Disusun Oleh:
Dosen Pengampu:
memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan
dengan sebaik-baiknya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Kesehatan
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan
Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan
ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah berupaya
dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik
dan oleh karenanya, tim penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima
Terima kasih kami sampaikan kepada dosen yang telah membimbing dan memberikan
materi demi kelancaran makalah ini. Demikianlah tugas ini disusun semoga bermanfaat.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
Cover……………………………………………………………………………..I
Kata pengantar………………………………………………………………….II
Daftar Isi………………………………………………………………………..III
BAB I PENDAHULUA
Latar Belakang……………………………………………………………………1
Rumusan Masalah…………………………………………………………………2
Tujuan Masalah…………………………………………………………………..2
BAB II PEMBAHASAN
A. Perilaku merokok………………………………………………………3
2.1. pengertian perilaku merokok .…………………………………………….3
Kesimpulan……………………………………………………………………….12
Saran………………………………………………………………………………12
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semakin berkembang perkembangan zaman semakin berkembang pula para
pengkonsumsi rokok dalam melakukan aktivitas dan kebiasaan perilaku merokok. Perilaku
merokok merupakan suatu kegiatan atau aktivitas membakar rokok dan kemudian menghisapnya
lalu menghembuskan keluar dari mulut yang dapat menimbulkan asap dan dapat dihisap oleh
orang-orang sekitar.
Di Indonesia, secara keseluruhan, jumlah perokok laki-laki dan perempuan naik 35%
pada 2012 dan merupakan yang terbesar se-Asia Tenggara. Jika dibandingkan dengan
negara-negara ASEAN, konsumsi rokok di Indonesia mencapai 46,16%. Kon
sumsi rokok di beberapa negara, seperti di Malaysia hanya 2,90%, Myanmar 8,73%, Filipina
16,62%, Vietnam 14,11%, Thailand sekitar 7,74%, Singapura 0,39%, Laos 1,23%, Kamboja
2,07%, dan Brunei Darussalam 0,04%.
Berdasarkan data dari Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,
Southeast Asia Tobacco Control Alliance, dan Komisi Nasional Pengendalian Tembakau,
Indonesia bahkan menduduki urutan ketiga jumlah perokok terbanyak di dunia setelah Cina
dan India.
Di kalangan remaja usia 15-19 tahun, sekitar 38,4% laki-laki dan 0,9% perempuan
adalah perokok, sedangkan menurut data Global Youth Tobacco Survey (GYTS) tahun
2009, menunjukkan 20,3% anak sekolah 13 _ 15 tahun telah merokok. Dalam 10 tahun
terakhir, perokok pemula usia 10-14 tahun naik dua kali lipat dari 9,5% pada tahun 2001
menjadi 17,5% pada tahun 2010.2 Usia tersebut adalah mereka yang duduk di kelas tiga
SMP, SMA, dan awal kuliah.
Umumnya kelompok tersebut adalah remaja yang mulai merokok untuk menunjukkan
bahwa mereka sudah dewasa. Sebagian besar perokok pemula adalah remaja yang belum
mampu menilai secara benar informasi dampak merokok. Selain itu, kecenderungan perokok
pemula untuk menyepelekan biaya yang kelak akan ditanggung akibat adiksi nikotin.
Mereka menganggap bahwa biaya tersebut disebabkan oleh kelemahan perokok dewasa
untuk memutuskan berhenti merokok ketika masih remaja.Mereka tidak menyadari efek
adiktif nikotin yang sangat kuat yang akan mengikat dan menyebabkan orang sulit berhenti
merokok, tak hanya itu merokok juga dianggap sebagai sesuatu yang biasa dan normal.
Sebagian perokok mengaku mendapat rokok dari keluarga atau teman dengan mudah
tanpa perlu membeli. Selain itu, perokok remaja berpendapat bahwa merokok adalah sesuatu
yang menarik, memudahkan pergaulan, mudah konsentrasi dan membuat hidup lebih mudah.
Modifikasi gaya hidup merokok apabila dilihat dari berbagai sudut pandang sangat
merugikan baik bagi individu bersangkutan maupun orang di sekeliling, umumnya semakin
lama gaya hidup merokok semakin meningkat sesuai dengan tahap perkembangan yang
ditandai denganpeningkatan frekuensi dan intensitas merokok, dan sering mengakibatkan
perokok mengalami ketergantungan nikotin.
Ada berbagai alasan (perubahan gaya hidup) seseorang yang membuatnya mulai
merokok salah satunya pengaruh lingkungan sosial seperti teman, orangtua, dan media.
Kebiasaan merokok selain disebabkan oleh faktor lingkungan juga disebabkan oleh faktor
diri sendiri. Kecemasan orang tua mengenai perilaku merokok remaja yang dilakukan
setelah pulang sekolah, merokok di tiap warung, di pinggir jalan, sekitaran sekolah serta
mengkonsumsi rokok dalam waktu yang singkat-padat maupun dalam waktu yang lama,
membuat semua kegiatan yang penting diabaikan dan mereka selalu memiliki keinginan untuk
mengkonsumsi rokok bahkan, mereka rela menyisakan uangnya hanya untuk membeli rokok.
Sehingga semuanya akan berdampak buruk terhadap diri anak di sekolah baik kesehatan jasmani,
psikis, maupun psikologisnya.
Untuk itu perlu bagi kita memberi konseling modifikasi gaya hidup para remaja, dewasa,
maupun orang tua untuk menghindari kebiasaan merokok. Maka dari itu Kami sebagai tim
penulis tertarik mengangkat problem kebiasaan merokok yang ada di Indonesia dengan makalah
yang berjudul “Konseling Modifikasi Gaya Hidup”.
keluarga
adalah gulungan tembakau yang dibungkus oleh daun nipah atau kertas
perilaku kompleks, karena merupakan hasil interaksi dari aspek kognitif, kondisi
psikologis dan keadaan fisiologis dalam konteks rokok. Menurut Kartono (2003),
merokoknya, yang diukur melalui intensi merokok, tempat merokok, situasi merokok, dan
asap yang dapat terhisap oleh diri sendiri maupun orang-orang di sekitarnya, dan
apabila dilihat dari berat sampai ringannya perilaku merokok dapat diukur dengan
melihat intensi merokok, tempat merokok, situasi merokok, dan fungsi merokok
Merokok tidak terjadi dalam sekali waktu, hal ini karena adanya proses
perokok. Ada 4 tahapan yang merupakan proses menjadi perokok (Leventhal &
menjelaskan dengan beberapa teori. Sementara itu, kebiasaan merokok dapat pula
dijelaskan dengan kontribusi sosial dan lingkungan. Di bawah ini akan dijelaskan
(2002), ada dua metode yang dapat menghentikan kecanduan terhadap rokok yang
di antaranya:
c. Aversive conditioning.
yang dapat digunakan untuk terapi upaya berhenti merokok antara lain:
Selain dua metode yang dipaparkan di atas ada beberapa metode yang juga
berarti pelita atau pemberi terang. Harapan dari pemberian penyuluhan adalah
dari tidak mampu menjadi mampu. Sikap dikatakan berubah jika terjadi
perubahan dari tidak mau menjadi mau, dan niat dapat perubahan apabila dari
melakukan pencatatan di kartu status khusus pada klien tersebut. Hal-hal yang
anda merokok karena ada hal penting?”, apakah keluarga anda ada yang sakit
akibat merokok?”.
keluarga yang lain. Dijelaskan juga manfaat secara sosial ekonomi yang
penting bagi anda untuk berhenti merokok. Lebih cepat lebih baik. Dan saya
tidak mudah. Tapi ini adalah langkah paling penting untuk kesehatan anda
sekarang dan nanti. Saya dapat membantu anda untuk merencanakan program
berhenti merokok”.
skala 0 perlu digali mengapa tidak ada motivasi dan apa yang disukai dan
tidak disukai tentang rokok. Jika klien sangat termotivasi beri konseling atau
metode lain pada tahap ini misalnya dengan obat ataupun behavior therapy.
hasilnya.
3. Konseling Singkat. Konseling yang dilakukan adalah konseling singkat
refer (ke rujukan lain) misalnya: klinik berhenti merokok di rumah sakit atau
sebagai berikut: lakukan nasehat yang tegas untuk berhenti, berikan informasi
berkomunikasi, dan pada akhirnya keputusan ada pada klien. Hal yang tidak
mengatakan bahwa rokok itu buruk, dengan sikap sinis, dan menawarkan
bawah sadar (Rafael, 2006). Domain ini tunduk pada pengaruh sugesti
hipnosis secara langsung (Yager, 2011). Dari penelitian ditemukan satu fakta
menarik yaitu sekitar 75% dari semua penyakit fisik diderita banyak orang
pengobatan atau terapi sulit menjangkau sumber masalah ini, yaitu pikiran
atau lebih tepatnya pikiran bawah sadar. Pengaruh pikiran bawah sadar 9 kali
lebih kuat dibandingkan pikiran sadar. Hal ini mengakibatkan orang sulit
pertentangan keinginan antara pikiran sadar dan bawah sadar, maka pikiran
ingin berhenti merokok. Namun perokok seolah tidak dapat lepas dari
rokok, meskipun segala usaha telah dilakukan. Hal ini terjadi karena
sadarnya masih suka rokok, maka berhenti merokok adalah hal yang
A. KESIMPULAN
Merokok adalah masalah global yang terlalu besar untuk ditangani secara terpisah.
Penghentian perilaku merokok remaja berpotensi besar untuk menyelamatkan banyak
nyawa dan memberikan kesempatan hidup yang lebih baik. Upaya-upaya yang
dilakukan untuk menghentikan perilaku merokok pada remaja akan memberikan
beberapa pelajaran berharga untuk direnungkan saat kita mempertimbangkan bentuk
intervensi yang efektif. Tidak peduli, pendekatan yang bersifat individual, kelompok
atau intervensi komunitas merupa-kan investasi yang baik. Suatu pendekatan yang
komprehensif perlu dilakukan untuk mencapai keberhasilan yang lebih besar.
Perubahan besar dalam status kesehatan remaja dengan kehidupan tanpa rokok akan
terjadi. Apa norma-norma sosial berhubungan dengan pemakaian dan perilaku
merokok perlu diubah. Hal ini membutuhkan waktu yang tidak singkat. Mengubah
perilaku remaja melalui konseling merupakan salah satu upaya untuk mengintervensi
remaja. Pemberian konseling tersebut akan lebih efektif, semua yang dilakukan
dengan pendekatan model transteoritik, memperhatikan kesiapan klien untuk
menerima informasi dan mengubah perilaku.
B. SARAN
2. Mulyana A. Ini bocoran kementerian kesehatan soal jutaan perokok anak remaja di
Indonesia [Diakses tanggal 9 Agustus 2013]. Diunduh dari:
http://www.rmol.co/read/2013/11/12/132873/Ini-BocoranDirjen-Kemenkes-Soal-
Jutaan-Perokok-Anak-Remaja-di-Indonesia-.
3. Syam AF. Satu dari tiga orang Indonesia merokok [Diakses tanggal 10 September
2013]. Diunduh dari: http://www.readersdigest.co.id/
sehat/info.medis/1.dari.3.orang.indonesia.merokok/005/001/187.
5. Susanna D, Budi H, Hendra F. Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok. Jurnal
Kesehatan. 2003; 7: 47-9.
6. Gee Mc. Is cigarette smoking associated with suicidal ideation among young
people. The American Journal of Psychiatry. 2005; 162: 619-20.
8. Tandra H. Smoking and health [Diakses tanggal 9 Agustus 2013]. Diunduh dari:
http://healthinsidefreshoutside.blogspot.com/2010/- 04/merokok-dan-kesehatan.html
10. Rosemary R. Antara motivasi dan tantangan berhenti merokok (studi kasus
mahasiswa di Banda Aceh). Malaysia: Aceh Development International Conference;
2011. model of health behavior change. American Journal of Health Promotion. 1997;
12: 38-48. 17. Saime E, Semra E. Application of a stage based motivational
interview-