Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan data World Health Organization pada tahun 2015 penurunan angka
kematian ibu per 100 ribu kelahiran bayi hidup masih terlalu lamban untuk mencapai
target tujuan pembangunan milenium dalam rangka mengurangi tiga per empat
jumlah perempuan yang meninggal selama hamil dan melahirkan. (WHO, 2015).
Departemen kesehatan Republik Indonesia menargetkan angka kematian ibu pada
tahun 2010 sekitar 226 orang dan pada tahun 2015 menjadi 102 orang pertahun.
Faktor langsung penyebab tingginya AKI adalah perdarahan (45%), terutama
perdarahan postpartum. Selain itu ada keracunan kehamilan (24%), infeksi (11%),dan
partus lama atau macet (7%). Komplikasi obstetrik umumnya terjadi pada waktu
persalinan, yang waktunya pendek yaitu sekitar 8 jam. Dalam mencapai upaya
percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) maka salah satu upaya promotif
dan salah satu prefentif yang nulai gencar dilakukan adalah kelas ibu hamil
(http://www.scribd.com/Depkes-RI, 2010).
Pemerintah melalui Departemen Kesehatan, telah memberikan kebijakan
sesuai dengan dasar kesehatan pda ibu pada masa nifas yaitu paling sedikit 4x
kunjungan pada masa nifas, yaitu kunjungan pertama 6-8 jam post patum, kunjungan
kedua 6 hari post patum, kunjungan ketiga 2 minggu post partum, dan kunjungan
keempat 6 minggu post partum (Suherni dkk, 2008; h.3).
Masa nifas (puerpurium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung kira kira 6 – 8 minggu. (Sarwono Prawirohardjo)
Puerpurium adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali
alat kandungan yang lamanya 6 minggu. (Sarwono Prawirohardjo) : 315).
Infeksi masih menyumbangkan angka kematian pada ibu nifas jika tidak
tertangani akan menimbulkan komplikasi seperti infeksi pada kandung kemih

1
maupun infeksi dari jalan lahir, infeksi ini tidak bisa dibiarkan karena menyebabkan
kematian pada ibu nifas sebanyak 50 %. Diperkirakan bahwa kematian masa nifas
terjadi dalam 24 jam pertama. Secara nasional menurut purwanto (2001), angka
kejadian infeksi pada kala nifas mencapai 2,7% dan 0,7% diantaranya berkembang
kearah infeksi akut, dengan demikian asuhan pada masa nifas diperlukan dalam
periode ini karena merupakan masa keritis baik ibu maupun bayinya.

1.2. Tujuan Khusus


1. Melakukan pengkajian menyeluruh pada ibu bersalin dengan nifas
normal
2. Menentukan diagnosa kebidanan pada ibu bersalin dengan nifas
normal
3. Menentukan diagnosa potensial dan masalah pada ibu bersalin
dengan nifas normal
4. Mengidentifikasi kebutuhan akan tindakan segera pada ibu bersalin
dengan nifas normal
5. Merencanakan tindakan kebidanan pada ibu bersalin dengn nifas
normal
6. Melaksanakan tindakan kebidanan pada ibu bersalin dengan nifas
normal
7. Mengevaluasi tindakan asuhan yang telah diberikan pada ibu bersalin
dengan nifas normal

2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Definisi masa nifas
Masa nifas (puerperium) berasal dari bahasa latin, yaitu puer yang artinya

bayi dan paraous yang artinya melahirkan atau masa sesudah melahirkanmasa nifas

(puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat

kandungan kembali seperti sebelum hamil, masa nifas kira-kira berlangsung selama 6

minggu atau sekitar 40 hari, namun secara keseluruha akan pulih dalam waktu 3

bulan.

Menurut Sarwono masa nifas adalah masa pulih kembali mulai dari persalinan

selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil, masa nifas dibagi dalam

3 priode yaitu :

1. Puerperium dini : kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri

dan berjalan-jalan

2. Puerperium Intermedial : kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia

yang lamanya 6-8 minggu.

3. Remote Puerperium : Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

sempurna terutama bila selama hamil / waktu persalinan mempunyai

komplikasi

3
2.2 Perubahan Fisologis yang Terjadi pada Masa Nifas
1. Sistem Reproduksi
a. Perubahan pada uterus
Terjadi kontraksi yang meningkat setelah bayi keluar. Hal yang menyebabkan
iskemia pada lokasi perlekatan sehingga jaringan perlekatan antara plasenta dan
dinding uterus mengalami nekrosis dan lepas.
Ukuran uterus kembali mengecil kembali setelah 2 hari pasca persalinan,
setinggi sekitar umbilikus, setelah 2 minggu masuk panggul, setelah 4 mingggu
kembali pada ukuran sebelum hamil.
Jika sampai 2 minggu postpartum uterus belum masuk panggul dicurigai
adanya subinvolusi hal ini dapat disebabkan oleh infeksi atau perdarahan lanjut (late
postpartum haemorrage). Jika terjadi subinvolusi dengan kecuragaan infeksi,
diberikan antibioka. Untuk memperbaiki kontraksi uterus dapat diberikan uterotonika
(ergometrin maleat), namun ergometrin mempunyai efek samping menghambat
produksi laktasi karena menghambat produksi prolaktin tetapi uterus akan mengalami
pengecilan secara berangsur-angsur sehingga akhirnya kembali seperti sebelum
hamil.
b. Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti corong
berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak kadang-kadang terdapat
perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih biasa masuk rongga
rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari, dan setelah 7 hari hanya dapat
dilalui 1 jari.
c. Ligamen-ligamen
Ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu
persalinan, setelah bayi lahir secara berangsur-angsur menjadi mengecil dan pulih
kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi,
karena ligmentum rotundum menjadi kendor.

4
2. Vagina dan Perineum
a. Vagina
Pada minggu ketiga, vagina akan mengecil dan timbul rugae (lipatan-lipatan atau
kerutan-kerutan) kembali.
b. Perlukaan Vagina
Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka perineum tidak sering
dijumpai. Mungkin ditemukan setelah persalinan, tetapi juga sering terjadi akibat
ektraksi cunam, terlebih apabila kepala janin harus diputar. Robekan terdapat pada
dinding lateral dan baru terlihat pada pemeriksaan spekulum.
c. Perubahan pada Perineum
Terjadinya robekan perineum pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang
juga pada persalinan berikutnya. Robekan perineum umunya terjadi digaris tangan
dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlebih dahulu dan terlalu cepat,
sudut arkus pubis lebih kecil dari pada biasanya, kepala janin melewati pintu panggul
bawah dengan ukuran yang lebih besar dari sirkumferensia suboksipito bregmatika.
3. Sistem Pencernaan.
Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan, hal ini umumnya
disebabkan karena makanan padat dan kurangnya berserat selama persalinan.
Disamping itu rasa takut buang air besar sehubung dengan jahitan perineum jangan
sampai lepas dan juga takut akan rasa nyeri. Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari
setelah persalinan. Bilamana masih juga terjadi konstipasi dan BAB mungkin keras
dapat diberikan obat laksan per oral atau rektal, bila masih juga belum berhasil
dilakukan klisma/enema.
4. Sistem Perkemihan
setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk buang air
kecil dalam 24 jampertama, penyebabnya dari keadaan ini adalah terdapat spasme
sfinkter dan oedema leher kandung kemih setelah mengalami kompresi (tekanan)
anatara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan.

5
5. Tanda-Tanda Vital
a. Suhu Badan
Sekitar hari ke 4 setelah persalinan, suhu ibu mungkin naik sedikit antara 37,2ºC
sampai 37,5ºC kemungkinan disebabkan dari aktivitas payudara (produksi ASI). Bila
kenaikan mencapai 38ºC pada hari kedua sampai hari-hari berikutnya harus
diwaspadai adanya infeksi atau sepsis nifas.
b. Denyut Nadi
Denyut nadi ibu akan melambat sekitar 60X/menit yakni pada waktu setelah
persalianan karena ibu dalm keadaan istirahat penuh ini terjadi utamanya pada
minggu utama post partum. Pada ibu yang nerfus bisa cepat, kira-kira 110X/menit.
Bisa juga terjadi gejala shock karena infeksi, khusunya bila disertai peningktan suhu
tubuh.
c. Tekanan Darah
Tekanan darah <140/90 mmHg. Tekanan darah tersebut dapat meningkat dari pra
persalinan pada 1-3 hari post partum. Bila tekanan darah menjadi rendah
menunjukkan adanya pendarahan post partum. Sebaliknya bila tekanan darah tinggi
menunjukkan kemungkinan adanya pre-eklamsi yang bisa timbul pada masa nifas.
d. Respirasi
Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal, hal ini karena ibu dalam
keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Bila ada respirasi cepat post partum
(>30X/menit), mungkin adanya tanda-tanda shock.
6. Laktasi
Untuk menghadapi masa laktasi (menyusukan) sejak dari kehamilan telah terjadi
perubahan-perubahan pada kelenjar payudara yaitu :
a. Proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar, alveoli dan jaringan lemak
bertambah.
b. Keluaran cairan susu kental dari duktus laktiferus disebut colostrum, berwarna
kuning putih susu.

6
c. Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam, dimana vena-vena
berdilatasi sehingga tampak jelas.
d. Setelah persalinan, pengaruh supresiastrogen dan progesteron hilang. Maka
timbul pengaruh hormon laktogenik (LH) atau prolaktin yang akan merangsang air
susu. Disamping itu, pengaruh oksitosin menyebabkan mio-epitel kelenjar susu
berkontraksi sehingga air susu keluar. Produksi akan banyak sesudah 2-3 hari pasca
persalinan.
9. Psikologis
Tiga tahap perubahan perilaku menurut Reva Rubin yaitu :
1) Taking In
Terjadi pada hari 1-2 setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat tergantung, fokus
perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan
persalinan yang dialami, kebutuhan tidur meningkat.
2) Taking Hold
Berlangsung 3-4 hari post partum, ibu lebih berkonsentrasi pada kemampuannya
menerima tanggung jawab sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu
menjadi sangat sensitif sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat
untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu.
3) Letting Go
Dialami setelah tiba dirumah secara penuh merupakan pengaturan bersama keluarga,
ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan ibu menyadari atau merasa kebutuhan
bayi yang sangat tergantung dari kesehatan sebagai ibu.

2.3 Tindakan yang Baik Selama Asuhan Nasa Nifas Normal

1. Kebersihan diri
Anjurkan kebersihan seluruh tubuh.
Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan
air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah disekitar vulva

7
terlebih dahulu dari depan kebelakang, baru kemudian membersihkan daerah
sekitar anus. Nasehatkan ibu untuk membersihkan diri setiap kali selesai buang
air kecil atau besar.
Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali
sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik, dan
dikeringkan dibawah matahari atau disetrika.
Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelaminnya.
Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk
menghindari menyentuh daerah luka.
2. Istirahat
Anjurkan ibu untuk beristirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan.
Sarankan ia untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga bisa perlahan-
lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
Kurang istirahat akan mempengaruhi jumlah produksi ASI Mengurangi jumlah ASI
yang diproduksi, memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidak mampuan untuk merawat bayi dan
dirinya sendiri.

8
2.4 Tanda Bahaya dalam Masa Nifas

Adalah suatu tanda yang abnormal yang mengindikasikan adanya


bahaya/komplikasi yang dapat terjadi selama masa nifas, apabila tidak dilaporkan
atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu (Pusdiknakes,2003). Tanda-
tanda bahaya masa nifas, sebagai berikut :
1. Perdarahan Post Partum
Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam masa 24
jam setelah anak lahir (Prawirohardjo, 2002). Menurut waktu terjadinya di bagi atas 2
bagian :
a) Perdarahan Post Partum Primer (Early Post Partum Hemorrhage) yang terjadi
dalam 24 jam setelah anak lahir. Penyebab utama adalah atonia uteri, retensio
placenta, sisa placenta dan robekan jalan lahir. Terbanyak dalam 2 jam pertama.
b) Perdarahan post partum sekunder (Late Post Partum Hemorrhage) yang terjadi
setelah 24 jam, biasanya terjadi antara hari ke 5 sampai 15 post partum. Penyebab
utama adalah robekan jalan lahir dan sisa placenta (Prawirohardjo, 2002).
Menurut Manuaba (2005), perdarahan post partum merupakan penyebab penting
kematian maternal khususnya di negara berkembang. Faktor-faktor penyebab
perdarahan post partum adalah :
- Grandemultipara.
- Jarak persalinan pendek kurang dari 2 tahun.
- Persalinan yang di lakukan dengan tindakan : pertolongan kala uri sebelum
waktunya, pertolongan persalinan oleh dukun, persalinan dengan tindakan paksa,
persalinan dengan narkosa.
2. Lochea yang berbau busuk (bau dari vagina)
Lochea adalah cairan yang dikeluarkan uterus melalui vagina dalam masa nifas
sifat lochea alkalis, jumlah lebih banyak dari pengeluaran darah dan lendir waktu
menstruasi dan berbau anyir (cairan ini berasal dari bekas melekatnya placenta).
Lochea dibagi dalam beberapa jenis (Rustam Mochtar, 2002) :

9
1. Lochea Rubra (Kruenta)  1-3 Hari
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, sisa
meconium, lanugo bayi.
2. Lochea Sanguiolenta  3-7 Hari
Warnanya merah kuning berisi darah dan lendir.
3. Lochea Serosa  7-14 Hari
Berwarna kekuning-kuningan dan cairan ini tidak ada darah lagi.
4. Lochea Alba  Setelah 14 hari
Berwarna putih.
5. Lochea Purulenta
Ini terjadi karena adanya infeksi, cairan yang keluar seperti nanah dan berbau busuk.
6. Locheastatis : Lochea yang keluarnya tidak lancar.
Apabila pengeluaran lochea lebih lama dari pada yang disebutkan di atas
kemungkinan adanya :
a) Tertinggalnya placenta atau selaput janin karena kontraksi uterus yang kurang
baik.
b) Ibu yang tidak menyusui anaknya, pengeluaran lochea rubra lebih banyak karena
kontraksi uterus dengan cepat.
c) Infeksi jalan lahir, membuat kontraksi uterus kurang baik sehingga lebih lama
mengeluarkan lochea dan lochea berbau anyir atau amis.
Bila lochea bernanah dan berbau busuk, disertai nyeri perut bagian bawah
kemungkinan diagnosisnya adalah metritis. Metritis adalah infeksi uterus setelah
persalinan yang merupakan salah satu penyebab terbesar kematian ibu. Bila
pengobatan terlambat atau kurang adekuat dapat menjadi abses pelvik, peritonitis,
syok septik (Rustam Mochtar, 2002).
3. Sub-Involusi Uterus (Pengecilan Rahim yang Terganggu)
Involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi rahim dimana berat
rahim dari 1000 gram saat setelah bersalin, menjadi 40-60 mg 6 minggu kemudian.
Bila pengecilan ini kurang baik atau terganggu di sebut sub-involusi (rustam

10
Mochtar, 2002). Faktor penyebab sub-involusi, antara lain: sisa plasenta dalam
uterus, endometritis, adanya mioma uteri (Prawirohardjo, 2005).
Pada pemeriksaan bimanual di temukan uterus lebih besar dan lebih lembek dari
seharusnya, fundus masih tinggi, lochea banyak dan berbau, dan tidak jarang terdapat
pula perdarahan (Prawirohardjo, 2005).
Pengobatan di lakukan dengan memberikan injeksi Methergin setiap hari di
tambah dengan Ergometrin per oral. Bila ada sisa plasenta lakukan kuretase. Berikan
Antibiotika sebagai pelindung infeksi (Prawirohardjo, 2005).
4. Nyeri pada perut dan pelvis
Tanda-tanda nyeri perut dan pelvis dapat menyebabkan komplikasi nifas seperti :
Peritonitis. Peritonitis adalah peradangan pada peritonium, peritonitis umum dapat
menyebabkan kematian 33% dari seluruh kematian karena infeksi. Menurut Rustam
Mochtar (2002) gejala klinis peritonitis dibagi 2 yaitu :
a) Peritonitis pelvio berbatas pada daerah pelvis
Tanda dan gejalanya demam, nyeri perut bagian bawah tetapi keadaan umum tetap
baik, pada pemeriksaan dalam kavum daugles menonjol karena ada abses.
b) Peritonitis umum
Tanda dan gejalanya: suhu meningkat nadi cepat dan kecil, perut nyeri tekan, pucat
muka cekung, kulit dingin, anorexsia, kadang-kadang muntah.
5. Suhu Tubuh Ibu > 38 0C
Dalam beberapa hari setelah melahirkan suhu badan ibu sedikit baik antara
37,20C-37,80C oleh karena reabsorbsi benda-benda dalam rahim dan mulainya
laktasi, dalam hal ini disebut demam reabsorbsi. Hal itu adalah normal.
Namun apabila terjadi peningkatan melebihi 380C beturut-turut selama 2 hari
kemungkinan terjadi infeksi. Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua
peradangan alat-alat genetalia dalam masa nifas (Rustam Mochtar, 2002).
Penanganan umum bila terjadi Demam :
a) Istirahat baring.
b) Rehidrasi peroral atau infuse

11
c) Kompres atau kipas untuk menurunkan suhu
d) Jika ada syok, segera beri pengobatan, sekalipun tidak jelas gejala syok, harus
waspada untuk menilai berkala karena kondisi ini dapat memburuk dengan cepat
(Prawirohardjo, 2002).
6. Sakit Kepala yang terus menerus, nyeri epigastric, atau, masalah penglihatan.
7. Pembengkakan pada wajah dan tangan.
8. Rasa sakit sewaktu buang air seni, atau merasa tidak enak badan.
9. Payudara yang memerah, panas, dan/atau sakit.
10. Kehilangan selera makan untuk waktu yang berkepanjangan.
11. Tromboflebitis.
12. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengurus diri-sendiri atau bayi.
13. Merasa sangat letih atau bernafas terengah-engah.

2.2. Ruptur Perineum


2.2.1. Pengertian
ruptur perineum adalah robekan perineum yang terjadi pada saat bayi
lahir baik secara sepontan maupun dengan menggunakan alat atau tindakan. Robekan
perineum umumnya terjadi pada garis tengahatau bisa menjadi luas apabila kepala
janin lahir terlalu cepat. Robekan perineum umumnya sering terjadi pada ibu
primipara dan tidak jarang pada persalinan berikutnya.

Pembagian ruptur perineum


ruptur perineum dibagi dalam tingkatan-tingkatan sebagai berikut :
1. Tingkat I : ruptur hanya pada selaput lendir vagina dengan atau tanpa
mengenai kulit perineum
2. Tingkat II : ruptur mengenai selaput lendir vagina dan otot perinea
transversalis, tapi tidak mengenai spinter ani
3. Tingkat III : Ruptur mengenai seluruh perineum dan otot spingter ani
4. Tingkat IV : Ruptur sampai mukosa rektum.

12
2.2.2 Resiko ruptur perineum
keluarnya bagi melalui jalan lahir sebagian besar menyebabkan
robekan pada vagina dan perineum meski tidak menutup kemungkinan robekan itu
memang sengaja dilakukan untuk memperlebar jalan lahir. Resiko yang ditimbulkan
karna robekan perineum adalah perdarahan, dengan perdarahan yang hebat ibu akan
mengalami kondisi tidak berdaya, lemah tekanan darah turun, dan anemia.

2.2.3 Penanganan ruptur perineum


bila dijumpai robekan ruptur perineum segera lakukan penjahitan luka
dengan baik lapis demi lapis, dengan menghindari robekan terbuka kearah vagina
karna dapat tersumbat oleh bekuan darah yang akan menyebabkan penyembuhan luka
semakin lambat. Tujuan prnjahitan perineum adalah untuk menyatukan kembali
jaringan tubuh dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu. Penjahitan
dilakukan dengan cara jelujur mengunakan benang catgut kromik, dengan
memberikan anastesi lokal pada ibu saat penjahitan laserasi, dan mengulangi
pemberian anstesi jika masih terasa sakit. Penjahitan dimulai satu cm dari puncak
luka, jahit sebelah dalam ke arah luar dari atas hingga mencapai bawah laserasi.
Pastikan jarak setiap jahitan sama dan otot yang terluka telah dijahit, ikat benang dan
buat simpul dalam vagina. Potong ujung benang dan sisikan 1,5 cm kemudian
melakukan pemeriksaan ulang pada vagina dan anus untuk mengetahui terabanya
jahitan pada rektum karna bisa menyebabkan fistula dan bahkan infeksi.

2.2.4 Pengobatan ruptur perineum


pengobatan yang dapat dilakukan untuk ruptur perineum adalah
dengan memberikan antibiotik yang cukup. Perawatan luka perineum pada ibu setelah
melahirkan berguna untuk mengurangi rasa ketidaknyamanan, menjaga kebersihan,
mencegah infeksi dan mempercepat penyembuhan luka. Perawatan perineum

13
umumnya bersamaan dengan perawatan vulva, hal-hal yang perlu di perhatikan
adalah :
a. Mencegah kontaminasi dengan rektum
b. Menangani dengan lembut jaringan luka
c. Membersihkan darah yang menjadi sumber infeksi dan bau

14
BAB III
TINJAUAN KASUS
Asuhan Kebidanan Pada Ny S P1A0H0, Nifas Normal 1 Dengan Jahitan Ruptur
Perineum Derajat 3
I. PENGKAJIAN
Di RSUD ARIFIN AHMAD CAMAR 1
Tanggal : 8 – 10 – 2018 Oleh : Esa Rafiqha Hafdzah
A. Data Subyektif
1. Biodata
Nama klien : Ny. “S” Nama suami : Tn. “R”
Umur : 26 th Umur : 26 th
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : S2 Pendidkan : DIII
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Siak

2. Alasan Masuk / Keluha Utama


Ibu kiriman dari OK IGD postpartum 2 jam dengan ruptur perineum grad III

3. Riwayat Pernikahan
pernikahan ke : 1 Lama pernikaha :10 bln
Umur pertama kali menikah : 25 th

4. Riwayat persalinan ini


Pada tanggal 08-10-2018 pasien masuk dengan keluhan perdarahan,
pasien datang dari rumah, 30 menit dalam perjalanan dan terasa seperti ada
yang meledak, pasien sebelumnya dirawat di rsia zainab selama kurang lebih

15
3 hari karna perdarahan, dan mengaku masih sakit saat dipulangkan dari rsia
zainab, pukul 11.00 wib saat tiba di vk, dilakukan pemeriksaan tampak bayi
dan plasenta di dalam pempes dalam kondisi tidak bernyawa. Plasenta lahir
lengkap dan bayi perempuan dengan berat 2190gr saat diperiksa jalan lahir
terdapat robekan di perineum grad III

5. Penyakit / operasi yang lalu: ( jenis penyakit/operasi,dimana dan kapan) : ibu


menyatakan tidak ada riwayat operasi apapun

6. Riwayat Penyakit Keluarga seperti (TBC, DM, Hipertensi, penyakit ginjal,


epilepsi) : ibu menyatakan alhamdulillah tidak ada riwayat penyakit keluarga.

7. Riwayat penyakit yang berhubungan dengan masalah kesehatan reproduksi:


(PMS, Myioma, Infeksi Virus, Polip Servik, Kanker Kandungan,) : ibu
menyatakan alhamdulillah tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan
dengan kesehatan reproduksi.

8. Pola makan/minum/eliminasi/istirahat/psikososial
Makan : Ibu mengatakan makan 3-4 x/hr dengan menu seimbang,
Minum : 8gelas / hari
Jenis makanan dan minuman yang sering di komsumsi : nasi lauk pauk
sayur dan buah minum buahan serta ibu juga memperbanyak minum air putih.

9. Pola Eliminasi
BAB : 1 x/hari
BAK : 10 x/hari

16
10. Pola Istirahat
Tidur siang : 1 jam
Tidur malam : 6-7 jam
11. Psikososial
Suami dan keluarga sangat mendukung ibu dengan mendampingi ibu
diruang rawatan

B. Data Obyektif
Kesadaran : Composmentis
Sikap tubuh : normal
BB / TB : 50kg / 160 cm
TTV:
TD: 120/80 mmHg N: 98 x/ menit, S: 36,5 ˚C, P: 20 x/ menit
Kepala : rambut hitam, bersih, kuat, tidak ada ketombe
Muka : tidak ada odema
Mata : tidak ada tanda-tanda ikterus, tidak anemis
Mulut dan gigi : bersih, tidak stomatitis, tidak caries
Leher :tidak ada pembesaran vena jugularis, kelenjar tiroid
Payudara :
- Bentuk : simetris
- Areola : hyperpigmentasi
- Puting susu : menonjol
- Keluaran : colostrums +

17
Abdomen
- Luka bekas operasi : tidak ada
- TFU : 2 jari dibawah pusat
- Kontraksi uterus : baik
- Kandung Kemih : tidak penuh

Pengeluaran Pervaginam
- Lochea : rubra
- Jumlah : ± 50 CC
- Bau : khas

Perineum : tampak jahitan ruptur derajat III yang masih basah dan
tidak ada tanda-tanda infeksi
- Kebersihan : cukup bersih
- Odema : tidak ada
- Anus : tidak ada hemoroid

Perkusi
- Odema : tidakada
- Varices : tidak ada

Data Penunjang : tidak di lakukan

ANALISIS
Ny. S P1A1H0 nifas normal dengan ruptur perineum grad III

Masalah : ibu mengatakan nyeri di bagian bekas jahitan

18
PENATALAKSANAAN

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu, ibu dan keluarga mengerti dengan
penjelasan bidan
2. Menjelaskan kepada ibu tentang rasa nyeri pada luka jahitan perineum ibu
disebabkan karna luka jahitan ibu masih baru, ibu mengerti dengan penjelasan
bidan.
3. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi, seperti sayur-
sayuran hijau, buah, serta protein seperti telur, daging, tahu, ikan. Hal ini
bertujuan agar ibu tidak lemas serta mencegah terjadinya infeksi, ibu mau
mengikuti anjuran bidan.
4. Memberitahu serta mengajarkan ibu cara merawat luka jahitan perineum dan
menjaga kebersihan diri dan daerah genetalia ibu setiap mandi, sesudah BAK,
dan BAB dengan cara mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun sebelum
membersihkan daerah perineum, melepas pembalut dari depan kebelakang,
membersihkan perineum dari depan kebelakang menggunakan air bersih,
keringkan perineum dari depan kebelakang dan mengompres daerah luka
jahitan perineum dengan kasa steril yang diberikan betadin sebelum
memasang pembalut, ibu mengerti dengan penjelasan bidan.
5. Mamberitahu ibu tentang tanda bahaya nifas yaitu perdarahan pervaginam,
demam, pusing kepala hebat, terjadi infeksi pada luka jahitan, payudara
bengkak nyeri kemerahan, dan jika ibu menemui hal seperti itu diharapkan
untu segera datang ke tenaga kesehatan, ibu mengerti dengan penjelasan
bidan.
6. Menganjurkan ibu untuk isirahat yang cukup, ibu mengerti dengan penjelasan
bidan.

19
CATATAN PERKEMBANGAN
Diagnosa awal : P1A0H0 dengan nifas normal
Tanggal Uraian paraf
/pukul
9-10-2018 S : Ibu masih merasa lemas dan msih nyeri bagian bawah
06.00 wib perut
O : K/U : Baik
Kesadaran : Composmentis
TD : 120/80 mmHg
N : 98 x/i
R : 20 x/i
S : 36,5 ˚C
TFU : 2 jari di bawah pusat
A : P1A0H0 Postpartum 6 jam dengan ruptur perineum grad
III
P:
1. Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan, ibu dan
keluarga mengerti
2. Menjelaskan kepada ibu nyeri luka perineum, ibu
mengerti dengan penjelasan bidan
3. Melakukan vulva hygine, sudah dilakukan dan diganti
pembalut.
4. menganjurkan ibu intuk istirahat, ibu paham dengan
penjelasan bidan.

20
Tanggal Uraian paraf
/pukul
10-10- S : ibu masih merasa nyeri jahitan luka perineum
2018 O : K/U : Baik
09.00 wib Kesadaran : Composmentis
TD : 120/80 mmHg
N : 98 x/i
R : 20 x/i
S : 36,5 ˚C
Terdapat oedema pada bekas jahitan perineum
A : P1A0H0 Postpartum 1 hari dengan ruptur perineum grad
III
P:
1. Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan, ibu dan
keluarga mengerti
2. Menjelaskan kepada ibu nyeri luka perineum, ibu
mengerti dengan penjelasan bidan
3. Melakukan perawatan luka perineum, ibu mau
melakukan
4. Menganjurkan ibu untuk makan makanan yang
bergizi, ibu mau mendengarkan penjelasan bidan
5. Melakukan aff infus dan dc
6. Menganjurkan ibu untuk BAK dan BAB kekamar
mandi, ibu mau megikuti anjuran bidan.
7. Memberikan obat laktulax syr 2x 200ml cth,

21
Tanggal Uraian paraf
/pukul
11-10- S : nyeri postpartum
2018 O : K/U : Baik
12.00 wib Kesadaran : Composmentis
TD : 120/80 mmHg
N : 98 x/i
R : 20 x/i
S : 36,5 ˚C
A : P1A0H0 Postpartum 2 hari dengan ruptur perineum grad
III
P:
1. Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan, ibu dan
keluarga mengerti
2. Memberikan terapy obat lactulax syr 2x200 ml

22
Tanggal Uraian paraf
/pukul
12-10- S : nyeri postpartum
2018 O : K/U : Baik
14.00 wib Kesadaran : Composmentis
TD : 120/80 mmHg
N : 98 x/i
R : 20 x/i
S : 36,5 ˚C
A : P1A0H0 Postpartum 3 hari dengan ruptur perineum grad
III
P:
1. Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan, ibu dan
keluarga mengerti
2. Memberikan obat lactulax syr 2x200ml
3. Rencana pulang
4. Mengingatkan kembali ibu untuk tetap menjaga
kebersihan dan melakukan perawatan perineum, ibu
mengerti dengan penjelasan bidan
5. Tetap menganjurkan ibu untuk makam makanan yang
bergizi
6. Mamberitahu ibu tentang tanda bahaya nifas yaitu
perdarahan pervaginam, demam, pusing kepala hebat,
terjadi infeksi pada luka jahitan, payudara bengkak
nyeri kemerahan, dan jika ibu menemui hal seperti itu
diharapkan untuk segera datang ke tenaga kesehatan,
ibu mengerti dengan penjelasan bidan.
7. Istirahat yang cukup, ibu mengerti

23
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan pada Ny. S pada 9
oktober 2018 yaitu G1P1A0H0, usia 32 minggu adalah sebagai beriku.
Pada kasus ini ibu datang pukul 11.00 wib melalui vk igd pasien masuk
dengan keluhan perdarahan, pasien datang dari rumah, 30 menit dalam perjalanan dan
terasa seperti ada yang meledak, pasien sebelumnya dirawat di rsia zainab selama
kurang lebih 3 hari karna perdarahan, dan mengaku masih sakit saat dipulangkan dari
rsia zainab, pukul 11.00 wib saat tiba di vk, dilakukan pemeriksaan tampak bayi dan
plasenta di dalam pempes dalam kondisi tidak bernyawa. Plasenta lahir lengkap dan
bayi perempuan dengan berat 2190gr saat diperiksa jalan lahir terdapat robekan di
perineum grad III.
Penatalaksanaan sudah sesuai dengan teori karna pada kasus ini dalam
penatalaksanaannya pasien sudah dilakukan penjahitan luka perineum oleh obgyn
kemudian obgyn mengintruksikan untuk memberikan oxytocin iv bolus dan skin test
ceftriaxon dan dibeikan melalui cairan infus RL.
Cefriaxon adalah obat antibiotik dengan fungsi untuk ngeobati berbagai
macam infeksi bakteri. Cefriaxon termasuk kedalam kelas antibiotic bernama
chepalosoporin yang bekerja dengan cara menghentikan pertumbuhan bakteri.
Keterolack adalah obat dengan fungsi untuk megatasi nyeri,
keterolackadalah salah satu jenis obat antiinflamasi nonsteroid yang biasanya dipakai
untuk meredakan peradangan dan rasa nyeri
lactulax sirup digunakan sebagai obat pencahar untuk mengobati konstipasi
(susah BAB)
pemberian obat rawatan atau therapy oral yang sudah dianjurkan oleh dokter
yaitu lactulax 2x200ml dimana lactulax dapat mengobati konstipasi (susah BAB)

24
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah melakukan asuhan kebidanan ibu nifas Ny. S P1A0H0 nifas 3
hari atas indikasi ruptur perineum pada tanggal 11 oktober 2018 pukul 13.00
wib dan masih merasakan nyeri luka perineum.
Berdasarkan data objektif Ny. S , tanda-tanda vital dalam batas
normal, pemeriksaan pengeluaran pervaginam dalam batas normal,
pemeriksaan fisik dalam batas normal, pemeriksaan abdomen dalam batas
normal.
Diagnosa dapat penulis tegakan berdasarkan dari analisa dan
interpretasi data subjektif dan objektif Ny. S nifas hari ke 3 atas indikasi
ruptur perineum grad III telah dilakukan asuhan kebidanan pada kasus-kasus
masa nifas. Asuhan yang diberikan pada kasus ini didapatkan dari diagnosa
sebelumnya dan pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh.
Penulis mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, yang
meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan, apakah benar-benar terpenuhi,
sebagaimana telah diidentifikasi dalam masalah dan diagnosis. Setelah
melakukan asuhan terhadap ibu nifas 3 hari atas indikasi ruptur perineum grad
III tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan praktik dilapangan.

25
B. Saran
1. Saran aplikatif
diharapkan agar tenaga kesehatan yang menangani ibu nifas untuk
melakukan asuhan ibu nifas sesuai dengan keilmuan dan teori yang telah ada.
2. Saran keilmuan
diharapkan dengan studi kasus ini dapat menambah wawasan, pengetahuan,
dan pengalaman, agar dapat diaplikasikan ilmu yang telah diperoleh tersebut
dalam melaksanakan dan menerapkan asuhan kebidanan baik di institusi
maupun dilahan praktik.

26

Anda mungkin juga menyukai