Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

PERSALINAN NORMAL KALA II

Dibuat Oleh :

Suci Putri Rhamadani

Bd.DH.016

Akademi Kebidanan Dharma Husada

Kediri

Tahun 2021
LAPORAN PENDAHULUAN

PERSALINAN KALA  II

1. Definisi
Persalinan adalah serangakain kejadian yang berakhir dengan peneluaran bayi
yang cukup bulan atau hampircukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan
selaput janin dari tubuh Ibu. (Obstetri Fisiologi, 221).
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi janin dan yang
dapat hidup di dunia luar darirahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain.(Rustam,
Mochtar, 1998).
Persalinan kala II adalah dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10
cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi.(Buku Acuan APN, Revisi 2007 hal 3 – 2).
Persalinan Kala II (kala pengeluaran) dimulai dari pembukaan lengkap sampai
lahirnya bayi.  (Obstetri Fisiologi UNPAD, hal 224).
Persalinan Kala II persalinan adalah keadaan Ibu berada pada pembukaan
lengkap dan siap untuk melahirkan bayinya (Buku Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, hal : 3).
2. Fisiologi
a. Tanda – tanda Kala II.
1) Ibu merasa ada dorongan kuat dan menekan.
2) Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina.
3) Perinium tampak menonjol.
4) Vulva dan spingter Ani membuka.
3. Perubahan – Perubahan Pada Kala II :
Ibu akan mengalami perubahan – perubahan pada tubuhnya, diantaranya :
a. Perubahan Tekanan Darah.
Tekanan darah meningkat selama kehamilan, kenaikan sistolik rata – rata
sebesar 10 – 20 mmHG, Diastolik 5 – 10 mmHg, tekanan darah turun di antara
kontraksi. Hindari posisi terlentang, karena akan mengganggu sirkulasi darah dan
janin dapat asfiksia.
b. Perubahan Fisiologis.
 Metabolisme aerob atau anaerob karbohidrat akan naik.
 Kenaikan ini disebabkan karena cemas serta kegiatan otot kerangka tubuh.
 Kenaikan metabolisme ini ditandai dengan kenaikan suhu, denyut nadi,
pernafsan, kardiak out put dan kehilangan cairan.
c. Perubahan Suhu Badan.
 Suhu badan meningkat selama persalinan dan setelah melahirkan.
 Kenaikan suhu tidak boleh melebihi 0,5 – 1 C.
 Kenaikan suhu yang berlangsung lama diindikasikan adanya dehidrasi.
d. Denyut Jantung.
 Denyut jantung naik saat kontraksi.
 Penurunan denyut jantung tidak terjadi jika Ibu dalam posisi miring.
 Denyut jantung sedikit lebih tinggi di antara Kontraksi.
 Denyut jantung yang sedikit naik merupakan keadaan yang normal, meskipun
normal perlu dikontrol secara periode untuk mengidentifikasi adanya infeksi.
e. Perubahan Pernafasan
 Pernafasan terjadi kenaikan dibanding sebelum persalinan.
 Kenaikan pernafasan disebabkan karena adanya rasa nyeri. Kekhawatiran serta
penggunaan teknik pernafasan yang tidak benar.
f. Perubahan Renal
 Poly urine sering terjadi selama persalinan, hal ini disebabkan oleh kardial
output yang meningkat dan Filtrasi glomerulus.
 Kandung kencing harus sering dikontrol (2 jam) yang bertujuan agar tidak
menghambat penurunan bagian terendah janin dan trauma pada kandung
kemih serta menghindari retensi urine setelah melahirkan.
g. Perubahan Gastrointestinal
 Kemampuan pergerakan gastrik serta penyerapan makanan pada berkurang
menyebkan pencernaan hampir terhenti selama persalinan sehingga
menimbulkan konstipasi.
 Ibu dianjurkan tidak makan atau minum terlalu banyak, tetapi makan atau
minum semuanya untuk mempertahankan energi dan hidrasi.
h. Perubahan Hematologis
 Hemoglobin akan meningkat 1,2 gr% selama persalinan dan kembali ke
tingkat pra persalinan pada hari pertama setelah melahirkan.
 Jumlah sel – sel darah putih meningkat secara progresif selama Kala I sebesar
5000 sampai dengan 15000 WBC sampai dengan akhir pembukaan lengkap.
 Gula darah akan turun selama persalinan dan akan turun secara menyolok pada
persalinan yang mengalami penyulit atau persalinan lama.
i. Kontraksi Uterus
 Terjadi karena adanya rangsangan pada otot polos uterus dan penurunan
hormon progesteron yang menyebabkan keluarnya hormon oxsitosin.
 Kontraksi uterus dimulai dari fundus uteri menjalar ke bawah.
 Fundus uteri bekerja kuat dan lama untuk mendorong janin ke bawah
sedangkan uterus bagian bawah pasif hanya mengikuti tarikan dari segmen
atas rahim akhirnya menyebabkan serviks  menjadi lembek dan membuka.
j. Pembentukan Segmen atas Rahim dan Segmen Bawah Rahim
 Segmen atas rahim (SAR) terbentuk pada uterus  bagian atas dengan sifat otot
yang lebih tebal dan kontraktif.
 Pada bagian ini terdapat banyak otot serong dan memanjang.
 Segmen atas rahim terbentuk dari fundus sampai istmus uteri.
 Segmen bawah rahim (SBR) terbentang di uterus bagian bawah antara istmus
dengan serviks.
 Sifat otot yang tipis dan elastis.
 Banyak terdapat otot yang melingkar dan memanjang.
k. Penarikan Serviks
 Pada akhir kehamilan otot yang mengelilingi Ostium uteri internum ditarik
oleh SAR yang menyebabkan serviks menjadi pendek.
 Bentuk serviks menghilang karena kanalis servikalis membesar dan
membentuk Ostium uteri eksterna sebagai ujung dan bentuknya menjadi
sempit.
l. Pembukaan OUI dan OUE
 Pembukaan disebabkan oleh karena membesarnya OUE karena otot yang
melingkar disekitar ostium meregang untuk dapat dilewati kepala.
 Pembukaan uteri tidak saja karena penarikan SAR tetapi juga karena tekanan
isi uterus yaitu kepala dan kantong Amnion.
 Pada primigravida dimulai dari OUI terbuka terlebih dahulu baru OUE
membuka pada saat persalinan terjadi pada multigravida OUI dan OUE
membuka secara bersama – sama saat persalinan terjadi.
m. Show
 Pengeluaran dari vagina yang terdiri dari sedikit lendir yang bercampur darah.
 Lendir berasal dari ekstruksi lendir yang menyumbat kanalis servikalis
sepanjang kehamilan.
 Darah berasal dari desidua vena yang lepas.
n. Tonjolan kantong ketuban
 Tonjolan kantong ketuban ini disebabkan oleh adanya rangsangan SBR yang
menyebabkan terlepasnya selaput karlon yang menempel pada uterus.
 Dengan adanya tekanan maka akan terlihat kantong yang berisi cairan yang
menonjol ke OUI yang membuka.
 Cairan tersebut terbagi 2 (dua) yaitu fase Uvater dan Hind water yang
berfungsi untuk melindungi selaput amnion agar tidak terlepas seluruhnya.
 Bila selaput ketuban pecah maka cairan tersebut akan keluar sehingga plasenta
akan tertekan dan menyebabkan fungsi plasenta terganggu.
4. Mekanisme Persalinan Normal
Mekanisme persalinan normal adalah rentetan gerakan pasif janin pada saat persalinan
berupa penyesuaian bagian terendah (kepala) janin terhadap jalan lahir atau panggul
pada saat melewati jalan lahir
a. Masuknya kepala janin pada PAP
Pada primigavida masuknya kepala janin dimulai pada akhir kehamilan. Masuk
periode inpartu dalam keadaan kepala engaged.(BDP). Pada nulipara, masuknya
kepala janin pada pintu atas panggul terjadi pada awal persalinan. masuk periode
inpartu dalam keadaan floating (melayang di atas PAP).
Engagement atau kepala sudah cakap apabila diameter terbesar bagian terendah
janin telah melewati PAP.. Engagement kepala janin bergantian pada situasi :
Sinklitismus jika sutura sagitalis sejajar diameter transversal PAP, berada tepat
antara simfisis pubis dan promontorium, tulang ubun-ubun depan dan belakang
sama rendah.
Asinklitismus jika sutura sagitalis dalam keadaan kebelakang mendekati
promontorium dan ke depan mendekati simfisis pubis. Terdapat 2 macam posisi
asinklitismus.yaitu Asinklitismus Anterior (sutura sagitalis mendekati
promontorium dan tulang ubun-ubun/parietal depan lebih rendah dari tulang ubun-
ubun belakang) dan asinklitismus Posterior (Sutura sagitalis mendekati simfisis
pubis, tulang ubun-ubun/parietal belakang lebih rendah lebih rendah dari tulang
ubun-ubun depan.
b. Turunnya kepala janin ke dasar panggul
Pada primipara, masuknya kepala janin ke dalam PAP terjadi sebelum
persalinan, sedangkan turunnya kepala terjadi setelah itu, biasanya pada awal kala
II. Pada nulipara, masuk dan turunnya kepala janin ke dalam panggul terjadi
bersamaan.
c. Fleksi
Dengan turunnya kepala, fleksi kepala bertambah sehingga posisi ubun-ubun
kecil (UUK) lebih rendah daripada ubun-ubun besar (UUB) sehingga diameter
fronto oksipital (12 cm) sebagai ukuran terpanjang terbentang antara fronto
diameter anteroposterior dan diameter sub oksipitobregmatika (9,5cm) yang lebih
kecil yang akan melewati jalan lahir.
d. Putaran Paksi Dalam
Pemutaran bagian terendah janin ke depan (simfisis pubis) atau ke belakang
(sakrum). Putaran paksi dalam merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi
kepala dengan bentuk jalan lahir.
e. Ekstensi / Defleksi kepala janin
Terjadi agar kepala dapat melewati PBP, sumbu jalan lahir arah
anteroposterior.
f. Putaran paksi luar atau Restitusi.
Setelah kepala lahir seluruhnya, kepala kembali memutat ke arah punggung
untuk menghilangkan torsi pada leher karena putaran paksi dalam tadi.putaran ini
disebut putaran restitusi kemudian putaran dilanjutkan hingga kepala berhadapan
dengan tuber ischiadicum sepihak (di sisi kiri).
g. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah simfisis dan menjadi
hypomochilion untuk melahirkan bahu belakang kemudian bahu depan menyusul
seluruh badan anak lahir searah dengan paksi jalan lahir.

5. Asuhan Persalinan Normal


1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua.
 ibu merasa ada dorongan kuat dan menaran.
 Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina.
 Perineum tampak menonjol.
 Vulva dan sfinger ani membuka.
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong
persalinan dan mematalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk asfiksia :
tepmat datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk bersih kering, pengganjal bahu,
lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cmdari tubuh bayi,
3. Memakai barier protektif.
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan
sabun dan air bersih yang mengalir kemudian keringkan tangan dengan tisuue atau
handuk pribadi yang bersih dan kering.
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa dalam.
6. Masukan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung
tangan DTT dan steril (pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik).
7. Membersihkan vulva dan perineum menyekannya dengan hari-hati dari depan
kebelakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT.
a. Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja bersihkan
dengan seksama dari arah depan kebelakang.
b. Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang
tersedia.
c. Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan rendam
dalam larutan klorin 0,5%).
8. Melakukan pemeriksaan dalam (pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput
ketuban sudah pecah).
 Bila selaput keuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lalukan
amniotomi.
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelup tangan mencelup tangan
yang masih memalkai sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5% kemudian
lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit. Cuci tangan setelah sarungtangan dilepaskan.
10. Pemeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus / saat relaksasi uterus
untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (100 – 180 x/menit).
11. Beritahukan ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, membantu ibu
dalam menentukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.
 Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran. Lanjutkan pemantauan kondisi dan
kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan
dokumentasi semua temuan yang ada.
 Jelaskan kepada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka
mendukung dan memberi semnagat pada ibu untuk meneran secara benar.
12. Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (bila ada rasa ingin
menenran dan terjadi kontraksi yang kuatt bantu ibu ke posisi setengah duduk atau
posisi yang lain yang diinginkan dan pasrikan ibu merasa nyaman.
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu ada dorongan kuat untuk menenran
 Bimbing ibu agar dapat menenran secara benar dan efektif.
 Dukung dan beri semanagt pada saat menenran, dan perbaiki cara meneenran
apabila caranya tidak sesuai.
 Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya ( kecuali posisi
berbaring terlentang dalam waktu yang lama).
 Anjurkan ibu berristirahat diantara kontraksi.
 Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu.
 Berikan cukup asupan cairan per oral ( minum).
 Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.
 Segera rujuk jika bayi belum atau tidak segera lahir setelah 120 menit (2jam)
meneran (primigravida) atau 60 menit (1jam) menneran (multigravida).
14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman, jika
ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
15. Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi
telah membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm.
16. Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu.
17. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan
bahan.
18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 – 6 cmmembuka vulva,
maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan
kering tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan
membantu lahirnya kepala anjurkan ibu untuk menneran perlahan atau bernafas
cepat dan dangkal.
20. Periksa kemungkinanan adanya lilitantali pusat dan ambil tindakanan yang sesuai
jika hal itu terjadi, dan lanjutkan proses kelahiran bayi.
 Jika tali pusat melilit leher longar, lepaskan lewat bagaian atas kepala bayi.
 Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat didua tempat dan
potong diantara dua klem tersebut.
 Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara
spontan.
21. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental.
Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan
kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis
dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
22. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah
kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri
dan memegang tangan dan siku sebelah atas.
23. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung ke arah bokong
dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk
tangan kiri di antara kedua lutut janin).
24. Melakukan penilaian selintas :
a) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa kesulitan?
b) Apakah bayi bergerak aktif ?
Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau megap-megap lakukan langkah
resusitasi (lanjut kelangkah resusitasi pada asfiksia bayi baru lahir).
25. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan
handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi di atas perut ibu.
26. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus.
27. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik.
28. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM
(intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikan oksitosin).
29. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari
pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali
pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
30. Potong dan ikat tali pusat Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit
(lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem
tersebut. Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi
kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul
kunci pada sisi lainnya. Lepas klem dan masukan dalam wadah yang telah
tersedia.
31. Letakkan  bayi tengkurap didada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi
menempel didada/perut ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu
dengan posisi leebih rendah dari puting ibu.
32. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi.
33. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva.
34. Meletakan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk
mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
35. Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan,
sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorsokrainal. Jika
plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan
menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur.
36. Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas,
minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai
dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan
dorsokranial).
37. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-
hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan dan
lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah
robeknya selaput ketuban.
38. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase (pemijatan) pada fundus uteri
dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari
tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras).
39. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk
memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap,
dan masukan ke dalam kantong plastik yang tersedia.
40. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan penjahitan
bila laserasi menyebabkan perdarahan.
41. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam.
42. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit
1 jam.
43. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata
antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri
anterolateral.
44. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di
paha kanan anterolateral.
45. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
46. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
47. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
48. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam
pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.
49. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik.
50. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi.
51. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
52. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Membersihkan sisa cairan
ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan
kering.
53. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila
ibu ingin minum.
54. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.
55. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan sarung
tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.
56. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
57. Melengkapi partograf.
6. POHON MASALAH

7. INTERVENSI
1. Dx       : G.....P..... minggu T/H/I letkep kesan jalan lahir normal KU ibu baik dan
janin baik dengan inpartu kala II.
Tujuan : ibu dapat melampaui kala II dengan lancar.
KH      : pembukaan 10 cm.
BBL dengan selamat.
TTV baik.
TD : 100/70 – 120/80 mmHg.
S : 36,5 – 37,5 C.
N : 80 -100 x/menit.
KU bayi baik.
Nilai lintas bayi menangis spontan.
S : 36,5 – 37,5 C.
N : 80 – 100 x/menit.
RR : 20 – 40 x/menit.
His delam keadaan adekuat.
Ketuban jernih
Lama kala II.
Primigravida : dipimpin meneran 2 jam, kalau tidak lahir rujuk.
Multigravida : dipimpin meneran 1 jam, kalau tidak lahir rujuk
a. Intervensi :
1) Mendengar kenali tanda gejala kala II
R : dengan mengatahui tanda dan gejala kala II, bidan dan paseien dapat
mempersiapkan persalinan lebih lanjut.
2) Pastikan kelengkapan peralatan persalinan.
R : peralatan yang digunakan harus dalam keadaan siap pakai untuk
pertolongan persalinan.
3) Pakai barier protektif.
R : barier protektif merupakan perlindungan untuk bidan dalam
pertolongan persalinan.
4) Cuci tangan.
R : cuci tangan mengurangi resiko tinggi infeksi.
5) Pakai sarung tangan.
R : penggunaan sarung tangan menghindari terjadinya infeksi.
6) Siapkan oksitosin 10 unit.
R : kandung kencing yang penuh akan menghalangi kelancaran
persalinan.
7) Lakukan vulva hygiene.
R : vulva higiene dilakukan guna mencegah terjadinya penularan penyakit
dari jalan lahir ibu kerika melakukan periksa dalam.
8) Lakukan VT.
R : VT dilakukan untuk mengetahui kemajuan persalinan.
9) Dekontaminasi sarung tangan.
R : dekontaminasi sarung tangan menggunakan larutan klorin 0,5 %.
10) Pantau DJJ.
R : untuk mengatahui kondisi janin.
11) Beritahui ibu dan keluarga tentang kemajuan persalinan.
R : ibu dan keluarga tidak cema dan khawatir lagi dengan keadaan janin
yang dikandung.
12) Anjurkan keluarga membantu ibu memilih posisi yang nyaman.
R : posisi meneran yang baik yaitu setengah duduk guna mengurangi rasa
nyeri saat persalinan.
13) Bimbing ibu meneran saat ada kontraksi.
R : dengan bimbingan selama persalinan dapat mempercepat persalinan.
14) Anjurkan ibu untuk berjalan, jongkok.
R : dengan jalan jongkok dapat mempercepat kemajuan persalinan.
15) Letakkan handuk di atas perut ibu.
R : manfaat handuk untuk mengeringkan bayi.
16) Letakkan underpet.
R : Pengguanaan underpet untuk mengalasi cairan tubuh.
17) Pastikan kembali kelengkapan peralatan persalinan..
R : kelengkapan peralatan sangat menentukan keberhasilan persalinan.
18) Pakai sarung tangan steril.
R : untuk pertolongan persalinan.
19) Menolong kelahiran kepala.
R : mengeluarkan bayi dengan hand manuver untuk mencegah laserasi
perineum yang terlalu lebar.
20) Periksa tali pusat,
R : mengatahui adanya lilitan tali pusat atau tidak.
21) Tunggu kepala bayi putar paksi luar.
R : putar paksi luar memudahkan penolong melahirkan bahu dan seluruh
anggota badan bayi.
22) Melahirkan bahu dan anggota seluruhnya.
R : melahirkan bahu dan anggota bayi dikategorikan fase cepat dan
ditolong dengan teknik hand manuver.
23) Selipkan satu tangan anda kebahu dan lengan bagian belakang bayi sambil
menyangga dan selipkan satu tangaan lainnya kepunggung bayi untuk
mengeluarkan tubuh bayi seluruhnya.
R : guna mencegah terjatuh dan mengurangi resiko trauma pada janin dan
ibu.
24) Lakukan sangga susur.
R : sangga susur dilakukan untuk melahirkan mulai dari punggung,
bokong tungkai samapai kaki.
8. Masalah
A. Ruptur perineum
Tujuan      : mencegah terjadinya ruptur perineum pada derajat II dan IV.
KH           : KU ibu baik, Ibu rilek, Perineum tidak kaku, Bayi lahir dengan
selamat.
Intervensi.
1. Lakukan episiotomi mediolateral secukupnya.
R : kepalaa bayi bisa lahir dengan segera dan bisa mencegah terjadinya
asfiksia.
2. Lakukan penahanan perineum dengan jari-jari tangan yang dilapisi dengan
kain steril/ duk steril.
R : hal tersebut dapat mencegah ruptur perineum.
B. Inersia uteri
Tujuan      : agar uteus berkontraksi dengan baik sehingga tidak terjadi insersia
uteri.
KH           :  KU ibu baik, His 4-5 x dalam 10 menit, Bayi lahir dengan selamat.
Intervensi.
1. Rangsang kontraksi uterus dengan melakukan rangsangan putting susu.
R : rangsangan putting susu dapat merangsang kontraksi uterus sehingga
memperlancar proses kelahiran janin dan plasenta.
2. Lakukan massase fundus uteri.
R : massase fundus uteri dapat membantu merangsang kontraksi uterus
sehingga mengurangi perdarahan.
C. Tetania uteri
Tujuan      : mencegah terjadinya ruptur pada uterus.
KH           : KU ibu baik, Lingkaran bandl tidak ada, Bayi lahir dengan selamat.
Intervensi.
1. Awasi adanya lingkaran dandl dan persiapan untuk segera dirujuk setelah
dilakuakn redirasi.
R : mencegah terjadinya kekurangan cairan pada ibu dan penangan segera
pada ibu.
2. Posisikan ibu miring ke kiri.
R : memberi suasana relaks bagi ibu dan dapat mencegah terjadinya laserasi.
D. Distosia bahu.
Tujuan      : bayi dapat lahir secara keseluruhan.
KH           : KU ibu baik, Bayi lahir dengan selamat, Bayi tidak mengalami
kerusakan pleksus syaraf brakhialis.
Intervensi.
1. Lakukan episiotomi secukupnnya.
R : bayi bisa segera lahir dan mengurangi cidera yang lebih parah pada ibu dan
bayi.
2. Lakukan manuver Mac Robert.
R : manuver Mac Robert dapat membantu melahirkan bahu.
E. Lilitan tali pusat.
Tujuan      : tidak terjadi asfiksai pada bayi setelah kelahiran kepala.
KH           : Bayi lahir dengan selamat dan Bayi tidak mengalami asfiksia.
Intervensi.
1. Dengan dua jari tali pusat dilonggarkan dikeluarkan melalui kepala dan bahu.
R: bayi tidak kehabisan oksigen dan bisa segera bernafas.
2. Apabila tali pusat terlalu erat maka segera klem tali pusat dengan 2 klem dan
segera potong tali pusat diantara kedua klem tersebut.
R : bayi tidak terjadi asfeksia dan segara bernafas dengan lancar.
F. Infeksi.
Tujuan      : ibu dan bayi terhindar dari infeksi secara langsung maupun tidak
langsung.
KH           : bayi terhindar dari infeksi, Bayi lahir dengan sehat dan selamat, Ibu
terhindar dari infeksi dan keadaan ibu baik.
Intervensi.
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakuakn tindakan.
R : mencegah terjadinya infeksi silang.
2. Pastikan semua peralatan yang akan digunakan untuk menolong persalinan
semua steril.
R : mencegah infeksi yang disebabkan oleh alat.
G. Cemas
Tujuan      : mengurangi kecemasan atau ketakutan yang dialami ibu.
KH           : ibu bisa melaui kala II dengan lancar, bayi bisa lahir dengan sehat dan
selamat.
Intervensi
1. Beri dukungan mental dan pujian ibu setelah melakukan meneran.
R : memberi pelajran kepada ibu tentang proses dan kemajuan persalinan dan
juga penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan dan keterlibatan ibu>
2. Pemberian keleluasan kepada ibu selama persalinan untuk mengeluarkan
suara/ berteriak/ menagis.
R : hal tersebut dapat mengurangi rasa cemas yang dialami ibu
9. Kebutuhan
A. Kehadiran pendamping secara terus menerus.
Tujuan : diharapkan pada saat persalinan ibu dan pendamping.
KH : persalinan tanpa di akhiri dengan tindakan, Waktu yang diperlukan
untuk persalinan pendek, Kepuasan ibu semakin meningkat dalam pengalaman
kelahiran.
Intervensi
1) Lakukan pendekatan terpeutik pada ibu.
R : menjalin kerjasama dan hubungan terhadap tindakan yang akan dilakukan.
2) Anjurkan salah satu keluarga khususnya suami untuk mendampingi ibu saat
persalinan.
R : sebagai motivasi dalam persalinan.
B. Mengurangi rasa sakit
Tujuan      : dengan dilakukan asuhan kebidanan diharapkan rasa sakit berkurang.
KH           : rasa sakit ibu saat persalinan berkurang.
Persalinan berjalan lancar.
Intervensi
1) Lakukan pendekatan terauetik pada ibu.
R : menjalin kerjasama dan hubungan terhadap tindakan yang akan dilakukan.
2) anjurkan keluarga pendampingan memijat daerah punggung ibu.
R : untuk mengurangi rasa nyeri pada saat kontraksi.

10. IMPLEMENTASI

Tindakan dari intervensi sesuai kebutuhan klien.

11. EVALUASI.

Dilakukan untuk mengetahui sejauhmana keefektifitasan asuahan kebidanan yang


dilakukan dengan mengacu pada kriteria hasil.
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, 1998, Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk


Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta

DepKes RI, 2008, Asuhan Persalinan Normal, Jakarta

Depkes RI Dirjen Binkesmas 2009, Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar, Dirjen


Binkesmas, Jakarta

Prawiro, Sarwono, 1999, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, PT
Gramedia, Jakarta

Universitas Padjadjaran, 1993, Obstetri Fisiolog, Bandung.

Fitramaya, 2008, Ibu Bersalin, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai