Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

INTRA NATAL CARE

Disusun Oleh:

Deka Indriani
NIM 2023207209006

FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH


PROGRAM STUDI PROFESI NERS KONVERSI
PRINGSEWU LAMPUNG
2023
LAPORAN PENDAHULUAN
INTRA NATAL CARE

1. Pengertian
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam
jalan lahir.
Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban di dorong keluar melalui jalan
lahir. (Prawirohardjo, 2001).
Pesalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada
janin. (Prawirohardjo, 2001).
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari rahim
ibu. Persalinan dianggap normal jika proses yang terjadi pada kehamilan cukup bulan
(setelah 37 minggu) tanpa disertai penyulit ( Dep.kes RI, 2002).
Pesalinan normal (partus spontan) adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang
kepala yang dapat hidup dengan tenaga ibu sendiri dan uri,tanpa alat serta tidak melukai
ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam melalui jalan lahir

2. Adaptasi Fisiologis / Psikologis Ibu Bersalin


A. Perubahan uterus
Di uterus terjadi perubahan saat masa persalinan, perubahan yang terjadi sebagai
berikut:
1. Kontraksi uterus yang dimulai dari fundus uteri dan menyebar ke depan dan ke
bawah abdomen
2. Segmen Atas Rahim (SAR) dan Segmen Bawah Rahim (SBR)
a. SAR dibentuk oleh corpus uteri yang bersifat aktif dan berkontraksi
Dinding akan bertambah tebal dengan majunya persalinan sehingga
mendorong bayi keluar
b. SBR dibentuk oleh istmus uteri bersifat aktif relokasi dan dilatasi. Dilatasi
makin tipis karena terus diregang dengan majunya persalinan.
B. Perubahan bentuk rahim
Setiap terjadi kontraksi, sumbu panjang rahim bertambah panjang sedangkan
ukuran melintang dan ukuran muka belakang berkurang. Pengaruh perubahan
bentuk rahim ini:
1. Ukuran melintang menjadi turun, akibatnya lengkungan punggung bayi turun
menjadi lurus, bagian atas bayi tertekan fundus, dan bagian tertekan Pintu Atas
Panggul.
2. Rahim bertambah panjang sehingga otot-otot memanjang diregang dan
menarik.
Segmen bawah rahim dan serviks akibatnya menimbulkan terjadinya
pembukaan serviks sehingga Segmen Atas Rahim (SAR) dan Segmen Bawah
Rahim (SBR).

C. Faal ligamentum rotundum


1. Pada kontraksi, fundus yang tadinya bersandar pada tulang punggung
berpindah ke depan mendesak dinding perut depan kearah depan. Perubahan
letak uterus pada waktu kontraksi ini penting karena menyebabkan sumbu
rahim menjadi searah dengan sumbu jalan lahir.
2. Dengan adanya kontraksi dari ligamentum rotundum, fundus uteri tertambat
sehingga waktu kontraksi fundus tidak dapat naik ke atas.

D. Perubahan servic
1. Pendataran serviks/Effasement
Pendataran serviks adalah pemendekan kanalis servikalis dari 1-2 cm
menjadi satu lubang saja dengan pinggir yang tipis.
2. Pembukaan serviks
adalah pembesaran dari ostium eksternum yang tadinya berupa suatu
lubang dengan diameter beberapa milimeter menjadi lubang dengan
diameter kira-kira 10 cm yang dapat dilalui bayi. Saat pembukaan lengkap,
bibir portio tidak teraba lagi. SBR, serviks dan vagina telah merupakan satu
saluran.
E. Perubahan pada system urinaria
Pada akhir bulan ke 9, pemeriksaan fundus uteri menjadi lebih rendah, kepala
janin mulai masuk Pintu Atas Panggul dan menyebabkan kandung kencing
tertekan sehingga merangsang ibu untuk sering kencing. Pada kala I, adanya
kontraksi uterus/his menyebabkan kandung kencing semakin tertekan.

Poliuria sering terjadi selama persalinan, hal ini kemungkinan disebabkan karena
peningkatan cardiac output, peningkatan filtrasi glomerolus, dan peningkatan
aliran plasma ginjal. Poliuri akan berkurang pada posisi terlentang. Proteinuri
sedikit dianggap normal dalam persalinan.

Wanita bersalin mungkin tidak menyadari bahwa kandung kemihnya penuh


karena intensitas kontraksi uterus dan tekanan bagian presentasi janin atau efek
anestesia lokal. Bagaimanapun juga kandung kemih yang penuh dapat menahan
penurunan kepala janin dan dapat memicu trauma mukosa kandung kemih selama
proses persalinan. Pencegahan (dengan mengingatkan ibu untuk berkemih di
sepanjang kala I) adalah penting. Sistem adaptasi ginjal mencakup diaforesis dan
peningkatan IWL (Insensible Water Loss) melalui respirasi.

F. Perubahan pada vagina dan dasar panggul


1. Pada kala I ketuban ikut meregangkan bagian atas vagina sehingga dapat
dilalui bayi
2. Setelah ketuban pecah, segala perubahan terutama pada dasar
panggul yang ditimbulkan oleh bagian depan bayi menjadi saluran dengan
dinding yang tipis.
3. Saat kepala sampai di vulva, lubang vulva menghadap ke depan atas.
Dari luar peregangan oleh bagian depan nampak pada perineum yang
menonjol dan menjadi tipis sedangkan anus menjadi terbuka.
4. Regangan yang kuat ini dimungkinkan karena bertambahnya pembuluh
darah pada bagian vagina dan dasar panggul, tetapi kalau jaringan tersebut
robek akan menimbulkan perdarahan banyak.

G. Perubahan system kardiovaskuler (meliputi tekanan darah dan jantung)


Selama persalinan, curah jantung meningkat 40 % sampai 50 % dibandingkan
dengan kadar sebelum persalinan dan sekitar 80% sampai 100 % dibandingkan
dengan kadar sebelumnya (Hecker, 1997). Peningkatan curah jantung ini terjadi
karena pelepasan katekolamin akibat nyeri dan karena kontraksi otot abdomen dan
uterus. Seiring dengan kontraksi uterus sekitar 300 sampai 500 ml darah
dipindahkan ke volume darah sentral (sulivan et al, 1985).

Dalam studi klasik, Hendrik dan Quilligan (1956) mendemonstrasikan bahwa


nyeri dan ansietas dapat meningkatkan curah jantung sekitar 50 % sampai 60 %.
Karena kontraksi uterus dapat menyebabkan kompresi bermakna pada aorta dan
arteria iliaka, sebagian besar peningkatan curah jantung dialirkan ke ekstermitas
atas dan kepala (Gabbe et al, 1991).
Pada setiap kontaksi uterus, aliran darah di cabang-cabang arteri uterus
yang menyuplai ruang intervillli menurun dengan cepat sesuai dengan besarnya
kontraksi. Penurunan ini tidak berhubungan dengan perubahan yang bermakna
dalam tekanan perfusi sistemik, tetapi lebih berhubungan dengan peningkatan
tahanan vaskuler lokal di dalam uterus (Assali, 1989).

Tekanan vena istemik meningkat saat darah kembali dari vena uterus yang
membengkak. Pada kala I, sistolik rata-rata meningkat 10 mm hg dan tekanan
diastolik rata- rata meningkat sebesar 5-19 mmhg selama kontraksi, tetapi tekanan
tidak banyak berubah. Diantara waktu kontraksi kala II terdapat peningkatan
30/25 mmhg selama kontraksi dari 10/5 sampai 10 mmhg (Beichter et al, 1986).
Jika wanita mengejan dengan kuat, terjadi kompensasi tekanan darah,
seringkali terjadi penurunan tekanan darah secara dramatis saat wanita berhenti
mengejan di akhir kontaksi. Perubahan lain dalam persalinan mencakup
peningkatan denyut nadi secara perlahan tapi pasti sampai sekitar 100 kali per
menit pada persalinan kala II. Frekuensi denyut nadi dapat ditingkatkan lebih
jauh oleh dehidrasi, perdarahan, ansietas, nyeri dan obat-obatan tertentu, seperti
terbutalin.

Karena perubahan kardiovaskuler yang terjadi selama kontraksi uterus,


pengkajian paling akurat untuk mengkaji tanda tanda vital maternal adalah diantar
waktu kontraksi. Pengaturan posisi memiliki efek yang besar pada curah jantung.
Membalikkan posisi wanita bersalin dari miring ke telentang menurunkan curah
jantung sebesar 30%
Tekanan darah meningkat selama kontraksi, kenaikan sistole 15 (10-20) mmhg,
kenaikan diastole 5-10 mmhg, diantara kontraksi tekanan kembali pada level
sebelum persalinan. Posisi berbaring miring akan mengurangi terjadinya
perubahan tekanan darah selama proses kontraksi. Rasa sakit/nyeri, takut dan
cemas juga dapat meningkatkan tekanan darah.

Kenaikan detak jantung berkaitan dengan peningkatan metabolisme. Secara


dramatis detak jantung naik selama uterus berkontraksi. Antara kontraksi sedikit
meningkat dibandingkan sebelum persalinan.

H. Perubahan pada metabolism karbohidrat dan basal metabolism rate


Pada saat mulai persalinan, terjadi penurunan hormon progesteron yang
mengakibatkan perubahan pada sistem pencernaan menjadi lebih lambat sehingga
makanan lebih lama tinggal di lambung, akibatnya banyak ibu bersalin yang
mengalami obstivasi atau peningkatan getah lambung sehingga terjadi mual dan
muntah.

Metabolisme karbohidrat aerob dan anaerob meningkat secara perlahan yang


terjadi akibat aktivitas otot rangka dan kecemasan ibu. Peningkatan ini ditandai
dengan adanya peningkatan suhu badan ibu, nadi, pernafasan, cardiac out put dan
hilangnya cairan.

Pada Basal Metabolisme Rate (BMR), dengan adanya kontraksi dan tenaga
mengejan yang membutuhkan energi yang besar, maka pembuangan juga akan
lebih tinggi dan suhu tubuh meningkat. Suhu tubuh akan sedikit meningkat (0,5-
0
1 C) selama proses persalinan dan akan segera turun setelah proses persalinan
selesai. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan metabolisme tubuh.
0
Peningkatan suhu tubuh tidak boleh lebih dari 1 C.

I. Perubahan pada system pernafasan


Dalam persalinan, ibu mengeluarkan lebih banyak CO2 dalam setiap nafas.
Selama kontraksi uterus yang kuat, frekuensi dan kedalaman pernafasan
meningkat sebagai responns terhadap peningkatan kebutuhan oksigen akibat
pertambahan laju metabolik. Rata rata PaCO2 menurun dari 32 mm hg pada awal
persalinan menjadi 22 mm hg pada akhir kala I (Beischer et al, 1986).
Menahan nafas saat mengejan selama kala II persalinan dapat mengurangi
pengeluaran CO2.

Masalah yang umum terjadi adalah hiperventilasi maternal, yang menyebabkan


kadar PaCO2 menurun dibawah 16 sampai 18 mm hg (Beischer et al, 1986).
Kondisi ini dapat dimanifestasikan dengan kesemutan pada tangan dan
kaki, kebas dan pusing. Jika pernafasan dangkal dan berlebihan, situasi
kebalikan dapat terjadi karena volume rendah. Mengejan yang berlebihan atau
berkepanjangan selama Kala II dapat menyebabkan penurunan oksigen sebagai
akibat sekunder dari menahan nafas.
Pernafasan sedikit meningkat karena adanya kontraksi uterus dan
peningkatan metabolisme dan diafragma tertekan oleh janin. Hiperventilasi yang
lama dianggap tidak normal dan dapat menyebabkan terjadinya alkalosis.

J. Perubahan pada gastrointestinal


Motilitas lambung dan absorbsi makanan padat secara substansial berkurang
banyak sekali selama persalinan aktif dan waktu pengosongan lambung. Efek ini
dapat memburuk setelah pemberian narkotik. Banyak wanita mengalami mual
muntah saat persalinan berlangsung, khususnya selama fase transisi pada kala I
persalinan. Selain itu pengeluaran getah lambung yang berkurang
menyebabkan aktifitas pencernaan berhenti dan pengosongan lambung
menjadi sangat lamban. Cairan meninggalkan perut dalam tempo yang biasa.
Mual atau muntah terjadi sampai ibu mencapai akhir kala I.

Ketidaknyamanan lain mencakup dehidrasi dan bibir kering akibat bernafas


melalui mulut. Karena resiko mual dan muntah, beberapa fasilitas pelayanan
bersalin membatasi asupan oral selama persalinan. Es batu biasanya diberikan
untuk mengurangi ketidaknyaman akibat kekeringan mulut dan bibir. Beberapa
fasilitas layanan lain mengijinkan minum air putih, jus dan ice pop. Banyak
fasilitas lain memberikan asupan cairan melalui intravena.

Kadar natrium dan klorida dalam plasma dapat menurun sebagai akibat
absorbs gastrointestinal, nafas terengah-engah, dan diaforesis (perspirasi)
selama persalinan dan kelahiran. Poliuri (sering berkemih) merupakan hal yang
biasa terjadi. Penurunan asupan cairan oral akibat mual dan muntah,
ketidaknyamanan dan pemberian analgetik atau anestesi dapat lebih jauh
mengubah kesimbangan cairan dan elektrolit.

K. Perubahan pada hematologi


Haemoglobin akan meningkat selama persalinan sebesar 1,2 gr % dan akan
kembali pada tingkat seperti sebelum persalinan pada hari pertama pasca
persalinan kecuali terjadi perdarahan.
Peningkatan leukosit secara progresif pada awal kala I (5.000) hingga mencapai
ukuran jumlah maksimal pada pembukaan lengkap (15.000). Haemoglobin akan
meningkat selama persalinan sebesar 1,2 gr % dan akan kembali pada tingkat
seperti sebelum persalinan pada hari pertama pasca persalinan kecuali terjadi
perdarahan. Peningkatan leukosit terjadi secara progresif pada awal kala I
(5.000) hingga mencapai ukuran jumlah maksimal pada pembukaan lengkap
(15.000). Selama persalinan waktu pembekuan darah sedikit menurun, tetapi
kadar fibrinogen plasma meningkat. Gula darah akan turun selama persalinan
dan semakin menurun pada persalinan lama, hal ini disebabkan karena aktifitas
uterus dan muskulus skeletal.

L. Nyeri
Nyeri dalam persalinan dan kelahiran adalah bagian dari respon fisiologis yang
normal terhadap beberapa faktor. Selama Kala I persalinan, nyeri yang terjadi
pada kala I terutama disebabkan oleh dilatasi serviks dan distensi segmen uterus
bawah. Pada awal kala I, fase laten kontraksi pendek dan lemah, 5 sampai 10
menit atau lebih dan berangsung selama 20 sampai 30 detik. Wanita mungkin
tidak mengalami ketidaknyamanan yang bermakna dan mungkin dapat berjalan
ke sekeliling secara nyaman diantara waktu kontraksi. Pada awal kala I, sensasi
biasanya berlokasi di punggung bawah, tetapi seiring dengan waktu nyeri menjalar
ke sekelilingnya seperti korset/ikat pinggang, sampai ke bagian anterior abdomen.
Interval kontraksi makin memendek, setiap 3 sampai 5 menit menjadi lebih kuat
dan lebih lama Pada Kala II, nyeri yang terjadi disebabkan oleh distensi dan
kemungkinan gangguan pada bagian bawah vagina dan perineum. Persepsi nyeri
dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Mekanisme nyeri dan metode penurunan nyeri yang terjadi pada wanita
yang bersalin beragam kejadiannya.
Saat persalinan berkembang ke fase aktif, wanita seringkali memilih untuk tetap di
tempat tidur, ambulasi mungkin tidak terasa nyaman lagi. Ia menjadi sangat
terpengaruh dengan sensasi di dalam tubuhnya dan cenderung menarik diri dari
lingkungan sekitar. Lama setiap kontraksi berkisar antara 30 – 90 detik, rata-rata
sekitar 1 menit.
Saat dilatasi serviks mencapai 8-9 cm, kontraksi mencapai intensitas puncak,
dan wanita memasuki fase transisi. Pada fase transisi biasanya pendek, tetapi
sering kali merupakan waktu yang paling sulit dan sangat nyeri bagi wanita
karena frekuensi (setiap 2 sampai 3 menit) dan lama (seringkali berlangsung
sampai 90 detik kontraksi). Wanita menjadi sensitif dan kehilangan kontrol.
Biasanya ditandai dengan meningkatnya jumlah show akibat ruptur pembuluh
darah kapiler di serviks dan segmen uterus bawah.

3. Tujuan Keperawatan Masa Intranatal


Adalah mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajad kesehatan yang
tinggi bagi ibu dan bayinya melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan
lengkap serta intervensi minimal dengan asuhan kebidanan persalinan yang
adekuat sesuai dengan tahapan persalinan sehingga prinsip keamanan dan kualitas
pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal.

4. Persalinan kala I-IV


A. KALA 1
Kala 1 disebut juga dengan kala pembukaan, terjadi pematangan dan pembukaan
serviks sampai lengkap
Dimulai pada waktu serviks membuka karena his : kontraksi uterus yang teratur,
makin lama, makin kuat, makin sering, makin terasa nyeri, disertai pengeluaran
darah-lendir yang tidak lebih banyak daripada darah haid.
Berakhir pada waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada periksa dalam, bibir
porsio serviks tidak dapat diraba lagi). Selaput ketuban biasanya pecah spontan pada
saat akhir kala I.
Terdapat 2 fase pada Kala 1 ini, yaitu :
1. Fase laten : pembukaan sampai mencapai 3 cm, berlangsung sekitar 8 jam.
2. Fase aktif : pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung sekitar
6 jam. Fase aktif terbagi atas :
 Fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4 cm.
 Fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm sampai 9 cm.
 Fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai lengkap (+ 10 cm).

Perbedaan proses pematangan dan pembukaan serviks (cervical effacement)


pada primigravida dan multipara :
 Pada primigravida terjadi penipisan serviks lebih terlebih dahulu sebelum terjadi
pembukaan, sedangkan pada multipara serviks telah lunak akibat persalinan
sebelumnya, sehingga langsung terjadi proses penipisan dan pembukaan.
 Pada primigravida, ostium internum membuka terlebih dahulu daripada ostium
eksternum (inspekulo ostium tampak berbentuk seperti lingkaran kecil di tengah),
sedangkan pada multipara, ostium internum dan eksternum membuka bersamaan
(inspekulo ostium tampak berbentuk seperti garis lebar)
 Periode Kala 1 pada primigravida lebih lama (12 jam) dibandingkan multipara (8
jam) karena pematangan dan pelunakan serviks pada fase laten pasien
primigravida memerlukan waktu lebih lama.

Sifat His pada Kala 1 :


 Timbul tiap 10 menit dengan amplitudo 40 mmHg, lama 20-30 detik. Serviks
terbuka sampai 3 cm. Frekuensi dan amplitudo terus meningkat.
 Kala 1 lanjut (fase aktif) sampai kala 1 akhir
 Terjadi peningkatan rasa nyeri, amplitudo makin kuat sampai 60 mmHg, frekuensi 2-
4 kali / 10 menit, lama 60-90 detik. Serviks terbuka sampai lengkap (+10cm).
Peristiwa penting Kala 1 :
 Keluar lendir / darah (bloody show) akibat terlepasnya sumbat mukus (mucous
plug) yang selama kehamilan menumpuk di kanalis servikalis, akibat terbukanya
vaskular kapiler serviks, dan akibat pergeseran antara selaput ketuban dengan
dinding dalam uterus.
 Ostium uteri internum dan eksternum terbuka sehingga serviks menipis dan
mendatar.
 Selaput ketuban pecah spontan (beberapa kepustakaan menyebutkan ketuban pecah
dini jika terjadi pengeluaran cairan ketuban sebelum pembukaan 5 cm).
Kemajuan persalinan dalam kala I :
a. Kemajuan yang cukup baik pada persalinan kala I :
 Kontraksi teratur yang progresif dengan peningkatan frekuensi dan durasi.
 Kecepatan pembukaan serviks paling sedikit 1 cm perjam selama persalinan
faseaktif (dilatasi serviks berlangsung atau ada disebelah kiri garis waspada).
 Serviks tampak dipenuhi oleh bagian bawah janin.
b. Kemajuan yang kurang baik pada kala I :
 Kontraksi yang tidak teratur dan tidak sering setelah fase laten.
 Kecepatan pembukaan serviks lebih lambat dari 1 cm perjam selama
persalinan fase aktif (dilatasi serviks berada disebelah kanan garis waspada).
 Serviks tidak dipenuhi oleh bagian bawah janin.
c. Kemajuan pada kondisi ibu.
 Jika denyut nadi ibu meningkat, mungkin ia sedang dalam keadaan dehidrasi
atau kesakitan. Pastikan hidrasi yang cukup melalui oral atau IV dan berikan
analgesik secukupnya.
 Jika tekanan darah ibu menurun, curigai adanya perdarahan
 Jika terdapat aceton didalam urine ibu, curigai masukan nutrisi yang kurang.
Segera berikan dextrose IV.
d. Kemajuan pada kondisi janin.
 Jika didapati DJJ tidak normal (kurang dari 100 atau lebih dari 180 x / menit)
curigai adanya gawat janin.
 Posisi atau presentasi selain oksiput anterior dengan reflek fleksi sempurna
digolongkan dalam malposisi atau malpresentasi.
B. KALA 2
Dimulai pada saat pembukaan serviks telah lengkap dan berakhir pada saat bayi telah
lahir lengkap. Pada Kala 2 ini His menjadi lebih kuat, lebih sering, dan lebih lama.
Selaput ketuban mungkin juga sudah pecah/ baru pecah spontan pada awal Kala 2
ini. Rata-rata waktu untuk keseluruhan proses Kala 2 pada primigravida ± 1,5 jam,
dan multipara ± 0,5 jam.
Sifat His :
Amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali / 10 menit. Refleks mengejan terjadi juga
akibat stimulasi dari tekanan bagian terbawah janin (pada persalinan normal yaitu
kepala) yang menekan anus dan rektum. Tambahan tenaga meneran dari ibu, dengan
kontraksi otot-otot dinding abdomen dan diafragma, berusaha untuk mengeluarkan
bayi.
Peristiwa penting pada Kala 2 :
 Bagian terbawah janin (pada persalinan normal : kepala) turun sampai dasar
panggul.
 Ibu timbul perasaan/ refleks ingin mengedan yang semakin kuat.
 Perineum meregang dan anus membuka (hemoroid fisiologis)
 Kepala dilahirkan lebih dulu, dengan suboksiput di bawah simfisis (simfisis
pubis sebagai sumbu putar/ hipomoklion), selanjutnya dilahirkan badan dan
anggota badan.
 Kemungkinan diperlukan pemotongan jaringan perineum untuk memperbesar
jalan lahir (episiotomi).
Proses pengeluaran janin pada kala 2 (persalinan letak belakang kepala) :
 Kepala masuk pintu atas panggul : sumbu kepala janin dapat tegak lurus dengan
pintu atas panggul (sinklitismus) atau miring / membentuk sudut dengan pintu
atas panggul (asinklitismus anterior / posterior).
 Kepala turun ke dalam rongga panggul, akibat : 1) tekanan langsung dari his dari
daerah fundus ke arah daerah bokong, 2) tekanan dari cairan amnion, 3)
kontraksi otot dinding perut dan diafragma (mengejan), dan 4) badan janin
terjadi ekstensi dan menegang.
 Fleksi : kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala berubah dari
diameter oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter suboksipito-
bregmatikus (belakang kepala).
 Rotasi interna (putaran paksi dalam) : selalu disertai turunnya kepala, putaran
ubun-ubun kecil ke arah depan (ke bawah simfisis pubis), membawa kepala
melewati distansia interspinarum dengan diameter biparietalis.
 Ekstensi : setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah oksiput
melewati bawah simfisis pubis bagian posterior. Lahir berturut-turut : oksiput,
bregma, dahi, hidung, mulut, dagu.
 Rotasi eksterna (putaran paksi luar) : kepala berputar kembali sesuai dengan
sumbu rotasi tubuh, bahu masuk pintu atas panggul dengan posisi
anteroposterior sampai di bawah simfisis, kemudian dilahirkan bahu depan dan
bahu belakang.
 Ekspulsi : setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan dikeluarkan dengan
mudah. Selanjutnya lahir badan (toraks,abdomen) dan lengan, pinggul /
trokanter depan dan belakang, tungkai dan kaki.
C. KALA 3
 Dimulai pada saat bayi telah lahir lengkap, dan berakhir dengan lahirnya
plasenta.
 Kelahiran plasenta : lepasnya plasenta dari insersi pada dinding uterus, serta
pengeluaran plasenta dari kavum uteri.
 Lepasnya plasenta dari insersinya : mungkin dari sentral (Schultze) ditandai
dengan perdarahan baru, atau dari tepi / marginal (Matthews-Duncan) jika tidak
disertai perdarahan, atau mungkin juga serempak sentral dan marginal.
 Pelepasan plasenta terjadi karena perlekatan plasenta di dinding uterus adalah
bersifat adhesi, sehingga pada saat kontraksi mudah lepas dan berdarah.
 Pada keadaan normal, kontraksi uterus bertambah keras, fundus setinggi
sekitar / di atas pusat.

sifat His :
Amplitudo 60-80 mmHg, frekuensi kontraksi berkurang, aktifitas uterus menurun.
Plasenta dapat lepas spontan dari aktifitas uterus ini, namun dapat juga tetap menempel
(retensio) dan memerlukan tindakan aktif (manual aid).

D. KALA 4
Dimulai pada saat plaenta telah lahir lengkap, sampai dengan 1 jam setelahnya.
Hal penting yang harus diperhatikan pada Kala 4 persalinan :
 Kontraksi uterus harus baik
 Tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain
 Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap
 Kandung kencing harus kosong
 Luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma
 Resume keadaan umum ibu dan bayi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan :


a. Power / Tenaga
Power utama pada persalinan adalah tenaga/kekuatan yang dihasilkan oleh
kontraksi dan retraksi otot-otot rahim. Gerakan memendek dan menebalotot-
otot rahim yang terjadi sementara waktu disebut kontraksi. Kontraksi ini terjadi
diluar sadar sedangkan retraksi mengejan adalah tenaga kedua (otot-otot perut
dan diafragma) digunakan dalam kala II persalinan. Tenaga dipakai untuk
mendorong bayi keluar dan merupakan kekuatan ekspulsi yang dihasilkan oleh
otot-otot volunter ibu.
b. Passages/Lintasan
Janin harus berjalan lewat rongga panggul atau serviks dan vagina sebelum
dilahirkan untuk dapat dilahirkan, janin harus mengatasi pula tahanan atau
resisten yang ditimbulkan oleh struktur dasar panggul dan sekitarnya.
c. Passanger
Passenger utama lewat jalan lahir adalah janin dan bagian janin yang paling
penting (karena ukurannya paling besar) adalah kepala janin selain itu disertai
dengan plasenta selaput dan cairan ketuban atau amnion.
d. Psikologis
Dalam persalinan terdapat kebutuhan emosional jika kebutuhan tidak tepenuhi
paling tidak sama seperti kebutuhan jasmaninya. Prognosis keseluruhan wanita
tersebut yang berkenan dengan kehadiran anaknya terkena akibat yang
merugikan.

5. Kebutuhan Ibu Bersalin


 Asuhan tubuh dan fisik.
 Kehadiran seorang pendamping.
 Penerimaan thd sikap & perilakunya.
 Informasi & kepastian ttg hasil persalinan yg aman
 Pengurangan rasa nyeri.
6. Asuhan Keperawatan Pada Ibu Bersalin

Pengkajian
1) Aktifitas dan istirahat
 Tekanan darah lebih rendah dari pada normal pada 8-12 minggu pertama.
Kembali pada tingkat normal pada separuh waktu kehamilan akhir
 Denyut nadi meningkat 10-15x/menit
 Mur-mur sistolik pendek dapat terjadi sehubungan dengan peningkatan volume
darah
 Varises pada ekstremitas bawah dan edema terutama pada trimester III
 Episode sinkope
2) Integritas Ego
 Menunjukkan perubahan persepsi diri
 Body image rendah
3) Eliminasi
 Perubahan pada konsistensi dan frekuensi defekasi
 Peningkatan frekuensi berkemih
 Peningkatan berat jenis urin
 Timbulnya hemoroid
4) Makanan dan Cairan
 Mual, muntah terutama pada trimester I, nyeri uluh hati sering terjadi
 Peningkatan berat badan 2-4 Kg pada trimester I, 11-12 Kg pada trimester II
&III
 Membran mukosa kering, hipertropi jaringan, gusi mudah terjadi perdarahan
 Hb dan Ht rendah, mungkin di temui anemia fisiologis
 Glukus dan edema
5) Nyeri dan Ketidaknyamanan
 Kram kaki
 Nyeri tekan dan bengkak pada payudara
 Kontraksi brakson hicks setelah 28 minggu
 Nyeri punggung
6) Pernafasan
 Mukosa nampak lebih merah dari biasanya
 Frekwensi pernafasan dapat meningkat relatif terhadap ukuran / tinggi uterus
 Pernafasan thorakal
7) Keamanan
 Suhu tubuh 36 – 37ºC
 DJJ terdengar pada usia kehamilan 17 –20 minggu
 Gerakan janin terasa pada usia kehamilan 20 minggu
 Quickening pada usia kehamilan 16 – 20 minggu
 Ballotement ada pada bulan ke 4 dan ke 5
8) Sexualitas
 Berhentinya menstruasi
 Perubahan respon / aktifitas seksual
 Leukhorea
 Peningkatan secara progresif ukuran uterus
 Payudara membesar, hiperpigmentasi pada areola
 Perubahan pigmentasi kloasma, lineanigra, palmaleritema, spindernevi, strie
gravidarum
 Tanda-tanda hegar, chadwick positif
9) Interaksi sosial
 Bingung atau meragukan perubahan peran yang diantisipasi
 Tahap maturasi / perkembangan bervariasi dan dapat mundur dengan stressor
kehamilan
 Respon anggota keluarga lain dapat bervariasi dari positif dan mendukung
sampai disfungsional
10) Penyuluhan/ Pembelajaran
Harapan individu terhadap kehamilan persalinan, melahirkan tergantung pada
usia, tingkat pengetahuan, pengalaman, paritas, keinginan terhadap anak, dan
keadaan ekonomi
11) Pemeriksaan Diagnostik
 Darah : Hb, golongan darah, skrening HIV, hepatitis
 Skrening untuk TBC paru, tuberubela
 Tes serum HSG

Diagnosa
No DIAGNOSA SLKI SIKI
1. Nyeri Tujuan : nyeri menurun Manajement Nyeri ( I. 08238 )
melahirkan (L. 08066 ) Observasi
(D.0079 ) Kriteria Hasil : - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
-Tingkat nyeri menurun - Identifikasi skala nyeri
-Kontrol nyeri meningkat Terapeutik
-Keluhan nyeri menurun - Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode dan pemicu
nyeri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
2. Ansietas Tujuan : ansietas menurun Terapi relaksasi ( I. 09326 )
( D.0080 ) ( L.09093 ). Observasi
Kriteria hasil ; - periksa ketegangan otot
- verbalisasi kebingungan - identifikasi penurunan tingkat energy
menurun Terapeutik
- perilaku tegang menurun - ciptakan lingkungan tenang
- perilaku gelisah menurun - gunakan relaksasi sebagai strategi penujang
dengan analgetik
Edukasi
- jelaskan tujuan, manfaat relaksasi ( nafas dalam,
relaksasi otot )
- anjurkan mengambil posisi nyaman
- demonstrasikan dan latih tehnik relaksasi ( nafas
dalam, peregangan, imajinasi)

3 Resiko Tujuan : kehilanan darah baik Pencegahan perdarahan ( I.02067 )


perdarahan internal maupun external Observasi
( D. 0012) persalinan menurun - monitor tanda gejala perdarahan
( L.02017 ) - monitor nilai hb sebelum dan setelah
Kriteria hasil : kehilangan darah
- HB membaik - monitor vital sign
- HT membaik Terapeutik
- suhu tubuh membaik - batasi tindakan invasive
- perdarahan pervaginam - pertahankan bedress selama perdarahan
menurun
Edukasi
- jelaskan tanda dan gejala perdarahan
- anjurkan meningkatkan asupan cairan dan
menghindari konstipasi
- anjurkan meningkatkan asupan makan an
minum vit. K
- anjurkan segera melapor bila terjadi
perdarahan.
DAFTAR PUSTAKA

PPNI ( 2016 ).Standar diagnosis keperawatn : Definisi dan Indicator Diagnostic, Edisi
1,Jakarta : DPP PPNI.
PPNI ( 2018 ).Standar diagnosis keperawatn : Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi
1,Jakarta : DPP PPNI.
PPNI ( 2016 ).Standar diagnosis keperawatn : Definisi dan Kriteria Hasil, Edisi 1,Jakarta :
DPP PPNI.
Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad (1994), Obstetri Patologi, Bagian Obstetri
dan Ginekologi FK Unpad, Bandung.
Hacker Moore (1999), Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Hanifa Wikyasastro (1997), Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo, Jakarta.
Carpenito, L.J. 2000. Nursing Diagnosis : Application to Clinical Practice.Edisi VIII,
Philadelphia, Lippincot Company, USA

Gordon et.al,2001,Nursing Diagnoses : Definition and Clasification 2001-


2002,Philadelphia,USA.

Hanifa Wikyasastro. 1997. Ilmu Kebidanan, Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai