Dibuat Oleh :
Bd.DH.016
Kediri
Tahun 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
PERSALINAN KALA II
1. Definisi
Persalinan adalah serangakain kejadian yang berakhir dengan peneluaran bayi
yang cukup bulan atau hampircukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan
selaput janin dari tubuh Ibu. (Obstetri Fisiologi, 221).
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi janin dan yang
dapat hidup di dunia luar darirahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain.(Rustam,
Mochtar, 1998).
Persalinan kala II adalah dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10
cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi.(Buku Acuan APN, Revisi 2007 hal 3 – 2).
Persalinan Kala II (kala pengeluaran) dimulai dari pembukaan lengkap sampai
lahirnya bayi. (Obstetri Fisiologi UNPAD, hal 224).
Persalinan Kala II persalinan adalah keadaan Ibu berada pada pembukaan
lengkap dan siap untuk melahirkan bayinya (Buku Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, hal : 3).
2. Fisiologi
a. Tanda – tanda Kala II.
1) Ibu merasa ada dorongan kuat dan menekan.
2) Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina.
3) Perinium tampak menonjol.
4) Vulva dan spingter Ani membuka.
3. Perubahan – Perubahan Pada Kala II :
Ibu akan mengalami perubahan – perubahan pada tubuhnya, diantaranya :
a. Perubahan Tekanan Darah.
Tekanan darah meningkat selama kehamilan, kenaikan sistolik rata – rata
sebesar 10 – 20 mmHG, Diastolik 5 – 10 mmHg, tekanan darah turun di antara
kontraksi. Hindari posisi terlentang, karena akan mengganggu sirkulasi darah dan
janin dapat asfiksia.
b. Perubahan Fisiologis.
Metabolisme aerob atau anaerob karbohidrat akan naik.
Kenaikan ini disebabkan karena cemas serta kegiatan otot kerangka tubuh.
Kenaikan metabolisme ini ditandai dengan kenaikan suhu, denyut nadi,
pernafsan, kardiak out put dan kehilangan cairan.
c. Perubahan Suhu Badan.
Suhu badan meningkat selama persalinan dan setelah melahirkan.
Kenaikan suhu tidak boleh melebihi 0,5 – 1 C.
Kenaikan suhu yang berlangsung lama diindikasikan adanya dehidrasi.
d. Denyut Jantung.
Denyut jantung naik saat kontraksi.
Penurunan denyut jantung tidak terjadi jika Ibu dalam posisi miring.
Denyut jantung sedikit lebih tinggi di antara Kontraksi.
Denyut jantung yang sedikit naik merupakan keadaan yang normal, meskipun
normal perlu dikontrol secara periode untuk mengidentifikasi adanya infeksi.
e. Perubahan Pernafasan
Pernafasan terjadi kenaikan dibanding sebelum persalinan.
Kenaikan pernafasan disebabkan karena adanya rasa nyeri. Kekhawatiran serta
penggunaan teknik pernafasan yang tidak benar.
f. Perubahan Renal
Poly urine sering terjadi selama persalinan, hal ini disebabkan oleh kardial
output yang meningkat dan Filtrasi glomerulus.
Kandung kencing harus sering dikontrol (2 jam) yang bertujuan agar tidak
menghambat penurunan bagian terendah janin dan trauma pada kandung
kemih serta menghindari retensi urine setelah melahirkan.
g. Perubahan Gastrointestinal
Kemampuan pergerakan gastrik serta penyerapan makanan pada berkurang
menyebkan pencernaan hampir terhenti selama persalinan sehingga
menimbulkan konstipasi.
Ibu dianjurkan tidak makan atau minum terlalu banyak, tetapi makan atau
minum semuanya untuk mempertahankan energi dan hidrasi.
h. Perubahan Hematologis
Hemoglobin akan meningkat 1,2 gr% selama persalinan dan kembali ke
tingkat pra persalinan pada hari pertama setelah melahirkan.
Jumlah sel – sel darah putih meningkat secara progresif selama Kala I sebesar
5000 sampai dengan 15000 WBC sampai dengan akhir pembukaan lengkap.
Gula darah akan turun selama persalinan dan akan turun secara menyolok pada
persalinan yang mengalami penyulit atau persalinan lama.
i. Kontraksi Uterus
Terjadi karena adanya rangsangan pada otot polos uterus dan penurunan
hormon progesteron yang menyebabkan keluarnya hormon oxsitosin.
Kontraksi uterus dimulai dari fundus uteri menjalar ke bawah.
Fundus uteri bekerja kuat dan lama untuk mendorong janin ke bawah
sedangkan uterus bagian bawah pasif hanya mengikuti tarikan dari segmen
atas rahim akhirnya menyebabkan serviks menjadi lembek dan membuka.
j. Pembentukan Segmen atas Rahim dan Segmen Bawah Rahim
Segmen atas rahim (SAR) terbentuk pada uterus bagian atas dengan sifat otot
yang lebih tebal dan kontraktif.
Pada bagian ini terdapat banyak otot serong dan memanjang.
Segmen atas rahim terbentuk dari fundus sampai istmus uteri.
Segmen bawah rahim (SBR) terbentang di uterus bagian bawah antara istmus
dengan serviks.
Sifat otot yang tipis dan elastis.
Banyak terdapat otot yang melingkar dan memanjang.
k. Penarikan Serviks
Pada akhir kehamilan otot yang mengelilingi Ostium uteri internum ditarik
oleh SAR yang menyebabkan serviks menjadi pendek.
Bentuk serviks menghilang karena kanalis servikalis membesar dan
membentuk Ostium uteri eksterna sebagai ujung dan bentuknya menjadi
sempit.
l. Pembukaan OUI dan OUE
Pembukaan disebabkan oleh karena membesarnya OUE karena otot yang
melingkar disekitar ostium meregang untuk dapat dilewati kepala.
Pembukaan uteri tidak saja karena penarikan SAR tetapi juga karena tekanan
isi uterus yaitu kepala dan kantong Amnion.
Pada primigravida dimulai dari OUI terbuka terlebih dahulu baru OUE
membuka pada saat persalinan terjadi pada multigravida OUI dan OUE
membuka secara bersama – sama saat persalinan terjadi.
m. Show
Pengeluaran dari vagina yang terdiri dari sedikit lendir yang bercampur darah.
Lendir berasal dari ekstruksi lendir yang menyumbat kanalis servikalis
sepanjang kehamilan.
Darah berasal dari desidua vena yang lepas.
n. Tonjolan kantong ketuban
Tonjolan kantong ketuban ini disebabkan oleh adanya rangsangan SBR yang
menyebabkan terlepasnya selaput karlon yang menempel pada uterus.
Dengan adanya tekanan maka akan terlihat kantong yang berisi cairan yang
menonjol ke OUI yang membuka.
Cairan tersebut terbagi 2 (dua) yaitu fase Uvater dan Hind water yang
berfungsi untuk melindungi selaput amnion agar tidak terlepas seluruhnya.
Bila selaput ketuban pecah maka cairan tersebut akan keluar sehingga plasenta
akan tertekan dan menyebabkan fungsi plasenta terganggu.
4. Mekanisme Persalinan Normal
Mekanisme persalinan normal adalah rentetan gerakan pasif janin pada saat persalinan
berupa penyesuaian bagian terendah (kepala) janin terhadap jalan lahir atau panggul
pada saat melewati jalan lahir
a. Masuknya kepala janin pada PAP
Pada primigavida masuknya kepala janin dimulai pada akhir kehamilan. Masuk
periode inpartu dalam keadaan kepala engaged.(BDP). Pada nulipara, masuknya
kepala janin pada pintu atas panggul terjadi pada awal persalinan. masuk periode
inpartu dalam keadaan floating (melayang di atas PAP).
Engagement atau kepala sudah cakap apabila diameter terbesar bagian terendah
janin telah melewati PAP.. Engagement kepala janin bergantian pada situasi :
Sinklitismus jika sutura sagitalis sejajar diameter transversal PAP, berada tepat
antara simfisis pubis dan promontorium, tulang ubun-ubun depan dan belakang
sama rendah.
Asinklitismus jika sutura sagitalis dalam keadaan kebelakang mendekati
promontorium dan ke depan mendekati simfisis pubis. Terdapat 2 macam posisi
asinklitismus.yaitu Asinklitismus Anterior (sutura sagitalis mendekati
promontorium dan tulang ubun-ubun/parietal depan lebih rendah dari tulang ubun-
ubun belakang) dan asinklitismus Posterior (Sutura sagitalis mendekati simfisis
pubis, tulang ubun-ubun/parietal belakang lebih rendah lebih rendah dari tulang
ubun-ubun depan.
b. Turunnya kepala janin ke dasar panggul
Pada primipara, masuknya kepala janin ke dalam PAP terjadi sebelum
persalinan, sedangkan turunnya kepala terjadi setelah itu, biasanya pada awal kala
II. Pada nulipara, masuk dan turunnya kepala janin ke dalam panggul terjadi
bersamaan.
c. Fleksi
Dengan turunnya kepala, fleksi kepala bertambah sehingga posisi ubun-ubun
kecil (UUK) lebih rendah daripada ubun-ubun besar (UUB) sehingga diameter
fronto oksipital (12 cm) sebagai ukuran terpanjang terbentang antara fronto
diameter anteroposterior dan diameter sub oksipitobregmatika (9,5cm) yang lebih
kecil yang akan melewati jalan lahir.
d. Putaran Paksi Dalam
Pemutaran bagian terendah janin ke depan (simfisis pubis) atau ke belakang
(sakrum). Putaran paksi dalam merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi
kepala dengan bentuk jalan lahir.
e. Ekstensi / Defleksi kepala janin
Terjadi agar kepala dapat melewati PBP, sumbu jalan lahir arah
anteroposterior.
f. Putaran paksi luar atau Restitusi.
Setelah kepala lahir seluruhnya, kepala kembali memutat ke arah punggung
untuk menghilangkan torsi pada leher karena putaran paksi dalam tadi.putaran ini
disebut putaran restitusi kemudian putaran dilanjutkan hingga kepala berhadapan
dengan tuber ischiadicum sepihak (di sisi kiri).
g. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah simfisis dan menjadi
hypomochilion untuk melahirkan bahu belakang kemudian bahu depan menyusul
seluruh badan anak lahir searah dengan paksi jalan lahir.
7. INTERVENSI
1. Dx : G.....P..... minggu T/H/I letkep kesan jalan lahir normal KU ibu baik dan
janin baik dengan inpartu kala II.
Tujuan : ibu dapat melampaui kala II dengan lancar.
KH : pembukaan 10 cm.
BBL dengan selamat.
TTV baik.
TD : 100/70 – 120/80 mmHg.
S : 36,5 – 37,5 C.
N : 80 -100 x/menit.
KU bayi baik.
Nilai lintas bayi menangis spontan.
S : 36,5 – 37,5 C.
N : 80 – 100 x/menit.
RR : 20 – 40 x/menit.
His delam keadaan adekuat.
Ketuban jernih
Lama kala II.
Primigravida : dipimpin meneran 2 jam, kalau tidak lahir rujuk.
Multigravida : dipimpin meneran 1 jam, kalau tidak lahir rujuk
a. Intervensi :
1) Mendengar kenali tanda gejala kala II
R : dengan mengatahui tanda dan gejala kala II, bidan dan paseien dapat
mempersiapkan persalinan lebih lanjut.
2) Pastikan kelengkapan peralatan persalinan.
R : peralatan yang digunakan harus dalam keadaan siap pakai untuk
pertolongan persalinan.
3) Pakai barier protektif.
R : barier protektif merupakan perlindungan untuk bidan dalam
pertolongan persalinan.
4) Cuci tangan.
R : cuci tangan mengurangi resiko tinggi infeksi.
5) Pakai sarung tangan.
R : penggunaan sarung tangan menghindari terjadinya infeksi.
6) Siapkan oksitosin 10 unit.
R : kandung kencing yang penuh akan menghalangi kelancaran
persalinan.
7) Lakukan vulva hygiene.
R : vulva higiene dilakukan guna mencegah terjadinya penularan penyakit
dari jalan lahir ibu kerika melakukan periksa dalam.
8) Lakukan VT.
R : VT dilakukan untuk mengetahui kemajuan persalinan.
9) Dekontaminasi sarung tangan.
R : dekontaminasi sarung tangan menggunakan larutan klorin 0,5 %.
10) Pantau DJJ.
R : untuk mengatahui kondisi janin.
11) Beritahui ibu dan keluarga tentang kemajuan persalinan.
R : ibu dan keluarga tidak cema dan khawatir lagi dengan keadaan janin
yang dikandung.
12) Anjurkan keluarga membantu ibu memilih posisi yang nyaman.
R : posisi meneran yang baik yaitu setengah duduk guna mengurangi rasa
nyeri saat persalinan.
13) Bimbing ibu meneran saat ada kontraksi.
R : dengan bimbingan selama persalinan dapat mempercepat persalinan.
14) Anjurkan ibu untuk berjalan, jongkok.
R : dengan jalan jongkok dapat mempercepat kemajuan persalinan.
15) Letakkan handuk di atas perut ibu.
R : manfaat handuk untuk mengeringkan bayi.
16) Letakkan underpet.
R : Pengguanaan underpet untuk mengalasi cairan tubuh.
17) Pastikan kembali kelengkapan peralatan persalinan..
R : kelengkapan peralatan sangat menentukan keberhasilan persalinan.
18) Pakai sarung tangan steril.
R : untuk pertolongan persalinan.
19) Menolong kelahiran kepala.
R : mengeluarkan bayi dengan hand manuver untuk mencegah laserasi
perineum yang terlalu lebar.
20) Periksa tali pusat,
R : mengatahui adanya lilitan tali pusat atau tidak.
21) Tunggu kepala bayi putar paksi luar.
R : putar paksi luar memudahkan penolong melahirkan bahu dan seluruh
anggota badan bayi.
22) Melahirkan bahu dan anggota seluruhnya.
R : melahirkan bahu dan anggota bayi dikategorikan fase cepat dan
ditolong dengan teknik hand manuver.
23) Selipkan satu tangan anda kebahu dan lengan bagian belakang bayi sambil
menyangga dan selipkan satu tangaan lainnya kepunggung bayi untuk
mengeluarkan tubuh bayi seluruhnya.
R : guna mencegah terjatuh dan mengurangi resiko trauma pada janin dan
ibu.
24) Lakukan sangga susur.
R : sangga susur dilakukan untuk melahirkan mulai dari punggung,
bokong tungkai samapai kaki.
8. Masalah
A. Ruptur perineum
Tujuan : mencegah terjadinya ruptur perineum pada derajat II dan IV.
KH : KU ibu baik, Ibu rilek, Perineum tidak kaku, Bayi lahir dengan
selamat.
Intervensi.
1. Lakukan episiotomi mediolateral secukupnya.
R : kepalaa bayi bisa lahir dengan segera dan bisa mencegah terjadinya
asfiksia.
2. Lakukan penahanan perineum dengan jari-jari tangan yang dilapisi dengan
kain steril/ duk steril.
R : hal tersebut dapat mencegah ruptur perineum.
B. Inersia uteri
Tujuan : agar uteus berkontraksi dengan baik sehingga tidak terjadi insersia
uteri.
KH : KU ibu baik, His 4-5 x dalam 10 menit, Bayi lahir dengan selamat.
Intervensi.
1. Rangsang kontraksi uterus dengan melakukan rangsangan putting susu.
R : rangsangan putting susu dapat merangsang kontraksi uterus sehingga
memperlancar proses kelahiran janin dan plasenta.
2. Lakukan massase fundus uteri.
R : massase fundus uteri dapat membantu merangsang kontraksi uterus
sehingga mengurangi perdarahan.
C. Tetania uteri
Tujuan : mencegah terjadinya ruptur pada uterus.
KH : KU ibu baik, Lingkaran bandl tidak ada, Bayi lahir dengan selamat.
Intervensi.
1. Awasi adanya lingkaran dandl dan persiapan untuk segera dirujuk setelah
dilakuakn redirasi.
R : mencegah terjadinya kekurangan cairan pada ibu dan penangan segera
pada ibu.
2. Posisikan ibu miring ke kiri.
R : memberi suasana relaks bagi ibu dan dapat mencegah terjadinya laserasi.
D. Distosia bahu.
Tujuan : bayi dapat lahir secara keseluruhan.
KH : KU ibu baik, Bayi lahir dengan selamat, Bayi tidak mengalami
kerusakan pleksus syaraf brakhialis.
Intervensi.
1. Lakukan episiotomi secukupnnya.
R : bayi bisa segera lahir dan mengurangi cidera yang lebih parah pada ibu dan
bayi.
2. Lakukan manuver Mac Robert.
R : manuver Mac Robert dapat membantu melahirkan bahu.
E. Lilitan tali pusat.
Tujuan : tidak terjadi asfiksai pada bayi setelah kelahiran kepala.
KH : Bayi lahir dengan selamat dan Bayi tidak mengalami asfiksia.
Intervensi.
1. Dengan dua jari tali pusat dilonggarkan dikeluarkan melalui kepala dan bahu.
R: bayi tidak kehabisan oksigen dan bisa segera bernafas.
2. Apabila tali pusat terlalu erat maka segera klem tali pusat dengan 2 klem dan
segera potong tali pusat diantara kedua klem tersebut.
R : bayi tidak terjadi asfeksia dan segara bernafas dengan lancar.
F. Infeksi.
Tujuan : ibu dan bayi terhindar dari infeksi secara langsung maupun tidak
langsung.
KH : bayi terhindar dari infeksi, Bayi lahir dengan sehat dan selamat, Ibu
terhindar dari infeksi dan keadaan ibu baik.
Intervensi.
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakuakn tindakan.
R : mencegah terjadinya infeksi silang.
2. Pastikan semua peralatan yang akan digunakan untuk menolong persalinan
semua steril.
R : mencegah infeksi yang disebabkan oleh alat.
G. Cemas
Tujuan : mengurangi kecemasan atau ketakutan yang dialami ibu.
KH : ibu bisa melaui kala II dengan lancar, bayi bisa lahir dengan sehat dan
selamat.
Intervensi
1. Beri dukungan mental dan pujian ibu setelah melakukan meneran.
R : memberi pelajran kepada ibu tentang proses dan kemajuan persalinan dan
juga penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan dan keterlibatan ibu>
2. Pemberian keleluasan kepada ibu selama persalinan untuk mengeluarkan
suara/ berteriak/ menagis.
R : hal tersebut dapat mengurangi rasa cemas yang dialami ibu
9. Kebutuhan
A. Kehadiran pendamping secara terus menerus.
Tujuan : diharapkan pada saat persalinan ibu dan pendamping.
KH : persalinan tanpa di akhiri dengan tindakan, Waktu yang diperlukan
untuk persalinan pendek, Kepuasan ibu semakin meningkat dalam pengalaman
kelahiran.
Intervensi
1) Lakukan pendekatan terpeutik pada ibu.
R : menjalin kerjasama dan hubungan terhadap tindakan yang akan dilakukan.
2) Anjurkan salah satu keluarga khususnya suami untuk mendampingi ibu saat
persalinan.
R : sebagai motivasi dalam persalinan.
B. Mengurangi rasa sakit
Tujuan : dengan dilakukan asuhan kebidanan diharapkan rasa sakit berkurang.
KH : rasa sakit ibu saat persalinan berkurang.
Persalinan berjalan lancar.
Intervensi
1) Lakukan pendekatan terauetik pada ibu.
R : menjalin kerjasama dan hubungan terhadap tindakan yang akan dilakukan.
2) anjurkan keluarga pendampingan memijat daerah punggung ibu.
R : untuk mengurangi rasa nyeri pada saat kontraksi.
10. IMPLEMENTASI
11. EVALUASI.
Prawiro, Sarwono, 1999, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, PT
Gramedia, Jakarta