DISUSUN OLEH :
1. Yayu Afriani
2. Fifin Puspa Nurjanah
3. Riska Afrilina D
4. Puspa Tri Rahayu
5. Prayugo Widianto
6. Nur Saiwan
7. Ahmad Khasanul Azis
4. Pijat Oksitosin
Oksitosin (Oxytocin) adalah salah satu dari dua hormone yang dibentuk
oleh sel-sel neuronal nuclei hipotalamik dan disimpan dalam lobus posterior
pituitary, hormone lainnya adalah vasopressin. Ia memiliki kerja mengontraksi
uterus dan menginjeksi ASI (Suherni, Hesty & Anita, 2009).
ASI diproduksi atas hasil kerja gabungan antara hormon dan refleks.
Selama kehamilan, perubahan pada hormon berfungsi mempersiapkan jaringan
kelenjar susu untuk memproduksi ASI. Segera setelah melahirkan, bahkan mulai
pada usia kehamilan 6 bulan akan terjadi perubahan pada hormon yang
menyebabkan payudara mulai memproduksi ASI. Pada waktu bayi mulai
menghisap ASI, akan terjadi dua refleks pada ibu yang akan menyebabkan ASI
keluar pada saat yang tepat dan jumlah yang tepat pula (Bobak, 2005). Dua
refleks tersebut adalah :
1) Refleks Prolaktin
Refleks pembentukan atau produksi ASI. Rangsangan isapan bayi melalui
serabut syaraf akan memacu hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon
prolaktin ke dalam aliran darah. Prolaktin memacu sel kelenjar untuk sekresi ASI.
Makin sering bayi menghisap makin banyak prolaktin dilepas oleh hipofise,
makin banyak pula ASI yang diproduksi oleh sel kelanjar, sehingga makin sering
isapan bayi, makin banyak produksi ASI,sebaliknya berkurang isapan bayi
menyebabkan produksi ASI kurang. Mekanisme ini disebut mekanisme “supply
and demand”. Efek lain dari prolaktin yang juga penting adalah menekan fungsi
indung telur (ovarium). Efek penekanan ini pada ibu yang menyusui secara
eksklusif adalah memperlambat kembalinya fungsi kesuburan dan haid. Dengan
kata lain, memberikan ASI eksklusif pada bayi dapat menunda kehamilan.
2) Refleks oksitosin
Reflek pengaliran atau pelepasan ASI (let down reflex) setelah diproduksi
oleh sumber pembuat susu, ASI akan dikeluarkan dari sumber pembuat susu dan
dialirkan ke saluran susu. Pengeluaran ASI ini terjadi karena sel otot halus di
sekitar kelenjar payudara mengerut sehingga memeras ASI untuk keluar.
Penyebab otot-otot itu mengerut adalah suatu hormon yang dinamakan oksitosin.
Rangsangan isapan bayi melalui serabut syaraf memacu hipofise posterior untuk
melepas hormon oksitosin dalam darah. Oksitosin memacu sel-sel myoepithel
yang mengelilingi alveoli dan duktus untuk berkontraksi, sehingga mengalirkan
ASI dari alveoli ke duktus menuju sinus dan puting. Dengan demikian sering
menyusui penting untuk pengosongan payudara agar tidak terjadi engorgement
(payudara bengkak), tetapi justru memperlancar pengaliran ASI.
Selain itu oksitosin berperan juga memacu kontraksi otot rahim, sehingga
mempercepat keluarnya plasenta dan mengurangi perdarahan setelah persalinan.
Hal penting adalah bahwa bayi tidak akan mendapatkan ASI cukup bila hanya
mengandalkan refleks pembentukan ASI atau refleks prolaktin saja. Ia harus
dibantu refleks oksitosin. Bila refleks ini tidak bekerja maka bayi tidak akan
mendapatkan ASI yang memadai, walaupun produksi ASI cukup. Refleks
oksitosin lebih rumit dibanding refleks prolaktin. Pikiran, perasaan dan sensasi
seorang ibu akan sangat mempengaruhi refleks ini.
Perasaan ibu dapat meningkatkan dan juga menghambat pengeluaran
oksitosin. Hormon ini akan menyebabkan sel-sel otot yang mengelilingi saluran
pembuat susu mengerut atau berkontraksi sehingga ASI terdorong keluar dari
saluran produksi ASI dan mengalir siap untuk dihisap oleh bayi. Pijat oksitosin
merupakan salah satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran produksi ASI. Pijat
oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai
tulang costae kelimakeenam dan merupakan usaha untuk merangsang hormon
prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan (Biancuzzo, 2003; Indiyani, 2006;
Yohmi &Roesli, 2009).
Pijat oksitosin ini dilakukan untuk merangsang refleks oksitosin atau let
down reflex. Selain untuk merangsang let down reflex manfaat pijat oksitosin
adalah memberikan kenyamanan pada ibu, mengurangi bengkak (engorgement),
mengurangi sumbatan ASI, merangsang pelepasan hormone oksitosin,
mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit (Depkes RI, 2007; King,
2005).
Persiapan ibu sebelum dilakukan pijat oksitosin :
1) Bangkitkan rasa percaya diri ibu (menjaga privacy)
2) Bantu ibu agar mempunyai pikiran dan perasaan baik tentang bayinya
Alat –alat yang digunakan :
1) 2 buah handuk besar bersih
2) Air hangat dan air dingin dalam baskom
3) 2 buah Waslap atau sapu tangan dari handuk
4) Minyak kelapa atau baby oil pada tempatnya
Langkah-langkah melakukan pijat oksitosin sebagai berikut
(Depkes RI, 2007) :
a. Melepaskan baju ibu bagian atas
b. Ibu miring ke kanan maupun ke kiri, lalu memeluk bantal atau bisa juga
dengan posisi duduk
c. Memasang handuk
d. Melumuri kedua telapak tangan dengan minyak atau baby oil
e. Memijat sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu dengan menggunakan
dua kepalan tangan, dengan ibu jari menunjuk ke depan
f. Menekan kuat-kuat kedua sisi tulang belakang membentuk
gerakangerakan melingkar kecil-kecil dengan kedua ibu jarinya
g. Pada saat bersamaan, memijat kedua sisi tulang belakang ke arah bawah,
dari leher ke arah tulang belikat, selama 2-3 menit
h. Mengulangi pemijatan hingga 3 kali
i. Membersihkan punggung ibu dengan waslap air hangat dan dingin secara
bergantian.
BAB III
METODE PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah Ibu post partum yang bersalin pada
post partum setelah ibu dapat melakukan kegiatan secara mandiri. Metode
pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah Aksidental sampling.
Selama penelitian didapatkan jumlah sampel sebesar 7 perlakuan dan 7 kontrol,
sehingga jumlah keseluruhan sampel 14 orang ibu post partum.
Adapun kriteria sampel adalah sebagai berikut:
a. Kelompok kasus/perlakuan, yaitu ibu post partum yang diberikan perlakuan
yaitu melalui pemijatan oksitosin
b. Kelompok control, yaitu ibu post partum primigravida yang tidak diberikan
perlakuan yaitu tidak dilakukan pemijatan oksitosin.
Pengumpulan data dengan menggunakan lembar observasi, lembar chek list
dan panduan pijat oksitosin. Observasi meliputi melihat data hasil observasi
keadaan ibu setelah dilakukan pijat oksitosin dan jumlah colostrum yang
dikeluarkan melalui payudara ibu post partum dan untuk mengukur pijat oksitosin
peneliti menggunakan panduan pijat oksitosin.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN