DISUSUN OLEH:
NAMA : Marissa Dwi Saputri
NIM : P051403200024
5. Tahapan Persalinan
Menurut Indrayani & Maudy tahun 2016 dalam proses persalinan ada
beberapa tahapan yang harus dilalui oleh ibu, tahapan tersebut dikenal
dengan 4 kala :
1. Kala I
Kala I disebut juga kala pembukaan servik yang berlangsung antara
pembukaan nol (0) sampai pembukaan lengkap (10). Pada permulaan
his, kala I berlansung tidak begitu kuat sehingga pasien masih
dapat berjalan – jalan. Kala I persalinan dibagi menjadi dua yaitu:
a. Fase laten pada kala I persalinan
1) Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan
dan pembukaan serviks secara bertahap.
2) Dimulai dari adanya pembukaan sampai pembukaan serviks
mencapai 3 cm atau serviks membuka kurang dari 4 cm.
3) Pada umumnya, fase laten berlansung hampir atau hingga 8
jam
b. Fase aktif pada kala I persalinan
1) Frekuensi dan lama kontraki uterus akan meningkat secara
bertahap (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga
kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlansung selama
40 detik atau lebih).
2) Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap
atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata – rata 1 cm
perjam (nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 cm
hingga 2 cm (multipara)
3) Terjadi penurunan bagian terbawah janin
4) Pada umumnya, fase aktif berlansung hampir 6 jam
c. Fase aktif dibagi lagi menjadi tiga fase, yaitu:
1) Fase akselerasi, pembukaan 3 ke 4 dalam waktu 2 jam.
2) Fase kemajuan maksimal/dilatasi maksimal, pembukaan
berlansung sangat cepat, yaitu dari pembukaan 4 ke 9 dalam
waktu 2 jam.
3) Fase deselerasi, pembukaan 9 ke 10 dalam waktu 2 jam Fase
tersebut biasanya terjadi pada primigravida. Pada multigravida
juga terjadi demikian, namun fase laten, aktif dan fase
deselerasi terjadi lebih pendek.
2. Kala II (Pengeluaran Bayi)
Kala II persalinan disebut juga dengan kala pengeluaran
bayi yang dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm)
dan berakhir dengan kelahiran bayi. Tanda dan gejala kala II sebagai
berikut :
a. Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
b. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan
vagina.
c. Perineum menonjol.
d. Vulva dan spinter ani membuka.
Pada kala II his dan keingan ibu untuk meneran semakin
meningkat sehingga akan mendorong bayi keluar. Kala II berlansung
hingga 2 jam pada primipara dan 1 jam pada multipara. Menurut
Aderhold dan Roberts, persalianan Kala II dibagi menjadi 3 fase yaitu:
a. Fase keredaan
Fase ini dimulai dari pembukaan lengkap hingga saat timbulnya
keinginan untuk meneran secara berirama dan sering.
b. Fase meneran aktif
Fase ini dimulai pada saat usaha meneran sehingga bagian
terendah janin tidak masuk lagi antara peneranan yang dilakukan
(crowing).
c. Fase perineal
Fase ini dimulai dari crowing sampai lahirnya seluruh tubuh.
3. Kala III
Kala uri atau pengeluaran plasenta dimulai setelah lahirnya bayi
dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. setelah
Kala III, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10 menit. Plasenta
lepas berlansung tidak lebih dari 30 menit, jika lebih maka harus
diberi penanganan lebih atau dirujuk. Berikut tanda – tanda pelepasan
plasenta, yaitu:
a. Uterus teraba bundar (globuler).
b. Tali pusat bertambah panjang.
c. Terjadi perdarah secara tiba – tiba.
d. Uterus tersorong ke atas karena plasenta dilepas ke segmen bawah
rahim.
Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan secara
crede pada fundus uteri. Biasanya plasenta lepas dalam 6 – 15 menit
setelah bayi lahir. Lepasnya plasenta secara schultze biasanya tidak
ada perdarahan sebelum plasenta lahir dan banyak mengeluarkan
darah setelah plasenta lahir. Sedangkan dengan cara ducan yaitu
plasenta lepas dari pinggir, biasanya darah mengalir keluar antara
selaput ketuban. Manajemen aktif kala III terdiri dari beberapa
komponen, antara lain:
a. Pemberian suntikan oksitoksin dalam 1 menit pertama setelah
bayi lahir.
b. Melakukan peregangan tali pusat terkendali (PTT)
c. Masase fundus uteri.
4. Kala IV
Kala IV dimulai dari setelah lahirnya plasenta dan berakhir dalam
dua jam. Pada kala empat ini sering terjadinya perdarahan post
partum. Masalah atau komplikasi yang dapat muncul pada kala IV
adalah perdarahan yang mungkin disebabkan oleh atonia uteri, laserasi
jalan lahir dan sisa plasenta. Pemantauan kala IV dilakukan setiap 15
menit pada jam pertama pasca persalinan, setiap 30 menit pada jam
kedua pasca persalinan. Observasi yang dilakukan pada kala IV antara
lain:
a. Tingkat kesadaran
b. Pemeriksaan tanda – tanda vital (TTV), tekanan darah, nadi, suhu.
c. Tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.
d. Kandung kemih dan perdarahan. Dikatakan normal jika tidak
melebihi 500 cc.
Gambar
Makanan yang disarankan dikonsumsi pada kelompok Ibu
yang makan saat persalinan adalah roti, biskuit, sayuran dan buah-
buahan, yogurt rendah lemak, sup, minuman isotonikdan jus buah-
buahan . Nutrisi dan hidrasi sangat penting selama proses persalinan
untuk memastikan kecukupan energi dan mempertahankan
kesimbangan normal cairan dan elektrolit bagi Ibu dan bayi. Cairan
isotonik dan makanan ringan yang mempermudah pengosongan
lambung cocok untuk awal persalinan.Jenis makanan dan cairan yang
dianjurkan dikonsumsi pada Ibu bersalin adalah sebagai berikut :
Makanan yang dianjurkan:
1. Roti atau roti panggang (rendah serat) yang rendah lemak baik
diberi selai ataupun madu.
2. Sarapan sereal rendah serat dengan rendah susu.
3. Nasi tim.
4. Biskuit.
5. Yogurt rendah lemak.
6. Buah segar atau buah kaleng.
Minuman:
1. Kaldu jernih.
2. Teh manis
3. Air mineral
4. Minuman isotonik, mudah diserap dan memberikan energi yang
dibutuhkan saat persalinan. Atau, Ibu bisa membuat sendiri
dengan mencampurkan air putih dengan sedikit perasan lemon.
5. Jus buah atau smoothie buah, campurkan dengan yogurt atau
pisang ke dalam smoothie untuk menambah energi.
6. Hindari minuman bersoda karena bisa membuat Ibu mual.
b. Kebutuhan Hygiene (Kebersihan Personal)
Pemenuhan kebutuhan eliminasi selama persalinan perlu difasilitasi
oleh bidan, untuk membantu kemajuan persalinan dan meningkatkan
kenyamanan pasien. Anjurkan ibu untuk berkemih secara spontan
sesering mungkin atau minimal setiap 2 jam sekali selama persalinan.
Kandung kemih yang penuh, dapat mengakibatkan:
1. Menghambat proses penurunan bagian terendah janin ke dalam
rongga panggul, terutama apabila berada di atas spina isciadika.
2. Menurunkan efisiensi kontraksi uterus/his
3. Mengingkatkan rasa tidak nyaman yang tidak dikenali ibu karena
bersama dengan munculnya kontraksi uterus.
4. Meneteskan urin selama kontraksi yang kuat pada kala II
5. Memperlambat kelahiran plasenta
6. Mencetuskan perdarahan pasca persalinan, karena kandung kemih
yang penuh menghambat kontraksi uterus.
c. Kebutuhan Istirahat
Selama proses persalinan berlangsung, kebutuhan istirahat
pada ibu bersalin tetap harus dipenuhi. Istirahat selama proses
persalinan (kala I, II, III maupun IV) yang dimaksud adalah bidan
memberikan kesempatan pada ibu untuk mencoba relax tanpa adanya
tekanan emosional dan fisik. Hal ini dilakukan selama tidak ada his
(disela – sela his). Ibu bisa berhenti sejenak untuk melepas rasa sakit
akibat his, makan atau minum, atau melakukan hal menyenangkan
yang lain untuk melepas lelah, atau apabila memungkinkan ibu dapat
tidur. Namun pada kala II, sebaiknya ibu diusahakan untuk tidak
mengantuk.
Setelah proses persalinan selesai (pada kala IV), sambil
melakukan observasi, bidan dapat mengizinkan ibu untuk tidur apabila
sangat kelelahan. Namun sebagai bidan, memotivasi ibu untuk
memberikan ASI dini harus tetap dilakukan. Istirahat yang cukup
setelah proses persalinan dapat membantu ibu untuk memulihkan
fungsi alat – alat reproduksi dan meminimalisasi trauma pada saat
persalinan.
d. Posisi dan Ambulasi
Posisi persalinan yang akan dibahas adalah posisi
persalinan pada kala I dan posisi meneran pada kala II. Ambulasi yang
dimaksud adalah mobilisasi ibu yang dilakukan pada kala I.
Persalinan merupakan suatu peristiwa fisiologis tanpa disadari dan
terus berlangsung/progresif. Bidan dapat membantu ibu agar tetap
tenang dan rileks, maka bidan sebaiknya tidak mengatur posisi
persalinan dan posisi meneran ibu. Bidan harus memfasilitasi ibu
dalam memilih sendiri posisi persalinan dan posisi meneran, serta
menjelaskan alternatif-alternatif posisi persalinan dan posisi meneran
bila posisi yang dipilih ibu tidak efektif. Macam – macam posisi
meneran diantaranya:
1. Duduk atau setengah duduk, posisi ini memudahkan bidan dalam
membantu kelahiran kepala janin dan memperhatikan keadaan
perineum.
2. Merangkak, posisi merangkak sangat cocok untuk persalinan
dengan rasa sakit pada punggung, mempermudah janin dalam
melakukan rotasi serta peregangan pada perineum berkurang.
3. Jongkok atau berdiri, posisi jongkok atau berdiri memudahkan
penurunan kepala janin, memperluas panggul sebesar 28% lebih
besar pada pintu bawah panggul, dan memperkuat dorongan
meneran. Namun posisi ini beresiko memperbesar terjadinya
laserasi (perlukaan) jalan lahir.
4. Berbaring miring, posisi berbaring miring dapat mengurangi
penekanan pada vena cava inverior, sehingga dapat mengurangi
kemungkinan terjadinya hipoksia janin karena suply oksigen tidak
terganggu, dapat memberi suasana rileks bagi ibu yang mengalami
kecapekan, dan dapat mencegah terjadinya robekan jalan lahir.
5. Hindari posisi telentang (dorsal recumbent), posisi ini dapat
mengakibatkan: hipotensi (beresiko terjadinya syok dan
berkurangnya suply oksigen dalam sirkulasi uteroplacenter,
sehingga mengakibatkan hipoksia bagi janin), rasa nyeri yang
bertambah, kemajuan persalinan bertambah lama, ibu mangalami
gangguan untuk bernafas, buang air kecil terganggu, mobilisasi
ibu kurang bebas, ibu kurang semangat, dan dapat mengakibatkan
kerusakan pada syaraf kaki dan punggung.
13. Penatalaksanaan
Penerapan asuhan persalinan normal :
1. Kala I
a. Dengan melakukan pemantauan kontraksi atau HIS ibu, apakah
normal teratur/tidak.
b. Melakukan pemeriksaan dalam 4 jam sekali untuk memastikan
pembukaan dan penurunan kepala janin.
c. Melakukan pemantauan kondisi janin (DJJ, air ketuban dan
penyusupan).
d. Melakukan pemantauan kondisi ibu (Tekanan darah, nadi dan
suhu).
e. Memastikan kandung kemih kosong.
2. Kala II
a. Memperhatikan tanda dan gejala kala II
b. Menyiapkan alat persalinan dan alat pelindung diri
c. Memastikan pembukaan lengkap dengan kondisi janin baik (DJJ)
d. Menyiapkan ibu(posisi) dan keluarga
e. Memimpin ibu meneran, kontrol his
f. Setelah kepala bayi membuka vulva 5 – 6 cm didepan vulva,
mempersiapkan kelahiran bayi (handuk dan kain 1/3 dibawah
bokong)
g. Melahirkan bayi secara biparietal dan sanggar susur
h. Penanganan bayi baru lahir dengan segera nilai, potong tali pusat,
keringkan bayi dan lakukan IMD.
3. Kala III
a. Memastikan apakah ada janin kedua
b. Memberitahu ibu dan suntik oksitosin
c. Melakukan PTT (peregangan tali pusat terkendali) dan keluarkan
plasenta
d. Massase uterus
e. Melakukan pemeriksaan kelengkapan plasenta.
4. Kala IV
a. Menilai ulang perdarahan dan ada tidaknya robekan
b. Memantau kontraksi ibu berjalan dengan baik begitupun dengan
perdarahannya tiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit
pada 1 jam kedua
c. Mengajarkan pada ibu teknik massase uterus dan evaluasi
perdarahan
d. Menjaga kebersihan ibu dan peralatan
e. Melengkapi partograf
Gambar 1.2
Kala II Persalinan
- 2x/minggu
7. Seseualitas - 1x/minggu
- Jalan – jalan, menonton
8. Rekresasi TV, main sosial median - Jalan – jalan,
di HP menonton TV, main
sosial median di HP
12. Keadaan Psikosial
a. Perasaan Ibu tentang kehamilanya
Ibu merasa senang dengan kehamilannya
b. Kehamilan ini direncanakan /tidak
Ibu mengatakan kehamilan ini direncanakan
c. Dukungan keluarga tetang kehamilan ini
Keluarga sangat mendukung dengan kehamilan ini
d. Data Sosial : Hubungan ibu dengan keluarga baik
B. Data Objektif
a. Pemeriksaan Umum
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
BB : … kg
TB : >145 cm
TTV : TD : 110/70 – 130/90 mmHg
S : 36,5℃ – 37,5℃
N : 60-90x/menit
R :16-24x/menit
2. Pemeriksaan Fisik
a) Kepala : simetris, bersih, oedema (-/+)
b) Wajah : simetris, tidak pucat, oedema (-/+)
c) Mata : simetris, konjungtiva an anemis
d) Hidung : simetris, polip (-/+), secret (-/+)
e) Telinga : simetris, serumen (-/+), pendengaran (-/+)
f) Mulut : bersih, bibir pucat (-/+), caries gigi (-/+)
g) Leher : simetris, pembengkakan kelenjar tyroid (-/+) dan
kelenjar limfe (-/+), vena jugularis (-/+)
h) Payudara : simetris, pembengkakan (-/+), benjolan (-/+),
areola hiperpigmentasi, putting susu
menonjol, bekas luka operasi (-/+),
kolostrum (-/+)
3. Abdomen
a) Inspeksi : Simteris, luka bekas operasi (+/-), kelainan (+/-),
linea nigra (+/-), striae (+/-), pergerakan janin (+/-)
b) Palpasi
- Leopold I :
- Leopold II :
- Leopold III :
- Leopold IV :
- TBJ : (TFU – 12) x 155 = ... gram
c) Auskultasi DJJ : (+ /-)
d) Punctum Maksimum : Puka/Puki
e) Frekuensi :120 – 160x/menit
f) Kekuatan : Kuat/tidak
g) Irama : Teratur/tidak
4. Ekstremitas
Atas : Simetris, kuku lengkap, tidak pucat, odema (+/-)
Bawah : Simetris, kuku lengkap, tidak pucat, odema (+/-),
varises, (+/-), reflek patella kanan/kiri (+/+) / (-/-)
5. Genetalia
Inspeksi :tampak adanya pengeluaran lendir dan arah, tidak
tampak adanya oedema dan tidak ada varises.
Pemeriksaan dalam (VT)
Tanggal/Pukul :
a) Vulva dan vagina : Normal/Tidak normal
b) Porsio : Lunak dan tebal
c) Pembukaan : 1 – 10 cm
d) Ketuban : Utuh/Tidak utuh
e) Presentasi : Kepala/Ubun – ubun/bagian lain
f) Penurunan : Hodge 1/2/3/4
g) Molase : Ada/Tidak ada
h) Penumbungan : Ada/Tidak ada
i) Ukuran Panggul : Normal
j) Pelepasam : Lendir
6. Pemeriksaan Penunjang
Darah
Hb : >11 gr/dl
Golongan darah : A/B/AB/O
7. Urine
Protein Urine : (-/+)
Glukosa Urine : (-/+)
B. Masalah
Kala II lama
C. Kebutuhan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
2. Persiapan ruangan perlengkapan alat dan obat – obatan yang di
butuhkan untuk ibu bersalin
3. Memberitahu keluarga atau suami untuk mendampingi ibu
4. Menganjurkan ibu untuk memposisikan badan yang nyaman
5. Memberitahu ibu tentang cara mengurangi rasa sakit dengan
Teknik pernafasan
6. Memberikan asuhan sayang ibu
- Berikan dukungan emosional kepada ibu
- Beritahu ibu tentang kecukupan kebutuhan cairan dan nutrisi
- Berikan keluasan untuk mobilisasi, termasuk ke kamar kecil
- Berikan penerapan prinsip pencegahan infeksi yang sesuai
7. Memberitahu
8. Memberikan
9. Menganjurkan ibu
10. Menganjurkan ibu
11. Memberitahu ibu
12. Melakukan pendokumentasian
KALA II
A. Subjektif (S)