Sonia wulandari
PERJALANAN KLINIS PERSALINAN
Beberapa jam terakhir pada kehamilan manusia ditandai dengan kontraksi uterus yang
menyebabkan dilatasi serviks dan mendorong janin melalui jalan lahir. Banyak energi dikeluarkan
pada waktu ini; oleh karena itu, penggunaan istilah labor (kerja keras) dimaksudkan untuk
menggambarkan proses ini. Kontraksi miometrium pada persalinan terasa nyeri, sehingga istilah
nyeri persalinan digunakan untuk mendeskripsikan proses ini.
Pada 36 sampai 38 minggu pertama kehamilan, miometrium tidak responsif; setelah masa tenang
yang panjang ini, diperlukan fase transisi agar ketidakresponsifan miometrium menghilang dan
serviks melunak dan mendatar. Memang, ada banyak status fungsional uterus yang harus dilaksa
nakan selama kehamilan dari masa nifas; status-status fungsional ini diuraikan belakangan dan di
golong-golongkan sebagai fase-fase uterus pada persalinan.
Kontraksi miometrium yang tidak menyebabkan dilatasi serviks dapat dirasakan kapan pun
selama kehamilan. Kontraksi-kontraksi ini ditandai dengan kejadian yang tidak dapat diramalkan,
intensitas rendah, dan durasinya singkat. Rasa tidak nyaman yang ditimbulkan biasanya terbatas
di abdomen bawah dan lipat paha. Menjelang akhir masa kehamilan, ketika uterus mengalami
persiapan untuk bersalin,
MIOMETRIUM
PERTIMBANGAN-PERTIMBANGAN ANATOMIS DAN
FISIOLOGIS
Ciri-ciri unik otot miometrium dibanding dengan otot rangka. Miometrium dari sisi
efisiensi kontraksi uterus dan pelahiran janin
Derajat pemendekan sel otot polos saat kontraksi mungkin satu tingkat lebih besar
daripada yang dicapai oleh sel otot lurik.
Pada sel otot polos gaya-gaya kontraksi dapat diberikan ke berbagai arah, sedangkan
gaya kontraksi yang ditimbulkan oleh otot rangka selalu sejajar dengan sumbu serat otot
Otot polos tidak diorganisasi dengan cara yang sama seperti otot rangka; pada
miometrium ditemukan filamen tebal dan tipis pada berkas-berkas yang panjang dan
acak di seluruh sel tersebut.
Terdapat keuntungan bahwa pembangkitan gaya yang multidireksional pada otot polos
miometrium memungkinkan kesanggupan pengarahan daya dorong ke segala arah
sehingga pelahiran dapat dilakukan tanpa memandang letak atau presentasi janin.
BIOKIMIAWI KONTRAKSI OTOT
POLOS
Persalinan aktif dibagi menjadi tiga kala yang berbeda. Kala satu persalinan mulai
ketika telah tercapai kontraksi uterus dengan frekuensi, intensitas, dan durasi yang
cukup untuk menghasilkan pendataran dan dilatasi serviks yang progresif. Kala satu
persalinan selesai ketika serviks sudah membuka lengkap (sekitar 10 cm) sehingga
memungkinkan kepala janin lewat. Oleh karena itu, kala satu persalinan disebut
stadium pendataran dan dilatasi serviks.
Kala dua persalinan mulai ketika dilatasi serviks sudah lengkap, dan berakhir ketika
janin sudah lahir. Kala dua persalinan adalah stadium ekspulsi janin.
Kala tiga persalinan mulai segera setelah janin lahir, dan berakhir dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban janin. Kala tiga persalinan adalah stadium pemisahan
dan ekspulsi plasenta.
AWITAN PERSALINAN SECARA
KLINIS
Setelah serviks berdilatasi penuh, gaya yang paling penting pada ekspulsi janin
adalah gaya yang dihasilkan oleh tekanan intraabdominal ibu yang meninggi.
Gaya ini terbentuk oleh kontraksi otot-otot abdomen secara bersamaan dengan
upaya pernapasan paksa dengan glottis tertutup. Gaya ini disebut “mengejan”.
Sifat gaya yang ditimbulkan sama dengan gaya yang terjadi pada defekasi,
tetapi intensitasnya biasanya jauh lebih besar. Pentingnya tekanan
intraabdominal pada ekspulsi janin paling jelas terlihat pada persalinan
perempuan yang menderita paraplegi.
Meskipun tekanan intraabdominal yang tinggi diperlukan untuk menyelesaikan
persalinan spontan, tenaga ini sia-sia sampai serviks sudah membuka lengkap.
Secara spesifik, tekanan ini merupakan bantuan tambahan yang diperlukan oleh
kontraksikontraksi uterus pada kala dua persalinan, tetapi mengejan hanya
membantu sedikit pada kala satu selain menimbulkan kelelahan belaka.
SERVIKS
Dibandingkan dengan korpus uteri, segmen bawah uterus dan serviks merupakan
daerah yang resistensinya lebih kecil. Oleh karena itu, selama terjadi kontraksi,
struktur-struktur ini mengalami peregangan, yang dalam prosesnya serviks
mengalami tarikan sentrifugal sampai 11-10).
Ketika kontraksi uterus menimbulkan tekanan pada selaput ketuban, tekanan hidro
statik kantong amnion akan melebarkan saluran serviks seperti sebuah baji. Bila
selaput ketuban sudah pecah, tekanan pada bagian terbawah janin terhadap serviks
dan segmen bawah uterus juga sama efektifnya.
Selaput ketuban yang pecah dini tidak mengurangi dilatasi serviks selama bagian
terbawah janin berada pada posisi meneruskan tekanan terhadap serviks dan segmen
bawah uterus.
POLA-POLA PERSALINAN
POLA DILATASI SERVIKS
Ciri klinis kontraksi uterus yaitu, frekuensi, intensitas, dan durasi tidak
dapat diandalkan: sebagai ukuran kemajuan persalinan dan sebagai indeks
normalitas. Dua fase dilatasi serviks adalah fase laten dan fase aktif. Fase
aktif dibagi lagi menjadi fase akselerasi, fase lereng maksimum, dan fase
deselerasi.
Lamanya fase laten lebih variabel dan rentan terhadap perubahan-
perubahan sensitif oleh faktor-faktor luar dan oleh sedasi (pemanjangan
fase laten).
Dilatasi serviks lengkap, kala dua persalinan mulai; sesudah itu, hanya
turunnya bagian terbawah janin secara progresiflah satu-satunya alat ukur
yang tersedia untuk menilai kemajuan persalinan.
POLA-POLA PENURUNAN JANIN
Pada banyak nuhpara, masuknya kepala janin ke pintu atas panggul telah tercapai
sebelum persalinan mulai, dan penurunan janin lebih jauh tidak akan terjadi sampai
akhir persalinan. Pada multipara yang masuknya kepala janin ke pintu atas panggul
mula-mula tidak begitu sempurna, penurunan lebih jauh terjadi pada kala satu
persalinan.
Dalam pola penurunan pada persalinan normal, terbentuk kurva hiperbolik yang
khas ketika station kepala janin diplpt pada suatu fungsi durasi persalinan.
Penurunan aktif biasanya terjadi setelah dilatasi serviks sudah maju untuk beberapa
lama. Pada nulipara, kecepatan turun biasanya bertambah cepatIselama fase lereng
maksimum dilatasi serviks.
KRITERIA PERSALINAN NORMAL
Jalan lahir disokong dan secara fungsional ditutup oleh sejumlah lapisan jaringan yang bersama-sama
membentuk dasar panggul. Struktur yang paling penting adalah m. levator ani dan fasia yang membungkus
permukaan atas dan bawahnya, yang demi praktisnya dapat dianggap sebagai dasar panggul.
Ketebalan m. levator ani bervariasi dari 3 sampai 5 mm, meskipun tepi-tepinya yang melingkari rektum dan
vagina agak lebih tebal. Selama kehamilan m. levator ani biasanya mengalami hipertrofi. Pada pemeriksaan per
vaginam, tepi dalam otot ini dapat diraba sebagai tali tebal yang membentang ke belakang dari pubis dan
melingkari vagina sekitar 2 cm di atas himen. Sewaktu kontraksi, m. levator ani menarik rektum dan vagina ke
depan dan ke atas sesuai arah simfisis pubis sehingga bekerja menutup vagina. Otot-otot perineum yang lebih
superfisial terlalu halus untuk berfungsi lebih dari sekedar sebagai penyokong.
Pada kala satu persalinan, selaput ketuban dan bagian terbawah janin memainkan peran untuk membuka bagian
atas vagina. Namur, setelah ketuban pecan, perubahan-perubahan dasar panggul seluruhnya dihasilkan oleh
tekanan yang diberikan oleh bagian terbawah janin. Perubahan yang paling nyata terdiri dari peregangan
serabut-serabut m. levatores ani dan penipisan bagian tengah perineum, yang berubah bentuk dari massa
jaringan berbentuk baji setebal 5 cm menjadi (kalau tidak dilakukan episiotomi) struktur membran tipis yang
hampir transparan dengan tebal kurang dari 1 cm. Ketika perineum teregang maksimal, anus menjadi jelas
membuka dan terlihat sebagai lubang berdiameter 2 sampai 3 cm dan di sini dinding anterior rektum menonjol.
Jumlah dan besar pembuluh darah yang luar biasa yang memperdarahi vagina dan dasar panggul menyebabkan
kehilangan darah yang amat besar kalau jaringan ini sobek.
PELEPASAN PLASENTA
Normalnya, pada saat bayi selesai dilahirkan, rongga uterus hampir terobliterasi
dan organ ini berupa suatu massa otot yang hampir padat, dengan tebal beberapa
sentimeter di atas segmen bawah yang lebih tipis. Fundus uteri sekarang terletak di
bawah batas ketinggian umbilikus. Penyusutan ukuran uterus yang mendadak ini
selalu disertai dengan pengurangan bidang tempat implantasi plasenta.
Agar plasenta dapat mengakomodasikan diri terhadap permukaan yang mengecil
ini, organ ini memperbesar ketebalannya, tetapi karena elastisitas plasenta terbatas,
plasenta terpaksa menekuk. Tegangan yang dihasilkannya menyebabkan lapisan
desidua yang paling lemah lapisan spongiosa, mengalah, dan pemisahan terjadi di
tempat ini. Oleh karena itu, pelepasan plasenta terutama disebabkan oleh disproporsi
yang terjadi antara perubahan ukuran plasenta dan mengecilnya ukuran tempat
implantasi di bawahnya pada seksio sesarea, fenomena ini mungkin dapat diamati
langsung bila plasenta berimplantasi di posterior.
PEMISAHAN AMNIOKORION
Dengan berkembangnya segmen bawah uterus yang terbentuk dengan baik, kepala janin
seringkali turun ke atau bahkan melewati pintu atas panggul ibu, suatu peristiwa tersendiri yang
disebut sebagai lightening (peringanan).
PERUBAHAN-PERUBAHAN SERVIKS
PADA FASE 1 PARTUS
Korpus uteri (fundus) dan serviks, meskipun merupakan bagian organ yang
sama, harus berespons, dengan cara yang cukup berbeda selama kehamilan
dan partus. Di satu pihak, pada sebagian besar masa kehamilan,
miometrium harus dapat mengembang tetapi tetap tenang. Di lain pihak,
serviks harus tetap tak responsif dan cukup kaku. Namun, bersamaan
dengan inisiasi partus, serviks harus melunak, mengalah, dan menjadi lebih
mudah melebar.
Fundus harus berubah dari organ yang relatif relaks dan tidak responsif
yang khas pada sebagian besar masa kehamilan menjadi organ yang akan
menimbulkan kontraksi yang efektif daft mendorong janin melalui serviks
yang mudah membuka dan melalui jalan lahir. Kegagalan interaksi
terkoordinasi antara fungsi-fungsi fundus dan serviks menandakan hasil
kehamilan yang kurang baik. Namun, meskipun
KOMPOSISI SERVIKS
Otot polos miometrium fasik secara inheren adalah suatu jaringan kontraktil; pita-pita
miometrium pada uterus perempuan tidak hamil—bila ditempatkan di dalam bak air
isotonik berkontraksi secara ritmik tanpa rangsangan tambahan, sekalipun ada inhibitor
prostaglandin sintase (Crankshaw dan Dyal, 1994). Oleh karena itu, sulit dimengerti
bagaimana uterus dapat mengembang untuk menampung janin 3500 g, 1 L cairan
amnion, dan 800 g plasenta serta selaput ketuban tanpa mencetuskan kontraksi kuat.
Kapasitas volume rongga uterus meningkat beberapa tingkatan pembesaran selama
kehamilan. Uterus bertambah besar dari sebuah organ dengan berat sekitar 50 sampai
70 gram menjadi organ yang mempunyai berat lebih dari 1000 g pada aterm. Dengan
mengetahui daya luar biasa yang akan ditimbulkannya pada persalinan, amat
mengherankan bahwa beban intrauteri pada kehamilan manusia ditoleransi dengan
ketenangan miometreium fungsional seperti itu.
INVESTASI FISIOLOGIS PADA
FASE 0 PARTUS
Investasi fisiologis yang harus dibuat untuk mempertahankan fase 0 amat
besar. Kemungkinan semua cara pada sistem biomolekular (saraf, endokrin,
parakrin, dan otokrin), yang memungkinkan banyak proses pemanggilan-sel,
dilaksanakan dan dikoordinasikan untuk mencapai suatu status uterus yang
relatif tidak responsif. Selain itu, sistem antigagal tambahan yang melindungi
uterus terhadap agen-agen yang dapat men.gganggu kondisi ketenangan pada
fase 0 itu juga harus ada.
Estrogen dan progesteron via reseptor intraselular; peningkatan adenosin
monofosfat siklik (CAMP) yang diperantarai reseptor membran plasma sel
miometrium; pembentukan guanosin monofosfat siklik (cGMP); dan sistem-
sistem lain (modifikasi saluran ion pada sel miometrium), semuanya mungkin
bekerja pada fase 0 persalinan manusia. Seandainya demikian, mungkin juga
suatu defek pada satu komponen dalam sistem ini (baik yang terjadi secara
alami atau terinduksi secara farmakologis), seberapa pun beratnya, mungkin
tidak harus menghalangi keberhasilan pemeliharaan kehamilan sampai aterm.
KONTRIBUSI HORMON STEROID
PADA FASE 0 PARTUS
Estrogen menyebabkan kontraksi miometrium dan bahwa progesteron melemahkan
keresponsifan kontraktil. Sebagian disebabkan oleh kepercayaan ini, seringkali
dibuat keterangan mengenai pentingnya “rasio estrogen: proges teron” (dalam darah
atau jaringan) terhadap kontraktilitas uterus.
Kemungkinan besar ini merupakan penyederhanaan berlebihan dan cukup mungkin
merupakan suatu interpretasi yang tidak benar tentang peranan dua hormon steroid
ini pada fungsi miometrium.
Kadar estrogen dan progesteron dalam plasma pada kehamilan manusia normal amat
besar; keduanya amat berlebihan dalam arti bahwa afinitasnya konstan terhadap
receptor estrogen dan progesteron. Karena alasan ini, sulit dimengerti bagaimana
perubahan rasio konsentrasi kedua steroid yang relatif kecil ini dapat mengatur
proses-proses fisiologis selama kehamilan manusia. Alasan teleologic untuk kadar
estrogen dan progesteron yang sedemikian tinggi pada kehamilan manusia tidak
diketahui.
ESTROGEN