Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH REJANG LEBONG

DISUSUN OLEH:
NAMA : Marissa Dwi Saputri
NIM : P051403200024

PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBING LAHAN

LELA HARTINI, SST, M.KES AFLITA AMINUDIN, S.TR., KEB

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2023/2024
KONSEP TEORI ASUHAN KEBIDANAN

A. Konsep Dasar Persalinan


1. Pengertian Persalinan
Persalinan merupakan proses membuka dan menipisnya serviks
dan janin turun ke dalam jalan lahir dan kemudian berakhir dengan
pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu melalui jalan
lahir atau bukaan jalan lahir, dengan bantuan atau dengan kekuatan ibu
sendiri (Annisa dkk, 2017). Persalinan adalah proses pengeluaran
hasil konsepsi (janin, plasenta, dan cairan ketuban) dari uterus ke
dunia luar melalui jalan lahir atau jalan lain dengan bantuan atau
dengan kekuatan ibu sendiri (Indrayani & Maudy, 2016).
Menurut World Health Organization (WHO) Persalinan normal
adalah persalinan dengan presentasi janin belakang kepala yang
berlansung secara spontan dengan lama persalinan dalam batas normal,
beresiko rendah sejak awal persalinan hingga partus dengan massa gestasi
37 – 42 minggu. Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan
selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal
jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37
minggu) tanpa disertai adanya penyulit (JNPK – KR, 2017). Berdasarkan
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa persalinan adalah
proses pengeluaran hasil konsepsi dari dalam uterus dengan usia
kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu) melalui jalan lahir dengan
kekuatan ibu sendiri atau dengan bantuan dan tanpa adanya komplikasi
dari ibu maupun janin.
Tanda tanda persalinan
a. Kontraksi (his)
b. Pembukaan serviks
c. Pecahnya ketuban dan keluarnya lender bercampur darah
Tahapan persalinan
a. Kala I (pembukaan jalah lahir)
b. Kala II (pengeluaran)
c. Kala III (kala uri)
d. Kala IV (2 jam setelah melahirkan)

2. Macam – Macam Persalinan


a. Persalinan Normal
Adalah proses kelahiran bayi yang terjadi pada usia kehamilan cukup
bulan (lebih dari 37 minggu) tanpa adanya penyulit, yaitu dengan
tenaga ibu sendiri tanpa bantuan alat – alat serta tidak melukal bayi
dan ibu. Partus spontan umumnya berlangsung 24 jam.
b. Persalinan Abnormal
Persalinan pervaginam dengan bantuan alat – alat atau melalui dinding
perut dengan operasi caesar.
c. Persalinan Spontan
Bila persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri atau melalui
jalan lahir ibu tersebut.
d. Persalinan Buatan
Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar, misalnya ekstraksi
forceps atau dilakukan operasi section caesar.
e. Persalinan Anjuran
Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya, tetapi baru
berlangsung setelah pemecahan ketuban karena pemberian
prostaglandin.

3. Sebab – Sebab Terjadinya Persalinan


Menurut Ari Kurniarum tahun 2016 sebab mulainya persalinan
belum diketahui dengan jelas, ada banyak faktor yang memegang peranan
dan bekerja sama sehingga terjadi persalinan. Beberapa teori yang
ditemukan adalah sebagai berikut:
a. Penurunan Kadar Progesteron
Progesteron menimbulkan relaxasi otot – otot rahim, sebaliknya
estrogen meninggalkan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan
terdapat keseimbangan antara kadar progesteron dan estrogen dalam
darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun
sehingga timbulnya his.
b. Teori Oksitosin
Oksitoksin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis porst posterior.
Perubahan keseimbangan estrogen dan progestern dapat mengubah
sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi baxton hicks.
Diakhir kehamilan kadar progesteron dan estrogen menurun sehingga
oksitoksin bertambah dan meningkatkan aktivitas otot – otot rahim
yang memicu terjadinya kontraksi sehingga terdapat tanda – tanda
persalinan
c. Teori Keregangan Otot Rahim
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas
tertentu. Setelah melewati batas tertentu terjadinya kontraksi sehingga
persalinan dapat dimulai. Bila dindingnya teregang oleh isi yang
bertambah maka akan timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya.
d. Teori Prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur 15 minggu yang
dikeluarkan oleh desidua. Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua
diduga menjadi salah satu sebab permulaan persalinan. Pemberian
prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim
sehingga hasil konsevsi dapat keluar. Prostaglandin dapat dianggap
sebagai pemicu terjadinya persalinan. Hal ini didukung dengan adanya
kadar prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun
daerah perifer pada ibu hamil. Sebelum melahirkan atau selama
persalinan.
e. Teori Plasenta Menjadi Tua
Semakin tuanya plasenta akan menyebabkan penurunan kadar
progesteron dan estrogen yang berakibat pada kontraksi pembuluh
darah sehingga menyebabkan uterus berkontraksi.

4. Tanda – Tanda Persalinan


Menurut Annisa, dkk tahun 2017 ada beberapa tanda – tanda persalinan
antara lain :
a. Tanda bahwa persalinan sudah dekat
1) Lightening
Menjelang minggu ke – 36, tanda pada primigravida terjadi
penurunan fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk pintu
atas panggul (PAP). Masuknya bayi ke pintu atas panggul
menyebabkan ibu merasakan :
- Ringan dibagian atas dan rasa sesaknya berkurang
- Bagian bawah ibu terasa penuh dan mengganjal
- Terjadinya kesulitan saat berjalan
- Sering kencing
2) Terjadinya his permulaan atau his palsu
Makin tua kehamilan, pengeluaran estrogen dan
progesteron juga makin berkurang sehingga produksi oksitoksin
meningkat. Dengan demikian dapat menimbulkan kontraksi yang
lebih sering. His permulaan ini lebih sering diistilahkan sebagai his
palsu. Sifat his palsu yaitu :
- Rasa nyeri ringan bagian bawah
- Datangnya tidak teratur
- Tidak ada perubahan pada serviks atau tidak ada kemajuan
pada persalinan
- Durasinya pendek
- Tidak bertambah bila beraktvitas.
b. Tanda – tanda timbulnya persalinan
1) Terjadinya his persalinan
His adalah kontraksi rahim yang dapat diraba dan
menimbulkan rasa nyeri di perut serta dapat menimbulkan
pembukan serviks kontraksi rahim. His yang menimbulkan
pembukaan serviks dengan kecepatan tertentu disebut his efektif.
His efektif memilki irama teratur dan frekuensi yang kian sering
dan lama his berkisaran 40 – 60 detik. His persalinan memiliki ciri
– ciri sebagai berikut:
- Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan
- Sifat his teratur, interval semakin pendek, dan kekuatan
semakin besar
- Terjadi jika pasien menambah aktivitasnya misalnya berjalan
maka kekuatan his nya semakin bertambah pada serviks
2) Keluar lendir bercampur darah perbagian (show)
Lendir berasal dari pembukaan yang menyebabkan
lepasnya lendir berasal dari kanalis servikal. Dengan pengeluaran
darah disebabkan robeknya pembuluh darah waktu serviks
membuka.
3) Kadang – kadang ketuban pecah dengan sendirinya
Sebagian ibu hamil mengeluarkan air ketuban akibat
pecahnya selaput ketuban. Jika ketuban sudah pecah maka
ditargetkan persalinan dapat berlansung dalam 24 jam. Namun,
apabila tidak tercapai maka persalinan harus diakhiri dengan
tindakan tertentu. Misalnya ekstrasi vakum atau sectio caesaria
4) Dilatasi dan effacement
Dilatasi adalah terbukanya kanalis servikalis secara
berangsur – angsur akibat pengaruh his. Effacement adalah
pendataran atau pemendekan kanalis servikalis yang semula
panjangnya 1 – 2 cm menjadi hilang sama sekali sehingga tinggal
ostium yang tipis seperti kertas.
Menurut JNPK – KR tahun 2017 tanda dan gejala persalinan yaitu :
- Penipisan dan pembukaan serviks.
- Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks
(frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit).
- Cairan lendir bercampur darah (show) melalui vagina

5. Tahapan Persalinan
Menurut Indrayani & Maudy tahun 2016 dalam proses persalinan ada
beberapa tahapan yang harus dilalui oleh ibu, tahapan tersebut dikenal
dengan 4 kala :
1. Kala I
Kala I disebut juga kala pembukaan servik yang berlangsung antara
pembukaan nol (0) sampai pembukaan lengkap (10). Pada permulaan
his, kala I berlansung tidak begitu kuat sehingga pasien masih
dapat berjalan – jalan. Kala I persalinan dibagi menjadi dua yaitu:
a. Fase laten pada kala I persalinan
1) Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan
dan pembukaan serviks secara bertahap.
2) Dimulai dari adanya pembukaan sampai pembukaan serviks
mencapai 3 cm atau serviks membuka kurang dari 4 cm.
3) Pada umumnya, fase laten berlansung hampir atau hingga 8
jam
b. Fase aktif pada kala I persalinan
1) Frekuensi dan lama kontraki uterus akan meningkat secara
bertahap (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga
kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlansung selama
40 detik atau lebih).
2) Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap
atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata – rata 1 cm
perjam (nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 cm
hingga 2 cm (multipara)
3) Terjadi penurunan bagian terbawah janin
4) Pada umumnya, fase aktif berlansung hampir 6 jam
c. Fase aktif dibagi lagi menjadi tiga fase, yaitu:
1) Fase akselerasi, pembukaan 3 ke 4 dalam waktu 2 jam.
2) Fase kemajuan maksimal/dilatasi maksimal, pembukaan
berlansung sangat cepat, yaitu dari pembukaan 4 ke 9 dalam
waktu 2 jam.
3) Fase deselerasi, pembukaan 9 ke 10 dalam waktu 2 jam Fase
tersebut biasanya terjadi pada primigravida. Pada multigravida
juga terjadi demikian, namun fase laten, aktif dan fase
deselerasi terjadi lebih pendek.
2. Kala II (Pengeluaran Bayi)
Kala II persalinan disebut juga dengan kala pengeluaran
bayi yang dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm)
dan berakhir dengan kelahiran bayi. Tanda dan gejala kala II sebagai
berikut :
a. Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
b. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan
vagina.
c. Perineum menonjol.
d. Vulva dan spinter ani membuka.
Pada kala II his dan keingan ibu untuk meneran semakin
meningkat sehingga akan mendorong bayi keluar. Kala II berlansung
hingga 2 jam pada primipara dan 1 jam pada multipara. Menurut
Aderhold dan Roberts, persalianan Kala II dibagi menjadi 3 fase yaitu:
a. Fase keredaan
Fase ini dimulai dari pembukaan lengkap hingga saat timbulnya
keinginan untuk meneran secara berirama dan sering.
b. Fase meneran aktif
Fase ini dimulai pada saat usaha meneran sehingga bagian
terendah janin tidak masuk lagi antara peneranan yang dilakukan
(crowing).
c. Fase perineal
Fase ini dimulai dari crowing sampai lahirnya seluruh tubuh.
3. Kala III
Kala uri atau pengeluaran plasenta dimulai setelah lahirnya bayi
dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. setelah
Kala III, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10 menit. Plasenta
lepas berlansung tidak lebih dari 30 menit, jika lebih maka harus
diberi penanganan lebih atau dirujuk. Berikut tanda – tanda pelepasan
plasenta, yaitu:
a. Uterus teraba bundar (globuler).
b. Tali pusat bertambah panjang.
c. Terjadi perdarah secara tiba – tiba.
d. Uterus tersorong ke atas karena plasenta dilepas ke segmen bawah
rahim.
Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan secara
crede pada fundus uteri. Biasanya plasenta lepas dalam 6 – 15 menit
setelah bayi lahir. Lepasnya plasenta secara schultze biasanya tidak
ada perdarahan sebelum plasenta lahir dan banyak mengeluarkan
darah setelah plasenta lahir. Sedangkan dengan cara ducan yaitu
plasenta lepas dari pinggir, biasanya darah mengalir keluar antara
selaput ketuban. Manajemen aktif kala III terdiri dari beberapa
komponen, antara lain:
a. Pemberian suntikan oksitoksin dalam 1 menit pertama setelah
bayi lahir.
b. Melakukan peregangan tali pusat terkendali (PTT)
c. Masase fundus uteri.
4. Kala IV
Kala IV dimulai dari setelah lahirnya plasenta dan berakhir dalam
dua jam. Pada kala empat ini sering terjadinya perdarahan post
partum. Masalah atau komplikasi yang dapat muncul pada kala IV
adalah perdarahan yang mungkin disebabkan oleh atonia uteri, laserasi
jalan lahir dan sisa plasenta. Pemantauan kala IV dilakukan setiap 15
menit pada jam pertama pasca persalinan, setiap 30 menit pada jam
kedua pasca persalinan. Observasi yang dilakukan pada kala IV antara
lain:
a. Tingkat kesadaran
b. Pemeriksaan tanda – tanda vital (TTV), tekanan darah, nadi, suhu.
c. Tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.
d. Kandung kemih dan perdarahan. Dikatakan normal jika tidak
melebihi 500 cc.

6. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan


a. Passenger (Isi Kehamilan)
Terdiri atas 3 komponen yaitu janin, air ketuban dan plasenta
b. Passage
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yaitu bagian tulang padat, dasar
panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun
jaringan lunak, khususnya lapisan – lapisan otot dasar panggul ikut
menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu lebih berperan dalam
proses persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap
jalan lahir yang relatif kaku. Oleh karena itu, ukuran dan bentuk
panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai.

7. Perubahan Fisiologis Persalinan


a. Perubahan Fisiologis Kala 1
1) Perubahan Kardiovaskuler
Pada setiap kontraksi, 400 ml darah dikeluarkan dari uterus dan
masuk kedalam sistem vaskuler ibu, dan meningkatkan curah
jantung meningkat 10% - 15%. Hal ini mencerminkan kenaikan
metabolime selama persalinan. Selain itu peningkaan denyut
jantung dapat dipengaruhi oleh rasa takut, tegang dan khawatir.
2) Perubahan tekanan darah
Pada ibu bersalin tekanan darah mengalami kenaikan selama
kontraksi. Kenaikan sistolik berkisaran 10 – 20 mmHg, rata – rata
naik 15 mmHg dan kenaikan diastolik 5 – 10 mmHg, antara dua
kontraksi tekanan darah akan kembali normal pada level sebelum
persalinan.
3) Perubahan metabolism
Selama persalinan, metabolisme karbohidrat baik aerob maupun
anaerob terus menerus meningkat seiring dengan kecemasan dan
aktivitas otot. Peningkatan metabolisme ini ditandai dengan
meningkatnya suhu tubuh, denyut nadi,pernafasan, cardiac output
dan kehilangan cairan.
4) Perubahan suhu
Selama persalinan, suhu tubuh akan sedikit naik selama
persalinan dan segera turun setelah persalinan. Perubahan suhu
dianggap normal apabila peningkatan suhu tidak melebihi 0,5ºC –
10ºC. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan metabolisme
dalam tubuh. Apabila peningkatan suhu melebihi 0,5ºC – 10ºC
dan berlangsung lama, maka harus dipertimbangkan
kemungkinan ibu mengalami dehidrasi/infeksi.
5) Perubahan denyut nadi
Frekuensi denyut nadi di antara kontraksi sedikit lebih meningkat
bila dibandingkan selama periode menjelang persalinan. Hal ini
mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi selama
persalinan.
6) Perubahan pernafasan
Peningkatan frekuensi pernafasan normal selama persalinan dan
mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi.
7) Perubahan ginjal
Poliuria sering terjadi selama persalinan. Kondisi ini disebabkan
oleh meningkatnya curah jantung selama persalinan dan
meningkatnya filtrasi glomerulus dan aliran plasma ginjal,
sedangkan his uterus menyebabkan kepala janin semakin turun.
Kandung kemih yang penuh bisa menjadi hambatan untuk
penurunan kepala janin. Poliuria menjadi kurang jelas pada posisi
terlentang karena posisi ini membuat aliran urin berkurang selama
persalinan.
8) Perubahan gastrointestinal
Pergerakan lambung dan absorbsi pada makanan padat sangat
berkurang selama persalinan. Hal ini diperberat dengan
berkurangnya produksi getah lambung, menyebabkan aktivitas
pencernaan hampir berhenti, dan pengosongan lambung menjadi
sangat lamban. Cairan tidak berpengaruh dan meninggalkan perut
dalam tempo yang biasa. Mual dan muntah biasa terjadi sampai
ibu mencapai akhir kala satu.
9) Perubahan hematologic
Hemoglobin meningkat sampai 1,2 gram per 100 ml selama
persalinan dan akan kembali pada tingkat seperti sebelum
persalinan sehari setelah pasca salin kecuali ada perdarahan
postpartum.
10) Perubahan pada uterus
Uterus terdiri dari dua komponen fungsional utama yaitu
miometrium (kontraksi uterus) dan serviks. Perubahan yang
terjadi pada kedua komponen tersebut adalah:
a) Kontraksi uterus
Kontraksi uterus bertanggung jawab terhadap penipisan dan
pembukaan servik serta pengeluaran bayi dalam persalinan.
Kontraksi uterus saat persalinan sangat unik karena kontraksi
ini merupakan kontraksi otot yang sangat nyeri. Terdapat
empat perubahan fisiologis pada kontraksi uterus yaitu:
- Fundal dominan atau dominasi fundus
Kontraksi berawal dari fundus pada salah satu kornu,
kemudian menyebar ke samping dan ke bawah. Kontraksi
terbesar dan terlama adalah di bagian fundus. Namun pada
puncak kontraksi dapat mencapai seluruh bagian uterus.
- Kontraksi dan retraksi
Pada awal persalinan kontraksi uterus berlangsung setiap
15 – 20 menit selama 30 detik dan diakhir kala I setiap 2 –
3 menit selama 50 – 60 detik dengan intensitas yang
sangat kuat. Pada segmen atas rahim tidak berelaksasi
sampai kembali ke panjang aslinya setelah kontraksi
namun relative menetap pada panjang yang lebih pendek.
hal ini disebut retraksi.
- Polaritas
Polaritas adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan keselarasian saraf – saraf otot yang
berada pada dua kutub atau segmen uterus ketika
berkontraksi. Ketika segmen atau uterus berkontraksi
dengan kuat dan beretraksi maka segmen bawah uterus
hanya berkontraksi sedikit dan membuka.
- Differensiasi atau perbedaan kontraksi uterus
Selama persalinan aktif uterus berubah menjadi dua
bagian yang berbeda. Segmen atas uterus yang
berkontraksi secara aktif menjadi lebih tebal ketika
persalinan maju. Segmen bawah uterus dan serviks relatif
pasti dibanding dengan segmen atas dan bagian ini
berkembang menjadi jalan yang berdinding jauh lebih tipis
dibandingkan dengan janin
- Perubahan serviks
Kala I persalinan dimulai dari munculnya kontraksi
persalinan yang ditandai dengan perubahan serviks secara
progresif dan diakhiri dengan pembukaan serviks lengkap
(Indrayani & Maudy, 2016).
b. Perubahan Fisiologis Kala II
1. Kontraksi, dorongan otot – otot dari dinding
Kontraksi menimbulkan nyeri, merupakan satu-satunya kontraksi
normal kontraksi ini dikendalikan oleh syaraf intrinsi, tidak
disadari, tidak dapat diatur oleh ibu bersalin, baik frekuensi
maupun lama kontraksinya. Sifat khas dari kontraksi ini antara
lain :
- Rasa sakit dari fundus merata keseluruh uterus sampai
berlanjut ke punggung bawah.
- Penyebab rasa nyeri belum diketahui secara pasti. Beberapa
dengan penyebab antara lain :
a) Pada saat kontraksi kekurangan oksigen pada
miometriun.
b) Penekanan ganglion darah diserviks dan uterus bagian
bawah.
c) Peregangan serviks akibat dari pelebaran serviks.
d) Peregangan peritoneum sebagai organ yang meliputi
uterus.
2. Uterus
Pada uterus terdapat beberapa perbedaan :
a) Bagian segmen atas bagian yang berkontraksi bila di palpasi
akan teraba keras saat kontraksi.
b) Bagian segmen bawah: terdiri atas uterus dan serviks,
merupakan daerah yang teregang, bersifat pasif. Hal ini
mengakibatkan pemendekan segmen bagian bawah.
c) Batas antara segmen atas dan segmen bawah uterus
membentuk lingkaran cincin retraksi fisiologis. Ada keadaan
kontraksi uterus inkoordinasi akan membentuk cincin retraksi
patologis yang dinamakan bandl.
3. Effesment (penipisan) dan dilatasi (pembukaan) serviks
Effesment merupakan pemendekan atau pendataran ukuran dari
panjang kanalis servikals. Dilatasi adalah pembesaran ukuran
ostium uteri interna (OUI) yang kemudian disusul dengan
pembesaran ukuran ostium uteri ekterna (OUE) proses dilatasi
dibantu atau dipermudah oleh tekanan hidrostatik cairan amnion
akibat dari kontraksi uterus.
4. Perubahan pada vagina dan dasar panggul
Setelah pembukaan lengkap dan ketuban telah pecah terjadi
perubahan terutama pada dasar panggul yang diregangkan oleh
bagian depan janin sehingga saluran yang dinding – dindingnya
tipis karena suatu regangan dan kepala sampai vulva, lubang
vagina menghadap kedepan dan anus menjadi terbuka, perineum
menonjol dan tidak lama kemudian kepala janin tampak pada
vulva (Indrayani & Maudy, 2016).
c. Perubahan fisiologis kala III
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta
yang berlansung selama tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir
uterus teraba keras dengan fundus uteri diatas pusat beberapa menit
kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari
dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 menit – 15 menit setelah
bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri.
Pengeluaran plasenta dibarengi dengan pengeluaran darah.
Komplikasi yang dapat terjadi pada kala III adalah perdarahan akibat
atonia uteri, retensio plasenta, perlukaan jalan lahir. Tempat
implantasi plasenta mengalami pengerutan akibat pengosongan kavum
uteri dan kontraksi lanjutan sehingga plasenta dilepaskan dari
perlekatannya dan pengumpulan darah pada ruang uteri – plasenter
akan mendorong plasenta keluar. Otot uterus (miometrium)
berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah
lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya
ukura tempat perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan semakin
kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan
terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding rahim. Setelah
lepas plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau kedalam vagina
(Heri rosyati, 2017).
d. Perubahan fisiologis kala IV
Persalinan kala empat dimulai dengan kelahiran plasenta dan
berakhir 2 jam kemudian. Periode merupakan saat paling kritis untuk
mencegah kematian ibu, terutama kematian disebabkan perdarahan.
Selama kala empat bidan harus memantau 15 menit sekali pada jam
pertama dan 30 menit sekali pada jam kedua setelah persalinan. Jika
kondisi ibu tidak stabil maka harus di pantau lebih sering (Heri
Rosyati, 2017).

8. Perubahan Psikologis Persalinan


Perubahan psikologis pada ibu bersalin wajar terjadi namun ia
memerlukan bimbingan dari keluarga dan penolong persalinan agar ibu
dapat menerima keadaan yang terjadi selama persalinan dan dapat
memahaminya sehingga ia dapat beradaptasi terhadap perubahan yang
terjadi pada dirinya. Fase laten dimana di fase ini ibu biasanya merasa
lega dan bahagia karena masa kehamilannya akan segera berakhir.
Namun,pada awal persalinan wanita biasanya gelisah, gugup, cemas dan
khawatir sehubung dengan rasa tidak nyaman karena kontraksi. Biasanya
ia ingin berbicara, perlu ditemani, tidak tidur, ingin berjalan – jalan dan
menciptakan kontak mata. Pada wanita yang dapat menyadari bahwa
proses ini wajar dan alami akan mudah beradaptasi dengan keadaan
tersebut dan pada fase aktif saat kemajuan persalinan sampai pada fase
kecepatan maksimum rasa khawatir wanita menjadi meningkat. Kontraksi
semakin menjadi kuat dan frekuensinya lebih sering sehingga wanita tidak
dapat mengontrolnya.Dalam keadaan ini wanita akan menjadi lebih
serius. Ibu menginginkan seseorang pendamping untuk mendampinginya
karena dia takut tidak mampu beradaptasi (Heri Rosyati, 2017).

9. Kebutuhan Fisik Ibu Bersalin


a. Kebutuhan nutrisi dan cairan
World Health Organization (WHO) merekomendasikan
bahwa dikarenakan kebutuhan energi yang begitu besar pada Ibu
melahirkan dan untuk memastikan kesejahteraan ibu dan anak, tenaga
kesehatan tidak boleh menghalangi keinganan Ibu yang melahirkan
untuk makan atau minum selama persalinan. Persatuan dokter
kandungan dan ginekologi Kanada merekomendasikan kepada tenaga
kesehatan untuk menawarkan Ibu bersalin diet makanan ringan dan
cairan selama persalinan.

Gambar
Makanan yang disarankan dikonsumsi pada kelompok Ibu
yang makan saat persalinan adalah roti, biskuit, sayuran dan buah-
buahan, yogurt rendah lemak, sup, minuman isotonikdan jus buah-
buahan . Nutrisi dan hidrasi sangat penting selama proses persalinan
untuk memastikan kecukupan energi dan mempertahankan
kesimbangan normal cairan dan elektrolit bagi Ibu dan bayi. Cairan
isotonik dan makanan ringan yang mempermudah pengosongan
lambung cocok untuk awal persalinan.Jenis makanan dan cairan yang
dianjurkan dikonsumsi pada Ibu bersalin adalah sebagai berikut :
Makanan yang dianjurkan:
1. Roti atau roti panggang (rendah serat) yang rendah lemak baik
diberi selai ataupun madu.
2. Sarapan sereal rendah serat dengan rendah susu.
3. Nasi tim.
4. Biskuit.
5. Yogurt rendah lemak.
6. Buah segar atau buah kaleng.

Minuman:

Selama proses persalinan jaga tubuh agar tidak kekurangan cairan.


Dehidrasi bisa mengakitbakan ibu menjadi lemah, tidak berenergi dan
bisa memperlambat persalinan. Pilihan minumannya adalah:

1. Kaldu jernih.
2. Teh manis
3. Air mineral
4. Minuman isotonik, mudah diserap dan memberikan energi yang
dibutuhkan saat persalinan. Atau, Ibu bisa membuat sendiri
dengan mencampurkan air putih dengan sedikit perasan lemon.
5. Jus buah atau smoothie buah, campurkan dengan yogurt atau
pisang ke dalam smoothie untuk menambah energi.
6. Hindari minuman bersoda karena bisa membuat Ibu mual.
b. Kebutuhan Hygiene (Kebersihan Personal)
Pemenuhan kebutuhan eliminasi selama persalinan perlu difasilitasi
oleh bidan, untuk membantu kemajuan persalinan dan meningkatkan
kenyamanan pasien. Anjurkan ibu untuk berkemih secara spontan
sesering mungkin atau minimal setiap 2 jam sekali selama persalinan.
Kandung kemih yang penuh, dapat mengakibatkan:
1. Menghambat proses penurunan bagian terendah janin ke dalam
rongga panggul, terutama apabila berada di atas spina isciadika.
2. Menurunkan efisiensi kontraksi uterus/his
3. Mengingkatkan rasa tidak nyaman yang tidak dikenali ibu karena
bersama dengan munculnya kontraksi uterus.
4. Meneteskan urin selama kontraksi yang kuat pada kala II
5. Memperlambat kelahiran plasenta
6. Mencetuskan perdarahan pasca persalinan, karena kandung kemih
yang penuh menghambat kontraksi uterus.
c. Kebutuhan Istirahat
Selama proses persalinan berlangsung, kebutuhan istirahat
pada ibu bersalin tetap harus dipenuhi. Istirahat selama proses
persalinan (kala I, II, III maupun IV) yang dimaksud adalah bidan
memberikan kesempatan pada ibu untuk mencoba relax tanpa adanya
tekanan emosional dan fisik. Hal ini dilakukan selama tidak ada his
(disela – sela his). Ibu bisa berhenti sejenak untuk melepas rasa sakit
akibat his, makan atau minum, atau melakukan hal menyenangkan
yang lain untuk melepas lelah, atau apabila memungkinkan ibu dapat
tidur. Namun pada kala II, sebaiknya ibu diusahakan untuk tidak
mengantuk.
Setelah proses persalinan selesai (pada kala IV), sambil
melakukan observasi, bidan dapat mengizinkan ibu untuk tidur apabila
sangat kelelahan. Namun sebagai bidan, memotivasi ibu untuk
memberikan ASI dini harus tetap dilakukan. Istirahat yang cukup
setelah proses persalinan dapat membantu ibu untuk memulihkan
fungsi alat – alat reproduksi dan meminimalisasi trauma pada saat
persalinan.
d. Posisi dan Ambulasi
Posisi persalinan yang akan dibahas adalah posisi
persalinan pada kala I dan posisi meneran pada kala II. Ambulasi yang
dimaksud adalah mobilisasi ibu yang dilakukan pada kala I.
Persalinan merupakan suatu peristiwa fisiologis tanpa disadari dan
terus berlangsung/progresif. Bidan dapat membantu ibu agar tetap
tenang dan rileks, maka bidan sebaiknya tidak mengatur posisi
persalinan dan posisi meneran ibu. Bidan harus memfasilitasi ibu
dalam memilih sendiri posisi persalinan dan posisi meneran, serta
menjelaskan alternatif-alternatif posisi persalinan dan posisi meneran
bila posisi yang dipilih ibu tidak efektif. Macam – macam posisi
meneran diantaranya:
1. Duduk atau setengah duduk, posisi ini memudahkan bidan dalam
membantu kelahiran kepala janin dan memperhatikan keadaan
perineum.
2. Merangkak, posisi merangkak sangat cocok untuk persalinan
dengan rasa sakit pada punggung, mempermudah janin dalam
melakukan rotasi serta peregangan pada perineum berkurang.
3. Jongkok atau berdiri, posisi jongkok atau berdiri memudahkan
penurunan kepala janin, memperluas panggul sebesar 28% lebih
besar pada pintu bawah panggul, dan memperkuat dorongan
meneran. Namun posisi ini beresiko memperbesar terjadinya
laserasi (perlukaan) jalan lahir.
4. Berbaring miring, posisi berbaring miring dapat mengurangi
penekanan pada vena cava inverior, sehingga dapat mengurangi
kemungkinan terjadinya hipoksia janin karena suply oksigen tidak
terganggu, dapat memberi suasana rileks bagi ibu yang mengalami
kecapekan, dan dapat mencegah terjadinya robekan jalan lahir.
5. Hindari posisi telentang (dorsal recumbent), posisi ini dapat
mengakibatkan: hipotensi (beresiko terjadinya syok dan
berkurangnya suply oksigen dalam sirkulasi uteroplacenter,
sehingga mengakibatkan hipoksia bagi janin), rasa nyeri yang
bertambah, kemajuan persalinan bertambah lama, ibu mangalami
gangguan untuk bernafas, buang air kecil terganggu, mobilisasi
ibu kurang bebas, ibu kurang semangat, dan dapat mengakibatkan
kerusakan pada syaraf kaki dan punggung.

10. Ketidaknyamanan Dalam Persalinan


1. Nyeri Persalinan
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak
menyenangkan, bersifat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada
setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang itulah
yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi rasa nyeri yang dialami
(Ilmiah, 2015). a) Penyebab nyeri melahirkan :
a. Dilatasi serviks
b. Pengeluaran janin (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).

11. Penyulit atau Komplikasi Dalam Persalinan Kala I & II


a. Distosia kelainan presentasi dan posisi (Mal Posisi)
Malposisi adalah kepala janin relatif terhadap pelvis degan oksiput
sebagai titik referensi, atau malposisi merupakan abnormal dari vertek
kepala janin (dengan ubun – ubun kecil sebagai penanda) terhadap
panggul ibu. Dalam keadaan malposisi dapat terjadi partus macet atau
partus lama.
Penilaian posisi normal apabila kepala dalam keadaan fleksi, bila
fleksi baik maka kedudukan oksiput lebih rendah dari pada sinsiput,
keadaan ini disebut posisi oksiput transversal atau anterior. Sedangkan
keadaan dimana oksiput berada di atas posterior dari diameter
transversal pelvis adalah suatu malposisi.
b. Distosia Karena Kelainan HIS
1) False labour (persalinan palsu/belum inpartu)
2) Persalinan lama
3) Fase laten yang memanjang
4) Fase aktif yang memanjang
5) Inersia Uteri Hipotonik
6) Inersia Uteri Hipertonik
7) His yang tidak terkoordinasi
c. Distosia Karena Alat Kandungan
1) Vulva
2) Vagina
3) Uterus
d. Distosia karena kelainan janin
1) Bayi Besar (Makrosomia)
2) Hidrosefalus
3) Anensefalus
4) Janin kembar siam
e. Distosia karena jalan lahir
1) Kesempitan pintu atas panggul (PAP)
2) Kesempitan bidang Tengah pelvis
3) Kesempitan pintu bawah panggul

12. Penyulit/Komplikasi Persalinan Kala III Dan IV


a. Perdarahan post partum primer
- Antonia uteri
- Retensio Plasenta
- Emboli Air Ketuban
- Robekan jalan lahir
- Inversio uteri
- Syok Obstetrik

13. Penatalaksanaan
Penerapan asuhan persalinan normal :
1. Kala I
a. Dengan melakukan pemantauan kontraksi atau HIS ibu, apakah
normal teratur/tidak.
b. Melakukan pemeriksaan dalam 4 jam sekali untuk memastikan
pembukaan dan penurunan kepala janin.
c. Melakukan pemantauan kondisi janin (DJJ, air ketuban dan
penyusupan).
d. Melakukan pemantauan kondisi ibu (Tekanan darah, nadi dan
suhu).
e. Memastikan kandung kemih kosong.
2. Kala II
a. Memperhatikan tanda dan gejala kala II
b. Menyiapkan alat persalinan dan alat pelindung diri
c. Memastikan pembukaan lengkap dengan kondisi janin baik (DJJ)
d. Menyiapkan ibu(posisi) dan keluarga
e. Memimpin ibu meneran, kontrol his
f. Setelah kepala bayi membuka vulva 5 – 6 cm didepan vulva,
mempersiapkan kelahiran bayi (handuk dan kain 1/3 dibawah
bokong)
g. Melahirkan bayi secara biparietal dan sanggar susur
h. Penanganan bayi baru lahir dengan segera nilai, potong tali pusat,
keringkan bayi dan lakukan IMD.
3. Kala III
a. Memastikan apakah ada janin kedua
b. Memberitahu ibu dan suntik oksitosin
c. Melakukan PTT (peregangan tali pusat terkendali) dan keluarkan
plasenta
d. Massase uterus
e. Melakukan pemeriksaan kelengkapan plasenta.
4. Kala IV
a. Menilai ulang perdarahan dan ada tidaknya robekan
b. Memantau kontraksi ibu berjalan dengan baik begitupun dengan
perdarahannya tiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit
pada 1 jam kedua
c. Mengajarkan pada ibu teknik massase uterus dan evaluasi
perdarahan
d. Menjaga kebersihan ibu dan peralatan
e. Melengkapi partograf

B. Konsep Dasar Persalinan Kala II Lama


1. Pengertian Persalinan Kala II
Kala II disebut juga dengan kala pengeluaran, kala ini dimulai dari
pembukaan lengkap (10cm) sampai bayi lahir. Proses ini berlangsung 2
jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida, gejala utama dari
kala II adalah:

Gambar 1.2
Kala II Persalinan

a. His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit dengan durasi 50


sampai 100 detik.
b. Menjelang akhir kala 1, ketuban pecah yang ditandai dengan
pengeluaran cairan secara mendadak.
c. Ketuban pecah pada pembukaan merupakan pendeteksi lengkap
diikuti keinginan mengejan karena fleksus frankenhauser tertekan.
d. Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi
sehingga kepala bayi membuka pintu, subocciput bertindak sebagai
hipomoglion berturut-turut lahir dari dahi, muka, dagu yang melewati
perineum.
e. Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putaran paksi luar, yaitu
penyesuaian kepala pada punggung.
f. Setelah putar paksi luar berlangsung maka persalinan bayi ditolong
dengan jalan:
1) Kepala dipegang pada ocsiput dan di bawah dagu, ditarik curam
ke bawah untuk melahirkan bahu belakang.
2) Setelah kedua bahu lahir, ketiak diikat untuk melahirkan sisa
badan bayi.
3) Bayi kemudian lahir diikuti oleh air ketuban.

2. Pengertian Persalinan Kala II Lama


Persalinan kala II lama adalah persalinan yang berlangsung lebih
dari 24 jam. Namun sebelum terjadi persalinan lama, sebelum 24 jam
harus sudah mengenali situasinya dengan memantau kemajuan persalinan.
Sebagian besar partus lama di tandai dengan kala I memanjang. Tidak ada
batas yang disepakati mengenai permulaan pembukaan persalinan hal ini
di sebabkan karena banyaknya kasus sulit untuk menentukan kapan
pembukaan dimulai. (Herry,Willyam, 2010;.h.606).

3. Tanda – Tanda Persalinan Kala II Lama

4. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan Kala II Lama


a. Pengaruh berat bayi terhadap lama kala II
Berat bayi sangat berpengaruh terhadap proses persalinan terutama
pada kala pengeluaran di mana bayi yang besar merupakan faktor
pencetus partus lama terutama kala II, yang mana sangat berkaitan
dengan terjadinya malposisi dan malpresentasi. Janin yang dalam
keadaan malpresentasi dan malposisi kemungkinan besar kerja uterus
kontraksinya cenderung lemah dan tidak teratur sehingga dapat
memengaruhi persalinan terutama lama kala memengaruhi persalinan
terutama lama kala II Ronsmans.C, Ed Dorman. dkk, (2003).
b. Pengaruh frekuensi his terhadap pelepasan plasenta
Pengaruh Pelepasan His terhadap pelepasan plasenta yaitu pada
kontraksi uterus yang lemah dan tidak teratur maka akan
menyebabkan hambatan dalam proses kelahiran bayi atau lama kala II
persalinan. Kala II yang lama akan menyebabkan kelelahan pada ibu
sehingga kembali berpengaruh terhadap kontraksi uterus dalam proses
pelepasan plasenta Keumalahayati, (2009).
c. Pengaruh Berat Bayi Terhadap Pelepasan Plasenta
Pengaruh Berat Bayi terhadap pelepasan plasenta yaitu bayi yang
besar merupakan faktor pencetus partus lama. Pada kejadian mal
presentasi dan letak janin menyebabkan kerja uterus (kontraksi)
cenderung lelah dan tidak teratur, sehingga berpengaruh terhadap
lama kala II, dengan partus lama ibu mengalami kelelahan yang
berkepanjangan sehingga menyebabkan kontraksi uterus yang yang
tidak bagus pada kala III di mana akan berdampak terhadap proses
pelepasan plasenta.

5. Dampak Persalinan Kala II Lama


Persalinan kala II lama dapat berakibat buruk bagi ibu maupun
bayinya. Ibu dan bayi dapat mengalami distres serta meningkatkan risiko
infeksi karena dapat menyebabkan meningkatnya tindakan intervensi serta
risiko terjadinya perdarahan post partum dan atonia uteri. Komplikasi
yang sering terjadi pada persalinan lama yaitu, atonia uteri, laserasi,
perdarahan, infeksi, kelelahan ibu dan syok, asfiksia, trauma cerebri,
cedera akibat tindakan ekstraksi.
Beberapa dampak yang terjadi akibat lama persalinan kala II lama
pada ibu dan janin yaitu:
1) Rupture Uteri
Bila membran amnion pecah dan cairan amnion mengalir keluar, janin
akan didorong ke segmen bawah rahim melalui kontraksi. Jika
kontraksi berlanjut, segmen bawah rahim menjadi meregang sehingga
menjadi berbahaya karena menipis dan menjadi lebih mudah ruptur.
Kejadian ruptur juga dapat berbahaya karena menipis dan menjadi
lebih mudah ruptur. Kejadian ruptur juga dapat menyebabkan
perdarahan persalinan yang berakibat fatal jika tidak segera ditangani.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Psiari Kusuma Wardani
menyatakan bahwa ada hubungan antara kejadian persalinan lama
dengan perdarahan post partum yaitu didapatkan hasil analisis
menunjukkan nilai OR 9,598. Artinya ibu yang mengalami kejadian
persalinan lama memiliki peluang 9,598 kali untuk mengalami
perdarahan post partum.
2) Cedera otot – otot dasar panggul
Saat proses melahirkan bayi, dasar panggul mendapat tekanan
langsung dari kepala janin disertai tekanan ke bawah akibat upaya
mengejan ibu. Gaya ini meregangkan dan melebarkan dasar panggul
yang dapat menyebabkan perubahan fungsional dan anatomi otot saraf
dan jaringan ikat yang akan menimbulkan inkontinensia urine dan
prolaps organ panggul. Apabila panggul sempit, sewaktu persalinan
sering terjadi kaput suksedaneum yang besar di bagian bawah
suksedaneum yang besar di bagian bawah janin. Kaput ini dapat
berukuran besar dan menyebabkan kesalahan diagnostik yang serius.
3) Kematian janin
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Siti Candra W.B dkk.,
mengenai hubungan persalinan lama dengan kejadian post partum dini
menyimpulkan bahwa semakin lama proses persalinan maka
kemungkinan besar terjadi perdarahan post partum dini semakin besar
sehingga dapat menyebabkan kegawatdaruratan obstetrik hingga
kematian janin karena tekanan berlebihan pada plasenta dan korda
umbilicus. Janin yang mati itu akan melunak akibat pembusukan
sehingga dapat menyebabkan terjadinya koagulasi intravaskuler
diseminata (KID).

6. Perubahan Psikologis Ibu Persalinan Kala II Lama


a. Bahagia
Karena saat-saat yang telah lama di tunggu akhirnya datang juga yaitu
kelahiran bayinya dan ia merasa bahagia karena merasa sudah menjadi
wanita yang sempurna (bisa melahirkan, memberikan anak untuk
suami, dan memberikan anggota keluarga yang baru), bahagia karena
bisa melihat anaknya.
b. Cemas dan Takut
Cemas dan takut kalau terjadi bahaya atas dirinya saat persalinan
karena persalinan di anggap sebagai suatu keadaan antara hidup dan
mati.
c. Cemas dan takut karena pengalaman yang lalu.
d. Takut tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya.
Jalan yang bisa di tempuh untuk mengatasi hal ini:
a. Dari Diri Sendiri (Ibu)
Mempersiapkan semuanya dengan baik (sejak awal kehamilan
memang sudah di rencanakan baik fisik maupun mental).
b. Dari Orang Lain
1) Mengurangi ketegangan (mengajak bicara atau bercanda).
2) Meyakinkan bahwa hal ini merupakan suatu hal yang normal.
3) Memberi bantuan moral (dengan mempersilakan suami untuk
mendampingi ibu).
4) Selalu membimbing ibu disaat kesakitan
5) Memberikan semangat kepada ibu dan meyakinkan bahwa semua
akan baik-baik saja dan akan cepat berlalu.
6) Menambah kekuatan ibu (dengan mempersilakan ibu untuk minum
di sela-sela istirahatnya setelah mengejan)

7. Klasifikasi Persalinan Kala II Lama


a. Fase laten yang memanjang
Di sebut fase laten memanjang karena fase laten melebihi 20 jam pada
primigravida atau 14 jam pada multipara. Penyebabnya diantaranya
cervik belum matang pada awal persalinan hanya memperpanjang fase
laten, posisi janin Anormal, disporposi servik, persalinan
disfungsional. Pada fase ini tidak berbahaya bagi ibu dan janin.
(Herry,Willyam, 2010;.h.606).
b. Fase aktif yang memanjang pada primigravida
Para primigravida jika pada fase aktif pembukaan lebih dari 12 jam.
Panjangnya fase ini di sebabkan karena malposisi janin, ketuban pecah
sebelum persalinan, dan penggunaan analgetik secara berlebihan.
(Herry,Willyam, 2010;.h.606).
c. Fase aktif memanjang pada multipara
Pada fase aktif untuk mutipara rata – rata 2,5 jam bila lebih dari 6 jam
sudah dikatakan abnormal. Walaupun partu lama jarang terjadi pada
multipara, namun keadaan tersebut tetap membahayakan
(Herry,Willyam, 2010;.h.606).

8. Metode Mencegah Persalinan Kala II Lama


a. Berjalan Atau Berdiri
Metode berjalan merupaka cara yang sangat membantu
untuk mempercepat pembukaan. Disini dapat memanfaatkan gaya
gravitasi bumi. Akibat adanya gaya gravitasi bumi akan membantu
kepala dan tubuh bayi semakin turun. (Aprillia, Yesie;2011:h.103-
107). posisi berjalan pada saat kala I merupakan cara yang hebat untuk
persalinan agar berjalan lancer dan nyaman. Cara ini juga acara yang
baik untuk menghabiskan waktu pada saat proses awal persalinan.
Perubahan posisi pada saat proses persalinan dapat membantu
meningkatkan rasa nyaman, menurunkan rasa nyeri, meningkatkan
kepuasan dan kebebasan untuk bergerak dan juga penting untuk posisi
bayi dalam kemajuan persalinan (Aprillia, Yesie;2011:h.103-107).
b. Berbaring Miring
Pada posisi ini, ibu akan berbaring kekiri atau ke kanan dengan salah
satu kaki diangkat dan satu kakinya lurus. Posisi ini dilakukan apabila
posisi kepala bayi belum tepat. Keuntungan dari posisi ini yaitu
pengiriman oksigen dalam darah ibu ke janin melalui plasenta juga
tidak akan terganggu sehingga pada pembukaan akan berjalan
perlahan-lahan.
c. Setengah Duduk
Pada posisi ini sering di lakukan di rumah sakit atau klinik bersalin
karena posisi ini memudahkan tenaga kesehatan yang akan menolong
persalinan (Conny. 2015;h. 95-96). Pada posisi ini ibu akan duduk
dengan punggug bersandar pada bantal, kaki ditekuk, dan paha dibuka
ke arah samping,dan posisi ini membuat ibu nyaman.
d. Jongkok
Pada posisi ini dapat membukan panggul 30% didandingkan dengan
posisi berbaring dengan posisi ini ibu dapat memanfaatkan gaya
grafitasi bumi, sehingga memudahkan bayi untuk bergerak turunbagi
ibu yang tidak bisa jongkok maka hal ini saangat melelahkan. Oleh
karena itu diharapkan ibu untuk melatih otot kaki saat hamil
(Conny.2015;h. 95-96). Pada posisi ini pula ibu menghadapi
persalinan dengan posisi jongkok diatas bantal empuk yang berguna
menahan kepala bayi dan tubuh bayi (Mutmainnah,2017;h.123-125).
e. Merangkak
Pada posisi ini ibu memiliki banyak peluang untuk menggoyangkan
pinggul dengan gerakan memutar. Gerakan ini dapat membantu ibu
meringankan ketidaknyamanan saat kontraksi terjadi (Conny.
2015;h.95-96). Pada posisi ini yang terpenting adalah menjaga agar
lengan vertical dengan bahu dan tidak jauk ke belakang atau kedepan
tidak boleh lebih lebar dari bahu sehingga membuang energy namun
juga memungkinkan tubuh untk beristirahat. Posisi ini dapat
meringankan rasa sakit, posisi ini juga sangat bagus untuk bayi yang
berukuran besar, dapat juga membantu jika terjadi prolapse tali pusat
untuk mencegah tali pusat semakin menumbung dan lebih sedikit
beresiko terjadinya robekan perineum (Mutmainnah,2017;h.123-125)
f. Palvic Rocking Birth Ball
Palvik rocking merupakan olah tubuh dengan melakukan goyangan
pada bagian pinggang dan panggul. Hal ini dapat dilakukan dengan
atau tanpa alat yang bernama birth ball (Hermina,2014;h. 165). Pelvic
Rocking merupakan salah satu gerakan dengan menggoyangkan
panggul ke sisi depan, belakang, sisi kiri dan kanan. Gerakan ini
digunakan untuk mengurangi rasa kurang nyaman pada saat proses
persalinan di mana gerakan yang dilakukan ini ternyata memberi
banyak sekali manfaatnya.
g. Yoga
Yoga cocok untuk wanita hamil. Yoga sangat dipercaya dapat
mengurangi stress dan tekanan pada tubuh. Yoga menekankan pada
teknik pernapasan dan meditasi yang tepat untuk membentuk relaksasi
dan keseimbangan (Yuliarti,Nurheti;2010).

9. Pemantauan Kemajuan Persalinan (Partograf)


Partograf adalah alat bantu untuk memantau kala I persalinan dan
informasi untuk membuat keputusan klinik. Partograf adalah alat bantu
yang digunakan selama fase aktif persalinan.

Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Persalinan

ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN KALA II LAMA


NY “…” UMUR… G…P…A…USIA KEHAMILAN…
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH REJANG LEBONG
KABUPATEN REJANG LEBONG

Hari/Tanggal Pengkajian : … / ... / …


Jam Pengkajian : … WIB
Tempat Pengkajian :
Nama Pengkaji :
I. LANGKAH I : PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
1. Identitas Pasien
Nama Istri : Ny. Nama Suami : Tn. xx
Umur : xx tahun Umur : xx tahun
Agama : xx Agama : xx
Suku/Bangsa : xx Suku/Bangsa : xx
Pendidikan : xx Pendidikan : xx
Pekerjaan : xx Pekerjaan : xx
Alamat : Jl. xx Alamat : Jl. xx
2. Alasan Kunjungan
Ibu mengatakan perutnya terasa mules dan sudah keluar cairan darah
bercampur lendir sejak pukul
3. Keluhan Utama
Ibu mengatakan hamil anak ke …… dengan keluhan perut mules dan
sudah keluar darah.
4. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit asma, diabetes
mellitus, hipertensi, dan tidak menderita penyakit menular seperti
TBC, HIV/AIDS.
5. Riwayat kesehatan lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti TBC,
HIV/AIDS dan penyakit asma, jantung, diabetes mellitus dan anemia.
6. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dikeluarganya tidak ada yang menderita penyakit
menurun, seperti asma, jantung, diabetes mellitus dan tidak pernah
menderita penyakit menular.
7. Riwayat Menstruasi
Menarche : 10 – 13 tahun Banyaknya : 60 – 80
ml/hari
Siklus : 21 – 35 hari HPHT :
Lama : 3 – 7 hari HPL :
8. Riwayat Perkawinan
Nikah :…
Lama Menikah :…
Usia Menikah :…
9. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas, yang lalu

No Hami Tanggal U Jenis Penolong Penyulit Kondisi Kondisi JK


l Ke - Partus K Persalinan Persalinan (Komplikasi) Bayi/BB/PB Anak
Skrg

10. Riwayat Kehamilan Sekarang


a. Kehamilan sekarang
Hamil ke : xx
Umur kehamilan : xx minggu
HPHT : xx – xx – xxxx
HPL : xx – xx – xxxx
Rencana Persalinan : Rumah Sakit/Puskesmas/Klinik Bersalin
/PMB/Rumah Sakit
b. Imunisasi TT
- TT 1 : sudah dilakukan/belum
- TT 2 : sudah dilakukan/belum
c. Riwayat Obstetri Sekarang
1. Kehamilan ke : G…P…..A….
HPHT :
HPL :
UK :
ANC :
2. Persalinan
Tanggal/Pukul :
Jenis :
Penolong :
Penyulit :
11. Pola Kebiasaan Sehari – hari
No Pola Sebelum Hamil Selama Hamil
Kebiasaan
1. Nutrisi - Makan 3x/hari, porsi 1 - Makan 3x/hari, porsi
piring 1 piring dengan gizi
- Minum 5-6 gelas/hari seimbang nasi, sayur,
dan buah.
- Minum > 7-8
gelas/hari dan 1 gelas
susu

2. Eliminasi - BAK 3-4 x/hari, warna - BAK 6-8X/hari


kuning jernih, tidak ada warna kuning jernih,
keluhan nyeri saat tidak nyeri
kencing
- BAB 1x/hari, - BAB 1x/hari,
konsistensi lunak, warna konsistensi lunak,
kuning kecoklatan warna kecoklatan

- Tidur siang 1-2


3. Istirahat jam/hari - Tidur siang 1-2
- Tidur malam 7-8 jam/hari
jam/hari - Tidur malam 8
jam/hari
- Mandi 2x/hari, keramas
4. Kebersihan 3-4x/minggu, gosok gigi - Mandi 2x/hari,
2x/hari, ganti pakaian keramas
luar dalam 2x/hari 3-4x/minggu, gosok
gigi 2x/hari, ganti
pakaian luar dalam
2x/hari atau lebih jika
berkeringat lebih
- Menyapu,
5. Aktivitas mengepel, masak - Menyapu, mengepel
dan mencuci dan masak

- Tidak merokok, tidak


6. Kebiasaan minum minuman keras - Tidak merokok,
dan tidak ketergantungan tidak minum
obat minuman keras dan
tidak ketergantungan
obat

- 2x/minggu
7. Seseualitas - 1x/minggu
- Jalan – jalan, menonton
8. Rekresasi TV, main sosial median - Jalan – jalan,
di HP menonton TV, main
sosial median di HP
12. Keadaan Psikosial
a. Perasaan Ibu tentang kehamilanya
Ibu merasa senang dengan kehamilannya
b. Kehamilan ini direncanakan /tidak
Ibu mengatakan kehamilan ini direncanakan
c. Dukungan keluarga tetang kehamilan ini
Keluarga sangat mendukung dengan kehamilan ini
d. Data Sosial : Hubungan ibu dengan keluarga baik

B. Data Objektif
a. Pemeriksaan Umum
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
BB : … kg
TB : >145 cm
TTV : TD : 110/70 – 130/90 mmHg
S : 36,5℃ – 37,5℃
N : 60-90x/menit
R :16-24x/menit
2. Pemeriksaan Fisik
a) Kepala : simetris, bersih, oedema (-/+)
b) Wajah : simetris, tidak pucat, oedema (-/+)
c) Mata : simetris, konjungtiva an anemis
d) Hidung : simetris, polip (-/+), secret (-/+)
e) Telinga : simetris, serumen (-/+), pendengaran (-/+)
f) Mulut : bersih, bibir pucat (-/+), caries gigi (-/+)
g) Leher : simetris, pembengkakan kelenjar tyroid (-/+) dan
kelenjar limfe (-/+), vena jugularis (-/+)
h) Payudara : simetris, pembengkakan (-/+), benjolan (-/+),
areola hiperpigmentasi, putting susu
menonjol, bekas luka operasi (-/+),
kolostrum (-/+)
3. Abdomen
a) Inspeksi : Simteris, luka bekas operasi (+/-), kelainan (+/-),
linea nigra (+/-), striae (+/-), pergerakan janin (+/-)
b) Palpasi
- Leopold I :
- Leopold II :
- Leopold III :
- Leopold IV :
- TBJ : (TFU – 12) x 155 = ... gram
c) Auskultasi DJJ : (+ /-)
d) Punctum Maksimum : Puka/Puki
e) Frekuensi :120 – 160x/menit
f) Kekuatan : Kuat/tidak
g) Irama : Teratur/tidak
4. Ekstremitas
Atas : Simetris, kuku lengkap, tidak pucat, odema (+/-)
Bawah : Simetris, kuku lengkap, tidak pucat, odema (+/-),
varises, (+/-), reflek patella kanan/kiri (+/+) / (-/-)
5. Genetalia
Inspeksi :tampak adanya pengeluaran lendir dan arah, tidak
tampak adanya oedema dan tidak ada varises.
Pemeriksaan dalam (VT)
Tanggal/Pukul :
a) Vulva dan vagina : Normal/Tidak normal
b) Porsio : Lunak dan tebal
c) Pembukaan : 1 – 10 cm
d) Ketuban : Utuh/Tidak utuh
e) Presentasi : Kepala/Ubun – ubun/bagian lain
f) Penurunan : Hodge 1/2/3/4
g) Molase : Ada/Tidak ada
h) Penumbungan : Ada/Tidak ada
i) Ukuran Panggul : Normal
j) Pelepasam : Lendir
6. Pemeriksaan Penunjang
Darah
Hb : >11 gr/dl
Golongan darah : A/B/AB/O
7. Urine
Protein Urine : (-/+)
Glukosa Urine : (-/+)

II. LANGKAH II : INTERPRETASI DATA


Tanggal :…/…/… Jam : … WIB
A. Diagnosa
Ny. “ ” G.. P.. A.. usia kehamilan 37 – 40 minggu, letak ….., intra
uterin, tunggal/gameli, hidup, keadaan janin baik, keadaan ibu baik,
inpartu kala 1 fase laten.
Ds : Ibu mengatakan hamil anak ke – xx dan tidak pernah
keguguran sebelumnya
Do :
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
BB : ……. Kg
TB : >145cm
LILA : > 23,5cm
TTV : TD : 110/70 – 120/80 mmHg
S : 36,5ºC – 37,5ºC
N : 60-90x/menit
R :16-24x/menit
TFU :
Adomen :
Leopold I :
Leopold II :
Leopold III :
Leopold IV :
Auskultasi : Djj terdengar jelas dan teratur pada kuadran kanan
bawah perut ibu dengan frekuensi 120 – 160 x/menit.

B. Masalah
Kala II lama
C. Kebutuhan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
2. Persiapan ruangan perlengkapan alat dan obat – obatan yang di
butuhkan untuk ibu bersalin
3. Memberitahu keluarga atau suami untuk mendampingi ibu
4. Menganjurkan ibu untuk memposisikan badan yang nyaman
5. Memberitahu ibu tentang cara mengurangi rasa sakit dengan
Teknik pernafasan
6. Memberikan asuhan sayang ibu
- Berikan dukungan emosional kepada ibu
- Beritahu ibu tentang kecukupan kebutuhan cairan dan nutrisi
- Berikan keluasan untuk mobilisasi, termasuk ke kamar kecil
- Berikan penerapan prinsip pencegahan infeksi yang sesuai
7. Memberitahu
8. Memberikan
9. Menganjurkan ibu
10. Menganjurkan ibu
11. Memberitahu ibu
12. Melakukan pendokumentasian

III.LANGKAH III : DIAGNOSA POTENSIAL


Tidak ada

IV. LANGKAH IV : TINDAKAN SEGERA


Tidak ada

II. LANGKAH V : RENCANA TINDAKAN


Tanggal :…/…/… Jam : … WIB
1. Anjurkan ibu untuk BAK dan cuci kaki
2. Observasi his dan DJJ tiap 30 menit
3. Monitor kemajuan persalinan tiap 4 jam bila ada indikasi dengan
pemeriksaan dalam
4. Atasi nyeri yang sangat berlebihan pada ibu
5. Anjurkan ibu untuk bernafas panjang saat ada his
6. Dampingi ibu
7. Beri support pada ibu dan keluarga
8. Pantau kemajuan dengan menggunakan partograf
9. Melakukan pendokumentasian
III. LANGKAH VI : TINDAKAN KEBIDANAN
Tanggal :…/…/… Jam : … WIB
1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
2. Beritahu ibu perubahan psikologi, patologi, dan tanda bahaya
Trimester III
3. Berikan ibu penkes tentang kebersihan diri (personal hygiene)
4. Beritahu ibu tentang nutrisi ibu hamil dan persiapan ASI eksklusif
5. Beritahu ibu ketidaknyamanan Trimester III (sering BAK, nyeri
punggung) dan cara mengatasinya
6. Anjurkan ibu untuk melakukan senam hamil
7. Beritahu ibu tanda-tanda persalinan dan persiapan persalinan (pakaian
ibu dan bayi)
8. Berikan penkes konseling KB, dan metode KB setelah persalinan pada
ibu
9. Anjurkan ibu untuk melakukan hubungan suami istri (seksual)
10. Anjurkan ibu untuk konsumsi vitamin dan Fe sesuai anjuran dari
bidan
11. Beritahu ibu melakukan kunjungan ulang
12. Lakukan pendokumentasian

IV. LANGKAH VII : EVALUASI


Tanggal :…/…/… Jam : … WIB
1. Ibu mengatakan mempunyai dorongan untuk meneran.
2. Ibu mengatakan terasa ingin BAB
3. Ibu mengerti dan akan memenuhi nutrisi dan persiapan ASI eksklusif
4. Ibu mengerti mengenai ketidaknyamanan Trimester III (nyeri
punggung) dan cara mengatasinya
5. Ibu memahami dan akan melakukan senam hamil
6. Ibu memahami tentang tanda-tanda persalinan dan persiapan
persalinan (pakaian ibu dan bayi)
7. Ibu memahami penkes mengenai konseling KB, dan metode KB
setelah persalinan pada ibu
8. Ibu mengerti dan akan melakukan hubungan suami istri (seksual)
9. Ibu mengerti dan akan mengonsumsi vitamin dan Fe sesuai anjuran
dari bidan
10. Ibu mengerti dan akan melakukan kunjungan ulang
11. Ibu mengetahui hsil pendokumentasian

KALA II
A. Subjektif (S)

Anda mungkin juga menyukai