0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
649 tayangan25 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang masa nifas setelah melahirkan, termasuk definisi, etiologi, perubahan fisiologi pada sistem reproduksi, pencernaan, perkemihan, dan tanda vital. Juga dibahas mengenai tiga fase penyesuaian fisiologi selama masa nifas yaitu fase ketergantungan, fase menerima tanggung jawab baru, dan fase menerima peran baru sebagai ibu.
Dokumen tersebut membahas tentang masa nifas setelah melahirkan, termasuk definisi, etiologi, perubahan fisiologi pada sistem reproduksi, pencernaan, perkemihan, dan tanda vital. Juga dibahas mengenai tiga fase penyesuaian fisiologi selama masa nifas yaitu fase ketergantungan, fase menerima tanggung jawab baru, dan fase menerima peran baru sebagai ibu.
Dokumen tersebut membahas tentang masa nifas setelah melahirkan, termasuk definisi, etiologi, perubahan fisiologi pada sistem reproduksi, pencernaan, perkemihan, dan tanda vital. Juga dibahas mengenai tiga fase penyesuaian fisiologi selama masa nifas yaitu fase ketergantungan, fase menerima tanggung jawab baru, dan fase menerima peran baru sebagai ibu.
A. Masa Nifas (Post Partum) 1. Pengertian Nifas Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu yang berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal. Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya memerlukan waktu 6-12 minggu. Jadi yang dimaksud nifas adalah masa yang dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta dan mencakup 6 minggu berikutnya. Sedangkan yang dimaksud dengan masa nifas (Peurperium) adalah masa pulih kembali yang dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir pada ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil berlangsung kira-kira 6 minggu atau 40 hari. Nifas dibagi dalam 3 periode : a. Puerperium Dini yaitu kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. b. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lama 6-8 minggu. c. Remote puerperium adalah waktu yang di perlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulan atau tahunan 2. Etiologi Menurut Dewi Vivian, Sunarsih (2013), etiologi post partum dibagi menjadi 2 yaitu: a. Post partum dini Post partum dini adalah atonia uteri, laserasi jalan lahir, robekan jalan lahir dan hematoma b. Post partum lambat Post partum lambat adalah tertinggalnya sebagian plasenta, ubinvolusi di daerah plasenta dari luka bekas secsio sesaria. 3. Perubahan Fisiologi Masa Nifas a. Perubahan Sistem Reproduksi 1) Perubahan uterus Terjadi kondisi uterus yang meningkat setelah bayi keluar, hal ini menyebabkan iskemia pada perlekatan plasenta sehingga jaringan perlekatan antara plasenta dan dinding uterus mengalami nekrosis dan lepas. Ukuran uterus mengecil kembali (setelah 2 hari pasca persalinan, setinggi sekitar umbilikus, setelah 2 minggu masuk panggul, setelah 4 minggu kembali pada ukuran sebelum hamil). Uteru akan mengalami involusi secara berangsur-angsur sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil. Mengenai tinggi fundus utetus dan berat menurut masa involusi sebagai berikut: Involusi FTU Berat uterus Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram Uri lepas Dua jari bawah pusat 750 gram Satu minggu Pertengahan pusat-sympisis 500 gram Dua minggu Tak teraba diatas simpisis 350 gram Enam minggu Bertambah kecil 50 gram Delapan minggu Sebesar normal 30 ram Ada bbeberapa jenis lochea, taitu: a) Lochea rubra (cruenta) : ini berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua (selaput lendir rahim dalam keadaan hamil), vernik caseosa (palit bayi, zat seperti salep terdiri atas palit atau semacam noda dan sel-sel epitel yang menyelimuti kulit janin), lanugo (bulu halus pada bayi yang baru lahir) dan mekonium (isi usus berwarna hijau kehitaman) selama 2 hari pasca persalinan b) Lochea sangulnolenta : warnnya merah kuning berisi darah dan lendir. Ini terjadi pada hari ke 3-7 pasca persalinan c) Lochea serosa : berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi pada hari ke 7-14 pasca persalinan d) Lechea alba : cairan putih yang terjadinya pada hari setelah 2 minggu e) Lochea purulenta : ini karena terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk f) Lochiotosis : lochea tidak lancar keluarnya 2) Perubahan vagina dan perineum a) Vagina : pada minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul rugae (lipatan- lipatan atau kerutan-kerutan) kembali b) Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka perineum tidak sering dijumpai. Mungkin ditemukan setelah persalinan biasa, tetapi sering terjadi akibat ekstraksi dengan cuman, berlebih apabila kepala janin harus diputar. Robekan terdapat pada dinding lateral dan baru terlihat pada pemeriksaan spekulum c) Perubahan pada perineum : terjadi perobekan pada hampir semua persalinan pertama dan jarang juga pada persalinan berikutnya. Perobekan perineum umumnya terjadi di garistengah dan isa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewati pintu panggul bawah dengan ukuran yang lebih besar darpiada sirkumferensia suboksipito bregmatika. Bila ada iaserasi jalan lahir atau luka bekas episiotomi (penyayatan mulut serambi kemaluan untuk mempermudah kelahiran bayi) lakukan penjahitan dan perawatan dengan baik b. Perubahan sistem pencernaan Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan. Hal ini umumnya disebabkan karena makanan padat dan kurangnya berserat selama persalinanan. Disamping itu rasa takut untuk buang air besar, sehubunga dengan jahitan pada perineum, jangan samapai dan jangan takut akan rasa nyeri. Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari setelah persalinan. Jika masih terjadi konstipasi dan beraknya keras dapat diberikan obat laksan peroral atau perrektal c. Perubahaan perkemihan Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2 samapi 8 minggu, Distensi berlebh pada vesikula urinari adalahyang umum terjadi karena peningkatan kapasitas vasikula urinaria, pembegkakan memar jaringan disekitar uretra dan hilang sensasi terhadap tekanan yang meninggi d. Perubahan Tanda Tanda vita pada masa nifas 1) Suhu badan a) Sekitar hari ke 4 seetelah persalinan suhu ibu mungkin naik sedikit, antara 37,2 – 37,5 C. Kemungkinan disebabkan karena ikutan dari aktivitas payudara b) Bila kenaikan mencapai 38 C pada hari kedua sampai hari –hari berikutnya, harus diwaspadai adanya infeksi atau sepsis nifas 2) Denyut nadi a) Denyut nadi ibu akan melambat sampai sekitar 6 x/menit, yaitu pada waktu habis persalinan karena ibu dalam keadaan istirahat penuh. Ini terjadi umumnya pada minggu pertama post partum b) Pada ibu yang nervus, nadinya bisa cepat, kira-kira 110 x/menit bisa juga terjadi gejala syok karena infeksi, khususnya bila disertai peningkatan suhu tubuh 3) Tekanan Darah a) Tekanan darah < 140 /90 mmHg. Tekanan darah tersebut bisa meningkat dari pra persalinan pada 1-3 hari postpartum b) Bila tekanan darah menjadi rendah menunjukan adanya pendarahan post partum. Sebaliknya bila tekanan darah tinggi meerupakan petunjuk kemungkinan adanya pre-eklamsia yang timbul pada masa nifas. Namun hal tersebut jarang terjadi 4) Pernafasan a) Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal. Hal ini tidak lain karena ibu dalam keadaan pemulihana atau dalam kondisi istirahat b) Bila ada respirasi cepat post partum > 30 x/menit mungkin karena adanya ikutan tanda-tanda syok 4. Fase-Fase Penyesuaian Fisiologi Pada Masa Nifas a. Fase Taking In Fase ini merupakan fase ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat ini fokus perhatian ibu terutama pada bayinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan sering berulang diceritakannya. Kelelahannya membuat ibu perlu cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur, seperti mudah tersinggung. Hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap lingkungannya. Oleh karena itu kondisi ini perlu dipahami dengan menjaga komunikasi yang baik. Pada fase ini, perlu diperhatikan pemberian ekstra makanan untuk proses pemulihannya, disamping nafsu makan ibu yang memang sedang meningkat. b. Fase Taking hold Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase taking hold, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Selain itu perasaan yang sangat sensitive sehingga mudah tersinggung jika komunikasinya kurang hati-hati. Oleh karena itu ibu memerlukan dukungan karena sat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga tumbuh rasa percaya diri c. Fase Letting Go Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini. Banyak ketakutan dan kekhawatiran pada ibu yang baru melahirkan terjadi akibat persoalan yang sederhana dan dapat diatasi dengan mudah atau sebenarnya dapat dicegah oleh staf keperawatan, pengunjung dan suami, bidan dapat mengantisipasi hal-hal yang bias menimbulkan stress psikologis. Dengan bertemu dan mengenal suami serta keluarga ibu, bidan akan memiliki pandangan yang lebih mendalam terhadap setiap permasalahan yang mendasarinya. Fase-fase adaptasi ibu nifas yaitu taking in, taking hold dan letting go yang merupakan perubahan perasaan sebagai respon alami terhadap rasa lelah yang dirasakan dan akan kembali secara perlahan setelah ibu dapat menyesuaikan diri dengan peran barunya dan tumbuh kembali pada keadaan normal. Walaupun perubahan-perubahan terjadi sedemikian rupa, ibu sebaiknya tetap menjalani ikatan batin dengan bayinya sejak awal. Sejak dalam kandungan bayi hanya mengenal ibu yang memberinya rasa aman dan nyaman sehingga stress yang dialaminya tidak bertambah berat. 5. Kebutuhan Dasar Masa Nifas a. Nutrisi dan Cairan Kualitas dan jumlah makanan yang akan dikonsumsi akan sangat mempengaruhi produksi ASI. Selama menyusui, ibu dengan status gizi baik rata-rata memproduksi ASI sekitar 800cc yang mengandung 600 kkal, sedangkan ibu yang status ggizinya kurang biasnya akn sedikit menghasilkan ASI. Pemberian ASI sangatlah penting , karena bayi akan tumbuh sempurna sebagai menusia yang sehat dan pintar, sebab ASI mengandung DHA. 1) Energy Penambahan kalori sepanjang 3 bulan pertama pasca post partum mencapai 500 kkal. Rata-rata produksi ASI sehari 800 cc yang mengandung 600 kkal. Sementara itu, kalori yang dihabiskan untuk menghasilkan ASI sebanyak itu adalah 750 kkal. Jika laktasi berlangsung selama lebih dari 3 bulan, selama itu pula berat badan ibu akan menurun, yang berarti jumlah kalori tambahan harus ditingkatkan. Sesungguhnya, tambahan kalori tersebut hanya sebesar 700 kkal, sementara sisanya (sekitar 200 kkal) diambil dari cadanagn indogen, yaitu timbunan lemak selama hamil. Mengingatkan efisiensi kofersi energy hanya 80-90 % maka energy dari makanan yang dianjurkan (500 kkal) hanya akan menjadi energy ASI sebesar 400-500 kkal. Untuk menghasilkan 850cc ASI dibutuhkan energy 680-807 kkal energy. Maka dapat disimpulkan bahwa dengan memberikan ASI, berat badan ibu akan kembali normal dengan cepat. 2) Protein Selama menyusui ibu membutuhkan tambahan protein di atas normal sebesar 20 gram/hari. Maka dari itu ibu dianjurkan makan makanan mengandung asam lemak omega 3 yang banyak terdapat di ikan kakap, tongkol, dan lemuru. Asam ini akan diubah menjadi DHA yang akan keluar sebagai ASI. Selain itu ibu dianjurkan makan makanan yang mengandung kalsium , zat besi, vitamin C, B1, B2, B12, dan D Selain nutrisi, ibu juga membutuhkan banyak cairan seperti air minum. Dimana kebutuhan minum ibu 3 liter sehari ( 1 liter setiap 8 jam) Beberapa anjuran yng berhubungan dngan pemenuhan gizi ibu menyusui antara lain : a) Mengonsumsi tambahan kalori tiap hari sebanyak 500 kkal b) Makan dengan diet berimbang, cukup protein, mineral dan vitamin c) Minum sedikitnya 3 liter setiap hari terutama setelah menyusui d) Mengonsumsi tablet zat besi e) Minum kapsul vitamin A agar dapaat meberikan vitamin A kepada bayinya. b. Ambulasi Dini Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing pasien keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya untuk berjalan. Ambulasi dini ini tidak dibenarkan pada pasien dengan penyakit anemia, jantung, paru-paru, demam dan keadaan lain yang membutuhkan istirahat. Keuntungannya yaitu : 1) Penderita merasa lebih sehat dan lebih kuat 2) Faal usus dan kandung kemih menjadi lebih baik. 3) Memungkinkan bidan untuk memberikan bimbingan kepada ibu mengenai cara merawat bayinya. 4) Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia. Ambulasi dini dilakukan secara perlahan namun meningkat secara berangsur- angsur, mulai dari jalan-jalan ringan dari jam ke jam sampai hitungan hari hingga pasien dapat melakukannya sendiri tanpa pendamping sehingga tujuan memandirikan pasien dapat terpenui. c. Eliminasi : Buang Air Kecil dan Besar Biasanya dalam 6 jam pertama post partum, pasien sudah dapat buang air kecil. Semakin lama urine ditahan, maka dapat mengakibatkan infeksi. Maka dari itu bidan harus dapat meyakinkan ibu supaya segera buang air kecil, karena biasany ibu malas buang air kecing karena takut akan merasa sakit. Segera buang air kecil setelah melahirkan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi post partum. Dalam 24 jam pertama , pasien juga sudah harus dapat buang air besar. Buang air besar tidak akan memperparah luka jalan lahir, maka dari itu buang air besar tidak boleh ditahan-tahan. Untuk memperlancar buang air besar, anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan tinggi serat dan minum air putih. d. Kebersihan Diri Bidan harus bijaksana dalam memberikan motivasi ibu untuk melakukan personal hygiene secara mandiri dan bantuan dari keluarga. Ada beberapa langkah dalam perawatan diri ibu post partum, antara lain : 1) Jaga kebersihan seluruh tubuh ibu untuk mencegah infeksi dan alergi kulit pada bayi. 2) Membersihakan daerah kelamin dengan sabun dan air, yaitu dari daerah depan ke belakang, baru setelah itu anus. 3) Mengganti pembalut minimal 2 kali dalam sehari. 4) Mencuci tangan denag sabun dan air setiap kali selesai membersihkan daerah kemaluan 5) Jika mempunyai luka episiotomy, hindari untuk menyentuh daerah luka agar terhindar dari infeksi sekunder. e. Istirahat Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang cukup untuk memulihkan kembali kekeadaan fisik. Kurang istirahat pada ibu post partum akan mengakibatkan beberapa kerugian, misalnya : 1) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi 2) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan 3) Menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat bayi dan diri sendiri. f. Seksual Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Tetapi banyak budaya dan agama yang melarang sampai masa waktu tertentu misalnya 40 hari atau 6 mingggu setelah melahirkan. Namun kepiutusan itu etrgantung pada pasangan yang bersangkutan. g. Latihan / Senam Nifas Agar pemulihan organ-organ ibu cepat dan maksimal, hendaknya ibu melakukan senam nifas sejak awal (ibu yang menjalani persalinan normal). Berikut ini ada beberapa contoh gerakan yang dapat dilakukan saat senam nifas : 1) Tidur telentang, tangan disamping badan. Tekuk salah satu kaki, kemudian gerakkan ke atas mendekati perut. Lakukan gerakan ini sebanyak 15 kali secara bergantian untuk kaki kanan dan kkiri. Setelah itu, rileks selama 10 hitungan. 2) Berbaring telentang, tangan di atas perut, kedua kaki ditekuk. Kerutkan otot bokong dan perut bersamaan dengan mengangkat kepala, mata memandang ke perut selama 5 kali hitungan. Lakukan gerakan ini senbanyak 15 kali. Roleks selama 10 hitungan. 3) Tidur telentang, tangan di samping badan, angkat bokong sambil mengerutkan otot anus selama 5 hitungan. Lakukan gerakan ini sebanyak 15 kali. Rileks selama 10 hitungan. 4) Tidur telentang, tangan di samping badan. Angkat kaki kiir lurus keatas sambil menahan otot perut. Lakukan gerakan sebanyak 15 kali hitungan, bergantian dengan kaki kanan. Rileks selama 10 hitungan. 5) Tidur telentang, letakan kedua tangan dibawah kepala, kemudian bangun tanpa mengubah posisi kedua kaki (kaki tetap lurus). Lakukan gerakan sebanyak 15 kali hitungan, kemudian rileks selama 10 hitungan sambil menarik nafas panjang lwat hidung, keluarkan lewat mulut. 6) Posisi badan nungging, perut dan paha membentuk sudu 90 derejat. Gerakan perut keatas sambil otot perut dan anus dikerutkan sekuat mungkin, tahan selama 5 hitungan. Lakukan gerakan in sebanyak 15 kali, kemudian rileks selama 10 hitugan. 6. Tanda-Tanda Bahaya Ibu nifas dan keluarga harus mendatangi tenaga kesehatan jika ditemukan tanda – tanda bahaya masa nifas seperti berikut ini : a. Perdarahan Pervaginam. b. Sakit kepala yang hebat c. Pembengkakan di wajah,tangan dan kaki d. Payudara yang berubah merah, panas, dan terasa sakit e. Ibu yang dietnya buruk, kurang istirahat, dan anemia mudah mengalami infeksi. f. Infeksi Bakteri g. Demam, muntah dan nyeri berkemih. h. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama. i. Kram perut j. Merasa sangat letih atau napas terengah – engah k. Rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung 7. Masalah Pada Masa Nifas a. After pain/ kram perut Rasa nyeri/mules pada perut akibat kontraksi uterus yang terjadi setelah plasenta b. Nyeri perineum Rasa nyeri pada perineum akibat trauma pada persalinan pervaginm atau karena adanya jahitan robekan perineum c. Gangguan BAB Gangguan bAB dapat terjadi selama kehamilan mengalami hemoroid karena mengalami konstipasi dan pengeluran cairan saat persalinan terlalu banyak sehingga cairan dalam tubuh berkurang yang dapat menyebabkan kekurangan cairan/serat dalam proses pencernaan sehingga mengganggu proses BAB d. Nyeri pada payudara Nyeri pada payudara disebabkan karena adanya pembesaran payudara akibat adanya produksi Asi dan disebabkan karena malas menyusui sehingga payudara terasa penuh dan tegang e. Gangguan BAK Gangguan BAK dapat teratasi karena kepala bayi terlalu lama menekan PBP (pintu Bawah Panggul) kandung kemih dan adanya trauma jalan lahir 8. Kunjungan Masa Nifas a. Kunjungan ke-1 (6-8 jam setelah persalinan), tujuannya untuk: 1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. 2) Medeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan merujuk apabila perdarahan berlanjut. 3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. 4) Pemberian ASI awal. 5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir. 6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia. 7) Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil 2. b. Kunjungan ke-2 (6 hari setelah persalinan), tujuannya untuk: 1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau. 2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal. 3) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat. 4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan tanda-tanda penyulit. 5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari. c. Kunjungan ke-3 (2 minggu setelah persalinan), tujuannya untuk: Sama seperti di atas (6 hari setelah persalinan) d. Kunjungan ke-4 (6 minggu setelah persalinan), tujuannya untuk: 1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami. 2) Memberikan konseling untuk KB secara dini. 9. WOC B. Pre Ekslamsi Berat (PEB) 1. Pengertian Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak menjukkan tanda- tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih. (Nanda, 2012) Pre eklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria (Prawirohardjo, 2008). Pre eklamsi adalah timbulanya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia 20 minggu atau segera setelah persalinan (Mansjoer dkk, 2006). 2. Etiologi Penyebab preeklamsi sampai sekarang belum di ketahui secara pasti,tapi pada penderita yang meninggal karena preeklamsia terdapat perubahan yang khas pada berbagai alat.Tapi kelainan yang menyertai penyakit ini adalah spasmus arteriole, retensi Na dan air dan coogulasi intravaskulaer. Walaupun vasospasmus mungkin bukan merupakan sebab primer penyakit ini, akan tetapi vasospasmus ini yang menimbulkan berbagai gejala yang menyertai preeklamsi.Sebab pre eklamasi belum diketahui: a. Vasospasmus menyebabkan : 1) Hypertensi 2) Pada otak (sakit kepala, kejang) 3) Pada placenta (solution placentae, kematian janin) 4) Pada ginjal (oliguri, insuffisiensi) 5) Pada hati (icterus) 6) Pada retina (amourose) b. Ada beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab preeklamsia yaitu : 1) Bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, dan molahidatidosa 2) Bertambahnya frekuensi seiring makin tuanya kehamilan 3) Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus 4) Timbulnya hipertensi, edema, protein uria, kejang dan koma. c. Factor Perdisposisi Preeklamsi 1) Molahidatidosa 2) Diabetes melitus 3) Kehamilan ganda 4) Hidrocepalus 5) Obesitas 6) Umur yang lebih dari 35 tahun 3. Klasifikasi Preeklamsi di bagi menjadi 2 golongan yaitu : a. Preeklamsi Ringan : 1) Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang di ukur pada posisi berbaring terlentang, atau kenaikan diastolic 15 mmHg atau lebih, kenaikan sistolik 30 mmHg/lebih. Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, dan sebaiknya 6 jam. 2) Edema umum (kaki, jari tangan dan muka atau BB meningkat) 3) Proteinuri kuwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, sedangkan kuwalitatif 1+ & 2+ pada urine kateter atau midstream. b. Preeklamsi Berat 1) TD 160/110 mmHg atau lebih 2) Proteinuria 5gr atau lebih perliter 3) Oliguria (jumlah urine <500cc/24 jam) 4) Adanya gangguan serebri, gangguan visus, dan rasa nyeri pada efigastrium 5) Terdapat edema paru dan sianosis 4. Manifestasi Klinis a. penambahan berat badan yang berlebihan, terjadi kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali. b. Edema terjadi peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan dan muka c. Hipertensi (di ukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit) 1) TD > 140/90 mmHg atau 2) Tekanan sistolik meningkat > 30 mmHg 3) Diastolik>15 mmHg 4) tekanan diastolic pada trimester ke II yang >85 mmHg patut di curigai sebagai preeklamsi d. Proteinuria 1) Terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam urin 24 jam atau pemeriksaan kuwalitatif +1 / +2. 2) Kadar protein > 1 g/l dalam urine yang di keluarkan dengan kateter atau urine porsi tengah, di ambil 2 kali dalam waktu 6 jam. 5. Patofisiologi Pada pre eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi peningkatan hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke organ , termasuk ke utero plasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar dari timbulnya proses pre eklampsia. Konstriksi vaskuler menyebabkan resistensi aliran darah dan timbulnya hipertensi arterial.Vasospasme dapat diakibatkan karena adanya peningkatan sensitifitas dari sirculating pressors. Pre eklampsia yang berat dapat mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang lain. Gangguan perfusi plasenta dapat sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat terjadinya Intra Uterin Growth Retardation. 6. Pemeriksaan Penunjang a. Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml b. USG : untuk mengetahui keadaan janin c. NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin 7. Komplikasi Tergantung derajat pre-eklampsianya, yang termasuk komplikasi antara lain atonia uteri (uterus couvelaire), sindrom HELLP (Haemolysis Elevated Liver Enzymes, Low Platelet Cown), ablasi retina, KID (Koagulasi Intra Vaskular Diseminata), gagal ginjal, perdarahan otal, oedem paru, gagal jantung, syok dan kematian. Komplikasi pada janin berhubungan dengan akut kronisnya insufisiensi uteroplasental, misalnya pertumbuhan janin terhambat dan prematuritas. 8. Penatalaksanaan a. Prinsip Penatalaksanaan Pre-Eklampsia 1) Melindungi ibu dari efek peningkatan tekanan darah 2) Mencegah progresifitas penyakit menjadi eklampsia 3) Mengatasi atau menurunkan risiko janin (solusio plasenta, pertumbuhan janin terhambat, hipoksia sampai kematian janin) 4) Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat sesegera mungkin setelah matur, atau imatur jika diketahui bahwa risiko janin atau ibu akan lebih berat jika persalinan ditunda lebih lama. b. Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Ringan 1) Dapat dikatakan tidak mempunyai risiko bagi ibu maupun janin 2) Tidak perlu segera diberikan obat antihipertensi atau obat lainnya, tidak perlu dirawat kecuali tekanan darah meningkat terus (batas aman 140-150/90-100 mmhg). 3) Istirahat yang cukup (berbaring / tiduran minimal 4 jam pada siang hari dan minimal 8 jam pada malam hari) 4) Pemberian luminal 1-2 x 30 mg/hari bila tidak bisa tidur 5) Pemberian asam asetilsalisilat (aspirin) 1 x 80 mg/hari. 6) Bila tekanan darah tidak turun, dianjurkan dirawat dan diberi obat antihipertensi : metildopa 3 x 125 mg/hari (max.1500 mg/hari), atau nifedipin 3-8 x 5-10 mg/hari, atau nifedipin retard 2-3 x 20 mg/hari, atau pindolol 1-3 x 5 mg/hari (max.30 mg/hari). 7) Diet rendah garam dan diuretik tidak perlu 8) Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa tiap 1 minggu 9) Indikasi rawat : jika ada perburukan, tekanan darah tidak turun setelah 2 minggu rawat jalan, peningkatan berat badan melebihi 1 kg/minggu 2 kali berturut-turut, atau pasien menunjukkan tanda-tanda pre-eklampsia berat. Berikan juga obat antihipertensi. 10) Jika dalam perawatan tidak ada perbaikan, tatalaksana sebagai pre-eklampsia berat. Jika perbaikan, lanjutkan rawat jalan 11) Pengakhiran kehamilan : ditunggu sampai usia 40 minggu, kecuali ditemukan pertumbuhan janin terhambat, gawat janin, solusio plasenta, eklampsia, atau indikasi terminasi lainnya. Minimal usia 38 minggu, janin sudah dinyatakan matur. 12) Persalinan pada pre-eklampsia ringan dapat dilakukan spontan, atau dengan bantuan ekstraksi untuk mempercepat kala ii. c. Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Berat Dapat ditangani secara aktif atau konservatif. Aktif berarti : kehamilan diakhiri / diterminasi bersama dengan pengobatan medisinal. Konservatif berarti : kehamilan dipertahankan bersama dengan pengobatan medisinal. Prinsip : Tetap pemantauan janin dengan klinis, USG, kardiotokografi. 1) Penanganan aktif. Penderita harus segera dirawat, sebaiknya dirawat di ruang khusus di daerah kamar bersalin.Tidak harus ruangan gelap.Penderita ditangani aktif bila ada satu atau lebih kriteria ini. a) Ada tanda-tanda impending eklampsia b) Ada hellp syndrome c) Ada kegagalan penanganan konservatif d) Ada tanda-tanda gawat janin atau iugr e) Usia kehamilan 35 minggu atau lebih Pengobatan medisinal : diberikan obat anti kejang MgSO4 dalam infus dextrose 5% sebanyak 500 cc tiap 6 jam. Cara pemberian MgSO4 : dosis awal 2 gram intravena diberikan dalam 10 menit, dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan sebanyak 2 gram per jam drip infus (80 ml/jam atau 15-20 tetes/menit). Syarat pemberian MgSO4 : – frekuensi napas lebih dari 16 kali permenit – tidak ada tanda-tanda gawat napas – diuresis lebih dari 100 ml dalam 4 jam sebelumnya – refleks patella positif. MgSO4 dihentikan bila : – ada tanda-tanda intoksikasi – atau setelah 24 jam pasca persalinan – atau bila baru 6 jam pasca persalinan sudah terdapat perbaikan yang nyata. Siapkan antidotum MgSO4 yaitu Ca-glukonas 10% (1 gram dalam 10 cc NaCl 0.9%, diberikan intravena dalam 3 menit).Obat anti hipertensi diberikan bila tekanan darah sistolik lebih dari 160 mmHg atau tekanan darah diastolik lebih dari 110 mmHg.Obat yang dipakai umumnya nifedipin dengan dosis 3-4 kali 10 mg oral. Bila dalam 2 jam belum turun dapat diberi tambahan 10 mg lagi. Terminasi kehamilan : bila penderita belum in partu, dilakukan induksi persalinan dengan amniotomi, oksitosin drip, kateter Folley, atau prostaglandin E2. Sectio cesarea dilakukan bila syarat induksi tidak terpenuhi atau ada kontraindikasi partus pervaginam.Pada persalinan pervaginam kala 2, bila perlu dibantu ekstraksi vakum atau cunam. 2) Penanganan konservatif Pada kehamilan kurang dari 35 minggu tanpa disertai tanda-tanda impending eclampsia dengan keadaan janin baik, dilakukan penanganan konservatif.Medisinal : sama dengan pada penanganan aktif. MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mencapai tanda-tanda pre-eklampsia ringan, selambatnya dalam waktu 24 jam. Bila sesudah 24 jam tidak ada perbaikan maka keadaan ini dianggap sebagai kegagalan pengobatan dan harus segera dilakukan terminasi. jangan lupa : oksigen dengan nasal kanul, 4-6 l / menit, obstetrik : pemantauan ketat keadaan ibu dan janin. bila ada indikasi, langsung terminasi. Menjelaskan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam pencegahan. Istirahat tidak selalu berarti berbaring di tempat tidur, namun pekerjaan sehari- hari perlu dikurangi, dan dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring.Diet tinggi protein, dan rendah lemak, karbohidat, garam dan penambahan berat badan yang tidak berlebihan perlu dianjurkan. Mengenal secara dini preeklampsia dan segera merawat penderita tanpa memberikan diuretika dan obat anthipertensi, memang merupakan kemajuan yang penting dari pemeriksaan antenatal yang baik. (Wiknjosastro H,2006). C. Konsep Dasar Keperawatan 1. Pengkajian a. Data Biografi Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida ,< 20 tahun atau > 35 tahun, Jenis kelamin, b. Riwayat Kesehatan 1) keluhan Utama : biasanya klirn dengan preeklamsia mengeluh demam, sakit kepala. 2) Riwayat kesehatan sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur 3) Riwayat kesehatan sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial, hipertensi kronik, DM 4) Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya 5) Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan 6) Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya c. Riwayat Kehamilan Riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat kehamilan dengan eklamsia sebelumnya. d. Riwayat KB Perlu ditanyakan pada ibu apakah pernah / tidak megikuti KB jika ibu pernah ikut KB maka yang ditanyakan adalah jenis kontrasepsi, efek samping. Alasan pemberhentian kontrasepsi (bila tidak memakai lagi) serta lamanya menggunakan kontrasepsi. e. Pola aktivitas sehari-hari 1) Aktivitas a) Gejala : Biasanya pada pre eklamsi terjadi kelemahan, penambahan berat badan atau penurunan BB, reflek fisiologis +/+, reflek patologis -/-. b) Tanda : Pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka 2) Sirkulasi Gejala : Biasanya terjadi penurunan oksegen. 3) Abdomen Gejala : Inspeksi :Biasanya Perut membuncit sesuai usia kehamilan aterm, apakah adanya sikatrik bekas operasi atau tidak ( - ) Palpasi : Leopold I : Biasanya teraba fundus uteri 3 jari di bawah proc. Xyphoideus teraba massa besar, lunak, noduler Leopold II : Teraba tahanan terbesar di sebelah kiri, bagian – bagian kecil janin di sebelah kanan. Leopold III : Biasanya teraba masa keras, terfiksir Leopold IV : Biasanya pada bagian terbawah janin telah masuk pintu atas panggul Auskultasi : Biasanya terdengar BJA 142 x/1’ regular 4) Eliminasi Gejala : Biasanya proteinuria + ≥ 5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes celup, oliguria 5) Makanan / cairan Gejala : Biasanya terjadi peningkatan berat badan dan penurunan , muntah- muntah Tanda :Biasanya nyeri epigastrium, 6) Integritas ego Gejala : Perasaan takut. Tanda : Cemas. 7) Neurosensori Gejala : Biasanya terjadi hipertensi Tanda : Biasanya terjadi kejang atau koma 8) nyeri / kenyamanan Gejala : Biasanya nyeri epigastrium, nyeri kepala, sakit kepala, ikterus, gangguan penglihatan. Tanda : Biasanya klien gelisah, 9) Pernafasan Gejala : Biasanya terjadi suara nafas antara vesikuler, Rhonki, Whezing, sonor Tanda : Biasanya ada irama teratur atau tidak, apakah ada bising atau tidak. 10) Keamanan Gejala : Apakah adanya gangguan pengihatan, perdarahan spontan. 11) Seksualitas Gejala : Status Obstetrikus 2. Pemeriksaan Fisik a. Keadaan Umum : baik, cukup, lemah b. Kesadaran : Composmentis (e = 4, v = 5, m = 6) c. Pemeriksaan Fisik (Persistem) 1) Sistem pernafasan Pemeriksaan pernapasan, biasanya pernapasan mungkin kurang, kurang dari 14x/menit, klien biasanya mengalami sesak sehabis melakukan aktifitas, krekes mungkin ada, adanya edema paru hiper refleksia klonus pada kaki. 2) Sistem cardiovaskuler Inspeksi : Apakah Adanya sianosis, kulit pucat, konjungtiva anemis. Palpasi : a) Tekanan darah : Biasanya pada preeklamsia terjadi peningkatan TD, melebihi tingkat dasar setetah 20 minggu kehamilan, b) Nadi : Biasanyanadi meningkat atau menurun c) Leher : Apakah ada bendungan atau tidak pada Pemeriksaan Vena Jugularis, jika ada bendungan menandakan bahwa jantung ibu mengalami gangguan. Edema periorbital yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam Suhu dingin Auskultasi : Untuk mendengarkan detak jantung janin untuk mengetahui adanya fotal distress, bunyi jantung janin yang tidak teratur gerakan janin melemah. 3) System reproduksi a) Dada Payudara : Dikaji apakah ada massa abnormal, nyeri tekan pada payudara. b) Genetalia Inspeksi : adakah pengeluaran pervaginam berupa lendir bercampur darah, adakah pembesaran kelenjar bartholini / tidak. c) Abdomen Palpasi : untuk mengetahui tinggi fundus uteri, letak janin, lokasi edema, periksa bagian uterus biasanya terdapat kontraksi uterus 4) Sistem integument perkemihan a) Periksa vitting udem biasanya terdapat edema pada ekstermitas akibat gangguan filtrasi glomelurus yang meretensi garam dan natrium, (Fungsi ginjal menurun) b) Oliguria c) Proteinuria 5) Sistem persarafan Biasanya hiperrefleksi, klonus pada kaki 6) Sistem Pencernaan Palpasi : Abdomen adanya nyeri tekan daerah epigastrium (kuadran II kiri atas), anoreksia, mual dan muntah. 3. Pengelompokan Data a. Data Subyektif 1) Biasanya ibu mengeluh Panas 2) Biasanya ibu mengeluh sakit kepala 3) Biasanya ibu mengeluh nyeri kepala 4) Biasanya ibu mengeluh nyeri perut akibat fotal distress pada janin 5) Biasanya ibu mengeluh tegang pada perutnya 6) Biasanya mengeluh nyeri 7) Skala nyeri (2-4) 8) Klien biasanya mengatakan kurang nafsu makan 9) Klien biasanya sering mual muntah 10) Klien biasanya sering bertanya 11) Klien biasanya sering mengungkapkan kecemasan b. Data Obyektif 1) Biasanya teraba panas 2) Biasanya tampak wajah ibu meringis kesakitan 3) Biasanya ibu tampak kejang 4) Biasanya ibu tampak lemah 5) Biasanya penglihatan ibu kabur 6) Biasanya klien tampak cemas 7) Biasanya klien tampak gelisah 8) Biasanya klien tampak kurus, 9) biasanya klien tampak lemah, konjungtiva anemis. 10) Tonus otot perut tampa tegang 11) Biasanya ibu tampak meringis kesakitan 12) Biasanya tamapa cemas 13) Biasanya DJJ bayi cepat >160 14) Bisanya ibu tampak meringis kesakitan 15) biasanya ibu tampak cemas 16) Bianyasa skala nyeri 4 = nyeri berat (skala nyeri 1-5) 17) aktivitas janin menurun 18) DJJ meningkat >160 4. Diagnosa Keperawatan Diagnosa Keperawatan yang bisa didapat dari pengkajian diatas yaitu: a. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera fisik b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Ketidakmampuan dalam memasukkan/mencerna makanan karena faktor biologi, c. Kelebihan Volume Cairan berhubungan dengan Gangguan mekanisme regulasi. d. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan e. Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan berhubungan dengan Hambatan Kognitif. 5. Intervensi Keperawatan a. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera fisik 1) Tujuan Setelah dilakukan perawatan tidak terjadi nyeri atau ibu dapat mengantisipasi nyerinya 2) Kriteria Hasil a) Ibu mengerti penyebab nyerinya b) Ibu mampu beradaptasi terhadap nyerinya Intervensi Rasional 1. Kaji tingkat intensitas nyeri pasien 1. Ambang nyeri setiap orang berbeda ,dengan demikian akan dapat menentukan tindakan perawatan yang sesuai dengan respon pasien terhadap 2. Jelaskan penyebab nyerinya nyerinya. 2. Ibu dapat memahami penyebab 3. Ajarkan ibu mengantisipasi nyeri nyerinya sehingga bisa kooperatif dengan nafas dalam bila HIS timbul 3. Dengan nafas dalam otot-otot dapat berelaksasi , terjadi vasodilatasi pembuluh darah, expansi paru optimal sehingga kebutuhan 02 pada jaringan 4. Bantu ibu dengan mengusap/massage terpenuhi pada bagian yang nyeri 4. Untuk mengalihkan perhatian pasien b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Ketidakmampuan dalam memasukkan/mencerna makanan karena faktor biologi. 1) Tujuan Setelah dilakukan perawatan nafsu makan meningkat atu normal 2) Kriteria hasil a) BB meningkat atau normal b) tidal ada tanda-tanda mal nutrisi c) kekuatan menggenggan Intervensi Rasional 1. Kaji adanya alergi makanan 1. Untuk mengetahui apakah pasien ada alergi makanan 2. Anjurkan pasien untuk meningkatkan 2. intake fe dapat meningkatkan kekuatan intake Fe tulang 3. Berikan substansi gula 3. substansi gula dapat meningkatkan energi pasien 4. Berikan makanan yang terpilih (sudah 4. Untuk memenuhi status gizi pasien dikonsultasikan dengan ahli gizi) 5. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian 5. Catatan harian makanan dapat mengetahui asupan nutrisi pasien c. Ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan Gngguan mekanisme regulasi. 1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam diharapkan volume cairan seimbang. 2) Kriteria Hasil : a) Tidak terdapat tanda-tanda edema. b) Hasil laboratorium hematokrit dalam batas normal. c) Menggunakan pemahaman tentang kebutuhan akan pemantauan peningkatan tekanan d) darah, protein dan urine. Intervensi Rasional 1. Pantau masukan dan pengeluaran 1. Pembatasan dalam pemberian cairan cairan setiap hari. dapat mengurangi odema. 2. Timbang berat badan secara rutin. 2. Mengetahui peningkatan berat badan yang berlebih 3. Pantau tanda-tanda vital, catat waktu 3. Menjaga peningkatan vital sign pengisian kapiler. berlebih. 4. Kaji ulang masukan diit dari protein 4. Kesesuaian dalam pemberian informasi dan kalori, berikan informasi sesuai dapat mengurangi tingkat kecemasan. dengan kebutuhan. 5. Menghindari edema anasarka. Krena 5. Perhatikan tanda-tanda edema cairan yang tidakmampu keluar. berlebihan atau berlanjut. 6. Pembesaran vena jugularis merupakan 6. Kaji distensi vena jugularis. tanda dari pembengkakan dri jantung. 7. Diet rendah garam akan memngurangi asupan Na dalam tubuh. 7. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam 8. Pemberian diuretik akan mengurangi pengaturan diet rendah garam. cairan yang tertimbun di tubuh melalui urine. 8. Kolaborasi dalam pemberian antidiuretik