ANEMIA
OLEH :
MULIANI, S. Kep
113063J120095
CI ACADEMIK:
DANIA RELINA SITOMPUL, S. Kep. Ners. M. Kep
CI LAHAN
Hj. FAUZIAH, S. Kep,.Ners
ANEMIA
I. KONSEP TEORI
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Sumber :http://virtualmedicalcentre.com
Darah adalah cairan didalam pembuluh darah yang warnanya
merah.Warna merah ini keadaannya tidak tetap, bergantung pada
banyaknya oksigen dan karbon dioksida didalamnya.Darah berada dalam
tubuh karena karena adanya kerja pompa jantung. Selama darah berada
dalam pembuluh, darah akan tetap encer. Tetapi bila berada diluar
pembuluh darah akanmembeku. Pembekuan ini dapat dicegah dengan
mencampurkan sedikit ditras sitras natrikus atau anti pembeku darah.
Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian.Bahan
interseluleradalah cairan yang disebut plasma dan di dalamnya juga
terdapat unsur-unsur padat, yaitu sel darah.Volume darah secara
keseluruhan kira-kira 1/12 berat badan atau kira-kira 5 liter.Sekitar 55
persennya adalah cairan, sedangkan 45% sisanya terdiri atas sel
darah.Angka ini dinyatakan dalam nilai hematokrit atau volume sel darah
yang dipadatkan yang berkisar anatara 40-47.Diwaktu sehat volume darah
adalah konstan dan sampai batas tertentu diatur oleh tekanan osmotik
dalam pembuluh darah dan dalam jaringan.
Kandungan yang ada di dalam darah :
1 Air : 91%
2 Protein : 3% (albumin, globulin, protombin, dan
fibrinigen)
3 Mineral : 0,9% (natrium klorida, natrium bikarbonat,
garam fosfat, magnesium, kalsium dan zat
besi.
4 Bahan Organik : 0.1% (glukosa, lemakasam urat, keratinin,
kolesterol, dan asam amino)
Fungsi Darah :
1. Sebagai alat pengangkut, yaitu :
a. Mengambil oksigen / zat pembakaran dari paru-paru untuk
diedarkan keseluruh jaringan tubuh.
b. Mengangkut karbon dioksida dari jaringan untuk dikeluarkan
melalui paru-paru.
c. Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan
dibagikan keseluruh jaringan / alat tubuh.
d. Mengangkat / mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh
untuk dikeluarkan melalui ginjal dan kulit.
e. Mengedarkan hormon yaitu hormon untuk membantu proses
fisiologis.
2. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun dalam
tubuh dengan perantaraan leukosit dan antibodi / zat-zat anti racun.
3. Menyebarkan panas keseluruh tubuh.
4. Menjaga keseimbangan asam basa jaringan tubuh untuk menghindari
kerusakan.
Karakteristik Darah :
1. Volume darah : 7% - 10% BB (5 Lt pada dewasa normal)
2. Komponen darah : Eritrosit, Leukosit, trombosit →40% - 45% volume
darah; tersuspensi dalam plasma darah
3. PH darah : 7,37 – 7,45
4. Temp : 38°C
5. Viskositas lebih kental dari air dengan BJ 1,041 – 1,067
Bagian-Bagian Darah
Sel-Sel Darah
1. Eritrosit (Sel darah merah)
Merupakan cakram bikonkaf yang tidak berinti, ukurannya
0.007 mm, tidak bergerak, banyaknya kira-kira 4,5-5 juta/mm³,
warnanya kuning kemerah-merahan karena didalamnya mengandung
hemoglobin (hemoglobin adalah protein pigmen yang memberi
warnamerah pada darah). Hemoglobin terdiri atas protein yang di sebut
globin dan pigmen non-protein yang disebut heme, setiap eritrosit
mengandung sekitar 300 juta molekul hemoglobin, sifatnya kenyal
sehingga dapat berubah bentuk sesuai dengan pembuluh darah yang
dilalui.
Sel darah merah memerlukan protein karena strukturnya
terbentuk dari asam amino, juga memerlukan zat besi.Wanita
memerlukan lebih banyak zat besi karena beberapa diantaranya
dibuang sewaktu menstruasi. Sewaktu hamil diperlukan zat besi dalam
jumlah yang lebih banyak lagi untuk perkembangan janin dan
pembuatan susu.
Sel darah merah dibentuk didalam sumsum tulang, terutama
dari tulang pendek, pipih, dan tak beraturan dari jaringan konselus
pada ujung tulang pipa dan dari sumsum dalam batang iga-iga dan dari
sternum.Perkembangan sel darah dalam sumsum tulang melalui
berbagai tahap mula-mula besar dan berisi nukleus tetapi tidak ada
hemoglobin, kemudian dimuati hemoglobin dan akhirnya kehilangan
nukleusnya dan baru diedarkan ke dalam sirkulasi darah.
Rata-rata panjang hidup sel darah merah normalnya 120
hari.Sel menjadi usang dan dihancurkan dalam sistema retikulo-
endotelial, terutama dalam limpa dan hati.Globin dan hemoglobin
dipecah menjadi asam amino untuk digunakan sebagai protein dalam
jaringan-jaringan dan zat besi dalam heme dari hemoglobin
dikeluarkan untuk digunakan dalam pembentukan sel darah merah
lagi.Sisa heme dari hemoglobin diubah lagi menjadi bilirubin (pigmen
kuning) dan biliverdin yaitu yang berwarna kehijau-hijauan yang dapat
dilihat pada perubahan warna hemoglobin yang rusak pada luka
memar.
Bila terjadi perdarahan maka sel merah dengan
hemoglobinnya sebagai pembawa oksigen, hilang.Pada perdarahan
sedang, sel-sel itu diganti dalam waktu beberapa minggu berikutnya.
Tetapi bila kadar hemoglobin turun sampai 40% atau dibawahnya,
maka diperlukan tranfusi darah.
Fungsisel darah merah yaitu mengikat oksigen dari paru-paru
untuk diedarkan keseluruh jaringan tubuh dan mengikat karbon
dioksida dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paru-paru /
melalui jalan pernafasan.
Produksi Eritrosit (Eritropoesis):
a. Terjadi di sumsum tulang dan memerlukan besi, Vit B12, asam
folat, piridoksin (B6)
b. Di pengaruhi oleh O₂ dalam jaringan
c. Masa hidup : 120 hari
d. Eritrosit tua dihancurkan di sistem retikuloendotelial (hati dan
limpa)
e. Pemecahan Hb menghasilkan bilirubin dan besi. Besi berkaitan
dengan protein (transferin) dan diolah kembali menjadi Hb baru.
4) Plasma Darah
Merupakan komponen terbesar dalam darah dan merupakan
bagian darah yang cair, tersusun dari air 91%, protein plasma darah
7%, asam amino, lemak, glukosa, urea, garam sebanyak 0,9%, dan
hormon, antibodi sebanyak 0,1% .
Berfungsi mengangkut sari makanan ke sel-sel serta
membawa sisa pembakaran dari sel ke tempat pembuangan selain itu
plasma darah juga menghasilkan zat kekebalan tubuh terhadap
penyakit atau zat antibodi.
Protein plasma mencapai 7% dari plasma dan merupakan satu-
satunya unsur pokok plasma yang tidak dapat menembus membran
kapiler untuk mencapai sel. Ada 3 jenis protein plasma yang utama :
a. Albumin adalah protein yang terbanyak, sekitar 55%-60% tetapi
ukurannya paling kecil. Albumin di sintesis di dalam hati dan
bertanggung jawab untuk tekanan osmotik koloid darah.
Mempertahankan tekanan osmotik agar normal (25 mmHg).
b. Globulin membentuk sekitar 30% protein plasma. Alfa dan beta
globulin disintesis di hati, dengan fungsi utama sebagai molekul
pembawa lipid, beberapa hormone, berbagai subtrat, dan zat
penting lainnya. Gamma globulin (immunoglobulin) fungsi utama
berperan sebagai antibody.
c. Fibrinogen membentuk sekitar 4% protein plasma. Disintesis di
hati dan merupakan komponen esensial dalam mekanisme
pembekuan darah.
Proses Pembentukan Sel Darah
a. Terjadi awal masa embrional, sebagian besar pada hati dan sebagian
kecil pada limpa. Pada minggu ke-20 masa embrional mulai terjadi
pada sumsum tulang.
b. Semakin besar janin peranan pembentukan sel darah terjadi pada
sumsum tulang.
c. Setelah lahir semua sel darah dibuat di sumsum tulang, kecuali
limfosit yang juga di bentuk di kelenjar limfe, thymus dan lien.
d. Setelah usia 20 tahun sumsum tulang panjang tidak memproduksi
lagi drah kecuali bagian proximal, humerus, dan tibia.
B. DEFINISI
Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit atau
hitung eritrosit (red cell count) berakibat pada penurunan kapasitas
pengangkutan oksigen oleh darah (Aplikasi Nanda NIC-NOC, 2013)
Anemiaadalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah
dibandingkan normal. Jika kadar hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan
eritrosit kurang dari 41% pada pria, maka pria tersebut dikatakan anemia.
Demikian pula pada wanita, wanita yang memiliki kadar hemoglobin
kurang dari 12 g/dl dan eritrosit kurang dari 37%, maka wanita itu
dikatakan anemia. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan
merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan
fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan
jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
C. ETIOLOGI
Anemia bukanlah suatu kesatuan penyakit tersendiri (disease
entity), tetapi merupakan gejala berbagai macam penyakit dasar
(underlying disease). Pada dasarnya anemia disebabkan oleh karena
gangguan pembentukan eritrosit oleh sum-sum tulang, kehilangan darah
keluar tubuh (perdarahan), proses penghancuran eritrosit oleh tubuh
sebelum waktunya (hemolisis). A nemia dibedakan menjadi beberapa
klasifikasi
1. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah
merah disebabkan oleh defek produksi sel darah merah, meliputi:
a) Anemia aplastik
Penyebab:
1) agen neoplastik/sitoplastik
2) terapi radiasi
3) antibiotik tertentu
4) obat anti konvulsan, tyroid, fenilbutason
5) benzene
6) infeksi virus (khususnya hepatitis)
7) Morfologis: anemia normositik normokromik
b) Anemia pada penyakit ginjal
Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel
darah merah maupun defisiensi eritopoitin
c) Anemia pada penyakit kronis
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan
dengan anemia jenis normositik normokromik (sel darah merah
dengan ukuran dan warna yang normal). Kelainan ini meliputi
artristis rematoid, abses paru, osteomilitis, tuberkolosis dan
berbagai keganasan
d) Anemia defisiensi besi
1) Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama
hamil, menstruasi
2) Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
3) Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip,
gastritis, varises oesophagus, hemoroid, dll.
e) Anemia megaloblastik
1) Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
2) Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor
3) Infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen
kemoterapeutik, infeksi cacing pita, makan ikan segar yang
terinfeksi, pecandu alkohol.
2. Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah
disebabkan oleh destruksi sel darah merah:
a) Pengaruh obat-obatan tertentu
b) Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia
limfositik kronik
c) Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
d) Proses autoimun
e) Reaksi transfusi
f) Malaria
3. Anemia sel sabit terjadi karena kerusakan genetik pada gen pembentuk
hemoglobin dalam darah bayi. Kerusakan atau mutasi itu diturunkan
dari orangtua ke anak.
Hemoglobin adalah protein dalam sel darah merah yang
membawa oksigen dari paru-paru menuju seluruh tubuh.
Mutasi gen tersebut menyebabkan hemoglobin (beta-globin
protein) bercampur dengan terlalu banyak zat besi. Ketika bayi
memiliki sickle cell anemia, kelainan pada hemoglobin membuat sel
darah merah menjadi kaku, lengket, dan cacat.
Kemungkinan orangtua yang memiliki anemia sel sabit
melahirkan anak yang sehat adalah sebagai berikut:
25% kemungkinan bayi yang baru lahir tidak terserang
penyakit ini.
50% anak-anak memiliki faktor genetik tersembunyi, tetapi
penyakitnya tidak muncul.
25% kemungkinan anak-anak yang dilahirkan memiliki sel
sabit.
Seorang bayi bisa mengalami kondisi ini jika lahir dengan dua
gen sel sabit yang diwariskan dari kedua orangtuanya. Jika hanya satu
orangtua yang memilikinya, anak Anda biasanya tidak akan
menunjukkan gejala apa pun dan mungkin berperan sebagai pembawa
sifat (carrier).
E. EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia tahun 2010 penderita anemia sekitar 50-70 juta,
anemia defisiensi zat besi mencapai 20% - 33%.Sebesar 40 % dialami
wanita hamil.Anemia terjadi pada 45 % wanita didaerah berkembang, dan
13 % dinegara maju. Anemia sering terjadi pada wanita usia subur, wanita
hamil, dan wanita menyusui, kelompok usia yang juga rentan adalah bayi
dan anak-anak (Sri Rahma Yuli, 2014).
F. PATOFISIOLOGI
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan
sumsum atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya.
Kegagalan sumsum (misalnya berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi
akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau penyebab lain
yang belum diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan
atau hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik
atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa.
Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran
darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera
direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1
mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi,
(pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas
haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk
mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal
dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien
disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah
merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1.
hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah
merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang
terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan
hemoglobinemia.
Anemia (Hb)
Intoleransi aktivitas
Ketidakseimbangan
Anoreksia Nyeri akut
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Sumber : Aplikasi Nanda NIC-NOC (2013)
G. DIAGNOSTIK MEDIK
1. Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah
putih, kadar Fe, pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin
B12, hitung trombosit, waktu perdarahan, waktu protrombin, dan
waktu tromboplastin parsial.
2. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity
serum
3. Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan
kronis serta sumber kehilangan darah kronis.
H. PENATALAKSANAAN
1. MEDIS
a. Anemia aplastik:
1) Transplantasi sumsum tulang
2) Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin
antitimosit(ATG)
b. Anemia pada penyakit ginjal
1) Pada paien dialisis harus ditangani dengan pemberian besi dan
asam folat
2) Ketersediaan eritropoetin rekombinan
c. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak
memerlukan penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan
penanganan kelainan yang mendasarinya, besi sumsum tulang
dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.
d. Anemia pada defisiensi besi
1) Dicari penyebab defisiensi besi
2) Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus
dan fumarat ferosus.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Diagnosa 1 : Resiko Infeksi
a. Definisi
Mengalami peningkatan resiko terserang organisme patogenik.
b. Faktor-faktor resiko
1) Penyakit kronis
a) Diabetes melitus
b) Obesitas
2) Pengetahuan yang tidak cukup untuk menghindari
pemanjanan patogen.
3) Pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat.
a) Gangguan peristalsis
b) Kerusakan integritas kulit (pemasangan kateter
intravena, prosedur invasif)
c) Perubahan sekresi pH
d) Penurunan kerja siliaris
e) Pecah ketuban dini
f) Pecah ketuban lama
g) Merokok
h) Stasis cairan tubuh
i) Trauma jaringan (mis, trauma destruksi jaringan)
4) Ketidakadekuatan pertahanan sekunder
a) Penurunan hemoglobin
b) Imunosupresi (mis, imunitas didapat tidak adekuat,
agen farmaseutikal termasuk imunosupresan, steroid,
antibodi monoklonal, imunomudulator)
c) Supresi respon inflamasi
5) Vaksinasi tidak adekuat
6) Pemajanan terhadap patogen lingkungan meningkat
a) Wabah
7) Prosedur invasif
8) Malnutrisi
2. Diagnosa 2 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
a. Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolik.
b. Batasan Karakteristik
1) Kram abdomen
2) Nyeri abdomen
3) Menghindari makanan
4) Berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal
5) Kerapuhan kapiler
6) Diare
7) Kehilangan rambut berlebihan
8) Bising usus hiperaktif
9) Kurang makanan
10) Kurang informasi
11) Kurang minat pada makanan
12) Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat
13) Kesalahan konsepsi
14) Kesalahan informasi
15) Mambran mukosa pucat
16) Ketidakmampuan memakan makanan
17) Tonus otot menurun
18) Mengeluh gangguan sensasi rasa
19) Mengeluh asupan makanan kurang dan RDA
(recommended daily allowance)
20) Cepat kenyang setelah makan
21) Sariawan rongga mulut
22) Steatorea
23) Kelemahan otot pengunyah
24) Kelemahan otot untuk menelan
c. Faktor yang berhubungan
1) Faktor biologis
2) Faktor ekonomi
3) Ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien
4) Ketidakmampuan untuk mencerna makanan
5) Ketidakmampuan menelan makanan
6) Faktor psikologis
3. Perencanaan
1. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak
adekuatnya pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin
leukopenia atau penurunan granulosit (respon inflamasi
tertekan).
a. Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
b. Kriteria hasil : Mengidentifikasi perilaku untuk
mencegah / menurunkan risiko infeksi dan
meningkatkan penyembuhan luka.
c. Intervensi
1) Anjurkan pasien untuk mencuci tangan.
2) Berikan perawatan kulit, perianal dan oral.
d. Rasional
1) Mencegah kontaminasi mikroorganisme.
2) Menurunkan risiko kerusakan kulit, jaringan atau infeksi.
d. Rasional :
1) Mengetahui perkembangan nyeri dan tanda-tanda
nyeri sehingga dapat menentukan intervensi
selanjutnya
2) Mengetahui respon pasien terhadap nyeri
3) Dukungan yang cukup dapat menurunkan reaksi nyeri
pasien
4) Menurukan rasa nyeri pasien
5) Dapat menurukan tingkat nyeri pasien
6) Mengetahui perkembangan nyeri dan
menentukan intervensi selanjutnya
7) Menurunkan ketegangan otot, sendi dan
melancarkan peredaran darah sehingga dapat
mengurangi nyeri.
8) Analgesik yang diberi sesuai dosis tidak akan
memberikan efek samping yang berlebih
9) Mengetahui adanya riwayat alergi terhadap
obat untuk mempermudah pemberian obat
selanjutnya
10) Analgesik yang tepat membantu mempercepat
penurunan nyeri
11) Analgesik yang sesuai dengan kondisi, akan
membantu mengurangi nyeri
D. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan
dalam rencana keperawatan. Tindakan mencakup tindakan mandiri
dan tindakan kolaborasi (Tarwoto & Wartonah, 2011). Pada tahap
ini perawat menggunakan semua kemampuan yang dimiliki dalam
melaksanakan tindakan keperawatan terhadap klien baik secara
umum maupun secara khusus pada klien anemia pada pelaksanaan
ini perawat melakukan fungsinya secara independen.
E. Evaluasi
Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana
perawatan dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap
asuhan keperawatan yang diberikan (Tarwoto & Wartonah, 2011).
Untuk menentukan masalah teratasi, teratasi sebagian, tidak
teratasi atau muncul masalah baru adalah dengan cara
membandingkan antara SOAP dengan tujuan, kriteria hasil yang
telah di tetapkan. Format evaluasi mengguanakan :
S : Subjective adalah informasi yang berupa ungkapan yang
didapat dari klien setelah tindakan diperbaiki
O : Objective adalah informasi yang didapat berupa hasil
pengamatan, penilaian, pengukuran, yang dilakukan oleh
perawat setelah dilakukan tindakan
A : Analisa adalah membandingkan antara informasi subjektif
dan objektif dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian
diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi, masalah
belum teratasi, masalah teratasi sebagian, atau muncul
masalah baru
P : Planning adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan
dilakukan berdasarkan hasil analisa, baik itu rencana
diteruskan, dimodifikasi, dibatalkan ada masalah baru,
selesai (tujuan tercapai).
DAFTAR PUSTAKA