpasi, jangan
pecahkan selaput ketuban.
Catatan: Pemeriksaan dalam yang dilakukan di antara
kontraksi sering kali lebih nyaman untuk ibu. Tetapi jika selaput
ketuban tidak dapat diraba di antara kontraksi, tunggu sampai
kekuatan kontraksi berikutnya. Mendorong cairan ketuban,
menekan selaput ketuban, serta membuatnya lebih mudah untuk
dipalpasi dan dipecahkan.
6. Dengan menggunakan tangan yang lain, tempatkan klem setelah
kocher atau setengah kelly DTT/seteril dengan lembut ke dalam
vagina dipandu klem dengan jari dari tangan yang digunakan
untuk pemeriksaan. Gerakkan jari mencapai selaput ketuban.
7. Pegang ujung klem di antara ujung jari pemeriksaan, gerakkan
jari dengan lembut. Gosokkan klem ke selaput ketuban dan
pecahkan.
Catatan: Sering kali lebih mudah untuk memecahkan
selaput ketuban di antara kontraksi ketika selaput ketuban tidak
tegang, hal ini juga akan mencegah air ketuban menyemprot
pada saat selaput ketuban dipecahkan.
8. Biarkan air ketuban membasahi jari tangan yang digunakan
untuk pemeriksaan.

106 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
9. Gunakan tangan yang lain untuk mengambil klem dan
menempatkannya ke dalam larutan klorin 0,5% untuk
didekontaminasi. Biarkan jari tangan pemeriksaan tetap di
dalam vagina untuk mengetahui penurunan kepala janin dan
memastikan bahwa tali pusat atau bagian kecil dari janin tidak
teraba. Setelah memastikan penurunan kepala dan tidak ada tali
pusat dan bagian-bagian tubuh bayi yang kecil, keluarkan tangan
pemeriksa secara lembut dari dalam vagina.
10.Evaluasi warna cairan ketuban, periksa apakah ada mekonium
atau darah (lebih bayak dari bercak bercampur darah yang
normal) jika mekonium atau darah terlihat, lakukan
penatalaksanaan lanjut.
11.Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke
dalam larutan klorin 0,5% lalu lepaskan sarung tangan dan
biarkan terendam di larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
12.Cuci kedua tangan.
13.Segera periksa ulang DJJ.
14.Catat pada partograf waktu dilakukan pemecahan selaput
ketuban, warna air ketuban dan DJJ.

Episiotomi dengan Anestesi Lokal


Ingat, episiotomi bisa dipertimbangkan hanya pada kasus-
kasus:
1. Gawat janin.
2. Persalinan pervaginam dengan penyulit (sungsang, distosia
bahu, ekstraksi, vorcep, ekstraksi vacum).
3. Jaringan parut pada perineum atau vagina yang menghalangi
kemajuan persalinan.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 107
Gambar 7.8 Jenis-Jenis Episiotomi. Sumber: slideshare.net

4. Persiapan
5. Pertimbangkan indikasi-indikasi untuk melakukan episiotomi
dan pastikan bahwa episiotomi tersebut penting untuk
keselamatan dan kenyamanan ibu dan bayi.
6. Pastikan bahwa semua perlengkapan dan bahan-bahan yang
diperlukan sudah tersedia dan dalam keadaan DTT/steril.
7. Gunakan teknik aseptik setiap saat. Cuci tangan dan pakai
sarung tangan DTT/steril.
8. Jelaskan pada ibu mengapa ia memerlukan episiotomi dan
diskusikan prosedurnya dengan ibu, berikan alasan rasional
pada ibu.

Memberikan Anestesi Lokal


Berikan anestesi lokal secara dini agar obat tersebut memiliki
cukup waktu untuk memberikan efek sebelum episiotomi
dilakukan. Episiotomi adalah tindakan yang menimbulkan rasa sakit
dan menggunakan anastesi lokal adalah bagian dari asuhan sayang
ibu.
1. Jelaskan kepada ibu apa yang akan Anda lakukan dan bantu dia
untuk merasa rileks.
2. Hisap 10 ml larutan lidokaine 1% tanpa epineprin ke dalam
tabung suntik steril ukuran 10 ml (tabung suntik lebih besar
boleh digunakan, jika diperlukan). Jika lidokaine 1% tidak

108 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
tersedia, larutkan 1 bagian lidokaine 2% dengan 1 bagia cairan
garam fisiologis atau air destilasi seteril, sebagai contoh larutkan
dalam 5 ml cairan garam fisiologis atau air seteril.
3. Pastikan bahwa tabung suntik memiliki jarum ukuran 22 dan
panjang 4 cm (jarum yang lebih panjang boleh digunakan, jika
diperlukan).
4. Letakkan dua jari ke dalam vagina di antara kepala bayi dan
perineum.
5. Masukkan jarum di tengah forcette dan arahkan jarum sepanjang
tempat yang akan diepisiotomi.
6. Aspirasi (tarik batang penghisap) untuk memastikan bahwa
jarum tidak berada di dalam pembuluh darah. Jika darah masuk
ke dalam tabung suntik, jangan suntikkan lidokaine, tarik jarum
tersebut keluar. Ubah posisi jarum dan tusukkan kembali.
Alasan: Ibu bisa mengalami kejang dan bisa terjadi kematian jika
lidokaine disuntikkan ke dalam pembuluh darah.
7. Tarik jarum perlahan sambil menyuntikkan masukkan 10 ml
lidokaine.
8. Tarik jarum bila sudah kembali ke titik asal jarum suntik
ditusukkan. Kulit melembung karena anestesia bisa terlihat dan
dipalpasi pada perineum di sepanjang garis yang akan dilakukan
episotomi.

Prosedur Episiotomi
1. Tunda tindakan episiotomi sampai perineum menipis dan pucat,
dan 3-4 cm kepala bayi sudah terlihat pada saat kontraksi.
Alasan: Melakukan episotomi akan menyebabkan perdarahan,
jangan melakukannya terlalu dini.
2. Masukkan dua jari ke dalam vagina di antara kepala bayi dan
perineum. Kedua jari agak direnggangkan dan berikan sedikit
tekanan lembut ke arah luar pada perineum. Alasan: hal ini akan
melindungi kepala bayi dari gunting dan meratakan perineum
sehingga membuatnya lebih mudah diepisiotomi.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 109
3. Gunakan gunting tajam DTT/steril, tempatkan gunting di tengah-
tengah fourcette posterior dan gunting mengarah ke sudut yang
diinginkan untuk melakukan episiotomi mediolateral (jika anda
bukan kidal, episotomi mediolateral yang dilakukan di sisi kiri
lebih mudah dijahit). Pastikan untuk melakukan
palpasi/mengidentifikasi spingter ani eksternal dan
mengarahkan gunting cukup jauh ke arah samping untuk
menghindari spingter.
4. Gunting perineum sekitar 3-5 cm dengan arah mediolateral
menggunakan satu atau dua guntingan yang mantap. Hindari
menggunting jaringan sedikit demi sedikit karena akan
menimbulkan tepi yang tidak rata sehingga akan menyulitkan
penjahitan dan waktu penyembuhannya lebih lama.
5. Gunakan gunting untuk memotong 2-3 cm ke dalam vagina.
6. Jika kepala bayi belum juga lahir, lakukan tekanan pada luka
episotomi dengan dilapisi kain atau kasa DTT/steril di antara
kontraksi untuk membantu mengurangi perdarahan.
7. Kendalikan kelahiran kepala, bahu, dan badan bayi untuk
mencegah perluasan episiotomi.
8. Setelah bayi dan plasenta lahir, periksa dengan hati-hati apakah
episiotomi, perineum dan vagina mengalami perluasan robekan
atau laserasi, lakukan penjahitan jika terjadi perluasan episotomi
dan laserasi tambahan.

F. Kala III
1. Definisi Kala III
Persalinan Kala III merupakan persalinan yang dimulai
dari bayi lahir sampai keluarnya plasenta. Biasanya
berlangsung antara 5-10 menit. Partus kala III disebut pula
kala uri. Kelainan pada kala III ini bisa menyebabkan
perdarahan. Waktu yang paling kritis untuk mencegah
perdarahan postpartum adalah ketika plasenta lahir dan
segera setelah itu. Akan tetapi, kisaran normal kala III sampai

110 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
30 menit. Risiko perdarahan meningkat apabila kala III lebih
dari 30 menit, terutama antara 30-60 menit.
2. Kemajuan Persalinan
Kala III persalinan terdiri dari dua fase berurutan, yaitu:
a. Pelepasan Plasenta
Pelepasan plasenta merupakan hasil penurunan
mendadak ukuran kavum uteri selama dan setelah
kelahiran bayi, sewaktu uterus berkontraksi mengurangi
isi uterus. Pengurangan ukuran uterus secara bersamaan
berarti penurunan area perlekatan plasenta. Pada sisi
perlekatan ini, tidak mampu menahan tekanan dan
melengkung, akibatnya terjadi pelepasan plasenta dari
dinding uterus di lapisan spongiosa. Setelah lepas,
plasenta turun ke segmen bawah uterus atau ke dalam
ruang vagina atas. Setelah ibu melahirkan bayinya, kita
harus mengevaluasi kemajuan persalinan dan kondisi ibu.
Satu tangan ditempatkan di abdomen ibu untuk
merasakan, tanpa melakukan massage, bentuk dan posisi
uterus serta menentukan apakah uterus berkontraksi.
Pelepasan plasenta normal dari dinding uterus dicapai
dengan efek kontraksi uterus. Jika uterus di-massage
sebelum pelepasan plasenta dari dinding uterus, massage
dapat menyebabkan pelepasan sebagian plasenta yang
berakibat perdarahan. Bahaya pelepasan sebagian adalah
bagian plasenta masih menyatu dengan uterus dan uterus
tidak mampu berkontraksi cukup kuat untuk meligasi dan
membuat kolaps pembuluh yang dialiri darah, yang
terjalin melalui serat otot dalam area tempat pelepasan
telah terjadi. Bidan dapat mengecek dengan
menggunakan:
(1)Kustner
Dengan meletakkan tangan disertai tekanan
pada/di atas simfisis, tali pusat ditegangkan, maka bila
tali pusat masuk menandakan plasenta belum lepas,
kalau plasenta diam atau maju berarti plasenta sudah
lepas.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 111
(2)Strassman
Menegangkan tali pusat dan mengetok pada
fundus, bila tali pusat bergetar menandakan plasenta
belum lepas, jika plasenta tidak bergetar berarti
plasenta sudah lepas.
(3)Klein
Pada saat ada his rahim kita dorong sedikit, bila
tali pusat kembali berarti plasenta belum lepas, jika
plasenta diam atau turun berarti plasenta sudah lepas.
b. Pengeluaran Plasenta
Pengeluaran plasenta dimulai dengan penurunan
plasenta ke dalam segmen bawah uterus. Plasenta
kemudian keluar melewati serviks ke ruang vagina atas,
dari arah plasenta ke luar.
Tanda-tanda lepasnya plasenta:
(1)Terjadi perubahan bentuk uterus dan tinggi fundus
uteri.
(2)Tali pusat memanjang atau terjulur keluar melalui
vagina/vulva.
(3)Adanya semburan darah secara tiba-tiba.
Setelah plasenta lepas, gunakan tangan diabdomen
ibu untuk meyakinkan bahwa uterus berkontraksi.
Kemudian menempatkan permukaan telapak tangan tepat
di atas simfisis pubis dan tekan berlawanan arah dengan
uterus, angkat sedikit ke arah atas menuju umbilikus. Pada
saat yang sama, tangan yang lain menarik tali pusat,
menggunakan klem di sekeliling tempat tali pusat. Pada
saat yang sama meminta ibu tersebut mengejan. Pada saat
menarik tali pusat mengikuti sumbu yang dilalui oleh janin
yaitu ke bawah dan ke atas sewaktu plasenta lepas. Jangan
pernah memberikan tarikan pada tali pusat kapan pun
kecuali uterus berkontraksi. Jika uterus tidak berkontraksi
dan plasenta atau membran melekat ke dinding uterus,
inversi uterus adalah bahaya potensial. Pada keadaan

112 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
demikian, tarikan plasenta tidak hanya menarik plasenta
tetapi dinding uterus yang menyatu. Kala III berakhir jika
membran segera mengikuti plasenta dan dilahirkan
bersama plasenta.
c. Mekanisme Pengeluaran Plasenta:
(1)Mekanisme Schultze
Kelahiran plasenta dengan presentasi sisi janin.
Pelepasan plasenta dimulai dari sisi tengah, disertai
pembentukan bekuan retroplasenta sentral, yang
memengaruhi berat plasenta sehingga bagian sentral
turun terlebih dahulu. Hal ini menyebabkan plasenta
dan kantong amnion terbalik dan menyebabkan
membran melepaskan desidua dan tertinggal di
belakang plasenta, membran yang terbalik menangkap
dan menahan darah.
(2)Mekanisme Duncan
Kelahiran plasenta dengan sisi maternal.
Pelepasan plasenta terjadi pada bagian pinggir atau
perifer plasenta. Darah keluar di antara membran dan
dinding uterus dan terlihat secara eksternal. Plasenta
turun ke samping dan kantong amnion, oleh karena itu
tidak berbalik tetapi tertinggal di belakang plasenta
untuk kelahiran tempat implantasi plasenta mengalami
pengerutan akibat pengosongan kavum uteri dan
kontraksi lanjutan sehingga plasenta dilepaskan dari
pelekatannya dan pengumpulan darah pada ruang
utero-plasenter akan mendorong plasenta ke luar.
Pelepasan dan pengeluaran terjadi karena kontraksi,
yang mulai terjadi lagi setelah terhenti singkat setelah
kelahiran bayi. Kontraksi kurang lebih setiap 2 sampai
2,5 menit selama kala dua persalinan. Kemudian
kontraksi berlangsung setiap 4–5 menit sampai
plasenta telah lepas dan keluar. Setelah uterus kosong,
berkontraksi dengan sendirinya dan tetap berkontraksi
jika tonus otot baik. Apabila kontraksi buruk akan
mengalami peningkatan aliran lokia dan kontraksi

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 113
uterus berulang sewaktu uterus relaksasi. Hal ini
menyebabkan nyeri setelah melahirkan.
3. Rencana Penatalaksanaan Kala III
Kesalahan penatalaksanaan kala III adalah penyebab
utama perdarahan juga menyebabkan inversi uterus serta
syok yang mengancam jiwa. Komplikasi yang membahayakan
seperti itu akan dapat dihindari dengan aturan sebagai
berikut:
a. Lakukan massage sesegera mungkin setelah kelahiran
plasenta.
b. Jangan lakukan massage uterus sebelum pelepasan
plasenta kecuali apabila pelepasan sebagian telah terjadi
dengan proses alamiah dan tampak perdarahan
berlebihan.
c. Jangan mendorong tali pusat sebelum plasenta lepas dan
jangan mendorong tali pusat pada saat uterus tidak
berkontraksi.
d. Jangan mencoba melahirkan plasenta sebelum pelepasan
lengkap.
4. Manajemen Aktif Kala III
Tujuan manajemen aktif kala III adalah untuk
menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga
dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan, dan
mengurangi kehilangan darah kala III persalinan. Sebagian
besar kasus kesakitan dan kematian ibu di Indonesia
disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan di mana
sebagian disebabkan oleh atonia uteri dan retensio plasenta
yang sebenarnya dapat dicegah dengan melakukan
manajemen aktif kala III.
Tiga langkah utama dalam manajemen aktif kala III:
a. Pemberian oksitosin/uterotonika sesegera mungkin.
b. Melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT).
c. Rangsangan taktil pada dinding uterus atau fundus uteri.

114 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
d. Penegangan tali pusat terkendali:
e. Berdiri di samping kanan ibu.
f. Pindahkan jepitan semula tali pusat ke titik 5-20 cm dari
vulva dan pegang klem penjepit tersebut.
g. Letakkan telapak tangan (alas dengan kain) yang lain,
pada segmen bawah rahim atau dinding uterus di
suprasimfisis.
h. Pada saat terjadi kontraksi, tegangkan tali pusat sambil
tekan uterus ke dorsokranial.
i. Ulangi kembali perasat ini bila plasenta belum dapat
dilahirkan (jangan lakukan pemaksaan).
5. Pemeriksaan Plasenta, Selaput Ketuban dan Pelepasan
Plasenta
Setelah plasenta lahir, jangan lupa harus dilakukan
pemeriksaan secara teliti karena salah satu penyebab dari
perdarahan adalah masih tertinggalnya jaringan di uterus.
Jaringan tersebut memengaruhi proses involusi dari uterus.
Bidan harus waspada apakah plasenta dan membran lengkap,
dan apakah ada abnormalitas seperti ada simpul sejati atau
ada tali pusat yang mempunyai dua pembuluh saja.
Setelah melahirkan plasenta, penting untuk memeriksa
plasenta dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa
keduanya lengkap. Sisa-sisa plasenta dan selaput ketuban
yang tertinggal di dalam uterus akan menghalangi kontraksi
uterus sepenuhnya. Jika uterus tidak sepenuhnya
berkontraksi, maka ibu bisa kehilangan banyak darah.
Permukaan plasenta bagian ibu hendaknya diperiksa untuk
memastikan bahwa semua cotyledons ada di pinggiran
membran semuanya rata (licin). Hal ini harus dilakukan
secepat mungkin supaya jika ada bagian yang hilang, bidan
bisa dengan segera mengeluarkannya. Jika membrannya tidak
lengkap, kadang-kadang bisa ditarik keluar secara perlahan-
lahan dengan menggunakan klem. Jika wanita tersebut tidak
mengeluarkan darah, Anda bisa memberikan injeksi
methergin 0,2 mg (IM) agar kontraksi uterus akan mendesak

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 115
keluar membran tersebut. Jika ibu mengeluarkan darah,
kenakanlah sarung tangan steril atau yang telah di-DTT
dengan kasa yang dililit di jari telunjuk dan sapulah lubang
servik dan uterus untuk mengeluarkan membran yang
tertinggal.
Setelah pemeriksaan plasenta, periksalah daerah
perineum. Dengan lembut dan perlahan periksalah perineum,
vagina, dan vulva untuk mengetahui apakah ada robekan.
Setelah proses kelahiran, vagina akan mengalami peregangan
dan lebih besar dari biasanya. Mungkin akan ada bagian-
bagian yang merah, edema, dan lecet. Dengan perlahan-lahan
periksalah anus untuk mengetahui apakah ada trauma atau
hemorhoid yang bisa menonjol keluar atau terjadi thrombosis
setelah proses kelahiran.

G. Kala IV
1. Definisi Kala IV Pengawasan
Adalah kala pengawasan selama 1–2 jam setelah bayi
dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama
terhadap bahaya perdarahan post partum. Darah yang keluar
diperkirakan sebaik-baiknya. Kehilangan darah pada
persalinan biasa disebabkan oleh luka pada pelepasan uri dan
robekan pada serviks dan perineum. Rata-rata dalam batas
normal jumlah perdarahan adalah 250 cc, biasanya 100–300
cc. Bila perdarahan lebih dari 500 cc ini sudah dianggap
abnormal dan harus dicari penyebabnya.
Jangan meninggalkan wanita bersalin 1 jam sesudah bayi
dan uri lahir. Sebelum pergi meninggalkan ibu yang baru
melahirkan, periksa ulang dulu dan perhatikan 7 pokok
penting:
a. Kontraksi rahim: baik/tidak dapat diketahui dengan
palpasi. Lakukan massage dan berikan uterus tonika:
methergin, ermetrin dan pitosin.
b. Perdarahan: ada/tidak, banyak/biasa.

116 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
c. Kandung kencing: harus kosong, kalau penuh ibu suruh
kencing dan kalau tidak bisa lakukan kateterisasai.
d. Luka-luka: jahitannya baik/tidak, ada perdarahan/tidak.
e. Uri dan selaput ketuban harus lengkap.
f. Keadaan umum ibu: tensi, nadi, pernapasan, dan rasa
sakit.
g. Bayi dalam keadaan baik.
2. Memberikan Asuhan pada Ibu Bersalin Kala IV
a. Fisiologi Kala IV
Setelah plasenta lahir tinggi fundus uteri kurang lebih
2 jari di bawah pusat. Otot–otot uterus berkontraksi,
pembuluh darah yang ada di antara anyaman–anyaman
otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan
perdarahan setelah palsenta dilahirkan.
b. Evaluasi Uterus: Konsistensi, Atonia
Setelah plasenta lahir dilakukan pemijatan uterus
untuk merangsang uterus berkontraksi. Dalam evaluasi
uterus yang perlu dilakukan adalah mengobservasi
kontraksi dan konsistensi uterus. Kontraksi uterus yang
normal adalah pada perabaan fundus uteri akan teraba
keras. Jika tidak terjadi kontraksi dalam waktu 15 menit
setelah dilakukan pemijatan uterus akan terjadi atonia
uteri.
c. Pemeriksaan Serviks, Vagina, dan Perineum
(1)Serviks
Perubahan yang terjadi pada serviks adalah
serviks agak menganga seperti corong. Bentuk ini
disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan
kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi
sehingga seolah-olah ada perbatasan antara korpus dan
serviks uteri terbentuk semacam cincin. Dilihat dari
warnanya serviks menjadi merah kehitam- hitaman
karena penuh pembuluh darah, konsistensinya lunak.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 117
Segera setelah janin dilahirkan serviks masih bisa
dimasuki oleh tangan pemeriksa, tetapi setelah 2 jam
hanya bisa dimasuki 2-3 jari.
(2)Vagina dan Perineum
Evaluasi laserasi dan perdarahan aktif pada
perineum dan vagina. Nilai perluasan laserasi
perineum. Derajat laserasi perineum terbagi atas:
(a) Derajat I
Meliputi mokosa vagina, fourchette posterior,
dan kulit perineum. Pada derajat I ini tidak perlu
dilakukan penjahitan, kecuali jika terjadi
perdarahan.
(b) Derajat II
Meliputi mokosa vagina, fourchette posterior,
kulit perineum dan otot perineum. Pada derajat II
dilakukan penjahitan dengan teknik jelujur.
(c) Derajat III
Meliputi mokosa vagina, fourchette posterior,
kulit perineum, otot perineum dan otot spingter ani
external.
(d) Derajat IV
Derajat III ditambah dinding rektum anterior.
Pada derajat III dan IV segera lakukan rujukan
karena laserasi ini memerlukan teknik dan prosedur
khusus.
Setelah melahirkan plasenta, penting untuk
memeriksa plasenta dan selaput ketuban untuk
memastikan bahwa keduannya lengkap. Sisa-sisa plasenta
dan selaput ketuban yang tertinggal di dalam uterus akan
menghalangi kontraksi uterus sepenuhnya. Jika uterus
tidak sepenuhnya berkontraksi, maka ibu bisa kehilangan
banyak darah. Permukaan plasenta bagian ibu hendaknya
diperiksa untuk memastikan bahwa semua cotyledons ada

118 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
di pinggiran membran semuanya rata (licin). Hal ini harus
dilakukan secepat mungkin supaya jika ada bagian yang
hilang, bidan bisa dengan segera mengeluarkannya. Jika
membrannya tidak lengkap, kadang-kadang bisa ditarik
keluar secara perlahan-lahan dengan menggunakan klem.
Jika wanita tersebut tidak mengeluarkan darah, Anda bisa
memberikan injeksi methergin 0,2 mg (IM) agar kontraksi
uterus akan mendesak keluar membran tersebut. Jika ibu
mengeluarkan darah, kenakanlah sarung tangan steril atau
yang telah di- DTT dengan kasa yang dililit di jari telunjuk
dan sapulah lubang serviks dan uterus untuk
mengeluarkan membran yang tertinggal.
Setelah pemeriksaan plasenta, periksalah daerah
perineum. Dengan lembut dan perlahan periksalah
perineum, vagina, dan vulva untuk mengetahui apakah ada
robekan. Setelah proses kelahiran, vagina akan mengalami
peregangan dan lebih besar dari biasanya. Mungkin akan
ada bagian-bagian yang merah, edema, dan lecet. Dengan
perlahan-lahan periksalah anus untuk mengetahui apakah
ada trauma atau hemoroid yang bisa menonjol keluar atau
terjadi trombosis setelah proses kelahiran.
d. Pemantauan dan Evaluasi Lanjut
Selama dua jam pertama pascapersalinan:
(1)Pantau tekanan darah, nadi, suhu, TFU, kandung kemih,
dan perdarahan yang terjadi setiap 15 menit dalam
satu jam pertama dan setiap 30 menit dalam satu jam
kedua. Jika ada temuan yang tidak normal lakukan
observasi dan penilaian secara lebih sering.
(2)Pemijatan uterus untuk memastikan uterus menjadi
keras setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan
setiap 30 menit dalam satu jam kedua. Jika ada temuan
yang tidak normal tingkatkan frekuensi observasi dan
penilaian.
(3)Pantau suhu tubuh ibu 1x setiap jam selama dua jam
pertama pascapersalinan. Jika suhu tubuh meningkat
pantau lebih sering.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 119
(4)Nilai perdarahan. Periksa perineum dan vagina setiap
15 menit dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit
dalam satu jam kedua.
(5)Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai tonus
dan perdarahan uterus juga bagaimana melakukan
pemijatan jika uterus menjadi lembek.
(6)Minta anggota keluarga untuk memeluk bayi.
Bersihkan dan bantu ibu untuk mengenakan baju atau
sarung yang bersih dan kering, atur posisi ibu agar
nyaman dengan cara duduk bersandarkan bantal atau
berbaring miring. Jaga agar tubuh dan kepala bayi
diselimuti dengan baik, berikan bayi kepada ibu dan
anjurkan untuk dipeluk dan diberi ASI.
(7)Lengkapi dengan asuhan esensial bagi bayi baru lahir.
(8)Periksa banyaknya urine setiap 15 menit pada satu jam
pertama dan setiap 30 menit pada satu jam kedua.
Sebagian besar kematian ibu pada periode
pascapersalinan terjadi pada 6 jam pertama setelah
persalinan. Kematian ini disebabkan oleh infeksi,
perdarahan, dan eklampsia. Oleh karena itu, pemantauan
selama dua jam pertama post partum sangat penting.
Selama kala IV ini haruslah peneruskan penatalaksanaan.
Yang harus dievaluasi:
(1)Suhu harus diperiksa satu kali pada kala IV.
(2)Tekanan darah, nadi, ukuran dan tonus uterus,
kandung kemih dan perdarahan semuanya harus
dievaluasi setiap 15 menit untuk satu jam pertama post
partum dan kemudian, jika semuanya normal, setiap 30
menit pada jam kedua.
e. Perkiraan Darah yang Hilang
Satu cara untuk menilai kehilangan darah adalah
dengan cara melihat darah tersebut dan memperkirakan
berapa banyak botol berukuran 500 ml yang bisa dipenuhi
darah tersebut. Jika darah bias mengisi 2 botol artinya ibu

120 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
telah kehilangan 1 liter darah. Memperkirakan kehilangan
darah hanyalah salah satu cara untuk menilai kondisi ibu.
Upaya yang lebih penting adalah dengan memeriksa ibu
secara berkala dan lebih sering selama kala IV dan menilai
kehilangan darahnya dengan cara memantau tanda vital,
mengevaluasi kondisi terkini, memperkirakan jumlah
perdarahan lanjutan dan menilai tonus uterus.
Sangat sulit untuk memperkirakan kehilangan darah
secara tepat karena darah sering kali bercampur dengan
cairan ketuban atau urine dan mungkin terserap di
handuk, kain, atau sarung. Tidak mungkin menilai
kehilangan darah secara akurat dengan menghitung
sarung, karena ukuran sarung bermacam-macam dan
mungkin diganti jika terkena sedikit darah atau pada saat
benar-benar basah oleh darah. Meletakkan wadah atau
pispot di bawah bokong ibu untuk mengumpulkan darah
bukanlah cara yang efektif untuk mengukur kehilangan
darah dan bukan merupakan cerminan asuhan sayang ibu,
berbaring di atas wadah atau pispot sangat tidak nyaman
dan menyulitkan ibu untuk memegang dan menyusui
bayinya.
Satu cara untuk menilai kehilangan darah adalah
dengan cara melihat darah tersebut dan memperkirakan
berapa banyak botol berukuran 500 ml yang bisa dipenuhi
darah tersebut. Jika darah bisa mengisi 2 botol, ibu telah
kehilangan darah 1 liter. Darah bisa mengisi setengah
botol, ibu kehilangan 250 ml darah. Memperkirakan
kehilangan darah hanyalah salah satu cara untuk menilai
kondisi ibu.

LATIHAN SOAL
KASUS I (untuk soal No. 1–5)
Ny. Sarah, 25 tahun, G1P0A0, hamil 38 minggu, datang ke BPS pukul
08.00 WIB, mengeluh perut kencang-kencang, hasil pemeriksaan:

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 121
KU baik, TD: 110/70 mmHg, nadi 80x/menit, respirasi 24x/menit,
TFU 30 cm, kepala sudah masuk 2/5, hasil VT pembukaan serviks 8
cm, selaput ketuban masih utuh, ibu mengatakan cemas
menghadapi persalinan.
1. Diagnosis kebidanan Ny. Sarah adalah ….
A. Inpartu kala I fase laten
B. Inpartu kala I fase aktif akselerasi
C. Inpartu kala I fase aktif deselerasi
D. Inpartu kala I fase aktif dilatasi maksimal
2. Data fokus yang menunjukkan Ny. Sarah dalam proses persalinan
….
A. Kepala masuk 2/5
B. TFU 30 cm
C. Kencang-kencang
D. Pembukaan serviks 8 cm
3. Sesuai dengan kasus Ny. Sarah penurunan kepala berada pada….
A. Hodge I
B. Hodge II
C. Hodge III
D. Hodgee IV
4. Asuhan sayang ibu yang diberikan pada Ny. Sarah….
A. Memberikan dukungan emosional
B. Memberikan nutrisi
C. Menganjurkan ibu untuk berbaring
D. Melakukan periksa dalam kembali untuk
menentukan pembukaan
5. Setelah dievaluasi, ibu menyatakan ingin meneran, tindakan
bidan adalah ….

122 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
A. Memecah ketuban
B. Memimpin persalinan
C. Memastikan pembukaan lengkap
D. Menganjurkan ibu untuk mengatur pernapasan

KASUS II (untuk soal No. 6-10)


Ny. Mira umur 25 tahun PI A0 AHI baru saja melahirkan
bayinya secara spontan, keadaan bayinya menangis kuat,
kemerahan pada kulit dan tonus ototnya baik, sedangkan plasenta
belum lahir. Tinggi fundus uteri masih setinggi pusat, sudah
terdapat tanda-tanda pelepasan plasenta.
6. Ny. Mira saat ini dalam kondisi ….
A. Inpartu fase aktif
B. Post partum
C. Inpartu kala II
D. Inpartu kala III
7. Tindakan yang dilakukan bidan berdasarkan kasus Ny. Mira
adalah ….
A. Pastikan janin tunggal
B. Injeksi oksitosin
C. Penegangan tali pusat terkendali
D. Melahirkan plasenta
8. Sesuai kasus di atas diperkirakan plasenta akan lahir dalam
waktu ….
A. 5-10 menit
B. 10-15 menit
C. 15-20 menit
D. 15-30 menit

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 123
9. Tali pusat memanjang, semburan darah mendadak dan uterus
globuler merupakan ….
A. Inpartu III
B. Tanda-tanda bayi sudah lahir
C. Tanda-tanda pelepasan tali pusat
D. Tanda-tanda pelepasan plasenta
10. Pada keadaan kontraksi, uterus inkoordinasi akan membentuk
cincin retraksi patologis (bendel’s rings), pada bagian uterus ini
merupakan bagian uterus ….
A. Segmen atas uterus
B. Segmen tengah uterus
C. Segmen bawah uterus
D. Batas antara segmen atas dan bawah

124 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
BAB VIII
PENGENALAN TANDA BAHAYA PADA
MASA PERSALINAN

A. Konsep Dasar Distosia


1. Definisi
Distosia adalah kelambatan atau kesulitan dalam
jalannya persalinan.
2. Etiologi
Distosia dapat disebabkan karena kelainan his, kelainan
janin, kelainan alat kandungan, serta karena kelainan jalan
lahir.
3. Macam Distosia
a. Distosia Power/Tenaga/His
(1)Definisi
Distosia karena kelainan tenaga (his) yang tidak
normal, baik kekuatan maupun sifatnya, sehingga
menghambat kelancaran persalinan dan tidak dapat
diatasi sehingga menyebabkan persalinan macet (Prof. Dr.
Sarwono Prawirohardjo, 1993). Menurut Prof. dr. Ida
Bagus Gede Manuaba (1998) dalam persalinan diperlukan
his normal yang mempunyai sifat:

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 125
(2)Kontraksi otot rahim mulai dari salah satu tanduk
rahim.
(3)Fundal dominan, menjalar ke seluruh otot rahim.
(4)Kekuatannya seperti memeras isi rahim.
(5)Otot rahim yang telah berkontraksi tidak kembali ke
panjang semula sehingga terjadi retraksi dan
pembentukan segmen bawah rahim.
Jenis-jenis kelainan his menurut Prof. Dr. Sarwono
Prawirohardjo (1993):
a. His Hipotonik
His hipotonik disebut juga inersia uteri yaitu his yang
tidak normal, fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih dulu
daripada bagian lain. Kelainan terletak pada kontraksinya
yang singkat dan jarang. Selama ketuban utuh umumnya
tidak berbahaya bagi ibu dan janin. Hisnya bersifat lemah,
pendek, dan jarang dari his normal. Inersia uteri dibagi
menjadi 2, yaitu:
 Inersia uteri primer
Terjadi pada permulaan fase laten. Sejak awal telah
terjadi his yang tidak adekuat (kelemahan his yang timbul
sejak dari permulaan persalinan).
 Inersia uteri sekunder
Terjadi pada fase aktif kala I atau kala II. Permulaan
his baik, kemudian pada keadaan selanjutnya terdapat
gangguan dan kemudian melemah. Dewasa ini persalinan
tidak dibiarkan berlangsung sedemikian lama sehingga
dapat menimbulkan kelelahan otot uterus, maka inersia
uteri sekunder ini jarang ditemukan. Kecuali pada wanita
yang tidak diberi pengawasan baik waktu persalinan.
(1) Etiologi
His hipotonik menurut Prof. Dr. Sarwono
Prawirohardjo (1992) penyebab inersia uteri yaitu:

126 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
 Usia dan paritas. Kelainan his terutama ditemukan
pada primigravida, khususnya primigravida tua.
 Inersia uteri sering dijumpai pada multigravida.
 Faktor herediter.
 Faktor emosi dan ketakutan.
 Salah pimpinan persalinan.
 Bagian terbawah janin tidak berhubungan rapat
dengan segmen bawah uterus, seperti pada kelainan
letak janin atau pada disproporsi sefalopelvik.
 Kelainan uterus, seperti uterus bikornis unikolis.
 Salah pemberian obat-obatan, oksitosin dan obat
penenang.
 Peregangan rahim yang berlebihan pada kehamilan
ganda atau hidramnion.
 Kehamilan postmatur.
(2) Diagnosis
His Hipotonik Menurut Prof. Dr. Sarwono
Prawirohardjo (1992) diagnosis inersia uteri paling sulit
dalam masa laten sehingga diperlukan pengalaman.
Kontraksi uterus yang disertai rasa nyeri, tidak cukup
untuk membuat diagnosis bahwa persalinan sudah mulai.
Untuk pada kesimpulan ini diperlukan kenyataan bahwa
sebagai akibat kontraksi itu terjadi perubahan pada
serviks, yaitu pendataran atau pembukaan. Kesalahan
yang sering terjadi pada inersia uteri adalah mengobati
pasien padahal persalinan belum dimulai (false labour).
(a) Komplikasi yang Mungkin Terjadi
Inersia uteri dapat menyebabkan persalinan akan
berlangsung lama dengan akibat terhadap ibu dan janin
yaitu infeksi, kehabisan tenaga dan dehidrasi (Obstetri
Fisiologi, UNPAD, 1983).

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 127
(b)Penanganan
His Hipotonik Menurut Prof. Dr. Sarwono
Prawirohardjo penanganan atau penatalaksanaan
inersia uteri adalah:
 Periksa keadaan serviks, presentasi dan posisi janin,
turunnya bagian terbawah janin dan keadaan janin.
 Bila kepala sudah masuk PAP, anjurkan pasien
untuk jalan-jalan.
 Buat rencana untuk menentukan sikap dan tindakan
yang akan dikerjakan misalnya pada letak kepala.
 Berikan oksitosin drips 5-10 satuan dalam 500 cc
dextrose 5%, dimulai dengan 12 tetes per menit,
dinaikkan 10-15 menit sampai 40-50 tetes
permenit. Tujuan pemberian oksitosin adalah
supaya serviks dapat membuka.
 Pemberian okstisosin tidak usah terus-menerus.
Bila tidak memperkuat his setelah pemberian
oksitosin beberapa lama hentikan dulu dan
anjurkan ibu untuk istirahat. Pada malam hari
berikan obat penenang misalnya valium 10 mg dan
esoknya diulang lagi pemberian oksitosin drips.
 Bila inersia uteri disertai disproporsi sefalopelvis
maka sebaiknya dilakukan seksio sesaria.
 Bila semula his kuat tetapi kemudian terjadi inersia
uteri sekunder, ibu lemah, dan partus telah
berlangsung lebih dari 24 jam pada primi dan 18
jam pada multi tidak ada gunanya memberikan
oksitosin drips. Sebaiknya partus segera
diselesaikan sesuai dengan hasil pemeriksaan dan
indikasi obstetrik lainnya (Ekstrasi vakum, forsep,
dan seksio sesaria).
b. His Hipertonik
His hipertonik disebut juga tetania uteri yaitu his yang
terlalu kuat. Sifat hisnya normal, tonus otot di luar his yang

128 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
biasa, kelainannya terletak pada kekuatan his. His yang
terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan
berlangsung cepat (<3 jam disebut partus presipitatus).
Pasien merasa kesakitan karena his yang terlalu kuat dan
berlangsung hampir terus-menerus pada janin akan terjadi
hipoksia janin karena gangguan sirkulasi uteroplasenter.
(1) Etiologi
 Ketuban pecah dini disertai adanya infeksi
 Infeksi intrauteri
 Pemberian oksitosin yang berlebihan
(2) Tanda dan Gejala
 Persalinan menjadi lebih singkat (partus presipitatus)
 Gelisah akibat nyeri terus-menerus sebelum dan
selama kontraksi
 Ketuban pecah dini
 Distres fetal dan maternal
 Regangan segmen bawah uterus melampaui kekuatan
jaringan sehingga dapat terjadi ruptura
(3) Diagnosis
 Anamesa
Dilihat dari keadaan ibu yang mengatakan his yang
terlalu kuat dan berlangsung hampir terus-menerus.
 Pemeriksaan fisik
Di lihat dari kontraksinya yang terlalu kuat dan
cepat sehingga proses persalinan yang semakin cepat.
(4) Penanganan
 Berikan obat seperti morfin, luminal, dan sebagainya
asal janin tidak akan lahir dalam waktu dekat (4-6 jam).
 Bila ada tanda-tanda obstruksi, persalinan harus segera
diselesaikan dengan sectio caesaria.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 129
 Pada partus presipitatus tidak banyak yang dapat
dilakukan karena janin lahir tiba-tiba dan cepat.
(5) Perbedaan antara inersia hipotonis dan hipertonis

Tabel Perbedaan antara Inersia Hipotonis dan Hipertonis


Uraian Hipotonis Hipertonis
Kejadian 4% dari 1%
persalinan persalinan
Tingkat persalinan Fase aktif Fase latent
Nyeri
Tidak nyeri Nyeri
Fetal distress berlebihan
Lambat terjadi Cepat
Reaksi terhadap Baik
oksitocin Tidak baik
Pengaruh sedativa Sedikit
Besar

c. His yang Tidak Terkoordinasi


His yang berubah-ubah. His jenis ini disebut ancoordinat
hypertonic urinee contraction. Tonus otot meningkat di luar
his dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa karena
tidak ada sinkronisasi antara kontraksi. Tidak adanya
kordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah
menyebabkan his tidak efisien dalam mengadakan
pembukaan.
(1) Etiologi
Penyebab inkoordinasi kontraksi otot rahim adalah:
 Faktor usia
 Pimpinan persalinan
 Induksi persalinan dengan oksitosin
 Rasa takut dan cemas

130 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
(2) Penanganan
 Untuk mengurangi rasa takut, cemas, dan tonus otot,
berikan obat-obatan anti sakit dan penenang (sedativa
dan analgetika).
 Apabila persalinan sudah berlangsung lama dan
berlarut-larut, selesaikanlah partus menggunakan hasil
pemeriksaan dan evaluasi, dengan ekstraksi vakum,
forsep, atau sectio caesarea.
b. Distosia Janin
(1)Bayi Besar (Makrosomia)
Bayi besar adalah bayi lahir yang beratnya >4000
gram. Menurut kepustakaan bayi besar baru dapat
menimbulkan dytosia kalau beratnya >4500gram.
Kesukaran yang ditimbulkan dalam persalinan adalah
karena besarnya kepala atau besarnya bahu. Karena
regangan dinding rahim oleh anak yang sangat besar
dapat menimbulkan inertia dan kemungkinan
perdarahan postpartum lebih besar.
(a) Faktor Makrosomia
 Bayi dan ibu yang menderita diabetes sebelum
hamil dan bayi dari ibu yang menderita diabetes
selama kehamilan.
 Terjadinya obesitas pada ibu juga dapat
menyebabkan kelahiran bayi besar (giant baby).
 Pola makan ibu yang tidak seimbang atau
berlebihan juga memengaruhi kelahiran bayi
besar.
 Keturunan
(b) Tanda dan Gejala
 Besar untuk usia gestasi.
 Riwayat intrauterus dari ibu diabetes dan
polihidramnion.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 131
 Pemantauan glukosa darah, kimia darah, analisis
gas darah.
 Hemoglobin (Hb), Hematokrit (Ht).
(c) Komplikasi
Bayi besar yang sedang berkembang
merupakan suatu indikator dari efek ibu. Walaupun
dikontrol dengan baik dapat timbul pada janin,
maka sering disarankan persalinan yang lebih dini
sebelum aterm. Biasanya dinilai pada sekitar
kehamilan 38 minggu. Penilaian yang saksama
terhadap pelvis ibu. Tingkat penurunan kepala janin
dan di atas serviks. Bersama dengan pertimbangan
terhadap riwayat kebidanan sebelumnya. Jika tidak
maka persalinan dilakukan dengan seksio sesarea
yang direncanakan.
Risiko dari trauma lahir yang tinggi jika bayi
lebih besar dibandingkan panggul ibunya
perdarahan intrakranial, distosia bahu, ruptur uteri,
serviks, vagina, robekan perineum, dan fraktur
anggota gerak merupakan beberapa komplikasi
yang mungkin terjadi.
(d) Penatalaksanaan Medis
Pemeriksaan klinik dan ultrasonografi,
pemantauan glukosa darah, pemantauan elektrolit.
(e) Alasan Merujuk
Alasan dilakukannya rujukan adalah untuk
mengantisipasi adanya masalah-masalah terhadap
janin dan juga ibunya. Masalah potensial yang akan
dialami adalah risiko trauma lahir yang tinggi jika
bayi lebih besar dibandingkan panggul ibunya
perdarahan intracranial, distosia bahu, ruptur uteri,
robekan perineum, fraktur anggota gerak.

132 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
(2)Hydrocephalus
Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang
mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal
dengan atau pernah dengan tekanan intrakranial yang
meninggi, sehingga terdapat pelebaran ventrikel otak,
(Darsono, 2005:209). Pelebaran ventrikuler ini akibat
ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi
cairan serebrospinal. Hidrochepalus sering disertai
kelainan bawaan lain seperti spina bipida karena
kepala janin terlalu besar dan tidak dapat
berakomodasi di bagian bawah uterus maka sering
ditemukan dalam letak sungsang (Wiknjosastro, 2007).
Untuk memudahkan pemeriksaan, bladder harus
dikosongkan terlebih dahulu. Pada palpasi ditemukan
kepala yang jauh lebih besar daripada biasa serta
menonjol di atas simfisis (Wiknjosastro, 2007).
(a) Epidemiologi
Insidensi hidrosefalus antara 0,2–4 per 1.000
kelahiran. Insidensi hidrosefalus kongenital adalah
0,5–1,8 per 1.000 kelahiran dan 11%-43%
disebabkan oleh stenosis aqueductus serebri. Tidak
ada perbedaan bermakna insidensi untuk kedua
jenis kelamin, juga dalam hal perbedaan ras.
Hidrosefalus dapat terjadi pada semua umur. Pada
remaja dan dewasa lebih sering disebabkan oleh
toksoplasmosis.
(b) Etiologi
Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering
terdapat pada bayi dan anak ialah:
 Kelainan Bawaan (Kongenital)
 Infeksi
 Neoplasma
 Perdarahan

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 133
(c) Penanganan
Persalinan pada wanita dengan janin
hidrosefalus perlu dilakukan pengawasan yang
saksama karena bahaya terjadinya ruptura uteri.
(3)Anencephalus
Anchepalus ialah tidak ada otak atau tidak
sempurna terbentuk dan atap tengkorak juga tidak ada
dan merupakan suatu kelainan kongenital di mana
tulang-tulang tengkorak hanya terbentuk bagian basal
dari os frontalis, os parietalis, dan os occipitalis hingga
tampak gambaran penonjolan bola mata. Gangguan
pertumbuhan ini timbul antara hari ke-16–26 sesudah
konsepsi dan merupakan salah satu jenis gangguan
pertumbuhan tuba neuralis. Kelainan anenchepalus
ditemukan kira-kira 1 per 1.000 kelahiran hidup,
kelainan pada bayi perempuan lebih banyak daripada
bayi laki-laki (Wiknjosastro, 2007).
(a) Etiologi
Faktor risiko terjadinya anencephalus adalah:
ibu usia resti, riwayat anencephalus pada kehamilan
sebelumnya, hamil dengan kadar asam folat rendah,
fenilketonuria pada ibu yang tidak terkontrol,
kekurangan gizi (malnutrisi), mengonsumsi alkohol
selama masa kehamilan.
(b) Diagnosis
Pada kehamilan dengan polihidramnion harus
dipikirkan kemungkinan anenchepalus. Untuk
menegakkan diagnosis selain dari tanda dan gejala,
maka pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah
kadar asam lemak dalam serum ibu hamil,
amniosentesis (untuk mengetahui adanya
peningkatan kadar alfa-fetoprotein) kadar alfa-
fetoprotein meningkat (menunjukkan adanya
kelainan tabung saraf), kadar estriol pada urine ibu,
kadar estriol dalam urine, USG, palpasi tidak dapat

134 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
ditentukan di mana letaknya kepala (kedua ujung
badan lunak), tekanan pada tengkorak waktu
toucher menyebabkan gerakan yang tak beraturan
dan bunyi jantung menjadi lambat.
(c) Prognosis
Prognosis untuk kehamilan dengan
anencephalus sangat sedikit. Jika bayi lahir hidup,
maka biasanya akan mati dalam beberapa jam atau
hari setelah lahir. Pengobatan anenchepalus pada
saat ini tidak ada dan biasanya bayi lahir mati, pada
waktu persalinan atau beberapa jam setelah lahir.
(d) Pengaruh pada Kehamilan
 Sering menimbulkan kehamilan disertai
hydramnion, anak sering lahir dengan letak
muka, bayi besar, dan timbul distosia bahu.
 Perawatan bayi anencephalus ditujukan untuk
memberikan dukungan emosional kepada
keluarga, karena tidak ada pengobatan untuk
anencephalus, kurangnya pembentukan otak,
sekitar 75% dapat menyebabkan bayi lahir mati,
25% bayi mati dalam beberapa jam, hari atau
minggu setelah lahir. Risiko terjadinya
anencephalus bisa dikurangi dengan
meningkatnya asupan asam folat minimal 3
bulan sebelum hamil selama kehamilan bulan
pertama.
(4)Kembar Siam
Kembar siam adalah keadaan anak kembar yang
tubuh keduanya bersatu. Hal ini terjadi apabila zigot
dari bayi kembar identik gagal terpisah secara
sempurna. Kemungkinan kasus kembar siam
diperkirakan adalah 1 per 200.000 kelahiran, yang bisa
bertahan hidup berkisar antara 5%-25% dan
kebanyakan (75%) berjenis kelamin perempuan
(Wiknjosastro, 2007).

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 135
(a) Etiologi
Banyak faktor seperti: genetik, obat penyubur
yang dikonsumsi dengan tujuan agar sel telur
matang secara sempurna karena sel telur yang
matang pada saat bersamaan bisa banyak bahkan
sampai lima dan enam. Ada beberapa jenis kembar
siam:
 Tharacopagus: Kedua tubuh bersatu di bagian
dada (thorax).
 Omphalophagus: Kedua tubuh bersatu di bagian
bawah dada. Umumnya masing-masing tubuh
memiliki jantung.
 Chepalophagus: Bersatu di kepala dengan tubuh
yang terpisah. Umumnya tidak bisa bertahan
hidup karena kelainan serius di otak.
 Craniopagus: Tulang tengkorak bersatu dengan
tubuh yang terpisah 2%.
 Chepalothoracopagus: Tubuh bersatu di kepala
dan thorax. Umumnya tidak bisa bertahan hidup.
 Dicephalus: 2 kepala, 1 tubuh dengan 2 kaki dan
2 atau 3 atau 4 lengan.
 Ischiopagus: Kembar siam anterior yang bersatu
di bagian bawah tubuh (6% dari seluruh kasus).
 Ischio-Omphalopagus: Kembar siam yang bersatu
dengan tulang belakang membentuk huruf Y.
Mereka memiliki 4 lengan dan biasanya 2 atau 3
kaki.
 Parapagus: Kembar siam yang bersatu pada
bagian bawah tubuh dengan jantung yang sering
kali di bagi.
(b) Jenis Kehamilan kembar ada 2:
 Kehamilan kembar 2 telur/kehamilan dizigotik/
→ 2 buah sel telur dihamili oleh 2 sel sperma.

136 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
Kedua sel telur dapat berasal dari 1 ovarium atau
2 ovarium.
 Kehamilan kembar 1 telur/kehamilan kembar
monozigotik/kehamilan kembar identik → yang
terjadi dari 1 sel telur dan 1 sel sperma. Zigot
kemudian membagi diri menjadi 2 bagian yang
masing-masing tumbuh menjadi anak
(Wiknjosastro, 2007).
 Perbedaan
Tabel Perbedaan kehamilan kembar 1 telur dan kehamilan
kembar 2 telur
Kehamilan Kembar 1 Telur Kehamilan Kembar 2 Telur
Selalu sama jenis Jenis kelamin tidak selalu
kelaminnya sama
Rupanya mirip (seperti Persamaan seperti adik dan
bayangan) kakak
Golongan darah sama Golongan darah tidak selalu
sama
Cap tangan dan kaki sama Cap tangan dan kaki tidak
sama
Plasenta 1, chorion 1, Plasenta 2, chorion 2, dan
amnion 2, atau placenta 1, amnion 2
chorion 1, amnion 1

(5)Gawat Janin
Gawat janin adalah keadaan ketika janin tidak
memperoleh O2 yang cukup sehingga mengalami
hipoksia, dapat terjadi kronik (dalam jangka waktu
lama) atau akut. Adapun janin yang berisiko tinggi
untuk mengalami hipoksia adalah janin yang
pertumbuhannya terlambat, janin dari ibu yang
diabetes, janin dengan kelainan letak dan presentasi,

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 137
janin kelainan bawaan/infeksi. Gawat janin dapat
diketahui dari tanda-tanda sebagai berikut:
 Frekuensi bunyi DJJ <120 x/menit atau >160
x/menit.
DJJ ireguler, pada persalinan DJJ sangat
bervariasi. Bila DJJ tidak kembali normal setelah
kontraksi, menunjukkan adanya hipoksia.
Bradikardi yang terjadi di luar kontraksi atau tidak
menghilang setelah kontraksi menunjukkan adanya
kegawatan janin. Takikardi dapat merupakan reaksi
terhadap adanya: demam pada ibu, obat-obat yang
menyebabkan takikardi (misal tokolitik),
amnionitis. Bila ibu tidak mengalami takikardi, DJJ
>160 x/menit menunjukkan adanya hipoksia.
 Berkurangnya gerakan janin atau (janin normal
bergerak lebih dari 10 x/hari).
 Adanya air ketuban bercampur mekonium.
Cairan amnion yang hijau tentang
menunjukkan bahwa air ketuban jumlahnya sedikit.
Intervensi tidak perlu dilakukan bila air ketuban
kehijauan tanpa tanda kegawatan janin atau fase
aktif suatu persalinan presentasi bokong (Saifuddin,
2006).
Cara mencegah gawat janin:
 Gunakan partograf untuk memantau persalinan:
Periksa frekuensi jantung janin setiap 30 menit
pada kala I dan setiap 15 menit sesudah pembukaan
lengkap.
 Periksa ada atau tidak air ketuban bercampur
mekonium.
 Anjurkan ibu untuk sering berganti posisi selama
persalinan. Ibu hamil yang berbaring telentang
dapat mengurangi aliran darah ke rahim.
Gawat janin dalam persalinan dapat terjadi bila:

138 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
 Persalinan berlangsung lama
 Induksi persalinan dengan oksitosin
 Ada perdarahan dan infeksi
 Insufiensi Plecenta: postterm, pre eklampsia
c. Distosia Kelainan Jalan Lahir
Distosia karena kelainan jalan lahir dapat disebabkan
adanya kelainan pada jaringan keras/tulang panggul, atau
kelainan pada jaringan lunak panggul. Dapat berupa
kelainan bentuk panggul yang tidak normal (selain
gynecoid), dan kelainan ukuran panggul. Panggul sempit
(pelvic contaction) apabila ukurannya 1–2 cm kurang dari
ukuran yang normal. Ukuran normal panggul dalam:
(1)Pintu atas panggul (PAP) merupakan suatu bidang yang
dibentuk oleh promontorium, linea inominata, dan
pinggir atas simfisis pubis.
(a) Ukuran muka belakang (diameter antero posterior,
conjugata vera). Conjugata vera mempunyai ukuran
normal 11 cm dan bukan merupakan ukuran
terpendek antara promontorium dan simpisis.
Ukuran terpendek adalah conjugata obstetrica, dari
promontorium dan simpisis. Pada seorang wanita
yang memiliki panggul sempit, conjugata vera dapat
diperhitungkan dengan mengurangi konjugata
diagonalis 1,5-2 cm. Konjugata vera (CV)= CD-1,5
cm.
(b) Ukuran melintang (diameter transversa). Ukuran
normal dari diameter transversa adalah 12,5-13,5
cm. Diameter transversa merupakan ukuran
terbesar antara linea inominata diambil tegak lurus
pada conjugata vera.
(c) Ukuran serong (obliqua). Obliqua merupakan
ukuran panggul yang diambil garis dari artikulasio
sakrailiaka ke tuberkulum pubikum dari belahan
yang bertentangan. Ukuran normal 13 cm.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 139
(2)Ruang Tengah Panggul (Midpelvic)
(a) Diameter tranversal (interspinous) = 10.5 cm.
(b) Diameter AP (tepi bawah SP sampai pertemuan S4 –
S5) = 11.5 cm.
(c) Diameter Sagitalis Posterior – DSP (titik
pertengahan diameter interspinous dengan
pertemuan S4 – S5) = 5 cm.
(3)Pintu Bawah Panggul (Outlet Pelvic)
Pintu Bawah Panggul terdiri dari dua segitiga
dengan dasar yang sama. Segitiga depan dasarnya tuber
ossis ischiadica dengan dibatasi arcus pubis. Segitiga
belakang dasarnya tuber ossis ischiadica dengan
dibatasi oleh ligamentum sacrotuberosum kanan dan
kiri. Pintu bawah panggul mempunyai 3 ukuran:
(a) Diameter Transversa (Diameter di antara kedua
tuber ischiiadika: 11 cm).
(b) Diameter antara posterior dari pinggir bawah
simfisis ke ujung os sacrum: 11,5 cm.
(c) Diameter sagitalis posterior dari pertengahan
diameter antara kedua tuber ischiadika ke ujung os
sacrum: 7,5 cm, (Sastrawinata, et al, 2004).
Berikut beberapa distosia karena kelainan jalan lahir:
(a) Keseimbangan PAP (Pelvic Inlet)
Inlet dianggap sempit apabila CV<10 cm atau
diameter transversa < 12 cm. Diagonalis (CD) maka
inlet dianggap sempit bila CD <11,5 cm, karena CV
dilalui oleh diameter biparietalis ±9 ½ cm dan kadang
mencapai 10 cm. Kesempitan pintu atas panggul
merupakan predisposisi terjadinya kelainan presentasi.
Panggul sempit mempunyai pengaruh yang besar pada
kehamilan maupun persalinan.
 Kehamilan → menimbulkan retrofexio uteri, sesak
napas atau gangguan peredaran darah karena

140 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
kepala tidak dapat turun, perut menggantung,
kepala tidak turun ke dalam rongga panggul,
kelainan presentasi, letak sungsang, dan letak
lintang.
 Persalinan  persalinan lebih lama dari biasa,
kelainan presentasi atau posisi, dapat terjadi
ruptura uteri jika his hipertonis, terjadinya fistel
yaitu tekanan yang lama pada jaringan yang dapat
menimbulkan iskemi yang menyebabkan nekrosis,
ruptura simfisis dapat terjadi bahkan kadang-
kadang rupture dari artikulasi sakroiliaka, varices
kaki, yang paling sering terjadi ialah kelumpuhan
nervus peroneus.
 Pengaruh pada anak  Kematian perinatal
meningkat pada partus yang lama, Moulage yang
kuat dapat menimbulkan perdarahan otak (Elstar
Offset, 1981).
(b)Kesempitan Bidang Tengah Panggul
Kesempitan BTP tidak dapat dinyatakan secara
tegas seperti halnya kesempitan PAP. Chen dan Huang
(1982):
 Diameter interspinarum 9 cm
 Kalau jumlah diameter transversa ditambah dengan
diameter sagitalis posterior kurang dari 13,5 cm.
 Dugaan klinik bila pada pemeriksaan panggul teraba
adanya penonjolan spina ischiadica yang mencolok.
Prognosis: Kesempitan bidang tengah panggul
dapat menimbulkan gangguan putaran paksi jika
diameter antara kedua spina 9 cm sehingga diperlukan
SC (Elstar Offset, 1981).
Penanganan: Jika persalinan terhenti karena
kesempitan bidang tengah panggul, sebaiknya
dipergunakan ekstraktor vakum. Upaya ini dapat

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 141
digolongkan sebagai ekstraksi vakum percobaan, yang
berarti tidak boleh dipaksakan (Elstar Offset, 1981).
(c) Kesempitan Pintu Bawah Panggul (Pelvic Outlet)
Pintu bawah panggul dikatakan sempit jika jarak
antara tuber os ischii ≤8 Cm. Jika jarak ini berkurang,
dengan sendirinya arcus pubis meruncing. Oleh karena
itu, besarnya arcus pubis dapat dipergunakan untuk
menentukan kesempitan pintu bawah panggul.
Kesempitan pintu bawah panggul dapat menyebabkan
gangguan putaran paksi. Kesempitan pintu bawah
panggul jarang memaksa kita melakukan SC, atau
biasanya dengan episiotomi yang cukup luas
(Sastrawinata, et al, 2004).
Prognosis: Apabila persalinan dengan disproporsi
sefalopelvik (CPD) dibiarkan belangsung sendiri tanpa
pengambilan tindakan yang tepat, timbul bahaya bagi
ibu dan janin, (Sastrawinata, et al, 2004). Bahaya pada
ibu: partus lama yang sering kali disertai pecahnya
ketuban pada pembukaan kecil, dehidrasi serta asidosis
dan infeksi intra partum, his yang kuat, sedang
kemajuan janin dalam jalan lahir tertahan, dapat timbul
regangan segmen bawah uterus dan pembentukan
lingkaran retraksi patologik (rupture uteri
mengancam), bila tidak segera diambil tindakan untuk
mengurangi regangan, akan timbul rupture uteri.
Persalinan tidak maju karena disproporsi sefalopelvik,
jalan lahir pada suatu tempat, mengalami tekanan yang
lama antara kepala janin dan tulang panggul risiko
terjadi fistula.
Bahaya pada janin: partus lama dan infeksi intra
partum dapat meningkatkan kematian perinatal,
moulage.
Penanganan persalinanpada disproporsi
sefalopelvik yaitu:
 Sectio Caesarea (SC) → dapat dilakukan secara
efektif/primer, yakni sebelum persalinan mulai dan

142 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
secara sekunder, yakni sesudah persalinan
berlangsung selama beberapa waktu. SC sekunder
dilakukan karena persalinan percobaan dianggap
gagal atau karena timbul indikasi untuk
menyelesaikan persalinan segera mungkin, sedang
syarat untuk persalinan per vagina tidak atau belum
dipenuhi (Wiknjosastro, 2007).
 Persalinan Percobaan → Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam penanganan persalinan
percobaan: pengawasan keadaan ibu dan janin,
turunnya kepala janin dalam rongga panggul harus
terus diawasi, sebelum ketuban pecah kepala janin
pada umumnya tidak dapat masuk ke dalam rongga
panggul dengan sempurna, menentukan berapa
lama partus percobaan boleh berlangsung
(Wiknjosastro, 2007).
d. Distosia Kelainan Alat Kandungan
(1)Vulva
Kelainan yang bisa menyebabkan distosia ialah
oedema vulva, stenosis vulva, kelainan bawaan, varises,
hematoma, peradangan, kondiloma akuminata dan
fistula. Klasisfikasinya:
(a) Oedema Vulva
Edema (oedema) vulva adalah meningkatnya
volume cairan ekstraseluler dan ekstravaskuler
yang disertai dengan penimbunan cairan abnormal
pada vulva. Edema bisa timbul pada waktu
kehamilan. Biasanya sebagai gejala pre eklampsia
akan tetapi dapat pula timbul karena sebab lain
misalnya gangguan gizi atau malnutrisi atau pada
persalinan yang lama. Edema dapat juga terjadi
pada persalinan dengan dispoporsi sefalopelvik atau
wanita mengejan terlampau lama (terus-menerus),
sedangkan kepala belum cukup turun. Hal itu
mempersulit pemeriksaan dalam dan menghambat

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 143
kemajuan persalinan yang akhirnya dapat
menimbulkan kerusakan luas pada jalan lahir.

Gambar 8.1 Edema vulva.


Sumber:https://id.scribd.com/document/125464041/Distosia-
Karena-Kelainan-Vulva-Dan-Vagina

(b) Stenosis Vulva


Stenosis vulva merupakan kelainan congenital
pada vulva yang menutup sama sekali, atau dapat
pula terjadi hanya orifisium uretra eksternum saja
yang tampak/penyempitan vulva/vagina atau
akibat pelengketan dan parut karena peradangan
atau perlukaan pada persalinan yang lalu. Umumnya
dapat diatasi dengan mengadakan episiotomi, yang
cukup

Gambar 8.2 Stenosis vulva. Sumber: arh.adam.com

144 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
luas untuk melahirkan kepala. Persalinan
dengan SC merupakan pilihan utama.
(c) Varises
Adalah pelebaran pembuluh darah vena yang
terjadi pada vulva dan merupakan sumber
perdarahan potensial pada waktu hamil maupun
persalinan. Kejadian varises ini makin meningkat
pada kehamilan dan segera menghilang atau
berkurang setelah persalinan. Penyebab utama
varises adalah lemah/rusaknya katup pembuluh
vena. Pada pembuluh vena terdapat katup-katup
yang berfungsi untuk menahan agar darah tidak
turun/bergerak mundur. Dengan adanya katup pada
pembuluh vena menyebabkan darah akan terus
mengalir ke arah jantung. Katup yang rusak atau
lemah akan membuat darah bergerak mundur yang
mengakibatkan darah berkumpul di dalam dan
menyebabkan gumpalan yang mengganggu aliran
darah yang disebut sebagai varises. Bahaya varises
dalam kehamilan dan persalinan adalah bila pecah
dapat mengakibatkan fatal dan dapat terjadi emboli.
Varises yang pecah harus dijahit baik dalam
kehamilan maupun setelah lahir.
(d) Hematoma
Pecahnya pembuluh darah vena yang
menyebabkan perdarahan, yang dapat terjadi saat
kehamilan berlangsung atau yang lebih sering pada
persalinan. Hematoma vulva dan vagina dapat
besar, disertai bekuan darah bahkan perdarahan
yang masih aktif. Hematoma vulva disebabkan oleh
kebocoran pembuluh darah yang mengalami
nekrosis akibat tekanan yang lama, dapat juga
terjadi karena trauma (di luar persalinan) misalnya
jatuh terduduk pada tempat yang keras atau koitus
kasar.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 145
Hematoma vulva dapat juga terjadi karena
trauma misalnya jatuh terduduk pada tempat yang
keras atau koitus kasar. Bila hematoma kecil
resorbsi sendiri, bila besar harus insisi dan bekuan
darah dikeluarkan.
Hematoma yang besar harus dilakukan eksisi
untuk mengeluarkan bekuan darah dan mengikat
pembuluh darah yang pecah, bila kecil resorbsi
sendiri. Ibu bersalin dengan hematoma vulva
sebaiknya merujuk.
(e) Peradangan
Peradangan pada vulva biasa disebut dengan
vulvitis. Peradangan vulva sering bersamaan
dengan peradangan vagina akibat infeksi spesifik,
seperti sifilis, gonorea, trikomoniasis. Infeksi non
spesifik seperti : pruritus vulvae, pedikulus pubis,
bartholinitis. Pertolongan persalinan dengan
peradangan sebaiknya dirujuk.

Gambar 8.3 Bartholinitis. Sumber: www.emaze.com;


http://medicastore.com/penyakit/95/Vaginitis_&_Vulvitis.html

(f) Kondiloma Akuminata


Merupakan pertumbuhan pada kulit selaput
lendir yang menyerupai jengger ayam jago.
Kondiloma akuminata yang luas, terapinya terdiri
atas pengangkatan dengan pembedahan atau
kauterisasi.

146 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
Gambar 8.4 Kondiloma akuminata. Sumber:
https://medicalfoxx.com/condyloma-acuminatum.html

(g) Fistula
Fistula vesikovaginal atau fistula rectovaginal
biasanya terjadi pada waktu bersalin baik sebagai
tindakan operatif maupun akibat nekrosis tekanan.
Tekanan lama antara kepala dan tulang panggul
menimbulkan gangguan sirkulasi sehingga terjadi

Gambar 8.5 Fistula. Sumber:


https://www.pvurology.org/vaginalfistulas.php

kematian jaringan lokal. Akibatnya terjadi


inkotenensia alvi. Fistula kecil yang tidak disertai
infeksi dapat sembuh dengan sendirinya. Fistula
yang sudah tertutup merupakan kontra indikasi
persalinan per vaginam. Oleh karena itu, setelah
melakukan pertolongan persalinan kasep perlu
dilakukan eksplorasi untuk mencari kemungkinan

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 147
robekan jalan lahir yang dapat menjadi fistula.
Untuk menghindari terjadinya fistula postpartum,
selalu di pasang dower kateter sehingga
vaskularisasi jaringan yang tertekan membaik dan
terhindar dari nekrosis dan fistula.
(2)Vagina
(a) Stenosis Vagina Kongenital
Sering ditemukan septum vagina yang
memisahkan vagina secara lengkap atau tidak
lengkap pada bagian kanan atau bagian kiri. Septum
lengkap biasanya tidak menimbulkan distosia
karena bagian vagina yang satu umumnya cukup
lebar, baik untuk koitus maupun lahirnya janin.
Septum tidak lengkap menahan turunnya kepala
janin pada persalinan dan harus dipotong dahulu.
Stenosis dapat terjadi karena jaringan parut akibat
perlukaan dan radang. Pada stenosis vagina yang
tetap kaku dalam kehamilan merupakan halangan
untuk lahirnya janin perlu ditimbangkan sectio
caeserea.
(b) Tumor Vagina
Tergantung dari jenis dan besarnya tumor
perlu dipertimbangkan apakah persalinan dapat
berlangsung secara per vaginam atau diselesaikan
dengan sectio caeserea.
(c) Kista Vagina
Kista vagina berasal dari duktus gartner atau
duktus muller, letak lateral dalam vagina bagian
proximal, di tengah, distal di bawah orifisium
urethra eksterna. Bisa berukuran kecil dan besar
sehingga bukan saja mengganggu pertumbuhan
tetapi dapat pula menyukarkan persalinan.
(3)Uterus/Serviks
(a) Retrofleksio Uteri

148 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
Adalah uterus hamil yang semakin lama
semakin besar terkurung dalam rongga panggul,
tidak dapat keluar memasuki rongga perut.
Kehamilan pada retrofleksi uteri tidak banyak
dijumpai karena kemampuan mobilisasi uterus
selama hamil dan melepaskan diri dari ruangan
pelvis minor. Jarang sekali kehamilan pada uterus
dalam retroflexio mencapai umur cukup.
(b) Prolapsus Uteri
Prolapsus uteri atau turunnya uterus dapat
dibagi menjadi 3 tingkat:
Tingkat I : Uterus turun dengan serviks uteri
sampai introitus vagina.
Tingkat II : Sebagian uterus keluar dari vagina.
Tingkat III : Uterus keluar seluruhnya dari
vagina dengan inversio vagina.
Penyebabnya: Terjadi kelemahan ligamen
endopelvik terutama ligamentum tranversal,
menopause, persalinan lama dan sulit, meneran
sebelum pembukaan lengkap, laserasi dinding
vagina bawah pada kala 2, penatalaksaan
pengeluaran plasenta yang tidak benar, reparasi
otot-otot dasar panggul yang tidak baik.

Gambar 8.6 Prolaps uteri. Sumber:


alkhandery.weebly.com/blog/prolapsus-uteri-turunnya-
uterusrahim

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 149
(c) Kelainan Bawaan Uterus
Secara embriologis uterus, vagina, serviks
dibentuk dari kedua duktus muller yang dalam
pertumbuhan mudah mengalami proses penyatuan.
Kelainan ini dapat menyebabkan abortus, kehamilan
ektopik, dan kelainan letak janin.
(d) Serviks
Kelainan yang penting berhubungan dengan
persalinan ialah distosia servikalis. Di mana terjadi
dysfunctional uterine action atau karena parut pada
serviks uteri, serviks uteri menipis akan tetapi
pembukaan tidak terjadi. Penatalaksanaan dengan
merujuk untuk dilakukan tindakan operatif.

LATIHAN SOAL
1. Seorang perempuan berusia 25 tahun, GI P0 A0 inpartu, usia
kehamilan 39 minggu dirawat di BPM merasakan dorongan
meneran yang tidak bisa ditahan. TD 120/80 mmHg, S 36.5 oC, N
90 x/menit, P 20 x/menit. Anus dan vulva membuka, perineum
menonjol, hasil PD  10 cm, penipisan 100%, penurunan kepala
Hodge III, ketuban (+), penyusupan kepala (0), kontraksi 4x/ 10’
selama 45”, DJJ 144x/mnt. Berapa lama batas kala II fisiologis
pada kasus tersebut?
a. ≤ 60 menit d. ≤ 100 menit
b. ≤ 90 menit e. ≤ 150 menit
c. ≤ 120 menit
2. Seorang perempuan berusia 28 tahun bersalin di RB dengan TBJ
4200 gram. Pada waktu kala II, didapatkan kepala janin dapat
dilahirkan tetapi tetap berada di dekat vulva,tidak terjadi
restitusi spontan, dan terjadi turtle sign. Diagnosis pada kasus di
atas adalah…..
a. Distosia Bahu d. Distosia Kepala

150 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
b. Diatosia Power e. Distosia Passage
c. Distosia Passanger
3. Seorang perempuan berusia 26 tahun hamil anak pertama UK 9
bulan, datang ke BPM mengeluh sakit perut makin sering dan
kuat sejak tadi malam. Hasil pemeriksaan: KU baik, TTV : normal,
Palp.: TFU 34 cm, kep. 2/5, his teratur dan kuat 3/10’/50”,DJJ +
(144x/mnt) teratur. Hasil VT : Ø lengkap, ketuban (+), kep. HI.
Apakah yang kemungkinan masalah pada kasus tersebut?
a. Malpresentasi d. Distosia bahu
b. Lilitan tali pusat e. Panggul sempit
c. Ketuban pecah prematur
4. Seorang perempuan berusia 27 tahun, GII PI A0, usia kehamilan
39 minggu datang ke BPM jam 15.00 dengan keluhan perut
bagian bawah terasa sakit dan telah mengeluarkan lendir
bercampur darah sejak pukul 06.00. TD 110/80 mmHg, S 36.5 oC,
N 88 x/menit, RR 20 x/menit. Hasil PD  10 cm (lengkap),
penurunan kepala Hodge IV, ketuban jernih, penyusupan kepala
(0), kontraksi 3x/ 10’ selama 25”, DJJ 140x/mnt. Ibu telah
dipimpin mengejan selama 1 jam namun belum lahir. Apa
diagnosis yang paling mungkin pada kasus tersebut?
a. Inpartu kala I fase laten
b. Inpartu kala I fase aktif
c. Kala I memanjang
d. Kala II
e. Kala II memanjang
5. Seorang perempuan berusia 30 tahun, GI P0 A0, aterm, telah
melahirkan bayi secara spontan di BPM. Setelah bayi lahir
dengan berat 4200 gram PB 49 cm, plasenta lahir lengkap, bidan
melakukan massage fundus uteri, uterus teraba keras, ibu
mengalami perdarahan segar, laserasi derajat III. Ibu tampak
lemah dan pucat. Menurut saudara apa penyebab kelainan di
atas?

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 151
a. Partus lama d. Primi gravida
b. Kesalahan mengejan e. Bayi besar
c. Hidramnion
6. Seorang perempuan berusia 28 tahun GIII P2A0 usia kehamilan
9 bulan datang ke klinik mengeluh mulas. Dari hasil pemeriksaan
didapatkan hasil Leopold I teraba bulat, keras, dan melenting
pada bagian fundus; Leopold II: sebelah kiri teraba keras,
memanjang seperti papan, sebelah kiri teraba bagian kecil;
Leopold III: teraba bulat, lunak dan tidak melenting. Letak janin
dari hasil pemeriksaan pada ibu tersebut adalah ….
a. Sungsang d. Memanjang
b. Kepala e. Muka
c. Lintang
7. Seorang perempuan berusia 28 tahun hamil pertama usia
kehamilan 9 bulan. Datang ke bidan praktik mandiri. Pada
pemeriksaan palpasi TFU 3 jari bawah prosesus xipoideus teraba
bulat, kurang melenting, DJJ 140x/mnt VT pembukaan 6 cm eff
50% H-II ketuban positif teraba fontanella anterior dan orbital.
Apakah diagnosis kasus di atas?
a. Presentasi Dahi d. Presentasi puncak
b. Presentasi muka e. Presentasi ganda
c. Presentasi belakang kepala
8. Seorang ibu berusia 25 tahun GI P0 A0 datang ke BPM untuk
memeriksakan kondisi ibu dan janinnya karena sudah
mengeluarkan lendir dan darah. Berdasarkan anamnesa ibu
merasakan kencang-kencang mulai pukul 05.00 dan
mengeluarkan lender dan darah. Setelah dilakukan pemeriksaan
di dapatkan pada genitalia terdapat blooding show dan VT:
terjadi pembukaan 5 cm, eff 50%, ket (+), letak kepala, UUK Kiri
depan, Hodge II. Berdasarkan kasus di atas bagaimana batas
Hodge II?
a. Sama dengan PAP

152 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
b. Sejajar dengan HI melalui pinggir atas simfisis
c. Sejajar dengan HI melalui pinggir bawah simfisis
d. Sejajar dengan HI melalui spina ischiadicae
e. Sejajar dengan HI melalui ujung os cogcygis
9. Ny. Kety 28 tahun, G1P0000 hamil 36 minggu datang ke BPM
Melati dengan keluhan sering kencing, banyak makan, banyak
minum, hasil pemeriksaan TFU 36 cm, presentasi kepala sudah
masuk PAP, DJJ 132 x/mnt, TTV dalam batas normal. Kondisi
janin Ny. Kety tergolong ....
a. BBLR d. Mikrosomia
b. Normal e. Makrosomia
c. Obesitas
10.Ny. Rosa G2 P1001 usia 32 tahun, hamil 40 minggu, datang ke
klinik Sayang Ibu pukul 08.00 WIB dengan keluhan kencang-
kencang teratur sejak 4 jam yang lalu, perasaan berat, sesak
napas dan bengkak pada kedua ekstremitas. TFU 41 cm, teraba 2
bagian besar janin berdampingan, DJJ terdengar jelas di dua
tempat dengan frekuensi 120x/menit dan 140x/menit. Risiko
yang mungkin dialami bayi Ny. Rosa adalah ....
a. BBLR d. Distocia bahu
b. Mikrosomia e. Hidrocephalus
c. Fetal distress

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 153
154 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
BAB IX
DETEKSI DINI PERSALINAN DENGAN
PENYULIT KALA III DAN IV

A. Penyulit Kala III Persalinan


Yang dinamakan perdarahan pascapersalinan secara
tradisional ialah perdarahan yang >500 cc pada kala III.
Perdarahan pascapercapersalinan dibagi menjadi:
 Perdarahan pascapersalinan dini → perdarahan >500 cc
pada 24 jam pertama post partum.
 Perdarahan pascapersalinan lambat (late HPP) ialah
perdarahan >500 cc setelah 24 jam persalinan.
1. Antonia Uteri
Atonia uteria (relakasai otot uterus) adalah Uteri tidak
berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatan
fundus uteri (plasenta telah lahir) (Depkes Jakarta; 2002).
Atonia uteri adalah uterus yang tidak berkontraksi setelah
janin dan plasenta lahir.
a. Penyebab dengan faktor predisposisi (penunjang):
(1)Partus lama
(2)Pembesaran uterus yang berlebihan pada waktu hamil
seperti pada kehamilan kembar, hidramnion, janin
besar, paritas tinggi.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 155
(3)Multiparitas
(4)Anastesi yang dalam
(5)Anastesi lumbal
(6)Umur yang terlalu muda atau terlalu tua.
(7)Multipara dengan jarak kelahiran pendek.
(8)Malnutrisi
(9)Penanganan salah dalam usaha melahirkan plasenta,
misalnya plasenta belum terlepas dari dinding uterus.
b. Gejala Klinis
(1)Uterus tidak berkontraksi dan lunak
(2)Perdarahan segera setelah plasenta dan janin lahir
c. Pencegahan
Atonia uteri dapat dicegah dengan Manajemen aktif
kala III. Pemberian oksitosin rutin pada kala III dapat
mengurangi risiko perdarahan postpartum lebih dari 40%.
Oksitosin mempunyai onset yang cepat, dan tidak
menyebabkan kenaikan tekanan darah atau kontraksi
tetani seperti preparat ergometrin. Masa paruh oksitosin
lebih cepat dari ergometrin yaitu 5-15 menit.
Prostaglandin (misoprostol) akhir-akhir ini digunakan
sebagai pencegahan perdarahan postpartum.
d. Penatalaksanaan
(1)Bersihkan semua gumpalan darah atau membran yang
mungkin berada di dalam mulut uterus atau di dalam
uterus.
(2)Segera mulai melakukan kompresi bimanual interna.
(3)Jika uterus sudah mulai berkontraksi secara perlahan
di tarik tangan penolong. Jika uterus sudah
berkontraksi, lanjutkan memantau ibu secara ketat.
(4)Jika uterus tidak berkontraksi setelah 5 menit, minta
anggota keluarga melakukan bimanual interna

156 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
sementara penolong memeberikan metergin 0,2 mg IM
dan mulai memberikan IV (RL dengan 20 UI
oksitosin/500 cc dengan tetesan cepat).
(5)Jika uterus masih juga belum berkontraksi mulai lagi
kompresi bimanual interna setelah memberikan injeksi
metergin dan sudah mulai IV.
(6)Jika uterus masih juga belum berkontraksi dalam 5-7
menit, bersiaplah untuk melakukan rujukan dengan IV
terpasang pada 500 cc/jam hingga tiba di tempat
rujukan atau sebanyak 1,5 L seluruhnya diinfuskan
kemudian teruskan dengan laju infus 125 cc/jam.
(7)Kompresi bimanual interna (KBI) dan eksterna (KBE)
bertujuan menjepit pembuluh darah dalam dinding
uterus serta merangsang miometrium untuk
berkontraksi. KBI harus segera dilakukan apabila
uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah
dilakukan rangsangan taktil (massage) pada fundus
uteri. Kompresi bimanual interna dan eksterna
dikerjakan dengan disertai pemberian cairan infus
yang ditambahkan uterotonika (oksitosin 20UI) di
dalamnya. Bila kompresi bimanual pada uterus tidak
berhasil dan perdarahan tetap terjadi lakukan
kompresi aorta abdominalis (KAA), cara ini dilakukan
pada keadaan darurat sementara penyebab perdarahan
sedang dicari. Sesuai standar pelayanan kebidanan
(standar 20: penanganan perdarahan postpartum
primer) bidan mampu mengenali perdarahan yang
berlebihan dalam 24 jam pertama setelah persalinan
(perdarahan postpartum primer) dan segera
melakukan pertolongan pertama kegawatdaruratan
untuk mengendalikan perdarahan.
2. Retensio Plasenta
Retensio plasenta adalah plasenta yang belum lepas
setelah bayi lahir, melebihi waktu setengah jam (Manuaba,
2001: 432).

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 157
Retensio plasenta ialah tertahannya atau belum lahirnya
plasenta hingga 30 menit atau lebih setelah bayi (Syaifudin
AB, 2001). Istilah retensio plasenta dipergunakan, bila
plasenta belum lahir ½ jam sesudah anak lahir.
Retensio plasenta adalah keadaan di mana plasenta
belum lahir daam waktu 1 jam setelah bayi lahir (Rsustam
Mochtar, 1998 : 299).
a. Penyebab
(1)Plasenta belum lepas dari dinding uterus.
(2)Plasenta sudah lepas tetapi belum dilahirkan
(disebabkan karena tidak adanya usaha untuk
melahirkan atau karena salah penanganan kala III).
(3)Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan
plasenta.
Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh
sebab vili korealis menembus desidua sampai
miometrium-sampai di bawah peritoneum (plasenta
akreta-perkreta).
(4)Sebab fungsional: his kurang kuat, plasenta sukar
terlepas (plasenta adhesive) karena:
 Tempatnya: insersi di sudut tuba
 Bentuknya: plasenta membranacea, plasenta
anularis.
 Ukurannya: plasenta yang sangat kecil.
(5)Sebab patologi–anatomis: placenta accrete, placenta
increta, placenta percreta (Obstetri Patologi, FK–Unpad
Bandung).
b. Penatalaksanaan
(1)Jika plasenta terliahat dalam vagina, mintalah ibu
untuk mengejan. Jika anda dapat merasakan adanya
plasenta dalam vagina, keluarkan plasenta tersebut.

158 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
(2)Pastikan kandung kemih sudah kosong. Jika diperlukan,
lakukan katerisasi kandung kemih.
(3)Jika plasenta belum keluar, berikan oksitosin 10 Unit
IM, jika belum dilakukan dalam penanganan aktif kala
III.
(4)Jika plasenta belum dilahirkan setelah 30 menit
pemberian oksitosin dan uterus terasa berkontraksi,
lakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT).
(5)Jika traksi tali pusat terkendali belum berhasil, cobalah
untuk mengeluarkan plasenta secara manual. Jika
perdarahan terus berlangsung, lakukan uji pembekuan
darah sederhana. Kegagalan terbentuknya pembekuan
setelah 7 menit atau adanya bekuan lunak yang dapat
pecah dengan mudah menunjukan koagulapati.
(6)Jika terdapat tanda-tanda infeksi (demam, secret vagina
yang berbau), berikan antibiotik untuk metritis.
3. Robekan Jalan Lahir
Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua
tersering dari perdarahan postpartum. Perdarahan dalam
keadaan di mana plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi
rahim baik, dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut
berasal dari perlukaan jalan lahir.
a. Perineum
Robekan perineum terjadi pada hampir semua
persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan
berikutnya. Robekan perineum umumnya terjadi di garis
tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir
terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa,
kepala janin melewati pintu panggul bawah dengan
ukuran yang lebih besar daripada sirkum ferensia
suboksipito bregmatika.
b. Vagina
Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan
luka perineum tidak sering dijumpai. Mungkin ditemukan

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 159
setelah persalinan biasa, tetapi lebih sering terjadi sebagai
akibat ekstraksi dengan cunam, terlebih apabila kepala
janin harus diputar. Robekan terdapat pada dinding lateral
dan baru terlihat pada pemeriksaan spekulum.
c. Serviks
Persalinan selalu mengakibatkan robekan serviks
sehingga servik seorang multipara berbeda dari yang
belum pernah melahirkan per vaginam. Robekan servik
yang luas menimbulkan perdarahan dan dapat menjalar ke
segmen bawah uterus. Apabila terjadi perdarahan yang
tidak berhenti, meskipun plasenta sudah lahir lengkap dan
uterus sudah berkontraksi dengan baik, perlu dipikirkan
perlukaan jalan lahir, khususnya robekan serviks uteri.
4. Inversio Uteri
Inversio uteri adalah keadaan di mana fundus uteri
terbalik sebagian atau seluruhnya ke dalam kavum uteri.
Inversio uteri complete → fundus uteri terdapat dalam vagina
dengan selaput lendirnya sebelah luar. Inversio uteri
incomplete → fundus hanya menekuk ke dalam dan tidak
keluar ostuim uteri. Inversio prolaps → uterus yang berputar
balik itu keluar dari vulva. Inversio uteri memberikan rasa
sakit yang dapat menimbulkan keadaan syok (Obstetri
Patologi,1984).
a. Penyebab Inversio Uteri
 Tonus otot rahim yang lemah.
 Tekanan atau tarikan pada fundus (tekanan intra
abdominal, tekanan dengan tangan, dan tarikan pada
tali pusat).
 Kanalis servikalis yang longgar. Oleh karena itu,
inversio uteri dapat terjadi saat batuk, bersin atau
mengejan, juga karena perasat crede.
b. Gejala
 Syok

160 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
 Fundus uteri sama sekali tidak teraba tekukan pada
fundus.
 Kadang tampak sebuah tumor yang merah di luar vulva
(fundus uteri yang terbaik) atau teraba tumor dalam
vagina.
 Perdarahan
c. Prognosis
Makin lambat keadaan ini diketahui dan diobati
makin buruk prognosisnya. Tetapi jika pasien dapat
mengatasi 48 jam dengan inversio uteri, prognosis akan
baik.
d. Terapi
 Atasi syok dengan pemberian infus RL dan bila perlu
transfusi darah.
 Reposisi manual dengan anestesi sesudah syok teratasi
(secara Johnson). Jika plasenta belum lepas, baiknya
plasenta jangan dilepaskan dulu sebelum uteri di
reposisi berhasil, diberi drip oksitosin dan dapat juga
dilakukan kompresi bimanual. Pemasangan tampon
rahim dilakukan supaya tidak terjadi lagi inversio.
 Jika reposisi manual tidak berhasil, dilakukan reposisi
operatif.
 Uterus dikatakan inversi jika uterus terbalik selama
pelahiran plasenta. Reposisi uterus harus dilakukan
segera. Semakin lama cincin konstriksi di sekitar uterus
yang inversi semakin kaku dan uterus lebih
membengkak karena terisi darah.
 Jika ibu mengalami nyeri hebat, berikan petidin
1mg/kg berat badan (tetapi tidak lebih dari 100mg)
melalui IM atau IV secara perlahan atau berikan morfin
0,1mg/kg berat badan melalui IM.
 Jika perdarahan berlanjut, kaji status pembekuan darah
dengan menggunakan uji pembekuan darah di sisi

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 161
tempat tidur. Kegagalan darah untuk membeku setelah
tujuh menit atau terbentuk bekuan darah lunak yang
mudah pecah menunjukan koagulopati.
 Berikan dosis tunggal antibiotik profilaksi setelah
memperbaiki inversi uterus.
 Jika terdapat tanda tanda infeksi (demam, rubor,
vagina berbau busuk), berikan antibiotik sebagaimana
untuk mengobati metritis.
 Jika dicurigai terjadi nekrosis, lakukan histerektomi per
vagina. Histerektomi per vagina dapat memerlukan
rujukan ke pusat perawatan tersier (Buku Saku
Manajemen Komplikasi Kehamilan dan Persalinan,
2006)

B. Perdarahan Kala IV (Primer)


Yang dimaksud dengan perdarahan postpartum adalah
perdarahan yang terjadi dalam 24 jam setelah persalinan
berlangsung. Haemorragic postpartum (HPP) biasanya
kehilangan darah lebih dari 500 ml selama atau setelah
melahirkan (Marylin E Doengoes, 2001).
Perdarahan postpartum tahap primer: perdarahan
postpartum terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab: atonia
uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, robekan jalan lahir,
terbanyak dalam 2 jam pertama.
Perdarahan postpartum tahap sekunder: perdarahan
postpartum terjadi setelah 24 jam pertama. Penyebab: robekan
jalan lahir dan sisa plasenta atau membran.

C. Syok Obstetrik
Syok adalah suatu keadaan terjadi gangguan sirkulasi darah
ke dalam jaringan sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan
oksigen dan nutrisi jaringan dan tidak mampu mengeluarkan
hasil metabolisme.

162 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
Penyebab terjadinya syok dalam kebidanan yang terbanyak
adalah perdarahan, kemudian neurologenik, kardiogenik,
endotoksik/septik, anafilaktik, dan penyebab syok yang lain
seperti emboli, komplikasi anastesi, dan kombinasi.
Gejala klinik syok pada umumnya sama yaitu tekanan darah
menurun, nadi cepat dan lemah, pucat, keringat dingin, sianosis
jari-jari, sesak napas, penglihatan kabur, gelisah, dan akhirnya
oliguria/anuria.

Tabel Tanda Syok Awal dan Tanda Syok Lanjut


Tanda Syok Awal Tanda Syok Lanjut
a. Terbangun, sadar, cemas a. Bingung atau tidak
sadar
b. Denyut nadi cepat (110 x/mnt
atau lebih) b. Denyut nadi cepat dan
lemah
c. Pernapasan sedikit lebih cepat (30
x/mnt atau lebih) c. Napas pendek dan
sangat cepat
d. Pucat
d. Pucat dan dingin
e. Tekanan darah rendah-ringan
(sistolik <90mmHg) e. Tekanan darah sangat
rendah
f. Peng eluaran urine 30 cc perjam
atau lebih f. Pengeluaran urine <
30cc perjam
(Safe motherhood, modul dasar 2001)

1. Faktor Predisposisi
a. Anemia
b. Partus lama disertai dengan dehidrasi dan asidosis
c. Gangguan gizi
2. Faktor Penyebab
a. Atonia uteri (> 75%) → uteri tidak berkontraksi dalam 15
detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 163
telah lahir), (JNPKR, Asuhan Persalinan Normal, Depkes
Jakarta; 2002).
b. Robekan (laserasi) jalan lahir dapat terjadi di tempat:
robekan serviks, perlukaan vagina, robekan perineum.
c. Retensio plasenta dan sisa plasenta (plasenta tertahan di
dalam rahim baik sebagian atau seluruhnya).
d. Inversio uterus (uterus keluar dari rahim).
e. Gangguan pembekuan darah (koagulopati).
3. Prosedur Tetap Langkah pertama penanganan perdarahan:
a. Melakukan anamnesa.
b. Memeriksa bahwa uterus kenyal dan berkontraksi baik.
c. Memastikan jumlah darah yang hilang
d. Memeriksa kondisi umum (misal kepucatan, tingkat
kesadaran).
e. Memeriksa tanda-tanda vital.
f. Memeriksa asupan cairan (setelah pasien stabil cairan IV
harus diberikan rata-rata 1 liter dalam 6-8 jam).
g. Jika dilakukan transfusi darah harus di pantau dan volume
yang ditransfusikan harus di catat sebagai asupan cairan.
h. Ukur pengeluaran urine dan membuat catatan yang
akurat.
4. Penanganan Umum Pasien Syok
Memberikan jaminan kelancaran ventilasi, beri cairan
infus, tanggulangi penyebab terjadinya syok. Yang penting
dilakukan bidan adalah:
a. Siapkan diri dengan keyakinan bahwa kita telah benar
mendeteksi penyebab syok.
b. Lakukan penanganan dengan cepat dan tepat.
c. Ketersediaan obat dan alat-alat.

164 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
d. Hentikan perdarahan dan mengganti kehilangan darah,
pasien di posisikan trendelenberg, jangan sampai
kedinginan, jaga jalan napas dengan posisi dan
melonggarkan pakaian pasien lalu berikan oksigen 100%
kira-kira 5 liter/menit melalui jalan napas
e. Berikan infus NaCl 0,9%, RL, dekstran, plasama, dsb
dengan memasang tekanan vena pusat (CVP) dan keadaan
dieresis untuk mengukur keluar masuk cairan dengan
cepat.
5. Penanganan HPP Primer
a. Pijat uterus agar berkontraksi dan keluarkan bekuan
darah.
b. Kaji kondisi pasien (denyut jantung, tekanan darah, warna
kulit, kesadaran, kontraksi uterus) dan perkirakan
banyaknya darah yang keluar.
c. Berikan oksitosin (10 IU per IV dan ergometrin 0,5 IV.
Berikan melalui IM apabila tidak bisa melalui IV).
d. Siapkan donor untuk transfusi, ambil darah untuk kroscek,
berikan NaCl 1 liter/15 menit apabila pasien mengalami
syok (pemberian infus sampai sekitar 3 liter untuk
mengatasi syok).
e. Kandung kemih selalu dalam kondisi kosong.
f. Awasi agar uterus dapat terus berkontraksi dengan baik.
g. Jika perdarahan persisten dan uterus tetap rileks, lakukan
kompresi bimanual.
h. Jika perdarahan persisten dan uterus berkontraksi dengan
baik, maka lakukan pemeriksaan pada vagina dan serviks
untuk menemukan laserasi yang menyebabkan
perdarahan tersebut.
i. Jika ada indikasi bahwa mungkin terjadi infeksi yang
diikuti dengan demam, menggigil, lokhea yang berbau
busuk, segera berikan antibiotik berspektrum luas.
j. Lakukan pencatatan yang akurat.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 165
6. Langkah Awal Penanganan Perdarahan Sekunder (Late HPP)
a. Prioritas dalam penatalaksanaan HPP sekunder (sama
dengan HPP primer).
b. Masukkan pasien ke rumah sakit sebagai salah satu kasus
kegawatdaruratan.
c. Percepatan kontraksi dengan cara melakukan massage
uterus, jika uterus masih teraba.
d. Kaji kondisi pasien, jika pasien di daerah terpencil
mulailah tindakan sebelum dilakukan rujukan.
e. Berikan oksitosin (oksitosin 10 IU per IV dan ergometrin
0,5 IV. Berikan melalui IM apabila tidak bisa melalui IV).
f. Siapkan darah untuk transfusi, ambil darah untuk cross
check, berikan NaCl 11iter/15 menit apabila pasien
mengalami syok (pemberian infus sampai sekitar 3 liter
untuk mengatasi syok), pada kasus syok yang parah
gunakan plasma ekspander.
g. Awasi agar uterus tetap berkontraksi dengan baik.
Tambahkan 40 IU oksitosin dalam 1 liter cairan infus
dengan tetesan 40 tetes/menit.
h. Berikan antibiotik berspektrum luas.
i. Jika mungkin siapkan pasien untuk pemeriksaan segera di
bawah pengaruh anastesi.

LATIHAN SOAL
1. Seorang perempuan berusia 24 tahun, P1 A0, telah melahirkan
bayi secara spontan di BPM. Bayi lahir dengan berat 4200 gram
PB 51 cm, plasenta lahir lengkap. TD 90/60 mmHG, N 80
x/menit, S 36oC, P 20x/menit. Bidan melakukan massage fundus
uteri, uterus teraba keras, ibu mengalami perdarahan segar,
laserasi perineum derajat III. Ibu tampak lemah dan pucat. Apa
tindakan yang tepat pada kasus tersebut?

166 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
a. Menjahit laserasi perineum
b. Eskplorasi jalan lahir
c. Pemantauan kala IV
d. Merujuk pasien
e. Memberikan uterotonika
2. Seorang perempuan berusia 25 tahun, GI P0 A0, usia kehamilan
39 minggu, dan telah melahirkan bayi dengan spontan di BPM.
Plasenta belum lahir dalam waktu 30’ setelah diberikan 2 kali
injeksi oksitosin 10 U. TD 110/70 mmHg, N 88 x/menit, S 37oC, P
18 x/menit, TFU setinggi pusat, kandung kemih kosong, dan
fluksus (-). Apa diagnosis pada kasus tersebut?
a. Atonia uteri
b. Inversio uteri
c. Retensio plasenta
d. Perdarahan postpartum
e. Solutio plasenta
3. Seorang perempuan berusia 25 tahun, GI P0 A0, usia kehamilan
39 minggu, dan telah melahirkan bayi dengan spontan di BPM.
Plasenta belum lahir dalam waktu 30’ setelah diberikan 2 kali
injeksi oksitosin 10 U. TD 110/70 mmHg, N 88 x/menit, S 37oC, P
18 x/menit, TFU setinggi pusat, kandung kemih kosong, dan
fluksus (-). Apa tindakan yang tepat pada kasus tersebut?
a. Manajemen aktif kala III
b. Melakukan plasenta manual
c. Peregangan tali pusat terkendali
d. Merujuk klien
e. Eksplorasi sisa plasenta
4. Seorang perempuan berusia 24 tahun, P1 A0, telah melahirkan
bayi secara spontan di BPM. Bayi lahir dengan berat 4200 gram
PB 51 cm, plasenta lahir lengkap. TD 90/60 mmHG, N 80

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 167
x/menit, S 36oC, P 20x/menit. Bidan melakukan massage fundus
uteri, uterus teraba keras, ibu mengalami perdarahan segar,
laserasi perineum derajat III. Ibu tampak lemah dan pucat. Apa
penyebab perdarahan pada kasus tersebut?
a. Atonia uteri
b. Robekan jalan lahir
c. Sisa plasenta
d. Sisa selaput plasenta
e. Gangguan pembekuan darah
5. Seorang perempuan berusia 24 tahun, P1 A0, telah melahirkan
bayi secara spontan di BPM. Bayi lahir dengan berat 4200 gram
PB 51 cm, plasenta lahir lengkap. TD 90/60 mmHG, N 80
x/menit, S 36oC, P 20x/menit. Bidan melakukan massage fundus
uteri, uterus teraba keras, ibu mengalami perdarahan segar,
laserasi perineum derajat III. Ibu tampak lemah dan pucat. Apa
tindakan yang harus dilakukan agar penolong terhindar dari
tuntutan hukum pada kasus tersebut?
a. Inform consent
b. Merujuk pasien
c. Menjahit luka perineum
d. Memberikan uterotonika
e. Observasi kala IV
6. Seorang perempuan berusia 35 tahun, P4 A0, telah melahirkan
bayi secara spontan di BPM. Bayi lahir dengan berat 3100 gram
PB 49 cm, plasenta lahir lengkap. TD 90/60 mmHG, N 80
x/menit, S 36oC, P 20x/menit. Bidan melakukan massage fundus
uteri, uterus teraba lembek, ibu mengalami perdarahan segar
disertai gumpalan ± 500 cc, tidak terdapat laserasi perineum. Ibu
tampak lemah dan pucat. Apa diagnosis yang paling mungkin
pada kasus tersebut?
a. Perdarahan postpartum
b. Retensio plasenta

168 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
c. Infeksi postpartum
d. Subinvolusi uteri
e. Sisa plasenta
7. Seorang perempuan berusia 35 tahun, P4 A0, telah melahirkan
bayi secara spontan di BPM. Bayi lahir dengan berat 3100 gram
PB 49 cm, plasenta lahir lengkap. TD 90/60 mmHG, N 80
x/menit, S 36oC, P 20x/menit. Bidan melakukan massage fundus
uteri, uterus teraba lembek, ibu mengalami perdarahan segar
disertai gumpalan ± 500 cc, tidak terdapat laserasi perineum. Ibu
tampak lemah dan pucat. Apa penyebab perdarahan pada kasus
tersebut?
a. Atonia uteri
b. Sisa plasenta
c. Robekan jalan lahir
d. Sisa selaput ketuban
e. Gangguan pembekuan darah
8. Seorang perempuan berusia 25 tahun, GI P0 A0, usia kehamilan
39 minggu, dan telah melahirkan bayi dengan spontan di BPM.
Plasenta belum lahir dalam waktu 15’ setelah diberikan injeksi
oksitosin 10 U. TD 110/70 mmHg, N 88 x/menit, S 37oC, P 18
x/menit, TFU setinggi pusat, kandung kemih kososng dan
perdarahan 100 cc. Berapa batas kala III fisologis pada kasus
tersebut?
a. 10 menit
b. 15 menit
c. 20 menit
d. 25 menit
e. 30 menit
9. Seorang perempuan berusia 25 tahun, GI P0 A0 inpartu, usia
kehamilan 39 minggu dirawat di BPM merasakan dorongan
meneran yang tidak bisa ditahan. TD 120/80 mmHg, S 36.5 oC, N

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 169
90 x/menit, P 20 x/menit. Anus dan vulva membuka, perineum
menonjol, hasil PD  10 cm, penipisan 100%, penurunan kepala
Hodge III, ketuban (+), penyusupan kepala (0), kontraksi 4x/ 10’
selama 45”, DJJ 144x/mnt. Obat-obatan apa saja yang harus
disiapkan untuk penatalaksanaan aktif kala III?
a. Oksitosin 10 U
b. Lidocain
c. Vit. K
d. MgSO4
e. Vaksin HB
10.Seorang perempuan berusia 25 tahun, GI P0 A0, usia kehamilan
39 minggu,dan telah melahirkan bayi dengan spontan di
BPM.Plasenta belum lahir dalam waktu 15’ setelah diberikan
injeksi oksitosin 10 U.TD 110/70 mmHg, N 88 x/menit, S 37oC, P
18 x/menit, TFU setinggi pusat, kandung kemih kosong dan
perdarahan 100 cc. Apa tindakan yang paling tepat pada kasus
tersebut?
a. Memasang infus
b. Injeksi oksitosin 10 U yang ke dua
c. Plasenta manual
d. Merujuk klien
e. Injeksi

170 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
BAB X
ADAPTASI BAYI SEGERA
SETELAH LAHIR

Sebagai seorang bidan harus mampu memahami tentang beberapa


adaptasi atau perubahan fisiologi bayi baru lahir (BBL). Hal ini
sebagai dasar dalam memberikan asuhan kebidanan yang tepat.
Setelah lahir, BBL harus mampu beradaptasi dari keadaan yang
sangat tergantung (plasenta) menjadi mandiri secara fisiologi.
Setelah lahir, bayi harus mendapatkan oksigen melalui sistem
sirkulasi pernapasannya sendiri, mendapatkan nutrisi per oral
untuk mempertahankan kadar gula darah yang cukup, mengatur
suhu tubuh dan melawan setiap penyakit/infeksi.
Periode adaptasi ini disebut sebagai periode transisi, yaitu dari
kehidupan di dalam rahim ke kehidupan di luar rahim. Periode ini
berlangsung sampai 1 bulan atau lebih. Transisi yang paling cepat
terjadi adalah pada sistem pernapasan, sirkulasi darah,
termoregulasi, dan kemampuan dalam mengambil dan
menggunakan glukosa.
Adaptasi fisiologis BBL adalah sangat berguna bagi bayi untuk
menjaga kelangsungan hidupnya di luar uterus. Artinya nantinya
bayi harus dapat melaksanakan sendiri segala kegiatan untuk
mempertahankan kehidupannya. Dalam hal ini yang sangat perlu
diperhatikan adalah bagaimana upaya untuk menjaga agar bayi
tetap terjaga kesehatannya. Yang utama adalah menjaga bayi agar
tetap hangat, mampu melakukan pernapasan dengan spontan dan
bayi menyusu sendiri pada ibunya.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 171
Menurut Pusdiknakes (2003) perubahan fisiologis pada bayi
baru lahir adalah:

A. Sistem Pernapasan/Respiratory
Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari
pertukaran gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran
gas harus melalui paru-paru.
1. Perkembangan Paru-Paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari
pharynx yang bercabang dan kemudian bercabang kembali
membentuk struktur percabangan bronkus proses ini terus
berlanjut sampai sekitar usia 8 tahun, sampai jumlah bronkus
dan alveolusnya sepenuhnya berkembang, walaupun janin
memperlihatkan adanya gerakan napas sepanjang trimester
II dan III. Paru-paru yang tidak matang akan mengurangi
kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini
disebabkan karena keterbatasan permukaan alveolus,
ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru dan tidak
tercukupinya jumlah surfaktan.
a. Awal Adanya Napas
Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan napas
pertama bayi adalah:
 Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik
lingkungan luar rahim yang merangsang pusat
pernapasan di otak.
 Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena
kompresi paru-paru selama persalinan, yang
merangsang masuknya udara ke dalam paru-paru
secara mekanis.
Interaksi antara sistem pernapasan,
kardiovaskuler dan susunan saraf pusat menimbulkan
pernapasan yang teratur dan berkesinambungan serta
denyut yang diperlukan untuk kehidupan.

172 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
 Penimbunan Karbondioksida (CO2)
Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam
darah dan akan merangsang pernapasan.
Berkurangnya O2 akan mengurangi gerakan
pernapasan janin, tetapi sebaliknya kenaikan CO2 akan
menambah frekuensi dan tingkat gerakan pernapasan
janin.
 Perubahan suhu
Keadaan dingin akan merangsang pernapasan.
b. Surfaktan dan Upaya Respirasi Untuk Bernapas
Upaya pernapasan pertama seorang bayi berfungsi
untuk:
 Mengeluarkan cairan dalam paru-paru.
 Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk
pertama kali.
Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat
surfaktan (lemak lesitin/sfingomielin) yang cukup dan
aliran darah ke paru-paru. Produksi surfaktan dimulai
pada 20 minggu kehamilan, dan jumlahnya meningkat
sampai paru-paru matang (sekitar 30–34 minggu
kehamilan). Fungsi surfaktan adalah untuk mengurangi
tekanan permukaan paru dan membantu untuk
menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada
akhir pernapasan.
Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveoli kolaps
setiap saat akhir pernapasan, yang menyebabkan sulit
bernapas. Peningkatan kebutuhan ini memerlukan
penggunaan lebih banyak oksigen dan glukosa. Berbagai
peningkatan ini menyebabkan stres pada bayi yang
sebelumnya sudah terganggu.
c. Dari Cairan Menuju Udara
Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya.
Pada saat bayi melewati jalan lahir selama persalinan,

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 173
sekitar sepertiga cairan ini diperas keluar dari paru-paru.
Seorang bayi yang dilahirkan secara sectio sesaria
kehilangan keuntungan dari kompresi rongga dada dan
dapat menderita paru-paru basah dalam jangka waktu
lebih lama. Dengan beberapa kali tarikan napas yang
pertama udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus
BBL. Sisa cairan di paru-paru dikeluarkan dari paru-paru
dan diserap oleh pembuluh limfa dan darah.
d. Fungsi Sistem Pernapasan dan Kaitannya Dengan Fungsi
Kardiovaskuler
Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang
sangat penting dalam mempertahankan kecukupan
pertukaran udara. Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah
paru-paru akan mengalami vasokontriksi. Jika hal ini
terjadi, berarti tidak ada pembuluh darah yang terbuka
guna menerima oksigen yang berada dalam alveoli,
sehingga menyebabkan penurunan oksigen jaringan, yang
akan memperburuk hipoksia.
Peningkatan aliran darah paru-paru akan
memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan akan
membantu menghilangkan cairan paru-paru dan
merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi
luar rahim.
2. Sistem Sirkulasi
a. Pengetahuan Awal
Selama perkembangan janin, darah ibu mensuplai
oksigen dan nutrisi serta membawa sisa buangannya.
 Substansi tersebut berdifusi antara darah ibu dan janin
melalui membran plasenta.
 Substansi tersebut dibawa menuju tubuh janin melalui
pembuluh darah umbilikal.
Konsentrasi hemoglobin pada darah janin lebih besar
50% daripada darah ibu. Hemoglobin janin berbeda
secara kimiawi dan memiliki daya ikat terhadap
oksigen lebih besar dari pada darah ibu, pada tekanan

174 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
parsial oksigen tertentu, hemoglobin janin mampu
membawa 20-30% oksigen lebih banyak daripada
darah ibu.
b. Sirkulasi Darah Pada Janin
Vena umbilikal membawa darah yang kaya oksigen
dan nutrisi dari plasenta menuju tubuh janin. Vena
umbilikal memasuki tubuh janin melalui cincin umbilikal
dan berada sepanjang dinding anterior perut menuju ke
hati. Sekitar 1/2 darah disalurkan ke hati, sisanya
memasuki sebuah pembuluh ductus venosus.
Ductus venosus bergabung dengan vena cava
inferior. Di sana darah yang kaya oksigen dari plasenta
bercampur dengan darah yang miskin oksigen dari bagian
tubuh janin sebelah bawah. Darah percampuran ini
menuju vena cava lalu ke atrium kanan. Pada jantung
dewasa, seharusnya darah dari atrium kanan ke ventrikel
kanan lalu dibawa ke paru-paru, akan tetapi pada janin
paru-paru belum berfungsi, sehingga darah tidak
memasuki paru-paru.
Saat darah memasuki atrium kanan, sebagian besar
darah langsung menuju masuk atrium kiri melalui sebuah
celah dinamakan foramen ovale.
Sebagian kecil lainnya bercampur dengan darah yang
miskin oksigen dari vena cava superior yang membawa
dari darah dari bagian tubuh janin sebelah atas. Dari vena
cava superior darah tersebut memasuki arteri
pulmonari. Walaupun masuk ke arteri pulmonari, darah
tidak memasuki paru-paru dan sebagian besar masuk ke
ductus arteriosus dan menghubungkan arteri pulmonari
dengan lengkung aorta. Karena adanya hubungan
tersebut, darah dengan konsentrasi oksigen rendah yang
memasuki vena cava superior memasuki paru-paru, pada
saat yang sama pula darah tersebut dicegah untuk masuk
cabang aorta yang akan memasuki otak. Sebagian kecil
darah kembali ke jantung melalui vena pulmonari.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 175
Darah yang lebih kaya oksigen memasuki atrium kiri
tadi bercampur dengan sedikit darah miskin oksigen yang
kembali dari vena pulmonari. Dari aorta darah akan
dibawa menuju bagian tubuh yang membutuhkan oksigen
dan nutrisi. Sebagian mencapai myocardium (otot
jantung) melalui arteri coronary dan mencapai otak
melalui arteri carotis.
Darah yang dibawa melalui descending aorta (aorta
yang menuju perut dan dada) adalah sebagian darah yang
kaya oksigen dan sebagian lagi miskin oksigen. Sebagian
besar darah dibawa ke cabang-cabang aorta yang menuju
berbagai bagian tubuh janin sebelah bawah. Sebagian lagi
memasuki arteri umbilikal, yang bercabang ke arteri
internal iliac dan dibawa menuju plasenta. Di plasenta
darah teroksigenasi kembali atau kaya oksigen kembali.
Setelah lahir darah BBL harus melewati paru untuk
mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui
tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan. Untuk
membuat sirkulasi yang baik, kehidupan di luar rahim
harus terjadi 2 perubahan besar:
 Penutupan foramen ovale pada atrium jantung
 Perubahan duktus arteriousus antara paru-paru dan
aorta.
Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan
tekanan pada seluruh sistem pembuluh. Oksigen
menyebabkan sistem pembuluh mengubah tekanan
dengan cara mengurangi/meningkatkan resistensinya,
sehingga mengubah aliran darah.
Dua (2) peristiwa yang merubah tekanan dalam
system pembuluh darah:
 Pada saat tali pusat dipotong resistensi pembuluh
sistemik meningkat dan tekanan atrium kanan
menurun, tekanan atrium menurun karena
berkurangnya aliran darah ke atrium kanan tersebut.
Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan

176 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
atrium kanan itu sendiri. Kedua kejadian ini membantu
darah dengan kandungan oksigen sedikit mengalir ke
paru-paru untuk menjalani proses oksigenasi ulang.
 Pernapasan pertama menurunkan resistensi pada
pembuluh darah paru-paru dan meningkatkan tekanan
pada atrium kanan oksigen pada pernapasan ini
menimbulkan relaksasi dan terbukanya sistem
pembuluh darah paru. Peningkatan sirkulasi ke paru-
paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan
tekanan pada atrium kanan dengan peningkatan
tekanan atrium kanan ini dan penurunan pada atrium
kiri, foramen kanan ini dan penusuran pada atrium kiri,
foramen ovali secara fungsional akan menutup.
Vena umbilikus, duktus venosus dan arteri
hipogastrika dari tali pusat menutup secara fungsional
dalam beberapa menit setelah lahir dan setelah tali pusat
diklem. Penutupan anatomi jaringan fibrosa berlangsung
2-3 bulan.
c. Perbedaan Sirkulasi Darah Fetus dan Bayi
(1)Sirkulasi Darah Fetus
(a) Vena umbulicalis: membawa darah yang kaya
oksigen dari plasenta ke permukaan dalam hepar.
Vena hepatica meninggalkan hepar dan
mengembalikan darah ke vena cava inferior.
(b) Ductus venosus: adalah cabang-cabang dari vena
umbilicalis dan mengalirkan sejumlah besar darah
yang mengalami oksigenasi ke dalam vena cava
inferior.
(c) Vena cava inferior: telah mengalirkan darah yang
telah beredar dalam ekstremitas inferior dan badan
fetus, menerima darah dari vena hepatica dan
ductus venosus dan membawanya ke atrium
dextrum.
(d) Foramen ovale: memungkinkan lewatnya sebagian
besar darah yang mengalami oksigenasi dalam

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 177
ventriculus dextra untuk menuju ke atrium sinistra,
dari sini darah melewati valvula mitralis ke
ventriculuc sinister dan kemudian melaui aorta
masuk ke dalam cabang ascendens-nya untuk
memasok darah bagi kepala dan ekstremitas
superior. Dengan demikian hepar, jantung, dan
serebrum menerima darah baru yang mengalami
oksigenasi.
(e) Vena cava superior: mengembalikan darah dari
kepala dan ekstremitas superior ke atrium dextrum.
Darah ini bersama sisa aliran yang dibawa oleh vena
cava inferior melewati valvula tricuspidallis masuk
ke dalam ventriculus dexter.
(f) Arteria pulmonalis: mengalirkan darah campuran ke
paru-paru yang nonfungsional, yang hanya
memerlukan nutrien sedikit.
(g) Ductus arteriosus: mengalirkan sebagian besar
darah dari vena ventriculus dexter ke dalam aorta
descendens untuk memasok darah bagi abdomen,
pelvis, dan ekstremitas inferior.
(h) Arteria hypogastrica : merupakan lanjutan dari
arteria illiaca interna, membawa darah kembali ke
plasenta dengan mengandung lebih banyak oksigen
dan nutrien yang dipasok dari peredaran darah
maternal.
(2)Perubahan Pada Saat Lahir
(a) Penghentian pasokan darah dari plasenta.
(b) Pengembangan dan pengisian udara pada paru-
paru.
(c) Penutupan foramen ovale.
(d) Fibrosis:
 Vena umbilicalis
 Ductus venosus

178 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
 Arteriae hypogastrica
 Ductus arteriosus
3. Sistem Termoregulasi/Pengaturan Suhu
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya,
sehingga akan mengalami stres dengan adanya perubahan
lingkungan dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar yang
suhunya lebih tinggi. Suhu dingin ini menyebabkan air
ketuban menguap lewat kulit, pada lingkungan yang dingin,
pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan
usaha utama seorang bayi untuk mendapatkan kembali panas
tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan
hasil penggunaan lemak cokelat untuk produksi panas.
Timbunan lemak cokelat terdapat di seluruh tubuh dan
mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100%. Untuk
membakar lemak cokelat, sering bayi harus menggunakan
glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah
lemak menjadi panas. Lemak cokelat tidak dapat diproduksi
ulang oleh seorang BBL. Cadangan lemak cokelat ini akan
habis dalam waktu singkat dengan adanya stres dingin.
Semakin lama usia kehamilan semakin banyak persediaan
lemak cokelat bayi.
Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami
hipoglikemia, hipoksia, dan asidosis. Sehingga upaya
pncegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama dan
bidan berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas
pada BBL.
Mekanisme kehilangan panas kehilangan panas tubuh
pada bayi baru lahir dapat terjadi melalui mekanisme berikut:
a. Evaporasi
Adalah cara kehilangan panas karena menguapkan
cairan ketuban pada permukaan tubuh setelah bayi lahir
karena tubuh tidak segera dikeringkan.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 179
b. Konduksi
Adalah kehilangan panas melalui kontak langsung
antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Contoh:
bayi diletakkan di atas meja, timbangan, atau tempat tidur.
c. Konveksi
Adalah kehilangan panas yang terjadi pada saat bayi
terpapar dengan udara sekitar yang lebih dingin. Contoh:
adanya tiupan kipas angin, penyejuk ruangan tempat
bersalin.
d. Radiasi
Adalah kehilangan panas yang terjadi pada saat bayi
ditempatkan dekat benda yang mempunyai temperatur
tubuh lebih rendah dari temperatur tubuh bayi. Contoh:
bayi ditempatkan dekat jendela yang terbuka.

LATIHAN SOAL
1. Bayi laki-laki aterm baru lahir di BPM Ana dengan berat lahir
3200 gr, menangis kuat, ekstremitas kuat, ketuban jernih. Secara
fisiologis terjadi adaptasi atau perubahan pada sistem ….
a. Sirkulasi d. Saraf
b. Muskuloskeletal e. Cerebrospinal
c. Gastrointestinal
2. Bayi laki-laki aterm baru lahir di BPM Ana dengan berat lahir
3200 gr, menangis kuat, ekstremitas kuat, ketuban jernih. Di
bagian apakah secara fisiologis terjadi adaptasi pada sistem
pernapasan saat napas pertama bayi lahir?
a. Lobus Paru d. Bronkus
b. Trakea e. Faring
c. Alveoli

180 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
3. Bayi laki-laki aterm baru lahir di BPM Ana dengan berat lahir
3200 gr, menangis kuat, ekstremitas kuat, ketuban jernih. Bila
bidan tidak segera mengeringkan bayi dengan handuk/kain di
atas perut ibu, bayi dapat kehilangan panas secara:
a. Radiasi d. Konduksi
b. Evaporasi e. Kontruksi
c. Konveksi
4. Bayi laki-laki aterm baru lahir di BPM Ana dengan berat lahir
3200 gr, menangis kuat, ekstremitas kuat, ketuban jernih. Bidan
melakukan rawat gabung, salah satu faktor yang memengaruhi
keberhasilan rawat gabung selanjutnya adalah ….
a. Dukungan bidan d. Ekonomi
b. Kebijakan Pemerintah e. Ibu bayi
c. Tata laksana RS/RB
5. Bayi laki-laki aterm baru lahir di BPM Ana dengan berat lahir
3200 gr, menangis kuat, ekstremitas kuat, ketuban jernih.
Pencegahan infeksi yang dapat dilakukan saat perawatan BBL
adalah ….
a. Memakai kapas alkohol saat membersihkan bokong bayi
dari mekonium.
b. Memakai masker saat memandikan bayi.
c. Selalu memakai celemek dan kacamata .
d. Memakai sarung tangan saat merawat tali pusat.
e. Menggunakan air hangat untuk menghilangkan darah dan
sisa air ketuban.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 181
182 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
BAB XI
MANAJEMEN ASUHAN PADA
IBU PERSALINAN

Pendokumentasian manajemen kebidanan dengan metode SOAP


yaitu:
1. Data Subjektif
Data Subjektif (S) merupakan pendokumentasian
manajemen kebidanan menurut Helen Varney langkah pertama
(pengkajian data) terutama data yang diperoleh melalui
anamnesis. Data subjektif ini berhubungan dengan masalah dari
sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran
dan keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung dengan
diagnosis. Data subjektif ini nantinya akan menguatkan diagnosis
yang akan disusun (Muslihatun et al., 2009).
2. Data Objektif
Data Objektif (O) merupakan pendokumentasian
manajemen kebidanan menurut Helen Varney pertama
(pengkajian data) terutama data yang diperoleh melalui hasil
observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan
laboratorium atau diagnostik lain. Catatan medik dan informasi
dari keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam data
objektif ini. Data ini akan memberikan bukti gejala klinis pasien
dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis (Muslihatun et al.,
2009).

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 183
3. Assesment
Analysis atau assessment (A) merupakan pendokumentasian
hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif
dan objektif. Dalam pendokumentasian manajemen kebidanan
karena keadan pasien yang setiap saat bisa mengalami
perubahan dan akan ditemukan informasi baru dalam data
subjektif maupun data objektif maka proses pengkajian data
akan menjadi sangat dinamis (Muslihatun et al., 2009).
4. Planning
Planning atau perencanaan (P) adalah membuat rencana
asuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun
berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data. Rencana asuhan
ini bertujuan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien
seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraannya.
Rencana asuhan ini harus bisa mencapai kriteria tujuan yang
ingin dicapai dalam batas tertentu. Tindakan yang akan
dilaksanakan harus mampu membantu pasien mencapai
kemajuan dan harus sesuai dengan hasil kolaborasi tenaga
kesehatan lain antara lain dokter.
Meskipun secara istilah P adalah Planning atau perencanaan
saja, tetapi P dalam metode SOAP ini juga merupakan gambaran
pendokumentasian implementasi dan evaluasi. P dalam SOAP
meliputi manajemen kebidanan menurut Helen Varney langkah ke-
5, ke-6, dan ke-7. Dalam planning ini juga harus mencantumkan
evaluasi atau evaluation yaitu tafsiran dari efek tindakan yang telah
diambil untuk menilai keefektifan asuhan atau hasil pelaksanaan
tindakan. Evaluasi berisi analisis hasil yang telah dicapai dan
merupakan fokus ketepatan nilai tindakan atau asuhan (Muslihatun
et al., 2009).

KONSEP ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN


1. Data Subjektif
a. Identitas

184 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
Meliputi nama, umur, agama, pendidikan terakhir,
pekerjaan, suku/bangsa, dan alamat (Sulistyawati &
Nugraheny, 2013).
b. Keluhan Utama
(1) Kala I
Ibu merasa gelisah dan nyeri akibat munculnya his
yang semakin sering dan kuat.
(2) Kala II
Ibu merasakan desakan untuk mengejan karena
kantung amnion atau bagian terendah janin terdorong ke
depan melalui serviks yang berdilatasi dan menekan
rektum (Sulistyawati, 2009).
(3) Kala III
Ibu masih merasa mulas karena beberapa saat
kemudian timbul his pengeluaran dan pelepasan uri
(Walyani & Purwoastuti, 2015).
(4) Kala IV
Ibu merasa lelah setelah melalui proses persalinan.
c. Riwayat Kesehatan
Beberapa data penting tentang riwayat kesehatan pasien
yang perlu kita ketahui adalah apakah pasien pernah atau
sedang menderita penyakit, seperti jantung, diabetes mellitus
(DM), ginjal, hipertensi/hipotensi, dan hepatitis (Sulistyawati,
2009).
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji apakah keluarga ibu pernah/sedang menderita
penyakit menurun seperti asma dan penyakit keturunan
lainnya, serta penyakit menular seperti TBC, hepatitis, dan
HIV/AIDS (Asih & Risneni, 2016).
e. Status Perkawinan
(1) Riwayat Pernikahan

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 185
(2) Nikah atau tidak
(3) Berapa kali nikah
(4) Perkawinan sekarang suami yang ke berapa
f. Pola Kebutuhan Sehari-hari
(1) Pola Makan
Data mengenai asupan makan pasien adalah sebagai
berikut:
(a) Kapan/jam berapa terakhir kali makan
(b)Makan yang dimakan
(c) Jumlah makanan yang dimakan
(d)Seandainya saat ini ingin makan, apa yang ia inginkan
sebelumnya masuk pada fase persalinan di mana ia
tidak akan mungkin atau tidak ingin lagi untuk makan
(Sulistiyawati & Nugraheny, 2010).
(2) Pola Minum
Pada masa persalinan, data mengenai intake dan
intake cairan sangat penting karena akan menentukan
kecenderungan terjadinya dehidrasi. Data yang perlu kita
tanyakan adalah sebagai berikut:
(a) Kapan terakhir kali minum
(b)Berapa banyak yang diminum
(c) Apa yang diminum
Pada pertengahan sampai akhir kala I biasanya pasien
akan sangat membutuhkan cairan. Di samping pasien
sudah tidak berselera lagi untuk makan karena rasa sakit
akibat his, juga karena pengeluaran keringat yang
bertambah sehingga membutuhkan pemasukan cairan
yang lebih (Sulistiyawati & Nugraheny, 2010).

186 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
(3) Pola istirahat
Istirahat sangat diperlukan oleh pasien untuk
mempersiapkan energi menghadapi proses persalinannya,
hal ini akan lebih penting lagi jika proses persalinannya
mengalami pemanjangan waktu kala I. Data yang perlu
ditanyakan adalah :
(a) Kapan terakhir tidur
(b)Berapa lama
(c) Aktivitas sehari-hari
Kita perlu mengkaji aktivitas sehari-hari pasien
karena data ini menggambarkan tentang seberapa berat
yang bisa lakukan pasien di rumah (Sulistiyawati &
Nugraheny, 2010).
(4) Personal Hygiene
Data ini perlu kita gali karena akan sangat berkaitan
dengan kenyamanan pasien dalam menjalani proses
persalinannya. Beberapa pertanyaan yang perlu di
tanyakan adalah:
(a) Kapan terakhir mandi, keramas, dan gosok gigi.
(b)Kapan terakhir ganti baju dan celana dalam
(Sulistiyawati & Nugraheny, 2010).
(5) Aktivitas Seksual
Data yang perlu kita tanyakan adalah sebagai berikut:
(a) Keluhan
(b)Frekuensi
(c) Kapan terakhir melakukan hubungan seksual
(Sulistiyawati & Nugraheny, 2010).
2. Data Objektif
a. Keadaan Umum

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 187
Data ini dapat dengan mengamati keadaan pasien secara
keseluruhan (Sulistiyawati & Nugraheny, 2010).
b. Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien
(Sulistiyawati & Nugraheny, 2010).
c. Tanda Vital, meliputi tekanan darah, nadi, pernapasan, dan
suhu.
d. Pemeriksaan Fisik
(1) Rambut
Kaji warna, kebersihan rambut, mudah rontok atau
tidak (Sulistiyawati & Nugraheny, 2010).
(2) Wajah
Seberapa besar nyeri yang dirasakan wajah.
(3) Mata
Kaji konjungtiva merah muda atau anemis, sclera,
kebersihan mata, kelainan pada mata, gangguan
penglihatan (rabun jauh/dekat) (Sulistiyawati &
Nugraheny, 2010).
(4) Hidung
Kaji kebersihan, adanya polip, alergi debu
(Sulistiyawati & Nugraheny, 2010).
(5) Mulut
(a) Bibir
Dilihat warna, integritas jaringan (lembap, kering,
atau pecah-pecah) (Sulistyawati, 2009).
(b)Lidah
Warna dan kebersihan (Sulistyawati, 2009).
(c) Gigi

188 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
Kebersihan gigi, adakah gigi karies, gangguan pada
mulut (bau mulut) (Sulistyawati, 2009).
(6) Telinga
Kaji kebersihan telinga dan gangguan pendengaran.
(7) Leher : Pembesaran kelenjar limfa, parotitis.
(8) Payudara : Bentuk dada, simetris/tidak, bentuk
payudara, besar masing-masing payudara
(seimbang/tidak), hiperpigmentasi areola, teraba massa
nyeri atau tidak, kolostrum, keadaan puting: mennonjol,
datar, atau masuk ke dalam. Kebersihan, bentuk breast
holder (BH), denyut jantung, gangguan pernapasan
(auskultasi).
(9) Abdomen
Kala II
Kontraksi uterus kala II yang bersifat berkala dan
harus diperhatikan adalah lama kontraksi berlangsung 60-
90 detik, kekuatan kontraksi.
Kala III
Kontraksi uterus intensitasnya (kuat, sedang, lemah
atau tidak ada) selama 15 menit pertama.
DJJ normalnya 120-160x/menit(Sumarah et al.,
2009).
(10) Ekstermitas
Kaji gangguan, bentuk ekstremitas, oedem apa tidak,
varises atau tidak (Sulistiyawati & Nugraheny, 2010).
(11) Genitalia
Kaji kebersihan daerah genitalia, pengeluaran cairan
pervaginam, tanda-tanda infeksi vagina, pemeriksaan
dalam (Sulistiyawati & Nugraheny, 2010).
Kala II

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 189
Perubahan serviks pada kala II ditandai dengan
pembukaan lengkap, pada pemeriksaan dalam tidak
teraba lagi bibir portio, segmen bawah rahim (SBR), dan
serviks.
Kala III
Kaji robekan jalan lahir dan perineum dan jumlah
darah yang keluar akibat robekan jalan lahir.
(12) Anus
Adakah haemoroid, kebersihan daerah rektal
(Sulistiyawati & Nugraheny, 2010).
e. Data Penunjang
(1) Pemeriksaan Dalam/Vaginal Toucher (VT)
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan
dalam, menurut (Prawirohardjo, 2010).
(a) Keadaan perineum: utuh atau tidak dan elastis, longgar
atau lembek.
(b) Sistokel dan Rektokel
Sistokel adalah benjolan pada dinding depan vagina
yang disebabkan kelemahan diding belakang kandung
kemih. Rektokel adalah benjolan pada dinding belakang
vagina, yang disebabkan kelemahan dinding depan
rektum.
(c) Pengeluaran pervaginam: Cairan berwarna putih
kekuningan, lendir bercampur darah, cairan ketuban atau
darah.
(d) Serviks: Perlu diperhatikan pembukaan, penipisan,
robekan serviks, dan kekakuan seviks.
(e) Ketuban: Tentukan ketuban utuh atau tidak, dan
menentukan apakah cairan yang keluar betul-betul air
ketuban.

190 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
(f) Presentasi, titik penunjuk, dan posisi: Presentasi
merupakan bagian terbawah janin, titik penunjuk, dan
posisi kepala.
(g) Turunnya Kepala (Bidang Hodge)
Hodge I: Bidang yang setinggi pintu atas panggul
(PAP) yang dibentuk oleh promontorium, artikulasio
sakro-iliaca, sayap sakrum, linea inominata, ramus
superior os pubis, tepi atas simfisis pubis.
Hodge II: Bidang setinggi pinggir bawah simfisis pubis
berhimpit dengan PAP (Hodge I).
Hodge III: Bidang setinggi spina ischikadika berhimpit
dengan PAP (Hodge I).
Hodge IV: Bidang setinggi ujung os soccygis berhimpit
dengan PAP (Hodge I) (Sumarah, 2009).
3. Assesment
Ny. “X” G .... PAPAH inpartu kala …. Fase ….
4. Penatalaksanaan
(1)Kala I
(a) Lakukan pendekatan dan jelaskan pada ibu tentang
kondisi dan hasil pemeriksaan, langkah awal bagi bidan
dalam membina hubungan komunikasi yang efektif dalam
melakukan pendekatan secara terapeutik sehingga proses
KIE akan tercapai secara optimal (Sulistyawati, 2009).
(b) Evaluasi tanda vital, pemeriksaan dalam, tanda bahaya
dalam persalinan secara terus-menerus dengan
menggunakan partograf, mencegah komplikasi yang tidak
diinginkan oleh ibu.
(c) Pantau terus-menerus keadaan bayi (denyut jantung
janin) setiap 1 jam, mencegah komplikasi pada janin.
(d) Atasi ketidaknyamanan selama proses persalinan seperti
sering BAK, punggung pegal, sesak napas, dll (Sulistyawati

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 191
& Nugraheny, 2010), persalinan berjalan lancar dengan
mengatasi gejala yang umum terjadi pada persalinan.
(e) Kurangi rasa nyeri akibat persalinan pada ibu dengan
mengajarkan teknik nonfarmakologik seperti teknik
bernapas dan teknik meneran yang benar, meningkatkan
rasa relaksasi pada ibu.
(f) Kaji penyebab cemas (Sulistiyawati & Nugraheny, 2010),
membantu ibu dengan memberi dukungan untuk
mengatasi penyebab cemas.
(g) Anjurkan ibu untuk mengatur posisi yang diinginkan
selama persalinan, pemenuhan kebutuhan rasa nyaman
pada ibu (Sondakh, 2013).
(2)Kala II
(a) Jelaskan kemajuan persalinan yang diharapkan dan
jelaskan apa yang harus dilakukan selama proses
persalinan (Sulistiyawati & Nugraheny, 2010), pasien
tetap kooperatif terhadap tindakan yang kita lakukan.
(b) Jaga kebersihan ibu (Sulistiyawati & Nugraheny, 2010),
memberikan kenyamanan saat proses persalinan.
(c) Anjurkan ibu mencoba posisi yang nyaman selama
persalinan.
(d) Ajarkan ibu teknik meneran secara efektif, menjaga
perineum meregang pelan dan mengontrol lahirnya kepala
serta mencegah robekan (Saifuddin, 2010).
(e) Penuhi kebutuhan cairan dan nutrisi (Sulistiyawati &
Nugraheny, 2010), wanita bersalin membutuhkan 50-100
kilokalori energi setiap jam, jika tidak terpenuhi, mereka
akan mengalami kelelahan pada otot dan kelaparan yang
sangat (Nurasiah, dkk. 2014).
(f) Libatkan suami atau keluarga dalam persalinan, dengan
hadirnya orang terdekat akan memberikan rasa nyaman
saat proses persalinan sehingga kecemasan ibu berkurang
(Padila, 2014).

192 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
(g) Tolong persalinan sesuai dengan 60 langkah APN
(terlampir), upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi
dengan intervensi seminimal mungkin dengan kualitas
pelayanan yang optimal (Walyani & Purwoastuti, 2015).
(3)Kala III
(a) Kaji tingkat rasa nyeri pasien dan strategi yang ia gunakan
untuk mengatasi rasa nyeri tersebut, pasien menunjukkan
kemampuan untuk mengatasi rasa nyeri berhubungan
dengan peningkatan intensitas dan durasi kontraksi.
(b) Palpasi kandung kemih di atas simfisis secara teratur
untuk mendeteksi kandung kemih yang kosong, tidak
terlihat tanda distensi kandung kemih yang berhubungan
dengan gangguan sensorik karena persalinan.
(c) Observasi TFU, kontraksi uterus dan jumlah perdarahan,
mengetahui keadaan ibu, berapa banyak perdarahan
sebagai pencegahan dan deteksi komplikasi dini.
(d) Tolong persalinan sesuai dengan 60 langkah APN
(terlampir), upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi
dengan intervensi seminimal mungkin dengan kualitas
pelayanan yang optimal (Walyani & Purwoastuti, 2015).
(4)Kala IV
(a) Lanjutkan penanganan dengan 60 langkah APN
(terlampir), upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi
dengan intervensi seminimal mungkin dengan kualitas
pelayanan yang optimal (Walyani & Purwoastuti, 2015).
(b) Lanjutkan pemantauan kontraksi uterus, perdarahan serta
tanda-tanda vital, pastikan komplikasi masa postpartum
terdeteksi sedini mungkin (Walyani & Purwoastuti, 2015).
(c) Ajarkan ibu dan keluarga melakukan massage uterus dan
memeriska kontraksi, merangsang uterus berkontraksi
(Saifuddin, 2010).

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 193
KONSEP ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS
1. Data Subjektif
a. Biodata Bayi
Nama bayi: untuk menghindari kekeliruan.
Tanggal lahir: untuk mengetahui usia neonatus.
Jenis kelamin: untuk mengetahui jenis kelamin bayi.
Umur: untuk mengetahui usia bayi.
Alamat: untuk memudahkan kunjungan rumah.
Biodata Orang Tua
Nama ibu/ayah, umur, agama, pendidikan, pekerjaan,
suku/bangsa, alamat.
b. Keluhan Utama
Ibu mengatakan telah melahirkan bayinya pada tanggal
…. pukul .... WIB. Kondisi ibu dan bayi sehat.
c. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
(1)Riwayat Prenatal
Anak ke berapa, riwayat kehamilan yang
memengaruhi BBL adalah kehamilan yang disertai
komplikasi seperti diabetes melitus (DM), hepatitis,
jantung, asma, hipertensi, TBC, frekuensi antenatal care
(ANC), keluhan selama hamil, HPHT, kebiasaan ibu selama
hamil (Sondakh, 2013).
(2)Riwayat Natal
Berapa usia kehamilan, jam berapa waktu persalinan,
jenis persalinan, lama kala I, lama kala II, BB bayi, PB bayi,
denyut nadi, respirasi, suhu, bagaimana ketuban, ditolong
oleh siapa, komplikasi persalinan dan berapa nilai APGAR
untuk BBL (Sondakh, 2013).

194 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
Tabel Komponen Penilaian APGAR

Skor
Komponen
0 1 2

Frekuensi Tidak ada <100 >100


jantung x/menit x/menit
Kemampuan Tidak ada Lambat/ Menangis
bernapas tidak teratur kuat
Tonus otot Lumpuh Ekstremitas Gerakan
agak fleksi aktif
Refleks Tidak ada Gerakan Gerakan
sedikit kuat/
melawan
Warna kulit Biru/pucat Tubuh Seluruh
kemerahan/ tubuh
ekstremitas kemerahan
biru
(Hidayat A. A., 2008)

(3) Riwayat Postnatal


(a) Observasi TTV
(b) Keadaan tali pusat
(c) Apakah telah diberi injeksi vitamin K
(d) Minum ASI, berapa cc setiap berapa jam
d. Riwayat Psikososial
Kesiapan keluarga menerima anggota baru dan
kesanggupan ibu merawat bayinya.
e. Kebutuhan Dasar
(a) Pola Nutrisi

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 195
Setelah bayi lahir, segera susukan pada ibunya,
apakah ASI keluar sedikit. Kebutuhan minum hari pertama
60 cc/kg BB, selanjutnya ditambah 30 cc/kg BB untuk hari
berikutnya.
Tabel Kebutuhan Dasar Cairan dan Kalori pada Neonatus
Hari Kelahiran Cairan/kg/hari Kalori/kg/hari
Hari ke 1 60 ml 40 kal
Hari ke 2 70 ml 50 kal
Hari ke 3 80 ml 60 kal
Hari ke 4 90 ml 70 kal
Hari ke 5 100 ml 80 kal
Hari ke 6 110 ml 90 kal
Hari ke 7 120 ml 100 kal
Hari ke > 10 150-200 ml >120 kal

(b) Pola Eliminasi


Proses pengeluaran defekasi dan urine terjadi 24 jam
pertama setelah lahir, konsistensi agak lembek berwarna
hitam kehijauan. Selain itu, urine yang normal berwarna
kuning.
(c) Pola Istirahat
Pola tidur normal bayi baru lahir adalah 14-18
jam/hari.
(d) Pola Aktivitas
Seperti menangis, BAK, BAB, serta memutar kepala
untuk mencari puting susu.
2. Data Objektif
a. Pemeriksaan Fisik Umum

196 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
(1) Kesadaran: composmentis
(2) Suhu: normal (36,5-37˚C)
(3) Pernapasan: normal (40-60 kali/menit)
(4) Denyut jantung: normal (120-140 kali/menit)
(5) Berat badan: normal (2500-4000 gram)
(6) Panjang badan: antara 48-52 cm
b. Pemeriksaan Fisik
(1) Kepala: adakah caput succedaneum, chepal hematoma,
keadaan ubun-ubun tertutup.
(2) Muka: warna kulit merah
(3) Mata: sklera putih, adakah perdarahan subconjungtiva
(4) Hidung: lubang simetris, bersih, sekret
(5) Mulut: refleks menghisap baik, adakah palatoskisis
(6) Telinga: simetris, adakah serumen
(7) Leher: adakah pembesaran kelenjar tiroid, adakah
bendungan vena jugularis
(8) Dahi: simetris, adakah retraksi dada
(9) Tali pusat: bersih, adakah perdarahan, terbungkus kasa
(10) Abdomen: simetris, adakah massa, infeksi
(11) Genitalia: untuk bayi laki-laki testis sudah turun, untuk
bayi perempuan, labia mayora sudah menutupi labia
minora
(12) Anus: adakah atresia ani
(13) Ekstremitas: adakah polidaktili dan sIndaktili
c. Pemeriksaan Neurologis
(1) Refleks Moro/Terkejut: apabila bayi diberi
sentuhan mendadak terutama dengan jari dan tangan,
maka akan menimbulkan gerak terkejut.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 197
(2) Refleks Menggenggam: apabila telapak tangan bayi
disentuh dengan jari, maka ia akan berusaha
menggenggam jari yang menyentuh.
(3) Refleks Rooting/Mencari: apabila pipi bayi disentuh,
makan ia akan menoleh dan mencari sentuhan itu.
(4) Refleks Mengisap/Sucking: apabila bayi diberi
dot/puting, maka ia akan berusaha mengisap.
(5) Glabella Refleks: apabila bayi disentuh di daerah
dahinya, ia akan berkedip.
(6) Tonick Neck Refleks: apabila bayi diangkat dari tempat
tidur (digendong), maka ia akan berusaha mengangkat
kepalanya (Sondakh, 2013).
(7) Refleks Babinski: usap telapak kaki sepanjang tepi
luar mulai dari tumit, ia akan mengembangkan jari
kakinya.
(8) Refleks Ekstrusi: sentuhkan ujung jari/spatel lidah
ke ujung lidah, ia akan menjulurkan lidahnya (Hidayat,
2008).
d. Pemeriksaan Antropometri
Berat badan: normalnya 2500-4000 gram
Panjang badan: normalnya 48-52 cm
Lingkar kepala: normalnya 33-38 cm
Lingkar lengan atas: normalnya 10-11 cm
Lingkar bahu: normalnya 34 cm
Lingkar bokong: normalnya 27 cm
Ukuran kepala:
Diameter
(1)Diameter suboksipitobregmantika: 9,5 cm
(2)Diameter frontooksipitalis: 12 cm
(3)Diameter mentooksipitalis: 13,5 cm

198 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
(4)Diameter submentobregmantika: 9,5 cm
Diameter melintang
(1)Diameter biparietalis: 9,5 cm
(2)Diameter bitemporalis: 8 cm
Circumferensia (keliling)
(1)Cirkumferensial fronto occipitalis: 34 cm
(2)Cirkumferensial mento occipitalis: 35 cm
(3)Cirkumferensial sub occipito bregmantika: 32 cm
(Sumarah et al., 2009).
3. Assesment
By. Ny. “X” usia ….
4. Penatalaksanaan
Intervensi Bayi Baru Lahir:
(1)Lakukan informed consent, merupakan langkah awal untuk
melakukan tindakan lebih lanjut.
(2)Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, cuci
tangan merupakan prosedur pencegahan kontaminasi silang.
(3)Beri identitas bayi, cara yang tepat untuk menghindari
kekeliruan.
(4)Bungkus bayi dengan kain kering yang lembut, membungkus
bayi merupakan cara mencegah hipotermi.
(5)Rawat tali pusat dengan cara membungkus dengan kasa, tali
pusat yang terbungkus merupakan cara mencegah infeksi.
(6)Timbang berat badan setiap hari setelah dimandikan, deteksi
dini pertumbuhan dan kelainan pada bayi.
(7)Ukur suhu tubuh bayi, denyut jantung, dan respirasi setiap
jam, deteksi dini terhadap terjadinya komplikasi.
(8)Anjurkan ibu untuk mengganti popok setelah BAK/BAB,
menghindari bayi dari kehilangan panas.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 199
(9)Anjurkan ibu untuk memberikan ASI Ekslusif, ASI adalah
makanan terbaik untuk tumbuh kembang dan pertahanan
tubuh bayi, kebutuhan 60 cc/kg/hari.
(10) Anjurkan ibu cara menyusui yang benar, maka bayi akan
merasa nyaman dan tidak tersedak, dengan posisi menyusui
yang benar maka bayi akan merasa nyaman dan tidak
tersedak (Sondakh, 2013).

KUNJUNGAN NEONATUS (KN) I:


6 SAMPAI 48 JAM SETELAH LAHIR
a. Mempertahankan suhu tubuh tetap hangat karena bayi
kehilangan panas melalui empat cara yaitu:
(1)Konduksi
Melalui benda-benda padat yang berkontak dengan kulit
bayi seperti bayi bersentuhan lanngsung dengan lantai.
(2)Konveksi
Pendinginan melalui aliran udara di sekitar bayi, suhu
udara dikamar tidak boleh kurang dari 20 C dn sebaiknya
tidak berangin.
(3)Evaporasi
Kehilangan panas melaui penguapan air pada kulit yang
basah karena itu bayi baru lahir harus dikeringkan
seluruhnya termasuk kepala dan rambut sesegera mungkin.
(4)Radiasi
Melalui benda padat dekat bayi yang tidak berkontak
secara langsung dengan kulit bayi misalnya jendela pada
musim dingin karena itu bayi harus diselimuti
(Prawirohardjo, 2009).
b. Memfasilitasi kontak dini untuk pemberian ASI eksklusif dan
memperkuat ikatan batin bayi terhadap ibu, komposisi ASI tidak
sama dari waktu ke waktu, hal ini berdasarkan stadium laktasi,

200 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
komposisi ASI dibedakan menjadi 3 macam berdasarkan tabel
sebagai berikut:
Tabel Kandungan ASI
Kandungan Kolostrum Transisi ASI
Energi 57,0 63,0 65,0
Laktosa (gr/100 ml) 6,5 6,7 7,0
Lemak (gr/100 ml) 2,9 3,6 3,8
Protein (gr/100ml) 1,195 0,965 1.324
Mineral (gr/100ml) 0,3 0,3 0,2

Immunoglobuli: 335,9 - 119,6


Ig A (mg/100ml) 5,9 - 2,9
Ig G (mg/100 ml) 17,1 - 2,9
Ig M (mg/100 ml) 14,2 – 16,4 - 24,3 – 27,5
Litosinn (mg/100 ml) 420 - 520 - 250 – 270
Laktoferin
Sumber: (Jitowiyono & Kristiyanasari, 2010).

c. Memberi tahu tentang tanda-tanda bahaya yang harus dikenali


ibu antara lain:
(1)Pemberian ASI sulit, sulit mengisap atau lemah isapan.
(2)Kesulitan bernapas, pernapasan cepat atau menggunkan otot
tambahan.
(3)Bayi tidur terus-menerus tanpa bangun untuk minum ASI.
(4)Kulit kebiruan atau kuning, suhu terlalu panas dan terlalu
dingin.
d. Memberikan konseling pada ibu tentang perawatan tali pusat
biarkan tali pusat tetap dalam keadaan terbuka agar terkena

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 201
udara, lipatlah popok di bawah tali pusat jika tali pusat terkena
kotoran tinja, cuci dengan sabun dan air bersih dan keringkan
dengan benar.
Kunjungan Neonatus (KN) II : 3-7 Hari
(1)Menjaga tali pusat dalam keadaan bersih dan tetap kering.
(2)Menjaga kebersihan bayi.
(3)Pemeriksaan tanda bahaya seperti infeksi bakteri, ikterus,
diare, berat badan rendah dan masalah pemberian ASI.
(4)Memberikan ASI Bayi harus disusukan minimal 10-15 kali
dalam 24 jam dalam 2 minggu pascapersalinan.
Kunjungan Neonatus (KN) III: 8-28 Hari
(1)Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI
ekslusif pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan
bayi baru lahir di rumah dengan menggunakan buku KIA.
(2)Penanganan rujukan kasus bila diperlukan (Jitowiyono &
Kristiyanasari, 2010).

LATIHAN SOAL
1. Seorang bayi laki-laki baru saja lahir spontan aterm di BPM Ny.
Yuli. Kulit dan ekstremitas berwarna biru, tidak ada gerakan,
nadi 80 x/menit, napas megap-megap, ketuban bercampur
mekonium. Berat 2900 gr, PB 49 cm, suhu 360C. Apakah yang
menjadi faktor risiko bayi tersebut asfiksia?
a. Usia kehamilan
b. Usia ibu
c. Berat badan lahir <3000 gr
d. Ketuban mekonium
e. APGAR Skor <5

202 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
2. Seorang bayi laki-laki baru saja lahir spontan aterm di BPM Ny.
Yuli. Kulit dan ekstremitas berwarna biru, tidak ada gerakan,
nadi 80 x/menit, napas megap-megap, ketuban bercampur
mekonium. Berat 2900 gr, PB 49 cm, suhu 360C. Berdasarkan
data apa saja bayi dikatakan asfiksia?
a. Ketuban campur mekonium dan napas megap-megap
b. Napas megap-megap dan tidak ada gerakan
c. Warna kulit biru dan ketuban campur mekonium
d. Warna kulit dan ekstremitas kebiruan dan nilai APGAR
e. Napas megap-megap dan warna kulit
3. Seorang bayi laki-laki baru saja lahir spontan aterm di BPM Ny.
Yuli. Kulit dan ekstremitas berwarna biru, tidak ada gerakan,
nadi 80 x/menit, napas megap-megap, ketuban bercampur
mekonium. Berat 2900 gr, PB 49 cm, suhu 360C. Tindakan
apakah yang pertama harus dilakukan bidan?
a. Jepit tali pusat, kemudian potong, melakukan langkah awal
resusitasi (HAIKAP).
b. Keringkan bayi, jepit tali pusat, kemudian potong, langkah
awal resusitasi (HAIKAP).
c. Keringkan bayi, isap lendir, jepit tali pusat, potong, langkah
awal resusitasi (HAIKAP).
d. Isap lendir, keringkan bayi, jepit tali pusat, potong, langkah
awal resusitasi (HAIKAP).
e. Isap lendir, jepit tali pusat, kemudian potong, langkah
awal resusitasi (HAIKAP).
4. Seorang bayi laki-laki baru saja lahir spontan aterm di BPM Ny.
Yuli. Kulit dan ekstremitas berwarna biru, tidak ada gerakan,
nadi 80 x/menit, napas megap-megap, ketuban bercampur
mekonium. Berat 2900 gr, PB 49 cm, suhu 360C. Seorang ibu
umur 27 tahun baru saja melahirkan spontan di BPM kehamilan
cukup bulan, bayi menangis dengan kuat, warna kulit merah,
gerakan aktif. Bidan telah melakukan langkah awal

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 203
penatalaksanaan bayi asfiksia, namun bayi masih belum berhasil.
Tindakan apakah yang harus dilakukan bidan?
a. Memberi konseling pada keluarga
b. Melakukan pijat jantung
c. Segera melakukan rujukan
d. Meminta pertolongan/bantuan
e. Memberikan ventilasi
5. Seorang bayi laki-laki baru saja lahir spontan aterm di BPM Ny.
Yuli. Kulit dan ekstremitas berwarna biru, tidak ada gerakan,
nadi 80 x/menit, napas megap-megap, ketuban bercampur
mekonium. Berat 2900 gr, PB 49 cm, suhu 360C. Seorang ibu
umur 27 tahun baru saja melahirkan spontan di BPM kehamilan
cukup bulan, bayi menangis dengan kuat, warna kulit merah,
gerakan aktif. Bidan telah melakukan langkah awal
penatalaksanaan bayi asfiksia, Bayi menangis kuat dan gerakan
aktif. Tindakan apakah yang harus dilakukan bidan?
a. Menghisap lendir
b. Menyuntik Vit.K 0,1 mg
c. Mengikat tali pusat, IMD
d. Menghangatkan bayi di inkubator
e. Rawat gabung dengan ibunya

204 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
GLOSARIUM

1. Konsepsi: peristiwa bertemunya sel telur (ovum) dan sperma.


Peristiwa konsepsi terjadi di ampula.
2. Uri atau plasenta: organ yang menyediakan oksigen dan nutrisi
bagi bayi untuk melakukan pertumbuhan dan perkembangan
dalam kandungan.
3. Ekstraksi forsep: suatu persalinan buatan, janin dilahirkan
dengan cunam yang dipasang di kepalanya.
4. Prostaglandin: hormon yang berfungsi layaknya senyawa sinyal,
tetapi hanya bekerja di dalam sel.
5. His atau kontraksi: serangkaian kontraksi rahim yang teratur
karena otot-otot polos rahim yang bekerja dengan baik dan
sempurna secara bertahap.
6. Hipofisis: suatu kelenjar yang terletak di dasar tengkorak di
bawah hipotalamus yang memegang peranan penting dalam
sekresi hormon.
7. Ekstraksi vakum: persalinan janin di mana janin dilahirkan
dengan ekstraksi tekanan negatif pada kepalanya.
8. Canalis cervicalis: saluran serviks yang mempunyai bentuk yang
berkelok-kelok, disebabkan karena serviks dibentuk oleh anulus
cervicalis.
9. Diafragma pelvis: bagian dalam yang terdiri dari M. Levator Ani
& M. Pubococcygeus, M. Ileococcygeus & M. Ischiococcygeus.
10.Diafragma urogenetal: perineal fasciae otot-otot superficial.
11.Durasi (lama his): lamanya setiap his berlangsung dan
ditentukan dengan detik, misalnya 50 detik.
12.Inklinasi pelvis (miring panggul): sudut yang dibentuk dengan
horizon bila wanita berdiri tegak dengan inlet 55-60 derajat.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 205
13.Intensitas his: kekuatan his (kuat atau lemah).
14.Interval his: jarak antara his satu dengan his berikutnya,
misalnya his datang tiap 2-3 menit.
15.Power: kekuatan yang mendorong janin keluar. Kekuatan yang
mendorong janin keluar dalam persalinan ialah his, kontraksi
otot-otot perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari ligamen
dengan kerjasama yang baik dan sempurna.
16.Presentasi: dipakai untuk menentukan bagian janin yang ada di
bagian bawah rahim yang dijumpai pada palpasi atau pada
pemeriksaan dalam. Misalnya presentasi kepala, presentasi
bokong, presentasi bahu, dan lain-lain.
17.Pain Relief : mengurangi rasa sakit.
18.HIS (kontraksi uterus): kontraksi uterus karena otot-otot polos
rahim bekerja dengan baik dan sempurna dengan sifat-sifat:
kontraksi simetris, fundus dominan, kemudian diikuti relaksasi.
Pada saat kontraksi otot-otot rahim menguncup sehingga
menjadi tebal dan lebih pendek. Kavum uteri menjadi lebih kecil
mendorong janin dan kantong amnion ke arah bawah rahim dan
serviks.
19.Frekuensi his: jumlah his dalam waktu tertentu biasanya
permenit atau per 10 menit.
20.Sikap (habitus): menunjukkan hubungan bagian-bagian janin
dengan sumbu janin, biasanya terhadap tulang punggungnya.
Janin umumnya dalam sikap fleksi di mana kepala, tulang
punggung, dan kaki dalam keadaan fleksi, lengan bersilang di
dada.
21.Letak (situs): bagaimana sumbu janin berada terhadap sumbu
ibu misalnya, letak lintang di mana sumbu janin tegak lurus pada
sumbu ibu. Letak membujur di mana sumbu janin sejajar dengan
sumbu ibu, ini bisa letak kepala atau letak sungsang.

206 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
DAFTAR PUSTAKA

Ai Y. R., & Lia Y. (2012). Asuhan Kebidanan 4 (Patologi). Jakarta:


Trans Info Media.
Cunningham, FG. Obtetri William. Ed.21. Jakarta: EGC. 2012.
Derek L. & Jones. (2012). Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi Edisi .
Jakarta: Hipokrates
Fraser, Diane M. C., & Margaret A. (2012). Buku Ajar Bidan Myles.
Jakarta: EGC.
Hacker N., & F. George M. (2012). Esensial Obstetri Dan Ginekologi.
edisi bahasa Indonesia Jakarta: Hipokrates.
Hidayat, A.A., (2012). Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta:
Puku Kedokteran EGC.
Khumaira, M., (2012). Ilmu Kebidanan. I ed. Yogyakarta: Citra
Pustaka.
2012. Manajemen Komplikasi Kehamilan dan Persalinan, Jakarta :
ECG
Manuaba IBG. (2012). Pengantar Kuliah Obtetri. Jakarta: EGC.
Manuaba IBG. (2012) Ilmu kebidanan Penyakit Kandungan &KB
untuk Bidan. Jakarta. EGC.
Medforth, J. et al., (2012). Kebidanan Oxford Dari Bidan Untuk Bidan.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Muslihatun, W.N., Mufdlilah & Setiyawati, N. (2012). Dokumentasi
Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya.
Nurasiah, A., Rukmawati, A. & Laelatul, D.B. (2014). Asuhan
Persalinan Normal Bagi Bidan. Bandung: PT Refika Aditama.
Prawirohardjo, S. (2012). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Prawirohardjo, S. (2012). Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 207
Prawirohardjo, S. (2012). Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Sastrawinata, & R. Sulaiman. (2012). Obstetri Patologi, Fakultas
Kedokteran Universitas Padjajaran, Bandung : Elstar Offset.
Sylvia Verrals. (2012). Modul Hemoragi Post Partum, Jakarta : ECG.
Sumarah, Widyastuti, Y. & Wiyati, N. (2012). Perawatan Ibu Bersalin.
Yogyakarta: Fitramaya.
Sarwono Prawirohardjo. (2012). Ilmu Kebidanan Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Saifuddin, A.B., ed., (2012). Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Sulistiyawati, A. & Nugraheny, E. (2012). Asuhan Kebidanan pada
Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba Medika.
Wahyuni, S. (2012). Asuhan Neonatus, Bayi, & Balita. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sondakh, J.J.S. (2013). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru
Lahir. Jakarta: Erlangga.
Walyani, E.S. & Purwoastuti, E. (2015). Asuhan Kebidanan Persalinan
dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBPSP
http://adheanwaradhe.blogspot.com/2009/04/persalinan-dgn-
penyulit-kala-iii-dan-iv.html
http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/artikellengkap-
atonia-uteri_25.html
http://retensioplasenta.blogspot.com/2013/01/retensio-
plasenta.html
http://itatinastinawati16.blogspot.com/p/robekanjalan-lahir.html
http://susanasaklin.blogspot.com/2013/04/inversiouteri.html

208 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
LAMPIRAN 4. BIODATA KETUA DAN ANGGOTA TIM PENELITI

Peneliti Utama
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Sulis Diana, M.Kes.

2 Jenis Kelamin Perempuan

3 Jabatan Fungsional Lektor

4 NIK 220 250 022

5 NIDN 0724047301

6 Tempat dan Tanggal Lahir Jombang, 24 April 1973

7 e-mail Diana.sulis6@gmail.com

8 Nomor Telepon/ HP 082234209942

9 Alamat Kantor Poltekkes Majapahit


Jalan Raya Jabon Km 2
Mojoanyar Mojokerto

10 Nomor telepon/ fax 0321 329915

11 Lulusan yang telah dihasilkan D-3 : 4000 orang

12 Mata kuliah yang diampu 1. Pendidikan


Kesehatan
Reproduksi
2. Askeb Ibu II
(Persalinan)

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 209
A. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2
Nama Perguruan D-4 Stikes Husada UGM
Tinggi Jombang
Bidang Ilmu Kesehatan KIA Kespro
Masyarakat
Tahun Masuk-Lulus 2008-2009 2004-2006
Judul Skripsi Hubungan Hubungan Strie
Amniotomy dengan Gravidarum
Lama Kala I Aktif di dengan
RB Muslimat Desa Kejadian
Selorejo Mojowarno Laserasi pada
Perineum
Nama Pembimbing Suliah Hadi,M.M. Prof. M.Hakimi

B. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir


No Tahun Judul Pendanaan
Penelitian
Sumber Jumlah
1 2016 The Influence of Hibah Rp50.000,00
Breathing Dosen
Relaxation to
The Decreasing
of Mother’s
Blood Presure
with
Hipertension in
RSUD dr.
Wahidin
Sudirohusodo
Mojokerto dan
Puskesmas
Gayaman

210 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
2 2015 Pengaruh Poltekkes Rp5.000.000,0
Pemakaian KB Majapahit 0
Hormonal Mojokerto
(Oral, Suntik,
Implan)
Terhadap
Peningkatan Ph
Saliva di
Rumah Sakit
Muslimat Desa
Selorejo Kec.
Mojowarno
Kab. Jombang
3 2013 Pengaruh DIKTI Rp13.500.000,
Yogurt, Teh 00
Rosella dan
Napas dalam
terhadap
Penurunan
Tekanan Darah
pada Ibu Hamil
di RSUD dr.
Wahidin
Sudirohusodo
Mojokerto
5 2013 Pengaruh Jus Dikti Rp13.000.000,
Pisang Hijau 00
dan Air Kelapa
terhadap
Penurunan
Tekanan Darah
Pada Lansia di
Panti Wreda
Mojokerto.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 211
C. Pengalaman Pengabdian Masyarakat Dalam 5 Tahun
Terakhir
Judul Pendanaan
Pengabdian
No Tahun
Kepada Sumber Jumlah
Masyarakat
Pendampingan
Dana dari
dalam Program
Surat Tugas Provinsi Jawa
GEBRAK
Nomor: 856 Timur dan
2015- (Gerakan
1 /ST- Dinas
2016 Bersama
PKM/IV.b/2 Kesehatan
Amankan
015 Kab.
Kehamilan dan
Mojokerto
Persalinan)
Pembicara
dalam
Pendidikan dan
2 2015
Pelatihan
Tentang KB
Permanen.
3 2015 Penyuluhan Poltekkes Rp2.000.000,0
tentang ASI Majapahit 0
Eksklusif di
Desa Sooko Kec.
Sooko.
4 2016 Pelatihan Poltekkes Rp2.000.000,0
Perawatan Tali Majapahit 0
Pusat di Desa
Gemekan Sooko
Mojokerto.
5 2016 Konsultasn Poltekkes Kerja sama
Tingkat Majapahit dengan TK
Kesehatan dan Islam Al
Tumbang ANAK Kholifa
TK.

212 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
6 2016 MEMBANTU Surat Tugas Program
Pelaksanaan Nomor: 241 Bersama
Program PIN /ST- Puskesmas
2016 di PKM/IV.b/2 Sooko
Puskesmas 016
Sooko.
7 2017 Revitalisasi Puskesmas
Posyandu di Sooko
Sooko

D. Publikasi Artikel Ilmiah dalam Jurnal 5 Tahun Terakhir


No Judul Nama Volume/ Nomor/ Tahun
Artikel Jurnal
Ilmiah
1 Efektivitas Jurna Jurnal Ilmiah Kesehatan
Jus Pisang lIlmiah “Hospital Majapahit Vol. 7 No. 1
dan Air Kesehata Hal. 1-10 ISSN 2085-0204”
Kelapa Muda n
Download :
terhadap “Hospital
http://ejurnalp2m.poltekkesm
Tensi Lansia Majapahi
ajapahit.ac.id/index.php/HM/a
Penderita t”
rticle/viewFile/19/19
Hipertensi.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 213
2 Pengaruh Jurna Jurnal Ilmiah Kesehatan “Jurnal
Terapi non lIlmiah Penelitian Kesehatan ” Vol 13.
Farmakology Kesehata No.1 (2016) Download dari:
Yogurt n “Jurnal http://ejournal.stikes-
terhadap Penelitia ppni.ac.id/index.php/keperawa
penurunan n” tan-bina-
Tekanan sehat/article/view/261
darah ibu
hamil
hipertensi di
Puskesmas
Gayaman
Kec.
Gayaman
Kab.

3 Senam Otak e-Jurnal e-Jurnal Keperawatan


Meningkatka Keperaw Poltekkes Surabaya. Vol.9. No.3
n Prestasi atan (2016).
Belajar Anak Poltekkes
ISSN: 2407-8999
Usia Surabaya
Prasekolah Web:
4-6 tahun. http://journal.poltekkesdepkes
-
sby.ac.id/index.php/KEP/issue
/view/65

214 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
4 Pengaruh Jurnal Jurnal Kebidanan Akbid Ar-
Permainan Kebidana Rahma “Health Sciences
Origami n Akbid Journal” Vol 1 No.2.
terhadap Ar-
Perkembang Rahma
an Motorik “Health Web:
Halus pada Sciences” http://repository.poltekkesmaj
Anak Paud apahit.ac.id/index.php/pd/artic
Umur 3-4 le/view/837/638
Tahun di TK
Al-Kholifa
Desa
Selorejo Kec.
Mojowarno
Kab.
Jombang

5 Brain Gym Internati International Journal–of


Increase onal Information Research and
Rough and Journal – Review Vol.04, Issue 04,
Fine Motor of
Development Informati
in Pre School on Web:
Children Research
http://www.ijirr.com/brain-
Ages 4-6 and
gym-increase-rough-and-fine-
year In NU Review
motor-development-pre-
Darul Huda’s Vol.04,
school-children-ages-4-6-year-
Kinder Issue 04,
nu-darul-hudas
Garten
Mojokerto
Indonesia.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 215
E. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 5
Tahun Terakhir

Nama
Pertemuan Waktu dan
No Judul Artikel Ilmiah
Ilmiah/ Tempat
Seminar

1 Seminar Pengaruh Napas Prociding The 1


internasion Dalam terhadap th International
al unej Penurunan Tekanan Nursing
Darah Ibu Hamil Conference. .
Hipertensi di RSUD dr. ISBN: 978-
Wahidin 602=9030-57-0.
Sudirohusodo
Mojokerto

2 UII Pengaruh Pemakaian Prociding


KB Hormonal seminar
(Oral,Suntik, Implan) kesehatan
terhadap Peningkatan nasional seri -5”
PH Saliva di Rumah menuju
Bersalin Muslimat Masyarakat
desa Selorejo, Kec. madani dan
Mojowarno kab. lestari.
Jombang.
ISBN: 978-602-
71803-1-4.
Web:
http://dppm.uii.
ac.id/index.php
/2015/12/27/s
eminar-
nasional-seri-5-
menuju-
masyarakat-
madani-dan-
lestari/

216 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
3 Unwahas Terapi Non Prociding
Farmakology Seduhan Seminar Sains
teh Rosella terhadap dan Technology
Penurunan Tekanan ke-7 tahun
Darah Ibu Hamil 2016.
Hipertensi di
ISBN: 978-602-
Puskesmas Gayaman
99334-5-1 dan
Kab. Mojokerto
e-ISBN: 978-
602-99334-6-8.
Web:
http://publikasi
ilmiah.unwahas.
ac.id/index.php
/PROSIDING_SN
ST_FT/article/vi
ew/1476/1560

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 217
4 Unwahas Dukungan Keluarga Prociding
dengan Pelaksanaan Seminar Sains
Inisiasi Menyusu Dini dan Technology
pada Ibu Post Partum ke-7 tahun
di BPS Sri Sulasmiati 2016.
Desa Wonoayu Pilang
ISBN: 978-602-
Kenceng Madiun
99334-5-1 dan
e-ISBN: 978-
602-99334-6-8.
Web:
http://publikasi
ilmiah.unwahas.
ac.id/index.php
/PROSIDING_SN
ST_FT/article/vi
ew/1475/1559

5 UNS The Effect of Brain Internasional


Gym on The Conference
Development of Fine, Publik Health
Rought Motorik and UNS.
Learning Achievement
ISBN: 978-602-
to The Toddler.
71484-1-3.
Web:
http://repositor
y.poltekkesmaja
pahit.ac.id/inde
x.php/pd/articl
e/view/836/63
7

218 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
F. Karya Buku dalam 5 Tahun Terakhir
No Judul Buku Tahun Jumlah Penerbit
Halaman
1 Brain Gym Stimulasi 2016 124
Perkembangan Anak
PAUD I

2 Model Asuhan Kebidanan 2017 122


Continuity of Care
3 Askeb Kehamilan dengan 2016 132
Risiko Tinggi Hipertensi

Semua data yang isikan dan tercantum dalam biodata ini


adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Dan
apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan
kenyataaan, saya sanggup menerima risiko.
Demikian biodata ini saya buat sebenarnya untuk memenuhi
persyaratan sebagai salah satu syarat pengajuan hibah Pengabdian
Masyarakat Tahun 2018.
Mojokerto, 15 Februari 2018
Peneliti

Sulis Diana, M.Kes.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 219
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Anggota 1
01. Nama : ERFIANI
MAIL, S.ST.,
SKM., M.Kes.
02. NIP/NIY : 220 250 057
03. Program Studi : PRODI D-III
KEBIDANAN
04. Tempat/tanggal lahir : AMBON, 5
JULI 1976
05. Agama : ISLAM
Jenis Kelamin : PEREMPUAN
06. Pangkat/Golongan/ :
terhitung mulai tanggal :
07. Jabatan Struktural Akademik
(Asisten Ahli, Lektor, dll) :
08. Alamat kantor : JLN. RAYA
GAYAMAN
KM.02
MOJOANYAR,
MOJOKERTO
No. Telpon/Fax/HP : (0321)
329915
E-mail :
09. Alamat rumah : JL. NANGKA
No. 44 RT 001
RW 004
KELURAHAN
WATES
KECAMATAN
MAGERSARI

220 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
No. Telpon/fax/HP : 08123085081
1/085731327
673
10. Keluarga : :
Tanggal
Nama
Lahir
Istri/Suami : BEKTI 22-11-
SUPRAPTO 1973
Anak 1 : MUHAMMAD 18-04-
RAFIF CHIZHI 2012
SUPRAPTO
Anak 2 :
Anak 3 :
Anak 4 :

11. Judul Penelitian terakhir : Karakteristik


Pekerjaan
Terhadap
Keberhasilan ASI
Eksklusif
Tahun : 2017
12. Karya terpenting :
Tahun :
13. Penghargaan :
Tahun :

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 221
14. Riwayat Pendidikan

D-4 S-1 S-2

Nama UNIVERSITAS STIKES UNAIR


Perugura PADJADJARAN MAJAPAHIT SURABAYA
n Tinggi BANDUNG MOJOKERTO
Bidang D-4 S-1 S-2 ILMU
Ilmu KEBIDANAN KESEHATAN KESEHATAN
PENDIDIK MASYARAKAT MASYARAKAT
MINAT
EPIDEMIOLOG
I
Tahun 2006 2009 2014
Masuk
Tahun 2007 2011 2016
Lulus
Judul HUBUNGAN PENGARUH FAKTOR
Skripsi MOTIVASI MUSIK KLASIK YANG
/Tesis BELAJAR MOZART MEMENGARU
/Disertas DENGAN HASIL TERHADAP HI
i BELAJAR MATA PENURUNAN KEBERHASILA
PELAJARAN TEKANAN N ASI
OBSTETRI DARAH PADA EKSKLUSIF
MAHASISWA IBU HAMIL PASCAKELUA
DIII TRIMESTER II R DARI
KEBIDANAN DAN III DI TEMPAT
JALUR UMUM WILAYAH BERSALIN DI
SEMESTER III KERJA PUSKESMAS
DI POLTEKKES PUSKESMAS KEDUNDUNG
MAJAPAHIT BABAT KOTA
MOJOKERTO LAMONGAN MOJOKERTO
TAHUN 2006 TAHUN 2011
Nama- 1. Prof. 1. Hendry 1. Dr. Hari
nama Hidayat Sudiyanto, Basuki N, dr.,

222 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
Pembim Wijayanegara, M.Kes. M.Kes.
bing/ dr., SpOG (K)
2. Eka Diah 2. Oedojo
Promoto
2. Ono Kartiningrum, Soedirham,
r
Suryatmana, dr., SKM. dr., MPH., MA.,
SpOG PhD.

15. Pengalaman Mengajar


a. Mata kuliah yang diampu pada lima tahun terakhir (2012-2017)
SKS Tahun
Nama mata Tempat
No Sem Sem Ajara
kuliah Mengajar
Gasal Genap n

ASUHAN D-3
KEBIDDANA Kebidanan
2011/
1 N √ Poltekkes
2012
PERSALINA Majapahit
N
D-3
PROMOSI 2011/ Kebidanan
2 √
KESEHATAN 2012 Poltekkes
Majapahit
D-3
KONSEP 2012/ Kebidanan
3 √
KEBIDANAN 2013 Poltekkes
Majapahit
ASUHAN D-3
KEBIDANAN 2012/ Kebidanan
4 √
PERSALINA 2013 Poltekkes
N Majapahit
KOMUNIKAS D-3
2012/
5 I √ Kebidanan
2013
KONSELING Poltekkes

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 223
Majapahit
D-3
KESEHATAN
2013/ Kebidanan
6 MASYARAKA √
2014 Poltekkes
T
Majapahit
ASUHAN D-3
KEBIDANAN Kebidanan
2013/
7 PERSALINA √ Poltekkes
2014
N BAYI Majapahit
BARU LAHIR
D-3
DELIVERY
2013/ Kebidanan
8 PREPORATI √
2014 Poltekkes
ON
Majapahit
D-3
ASUHAN
2013/ Kebidanan
9 KEBIDANAN √
2014 Poltekkes
KEHAMILAN
Majapahit
D-3
KESEHATAN
2013/ Kebidanan
10 MASYARAKA √
2014 Poltekkes
T
Majapahit
D-3
KEBUTUHA
2016/ Kebidanan
11 N DASAR √
2017 Poltekkes
MANUSIA
Majapahit
D-3
ASUHAN
2016/ Kebidanan
12 KEBIDANAN √
2017 Poltekkes
KOMUNITAS
Majapahit
D-3
KEWIRAUSA 2016/ Kebidanan
13 √
HAAN 2017 Poltekkes
Majapahit

224 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
√ D-3
ETIKA DAN 2016/ Kebidanan
14
AGAMA 2017 Poltekkes
Majapahit
METODELOG √ D-3
I Kebidanan
PENELITIAN 2016/ Poltekkes
15
DAN 2017 Majapahit
STATISTIK
DASAR

16. Daftar penelitian yang telah dilakukan dalam lima


tahun terakhir (2012-2017)
Judul Keanggo Sumber Besar Tahun
No.
Tulisan taan Dana* Dana Ajaran
Faktor-
Faktor yang
Berhubunga
n Dengan
Lama Kala II
Di BPS Sri
1 Mandiri Lembaga 2010
Wahyuni
Amd. Keb.
Desa
Melirang
Bungah
Gresik

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 225
Pengaruh
Karakteristik
Keluarga dan
Pola Asuh
Anak
2014
Terhadap
Sibling
Rivalry Pada
Balita Usia
2 Mandiri Dikti
TODLER
(Studi di
Wilayah
Kerja
Puskesmas
Putat
Kecamatan
Tanggulangi
n Sidoarjo)
Pengaruh 2016
Jam Kerja
Terhadap
Keberhasilan
3 ASI Eksklusif Mandiri Lembaga
di
Puskesmas
Kedundung
Mojokerto
Status 2016
Pekerjaan
Ibu dengan
Pemberian
Susu
4 Formula Mandiri Lembaga
Pada Bayi
Usia 0-6
Bulan di
Desa
Wonosari

226 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
Kecamatan
Ngoro-
Mojokerto
Penatalaksa 2016
naan Awal
Kejang
Demam Pada
5 Anak di Poli Mandiri Lembaga
Anak Rumah
Sakit
Bhayangkara
Surabaya
Karakteristi 2017
k Pekerjaan
6 Terhadap Mandiri Lembaga
Keberhasilan
ASI Eksklusif

*Diknas, institusi luar Diknas, institusi luar negeri, biaya sendiri,


institusi yang bersangkutan.

17. Daftar Publikasi pada lima tahun terakhir (2012-2017)


Dipublikasikan
Pada Tahu
Seminar/Prosid Penulis
n
No. Judul Publikasi ing/Jurnal Utama/
Ajara
Kedua
(Tk. Nasional/ n
Internasional)
Faktor-Faktor JURNAL
yang HOSPITAL 2010/
1 UTAMA
Berhubungan MAJAPAHIT VOL 2011
dengan Lama 2 NO 3

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 227
Kala II Di BPS NOVEMBER 2011
Sri Wahyuni
Amd. Keb. Desa
Melirang
Bungah Gresik
Pengaruh Jam JURNAL
Kerja Terhadap HOSPITAL
Keberhasilan MAJAPAHIT VOL
2016/
2 ASI Eksklusif di 9 NO 1 UTAMA
2017
Puskesmas FEBRUARI 2017
Kedundung
Mojokerto Puskesmas Kedundung Mojokerto
Status JURNAL
Pekerjaan Ibu KEPERAWATAN
dengan MALANG VOL 2 2016/
3 UTAMA
Pemberian Susu NO 1 JUNI 2017 2017
Formula Pada
Bayi Usia 0-6 Bulan Di Desa Wonosari Kecamatan
Penatalaksanaa JURNAL
n Awal Kejang HOSPITAL
Demam pada MAJAPAHIT VOL
Anak di Poli 9 NO 2 2016/
4 UTAMA
Anak Rumah NOVEMBER 2017 2017
Sakit
Bhayangkara
Surabaya
Karakteristik PROSIDING
Pekerjaan SEMINAR
Terhadap NASIONAL HASIL
Keberhasilan PENELITIAN
2017-
5 ASI Eksklusif DAN UTAMA
2018
PENGABDIAN
MASYARAKAT
SERI KE-1
TAHUN 2017

228 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
18. Daftar kegiatan seminar ilmiah/ lokakarya/ penataran/
workshop/ pagelaran/ pameran/ peragaan pada lima
tahun terakhir (2012-2017)

Jenis Partisipasi
Nama Tempat Waktu
No Pesert
Kegiatan Kegiatan Kegiatan Penyaji
a
Seminar Auditoriu 14 Juli √
kebidana m 2012
n Polteekke
“Tatalaks s
ana Majapahit
Kegawatd Mojokert
aruratan o
Pra dan
PascaPers
1
alinan
Serta
Tren
Busana
dan Jilbab
dalam
Etika
Pelayana
n”
Seminar Gedung 20 Oktober √
Kesehata Dharma 2012
n “Cardio- SPN
2
Obstetri Mojokert
dan o
Psikologi”
Seminar Gedung 9 Januari √
Kebidana Pararel 2013
3
n Poltekkes
“Fertilisas Majapahit

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 229
i dan Bayi
Tabung”
Seminar Gedung 26 januari √
Kesehata Pararel 2013
n Poltekkes
“Refresh Majapahit
ment of
4
Research
Methods
for
Civities
Academy”
Seminar Auditoriu 22 Juni √
Kebidana m 2013
n “Dalam Poltekkes
5
Rangka Majapahit
HUT IBI
ke 62”
Seminar Auditoriu 26 Oktober
Kesehata m STIKES 2013
n Bina
“Strategi Sehat
Penuruna PPNI
n Mojokert
Kematian o
Ibu, Peran
6
Bidan di
Era BPJS,
dan
Sosalisasi
Jaminan
Kesehata
n
Nasional”
Seminar Auditoriu 20 Januari √
7
Preparing m 2014

230 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
Helthy Poltekkes
Aging Majapahit
Workshop Sekretari 24-25 √
Manajem at IBI Maret 2014
en Cabang
Asfiksia Mojokert
8 dan o
Kesehata
n
Reproduk
si
Workshop Fakultas 11 April √
Penulisan IKM 2015
9
Jurnal UNAIR
Ilmiah
Capacity Fakultas 28 √
Building IKM November
10
Mahasisw UNAIR 2015
a S-2 IKM
Pendampi Fakultas 30 √
ngan IKM November
Perancan UNAIR 2015
11
gan
Penelitian
Kualitatif
Seminar Hall 14 Maret √
Kebidana Almas 2015
n Muscab resto
VI IBI Mojokert
Cab. o
12 Kab.Mojo
kerto
“Kepemi
mpinan
Dari Hati
dalam

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 231
rangka
Penguata
n Profesi
Bidan”
Bakti Surabaya 1 Juli- 30 √
Sosial September
Pelayana 2015
n KB
(IUD,
Implant)
&
13 Pelayana
n IVA
Dalam
Rangka
HUT IBI
Ke-64
Tahun
2015
Seminar Conventio 28 Agustus √
Sehari n Hall, De 2015
HUT IBI Resort
Ke 64 Hotel
Tahun
2015 “
Bidan
mengawa
l 1.000
14
Hari
Pertama
Kehidupa
n
Mewujud
kan
Generasi
Berkualit
as”

232 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
Worksho Aula KPP 22 Oktober √
p Pratama 2015
Pelayana Mojokert
n o
keehatan
Ibu dan
Anak
15
Terpadu
Serta
Kewajiba
n
Perpajaka
n Bagi
Bidan
Seminar Conventio 23 April √
Kebidana n Hall, De 2016
n Resort
“Penguata Hotel
n Peran
Bidan
Dalam
Pemberd
ayaan
Perempu
an dan
16
Keluarga
Untuk
Menduku
ng
Pencapaia
n SDG’s
(SUSTAIN
ABLE
DEVELOP
MENT
GOALS)

17 Seminar Aula 19 Oktober √


Update on sidang A

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 233
Managem Fakultas 2016
ent of Kedokter
Pre/Ecla an UNAIR
mpsia
Mini Conventio 13 √
Simposia n Hall, De November
18
2016 Resort 2016
Hotel
Seminar Hotel 19 √
kesehatan Raden November
“Strategi Wijaya 2016
Komunik Mojokert
asi o
Kesehata
n Dalam
19
Menghad
api
Masyarak
at
Ekonomi
ASEAN
(MEA)
Pelatihan P2KT 19-23 √
Standardi Surabaya Desember
sasi 2016
Penagana
n Gawat
20
Darurat
Obstetri
Neonatal
(PPGDON
)
Worksho Stikes 28-29 √
21 p Majapahit November
Penyusun 2017
an Buku

234 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
Ajar

19. Daftar kegiatan pengabdian masyarakat pada lima


tahun terakhir (2012 – 2017)
Wakt
Nama Tempat Sumber Besar u
No
Kegiatan Kegiatan Dana* Dana Kegiat
an
Memberi 3 Juni
kan 2013
Penyuluh Desa
an Dawar Rp1.500.
1 Kontrase Blandong Lembaga
000,00
psi Pada
PUS

Memberi 4 Juni
kan 2013
Penyuluh
an
Deteksi Desa
Dini Pulorejo Rp2.000.
2 Lembaga
Risiko 000,00
Tinggi
Pada Ibu
hamil

Memberi Desa 4
kan Kaligoro Febua
Penyuluh Kecamata Rp1.500. ri
3 an n Lembaga 2014
000,00
Imunisasi Kutorejo

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 235
Memberi Nove
kan mber
Pelayana 2016-
Desa
n Rp1.500. Januar
4 Karangjer Lembaga
“Kesehata 000,00 i 2017
uk
n
Reproduk
si”
Bakti Wilayah 5 Mei-
Sosial Kerja 5 Juli
Pelayana PKM Puri, 2017
Rp1.500.
5 n KB PKM Lembaga
000,00
MKJP & Gayaman,
pelayana PKM
n IVA Bangsal
Pendidik Agust
an dan us-
Pelatihan Desa Oktob
Rp2.700.
6 Upaya Karangjer Lembaga er
000,00
Peningkat uk 2017
an Gizi
Ibu Hamil
Memberi Febua
kan ri-Juli
Pelayana 2018
n
Desa Rp3.000.
7 Kesehata Lembaga
Gayaman 000,00
n Hidup
Sehat
dengan
Lansia
*Diknas, institusi luar Diknas, institusi luar negeri, biaya sendiri,
institusi yang bersangkutan.

20. Daftar karya ilmiah lainnya atas nama jurusan/fakultas

236 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
selama lima tahun terakhir(2012-2017)
Jenis
(Buku*, Diktat Tahun
No Judul Tempat/P
Kuliah, Terbit
enerbit
Modul/Handout,
Makalah**)
1 Kesehatan Buku Ajar Kekata 2017
Masyarakat Publisher
Untuk
Kebidanan
2
3
Buku*: Buku yang dicetak oleh penerbit
Makalah**: Makalah Ilmiah Populer untuk surat kabar/majalah
21. Daftar kegiatan lain-lain (pengalaman organisasi,
profesional, keanggotan, dll) pada lima tahun terakhir
(2012-2017)

Nama Posisi dalam


No Periode
Organisasi Organisasi

IBI Kab. Anggota Ranting 2013-2018


1
Mojokerto Institusi
2
Mojokerto, 15 Februari 2018
Tanda tangan dosen yang bersangkutan

Erfiani Mail, S.ST., SKM., M.Kes


NIP/NIK. 220 250 057

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 237

Anda mungkin juga menyukai