Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

DAN
ASUHAN KEPERAWATAN GADAR PADA KELOMPOK KHUSUS
DENGAN ANTEPARTUM BLEEDING (APB)
DI RUANG VK OBGYN RSUD DR SOETOMO SURABAYA

Disusun Oleh :
ELITA REZI SAFIRA
NIM. P27820716007

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
KAMPUS SOETOMO
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan keperawatan Keperawatan Kelompok Khusus pada Ibu hamil dengan


gangguan GIV2012 di ruang VK Bersalin RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada tanggal 24
Februari 2020 s.d 07 Maret 2020 telah dilaksanakan sebagai laporan praktek klinik
keperawatan semester VIII oleh :

Nama Mahasiswa : Elita Rezi Safira

NIM : P27820716007

Surabaya, 06 Maret 2020

Pembimbing Akademik Pembimbing Ruangan

Siswari Yuniarti, S.ST.M.Kes Permadevi Imelva, Amd.Keb


NIP. 196206161985032002 NIP.198004252008012009

Mengetahui
Kepala Ruangan
VK Bersalin RSUD Dr. Soetomo Surabaya

Zukhrufatin, S.Keb.B.d
NIP. 197107121994032002
LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN GANGGUAN
ANTEPARTUM BLEEDING (APB)
A. Definisi
Perdarahan Antepartum (APB) adalah perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 28
minggu yang sering digolongkan perdarahan pada trimester ketiga. Walaupun
perdarahannya sering dikatakan terjadi pada trimester ketiga akan tetapi tidak jarang juga
terjadi sebelum kehamilan 28 minggu karena sejak itu segmen bawah uterus telah
terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Dengan bertambah tuanya kehamilan segmen
bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat
disitu tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari dinding uterus. Pada saat itu mulailah
terjadi perdarahan.

B. Etiologi
Perdarahan antepartum dapat bersumber dari :
1. Kelainan plasenta yaitu plasenta previa, solution plasenta atau perdarahan antepartum
yang belum jelas sumbernya seperti insersio, velamentosa, rupture sinus, marginalis
dan plasenta sirkumvalata.
2. Bukan dari kelainan plasenta biasanya tidak begitu berbahaya misalnya kelainan
serviks dan vagina (erosion porsionis uteri, polip serviks uteri, varises vulva,
karsinoma porsionis uteri) serta trauma.

C. Klasifikasi
1. Plasenta Previa
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal
yaitu pada segmen bawah Rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan lahir. Macam-macam plasenta previa :
a. Plasenta previa totalis : seluruh pembukaan jalan lahir tertutup jaringan plasenta
b. Plasenta previa parsialis : sebagian pembukaan jalan lahir tertutup plasenta
c. Plasenta previa marginalis : tepi plasenta berada tepat pada tepi pembukaan jalan
lahir
d. Plasenta letak rendah : plasenta terletak pada segmen bawah uterus tetapi tidak
sampai menutupi pembukaan jalan lahir
2. Solusio Plasenta
Solusio plasenta adalah lepasnya sebagian atau seluruh jaringan plasenta yang
berimplantasi normal pada kehamilan diatas 22 mingguj dan sebelum anak lahir.
Macam-macam solusio plasenta:
a. Solusio plasenta ringan
1) Tanpa rasa sakit
2) Perdarahan kurang dari 100 cc
3) Plasenta lepas kurang dari 1/5 bagian
4) Figrinogen diatas 250 mg%
b. Solusio plasenta sedang
1) Bagian janin masih teraba
2) Perdarahan antara 500-1000 cc
3) Plasenta lepas kurang dari 1/3 bagian
c. Solusio plasenta berat
1) Abdomen nyeri palpasi janin sukar
2) Janin telah meninggal
3) Plasenta lepas atas 2/3 bagian
4) Terjadi gangguan pembekuan

D. Patofisiologi
Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa umumnya terjadi pada
trimester ketiga karena pada saat itu segmen bawah uterus lebih banyak mengalami
perubahan berkaitan dengan makin tuanya kehamilan. Kemungkinan perdarahan
antepartum akibat plasenta previa dapat terjadi sejak kehamilan berusia 20 minggu. Pada
usia kehamilan ini segmen bawah uterus telah terbentuk dan mulai menipis. Makin tua
usia kehamilan segmen bawah uterus makin melebar dan serviks membuka. Dengan
demikian plasenta yang berimplitasi dan akan menimbulkan perdarahan. Darah berwarna
merah segar, bersumber pada sinus uterus atau robekan sinus marginali dali plasenta.

E. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis pada plasenta previa :
1. Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang terjadi pertama
kali biasanya tidak banyak dan tidak berakibat fatal. Perdarahan berikutnya hampir
selalu lebih banyak dari sebelumnya.
2. Pasien yang sedang dengan perdarahan plasenta previa tidak mengeluh adanya rasa
sakit.
3. Pada uterus tidak teraba keras dan tegang
4. Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul dan tidak jarang
letak bayi melintang/sungsang

Manifestasi klinis solusio plasenta :

1. Perdarahan pervaginam warna kehitam-hitaman yang sedikit sekali


2. Tidak timbul rasa nyeri
3. Nyeri tegang uterus
4. DJJ sulit dinilai
5. Air ketuban berwarna kemerahan

F. Pathway
G. Faktor Risiko
Ada beberapa kondisi yang menjadi faktor terjadinya plasenta previa :
1. Pernah operasi sesar. Melahirkan dengan operasi Caesar adalah melahirkan janin
dengan sayatan pada dinding uterus, sayatan inilah yang dapat mengakibatkan parut
didalam Rahim sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya plasenta previa.
Pada operasi Caesar dilakukan sayatan pada dinding uterus sehingga dapat
mengakibatkan perubahan atropi pada desidua dan berkurangnya vaskularisasi.
Kedua hal tersebut dapat menyebabkan aliran darah ke janin tidak cukup dan
mengakibatkan plasenta tempat yang lebih luas dan endometrium yang masih baik
untuk berimplantasi yaitu di segmen bawah Rahim sehingga dapat menutupi sebagian
atau seluruh ostium uteri internum. Hal ini dapat meningkatkan pada wanita yang
sudah melakukan dua kali atau lebih operasi Caesar dimana jaringan parutnya sudah
lebih banyak. Demikian juga kecacatan pada fundus uteri atau dinding rahimnya
secara otomatis lebih luas.
2. Pernah dilakukan kuretase atau operasi pada Rahim (pengangkatan miom). Pada
kuretage terutama yang menggunakan sendok kuret (kuretage tajam) terdapat luka
yang cukup dalam pada dinding endometrium. Luka inilah yang mengakibatkan
gangguan vaskularisasi pada desidua sehingga kesuburan pada dinding endometrium
semakin berkurang. Dalam kehamilan plasenta akan berusaha mencukupi kebutuhan
nutrisi janin, sehingga pada dinding endometrium yang kurang subur plasenta akan
memperluas diri sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.
3. Pernah mengalami plasenta previa sebelumnya. Apabila seorang wanita telah
mengalami plasenta previa, kemungkinan sebesar 35% kejadian tersebut akan
berulang pada kehamilan berikutnya, karena jaringan endometrium sejak kehamilan
sebelumnya memang sudah tidak baik. Oleh karena itu diharapkan ibu yang telah
memiliki riwayat plasenta previa pada kehamilan sebelumnya dapat membatasi
kehamilannya dengan mengikuti program KB.
4. Usia lebih dari 35 tahun ibu hamil beresiko terjadinya plasenta previa karena adanya
kemunduran fungsi fisiologi dan reproduksi secara umum dimana telah terjadi
seklerosis pembuluh darah arteri kecil dan arteriole myometrium yang menyebabkan
aliran darah ke endometrium tidak merata sehingga endometrium menjadi kurang
subur. Hal ini mengakibatkan plasenta tumbuh lebih lebar dengan luas permukaan
yang lebih besar untuk mendapatkan aliran darah yang adekuat
5. Saat ini mengalami kehamilan kembar. Pada kehamilan ganda khususnya dengan dua
janin dan dua plasenta atau lebih membuat satu tempat telah terjadi implantasi
plasenta dan yang lain akan memilih tempat yang kurang tepat untuk berimplantasi
yaitu di segmen bawah rahim. Kalaupun hanya terdapat satu plasenta, plasenta
tersebut cenderung melebar untuk menutupi kebutuhan janin sehingga dapat
menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.

H. Pemeriksaan Penunjang
1. USG (Ultrasonografi) : dapat mengungkapkan posisi rendah berbaring plasenta atau
untuk memantau posisi plasenta.
2. Pemeriksaan laboratorium : hemoglobin dan hematocrit menurun karena terjadi
perdarahan dan dapat mengakibatka anemia.
3. Amniosintesis : jika 35-36 minggu kehamilan tercapai panduan ultrasound pada
amniosintesis untuk menaksir kematangan paru-paru.

I. Penatalaksanaan
Semua penderita perdarahan antenatal tidak boleh dilakukan pemeriksaan dalam kecuali
kemungkinan plasenta previa telah disingkirkan atau didiagnosa solusio plasenta telah
ditegakkan.
1. Perawatan konservatif
Perawatan konservatif dapat dilakukan dengan mempertahankan kehamilan sedekat
mungkin dengan 37 minggu, dengan syarat tidak terjadi kegawatan janin ataupun
ibunya serta perdarahan yang terjadi sedikit atau berhenti. Jika terjadi kegawatan
janin atau kegawatan pada ibunya atau jika perdarahan banyak dan berlangsung terus
(tidak dapat berhenti), maka meski usia kandungan <37 minggu, kehamilan tetap
terpaksa untuk diakhiri. Pada konteks diatas, biasanya diupayakan pengakhiran
kehamilan dilakukan setelah pematangan paru janin dilakukan (jika memungkinkan).
Penanganan dasar dalam konteks upaya konservatif :
1) Rawat inap, bedrest, pemberian antibiotika profilaksis atau pencegahan
2) USG untuk memastikan letak plasenta, usia kehamilan, profit biofisik bayi, letak
dan presentasi atau bagian terbawah janin.
3) Memperbaiki anemia, entah dengan tablet besi ataupun tranfusi (umunya jika Hb
<7).
4) Jika perdarahan berhenti dan masih cukup jauh dari 37 minggu umumnya pasien
dapat dirawat jalan dengan pasien agar kembali jika perdarahan ulang terjadi.
5) Jika terjadi perdarahan ulang, maka akan dinilai kembali kondisi-kondisi saat itu
untuk menentukan penanganan atau langkah terbaik yang akan diambil.
2. Perawatan aktif
Segera setelah dilakukan terminasi kehamilan. Jika perdarahan aktif (perdarahan
>500 cc dalam 30 menit) dan diagnosa sudah ditegakkan segera dilakukan seksio
sesaria dengan memperhatikan keadaan umum ibu.

Sedangkan pada pelaksanaan perdarahan solusio plasenta dilakukan :


1. Perawatan konservatif (ekspetatif)
Prinsipnya hanya menunggu ssampai perdarahan berhenti dan partus berlangsung
spontan.
Perawatan konservatif dengan pemberian tokolitik untuk mempertahakan kehamilan
jika masih sesuai apabila :
1) Janin preterm
2) Perdarahan tidak banyak
3) Uterus tidak mudah terangsang
4) Tidak terdapat gawat janin
5) Pelepasan tepi plasenta yang kecil

Pengelolaan awal :
1) Perdarahan pervaginam pada kehamilan lanjut dievaluasi di Rumah Sakit
2) Pemeriksaan vagina atau rectal tidak boleh dilakukan
3) Perdarahan yang disertai syok hipovolemik, diatasi dengan cara :
(1) Posisi tredelenburgh
(2) Jalan nafas adekuat
(3) Cairan pengganti
(4) Tranfusi darah (PRC)
(5) Obat vasoaktif

2. Perawatan aktif
Persalinan pervaginam, jika :
(1) Derajat pelepasan plasenta terbatas/ kecil
(2) Tidak ada gawat janin
(3) Janin sudah mati atau diragukan masih hidup
Maka dilakukan:
1) Amniotomy (ketuban pecah buatan) adalah tindakan untuk membuka selaput
amnion dengan jalan membuat robekan kecil yang kemudian akan melebar secara
spontan akibat gaya berat cairan dan adanya tekanan di dalam rongga amnion.
2) Oksitosin perinfus intravena untuk merangsang kontraksi pada ibu hamil.
3) Pelebaran dan pergerakan serviks diikuti pemasangan cunam wilet gauss atau
fersbrakston-hicks
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI DENGAN GANGGUAN
ANTEPARTUM BLEEDING (APB)
A. Pengkajian keperawatan
1. Identitas pasien
Usia optimal yang aman bagi ibu untuk hamil dan melahirkan adalah diantara 20-35
tahun. Pada usia <20 tahun organ reproduksi seorang wanita belum siap untuk
menerima kehamilan demikian juga dengan jaringan endometriumnya. Ketidaksiapan
jaringan endometrium inilah yang dapat mengakibatkan jaringan plasenta akan
memperlebar diri untuk memenuhi kebutuhan nutrisi janin, sehingga menutupi
seluruh atau sebagian ostinum uteri internum. Sementara usia lebih dari 35 tahun ibu
hamil beresiko terjadinya plasenta previa karena adanya kemunduran fungsi fisiologi
dan reproduksi secara umum dimana telah terjadi seklerosis pembuluh darah arteri
kecil dan arteriole myometrium yang menyebabkan aliran darah ke endometrium
tidak merata sehingga endometrium menjadi kurang subur. Hal ini mengakibatkan
plasenta tumbuh lebih lebar dengan luas permukaan yang lebih besar untuk
mendapatkan aliran darah yang adekuat.

2. Riwayat kesehatan : perdarahan pada usia kehamilan 28 minggu


3. Riwayat kehamilan
1) Riwayat kehamilan sebelumnya : meliputi, jenis persalinan, penolong, keadaan
bayi saat lahir, berat badan bayi, mengikuti KB
2) Riwayat kehamilan saat ini : HPHT, tafsiran partus, lamanya haid, banyaknya
haid, disminore, BB dan TB sebelum hamil, TFU, posisi, DJJ, presentasi janin
4. Pemeriksaan Body System
1) B1 Breath : hidung, jalan nafas, pernafasan, saturasi oksigen, suara nafas
tambahan, pergerakan dada, penggunaan alat bantu oksigen
2) B2 Blood : tekanan darah , nadi, akral, keadaan umum, turgor,conjungtiva, suara
jantung, irama jantung, DJJ,
3) B3 Brain : adanya nyeri, adanya HIS
4) B4 Bladeer : produksi urine, penggunaan dower kateter
5) B5 Bowel : BAB, abdomen, bising usus, mual, muntah
6) B6 Bone : kekuatan fungsi otot, terdapat edema, varises, strie,

B. Diagnosa keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kelemahan otot dan keletihan
(Anemia)
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan karena
perdarahan.
C. Intervensi keperawatan

Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi pernafasan, 1. Untuk mengetahui


pola nafas keperawatan selama 1x24 jam suara nafas tambahan, keadaan pasien
berhubungan dengan diharapkan pola nafas dapat pergerakan dada 2. Posisi semiflowler
kelemahan otot dan teratasi dengan kriteria hasil: (Lool-Listen-Feel) lebih bisa
keletihan (Anemia) 1. Frekuensi nafas 16-20 2. Berikan posisi melancarkan nafas
x/menit semiflowler 30 karena diafragma
2. Tidak sesak derajat pada pasien tidak tertekan
3. Tidak ada suara nafas 3. Kolaborasi pemberian 3. Memberikan bantuan
tambahan alat bantu nafas nafas supaya pola
4. Pergerakan dada simetris sesuai indikasi nafas dapat teratasi

Kekurangan volume Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tanda vital sign 1. Kekurangan /
cairan berhubungan keperawatan selama 1x24 jam 2. Observasi turgor, perpindahan cairan
dengan kehilangan diharapkan volume cairan akral, conjungtiva meningkatkan
cairan karena terpenuhi dengan kriteria 3. Ukur / hitung serta frekuensi jantung,
perdarahan hasil: dokumentasikan menurunkan TD, dan
1. Turgor kulit membaik masukan pengeluaran mengurangi volume
2. Membrane mukosa dan keseimbangan nadi.
lembab cairan, 2. Penurunan curah
3. Tidak anemia 4. Timbang berat badan jantung
4. Tidak terjadi dehidrasi 5. Lakukan tirah baring mempengaruhi
5. Vital sign dalam batas 6. Posisikan pasien perfusi / fungsi
normal dengan tepat, serebral. Kekurangan
6. Produksi urine 1 cc/ kg telentang dengan cairan juga dapat
BB/24 jam panggul ditinggikan diidentifikasikan
7. Balance cairan stabil atau posisi semi dengan penurunan
flowler. Hindari turgor kulit dan
posisi trendlenburg membrane mukosa
7. Berikan cairan IV kering.
sesuai indikasi 3. Memberikan
informasi tentang
status cairan umum.
Kecenderungan
keseimbangan cairan
negative dapat
menunjukkan
terjaadinya deficit.
Dapat
memperkirakan
kehilangan darah
membantu
membedakan
diagnosa.
4. Perubahan cepat
menunjukkan
gangguan dalam air
tubuh total.
5. Perdarahan akan
terhenti dengan
reduksi aktifitas
6. Menjamin
keadekuatan darah
yang tersedia untuk
otak.
7. Memperbaiki /
mempertahankan
volume sirkulasi dan
tekanan osmotic.
DAFTAR PUSTAKA

Gultom, Ernawati, 2010. Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Di


Rumah Sakit Santa Elizabeth Medan. Medan
Juall Carpenito, Lyndaa. 2013. Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC
Rahmawati, Eni Nur. Ilmu Praktis Kebidanan. Victory Inti Cipta
Rahman, Ambar. 2012. Perdarahan antepartum. Malang

Nanda International. 2016.Aplikasi Asuhan Keperawata Berdasarkan Diagnosa Medis &


NANDA NIC- NOC Jilid 1 & 2. Jakarata:

Anda mungkin juga menyukai