BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. PERSALINAN
A. Pengertian
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi
baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2013).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta)
yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir
atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpabantuan (kekuatan sendiri).
Proses ini dimulai dengan adanya kontraksi persalinan sejati, yang ditandai
dengan perubahan serviks secara progresif dan diakhiri dengan kelahiran
plasenta. ( sulistyowati.2012). Persalinan dibagi menjdi 3 yaitu :
a) Persalinan spontan
Bila persalinan ini berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui
jalan lahir.
b) Persalinan buatan
Bila persalinan dibantu tenaga dari luar misalnya ekstraksi dengan forceps,
atau dilakukan operasi caesarea.
c) Persalinan anjuran
Pada umumnya persalinan terjadi bila bayi sudah cukup besar untuk hidup
diluar, tetapi tidak sedemikian besarnya sehingga menimbulkan kesulitan
dalam persalinan. Kadang-kadang persalinan tidak mulai dengan sendirinya
tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian phytocin
atau prostaglandin.
Beberapa jam terakhir kehamilan ditandai dengan adanya kontraksi uterus
yang menyebabkan penipisan, dilatasi serviks, dan mendorong janin keluar
melalui jalan lahir. Banyak energi yang dikeluarkan pada waktu ini. Oleh karena
6
2. Serviks
Sebelum onset perslinan, serviks mempersiapkan kelahiran dengan
berubah menjadi lembut. Saat persalinan mendekat, serviks mulai enipis dan
mulai membuka. Gambaran prosesnya adalah sebagai berikut:
a. Penipisan serviks (effacement)
Berhubungan dengan kemajuan pendekatan dan penipisan serviks.
Seiring dengan bertambah efektifnya kontraksi, serviks mengalami
perubahan bentuk menjadi lebih tipis. Hal ini disebabkan oleh kontraksi
yang bersifat fundal dominan sehingga seolah-olah serviks tertarik keatas
dan lama-kelamaan menjadi tipis. Batas antara segmen atas dan bawah
9
b. Dilatasi
Proses ini merupakan kelanjutan dari effacement. Setelah serviks
dalam kondisi menipis, makan tahap berikutnya adalah pembukaan.
Serviks membuka disebabkan daya tarikan otot uterus keatas secara terus-
menerus saat uterus berkontraksi.
Dilatasi dan diameter serviks dapat diketahui melalui pemeriksaan
intavagina. Berdasarkan diameter serviks, fase ini terbagi dalam dua fase,
yaitu :
1) Fase laten
Berlangsung kurang lebih 8 jam pembukaan terjadi sangat lambat
sampai mencapai diameter 3 cm.
2) Fase aktif
Dibagi dalam 3 fase:
a) Fase aktif akselerasi .dalam waktu du jam pembukaan 3cm-4cm.
b) Fase aktif dilatasi maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat dari 4cm-9cm
c) Fase aktif deselerasi.
Pembukaan melambat kembali, dalam 2 jam pembukaan dari 9cm
menjadi lengkap . pembukaan lengkap berarti bibir serviks tak
teraba dan lubang serviks 10cm. Fase diatas dijumpai pada
primigravida. Pada multigravida tahapannya sama namun
waktunya lebih singkat. Kala 1 selesai apabila pembukaan serviks
telah lengkap. Pada primigravida kira-kira 13 jam. Sedangkan
pada multigravida kira-kira 7 jam.
c. Lendir darah
Pendataran dan dilatasi serviks melonggarkan membran dari daerah
internal os dengan sedikit perdarahan dan menyebabkan lendir bebas dari
10
3. Ketuban
Ketuban akan pecah dengan sendirinya ketika pembukaan hampir atau sudah
lengkap. Tidak jarang ketuban harus dipecahkan ketika pembukaan sudah
lengkap. Bila ketuban telah pecah sebelum pembukaan 5cm, disebut ketuban
pecah dini (KPD).
4. Tekanan darah
a. Tekanan darah akan meningkat selama kontraksi, disertai peningkatan
sistol rata-rata 15-20 mmHg dan diastol rata-rata 5-10 mmHg.
b. Pada waktu-waktu tertentu diantara kontraksi, tekanan darah kembali ke
tingkat sebelum persalinan. Untuk memastikan tekanan darah yang
sebenarnya pastikan untuk melakukan cek tekanan darahselama interval
kontraksi.
c. Dengan mengubah posisi pasien dari telentang ke posisi miring kiri
perubahan tekanan darah selama persalinan dapat dihindari.
d. Nyeri, rasa takut, dan kekhawatiran dapat semakin meningkatkan tekanan
darah.
e. Apabila pasien merasa sangat takut atau khawatir, pertimbnagkan
kemungkinan rasa takutnya menyebabkan peningkatan tekanan darah
(bukan preeklampsi). Cek parameter lain untuk menyingkirkan
kemungkinan preeklampsi berikan perawatan dan obat-obat penunjang
yang dapat merelaksasi pasien sebelum menegakkan diagnosis akhir, jika
preeklampsi tidak terbukti.
5. Metabolisme
11
6. Suhu tubuh
a. Suhu tubuh meningkat selama persalinan, tertinggi selama dan segera
setelah melahirkan.
b. Peningkatan suhu yang tidak lebih dari 0,5-1°C dianggap normal, nilai
tersebut mengalami peningkatan metabolisme selama persalinan.
c. Peningkatan suhu tubuh sedikit adalah normal dalam persalinan, namun
bila persalinan lebih lama peningkatan suhu tubuh dapat mengindikasikan
dehidrasi, sehingga parameter lain harus dicek. Begitu pula pada kasus
ketuban pecah dini, peningkatan suhu dapat mengindikasikan infeksi dan
tidak dapat dianggap normal pada keadaan ini.
7. Detak jantung
a. Perubahan yang mencolok selama kontraksi disertai peningkatan selama
fase peningkatan, penurunan selama titik puncak sampai frekuensi yang
lebih rendah dari pada frekuensi diantara kontraksi dan peningkatan selama
penuruan hingga mencapai frekuensi lazim diantara kontraksi.
b. Penurunan yang mencolok selama puncak kontraksi tidak terjadi pada
wanita yang berada pada psisi miring bukan telentang.
c. Frekuensi denyut nadi diantara kontraksi sedikit lebih tinggi dibanding
selama periode menjelang persalinan. Hal ini mencerminkan peningkatan
metabolisme yang terjadi selama persalinan.
d. Sedikit oeningkatan denyut jantung dianggap normal, maka diperlukan
pengecekan paremeter lain untuk menyingkirkan kemungkinan proses
infeksi.
8. Pernafasan.
12
10. Gastrointestinal
a. Motilitas dan absorbsi lambung terdapat makanan padat jauh yang
berkurang apabila kondisi ini diperburuk oleh penurunan lenih lanjut
13
11. Hematologi
a. Hemoglobin meningkat rata-rata 1,2 mg% selama persalinan dan kembali
ke kadar sebelum persalinan pada hari pertama pascapersalinan jika tidak
ada kehilangan darah yang abnormal.
b. Tes darah yang menunjukkan kadar darah. Berada dalam batas normal
membuat kita terkecoh mengabaikan peningkatan resiko pada pasien
anemia selama masa persalinan.
c. Selama persalinan, waktu koagulasi berkurang dan terdapat peningkatan
fibrinogen plasma lebih lanjut. Perubahan ini menurunkan resiko
perdarahan pasca persalinan pada pasien normal.
d. Hitung sel darah putih secara progresif meningkat selama kala I sebesar
kurang lebih 5 rib/ul hingga jumlahrata-rata 15ribu/ul pada saat pembukaan
lengkap, tidak ada peningkatan lebih lanjut setelah ini.
e. Gula darah menurun selama proses persalinan, dan menurun drastis pada
persalinan yang lama dan sulit hal tersebut kemungkinan akibat
peningkatan aktifitas otot uterus dan rangka.
(sulistyawati.2012)
F. Tahapan Persalinan
1. Kala I Pembukaan
Pasien dikatakan dalam tahap persalinan kala I, jika sudah terjadi
pembukaan serviks dan kontraksi terjadi teratur minimal dua kali dalam 10
14
1) Pegang kepala pada tulang ocsiput dan bagian bawah dagu, kemudian
ditarik curam kebawah untuk melahirkan bahu depan dan cunam
keatas untuk lahirkan bahu belakang.
2) Setelah kedua bahu bayi lahir, ketiak dikait untuk melahirkan sisa
badan bayi.
3) Bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban.
g. Lamanya kala II untu primigravida 50 menit dan multigravida 30 menit.
1) Tanda dan gejala kala II
a) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit
b) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
c) Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum dan/atau
vagina
d) Perineum terlihat menonjol
e) Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka
f) Peningkatan pengeluaran lendir dan darah
2) Diagnosis kala II ditegakkan atas dasar pemeriksaan dalam yang
menunjukkan :
a) Pembukaan serviks telah lengkap.
b) Terlihat bagian kepala bayi pada introitus vagina.
3) Penatalaksanan fisiologis kala II
Proses fisiologis kala II persalinan diartikan sebagai
serangkaian peristiwa alamiah yang terjadi sepanjang periode
tersebut dan diakhiri dengan lahirnya bayi secara normal (dengan
kekuatan ibu sendiri). Setelah pembukaan lengkap, beritahu pada ibu
bahwa hanya dorongan alamiahnya yang mengisyaratkan ia untuk
meneran dan kemudian beristirahat di antara kontraksi. Ibu dapat
memilih posisi yang nyaman, baik berdiri, duduk, jongkok atau
miring yang dapat mempersingkat kala II.
4) Membimbing ibu untuk meneran
Bila tanda pasti kala II telah diperoleh, tunggu sampai ibu
merasakan adanya dorongan spontan untuk meneran dan teruskan
pemantauan kondisi ibu dan bayi.
a) Mulai Mengejan
16
Jika sudah didapatkan tanda pasti kala dua tunggu ibu sampai
merasakan adanya dorongan spontan untuk meneran.
Meneruskan pemantauan ibu dan bayi.
b) Memantau selama penataksanaan kala dua persalinan
Melanjutkan penilaian kondisi ibu dan janin serta kemajuan
persalinan selama kala dua persalinan secara berkala.
c) Memeriksa dan mencatat nadi ibu setiap 30 menit, frekuensi dan
lama kontraksi selama 30 menit, denyut jantung janin setiap
selesai meneran, penurunan kepala bayi melalui pemeriksaan
abdomen, warna cairan ketuban, apakah ada presentasi majemuk,
putaran paksi luar, adanya kehamilan kembar dan semua
pemeriksaan dan intervensi yang dilakukan pada catatan
persalinan.
d) Posisi Ibu saat Meneran
Membantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman
baginya. Ibu dapat berganti posisi secara teratur selama kala dua
persalinan karena hal ini sering kali mempercepat kemajuan
persalinan. Mencari posisi meneran yang paling efektif dan
menjaga sirulasi utero plasenter tetap baik.
e) Posisi duduk atau setengah duduk
Dapat memberikan rasa nyaman bagi ibu dan memberikan
kemudahan baginya untuk beristirahat diantara kontraksi.
Keuntungan dari kedua posisi ini adalah gaya gravitasi untuk
membantu ibu melahirkan bayinya.
f) Jongkok atau berdiri
Dapat membantu mempercepat kemajuan kala II persalinan dan
mengurangi rasa nyeri.
g) Merangkak atau berbaring miring kiri
Membuat mereka lebih nyaman dan efektif untuk meneran.
Kedua posisi ini juga akan membantu perbaikan posisi oksiput
yang melintang untuk berputar menjadi posisi oksiput anterior.
Posisi merangkak seringkali membantu ibu mengurangi rasa
17
4. Kala Ke IV (Observasi)
Kala ke IV mulai dari lahirnya plasenta selama 1-2 jam. Pada kal IV
dilakukan observasi terhadap perdarahan pasca persalinan, paling sering
terjadi pada dua jam pertama. Observasi yang dilakukan adalah sebagai
berikut.
a. Tingkat kesadaran pasien
b. Pemeriksaan TTV : tekanan darah, nadi, dan pernafasan.
c. Kontraksi uterus.
d. Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih norml bila jumlahnya
tidak melebihi 400-500 cc.
G. Mekanisme Persalinan
1. Engagement (penguncian)
Engagement adalah terkuncinya kepala janin setelah melewati PAP,
terjadi jika diameter tersebut bagian terendah kepala janin telah melewati
PAP. Pada presentasi kepala terjadi pada diameter biparientalis. Pada
primigravida, engagement terjadi pada 2-3 minggu sebelum cukup bulan,
sedangkan pada multi gravida engagement dapat terjadi sesaat setelah
persalinan dimulai. Keadaan bagian terendah janin yang seluruhnya masih
21
berada diatas PAP di sebut floating sedangkan bagian terendah kepala janin
sudah melewati PAP tetapi engagement belum terjadi disebut dipping.
2. Engagement pada synclitismus
Apabila diameter biparietal kepala janin sejajar dengan bidang-
bidang panggul, maka kepala dalam keadaan synclitismus. Suturasa.gitalis
berada ditengah-tengah antara bagian depan dan belakang panggul. Kalau
keadaanyya tidak demikian dinamakan asynclitismus.
3. Asynclitismus posterior
Asynclitismus posterior adalah keadaan pada waktu kepala
mendekati panggul os parietalis belakang, letaknya lebih rendah dari
os.paritalis depan, sutura sagitalis berada lebih dekat ke arah simfisis
daripada kearah promontorium, dan diameter biparientalis miring terhadap
PAP.
Pada waktu kepala masuk kedalam panggul, os parietalis belakang
menjadi bagian terendah dan tuberparietalis belakang turun melewati
promotorium. Tuberparietalis depan masih ada di atas simfisis pubis dan
belum masuk panggul. Kontraksi uterus mendorong kepala kebawah dan
menyebabkan gerakan fleksi kearah lateral. Os.parietalis berputar terhadap
promontorium sutura sagitalis bergerak kearah belakang kearah sacrum, dan
tuberparietalis turun melewati simfisis dan masuk kedalam panggul hal ini
membawa sutura sagitalis kepertengahan antara bagian depan dan belakang
panggul, dan sekarang kepala berada dalam syhncliticmus.
4. Mekanisme Persalinan Normal
Mekanisme persalinan normal terbagi dalam beberapa tahan gerakan
kepala janin terhadap panggul yang diikuti dengan lahirnya seluruh anggota
bdan bayi.
a. Penurunan Kepala
Terjadi selama proses persalinan karena daya dorong dari kontraksi uterus
yang efektif, posisi, serta kekuatan meneran dari pasien.
b. Penguncian (engagement)
22
Tahap penurunan pada waktu diameter biparietal dari kepala janin telah
melalui lubang masuk panggul pasien.
c. Fleksi
Dalam proses masuknya kepala janin kedalam panggul, fleksi menjadi hal
yang sangat penting, karena dengan fleksi diameter kepala janin terkecil
dapat bergerak melalui panggul dan terus bergerak menuju dasar panggul.
d. Putaran Paksi Dalam
Putaran internal dari kepala janin akan membuat diameter anteroposterior
yang lebih panjang dari kepala menyesuaikan diri dengan diameter
anteroposterior dari panggul pasien.
e. Lahirnya Kepala Dengan Cara Ekstensi
Cara kelahiran ini untuk kepala dengan posisi ocsiput posterior. Proses ini
terjadi karena daya tahanandari dasar panggul dimana gaya tersebut
membentuk lengkungan carus yang mengarahkan kepala ke atas menuju
lorong vulva, bagian leher belakang dibawah ocsiput akan bergeser
kebawah simfisis pubis dan bekerja sebagai poros (hipomoklion).
f. Restitusi
Restitusi ialah perputaran kepala sebesar 45° baik kekanan atau kekiri,
bergantung kepada arah dimana ia mengikuti perputaran menuju posisi
ocsiput anterior.
g. Putaran Paksi Luar
Putaaran ini terjadi secara bersamaan, dengan putaran internal dari bahu.
Pada saat kepala janin mencapai dasar panggul, bahu akan mengalami
perputaran dalam arah yang sama dengan kepal janin agar terletak dalam
diameter yang besar dari rongga panggul. Bahu anterior akan terlihat pada
lubang vulva-vaginal, dimana ia akan bergeser dibawah symfisis pubis.
h. Lahirnya Bahu Dan Seluruh Anggota Badan Bayi
Bahu posterior akan menggembungkan perineum dan kemudian
dilahirkan dengan cara fleksilateral. Setelah bahu dilahirkan, seluruh
tubuh janin lainnya akan mengikuti sumbu carus.
adalah dengan menggunakan skala ukuran jari ( lebar satu jari berarti satu cm)
untuk menentukan diameter dilatasi serviks (pembukaan serviks/portio).
Pemeriksaan dalam dilakukan untuk menilai :
1. Vagina ( terutama dindingnya), apakah ada bagian yang menyempit;
2. Keadaan serta pembukaan seviks;
3. Kapasitas panggul;
4. Ada atau tidaknya tumor pada jalan lahir;
5. Sifat fluor abus dan apakah ada alat yang sakit, seperti bartholinitis
6. Pecah tidaknya selaput ketuban;
7. Presentasi janin;
8. Turunnya kepala dalam janin;
9. Penilaian besarnya kepala terhadap panggul;
10. Apakah proses persalinan sudan dimulai dan kemajuan persalinan.
I. Partograf
Partograf merupakan alat bantu yang digunakan untuk memantau
kemajuan persalinan kala I dan informasi untuk membuat keputusan klinik.
1. Fungsi partograf
a. Mengamati dan mencatat informasi kemajuan persalinan dengan
memeriksa dilatasi serviks selama pemeriksaan dalam.
b. Mendeteksi secarar dini terhadap kemungkinan adanya penyulit
persalinan sehingga bidan dapat membuat keputusan tidakan dengan
tepat.
c. Sebagai alat komunikasi yang unik namun praktis antara bidan dengan
dokter mengenai perjalanan persalinan pasien.
d. Alat dokumentasi riwayat persalinan pasien beserta data pemberian
medikamntosa yang diberikan selama proses persalinan.
Sebelum memutuskan untuk menggunakan partograf, bidan harus dapat
mengidentifikasi keadan pasien apakah memenuhi kriteria untuk dipantau
menggunakan partograf atau tidak. Kriteria pasien yang dapat dipantau
menggunakan partograf :
a. Persalinan diperkirakan spontan.
b. Janin tunggal.
c. Usia kehamilan 36-42 minggu.
d. Presentasi kepala
e. Tidak ada penyulit persalinan.
f. Persalinan sudah masuk dalam kala I aktif
24
1) Garis waspada dimulai pada pembukaan 4 cm, dan berakhir pada titik
dimana pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan
serviks 1cm per jam. Jika pembukaan servik mengarah ke sebelah
kanan garis waspada pembukaan kurang dari 1cm perjam maka harus
dipertimbangkan kemungkinan adanya penyulit persalinan, misalnya
fase aktif yang memanjang; serviks kaku; inersia uteri hipotonik; dan
lain-lain. Pada kondisi ini pertimbangkan untuk tindakan rujukan.
2) Garis bertindak terletak sejajar dan disebelah kanan ( berjarak 4 jam)
garis waspada. Jika pembukaan serviks melampaui dan berada
disebelah kanan garis tindakan, maka hal ini menunjukkan perlu
dilakukan tindakan untuk menyelesaikan persalinan. Sebaiknya pasien
sudah berada di fasilitas pelayanan rujukan sebelum gari bertindak
terlampaui.
g. Grafik hasil pemeriksaan dalam
1) Setiap melakukan pemeriksaan dalam harus selalu dituliskan dalam
grafik ini, karena indikator normal atau tidknya persalinan mulai
pemantauan partograf adalah kemajuan pembukaan serviks.
2) Cara menuliskannya dengan memberikannya tanda silang tepat diatas
garis waspada ( jika pembukaan tepat 4cm) atau berada di perpotongn
garis waspada dan skala pembukaan yang ada di sisi paling pinggir
grafik (skala 1-10), dilanjutkan dengan menuliskan kapan dan jam
berapa dilakukan pemeriksaan pada baris waktu dibawahnya.
3) Hasil pemeriksaan berikutnya diisi menyesuaikan dengan waktu
pemeriksaan dan dibuat garis penghubung antara tanda silang
sebelumnya dan tanda silang selanjutnya.
4) Perlu diingat, hasil pemeriksaan dalam yang dituliskan dalam pertograf
adalah jika pembukaan sudah lebih dari 3 cm atau sudah dalam fase
aktif.
5) Jika hasil pembukaan mendekati garis bertindk, maka bidan harus
merujuk pasien karena mengindikasikan adanya persalinan lama.
h. Grafik hasil pemeriksaan penurunan kepala.
27
Catatan Persalinan
Catatan persalinan adalah terdiri atas unsur-unsur berikut:
1) Data dasar
2) Kala I
3) Kala II
4) Kala III
29
B. Gambaran Klinis
Bayi baru lahir mengalami perubahan fisiologi antara lain :
1. Pernafasan dan peredaran darah
30
5. Berat Badan
Pada hari ke 2 dan 3 akan mengalami penurunan berat badan + 7% tidak
boleh lebih dari 10% karena pemasukan cairan dan pengeluaran belum
seimbang pada hari ke 10 berat badan akan mencapai berat badan lahir.
6. Panas Tubuh
Pusat pengatur panas mulai berkembang pada bulan terakhir dalam masa
featus. Ketika lahir pusat pengatur panas ini belum stabil hingga belum dapat
mempertahankan keseimbangan produksi panas dan pengeluaran panas dari
tubuh.
7. Refleks
Refleks primitive dari bayi yang baru lahir :
31
a. Moro Refleks
Bila bayi dikagetkan tiba-tiba akan terjadi refleks abduksi dan ekstensi
lengan dan tangan terbuka diakhiri aduksi lengan.
b. Graps Refleks
Dapat timbul bila tangan dirangsang akan menggenggam.
c. Walking Refleks
Dapat timbul bila telapak kaki diletakkan ditempat yang datar maka bayi
bergerak seperti berjalan
d. Crossod Extension Refleks
Bila satu tungkai dipegang pada posisi ekstensi pada lutut dan telapak
kaki sisi yang sama digores dengan kuku / jarum pada tungkai yang lain
akan berada pada posisi fleksi, eduksi dan ekstensi
e. Rooting Refleks
Rangsangan pada ujung mulut yang mengakibatkan kepala menoleh
kearah sisi rangsangan bibir bawah merendah menuju rangsangan dan
lidah juga bergerak menuju kearah rangsangan.
Skor 0 1 2
A (Appearance color / warna Pucat Badan merah Seluruh tubuh
kulit) extermitas biru kemerahan
P (Pulse heart rate / Tidak < 100 x/mnt > 100 x/mnt
32
2. Pemeriksaan fisik
a. Berat Badan dan Panjang Badan
b. Kepala
1. Lingkar kepala + 31 – 35 cm
2. Perdarahan kulit kepala
3. Caput succederium / caphel hematoma
4. Hydrocepalus / anencephalus
c. Mata
1. Strabismus
2. Glenorhoe
3. Perdarahan konjungtiva
d. Hidung
1. Sabiopalato schizis
2. Refleks menghisap
3. Memalingkan kepala kearah buah dada bila pipi disentuhkan
e. Leher
Pembengkakan atau tumor
f. Dada
1. Bentuk dada
2. Pernafasan
3. Bunyi jantung
g. Perut
33
b. Gunakan handuk atau kain bungkus bayi dengan selimut jangan lupa
memastikan kepala terlindung baik dan mencegah keluarnya panas tubuh
c. Memeriksa suhu bayi
4. Identifikasi
a. Alat yang digunakan hendaknya kebal air, tapi halus tidak melukai,
tidak mudah sobek, tidak mudah lepas
b. Pada alat tercantum
1) Nama (bayi, ibunya)
2) Tanggal lahir
3) Nomor bayi
4) Jenis kelamin
5) Unit
6) Ditempat tidur diberi tanda dengan mencantumkan nama – tanggal
lahir – nomor identifikasi.
7) Sidik telapak kaki bayi dan sidik jari ibu dicetak dicatatan yang tidak
mudah hilang, ukur BB, PB, lingkar kepala, lingkar perut dicatat
dalam catatan medik.
5. Pencegahan infeksi.
a. Obat mata eritomicin 0,5% atau tetrasiklin 1% untuk pencegahan
penyakit mata klomida (pris).
b. Vitamin K 1 mg/hari oral 3 hari untuk bayi normal cukup bulan 0,5 – 1
mg/hari bayi resiko tinggi
III. NIFAS
A. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas atau pueperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Pelayanan pasca persalinan harus
terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang
meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan
penyakit yang mungkin terjadi, serta penyediaan pelayanan pemberian ASI cara
menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu.(Prawirohardjo, 2013)
Sebagai bukti dapat dikemukakan bahwa kadar nitrogen dalam air kencing
sangat tinggi.
Berat Diameter
Tinggi Fundus
Involusi Uterus Bekas Melekat Keadaan Serviks
Uteri
(gr) Plasenta (cm)
Bayi
lahir Setinggi pusat 1000
2jari dibawah
Uri lahir pusat 750 12,5 Lembek
1 Pertengahan Beberapa hari setelah
minggu pusat-simfisis 500 7,5 partus dapat dilalui 2
2 Tak teraba diatas jari
minggu simfisis 350 3.4
6
minggu Bertambah kecil 50-60 1.2
8 Akhir minggu I dapat
minggu Sebesar normal 30 dimasuki 1 jari
38
6. Saluran Kencing
39
7. Laktasi
Keadaan buah dada pada 2 hari pertama nifas sama dengan keadaan
dalam kehamilan. Pada waktu ini buah dada belum mengandung susu,
melainkan colostru yang dapat dikeluarkan dengan memijat aerola
mammae. Cairan colostrum terdiri dari albumin, yang membeku kalau
dipanaskan.
Dibandingkan dengan air susu, colostrum lebih banyak mengandung
protein dan garam, gulanya sama tetapi lemaknya kurang, ada juga yang
mengemukakan bahwa dalam colostrum terdapa euglobulin yang
mengandung anti bodies, maka colostrum ini mungkin menambah
kekebalan anak terhadap penyakit.
Pada kira-kira hari ke-3 post partum, buah dada menjadi besar, keras
dan nyeri. Ini menandai permulaan sekresi air susu dan kalau aerola
mammae dipijat, keluarlah cairan putih dari puting susu. Air susu dapat
juga mengandung zat immun misalnya difteri anti toksin dan typhus
aglotinin (Dewi, 2011).
D. Klinik Nifas
Masa nifas terganggu kalau ada demam lebih dari 38oC pada 2 hari berturut-turut
pada10 hari pertama post partum, kecuali hari pertama dan suhu harus diambil
40
c. Lokia serosa
Hari ke 5-9 post partum, warnanya biasanya kekuningan / kecoklatan.
Lokia ini terdiri atas lebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga
terdiri atas leukosit dan robekan laserasi plasenta.
d. Lokia alba
Hari ke-10 post partum, warnanya lebih pucat, putih kekuningan, serta
lebih banyak mengandung leukosit, selaput lendir serviks, dan serabut
jaringan yang mati.(Dewi, 2011)
Untuk meningkatkan volume ASI pada masa nifas, ibu dapat memberikan
terapi pijat bayi.
(Dewi, 2011)
2. Istirahat
a. Anjurkaan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan.
b. Sarankan ia untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga secara
perlaahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi
tidur.
c. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal:
a) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi.
44
3. Gizi
Ibu menyusui harus:
a. Mengonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
b. Mekan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral,
dan vitamin yang cukup.
c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum
setiap kali menyusui).
d. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya
selama 40 hari pasca bersalin.
e. Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin
A kepada bayinya melalui ASI.
4. Latihan
a. Diskusikan pentingnya otot-otot perut dari panggul kembali normal.
Ibu akan merasa lebih kuat dan ini menyebabkan otot perutnya
menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung
b. Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat
membantu. Ajarkan senam nifas.
5. Perawatan payudara
a. Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama puting susu.
b. Manggunakan BH yang menyokong payudara.
45
c. Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada
sekitar puting susu setiap kali seleai menyusui. Menyusui tetap
dilakukan dimulai dari puting susu yang tidak lecet.
d. Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI
dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok.
e. Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat minum paracetamol 1 tablet
setiap 4-6 jam.
f. Apabila payudara bengkak akibat bendungan ASI, lakukan:
1) Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat
selama 5 menit.
2) Urut payudara dari arah pangkal menuju puting atau gunakan sisir
untuk mengurut payudara dengan arah “Z” menuju puting
3) Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga puting
susu menjadi lunak.
4) Susukan bayi setiap 2-3 jam. Apabila tidak dapat menghisap seluruh
ASI, sisanya keluarkan dengan tangan.
5) Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
6. Keluarga berencana
a. Idealnya waktu minimal 2 tahun sebelum ibu hamil kembali.
b. Biasanya wanita tidak akan menghasilkan telur sebelum ia mendapatkan
lagi haidnya selama menyusui (amenore laktasi).
(Saifuddin, 2010)
2. Metode Efektif
1) Suntikan KB :
a) Depoprovera yang mengandung medroxy progesterone acetate 150
mgr.
b) Cyclofem yang mengandung medroxy progesterone acetate 50 mgr
dan komponen estrogen.
2) Susuk KB (implznt): Setiap kapsul susuk KB mengandung 36 mgr
levonorgestrel.
3) Pil KB : Progesteron only pil , Pil KB kombinasi mengandung hormone
estrogen dan progesterone.
4) IUD / AKDR ( copper T , Medusa, Seven copper)
4. Kontrasepsi Pascapersalinan
Klien pascapersalinan dianjurkan:
a. Memberi ASI eksklusif (hanya memberi ASI saja) kepada bayi sejak lahir
sampai berusia 6 bulan. Sesudah bayi berusia 6 bulan diberikan makanan
48
atau ditolak.
2. Jika
menggunakan
MAL,
kontrasepsi
progestin dapat
ditunda sampai 6
bln.
3. Jika tidak
menyusui dapat
segera dimulai.
4. Jika tidak
menyusui lebih
dari 6 minggu
pascapersalinan,
atau sudah dapat
haid, kontrasepsi
progestin dapat
dimulai setelah
yakin tidak ada
kehamilan.
AKDR 1.Dapat dipasang 1. Tidak ada 1.Insersi
langsung pasca pengaruh pascaplasenta
plasenta , terhadap ASI. memerlukan
sewaktu seccio 2. Efek samping petugas
seccarea, atau lebih sedikit terlatih
pascapersalinan, pada pasien khusus.
sebelum klien yang menyusui. 2. Konseling
pulang ke rumah. perlu
2. Jika tidak, insersi dilakukan
ditunda sampai sewaktu
4-6 minggu asuhan
pascapersalinan. antenatal.
3. Jika laktasi atau 3.Angka
haid sudah dapat, pencabutan
insersi dilakukan AKDR tahun
sesudah yakin pertama lebih
tidak ada tinggu pada
kehamilan. klien
menyusui.
4. Ekspulsi
spontan lebih
50
tinggi 6-10%
pada
pemasangan
pascaplasenta.
5. Sesudah 4-6
minggu
pascapersalina
n teknik sama
dengan
pemasangan
waktu
interval.
Kontrasepsi 1.Dapat dilakukan 1. Tidak ada 1. Perlu anastesi
mantap: dalam 48 jam pengaruh lokal.
Tubektomi pascapersalinan. terhadap laktasi
atau tumbuh
2. Jika tidak, kembang bayi. 2. Konseling
tunggu sampai 6 sudah harus
minggu 2.Minilaparotomi dilakukan
pascapersalinan. pascapersalina sewaktu
n paling mudah asuhan
dilakukan antenatal.
dalam 48 jam
pascapersalnan
1) Mencegah ovulasi.
2) Perubahan lendir serviks menjadi kental dan sedikit, sehingga
menghambat pergerakan spermatozoa.
3) Menghambat perkembangan siklus dari endometrium.
V. BAYI
A. Konsep Imunisasi
1. Pengertian
Imunisasi berasal dari kata imun yang kebal atau resisten. Jadi
imunisasi adalah suatu tindakan untuk memberikan kekebalan dengan cara
memasukkan vaksin ke dalam tubuh.
a. Kekebalan yang bekerja dalam tubuh bayi dan anak
1) Kekebalan Aktif
Kekebalan yang dibuat sendiri oleh tubuh, bekerja untuk menolak
terhadap suatu penyakit tertentu dimana posesnya lambat tapi dapat
bertahan lama.
2) Kekebalan pasif
Kekebalan yang berada dalam tubuh anak, tidak dibuat sendiri tetapi
kekebalan tersebut diperoleh dari zat penolak antibody sehingga proses
mendapatkan antibody berlangsung cepat tetapi tidak bertahan lama,
dapat diperoleh melalui 2 cara yaitu kekebalan pasif alamiah dan
kekebalan pasif buatan
b. Vaksin
Adalah kuman atau racun kuman yang dimasukkan ke dalam tubuh bayi
atau anak yang disebut antigen. Bila ada antigen yang masuk ke dalam
tubuh, maka tubuh akan berusaha menolaknya dengan membuat zat
antibody dan zat anti terhadap kuman disebut antitoksin.
2. Tujuan Imunisasi
a. Tujuan umum Imunisasi (Widodo Parmowandono)
1) Untuk mencegah terjadinya penyakit infeksi tertentu
2) Apabila terjadi penyakit, tidak akan bertambah buruk dan dapat
mencegah segala yang dapat menimbulkan cacat atau kematian.
b. Tujuan khusus imunisasi
Vaksin BCG untuk membuat kekebalan aktif terhadap penyakit TBC
1) Tujuan pemberian vaksin DPT adalah untuk kekebalan aktif terhadap
penyakit difteri, pertusis dan tetanus
55
2. Tujuan
Dari pemberian vaksin BCG adalah untuk memberikan kekebalan aktif
terhadap penyakit TBC. Tanda-tandanya antara lain :
a. Batuk lender lebih dari 2 minggu
b. Dahak bercampur darah
c. Radang paru-paru
d. Kurus
e. Cacat pada tulang belakang
f. Cacat pada selaput otak
VI. BALITA
A. Definisi Anak Balita
Anak balita (umur 0-5 tahun) adalah salah satu sasaran pelayanan
kesehatan yang dilakukan oleh bidan. Anak baru lahir (umur 0-28 hari) dan bayi
(umur 1-12 bulan) termasuk anak balita. Puskesmas, Puskesmas Pembantu,
Polides memiliki data tentang anak balita di wilayah kerjanya. Data tersebut
57
Salah satu cara menilai keadaan gizi anak – anak secara cepat dan mudah
ialah pengukuran berat badan. Keadaan gizi anak di bawah 5 tahun merupakan
indikator keadaan gizi masyarakat. Penilaian tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS). Dengan KMS dapat dinilai keadaan
gizi dan pertumbuhan bayi dan anak sampai berumur 5 tahun.
1. Cara menimbang berat dengan memakai timbangan bayi atau cincin
Bila anak sukar ditimbang, sebab anak masih terlalu kecil atau takut,
sebaiknya ditimbang bersama ibunya dengan menggunakan timbangan
dewasa (detecto). Berat badan anak dapat diketahui dari selisih antara berat
badan ibu tambah anak dengan berat badan ibu.
2. Cara menilai keadaan gizi anak
Dengan menggunakan KMS yaitu :
Bila titik pertemuan berada dalam daerah hijau, berarti keadaan gizi anak
adalah baik bila dalam daerah merah berarti keadaan gizi anak buruk. Dalam
hal titik pertemuan berada di atas daerah hijau hendaknya dimintakan
nasehat dari dokter. Untuk menilai perkembangan atau pertumbuhan anak,
hendaknya diadakan penimbangan setiap bulan. Bila titik hasil penimbangan
ini dihubungkan, maka terbentuklah satu garis pertumbuhan. Pertumbuhan
yang baik bila paris pertumbuhan anak berada dalam daerah hijau dan sejajar
dengan garis pertumbuhan atau mengarah kedaerah hijau.
E. Imunisasi
Imunisasi adalah upaya yang dilakukan untuk memperoleh kekebalan
tubuh manusia terhadap penyakit tertentu. Proses imunisasi adalah memasukkan
faksin atau serum ke dalam tubuh manusia, melalui oral atau suntikan. Tubuh
dirangsang untuk membentuk anti bodi yang dapat memproduksi anti toksin.
Kehadiran antitoksin dapat menetralisir toksin yang dikeluarkan oleh kuman
penyakit yang masuk ke dalam tubuh manusia.
60
c. Tetanus
Kuman penyebab penyakit ini adalah elostridium tetani. Infeksi terjadi
melalui luka. Spora tetanus masuk ke dalam luka. Berkembang biak dalam
suasana anaerobic dan membentuk toksin. Tetanus neonatorolim terjadi akibat
infeksi pada luka bekas potongan tali pusat. Gejala khas adalah kejang-kejang,
wajah menyeringai, mulut terkancing. Tanpa program imunisasi “Attack rate”
sebesar 20 per 1000 kelahiran hidup. Case fatality rate berfareasi menurut
umur masa inkubasi dan pengobatan antara 30% sampai 90%. Kekebalan pada
tetanus hanya diperoleh melalui faksinasi lengkap.
d. Poliomylitis
Penyebab penyakit ini adalah virus polio tipe 1,2, dan 3. Gejala awal tidak
spesifik yaitu batuk dan demam ringan. Kelumpuhan terjadinya biasanya tidak
simetris pada anggota gerak badan tanpa menggangu sensibilitas kelumpuhan
otot pernafasan dan otot menelan. Sekitar 15% penderita dapat sembuh dalam
waktu 6 minggu dan sisanya menetap meninggalkan atrphy otot. Penularan
virus polio secara fecal oral atau droplet sangat cepat terutama didaerah
pemukiman padat dan sanitasi kurang.
Attack rate bila tanpa program imunisasi 37,24 per 100.000 anak umur 0 – 4
tahun. Case fatality rate sekitar 6% antibody maternal dari ibu hanya
melindungi anak yang dilahirkan dalam menggunakan yang pertama.
Pencegahan dengan vaksin polio triwulan adalah cara efektif dan efisien.
e. Tuberkulosis
Penyakit ini disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosa. Penyakit ini sering
ditemukan pada masyrakat golongan ekonomi rendah. Beberapa organ tubuh
sering terkena penyakit ini seperti paru – paru, kulit, tulang, sendi, selaput
otak, usus serta ginjal. Cara penularan melalui droplet terutama di daerah
padat penduduk. Resiko menderita penyakit ini tinggi pada usia dibawah 3
tahun. Vaksin pencegahan penyakit ini adalah BCG (Bacille Calmette Geurin).
f. Campak
62
Penyebab penyakit ini adalah selama disertai konjungtifitis. Tanda khas adalah
berupa bercak merah pada kulit dimulai dari dahi dan belakang telinga,
kemudian kemuka, badan dan anggota badan. Setelah 3 – 4 hari rash (bercak
merah kulit) menghilang meninggalkan bercak hiperpigmentasi sampai 1 – 2
minggu diakhiri dengan kulit mengelupas.
Gejala diatas perlu diperhatikan betul karena ada penyakit yang mirip dengan
campak disebut “measles like syndrome”. Untuk penyakit ini perlu diberi
imunisasi. Tingkat penularan campak tinggi, tanpa program imunisasi attack
rate 93,5 per 1000 kelahiran hidup. Kekebalan maternal yang dibawa anak
berangsur berkurang dan menghilang sampai berumur 9 bulan walaupun
demikian ditemukan kasus morbilli pada bayi umur 4,5 bulan.
Komplikasi terjadi 30% menderita botitis media, konjungtiva berat, enteritis
dan penumonia. Penderita mobile sering mengalami kurang gizi. Cose fatality
rate 3,5% dan dapat mencapai 40% pada penderita gizi buruk. Pemberian
vaksin campak satu kali dapat memberi kekebalan lebih dari 14 tahun
g. Hepatitis B
Penyebab penyakit ini adalah virus hepatitis B gejalanya tidak khas seperti
anorekia, nause, kadang-kadang timbul ikterus. Indonesia termasuk wilayah
edemic tinggi sampai sedang, carier rate, HB sag bervariasi antara 5-20%.
Kelompok resiko tinggi adalah anak dan ibu mengidap hepatitis B (70-90%)
pencandu narkotik, tenaga medis dan para medis, pasien hemodialisa, pekerja
laboratorium, pemakai jasa atau petugas akupuntus. Penularan dari ibu dapat
langsung pada janin.
Cose fatality rate hepatitis B lebih kecil 1% pencegahan yang aplinh efektif
adalah imunisasi hepatitis B (HB) terutama pada neonatus.
F. Kebijakan Imunisasi
63
Dismenorea adalah nyeri haid menjelang atau selama haid, berupa rasa
tidak enak diperut bagian bawah dan seringkali diiringi dengan rasa mual.
Dismenorea atau nyeri haid mungkin merupakan suatu gejala yang paling sering
menyebabkan wanita-wanita mudah pergi ke dokter untuk konsultasi dan
pengobatan. Karena gangguan ini sifatnya subyektif, walaupun frekuensi
dismenorea cukup tinggi dan penyakit ini sudah lama dikenal, namun sampai
sekarang patogenesisnya belum dapat dipecahkan dengan memuaskan.
(Prawirohardjo, 2014).
B. Etiologi
Penyebab pasti dismenorea primer belum diketahui. Diduga faktor psikis
sangat berperan terhadap timbulnya nyeri. Dismenorea primer umumnya
dijumpai pada wanita dengan siklus haid berovulasi. Penyebab tersering
dismenorea sekunder adalah endometriosis dan infeksi kronik genetalia enternal.
C. Manifestasi Klinis
Dismenorea Primer
1. Usia lebih muda
2. Timbul setelah terjadinya siklus haid yang teratur
3. Sering pada nulipara
4. Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spastik
5. Nyeri timbul mendahului haid dan meningkat pada hari pertama atau hari
kedua haid
6. Tidak dijumpai keadaan patologi pelvik
7. Sering memberikan respon terhadap pengobatan medikamentosa
8. Pemeriksaan Pelvik normal
9. Sering disertai nausea, muntah, diare, kelelahan dan nyeri kepala
Dismenorea Sekunder
65
D. Potofisiologi
1. Dismenorea Primer
Dismenorea primer (primary dysmenorrhea) biasanya terjadi dalam 6-
12 bulan pertama setelah menarche (haid pertama) segera setelah siklus
ovulasi teratur (regular ovulatory cycle) ditetapkan/ditentukan. Selama
menstruasi, sel-sel endometrium yang terkelupas (sloughing endometrial cells)
melepaskan prostaglandin, yang menyebabkan iskemia uterus melalui
kontraksi miometrium dan vasokonstriksi. Peningkatan kadar prostaglandin
telah terbukti ditemukan pada cairan haid (menstrual fluid) pada wanita
dengan dismenorea berat (severe dysmenorrhea). Kadar ini memang
meningkat terutama selama dua hari pertama menstruasi. Vasopressin juga
memiliki peran yang sama.
Riset terbaru menunjukkan bahwa patogenesis dismenorea primer
adalah karena prostaglandin F2alpha (PGF2alpha), suatu stimulan
miometrium yang kuat (a potent myometrial stimulant) dan vasoconstrictor,
yang ada di endometrium sekretori (Willman, 1976). Respon terhadap
inhibitor prostaglandin pada pasien dengan dismenorea mendukung
pernyataan bahwa dismenorea diperantarai oleh prostaglandin (prostaglandin
mediated). Banyak bukti kuat menghubungkan dismenorea dengan kontraksi
66
2. Dismenorea Sekunder
Dismenorea sekunder (secondary dysmenorrhea) dapat terjadi kapan
saja setelah menarche (haid pertama), namun paling sering muncul di usia 20-
an atau 30-an, setelah tahun-tahun normal, siklus tanpa nyeri (relatively
painless cycles). Peningkatan prostaglandin dapat berperan pada dismenorea
sekunder, namun, secara pengertian (by definition), penyakit pelvis yang
menyertai (concomitant pelvic pathology) haruslah ada. Penyebab yang umum
termasuk: endometriosis, leiomyomata (fibroid), adenomyosis, polip
67
E. Diagnosis
Dibuat dari keluhan-keluhan yang timbul, selalu berhubungan dengan haid. Pada
dugaan adanya endometriosis maupun infeksi kronik perlu dilakukan laparoskopi
diagnostik (Kapitaselekta, 2001).
F. Penatalaksanaan
1. Penerangan dan Nasehat
Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenorea adalah gangguan yang
tidak berbahaya untuk kesehatan. Nasehat-nasehat mengenai makanan sehat,
istirahat yang cukup dan olahraga mungkin berguna. Kadang-kadang
diperlukan psikoterapi.
68