Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ILMU KESEHATAN KELUARGA

“Konseling Modifikasi Gaya Hidup”

Disusun Oleh:

1. Husna Adiba (P05140320019)

2. Mahffira Piarti Putri (P05140320023)

3. Novellya Angel Tania (P05140320030)

4. Raisya Khalida A.R (P05140320034)

Dosen Pengampu:

Dr. Susilo Damarini, SKM.MPH

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU


SARJANA TERAPAN KEBIDANAN DAN PROFESI
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan

dengan sebaik-baiknya.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Kesehatan

Keluarga berjudul “Konseling Modifikasi Gaya Hidup”.

Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan

Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan

ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua

pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh dari

kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah berupaya

dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik

dan oleh karenanya, tim penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima

masukan, saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.

Terima kasih kami sampaikan kepada dosen yang telah membimbing dan memberikan

materi demi kelancaran makalah ini. Demikianlah tugas ini disusun semoga bermanfaat.

Bengkulu, 17 Februari 2022

Tim Penulis
DAFTAR ISI
Cover……………………………………………………………………………..I

Kata pengantar………………………………………………………………….II

Daftar Isi………………………………………………………………………..III

BAB I PENDAHULUA

Latar Belakang……………………………………………………………………1

Rumusan Masalah…………………………………………………………………2

Tujuan Masalah…………………………………………………………………..2

BAB II PEMBAHASAN

A. Perilaku merokok………………………………………………………3
2.1. pengertian perilaku merokok .…………………………………………….3

2.3 tahapan menjadi merokok ……………………………………………………….4


2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok....................................6

2.4. Intervensi Pengendalian Perilaku Merokok……………………...................9

BAB III PENUTUP

Kesimpulan……………………………………………………………………….12

Saran………………………………………………………………………………12

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semakin berkembang perkembangan zaman semakin berkembang pula para
pengkonsumsi rokok dalam melakukan aktivitas dan kebiasaan perilaku merokok. Perilaku
merokok merupakan suatu kegiatan atau aktivitas membakar rokok dan kemudian menghisapnya
lalu menghembuskan keluar dari mulut yang dapat menimbulkan asap dan dapat dihisap oleh
orang-orang sekitar.
Di Indonesia, secara keseluruhan, jumlah perokok laki-laki dan perempuan naik 35%
pada 2012 dan merupakan yang terbesar se-Asia Tenggara. Jika dibandingkan dengan
negara-negara ASEAN, konsumsi rokok di Indonesia mencapai 46,16%. Kon
sumsi rokok di beberapa negara, seperti di Malaysia hanya 2,90%, Myanmar 8,73%, Filipina
16,62%, Vietnam 14,11%, Thailand sekitar 7,74%, Singapura 0,39%, Laos 1,23%, Kamboja
2,07%, dan Brunei Darussalam 0,04%.
Berdasarkan data dari Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,
Southeast Asia Tobacco Control Alliance, dan Komisi Nasional Pengendalian Tembakau,
Indonesia bahkan menduduki urutan ketiga jumlah perokok terbanyak di dunia setelah Cina
dan India.
Di kalangan remaja usia 15-19 tahun, sekitar 38,4% laki-laki dan 0,9% perempuan
adalah perokok, sedangkan menurut data Global Youth Tobacco Survey (GYTS) tahun
2009, menunjukkan 20,3% anak sekolah 13 _ 15 tahun telah merokok. Dalam 10 tahun
terakhir, perokok pemula usia 10-14 tahun naik dua kali lipat dari 9,5% pada tahun 2001
menjadi 17,5% pada tahun 2010.2 Usia tersebut adalah mereka yang duduk di kelas tiga
SMP, SMA, dan awal kuliah.
Umumnya kelompok tersebut adalah remaja yang mulai merokok untuk menunjukkan
bahwa mereka sudah dewasa. Sebagian besar perokok pemula adalah remaja yang belum
mampu menilai secara benar informasi dampak merokok. Selain itu, kecenderungan perokok
pemula untuk menyepelekan biaya yang kelak akan ditanggung akibat adiksi nikotin.

Mereka menganggap bahwa biaya tersebut disebabkan oleh kelemahan perokok dewasa
untuk memutuskan berhenti merokok ketika masih remaja.Mereka tidak menyadari efek
adiktif nikotin yang sangat kuat yang akan mengikat dan menyebabkan orang sulit berhenti
merokok, tak hanya itu merokok juga dianggap sebagai sesuatu yang biasa dan normal.
Sebagian perokok mengaku mendapat rokok dari keluarga atau teman dengan mudah
tanpa perlu membeli. Selain itu, perokok remaja berpendapat bahwa merokok adalah sesuatu
yang menarik, memudahkan pergaulan, mudah konsentrasi dan membuat hidup lebih mudah.
Modifikasi gaya hidup merokok apabila dilihat dari berbagai sudut pandang sangat
merugikan baik bagi individu bersangkutan maupun orang di sekeliling, umumnya semakin
lama gaya hidup merokok semakin meningkat sesuai dengan tahap perkembangan yang
ditandai denganpeningkatan frekuensi dan intensitas merokok, dan sering mengakibatkan
perokok mengalami ketergantungan nikotin.
Ada berbagai alasan (perubahan gaya hidup) seseorang yang membuatnya mulai
merokok salah satunya pengaruh lingkungan sosial seperti teman, orangtua, dan media.
Kebiasaan merokok selain disebabkan oleh faktor lingkungan juga disebabkan oleh faktor
diri sendiri. Kecemasan orang tua mengenai perilaku merokok remaja yang dilakukan
setelah pulang sekolah, merokok di tiap warung, di pinggir jalan, sekitaran sekolah serta
mengkonsumsi rokok dalam waktu yang singkat-padat maupun dalam waktu yang lama,
membuat semua kegiatan yang penting diabaikan dan mereka selalu memiliki keinginan untuk
mengkonsumsi rokok bahkan, mereka rela menyisakan uangnya hanya untuk membeli rokok.
Sehingga semuanya akan berdampak buruk terhadap diri anak di sekolah baik kesehatan jasmani,
psikis, maupun psikologisnya.
Untuk itu perlu bagi kita memberi konseling modifikasi gaya hidup para remaja, dewasa,
maupun orang tua untuk menghindari kebiasaan merokok. Maka dari itu Kami sebagai tim
penulis tertarik mengangkat problem kebiasaan merokok yang ada di Indonesia dengan makalah
yang berjudul “Konseling Modifikasi Gaya Hidup”.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana tahapan perubahan kebiasaan merokok terhadap konseling keluarga?

2. Apa saja tingkatan perubahan dalam konseling modifikasi gaya hidup?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui tahap perubahan yang terjadi pada kebiasaan merokok konseling

keluarga

2. Untuk memahami tingkatan perubahan dalam konseling modifikasi gaya hidup


BAB II
PEMBAHASAN
A. Perilaku Merokok

1. Pengertian perilaku merokok

Pada hakekatnya merokok adalah menghisap rokok, sedangkan rokok

adalah gulungan tembakau yang dibungkus oleh daun nipah atau kertas

(Poerwadarminta, dalam Perwitasari, 2006). Aritonang (1997), merokok adalah

perilaku kompleks, karena merupakan hasil interaksi dari aspek kognitif, kondisi

psikologis dan keadaan fisiologis dalam konteks rokok. Menurut Kartono (2003),

perilaku adalah setiap tindakan manusia yang dapat dilihat


perilaku merokok adalah aktivitas seseorang yang berhubungan dengan perilaku

merokoknya, yang diukur melalui intensi merokok, tempat merokok, situasi merokok, dan

fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

perilaku merokok adalah suatu kegiatan atau aktivitas membakar rokok,

kemudian menghisap dan menghembuskannya keluar, serta dapat menimbulkan

asap yang dapat terhisap oleh diri sendiri maupun orang-orang di sekitarnya, dan

apabila dilihat dari berat sampai ringannya perilaku merokok dapat diukur dengan

melihat intensi merokok, tempat merokok, situasi merokok, dan fungsi merokok

dalam kehidupan sehari-hari.

2. Tahapan menjadi Merokok

Merokok tidak terjadi dalam sekali waktu, hal ini karena adanya proses

yang dilalui, yaitu: periode eksperimen awal (mencoba-coba), tekanan teman

sebaya dan akhirnya mengembangkan sikap mengenai seperti apa seorang

perokok. Ada 4 tahapan yang merupakan proses menjadi perokok (Leventhal &

Clearly, dalam Cahyani, 1995), yaitu:

a. Tahap preparatory (persiapan). Seseorang mendapatkan gambaran yang

menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat, atau dari

hasil bacaan. Hal-hal ini menimbulkan minat untuk merokok.


b. Tahap initiation (inisiasi). Tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah

seseorang akan meneruskan ataukah tidak terhadap perilaku merokok.

c. Tahap becoming a smoker (menjadi perokok). Apabila seseorang telah

mengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari maka mempunyai

kecenderungan menjadi perokok.

d. Tahap maintenance of smoking (pemeliharaan). Tahap ini merokok sudah

menjadi salah satu bagian dari cara pengaturan diri (self-regulating).

Merokok dilakukan untuk memperoleh efek fisiologis yang menyenangkan.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok

Ada dua bidang keilmuan yang dapat menjelaskan sebab-sebab seseorang

menjadi perokok. Dua bidang tersebut adalah bidang kesehatan yang


menerangkan dengan konsep fisik atau sakit, dan bidang psikologi yang

menjelaskan dengan beberapa teori. Sementara itu, kebiasaan merokok dapat pula

dijelaskan dengan kontribusi sosial dan lingkungan. Di bawah ini akan dijelaskan

masing-masing dari bidang keilmuan tersebut.

4. Intervensi Pengendalian Perilaku Merokok

Beberapa cara atau metode intervensi berhenti merokok atau penurunan

perilaku merokok telah dilakukan dalam beberapa penelitian. Menurut Jacken

(2002), ada dua metode yang dapat menghentikan kecanduan terhadap rokok yang

selama ini dikembangkan oleh para ahli yaitu

1. Metode perubahan perilaku

Metode yang mengandalkan perubahan perilaku yang dimaksud adalah

perokok berhenti merokok tanpa bantuan obat-obatan. Metode tersebut

di antaranya:

a. Metode cold turkey.

b. Cognitive behavioral therapy.

c. Aversive conditioning.

2. Metode dengan terapi obat-obatan

Metode terapi ini dengan memberikan obat-obatan. Ada beberapa obat

yang dapat digunakan untuk terapi upaya berhenti merokok antara lain:

bupropion, klonidin, dan yang terbaru vareniklin.

Selain dua metode yang dipaparkan di atas ada beberapa metode yang juga

dapat digunakan dalam upaya berhenti merokok, antara lain:

1. Penyuluhan dan psikoedukasi. Penyuluhan berasal dari kata suluh yang

berarti pelita atau pemberi terang. Harapan dari pemberian penyuluhan adalah

terjadi peningkatan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan niat untuk berhenti

merokok. Pengetahuan dikatakan meningkat jika terjadi perubahan dari tidak


tahu menjadi tahu. Ketrampilan dikatakan meningkat jika terjadi perubahan

dari tidak mampu menjadi mampu. Sikap dikatakan berubah jika terjadi

perubahan dari tidak mau menjadi mau, dan niat dapat perubahan apabila dari

menggunakan menjadi mengurangi atau berhenti (Ibrahim, 2003). Materi

standar yang digunakan dalam penyuluhan berhenti merokok adalah

pengertian rokok dan merokok, kandungan rokok, jenis rokok, bahaya

merokok, dan upaya pencegahan.

2. Konseling dengan Metode 5A. Metode 5A merupakan metode yang dipakai

untuk mengatasi perokok kronis, biasanya datang pada tempat pelayanan

kesehatan karena sakit yang diakibatkan rokok (Fiore dkk, 2008).

Ask adalah menanyakan pada klien berapa banyak menghisap rokok

dalam sehari baik frekuensi maupun intensi merokoknya. Kemudian

melakukan pencatatan di kartu status khusus pada klien tersebut. Hal-hal yang

perlu ditanyakan misalnya: “apakah anda pernah/sedang merokok?”, apakah

anda merokok karena ada hal penting?”, apakah keluarga anda ada yang sakit

akibat merokok?”.

Advice dengan memberi nasehat pada klien tentang pentingnya berhenti

merokok, manfaat yang akan diperoleh dan akibat yang ditimbulkan


jika terus merokok baik bagi klien maupun terhadap anak dan anggota

keluarga yang lain. Dijelaskan juga manfaat secara sosial ekonomi yang

dijelaskan dengan angka-angka yang menarik klien untuk berhenti merokok.

Pada tahap ini juga ditunjukkan menggunakan leaflet. Misalnya: “sangat

penting bagi anda untuk berhenti merokok. Lebih cepat lebih baik. Dan saya

dapat membantu anda!”, “hanya mengurangi jumlah rokok di saat anda

sedang sakit, tidak cukup membantu”, “perokok ringan sekalipun tetap

berbahaya bagi kesehatan”, “saya menyadari bahwa berhenti merokok itu

tidak mudah. Tapi ini adalah langkah paling penting untuk kesehatan anda

sekarang dan nanti. Saya dapat membantu anda untuk merencanakan program

berhenti merokok”.

Asess, dengan membuat skala antara 0-10, dimana 0 tanpa motivasi

berhenti merokok, 10 sangat termotivasi berhenti merokok. Jika klien dalam

skala 0 perlu digali mengapa tidak ada motivasi dan apa yang disukai dan

tidak disukai tentang rokok. Jika klien sangat termotivasi beri konseling atau

pendampingan serta jadwal untuk datang lagi.

Assist, dengan mendampingi klien untuk membuat program berhenti

merokok yang idealnya selama dua minggu. Membantu klien dengan

membuat perubahan di lingkungan sosialnya, keluarga maupun tempat kerja

yang mendukung program ini. Merekomendasikan untuk menggabungkan

metode lain pada tahap ini misalnya dengan obat ataupun behavior therapy.

Arrange, dengan memberikan jadwal kunjungan satu minggu

kemudian untuk terus memberikan motivasi pada klien dan

direkomendasikan untuk dilakukan selama satu bulan. Sesudah itu di evaluasi

hasilnya.
3. Konseling Singkat. Konseling yang dilakukan adalah konseling singkat

menggunakan ask (identifikasi perokok), advise (nasehat untuk berhenti), dan

refer (ke rujukan lain) misalnya: klinik berhenti merokok di rumah sakit atau

puskesmas, atau layanan konseling telefon (quitline). Konseling singkat dapat

dilakukan hanya 1 menit. Strategi konseling yang dapat dilakukan adalah

sebagai berikut: lakukan nasehat yang tegas untuk berhenti, berikan informasi

dengan leaflet, bertanya tapi tidak mengintrograsi, identifikasi alasan

merokok, ciptakan perhatian klien tentang kesehatan, tunjukkan empati, ajak

berkomunikasi, dan pada akhirnya keputusan ada pada klien. Hal yang tidak

diajurkan dalam konseling ini adalah: membujuk, mengajak bercanda,

mengatakan bahwa rokok itu buruk, dengan sikap sinis, dan menawarkan

terapi (Fiore dkk, 2008).

4. Hipnoterapi. Terapi ini ditawarkan untuk mengatasi masalah yang terkait

dengan pikiran, perasaan (emosi) dan perilaku. Konsep penting dari

hipnoterapi adalah hipnosis. Ranah kerja dari hipnoterapi adalah domain

bawah sadar (Rafael, 2006). Domain ini tunduk pada pengaruh sugesti

hipnosis secara langsung (Yager, 2011). Dari penelitian ditemukan satu fakta

menarik yaitu sekitar 75% dari semua penyakit fisik diderita banyak orang

sebenarnya bersumber dari masalah mental dan emosi. Namun kebanyakan

pengobatan atau terapi sulit menjangkau sumber masalah ini, yaitu pikiran

atau lebih tepatnya pikiran bawah sadar. Pengaruh pikiran bawah sadar 9 kali

lebih kuat dibandingkan pikiran sadar. Hal ini mengakibatkan orang sulit

berubah meskipun secara sadar sangat ingin berubah, karena terjadi

pertentangan keinginan antara pikiran sadar dan bawah sadar, maka pikiran

bawah sadar selalu menjadi pemenangnya. Misalnya, sebagian besar


perokok tahu bahwa merokok itu merugikan. Bahkan tidak sedikit yang

ingin berhenti merokok. Namun perokok seolah tidak dapat lepas dari

rokok, meskipun segala usaha telah dilakukan. Hal ini terjadi karena

pikiran bawah sadarnya selalu menginginkan rokok. Tidak peduli sekuat

apapun pikiran sadar berusaha menolak rokok, selama pikiran bawah

sadarnya masih suka rokok, maka berhenti merokok adalah hal yang

mustahil (Prihantanto, tt). Hipnoterapi menawarkan terapi yang dapat

membawa ke arah perubahan, salah satunya adalah perubahan perilaku

merokok (Gunawan, 2007).


BAB III
PENUTUPAN

A. KESIMPULAN

Merokok adalah masalah global yang terlalu besar untuk ditangani secara terpisah.
Penghentian perilaku merokok remaja berpotensi besar untuk menyelamatkan banyak
nyawa dan memberikan kesempatan hidup yang lebih baik. Upaya-upaya yang
dilakukan untuk menghentikan perilaku merokok pada remaja akan memberikan
beberapa pelajaran berharga untuk direnungkan saat kita mempertimbangkan bentuk
intervensi yang efektif. Tidak peduli, pendekatan yang bersifat individual, kelompok
atau intervensi komunitas merupa-kan investasi yang baik. Suatu pendekatan yang
komprehensif perlu dilakukan untuk mencapai keberhasilan yang lebih besar.
Perubahan besar dalam status kesehatan remaja dengan kehidupan tanpa rokok akan
terjadi. Apa norma-norma sosial berhubungan dengan pemakaian dan perilaku
merokok perlu diubah. Hal ini membutuhkan waktu yang tidak singkat. Mengubah
perilaku remaja melalui konseling merupakan salah satu upaya untuk mengintervensi
remaja. Pemberian konseling tersebut akan lebih efektif, semua yang dilakukan
dengan pendekatan model transteoritik, memperhatikan kesiapan klien untuk
menerima informasi dan mengubah perilaku.

B. SARAN

Para konselor diharapkan dapat memberikan konseling kepada para remaja.


Teknik dan informasi yang diberikan harus sesuai dengan kesiapan klien dan
kriteria klien berdasarkan tahapan pada model transteoritik
DAFTAR PUSTAKA

1.Fitria AG. Perokok Indonesia terbanyak se-Asia Tenggara[Diakses tanggal 9


Januari 2014]. Diunduh dari: http://www.tempo.co/read/news/-
2013/10/10/090520749/Perokok-Indonesia-Terbanyak-se-AsiaTenggara.

2. Mulyana A. Ini bocoran kementerian kesehatan soal jutaan perokok anak remaja di
Indonesia [Diakses tanggal 9 Agustus 2013]. Diunduh dari:
http://www.rmol.co/read/2013/11/12/132873/Ini-BocoranDirjen-Kemenkes-Soal-
Jutaan-Perokok-Anak-Remaja-di-Indonesia-.

3. Syam AF. Satu dari tiga orang Indonesia merokok [Diakses tanggal 10 September
2013]. Diunduh dari: http://www.readersdigest.co.id/
sehat/info.medis/1.dari.3.orang.indonesia.merokok/005/001/187.

4. Komalasari D, Helmi AF. Faktor-faktor penyebab perilaku merokok pada remaja.


Jurnal Psikologi. 2000; 28: 37-47.

5. Susanna D, Budi H, Hendra F. Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok. Jurnal
Kesehatan. 2003; 7: 47-9.

6. Gee Mc. Is cigarette smoking associated with suicidal ideation among young
people. The American Journal of Psychiatry. 2005; 162: 619-20.

7. Smet B. Psikologi kesehatan. Jakarta: PT Grasindo; 1994.

8. Tandra H. Smoking and health [Diakses tanggal 9 Agustus 2013]. Diunduh dari:
http://healthinsidefreshoutside.blogspot.com/2010/- 04/merokok-dan-kesehatan.html

9. Universitas Gadjah Mada. Mengapa remaja merokok. Yogyakarta: Universitas


Gadjah Mada Press; 2004 [Diakses tanggal 9 Agustus 2013]. Diunduh dari:
http://www.mqmedia.com/tabloid_mq/apr03/- mq_remaja_pernik.htm.

10. Rosemary R. Antara motivasi dan tantangan berhenti merokok (studi kasus
mahasiswa di Banda Aceh). Malaysia: Aceh Development International Conference;
2011. model of health behavior change. American Journal of Health Promotion. 1997;
12: 38-48. 17. Saime E, Semra E. Application of a stage based motivational
interview-

Anda mungkin juga menyukai