oleh
Siti Muawanah, S. Kep
NIM 112311101008
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA KLIEN
DENGAN INTRA CEREBRAL HEMORARGIC (ICH) DI RUANG
MELATI RSD dr. SOEBANDI JEMBER
Oleh : Siti Muawanah, S. Kep.
1. Kasus
Intra Cerebral Hemorargic (ICH)
2. Proses terjadinya masalah
A. Anatomi dan Fisiologi Otak
1.
Bagian-bagian otak
Otak merupakan organ yang paling mengagumkan dari seluruh organ.
Otak merupakan organ utama dalam mengendalikan seluruh aktivitas tubuh yaitu
seperti angan-angan, keinginan dan nafsu, perencanaan dan ingatan. Otak manusia
berisi hampir 98% jaringan saraf tubuh atau sekitar 10 miliar neuron yang menjadi
kompleks secara kesatuan fungsional. Berat otak manusia kira-kira 2% dari berat
badan orang dewasa. Berat otak pada laki-laki lebih besar 10% dibandingkan
dengan perempuan, tidak ada korelasi antara besar otak dengan intelegensi
seseorang. Otak menerima 15% curah jantung, memerlukan sekitar 20%
pemakaian oksigen tubuh dan sekitar 400 kilokalori setiap harinya (Muttaqin,
2008).
(4) Ruang epidural adalah ruangan potensial antara periosteal luar dan
lapisan meningeal dalam pada durameter di regia medulla spinalis.
b) Arachnoid
Lapisan ini merupakan suatu membaran yang terletak diantara piameter
dan durameter yang mengandung sedikit pembuluh darah. Membran ini
dipisahkan dari durameter oleh ruang potensial yaitu spatium subdurale,
dan dari piameter oleh cavum subarachnoid yang berisi cerebrospinal
fluid. Cavum subarachnoid (subarachnoid space) merupakan suatu
rongga/ruangan yang dibatasi oleh arachnoid di bagian luar dan
piameter pada bagian dalam. Pada daerah tertentu arachnoid menonjol
kedalam
sinus
venosus
membentuk
villi
arachnoidales.
Villi
Serebrum terdiri dari dua hemisfer dan empat lobus. Serebrum memiliki
dua belahan (hemisfer) besar yaitu substansia grasia terdapat pada bagian
luar dinding serebrum dan substansia alba menutupi dinding serebrum
bagian dalam (Smeltzer & Bare, 2001). Fisura longitudinal membagi
serebrum menjadi dua yaitu hemisfer kanan dan kiri. Kedua hemisfer
tersebut memiki peranan masing-masing dalam sistem tubuh. Hemisfer
kanan mengendalikan sistem tubuh bagian kiri dan hemisfer kiri
mengendalikan sistem tubuh bagian kanan.
sensorik primer otak untuk sensasi raba dan pendengaran. Lobus ini
menyampaikan infromasi sesnsorik ke banyak daerah lain di otak,
termasuk area sosiasi motorik dan visual di sebelahnya.
c) Lobus oksipital, ada di bagian paling belakang, terletak di sebelah
posterior dari lobus parietal dan di atas fisura parieto-oksipitalis, yang
memisahkan serebelum. Lobus ini adalah pusat asosiasi visual utama.
Lobus ini berhubungan dengan rangsangan visual yang memungkinkan
manusia mampu melakukan interpretasi terhadap objek yang ditangkap
oleh retina mata.
d) Lobus temporal berada di bagian bawah, mencakup bagian korteks
serebrum yang berjalan ke bawah dari fisura lateralis dan ke sebelah
posterior dari fisura parieto-oksipitalis. Lobus ini adalah area asosisasi
primer untuk informasi auditorik dan mencakup area Wernicke tempat
interpretasi bahasa. Lobus ini juga terlibat dalam interpretasi bau dan
penyimpanan memori.
yang
menyerupai
atap
tenda
yaitu
tentorium,
yang
vasokonstriktor,
pernafasan,
bersin,
batuk,
menelan,
serabut
saraf
asenden
dan
mempunyai
kompleks
nukleus
yang
saling
Gambar 8. Hubungan anatomis diensefalon dengan batang otak. (a) Dari sisi
lateral; (b) Dari sisi posterior. (Sumber: Simon dan Schuster,
Fundamental of Anantomy dan Physiology, edisi ke-4, New Jerdey:
Prentice Hall, Inc., 1998 dalam Muttaqin, 2008:14)
b) Subtalamus fungsinya belum dapat dimengerti sepenuhnya, tetapi lesi
pada subtalamus akan menimbulkan hemibalismus yang ditandai
dengan gerakan kaki atau tangan yang kuat pada satu sisi tubuh.
c) Epitalamus berperanan pada beberapa dorongan emosi dasar
seseorang.
d) Hipotalamus berkaitan dengan pengaturan rangsangan dari sistem
susunan saraf otonom perifer yang menyertai ekspresi tingkah dan
emosi yaitu pengendalian secara tidak sadar dari kontraksi otot-otot
skeletal, pengendalian fungsi otonom, koordinasi aktivitas system
persarafan dan endokrin, sekresi hormone, menghasilkan dorongan
emosi dan perilaku, koordinasi antara fungsi otonom dan volunter, dan
mengatur suhu tubuh.
luarnya oleh substansi putih. Terbagi menjadi bagian kiri dan kanan oleh anterior
median fissure dan median septum yang disebut dengan posterior median septum.
Keluar dari medula spinalis merupakan akar ventral dan dorsal dari saraf spinal.
Substansi abu-abu mengandung badan sel, dendrit, neuron efferen, akson tak
bermyelin, saraf sensoris dan motoris, dan akson terminal dari neuron. Substansi
abu-abu membentuk seperti huruf H dan terdiri dari tiga bagian yaitu: anterior,
posterior dan comissura abu-abu. Bagian posterior sebagai input/afferent, anterior
sebagai output/efferent, comissura abu-abu untuk refleks silang dan substansi
putih merupakan kumpulan serat saraf bermyelin.
4.
abducens
(VI),
fasialis
(VII),
vestibulokoklearis
(VIII),
Sensorik
Penglihatan
III Okulomotorius
Motorik
IV Troklearis
Motorik
V Trigeminus
Motorik
Sensorik
VI Abdusens
Motorik
VII Fasialis
Motorik
Sensorik
VIII Cabang
Vestibularis
vestibulokoklearis
Sensorik
Cabang koklearis
IX Glossofaringeus
Sensorik
Motorik
Sensorik
X Vagus
Motorik
Sensorik
b.
XI Asesorius
Motorik
XII Hipoglosus
Motorik
Pendengaran
Faring: menelan, refleks
muntah
Parotis: salivasi
Faring, lidah posterior,
termasuk rasa pahit
Faring: menelan, refleks
muntah, fonasi; visera abdomen
Faring, laring: refleks muntah,
visera leher, thoraks dan
abdomen
Otot sternokleidomastoideus
dan bagian atas dari otot
trapezius: pergerakan kepala
dan bahu
Pergerakan lidah
oksigen total tubuh manusia untuk metabolisme aerobiknya. Otak diperdarahi oleh
dua pasang arteri yaitu arteri karotis interna dan arteri vertebralis. Dalam rongga
kranium, keempat arteri ini saling berhubungan dan membentuk sistem
anastomosis, yaitu sirkulus willisi.
dan sistem vena paralel satu sama lain dan mempunyai hubungan percabangan
yang luas untuk mencukupi suplai darah ke jaringan.
Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteria karotis komunis
kira-kira setinggi rawan tiroidea. Arteri karotis interna masuk ke dalam tengkorak
dan bercabang kira-kira setinggi kiasma optikum, menjadi arteri serebri
anteriordan media. Arteri serebri anterior memberi suplai darah pada strukturstruktur seperti nukleus kaudatus dan putamen basal ganglia, kapsula interna,
korpus
kolosum
dan
herniasi otak pada falk serebri atau lewat foramen magnum. Kematian dapat
disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak, dan perdarahan batang otak
sekunder atau ekstensi perdarahan k ebatang otak. Perembesan darah ke ventrikel
otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di nucleus kaudatus, thalamus,
dan pons. Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat menjadi anoksia serebral.
Perubahan yang disebabkan anoksia serebral dapat reversible untuk waktu 4-6
menit. Perubahan irreversible jika anoksia lebih dari 10 menit.
Selain kerusakan parenkim otak, akibat perdarahan yang relative banyak akan
mengakibatkan peningkatan tekanan intra kranial dan penurunan perfusi otak serta
gangguan drainase otak. Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar dan iskemik
akibat menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan saraf di area yang terkena
darah dan sekitarnya tertekan lagi. Jumlah darah yang keluar menentukan
prognosis. Jika volem darah lebih dari 60 cc maka resiko kematian sebesar 93%
pada perdarahan dalam dan 71% pada perdarahan lobar. Sedangkan jika
perdarahan serebelar dengan volume antara 30-60 cc diperkirakan kemungkinan
kematian sebesar 75%, namun volume darah 5cc dan terdapat di pons sudah
berakibat fatal.
F. Pemeriksaan khusus dan penunjang
Pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan pada pasien stroke hemoragi
menurut Muttaqin (2008) adalah sebagai berikut.
1) Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti
perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber
perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskuler.
Gambar 16. The dynamic evolution of a CT Perfusion Spot Sign. A 86-year old
female patient presenting within 105 min of symptom onset. Individual
frames extracted from a dynamic CT perfusion study are presented.
(A,B) No contrast enhancement is seen within the first 9 s. (C,D) At 18
s early contrast is seen within a CT Spot Sign, peaking at 36 s (E).
Dissipation of contrast material is seen on delayed image at 36 s (F).
3) Pungsi lumbal
Tekanan yang meningkat dan di sertai dengan bercak darah pada cairan
lumbal menunjukkan adanya haemoragia pada sub arachnoid atau
perdarahan pada intrakranial. Peningkatan jumlah protein menunjukan
adanya proses inflamasi.
4) MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Dengan menggunakan gelombang magnetik untuk menentukan posisi serta
besar/luas terjadinya perdarahan otak.
Gambar 18. Perbedaan antara Stroke hemorargik dengan Stroke Non Hemorargik
Sumber: Baticaca (2008)
Untuk dapat menegakkan diagnosa stroke apakah termasuk stroke
perdarahan ataupun non perdarahan, terdapat algoritma atau cara dimana
memudahkan untuk menegakkan diagnosa awal sebelum dilakukan pemeriksaan
penunjang lainnya yaitu dengan algoritma gajah mada dan sirijaj skor.
yang didapatkan <1 maka diagnosisnya stroke non perdarahan dan apabila
didapatkan skor 1 maka diagnosisnya stroke perdarahan.
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien dengan stroke hemoragi
adalah sebagai berikut (Muttaqin, 2008).
1) Penatalaksanaan umum 5 B dengan penurunan kesadaran
a) Breathing (pernapasan)
(1) Usahakan jalan napas lancar
(2) Lakukan penghisapan lendir jika sesak
(3) Posisi kepala harus baik, jangan sampai saluran napas tertekuk
(4) Oksigenisasi terutama pada pasien tidak sadar
b) Blood (tekanan darah)
(1) Usahakan otak mendapat cukup darah
(2) Jangan terlalu cepat menurunkan tekanan darah pada masa akut
c) Brain (fungsi otak)
(1) Atasi kejang yang timbul
(2) Kurangi edema otak dan tekanan intra cranial yang tinggi
d) Bladder (kandung kemih)
(1) Pasang katheter bila terjadi retensi urine
e) Bowel (Pencernaan)
(1) Defekasi lancar
(2) Bila tidak bisa makan per-oral pasang NGT/Sonde
2) Menempatkan klien pada posisi yan tepat, harus dilakukan secepat
mungkin. Posisi klien harus diubah tiap 2 jam dan dilakukan latihanlatihan gerak pasif.
3) Pengobatan konservatif
a) Vasodilator meningkatkan aliran darah serebri
b) Dapat diberikan histamine, aminophilin, asetazolamid, papverin
intraarterial
c) Pemberian antitrombosit
karena
trombosit
berperan
dalam
I. Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul pada pasien dengan stroke hemoragi adalah
sebagai berikut (Kowalak, 2011).
1)
Tekanan darah yang tidak stabil (akibat kehilangan kontrol vasomotor)
2)
Edema serebral
3)
Ketidakseimbangan cairan
4)
Kerusakan sensorik
5)
Infeksi seperti pneumonia
6)
Perubahan tingkat kesadaran
7)
Aspirasi
8)
Kontraktur
9)
Emboli paru
10) Kematian
J. Clinical Pathway
K. Asuhan Keperawatan
1) Anamnesis
Usia (kebanyakan terjadi pada usia tua) dan kebanyakan terjadi pada laki-laki.
2) Keluhan utama
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta bantuan
kesehatan adalah kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak
dapat berkomunikasi, dan penurunan tingkat kesadaran.
3) Riwayat penyakit saat ini
Serangan stroke hemoragik sering kali berlangsung sangat mendadak pada saat
klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah,
bahkan kejang sampai tidak sadar selain gejala kelumpuhan separuh badan atau
gangguan fungsi otak yang lain. Adanya penurunan atau perubahan pada
tingkat kesadaran dalam hal perubahan didalam intrakranial. Keluhan
perubahan perilaku juga umum terjadi. Sesuai perkembangan penyakit, dapat
terjadi letargi, tidak responsif, dan koma.
4) Riwayat penyakit dahulu
Ada riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya, diabetes mellitus, penyakit
jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama,
penggunaan obat-obat antikoagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, dan
kegemukan.
Pengkajian
pemakaian
obat
antihipertensi,
antilipidemia,
fokus pemeriksaan B3 (brain) yang terarah dan dihubungkan dengan keluhankeluhan dari klien.
a) Keadaan umum
Umumnya
mengalami
mengalami gangguan, yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara, dan
tanda-tanda vital: tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi.
b) B1 (breathing)
Inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak
napas, penggunaan otot bantu napas, dan peningkatan frekuensi
pernapasan. Auskultasi didapatkan bunyi napas tambahan seperti ronkhi
pada klien dengan peningkatan produksi secret dan kemampuan batuk
yang menurun yang sering didapatkan pada klien stroke dengan penurunan
tingkat kesadaran koma.
Pada klien dengan tingkat kesadaran compos mentis pada pengkajian
inspeksi pernapasan tidak ada kelainan. Palpasi thoraks didapatkan taktil
premitus seimbang kiri dan kanan. Auskultasi tidak didapatka bunyi napas
tambahan.
c) B2 (blood)
Pengkajian pada system kardiovaskuler didapatkan syok hipovolemik
yang terjadi pada klien stroke. TD biasanya terjadi peningkatan dan bisa
terdapat adanya hipertensi masif TD > 200 mmHg.
d) B3 (Brain)
Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologis bergantung pada lokasi
lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya
tidak adekuat, dan aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori). Lesi
otak yang rusak tidak dapat membaik sepenuhnya. Pengkajian B3
merupakan pemerikasaan terfokus dan lebih lengkap dibandingkan
pengkajian pada sistem lainnya.
e) B4 (bladder)
Setelah stroke klien mungkin mengalami inkontenensia urine sementara
kerena konfusi, ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan, dan
ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena kerusakan kontrol
motorik dan postural.
f) B5 (Bowel)
(mendapatkan hubungan dua atau lebih objek dalam area spasial) sering
terlihat pada klien dengan hemiplegia kiri. Klien mungkin tidak dapat
memakai pakaian kebagian tubuh.
c) Saraf III, IV, dan VI. Apabila akibat stroke mengakibatkan paralisis sesisi
otot-otot okularis didapatkan penurunan kemampuan gerakan konjugat
unilateral di sisi yang sakit.
d) Saraf V. Pada beberapa keadaan stroke menyebabkan paralisis saraf
trigenimus, didapatkan penurunan kemampuan koordinasi gerakan
mengunyah. Penyimpangan rahang bawah ke sisi ipsilateral dan
kelumpuhan sesisi otot-otot pterigoideus internus daneksternus.
e) Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris, otot
wajah tertarik kebagian sisi yang sehat.
f) Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
g) Saraf IX dan X. kemampuan menelan kurang baik, kesukaran membuka
mulut.
h) Saraf XI. Tidak ada atrofi sternokleidomastoideus dan trapezius.
i) Saraf XII. Lidah simetris, terdapat devisiasi pada satu sisi dan fasikulasi.
Indra pengecapan normal.
9) Sistem motorik
a) Inspeksi umum, didapatkan hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi)
karena lesi pada sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan
salah satu sisi tubuh adalah tanda yang lain.
b) Kaji cara berjalan dan keseimbangan (Observasi cara berjalan, kemudahan
berjalan dan koordinasi gerakan tangan, tubuh kaki)
c) Periksa tonus otot dan kekuatan
Kekualan otot dinyatakan dengan menggunakan angka dari 0-5
0 = tidak didapatkan sedikitpun kontraksi otot; Iumpuh total
1 = terlihat kontraksi tetap; tidak ada gerakan pada sendi.
Pemeriksaan refleks
a) Pemeriksaan refleks biasanya dilakukan paling akhir. Klien biasanya
dalam posisi duduk atau tidur jika kondisi klien tidak memungkinkan.
Evaluasi respon klien dengan menggunakan skala 0 4
0 = tidak ada respon
1 = Berkurang (+)
2 = Normal (++)
3 = Lebih dari normal (+++)
4 = Hiperaktif (++++)
b) Reflek Fisiologis
(1) Reflek Tendon
(a) Reflek patella
Pasien bebaring terlentang lutut diangkat keatas fleksi kurang lebih
dari 300. Tendon patella (ditengah-tengah patela dan Tuberositas
tibiae) dipukul dengan reflek hamer. Respon berupa kontraksi otot
guardrisep femoris yaitu ekstensi dari lutut.
(b) Reflek Bisep
Lengan difleksikan terhadap siku dengan sudut 900 supinasi dan
lengan bawah ditopang ada atas (meja periksa) jari periksa
ditempat kan pada tendon m.bisep (diatas lipatan siku) kemudian
dipukul dengan reflek hamer.normal jika ada kontraksi otot biceps,
sedikit meningkat bila ada fleksi sebagian ada pronasi, hiperaktif
maka akan tejadi penyebaran gerakan-gerakan pada jari atau sendi.
(c) Reflek trisep
No.
Nama Reflek
Gambar
Penilaian
1.
Babinski
Positif
apabila
dorsofleksi jari
besar
dan
pengembangan jarijari
2.
Hoffman
yang
kecil.
Positif
lebih
apabila
dorsofleksi jari
besar
dan
pengembangan jarijari
3.
Tromner
yang
kecil.
Positif
lebih
apabila
dorsofleksi jari
besar
dan
pengembangan jarijari
4.
Wartenberg
yang
kecil.
Positif
lebih
apabila
dorsofleksi jari
besar
dan
pengembangan jarijari
5.
Chaddoks
yang
kecil.
Positif
lebih
apabila
dorsofleksi jari
besar
dan
pengembangan jarijari
kecil.
yang
lebih
6.
Oppenheim
Positif
apabila
dorsofleksi jari
besar
dan
pengembangan jarijari
7.
Gordon
yang
kecil.
Positif
lebih
apabila
dorsofleksi jari
besar
dan
pengembangan jarijari
yang
lebih
kecil.
8.
Schaeffer
Positif
apabila
dorsofleksi jari
besar
dan
pengembangan jarijari
yang
kecil.
Pemeriksaan penunjang
a) CT scan: didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ventrikel,
atau menyebar ke permukaan otak.
b) MRI: untuk menunjukkan area yang mengalami hemoragik.
c) Angiografi serebral: untuk mencari sumber perdarahan
seperti
lebih
masih
normal
(xantokhrom)
sewaktu
hari-hari
pertama.
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
ketidakmampuan menelan
8) Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama
b.d
Intervensi
NIC:
Neurologic Monitoring
a. Monitor ukuran pupil, bentuk, kesimetrisan, dan
b.
Cardiac Pump Effectiveness (NOC: 115b)
c.
d.
e.
Setelah dilakukan asuhan
selamaketidakefektifan perfusi
jaringan cerebral teratasi dengan
kriteria hasil:
a.
Tidak ada
ortostatikhipertensi
c.
respirasi
f. Monitor status respirasi: level AGD, oksimetri nadi,
kedalaman, pola, laju, dan usaha napas
g. Monitor Intra Cranial Pressure (ICP) dan Cerebral
Tekanan systole
dan diastole dalam rentang yang
reaktifitasnya
Monitor level kesadaran
Monitor level orientasi
Monitor Glasgow Coma Scale
Monitor tanda vital: suhu, tekanan darah, nadi, dan
h.
i.
j.
k.
l.
m.
Komunikasi
jelas Menunjukkan konsentrasi dan
2.
NOC:
a. Respiratory status: Ventilation
b. Respiratory status: Airway patency
c. Vital sign Status
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama ..pasien
menunjukkan keefektifan pola nafas,
dibuktikan dengan kriteria hasil:
a. Mendemonstrasikan batuk efektif
dan suara nafas yang bersih, tidak
ada sianosis dan dyspneu (mampu
mengeluarkan sputum, mampu
bernafas dg mudah, tidakada
pursed lips)
b. Menunjukkan jalan nafas yang
paten (klien tidak merasa tercekik,
irama nafas, frekuensi pernafasan
ICP
NIC:
a.
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
b.
Pasang mayo bila perlu
c.
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
d.
Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
e.
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
tambahan
f.
Berikan bronkodilator
g.
Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl
Lembab
h.
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
i.
Monitor respirasi dan status O2
j.
Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
k.
Pertahankan jalan nafas yang paten
l.
Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
3.
h. Dispnea
i. Peningkatan diametr
anterior posterior
j. Pernafasan cuping
hidung
k. Ortopnea
l. Fase ekspirasi
memanjang
m. Pernafasan bibir
n. Takipnea
o. Penggunaan otot
aksesorius untuk
bernafas
NOC:
Pain Control (NOC: 615b)
Pain Level (NOC: 392b)
Comfort Status (NOC: 158b)
Setelah
dengan peningkatan
dilakukan
nyeri,
p.
q.
Pain Management
a. Lakukan
tinfakan
dengan
n.
o.
NIC:
m.
pengkajian
nyeri
secara
komprehensif
hasil:
a.
Mampu
berkurang
Mampu
Melaporkan
nyeri
menemukan dukungan
Menyatakan
rasa
Tanda
vital
dalam
x/menit;
RR:
16-24
x/menit)
f.
Tidak
gangguan tidur
mengalami
4.
5.
NIC:
Exercise therapy : ambulation
a. Monitoring vital sign sebelm/sesudah latihan dan lihat
respon pasien saat latihan
b. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana
ambulasi sesuai dengan kebutuhan
c. Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan
dan cegah terhadap cedera
d. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang
teknik ambulasi
e. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
f. Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs
secara mandiri sesuai kemampuan
g. Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan bantu
penuhi kebutuhan ADLs ps.
h. Berikan alat bantu jika klien memerlukan.
i. Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
a. Libatkan keluarga untuk membantu memahami /
memahamkan informasi dari / ke klien
sirkulasi ke otak
meninggalkan RS
b.
Kolaborasikan dengan
terapis, dokter, ahli gizi, atau petugas kesehatan lain tentang kebelanjutan
perawatan klien di rumah
c.
d.
Identifikasi pendidikan
kesehatan apa yang dibutuhkan oleh klien yaitu hindari penyebab
peningkatan TIK, kontrol tekanan darah dengan diet hipertensi dan gaya
hidup sehat, hindari benturan pada kepala, dan mengenali tanda dan
gejala timbulnya perdarahan serebral.
e.
f.
Dokumentasikan
perencanaan pulang
g.
DAFTAR PUSTAKA