Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEBIDANAN PADA POST PARTUM SECTIO CAESARIAN

DENGAN ANEMIA
DI RSUD REJANG LEBONG

Disusun oleh :
Nama : Novellya Angel Tania
NIM : P05140320030
Prodi : Sarjana Terapan Kebidanan dan Profesi Tingkat 4

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Lela Hartini, SST, M.Kes Aflita Aminudin, S.Tr., Keb

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


SARJANA TERAPAN KEBIDANAN DAN PROFESI
POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
TAHUN PELAJARAN 2023/ 2024
A. TINJAUAN TEORI
1. Konsep Seksio Sesaria
a. PENGERTIAN

Seksio Sesaria adalah Suatu persalinan buatan , dimana janin dilahirkan


melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim
dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram

b. INDIKASI
 Indikasi Ibu
1. Panggul sempit absolute
2. Tumor- tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi
3. Stenosis serviks/vagina
4. Disporprosi sefalopelvik karena kontraksi atau fraktur pelvic).
5. Malposisis dan makpresentasi : hal ini berkaitan dengan ukuran dan
bentuk pelvic, ukuran janin, umur paritas ibu.
6. Disfungsi uterus (inersia uteri , distosia serviks)
7. Kelainan congenital uterus (cornuate uterus)
8. Ruptura uteri membakat
9. Riwayat persalinan sebelumnya
Dalam operasi sebelumnya terdapat luka parut dan rupture uteri yang
sangat berbahaya.Oleh karena itu sangat penting riwayat persalinan
wanita sebelumnya.
1. Operasi seksio sesarea sebelumnya
2. Amputasi serviks
3. Histerektomi
4. Ekstensif miomektomi
10. Hemoragi
Perdarahan dari uterus selama kehamilan dapat dikarenakan
komplikasi selama persalinan pervaginam dan dapat terjadi perdarahan
postpartum yang parah .Seksio sesarea adalah metode terbaik untuk
persalinan dengan :
1. Plasenta previa
2. Solusio plasenta
11. Indikasi dengan kondisi lain :
1. Eklampsia
2. Induksi persalinan gagal
3. Diabetes mellitus parah, khususnya dengan gangguan janin dalam
pemantauan cardiotograph
4. Pada primigravida yang sudah berusia lanjut,
5. Tindakan fosceps gagal
 Indikasi janin
1. Kelainan letak
2. Gawat janin dengan IUGR, dengan ibu hipertensi dengan atau tanpa
protein urine)
3. Prolaps tali pusat
4. Perlahiran kembar macet
5. Eritroblastosis.Ini disebabkan oleh jenis Rhesus
 Pada umumnya seksio sesarea tidak dilakukan apabila :
1. Janin mati
2. Syok, anemia berat, sebelum diatasi
3. Kelainan konginetal berat (MONSTER)
c. MANAJEMEN POSTOPERATIF
1. Passien dibaringkan miring didalam kamar pulih dengan pemantauan
ketat, tensi , nadi , nafas, tiap 15 menit dalam 1 jam pertama, kemudian
30 menit 1 jam berikut dan selanjutnya tiap jam.
2. Pasien tidur dengan muka ke samping dan yakinkan kepalanya agak
tengadah agar jalan napas bebas
3. Letakkan tangan atas di depan badan agar mudah melakukan
pengambilan tensi
4. Tungkai bagian atas dalam keadaan posisi fleksi (Sarwono, 2011)
 Mobilisasi
Pasien telah dapat menggerakkan kaki dan tangan serta tubuhnya sedikit,
kemudian dapat duduk pada jam ke 8-12 .Ia dapat berjalan bila mampu
pada 24 jam pasca bedah bahkan mandi sendiri pada hari kedua.
 Makan dan Minum
1. Setelah diperiksa peristaltic pada 6 jam pasca bedah, bila positif maka
ia dapat diberikan minum hangat sedikit dan kemudian lebih banyak
terutama bila mengalami anastesi spinal dan pasien tidak
muntah.Pada anastesi umum mungkin akan lebih lambat timbulnya
peristaltic.
2. Pasien dapat makan lunak atau biasa pada hari pertama.Infus dapat
diangkat 24jam pasca bedah.
3. Kateter dapat dicabut 12 - 24jam pasca bedah. Kateter dipertahankan
bila rupture uteri, partus lama, edema perineal, sepsis, perdarahan.

 Perawatan gabung

Pasien dapat dirawat gabung dengan bayi dan memberikan ASI dalam
posisi tidur atau duduk

 Perawatan luka

Kasa perut harus dilihat pada 1 hari pasca bedah, bila basah dan berdarah
harus dibuka dan diganti. Umumnya kasa perut dapat diganti pada hari ke 3-
4 sebelum pulang dan seterusnya pasien mengganti setiap hari, Luka dapat
diberikan salep betadine sedikit. Jahitan yang perlu dibuka dapat dilakukan
pada hari kelima pasca bedah

 Laboratorium

1. Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan ialah Hb dan Ht, biasanya


terdapat penurunan Hb 2%
2. Bila Hb dibawah 8 % dipertimbangkan untuk transfuse
 Memulangkan pasien

1. Perawatan 3-4 hari kiranya cukup untuk pasien, beri intruksi perawatan
luka dan keterangan tertulis mengenai teknik pembedahan
2. Pasien diminta dating untuk perawatan luka setalh 7 hari kepulangan,
pasien dapat mandi biasa setelah hari kelima dengan mengeringkan
luka dan merawat luka seperti biasa.
3. Pasien diminta dating segera apabila terdapat perdarahan, demam dan
nyeri yang berlebihan

2.Definisi Masa Nifas


 Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil.
 Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Dalam bahasa
Latin, waktu mulai tertentu setelah melahirkan anak ini disebut
Puerperium yaitu dari kata Puer yang artinya bayi dan Parous
melahirkan. Jadi, puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi.
 Puerperium adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai
sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Sekitar 50%
kematian ibu terjadi dalam 24 jam pertama postpartum sehingga
pelayanan pascapersalinan yang berkualitas harus terselenggara pada
masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi.
(Dewi, Vivian Nanny Lia. 2021 : 1)

 Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya


plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu.
(Sarwono, 2010 : 356)
 Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil,
berlangsung kira-kira 6 minggu.
(WHO, 2013 : 50)

3. Tahapan Masa Nifas


a. Puerperium dini
Puerperium dini merupakan masa kepulihan, yang dalam hal ini ibu
telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
b. Puerperium intermediate
Yaitu suatu kepulihan menyeluruh lat-alat genetalia yang lamanya
sekitar 6-8 minggu.
c. Puerperium remote
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama
apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai
komplikasi.Waktu untuk sehat sempurna dapat berlangsung selama
berminggu-minggu, bulanan, bahkan tahunan.

3. KONSEP DASAR ANEMIA


a.DEFINISI
 Hb <110g/Trimester pertama dan ketiga kehamilan
 Hb <105g/ di Trimester kedua kehamilan
 Hb <100g/ pada 1 minggu postpartum dan <120 g / l pada 8 minggu
setelah melahirkan.
(British Committee for Standards in Hematology, BCSH 2021)

Anemia secara praktis didefinisikan sebagai kadar Ht, konsentrasi Hb, atau
hitung eritrosit dibawah batas normal.
(Sarwono 2021)
b. ETIOLOGI
Penyebab anemia tersering adalah defisiensi zat-zat nutrisi. Seringkali
defisiensinya bersifat multipel dengan manifestasi klinik yang disertai infeksi,
gizi buruk, atau kelainan herediter seperti hemoglobinopati. Namun penyebab
mendasar anemia nutrisional meliputi asupan yang tidak cukup, absorpsi yang
tidak adekuat, bertambahnya zat gizi yang hilang, kebutuhan yang berlebihan,
dan kurangnya utilisasi nutrisi hemopoitik.(Sarwono,2021)

Selain itu penyebab anemia postpartum adalah anemia prepartum


dikombinasikan dengan perdarahan akibat persalinan patologis.

(N.Milman 2018.NCBI.Postpartum anemia, defined, prevalence, risk factor,

c. FAKTOR PREDISPOSISI
a. Umur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun. Wanita yang
berumur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, mempuyai resiko
yang tinggi untuk hamil. Karena akan membahayakan kesehatan dan
keselamatan ibu hamil maupun janinya, beresiko mengalami perdarahan
dan dapat menyebabkan ibu mengalami anemia. Wintrobe menyatakan
bahwa usia ibu dapat mempengaruhi timbulnya anemia, yaitu semakin
rendah usia ibu hamil maka semakin rendah kadar hemoglobinnya.
Muhilat et al dalam penelitiannya menyatakan bahwa terdapat
kecenderungan semakin tua umur ibu hamil maka kejadian anemia
semakin besar. Karena 80% ibu hamil berusia tidak beresiko yaitu antara
umur 20 tahun hingga 35 tahun.

b. Paritas semakin banyak jumlah kelahiran (paritas), maka akan semakin


tinggi angka kejadian anemia artinya ibu hamil dengan paritas tinggi
mempunyai resiko lebih besar untuk mengalamni anemia dibanding yang
paritas rendah

c. Jarak Kehamilan Yang terlalu Dekat


Salah satu penyebab yang dapat mempercepat terjadinya anemia pada
wanita adalah jarak kelahiran pendek. Menurut Kramer hal ini
disebabkan kekurangan nutrisi yang merupakan mekanisme biologis dan
pemulihan factor hormonal dan adanya kecendrungan bahwa semakin
dekat jarak kehamilan, maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia.

d. Pemeriksaan Antenatal Care


Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh
tenaga professional yaitu Dr Ginekolog dan Bidan serta memenuhi syarat
5 T (TB, BB, Tekanan darah, Tinggi Fundus, TT, Tablet Fe). Jika
pemeriksaan Antenatal Care kurang atau tidak ada sama sekali maka
akan semakin tinggi angka kejadian anemia.

e. Pola makan dan Kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe


Gizi seimbang adalah pola konsumsi makan sehari-hari yang sesuai
dengan kebutuhan gizi setiap individu untuk hidup sehat dan produktif.
Agar sasaran keseimbangan gizi dapat dicapai, maka setiap orang harus
menkonsumsi minimal 1 jenis bahan makanan dari tiap golongan bahan
makanan yaitu KH, protein hewani dan nabati, sayuran, buah dan susu

Kepatuhan menkonsumsi tablet Fe diukur dari ketepatan jumlah


tablet yang dikonsumsi, ketepatan cara menkonsumsi tablet Fe, frekuensi
konsumsi perhari. Suplementasi besi atau pemberian tablet Fe merupakan
salah satu upaya penting dalam mencegah dan menanggulangi anemia,
khususnya anemia kekurangan besi. Suplementasi besi merupakan cara
efektif karena kandungan besinya yang dilengkapi asam folat yang
sekaligus dapat mencegah anemia karena kekurangan asam folat.ibu hamil
yang kurang patuh konsumsi tablet Fe mempunyai risiko untuk mengalami
anemia dibanding yang patuh konsumsi tablet Fe.

f. Pengetahuan
Pengetahuan kesehatan reproduksi menyangkut pemahaman tentang
pentingnya pemeriksaan kehamilan, penyuluhan, tanda dan cara mengatasi
anemia pada ibu hamil diharapkan dapat mencegah ibu hamil dari anemia.
Semakin rendah pengetahuan kesehatan reproduksi, maka akan semakin
tinggi angka kejadian anemia

d. TANDA DAN GEJALA

Pada dasarnya gejala anemia timbul karena dua hal berikut ini :

 Gejala klinis : gejala anemia sangat bervariasi, tetapi pada umumnya


dapat dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu sebagai berikut :
 Gejala umum anemia :
Gejala umum anemia disebut juga sindrom anemia adalah gejala yang
timbul pada semua jenis anemia pada kadar hemoglobin yang sudah
menurun sedemikian rupa dibawah titik tertentu. Gejala ini timbul
karena anoksia organ target dan mekanisme kompensasi tubuh
terhadap penurunan hemoglobin. Gejala – gejala tersebut apabila
diklasifikasikan menurut organ – organ terkena.

1. Sistem kardiovaskuler. Lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak


nafas saat beraktivitas, angina pectoris dan gagal jantung.
2. Sistem saraf. Sakit kepala , pusing, telinga mendenging, mata
berkunang kunang, kelemahan otot, iritabilitas, lesu serta perasaan
dingin pada ekstermitas.
3. Sistem urogenital : ganguan haid dan libido menurun
4. Epitel : warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit
menurun, serta rambut tipis dan halus.
 Gejala khas masing – masing Anemia
Gejala khas yang menjadi ciri dari masing - masing jenis anemia
adalah sebagai berikut :
1. Anemia defisiensi besi : Disfagia atrofi pupil lidah stomatitis
angularis.
2. Anemia defisiensi asam folat : lidah merah (buffy tongue)
3. Anemia hemolitik : ikterus dan hepatosplenomegali
4. Anemia aplastik : perdarahan kulit atau mukosa dan tanda – tanda
infeksi
Gejala penyakit dasar yang menjadi penyebab anemia. Gejala ini timbul
karena penyakit penyakit yang mendasari anemia tersebut. Misalnya anemia
defisiensi besi yang diakibatkan oleh infeksi cacing tambang berat akan
menimbulkan gejala seperti pembesaran parotis dan telapak tangan bewarna
kuning seperti jerami. Gejala umum anemia :

1. Pucat
2. Sering pusing
3. Lemah, lelah, letih, lesu, lunglai
4. Nafas terengah rengah
5. Nyeri dada
6. Mata berkunang kunang
7. Lidah luka
8. Nafsu makan turun
9. Mual dan muntah yang berlebihan pada hamil muda.

e. KOMPLIKASI
 Pasca partus:
 Infeksi puerperalis
 Perlukaan sukar sembuh
 Perdarahan

(Ida Bagus Manuaba, 2021)

f. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Gambaran klinis dan ciri morfologis eritrosit mengharuskan dibuatnya apusan
darah tepi. Pemeriksaan berikut seringkali bermanfaat:

 Menentukan status hematinik (simpanan Fe, vitamin B12, dan folat);


status Fe harus dievaluasi pada anemia mikro-atau normositik, dan status
vitamin B12/folat pada anemia makrositik. Hati-hati: defisiensi hematinik
sering terjadi bahkan bila jelas ada penyebab anemia lain (misalnya
defisiensi folat pada anemia hemolitik, defisiensi Fe pada kanker kolon,
dan lain-lain). Begitu ditemukan defisiensi hematinik, penyebab
spesifiknya(malnutrisi, malabsorpsi, penggunaan atau kehilangan
berlebihan, dan lain-lain) harus selalu ditentukan.
 Apus darah tepi bisa menegakkan diagnosis penyakit hematologis primer
dan juga penyakit sistemik. Oleh karenanya pemeriksaan ini mutlak
diperlukan pada semua anemia yang belum terdiagnosis dengan
pemeriksaan sederhana. Diskusi empat mata dengan ahli hematologi sering
mempercepat proses penegakan diagnosis.
 Hitung darah lengkap untuk mencari jumlah leukosit atau trombosit bisa
membantu. Kenaikan jumlah leukosit menunjukkan:
a. Adanya penyakit kronis yang mendasari(neutrofil shift-to-the-left)
b. Proses mieloproliferatif (leukemia, dan lain-lain) bila didapatkan
leukosit matur (leukemia kronis) atau imatur (leukemia akut)
Jumlah leukosit yang menurun menunjukkan adanya hipo-atau aplastik
pada sumsum tulang (lihat hal 312). Jumlah trombosit yang meningkat
merupakan tanda anemia akibat penyakit kronis, perdarahan, atau proses
mieloproliferatif. Jumlah trombosit menurun merupakan tanda aplasia
sumsum tulang.

 Pemeriksaan apus sumsum tulang jarang digunakan dalam diagnosis anemia,


dan akan menyingkirkan atau menegakkan secara pasti sebagian besar
diagnosis hematologis.
 Biokomia ginjal dan hati bisa menegakkan diagnosis kelainan organ spesifik
yang mendasari.
 Penanda peradangan (laju endap darah) atau protein reaktif-C (CRP)
seringkali meningkat pada anemia akibat penyakit kronis, seperti keganasan
diseminata, sepsis, atau vaskulitis
 Keadaan tiroid: hipotiroidisme bisa menyebabkan anemia makrositik atau
normositik.
 Kultur darah bisa bermanfaat bila ada dugaan sepsis.
Untuk menegakkan diagnosis anemia pada kehamilan, dapat dilakukan
anamnesis. Pada anamnesis, akan didapatkan keluhan-keluhan cepat lelah,
sering pusing, mata berkunang-kunang, dan keluhan mual-mual yang lebih
hebat pada kehamilan muda,

Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan. Dari hasil pemeriksaan


Hb dengan alat Sahli. Dari hasil pemeriksaan Hb dengan alat Sahli, kondisi
Hb dapat digolongkan sebagai berikut:

a. Hb 11gr% tidak anemia


b. Hb 9-10gr% anemia ringan
c. Hb 7-8gr% anemia sedang
d. Hb <7gr% anemia berat

g. PENATALAKSANAAN
a. Tatalaksana Umum
- Apabila diagnosis anemia telah ditegakkan, lakukan pemeriksaan
apusan darah tepi untuk melihat morfologi sel darah merah
- Bila pemeriksaan apusan darah tepi tidak tersedia, berikan
suplementasi besi dan asam folat. Tablet yang saat ini banyak tersedia
di puskesmas adalah tablet tambah darah yang berisi 60 mg besi
elemental dan 250 µg asam folat. Pada ibu hamil dengan anemia, tablet
tersebut dapat diberikan 3 kali sehari. Bila dalam 90 hari muncul
perbaikan, lanjutkan pemberian tablet sampai 42 hari pasca salin.
Apabila setelah 90 hari pemberian tablet besi dan asam folat kadar
hemoglobin tidak meningkat, rujuk pasien ke pusat pelayanan yang
lebih tinggi untuk mencari penyebab anemia.
b. Tatalaksana Khusus
- Bila tersedia fasilitas pemeriksaan pemeriksaan penunjang, tentukan
penyebab anemia berdasarkan hasil pemeriksaan darah perifer lengkap
dan apus darah tepi.
- Anemia mikrosifik hipokrom dapat ditemukan pada keadaan :
o Defisiensi besi : lakukan pemeriksaan ferritin. Apabila
dtemukan kadar ferritin kurang dari 15 mg/ml, berikan terapi
besi dengan dosis setara 180 mg besi elemental per hari.
Apabila kadar ferritin normal, lakukan pemeriksaan SI dan
TIBC.
o Talasemia : Pasien dengan kecurigaan thalasemia perlu
dilakukan tatalaksana bersama dokter spesialis penyakit dalam
untuk perawatan yang lebih spesifik.
- Anemia normositik normokrom dapat ditemukan pada keadaan :
o Perdarahan : tanyakan riwayat dan cari tanda gejala aborsi,
mola, kehamilan ektopik, atau perdarahan pasca persalinan.
o Infeksi kronik
- Anemia makrositik hiperkrom dapat ditemukan pada keadaan :
o Defiiensi asam folat dan vitamin B12 : berikan asam folat 1 x
2mg dan vitamin B12 1 x 250-1000 µg.
- Transfusi untuk anemia dilakukan pada pasien dengan kondisi berikut :
o Kadar Hb <7 g/dl atau kadar hematokrit <20%
o Kadar Hb >7 g/dl dengan gejala klinis : pusing, pandangan
berkunang-kunang atau takikardia (frekuensi nadi >100 kali per
menit

 Anemia Postpartum
- Periksa FBC pada hari 1 untuk semua wanita yang telah memiliki
LSCs.Periksa FBC dan serum Feritin pada hari 1 setelah melahirkan dalam
kasus berikut:
1. PPH lebih dari 500ml
2. Anemia yang belum dikoreksi pada periode antenatal
3. Anemia defisiensi besi
4. Setiap wanita dengan gejala / tanda-tanda sugestif dari anemia

 Hb 80-100g dan tidak menunjukkan gejala dan hemodinamik stabil harus


ditawarkan unsur besi 200mg / hari (Ferrous Sulphate 200mg TDS) selama 3
bulan. Ulangi FBC dan feritin setelah 3 minggu untuk memastikan Hb dan
besi baik

 Hb <80g / l: Perlakukan dengan dosis total intravena Iron (yaitu Ferinject)


diikuti oleh
besi sulfat lisan 200mg tiga kali sehari, terhitung 5 hari setelah IV
Besi, selama 3 bulan. Ulangi FBC dan feritin pada 10 hari untuk memastikan
respon
dan pada 3 bulan oleh GP, untuk memastikan Hb dan toko besi dilengkapi.

 Hb <70g / l: Diskusikan alternatif dengan wanita, pertimbangkan 1 unit


darah
berikut informed consent dan / atau dosis total IV Iron (mis Ferinject)
Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan pada Persalinan

ASUHAN KEBIDANAN PADA POST PARTUM SC DENGAN ANEMIA


NY “…” UMUR… G…P…A…POST PARTUM …
DI RSUD REJANG LEBONG
KABUPATEN REJANG LEBONG

Hari/Tanggal Pengkajian : … / ... / …


Jam Pengkajian : … WIB
Tempat Pengkajian :
Nama Pengkaji :

I. LANGKAH I : PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
1. Identitas Pasien
Nama Istri : Ny. Nama Suami : Tn. xx
Umur : xx tahun Umur : xx tahun
Agama : xx Agama : xx
Suku/Bangsa : xx Suku/Bangsa : xx
Pendidikan : xx Pendidikan : xx
Pekerjaan : xx Pekerjaan : xx
Alamat : Jl. xx Alamat : Jl. xx
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan ingin bersalin, ibu mengatakan nyeri hebat dibagian
pinggang dan adanya pengeluaran lendir bercampur darah sejak… wib
3. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit asma, diabetes
mellitus, hipertensi, dan tidak menderita penyakit menular seperti
TBC, HIV/AIDS.
4. Riwayat kesehatan lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti
TBC, HIV/AIDS dan penyakit asma, jantung, diabetes mellitus dan
anemia.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dikeluarganya tidak ada yang menderita penyakit
menurun, seperti asma, jantung, diabetes mellitus dan tidak pernah
menderita penyakit menular.
6. Riwayat Menstruasi
Menarche : 10-13 tahun Banyaknya : 60-80 ml/hari
Siklus : 21-35 hari HPHT :
Lama : 3-7 hari HPL :
7. Riwayat Perkawinan
Nikah :…
Lama Menikah :…
Usia Menikah :…
8. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas, yang lalu

Ha Tangg U Jenis Penolo Penyulit Kondisi Kond J


mil al K ng Bayi/BB/ isi K
N Persalin (komplik
PB Anak
o. Ke - Partus an Persalin asi)
skrg
an

1. 1 - - - - - - - -
9. Riwayat Kehamilan Sekarang
a. Kehamilan sekarang
Hamil ke : xx
Umur kehamilan : xx minggu
HPHT : xx-xx-xxxx
HPL : xx-xx-xxxx
Rencana Persalinan : Rumah Sakit/Puskesmas/Klinik Bersalin
/PMB/Rumah Sakit
10. Imunisasi TT
- TT 1 : sudah dilakukan/belum
- TT 2 : sudah dilakukan/belum
11. Riwayat ANC
- TM I : 2x
- TM II : 1x
- TM III : 3x
12. Keluhan Selama Kehamilan
- TM I :-
- TM II :-
- TM III : Nyeri punggung
13. Riwayat Keluarga Berencana
a. Jenis yang pernah dipakai : ….
b. Lama pemakaian : ….
c. Keluhan : ….
d. Alasan berhenti :…

14. Pola Kebiasaaan Sehari-hari


No Pola Kebiasaan Sebelum Hamil Selama Hamil
.
1. Nutrisi - Makan 3x/hari, porsi 1 - Makan 3x/hari, porsi 1
piring piring dengan gizi seimbang
nasi, sayur, dan buah.
- Minum 5-6 gelas/hari
- Minum > 7-8 gelas/hari
dan 1 gelas susu

- BAK 3-4 x/hari,


2. Eliminasi - BAK 6-8X/hari warna
warna kuning jernih,
kuning jernih, tidak nyeri
tidak ada keluhan nyeri
saat kencing

- BAB 1x/hari, - BAB 1x/hari, konsistensi


konsistensi lunak, lunak, warna kecoklatan
warna kuning
kecoklatan

3. Istirahat - Tidur siang 1-2


jam/hari - Tidur siang 1-2 jam/hari

- Tidur malam 7-8 - Tidur malam 8 jam/hari

jam/hari

4. Kebersihan
- Mandi 2x/hari, - Mandi 2x/hari, keramas 3-
keramas 3-4x/minggu, 4x/minggu, gosok gigi
gosok gigi 2x/hari, 2x/hari, ganti pakaian luar
ganti pakaian luar dalam 2x/hari atau lebih jika
dalam 2x/hari berkeringat lebih

5. Aktivitas
- Menyapu, mengepel, - Menyapu, mengepel dan
masak dan mencuci masak

6. Kebiasaan - Tidak merokok, tidak - Tidak merokok, tidak


minum minuman keras minum minuman keras dan
dan tidak tidak ketergantungan obat
ketergantungan obat

7. Seksualitas - 2x/minggu
- 1x/minggu

8. Rekreasi - Jalan-jalan, menonton


- Jalan-jalan, menonton TV,
TV, main sosial median
main sosial median di HP
di HP

15. Riwayat sosial ekon & psikologi


- Status perkawinan: sah, kawin: I kali
- Lama nikah: 25 tahun, menikah pertama pada umur: 20 tahun
- Kehamilan ini direncanakan/tidak direncanakan : direncanakan
- Perasaan ibu dan keluarga terhadap kehamilan dan persalinan:
senang
- Pengambilan keputusan dalam keluarga adalah: musyawara
- Tempat rujukan jika ada komplikasi : rumah sakit
- Kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan
dan nifas: tidak ada/ ada
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. BB : … kg
d. TB : >145 cm
e. LILA : > 23,5 cm
f. TTV : TD : 110/70 – 130/90 mmHg
S : 36,5℃ – 37,5℃
N : 60-90x/menit
R :16-24x/menit
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : simetris, bersih, oedema (-/+)
b. Wajah : simetris, tidak pucat, oedema (-/+)
c. Mata : simetris, konjungtiva an anemis
d. Hidung : simetris, polip (-/+), secret (-/+)
e. Telinga : simetris, serumen (-/+), pendengaran (-/+)
f. Mulut : bersih, bibir pucat (-/+), caries gigi (-/+)
g. Leher : simetris, pembengkakan kelenjar tyroid (-/+) dan
kelenjar limfe (-/+), vena jugularis (-/+)
h. Payudara : simetris, pembengkakan (-/+), benjolan (-/+),
areola hiperpigmentasi, putting susu menonjol,
bekas luka operasi (-/+), kolostrum (-/+)
3. Abdomen
a. Inspeksi : Simetris, luka bekas operasi (-/+), kelainan (-/+),
linea nigra (-/+), striae (-/+), pergerakan janin
(-/+)
b. Palpasi
- Leopold I :
- Leopold II :
- Leopold III :
- Leopold IV :
- TBJ : (TFU- 12) x 155 = ... gram
c. Auskultasi DJJ : (+ / -)
d. Punctum Maksimum :
e. Frekuensi :120-160x/menit
f. Kekuatan : Kuat/tidak
g. Irama : Teratur/tidak
4. Ekstremitas
Atas : Simetris, kuku lengkap, tidak pucat, odema (+/-)
Bawah : Simetris, kuku lengkap, tidak pucat, odema (+/-), varises
(+/-), reflek patella kanan/kiri (+/+) / (-/-)
5. Genetalia : Simetris, bersih, pembengkakan (-/+), bekas luka (-/+),
pengeluaran pervaginam (-/+)
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah
- Hb : >11 gr/dl
- Golongan darah : A/B/AB/O
b. Urine
- Protein Urine : (-/+)
- Glukosa Urine : (-/+)
c. Pemeriksaan panggul
a. Panggul luar
- Distansia Spinarum : 23-26 cm
- Distansia Cristarum : 26-29 cm
- Konjugata Eksterna : 18-20 cm
- Lingkar Pinggul : 80-90 cm
II. INTERPRETASI DATA DASAR
Dx : Ny ….. usia P……. Post SC hari ke... atas indikasi....
Ds : Ibu mengatakan telah melahirkan anaknya dengan operasi caesarea
pada tanggal ….. jam ….WIB
Do : Keadaan umum : baik sampai dengan lemah
Kesadaran : composmentis sampai koma
TTV
TD : normal (110/70 – 120/80 mmHg)
N : normal (70 – 90 kali/menit)
RR : normal (16 – 24 kali/menit)
o o
Suhu : normal (36.5 - 37,5 C)
Payudara : keluarnya colostrum serta keadaan putting susu
yang menonjol sangat penting untuk persiapan
menyusui bayinya.
Abdomen : terdapat luka luka bekas operasi, adanya tanda-
tanda infeksi seperti tumor, dolor, kalor, rubor
harus segera mendapatkan penanganan dan
tindakan khusus agar tidak berlanjut menjadi
sepsis, penurunan TFU normalnya 1 jari 1 hari
jika tidak sesuai menandakan adanya sub involusi.
Genetalia : pengeluaran lochea tidak sesuai dengan hari dan
adanya tanda-tanda infeksi akan mempengaruhi
involusi uteri dan dapat mnyebabkan infeksi
puerpuralis

Masalah
 Anemia Sedang
Ds : ibu mengatakan merasakan keluar darah banyak dan merasa pusing
Do :
1. Ibu pucat
2. Konjungtiva Anemis
3. Hb 7,9 gr/dl

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL


Post SC dengan Anemia ----
IV. IDENTIFIKASI DAN MENETAPKAN KEBUTUHAN SEGERA
Kolaborasi dengan dokter
V. INTERVENSI
Dx : Ny ….. usia P……. Post partum dengan SC hari ke... atas indikasi....
Tujuan : post partum berjalan normal tanpa adanya komplikasi.
Kriteria hasil :
 TTV dalam batas normal.
 Tidak terjadi infeksi pada luka bekas operasi
 Lochea keluar sesuai dengan masa nifas.
 Kontraksi uterus baik.
 TFU turun 1 jari per hari.
 Hb naik
Intervensi
1. Lakukan pendekatan kepada ibu dan keluarga
R / dengan pendekatan yang baik akan timbul rasa percaya keluarga
kepada petugas sehimgga keluarga lebih kooperatif dalam segala
tindakan yang diberikan
2. jelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini
R / penjelasan dan informasi dari petugas akan menambah pengetahuan
pada ibu
3. lakukan Observasi TFU dan UC, Perdarahan, urine kateter, lochea
R / parameter dan deteksi dini terjadinya komplikasi dan pemantauan
proses involusi.
4. lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
R / cuci tangan dengan sabun dan air mengalir dapat membunuh kuman
hingga 80% dan mencegah terjadinya infeksi nozokomial
5. lakukan observasi TTVdan keadaan umum
R / untuk mengetahui keadaan ibu semakin membaik ataupun semakin
memburuk
6. Anjurkan ibu untuk sesering mungkin menyusui
R / pemenuhan kebutuhan nutrisi bayi dan isapan bayi dapat merangsang
pengeluaran hormon oxytosin yang berfungsi mempercepat proses
involusi uteri.
7. Lakukan perawatan luka operasi dengan cara aseptik
R / perawatan luka operasi yang benar dapat mencegah terjadinya
infeksi
8. Beritahu ibu untuk menjaga personal hygiene terutama pada daerah
genetalia dan luka bekas operasi
R / mencegah terjadinya infeksi puerpuralis dan mempercepat proses
penyembuhan luka.
9. berikan antibiotik setiap 6 jam
R / pemberian antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi
10. Beritahu ibu untuk mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung
protein an zat besi/tidak pantang makanan
R / protein akan membentuk sel-sel baru sehingga proses penyembuhan
luka berlangsung lebih cepat
12. Ajari ibu tentang perawatan payudara
R / melancarkan produksi ASI dan mencegah bendungan payudara

VI. IMPLEMENTASI
Tanggal : ………………
Jam : ……………….
Dx : Ny. “…”P…. UK Post SC hari ke... atas indikasi....
Tujuan : Post partum berjalan normal tanpa adanya komplikasi
Implementasi diisi dengan tindakan yang sesuai dengan Intervensi.

VII. EVALUASI
Tanggal : ………………
Jam : ……………….
Dx : Ny. “…”P…. UK Post SC hari ke... atas indikasi....

Diisi sesuai dengan Kriteria hasil.

Anda mungkin juga menyukai