Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Perubahan Fisiologis Dalam Persalinan Sejumlah perubahan fisiologs yang


normal akan terjadi selama persalinan. Hal ini untuk mengetahui perubahan-
perubahan yang dapat dilihat secara klinis dan bertujuan untuk dapat secara
tepat dan cepat menginterprestasikan tanda-tanda gejala tertentu, serta
penemuan perubahan fisik dan laboratorium apakah normal atau tidak

A. Perubahan Uterus
Selama persalinan uterus berubah bentuk menjadi dua bagian yang
berbeda yaitu segmen atas dan segmen bawah. Dalam persalinan perbedaan
antara segmen atas dan segmen bawah rahim lebih jelas lagi. Segmen atas
memegang peranan yang aktif karena berkontraksi dan dindingnya
bertambah tebal dengan majunya persalinan.
Sebaliknya segmen bawah rahim memegang peran pasif dan makin tipis
dengan majunya persalinan karena diregangkan. Segmen bawah uterus
dianalogikan dengan ismus uterus yang melebar dan menipis pada
perempuan yang tidak hamil.

Sebagai akibat menipisnya segmen bawah uterus dan bersamaan


dengan menebalnya segmen atas, batas antara keduanya ditandai oleh suatu
lingkaran pada permukaan dalam uterus yang disebut sebagai cincin retraksi
fisiologik. Jadi, secara singkat segmen atas berkontraksi, mengalami
retraksi,menjadi tebal, dan mendorong janin keluar sebagai respon terhadap
gaya dorong kontraksi pada segmen atas, sedangkan segmen bawah uterus
dan serviksmengadakan relaksasi, dilatasi,serta menjadi saluran yang tipis
dan teregang yang akan dilalui janin.Setelah kontraksi maka otot tersebut
tidak berelaksasi kembali ke keadaan sebelum kontraksi tapi menjadi sedikit
lebih pendek walaupun tonusnya seperti sebelum kontraksi.
Kejadiaan ini disebut retraksi.Dengan retraksi ini maka rongga
rahim mengecil, anak berangsur di dorong ke bawah,dan tidak banyak naik
lagi ke atas setelah his hilang. Akibat retraksi ini segment atas semakin tebal
dengan majunya persalinan apalagi setelah bayi lahir.Kontraksi tidak sama
kuatnya, tapi paling kuat di daerah fundus uteri dan berangsur berkurang ke
bawah dan paling lemah pada segment bawah rahim. Jika kontraksi di
bagian bawah sama kuatnya dengan kontraksi bagian atas, maka tidak akan
ada kemajuan dalam persalinan. Telah dikatakan bahwa sebagai akibat
retraksi, segment atas semakin mengecilkarena pada permulaan persalinan
serviks masih tertutup, maka tentu isi rahim tidak dapat di dorong ke dalam
vagina.

Pengecilan segment atas hanya mungkin jika diimbangi oleh


relaksasi segment bawah rahim. Sebagian dari isi rahim keluar dari segment
atas tetapi diterima oleh segmentawah.Jadi, segment atas makin lama makin
mengecil, sedangkan segment bawah makin direnggang makin tipis dan isi
rahim sedikit demi sedikit pindah ke segmentawah. Karena segmen atas
makin tebal dan segmentawah makin tipis, maka batas antara segmentatas
dan segment bawah menjadi jelas. Batas ini disebut lingkaran retraksi yang
fisiologis. Kalau segmen bawah sangat diregang maka lingkaran retraksi
lebih jelas lagi dan naik mendekati pusat dan disebut lingkaran retraksi yang
patologis atau lingkaran bandl.Lingkaran bandl adalah tanda ancaman
robekan rahim dan terdapat kalau bagian depan tidak dapat maju, misalnya
karena panggul sempit.

B. Perubahan Serviks
Tenaga yang efektif pada Kala 1 persalinan adalah kontraksi uterus,
yang selanjutnya akan menghasilkan tekanan hidrostatik keseluruh selaput
ketuban terhadap servik dan segment bawah uterus. Bila selaput ketuban
sudah pecah, bagian terbawah janin dipaksa langsung mendesak servik dan
segment bawah uterus. Sebagai akibat kegiatan daya dorong ini, terjadi
perubahan mendasar yaitu pendataran dan dilatasi-pada serviks yang sudah
melunak.Pada nulipara penurunan bagian bawah janin terjadi secara khas
agak lambat tetapi pada multipara, khususnya yang paritasnya tinggi,
penurunan bisa berlangsung sangat cepat.

Pendataran dari serviks ialah pemendekan dari canalis cervikalis,


yang 1-2 cm, menjadi suatu lubang saja dengan pinggir yang tipis. Serabut-
serabut setinggi osserviks internum ditarik keatas atau dipendekkan menuju
segment bawah uterus, kondisi oseksternum untuk sementara tidak
berubah.Pinggiran osinternum di tarik ke atas beberapa sentimeter sampai
menjadi bagian (baik secara anatomi maupun fungsional) dari segment
bawah uterus.Pemendekan dapat dibandingkan dengan suatu proses
pembentukan terowongan yang mengubah suatu panjang sebuah tabung
yang sempit menjadi corong yang sangat tumpul dan mengembang dengan
lubang keluar melingkar kecil. Sebagai hasil aktivitas miometrium yang
meningkat sepanjang persiapa uterus untuk persalinan, pendataran
sempurna pada serviks yang lunak kadang kala telah selesai sebelum
persalinan aktif dimulai. Pendataran menyebabkan ekspulsi sumber mukus
ketika saluran servik memendek.Sebetulnya pendataran serviks sudah
dimulai dalam kehamilan dan serviks yang pendek (lebin dari setengahnya
telah merata) merupakan tanda dari serviks yang matang.

Dilatasi adalah pelebaran os serviks eksternal dari muara dengan


diameter berukuran beberapa millimeter sampai muara tersebut cukup lebar
untuk dilewati bayi.Ketika kontraksi uterus menimbulkan tekanan pada
selaput ketuban, tekanan hidrostatik kantong amnion akan melebarkan
serviks. Dilatasi secara klinis dievaluasi dengan mengukur diameter serviks
dalam sentimeter, 0-10cm dianggap pembukaan lengkap. Kalau pembukaan
telah mencapai ukuran 10 cm, maka dikatakan pembukaan lengkap. Pada
pembukaan lengkap tidak teraba lagi bibir portio, segment bawah rahim,
serviks, dan vagina telah merupakan satu saluran.
Faktor-faktor yang menyebabkan pembukaan serviks ialah:
a. Mungkin otot-otot serviks menarik pada pinggir ostium dan
membesarkannya.
b. Waktu kontraksi segment bawah rahim dan serviks diregang oleh isi
rahim terutama oleh air ketuban dan ini menyebabkan tarikan pada
serviks.Waktu kontraksi, bagian selaput yang terdapat di atas canalis
servikalis ialah yang disebut ketuban, menonjol ke dalam canalis
servikalis, dan membukanya.Selaput ketuban yang pecah dini tidak
mengurangi dialtasi serviks selama bagian terbawah janin berada
pada posisi meneruskan tekanan terhadap serviks dan segmen bawah
uterus. Pola dialatasi serviks yang terjadi selama berlangsungnya
persalinan normal mempunyai bentuk kurva sigmois, dibagi 2 fase
dilatasi serviks adalah fase laten dan fase aktif. Fase aktif dibagi
menjadi fase akselerasi, fase lereng maksimum, dan fase deselerasi.
Lengkapnya dilatasi serviks pada fase aktif persalinan dihasilkan
oleh retraksi serviks di sekeliling bagian terbawah janin.

C. Perubahan Kardiovaskuler
Penurunan yang mencolok selama acme konstraksi uterus tidak
terjadi jika ibu berada dalam posisi miring bukan posisi telentang.Denyut
jantung di antara konstraksi sedikit lebin tinggi dibanding selama periode
persalinan atau belum masuk persalinan. Hal ini mencerminkan kenaikan
dalam metabolisme yang terjadi selama persalinan.Denyut jantung yang
sedikit naik merupakan hal yang normal. Meskipun normal perlu dikontrol
secara periode untuk mengidentifikasi infeksi.Detak jantung akan
meningkat cepat selama kontraksi berkaitan juga dengan peningkatan
metabolisme, Sedangkan antara kontraksi detak jantung mengalami
peningkatan sedikit dibanding sebelum persalinan.
D. Perubahan Tekanan Darah
Peningkatan curah jantung terjadi akibat peningkatan volume
darah.Volume darah meningkat secara progresif selama kehamilan pada
usia 6-8 minggu kehamilan dan mencapai puncaknya pada usia 32-34
minggu kehamilan. Jantung harus memompa dengan kekuatan yang lebih
besar,khususnya pada saat menjelang aterm, sehingga terjadi sedikit
dilatasi.
Hormon progesteron akan menimbulkan relaksasi otot-otot polos
dan menyebabkan dilatasi dinding pembuluh darah yang akan mengimbangi
peningkatan kekuatan dari jantung. Dengan demikian, tekanan darah harus
tetap atau mendekati nilai pada keadaan tidak hamil. Walaupun demikian,
seorang wanita hamil cenderung mengalami hipotensi supinasio apabila
berbaring terlentang karena vena kava inferior akan tertekan oleh isi uterus
yang berat.

E. Perubahan Nadi
Frekuensi denyut jantung nadi diantarakontraksi lebih sedikit lebih
tinggi dibandingkan dengan selama periode menjelang persalinan. Hal ini
mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi selama persalinan.

F. Perubahan Suhu
1) Suhu tubuh meningkat selama persalinan, tertinggi selama dan
segera setelah melahirkan.
2) Peningkatan suhu yang tidak lebih dari 0,5-10C dianggap
normal, nilai tersebut mencerminkan peningkatan metabolisme
persalinan.
3) Peningkatan suhu tubuh sedikit adalah normal dalam persalinan,
namun bila persalinan berlangsung lebih lama peningkatan suhu
tubuh dapat mengindikasikan dehidrasi, sehingga parameter lain
harus di cek. Begitu pula pada kasus ketuban pecah dini,
peningkatan suhu dapat mengindikasikan infeksi dan tidak dapat
dianggap normal dalam keadaan ini.

G. Perubahan Pernafasan
1) Sedikit peningkatan frekuensi pernapasan dianggap normal
selama persalinan, hal tersebut mencerminkan peningkatan metabolisme.
Meskipun sulit untuk memperoleh temuan yang akurat mengenai frekuensi
pernapasan, karena snagat dipengaruhi oleh rasa senang, nyeri, rasa takut, dan
pengggunan teknik pernapasan.

2) Hiperventilasi yang memanjang adalah temuan abnormal dan dapat


menyebabkan alkalosis. Amati pernapasan pasien dan bantu ia
mengendalikannya untuk menghindari hiperventilasi berkelanjutan, yang
ditandai oleh rasa kesemutan pada ekstremitas dan perasaan pusing.

H. Perubahan Metabolisme

1) Selama persalinan, metabolisme karbohidrat baik aerob maupun anaerob


meningkat dengan kecepatan tetap. Peningkatan ini terutama diakibatkan
oleh kecemasan dan aktivitas otot rangka.

2) Peningkatan aktivitas metabolic dari peningkatan suhu tubuh, denyut


nadi, pernapasan, curah jantung, dan cairan yang hilang.

I. Perubahan Ginjal

Poliuri sering terjadi selama persalinan. Kondisi ini dapat


diakibatkan karena peningkatan lebih lanjut curah jantung selama persalinan
dan kemungkinan peningkatan laju filtrasi glomerulus dan aliran plasma
ginjal. Poliuri menjadi kurang jelas pada kondisi telentang karena posisi ini
membuat aliran urin berkurang selama kehamilan.
Kandung kemih harus sering dievaluasi (setiap 2 jam) untuk
mengetahui adanya distensi, juga harus dikosongkan untuk mencegah
obstruksi persalinan akibat kandung kemih yang penuh. Yang akan
mencegah penurunan bagian presentasi janin, dan trauma pada kandung
kemih akibat penekanan yang lama, yang akan menyebabkan hipotonia
kandung kemih dan retensi urin selama periode pascapersalinan.

Sedikit proteinuria (+1) umum ditemukan pada sepertiga sampai


setengah jumlah ibu bersalin. Lebih sering terjadi pada primipara, pasien
yang mengalami anemia, atau yang persalinannya lama. Proteinuria yang
nilainya +2 atau lebih adalah data yang abnormal. Hal ini mengindikasikan
pre-eklampsi.

J. Perubahan Gastrointestinal

Motilitas dan absorbsi lambung terhadap makanan padat jauh berkurang.


Apabila kondisi ini diperburuk oleh penurunan lebih lanjut sekresi asam lambung
selama persalinan, maka saluran cerna bekerja dengan lambat sehingga waktu
pengosongan lambung menjadi lebih lama. Cairan tidak dipengaruhi dan waktu
yang dibutuhkan untuk pencernaan di lambung tetap seperti biasa. Makanan yang
dimakan selama periode menjelang persalinan atau fase prodromal atau fase laten
persalinan cenderung akan tetap berada di dalam lambung salama persalinan.

Lambung yang penuh dapat menimbulkan ketidaknyamanan selama masa


transisi. Oleh karena itu, pasien dianjurkan untuk tidak makan dalam porsi besar
atau minum berlebihan, tetapi makan dan minum ketika keinginan timbul guna
mempertahankan energi dan hidrasi.

Mual dan muntah umum terjadi selama fase transisi yang menandai akhir
fase pertama persalinan. Pemebrian obat-obatan oral tidak efektif selama
persalinan. Perubahan saluran cerna kemungkinan timbul sebagai respon terhadap
salah satu kombinsi antara faktorfaktor seperti kontraksi uuerus, nyeri, rasa takut,
khwatir, obat atau komplikasi.

K. Perubahan Hematologi

Hemoglobin meningkat rata-rata 1,2 mg% selama persalinan dan kembali


ke kadar sebelum persalinan pada hari pertama pascapersalinan jika tidak ada
kehilangan darah yang abnormal.

Jangan terburu-buru yakin bahwa seorang pasien tidak anemia. Tes darah
yang menunjukkan kadar darah berada dalam batas normal membuat kita terkecoh
sehingga mengabaikan peningkatan resiko pada pasien anemia selama masa
persalinan. Selama persalinan, waktu koagulasi darah berkurang dan terdapat
peningkatan fibrinogen plasma lebih lanjut. Perubahan ini menurunkan resiko
perdarahan pascapersalinan pada pasien normal.

Hitung sel darah putih secara progresif meningkat selama kala I sebesar
kurang lebih 5 ribu/ul hinggaa jumlah rata-rata 15ribu/ul pada saat pembukaan
lengkap, tidak ada peningkatan lebih lanjut setelah ini. Peningkatan hitung sel darah
putih tidak selalu mengindikasikan proses infeksi ketika jumlah ini dicapai. Apabila
jumlahnya jauh di atas nilai ini, cek parameter lain untuk mengetahui adanya proses
infeksi.

Gula darah menurun selama proses persalinan, dan menurun drastis pada
persalinan yang alami dan sulit. Hal tersebut kemungknan besar terjadi akibat
peningkatan aktivitas otot uterus dan rangka. Penggunaan uji laboratorium untuk
menapis seorang pasien terhadap kemungkinan diabetes selama masa persalinan
akan menghasilkan data yang tidak akurat dan tidak dapat dipercaya.

Anda mungkin juga menyukai