IKTERIK NEONATORUM
OLEH :
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN PANGKALPINANG
PRODI DIII KEPERAWATAN BELITUNG
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
2) Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui pengertian ikterus neonatorum.
b. Untuk mengetahui etiologi ikterus neonatorum.
c. Untuk mengetahui klasifikasi ikterus neonatorum.
d. Untuk mengetahui manifestasi klinis ikterus neonatorum.
e. Untuk mengetahui komplikasi ikterus neonatorum.
f. Untuk mengetahui penetalaksanaan ikterus neonatorum.
g. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang ikterus neonatorum.
h. Untuk mengetahui pathway ikterus neonatorum.
i. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan ikterus neonatorum.
j. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien ikterus neonatorum.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 KONSEP PENYAKIT
2.1.1 Definisi
Ikterus neonatorum adalah menguningnya warna kulit dan sclera akibat
akumulasi pigmen bilirubin dalam darah dan jaringan (Manuaba, 2007). Ikterus
neonatorum adalah warna kuning yang sering terdapat pada bayi baru lahir dalam
batas normal pada hari kedua sampai ketiga dan menghilang pada hari ke sepuluh
(Grace & Barley, 2011).
Ikterik neonatus adalah keadaan dimana bilirubin terbentuk lebih cepat
daripada kemampuan hati bayi yang baru lahir (neonatus) untuk dapat memecahnya
dan mengeluarkannya dari tubuh, Ikterik adalah warna kuning yang dapat terlihat
pada sklera, selaput lender, kulit atau organ lain akibat penumpukan bilirubin.
Bilirubin merupakan hasil penguraian sel darah merah di dalam darah. Penguraian sel
darah merah merupakan proses yang dilakukan oleh tubuh manusia apabila sel darah
merah telah berusia 120 hari. Hasil penguraian hati (hepar) dan dikeluarkan dari
badan melalui buang air besar (BAB) dan Buang air kecil (BAK) (Marmi, 2015).
2.1.2 Etiologi
Hiperbilirubinemia dapat disebabkan oleh bermacam-macam keadaan.
Penyebab yang sering ditemukan disini adalah hemolisis yang timbul akibat
inkopatibilitas golongan darah ABO atau defisiensi enzim G6PD. Hemolisis ini dapat
pula timbul karna adanya perdarahan tertutup (hematoma cepal, perdarahan
subaponeurotik) atau inkompatibilitas golongan darah Rh. Infeksi juga memegang
peranan penting dalam terjadinya hiperbilirubinemia; keadaaan ini terutama terjadi
pada penderita sepsis dan gastroenteritis. Faktor lain yaitu hipoksia atau asfiksia,
dehidrasi dan asiosis, hipoglikemia, dan polisitemia (Atikah & Jaya, 2016).
Etiologi ikterus pada bayi baru lahir dapa berdiri sendiri ataupun disebabkan
oleh beberapa faktor. Secara garis besar etiologi itu dapat dibagi sebagai berikut :
1. Produksi yang berlebihan, lebih daripada kemampuan bayi untuk
mengeluarkannya, misalnyahemolisi yang meningkat pada inkompatibilitas
darah Rh, ABO, golongan darah lain, defisiensi enzim C6PD, pyruvate kinase,
perdarahan tertutup dan sepsis.
2. Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi hepar gangguan ini dapat
disebabkan oleh imaturitas hepar, kurangnya substrat untuk konjugasi bilirubin,
gangguan fungsi hepar akibat asidosis, hipoksia,dan infeksi atau tidak
terdapatnya enzim glukorinil transferase (criggler najjar syndrome). Penyebab
lain ialah defisiensi protein Y dalam hepar yang berperanan penting dalam
uptake bilirubin ke sel-sel heapar.
3. Gangguan dalam transportasi bilirubin dalam darah terikat oleh albumin
kemudian diangkut ke hepar, ikatan bilirubin dengan albumin ini dapat
dipengaruhi oleh obat-obatan misalnya salisilat, sulfatfurazole. Defisiensi
albumin menyebabkan lebih banyak terdapatnya bilirubin indirek yang bebas
dalam darah yang mudah melekat ke sel otak.
4. Gangguan dalam sekresi, gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam
hepar atau diluar hepar, biasanya akibat infeksi atau kerusakan hepar oleh
penyebab lain.
5. Obstruksi saluran pencernaan (fungsional atau struktural) dapat mengakibatkan
hiperbilirubinemia tidak terkonjugasi akibat penambahan dari bilirubin yang
berasal dari sirkulais enterahepatik.
6. Ikterus akibat air susu ibu (ASI) merupakan hiperbilirubinemia tidak
terkonjugasi yang mencapai puncaknya terlambat (biasanya menjelang hari ke 6-
14). Dapat dibedakan dari penyebab lain dengan reduksi kadar bilirubin yang
cepat bila disubstitusi dengan susu formula selama 1-2 hari. Hal ini untuk
membedakan ikterus pada bayi yang disusui ASI selama minggu pertama
kehidupan. Sebagian bahan yang terkandung dalam ASI (beta glucoronidase)
akan memecah bilirubin menjadi bentuk yang larut dalam lemak sehingga
bilirubin indirek akan meningkat dan kemudian akan diresorbsi oleh usus. Bayi
yang mendapat ASI bila dibandingkan dengan bayi yang mendapat susu
formula, mempunyai kadar bilirubin yang lebih tinggi berkaitan dengan
penurunan asupan pada beberapa hari pertama kehidupan. Pengobatannya bukan
dengan menghentikan pemberian ASI melainkan dengan meningkatkan
frekuensi pemberian.
2.1.3 Klasifikasi
1. Ikterus fisiologis
Ikterus fisiologis adalah warna kekuningan pada kulit yang timbul pada hari ke
2-3 setelah lahir, yang tidak mempunyai dasar patologis dan akan menghilang
dengan sendirinya pada hari ke 10. Ikterus fisiologis ini harus dibedakan dengan
ikterus patologis yang jelas merupakan gangguan pada bayi (Fitri, 2012).
Ikterus fisiologis merupakan ikterus yang timbul pada hari kedua dan hari
ketiga yang tidak mempunyai dasar patologik, kadarnya tidak melewati kadar yang
membahayakan atau mempunyai potensi menjadi kern-ikterus dan tidak
menyebabkan suatu morbiditas pada bayi. Tanda-tanda dari ikterus dikatakan
fisiologis yaitu :
a. Apabila timbul pada hari kedua dan ketiga.
b. Ikterus menghilang pada 10 hari pertama, dan kadar bilirubin direk tidak
melebihi 1 mg/dl.
2. Ikterus patologik
Ikterus patologik merupakan ikterus yang mempunyai dasar patologi atau kadar
bilirubinnya mencapai suatu nilai yang disebut hiperbilirubinemia. Dasar patologik
ini misalnya, jenis bilirubin, saat timbulnya dan menghilangnya ikterus dan
penyebabnya. Hal tersebut kadar dari bilirubin dari ikterus patologik dapat
membahayakan atau mempunya potensi menjadi kern-ikterus dan dapat
menyebabkan morbiditas pada bayi.
Ikterus patologi mempunyai kriteria yang berbeda dari ikterus ikterus fisiologi
yaitu :
a. Ikterus terjadi sebelum umur 24 jam.
b. Adanya tanda-tanda penyakit yang mendasari pada setiap bayi seperti muntah,
letargi, malas menelan, penurunan berat badan yang cepat, apnea, takipnea, atau
suhu yang tidak stabil. Derajat ikterus menurut rumus Kremer:
2.1.2 Risik
o
Ganggua
n
2.1.1 Risik
o
Termore
gulasi
2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
2.2.1 Pengkajian
3.1. Kesimpulan.
3.2. Saran.
DAFTAR PUSTAKA
Nanny, Vivian Lia dan Dewi. (2012). Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Jakarta : Salemba
Medika
Buku Panduan Peserta Manajemen BBLR untuk Bidan di Desa. (2011) Buku Panduan
Peserta Manajemen BBLR untuk Bidan di Desa [Internet]. Yogyakarta: Buku
Panduan. Tersedia dalam: http://www.gizikia.depkes.go.id [Diakses 26 April 2021]
Pudjiadi, H., Hegar Badriul, dkk. 2010. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Jakarta: IDAI.
Tim FK Unpadj, 2000.Ilmu Kesehatan Anak Jilid 1.Bandung : FK Unpadj . Varney, Helen.
2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan edisi 4 vol. 1. Jakarta. EGC. Yogyakarta : Nuha
Medika.