Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PENDAHULUAN

INTRACEREBRAL HEMATOMA (ICH)

INTRACEREBRAL HEMATOMA

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Perdarahan intracerebral merupakan penyabab Cerebrovaskular Accident yang ketiga. Perdarahan
yang terjadi pada memar otak dapat membesar menjadi hematom intraserebral. Kelainan ini sering
ditemukan pada penderita trauma kepala. Lebih dari 50 % penderita dengan hematom intracerebral
disertai hematom epidural atau hematom subdural. Paling banyak terjadi di lobus frontalis atau
temporalis, dan tidak jarang ditemukan multipel.

2. Tujuan
1. Untuk mengetahui tinjauan teori intracerebral hematoma meliputi pengertian, etiologi,
patofisiologi, tanda dan gejala, pemeriksaan penunjang, prognosis, pathway.
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan intracerebral hematoma meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan yang mungkin muncul dan rencana keperawatan

B. TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Perdarahan intracerebral atau intracranial termasuk perdarahan ke dalam ruang subarachnoid atau
ke dalam jaringan otak sendiri.

2. Etiologi
Penyabab perdarahan otak yang paling lazim ialah :
a. Aneurysma Berry- biasanya defek congenital
b. Aneurysma fusiformis- dari arteriosclerosis
c. Aneurysma mycotik – dari vasculitis nekrose dan emboli septis
d. Malformasi arteriovenus – kacau, terjadi hubungan persambungan pembuluh darah sehingga
darah arteri langsung masuk vena
e. Ruptur arteriol cerebral – akibat hipertensi, yang menimbulkan penebalan dan degenerasi
pembuluh darah.

3. Patofisiologi
Ada kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan perdarahan subarachnoid perdarahan intraserebral
atau kombinasi kedua – duanya. Tempat yang paling sering dari aneurysma Berry adalah belahan
anterior dari Cicle of Willis pada sambungan antara carotis interna dan arteri communicant
posterior. Aneurysma multiple ditemukan pada banyak orang. Rupture aneurysma terjadi bila timbul
lobang pada aneurysma, perdarahan menyebar dengan cepat, menimbulkan perubahan- perubahan
setempat dan iritasi pada pembuluh- pembuluh otak. Perdarahan biasanya suka berhenti karena
pembentukan sumbatan olaeh fimbrae thrombosit dan oleh himpitan jaringan. Setelah 3 minggu
darah mulai diresorpsi. Rupture ulangan merupakan resiko serius 7 atau 10 hari setelah perdarahan
yang pertama. Rupture dari pembuluh dpat berakibat terhentinya aliran darah ke daerah tertentu,
tombul ischemi focal dan infark jaringan otak. Tambahan pula bahwa keluarnya darah yang
mendadak bias menimbulkan gegar otak dan hilang kesadaran. Juga menimbulkan peningkatan
tekanan cairan cerebrospinal dan menimbulkan geseran otak. Perdarahan yang masuk ke dalam
jaringan otak dapat menimbulkan kerusakan pada otak akibat otak terbelah sepanjang jaring
serabut. Tambahan lagi perdarahan dapat mengisi sistem ventrikel atau hemoton yang merusak
jaringan otak.
Darah itu sendiri bisa merupakan bahan yang merusak dan bila terjadi hemolise, darah mengiritasi
pembuluh darah, meninges, dan otak. Darah dan bahan vasoaktif yang dilepas mendorong spasmus
arteri, yang berakibat menurunkan perfusi cerebral. Spasmus arteri atau vasospasmus biasanya
terjadi 4 sampai 10 hari setelah perdarahan dan menyebabkan konstriksi arteri otak. Vasospasmus
merupakan komplikasi yang serius , bisa berakibat terjadinya penurunan focal neurologis, iscemi
otak dan infark.

6. Pathway
Aneurysma berry, aneurysma fusiformis,
aneurysma mycotik, malformasi arteriovenus, rupture arteriol cerebral

Perdarahan otak

Iskemia jaringan otak

Infark otak Peningkatan tekanan intrakranial

Penurunan Kesadaran
Tekanan meningkat, Nyeri kepala
Muntah, Tachicardia, Dilatasi pupil
fotofobia, Penglihatan kabur, Visus menurun
Gangguan sensori dan motorik
4. Tanda dan gejala
a. Sakit kepala mendadak yang eksplosif
b. Fotofobia
c. Mual dan muntah
d. Hilang kesadaran
e. Kejang-kejang
f. Gangguan respiratori
g. Shock

5. Pemeriksaan penunjang
a. Angiografi
b. Ct scanning
c. Lumbal pungsi
d. MRI
e. Thorax photo
f. Laboratorium
g. EKG

6. Pathway
Aneurysma berry, aneurysma fusiformis,
aneurysma mycotik, malformasi arteriovenus, rupture arteriol cerebral
Perdarahan otak Peningkatan tekanan intrakranial

Iskemia jaringan otak

Infark otak

Penurunan Kesadaran
Tekanan meningkat, Nyeri kepala
Muntah, Tachicardia, Dilatasi pupil
fotofobia, Penglihatan kabur, Visus menurun
Gangguan sensori dan motorik
7. Penatalaksanaan Medik
a. Terapi konservatif dan operatif
b. Pengendalian tekanan intrakranial
c. Anticonvulsant.
d. Pengendalian peningkatan TIK dilakukan Hiperventilasi, Diuretika dan kortikosteroid tetapi dapat
memberi kerugian, misalnya mudah terkena infeksi hiperglikemia, perdarahan lambung (stress
ulcer).
Perdarahan sub arakhnoids:
a. Pemberian oksigenasi, ventilasi, keseimbangan elektrolit
b. Nyeri dengan obat kortikosteroid, antikonvulsan profilaksis perlu dipertimbangkan.
c. Obstruktif perlu pemasangan Pirau Ventriculo-peritoneal (VP Shunt).
d. Tindakan operasi intrakranial merupakan terapi pilihan, tetapi operasi segera sesudah perdarahan
berbahaya karena “retraksi otak” (Non compliant Brain), dapat menimbulkan iskemik otak.

8. Prognosis
Kira-kira 50 % pasien dengan ruotur aneurysma dapat sembuh dari episode awal, tapi 50 % lagi akan
terus mengalami perdarahn ulang bila tidak diobati. Hemoragi ulangan akan terjadi dalam 2 minggu
dan bahaya maut bias mengancam setiap episode perdarahan.

9. Pengkajian
a. Data subyektif meliputi :
1) Pengertian pasien tentng penyakit atau gejalanya
2) Karakteristik serangan gejala
3) Ada sakit kepala – bagaimana sifat dan lokasinya
4) Defisit sensori
5) Kemampuan melihat- fotofobia
6) Ada mual dan muntah

b. Data obyektif meliputi :


1) Kekuatan motorik
2) Perubahan tingkat kesadaran
3) Gejala peningkatan tekanan intracranial
4) Status respirasi
5) Kejang

10. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


a. Perfusi jaringan tidak efektif : cerebral berhubungan dengan aliran arteri terhambat.
b. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak mampu
dalam memasukkan makanan karena faktor biologi
c. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskular.
d. Defisit self-care: mandi, berpakaian, makan, toileting b.d gangguan neuromuskuler, kerusakan
mobilitas fisik.
e. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi ke otak.
f. Resiko injuri. Faktor resiko: gangguan persepsi sensori, gangguan motorik, hipoksia jaringan.
g. Resiko infeksi. Faktor resiko: prosedur invasif, kurang pengetahuan mencegah ekspose patogen,
meningkatnya eksposure lingkungan, etc.
h. Resiko konstipasi. Faktor resiko: inadekuat toileting, aktifitas fisik kurang, pola makan,
farmakologi, gangguan neurologi.
i. Resiko kerusakan integritas kulit. Faktor resiko: imobilisasi fisik, penurunan sensasi.
j. Kerusakan menelan b.d kerusakan neuromuskuler

Anda mungkin juga menyukai